bab iii metode penelitian 3.1 jenis...
Post on 06-Mar-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
61
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dilihat dari peristilahan yang lazim
digunakan di sekolah, penelitian ini termasuk
dalam jenis penelitian tindakan sekolah. Dilihat
dari cakupan luas kawasannya, penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian tindakan
kolaboratif atau collaborative action research
(Yaumi & Damopolli, 2014: 10); yaitu penelitian
yang melibatkan kepala sekolah dan beberapa
guru dalam satu sekolah. Pelaksanaan
tindakannya, penelitian ini termasuk penelitian
tindakan praktis di sekolah atau practical action
research, yaitu penelitian yang digunakan untuk
meningkatkan praktik pembelajaran maupun
praktik manajemen pendidikan di sekolah (Yaumi
& Damopolli, 2014: 13).
3.2. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga.
Sekolah ini terletak di Jalan Yos Sudarso No. 1
Salatiga. Jumlah tenaga guru 15 orang yang terdiri
5 guru laki-laki dan 10 guru perempuan. Sarana
62
di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana ini
cukup lengkap dengan 12 ruang kelas, 1 ruang
guru, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang TU, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang multi media dan 1
ruang UKS serta tempat parkir yang cukup luas
untuk guru dan siswa. Selain sarana dan
prasarana yang memadai, sekolah ini juga
termasuk sekolah berprestasi di tingkat
Kecamatan Sidorejo Salatiga.
Penelitian dilaksanakan pada awal tahun
pelajaran 2016/2017 semester gasal. Penentuan
waktu penelitian mengacu pada kalender
akademik sekolah karena Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) ini diharapkan tidak mengganggu
proses belajar mengajar di SD Laboratorium
Kristen Satya Wacana. Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 bulan yaitu bulan Agustus sampai
dengan bulan Oktober 2016. Pada bulan Agustus
2016 dipergunakan peneliti untuk mengadakan
persiapan, yaitu menyusun proposal penelitian
dan instrumen yang diperlukan. Setelah itu pada
bulan September 2016 minggu ke-3, peneliti mulai
melaksanakan penelitian tindakan sekolah. Bulan
Oktober 2016 peneliti melakukan pengolahan data
hasil penelitian, dan membuat laporan hasil
penelitian. Surat ijin penelitian dan surat
63
keterangan telah melakukan penelitian di SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana dilampirkan
dalam lampiran 1 dan 2.
Subyek penelitian tindakan sekolah ini
yaitu guru-guru SD Laboratorium Kristen Satya
wacana. Jumlah guru sebanyak 15 orang, yang
terdiri dari 5 guru laki-laki dan 10 guru
perempuan dengan karakteristik yang heterogen.
Jenjang kepangkatan guru bervariasi, demikian
juga tingkat pendidikannya.
3.3. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 2) variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
dalam bentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan.
Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 2
variabel yang digunakan, yaitu:
1) Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
64
pelatihan penyusunan instrumen penilaian
skala sikap dengan model In House Training.
2) Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian
variabel ini terikat adalah peningkatan
kemampuan guru SD Laboratorium Kristen
Satya Wacana. Dalam menyusun instrumen
penilaian ranah sikap.
3.4. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Model
Stringer karena memiliki kerangka dasar yang
kuat, yang ditandai dengan tiga kata, Look
(melihat atau memandang), Think (berpikir), dan
Act (bertindak) yang memberi dasar pada setiap
orang untuk melakukan penyelidikan secara
langsung dengan melakukan secara detail hal-hal
sebagai berikut: 1) Melihat, yaitu mengumpulkan
informasi yang relevan (pengumpulan data),
menggambarkan situasi (mendefinisikan dan
mendeskripsikan); Memikirkan : Mengeksplorasi
dan menganalisis : apa yang sedang terjadi
(menganalisis), menginterpretasi dan menjelaskan
atau berteori; dan Bertindak, yaitu Merencanakan
65
(melaporkan), mengimplementasikan dan
mengevaluasi.
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Spiral Model Stringer
( Yaumi & Damopolli, 2014: 45)
Dari gambar terlihat bahwa tahapan
penelitian tindakan menurut Stringer, E.T (2007: 8)
berupa siklus yang terdiri dari tiga aspek yaitu look
(melihat), think (berfikir) dan act (berbuat). 1) Look
(melihat) yaitu kegiatan untuk memahami
permasalahan melalui pengumpulan data dan
mendeskripsikan situasi; 2) Think (berfikir) yaitu
kegiatan menganalisis apa yang terjadi dan
menginterpretasikan bagaimana dan mengapa hal itu
terjadi; 3) Act (berbuat) yaitu melakukan tindakan.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan berulang-ulang,
artinya hasil dari pelaksanaan program (Act) dapat
66
dijadikan acuan dalam perencanaan selanjutnya
(Look). Hal ini dapat digambarkan seperti pada gambar
3.1.
Rincian tahapan penelitian tindakan model
Stringer ini agak berbeda dengan model penelitian
tindakan yang lain (misalnya model Kurt Lewin
maupun Kemmis & Taggart). Karakteristik penelitian
model ini terletak pada kegiatan paralel interaktif
antara tindakan guru/kepala sekolah/trainer dengan
aktivitas tindakan siswa/guru/peserta pelatihan dalam
satu putaran (siklus) seperti tergambar pada gambar
3.2. dan tabel 3.1. Tindakan kepala sekolah sebagai
trainer maupun guru sebagai peserta pelatihan dalam
penelitian ini berkaitan dengan kemampuan guru
dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap.
67
Tindakan
Kepala
Sekolah/Trainers
Tindakan Belajar Aktif
Guru/Trainee
Look
(mengumpulkan
informasi)
Mengamati aktivitas
peserta pelatihan
dalam membaca Hand
out pelatihan.
Look
(mengumpulkan
informasi)
Mengumpulkan
informasi dengan
membaca Hand out
pelatihan.
Think
(merefleksi dan
menganalisis)
Merefleksi dan
menganalisis pema-
haman peserta pela-
tihan tentang
langkah-langkah
penyusunan instru-
men penilaian ranah
sikap.
Think
(merefleksi dan
menganalisis)
Menganalisis langkah-
langkah penyusunan
instrumen penilaian
ranah sikap.
Act
(melakukan tindakan)
Memberikan umpan
balik terhadap
kemampuan peserta
pelatihan dalam
menyusun instrumen
penilaian ranah sikap.
Act
(melakukan tindakan)
Melakukan tindakan dan
mendemonstrasikan
kemampuan menyusun
instrument penilaian
ranah sikap.
Gambar 3.2.
Proses Paralel Penelitian Tindakan dengan Belajar Aktif (Stringer dalam Muhammad Yaumi & Muljono
Damopolli, 2014: 45)
68
Tabel 3.1 Matrik variabel program, indikator IHT,
Sumber Data, Metode dan Analisis Data
Variabel
Program
Indikator IHT
(kemampuan
guru)
Sumber
Data
Metode Analisis
Data
Input Rendahnya kemampuan
guru dalam
menyusun instrumen
penilaian ranah
sikap.
KS
Guru SD Laborato
rium
Kristen Satya
Wacana
Wawan-
cara
Angket
dan
wawan-
cara
Analisis
data
deskrip-tif
persenta
se
Tahapan IHT
Model Stringer
Keaktifan membaca hand out pelatihan
mencapai 100%
Skor aktivitas trainers dan
guru mencapai
kategori baik.
Trainer
dan trainee
Pretest dan
posttest
Lembar observa-si
Doku-mentasi
Analisis
data
kualitatif dan
kualitatif
Tabel 3.2. Matrik Tahapan IHT, Instrumen dan
Indikator capaian
Tahapan IHT
Model
Springer
Aktivitas
Trainee Instrumen
Indikator
Capaian
1. Look
(mengumpul-kan informasi
atau
mengeksplora
si materi)
2. Think
(merefleksi
dan
menganalisis)
Mengumpulkan
informasi dengan membaca hand out pelatihan
Menganalisis langkah-langkah
penyusunan
instrumen
penilaian ranah
sikap
Pretest
Lembar observa-
si
Lembar
observasi
Kesenjangan kemampuan
Keaktifan membaca hand out
pelatihan
mencapai
100%
Skor aktivitas trainers dan
guru mencapai
kategori baik
69
3. Act
(melakukan
tindakan)
Melakukan
tindakan dan
mendemonstrasi-kan kemampuan
menyusun
instrumen
penilaian ranah
sikap
Posttest
Lembar observa-
si
skor kemampuan
guru minimal
60.
ketuntasan klasikal
peserta
pelatihan
mencapai
80%.
Matrik tahapan IHT tersebut di atas kemudian
dijabarkan menjadi tahapan pelaksanaan IHT dua
sikus berikut. Masing-masing siklus terdiri dari dua
pertemuan.
Tahap-tahap Siklus I
Look. Peserta pelatihan melakukan kegiatan membaca
hand out pelatihan dengan dibantu oleh fasilitator
pelatihan. Hand out pelatihan mencakup materi sesuai
pertemuan, materi siklus I pertemuan pertama yaitu a)
analisis kompetensi dasar, b) pengantar umum
penilaian, c) hakikat penilaian sikap. Materi siklus I
pertemuan kedua meliputi materi: d) teori
penyusunan instrumen penilaian sikap model skala
Likert, dan e) menentukan obyek sikap skala Likert.
Think. Para peserta melakukan diskusi kelompok untuk
memperdalam pemahaman tentang materi dalam hand
out yang telah dipelajari, sekaligus melakukan refleksi
70
seberapa paham pemahanan yang bersangkutan
terhadap materi IHT.
Act. Peserta pelatihan melakukan penyusunan
pernyataan skala sikap sesuai dengan obyek sikap yang
telah ditentukan. Penyusunan ini di dasarkan pada
pemahaman teori penyusunan skala sikap model
Likert.
Tahap-tahap Siklus II
Look. Seperti pada siklus I, peserta pelatihan
melakukan kegiatan membaca hand out pelatihan
dengan dibantu oleh fasilitator pelatihan. Hand out
pelatihan mencakup materi sesuai pertemuan, materi
siklus I pertemuan pertama yaitu: a) uji coba
instrumen skala Likert, b) menentukan skor hasil uji
coba instrumen. Sedangkan materi siklus II pertemuan
kedua mencakup materi menghitung tingkat reliabilitas
dan validitas instrumen skala sikap.
Think. Para peserta melakukan diskusi kelompok untuk
memperdalam pemahaman tentang materi dalam hand
out yang telah dipelajari, sekaligus melakukan refleksi
seberapa paham pemahanan yang bersangkutan
terhadap materi IHT.
Act. Peserta pelatihan melakukan uji coba instrumen,
menentukan skor berdasarkan deviasi normal, dan
melakukan analisis item untuk melihat validitas dan
reliabilitas itemnya, dengan bantuan software SPSS.
71
Silabus, skenario pelatihan, dan materi PPT
dilampirkan pada lampiran 3.
3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data
a. Sumber Data
1) Guru
Mengamati selama proses IHT agar
mengetahui sejauh mana guru sebagai
peserta pelatihan mengembangkan
kemampuan menyusun instrumen penilaian
ranah sikap.
2) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah diamati oleh peneliti dalam
proses pelatihan dengan model IHT
berlangsung agar peneliti dapat tahu
bagaimana langkah-langkah penerapan
model pelatihannya.
3) Catatan lapangan oleh peneliti
Peneliti melakukan pengamatan terhadap
aktivitas guru dalam proses pelatihan dan
pengamatan kegiatan Kepala Sekolah dalam
membimbing guru untuk meningkatkan
keterampilan menyusun instrumen
penilaian ranah sikap.
72
b. Jenis Data
1) Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka atau bilangan. Data ini diperoleh dari
hasil pretest dan posttest dalam
pelaksanaan IHT.
2) Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa
kata-kata, bukan dalam angka. Diperoleh
dari pengamatan peserta guru, keterampilan
kepala sekolah, dokumentasi, dan catatan
lapangan.
c. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data menggunakan teknik tes
berupa soal pretest dan posttest dan non tes
berupa instrumen observasi dan dokumentasi.
Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan guru dalam menyusun instrumen
penilaian ranah sikap selama kegiatan
pelatihan berlangsung. Sebelum disusun item
soal pretest dan posttest, dibuat terlebih dahulu
kisi-kisi soal.
Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga supaya
terjaga validitas kontennya. Lembar observasi
digunakan untuk menilai keaktifan dan
73
perubahan tingkah laku peserta pelatihan.
Sama seperti soal pretest dan postest, juga
disusun kisi-kisi lembar pengamatan.
Selanjutnya setelah instrumen disusun,
dilakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen. Sedangkan dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data-data yang berupa
bahan tertulis ataupun film. Tabel 3.3 berikut
ini memaparkan kisi-kisi tes. Soal Pretest dan
Posttest Siklus I dan II dilampirkan pada
lampiran 4.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pretest dan
Posttest Siklus I dan II
No Pokok Bahasan Nomor
Item
Pretest
Nomor
Item
Posttest
Siklus I :
1. Analisis
Kompetensi Dasar .
1, 2,3 1,10, 11
2. Pengantar umum penilaian.
4, 5, 6, 7 6, 7, 8
3. Hakikat penilaian
sikap.
8, 9, 10,
11, 12,
13
9, 12, 16
4. Instrumen
penilaian sikap
model Skala Likert.
14, 15,
16, 17,
18
2, 4, 5,
14, 18
74
5.
Menyusun pernyataan skala
sikap berdasarkan obyek sikap yang
telah ditentukan.
19, 20, 21, 22,
23, 24, 25
3, 13, 15, 17, 19,
20
Siklus II :
1. Langkah
penyusunan skala
sikap: Uji coba
instrumen skala
Likert.
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7
3, 8, 9,
10, 19,
20
2. Langkah
penyusunan skala
sikap: Menentukan
skor.
8, 9, 10,
11, 12,
13, 14
1, 2, 4,
14, 12,
11
3. Langkah
penyusunan skala
sikap: Menghitung
tingkat reliabilitas
dan validitas
instrumen skala
sikap.
15, 16,
17, 18,
19, 20,
21, 22,
23, 24,
25
5, 6, 7,
13, 15,
16, 17,
18
Selanjutnya berturut-turut tabel 3.4, 3.5,
3.6, 3.7, 3.8, 3.9, 3.10, dan 3.11 berikut
memaparkan kisi-kisi aktivitas trainer siklus I
dan siklus II maupun aktivitas guru SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana. sebagai
peserta IHT.
75
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Trainer Siklus I Pertemuan pertama
No Komponen Indikator Nomor
Item
1.
Look: Mengamati aktivitas peserta
pelatihan dalam membaca hand out pelatihan.
Pretest
Memberikan instruksi
kepada
peserta
untuk mem-
baca materi
tentang kompetensi
dasar dalam
silabus
kurikulum
SD tahun 2013.
Mendorong
peserta un-
tuk mem-
baca materi dalam hand out tentang
hakekat
penilaian
sikap.
1, 2
5
2. Think:
Merefleksi dan menganalisis
pemahaman peserta pelatihan tentang analisis
kompetensi dasar,
pengantar umum penilaian
dan hakekat penilaian
sikap.
Memfasilitasi
peserta untuk
membaca materi dalam hand out
tentang
pengantar
umum
penilaian.
4
3. Act:
Memberikan umpan balik
terhadap kemampuan
peserta pelatihan dalam
menganalisis ranah
kompetensi pembelajaran
Membagi
peserta men-
jadi 4 kelom-
pok dan
membimbing
peserta un-
3
76
yang ditetapkan dalam
silabus kurikulum SD tahun
2013.
tuk melaku-
kan diskusi
kelompok
untuk meng-
analisis
ranah
kompetensi
pembelajar-
an yang
ditetapkan
dalam
silabus
kurikulum
SD tahun
2013.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Trainer Siklus I Pertemuan kedua
No Komponen Indikator Nomor
Item
1. Look:
Mengamati aktivitas peserta
pelatihan dalam membaca hand out pelatihan.
Mendorong/memfasilita
-si peserta untuk
mengeksplorasi materi
dengan membaca
lembar materi dalam hand out tentang teori
penyusunan instrumen
penilaian sikap model
skala Likert.
Mendorong/memfasilita
-si peserta untuk mem-baca materi dalam
hand out tentang
menyusun item
pernyataan skala sikap
sesuai obyek sikap yang telah ditentukan.
1
3
2. Think:
Merefleksi dan menganalisis
pemahaman peserta tentang
Memberikan kasus
tentang contoh skala sikap
2
77
langkah-langkah
penyusunan instrumen
penilaian ranah sikap.
yang benar dan yang
kurang benar dan eminta
peserta untuk menganali-
sis kesesuaian contoh
tersebut dengan contoh
skala sikap model Likert.
3. Act:
Memberikan umpan balik
terhadap kemampuan
peserta pelatihan dalam
menyusun instrumen
penilaian ranah sikap.
Membagi peserta menjadi 4
kelompok dan membim-
bing peserta untuk mela-
kukan diskusi kelompok
tentang menyusun item pernyataan skala sikap
sesuai obyek sikap yang
telah ditentukan.
4
Posttest. 5
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Trainer Siklus II Pertemuan pertama
No Komponen Indikator Nomor
Item
1.
Look:
Mengamati aktivitas peserta
pelatihan dalam membaca hand out pelatihan.
Pretest.
Mendorong/memfasilitasi
peserta untuk membaca materi dalam hand out
tentang uji coba instrumen skala Likert.
Mendorong peserta untuk
membaca materi dalam hand out tentang cara
menentukan skor hasil uji coba instrumen.
1
2
4
2. Think:
Merefleksi dan menganalisis
pemahaman peserta
pelatihan tentang uji coba
instrumen dan cara menentukan skor hasil .
Memfasilitasi peserta untuk
menentukan skor
berdasarkan deviasi normal
dari hasil uji coba
instrumen.
5
3. Act:
Memberikan umpan balik
Memberikan tugas untuk
melakukan uji coba
instrumen skala Likert dan
3
78
terhadap kemampuan
peserta pelatihandalam
melakukan uji coba
instrumen .
memantau pelaksanaan uji
coba.
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Trainer Siklus II Pertemuan kedua
No Komponen Indikator Nomor
Item
1. Look: Mengamati aktivitas peserta
pelatihan dalam membaca hand out pelatihan.
2. Think:
Merefleksi dan menganalisis
pemahaman peserta pelatihan
tentang menghitung tingkat reliabilitas dan validitas
instrumen skala sikap.
Mendorong peserta untuk
membaca materi dalam hand out tentang
menghitung tingkat reliabilitas dan validitas
instrumen skala sikap,
serta Memfasilitasi
peserta untuk membaca materi dalam hand out
tentang menghitung tingkat reliabilitas dan
validitas instrumen skala
sikap.
1
3. Act:
Memberikan umpan balik
terhadap kemampuan
peserta pelatihan dalam
menghitung tingkat
reliabilitas dan validitas
instrument skala sikap.
Membagi peserta dalam 4
kelompok dan
membimbing peserta
untuk melakukan diskusi kelompok dalam
menghitung tingkat
reliabilitas dan validitas
instrumen skala sikap.
2
Posttest. 3
79
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Peserta Siklus I Pertemuan pertama
No Komponen Indikator Nomor
Item
1. Look:
Mengumpulkan informasi dengan membaca hand out
pelatihan.
Pretest.
Peserta aktif membaca
materi dalam hand out
Kompetensi dasar
dalam silabus
kurikulum SD tahun
2013.
Peserta membaca materi dalam hand out
tentang pengantar
umum penilaian dan
Peserta membaca materi dalam hand out
tentang hakekat
penilaian sikap.
1
2,
5
2. Think:
Menganalisis langkah-
langkah analisis
kompetensi dasar.
Peserta melakukan
diskusi kelompok untuk
menganalisis ranah
kompetensi pembelajaran yang ditetapkan dalam
silabus kurikulum SD
tahun 2013.
4
3. Act:
Mendemonstrasikan
kemampuan
menganalisis
kompetensi dasar.
Peserta membentuk
kelompok menjadi 4
kelompok dan melaksanakan diskusi.
3
80
Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Peserta Siklus I Pertemuan kedua
No Komponen Indikator Nomor
Item
1. Look:
Mengumpulkan informasi dengan membaca hand out
pelatihan.
Peserta membaca materi dalam hand out
tentang teori penyusunan instru-men
penilaian ranah sikap
skala Likert.
Peserta membaca materi dalam hand out
tentang menyusun item pernyataan skala sikap
sesuai obyek sikap yang
telah ditentukan.
1
3
2. Think:
Menganalisis langkah-langkah penyusunan
instrumen penilaian
ranah sikap.
Peserta membentuk
kelompok menjadi 4 kelompok dan melakukan
analisis kasus contoh
instrumen penilaian sikap
yang benar dan kurang
benar kemudian dianalisis
sesuai dengan langkah-langkah skala sikap model
Likert.
2
3. Act:
Mendemonstrasikan
kemampuan menyusun
instrumen penilaian
ranah sikap.
Peserta membentuk
kelompok menjadi 4
kelompok dan peserta melakukan diskusi
kelompok untuk
menyusun item
pernyataan skala sikap
sesuai obyek sikap yang telah ditentukan.
4
Posttest. 5
81
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Observasi
Aktivitas Peserta Siklus II Pertemuan pertama
No Komponen Indikator Nomor
Item
Pretest 1
1. Look:
Mengumpulkan
informasi dengan membaca hand out
pelatihan.
Peserta membaca materi dalam hand out tentang
uji coba instrumen skala
Likert
Peserta membaca materi
dalam hand out tentang
cara menentukan skor
hasil uji coba
instrumen.
2
4
2. Think: Menganalisis langkah-
langkah tentang uji
coba instrumen skala
Likert dan cara
menentukan skor hasil uji coba instrumen.
Peserta menentukan skor berdasarkan deviasi
normal dari hasil uji coba
instrumen.
5
3. Act:
Mendemonstrasikan
kemampuan
melakukan uji coba
instrumen dan
menentukan skor hasil
uji coba instrumen.
Peserta melakukan uji
coba instrumen skala
Likert.
3
82
Tabel 3.11 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Peserta Siklus II Pertemuan kedua
No Komponen Indikator Nomor
Item
1. Look:
Mengumpulkan informasi dengan membaca hand out
pelatihan
Peserta membaca materi dalam hand out tentang
menghitung tingkat reliabilitas dan validitas
instrumen skala sikap
1
2. Think:
Menganalisis langkah-
langkah menghitung
tingkat reliabilitas dan validitas instrumen
skala sikap
3. Act:
Mendemonstrasikan
kemampuan
menghitung tingkat
reliabilitas dan
validitas instrumen
skala sikap
Peserta membuat kelompok
menjadi 4 kelompok dan
peserta melakukan diskusi
kelompok untuk menghitung tingkat
reliabilitas dan validitas
instrumen skala sikap
2
Posttest 3
Instrumen lembar observasi Siklus I dan II dilampirkan
pada lampiran 5.
d. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2015: 194) tingkat
validitas suatu instrumen dapat diketahui dengan
cara mengkorelasikan setiap butir instrumen
dengan totalnya dikoreksi dengan butirnya sendiri.
Tekniknya dengan mencari koefisien corrected item
to total correlation. Menurut Azwar (2012: 157),
suatu item instrumen penelitian dianggap valid
83
jika memiliki koefisien corrected item to total
correlation ≥ 0,30.
Untuk mengetahui tingkat validitas
instrumen yang akan diujikan kepada peserta
pelatihan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen untuk mengetahui item yang valid.
Dalam penelitian ini uji coba instrumen
dilaksanakan di SD Kristen 03 Eben Haezer
Salatiga dengan jumlah responden 23 guru,
sedangkan jumlah instrumen tes untuk siklus I
sebanyak 25 item dan instrumen tes untuk siklus
II sebanyak 25 item. Setelah di uji cobakan
kemudian item tes di analisis dengan
menggunakan program SPSS for Windows versi 22.
Adapun instrumen yang bisa digunakan adalah
instrumen yang mempunyai tingkat validitas >
0,30. (Surat ijin penelitian dan surat keterangan
telah melakukan penelitian di SD Kristen 03 Eben
Haezer Salatiga dilampirkan dalam lampiran 6 dan
7).
Kemudian untuk mengetahui tingkat
reliabilitas instrumen atau tingkat keajegan
jawaban guru terhadap pertanyaan-pertanyaan
dalam item instrumen digunakan teknik
Reliability Coefficient Alpha menggunakan program
SPSS for Windows versi 22. Dalam penelitian ini
84
untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen
menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh
Azwar (2012: 98) sebagai berikut : 0,6 kurang
baik, 0,7 dapat diterima, 0,8 ke atas baik.
Setelah melakukan penghitungan
menggunakan SPSS, diperoleh hasil uji reliabilitas
pada siklus I sebesar 0.871; dan 0, 855 pada
siklus II. Angka koefisien reliabilitas Alpha ini
berada pada kategori reliabilitas baik (siklus I dan
II). Artinya instrumen tes buatan peneliti ini akan
memberikan hasil yang relatif sama apabila
dilakukan tes berulang-ulang, oleh karena itu soal
tes ini dapat digunakan untuk penelitian.
Berkaitan dengan uji validitas soal tes, butir
soal dianggap valid apabila mencapai nilai
koefisien korelasi setiap skor dengan skor total
lebih besar dari 0,30, sedangkan apabila koefisien
korelasi kurang dari 0,30 maka item tersebut
dianggap tidak valid atau harus dihilangkan
(Azwar, 2012: 157). Berdasarkan hasil uji validitas
25 item yang telah dilakukan diperoleh data ada
20 item soal siklus I yang memiliki koefisien
korelasi skor butir dengan skor total masuk dalam
kategori valid (≥ 0,30), sedangkan 5 soal tidak
valid. Koefisien korelasi validitas item ke-20 soal
tersebut bergerak antara 0,349 s/d 0,703; oleh
85
karena itu soal-soal inilah yang akan digunakan
untuk penelitian. Nomor-nomor soal yang tidak
valid sehingga harus dibuang adalah soal nomor
5, 10, 11, 20 dan 21.
Hasil uji validitas 25 item yang telah
dilakukan untuk siklus II juga terdapat 20 item
yang memiliki koefisien korelasi skor butir dengan
skor total masuk dalam kategori valid (≥ 0,30),
sedangkan 5 soal tidak valid. Koefisien korelasi
validitas item ke-20 soal tersebut bergerak antara
0, 353 sd 0,766; oleh karena itu soal-soal inilah
yang akan digunakan untuk penelitian. Nomor-
nomor soal yang tidak valid sehingga harus
dibuang adalah soal nomor 3, 11, 20, 23 dan 25.
Hasil analisis butir instrumen dilampirkan pada
lampiran 8.
3.6. Indikator Keberhasilan
Ketentuan indikator keberhasilan penerapan
pelatihan model IHT dikatakan berhasil apabila
skor aktivitas trainer dan guru sebagai peserta
pelatihan mencapai kategori baik, dan skor
kemampuan guru minimal 60, dengan ketuntasan
klasikal peserta pelatihan mencapai 80%.
3.7. Teknik Analisis Data
Data kuantitatif diperoleh dari data hasil
evaluasi peserta pelatihan dengan menghitung
86
rata-rata hasil tes kemampuan guru terlebih
dahulu dan selanjutnya dibandingkan dengan
kategori kriteria keberhasilan pelatihan. Untuk
data kualitatif merupakan deskripsi dari hasil data
kuantitatif. Berikut ini akan dijelaskan langkah-
langkah untuk memperoleh data kuantitatif dan
data kualitatif.
3.7.1. Teknis Analisis Data Kuantitatif
a. Menghitung Hasil Tes Kemampuan guru
Hasil tes kemampuan guru SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana.
diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh
guru baik pretest maupun posttest. Hasil
belajar diperlukan untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan guru sebagai
peserta pelatihan dalam mempelajari
langkah-langkah penyusunan instrumen
penilaian ranah sikap. Hasil pelatihan
yang diharapkan minimal 60. Rumus
yang digunakan sebagai berikut:
Nilai akhir = x 100
b. Menghitung Rata-rata Kelas
Rata-rata kelas diperoleh dari
jumlah hasil tes kemampuan guru dibagi
87
banyaknya peserta pelatihan. Dengan
dihitungnya rata-rata kelas, maka dapat
diketahui kemampuan peserta pelatihan
secara kelas di dalam kelasnya. Dengan
mengetahui rata-rata kelas, selanjutnya
dapat diterapkan kebijakan tertentu.
Rata-rata yang diperlukan dalam
penelitian kali ini diharapkan dapat
mencapai nilai 60. Adapun cara meng-
hitung rata-rata kelas sebagai berikut:
M =
M = rata-rata kelas
∑x = jumlah hasil belajar peserta didik
dalam suatu kelas
∑n = jumlah peserta didik (Sudjana,
2010:125).
c. Menghitung Ketuntasan Belajar Klasikal
Ketuntasan belajar klasikal adalah
persentase ketuntasan peserta pelatihan
yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimal. Berikut adalah cara menghitung
persentase peserta pelatihan yang
memenuhi kriteria ketuntasan minimal:
Persentase =
x 100%
88
3.7.2. Teknis Analisis Data Kualitatif
Menghitung aktivitas trainer dan aktivitas
peserta pelatihan dalam penerapan model
pelatihan IHT menggunakan lima aspek
penilaian dengan masing-masing aspek
empat deskriptor. Berikut adalah
penghitungan persentase aktivitas trainer
dan aktivitas peserta pelatihan:
Persentase =
x 100%
Tabel 3.12
Kriteria Aktivitas Guru dan Peserta pelatihan
Persentase Kriteria
81% - 100% Baik sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
1% - 20% Kurang sekali
top related