bab iv hasil dan pembahasan 4.1 keadaan umum tempat...
Post on 02-Mar-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian
Secara administratif objek wisata Pantai Patra Sambolo ini terletak di Desa
Bandulu, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Objek wisata ini
berbatasan dengan :
1. Desa Cikoneng di sebelah utara
2. Desa Sindang Karya di sebelah timur
3. Desa Kamasan di sebelah selatan dan,
4. Selat Sunda di sebelah barat.
Desa Bandulu merupakan daerah dataran yang terletak di tepi laut (pesisir)
kawasan Anyer dengan panjang pantai lebih dari 5 km dan ketinggian dari
permukaan laut 1.200 meter dpl. Luas wilayah Desa Bandulu ini adalah 806.760
ha (Potensi Desa, 2008). Orbitasi desa ini dari kantor kecamatan adalah 8 km, dari
kantor Pemda 45 km, dari kantor Pemerintah Provinsi 45 km dan dari ibukota
negara 147 km.
Pantai Patra Sambolo ini terletak di sepanjang kawasan Anyer. Luas total
lahan objek wisata ini sebesar 6.444 m2. Lokasinya bersebelahan dengan Hotel
Patra Jasa dan Hotel Nuansa Bali. Awalnya objek wisata ini bernama Pantai
Sambolo, pada tahun 2004 setelah objek wisata ini berpindah tangan, namanya
berubah menjadi Pantai Bandulu kemudian berubah nama lagi menjadi Pantai
Patra Sambolo. Sesuai dengan nama desa dimana objek wisata ini berada. Pantai
Patra Sambolo memiliki beberapa kelebihan (Amanda, 2009), yaitu:
1. Keamanan, pantai ini tidak mempunyai catatan kecelakaan pengunjung (dalam
arti tidak ada pengunjung yang meninggal karena terbawa arus),
2. Tidak ada karang dan landai, pantai ini sangat cocok untuk para pengunjung
untuk berenang, karena tidak ada karang yang dapat membahayakan
pengunjung, dan
3. Pihak pengelola pun berusaha agar selalu menjaga kebersihan pantai ini agar
kenyamanan para pengunjung dapat terjaga.
28
Tabel 6. Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten
No Uraian Jumlah
Wisatawan
Obyek
Wisata
Wisata
Sejarah
1 Januari 747,115 600,771 136
2 Februari 235,281 122,336 2,798
3 Maret 254,538 132,232 224
4 April 741,452 325,126
5 Mei 579,274 250,016
6 Juni 904,719 400,235
7 Juli 1,458,265 637,820
8 Agustus 1,339,243 605,198 14,490
9 September 1,560,070 966,504
10 Oktober 989,102 945,000 17,253
11 November 1,046,218 995,020 14,025
12 Desember 1,674,881 1,615,100 15,015
Jumlah 11,530,257 7,595,358 63,941
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2012
Tabel 2 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata di
Provinsi Banten sangat banyak. Biasanya wisatawan berkunjung ke tempat-tempat
wisata pada saat liburan panjang, libur hari raya dan libur anak sekolah. Tabel
tersebut menjelaskan pada bulan Desember wisatawan yang datang jumlahnya
sangat tinggi yaitu 1,674,881 orang sedangkan pada bulan Februari wisatawan
yang berkunjung sangat sedikit yaitu 235,281 orang. Rata-rata jumlah wisatawan
pada tahun 2012 sebanyak 960,856 orang.
Tabel 7. Realisasi APBD Kabupaten Serang 2011 (juta Rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Serang , 2012
Realisasi 2011
Belanja Daerah 1.173.739,19
Belanja Tidak Langsung 691.117,20
Belanja Langsung 482.621,99
Pendapatan 1.322.429,27
PAD 216.956,16
Dana perimbangan 773.980,56
Lain-lain pendapatan yang sah
(Pariwisata) 331.492,56
29
Berdasarkan tabel realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Serang 2011, terdapat total belanja daerah sebesar Rp 1.173.739,19
dengan rincian belanja tidak langsung sebesar Rp 691.117,20 dan belanja
langsung sebesar Rp 482.621,99. Total pendapatan APBD Kabupaten Serang
2011 sebesar Rp 1.322.429,27 dengan rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebesar Rp 216.956,16, dana perimbangan sebesar Rp 773.980,56 dan pendapatan
lain-lain yang sah dintaranya pariwisata sebesar Rp 331.492,56.
Kawasan objek wisata ini memiliki beberapa warung dan kios
cinderamata. Semenjak objek wisata ini dibuka untuk umum, hanya ada sekitar 10
warung tetapi sekarang sudah mengalami peningkatan menjadi 25 warung dan
enam kios cinderamata. Hal ini dapat mempermudah para pengunjung membeli
makanan, minuman, dan cinderamata yang mereka inginkan. Sepanjang pantai
juga terdapat saung-saung untuk tempat beristirahat dan meletakkan barang saat
mereka berenang di pantai. Saung ini dikenakan biaya sewa sebesar Rp 60.000
untuk yang ukuran kecil dan Rp 80.000 untuk ukuran yang besar, untuk sekali
penggunaan. Selain itu juga di lokasi ini, ditawarkan beberapa jasa penyewaan
kepada para pengunjung, seperti banana boat, jet sky, ban, papan seluncur dan
lain-lain. Setiap penyewaan banana boat dan jet sky Rp 200.000 untuk sekali
penggunaan.
Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk, sesuai dengan cara
kedatangan pengunjung. Pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat
(mobil/minibus) dikenakan biaya Rp 50.000 kendaraan roda dua (motor)
dikenakan biaya Rp 15.000,00, bis kecil dikenakan biaya Rp 400.000 dan bis
besar Rp 600.000, untuk elf dikenakan biaya Rp 100.000 dan untuk per
orangan/pejalan kaki dikenakan biaya Rp 5.000 (Lampiran 14). Jumlah kunjungan
pada bulan Juli 2012 hingga Juli 2013 adalah 42.717 orang (Gambar 3).
30
Gambar 3. Jumlah Pengunjung Pantai Patra Sambolo periode Juli 2012-Juli 2013
Apabila dilihat pada gambar 3 terdapat perbedaan jumlah pengunjung
setiap bulannya hal ini disebabkan karena tingginya persaingan tempat wisata di
kecamatan Anyer dan Pantai Patra Sambolo masih belum memiliki sarana
maupun prasarana yang mencukupi bila dibandingkan dengan tempat wisata lain.
Selain itu faktor waktu juga mempengaruhi seperti pada hari libur pengunjung
cenderung meningkat dan pada bulan puasa akan menurun. Terlihat pada bulan
juli dan agustus 2012 terjadi peningkatan karena bertepatan pada libur lebaran,
pada bulan november dan desember 2012 meningkat karena adanya libur natal
dan tahun baru. Bulan agustus dan september 2012 terjadi penurunan karena tidak
ada libur panjang dan kegiatan sekolah sudah dimulai, begitu pun pada bulan
januari-februari 2013 dan maret-april 2013. Bulan april sampai juni 2013 terjadi
peningkatan karena adanya libur panjang anak sekolah, kemudian terjadi
penurunan pada bulan juni-juli 2013 karena adanya kegiatan puasa di bulan
Ramadhan. Tingginya jumlah pengunjung setiap bulannya tentu saja berimplikasi
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar karena adanya transaksi
ekonomi antara wisatawan dan masyarakat sekitar.
0100020003000400050006000
Jumlah Pengunjung Pantai Patra Sambolo
Jumlah PengunjungPantai Sambolo
(orang)
31
Gambar 4. Keadaan Pantai Patra Sambolo
4.1.1 Aksesibilitas
Objek wisata Pantai Patra Sambolo ini mempunyai jarak 30 km dari
Cilegon dan 100 km dari Jakarta, kondisi jalan menuju kawasan Anyer ini dapat
dikatakan cukup baik. Tetapi untuk saat ini masih terdapat gangguan karena
adanya perbaikan jembatan sehingga diberlakukan buka tutup jalan. Hal ini dapat
menyebabkan kemacetan dalam beberapa waktu ke depan. Tetapi hal ini tidak
menurunkan minat masyarakat untuk berekreasi di kawasan Anyer. Aksesibilitas
objek wisata ini dapat dikatakan relatif mudah karena dapat ditempuh dengan
berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi.
Pengunjung dari luar kota dapat melewati jalur tol menuju Merak dan
keluar dari gerbang tol Cilegon Barat. Tetapi untuk pengunjung yang berasal dari
Cilegon, Serang dan sekitarnya dapat melewati jalur biasa (tidak melalui jalan tol)
menuju arah Anyer. Kemudahan aksesibilitas menuju lokasi ini diduga
berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata
Pantai Patra Sambolo ini.
4.2 Karakteristik Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang
tinggal di kawasan pesisir Pantai Patra Sambolo dengan jumlah 30 responden.
Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga dan pengeluaran rumah tangga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Karakteristik tersebut akan
32
mempengaruhi mereka dalam kegiatan keterampilan dan kemampuan responden
dalam menelaah maupun mengambil suatu keputusan yang menyangkut dirinya,
keluarga dan lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dan layak.
Semakin muda usia penduduk dalam memasuki dunia pekerjaan maka bisa
menjadi salah satu indikator bahwa kondisi sosial ekonominya dibawah garis
kemiskinan (Sulaksmi, 2007). Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
semakin tinggi taraf hidup penduduk maka semakin tinggi pula kemampuan orang
tua dalam membiayai anak-anaknya terutama dalam tingkat pendidikan yang
dicapai sehingga berpengaruh pada umur anak dalam memasuki dunia kerja.
Umur dapat mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan fisik dalam mengambil
suatu keputusan yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Umur
responden yang didapat didaerah penelitian ini akan mencerminkan pada
kelompok umur mana mayoritas usia responden yang terlibat sebagai pekerja
dalam memanfaatkan potensi pariwisata Pantai Patra Sambolo.
Berdasarkan hasil penelitian, umur responden pada rumah tangga yang
aktif dalam kegiatan pariwisata masih dalam usia produktif yaitu berkisar dari 28
sampai 55 tahun. Rata-rata umur responden yang aktif dalam kegiatan pariwisata
adalah 43 tahun. Proporsi umur responden dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Kelompok Umur Responden Di Pesisir Pantai Sambolo
yang Aktif Dalam Kegiatan Pariwisata.
Umur Responden (tahun) Jumlah %
28-32 2 6,67
33-37 4 13,33
38-42 8 26,67
43-47 7 23,33
48-52 5 16,67
53-57 4 13,33
Total 30 100,00
Sumber:Pengolahan Data Primer 2013
Pengambilan keputusan merupakan satu hal yang sangat penting dalam
setiap kegiatan. Berhasil tidaknya kegiatan tidak terlepas dari keputusan yang
diambil. Dalam rumah tangga biasanya pengambilan keputusan ditentukan oleh
33
kepala keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman.
Semakin tinggi pendidikan dan semakin banyak pengalaman akan sangat
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Salah satu indikator sosial yang merupakan tolak ukur untuk menentukan
indeks kemajuan pembangunan suatu negara adalah pendidikan formal. Selain itu
pendidikan formal merupakan satu-satunya sistem pendidikan yang mendapat
pengakuan administrasi secara universal sebagai indikator tingkat pengetahuan
dan keahlian seseorang. Berdasarkan data yang didapat di lapangan tingkat
pendidikan responden bervariasi mulai dari tamat sekolah dasar sampai tamat
sekolah menengah atas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 43% responden yang terlibat dalam kegiatan pariwisata berpendidikan
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (tabel 9).
Tabel 9. Keadaan Pendidikan Responden
Pendidikan Responden (tahun) Jumlah %
Sekolah Dasar 4 13,33
SMP 13 43,33
SMA 13 43,33
Total 30 100
Sumber: Pengolahan Data Primer 2013
Suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang seluruhnya ditanggung
oleh kepala keluarga. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan besarnya
tanggungan kepala keluarga sangat ditentukan oleh jumlah anggota keluarga.
Apabila jumlah anggota keluarga semakin banyak maka biaya hidup yang
ditanggung kepala keluarga akan semakin besar, sebaliknya semakin sedikit
jumlah anggota keluarga maka semakin sedikit pula biaya hidup yang dikeluarkan
oleh kepala keluarga. Namun terkadang jumlah anggota keluarga yang besar dapat
menjadi sumber pendapatan apabila anggota keluarga tersebut bekerja dan
pendapatannya ditambahkan kedalam pendapatan rumah tangga.
Berdasarkan data yang didapat sebanyak 70% responden yang aktif dalam
kegiatan pariwisata memiliki anggota keluarga 4 sampai 5 orang, sebanyak
26,67% memiliki jumlah anggota keluarga dibawah 4 orang dan 3,33% memiliki
34
jumlah anggota keluarga diatas 5 orang. Untuk melihat komposisi jumlah anggota
keluarga responden dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden
Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah %
<4 8 26,67
4 - 5 21 70,00
>5 1 3,33
Total 30 100,00
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Pendapatan rumah tangga merupakan seluruh pendapatan baik yang
berasal dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang diterima oleh kepala
keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Hasil
penelitian menunjukkan sebanyak 70% responden memiliki pendapatan perkapita
perbulan kurang dari Rp 308.888; sebanyak 20% berkisar antara Rp 308.888
sampai Rp 437776; dan 10% memiliki pendapatan diatas Rp 437.776. Untuk
melihat komposisi jumlah pendapatan perkapita perbulan responden dapat dilihat
pada tabel 11.
Tabel 11. Keadaan Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan per kapita/bulan Jumlah %
180000 - 308889 21 70
308889 – 437778 6 20
437778 - 566667 3 10
Total 30 100,00
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Responden yang aktif dalam kegiatan pariwisata di Pantai Patra Sambolo
Anyer memiliki pekerjaan yang berbeda-beda antara lain penyewaan penginapan
(losmen), penyewaan lesehan, penjualan souvenir, penjualan makanan dan
minuman, restoran kecil serta penyewaan banana boat. Usaha penjualan makanan
dan minuman merupakan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan paling tinggi.
Hal ini dikarenakan usaha penjualan makanan dan minuman setiap harinya selalu
dicari oleh wisatawan yang datang ke pantai.
35
Adanya kegiatan pariwisata di Pantai Patra Sambolo yang dimanfaatkan
sebagai objek wisata oleh masyarakat sekitar terbukti dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitar. Pemanfaatan potensi ini memiliki dampak positif
bagi masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dengan
cara memanfaatkan lahan usaha di sektor pariwisata seperti penyewaan
penginapan (losmen), penyewaan lesehan dan penjualan souvenir.
4.3 Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Bahari
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari hasil wawancara dengan
beberapa responden (masyarakat sekitar, pelaku usaha dan pengelola) diperoleh
empat faktor kekuatan, empat faktor kelemahan, empat faktor peluang dan empat
faktor ancaman dalam pengembangan kegiatan wisata bahari di Pantai Patra
Sambolo. Untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang serta mengantisipasi
kelemahan dan ancaman pengembangan kegiatan wisata bahari di Pantai Patra
Sambolo dapat dianalisis menggunakan metode SWOT. Hasil diperoleh dalam
bentuk tabel matrik SWOT dengan nilai masing-masing faktor yaitu Strenght (S),
Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) .
Berdasarkan data yang didapat ditemukan empat faktor kekuatan dan
empat faktor kelemahan. Faktor kekuatan internal yaitu:
a. Potensi keindahan alam berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat
karena hal ini menjadi penentu bagi bisnis wisata bahari, semakin indah
potensi keindahan alam yang dimiliki maka peminat pun akan semakin
banyak. Potensi yang dimiliki pantai ini cukup bagus dan sudah dikelola
dengan baik. Seperti pasir pantai yang putih dan luas serta ombak yang
tenang dan pemandangan laut lepas.
b. Dukungan dari masyarakat sekitar berdasarkan hasil kuisioner memiliki
rating empat karena hal ini merupakan salah satu faktor penting di pantai ini.
Adanya dukungan masyarakat dapat membuat kenyamanan dan keamanan
wisatawan di pantai ini semakin baik. Masyarakat Pantai Patra Sambolo
sangat mendukung dengan adanya tempat wisata ini, selain menjaga
36
keamanan dan kenyamanan masyarakat pun turut berkoordinasi dalam
memanfaatkan pantai ini untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
c. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas berdasarkan hasil
kuisioner memiliki rating tiga, karena dengan adanya hal ini akan
memudahkan para wisatawan yang ingin berlibur ke pantai ini, selain itu
paket wisata dapat menjadi pertimbangan bagi wisatawan dalam memilih
tempat berliburnya. Pantai ini memiliki beberapa paket wisata yang
ditawarkan dan cukup bersaing dengan pantai lainnya. Diantaranya paket
penyewaan banana boat dan jetsky.
d. Adanya sarana transportasi yang memadai berdasarkan hasil kuisioner
memiliki rating tiga. Hal ini merupakan faktor penting di pantai ini. Karena
dapat memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke pantai ini
dengan menaiki angkutan perkotaan (angkot) dengan tujuan anyer.
Tabel 12. Matriks Internal Kekuatan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strenght)
a. Potensi keindahan alam 0,29 4 1,16
b. Dukungan dari masyarakat sekitar 0,28 4 1,12
c. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa
fasilitas
0,21 3 0,63
d. Adanya sarana transportasi yang memadai 0,22 3 0,66
Total 1 3,57
Sumber:Pengolahan data primer 2013
Faktor internal yang memiliki kekuatan utama adalah potensi keindahan
alam dengan skor 1,16, dukungan dari masyarakat sekitar dengan skor 1,12 dan
paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas dengan skor 0,63. Total skor
kekuatan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,57. Angka ini
menunjukkan bahwa faktor kekuatan yang dimiliki berpengaruh sangat besar
terhadap usaha wisata bahari ini.
Faktor kelemahan yang dimiliki oleh wisata bahari Pantai Patra Sambolo
adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan berdasarkan hasil kuisioner
memiliki rating tiga. Sesuai dengan kondisi dan keadaan pantai ini sekarang
37
meskipun kegiatan perekonomian sudah cukup baik namun kebersihan
menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki. Kebersihan merupakan salah
satu aspek yang cukup penting dalam mempengaruhi keindahan tempat
wisata. Apabila pengelola belum dapat mengelola kebersihan dengan baik
tentu hal ini akan mempengaruhi minat wisatawan yang akan mengunjungi
pantai ini. Pihak pengelola harus memberi papan peringatan dan
memperbanyak tempat sampah disetiap sudut pantai supaya wisatawan tidak
membuang sampah sembarangan.
b. Sarana dan prasarana wisata yang belum memadai berdasarkan hasil
kuisioner memiliki rating tiga karena di pantai ini pengelola masih kurang
mengembangkan sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti keadaan kamar
mandi yang kurang nyaman dan kurangnya penginapan.
c. Promosi belum maksimal berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating dua.
Hal ini dikarenakan promosi yang digunakan pengelola dalam menawarkan
pantai ini masih kurang menarik dan masih butuh untuk dikembangkan.
Promosi yang dilakukan oleh pengelola hanya sebatas informasi dari mulut ke
mulut.
d. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha pariwisata rendah berdasarkan
hasil kuisioner memiliki rating dua karena bentuk usaha yang ada di pantai ini
masih standar dan cenderung sama dengan pantai-pantai lainnya, sehingga
dibutuhkan inovasi dalam mengembangkan usaha-usaha baru untuk dapat
bersaing dan meningkatkan pendapatan pantai ini.
Tabel 13. Matriks Internal Kelemahan wisata bahari di Pantai Patra Sambolo
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kelemahan (Weakness)
a. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan 0,29 3 0,87
b. Sarana dan prasarana wisata belum memadai 0,26 3 0,78
c. Promosi belum maksimal 0,21 2 0,42
d. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha
pariwisata rendah
0,25 3 0,75
Total 1 2,82
Sumber:Pengolahan data primer 2013
38
Faktor internal yang memiliki kelemahan utama adalah kurangnya
kesadaran pengelola akan kebersihan dengan skor 0,87 dan sarana prasarana
wisata yang belum memadai dengan skor 0,78. Total skor kelemahan wisata
bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 2,82. Angka ini menunjukkan bahwa faktor
kelemahan yang dimiliki bisa mempengaruhi kegiatan wisata bahari di Pantai
Patra Sambolo.
Berdasarkan data yang didapat ditemukan empat faktor peluang yang
berpengaruh positif dan empat faktor ancaman yang berpengaruh negatif. Faktor
eksternal peluang :
a. Sektor pariwisata yang semakin berkembang berdasarkan hasil kuisioner
memiliki rating tiga, hal ini dapat menjadi salah satu peluang bagi pengelola
pantai ini untuk mengembangkan fasilitas dan usaha yang dimiliki ke arah
yang lebih modern.
b. Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan sektor wisata bahari
berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat. Peluang ini dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola dalam mengembangkan usaha
pariwisata yang ada di pantai ini, karena Pemerintah memiliki program dalam
meningkatkan sektor pariwisata kabupaten serang. Tentu saja kegiatan
pengembangan yang akan dilakukan oleh pengelola akan mendapatkan
dukungan dari pemerintah langsung.
c. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata bahari berdasarkan hasil kuisioner
memiliki rating tiga karena di zaman yang modern ini masyarakat
membutuhkan hiburan wisata alam sebagai selingan rutinitas sehari-hari. Hal
ini dapat menjadi peluang pantain ini dalam menarik minat wisatawan.
d. Peningkatan tenaga kerja berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating dua,
karena pantai ini dapat menjadi suatu lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar sehingga dapat menambah pendapatan bagi keluarganya.
39
Tabel 14. Matriks Eksternal Peluang wisata bahari di Pantai Patra Sambolo
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang (Opportunity)
a. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang 0,28 3 0,73
b. Kebijakan pemerintah daerah dalam
pengembangan sektor wisata bahari
0,24 4 1,12
c. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata
bahari
0,24 3 0,73
d. Peningkatan tenaga kerja 0,24 2 0,73
Total 1 3,31
Sumber : Pengolahan data primer 2013
Faktor eksternal yang memiliki peluang utama adalah kebijakan
pemerintah daerah dalam pengembangan sektor wisata bahari dengan skor 1,12
dan sektor pariwisata yang semakin berkembang dengan skor 0,73. Total skor
peluang wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,31. Angka ini
menunjukkan bahwa faktor peluang yang dimiliki sangat baik terhadap kegiatan
usaha wisata bahari untuk jangka panjang.
Faktor ancaman yang ada dalam wisata bahari Pantai Patra Sambolo yaitu:
a. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup tinggi berdasarkan hasil kuisioner
memiliki rating dua. Hal ini dapat menjadi ancaman karena letak pantai patra
sambolo berdekatan dengan objek wisata lainnya dengan fasilitas hiburan
yang cenderung sama, diantaranya Hotel Patra Jasa dan Hotel Sol Elite
Marbella.
b. Terjadinya bencana alam berdasarkan hasil kuisioner memiliki rating empat,
karena pantai ini memiliki lokasi tidak terlalu jauh dengan gunung krakatau
yang berstatus aktif. Apabila suatu saat terjadi letusan gunung berapi tentu
saja akan berdampak terhadap kegiatan usaha pantai ini.
c. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk melakukan perjalanan wisata
ke daerah lain berdasarkan hasil kuisioner memilik rating dua. Hal ini tentu
saja akan menjadi ancaman bagi pantai ini karena masyarakat tidak hanya
ingin pergi ke pantai saja pada saat liburan, bisa saja wisatawan ingin ke
objek wisata lain seperti pegunungan, danau dan tempat bersejarah.
d. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra sambolo berdasarkan hasil
kuisioner memiliki rating tiga. Pada saat ini akses jalan menuju pantai
40
sambolo masih dalam perbaikan dan akan ditargetkan selesai sekitar awal
tahun 2014. Pada waktu inilah dapat menjadi ancaman bagi objek wisata
pantai ini karena akses dan mobilitas wisatawan akan terganggu sehingga
mungkin saja mereka akan mencari objek wisata lain yang akses nya lebih
mudah dan nyaman.
Tabel 15. Matriks Eksternal Ancaman wisata bahari di Pantai Patra Sambolo
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Ancaman (Threats)
a. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup
tinggi
0,15 2 0,30
b. Terjadinya bencana alam 0,36 4 1,44
c. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk
melakukan perjalanan wisata ke daerah lain
0,16 2 0,32
d. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra
sambolo
0,33 3 0,99
Total 1 3,05
Sumber : Pengolahan data primer 2013
Faktor eksternal yang memiliki ancaman utama adalah terjadinya bencana
alam dengan skor 1,44 dan persaingan wisata bahari yang cukup tinggi dengan
skor 0,30. Hal ini dimungkinkan karena kawasan wisata bahari Pantai Patra
Sambolo yang berdekatan dengan Gunung Krakatau di selat Sunda dan adanya
lokasi-lokasi objek wisata yang berdampingan. Total skor dari faktor ancaman
wisata bahari di Pantai Patra Sambolo adalah 3,05. Angka ini menunjukkan
bahwa faktor ancaman yang dimiliki dapat mengganggu kegiatan wisata bahari di
Pantai Patra Sambolo untuk kedepannya.
4.3.1 Analisis Matriks Strategi
Setelah semua diketahui faktor-faktor yang didapat dari proses analisis
matriks internal mengenai kekuatan dan kelemahan serta analisis matriks
eksternal mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi wisata bahari Pantai
Patra Sambolo. Maka tahap selanjutnya yaitu menggabungkan nilai internal dan
eksternal dengan menggunakan matriks strategi.
41
Tabel 16. Matriks Gabungan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strenght)
e. Potensi keindahan alam 0,29 4 1,16
f. Dukungan dari masyarakat sekitar 0,28 4 1,12
g. Paket wisata yang lengkap dengan beberapa fasilitas 0,21 3 0,63
h. Adanya sarana transportasi yang memadai 0,22 3 0,66
Total 1 3,57
Kelemahan (Weakness)
e. Kurangnya kesadaran pengelola akan kebersihan 0,29 3 0,87
f. Sarana dan prasarana wisata belum memadai 0,26 3 0,78
g. Promosi belum maksimal 0,21 2 0,42
h. Kemampuan inovasi dan diversifikasi usaha
pariwisata rendah
0,25 3 0,75
Total 1 2,82
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang (Opportunity)
e. Sektor Pariwisata yang semakin berkembang 0,28 3 0,73
f. Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan
sektor wisata bahari
0,24 4 1,12
g. Meningkatnya wisatawan terhadap wisata bahari 0,24 3 0,73
h. Peningkatan tenaga kerja 0,24 2 0,73
Total 1 3,31
Ancaman (Threats)
e. Persaingan pasar wisata bahari yang cukup tinggi 0,15 2 0,30
f. Terjadinya bencana alam 0,36 4 1,44
g. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk
melakukan perjalanan wisata ke daerah lain
0,16 2 0,32
h. Kondisi jalan yang rusak menuju pantai patra
sambolo
0,33 3 0,99
Total 1 3,05
Berdasarkan matriks internal didapat total skor dari kekuatan sebesar 3,57
dan total skor kelemahan 2,82. Berdasarkan analisis matriks ekstenal didapat total
skor dari peluang sebesar 3,31 dan total skor ancaman sebesar 3,05. Kemudian
untuk menentukan pengembangan usaha wisata bahari Pantai Patra Sambolo
menggunakan matriks dengan rumus :
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
42
Nilai kordinat yang didapat yaitu 0,38 dan 0,13. Selanjutnya digambarkan
kedalam diagram matriks strategi untuk mengetahui posisi dari usaha wisata
bahari Pantai Patra Sambolo Anyer serta strategi yang sesuai untuk diterapkan.
Hasil dari matriks strategi disajikan pada gambar 5.
Gambar 5. Matriks Strategi Pengembangan Usaha Wisata Bahari Pantai Patra
Sambolo
Gambar 5 menunjukkan bahwa hasil dari matriks strategi usaha wisata
bahari Pantai Patra Sambolo ini berada pada kuadran 1. Rangkuti (2006) Kuadran
1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha wisata bahari tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). Strategi agresif dapat
diterapkan dalam usaha pariwisata ini yaitu dengan cara pengembangan sarana
dan prasarana wisata, diversivikasi dan inovasi bentuk usaha yang ada di Pantai
Patra Sambolo, melakukan kegiatan promosi di berbagai media dan
memperbanyak jumlah tenaga kebersihan.
0,38 (0,38;0,13)
Peluang (eksternal)
Kelemahan (internal) Kekuatan (internal)
Ancaman (eksternal)
Kuadran 1
Kuadran 2 Kuadran 4
Kuadran 2
0,13
43
4.3.2 Analisis Pemaknaan Strategi
Analisis pemaknaan strategi merupakan tahap pencocokan untuk
menghasilkan alternatif strategi yang cocok dilakukan oleh perusahaan dengan
melibatkan faktor internal yaitu faktor kekuatan dan kelemahan lalu faktor
eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha wisata bahari
Pantai Patra Sambolo. Nilai internal dan eksternal usaha wisata bahari yang
digunakan pada analisis matriks strategi menunjukkan bahwa posisi usaha wisata
bahari Pantai Patra Sambolo berada pada kuadran 1 yaitu memiliki peluang dan
kekuatan untuk memajukan perusahaan sehingga strategi alternatif yang
digunakan untuk usaha wisata bahari ini yaitu strategi S-O, alternatif pengelolaan
wisata bahari yang berbasis masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 17. Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat Pengelolaan Berbasis
Masyarakat atau biasa disebut Community Based Management (CBM) menurut
Nikijuluw (1994) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam
misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan
masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu
tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam
proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.
Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat di Indonesia sebenarnya
telah di tetapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan
negara atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir dan lautan diarahkan
kepada tercapainya manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
banyak, dan juga harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus
memperbaiki kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.
Pola pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dalam implementasinya
yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah digariskan dalam pasal
44
tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down, artinya semua kegiatan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai dari membuat kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring dilakukan sepenuhnya oleh
pemerintah tanpa melibatkan partisipasi masyarakat lokal, padahal apabila dilihat
karakteristik wilayah pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun
dari masyarakatnya sangat kompleks dan beragam, sehingga dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan masyarakat
lokal atas dasar tersebut dan dengan adanya kebijakan pemerintah Republik
Indonesia tentang otonomi daerah dan desentralisasi dalam pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi
masyarakat lokal baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi,
sehingga mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat
lokal serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut.
45
Tabel 17. Matriks SWOT Pengembangan Wisata Bahari Pantai Patra Sambolo
Internal
Eksternal
Kekuatan
(Strengths)
Potensi keindahan alam (S1)
Dukungan dari masyarakat
sekitar (S2)
Paket wisata yang lengkap
dengan beberapa fasilitas
(S3)
Adanya sarana transportasi
yang memadai (S4)
Kelemahan
(Weaknesses)
Kurangnya kesadaran
pengelola akan kebersihan
(W1)
Sarana dan prasarana wisata
belum memadai (W2)
Promosi belum maksimal
(W3)
Kemampuan inovasi dan
diversifikasi usaha
pariwisata rendah (W4)
Peluang
(Opportunities)
Sektor pariwisata yang
semakin berkembang (O1)
Kebijakan pemda dalam
pengembangan sektor
wisata bahari (O2)
Meningkatnya wisatawan
terhadap wisata bahari
(O3)
Peningkatan tenaga kerja
(O4)
Strategi SO :
Pengelolaan wisata bahari
berbasis masyarakat
(S1,S2 dgn O1 s/d O4)
Strategi WO :
Peningkatan dan
pembinaan pengelolaan
wisata bahari ( W1 s/d W4
dgn O1 s/d O3)
Peningkatan sarana
prasarana wisata bahari (,
W2 dgn O1, O2, O4)
Ancaman
(Threats)
Persaingan pasar wisata
bahari yang cukup tinggi
(T1)
Terjadi bencana alam (T2)
Meningkatnya minat
masyarakat sendiri unuk
melakukan perjalanan
wisata ke daerah lain (T3)
Kondisi jalan yang rusak
menuju pantai patra
sambolo (T4)
Strategi ST :
Perluasan promosi ke
berbagai media dan
pengembangan paket
wisata yang bersaing (S3,
S4, T1, T3)
Strategi WT:
Peningkatan kerjasama
antar sektor terkait untuk
menghadapi persaingan
yang tinggi (W3, W4 dgn
T1, T3)
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Hasil matriks SWOT menunjukkan ada lima alternatif kebijakan untuk
mendukung pengembangan wisata bahari Pantai Patra Sambolo Anyer, yaitu :
1. Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat.
2. Peningkatan dan pembinaan pengelolaan wisata bahari.
3. Peningkatan sarana prasarana wisata bahari.
46
4. Perluasan promosi ke berbagai media dan pengembangan paket wisata yang
bersaing.
5. Peningkatan kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk menghadapi
persaingan yang tinggi.
4.4 Pengaruh Wisata Bahari Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Masyarakat Pesisir di Pantai Patra Sambolo Anyer
Berdasarkan pernyataan (Asmara 1979) dalam (Agusniatih 2002) bahwa
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah maka
ukuran yang sering dipergunakan dan telah diterima secara umum adalah
pendapatan perkapita. Pengaruh kegiatan pariwisata terhadap kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan dianalisis dengan pendekatan pendapatan perkapita
perbulan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan
masyarakat yaitu: umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak
dari lokasi, dan curahan waktu kerja.
Variabel yang mempengaruhi pendapatan dapat dianalisis dengan
menggunakan bentuk fungsi regresi yaitu regresi linear berganda. Analisis linear
berganda ini dipilih karena sesuai dengan kriteria fungsi regresi yaitu suatu
analisis dianggap paling cocok harus memenuhi kriteria yang didasarkan nilai R2.
Proses analisis data menggunakan program SPSS 21 dengan 6 variabel bebas. 6
variabel bebas yang dimasukkan kedalam pengolahan data adalah:
1. Umur (tahun); (X1)
2. Pendidikan (tahun); (X2)
3. Jumlah anggota keluarga (orang); (X3)
4. Pengeluaran (perkapita perbulan); (X4)
5.Jarak dari lokasi (meter); (X5)
6. Curahan waktu kerja (jam perbulan); (X6)
Regresi linear berganda merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga yang
tinggal di sekitar Pantai Patra Sambolo Anyer. Berdasarkan hasil analisis, maka
47
faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan rumah tangga yang
aktif dalam kegiatan pariwisata antara lain umur (X1), pendidikan (X2), jumlah
anggota keluarga (X3), pengeluaran (X4), jarak dari lokasi (X5) dan curahan waktu
kerja (X6). Hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Hasil Analisis Data Dari Variable-Variabel Yang Mempengaruhi
Pendapatan Rumah Tangga
Variabel Penduga Std Error T Sig VIP
Konstan 168017 142377 1,18 0,25
Umur (X1) 375 1532 0,24 0,809 1,8
Pendidikan (X2) 7726 5809 1,33 0,197 2,2
Jumlah anggota keluarga (X3) -40724 15097 -2,68 0,013* 2,2
Pengeluaran (X4) 1,161 0,355 3,27 0,003* 3,2
Jarak dari lokasi (X5) -635,16 281 -2,26 0,034* 1,9
Curahan waktu kerja (X6) 265,3 194,21 1,37 0,184 1,3
R2 = 86,5%
Ftabel = 2,53 α = 0,05
Sumber:Pengolahan Data Primer dengan SPSS versi 21 2013
Variabel umur (X1) berpengaruh terhadap pendapatan yang mempunyai
nilai koefisien positif dengan koefisien regresi sebesar 375. Hal ini menyatakan
bahwa setiap peningkatan satu tahun umur responden akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 375. Semakin tinggi umur responden maka pendapatan
yang didapat akan semakin meningkat. Rata-rata umur responden pada penelitian
ini masih dikategorikan ke dalam usia produktif yaitu 43 tahun. Artinya responden
memiliki respon yang lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru dan bisa
melihat peluang usaha yang lebih menguntungkan dan menjanjikan untuk
meningkatkan pendapatan.
Variabel pendidikan (X2) memiliki koefisien positif dengan nilai koefisien
regresi 7.726. Hal ini menyatakan bahwa setiap peningkatan satu tahun masa
pendidikan maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 7.726. Dengan kata
lain tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan yang didapat dan
berhubungan dengan cepatnya penyesuaian terhadap adanya perubahan dan
peluang usaha baru di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo. Hal ini terjadi pada
48
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo yang terlibat
dalam kegiatan pariwisata melalui pemanfaatan potensi objek wisata seperti
penjualan makanan dan minuman, penjualan souvenir dan sebagainya.
Variabel jumlah anggota keluarga (X3) mempunyai nilai koefisien negatif
dengan nilai koefisien regresi sebesar -40.724. Hal ini menyatakan bahwa setiap
peningkatan satu jiwa pada anggota keluarga akan mengurangi pendapatan
sebesar Rp 40.724. Hal ini terjadi karena apabila anggota keluarga bertambah
maka biaya rumah tangga yang dikeluarkan akan meningkat. Variabel
Pengeluaran (X4) mempunyai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi
sebesar 1,161, yang berarti bahwa setiap penambahan pengeluaran satu rupiah
maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1,161.
Variabel jarak dari lokasi (X5) mempunyai nilai koefisien negatif dengan
nilai koefisien regresi sebesar -635,16. Hal ini berarti penambahan satu meter
jarak dari lokasi akan mengurangi pendapatan sebesar Rp 635. Semakin jauh jarak
maka pendapatan yang diterima oleh responden akan semakin berkurang. Hal ini
dapat terjadi karena semakin jauh responden menuju lokasi pekerjaan maka biaya
yang dikeluarkan akan semakin besar. Variabel curahan waktu kerja (X6)
mempunyai nilai koefisien positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 265,3.
Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan satu jam akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp 265.
Mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel bebas (X1,X2, …. , X6)
terhadap variabel terikat (Y) secara serentak digunakan analisis korelasi ganda
(R). Berdasarkan data yang didapat, hasi; analisis korelasi ganda dapat dilihat
pada tabel output SPSS model summary dan disajikan pada tabel 19 berikut.
Tabel 19. Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,930 0,865 0,830 44640,47277
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
49
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R sebesar 0,930. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara umur, pendidikan,
jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari lokasi dan curahan waktu kerja
terhadap pendapatan.
Analisis determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas (X1,X2,…,X6) secara
serentak terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan data yang didapat, hasil
analisis determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel output SPSS model summary dan
disajikan pada tabel 20 berikut.
Tabel 20. Hasil Analisis Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 0,930 0,865 0,830 44640,47277
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,865
atau 86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel
bebas (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari lokasi
dan curahan waktu kerja) terhadap variabel terikat (pendapatan) sebesar 86,5%.
Sedangkan sisanya sebesar 13,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F) untuk mengetahui
apakah variabel bebas (X1,X2,…,X6) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat (Y). Dengan tingkat signifikansi yang
digunakan sebesar 0,05. Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka hipotesis
diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel bebas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan data yang didapat,
hasil uji F dapat dilihat dari output SPSS tabel Anova, dan disajikan pada tabel 21
berikut.
50
Tabel 21. Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 294005623370,934 6 49000937228,489 24,589 0,000b
Residual 45833751609,066 23 1992771809,090
Total 339839374980,000 29
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai Fhitung sebesar 24,589 dengan nilai
probabilitas (sig) sebesar 0,001. Nilai df1 sebesar 6 dan df2 sebesar 23 maka
diperoleh Ftabel adalah 2,53. Nilai Fhitung (24,589) > Ftabel (2,53), dan nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,005; maka
hipotesis diterima, artinya dapat dinyatakan bahwa model berarti atau terdapat
variabel (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran, jarak dari
lokasi dan curahan waktu kerja) yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan.
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara
parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Dengan tingkat
signifikansi yang digunakan 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari tingkat
signifikansi maka kita menerima hipotesis, yang menyatakan bahwa suatu
variabel bebas (X) secara parsial mempengaruhi variabel terikat (Y). Berdasarkan
data yang didapat, hasil uji t dapat dilihat dari output SPSS tabel Coefficient, dan
disajikan pada tabel 22 berikut.
Tabel 22. Uji t
Variabel Penduga Std Error T Sig VIP
Konstan 168017 142377 1,18 0,25
Umur (X1) 375 1532 0,24 0,809 1,8
Pendidikan (X2) 7726 5809 1,33 0,197 2,2
Jumlah anggota keluarga (X3) -40724 15097 -2,68 0,013* 2,2
Pengeluaran (X4) 1,161 0,355 3,27 0,003* 3,2
Jarak dari lokasi (X5) -635,16 281 -2,26 0,034* 1,9
Curahan waktu kerja (X6) 265,3 194,21 1,37 0,184 1,3
R2 = 86,5%
Ftabel = 2,53 α = 0,05
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
51
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% dengan derajat kebebasan (df) N-2 =
30-2 = 28. Dengan pengujian signifikansi 0,05 hasil diperoleh untuk Ttabel sebesar
2,048. Berdasarkan tabel di atas diperoleh dapat dilihat dari nilai signifikansi yang
bernilai kurang dari 0,05 maka hipotesis diterima. Dari beberapa variabel diatas
dapat dinyatakan bahwa variabel yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan
adalah jumlah anggota keluarga, pengeluaran dan jarak dari lokasi karena nilai
signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 (p-value < α).
4.4.1 Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Masyarakat Pesisir
Kegiatan Pemerintah dalam melaksanakan sebuah program pembangunan
dalam suatu daerah yaitu untuk meningkatkan taraf hidup serta mewujudkan
kesejahteraan ke arah yang lebih baik dan merata. Kesejahteraan keluarga
dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal dan unsur manajemen keluarga.
Faktor internal keluarga meliputi: pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah
anggota keluarga dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses
bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi
tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang
mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas dan
pengontrolan kegiatan.
Masyarakat pesisir di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo
memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Karena mempunyai potensi kepariwisataan, maka masyarakat
sekitar memanfaatkannya dengan berjualan souvenir, berjualan makanan dan
minuman, penyewaan lesehan, membuka restoran kecil dan lain sebagainya untuk
meningkatkan pendapatannya.
Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir di sekitar Pantai Patra
Sambolo, inidikator yang digunakan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2005).
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan indikator yaitu pendapatan,
konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat
tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan,
52
kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan
mendapatkan fasilitas transportasi.
Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang berada di sekitar kawasan
Pantai Patra Sambolo berdasarkan penjumlahan skor dari indikator kesejahteraan
yang telah diuraikan, distribusinya dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. Distibusi Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Tingkat Kesejahteraan Jumlah %
Tinggi 3 10
Sedang 23 76,67
Rendah 4 13,33
Total 30 100
Sumber:Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan data yang didapat, terlihat bahwa 10% rumah tangga
tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan tinggi. Sedangkan 76,67% rumah tangga
tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan sedang, serta 13,33% rumah tangga
tergolong ke dalam tingkat kesejateraan rendah. Secara keseluruhan masyarakat
pesisir yang tinggal di sekitar kawasan Pantai Patra Sambolo yang menjadi
responden dalam penelitian ini sebagian besar termasuk ke dalam golongan
tingkat kesejahteraan sedang. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh atau
konstribusi dari sektor pariwisata dan adanya perputaran uang atau transaksi
ekonomi yang berdampak pada perekonomian warga sekitar.
4.5 Legalitas Pengelola Pantai Patra Sambolo
Pantai ini merupakan perluasan wilayah dari perusahaan Patra Jasa. Objek
wisata ini dibuka untuk umum sejak tahun 1998. Pihak pengelola objek wisata
pada saat itu adalah Bapak Warsito. Beliau mengelola sampai tahun 1999. Setelah
itu dilanjutkan oleh Bapak Danu dari tahun 2000 sampai 2001. Perusahaan ini
memberikan kepercayaan kepada CV. Putra Bandulu yang dipimpin oleh Pak
Jumintra untuk mengelola objek wisata ini dari tahun 2001 sampai saat ini. Sistem
yang digunakan adalah sistem sewa. Artinya setiap tahunnya CV. Putra Bandulu
53
ini memberikan sejumlah dana kepada pihak perusahaan sesuai dengan pejanjian.
Proporsi pembagian pendapatan dari harga tiket yaitu: 1) pihak perusahaan 50%,
2) upah petugas 20%, 3) aparat pemerintahan desa setiap minggu 10% dan 4)
pengelola 10%. CV. Putra Bandulu mulai berdiri pada tanggal 29 Oktober 2008
dan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Pengurus dan
penanggung jawab CV. Putra Bandulu ini adalah Bapak Jumintra yang
bertanggung jawab dan berhak untuk menandatangani segala surat dan akta-akta
atas nama perseroan yang mengikat perseroan, mewakili perseroan di dalam dan
di luar pengadilan serta menjalankan segala hak dan kekuasaan mengenai
perseroan miliknya maupun mengenai pengurusan. CV. Putra Bandulu sendiri
selain bergerak dalam pengelolaan Pantai Patra Sambolo juga bergerak dalam
bidang usaha perdagangan umum dan jasa. Jenis kegiatan usaha pengadaan
barang dan jasa seperti pembuatan dan pemeliharaan bangunan, jalan, jembatan,
irigasi, konstruksi baja, engineering, pertamanan, instalasi listrik, telepon, diesel,
air, telekomunikasi, komputer, cleaning service, peternakan, perkebunan,
perikanan, alat listrik, percetakan, repair, docking, spare kapal.
Aspek legalitas CV. Putra Bandulu sudah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Kecil yang tercantum dalam Pemerintah Kabupaten Serang
bagian Badan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal yang bernomor
00740/30-01/PK/IV/2013 (Lampiran 8), tertera dalam Surat Ijin Tempat Usaha
nomor 503.39/282/BPTPM/2013 (Lampiran 10) dan dalam Surat Keterangan
Domisili Usaha Kecamatan Anyer nomor 410/26/Ds/III/2013 (Lampiran 13).
Dampak positif bagi pemerintah daerah Kabupaten Serang adalah untuk
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, sekaligus dapat berperan dalam
menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja. Hal ini karena
pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan pembangunan
daerah Kabupaten Serang. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat. Peranan kepariwisataan dalam suatu daerah sangat strategis
karena mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pariwisata di
54
banyak daerah dan negara menjadi penyumbang sumber pendapatan terbesar
dibandingkan dengan bidang lainnya.
Kabupaten Serang memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan, mulai dari cagar alam Rawa Danau, Curug Cigumawang, Situs
Tasikardi, Gua Cilayang, Pulau Sanghyang, Batu Kuwung, Pantai Anyer, Pantai
Salira dan masih banyak lainnya. Dalam UU Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha
pariwisata dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata
sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung tercapainnya
peningkatan harkat dan martabat manusia, peningkatan kesejahteraan, serta
persahabatan antar bangsa dalam rangka mewujudkan perdamian dunia. UU
Nomor 10 tahun 2009 memiliki 17 BAB.
Nomor 10 tahun 2009 BAB II mengenai tujuan kepariwisataan disebutkan
bahwa kepariwisataan dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya, memajukan
kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangasa, dan mempererat persahabatan
antarbangsa.
Nomor 10 tahun 2009 BAB III, prinsip kepariwisataan harus menjujung
tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengetahuan dari konsep hidup
dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan, menjujung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan
kearifan lokal, memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat keadilan, kesetaraan,
dan proporsionalitas, memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup
memberdayakan masyarakat setempat menjamin keterpaduan antar sektor, antar
daerah, antar pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam
kerangka otonomi daerah serta keterpaduan antar pemangku kepentingan
mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
top related