bab iv analisis data a. menapaki peta dakwah di kampung ...digilib.uinsby.ac.id/14284/7/bab 4.pdfa....
Post on 25-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Menapaki Peta Dakwah di Kampung Ugar dan Perkembangannya
Kota Fakfak dijuluki sebagai ―Serambi Mekkahnya Papua‖ nilai-nilai
filosofi dari julukan ini diharapkan Islam bisa berkembang pesat dan bukan hanya
sebatas simbol Islam namun benar-benar menjadi mercusuar perkembangan Islam
di Bumi Cenderawasih (Fakfak) dan Pulau Papua pada umumnya. Berpijak pada
gambaran umum kabupaten Fakfak pada pembahasan sebelumnya. Pembahasan
pada bab ini terkait poin-poin penting yang hendaknya diketahui bagi para
pendakwah sebelum melakukan dakwahnya di pedalaman Fakfak khususnya di
kampung Ugar. Dakwah merupakan suatu upaya dan proses sosial yang
berkelanjutan, konseptual serta adanya interaksional di antara elemen masyarakat
bertujuan mengantarkan dan membimbing masyarakat kepada tatanan ideal sesuai
dengan pesan-pesan ilahi dalam Al Qur‘an ataupun sabda Rasulullah.
Eksistensi aktivitas dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
senantiasa bersentuhan dan berinteraksi dengan masyarakat, oleh karenanya
aktivitas dakwah sedikit banyaknya akan melibatkan setiap elemen tersebut bila
dihadapkan dengan berbagai problematika dakwah. Aktivitas dakwah di
Kabupaten Fakfak pada umumnya memiliki keistimewaan dan keunikan
tersendiri, setidaknya terdapat tiga elemen yang saling mendukung dan berkaitan
erat, tak mungkin dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga elemen ini adalah:
Pertama: Kekuasaan. kekuasaan yang dimaksudkan antaralain para pemangku
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
kekuasaan di Kabupaten Fakfak adalah Bupati selaku Pemerintah Daerah dan
Raja-raja dari setiap pertuanan di Fakfak. Saat ini setiap pertuanan di kabupaten
Fakfak telah di lembagakan dalam sebuah Dewan Adat Mbaham Matta1, serta
Para tokoh Agama. Kedua: Tradisi dan Budaya, yakni tradisi dan budaya pribumi
dan akulturasi antara tradisi lokal dengan tradisi dan budaya dari berbagai suku
lain dari dalam dan luar Papua. Ketiga: Agama, yakni Islam, Kristen dan Katolik,
yang saat ini tersebar dan berkembang di kabupaten Fakfak dan kemudian ketiga
agama ini dijadikan sebagai agama keluarga.
Ketiga unsur dan elemen diatas tercermin dalam sebuah semboyan ―Satu
Tungku Tiga Batu‖2 sebagai perwujudan kearifan lokal dan kekeluargaan
masyarakat Fakfak baik di perkotaan maupun pedalaman. Oleh karenanya dengan
adanya istilah atau simbol kekeluargaan inilah yang menjadikan berbagai bentuk
perbedaan, baik perbedaan suku, bahasa, tradisi, budaya, warna kulit, bentuk
rambut bahkan agama sekalipun merupakan satu kesatuan yang harus dijunjung
tinggi dan saling menghormati. Safar Biaruma selaku kepala suku kampung Ugar
memaknai istilah ―Satu Tungku Tiga Batu‖ bahwa: Kami berasal dan terlahir dari
1Dewan Adat Mbaham-Matta didirikan di Fakfak tahun 2007 berfungsi sebagai wadah penyalur
aspirasi dari setiap suku-suku dan berperan mengendalikan konflik social melalui jembatan
aspirasi dengan pemerintah, selain itu dewan ini juga bertindak sebagai penengah atau penasehat
apabila terjadi persoalan-persoalan di antara suku ataupun persolan terjadi antara berbagai suku
dengan pemerintah. Sutran Pattawara, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016. Lihat juga: Saidin
Ernas dkk, ―Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di
Propinsi Papua Barat‖, Jurnal Harmoni, Vol. 13, No.1 (Januari- April 2014), 31 2Terdapat beberapa penafsiran terhadap konsep atau symbol ―Satu Tungku Tiga Batu‖, ada yang
memaknai satu tungku sebagai tiga Batu ibarat Kekuasaan (Pemerintah), Tradsi dan Budaya.
Penafsiran lainnya satu tungku ibarat satu Rumah dan Tiga batu yakni Islam, Kristen dan Katolik.
Lihat: Suparto iribaram,‖Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk
Patipi Fakfak Papua‖, (Bangka Belitung: Kumpulan Makalah Yang di Presentasekan pada The 11
th Annual Conference On Islamic Studies, 2011),hlm. 148
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
satu leluhur, meiliki satu kebudayaan dan tradisi, perbedaan keyakinan dan
kepercayaan jangan dijadikan sebagai penyebab perpecahan dan permusuhan,
namun saling menghormati dan menyayangi antar sesama.3Sementara itu Kepala
Seksi Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Kabupaten Fakfak memandang
konsep “Satu Tungku Tiga Batu” memiliki dua sisi penafsiran, bila ditinjau
dengan kacamata toleransi dan sosial budaya dan kemasyarakatan, konsep ini
sangat bagus untuk diterapkan di Fakfak yang multikultural memiliki tujuan
menjaga kerukunan antar budaya dan perdamaian namun, konsep ini hendaknya
dibarengi dengan pemahaman dan praktek yang benar, ajaran Islam sangat
menganjurkan hidup tasamauh (toleransi dan tenggang rasa), namun prakteknya
terkadang mencampur adukkan pada hal-hal yang sifatnya prinsip, pokok dan
mendasar (usul keimanan), inilah praktek yang tidak benar serta pemahaman yang
salah.4Faktor inilah yang hendaknya dijadikan tonggak terpenting, sebagai
loncatan dan langkah awal bagi seorang pendakwah sebelum merumuskan strategi
dan konsep dakwahnya di pedalaman Fakfak. Acep aripuddin menekankan dalam
bukunya ―Dakwah antar Budaya‖, bahwa aktivitas dakwah di era ini dituntut
untuk melakukan berbagai pendekatan-pendekatan dakwah dan lebih bisa
mengayomi dan mempertimbangkan budaya-budaya masyarakat tertentu5. Senada
dengan apa yang disampaikan oleh Kepala BIMAS Islam Fakfak, tatkala
mengomentari tentang perkembangan dakwah di perkotaan maupun pedalaman
Fakfak, menurut beliau bahwa dakwah di kabupaten Fakfak sebaiknya bersinergi
3 Safar Biaruma, Wawancara, Ugar, 6 April 2016.
4 Jumroni, Wawancara, Fakfak, 12 April 2016
5 Acep Aripudin, Dakwah Antar Budaya”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
diantara elemen-elemen terkait yaitu pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama
bekerjasama dan bersatupadu dengan memanfaatkan para da‘i non PNS, guru-
guru ngaji (TPA/TPQ) ataupun menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai
lembaga dakwah serta melakukan controling secara continue dan mengarahkan
setiap da‘i yang didatangkan atau dikirim ke Fakfak untuk berdakwah sehingga
pemerintah dapat membantu mengarahkan para da‘i tersebut ke pedalaman-
pedalaman Fakfak yang sekiranya membutuhkan juru dakwah.6 Menambahkan
dari penelitian yang tertuang dalam skripsi Zaeni Ulumuddin,7bahwa sebatas
peran tokoh agama dalam mengembangkan dakwah Islam dan komunitas muslim
di kabupaten Fakfak tidak begitu membawa pengaruh yang besar bila tanpa
adanya dukungan dari berbagai elemen terkait, dan dakwah tidak hanya terdiri
dari peran subjek dakwah namun semua unsur dalam dakwah memiliki peran
penting, saling terkait dan saling menopang sehingga bagi seorang pendakwah
hendaknya mempertimbangkan semua unsur terkait sebelum melakukan
dakwahnya.
B. Kekuasaan, Tradisi dan Agama serta Pengaruhnya terhadap Dakwah
di Kampung Ugar
Keberadaan Islam di Semenanjung Onin khususnya wilayah Kokas melalui
proses yang sangat panjang, seiring dengan masuknya Islam maka seiring pula
dakwah Islam berangsur-angsur kian berkembang. Telah disebutkan bahwa
6Jumroni, Wawancara, Fakfak 12 April 2016.
7Lihat. Zaeni Ulumuddin,―Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak
Papua Barat‖ (Skripsi—Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
dakwah di Kampung Ugar setidaknya sangat dipengaruhi oleh tiga elemen penting
berikut:
1. Kekuasaan (Pemerintahan)
Kampung Ugar adalah kampung yang berada di wilayah pesisir Selatan
Teluk Berau pertuanan (kerjaan) Sekar – Distrik Kokas atau sebelah Utara Kota
Fakfak. Kerjaan Sekar sendiri dikelilingi oleh kerjaan Islam lainnya antara lain
kerjaan Arguni di Pulau Arguni dan Kerajaan Wertuar di Kokas. Ketiga kerajaan
ini terletak di Pesisir Teluk Berau-Kokas. Sistem kerajaan turun temurun yang tak
lain adalah warisan dari kerajaan kesultanan Bacan-Tidore masih terus berjalan
sampai detik ini. Proses dakwah di kampung Ugar sangat tergantung pada peran
aktif dan kerjasama para pemangku kekuasaan atau pemerintahan di daerah ini
(Ugar) yakni kepala Distrik Kokas dan Raja Sekar. Namun Raja memiliki otoritas
yang lebih bila dibandingkan dengan seorang kepala Distrik. Sistem kerajaan yang
ada pada kerjaan Sekar tak ada perbedaan dengan keenam pertuanan lainnya.
namun disini terdapat keunikan pada sistem kerajaan yang terdapat pada ketujuh
pertuanan di Fakfak antara lain:
a. Ruang lingkup kekuasaannya lebih luas maksudnya bahwa ruang lingkup
kekuasaan pemerintahan kerajaan meliputi wilayah yang cukup luas
mencakup sejumlah kampung yang jarak letaknya berjauhan satu sama
lainnya serta memiliki latar belakang asal usul dan bahasa yang berbeda.
b. Sistem kerajaan merupakan hasil proses akulturasi antara kebudayaan dan
tradisi di Papua disatu pihak dan kebudayaan-kebudayaan Maluku dipihak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
lainnya. Akulturasi dari dua kebudayaan besar ini dapat terlihat pada
masyarakat yang mendiami sepanjang pesisir sebelah barat dan pulau-
pulau sekitar Kepala Burung dan daerah pesisir selatan papua mulai dari
Semenanjung Onin di sebelah barat sampai dengan daerah Kapia di
Mimika Barat sebeleh Timur.
c. Keunikan Sistem kekuasaan di kerjaan-kerajaan semenanjung Onin
menganut dua sistem yaitu sistem kerajaan dan sistem Ondoafi yaitu sama-
sama mengenal sistem pewarisan kekuasaan namun sistem kerajaan
berorientasi pada perdagangan sementara sistem Ondoafi pusat
orientasinya adalah agama.
Seorang Raja memiliki otoritas yang lebih bila dibandingkan otoritas
seorang Kepala Distrik, disebabkan Raja yang dipilih berasal dari satu keturunan
dan satu keluarga secara turun menurun sehingga menambah erat dan kuatnya
otoritas seorang Raja di masyarakat bila dibandingkan dengan otoritas seorang
kepala kampung, kepala distrik atau kepala daerah yang hanya menjabat pada
jangka waktu yang terbatas. Kendati demikian seorang Kepala Daerah memiliki
peran penting dan sangat dihormati oleh para Raja dan masyarakat yang
dipimpinya oleh karenanya dalam proses dakwah khususnya di Kampung Ugar
sangat dibutuhkan peran aktif dan kerjasama di antara pemangku kekuasaan yaitu
Raja dan Pemerintahan Daerah (Bupati maupun kepala Distrik). Berdasarkan pada
pemaparan umum tentang profil masyarakat Ugar pada bab sebelumnya bahwa
dalam sistem Ondoafi seorang Imam masjid memiliki otoritas penuh dalam hal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
keagamaan (Ibadah), seorang Imam membantu Raja dalam menjalankan dan
bertanggung jawab terhadap berbagai aktivitas keagamaan dan menjaga kemanan
dan kestabilan masyarakat dalam mematuhi adat istiadat yang berlaku, gelar
jabatan kepemimpinan di kampung Ugar disebut dengan Kapitan yaitu gelar yang
diberikan oleh kesultanan Bacan dan Tidore. Jabatan dan fungsinya tersebut tak
dapat diwakilkan kepada selain Imam yang telah dipilih secara turun temurun ini8,
sistem pertuanan inilah yang dianut oleh mayoritas kerajaan-kerajaan di
semenanjung Onin termasuk Kampung Ugar. Relasi dan hubungan kerjasama
antara Raja Sekar dan Kepala Distrik sangat membantu memudahkan proses
dakwah di kampung Ugar, para da‘i melalui rencana dakwah yang terhimpun
dalam sebuah organisasi dakwah, kemudian dimediasi pemerintah dan bekerja
sama dengan pemangku adat setempat yang merekomendasikan da‘i tersebut
kepada Imam setempat guna membantu melakukan aktivitas dakwah dikampung
atau suku yang merupakan target dakwahnya. Langkah demi langkah ini yang
ditempuh oleh para da‘i dari yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) tatkala
merintis dakwah di berbagai perkampungan dan pedalaman di Fakfak yang pada
puncaknya sukses melakukan Jambore Dakwah Internasional yang berlokasi di
Kampung Ugar-Kokas pada akhir tahun 2014 M. Rio Siregar selaku panitia
pelaksana menceritakan bagaimana perjuangannya bersama teman-temannya
meyakinkan masyarakat Ugar dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Ia
mengakui bahwa kerjasama dan peran aktiv pemerintah dan para pemangku adat
8 Bonefasius Bao, (Kuatnya kekuasaan Ondoafi Di Tengah Masyarakat Urban: Studi Tentang
kekuasaan Ondoafi di Kota Jayapura Papua).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
(Raja) sangat membantu dan berkonstribusi dalam proses dakwah di Ugar. Tahap-
tahap ini pula yang ditempuh oleh Fadlan Garamatan selaku Ketua dan pendiri
Yayasan AFKN dalam melakukan dakwahnya di pedalaman Papua khususnya di
Pulau Ugar yang tak jauh dari Kota kelahirannya (Kepulauan Arguni) yakni
diawali dengan mempelajari latar belakang masyarakat Ugar, melakukan
pendekatan terhadap kepala suku atau pemangku adat setempat secara mendalam,
dan sudah tentu membutuhkan kesabaran dan waktu yang lama untuk mencapai
hasil yang di inginkan9. Masyarakat Ugar pada umumnya memiliki karakteristik
tersembunyi dan tertutup menurut kacamata para da‘i yang pernah bertugas, Ugar
merupakan tantangan yang unik bagi da‘i lainnya seperti yang dilakukan oleh
Fadlan Garamatan beliau memulainya dengan berpikir, mengonsep dan
berinteraksi secara continue dengan objek dakwah sehingga mengetahui formula
yang tepat bertujuan agar objek dakwahpun dapat mencerna apa yang
disampaikan dan menerima apa yang dinginkan oleh da‘i. Pola dakwah seperti ini
sangat sejalan dengan apa yang diutarakan oleh George Ritzer bahwa: ―Sosialisasi
bukanlah semata-mata proses satu arah di mana aktor menerima informasi, tetapi
merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan informasi
itu dengan kebutuhan mereka sendiri‖10
. Melalui Interaksi dan sosialisasi yang
mendalam diharapkan dari seorang da‘i mampu memperhatikan objek dakwahnya
dan pada akhirnya mampu menentukan kapan dan bagaimana cara ia
menyesuaikan aktivitasnya yaitu menyampaikan pesan-pesan dakwah terhadap
9 Rio Saragi, Wawancara, Fakfak, Maret 2016
10 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2014), 274.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
orang lain tanpa adanya unsur paksaan.11
Dengan demikian karakter yang dimiliki
masyarakat Ugar bukanlah sebagai tantangan bagi seorang da‘i yang tidak
menjadikannya tergantung terhadap masyarakat Ugar tersebut namun melalui
proses interaksi yang mendalam seorang da‘i mampu melihat dan mengubah
kebiasaan atau tradisi masyarakat dengan berinteraksi baik melalui perbuatan
ataupun ucapan yang diinginkan dalam Islam yang terwujud pada aktivitas
kesehariannya. Tahapan demi tahapan dakwah para da‘i asal AFKN ini sejalan
dengan teori George H. Mead, yaitu seorang da‘i hendaknya memiliki sifat
Impuls, Persepsi, Manipulasi dan Konsumasi yaitu seorang da‘i sebaiknya
mengambil langkah awal dengan mengamati kemudian menyelidiki, meikirkan
dan menilai objek dakwah, memahami dirinya dan objek dakwah yakni tindakan
yang diambil oleh seorang aktor dakwah dengan atau telah melalui berbagai
hipotesis dan yang terkahir yaitu mengambil tindakan atau memutuskan sebuah
tindakan apa yang dilakukan seorang aktor terhadap objek dakwahnya12
.
Blummer dalam Teori Sosiologi Modern menyatakan bahwa objek dakwah
memiliki arti yang berbeda bagi masing-masing da‘i sesuai dengan kacamata dan
disipilin ilmunya, kemudian ia menggambarkan objek (dakwah) bagai batang
pohon akan menjadi objek yang berbeda bagi seorang pakar botani, penebang
pohon, penyair dan tukang kebun rumah tangga‖.13
2. Tradisi dan Budaya Masyarakat Ugar
11
Ibid., 275. 12
Ritzer, Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2014), 257-261 13
Ibid., 275
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Tradisi dan budaya masyarakat Ugar pada umumnya tidak jauh berbeda
dengan masyarakat yang berada di perkampungan sekitarnya maupun kampung-
kampung lainnya yang berbada di pedalaman Kabupaten Fakfak. Tradisi yang
dimaksud antara lain ritual keagamaan seperti perkawinan, khitanan, acara
kematian, perayaan maulud Nabi dan yang lainnya. Tradisi-tradisi tersebut
sebagian besarnya merupakan akulturasi antara kebudayaan-kebudayaan
kepualauan Maluku dan Papua. Perwujudan akulturasi tersebut terlihat dari
beberapa kesamaan makanan, tarian atau alat musik yang digunakan masyarakat
Ugar khususnya atau masyarakat di pertuanan lainnya di Kabupaten Fakfak
dengan masyarakat di Kepulauan Maluku. Kesamaan tersebut dibuktikan dengan
kondisi alam (georafis) Papua yang memiliki kedekatan etnik dan kebudayaan
dengan Maluku. Fakfak memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Maluku
Tenggara dan Maluku Selatan sehingga keberadaan kerajaan-kerajaan di Maluku
(yakni Bacan, Tidore dan Ternate) sangat mempengaruhi perkembangan dakwah
Islam di Semenanjung Onin yaitu sebagian besar pantai selatan daerah kepala
burung. Kesamaan dan akulturasi tradisi masyarakat Ugar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Aneka jenis makanan khas:
1) ―Asida‖ adalah campuran adonan tepung dan gula dan ditambah
sedikit mentega dan kayu manis yang konon menurut sejarah lisan
dan cerita dari mulut kemulut masyarakat adalah makanan khas
pendatang dari arab;
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2) ―Tagas-tagas‖ adalah jenis masakan sayur dari aneka campuran
sayur yaitu daun Kasbi, daun pepaya muda, daun patatas terkadang
dicampur bunga pepaya, ‗Tagas-tagas‖ ini juga banyak terdapat di
daerah Maluku;
3) ―Papeda‖ adalah makanan khas Fakfak yang terbuat dari sagu,
sebelum disajikan disaring terlebih dahulu kemudian dipanasi atau
hanya cukup dituang dengan air panas diaduk-aduk sampai
bentuknya benar-benar cair dan tercampur rata dengan air, papeda
biasanya dimakan dengan ikan atau sayur yang berkuah;
4) ―Lontar‖ adalah jenis kue yang terbuat dari campuran telur dan susu
yang konon menurut cerita rakyat bahwa lontar ini adalah resep
peninggalan Belanda kemudian dilestarikan oleh penduduk di
Maluku dan Papua pada umumnya.
Gambar 7. Kue Lontar Khas Fakfak
Sumber: https://www.google.co.id/kue+lontar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Gambar 8. Papeda dengan Ikan kuah kuning khas Fakfak
Sumber; https://www.google.co.id/makanan+Papeda+fakfak
Gambar 9. Sagu (Tumang) bahan dasar membuat Papeda
Sumber: https://www.google.co.id/Sagu+Tumang
b. Tarian-tarian dan Alat Musik
1) ―Tikam Dabus‖ adalah tarian yang diiringi dengan tabuhan tifa dan
dimainkan oleh tujuh sampai delapan orang, sementara penarinya
menggunakan semacam besi tajam yang disebut ―Dabbus atau
Debbus‖. Debbus tersebut ditusukkan ke dada hingga berdarah,
namun dengan adanya iringan tabuhan rebana atau tifa tadi tusukkan
besi atau debbus tersebut tidak dapat menembus tubuh para penari
diyakini bahwa semakin ditusuk dabbus ke tubuh atau dada mereka
semakin kebal. Tarian ini hanya diperuntukkan kepada kaum lelaki,
dan biasanya dilakukan pada acara-acara pernikahan, memperingati
Maulid Nabi, atau pada acara Khitanan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
2) ―Tifa Hadarat‖ dan ―Tifa Sawat/Tari Sawat‖: Tifa hadarat
dimainkan paling sedikit oleh enam orang, sepuluh orang hingga dua
belas orang, tifa hadrat bentuknya kecil dan tidak terlalu besar.
Sementara Tifa Sawat berukuran besar, juga dilengkapi dengan
Gong, dan Suling. Kedua tifa ini mengiringi para penari dan
biasanya dimainkan pada acara-acara pernikahan, Khitanan,
menaikkan/mengganti kepala masjid atau memperingati acara-acara
besar Islam dan ceremonial lainnya seperti Maulud Nabi.
Gambar 10. Tifa Hadrat dan Tifa Sawat
Sumber: https://www.google.co.id/tifa+hadarat+fakfak&imgrc
https://www.google.co.id/searchtifa+sawat+fakfak&imgrc
3. Agama Masyarakat Ugar
Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh penduduk Ugar. Tiga
pertuanan yang berada di Teluk Berau-Kokas yakni Pertuanan Sekar, Pertuanan
Wertuar dan Pertuanan Arguni, masyarakatnya 100% memeluk agama Islam.
Islam masuk ke Ugar dan diterima sebagai agama awal mulanya melalui jalur atau
hubungan perdagangan. Ketatan seorang muslim terhadap agamanya dipengaruhi
sejauh mana ia mengenal agamanya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Ketiga elemen ini yakni kekuasaan, Tradisi dan Agama sangat berkaitan erat
dalam proses penyebaran (Dakwah) Islam di Ugar. Islam dapat tersiar dan
diterima oleh masyarakat Ugar karena adanya proses interaksi yang dilakukan
oleh para Raja dari kesultanan Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore) secara
mendalam dan perdagangan adalah salah satu media aktivitas dakwah yang
ditempuh kala itu. Dengan adanya komunikasi, interaksi dan sosialisasi yang
dilakukan secara continue terwujudlah berbagai jalur dan pendekatan aktivitas
dakwah yaitu dakwah melalui jalur atau pendekatan perdagangan, kekuasaan,
perkawinan, cultur budaya, dan pendidikan.
a) Dakwah melalui jalur perdagangan
Pulau Papua telah lama dikenal oleh pedagang lokal maupun Asing dengan
sebutan Golden Isle (Pulau Emas). Kekayaan alam yang dimiliki papua inilah
sehingga tejalin hubungan politik dan perdagangan antara kepulauan Raja Ampat
dan Fakfak dengan pusat kerajaan di Maluku (Kerajaan Bacan, Ternate dan
Tidore) kala itu yang merupakan pintu gerbang masuknya para pendatang ke
pulau paling Timur Indoseia (Papua). Jalur perdagangan merupakan metode yang
sangat efektif dalam memulai proses dakwah (penyebaran Islam) setelah
melakukan interkasi dan sosialisasi oleh Raja-Raja Maluku. Penyebaran Islam
(dakwah Islam) kala itu masih relatif sederhana dan terbatas di sekitar kota-kota
pelabuhan, para pedagang maupun muballigh menjadi peran utama dalam
memulai dakwahnya, sehingga dari kota-kota pelabuhan ini dakwah Islam mulai
tersebar ke beberapa kota dan kampung-kampung lainnya yang dilakukan oleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
pribumi sendiri. Kota-kota pelabuhan menjadi pusat dakwah pertama kali
terutama di Kabupaten Fakfak, Kokas dan Kaimana. Proses dakwah melalui
pendekatan perdagangan ini para pemeluknya hanya terbatas pada kelompok-
kelompok yang terlibat dalam perdagangan itu saja. Selain itu para Raja Maluku
yang menguasai jalur perdagangan kala itu sebelum masuknya kolonial Belanda
adalah memeluk agama Islam sehingga dengan menggunakan kekuasaan yang
dimilikinya dengan mudah dapat berdakwah dan meyebarkan agama Islam, gelar-
gelar yang diberikan Raja Bacan maupun Tidore kepada para Raja lokal seperti
gelar Kapitan, Mayor, Fun dan yang lainnya menambah keeratan dan keakraban
diantara keduanya. Kesamaan agama para penguasa di kedua pulau besar ini
menyebabkan agama Islam menjadi simbol kekuasaan. Melalui perdagangan ini
pula masyarakat Ugar mengenal Islam yang notabene aktivitas masyarakat Ugar
adalah nelayan yang seringkali menjual hasil tangkapannya ke kota-kota
pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Kokas. Aktivitas dakwah melalui jalur
perdagangan di wilayah Ugar- Kokas diperkirakan antara tahun 1600 - 1800-an
ditandai dengan terdapatnya masjid tua di kampung Patimburak atau yang lebih
dikenal dengan masjid Patimburak yang diperkirakan dibangun pada tahun 1870
M.14
14
lih. Ya‘cub Ibnu Musa‘ad, Menelusuri Jejak Historis Masuknya Islam di Tanah Papua,
Makalah: disampaikan dalam Sejarah Masuknya Islam di Fakfak dan MTQ II Papua Barat, 23
April 2008, hlm. 25-26. Lihat juga, BPNB Jayapura, Kerajaan Fatagar, 16. Lihat juga. Rosmaida
Sinaga, Masa Kuasa Belanda di Papua 1898-1962, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2013), hal. 120-
121.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Gambar 4. Pelabuhan Laut Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak
Gambar 5. Dermaga Ugar, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak
b) Dakwah Melalui Jalur Perkawinan
Mengutip apa yang tertuang dalam ―Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di
Tanah Papua‖ oleh Wanggai, menghimpun beberapa informasi dari Zendeling
Bout dan J.F. Onim bahwa hubungan perkawinan (darah campuran) yaitu
perkawinan antara pemudi lokal dengan pemuda (pedagang), bertujuan
mempermudah melakukan aktivitas perdagangan, banyak pemuda Kokas yang
menikah dengan wanita yang berasal dari kepulauan Maluku (Seram, Gorom,
Banda, Tual, bacan, Ternate, dan lain-lain) selain itu ada juga yang menikah
dengan wanita-wanita yang berasal dari Buthon, Jawa, Bugis. Demikian pula
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
sebaliknya wanita-wanita Kokas dinikahkan dengan pemuda-pemuda pendatang
dari kepulauan Maluku, Bugis-makassar, Buthon, Jawa atau dari etnis China dan
Arab. Perkawinan campuran ini terjadi karena adanya hubungan erat dan
keakraban yang telah lama dibangun sebelumnya melalui pendekatan
perdagangan. Dengan adanaya interkasi, hubungan dan komunikasi yang
berlangsung terus menerus sehingga terjadi akulturasi dari berbagai lini kehidupan
sebagaimana yang telah disebutkan antara lain: adanya perkawinan campur dari
berbagai etnis dan budaya, kemudian dengan adanya perkawinan tersebut
terjadilah asimilasi dan akulturasi antara kebudayaan dan tradisi yang berbeda-
beda dan sangat memberikan dampak positif pada pola hidup, cara berpikir dan
ikatan keagamaan yang semakin erat. Masyarakat Ugar saat ini sebagian besar
penduduknya adalah berasal dari kampung-kampung yang berada di sekitar
kampung Ugar. perkawinan campur penduduk Ugar-Kokas ini diperkirakan
sejalan dengan adanya dakwah dengan menggunakan pendekatan perdagangan
yaitu diperkirakan pada tahun 1606 M sampai tahun 1870-an M telah ada para
pedagang dari buthon, Cina dan juga Arab. Sedangkan Kokas sebagai jalur dan
pintu pelabuhan utama perdagangan maka tak menutup kemungkinan awal mula
perkawinan dan tersebarnya Islam melalui jalur perkawinan pada masyarakat
Ugar terjadi pada tahun 1800-an M.15
4. Bukti-bukti Penyebaran Dakwah Islam di Ugar
15
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
a) Proses Penyebaran dakwah Islam di kampung Ugar ditandai dengan
adanaya warisan sistem kerajaan Kesultanan Maluku (Bacan, Tidore dan
Ternate) yang hingga kini dilestarikan oleh masyarakat di Semenanjung
Onin.16
b) Bukti fisik peninggalan sejarah menunjukkan bahwa proses dakwah dan
penyebaran Islam telah lama ada di kampung Ugar-Kokas antara lain:
1) Masjid Tua Patimburak dikenal sebagai masjid tertua di Kabupaten
Fakfak. Masjid Patimburak berada di tepi teluk Kokas, distrik
Kokas, kabupaten Fakfak dibangun oleh Raja Wertuar VII, masjid
ini diperkirakan pembangunannya sejak tahun 1870 M17
Gambar 9. Masjid Patimburak, Kokas
2) Dokumen Silsilah Raja-raja Ugar, dokumen yang menggunakan
bahasa Belanda dan Melayu, terdapat cap Kesultanan Tidore di
atasnya bertuliskan sebuah Surat Keputusan tanggal 5 November
1929 M yang diberikan Sultan Tidore kepada Moi Damar Ugar
sebagai kepala kampung dengan gelar Kapitan. Moi Damar Ugar
16
Lihat. Bab III, hlm 10-11. 17
Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, hlm. 94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
sendiri merupakan generasi V turunan Raja-raja Ugar. Raja Ugar I
yang bernama Rabana yang diperkirakan telah memeluk Islam
pada abad XVI.18
3) Makam Tua dan Sumur Peninggalan Raja Namatota Kabupaten
Kaimana
Gambar 10. Makam Tua dan Sumur Raja Namatota Bukti Peninggalan Sejarah Tokoh Islam di
Ugar
Catatan sejarah lisan menyatakan bahwa Islam pertama kali dibawa ke
kampung Ugar oleh Afuan Saimima, lewat kokoda dan kemudian ke Ugar. Di
kampung ini terdapat satu buah masjid yang di beri nama Rabbul Alam,
18
Lukman Rahanwarat, Islam di Kabupaten Fakfak: Suatu Tinjauan Historis, Makalah
disampaikan Dalam Sarasehan Sejarah Islam di Irian Jaya, Merauke: Juni 2000. Lihat juga:
Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, hlm 94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1958 M kemudian mengalami beberapa kali
renovasi, adapun masjid yang saat ini di gunakan oleh warga merupakan renovasi
yang ke empat oleh Yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) pada tahun 2014
M.19
Keberadaan makam Islam Tua dan Sumur Peninggalan Raja Namatota
Kaimana menjadi bukti dan saksi bisu akan keberadaan Islam yang lebih dulu
berproses di Kampung Ugar. Bukti peninggalan bersejarah ini tidak diketahui
pada Tahun berapa keberadaannya namun berdasarkan cerita lisan para pendudk
Ugar bahwa sumur itu telah lama dibangun oleh Raja Namatota yang berasal dari
keluarga Ombair dan seorang utusan Raja Tidore yang berasal dari keluarga
Saimima dan sebelum mereka berdua meninggalkan kampung ini yang katanya
terjadi setelah perang Hongi pada tahun 500 SM menitipkan pesan untuk menjaga
kampung ini kepada Biaruma dengan mengatakan ―Bai sudah‖ yang dalam bahasa
diartikan ‗Ugar‖ yaitu nama dari kampung ini.20
Gambar 11. Masjid Robbul Alam setelah di Renovasi oleh Yayasan AFKN bulan 2014
5. Perkembangan Dakwah Islam dan Penyebarannya
19
Elpera Papua dan BPM, Buku Induk Penduduk Kampung Ugar, hlm 1. 20
Safar Biaruma, Wawancara, Ugar 10 April 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Peningkatan populasi penduduk di Kabupaten Fakfak berjalan seiring
dengan peningkatan populasi Umat Islam yang tercatat pada tahun 2011 adalah
53.8%. Peningkatan jumlah umat Islam Fakfak dari tahun ke tahun sangat
berdampak dan mempengaruhi aktivitas dakwah terutama pada jumlah da‘I atau
juru dakwah. Hasil survey Kantor Kementerian Agama Kabupaten Fakfak tahun
2012 tercatat 123 rohaniawan, sementara survey yang dilakukan Provinsi Papua
Barat tahun 2013 mencatat ± 207 rohaniawan yang tersebar di Kabupaten Fakfak,
sedangkan survey terakhir yang dilakukan Kementerian Agama Kabupaten Fakfak
pada tahun 2016 tercatat jumlah pendakwah yang tersebar di Kabupaten Fakfak
menurun yakni sebanyak 70 orang. Pendakwah yang dimaksudkan antara lain:
para ustad, ulama, imam masjid, guru ngaji, da‘i dan da‘iyah PNS maupun non
PNS. Adapun hasil survey tahun 2012 jumlah masjid yang tersebar di sembilan
distrik sebanyak 87 masjid dan 7 Muṣalla sementara hasil survey tahun 2015
jumlah masjid dan Muṣalla yang tersebar di sembilan distrik Fakfak meningkat
sebanyak 101 masjid. Adapun total penyuluh dari setiap agama berdasarkan
catatan Kantor Departemen Agama tahun 2012 sebanyak 146 penyuluh Agama
yang tersebar di sembilan Distrik di Kabupaten Fakfak21
.
Hasil Survey Rohaniawan 2012 2013 2015 2016
Rohaniawan 123 207 - 70
Masjid dan Mushalla 94 - 101 -
Penyuluh Agama Islam 37 - - -
21
BPS Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak, Hlm. 184
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Bedasarkan data Kantor Kementerian Agama Kabupaten Fakfak Papua
Barat, jumlah masjid dan pendakwah yang tersebar di Kabupaten Fakfak dapat
dilihat pada gambar berikut:
Banyaknya Rohaniawan Menurut Distrik
Tahun 2012
Distrik Islam Kristen Katholik Hindu Budha Jumlah
Fakfak Barat 5 4 - - - 9
Fakfak Timur 7 2 - - - 9
Fakfak 74 24 11 7 1 117
Kokas 10 3 1 - - 14
Karas 3 - - - - 3
Fakfak Tengah 16 1 4 3 - 24
Kromongmongga - 3 - - - 3
Teluk Patipi 2 2 - - - 4
Bomberay 6 1 - - - 7
Total 123 40 16 10 1 190
Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014. Hlm. 183
Tabel. Jumlah Rohaniawan Se-Propinsi Papua Barat Tahun 2013
Kabupaten/ Kota Ulama Imam Ustadz Khatib Jumlah
Manokwari 5 158 24 245 432
Sorong 15 92 25 460 592
Kota Sorong 15 70 203 189 477
Sorong Selatan 3 16 33 0 52
Fakfak 2 102 10 93 207
Kaimana 12 58 36 48 154
Raja Ampat 0 28 0 140 168
Teluk Wondama 0 3 0 15 18
Teluk Bintuni 0 77 158 79 314
Maybrat 0 0 0 0 0
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Tambraw 0 0 0 0 0
Jumlah 52 604 489 1269 2414
Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014
Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Distrik
Tahun 2012
Distrik Masjid Muṣalla Gereja
Kristen
Gereja
Katholik Pura Vihara Juimlah
Fakfak Barat 8 - 6 3 - - 17
Fakfak Timur 4 - 5 5 - - 14
Fakfak 29 4 23 4 1 - 61
Kokas 14 - 5 5 - - 24
Karas 9 1 2 1 - - 13
Fakfak Tengah 8 2 4 4 1 1 20
Kromongmongga 2 - 6 5 - - 13
Teluk Patipi 6 - 7 4 - - 17
Bomberay 7 - 7 2 - - 16
Total 87 7 65 33 2 1
Sumber. Departemen Agama Kabupaten Fakfak & Fakfak Dalam Angka 2014. Hlm. 181-182
Kementerian Agama Fakfak
Data Masjid dan Musholla Tahun 2015
No Nama Tempat Ibadah Distrik Kelurahan.Kampung
1 Masjid Al Munawwarah Fakfak Fakfak Utara
2 Masjid Al Hidayah Fakfak Fakfak Utara
3 Mushollah As Salam Fakfak Fakfak Utara
4 Masjid Jami‘ Fakfak Fakfak Selatan
5 Masjid Al Ikhlas
POLRES
Fakfak Fakfak Selatan
6 Masjid Al Ikhlas KODIM Fakfak Fakfak Selatan
7 Masjid Al Ikhlas
Tambaruni
Fakfak Fakfak Selatan
8 Masjid Baitul Makmur Fakfak Kelurahan Wagom
9 Musholla Istiqomah Fakfak Kelurahan Wagom
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
10 Masjid At Tarbiyyah Fakfak Kelurahan Wagom
11 Masjid Al Hilal Fakfak Kelurahan Wagom
12 Masjid Al Munir Fakfak Kelurahan Wagom
13 Masjid Ar Rahman Fakfak Kelurahan Wagom
14 Masjid Nurul Taqwa Fakfak Kelurahan Wagom
15 Masjid Nurul Bahri Fakfak Kelurahan Wagom
16 Masjid Pulau Panjang Fakfak Kelurahan Wagom
17 Masjid Jami‘ Quba Fakfak Tanama
18 Masjid Lailatul Qadar Fakfak Dulan Pokpok
19 Masjid Al Muwahidin Fakfak Dulan Pokpok
20 Masjid Nurul Huda Fakfak Sekban
21 Masjid Al Mukmin Fakfak Kampumg Sekban
22 Masjid Baiturrahman Fakfak Kayu Merah
23 Masjid Al Aqsha Fakfak Tengah Bakeko
24 Masjid At Takwa Fakfa Tengah Katemba
25 Masjid Al Baqiyah Fakfak Tengah Danaweria
26 Masjid An Nur Merapi Fakfak Tengah Danaweria
27 Masjid Al Hikmah MIN Fakfak Tengah Kampung Kayu Merah
28 Masjid Al Muttaqin Fakfak Tengah Kampung Pasir Putih
29 Mushallah Al Fallah Fakfak Tengah Kampung Pasir Putih
30 Masjid At Takwa Fakfak Tengah Danaweria
31 Masjid Firma Fakfak Tengah Kampung Firma
32 Masjid Al Kautsar Fakfak Tengah Kampung Kayu Besi
33 Masjid Al Ikhlas Fakfak Barat Kampung Kiat I
34 Masjid Ar Rahman Fakfak Barat Kampung Kiat II
35 Masjid Nurul Iman Werba Fakfak Barat Werba
36 Masjid Al Ikhlas
Perwasak I
Fakfak Barat Perwasak
37 Masjid Nurul Islam
Perwasak II
Fakfak Barat Perwasak
38 Masjid Werpigan Fakfak Barat Werpigan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
39 Masjid Nabawiyyah Kokas Kampung Sisir
40 Masjid Al Ikhlas Kokas Kampung Sekar
41 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Baru
42 Masjid Robbul Alam Kokas Kampung Ugar
43 Masjid Nurul Islam Kokas Kampung Kinam
44 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Batufiafas
45 Masjid Al Ainun Kokas Kampung Mandoni
46 Masjid Al Jahidin Kokas Kampung Andamata
47 Masjid Quba Kokas Kampung Arguni
48 Masjid Ar Rahman Kokas Kampung Fior
49 Masjid Al Yasin Kokas Kampung Furir
50 Masjid Al Muhajirin Kokas Kampung Darembang
51 Masjid Mazro‘atul Jannah Kokas Kampung Goras
52 Masjid Aqimissalah Kokas Kampung Rumbati
53 Masjid Al Amin Kokas Kampung Kokas Kota
54 Masjid An Nur Kokas -
55 Masjid Hidayatullah Kokas Kampung Timar
56 Masjid An Nuur Kokas Kampung Offie
57 Musholla As Sholihin Kokas Kampung Kaburbur
58 Masjid Quba Kokas Kampung Ubadari
59 Masjid Al Ikhsan Kokas Kampung Tawar
60 Masjid Al Azhar Kokas Kampung Salakiti
61 Mushollah Sabilillah Bomberay Mbima Jaya SP 1
62 Masjid Al Ikhlas Bomberay Warisa Mulya SP 2
63 Masjid Nabawi Bomberay Onim Sari SP 3
64 Masjid An Naba‘ Bomberay Mekar Sari SP 4
65 Masjid Ar Rahman Bomberay Pinang Agung SP 5
66 Masjid Mazro‘atul Jannah Bomberay Mbumi Muroh SP 6
67 Masjid Ar Rahman Bomberay Wonodadi SP 7
68 Masjid At Takwa Bomberay Kampung Onim Sari
69 Masjid Al Ikhlas Bomberay Kampung Otowery
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
70 Masjid Al Khlis Bomberay Kampung Onim Sari RT. 1
71 Masjid Al Istiqomah Bomberay Warisa Mulya
72 Masjid At Taubah Bomberay Onim Sari
73 Masjid Darussalam Bomberay Onim Sari
74 Masjid Al Muhajirin Bomberay Onim Sari
75 Masjid Otowery Bomberay Onim Sari Jalur 4
76 Mushollah Jabal Nur Bomberay Onim Sari Jalur 5
77 Masjid At Taqiya Bomberay Warisa Mulya
78 Mushollah Al Barokah Bomberay Onim Sari
79 Mushollah An Nuur Bomberay Onim Sari
80 Mushollah Nur Sholihin Bomberay Wonodady
81 Mushollah Al Hidayah Bomberay Onim Sari
82 Masjid Al Muhajirin Bomberay Onim Sari SP 3
83 Masjid Nurul Islamiyyah Fakfak Timur Kampung Wambar
84 Masjid Al Muhajirin Fakfak Timur Kampung Kotam
85 Masjid Al Musyarraf Fakfak Timur Kampung Tunas Gain
86 Masjid Al Falah Fakfak Timur Kampung Urat
87 Jabal Nur Fakfak Jabal Nur
88 Masjid Al Anshar Fakfak Kelurahan Fakfak Selatan
89 Masjid Nurul Ikhlas Karas Tanjung Purkadi
90 Masjid Al Aqsha Karas Tanjung Purkadi
91 Masjid Baitul Bahar
Karas Darat
Karas Tanjung Purkadi
92 Masjid Al ‗Ain Karas Kampung Tuber Wasak
93 Masjid Darussalam Karas Kampung Maas
94 Masjid Nurul Ma‘wa Karas Kampung Malakull
95 Masjid Nurul Ihsan Karas Kampung Malakull
96 Masjid Madinatul
Munawwarah
Karas Kampung Kiaba
97 Masjid An Nuur Karas Kampung Maas
98 Masjid Al Mukrah Karas Kampung Kampung Tuber Wasak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
99 Masjid Safinatul Hijaz Karas Kampung Faur
100 Masjid At Takwa Antalisa Karas Kampung Antalisa
Sumber Kantor kementerian Agama Kabupaten Fakfak Tahun 2015
Kementerian Agama Fakfak
Data Imam Khatib dan Guru TPA Tahun 2015
No Nama Jabatan Sasaran Pembinaan Alamat
1 Hanafi Kadmas Imam Masjid Al
Munawwarah
Fakfak Utara
2 Sutran Pattawara Imam Masjid Jabal Nur Fakfak Utara
3 Afifi Kadmas Imam Masjid Agung
Baitul Makmur
Wagom
4 Muhammad Biarpruga Imam Masjid Abu Bakar
As Shiddiq
Sekru
5 Suhartono Imam Masjid Nurul
Hidayah Torea
Bandara Torea
6 Arif Kilkulat Imam Musholla PEMDA
Lama
Fakfak Selatan
7 Abas Fakaubun Imam Masjid Al Munir
Piahar
Piahar
8 L Arsadi Imam Masjid
Baiturrahman
Kayu Merah
9 Ali Rumalolas Imam Masjid Ar Rahman
Nemewikarya
Danaweria
10 Abuhari Karoror Imam Masjid Al Aqsha
Bakeko
Danaweria
11 Muhammad
Temongmere
Imam Masjid Al Baqia Danaweria
12 Musa Rumbati Imam Masjid Al Kautsar
Kayu Besi
Danaweria
13 Arobi Rumalolas Imam Masjid
Baiturrahman Pasir
Putih
Pasir Putih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
14 Abdul Gafur Tela Imam Masjid Al Anshar Fakfak Selatan
15 Abdul Rahman
Rumatiga
Imam Masjid Al Muhajirin Kamp. Kotam
16 Bahar Kwaras Imam Masjid Islamiyyah Kamp. Wambar
17 Arsad Heremba Imam Masjid Al Yasin Kamp.
Patimburak
18 Tarawe Sasim Imam Masjid Kampung
Furir
Kamp. Furir
19 Usman Patiran Imam Masjid Fior Kamp. Fior
20 Umar Heremba Imam Masjid Kampung
Sisir
Kamp. Sisir
21 Johari Patiran Imam Masjid Kampung
Baru
Kamp. Baru
22 Usman Iha Imam Masjid Ubadari Kamp. Ubadari
23 Mustafa Iha Imam Masjid Kaburbur Kamp. Kaburbur
24 Amir Mahmud Imam Masjid Al Kholis SP 4 Bomberay
25 Mastur Imam Masjid Al Ikhlas Sp 3 Bomberay
26 Idris Manubay Imam Masjid Abu Bakar
As Siddiq
Kamp.Otowery
27 Abdul Haris Imam Masjid Ar Rahman SP 1 Bomberay
28 Muchsin Imam Masjid At Takwa SP 2 Bomberay
29 Kabul Ericson Imam Masjid Istiqomah Bumi Moro
Indah
30 Royani Imam Masjid At Taubah Kamp.Pinang
Agung
31 Nazharuddin Imam Masjid Darussalam Moro Dadi
Mulyo
32 Aziz Heremba Imam Masjid Al Muhajirin Kmp. Onim Sar
33 Ali Rumbay Imam Masjid Al Ikhlas
Werba
Kamp. Werba
34 Mudij Patiran Imam Masjid Ar Rahman Kamp. Kiat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
35 Ismail S.Q Imam Masjid Al Ikhlas Thumburuni
36 Siti Masruroh Da‘iyyah Fakfak Fakfak Utara
37 Abdul Fatah Buatan Khatib Fakfak Wagom
38 Wahyu Hidayat Khatib Fakfak Fakfak Selatan
39 Abas Fakaubun Imam Masjid An Nuur Kamp.Piahar
40 Rasyid Renhoat Khatib Fakfak Fakfak
41 Jahra Rumodar Guru Ngaji TPQ Wagom
42 Lailatussa‘dah Guru Ngaji TPQ Wagom
43 Muhammad Saifuddin
Jufri
Guru Ngaji TPQ Fakfak Utara
44 Majida Syaban Ketua
Majelis
Taklim
MT. Khoirunnisa‘ Fakfak Utara
45 Pahlawan Renhoat Guru Ngaji TPQ Al Mahdi Tanjung Purkadi
46 Majid Rumadan Imam Masjid Maas Kamp. Maas
47 Gambir Patur Imam Masjid Kamp. Tarak Kamp. Tarak
48 Abdul Rasyid Bay P3N Membantu di
Bidang Urusan
Agama Islam
Kamp. Faur
49 Jen Bauw P3N Membantu di
Bidang Urusan
Agama Islam
Kamp.
Tuberwasak
50 Muhammad Sholeh P3N Membantu di
Bidang Urusan
Agama Islam
Tanjung Purkadi
51 Suhardi Keledar Imam Masjid Malakul Kamp. Malakul
52 Iswadi Bay Imam Musholla Pasar
Malakull
Tanjung Purkadi
53 Baharudin Rumain Guru Ngaji TPQ At Takwa Kamp. Antalisa
54 Abdul Rahman
Yarkuran
Guru Ngaji TPQ Darussalam Kamp. Maas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
55 Zainab Buntuan Guru Ngaji TPQ Munawwarah Kamp. Kiaba
56 Ahmad Rumatumia Guru Ngaji TPQ Nadrul Wagom
57 Karas Namudat Guru Ngaji
dan Imam
Masjid Wagom Wagom
58 Kamaloen Hoeda P3N Membantu di
Bidang Urusan
Agama Islam
Sekban
59 Muhammad Tahir
Mauw
Guru Ngaji TPQ Al Falaq Fakfak Selatan
60 Jabaruddin Lahamundu Khatib Fakfak Wagom
Sumber Kantor kementerian Agama Kabupaten Fakfak Tahun 2106
Berdasarkan pada data tempat ibadah di kabupaten Fakfak yakni masjid dan
muṣalla serta jumlah Pendakwah bila dibandingkan dengan kondisi geografis
Kabupaten Fakfak yang terdiri dari 9 Distrik dan 123 kampung dengan jumlah
penduduk ± 70.902 jiwa22
sudah sangat tentu betapa minimnya juru dakwah dan
betapa hausnya masyarakat akan ilmu agama, bahkan bila mengacu pada hasil
survey diatas beberapa kampung tidak kebagian imam masjid bahkan tak ada
seorang juru dakwah yang ditugaskan atau di tempatkan di sekian banyak
kampung. Distrik Kokas yang terdiri dari 22 kampung, jumlah masjid yang
terdata berjumlah 14 masjid dan 10 orang rohaniawan Muslim. Dalam artian ada
delapan (8) kampung yang tidak terdapat masjid dan dua belas (12) masjid yang
kosong tanpa adanya seorang Imam di masjid tersebut dan tak ada pula seorang
guru agama. Dakwah di pedalaman Fakfak khususnya sangat membutuhkan
pengorbanan, banyak tantangan dan rintangan sehingga aktivitas dakwah Islam
22
Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak Dalam Angka 2014”, (Fakfak:
BPS, 2014). Hlm. 8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
hampir sebagian besar berpusat di Kota kabupaten (Fakfak) dan sangat sedikit
atau bahkan tidak terdapat aktivitas dakwah yang semisal dilakukan di setiap
kampung-kampung yang ada di pedalaman Fakfak termasuk kampung Ugar
Distrik Kokas. Satu bulan lebih sepuluh hari, Ugar seakan–akan kampung yang
tak berpenghuni di siang harinya, yang telihat hanyalah anka-anak kecil
berpakaian putih merah (SD) menyiapkan diri mereka menuntut ilmu di SD
INPRES yang tak jauh dari pemukiman. Sejak subuh atau bahkan sebelum
masuknya waktu subuh warga berbondong-bondong menuju tepi pantai
mendorong sampan (Perahu) ke tengah laut dan mendayuhnya hingga
tersembunyi dibalik banyaknya pulau yang berjejer tepat di depan kampung ini.
perahu tersebut akan kembali terlihat setalah zuhur pukul 13.00-14.00 WIT.
Perahu-perahu kecil ini akan kembali mengarungi lautan menuju kota distrik
menjajakan hasil tangkapannya. Ya, nelayan adalah mata pencaharian warga Ugar
namun bukanlah mata pencaharian utama mereka, sebagian warga tidak memiliki
perahu untuk mencari ikan, perkebunan sebagai alternatif lain demi
mempertahankan kehidupan keluarga atau membeli hasil tangkapan nelayan
lainnya, perkebunan di kampung ini tidak terlalu mendukung perekonomian
masyarakat, bila musim kemarau tiba kampung ini sangat kesulitan air, air
diperoleh dari kota distrik (Kokas) diangkut dengan menggunakan perahu atau
sampan. Demikian sebaliknya bila musim penghujan tiba, cuaca dan kondisi laut
sangat tidak bersahabat sehingga menjadi kendala bagi para nelayan. Tak ada
pasar di kampung ini, perekonomian terpusat di kota Distrik (Kokas). Untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
mempertahankan hidupnya mereka menfaatkan fasilitas alam yang bisa
terjangkau. Ugar telihat berpenghuni di sore hari, lapangan tepi pantai diramaikan
oleh anak-anak bermain bola, sepanjang pesisir pantai dekat dermaga, terlihat ibu-
ibu menunggu datangnya sang kepala keluarga yang telah mengais rezeki di
Kokas sepanjang hari. Kampung Ugar dimalam harinya ramai dengan warga
kampung, bercanda dan ketawa tak berujung, berbagi cerita dengan para keluarga
atau dengan sesama pemuda melepaskan penat dan capek seharian berjuang
ditengah-tengah lautan diterjang ombak demi menghidupi keluarga yang
menunggu di rumah. Demikianlah warga Ugar dengan segenap aktivitasnya
tersebut melalui hari-hari mereka. Tak terlihat tanda-tanda aktivitas dakwah,
saling berbagi ilmu agama atau mempelajarinya, masjid tak berpenghuni tak
terdengar di dalamnya suara azan. Masjid hanya diramaikan sekali dalam
seminggu (di hari Jum‘at). Satu hal yang membuat sedih, bila Imam masjid tak
ada di kampung, shalat jum‘at pun tidak di laksanakan demikian juga diwaktu-
waktu shalat lainnya tidak didirikan lantaran tidak adanya Imam Masjid. Tak ada
seorangpun yang berani tuk menggantikan posisi imam, hal ini karena tradisi
turun-temurun bahwa Imamlah yang memegang otoritas masjid serta bertanggung
jawab atas segala urusan yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan. Pada sore
harinya dari pojok kampung ini terdengar sayup-sayup bibir-bibir mungil anak-
anak Ugar melantunkan huruf demi huruf dalam Al Qur‘an, sayangnya lantunan
suara merdu tak setiap sore terdengar. Muhammad Bauw selaku guru TPA yang
bukan pegawai PNS, seperti warga lainnya juga berkewajiban memenuhi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
kebutuhan keluarga sehingga harus meninggalkan kampung tuk menjemput
rezekinya. Ahmad Fatagar seorang guru PNS yang belum lama ini bertugas di SD
INPRES Ugar menceritakan keadaan kampung yang sangat minim bahkan tak ada
sentuhan dakwah Islam di kampung ini, masjid yang kosong tak seorangpun yang
perduli mengurusinya. Melalui TPA dan Sekolah Dasar inilah pendidikan agama
dan sentuhan rohani dapat tersampaikan walau hanya sedikit selain itu melalui
media Posyandu dan kumpulan ibu-ibu PKK juga sebenarnya bisa dijadikan ajang
untuk berdakwah namun sangat disayangkan belum tersentuh oleh juru dakwah
(da‘i). 23
Hasil survey yang peneliti lakukan selama satu bulan sepuluh hari di
kampung Ugar bahwa pendakwah yang pernah diutus dan bertugas ke kampung
Ugar antara lain: satu orang pendakwah asal Makassar utusan dari yayasan
AMCF, menurut keterangan da‘I tersebut hanya bertahan selama satu sampai dua
bulan karena faktor geografis dan tidak adanya dukungan fasilitas yang
menjadikan da‘I ini terpaksa meminta dipindah tugaskan24
. Selain itu terdapat
juga pendakwah utusan Yayasan AFKN namun hanya sebatas mengunjungi dan
tidak lama mendiami kampung Ugar.25
Dari sekian organisasi Islam yang ada di
kabupaten Fakfak, AFKN termasuk salah satu yayasan yang berkonsentrasi
terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam di pedalaman Papua, mengutip
23
Ahmad Fatagar, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016 24
Dawar, Wawancara, Fakfak, 20 Maret 2016 25
Nuraini, Wawancara, Fakfak, 27 Maret 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
program kerja AFKN sebagaimana termaktub pada situs resminya26
terdapat
empat (4) program kerja AFKN antara lain: pertama, Program Dakwah yaitu
melalui pengutusan da‘I, memfasilitasi da‘I berupa pendanaan sarpras dan
pembekalan keilmuan da‘I, serta ikut serta pembangunan masjid. Kedua, Program
pendidikan dan pengembangan SDM yaitu melalui pemberian beasiswa kepada
anak-anak pedalaman dan disekolahkan di luar Fakfak (Papua), bekerjasama
dengan berbagai elemen terkait atau organisasi Islam lainnya guna mewujudkan
program-program kerjanya. Ketiga, Program pemberdayaan ekonomi masyarakat
pedalaman yaitu dengan memberikan fasilitas dana maupun tempat guna
memasarkan hasil bumi Fakfak dan olahan tangan-tangan kreatif ibu-ibu Fakfak.
Keempat, Program sosial kemasyarakatan yaitu pengadaan fasilitas-fasilitas
umum yang belum diatasi oleh pemerintah berupa pengadaan air bersih, listrik
dan membantu menfasilitasi pembangunan rumah yang layak. Melihat dari apa
yang dilakukan yayasan AFKN dua tahun silam merupakan gebrakan awal yang
sangat membekas sepanjang aktivitas dakwah di pedalaman Fakfak. 20 Desember
2014- 1 Januari 2015 berkat kerjasama dari berbagai elemen terkait “Jambore
Dakwah Internasional-AFKN”. dapat terlaksana dan berjalan dengan baik di
kampung Ugar Distrik Kokas. Jambore Dakwah melibatkan peserta dari seluruh
lapisan masyarakat muslim dari berbagai suku dan daerah muslim di Kabupaten
Fakfak, diikuti juga perwakilan luar Papua perwakilan peserta dari Malaysia juga
turut hadir. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pada tujuan awal yayasan ini
26
Sumber: AFKN, dalam http://afkn-nuuwaar.com/tengtang-kami/program-kerja-afkn/
(Jember,Senin 20 Juni 2016), pukul 11.29 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
didirikan yaitu menciptakan masyarakat pedalaman yang Islami, Ugar dipilih
sebagai tuan rumah pelaksanaan Jambore Dakwah selain memiliki kekayaan alam,
Ugar termasuk kampung yang sangat minim pengetahuan agamanya sehingga
melalui Jambore Dakwah ini diharapkan memberikan motivasi kepada warga
Ugar dalam beribadah dan mempelajari pengetahuan agamanya.27
Suksesnya
pelaksanaan Jambore Dakwah AFKN Desember 2014-1 Januari 2015 tak lepas
dari proses panjang. Perjuangan dan pengorbanan para aktivis dakwah AFKN
dalam meyakinkan warga untuk melakukan kegiatan tersebut. Dimulai dengan
hubungan komunikasi yang telah lama dibangun oleh ketua Yayasan AFKN
Fadlan Garamatan kemudian dilanjutkan dua bulan bahkan tiga bulan sebelum
kegiatan Jambore, tim survey memulai aktivitasnya dengan melakukan berbagai
kunjungan. Kunjungan tersebut ditemani oleh beberapa tokoh-tokoh yang
memiliki pengaruh bagi masyarakat Ugar yaitu dengan melibatkan: Mantan
Bupati Fakfak Wahidin Puarada, M.Si yang merupakan orang asli Fakfak dan
pernah menjabat sebagai Bupati dua periode (2000-2010), Maryam Sully selaku
Ketua Tim Pelaksana kegiatan Jambore yang menghembuskan nafas terakhirnya
sertelah kegiatan ini selesai, beliau juga termasuk tokoh masyarakat yang sangat
dikenal baik oleh warga kampung Ugar. Setelah melakukan berbagai kunjungan
dan diterima oleh masyarakat setempat, tahap kedua yang dilakukan adalah
merenovasi dan membangun semua fasilitas kampung yang dibutuhkan warga
maupun peserta jambore nantinya. Diawali dengan merenovasi bangunan masjid,
27
Pihir,Wawancara, Fakfak, 21 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
MCK, pengadaan air bersih dan mesin atau motor listrik, rekonstruksi jalan-jalan
dalam kampung dan dermaga Perahu/Kapal Kayu di Ugar.
Gambar. 4 Kunjungan dan Pertemuan bersama Masyarakat Ugar sebelum Pelaksanaan Jambore
Internasional. Foto Mantan Bupati Fakfak Wahidin Puarada berkacamata
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Gambar 5. Kerjabakti bersama panitia dan warga Ugar membersihkan Lokasi Perkemahan
Gambar 6. Lokasi Perkemahan Jambore Internasional Kampung Ugar Desember 2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Gambar 7. Renovasi Masjid dan Bantuan MCK Gratis untuk setiap Rumah di Ugar
Gambar 8. Renovasi Dermaga Pelabuhan Ugar
Dakwah adalah sebuah upaya dan proses yang berkelanjutan, dan dakwah di
Kampung Ugar tidak hanya terhenti dengan sebuah kegiatan yang mega nan besar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
namun dibutuhkan adanya follow up dan tindak lanjut yang berkesinambungan
demi mencapai masyarakat yang benar-benar Rabbani dan Kaffah keimanannya.28
C. Problematika Dakwah Di Kampung Ugar
Fenomena dakwah yang terjadi di Kampung Ugar adalah kewajiban dan
amanat besar bagi setiap elemen terkait di Kabupaten Fakfak. Kampung Ugar
yang dikelilingi oleh perkampungan Islam bahkan mayoritas penduduknya 100%
memeluk Islam, kendati demikian berbagai keluhan dan pengakuan dari para
pendakwah betapa sulitnya merubah kebiasaan dan mengajak masyarakat Ugar
mempelajari dan mengetahui ajaran Islam. Nuraini selaku HUMAS AFKN cabang
Fakfak tatkala dimintai komentarnya terkait karakter warga Ugar pada bulan
Maret 2016, mengatakan bahwa seorang da‘I yang berdakwah di Ugar butuh
kesabaran dan pengorbanan, sulit untuk menggambarkan seperti apa warga Ugar,
misalnya di minta untuk membaca doa sholat, enggan. Setelah diberikan hadiah
dan meminta untuk sholat tidak mau juga.29
senada dengan nuraini, Sutran
Pattawara mantan da‘I Yayasan Assalam dan sekarang sebagai Imam masjid jabal
Nur Fakfak dan juga termasuk pribumi berdarah campuran Bugis Kokas
mengisahkan bahwa kendala dakwah di kampung-kampung pedalaman Fakfak
hampir sama, kewajiban agama dianggap sebagai kebiasaan yang bukan sebuah
perintah Rabbnya, dikerjakan semaunya, kalau senang, ya dikerjakan dan bila
capek ya ditinggalkan tak merasa bersalah atau berdosa, selain itu masyarakat di
pedalaman menganggap bahwa mereka berasal dari leluhur muslim sehingga tidak
28
Jumroni Wawancara, Fakfak 12 April 2016 29
Nuraini, Wawancara, Fakfak 27 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
perlu berbicara mengenai Islam atau mengajak orang lain untuk beribadah,
aktivitas yang dilakukan siang dan malam hanyalah memikirkan kehidupan dunia,
apa yang akan dicari esok sampai-sampai tak ada waktu untuk melakukan perintah
agama walau sedetik.30
Sepakat dengan apa yang diteliti oleh Wanggai bahwa pada
umumnya Raja memiliki pengaruh sangat besar dalam proses penyebaran dakwah
Islam di pedalaman Fakfak selain itu yang nampak pada sebagian besar penduduk
pengamalan ajaran Agama yang masih kurang mendalam sehingga terjadi
kontradiktif.31
Bedasarkan pada pembahasan sebelumnya, problematika Dakwah di
kampung Ugar dapat diidentifikasi beberapa faktor berikut:
1) Kurangnya Juru dakwah
Minimnya Juru dakwah (da‘i) adalah kendala utama berjalannya sebuah
proses dakwah. Populasi umat Islam Fakfak yang kian bertambah setiap tahunnya,
demikian pula media dakwah dari berbagai organisasi dan lembaga dakwah dan
kegiatan-kegiatan dakwah semakin menjamur, namun sayangnya tanpa adanya
subjek dakwah tak akan berjalan lancar. Berdasarkan survey Kantor Departemen
Agama menunjukkan jumlah penyuluh agama yang tidak sebanding dengan
bertambahnya populasi muslim di Fakfak, total penyuluh dari setiap agama
berdasarkan catatan Kantor Departemen Agama tahun 2012 sebanyak 146
penyuluh Agama yang tersebar di sembilan Distrik di Kabupaten Fakfak.32
30
Sutran Pattawara, Wawancara, Fakfak, 27 Maret 2016. 31
Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, Hlm. 104 32
BPS Kabupaten Fakfak, ―Kabupaten Fakfak, Hlm. 184
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Hasil Survey Rohaniawan 2012 2013 2015 2016
Rohaniawan:Ulama, Ustad,
guru TPA/TPQ, Khatib dan
Imam Masjid.
123 207 - 70
Masjid dan Mushalla 94 - 101 -
Penyuluh Agama Islam 37
2) Kurangnya lembaga pendidikan Islam
Kendati Fakfak adalah kota dengan julukan ―Serambi Mekkahnya Papua‖
namun perhatian pemerintah terhadap perkembangan pengetahuan dan
pengamalan masyarakat Islam terhadap ajaran agama belum merata dan masih
sangat minim, hal ini ditandai dan dapat dilihat betapa minimnya wadah
(lembaga-lembaga) pendidikan Islam didaerah pedalaman. Kondisi ini ditandai
kurangnya minat menuntut ilmu agama para pemuda dan pemudi Fakfak. Di
kampung Ugar hanya terdapat satu SD INPRES, kampung yang 100%
penduduknya memeluk Islam setidaknya Pemerintah setempat sangat berpeluang
Hindu dan
Budha, 0.25
18%
28%54%
Persentase Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama dan Distrik Tahun
2011
Hindu dan Budha
Katholik
Karisten
Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
dan memiliki kekuasaan dan kedekatan untuk mendirikan satu lembaga
pendidikan Islam. Bahkan di Kota Distrik (Kokas) sekalipun, tidak ditemukan
lembaga Pendidikan Islam ataupun organisasi-organisasi Islam yang berperan
aktiv dalam dakwah .
3) Kurangnya pendanaan
Minimnya Dana adalah salah satu Faktor penghambat disegala lini aktivitas
dakwah, Kepala Seksi Bimbingan Islam Fakfak menyadari akan faktor ini dan
menekankan bahwa BIMAS Islam Fakfak memiliki banyak program dakwah
namun terkendala karena kurangnya SDM dan juga pendanaan. Pendanaan yang
diajukan daerah kepada pusat tidak semuanya di Acc, dana yang terbatas sehingga
untuk merealisasikan berbagai program kerja terpaksa dilakukan pengiritan
pengeluaran dan menunda pelaksanaan program kerja33
. Selain itu masalah
pendanaan khususnya di kabupaten Fakfak terpusat pada satu pintu dalam artian
semua proposal pelaksanaan kegiatan baik negeri maupun swasta melalui
Pemerintah Daerah (Bupati) atau Kantor Kementerian Agama Fakfak, berbeda
kondisinya dengan Kota Sorong-Papua Barat atau di Pulau lainnya di luar Papua,
banyak ditemukan masyarakat yang peka, perhatian dan perduli akan kemajuan
dan perkembangan dakwah sehingga banyak donatur (Muhsinun) atau pengusaha
muslim yang saling berbagai rezeki terkait kegiatan-kegiatan dakwah. Pendanaan
juga berdampak pada minimnya jumlah da‘I dan kesejahteraannya. Pak Ahmad
SKM, Ketua yayasan Assalam Fakfak selaku perintis Sekolah Dasar Islam
33
Jumroni, Wawancara, Fakfak, 12 April 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Terpadu (SDIT) Fakfak yang saat ini bertugas di Kantor Departemen Kesehatan
Surabaya tatkala peneliti menemuinya satu tahun silam (tahun 2015), ia
mengisahkan betapa beratnya pengorbanan dan perjuangan sewaktu ia pertama
kali berdakwah di kabupaten Fakfak, nasehat yang disampaikannya kepada
penulis, bahwa profesi sebagai seorang da‘I di Jawa berbeda dengan da‘I di
pedalaman Papua atau di Fakfak. Khususnya di kabupaten Fakfak profesi dakwah
bukanlah ajang menjadi kaya atau memiliki harta yang banyak, dakwah di Fakfak
bahkan di pedalaman Fakfak mengorbankan segala hal, keikhlasan sangat dituntut
dan dimiliki oleh soerang da‘I, seorang da‘I dan ilmu yang dimilikinya serta apa
yang disampaikannya kurang dihargai dan dihormati, sehingga karena kendala
dana dan perekonomian juru dakwah yang hidup di Fakfak menjadi kendala yang
sangat mendasar dalam proses dakwah. Penyebab berkurangnya jumlah da‘I baik
diperkotaan maupun di pedalaman bahkan tak adanya da‘I yang bertugas di
kampung Ugar salah satu faktornya nya adalah karena faktor dana. Sehingga yang
terjadi kebanyakan masyarakat atau katakanlah mahasiswa lulusan STAI Al
Mahdi Fakfak lebih memilih dan mengutamakan profesi sebagai Pegawai Umum
di kantoran yang lebih menjanjikan masa depannya dan demi membantu
perekonomian keluarga.
4) Fasilitas (SARPRAS) dakwah dan Kondisi Geografis yang tidak
mendukung
Fakfak adalah wilayah kepulauan dan pegunungan, pulau-pulau yang
dipisahkan oleh lautan dan lembah yang curam menjadi tantangan tersendiri bagi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
juru dakwah, selain pendanaan yang kurang disisi lainnya faktor alam menjadi
tantangan dakwah bila sarana prasarana dakwah yang tidak memadai. Seperti
halnya keadaan alam di kampung Ugar, di bulan Januari dan Februari, september
sampai bulan Desember adalah musim angin Barat dengan curah hujan yang
relatif tinggi, mengakibatkan keadaan laut yang ekstrim dan tidak bersahabat
untuk melakukan perjalanan laut34
. Fasilitas dakwah sangat terbatas dan bahkan
sangat tidak mendukung proses dakwah di daerah pedalaman. Setidaknya di
distrik Kokas yang terdiri dari 22 kampung hampir 100% adalah perkampungan
Islam, hendaknya memfasilitasi keperluan dan kebutuhan dakwah,
mengembangkan dakwah dari waktu ke waktu, menyediakan transportasi berupa
kapal atau speedboat sehingga mempermudah perjalanan ketempat dakwahnya.
5) Dakwah yang tidak terorganisir
Faktor-faktor penghambat proses dakwah yang telah tersebut sebelumnya
baik di perkotaan dan terutama di pedalaman khususnya kampung Ugar
menunjukkan bahwa aktivitas dakwah di kabupaten Fakfak masih belum
terorganisir dan tidak terkoordinir dengan baik, dalam artian kurang adanya
kerjasama yang maksimal antara ketiga elemen pokok yang telah disebutkan pada
awal penelitian ini yaitu pemangku kekuasaan: Pemerintah, Tokoh adat dan
Tokoh Agama. Kurangnya perhatian dan dukungan pemerintah selaku pusat
pemerintahan terhadap perkembangan dakwah Islam khususnya di daerah
pedalaman berdampak pada elemen dakwah lainnya oleh karnanya peran tokoh
34
Elpera Fakfak dan Badan Pembedayaan Kampung Fakfak, ―Profil Kampung Ugar‖, (Fakfak,
Desember 2006), hlm.19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
agama saja belum cukup bila tanpa adanya dukungan dari tokoh adat maupun
pemerintah. kepentingan individulistis menjadikan ketimpangan proses dakwah
itu sendiri dan akhirnya terciptanya dakwah yang tidak terorganisir dan tak
terkoordinir sehingga aktivitas dakwah dari waktu ke waktu hanya berputar di
wilayah perkotaan sementara dakwah di pedalaman khusunya seperti kampung
Ugar tidak tersentuh. Dapat disaksikan apa yang terjadi saat ini, keyakinan
terhadap ajaran agamanya masih sangat minim sehingga merasa cukup dengan
pengetahuan Islam yang dimilikinya secara turun temurun. Islam dapat diterima
sebagai agama dan pedoman serta jalan hidup masyarakat di Papua maka akan
mewarnai pranata-pranata kehidupan sosial dan budaya, Selain itu tidak
terstruktur dan terorganisirnya dakwah menjadikan masyarakat masih berpegang
teguh terhadap tradisi dan budaya leluhur, mengiyakan apa yang dirangkum oleh
Wanggai bahwa: ―Keadaan ini terjadi karena penerimaaan mereka kepada Islam
sebagai agama tidak terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah
kemasyarkatan dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. dan tidak mengubah
lembaga lembaga dalam kehidupan masyarakat yang ada (wanggai, 104)35
.
Ketidak organisirnya dakwah disebabkan apa yang telah diwariskan pada pola
pikir sebagian pemangku jabatan bahwa urusan agama adalah tanggung jawabnya
tokoh agama atau para Imam Masjid saja dan bukan menjadi tanggung jawab
setiap muslim.
6) Kurangnya SDM Yang Dimiliki Da‘i
35
Wanggai, Rekonstruksi Sejarah, Hlm. 104
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Penguasaan medan dakwah yang minim akan mempengaruhi terhadap
kinerja da‘i sebagai aktor dalam sebuah proses dakwah. Da‘i bukan hanya dituntut
bisa membaca al Qur‘an atau membaca kitab arab gundul semata, namun sebagai
aktor utama dalam kancah dakwah hendaknya memiliki ketrampilan dalam
berkomunikasi dengan baik, kemampuan beretorika dalam berdakwah mampu
beriteraksi dan menjadikan dirinya bagian dari masyarakat atau objek dakwah
tersebut, mampu membaca dan mengartikan simbol-simbol dan ciri-ciri khusus
lainnya yang ia temui dalam interaksi dengan masyarakat. Da‘i yang tidak
memahami objek dakwahnya dan tidak memiliki kemampuan membaca dan
memperhatikan masyarakat akan menjadikannya sebagai suatu beban dan pada
akhirnya akan memilih untuk meninggalkan pekerjaan dakwahnya karena ia tak
mampu untuk melakukan aktivitas dan mensosialisasikan dakwahnya dalam
bentuk hubungan timbal balik dengan objek dakwahnya. Bila diperhatikan dari
keluhan beberapa da‘i yang telah dikemukakan pada awal poin ini bahwa kondisi
real masyarakat Ugar dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Ugar yakni pendidikan Agama
maupun pendidikan umum lainnya. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa
mayoritas penduduk Ugar pendidikan tertinggi hanya sebatas pada
Sekolah Dasar.
b) Kurangnya tenaga didik, baik Guru Agama maupun Guru umum lainnya
hal ini sangat berdampak pada kurangnya bimbingan dan arahan yang baik
pada pola kehidupan mereka.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
c) Pemahaman Agama yang sangat minim, poin ke tiga ini adalah dampak
dari poin satu dan dua, karena tidak adanya siraman agama dan pengajaran
atau pemahaman agama yang cukup sehingga berdampak pula pada
kebiasaan dan tradisi masyarakat yang pada awalnya telah menyerahkan
semua urusan agama adalah tanggung jawab Imam Masjid sehingga acuh
tak acuh dengan kewajiban agama yang selanjutnya masyarakat akan lebih
meyakini kekuatan-kekuatan ghaib yang lebih real mereka rasakan
(Kepercayaan Animisme) manfaatnya.
d) Sikap egoisme, faktor ini ada karena adanya perasaan tidak diperhatikan
dan tidak dilayani oleh pemerintah setempat yang seakan-akan di kucilkan
dan jauh dari keramaian lalulintas. Sehingga sifat untuk mempertahankan
kebiasaan dan tradisi leluhur dan fanatik kesukuan sangat terasa di
kampung ini.
Secara garis besar keempat poin ini adalah tantangan dan problematika
dakwah di Kampung Ugar bagi seorang da‘i, dan keunikan tersendiri bagi da‘i
lainnya sebagaimana yang dilakukan oleh Fadlam Garamatan selaku perintis
yayasan AFKN, memulainya dengan kunjungan yang rutin, berinteraksi dan
mempelajari simbol-simbol yang ada pada masyarakat sehingga mampu
menemukan pola dan pada akhirnya mampu memberikan apa yang diinginkan
masyarakat dengan mengadakan Jambore Internasional Perdana di Papua Barat
yang berlokasi di Kampung Ugar-Kokas pada bulan Desember 2014 silam.
Sejalan dengan apa yang di pikirkan oleh Mead bahwa seorang aktor atau da‘I
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
selama melakukan dakwahnya akan senantiasa berinteraksi dengan masyarakat,
da‘i dituntut untuk dapat berpikir, mempelajari karakter masyarakat, memahami
lingkungan melalui simbol-simbol maupun arti yang mengidentifikasikan ciri
masyarakat tersebut pada tindakan dan aktivitas keseharian mereka. Dan pada
akhirnya membayangkan solusi dan tindakan apa yang akan dilakukannya dalam
interaksinya terhadap masyarakat dakwah. Sebagaimana keluhan-keluhan yang
diutarakan para da‘I akan kebiasaan masyarakat Ugar yang inklusif, egois, atau
fanatik dan cuek, ini sebenarnya ciri khusus dan simbol-simbol tertentu yang
hendaknya dipelajari lebih mendalam dengan melakukan ekstra pendekatan36
.
D. Strategi dan Solusi Dakwah di Kampung Ugar
Islam memang lebih awal masuk di Papua dibandingkan Kristen dan
Katholik, namun penyebaran Islam di Papua kalah cepat bila dibandingkan
dengan penyebaran Kristen dan Katholik. Terlebih pada masa Pemerintah Hindia
Belanda, posisi umat Islam di Papua sangat terjepit oleh persaingan misi. Apa
yang telah dan tengah terjadi di Kabupaten Fakfak dari berbagai kekurangan dan
hambatan dakwah bukanlah sebab untuk berhenti berdakwah. Keikhlasan dari
seorang da‘I dalam berdakwah akan terlihat bagaimana ia menyikapi berbagai
persoalan dan tantangan dakwah. Untuk mengatasi polemik dan problematika
dakwah di pedalaman Fakfak terutama di kampung Ugar diakhir bab ini peneliti
mengetengahkan solusi yang terangkum dari cerita dan apa yang dirasakan dan
36
Ritzer, Teori Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2014), 278.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
dialami oleh para da‘i yang sekiranya dapat membantu meminimalisir
problematika dakwah di Kampung Ugar-Distrik Kokas.
a) Niat Ikhlas dalam berdakwah sangat dituntut untuk dimiliki bagi seorang
da‘i, dengan terus berusaha dan berdoa tanpa berputus asa.
b) Mengenali dan mempelajari medan dakwah lebih dekat, mengonsep
danmemetakan tahap demi tahapan yang akan ditempuh dan apa yang
akan dilakukan
c) Kerjasama dengan pihak terkait sebelum melakukan dakwah seperti
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi dakwah setempat atau melalui
media kantor kementerian Agama seperti BIMAS Islam, DMI dan yang
lainnya. Dengan melakukan kerjasama dengan pihak terkait yang telah
mengenal segala kekurangan hambatan dan kendala di medan dakwah
dapat tersampaikan kepada da‘i sehingga memiliki waktu untuk
mempersiapkan dirinya.
d) Melakukan kunjungan dan pendekatan-pendekatan terhadap kepala suku
atau orang-orang yang terpandang dan dihormati atau disegani oleh
masyarakat Ugar sebagaimana yang dilakukan oleh Yayasan AFKN
kunjungan yang dilakukan bukan hanya sehari atau sekali namun berkali-
kali dengan ditemani oleh mantan Bupati atau tokoh adat maupun tokoh
masyarakat. demikian juga yang peneliti lakukan sebelum mencari data
dan tinggal di kampung Ugar telebih dahulu mengenal karakter warga
Ugar lebih dekat dan kemudian bersama kepala Distrik Kokas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
mengunjungi kampung Ugar. Kunjungan atau silaturahim yang
berkelanjutan dan saling memberikan hadiah akan melahirkan rasa cinta
serta menumbuhkan rasa persaudaraan.
e) Manajemen dakwah. Yaitu dengan menyusun konsep dan memenej
dengan baik setiap materi atau pesan dakwah, sehingga melalui
perencanaan dan manajemen dakwah yang terkoordinir dengan rapi,
maksud dan tujuan dakwah akan tersampaikan. Manajemen dakwah yang
dimasksudkan disini antara lain manajemen waktu, pesan atau materi
dakwah sehingga apa yang dilakukan dan disampaikan oleh da‘I tidak
tergesa-gesa dan seakan-akan memaksa, memulai dari pesan yang paling
terpenting dan disesuaikan dengan kebutuhan mad’u
f) Membangun komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan alat
terpenting dalam penyampaian pesan-pesan kepada objek dakwah.
Komunikasi yang dimaksudkan peneliti adalah dengan menggunakan
bahasa daerah setempat, atau komunikasi dengan masyarakat melalui
tindakan dan perlakukan (akhlak) yang baik. Komunikasi dan interaksi
sosial dan komunikasi antar budaya sangat perlu diperhatikan oleh seorang
da‘i.
g) Evaluasi dan follow Up secara berkesinambungan dan continue terhadap
setiap aktivitas dakwah yang telah dilakukan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Berdasarkan teori tentang wujud Interaksi Simbolik antara Da’I dan Mad’u
oleh Acep Aripuddin37
menyebutkan empat (4) teori antara lain: 1) Teori
Resistensi (teori penolakan), 2) Teori akulturasi atau teori pencampuran, 3) Ketiga
Teori resepsi, dan 4) Teori Komplementer. Secara umum keempat teori ini
berbicara mengenai dakwah antara dua kebudayaan yang berbeda dan
kemungkinan-kemungkinan diterima dan tidaknya, bersatu atau meleburnya
menjadi warna (kebudayaan) baru. Dakwah di kampung Ugar dengan sederet
tradisi dan kepercayaannya menjadi tantangan bagi da‘I. Pada umumnya
masyarakat Ugar sangat menerima budaya atau warna baru (ajaran Islam yang
benar) apabila pesan-pesan dakwah dapat dikomunikasikan dengan baik kepada
masyarakat Ugar dan dapat memberikan manfaat bagi kebutuhan rohani dan
jasmani mereka. Sebagaimana suksesnya Jambore Dakwah yang diadakan oleh
AFKN tahun 2014 silam. Kerjasama dari berbagai elemen dakwah serta adanya
interaksi timbal balik diantara aktor dakwah sangat membantu dan memberikan
konstribusi yang pada akhirnya memberikan perubahan dan pengaruh positif dan
perubahan kepada perkembangan objek dakwah kearah yang lebih baik.
37
Aripuddin, Dakwah, hlm. 20-22
top related