bab iv (26 juli)
Post on 07-Apr-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
1/27
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Sangatta adalah Rumah
Sakit Kelas C milik Pemerintah Daerah Kutai Timur dengan alamat
Jalan Soekarno Hatta No.1 Sangatta, yang diresmikan oleh Bupati
Kutai Kutai Timur pada tanggal 11 Oktober 2002.
2. Visi dan Misi
Adapun Misi Rumah Sakit adalah :
a) Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna, bermutu
dan terjangkau yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
b) Menyediakan produk layanan yang unggul dan unik terdiri dari
medical check up klinik tumbuh kembang, trauma center, pain
terapi dan fitotherapy.
c) Menyediakan sumber daya yang professional dan sejahtera
melalui pendidikan, pelatihan, penelitian dan sistem
remunerasi yang maksudnya bahwa RSUD Sangatta
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang ada melalui pelatihan, seminar, inhouse
training secara berkesinambungan.
45
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
2/27
d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
pelayanan di semua bidang secara berkesinambungan
maksudnya adalah dengan adanya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit haruslah ditunjang
dengan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.
e) Menciptakan kemitraan jangka panjang yang saling
menguntungkan, maksudnya yaitu menjalin kerjasama dengan
pihak ketiga yang saling menguntungkan dan
berkesinambungan.
3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Kutai Timur dibentuk berdasarkan UU No. 47
Tahun 1999 dan memiliki luas wilayah 35.747,60 km2 yang terdiri
dari 18 kecamatan dan 135 desa, memiliki jumlah penduduk pada
tahun 2010 sebanyak 262.972 jiwa dengan kepadatan penduduk
7,10 jiwa/ km2 dan laju pertumbuhan penduduk 5,89% per tahun
serta jumlah rumah tangga sebanyak 65.014 Kepala Keluarga
(KK). Persebaran penduduk tidak merata, dimana kecamatan
terbanyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Sangatta Utara
dengan persentase penduduk mencapai 25,80% dari total
penduduk sedangkan yang paling sedikit pada Kecamatan Busang
dengan jumlah penduduk 5.968 jiwa atau 2,27%.
46
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
3/27
B. Karakteristik Responden
Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang
analisis pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta Kabupaten Kutai
Timur yaitu dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang
digunakan dalam penelitian. Karakteristik responden meliputi umur
responden, jenis kelamin responden, pendidikan responden dan
pekerjaan responden.
a. Distribusi kelompok Umur
Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahun yang
dihitung sejak lahir sampai sekarang. Pada penelitian ini umur
responden minimal 17 tahun sebab pada umur tersebut responden
dianggap telah mampu memberikan jawaban yang objektif. Tabel
berikut merupakan distribusi responden menurut golongan umur.
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di
RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%)
1 17 tahun 22 tahun 4 5,8
2 23 tahun 28 tahun 13 18,5
3 29 tahun 34 tahun 22 31,5
4 35 tahun 40 tahun 15 21,4
5 41 tahun 46 tahun 7 9,9
6 47 tahun 52 tahun 9 12,9
Total70 100
Responden dalam penelitian ini berkisar antara 17 tahun
sampai 52 tahun dengan jumlah responden sebanyak 70 orang.
Responden terbanyak berasal dari kelompok umur 29-34 tahun
47
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
4/27
yaitu 22 orang (31,5%) dan terkecil berasal dari kelompok umur 17-
22 tahun yaitu 4 orang (5,8%).
b. Distribusi Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah kategori yang didasarkan pada perbedaan
biologis seperti struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara dan
karakteristik biologis lainnya. Adapun distribusi responden menurut
jenis kelamin pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di
RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
1 Laki-laki 34 48,6
2 Perempuan 36 51,4
Total 70 100Sumber : Data Primer
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pasien yang paling
banyak menjadi responden dalam penelitian ini adalah berjenis
kelamin perempuan yaitu sebesar 36 orang (51,4%), sedangkan
responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 34 orang (48,6%).
c. Distribusi Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pembelajaran formal yang pernah
ditempuh oleh responden. Pendidikan berhubungan dengan proses
belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin mudah dalam menerima informasi dan semakin tinggi
tuntutan akan pelayanan yang bermutu. Berikut distribusi
responden menurut tingkat pendidikan.
48
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
5/27
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan di RSUD Sangatta tahun 2011
No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
1Tidak Sekolah/Tidak Tamat
SD1 1,4
2 SD 2 2,9
3 SMP 10 14,2
4 SMA 36 51,5
5 Perguruan Tinggi 21 30,0
Total 70 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa responden terbanyak dengan
pendidikan SMA yaitu 36 orang (51,5%) sedangkan responden
berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 21 orang (30,0%),
pendidikan SMP sebanyak 10 orang (14,2%) dan pendidikan SD
sebanyak 2 orang (2,9%) dan tidak tamat SD sebanyak 1 orang
(1,4%).
d. Distribusi Pekerjaan
Pekerjaan adalah jenis mata pencaharian yang ditekuni oleh
seseorang dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan atau anggota
keluarganya. Berikut ini dapat dilihat distribusi responden menurut
jenis pekerjaan.
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan
di RSUD Sangatta tahun 2011
49
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
6/27
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase(%)
1 Pelajar 6 8,6
2 IRT 8 11,4
3 Swasta 14 20,0
4 PNS 41 58,65 Petani 1 1,4
Total 70 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat 41 orang (58,6%)
responden bekerja sebagai PNS, responden dengan pekerjaan
swasta sebesar 14 orang (20,0%), responden dengan pekerjaan
IRT sebesar 8 orang (11,4%), responden sebagai pelajar sebesar 6
orang (8,6%) dan petani 1 orang (1,4%).
C. Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang
tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang
dianalisis berasal dari distribusi frekuensi tiap-tiap variabel.
a. Jenis Penyakit
Jenis penyakit terbagi menjadi 2 yaitu penyakit kronis dan
penyakit akut (Sarafino, 2004). Penyakit kronis adalah penyakit
degeneratif yang berkembang selama kurun waktu yang lama
(bulan atau tahun) dan dikenal sebagai penyakit menahun,
sedangkan penyakit akut merupakan penyakit yang timbulnya
secara cepat atau berlangsung dalam waktu singkat.
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan jenis penyakit di
RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Jenis Penyakit Frekuensi Persentase (%)
50
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
7/27
1 Kronis 20 28,6
2 Akut 50 71,4
Total 70 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa 50 responden (71,4%)
dinyatakan memiliki penyakit akut dan 20 responden memiliki
penyakit kronis dari semua pasien askes rawat jalan yang
menggunakan pelayanan kesehatan di RSUD Sangatta.
b. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup kebersihan dan kerapian ruang
tunggu, penerangan atau pencahayaan yang cukup, kelengkapan
pendingin ruangan serta tersedianya toilet yang bersih.
Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga mempengaruhi
psikologis pasien. Ruang rawat jalan yang bising, suhu udara
terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan kerapian yang
tidak terjaga akan meningkatkan stress pada pasien. Ruang rawat
jalan seharusnya bisa membangkitkan optimisme sehingga dapat
membantu proses penyembuhan pasien (Robby, 2006).
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan lingkungan fisik
di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Ling. Fisik Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak Nyaman 31 44,3
2 Nyaman 39 55,7
Total 70 100
51
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
8/27
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa 39 responden
(55,7%) menyatakan nyaman dengan kondisi lingkungan fisik
ruang rawat jalan di RSUD Sangatta. Berbeda dengan 31
responden (44,3%) lainnya yang menyatakan tidak nyaman
terhadap kondisi lingkungan fisik pada ruang rawat jalan tersebut.
Tabel 4.8 Distribusi responden menurut jenis lingkungan fisik
di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Lingkungan Fisik Jawaban n %
1 Ruang tunggu selalu dalam
keadaan bersih dan rapi
Biasa 13 18,5
Baik 44 62,9
Sangat Baik 13 18,6
2 Tersedia kipas/AC untuk
mengurangi rasa panasBiasa 6 8,6
Baik 46 65,7
Sangat Baik 18 25,7
3 Tersedia TV untuk mengurangikebosanan saat menunggu
Biasa 12 17,1
Baik 43 61,4
Sangat Baik 15 21,5
4 Ruangan poliklinik selalu bersih
dan rapi
Biasa 14 20,0
Baik 43 61,4
Sangat Baik 13 18,6
5 Sirkulasi udara dalam ruangan Biasa 11 15,7
52
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
9/27
baikBaik 45 64,3
Sangat Baik 14 20,0
6 Pencahayaan yang cukup baik
dalam ruangan
Biasa 9 12,9
Baik 45 64,3
Sangat Baik 16 22,8
7 Tersedia gorden penyekat padaruang periksa untuk menjagaprivasi
Biasa 6 8,6
Baik 50 71,4
Sangat Baik 14 20,0
8 Petugas selalu dalam keadaanrapi saat melakukan pelayanan SangatKurang Baik 1 1,4
Biasa 7 10,1
Baik 50 71,4
Sangat Baik 12 17,1
9 Toilet pasien selalu dalamkeadaan bersih dan tidak berbau
Biasa 13 18,6
Baik 43 61,4
Sangat Baik 14 20,0
Dari tabel diatas dapat dilihat respon pasien rawat jalan
terhadap kondisi lingkungan fisik di RSUD Sangatta cukup baik
seperti tersedianya gorden penyekat untuk menjaga privasi pasien
pada ruang periksa (71,4%) dan adanya kipas atau AC pada ruang
tunggu 65,7%) sedangkan responden yang menyatakan kondisi
lingkungan fisik ruang rawat jalan tidak cukup baik seperti petugas
yang tidak selalu dalam keadaan rapi saat melakukan pelayanan
53
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
10/27
(1,4%) dan ruangan poliklinik yang tidak selalu dalam keadaan
bersih rapi (20%) serta kondisi toilet yang tidak bersih dan kadang
berbau (18,6%). Hal ini menyebabkan kurangnya kenyamanan
pasien untuk mendapatkan fasilitas yang baik di RSUD tersebut.
c. Hubungan Pasien dengan Petugas
Hubungan yang baik antar manusia akan menimbulkan
kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai
seperti keseriusan, dihormati dan didengar, saling menghormati,
responsif dan memberi perhatian (Wijono, 1999).
Adapun pelayanan kesehatan yang bermutu antara lain bila
pasien diterima dengan senyum dan ramah tamah, serta petugas
yang bersikap baik terhadap keluarga pasien. Dalam hal ini yang
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, institusi atau lembaga pendidikan dan faktor
emosi dalam diri (Pohan, 2004).
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan hubungan pasien
dengan petugas di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur
tahun 2011
NoHubungan
Pasien
dengan Petugas
Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang Baik 25 35,7
2 Baik 45 64,3
Total 70 100
54
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
11/27
Distribusi responden menurut hubungan pasien dengan petugas
menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden (64,3%) menyatakan
hubungan pasien dengan petugas cukup baik dalam hal pelayanan
kesehatan yang diterima dan 25 responden (35,7%) menyatakan
adanya hubungan yang tidak antara pasien dengan petugas di
RSUD Sangatta.
Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan hubunganpasien dengan petugas di RSUD Sangatta
Kab.Kutai Timur tahun 2011No
Hubungan Pasien denganPetugas
Jawaban n %
1 Petugas menghormati danmenghargai Anda saat melayani
Kurang Baik 2 2,9
Biasa 6 8,6
Baik 51 72,9
Sangat Baik 11 15,6
2 Petugas siap membantu saatAnda membutuhkan informasiyang di perlukan
Biasa 6 8,6
Baik 52 74,3
Sangat Baik 12 17,1
3 Petugas melayani semua pasien
tanpa membeda-bedakan antarapasien umum dan pasien Askes
Biasa 11 15,7
Baik 49 70,0Sangat Baik 10 14,3
4 Petugas melayani dengan penuhperhatian dan ada rasa simpatiterhadap kodisi kesehatan Anda
Biasa 9 12,9
Baik 51 72,9
Sangat Baik 10 14,3
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa respon atau tanggapan
yang diberikan responden mengenai hubungan pasien dengan
petugas cukup baik yaitu petugas siap membantu saat pasien
membutuhkan informasi yang diperlukan tanpa harus bingung atau
kesulitan dalam mendapatkan informasi tersebut serta petugas
yang melayani dengan penuh perhatian dan simpati terhadap
55
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
12/27
kondisi kesehatan pasien. Namun sebanyak 2,9% responden yang
menyatakan hubungan pasien dengan petugas kurang baik seperti
petugas yang kurang menghormati dan menghargai saat melayani
pasien.
d. Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan
Kepuasan adalah psikis menyenangkan yang dirasakan pasien
karena terpenuhinya secara relatif semua kebutuhan yang
memadai meliputi terciptanya rasa aman, kondisi lingkungan yang
menyenangkan, menarik, keadaan sosial yang baik, adanya
penghargaan, adanya perasaan diri diakui dan bermanfaat dalam
lingkungan (Kotler, 1998).
Kepuasan merupakan suatu fungsi dari perbedaan antara
penampilan yang dirasakan dan harapan. Dalam hal ini pembeli
atau pengguna jasa memutuskan memberi suatu penilaian
terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar apakah
pembeli puas membelanjakannya, tergantung kepada penampilan
yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli
(Wijono, 1999).
Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kepuasan pasien
askes di RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun
2011
NoKepuasan Pasien
AskesFrekuensi Persentase (%)
1 Tidak Puas 24 34,3
2 Puas 46 65,7
Total 70 100
56
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
13/27
Dari tabel 4.11 diperoleh bahwa sebagian besar responden
puas jika dilihat dari kepuasan pasien yang mendapatkan
pelayanan baik dari segi jenis penyakit, lingkungan fisik dan
hubungan pasien dengan petugas yaitu 46 responden (65,7%),
sedangkan responden yang tidak puas adalah 24 responden
(34,3%).
Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan jenis kepuasandi RSUD Sangatta Kab.Kutai Timur tahun 2011
No Kepuasan Pasien Askes Jawaban n %
1 Petugas loket menyapa Andadengan ramah
Biasa 11 11
Baik 30 30
Sangat Baik 29 29
2 Petugas loket menanyakanidentitas dan poli yang akan
dipilih dengan sopan
Biasa 12 12
Baik 26 26
Sangat Baik 32 32
3 Proses pelayanan dari mendaftarsampai pemberian kartu RMdilakukan dengan cepat (tanpaharus menunggu lama)
Biasa 11 11
Baik 32 32
Sangat Baik 27 27
4 Patugas loket berbicara denganmenggunakan bahasa yang jelasdan mudah Anda mengerti
Biasa 13 13
Baik 36 36
Sangat Baik 21 21
5 Petugas loket mengarahkan
Anda ke ruang tunggu untukmenunggu panggilan perawatpoli yang dituju
Biasa 13 13
Baik 33 33
Sangat Baik 24 24
Dari tabel diatas dapat dilihat secara umum tentang kepuasan
pasien askes rawat jalan responden mengenai pelayanan yang ada
57
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
14/27
masih kurang memuaskan. Ada beberapa pertanyaan yang
diberikan kepada responden dan menyatakan bahwa pasien
merasa puas seprti petugas loket yang menanyakan identitas dan
poli yang akan dipilih dengan sopan (32%) sedangkan responden
yang menyatakan kurang nyaman seperti petugas loket berbicara
dengan menggunakan bahasa yang kurang jelas dan kurang
mudah dimengerti.
D. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan
variabel independen yaitu karakteristik pasien, jenis penyakit,
lingkungan fisik dan hubungan pasien dengan petugas terhadap
kepuasan pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.
1. Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan
Pasien Askes Rawat Jalan
Dalam mendiagnosa penyakit pasien, seorang dokter tidak
selalu mencantumkan kata-kata akut maupun kronis kecuali pada
keadaan tertentu yang bersifat khusus atau untuk membedakan
bahwa suatu penyakit memiliki 2 bentuk yakni bentuk akut maupun
kronis (http://cakmoki86.wordpress.com/2008/12/24/antara-akut-
dan-kronis/).
Tabel 4.12 Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan
Pasien Askes Rawat Jalan
58
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
15/27
JenisPenyakit
Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P
ValueTidak Puas Puas
N % N % N %
Kronis 7 35,0 13 65,0 20 100
1,000Akut 17 34,0 33 66,0 50 100
Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100
Dari tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa proporsi responden antara
penyakit kronis dan akut pada pasien yang tidak puas hampir sama
yaitu 35% dan 34%. Demikian halnya pada responden yang puas,
proporsi responden dengan penyakit kronis dan akut juga hampir
sama yaitu 65% dan 66%.
Hasil uji Chi square diperoleh nilai P = 1,000 (lebih besar dari
= 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis penyakit dengan kepuasan pasien
askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.
2. Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Kepuasan
Pasien Askes Rawat Jalan
Kualitas pelayanan dalam Rumah Sakit dapat ditingkatkan
apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang
tunggu bagi pasien rawat jalan merupakan salah satu wujud
fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pasien (Santosa,
2006).
Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga mempengaruhi
psikologis pasien. Ruang rawat jalan yang bising, suhu udara
terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan kerapian yang
59
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
16/27
tidak terjaga akan meningkatkan stress pada pasien. Ruang rawat
jalan seharusnya bisa membangkitkan optimisme sehingga dapat
membantu proses penyembuhan pasien (Robby, 2006).
Tabel 4.13 Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan
Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan
Lingkungan Fisik
Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P
ValueTidak Puas Puas
N % n % N %
Tidak Nyaman 19 61,3 12 38,7 31 1000,000
Nyaman 5 12,8 34 87,2 39 100
Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa diantara pasien
yang tidak puas terhadap pelayanan askes rawat jalan, proporsi
tertinggi terdapat pada responden yang menyatakan lingkungan
tidak nyaman (61,3%) dibandingkan dengan responden yang
menyatakan lingkungan fisik nyaman (12,8%), sedangkan pada
pasien yang puas terhadap pelayanan askes rawat jalan proporsi
tertinggi terdapat pada pasien yang menyatakan lingkungan fisik
nyaman (87,2%) dibandingkan dengan pasien yang menyatakan
lingkungan fisik tidak nyaman (38,7%).
60
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
17/27
Hasil Chi square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari =
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara lingkungan fisik dengan kepuasan pasien askes
rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.
Hubungan antara Hubungan Pasien dengan Petugas
Dengan adanya sikap saling menghargai antara petugas
dengan pasien maka petugas akan lebih responsif dan tanggap
terhadap pasien, dengan lebih memberikan perhatian dan
mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien.
Dalam suasana yang responsif ini, pasien juga akan lebih terbuka
dan merasa nyaman dalam menyampaikan keluhan yang
dirasakan sehingga dengan begitu akan tercipta komunikasi yang
baik (Wijono, 1999).
Tabel 4.14 Hubungan antara Hubungan Pasien dan Petugas
dengan Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan
HubunganPasien dan
Petugas
Kepuasan Pasien AskesRawat Jalan Total P
ValueTidak Puas Puas
N % N % N %
Tidak Baik 16 64,0 9 36,0 25 1000,000
Baik 8 17,8 37 82,2 45 100
Jumlah 24 34,3 46 65,7 70 100
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi
responden yang tidak puas terhadap pelayanan askes rawat jalan
dan menyatakan hubungan pasien dengan petugas tidak baik
(64%) dibandingkan dengan responden yang menyatakan
61
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
18/27
hubungan pasien dengan petugas baik (17,8%). Demikian halnya
pada responden yang puas terhadap pelayanan askes rawat jalan,
proporsi tertinggi terdapat pada pasien yang menyatakan
hubungan pasien dengan petugas baik (82,2%) dibandingkan
dengan pasien yang menyatakan tidak baik (36%).
Hasil uji Chi square diperoleh nilai p = 0,000 (lebih kecil dari =
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara hubungan pasien dan petugas dengan kepuasan
pasien askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data maka dilakukan
pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti. Dari
hasil yang diperoleh diketahui bahwa menjadi responden terbanyak
yang menggunakan kartu Askes adalah perempuan dengan
persentase 51,4%. Kisaran usia terbanyak adalah 29 tahun 34 tahun
dengan persentase 31,5%. Untuk kepuasan pasien Askes rawat jalan
yaitu sebesar 65,7% yang merasa puas dengan pelayanan yang ada
di RSUD Sangatta. Dari segi jenjang pendidikan tinggi sebanyak 57%
responden di Wilayah kerja RSUD Sangatta dan 13% responden
memiliki jenjang pendidikan yang rendah. Dilihat dari segi pekerjaan
sebagai pelajar 8,6% responden, IRT 11,4% dan swasta 20,0%
responden sedangkan yang bekerja sebagai PNS sebesar 58,6%
responden dan 1,4% responden bekerja menjadi petani.
62
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
19/27
Jika dilihat dari akses masyarakat yang ada di Wilayah Sangatta ke
pusat pelayanan kesehatan, bahwa masyarakat di daerah sandaran
cukup jauh untuk menjangkau ke pusat pelayanan kesehatan tersebut.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang diperlukan,
masyarakat membutuhkan jasa angkutan umum dengan biaya yang
relatif mahal untuk menuju ke RSUD Sangatta.
1. Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Kepuasan Pasien
Askes Rawat Jalan
Dalam mendiagnosa penyakit pasien, seorang dokter tidak
selalu mencantumkan istilah kronis ataupun akut, kecuali pada
keadaan tertentu yang bersifat khusus atau untuk membedakan
bahwa suatu penyakit memiliki dua bentuk yaitu bentuk kronis
dan bentuk akut.
Kronis merupakan gangguan atau penyakit yang
berlangsung lama (dalam kurun waktu bulan dan tahun) sehingga
sering disebut sebagai penyakit menahun misalnya diabetes
mellitus, sedangkan akut adalah suatu gangguan atau penyakit
yang timbul secara cepat atau berlangsung dalam waktu singkat
(tidak lama) biasanya dalam kurun waktu jam, hari bahkan
minggu contohnya infeksi saluran pernapasan akut (Sarafino,
2004).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden
antara penyakit kronis dan akut pada pasien yang tidak puas
63
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
20/27
hampir sama yaitu 35% dan 34%. Demikian halnya pada
responden yang puas, proporsi responden dengan penyakit kronis
dan akut juga hampir sama yaitu 65% dan 66%.
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
anjaryani, 2009 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
jenis penyakit dengan kepuasan pasien di RSUD Tugurejo
Semarang dengan nilai signifikansi yaitu 0,981.
Dengan demikian, hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara jenis penyakit dengan kepuasan pasien askes rawat jalan
di RSUD Sangatta tahun 2011.
Tidak meratanya kepuasan yang dirasakan oleh responden
dengan penyakit akut dan responden dengan penyakit kronis
terjadi karena adanya petugas yang kurang menghormati serta
menghargai pasien, misalnya tidak menanggapi pertanyaan yang
diberikan saat pasien bertanya.
2. Hubungan antara Lingkungan Fisik dengan Kepuasan Pasien
Askes Rawat Jalan
Kualitas pelayanan dalam Rumah Sakit dapat ditingkatkan
apabila didukung oleh peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang
tunggu bagi pasien rawat jalan merupakan salah satu wujud
64
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
21/27
fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pasien (Santosa,
2006).
Kondisi lingkungan fisik ruang rawat jalan juga
mempengaruhi psikologi pasien. Ruang rawat jalan yang bising,
suhu udara terlalu panas, pencahayaan kurang, kebersihan dan
kerapian yang tidak terjaga akan meningkatkan stress pada
pasien. Ruang rawat jalan seharusnya bisa membangkitkan
optimisme sehingga dapat membantu proses penyembuhan
pasien (Robby, 2006).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan fisik
berhubungan dengan kepuasan pasien askes rawat jalan di
RSUD Sangatta, diperoleh hasil sebanyak 34 responden yang
merasa nyaman dan sebesar 87,2% menyatakan puas dengan
pelayanan kesehatan di RSUD Sangatta.
Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang
merasa nyaman dengan tersedianya gorden penyekat pada
ruang periksa sehingga privasi pasien tetap terjaga (71%) dan
adanya kipas atau AC untuk mengurangi rasa panas di ruang
tunggu (65,7%).
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. RSUD Sangatta berusaha untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan lingkungan yang bersih,
65
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
22/27
agar pasien merasa aman dan tenang dalam mendapatkan
pelayanan.
Dapat dilihat dari keadaan Rumah Sakit, jika dilihat dari
kondisi RSUD yang mempengaruhi kepuasan lingkungan fisik
yaitu adanya pencahayaan yang cukup dalam ruangan (64,3%),
sirkulasi udara yang baik (64,3%) dan tersedianya TV di ruang
tunggu untuk mengurangi kebosanan (61,4%).
Masalah pencahayaan merupakan salah satu faktor penting
dalam perencanaan ruang, sebab intensitas cahaya perlu diatur
untuk menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam
ruangan berdasarkan jenis aktifitasnya. Oleh karena itu arah
cahaya beserta efek-efek pantulan atau pembiasannya perlu
diatur untuk menciptakan kenyamanan penglihatan ruang
(Santosa, 2006)
Sama halnya dengan pencahayaan, sirkulasi udara di
Rumah Sakit juga penting untuk dicermati sebab berhubungan
langsung dengan kenyamanan tubuh manusia. Disamping
menyuplai udara segar untuk pernapasan dan metabolisme
tubuh, sirkulasi udara yang baik juga berkaitan dengan
terciptanya suhu ruangan yang kondusif bagi tubuh sehingga
energi dari dalam tubuh tidak akan terkuras untuk beradaptasi
dengan perbedaan suhu ruang (Santosa, 2007).
66
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
23/27
Dari hasil penelitian ini diketahui juga bahwa dari total
responden yang merasa nyaman terdapat 5 responden 12,8%
menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
RSUD Sangatta. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kebersihan di
ruang poliklinik (20%) dan ruang tunggu (18,5%), selain itu
kondisi toilet pasien yang kurang bersih serta menimbulkan bau
(18,6%).
Jika ditinjau dari segi situasi RSUD Sangatta diketahui
bahwa toilet dalam keadaan kurang bersih dikarenakan belum
ada sarana air bersih seperti ledeng.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rustani di Surakarta yahun 2003 yang menyatakan bahwa tingkat
kepuasan pengguna jasa disebabkan oleh lingkungan fisik
Rumah Sakit, ini berarti bahwa untuk wilayah kerja RSUD
Sangatta responden merasa bahwa lingkungan fisik merupakan
penyebab utama mereka merasa puas atau tidak dengan
pelayanan yang diberikan oleh RSUD Sangatta. Kepuasan
konsumen adalah apa yang dirasakan setelah mendapatkan jasa
pelayanan sama dengan atau lebih dari apa yang diharapkan
(Tjiptono, 2008).
3. Hubungan antara Hubungan Pasien dan Petugas dengan
Kepuasan Pasien Askes Rawat Jalan
67
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
24/27
Sikap merupakan salah satu contoh hubungan petugas
kesehatan denga pasien yang di realisasikan dalam sikap yang
baik. Dimana ada rasa saling menghargai yaitu sikap
menghormati orang lain dengan menganggap penting apa yang
dianggap penting oleh pasien, sehingga dengan adanya sikap
saling menghargai antara petugas kesehatan dengan pasien
dengan lebih memberikan perhatian dan mendengarkan
keluhan-keluhan yang disampaikan pasien (Pohan, 2006).
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai
kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif)
terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung
suatu penilaian emosional atau efektif (senang, benci, sedih
dsb), disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek
itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak positif atau
negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda
seperti sangat benci, agak benci dsb). Sikap itu tidaklah sama
dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan
sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya.
Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang objek tersebut., melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).
68
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
25/27
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatik,
2008 yang menyatakan adanya hubungan antara hubungan
pasien dan petugas kesehatan dengan kepuasan pasien di
Rumah Sakit Yogyakarta dengan nilai signifikansi yaitu 0,002.
Dengan demikian, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara hubungan pasien dan petugas dengan kepuasan pasien
askes rawat jalan di RSUD Sangatta tahun 2011.
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Sangatta menyatakan
bahwa responden yang memiliki hubungan baik dengan
petugas sebanyak 37 responden (82,2%) menyatakan puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Sangatta.
Menurut responden hubungan baik dengan petugas
disebabkan karena petugas yang selalu siap membantu ketika
pasien membutuhkan informasi yang diperlukan (74,3%) dan
petugas yang melayani dengan penuh perhatian dan ada rasa
simpati terhadap kondisi kesehatan pasien (72,9%).
Ditinjau dari segi hubungan pasien dengan petugas, situasi
ini sejalan dengan pengamatan penelliti yang mana petugas
senantiasa memberikan waktu untuk menanggapi berbagai
pertanyaan yang d ajukan pasien seputar pelayanan kesehatan
yang ada di RSUD Sangata. Selain itu petugas dengan tenang
69
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
26/27
dan sabar mendengarkan dan menerima keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh pasien.
Dimensi hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi
antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas
dan antar tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar
manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas
dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,
responsif dan memberi perhatian, selain itu mendengarkan
keluhan dan berkomunikasi secara efektif juga penting.
Hubungan antar manusia yang baik akan mempunyai andil
yang besar dalam konseling yang efektif, sedangkan hubungan
antar manusia yang kurang baik akan mengurangi efektifitas
dan kompetensi teknis pelayanan kesehatan. Pasien yang
diperlakukan kurang baik cenderung mengabaikan saran serta
nasehat petugas kesehatan dan dapat berdampak pada
ketidakpuasan (Wijono, 1999).
Menurut Indar (2001), sikap petugas memegang peranan
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, hal ini
dapat dilihat dari fungsi petugas kesehatan yaitu memberikan
pelayanan kepada pasien. Selain itu petugas harus bersikap
ramah dan baik kepada pasien, sebab gerak gerik petugas
selalu dinilai oleh pasien. Terkadang sikap petugas dipandang
70
-
8/6/2019 BAB IV (26 JULI)
27/27
tidak ramah dan judes oleh pasien, hal ini disebabkan oelh
sikap petugas yang kurang baik.
Dari hasil pengolahan data juga diketahui bahwa dari total
responden yang memiliki hubungan tidak baik dengan petugas
16 responden ((64%) menyatakan tidak puas dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh RSUD Sangatta. Kondisi ini
terjadi karena menurut responden ada beberapa petugas yang
bersikap kurang menghormati dan menghargai pasien saat
memberi pelayanan (2,9%) serta petugas yang melayani pasien
dengan sikap yang berbeda antara pasien umum dengan
pasien askes (15,7%).
Menurut pengamatan di lokasi penelitian bahwa petugas
kesehatan tidak bersikap ramah dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, hal ini didukung oleh pernyataan dari petugas
kesehatan berdasarkan wawancara, dimana mereka
membenarkan hal tersebut. Alasan mereka bersikap kurang
ramah kepada pasien pada saat memberikan pelayanan
kesehatan yaitu karena sikap pasien yang kurang sopan, tidak
mau mengikuti anjuran yang diberikan dan pasien yang ingin
cepat dilayani walaupun tidak sesuai dengan ketentuan atau
prosedur yang sudah ditetapkan.
71
top related