bab iii metodologi penelitian a. 1.sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/bab31414181016.pdf50 bab...
Post on 29-Mar-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitaif. Menurut Watson, penelitian kuantitatif merupakan
salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh
filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan
aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan
prediksi (H. Agus Irianto, 2010: 173-179). Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian ini berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik (Sugiyono, 2015: 13).
Menurut Asep Kumiawan, (2017: 24-25) dalam bukunya
menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya
merupakan data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan
analisis kuantitatif (inferensi) atau menggunakan formula statistik
matematis. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap
perkembangan kognitif anak usia dini.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ex
post facto. Menurut Gay (1981: 197) dalam Emzir (Emzir, 2015: 119)
penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) atau ex post
facto adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab
atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu. Dengan kata lain, telah diamati bahwa kelompok
berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi
faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Penelitian semacam
ini dirujuk sebagai penelitian ex post facto (bahasa Latin „setelah fakta‟)
50
51
karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh
peneliti dalam tinjauan ke belakang (restospect).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Sukardi (2008: 165)
menyatakan bahwa penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana
variabel bebas telah terjadi ketka peneliti mulai dengan pengamatan variabel
terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ex post facto atau penelitian kausal
komparatif berarti penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab
atau alasan, unruk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam
kelompok individu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Sugiyono (2015: 8) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Sedangkan menurut Arikunto
(2013: 27) menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan kuantitatif
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.
Menurut Sugiyono (2014: 23), desain penelitian harus spesifik, jelas
dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah
demi langkah. Desain penelitian menghubungkan antara variabel X dan
variabel Y. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas (X) yaitu
pemberian asupan gizi seimbang dan variabel terikat (Y) yaitu perkembangan
kognitif anak usia dini.
Bagan 3.1 Skema Desain Penelitian
Pemberian Asupan Gizi
Seimbang
Perkembangan Kognitif
Anak Usia Dini
52
C. Definisi Konseptual dan Operasional
Konsep definisi konseptual dan definisi operasional diperlukan untuk
memudahkan peneliti dalam meneliti suatu penelitian. Definisi konsep itu
terbagi menjadi dua yaitu definisi konseptual dan definisi operasional.
1. Definisi Konseptual
Menurut Singarimbun dan Sofian (2008: 43), definisi konseptual
adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan
peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan
pengertian tersebut maka definisi konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Asupan Gizi Seimbang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi
adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan
badan (Safii, 2007: 1).
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu
dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (Paath
dkk, 2005, dalam Aji (2014: 6). Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan
yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak
haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat adanya berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak seimbang seperti
tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal
yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang
seimbang(Hidayat, 2004, dalam (Aji, 2014: 6).
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang
anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita
sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi
daripada orang dewasa.
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
53
Piaget mengkategorikan perilaku anak ke dalam 4 (empat)
tahap perkembangan kognitif, yaitu: sensori motor (lahir s/d 2 tahun),
pra operasional (2 tahun s/d 8 tahun), konkret operasional (8 tahun s/d
12 tahun), formal operasional (11 tahun s/d 12 tahun). Dilihat dari
tahapan Piaget, anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada tahapan
praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi
mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya
kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol.
Melalui di atas anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang
berbagai hal.
Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada
kemampuan intelektual. Tahapan-tahapan di atas selalu dialami oleh
anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat
kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat lebih
kompleks daripada masa awal dan kemampuan kognitif bertambah.
Menurut Piaget (1960) dalam Yudha & Rudyanto (2004: 199)
bahwa, “Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang
disebut dengan adaptasi”. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap
tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal, yaitu: (1)
asimilasi, dan (2) akomodasi merupakan proses yang anak upayakan
untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada
interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi
merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk
menyesuaikan keberadaan struktur untuk menguasai sesuatu dengan
cara beradaptasi. Suatu pengalaman baru telah mengubah perilaku
anak dan memahami masa lalu.
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah pengaruh
pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak
usia dini. Penelitian ini difokuskan pada asupan gizi seimbang terhadap
perkembangan kognitif anak usia dini. Pemberian asupan gizi yang
seimbang sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak serta
54
pematangan perkembangan sistem saraf otak yang menjadi pusat
kemampuan kognitif anak.
2. Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2012: 31), definisi operasional adalah
penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Dengan melihat definisi operasional suatu
penelitian, maka seorang peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel
yang akan diteliti.
a. Asupan Gizi Seimbang
Makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka
ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
sesuai kebutuhan tubuh.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip gizi seimbang yang
terdiri dari empat pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi
yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar
tersebut adalah; (1) Mengonsumsi makanan beragam (2) Membiasakan
perilaku hidup bersih (3) Melakukan aktivitas fisik (4)
Mempertahankan dan memantau berat badan normal.
Beberapa indikator gizi seimbang untuk mengetahui pemberian
asupan gizi seimbang peneliti menggunakan angket kuesioner kepada
orangtua siswa yang berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai empat
pilar gizi seimbang. Peneliti melakukan penilaian pada hasil
angket/kuesioner pertanyaan dan pernyataan dengan memberikan skor
1 – 4 dengan keterangan sebagai berikut:
Skor 1 = jika tidak tepat / tidak pernah
Skor 2 = jika kurang tepat / kadang-kadang
Skor 3 = jika cukup tepat / sering
Skor 4 = jika anak tepat / selalu
55
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan
intelektual. Anak usia 4 – 6 tahun ditandai dengan berkembangnya
kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol dan
anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Adapun
indikator perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun yaitu; (1)
Mengelompokkan benda menurut warna, bentuk, jenis (2) Menunjuk
gambar hewan yang mempunyai ciri-ciri tertentu (3) Membilang
dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-
benda sampai 10) (4) Membedakan konsep banyak – sedikit, lebih –
kurang, sama – tidak sama (5) Menyebutkan dan mengelompokkan
bentuk-bentuk geometri (segitiga, lingkaran, segiempat, dll) (6)
Mencari jejak sederhana (7) Memasangkan benda sesuai dengan
pasangannya (8) Membedakan konsep panjang – pendek, besar – kecil
(9) Memperkirakan urutan pola berikutnya (10) Mengenal berbagai
macam profesi.
Beberapa indikator perkembangan kognitif anak usia 4 – 6
tahun, untuk mengetahui kemampuan kognitif anak peneliti
melakukan observasi atau pengamatan bersama guru di kelas. Guru
kelas memberikan kegiatan untuk mengetahui kemampuan kognitif
anak kemudian peneliti melakukan pengamatan serta penilaian pada
hasil lembar kegiatan anak dengan memberikan skor 1 – 4 dengan
keterangan sebagai berikut:
Skor 1 = jika tidak tepat
Skor 2 = jika kurang tepat
Skor 3 = jika cukup tepat
Skor 4 = jika tepat
56
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek atau subjek yang akan dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Sugiyono,
2009: 117) Hadi, (2000: 270) mengatakan bahwa populasi merupakan
sejumlah individu paling sedikit mempunyai suatu ciri yang sama dengan
untuk menentukan sampel terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat
populasi juga memberi batasan yang tegas. Menurut Irianto, (2010: 255),
pada intinya populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa TK Budi Asih IX Desa
Cipinang Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun ajaran
2017/2018 yang berjumlah 24 anak dan 24 orang tua.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto: 2010). Menurut Sugiyono (2009: 118), sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi terlalu besar dan peneliti tidak mungkin untuk mempelajari
semua yang ada pada populasi karena berbagai alasan, maka dapat
menggunakan sampel dari populasi yang ada.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015: 85).
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa TK Budi Asih IX
Desa Cipinang Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun ajaran
2017/2018 yang berjumlah 24 anak dan 24 orang tua.
57
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, kuesioner dan dokumentasi.
1 . Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan atau pengecapan ini dapat
menggunakan instrumen berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner,
rekaman gambar, dan rekaman suara (Irianto, 2010: 266-267). Peneliti
melakukan observasi pengamatan di kelas untuk mengetahui kemampuan
kognitif anak.
Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2017: 224)
mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant
observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis observasi partisipatif (participant observation) untuk mengetahui
perkembangan kognitif anak di kelas. Dengan observasi partisipan ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2 . Angket / Kuesioner
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010: 151).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan dan pernyataan tentang pemberian asupan gizi seimbang anak
yang di isi oleh orang tua untuk mengetahui asupan gizi seimbang anak.
3 . Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis (Arikunto, 2010: 158). Di dalam melaksanakan metode
58
dokumentasi, peneliti mendapatkan data-data tertulis seperti dokumen-
dokumen sekolah misalnya: Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan
guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan standar penilaian.
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencatat,
mengambil gambar dan menyimpannya dalam suatu bagian tertentu
sebagai catatan atau gambar yang akan menunjang hasil penelitian.
F. Kisi-Kisi Instrumen
Peneliti menyusun sebuah instrumen untuk memperoleh data
penelitian. Instrumen penelitian ini berupa pedoman pengamatan yang berisi
item-item yang akan terjadi dan disusun sesuai dengan indikator asupan gizi
seimbang dan perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun. Indikator asupan
gizi seimbang peneliti akan menggunakan instrumen angket kuesioner yang
akan di validasi oleh ahli. Sementara untuk perkembangan kognitif peneliti
akan mengacu kepada STPPA kurikulum 2013 yang akan divalidasi oleh ahli.
Kisi-kisi instrumen yang disusun peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Indikator Jumlah
item
1 Pemberian
asupan
gizi
seimbang
Gizi seimbang adalah
susunan pangan
sehari-hari yang
mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh,
dengan
memperhatikan prinsip
keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih
Mengonsumsi
makanan beragam
14
Membiasakan
perilaku hidup
bersih
8
Melakukan aktivitas
fisik
2
Mempertahankan
dan memantau berat
badan normal
4
59
dan mempertahankan
berat badan normal
untuk mencegah
masalah gizi.
2 Kemampu
an kognitif
Perkembangan
kognitif lebih kuat
bergantung pada
kemampuan
intelektual. Anak usia
Taman Kanak-Kanak
ditandai dengan
berkembangnya
kemampuan
menggunakan sesuatu
untuk mewakili
simbol-simbol dan
anak mampu
berimajinasi atau
berfantasi tentang
berbagai hal.
Mengenal klasifikasi
sederhana
3
Memahami konsep
matematika
sederhana
4
Mengenal bentuk
geometri
2
Memecahkan
masalah sederhana
3
Mengenal berbagai
pola
3
60
G. Uji Coba Instrumen
Menurut Arikunto (2006: 169) salah satu tindakan mencapai validitas
logis adalah dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen, yakni
memecah variabel menjadi sub variabel dan menurunkan indikator menjadi
butir-butir pengamatan. Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga harus
menguji instrumen melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui
pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.
Instrumen penelitian terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing untuk divalidasi. Kemudian intrumen akan diuji cobakan kepada
anak yang berada diluar sampel penelitian yang memiliki karakteristik yang
hampir serupa dengan sampel yang akan diteliti. Uji coba instrumen ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas atau kelayakan instrumen yang
digunakan. Oleh karena itu uji coba instrumen ini dilakukan pada siswa dan
orang tua di kelas B RA Uswatun Hasanah Desa Rajagaluh Kidul Kecamatan
Rajagaluh yang berjumlah 19 orang siswa dan 19 orang tua .
H. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Selain pengujian validitas logis dan empiris, suatu instrumen
penelitian dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid dan
reliabel. Menurut Irianto (2010: 269), instrumen yang dapat dikatakan
valid ialah instrumen yang mampu mengukur apa yang diinginkan oleh
peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Sedangkan intrumen yang dapat dikatakan reliabel ialah intrumen
yang konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya dan tidak bersifat
tendensius (mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban
tertentu) sehingga dapat dipercaya.
Menurut Irianto (2010: 269), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua cara pengujian validitas
instrumen (Sugiyono, 2008), yaitu:
61
a. Validitas isi (content validity)
Dalam menguji validitas isi, pengujian menggunakan pendapat
dari ahli (jugdement expert). Setelah instrumen pedoman pengamatan
tentang perkembangan kognitif dan pemberian asupan gizi seimbang
anak usia dini diukur sesuai variabel berdasarkan teori tertentu, maka
selanjutnya adalah dikonsultasikan dengan ahlinya.
b. Validitas item (item validity)
Setelah dilakukan jugdement oleh para ahli, maka instrumen
tersebut divaliditas item dengan cara uji coba. Karena, langkah yang
harus dilakukan agar instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah
dengan cara uji coba instrumen.
Adapun uji reliabilitas instrumen yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan teknik pencarian dengan rumus Alpha
sebagai berikut:
))
∑
)
Keterangan:
= reliabilitas
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ = jumlah varians butir
= varians total.
Sebelum masuk ke rumus Alpha, maka diperlukan varian tiap butir
instrumen dengan rumus:
∑ ∑ )
Kemudian diperlukan varian total dengan rumus:
∑ ∑ )
62
Setelah nilai varian butir dan varian total diperoleh dan
dimasukkan ke dalam rumus Alpha, maka harga yang diperoleh
dikonsultasikan dengan , dengan = 5%. Jika maka
instrumen dikatakan valid dan jika maka instrumen dikatakan
tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi
Arikunto, 2010: 221). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Untuk menguji coba instrumen dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan reliabilitas internal yaitu dengan cara
menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Rumus yang digunakan
adalah rumus Alpha :
[
] [
∑
]
Keterangan:
: Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal
Σσb2 : Jumlah varians butir
σt2 : Varians total (Arikunto, 2010: 239)
Untuk mempermudah proses uji reliabilitasnya, maka peneliti
menggunakan program SPSS versi 24 for Windows dalam menguji
reliabilitas item yang telah peneliti buat.
Membandingkan r11 dengan rtabel . jika r11 > Rtabel maka item tersebut
reliable. Jika instrumen tersebut reliable, maka kriteria penafsiran
mengenai indek korelasinya dapat ditentukan sebagai berikut:
63
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r11
Interval Nilai r Iterpretasi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0, 599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah
Sumber: (ridwan, 2010: 116)
I. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan (Sugiyono, 2017: 207).
Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier sederhana. Yaitu studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas), yang bertujuan
untuk memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
didasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2016: 56), definisi analisis deskriptif adalah
suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel yang berdiri sendiri).
Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai pemberian
asupan gizi seimbang dan perkembangan kognitif anak usia dini. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dilakukan dengan
pendekatan perumusan kuantitatif dengan menggunakan skala prosentase
dengan rumus sebagai berikut :
64
P = F X 100%
N
Keterangan :
P = angka persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
100% = bilangan tetap (Sudijono, 2014: 43)
Hasil dari perhitungan di atas diinterpretasikan/diklasifikasikan
dengan skala prosentase sebagai berikut:
100% = Seluruh responden
90% - 99% = Hampir seluruhnya
60% - 89% = Sebagian besar
51% - 59% = Lebih dari setengahnya
50% = setengahnya
40% - 49% = hampir setengahnya
20% - 39% = Sebagian kecil
1% - 19% = Sedikit sekali
0% = Tidak sama sekali
Mengetahui kecenderungan umum jawaban responden setiap
pertanyaan, yaitu perhitungannya menggunakan rumus:
P = X x 100%
Xid
Keterangan :
P = Angka persentase
X = Skor rata-rata setiap pertanyaan
Xid = skor ideal setiap pertanyaan
(Anas Sudijono, 2014: 82)
Sebelum mencari persentasenya, maka dilakukan pencarian skor
rata-ratanya (mean) dengan menggunakan rumus:
X = ∑
X = skor rata-rata setiap pertanyaan
∑X1 = jumlah total skor yang diperoleh
65
N = jumlah responden
(Sudijono, 2014: 82)
Penafsiran dalam prosentase sebagaimana dinyatakan oleh
Suharsimi Arikunto (2006: 246) sebagai berikut :
A = Baik = berkisar antara 76% - 100%
B = Cukup = berkisar antara 56% - 75%
C = Kurang Baik = berkisar antara 40% - 55%
D = Tidak Baik = kurang dari 40%
2. Persyaratan Uji Hipotesis (Uji Asumsi Klasik Analisis Kuantitatif)
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui sebuah model regresi yaitu variabel dependen, variabel
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat melihat grafik
normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Deteksi dengan
melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik. Pada
penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk
menguji normalitas model regresi (Sugiyono, 2014: 241).
Dasar pengambilan keputusan antara lain:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
klasik.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas data merupakan salah satu syarat dilakukannya
analisis regresi sederhana. Apabila data tidak linier maka analisis
tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2017: 265). Cara memeriksa
kelinieran data dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
66
JK(T) = ∑Y2
JK (a) = ∑
JK (a / b) = b {∑ ∑ ) ∑ )
} =
∑ ∑ ) ∑ )
∑ ∑ )
JKres = JK (T) – JK (a) – JK (
)
JK (E) = {∑ ∑ )
}
∑
JK (TC) = JKres – JK (E)
RJK (a / b) = S2
reg = JK (a/b)
RJK = S2
res =
RJK (E) = S2
E = )
S2TC =
)
Keterangan
JK (T) = Jumlah kuadrat total
JK (a) = Jumlah kuadrat koefisien a
JK (b/a) = Jumlah kuadrat regresi (b/a)
JKres = Jumlah kuadrat residu
JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan
JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok
RJK (b/a) = S2
reg = Rata-rata jumlah kuadrat regresi (b/a)
RJK = S2
reg = Rata-rata jumlah kuadrat residu
RJK (E) = S2
E = Rata-rata jumlah kuadrat kekeliruan
S2TC = Rata-rata jumlah tuna cocok
(Sugiyono, 2017: 265-266)
Untuk melakukan uji kelinieran regresinya (uji linieritas)
dengan melalui perhitungan statistik dengan rumus:
F =
(Sugiyono, 2017: 274)
67
Kriteria pengujian linieritas regresi dengan membandingkan
harga Fhitung dengan harga Ftabel, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel, maka regresi linier
Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi tidak linier
Selanjutnya yaitu melakukan uji taraf signifikan (uji
independen) melalui perhitungan statistik dengan rumus:
F =
(Sugiyono, 2017: 273)
Untuk menentukan keberartian harga Fhitung dengan cara
membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi signifikan
Jika Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak signifikan
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah uji yang bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik plot (scatterplot) di
mana penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya
berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan
demikian tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada regresi ini,
sehingga model regresi yang dilakukan layak dipakai (Nisfiannoor,
2009: 92).
68
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan
kognitif anak usia dini. Sugiyono (2017: 261) menjelaskan bahwa
analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:
= a + bX
Keterangan:
= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan
bila (-) maka terjadi penurunan.
Nilai a maupun nilai b dihitung melalui rumus yang sederhana,
untuk memperoleh nilai a dihitung dengan rumus:
∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ )
∑ ) ∑ )
∑ ∑ ) ∑ )
∑ ) ∑ )
(Sugiyono, 2017: 262)
b. Koefisien Korelasi pada Regresi Linier Sederhana
Koefisien korelasi pada regresi linier sederhana bertujuan
untuk menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih, yaitu dalam penelitian ini akan menunjukkan dugaan tentang
hubungan antara pemberian asupan gizi seimbang dan perkembangan
kognitif anak usia dini.
69
Rumus untuk mengukur koefisien korelasi pada regresi linier
sederhana sebagai berikut:
r = √
Keterangan:
r = Koefisien korelasi regresi linier sederhana
SST = Total Sum of Square
SSR = Regression Sum of Square
SSE = Error Sum of Square (Nana Sudjana, 2005: 371)
Selain itu, bisa juga menggunakan rumus korelasi product
moment (Sugiyono, 2017: 274), yaitu:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ ) }{ ∑ ∑ ) }
Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi atau seberapa besar pengaruh variabel bebas (Independent)
terhadap variabel terikat (Dependent), digunakan pedoman yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2016: 257):
Tabel 3.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
4. Uji Koefisien Determinan
Untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y
maka digunakan koefisien determinasi (KD) yang merupakan koefisien
korelasi yang biasanya dinyatakan dengan persentase (%)
KD = r2 X 100%
70
Keterangan:
KD = Koefisien determinan
r2 = Koefisien korelasi regresi linier sederhana
100% = Bilangan tetap
(Subana & Dkk, 2000: 145)
J. Hipotesis Statistik
Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan
suatu hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus
tertentu dan merupakan anggapan sementara yang perlu diuji benar atau tidak
benar tentang dugaan dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi
proses penelitian agar efektif dan efisien. Hipotesis merupakan asumsi atau
dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut dan
dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan tersebut
dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai parameter
populasi, maka hipotesis itu disebut dengan hipotesis statistik.
1. Uji t
Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk menguji
signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien
regresinya. Uji dapat dilakukan dengan menggunakan Uji F, yang
dirumuskan dengan:
Keterangan:
t = nilai hipotesis yang ingin dicari
bi = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independen. Bila b (÷) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi penurunan
Sbi = Standar error dari b
Untuk mencari Sbi dapat dirumuskan sebagai berikut:
71
√∑(
)
)∑ ) )
Keterangan :
Sbi = Standar error dari b
= Nilai variable dependen dari perkiraan garis regresi
X = Mean dari variabel independen
Yt = Variabel dependen
Xt = Variabel independen
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah responden
Hasil pengujian uji t kemudian dibandingkan dengan t tabel pada
tingkat signifikansi 0,05 dengan df 1 (jumlah variabel bebas)= 1, dan df 2
(n-k-1) n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen.
Hipotesis yang telah ditetapkan tersebut akan diuji berdasarkan daerah
penerimaan dan daerah penolakan yang ditetapkan sebagai berikut:
Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak
2. Penetapan Hipotesis
Maka peneliti menetapkan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis
alternatif (Ha) sebagai berikut:
- Ho : ρ = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian asupan
gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini.
- Ha : ρ ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan pemberian asupan gizi
seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini.
top related