bab iii metode penelitian 3.1. variabel penelitian 3.2 ......3.4.2 sampel prosedur pengambilan...
Post on 01-Dec-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
53
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. VARIABEL PENELITIAN
Variabel -variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel terikat : Perilaku Prososial
2. Variabel bebas : Empati dan Pola Asuh Demokratis
3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
3.2.1. Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan
konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun
psikologis yang memberi keuntungan pada orang lain atau dirinya sendiri.
Aspek-aspek dari perilaku prososial diantaranya adalah berbagi
(Sharing), kerjasama (Cooperative), menyumbang (Donating), menolong
(Helping), kejujuran (Honesty), dan kedermawanan (Generosity). Aspek-aspek
tersebut mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Eisenberg dan Munssen
mengenai perilaku prososial.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial ini
menggunakan skala prososial yang disusun oleh Marisa (2010) dan telah
dimodifikasi oleh penulis sendiri berdasarkan teori Eisenberg dan Mussen.
Penilaian skala ini makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan
prososialnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh
individu menunjukkan prososialnya makin lemah atau rendah.
54
3.2.2. Empati
Empati adalah kecenderungan kecenderungan seseorang untuk
memahami pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, kondisi, keadaan orang lain
tanpa harus terlibat secara nyata di dalamnya.
Aspek-aspek yang terkandung dalam empati meliputi : Pengambilan
Perspektif, Fantasi, Perhatian Empatik dan Distress Pribadi. Alat ukur aspek
empati ini yaitu menggunakan skala empati yang dibuat Davis (1983) yang telah
diterjemahkan oleh Elvin (2001) dan telah dimodifikasi oleh penulis sendiri.
Penilaian skala empati ini makin tinggi skor total yang diperoleh
individu menunjukkan empatinya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor
total yang diperoleh individu menunjukkan empatinya makin rendah.
3.2.3. Pola Asuh Demokratis
Pola Asuh Demokratis yaitu cara mendidik anak, di mana orang tua
menggunakan kebebasan dan pengendalian, dan ada kontrol yang diimbangi
dengan pemberian dukungan oleh orang tua kepada anak.
Alat ukur pola asuh orang tua menggunakan skala pola asuh orangtua,
skala yang digunakan adalah skala yang disusun oleh penulis sendiri dengan
mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Zahara Idris (dalam Shochib,
1998), yaitu adanya musyawarah dalam keluarga, adanya kebebasan yang
terkendali, adanya pengarahan dari orang tua, adanya bimbingan dan perhatian,
adanya saling menghormati antar anggota keluarga, dan adanya komunikasi dua
arah.
Penilaian skala pola asuh demokratis orang tua yaitu makin tinggi skor
total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuhnya semakin demokratis,
sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan pola
asuhnya semakin tidak demokratis.
55
3.3. PARTISIPAN PENELITIAN
Azwar (2000) menyatakan bahwa subyek dalam penelitian merupakan
sumber utama data penelitian, yaitu memiliki data mengenai variabel-variabel
yang diteliti dan yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Populasi adalah
seluruh penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Dalam
penelitian ini, subyek yang digunakan adalah remaja usia 11-19 tahun,
merupakan anak-anak di Pusat Pengembangan Anak di kota Solo dan masih
aktif mengikuti kegiatan PPA, aktif mengikuti kegiatan gereja, aktif mengikuti
pembelajaran di kelas PPA. Alasan dipilih subyek penelitian remaja usia 11-19
tahun dan anggota Pusat Pengembangan Anak di kota Solo karena:
1. Remaja anggota Pusat Pengembangan Anak di kota Solo.
Dengan alasan, remaja di PPA Solo adalah anak yang miskin
dalam empat bidang kehidupan, yaitu miskin intelektual, rohani, fisik,
sosio-emosionalnya, dengan asumsi anak yang mengalami kemiskinan
adalah anak yang perkembangannya mengalami masalah, salah satunya
perkembangan sosio-emosionalnya. Selain itu anak-anak PPA adalah
anak-anak dengan beraneka ragam latar belakang gaya pengasuhan.
2. Usia 11-19 tahun.
Pada usia ini remaja berada pada fase perkembangan di mana
salah satu tugas perkembangannya adalah masa remaja yang tersulit
adalah yang berhubungan dengan pencapaian tingkah laku sosial yang
bertanggung jawab (Hurlock, 1999).
3.4. POPULASI DAN SAMPEL
3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian yang terdiri atas subyek
atau obyek amatan dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
56
untuk pengambilan kesimpulan, Sugiyono (2010). Sedangkan populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh PPA Solo yang berjumlah 15
PPA.
3.4.2 Sampel
Prosedur pengambilan sampel pada penelitian ini sebagai berikut:
langkah pertama, peneliti mengambil sampel secara acak atau secara random
sampling dari 15 PPA Solo, dan ternyata didapat 5 PPA yaitu PPA Tresno
Putro, PPA Kalvari, PPA Sola Gracia, PPA Toya Pagesangan, dan PPA Air
Hidup yang akan dijadikan tempat penelitian; langkah kedua, dari 5 PPA yang
ada, peneliti melakukan survey jumlah remaja usia 11-19 pada tiap-tiap PPA
untuk dijadikan responden penelitian ini; langkah ketiga, hasil survey pada tiap-
tiap PPA jumlah keseluruhan remajanya 418 orang, namun yang aktif mengikuti
kegiatan PPA, aktif mengikuti kegiatan gereja, aktif mengikuti pembelajaran di
kelas PPA hanya 210 orang. Jumlah 200 orang yang aktif dalam kegiatan PPA
ini semuanya tersebar di 5 PPA yang akan dijadikan responden penelitian;
langkah ketiga, peneliti mengadakan penelitian ke 5 PPA yang ada, dari 210
remaja yang aktif itu hanya 115 skala penelitian yang diperoleh, dengan kata
lain, ketika peneliti memberikan angket penelitian, hanya 115 remaja yang
mengisi dari 5 PPA tersebut, yang 95 orang tidak hadir dalam pengisian angket
karena beberapa alasan. Alasan tersebut yaitu sedang mengikuti Ujian Akhir
Sekolah, sedang mengikuti latihan di gereja guna mengisi acara konser doa se-
Solo, ada pula yang sakit, ada juga alasan belum pulang dari sekolah karena
mengikuti kegiatan ektra wajib sekolah. Responden yang diperoleh 115 orang
tersebar di 5 PPA, diantaranya adalah : PPA Tresno Putro 30 orang, PPA
Kalvari 23 orang, PPA Sola Gracia 20 orang, PPA Toya Pagesangan 18 orang
dan PPA Air Hidup 23 orang dan semuanya aktif dan datang mengikuti kegiatan
PPA serta mengisi angket penelitian dari peneliti.
57
3.5. INSTRUMEN DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini, pengambilan data atau pengumpulan data yang
digunakan adalah skala psikologi yaitu skala yang disusun untuk mengungkap
sikap pro dan kontra, positif dan negative, setuju dan tidak setuju terhadap suatu
obyek social (Azwar, 1998).
Alasan menggunakan metode ini karena data yang diungkap berupa
konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu dan subyek
(Azwar, 1999). Hadi (1990) mengatakan bahwa subyek adalah orang yang
paling mengerti tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan subyek kepada
peneliti benar-benar dapat dipercaya.
Skala yang digunakan untuk pengambilan data yaitu skala empati, pola
asuh demokratis, dan perilaku prososial. Pola dasar pengukuran skala di atas
menggunakan metode penskalaan model Likert. Penskalaan model Likert
menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), antara
sesuai dan tidak sesuai adalah netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak
sesuai (STS). Pernyataan favorabel atau positif dimulai dengan skor yaitu 5, 4,
3, 2, 1 dan pernyataan unfavorabel atau negative dimulai dengan skor yaitu 1, 2,
3, 4, 5.
3.5.1. Skala Perilaku Prososial
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial ini
menggunakan skala prososial yang disusun oleh Marisa (2010) dan telah
dimodifikasi oleh penulis sendiri berdasarkan teori Eisenberg dan Mussen yang
meliputi aspek-aspek prososial dari Eisenberg dan Mussen seperti berbagi,
kerjasama, menyumbang, menolong, kejujuran, dan kedermawanan. Item-item
tersebut memiliki validitas 0,279-0,636 dan reliabilitas 0,828.
58
Tabel 3.1
Alat Ukur Penelitian Skala Perilaku Prososial
SS
(Sangat
Sesuai)
S
(Sesuai)
N
(Netral)
TS
(Tidak
Sesuai)
STS
(Sangat
Tidak
Sesuai)
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Tabel 3.2
Blue Print Skala Perilaku Prososial
No Aspek No Aitem
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Berbagi 1,8,26 9,15,21 6
2 Kerjasama 2,3,14 7,10,16,20 7
3 Menyumbang 17,22,27 4,11,29 6
4 Menolong 5,23,32 24,30 5
5 Kejujuran 12,33 18,28 4
6 Kedermawanan 6,25,31 13,19 5
JUMLAH 18 15 33
Tabel 3.3
Tabel Daftar Sebaran Item Angket Perilaku Prososial
Sebelum Uji Coba
Aspek-aspek Indikator Item No Item
F UF
Berbagi Kesediaan untuk
memecahkan
masalah orang lain.
Saya bersedia berbagi solusi masalah
dengan teman yang mengalami
kesukaran.
1
Kesediaan
meluangkan waktu
untuk orang lain.
Saya selalu dapat meluangkan waktu
untuk teman yang ingin curhat.
8
Jika saya melihat ada teman yang
ingin curhat, saya berusaha
menyibukkan diri agar teman
mengurungkan niat untuk curhat
dengan saya.
15
Saya tidak memiliki waktu untuk 21
59
mendengarkan curhat teman yang
ceritanya menyedihkan.
Kesediaan
mendengarkan
cerita atau curahan
hati teman.
Saya bersedia mendengarkan curahan
hati teman saya yang sedang sedih.
26
Saya hanya bersedia bercerita dengan
teman untuk hal-hal yang
menyenangkan saja.
9
Kerjasama Menunjukkan
kemauan untuk
bekerja bersama-
sama dengan orang
lain dalam
menyelesaikan
tugas kebersamaan.
Saya bersedia mengerjakan tugas-
tugas sekolah bersama dengan teman
lain di dalam kelompok saya untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
2
Saya bersedia bekerja sama dengan
siapa saja dalam menyelesaikan suatu
hal yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
14
Saya hanya bersedia bekerja sama
dengan teman-teman dekat saya.
20
Adanya situasi
saling
menguntungkan
satu sama lain.
Banyak manfaat ketika saya
berdiskusi kelompok untuk
membicarakan atau menyelesaikan
topik permasalahan.
3
Saya merasa tidak ada manfaatnya
bekerja bersama-sama karena akan
membuang-buang waktu saja.
16
Pendapat orang lain belum tentu
benar karena itu lebih baik bekerja
sendiri daripada melibatkan banyak
orang.
10
Saya tidak suka bekerjasama karena
akan membuang-buang waktu saja.
7
Menyumbang Memberikan
sesuatu barang
tanpa memandang
latar belakang suku
atau agama atau ras.
Saya akan menyumbang barang-
barang layak pakai kepada orang
yang benar-benar membutuhkan.
22
Ketika saya memberi, saya tidak
memandang dari latar belakang suku,
agama, ras mana saja.
27
Saya hanya akan menyumbangkan
barang-barang layak pakai kepada
orang-orang dari agama tertentu saja.
4
Kesediaan memberi
dengan ikhlas.
Saya dapat memberikan sesuatu
kepada orang lain dengan ikhlas.
17
Harapan saya ketika memberikan
bantuan kepada orang lain adalah
saya akan mendapatkan umpan balik
berupa pujian ataupun materi (uang
atau barang).
11
60
Suatu saat saya akan meminta
bantuan kepada orang yang dahulu
pernah saya bantu.
29
Menolong Kesediaan
menolong dengan
tulus.
Saya bersedia menolong orang yang
membutuhkan dengan tulus hati.
23
Saya akan menolong orang lain tanpa
mengharapkan pujian dari orang yang
melihatnya.
32
Saya akan menolong orang lain jika
ada imbalan tertentu.
30
Kesediaan untuk
mengupayakan apa
saja demi
meringankan beban
orang lain.
Saya akan melakukan apa saja untuk
meringankan beban orang tersebut.
5
Saya hanya akan meringankan beban
orang yang benar-benar saya kenal.
24
Kejujuran Kesediaan dengan
tulus ketika
menolong orang
lain.
Saya berusaha tulus ketika menolong
orang lain.
12
Saya menolong teman dengan tidak
maksimal karena tidak ada untungnya
bagi saya.
28
Saya akan pura-pura menolong teman
yang kesulitan agar dipuji oleh orang
lain.
18
Saya menolong teman dengan tulus
agar ia merasa senang.
33
Kedermawanan Kesediaan untuk
memberi sesuatu
dengan sukarela.
Saya mau memberikan bantuan
dengan sukarela kepada orang yang
terkena musibah.
31
Saya senang memberi barang-barang
pantas pakai kepada anak-anak di
panti asuhan.
6
Saya termasuk orang yang suka
memberi bantuan kepada orang yang
membutuhkan.
25
Bersedia memberi
atau menolong
tanpa ada syarat-
syarat tertentu.
Sikap memberi tanpa pamrih perlu
dimiliki hanya ketika terjadi bencana.
13
Saya memberikan uang kepada
pengemis, jikalau saya mempunyai
uang kecil.
19
TOTAL 33
61
3.5.2. Skala Empati
Alat ukur aspek empati yaitu menggunakan skala empati. Skala ini telah
digunakan oleh Elvin (2001) dalam penulisan skripsinya yang berjudul
”Hubungan antara Kesadaran Emosi dengan Empati” dengan modifikasi
penulis. Skala empati yang digunakan adalah modifikasi skala yang dibuat
Davis (1983) dan telah diterjemahkan oleh Elvin. Skala ini mengandung empat
aspek, yaitu pengambilan perspektif, fantasi, perhatian empatik, dan distress
pribadi.
Tabel 3.4
Alat Ukur Penelitian Skala Empati
SS
(Sangat
Sesuai)
S
(Sesuai)
N
(Netral)
TS
(Tidak
Sesuai)
STS
(Sangat
Tidak
Sesuai)
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Tabel 3.5
Blue Print Skala Empati
Aspek Nomor Aitem
Jumlah Favorabel Unfavorabel
Pengambilan Perspektif 1,9,23 5,15,19 6
Fantasi 16,20, 24 2,6,10 6
Perhatian Empatik 3,13,21 7,17,25 6
Distress Pribadi 8,12,14 4,11,18,22 7
Jumlah 12 13 25
Tabel 3.6
Tabel Daftar Sebaran Item Angket Empati Sebelum Uji Coba
Aspek-aspek Indikator Item No Item
F UF
Pengambilan
Perspektif Berusaha memahami apa yang
dipikirkan atau diutarakan
oleh orang lain
Apapun jalan pikiran teman, saya
berusaha untuk dapat memahaminya.
1
62
Berusaha mendengarkan pendapat
orang lain adalah baik, karena saya
menyadari bahwa setiap orang
mempunyai pemikiran yang berbeda-
beda.
9
Kadang saya kesulitan memahami
apa yang dikatakan orang lain karena
saya tidak mengalaminya.
15
Lebih berorientasi pada
kepentingan orang lain dari
pada kepentingan diri sendiri.
Memikirkan masalah orang lain
merupakan suatu hal yang akan
membuang-buang waktu saya.
5
Saya berusaha mendahulukan
kepentingan teman daripada
kepentingan diri sendiri.
23
Lebih baik menyelesaikan masalah
sendiri dari pada memikirkan
permasalahan yang dihadapi teman.
19
Imajinasi Dapat membayangkan
bagaimana orang lain sedang
merasa
Saya dapat membayangkan
bagaimana rasanya diperlakukan
tidak adil oleh orang yang sangat
disayangi.
20
Saya dapat membayangkan betapa
sedihnya orang yang tertimpa
bencana banjir maupun kebakaran.
16
Jika ada korban kecelakaan, perasaan
saya biasa saja.
2
Dapat membayangkan
bagaimana seseorang
merasakan seperti ia
mengalaminya sendiri.
Saya dapat membayangkan
bagaimana rasanya mendengar ada
salah satu keluarga mengalami
kecelakaan.
24
Jika saya belum pernah mengalami
kejadian itu, saya sulit
membayangkan apa yang sedang
dialami orang lain.
10
Memikirkan perasaan orang lain
tidaklah penting bagi saya, karena
saya tidak mengalaminya.
6
Perhatian
Empatik Menunjukkan perasaan
simpatik pada orang lain.
Karena saya tidak tahan melihat
korban kecelakaan di jalan raya,
maka saya segera membantunya.
13
Perasaan saya biasa-biasa saja ketika
ada orang lain yang diperlakukan
tidak adil, karena itu tidak terjadi
pada saya.
17
Menunjukkan sikap peduli
Ketika ada kecelakaan, saya hanya
diam dan menyaksikan saja karena
pasti ada orang lain yang
membantunya.
25
Saya segera memberikan pertolongan
kepada orang yang sedang tertimpa
21
63
kecelakaan.
Mengetahui keadaan internal
orang lain
Saya dapat memahami bagaimana
rasanya ditinggal (mati) untuk
selamanya oleh orang yang sangat
disayangi.
3
Saya tidak tahu apa yang dirasakan
oleh korban kecelakaan itu, karena
saya tidak pernah mengalaminya.
7
Distress Pribadi
Perasaaan bingung ketika
melihat penderitaan orang
lain.
Saya merasa puas bila dapat
membantu korban kecelakaan di
jalan raya.
11
Saya bingung apa yang harus
dilakukan ketika ada kecelakaan di
jalan raya.
14
Ketika teman terkena musibah, saya
berusaha tidak panik agar dapat
berpikir dan melakukan bantuan
secepat mungkin.
18
Fokus pada perasaan diri
sendiri.
Saya takut menolong orang yang
terkena musibah, karena saya tidak
ingin mereka tersinggung.
8
Saya harus memberanikan diri
menolong korban kecelakaan agar
nyawanya terselamatkan.
22
Marah melihat penderitaan
orang lain.
Saya marah jika sahabat tertimpa
musibah kecelakaan.
12
Saya berusaha menahan emosi marah
ketika ada keluarga yang tertimpa
kecelakaan.
4
Total 25
3.5.3. Skala Pola Asuh Orang Tua
Alat ukur pola asuh orang tua menggunakan skala pola asuh orangtua,
skala yang digunakan adalah skala yang disusun oleh penulis sendiri dengan
mengacu pada pendapat yang dikemukakan Zahara Idris (dalam Shochib, 1998),
yaitu adanya musyawarah dalam keluarga, adanya kebebasan yang terkendali,
adanya pengarahan dari orang tua, adanya bimbingan dan perhatian, adanya
saling menghormati antar anggota keluarga, dan adanya komunikasi dua arah.
64
Tabel 3.7
Alat Ukur Penelitian Skala Pola Asuh Demokratis
SS
(Sangat
Sesuai)
S
(Sesuai)
N
(Netral)
TS
(Tidak Sesuai)
STS
(Sangat Tidak
Sesuai)
Favorable 5 4 3 2 1
Tabel 3.8
Blue Print Skala Pengasuhan Orang Tua
No Ciri-ciri No Aitem Favorable Jumlah
1 Musyawarah dalam keluarga 1,7,13,19,25,31,34. 7
2 Kebebasan yang terkendali 2,8,14,20,26,32,35. 7
3 Pengarahan dari orang tua. 3,9,15,21,27. 5
4 Bimbingan dan perhatian. 4,10,16,22,28,33. 6
5 Saling menghormati antar anggota keluarga 5,11,17,23,29. 5
6 Komunikasi dua arah. 6,12,18,24,30. 5
Jumlah 35
Tabel 3.9
Tabel Daftar Sebaran Item Angket Pola Asuh Demokratis
Sebelum Uji Coba
Ciri-ciri Indikator Item No
Item
Adanya
musyawarah
dalam keluarga
Mengikutsertakan anak dalam
membuat peraturan keluarga.
Saya dilibatkan dalam membuat peraturan
di rumah.
1
Orang tua sering membuat peraturan
secara sepihak.
7
Mengajak anak-anak
berunding dalam menetapkan
kelanjutan sekolah
Aktivitas saya di luar jam sekolah, dibuat
atas kesepakatan antara saya dan orangtua
.
13
Orangtua memberi bimbingan, agar
prestasi belajar saya meningkat.
19
Bermusyawarah dalam
memecahkan problem-
problem yang dihadapai anak
maupun keluarga.
Orang tua membantu memecahkan
masalah yang saya hadapi.
25
65
Masalah di dalam keluarga saya,
dipecahkan bersama-sama
semua anggota keluarga.
31
Orangtua mengajarkan bagaimana cara
mengambil keputusan dalam memecahkan
persoalan saya.
34
Adanya kebebasan
yang terkendali.
Mendengar pendapat anak. Segala pendapat saya selalu didengar oleh
orang tua.
2
Mempertimbangkan
keinginan anak.
Segala keinginan saya akan
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh
orang tua.
8
Memperhatikan penjelasan
anak ketika melakukan
kesalahan.
Orang tua menerima penjelasan dari saya
ketika saya melakukan kesalahan.
14
Orang tua memberi kesempatan pada saya
untuk menjelaskan ketika saya berbuat
kesalahan.
20
Anak meminta ijin jika
hendak keluar dari rumah.
Saya selalu minta ijin ketika hendak
keluar rumah.
26
Memberikan izin bersyarat
dalam hal bergaul dengan
teman-temannya.
Orang tua memberikan kebebasan yang
bertanggung jawab dalam hal bergaul
dengan teman.
32
Jika pergi dengan teman, orang tua akan
mengingatkan untuk pulang dengan tepat
waktu sampai di rumah.
35
Adanya
pengarahan dari
orang tua.
Bertanya kepada anak tentang
kegiatan sehari-hari.
Setiap pagi orang tua bertanya tentang
kegiatan apa yang akan saya lakukan.
3
Orang tua selalu menanyakan tentang
kegiatan yang telah saya lakukan selama
sehari ini.
9
Memberikan penjelasan
tentang perbuatan yang baik.
Orang tua menasehati saya bahwa orang
yang menabur kebaikan, suatu saat pasti
akan menuai kebaikan pula.
15
Memberikan penjelasan
tentang perbuatan yang tidak
baik.
Orang tua selalu menjelaskan kepada saya
tentang akibat orang yang tidak jujur.
21
Orang tua selalu memberi nasehat ketika
saya melakukan kesalahan.
27
Adanya bimbingan
dan perhatian
Memberikan pujian atau
hadiah kepada anak bila
berperilaku benar atau baik.
Orang tua akan memberikan pujian jika
apa yang saya lakukan itu baik.
4
Orang tua akan memberi hadiah ketika
saya mendapat juara kelas.
10
Memberikan teguran kepada
anak, jika salah atau
berperilaku buruk.
Orang tua akan menegur bila saya
berperilaku yang tidak sopan.
16
Memenuhi kebutuhan sekolah
anak sesuai dengan
kemampuan.
Orang tua selalu berusaha memenuhi
kebutuhan sekolah saya tepat waktu.
22
Mengurus keperluan anak
sehari-hari.
Keperluan pribadi saya seperti (baju,
sepatu, tas, dll) selalu diperhatikan oleh
28
66
orang tua.
Mengingatkan anak untuk
belajar.
Orang tua senantiasa mengingatkan saya
untuk belajar dengan rajin dan sungguh-
sungguh.
33
Adanya saling
menghormati antar
anggota keluarga.
Terdapat tutur kata yang baik
antara anggota keluarga.
Kata-kata sopan yang setiap hari saya
dengar dalam komunikasi di keluarga
saya.
5
Tolong menolong dalam
bekerja.
Saya akan menolong orang tua dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah.
11
Saling menghargai antara
yang satu dengan yang
lainnya.
Menghormati orang tua serta kakak adik,
itulah yang selalu ditekankan dalam
keluarga saya.
17
Bersikap adil terhadap setiap
anak dalam pemberian tugas.
Orang tua membagi tugas membersihkan
rumah sesuai kemampuan masing-masing
dengan adil.
23
Orang tua saya selalu bersikap adil
terhadap semua anak-anaknya.
29
Adanya
komunikasi dua
arah.
Memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya
atau berpendapat tentang
sesuatu hal.
Jika saya akan memutuskan sesuatu,
orang tua menjelaskan akibat baik
buruknya.
6
Orang tua selalu memberi jawaban yang
baik ketika saya bertanya tentang sesuatu
hal.
12
Menjelaskan alasan
ditetapkannya suatu
peraturan.
Orang tua akan memberikan penjelasan
mengenai alasan ditetapkannya suatu
peraturan dalam keluarga.
18
Membicarakan segala
persoalan yang timbul dalam
keluarga.
Orang tua mengajak saya membicarakan
masalah yang timbul dalam keluarga.
24
Keluarga saya terbuka dalam
memecahkan masalah.
30
TOTAL 35
3.6. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
3.6.1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Validitas
yang digunakan untuk jenis skala dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes
67
mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut
(Azwar, 1997). Cara untuk mengetahui validitas dari alat ukur adalah
mengkorelasikan nilai yang diperoleh dari setiap item dengan skor total, dan
untuk memperoleh koefisien korelasi dengan skor total digunakan teknik
korelasi product moment dari Pearson menggunakan bantuan komputer dengan
SPSS for windows versi 17.0 pada setiap item dari kedua angket yang
digunakan.
Validitas item didasarkan pada besarnya korelasi yang diperoleh. Suatu
aitem dikatakan valid jika koefisien korelasi > 0,25 (Azwar, 1997). Kategori
inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak.
Perhitungan validitas dalam penelitian ini menggunakan corrected item total
corelation dengan teknik korelasi product moment memakai program SPPS For
Windows Versi 17.00.
3.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable (reliable). Walaupun reliabilitas
mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan, dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar,
1997).
Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji menggunakan teknik
reliabilitas Alpha Cronbach, dan angka yang dihasilkan dalam pengujian ini
berupa koefisien reliabilitas, dihitung dengan SPSS 17.00 for windows release.
68
3.7. SELEKSI ITEM PENELITIAN
Sebelum dilakukan penelitian atau pengambilan data, alat ukur yang
digunakan perlu diuji coba (try out) pertama di PPA Abdi Putra yang bertempat
di GSJA Parakletos sejumlah 40 orang anak terlebih dahulu untuk menyeleksi
alat ukur tersebut. Hasil try out yang pertama ternyata banyak sekali item yang
gugur pada skala prososial dan empati. Skala prososial dari 33 item terdapat 24
dapat digunakan dan 9 gugur, item-item yang banyak gugur itu pada aspek yang
penting dalam skala prososial seperti aspek menyumbang item gugur 3, dan
item yang dapat digunakan 3; aspek menolong item gugur 2, dan item yang
dapat digunakan 3 dengan validitas angket prososial bergerak dari rentang nilai
0,273 – 0,691 menghasilkan Koefisien Alfa Cronbach 0,885. Untuk skala
empati dari 25 item terdapat 7 item gugur dan 18 item yang dapat digunakan,
item-item yang banyak gugur itu pada aspek yang penting dalam skala empati
seperti aspek perhatian empatik item gugur 3 dan item yang dapat digunakan 3
dengan validitas angket empati bergerak dari rentang nilai 0,267- 0,776
menghasilkan Koefisien Alfa Cronbach 0,842.
Hasil try out pertama banyak item-item penting yang gugur pada skala
prososial dan skala empati, maka peneliti melakukan revisi item dan try out
ulang pada PPA Pangudi Putro yang bertempat di GSJA Efata dan
menghasilkan hasil yang cukup bagus. Berikut ini hasil try out ke dua yang juga
di gunakan acuan dalam penelitian ini.
3.7.1 Angket Perilaku Prososial
Dalam penelitian ini, angket Perilaku Prososial berdasarkan perhitungan
validitas terhadap 33 item, diperoleh 6 item tidak valid dan 27 item yang dapat
digunakan. Validitas angket prososial bergerak dari rentang nilai 0,301 sampai
dengan 0,690 Koefisien Alpha Cronbach dari 27 butir item yang dapat
69
digunakan adalah 0,890 lebih besar 0,6 yang berarti semua item prososial
tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Penyebaran item valid dan item
gugur dari angket prososial dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.10
Sebaran Item Skala Perilaku Prososial Setelah Uji Coba
No Aspek No Item Jumlah Item
Favorable Unfavorable Valid Gugur
1 Berbagi 1,8,26 9,15,21 6 0
2 Kerjasama 2*,3,14 7*,10,16,20 5 2
3 Menyumbang 17,22,27 4,11,29* 5 1
4 Menolong 5,23,32 24,30* 4 1
5 Kejujuran 12,33* 18,28 3 1
6 Kedermawanan 6*,25,31 13,19 4 1
Item gugur = * JUMLAH 27 6
Tabel 3.11
Susunan Nomor Item Baru Skala Perilaku Prososial
No Aspek No Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Berbagi 1(1),8(5),26(23) 9(6),15(12),21(18) 6
2 Kerjasama 3(2),14(11) 10(7),16(13),20(17) 5
3 Menyumbang 17(14), 22(19), 27(24) 4(3),11(8) 5
4 Menolong 5(4), 23(20),32(27) 24(21) 4
5 Kejujuran 12(9) 18(15),28(25) 3
6 Kedermawanan 25(22),31(26) 13(10),19(16) 4
Item Baru = ( ) Jumlah 27
3.7.2 Angket Empati
Berdasarkan perhitungan validitas terhadap 25 item, diperoleh 3 item
tidak valid dan 22 item yang dapat digunakan. Validitas angket empati bergerak
dari rentang nilai 0,270 sampai dengan 0,743 Koefisien Alpha Cronbach dari
22 butir item yang dapat digunakan adalah 0,827 lebih besar 0,6 yang berarti
70
semua item empati tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Penyebaran item
valid dan item gugur dari angket empati dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.12
Sebaran Item Skala Empati Setelah Uji Coba
No Aspek No Item Jumlah Item
Favorable Unfavorable Valid Gugur
1 Pengambilan Perspektif 1,9,23 5,15,19 6 0
2 Fantasi 16,20,24 2,6,10* 5 1
3 Perhatian Empatik 3,13,21 7*,17,25 5 1
4 Distress Pribadi 8,12,14* 4,11,18,22 6 1
Item gugur = * JUMLAH 22 3
Tabel 3.13
Susunan Nomor Item Baru Skala Empati
No Aspek No Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Pengambilan
Perspektif
1(1),9(9),23(17) 5(2),15(10),19(18) 6
2 Fantasi 16(3),20(11),24(19) 2(4),6(12) 5
3 Perhatian Empatik 3(5),13(13),21(20) 17(6),25(14) 5
4 Distress Pribadi 8(7),12(15) 4(8),11(16),18(21),22(22) 6
Item Baru = ( ) Jumlah 22
3.7.3 Angket Pola Asuh Demokratis
Berdasarkan perhitungan validitas terhadap 35 item, diperoleh 2 item
tidak valid dan 33 item yang dapat digunakan. Validitas angket pola asuh
demokratis bergerak dari rentang nilai 0,265 sampai dengan 0,800 Koefisien
Alpha Cronbach dari 33 butir item yang dapat digunakan adalah 0,943 lebih
besar 0,6 yang berarti semua item pola asuh demokratis tersebut dapat
digunakan dalam penelitian. Penyebaran item valid dan item gugur dari angket
pola asuh demokratis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
71
Tabel 3.14
Sebaran Item Skala Pola Asuh Demokratis Setelah Uji Coba
No Ciri-ciri No Item Favorable Valid Gugur
1 Musyawarah dalam keluarga 1,7*,13,19,25,31,34. 6 1
2 Kebebasan yang terkendali 2,8,14,20,26,32,35*. 6 1
3 Pengarahan dari orang tua. 3,9,15,21,27. 5 0
4 Bimbingan dan perhatian. 4,10,16,22,28,33. 6 0
5 Saling menghormati antar
anggota keluarga
5,11,17,23,29. 5 0
6 Komunikasi dua arah. 6,12,18,24,30. 5 0
Item Gugur = * Jumlah 33 2
Tabel 3.15
Susunan Nomor Item Baru Skala Pola Asuh Demokratis
No Ciri-ciri No Item Favorable Jumlah
1 Musyawarah dalam keluarga 1(1),13(12),19(18),25(24),31(30),34(33). 6
2 Kebebasan yang terkendali 2(2),8(7),14(13),20(19),26(25),32(31) 6
3 Pengarahan dari orang tua. 3(3),9(8),15(14),21(20),27(26). 5
4 Bimbingan dan perhatian. 4(4),10(9),16(15),22(21),28(27),33(32). 6
5 Saling menghormati antar
anggota keluarga
5(5),11(10),17(16),23(22),29(28). 5
6 Komunikasi dua arah. 6(6),12(11),18(17),24(23),30(29). 5
Item Baru = ( ) Jumlah 33
3.8. TEKNIK ANALISIS DATA
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Supramono dan Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum
melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi
Criteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan
72
parameter penduga yang sahih. Uji tersebut meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas, dan uji autokorelasi.
3.8.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi
normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat menunjukkan
apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Ghozali, 2009). Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test, dan uji
one sample Kolmogorov Smirnov. Pada uji Kolmogorov Smirnov apabila nilai
signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan data nilai residual terdistribusi
normal. Normalitas P-P Plot Test dideteksi dengan melihat titik-titik yang
mengikuti garis linear yang bergerak dari bawah ke kanan atas. Sehingga bila
titik-titik tersebut mengikuti garis linear, berarti data terdistribusi normal, dan
analisis dapat dilanjutkan (Santosa, 2000).
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi
korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Suatu
model regresi yang bebas masalah multikolinearitas adalah yang mempunyai
nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1
(Ghozali, 2009).
3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka terjadi masalah
73
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi
dependenn ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik
scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
3.8.1.4 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi
penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut
tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
adalah linear (Hadi, 2000). Hasil uji linieritas dengan p<0.05 maka dapat
dikatakan adanya hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
3.8.2 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisa data yang digunakan
adalah:
3.8.2.1 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bermaksud untuk mengetahui bagaimana
keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai
prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006). Analisis ini digunakan karena jumlah
variable independen dalam penelitian ini lebih dari satu.
top related