bab iii metode penelitian a. desain penelitian...
Post on 08-Apr-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
55 Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif. Creswell (dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 8) menjabarkan, bahwa “penelitian kualitatif adalah
sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan
dengan tradisi metodologi yang berbeda”. Dalam penelitian ini, peneliti
memandang bahwa rendahnya perilaku sopan santun merupakan salah satu
masalah sosial yang harus dikaji secara spesifik melalui eksplorasi atau
pengumpulan data dari para partisipan, menganalisnya secara induktif dan
memaknai arti dibalik data yang diamati. Hal itu, sebagaimana dikemukakan oleh
Creswell (2014, hlm. 4) sebagai berikut.
Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian
ini melibatkan upaya-upaya penting seperti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari
para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema
yang khusus ke tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data.
Berkaitan dengan karakteristik pendekatan kualitatif, Wiriaatmadja (2014, hlm.
10) telah merangkumnya dari sejumlah ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian
dan perilaku manusia berlangsung;
2. Penelitian kualitatif berbeda asumsi-asumsinya dengan desain
kuantitatif, teori atau hipotesis tidak secara apriori diharuskan;
3. Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data;
4. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dalam kata-kata;
5. Fokus diarahkan kepada persepsi dan pengalaman partisipan;
6. Proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan
kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian;
7. Penafsiran dalam pemahaman idiografis, perhatian kepada partikular,
bukan kepada membuat generalisasi;
8. Memunculkan desain, peneliti mencoba merekonstruksikan penafsiran
dan pemahaman dengan sumber data manusia;
56
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Mengandalkan kepada tacit knowledge (intuitive and felt knowledge),
maka data tidak dapat dikuantifikasi karena apresiasi terhadap nuansa
dari majemuknya kenyataan; dan
10. Objektivitas dan kebenaran dijunjung tinggi, namun kriterianya
berbeda karena derajat keterpercayaan didapat melalui verifikasi
berdasar koherensi, wawasan, dan manfaat.
Melalui pendekatan kualitatif tersebut, maka dapat dilakukan proses untuk
mengungkap masalah penelitian seperti dikemukakan di atas. Proses tersebut
dilakukan sesuai dengan keadaan atau kondisi riil, yaitu mengungkap fakta secara
deskriptif berdasarkan keadaan atau situasi pembelajaran yang sedang
berlangsung. Sehingga, pada akhirnya mempunyai dampak langsung dalam
memecahkan permasalahan pembelajaran yang dialami peserta didik dan guru
dengan cara memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.
Untuk menunjang penelitian ini, diperlukan juga dukungan kuantitatif
dalam mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian sesuai dengan indikator
keberhasilan penelitian. Dukungan kuantitatif tersebut penekanannya tidak pada
pengujian hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian
melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif. Hal tersebut seperti
dikemukakan oleh Ningrum (2014, hlm. 27), yakni: “kita ketahui bahwa
penelitian kualitatif tidak mentabukan sajian angka atau data, melainkan
menggunakannya sebagai bagian integral dari kegiatan penelitian sesuai dengan
tujuannya”.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Strategi-strategi penelitian kualitatif menurut pendapat Cresswell
(2014, hlm. 20), meliputi etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi
dan naratif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa PTK termasuk
sebagai grounded theory, yaitu “strategi penelitian yang di dalamnya peneliti
„memproduksi‟ teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi
tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan, termasuk dalam hal
ini penelitian tindakan kelas”. (Cresswell, 2014, hlm. 20). Penamaan penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research), diadopsi dari istilah Action Reseach
57
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(penelitian tindakan) yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1983 oleh
Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm.12) yang menjelaskan bahwa:
Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan
secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan)
untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari: (a) kegiatan praktek
sosial dan pendidikan mereka (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-
kegiatan praktek pendidikan ini, dan (c) situasi yang memungkinkan
terlaksanannya kegiatan praktek ini.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014,
hlm.11), „penelitian tindakan merupakan penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan inkuiri atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam
sebuah proses perbaikan dan perubahan‟. Selanjutnya Ebbutt (dalam Hopkins,
2011, hlm. 87) menyatakan: „penelitian tindakan merupakan studi sistematis yang
dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan
dengan tindakan-tindakan praktis mereka sendiri dan refleksi mereka terhadap
pengaruh dari tindakan itu sendiri‟.
Belakangan ini John Elliott (dalam Hopkins, 2011, hlm. 91) mempopuler-
kan penelitian tindakan sebagai salah satu metode bagi para guru yang tengah
melaksanakan penelitian di ruang kelasnya melalui Ford Teaching Project.
Selanjutnya Taggart (dalam Denzin, Norman K & Lincoln Yvonna, 2009, hlm.
440) mengungkapkan bahwa:
Penelitian tindakan kelas umumnya mencakup penggunaan model-model
penelitian dan pengumpulan data kualitatif dan interpretatif dari kalangan
pendidik/guru sebagai langkah untuk memberikan penilaian tentang cara,
teknik dan strategi untuk meningkatkan praktik pengajaran guru itu
sendiri.
Maka dari itu, untuk meningkatkan praktik pembelajaran tersebut, guru dapat
melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan mengetahui kelemahan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran, sehingga kelemahan tersebut dapat
diperbaiki. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas,
Wiriaatmadja (2012, hlm.13) menyimpulkan bahwa: “penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek
pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat mencobakan
58
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat
pengaruh nyata dari upaya itu”. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta
diharapkan hasil belajar peserta didik pun meningkat.
Adapun karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian lain
menurut Ningrum (2014, hlm. 28) secara rinci dikemukakan sebagai berikut:
1) Tujuan PTK tidak hanya untuk memecahkan permasalahan praktis di
kelas, melainkan juga mencari dukungan ilmiah;
2) Permasalahan bersifat nyata dan aktual yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian berfokus pada
permasalahan praktis dan bertujuan memperbaiki pembelajaran;
3) Penelitian dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan
tajam tentang hal-hal yang terjadi di kelas;
4) Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, siswa, kepala
sekolah) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesepakatan tindakan (action);
5) Penelitian dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen
untuk pengembangan, bertujuan meningkatkan profesionalisme guru,
bertujuan meningkatkan proses pembelajaran, dan memperoleh
pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.
Berdasarkan karakteristik di atas, PTK lebih menekankan pada proses bukan pada
hasil akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Walaupun terdapat beberapa
pendapat yang berbeda tentang karakteristik PTK yang dikemukakan oleh para
ahli, pada dasarnya memiliki beberapa persamaan, diantaranya adalah:
permasalahan bersifat praktis, adanya tindakan untuk memecahkan permasalahan
dan atau memperbaiki pembelajaran, dilakukan secara kolaboratif, dan adanya
siklus tindakan sebagai hasil kegiatan reflektif. Dalam penelitian ini, karakteristik
yang dikemukakan di atas dianggap telah mewakili karakteristik PTK secara
umum.
Selain memiliki karakteristik, PTK juga memiliki beberapa prinsip dasar
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Hopkins (2011, hlm. 106-108)
merekomendasikan enam kriteria penelitian kelas di bawah ini:
59
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Tugas utama guru adalah mengajar, dan metode penelitian apapun
seharusnya tidak mengganggu atau merusak komitmen mereka dalam
mengajar;
2) Metode pengumpulan data tidak boleh terlalu menuntut waktu guru;
3) Metodologi yang dipilih harus cukup reliabel agar guru bisa percaya
diri dalam memformulasikan hipotesis-hipotesisnya dan mengem-
bangkan strategi-strateginya yang aplicable dengan situasi kelas
mereka;
4) Penelitian yang dijalankan oleh guru sebaiknya fokus pada satu
problem/topik tertentu;
5) Memperhatikan prosedur-prosedur etis yang mendasari penelitiannya;
6) Penelitian kelas sebaiknya sejauh mungkin mengadopsi perspektif
„melampaui batas‟. Artinya, dapat memberikan sumbangan yang lebih
signifikan dalam perspektif yang lebih luas misalnya tataran sekolah
serta sistem atau lembaga yang berada di atasnya.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip PTK di atas, penelitian ini melibatkan
peneliti, guru dan peserta didik dalam situasi pembelajaran. Dilaksanakan sesuai
dengan jadwal pembelajaran IPS di kelas VIII-C, materi pembelajaran sesuai
dengan program semester yang telah disusun oleh guru mitra dan relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, metode pengumpulan data didesain secara
sederhana, fokus penelitian yaitu pada upaya peningkatan perilaku sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan, dilakukan dengan seobjektif mungkin.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperbaiki kinerja guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap kondisi, perilaku, dan kemampuan peserta didik melalui beberapa siklus
sampai memperoleh hasil yang ideal. Sehingga, diharapkan hasil penelitian ini
dapat berimplikasi terhadap sekolah, dinas terkait, pemerintah daerah dan lebih
jauh, dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun karakter bangsa
sebagai warga Negara yang baik.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bersifat partisipatoris dan kolaboratif dengan
guru mitra yang proses pelaksanannya dilakukan secara siklus. Menurut Kemmis
dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66), penelitian tindakan dapat
dipandang sebagai suatu siklus spiral mulai dari penyusunan perencanaan (plan),
pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).
Selanjutnya, diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Hal tersebut berarti bahwa
60
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model ini dilakukan secara berulang-ulang, semakin lama diharapkan semakin
meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya, sehingga dapat memecahkan
permasalahan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, diharapkan adanya
peningkatan perilaku sopan santun berbasis etika kesundaan pada setiap siklusnya.
Model pengembangan penelitian tindakan kelas sebagaimana dijelaskan,
digambarkan dalam skema sistematis sebagai berikut:
Gambar 3.1:
Bagan Siklus PTK Spiral Model Kemmis & Mc. Taggart
(dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66)
Prosedur penelitian dalam bagan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana
tindakan yang akan dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel,
karena untuk mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika
tindakan dilaksanakan. Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif dan
reflektif antara peneliti dengan guru mitra. Hal itu agar tindakan dapat lebih
terarah pada sasaran yang hendak dicapai, dengan didasari atas pertimbangan
apakah tindakan yang dilaksanakan tersebut mungkin untuk dapat dilaksanakan
61
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara efektif dalam berbagai situasi kelas. Tahapan yang dilaksanakan dalam
tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan
masalah dan formulasi tindakan.
Pada tahap ini, secara lebih rinci peneliti melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Melakukan perizinan dan koordinasi dengan pihak sekolah
b. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran IPS yang terjadi di kelas
VIII-C bersama dengan guru mitra
c. Melakukan observasi kelas (pra penelitian)
d. Menentukan strategi dan teknik pembelajaran yang tepat, berdasarkan
hasil observasi
e. Meminta kesediaan guru mitra untuk berkolaborasi dengan peneliti.
Dalam penelitian ini, guru mitra berperan sebagai observer.
f. Mengkomunikasikan pembagian tugas kepada guru mitra yang akan
bertindak sebagai observer terhadap implementasi tindakan sesuai
fokus penelitian
g. Menyusun kesepakatan dengan guru mitra terkait waktu kegiatan
penelitian tindakan di kelas VIII-C
h. Menyusun skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP
i. Menyusun alat pengumpulan data berupa tes tertulis, lembar
observasi, lembar penilaian diri, lembar penyusunan desain
perencanaan sosiodrama, dan bahan ajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran untuk merekam ketercapaian indikator-indikator
pembelajaran sesuai dengan fokus penelitian
j. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, yang meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap dan
aspek keterampilan, sehingga dapat mengukur peningkatan sopan
santun peserta didik berbasis etika kesundaan.
k. Merencanakan diskusi balikan dengan guru mitra mengenai kendala
atau hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan
pembelajaran pada setiap siklusnya.
62
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
l. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya
sebagai tindak lanjut dari temuan siklus sebelumnya. Langkah ini
dilakukan antara peneliti dengan guru mitra.
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru
mitra. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas VIII-C
SMP Negeri 3 Pamulihan untuk meningkatkan perilaku sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan. Selanjutnya, pelaksanaan tindakan juga diarahkan untuk
memperbaiki aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPS sebelumnya. Agar
dapat terlaksana dengan baik, tindakan tersebut harus mengacu kepada rencana
yang rasional dan terukur. Untuk itu, harus dilakukan secara hati-hati, praktis,
terencana dan terkontrol secara seksama sesuai dengan fokus masalah. Secara
rinci, tahapan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
antara peneliti dan guru mitra pada tahap perencanaan
b. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat
pengumpulan data untuk merekam ketercapaian perilaku sopan santun
berbasis etika kesundaan peserta didik
c. Melakukan evaluasi pembelajaran yang terkait dengan pengetahun,
sikap, dan keterampilan dalam rangka peningkatan sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan
d. Melaksanakan pengolahan data.
e. Melakukan diskusi balikan dengan observer
f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi
balikan
3. Observasi (observation)
Observasi dan pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam waktu bersamaan (tidak terpisahkan). Observasi adalah kegiatan
mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan melakukan
63
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perekaman) terhadap proses, hasil, serta masalah baru yang mungkin muncul
selama tindakan dilakukan. Hasil observasi dianalisis sebagai bahan refleksi
terhadap tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan
rencana tindakan selanjutnya. Guru mitra melakukan observasi terhadap
penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS yang dilakukan peneliti
dalam rangka mengumpulkan data, selanjutnya dianalisis melalui diskusi balikan
setelah pembelajaran selesai. Tahap observasi dalam penelitian ini secara rinci
meliputi :
a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian
yaitu kelas VIII-C SMP Negeri 3 Pamulihan
b. Pengamatan kesesuaian metode belajar dengan kaidah-kaidah teoritis
yang pakai, berkaitan dengan penerapan sosiodrama dalam
pembelajaran IPS.
c. Pengamatan mengenai kesesuaian kegiatan proses pembelajaran IPS
melalui penerapan sosiodrama, serta kesesuaian pokok bahasan yang
dipilih dalam RPP
d. Pengamatan terhadap keefektifan penerapan sosiodrama dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII-C dalam peningkatan sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan.
e. Pengamatan mengenai kesesuaian perilaku sopan santun berbasis etika
kesundaan yang ditampilkan peserta didik berdasarkan indikator yang
telah ditentukan.
4. Refleksi (reflection)
Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra.
Tahap ini meliputi kegiatan analisis, sintesis dan penafsiran (interpretasi) terhadap
informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan, baik dalam proses maupun
hasil pembelajaran peserta didik berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah
ditentukan. Apakah masih ada hal-hal yang perlu direduksi atau ada yang perlu
ditambahkan atau ditekankan. Dengan kata lain, refleksi juga merenungkan sambil
mengevaluasi tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan
apa yang belum atau tidak sempat dilakukan pada siklus sebelumnya.
64
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya, hasil refleksi dipergunakan sebagai bahan revisi dalam
pelaksanaan tindakan berikutnya dalam upaya pencapaian tujuan penelitian.
Wiriaatmadja (2014) memberikan ilustrasi mngenai “partnership” atau hubungan
antara peneliti dengan guru mitra sebagai kolaborator atau partner kerja sebagai
berikut.
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap tindakan
b. Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra, setelah melakukan
tindakan
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk
dilakukan pada siklus selanjutnya.
C. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan Penelitian
Hopkins (2011) mengemukakan bahwa “subyek penelitian kelas berupa
peristiwa manusia, dan situasi yang diamati”. Dalam penelitian ini, yang menjadi
partisipan penelitian adalah para peserta didik kelas VIII-C yang berjumlah 21
orang, terdiri dari 12 laki-laki dan 9 perempuan. Pertimbangan dalam memilih
kelas ini sebagai partisipan penelitian, sesuai dengan permasalahan penelitian
yaitu rendahnya sopan santun peserta didik. Selain itu, berdasarkan masukan dan
hasil diskusi dengan guru mitra serta laporan dari sejumlah guru yang menguatkan
informasi mengenai kondisi kelas berdasarkan permasalahan yang dikemukakan.
Sesuai dengan karakteristik PTK, penelitian ini dilakukan secara
kolaboratif. Peneliti bekerjasama dengan guru mitra yang mengajar mata pelajaran
IPS sebagai kolaborator utama. Guru mitra yang dimaksud adalah My. Posisinya
saat ini menggantikan peneliti selama melaksanakan tugas belajar. Beliau adalah
guru mata pelajaran IPS lulusan S-1 Ekonomi STIE-INABA Bandung, yang telah
mengajar selama 11 tahun di SMPN 3 Pamulihan, yaitu bersamaan dengan awal
terbentuknya sekolah ini sebagai Sekolah Terbuka pada tahun 2004. Dalam
penelitian ini, peneliti berperan sebagai model, dan guru mitra sebagai observer.
Hal ini dilakukan agar dalam menerapkan pembelajaran IPS melalui penerapan
sosiodrama dapat lebih optimal, sehingga diharapkan akan berpengaruh pada
65
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
optimalisasi dan keberhasilan dalam setiap tindakan. Selain itu, guru mitra
merupakan guru senior, yang telah mengikuti sejumlah pelatihan berkaitan dengan
metode pembelajaran dan penelitian tindakan kelas (PTK). Sehingga, dalam
melaksanakan tugasnya sebagai observer, peneliti berkeyakinan dapat dilakukan
dengan seobjektif mungkin.
2. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII-C SMP Negeri 3
Pamulihan Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil
observasi awal, didapat laporan dari sejumlah guru mengenai perilaku peserta
didik, khususnya di kelas VIII-C yang tidak mencerminkan sopan santun,
diantaranya yaitu lunturnya budaya senyum, salam, sapa, dan mencium tangan
ketika bertemu dengan guru atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah
„lémpeng‟, berbicara kasar disertai dengan memakai istilah binatang, jorok,
berbicara dengan guru sama seperti berbicara dengan teman. Hal ini berimplikasi
pada proses pembelajaran di kelas. Mereka yang terbiasa berkata kasar dan jorok
seringkali mengeluarkan celotehan-celotehan yang menyinggung perasaan guru
dan peserta didik lainnya, atau ada juga diantara mereka yang merasa minder dan
malu untuk bertanya maupun mengemukkan pendapat, dan apabila ditanya
mereka menjawab dengan jawaban asal bunyi (asbun). Selain itu, proses
pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Pamulihan cenderung monoton, jarang
divariasikan dengan metode lain yang lebih inovatif. Metode yang digunakan
dalam pembelajaran IPS hanya mengandalkan ceramah. Para guru belum banyak
mengintegrasikan materi pembelajaran dengan nilai-nilai kearifan budaya lokal
melalui pendekatan kontekstual, mereka belum banyak menerapkan metode-
metode pembelajaran yang menyentuh ranah afektif dan psikomotorik secara
khusus, sehingga perilaku perilaku sopan santun peserta didik semakin menurun.
Alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah
karena peneliti merupakan guru tetap di sekolah ini sehingga kontribusi dan
kebermanfaatannya akan dirasakan langsung, baik oleh peneliti sendiri dalam
upaya pengembangan pembelajaran IPS ke arah yang lebih baik maupun bagi
sekolah. Alasan lainnya yaitu untuk memudahkan pengumpulan data penelitian
66
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan proses observasi serta kemudahan dalam perizinan, kerja sama dengan tenaga
pendidik dan kependidikan khususnya dalam berkolaborasi dengan guru mitra
dalam melaksanakan observasi selama proses penelitian berlangsung, sehingga
dapat diperoleh hasil penelitian sesuai dengan yang diharapkan.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Proses
pengumpulan data dalam penelitian ini, mencakup aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Data tersebut berupa data hasil tes tertulis, pengamatan, pencatatan
atau data yang telah siap untuk disajikan. Untuk memperoleh data, maka
diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat agar bukti-bukti atau fakta yang
diperoleh berfungsi sebagai data yang objektif dan valid. Sebagaimana telah
dijelaskan, bahwa PTK termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Berkenaan
dengan hal tersebut, Mulyasa (2010) mengemukakan empat prinsip yang harus
diperhatikan dalam penelitian kualitatif:
1) Identitas subjek harus dilindungi sehinga data yang diperoleh tidak
mempermalukan atau menjatuhkan mereka. Untuk itu, peneliti
menggunakan strategi pengkodean terhadap partisipan penelitian agar
kerahasiaannya dapat terlindungi.
2) Antara subjek dan peneliti jangan ada jarak. Artinya, antara kedua
pihak harus dibangun kerjasama yang baik, demi mencapai tujuan
penelitian yang diharapkan melalui perolehan data yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3) Dalam hal pengurusan izin penelitian, perlu menjelaskan kepada
peserta didik yang diteliti tentang maksud dan tujuan penelitian.
Untuk itu, persetujuan harus dituangkan secara tertulis dan
ditandatangani serta ditembuskan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
4) Ceritakan dengan jujur ketika melakukan penulisan dan melaporkan
suatu penemuan. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian kualitatif,
data yang diperoleh diperiksa kebenarannya atau divalidasi melalui
member check, yaitu pengecekkan kembali terhadap data-data yang
diperoleh dari hasil observasi untuk ditulis dalam laporan penelitian.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
67
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1: Teknik Pengumpulan Data
Aspek Teknik Bentuk Instrumen
Pengetahuan
Tes tertulis Soal uraian
Sikap
Observasi Lembar Observasi dan catatan lapangan
Penilaian diri Lembar penilaian diri
Wawancara Pedoman wawancara
Keterampilan
Praktek Lembar observasi
Audio-visual Dokumentasi foto dan video
1. Observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra yang
bertindak sebagai observer, pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung.
Tujuannya untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi atau dilakukan oleh guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Yakni, pada saat guru
melaksanakan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode sosiodrama, pada
saat peserta didik menampilkan sopan santun berbasis etika kesundaan dalam
sosiodrama, dan pada saat peserta didik mempraktekkan sopan santun berbasis
etika kesundaan di luar kelas sebagaimana pendapat Hamzah dkk. (2011, hlm.
90), observasi yaitu proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau
pengamat melihat situasi penelitian. Menurut Sukmadinata (2005, hlm. 220),
observasi dapat berupa ikut serta dalam kegiatan (partisipatif) dan hanya
mengamati (non-partisipatif). Pada penelitian ini, guru mitra lebih berperan
sebagai observer non-partisipatif dalam proses pembelajaran. Sedangkan peneliti,
selain sebagai model, juga berperan sebagai observer partisipatif. Untuk itu,
peneliti perlu melengkapi diri dengan format atau lembar pengamatan.
Metode observasi yang digunakan untuk mengetahui sopan santun peserta
didik pada saat pelaksanaan sosiodrama adalah observasi terstruktur, yaitu
observasi yang dilakukan dengan menggunakan kriteria pengamatan yang
disetujui oleh mitra peneliti, selanjutnya tinggal menghitung (mentally) saja
berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap peserta didik yang sedang diteliti itu
ditampilkan (Hopkins, dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 110). Sedangkan
observasi pada saat peserta didik mempraktekkan sopan santun berbasis etika
kesundaan di luar kelas, menggunakan metode observasi sistematis sebagaimana
dikemukakan oleh Ningrum (2014, hlm. 95):
68
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
observasi sistematis merupakan observasi yang mengandalkan penggunaan
sistem pengkodean (coding) atau skala interaksi dan bertujuan untuk
mencerminkan interaksi guru dengan peserta didik (biasanya berupa
lembar observasi yang sudah mencantumkan aspek-aspek yang
diobservasi, observer tinggal membubuhi tanda silang pada pilihan YA
atau TIDAK.
Untuk melakukan pengamatan yang profesional, harus memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Fokus penelitian. Yaitu mengenai kegiatan apa yang harus diamati,
apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus
diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati
dan dikomentari, serta dicatat dalam catatan lapangan. Sedangkan
observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di
kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu, yang
sudah didiskusikan sebelumnya. Dalm hal ini, sebaiknya observer
mengamati secara lugas lugas terhadap fokus observasi.
b. Kriteria yang diobservasi. Yaitu dengan terlebih dahulu mendiskusikan
ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat,
ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efisien, tidak efisien, dan ukuran
lain yang dipakai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih
dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindarkan
kesalahpahaman antara para mitra peneliti, apabila akan melakukan
diskusi dan refleksi sesudah penampilan tindakan dilakukan. Kriteria
observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan
data penelitian mengikuti standar tersebut, atau tidak. (Wiriaatmadja,
2014, hlm. 105)
Dalam mengumpulkan data, guru mitra sebagai observer dalam hal ini berusaha
untuk objektif, tidak mengkritik apalagi menghakimi pola peneliti sebagai guru
pelaksana yang belum berhasil, tetapi lebih bersifat persuasif dan tetap berpegang
pada prinsip bahwa penelitian tindakan kelas dengan penerapan metode
sosiodrama diarahkan untuk memperbaiki pembelajaran IPS di SMP Negeri 3
Pamulihan. Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan
perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan. Tiga fase observasi tersebut
dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Pertemuan
Perencanaan
Diskusi Balikan Observasi Kelas
69
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2:
Bagan Alur Observasi Kelas
(Wiriaatmadja, 2014, hlm. 106)
Guru mitra dan peneliti akan mempelajari bersama hasil observasi,
menyepakati hasil pengamatan yang masih ada kekurangan atau keberhasilan
untuk dijadikan catatan lapangan, dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya.
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 105-106) mengemukakan bahwa,
manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik
(feedback) dilakukan dengan cermat yaitu dengan cara:
a) Dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kegiatan tindakan dilakukan;
b) Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan
cermat;
c) Berdasarkan data faktual;
d) Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah disetujui;
e) Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi;
f) Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam
diskusi dua arah; dan
g) Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta,
keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya yang dilakukan dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan kepada guru IPS sebagai mitra penelitian dan peserta
didik kelas VIII-C SMP Negeri 3 Pamulihan sebagai partisipan penelitian dengan
menggunakan pertanyaan terbuka melalui bantuan pedoman wawancara.
Wawancara kepada guru mitra dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum
penelitian (pra penelitian) dan setelah penelitian. Wawancara pertama dengan
guru mitra diawali dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal mengenai
perilaku sopan santun peserta didik di kelas VIII-C. Kemudian wawancara
dimaksudkan untuk mengetahui profil guru mitra secara lengkap, metode
pembelajaran yang sering dilakukan dalam pembelajaran IPS, aktivitas peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran, kendala atau permasalahan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran IPS, sumber dan media pembelajaran yang sering
digunakan dalam pembelajaran IPS, dan meminta pendapat mengenai penerapan
70
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan. Sedangkan wawancara kedua dilakukan
setelah penelitian dilaksanakan, yaitu mengenai aktivitas peserta didik atau
kondisi pembelajaran di kelas setelah diterapkannya sosiodrama, perilaku sopan
santun peserta didik berbasis etika kesundaan selama pembelajaran IPS
berlangsung melalui penerapan sosiodrama, peningkatan sopan santun peserta
didik berbasis etika kesundaan berdasarkan hasil observasi, penerapan sopan
santun peserta didik berbasis etika kesundaan di luar pembelajaran IPS, dan hal-
hal yang perlu diperbaiki dari pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku
sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan melalui penerapan
sosiodrama.
Selanjutnya, wawancara ditujukan kepada peserta didik kelas VIII-C SMP
Negeri 3 Pamulihan setelah dilakukannya penelitian. Wawancara ini bertujuan
untuk mengetahui pendapat peserta didik mengenai penerapan sosiodrama dalam
pembelajaran IPS, perbedaan dengan pembelajaran IPS yang selama ini
dilaksanakan, suasana kelas yang terjadi dalam pembelajaran IPS melalui
penerapan sosiodrama, perasaan setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui
penerapan metode sosiodrama, keefektifan penerapan sosiodrama dalam
pembelajaran IPS untuk meningkatkan sopan santun berbasis etika kesundaan di
kelas VIII-C, manfaat yang dirasakan dengan menerapkan perilaku sopan santun
berbasis etika kesundaan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran dan ide agar
para peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya menerapkan perilaku
sopan santun berbasis etika kesundaan, baik di sekolah, di rumah maupun di
masyarakat
3. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan metode pengumpulan data dengan cara
memberikan tes kepada responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tes
tertulis ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui hasil belajar yang
telah dilaksanakan. Dalam penelitian ini, tes tertulis digunakan untuk mengukur
pencapaian pengetahuan mengenai sopan santun peserta didik berbasis etika
71
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesundaan. Tes tersebut dilakukan pada setiap akhir siklus, yaitu pada tindakan
keempat, tindakan kedelapan dan tindakan keduabelas.
4. Studi Dokumen
Studi dokumentasi menurut Satori dan Komariah (2010, hlm. 14) adalah
kegiatan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian, lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung
dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Elliot (dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 121) menjelaskan ada beberapa jenis dokumen yang
dapat membantu kita dalam mengumpulkan data penelitian terkait dengan
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, diantaranya: 1) Silabi dan rencana
pelajaran; 2) Laporan diskusi tentang kurikulum; 3) Berbagai macam ujian dan
tes; 4) Laporan rapat; 5) Laporan tugas siswa; 6) Bagian-bagian dari buku teks
yang digunakan dalam pembelajaran; dan 7) Contoh essay yang ditulis oleh siswa.
Dokumen tersebut ada yang berasal dari sekolah seperti profil sekolah, denah
lokasi sekolah, data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, data peserta didik.
Selain itu, dokumen-dokumen yang berasal dari guru mitra antara lain, kurikulum
IPS, program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), berbagai macam hasil ujian dan tes termasuk rekapitulasi
nilai raport pada semester sebelumnya, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari
buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, dll.
5. Catatan Lapangan (Field Notes)
Catatan lapangan yang dimaksud berdasarkan pendapat Wiriaatmadja
(2010, hlm. 125) yaitu sebagai berikut:
Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam
penelitian ini, catatan ini dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang
melakukan pengamatan atau observasi yang memuat berbagai aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan
interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, mungkin juga
hubungan dengan orangtua siswa, iklim sekolah, leadership/kepala
sekolah; demikian pula perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi,
semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini.
Catatan tersebut merupakan kekuatan tersendiri dalam Penelitian Tindakan Kelas
yang dimuat dalam bentuk deskriptif-kualitatif secara mendasar (grounded).
72
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan catatan semua peristiwa yang
terjadi dalam suatu kegiatan dibuat oleh peneliti untuk menganalisis semua
kegiatan mengenai penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS dan aktivitas
peserta didik dalam menampilkan sopan santun berbasis etika kesundaan melalui
sosiodrama tersebut, sehingga nantinya dapat terlihat ketercapaian target
penelitian yang ditentukan oleh peneliti. Melalui catatan lapangan ini pula peneliti
dapat merefleksi tindakan yang telah dilakukan, apabila tidak mencapai target
maka perlu diperbaiki pada tindakan berikutnya.
6. Bahan Audio-Visual
Alat ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas
secara detail pada saat pembelajaran. Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 122)
mengatakan, „Gambar-gambar foto, cuplikan rekan tape atau slide, berguna juga
dalam wawancara, baik untuk melalui topik pembicaraan maupun untuk
meningkatkan agar tidak menyimpang dari tujuan wawancara‟. Menurut Elliot
dan Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 122):
Alat video yang digunakan sebaiknya tidak dipegang oleh yang berperan
menyajikan pembelajaran melainkan oleh mitra peneliti atau sejawat
lainnya, serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas karena
siswa akan lebih terpikat kepada kesibukan rekaman video daripada
berpartisipasi dalam pembelajaran itu sendiri.
Selain itu, melalui alat tersebut hasil tindakan yang dilakukan peneliti dan peserta
didik dapat tergambarkan secara jelas pada setiap siklusnya, untuk melihat apabila
suatu saat terjadi kekeliruan sumber datanya. Sehingga data yang diperoleh dapat
lebih akurat dalam melihat peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika
kesundaan melalui penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kelas sebagai salah satu penelitian
bertradisi kualitatif menurut Wiriaatmadja (2014, hlm. 96) adalah peneliti,
“peneliti sebagai satu-satunya instrumen, karena manusialah yang dapat
menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti halnya banyak
terjadi di kelas”. Lincoln dan Guba (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 96), merinci
karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti as the only human instrument
73
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu: 1) responsif, 2) adaptif, 3) menekankan aspek holistik, 4) pengembangan
berbasis pengetahuan, 5) memproses dengan segera, 6) klarifikasi dan
kesimpulan, dan 7) kesempatan eksplorasi. Menurut Nasution (2003, hlm. 55-56)
karakter tersebut hanya mampu dilakukan oleh manusia atau peneliti,
sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
1) Peneliti sebagai alat, peka atau dapat bereaksi dan berinteraksi
terhadap segala stimulus dari lingkungan yang senantiasa berubah-
ubah, peneliti juga harus mempertimbangkan bermakna atau tidaknya
data tersebut.
2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
dan situasi serta dapat mengumpulkan bermacam-macam data
sekaligus.
3) Tiap situasi merupakan keseluruhan dari data. Bahwa hanya manusia
sebagai instrumen yang dapat memahami keseluruhan situasi dengan
segala seluk-beluknya, artinya tes atau angket tidak dapat menangkap
keseluruhan situasi, kecuali oleh peneliti.
4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, peneliti tidak dapat
memahami dengan pengetahuan semata. Oleh karena itu, peneliti
perlu memahami, merasakan dan menyelaminya.
5) Peneliti sebagai instrumen, dapat segera menganalisis data yang
diperoleh dari lapangan dengan cepat.
6) Manusia sebagai instrumen, dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan dan dapat menggunakannya sebagai balikan
untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.
7) Karena manusia sebagai instrumen, kejadian yang aneh atau
menyimpang akan mendapat perhatian lebih, bahkan respon yang
bertentangan sekalipun dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dari rincian di atas, terlihat jelas betapa pentingnya peran peneliti dalam
penelitian tindakan kelas (PTK). Hal tersebut memberikan konsekuensi bahwa
peneliti harus memahami betul tugasnya dan mempersiapkan diri dengan matang
untuk hal tersebut.
Untuk meningkatkan sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan,
maka dirancang kisi-kisi instrumen sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 6. Memahami pranata dan penyimpangan-
sosial
Kompetensi Dasar : 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk-
hubungan sosial
74
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam-
kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan pengendalian-
penyimpangan sosial
74 Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2: Kisi-kisi Instrumen Penelitian
SK/KD IPS Kelas VIII dalam KTSP
Indikator Keberhasilan Standar
Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
6. Memahami pranata
dan penyimpangan
sosial
6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk
hubungan sosial Aspek pengetahuan:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri perilaku
sopan santun berbasis etika kasundaan
2. Peserta didik dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial,
pranata sosial dalam kehidupan masyarakat dan pengendalian
penyimpangan sosial
3. Peserta didik dapat mengemukakan pandangan mengenai perlunya
perilaku sopan santun dalam hubungan sosial (asosiatif maupun
disosiatif), dalam pranata sosial serta dalam lembaga pengendali
penyimpangan sosial.
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial
dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan pengendalian
penyimpangan sosial
6. Memahami pranata
dan penyimpangan
sosial
6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk
hubungan sosial Aspek Sikap:
1. Peserta didik memiliki kepedulian untuk memperhatikan sikap sopan
santun berbasis etika kesundaan yang ditampilkan oleh peserta didik
lainnya melalui sosiodrama.
2. Peserta didik memiliki kesadaran mengenai pentingnya sopan santun
berbasis etika kesundaan dalam hubungan sosial (asosiatif maupun
disosiatif), dalam pranata sosial, dan dalam lembaga pengendali
penyimpangan sosial melalui sosiodrama.
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial
dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan pengendalian
penyimpangan sosial
6. Memahami pranata
dan penyimpangan
sosial
6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk
hubungan sosial Aspek Keterampilan:
1. Peserta didik dapat mempraktekkan sopan santun berbasis etika
kesundaan di lingkungan Sekolah
2. Peserta didik dapat menjadi pionir bagi peserta didik lainnya dalam
berperilaku sopan santun berbasis etika kesundaan di lingkungan
6.2 Mendeskripsikan pranata sosial
dalam kehidupan masyarakat
6.3 Mendeskripsikan pengendalian
75
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyimpangan sosial Sekolah
75
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan unsur-unsur tatakrama orang Sunda yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, ada delapan unsur yang sangat mengikat. Dari kedelapan
unsur tersebut, i‟tikad atau niat merupakan satu-satunya unsur yang sulit diukur.
Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti hanya mengadopsi tujuh unsur, yang
dikembangkan ke dalam beberapa indikator sopan santun berbasis etika kesunda-
an sebagai berikut:
Tabel 3.3: Indikator Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan
(diadaptasi dari Suryalaga, 1993, hlm. 34)
Unsur sopan santun
(tatakrama) Watak
sunda Indikator
Tata cara pergaulan
(etiket lokal, nasional,
internasional)
Daréhdéh, Someah
Tersenyum ketika bertemu dengan-
orang lain
Mengucapkan salam
Berjabat tangan atau mencium tangan
Menyapa
Berbicara didahului dengan kata “maaf”
dan diakhiri dengan kata “terimakasih”
Tidak memalingkan muka kpd lawan-
bicara
Mengambil sesuatu menggunakan-
tangan kanan
Bahasa
Berbicara dengan kata-kata yang baik
(tidak kasar, tidak jorok) dan tidak-
menyakiti perasan orang lain
Kualitas pengetahuan dan
wawasan (pangaweruh) Handap
asor
Tidak menyela/memotong/mengalihkan-
pembicaraan pada waktu yang tidak-
tepat
Lagam berbicara (irama
bicara, intonasi lentong) Luwes Berbicara dengan intonasi yang tepat
Sikap tubuh (body
language: kinesic,
gesturd). Rengkuh
Sikap badan menunjukkan kerendahan-
hati
Roman muka (pasemon) Marahmay,
amis budi Berbicara dengan wajah yang sedikit-
tersenyum
Tata busana (dangdanan) Berpakaian rapi sesuai dengan situasi
Indikator-indikator sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan di
atas, diadaptasi ke dalam desain perencanaan sosiodrama yang disusun oleh setiap
kelompok dan dimodelkan melalui pelaksanaan sosiodrama di dalam kelas,
selanjutnya dipraktekkan/diimplementasikan di luar kelas.
76
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Pengolahan, Analisis, Validasi dan Interpretasi Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan melalui teknik dan instrumen pengumpul data,
selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data. Teknik pengolahan data dalam
pelaksanaan tindakan, seperti data hasil wawancara dan catatan lapangan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang nantinya
menghasilkan data deskriptif. Sedangkan, data kuantitatif yang diperoleh dari
proses dan hasil belajar, diolah dengan teknik statistik sederhana untuk mengukur
ketercapaian aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sopan santun berbasis
etika kesundaan. Secara lebih rinci, tahap pengolahan data kuantitatif tersebut
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan
Aspek Pengetahuan
Taksonomi pendidikan, pertama kali disusun oleh Bloom, dkk (1956)
melalui bukunya yang berjudul: Taxonomy of Educational Objectives: Handbook
I: Cognitive Domain. Taksonomi tersebut terdiri dari enam kategori pokok dengan
urutan sebagai berikut: pengetahuan (knowledge), komprehensi (comprehension),
aplikasi (application), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) yang telah
dipakai selama lebih dari setengah abad. Selanjutnya, pada tahun 2001 taksonomi
Bloom direvisi oleh Anderson & Krathwohl melalui bukunya: A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of
Educational Objectives. Melalui bukunya tersebut, Anderson & Krathwohl (2015,
hlm.46) menjadikan pengetahuan sebagai dimensi tersendiri dan menghubungkan-
nya secara logis dengan dimensi proses kognitif secara eksplisit. Mereka
memisahkan komponen kata benda dan kata kerja dalam kategori pengetahuan
aslinya. Komponen kata benda pengetahuan dipertahankan, tetapi dijadikan
dimensi tersendiri yang meliputi: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Sedangkan kata kerjanya
dikaji dengan kerangka enam kategori pada dimensi proses kognitif: mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Untuk
itu, kemdikbud (2015, hlm.15) mendefinisikan penilaian pengetahuan adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik yang
77
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan
berfikir tingkat rendah hingga tinggi. Aspek pengetahuan dalam penelitian ini
bertujuan agar peserta didik memahami sopan santun berbasis etika kesundaan.
Kata “memahami” merupakan salah satu kata kerja dari enam kategori proses
kognitif tersebut. Sementara itu, sopan santun berbasis etika kesundaan dapat
dipandang sebagai pengetahuan konseptual.
Dalam konteks penelitian ini, teknik pengolahan ketercapaian aspek
pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis secara individual. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan instrumen soal yang relevan. Bentuk instrumen dan
pengolahan data aspek pengetahuan disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.4: Contoh soal untuk menilai pengetahuan peserta didik
Nama Peserta didik :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Materi Pokok :
Tindakan :
No. Soal Jawaban
1. Sebutkan unsur-unsur sopan santun/tatakrama dalam
budaya Sunda menurut Suryalaga!
2. Kemukakan ciri-ciri orang yang memiliki perilaku
sopan santun berbasis etika kesundaan!
3. Bentuk-bentuk hubungan sosial apa saja menurut
kalian, perlu diterapkan sopan santun berbasis etika
kesundaan!
4. Sebutkan manfaat apa saja yang diperoleh seseorang
dengan menerapkan sopan santun berbasis etika
kesundaan dalam kehidupan sehari-hari!
Rumus penilaian hasil tes tertulis NA =
x 100
NA = Nilai Akhir
= Skor Perolehan
n = Skor ideal (pedoman penilaian dapat dilihat pada lampiran)
Kategori nilai pemahaman konsep peserta didik yang digunakan yaitu:
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
78
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan
Aspek Sikap
Penilaian sikap merupakan aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan
keputusan terhadap sikap. Dalam pembelajaran, kompetensi sikap adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang, untuk mengukur sikap peserta didik sebagai
hasil dari suatu program pembelajaran. Kegunaan utama penilaian sikap adalah
sebagai refleksi pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara individual
dalam pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kecenderungan perilaku
spiritual dan sosial peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar
kelas sebagai hasil pendidikan (kemendikbud, 2015, hlm.61). Teknik pengolahan
ketercapaian sikap sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan dalam
penelitian ini, dilakukan melalui observasi dan penilaian diri sebagai berikut:
Tabel 3.5: Lembar observasi sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan aspek sikap
Nama Peserta didik :
Kelas :
Tanggal Pengamatan :
Materi Pokok :
Tindakan :
No. Aspek yang diobservasi
Hasil
pengamatan
1 2 3 4
1. Tersenyum ketika bertemu dengan orang lain
2. Mengucapkan salam
3. Berjabat tangan/mencium tangan
4. Menyapa
5. Berbicara didahului dengan kata “maaf”, diakhiri dengan
kata “terimakasih”
6. Tidak memalingkan muka
7. Mengambil sesuatu menggunakan tangan kanan
8. Berbicara dengan kata-kata yang baik (tidak kasar, tidak
jorok) dan tidak menyakiti perasaan orang lain
9. Tidak menyela/memotong/mengalihkan pembicaraan
pada waktu yang tidak tepat
10. Berbicara dengan intonasi/lentong yang rendah
11. Sikap badan menunjukkan kerendahan hati (rengkuh)
12. Berbicara dengan wajah yang sedikit tersenyum
(marahmay)
13. Berpakaian rapi sesuai dengan situasi
79
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jumlah
Skor Perolehan
Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)
Petunjuk pengisian:
Lembaran observasi ini diisi oleh observer untuk menilai sikap sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan. Berilah tanda check list (√) pada kolom
hasil pengamatan sesuai indikator sikap sopan santun yang ditampilkan oleh
peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
Selalu (Bobot nilai 4), apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
Sering (Bobot nilai 3), apabila sering melakukan sesuai pernyataan
Kadang-kadang (Bobot nilai 2), apabila kadang melakukan sesuai
pernyataan (seringnya tidak melakukan)
Tidak Pernah (Bobot nilai 1), apabila tidak pernah melakukan sesuai
pernyataan
Rumus penilaian kompetensi sikap peserta didik:
NA =
x 100
Kategori nilai sikap peserta didik:
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Selain menggunakan lembar observasi di atas, untuk lebih memperkuat
sikap sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan, juga digunakan
penilaian diri. Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian
terhadap diri sendiri (peserta didik) dengan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan sikapnya dalam berperilaku. Hasil penilaian ini dapat digunakan
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
= Skor perolehan
n = Skor Ideal
80
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai data konfirmasi perkembangan sikap peserta didik (Kemdikbud, 2015,
hlm. 11). Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri sebagai berikut.
Tabel 3.6: Lembar penilaian diri sikap sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan
Nama Peserta didik :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Tindakan :
No. Pernyataan Sikap
TP KD SR SL
1 Saya sadar, saya harus tersenyum ketika bertemu
dengan orang lain
2 Saya merasa peduli, sehingga tidak memalingkan
muka pada saat bertemu dengan orang lain
3 Saya menyadari untuk mengucapkan salam, baik
kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal
4 Saya sadar, saya perlu berjabat tangan dan
mencium tangan orang yang lebih tua
5 Saya merasa peduli untuk menyapa dengan sapaan
hangat
6
Saya menyadari bahwa dalam memulai
pembicaraan perlu didahului dengan kata “maaf”,
diakhiri dengan kata “terimakasih”
7
Saya menganggap bahwa berbicara didahului
dengan kata “tolong” pada saat meminta bantuan
adalah hal yang baik
8 Saya merasa peduli untuk berbicara dengan wajah
yang sedikit tersenyum (marahmay)
9
Saya menganggap bahwa berbicara dengan
lentong atau intonasi yang tepat (merendahkan
nada suara) adalah penting
10 Saya merasa harus memandang mata lawan bicara
ketika melakukan pembicaraan
11 Saya sadar, saya harus berbicara dengan kata-kata
yang santun (tidak kasar dan tidak jorok)
12
Saya menganggap bahwa menyindir atau
sejenisnya dapat menyinggung perasaan orang
lain
13
Saya merasa peduli untuk tidak menyela/
memotong/mengalihkan pembicaraan pada waktu
yang tidak tepat
14
Saya menganggap bahwa mengambil atau
menunjukkan sesuatu harus menggunakan tangan
kanan
15 Saya merasa bahwa menampilkan sikap badan
81
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau gerak gerik yang baik (rengkuh), dapat
mencerminkan sopan santun
16
Saya merasa peduli untuk membungkukan badan
dengan lengan kanan lebih lebih rendah dari
lengan kiri ketika berjalan melewati orang yang
lebih tua sambil mengucapkan maaf atau permisi.
17 Saya sadar, bahwa saya harus berpakaian rapi dan
sopan sesuai dengan situasi
Jumlah
Skor Perolehan
Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)
Petunjuk Pengisisan:
Lembaran penilaian diri ini, diisi oleh peserta didik untuk memperkuat hasil
observasi penilaian sikap sopan santun berbasis etika kesundaan. Berilah tanda
check list (√) pada kolom sikap sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-
hari, dengan kriteria sebagai berikut:
SL=Selalu (Bobot nilai 4), apabila selalu melakukan sesuai
pernyataan
SR=Sering (Bobot nilai 3), apabila sering melakukan sesuai
pernyataan
KD=Kadang-kadang (Bobot nilai 2), apabila kadang melakukan
sesuai pernyataan (seringnya tidak melakukan)
TP=Tidak Pernah (Bobot nilai 1), apabila tidak pernah melakukan
sesuai pernyataan
Rumus penilaian kompetensi sikap peserta didik:
NA =
x 100
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
= Skor perolehan
n = Skor Ideal
Kategori nilai sikap peserta didik:
Sangat baik
Baik
82
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cukup
Kurang
c. Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan
Aspek Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan untuk melakukan tugas
tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi (Kemdikbud, 2015, hlm 21). Teknik pengolahan ketercapaian
kompetensi keterampilan dalam peneltian ini, dilakukan melalui tes praktik. Yaitu
penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas
atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi (Permendikbud No.66 Tahun
2013). Perilaku yang dimaksud adalah penerapan sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan di luar kelas (lingkungan Sekolah). Lembar observasi
yang digunakan sesuai pendapat Majid dan Firdaus (2014, hlm. 201-214):
“Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek. Aspek yang akan dinilai dicantumkan di dalam format penilaian unjuk
kerja”.
Tabel 3.7: Lembar observasi sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan aspek keterampilan
Nama Peserta didik :
Kelas :
Tanggal pengamatan :
Tindakan :
No. Aspek yang diobservasi Melakukan
Ya Tidak
1. Tersenyum ketika bertemu dengan orang lain
2. Mengucapkan salam
3. Berjabat tangan atau mencium tangan
4. Menyapa
5. Berbicara didahului dengan kata “maaf”, diakhiri dengan
kata “terimakasih”
6. Tidak memalingkan muka
7. Mengambil sesuatu menggunakan tangan kanan
8. Berbicara dengan kata-kata yang baik (tidak kasar, tidak
jorok) dan tidak menyakiti perasaan orang lain
9. Tidak menyela/memotong/mengalihkan pembicaraan pada
83
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktu yang tidak tepat
10. Berbicara dengan intonasi/lentong yang rendah
11. Sikap badan menunjukkan kerendahan hati (rengkuh)
12. Berbicara dengan wajah yang sedikit tersenyum (marahmay)
13. Berpakaian rapi
Jumlah
Skor Perolehan
Nilai Akhir (Skor Perolehan/Skor idealx100)
Petunjuk pengisian:
Lembaran observasi ini diisi oleh observer untuk menilai keterampilan sopan
santun peserta didik berbasis etika kesundaan. Berilah tanda check list (√) pada
kolom hasil pengamatan sesuai dengan perilaku sopan santun yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek
pengamatan
Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek
pengamatan.
Petunjuk Penskoran :
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0, perhitungan nilai
akhir menggunakan rumus:
NA =
x 100
Kategori nilai keterampilan peserta didik yang digunakan:
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Alat atau instrumen-instrumen di atas, baik soal tertulis untuk mengukur
aspek pengetahuan, lembar observasi dan lembar penilaian diri untuk mengukur
aspek sikap, dan lembar penilaian praktek untuk mengukur aspek keterampilan
secara komprehensif digunakan untuk mengetahui nilai sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan. Agar alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
= Skor perolehan
n = Skor Ideal
84
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hendak diukur, maka perlu dilakukan validasi. Teknik validasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu melalui expert opinion, dalam hal ini oleh Prof. Dr.
Nana Supriatna, M.Ed selaku dosen pembimbing pada tanggal tanggal 22 Februari
2016 (sebelum penelitian dilaksanakan). Saran perbaikan yang dikemukakan oleh
pembimbing dalam memvalidasi instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengukur aspek pengetahuan, materi yang diujikan harus
berkaitan langsung dengan fokus penelitian, dalam hal ini berkenaan
dengan sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan.
2) Lembar observasi sikap, memuat indikator-indikator sopan santun
peserta didik berbasis etika kesundaan yang dapat diukur dan simpel.
3) Untuk mengetahui perasaan, peserta didik mengenai sopan santun
berbasis etika kesundaan, perlu digunakan lembar penilaian diri. Kata
operasional yang dapat digunakan dalam penyusunan lembar penilaian
diri, diantaranya: “saya merasa peduli….”, “saya menyadari…”, “saya
menganggap…”, dan sebagainya.
4) Indikator sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan pada
lembar penilaian praktek di luar kelas, disesuaikan dengan indikator
lembar observasi sikap yang telah disusun.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan kajian terpenting dalam suatu metode ilmiah,
dimana dalam analisis ini data-data yang diperoleh oleh peneliti saat penelitian
dapat membantu dalam pemecahan masalah yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ningrum (2014, hlm. 105): “analisis data adalah kegiatan memfokuskan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk
memberikan bahan jawaban terhadap permasalahan penelitian”. Selanjutnya
menurut Sugiono (2009, hlm. 89) analisis data adalah:
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih bagian yang
penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
85
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal, seperti dikatakan
Miles dan Huberman (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139) bahwa: „…the ideal
model for data collection and analysis is one that interweaves them from the
beginning‟. Sejalan dengan hal tersebut, analisis PTK menurut Wiriaatmadja
(2014, hlm. 139), berarti bahwa peneliti akan melakukannya sejak tahap orientasi
lapangan (pra-penelitian), pada saat pelaksanaan penelitian, sampai akhir
penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: kode atau
mengkoding, membuat catatan pinggir, melakukan catatan reflektif dan
pembuatan matriks (Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139-147).
Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2009, hlm. 91) menerangkan
langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan seperangkat
instrumen yang telah dipersiapkan peneliti guna memperoleh
informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
b. Reduksi data. Setelah mendapatkan data selanjutnya memasuki tahap
reduksi data yakni meliputi proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, dan mentransformasikan data mentah yang muncul
pada proses pengumpulan data. Reduksi data harus berbentuk analisis
yang tajam, ringkas, terfokus, membuang data yang tidak penting, dan
mengorganisasikan data sebagai cara untuk menggambarkan dan
memverifikasi kesimpulan akhir.
c. Display/penyajian data, merupakan proses merangkai informasi yang
terorganisir dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan mengambil
tindakan. Meliputi informasi keadaan fisik kelas dan peserta didik dan
guru, informasi mengenai proses pembelajaran sebelum dan sesudah
menggunakan metode pembelajaran sosiodrama, serta aktivitas yang
berupa kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung dan kinerja guru saat mengajar.
d. Verifikasi dan menarik kesimpulan, merupakan aktivitas analisis
dimana pada awal pengumpulan data peneliti mulai memutuskan
apakah sesuatu bermakna, atau tidak mempunyai keteraturan,
penjelasan, hubungan sebab akibat, dan proposisi.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang
terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan
membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga
kebenarannya. Selanjutnya, data tersebut disusun, dikategorikan, kemudian
disajikan, dimaknai, disimpulkan, dan terakhir diverifikasi atau diperiksa
86
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keabsahannya. Langkah-langkah dalam analisis data, diilustrasikan dalam gambar
sebagai berikut:
Gambar 3.3:
Alur Model Analisis Data Kualitatif Miles dan Huberman
(dalam Sugiono, 2009, hlm. 91)
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini,
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1) Analisis kualitatif
Dalam penelitian ini, analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif,
baik pada data hasil observasi, wawancara maupun catatan lapangan. Catatan
lapangan (field notes) dibuat semenjak pra penelitian. Dalam catatan lapangan
tersebut, diuraikan berbagai kegiatan seperti suasana kelas (berbagai aspek
pembelajaran di kelas), iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi
sosial, dan nuansa-nuansa lainnya yang merupakan kekuatan tersendiri dari PTK
(Wiriaatmadja, 2014, hlm. 125). Selanjutnya, dalam format yang sama, dilakukan
proses analisis dan juga dibuat catatan reflektifnya. Proses analisis, dilakukan
dengan triangulasi, yaitu berdasarkan tiga sudut pandangan, yakni sudut pandang
guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau
observasi (Elliott, dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 169). Untuk menghindari bias
Data
Collection Data Display
Data Reduction Conclusions:
drawing/ verifying
87
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data, analisis tersebut dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah
kegiatan pengumpulan data selesai.
2) Analisis kuantitatif
Untuk menunjang penelitian ini, diperlukan juga dukungan kuantitatif
untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan penelitian sesuai dengan indikator
keberhasilan penelitian. Teknik analisis kuantitatif pada penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui ketercapaian peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika
kesundaan. Seperti kita ketahui, bahwa penelitian kualitatif tidak mentabukan
sajian angka atau data, melainkan menggunakannya sebagai bagian integral dari
kegiatan penelitian sesuai dengan tujuannya (Ningrum, 2014, hlm. 27). Dukungan
kuantitatif tersebut penekanannya tidak pada pengujian hipotesis, melainkan pada
usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal dan
argumentatif dengan perhitungan statistik sederhana sebagai berikut:
a) Penilaian Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaan
Penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus:
X =
Keterangan:
X : Nilai Sopan Santun Peserta Didik Berbasis Etika Kesundaaan
: Jumlah skor
n : Jumlah aspek penilaian
Kategori yang digunakan berdasarkan Permendikbud No. 53 tahun 2015:
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
b) Menghitung nilai rata-rata kelas:
Menurut Sudjana (2014, hlm. 109), untuk mengukur nilai rata-rata hasil
pembelajaran, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X =
Keterangan:
X : Nilai rata-rata kelas
: Jumlah nilai total kelas
n : Jumlah peserta didik
88
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Validasi Data
Menurut Hopkins (2011, hlm. 239), “validitas biasanya dipandang sebagai
derajat pengukuran sesuatu, sejauhmana peneliti mengukur apa yang memang
ingin mereka ukur”. Kegiatan ini juga sebagai pengujian terhadap keobjektifan
dan keabsahan data. Pada penelitian tindakan, menurut Borg dan Gall (dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 164), „konsep validitas dalam aplikasinya mengacu
kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian‟. Untuk
memenuhi syarat tersebut, maka dilakukan verifikasi data yang berungsi
meyakinkan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi syarat sebagai data yang
baik. Dalam penelitian ini, peneliti memverifikasi data dengan menggunakan
strategi sebagai berikut:
1. Member Check, sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja (2012, hlm. 168) yaitu
memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber seperti kepala
sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, dan
orang tua siswa. Apakah keterangan, informasi, atau penjelasan itu tetap
sifatnya atau berubah, sehingga dapat dipastikan data itu terperiksa
kebenarannya. Miles and Huberman (dalam Rochmadi, 1997, hlm. 35)
mengemukakan member chek dilakukan untuk mengecek kebenaran dan
kesahihan data temuan penelitian, yakni dengan cara mengonfirmasikan
dengan sumber data. Dalam proses ini data atau informasi yang diperoleh
dikonfirmasikan dengan guru kelas melalui kegiatan diskusi pada setiap akhir
pelaksaan tindakan.
2. Triangulasi, yaitu kegiatan dengan cara memeriksa kebenaran data atau
informasi dengan membandingkannya dengan sumber lain (pihak lain).
Menurut Elliott (dalam Wiriaatmadja, 2014. hlm. 169), triangulasi dilakukan
berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, sudut pandang
peserta didik dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observer.
89
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Audit Trail, berdasarkan pendapat Nasution (2003) yaitu mengecek kebenaran
hasil penelitian sementara, beserta prosedur dan metode pengumpulan
datanya, dengan mengonfirmasikan pada bukti temuan yang telah diperiksa
dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Diskusi juga
dilakukan dengan pembimbing, teman mahasiswa S2 IPS, atau siapa saja
yang dianggap kompeten.
4. Expert Opinion, menurut Nasution (dalam Rochmadi, 1997, hlm. 35)
dilakukan dengan cara mengkunsultasikan hasil temuan dengan para ahli.
Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian
kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga
validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
5. Menggunakan bahan referensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawacara
perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara, foto-foto dan hasil
rekaman video.
4. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan upaya yang dilakukan dalam menafsirkan
hasil temuan-temuan penelitian dengan merujuk atau menghubungkan dengan
teori dan norma-norma lainnya yang telah diterima secara umum. Menurut
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 186), tahap penafsiran dalam penelitian
tindakan kelas kegiatannya mencakup menyesuaikan hipotesis kerja yang sudah
sahih kepada teori yang menjadi kerangka pemikiran, sehingga menjadi
bermakna. Hal tersebut berarti bahwa, hipotesis kerja tersebut dihubungkan
dengan teori, dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam praktek sehari-hari, atau
bahkan dengan naluri guru dalam menilai pembelajaran dengan baik. Dengan cara
ini guru peneliti memberikan makna kepada serangkaian observasi yang
dilakukannya dalam penelitian tindakan kelasnya, dari yang tadinya berupa data
dan konstruk hasil pengamatan.
Dalam penelitian ini, perolehan nilai rata-rata sopan santun peserta didik
berbasis etika kesundaan diinterpretasikan ke dalam kategori: sangat baik, baik,
cukup, dan kurang. Selanjutnya, peningkatan nilai rata-rata sopan santun peserta
90
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didik berbasis etika kesundaan diinterpretasikan ke dalam kategori: tinggi
(significantly), sedang (moderately), dan rendah (slightly). Sementara itu,
ketuntasan belajar peserta didik diinterpretasi ke dalam kategori: seluruh, hampir
seluruhnya, sebagian besar, separuhnya, hampir separuhnya, sebagian kecil, dan
tidak ada. Rincian mengenai interpretasi/penafsiran data hasil penelitian dapat
dilihat pada halaman lampiran.
G. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, penelitian dikatakan
berhasil apabila dalam setiap siklus penelitian semakin meningkat perubahannya
atau mengalami trend peningkatan pencapaian hasil sehingga dapat memecahkan
permasalahan pembelajaran di kelas. Hal tersebut merujuk pada pendapat
Wiriaatmadja (2014, hlm. 103) mengenai kapan siklus penelitian dihentikan,
yaitu:
Apabila apa yang direncanakan sudah berjalan sebagaimana diharapkan,
dan data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh, dalam arti tidak ada data
baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta kondisi kelas dalam
pembelajaran sudah stabil dalam arti antara lain, guru sudah mampu dan
menguasai keterampilan mengajar yang baru”.
Tujuan akhir yang ingin dicapai di akhir penelitian ini yaitu adanya peningkatan
sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan, baik dalam aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator keberhasilan penelitian ini,
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut.
1. Nilai rata-rata sopan santun peserta didik berbasis etika kesundaan minimal
berada pada kategori “cukup”
2. Peningkatan nilai rata-rata sopan santun peserta didik berbasis etika
kesundaan minimal berada pada kategori “sedang” (moderately).
3. Ketuntasan belajar dapat dicapai oleh “sebagian besar” peserta didik
4. Hasil interpretasi wawancara peserta didik menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan fokus peningkatan sopan santun peserta didik berbasis etika
kesundaan melalui penerapan sosiodrama dalam pembelajaran IPS, terasa
menyenangkan, efektif, bermakna, dan bermanfaat bagi peserta didik.
91
Yusuf Tojiri, 2016 PENINGKATAN SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK BERBASIS ETIKA KESUNDAAN MELALUI PENERAPAN SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sehingga diharapkan, penerapannya berlanjut di luar kegiatan penelitian, baik
di lingkungan sekolah, keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
top related