bab iii metodologi penelitian a. metode dan desain...
Post on 02-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu
metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh
terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Pada quasi eksperimen ini, subjek tidak
dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya
(Ruseffendi, 2010). Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan pengelompokan secara acak. Penelitian dilakukan pada dua kelas yang
memiliki karakteristik yang relatif sama dimana kelas eksperimen pertama diberi
perlakuan yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif STAD sedangkan kelas
eksperimen kedua menggunakan pembelajaran kooperatif MURDER. Desain
penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest two treatment desain
(Ruseffendi, 2010). Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
O : Pretes atau postes
X1 : Perlakuan dengan penerapan pembelajaran kooperatif STAD.
X2 : Perlakuan dengan penerapan pembelajaran kooperatif MURDER.
Pretes dan postes digunakan untuk aspek kemampuan komunikasi
matematis dan berpikir kritis untuk melihat pencapaian dan peningkatan
kemampuan tersebut sedangkan untuk aspek afektif dalam hal ini disposisi
matematis hanya dilakukan postes.
Desain penelitian yang digunakan untuk aspek afektif adalah desain
kelompok statik (Ruseffendi, 2010), dengan desain sebagai berikut:
Kelas Eksperimen 1 : O X1 O
Kelas Eksperimen 2 : O X2 O
43
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
O : Postes
X1 : Perlakuan dengan penerapan pembelajaran kooperatif STAD.
X2 : Perlakuan dengan penerapan pembelajaran kooperatif MURDER.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2015). Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMK di Kabupaten Bandung.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X pada tahun ajaran 2015/2016
sebanyak 5 kelas. Karena desain penelitian yang dipakai adalah pretest-posttest
two treatment desain, maka sampel diambil dengan purposive sampling dengan
memilih sampel penelitian berdasar pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ1 dan X TKJ2 di sekolah tersebut.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Sugiyono (2015) menyatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas, variabel yang dipengaruhi
atau variabel akibat disebut variabel terikat. Berdasarkan pengertian tersebut,
dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pembelajaran
kooperatif STAD pada kelompok eksperimen pertama dan pembelajaran
kooperatif MURDER pada kelompok eksperimen kedua. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis, kemampuan berpikir
kritis dan disposisi matematis. Selain itu terdapat variabel kontrol yaitu variabel
yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan antara variabel bebas
Kelas Eksperimen 1 : X1 O
Kelas Eksperimen 2 : X2 O
44
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan variabel terikat tidak dipengaruhi faktor dari luar yang tidak diteliti. Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang
dan rendah).
Keterkaitan antara variabel terikat, variabel kontrol dan variabel bebas
disajikan dalam tabel Weiner berikut:
Tabel 3.1.
Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antar Variabel
Aspek Komunikasi
Matematis(KM)
Berpikir Kritis
(BK)
Disposisi Matematis
(D) Pengetahuan
Awal
Matematis
Tinggi
(T)
Sedang
(S)
Rendah
(R)
Tinggi
(T)
Sedang
(S)
Rendah
(R)
Tinggi
(T)
Sedang
(S)
Rendah
(R)
Pembelajaran Kooperatif
STAD (S)
KMST KMSS KMSR BKST BKSS BKSR DST DSS DSR
Pembelajaran Kooperatif
MURDER
(M)
KMMT KMMS KMMR BKMT BKMS BKMR DMT DMS DMR
(Dimodifikasi dari Saragih, 2013)
Keterangan:
KMST: Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok PAM tinggi dengan
model pembelajaran kooperatif STAD.
KMSS: Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok PAM sedang dengan
model pembelajaran kooperatif STAD.
KMSR: Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok PAM rendah dengan
model pembelajaran kooperatif STAD.
Dan seterusnya.
Selanjutnya definisi operasional dari variabel penelitian dikemukakan untuk
menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah–istilah yang digunakan
dalam penelitian ini. Sehingga perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
memahami, menyampaikan gagasan dan menggambarkan ekspresi
matematis yang disajikan secara tertulis, yaitu menyatakan suatu situasi ke
45
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bentuk gambar, diagram, atau model matematik dan sebaliknya serta
menyatakan atau menjelaskan situasi atau model ke dalam bahasa sendiri.
2. Kemampaun berpikir kritis matematis adalah kemampuan yang melibatkan
pengetahuan, penalaran dan pembuktian matematika yang dibagi kedalam
empat bagian yaitu mengidentifikasi karakteristik konsep, generalisasi,
ketrampilan dan algoritma, dan pemecahan masalah.
3. Pembelajaran kooperatif STAD adalah pembelajaran kooperatif yang
memiliki lima tahapan yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar-
mengajar yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan skor
individu dan rekognisi tim
4. Pembelajaran kooperatif MURDER adalah konsep pembelajaran kooperatif
yang memuat 6 komponen, yaitu Mood (Suasana Hati), Conceptual
Understanding (Pemahaman Konsep), Recall (Pengulangan), Detect
(Pendeteksian), Elaborate (Pengelaborasian), dan Review (Pelajari kembali).
5. Disposisi matematis adalah apresiasi terhadap matematika yaitu
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak dengan positif, termasuk
kepercayaan diri, keinginan, kesadaran, ketekunan, antusias dalam belajar,
gigih menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain,
reflektif dalam kegiatan matematik.
6. Peningkatan dalam penelitian ini adalah skor postes dikurangi skor pretes,
yang mutu peningkatannya ditinjau berdasarkan gain ternormalkan dari
perolehan skor pretes dan postes siswa.
7. Pengetahuan awal matematika siswa adalah pengetahuan prasyarat yang
telah dimiliki siswa sebelum pelaksanaan penelitian yang terdiri dari
kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan siswa didasarkan
pada rata-rata nilai raport semester sebelumnya dan hasil ujian tengah
semester kedua.
D. Teknik Pengumpulan Data
46
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data diperoleh dengan beberapa cara yaitu: untuk data pengetahuan awal
matematis diambil dari nilai raport semester satu dan nilai ulangan tengah
semester kedua; data kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan berpikir
kritis diperoleh dengan mengadakan pretes dan postes. Hasil pretes dan postes
inilah yang akhirnya akan dianalisis untuk pengambilan kesimpulan. Sedangkan
untuk mengetahui tentang sikap siswa dalam hal ini disposisi matematis
digunakan angket dilengkapi dengan informasi yang diperoleh melalui observasi,
penilaian diri dan penilaian antar teman serta wawancara.
Pengkategorian pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)
pada kedua kelas eksperimen diperhatikan dalam penelitian ini untuk melihat
secara lebih mendalam pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif terhadap
kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis siswa.
Ada dua instrumen yang digunakan yaitu, instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes terdiri dari: tes kemampuan komunikasi dan berpikir kritis dalam
bentuk uraian. Sedangkan instrumen non tes berupa skala disposisi matematis.
1. Tes Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis
Tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai tes awal
(pretes) maupun tes akhir (postes). Soal pretes dan postes dibuat ekuivalen atau
relatif sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang akan digunakan sebagai
tolak ukur peningkatan hasil belajar sebelum mendapatkan pembelajaran
kooperatif yang akan diterapkan. Sedangkan tes akhir dilakukan untuk
mengetahui perolehan hasil belajar dan ada tidaknya pengaruh yang signifikan
setelah mendapatkan pembelajaran tersebut. Jadi pemberian tes pada penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh hasil belajar matematika
antara siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif STAD dibandingkan
dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif MURDER terhadap
kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis.
Instrumen yang digunakan untuk pretes dan postes adalah tes tertulis
bentuk uraian sebanyak 7 butir soal pada materi barisan dan deret. Penyusunan
47
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan dengan
penyusunan soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran. Sebelum digunakan,
instrumen diujicobakan terlebih dahulu untuk memeriksa keterbacaan dan
memenuhi persyaratan kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas)
instrumen, serta daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.
Setelah uji coba, selanjutnya dilakukan analisis item tes yang meliputi:
a. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu untuk maksud dan
kelompok tertentu, mengukur apa yang semestinya dapat diukur; derajat
ketepatan mengukurnya benar (Ruseffendi, 2010:148). Sedangkan menurut
Ary dkk (2010) validitas instrumen menggambarkan suatu instrumen dapat
mengukur apa yang diklaim akan diukur. Terdapat dua macam validitas
yaitu; validitas teoritik (logik) dan validitas empirik (Arikunto, 2013).
Untuk memenuhi validitas logik, tes disusun dengan memperhatikan
keabsahan susunan kalimat atau kata–kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain dan ketepatan tes
dengan isi materi yang diajukan atau dikuasai berdasarkan saran, arahan dan
pertimbangan dosen pembimbing. Untuk validitas logik dilakukan sebelum
instrumen diuji cobakan untuk melihat validitas isi dan validitas konstruk
berkenaan dengan ketepatan alat ukur dengan materi, kesesuaian dengan
Kompetensi Dasar (KD), Standar Kompetensi (SK) serta indikator,
kejelasan bahasa, dan lain-lain. Sedangkan validitas empirik adalah validitas
yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Untuk mengetahui validitas
empirik dilakukan analisis butir soal dari hasil uji coba instrumen.
Hasil dari analisis validitas butir soal dikorelasikan dengan kriterium
tertentu. Koefisien korelasi hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan
dengan klasifikasi keofeisien validitas tes menurut Guilford (Suherman,
2003:113), yaitu:
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas
Nilai Interpretasi
48
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sangat tinggi (sangat baik)
Tinggi (baik)
Sedang (cukup)
Rendah (kurang)
Sangat rendah
Tidak valid
Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas X di SMK PGRI
Solokanjeruk, dengan bantuan program Anates 4.0 dan SPSS 20 diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematis dan Berpikir Kritis
No rXY rtabel Keterangan Interpretasi
Kemampuan Komunikasi Matematis
1b 0,896 0,388 Valid Tinggi
3 0,904 0,388 Valid Sangat Tinggi
4a 0,783 0,388 Valid Tinggi
Kemampuan Berpikir
Kritis
1a 0,769 0,388 Valid Tinggi
2 0,807 0,388 Valid Tinggi
4b 0,902 0,388 Valid Sangat Tinggi
5 0,766 0,388 Valid Tinggi
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen pada tabel di atas tujuh butir
soal signifikan, hal ini berarti bahwa butir soal tersebut dikategorikan valid.
Selain uji validitas tersebut menurut Sumintono & Widhiarso (2013)
validitas kriterium juga penting dalam menentukan validitas instrumen yaitu
suatu instrumen dibandingkan dengan pengukuran lain dalam konsep yang
sama, atau dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Sedangkan menurut
Ary dkk untuk menentukan validitas kriterium suatu skor tes dikorelasikan
dengan satu atau lebih hasil dari kriteria tertentu. Adapun nilai korelasi xy
untuk instrumen tes tersebut secara keseluruhan yaitu sebesar 0,855.
Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford,
maka secara keseluruhan instrumen tes yang diujicobakan memiliki
49
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validitas tinggi. Hasil uji validitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran B.
b. Reliabilitas
Reliabilitas tes dihitung untuk mengetahui tingkat
konsistensi/keajegan suatu tes. Ruseffendi (2010) mengatakan bahwa
reliabilitas instrumen adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau
ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Suatu tes dikatakan
reliabel jika hasil tes tersebut relatif tetap atau konsisten, artinya jika
pengukurannya diberikan untuk subjek yang sama walaupun dilakukan oleh
orang yang berbeda, tempat yang berbeda, maka alat ukur tersebut tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi.
Interpretasi koefisien reliabilitas tes didasarkan pada klasifikasi
Guilford (Ruseffendi, 2010:160) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai Interpretasi
Sangat tinggi (sangat baik)
Tinggi (baik)
Sedang (cukup)
Rendah (kurang)
Sangat rendah
Rangkuman analisis reliabilitas instrumen tes disajikan sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Kemampuan Koefisien Reliabilitas Interpretasi
Komunikasi Matematis 0,87 Tinggi Berpikir Kritis 0,85 Tinggi
Berdasarkan uji reliabilitas instrumen tes kemampuan komunikasi
matematis dan berpikir kritis pada tabel di atas, diperoleh koefisien
reliabilitas masing-masing sebesar 0,87 dan 0,85. Bila diinterpretasikan
dalam kriteria Guilford, instrumen tes tersebut memiliki reliabilitas tinggi.
50
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil uji reliabilitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam
Lampiran B.
c. Daya pembeda
Daya pembeda menunjukkan soal tersebut dapat membedakan antara
siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Soal
dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai
dapat mengerjakan soal dengan baik dan siswa yang berkemampuan kurang
tidak dapat mengerjakannya dengan baik.
Untuk menyatakan soal tersebut memiliki daya pembeda digunakan
angka indeks diskriminasi. Klasifikasi interpretasi yang digunakan untuk
daya pembeda sebagai berikut (Suherman, 2003:161):
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Kriteria daya pembeda Interpretasi
Sangat baik
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Berikut ini hasil uji daya pembeda instrumen tes dengan bantuan
Anates 4.0.
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
No Daya Pembeda Interpretasi Kemampuan Komunikasi Matematis
1b 0,64 Sangat Baik
3 0,61 Sangat Baik 4a 0,57 Sangat Baik
Kemampuan Berpikir Kritis
1a 0,46 Sangat Baik 2 0,46 Sangat Baik
4b 0,57 Sangat Baik 5 0,46 Sangat Baik
Berdasarkan hasil analisis daya pembeda pada tabel di atas, butir soal
memiliki daya pembeda yang baik, hal ini berarti butir-butir soal tersebut
mampu membedakan mana siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dan
51
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mana siswa berkemampuan rendah (tidak pandai). Hasil uji daya pembeda
instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran B.
d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan indeks
atau persentase. Semakin besar persentase tingkat kesukaran maka semakin
mudah soal tersebut. Klasifikasi interpretasi yang digunakan untuk tingkat
kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut (Suherman, 2003: 170) :
Tabel 3.8
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
TK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < TK 0,30 Sukar
0,30 < TK 0,70 Sedang
0,70 < TK < 1,00 Mudah TK = 1,00 Terlalu mudah
Berikut hasil uji indeks kesukaran instrumen tes dengan bantuan Anates 4.0.
Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes No Tingkat Kesukaran Interpretasi
Kemampuan Komunikasi Matematis
1b 0,64 Sedang 3 0,66 Sedang
4a 0,28 Sukar Kemampuan
Berpikir Kritis
1a 0,70 Sedang
2 0,55 Sedang
4b 0,29 Sukar 5 0,59 Sedang
Hasil uji indeks kesukaran instrumen tes selengkapnya dapat dilihat
dalam Lampiran B. Setelah dilakukan uji coba serta analisis terhadap tes
kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kritis maka akan diperoleh
perangkat tes yang menjadi instrumen penelitian.
2. Skala Disposisi Matematis
52
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015). Skala disposisi matematis diberikan
kepada siswa pada kedua kelas eksperimen maupun setelah pretes dan postes.
Skala disposisi merupakan skala sikap yang berisi pernyataan yang
dipersiapkan untuk mengetahui gambaran sejauh mana disposisi dalam
pembelajaran matematika. Skala sikap terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Hal ini dimaksudkan agar kondisi angket tidak monoton
sehingga siswa menjawab pertanyaan lebih teliti dan cermat sehingga hasil
angket diharapkan akan lebih akurat. Skala disposisi disusun berpedomen pada
bentuk skala Likert dengan empat kategori yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S),
Tidak setuju (TS), dan Sangat tidak setuju (STS). Empat kategori tersebut
bertujuan untuk menghindari sikap siswa ragu–ragu atau kecenderungan siswa
tidak memihak (netral) pada suatu pernyataan yang diberikan.
Prosedur pemberian skor berdasarkan skala disposisi matematis siswa
(Sugiyono, 2015) adalah sebagai berikut:
a. Untuk instrumen positif
Sangat setuju (SS) : skor 4
Setuju (S) : skor 3
Tidak setuju (TS) : skor 2
Sangat tidak setuju (STS) : skor 1
b. Untuk instrumen negatif
Sangat setuju (SS) : skor 1
Setuju (S) : skor 2
Tidak setuju (TS) : skor 3
Sangat tidak setuju (STS) : skor 4
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi
dan mukanya dengan meminta pertimbangan dosen pembimbing agar
memenuhi persyaratan yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian. Setelah dilakukan telaah validitas isi dan muka maka dilakukan uji
53
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
coba kepada beberapa siswa diluar subjek penelitian untuk melihat keterbacaan
pernyataannya, kemudian karena skalanya ordinal analisisnya menggunakan
program Winstep untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Menurut Sumintono & Widhiarso (2013:111), untuk memeriksa item
yang tidak sesuai (outliers atau misfits) digunakan kriteria berikut:
(1)Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) yang diterima 0,5 <MNSQ< 1,5
(2)Nilai Outfit Z-Standard (ZSTD) yang diterima -2,0 < ZSTD < +2,0
(3)Nilai Point Measure Correlation (Pt Measure Corr) yang diterima 0,4 < Pt
Measure Corr < 0,85
Jika hasil analisis terlihat bahwa item masuk kedalam katogori outlier
atau misfit dengan data yang ada, maka item dapat direvisi atau dibuang.
Rangkuman hasil analisis terhadap item disposisi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.10
Rangkuman Hasil Analisis Item Disposisi Matematis No Item MNSQ ZSTD Pt Meas Corr Keputusan
1 0.98 +0.0 0.55 Digunakan
2 1.14 +0.6 0.50 Digunakan 3 0.46 -2.4 0.77 Dibuang
4 1.50 +1.7 0.27 Direvisi 5 0.76 -0.9 0.20 Direvisi
6 1.29 +1.0 0.04 Direvisi
7 2.20 +3.7 0.55 Dibuang 8 1.76 +2.3 0.49 Dibuang
9 0.66 -1.3 0.73 Digunakan 10 1.75 +2.3 0.82 Dibuang
11 0.93 -0.2 0.55 Digunakan 12 1.20 +0.8 0.08 Direvisi
13 0.46 -2.4 0.87 Dibuang 14 1.14 +0.6 0.43 Digunakan
15 0.75 -0.9 0.76 Digunakan 16 0.86 -0.5 0.52 Digunakan
17 0.85 -0.5 0.79 Digunakan 18 0.67 -1.3 0.79 Digunakan
19 0.68 -1.2 0.69 Digunakan 20 0.16 -4.7 0.83 Dibuang
21 0.91 -0.2 0.63 Digunakan
22 1.03 +0.2 0.27 Direvisi 23 0.87 -0.4 0.59 Digunakan
24 0.64 -1.4 0.43 Digunakan 25 0.99 +0.1 0.67 Digunakan
54
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliabilitas 0.80
Dari rangkuman hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa, item yang
memenuhi ketiga kriteria kesesuaian langsung dapat digunakan untuk instrumen
penelitian. Item nomor 4, 5, 6, 12 dan 22 tidak memenuhi satu kriteria sehingga
akan digunakan sebagai instrumen setelah direvisi, sedangkan item nomor 3, 7, 8,
10, 13 dan 20 tidak digunakan sebagai instrumen penelitian atau dibuang.
Selain dua instrumen tersebut, untuk mendukung analisis kuantitatif maka
digunakan beberapa cara untuk memperoleh data tambahan yaitu:
1) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran berlangsung di kedua kelas eksperimen. Aktivitas
yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab
pertanyaan, mengemukakan ide dan menanggapi, cara penyelesaian masalah
dan menyelesaikan LAS. Rekap lembar observasi ini tidak dianalisis secara
statistik, tetapi sebagai bahan tambahan dalam pembahasan secara deskriptif.
2) Lembar Penilaian Diri dan Penilaian Antar Teman
Sesuai batasan yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Diknas,
yang dimaksud penilaian diri adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan oleh
peserta didik sendiri, berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian
kompetensinya (Arikunto, 2013). Tujuan dari penilaian diri secara umum
adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar, meskipun
demikian hasil penilaian diri dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk memberikan nilai. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudin (2012)
bahwa dalam pembelajaran kooperatif pada saat evaluasi siswa dibiarkan untuk
mengetahui dan menghargai analisis mereka atas perilaku mereka sendiri.
Lembar penilaian diri dan penilaian antar teman digunakan untuk mendukung
analisis kuantitatif. Selain itu dengan adanya penialaian diri dan penilaian antar
teman diharapkan siswa akan aktif khususnya dalam diskusi kelompok dan
dalam kegiatan pembelajaran umumnya.
55
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi lebih jauh tentang
pelaksanaan pembelajaran. Wawancara dengan siswa yang dipilih acak
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa mengalami kesulitan selama proses
pembelajaran dan mengetahui penyebab kesulitan yang dialami siswa, serta
untuk mengetahui pendapat siswa tentang proses pembelajaran yang
berlangsung yang tidak dapat digali dari angket.
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah melalui beberapa tahapan berikut ini:
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang berasal dari hasil pretes dan postes diolah dan dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan uji statistik untuk mengetahui perbedaan
peningkatan kemampuan komunikasi dan Kemampuan berpikir kritis siswa
antara kedua kelas eksperimen. Pengolahan data menggunakan bantuan
program software SPSS for Windows Versi 20 dan Microsoft Office.
Berikut tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data tes.
a. Menskor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman yang
telah dibuat
b. Peningkatan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan
komunikasi matematis dan Kemampuan berpikir kritis, yang mutu
peningkatannya ditinjau berdasarkan gain ternormalkan dari perolehan
skor pretes dan postes siswa. Rumus gain ternormalkan menurut Hake
(Izzati, 2010) adalah sebagai berikut:
Dengan kriteria indeks gain :
Tabel 3.11
Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Interpretasi
Tinggi
56
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedang
Rendah
(Diadaptasi dari Izzati, 2010:72)
c. Menghitung statistik deskriptif skor pretes, postes dan N-gain yang
meliputi skor minimum, skor maksimum, rata–rata dan simpangan baku.
2. Pengolahan data Skala Disposisi
Skala disposisi pada penelitian ini menggunakan model skala Likert,
sehingga data yang diperoleh berupa data ordinal. Data ini kemudian
dihitung total respon dan persentase untuk setiap pernyataan.
3. Pengolahan Data Tambahan
Data hasil observasi dihitung rata-rata per item untuk mengetahui porsentase
ketercapaian aktivitasnya. Sedangkan data penilaian diri, penilaian antar
teman, data hasil wawancara digunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dan permasalahan yang dihadapi selama
pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskritif sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian.
Tahapan analisis data untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan uji normalitas data PAM dan skor pretes kedua kelas. Adapun
rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Perhitungan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Kriteria
pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. < taraf signifikansi (α = 0,05)
2. Menguji homogenitas varians data PAM dan skor pretes menggunakan uji
Homogenity of Variances (Levene Statistic). Pengujian homogenitas
dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berasal dari
kondisi awal yang sama dan homogen. Adapun hipotesis yang akan diuji
adalah:
57
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0: σ12 = σ2
2 varians kedua kelompok homogen
H1: σ12 ≠ σ2
2 varians kedua kelompok tidak homogen
Keterangan :
σ12 : varians skor pretes kelompok eksperimen
σ22 : varians skor pretes kelompok kontrol
Uji statistik menggunakan Uji Levene, kriteria pengujian adalah tolak H0
apabila Sig.Based on Mean < taraf signifikansi (α = 0,05)
3. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka untuk mengetahui
kemampuan awal kedua kelas sama dilakukan uji perbedaan rerata PAM
dan skor pretes dengan uji dua pihak. Adapun hipotesis yang diuji adalah:
H0 : stad = -murder
H1 : stad ≠ murder
Keterangan:
stad = rerata data PAM/skor pretes siswa yang belajar melalui model
kooperatif STAD
murder = rerata data PAM/skor pretes siswa yang belajar melalui model
kooperatif MURDER
Pengujian menggunakan Compare means (Independent – Sample T-Test)
Untuk uji dua pihak, kriteria pengujian dengan taraf signifikansi α = 0,05
adalah tolak H0 jika Sig.(2-tailed) < α = 0,05.
4. Menguji Hipotesis penelitian
1) Pengujian terhadap hipotesis ke-1 dan 5 dilakukan dengan uji perbedaan
rerata dua pihak terhadap skor postes kemampuan komunikasi dan
berpikir kritis. Secara formal, hipotesis statistik (H0) dan hipotesis
penelitian (H1) dapat dinyatakan sebagai berikut:
H0 : stad = -murder
H1 : stad ≠ murder
58
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
stad = rerata skor postes siswa yang belajar melalui model kooperatif
STAD
murder = rerata skor postes siswa yang belajar melalui model kooperatif
MURDER
Jika kedua rerata skor berdistribusi normal dan homogen, maka uji
statistik yang digunakan uji perbedaan rerata dengan uji t dua pihak
dengan kriteria pengujian dengan taraf signifikansi α = 0,05 adalah tolak
H0 jika Sig. (2-tailed) < taraf signifikansi (α = 0,05)
2) Pengujian hipotesis ke-2, 3, 4, 6, 7 dan 8 untuk mengetahui perbedaan
peningkatan secara keseluruhan maupun berdasarkan kategori
pengetahuan awal siswa serta efek interaksi dilakukan dengan
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dua jalur kemudian jika
ditemukan perbedaan berdasarkan kategori pengetahuan awal maka
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat letak perbedaannya. Kriteria
pengujian adalah tolak H0 apabila Sig.< taraf signifikansi (α = 0,05).
Secara formal, hipotesis statistik (H0) dan hipotesis penelitian (H1) untuk
uji perbedaan rerata N-gain secara keseluruhan dinyatakan sebagai
berikut:
H0 : stad = -murder
H1 : stad ≠ murder
Keterangan:
stad = rerata skor N-gain siswa yang belajar melalui model kooperatif
STAD
murder = rerata skor N-gain siswa yang belajar melalui model kooperatif
MURDER
Pengujian perbedaan rerata berdasar PAM dilakukan berdasarkan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : µt . = µs. = µr.
H1 : bukan H0
59
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
t = rerata skor N-gain kelompok PAM tinggi
s = rerata skor N-gain kelompok PAM sedang
r = rerata skor N-gain kelompok PAM rendah
Pengujian interaksi antara model pembelajaran dan pengetahuan awal
matematis berdasarkan hipotesis sebagai berikut:
H0 : model*pam = 0
H1 : model*pam ≠ 0
Keterangan:
model = model pembelajaran
pam = pengetahuan awal matematis
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti,
diantaranya mengidentifikasi masalah penelitian, penyusunan proposal,
mengikuti seminar proposal, dan perbaikan proposal hasil seminar. Setelah
itu peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan
ajar untuk kedua kelompok eksperimen. Kemudian menyusun kisi–kisi soal
untuk pembuatan instrumen penelitian berupa tes kemampuan komunikasi
dan berpikir kritis, serta menyusun kisi – kisi angket dan instrumen
disposisi. Setelah instrumen diperiksa oleh pembimbing, dan dilakukan
revisi, kemudian dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui
keterbacaan dan validitas empiriknya. Hasil uji coba instrumen tersebut
dianalisis dan hasilnya dipilih berdasarkan item yang memenuhi persyaratan
untuk dapat digunakan sebagai alat ukur.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah yang terlebih dahulu dilakukan sebelum melaksanakan
penelitian adalah menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian,
kemudian mengurus surat ijin melaksanakan penelitian pada sekolah yang
60
Nuryanti, 2016 PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DENGAN SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF MURDER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan dijadikan tempat penelitian. Selanjutnya menentukan kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2 berdasarkan pertimbangan sekolah dan cara
pengambilan sampel. Setelah kedua kelas eksperimen ditentukan
selanjutnya diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dalam hal kemampuan kemunikasi matematis dan berpikir kritis.
Kegiatan yang paling penting pada tahap ini adalah pemberian
perlakuan pada kelas eksperimen berupa pembelajaran kooperatif STAD
pada kelas ekperimen pertama dan pembelajaran kooperatif MURDER pada
kelas eksperimen kedua. Setelah dilakukan perlakuan, kedua kelas
eksperimen diberikan postes dengan tujuan melihat hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dilakukan. Sedangkan untuk angket diberikan saat
siswa selesai mengerjakan soal tes kemampuan atau bisa juga sebelumnya.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Data yang sudah diperoleh diolah kemudian diinterpretasikan sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian.
top related