bab iv hasil dan pembahasan -...
Post on 26-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Komunitas Lesbi UKSW
Identitas diri atau konsep diri seseorang diperoleh melalui interaksinya
dengan orang lain, konsep diri tersebut akan sangat berbeda dengan seseorang yang
secara orientaasi seksual dianggap menyimpang dan ditolak oleh masyarakat.
Komunitas lesbi yang ada di UKSW dapat dikatakan sebagai bagian dari proses
penerimaan diri seorang lesbian dan proses eksistensi diri. Dengan adanya
komunitas, lesbian secara personal juga akan belajar tentang keberadaan diri yang
berbeda dari sisi orientasi seksual di tengah-tengah masyarakat maupun mahasiswa
di lingkungan kampus. Komunitas lesbian yang berada di UKSW berdiri pada tahun
2006, komunitas ini awalnya merupakan tempat kumpul untuk saling berbagi
berbagai persoalan. Sebagai suatu komunitas, komunitas lesbian sering melakukan
berbagai acara dan kegiatan, salah satu kegitan yang pernah dilakukan adalah
kegiatan usaha angkringan yang berada di area sekitar kampus yang dikelola secara
langsung oleh anggota komunitas. Komunitas lesbian bersifat sangat tertutup dan
rahasia karena komunitas lesbi mahasiswa UKSW tidak ingin identitas anggota
komunitas sebagai seorang lesbian diketahui oleh masyarakat umum. Saat ini
terdapat 40 hingga 50 anggota mahasiswi yang tergabung dalam komunitas lesbian
di UKSW.
27
4.2. Profil Informan
Tabel 4.1
Profil Lesbian di UKSW
Inisial Usia Fakultas
A 28 Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi
C 21 Teknik Elektro
E 22 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
L 23 Sains Dan Matematika
R 24 Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi
K 27 Fakultas Hukum
Z 26 Fakultas Hukum
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 4.1 merupakan profil Informan yang terdiri dari 7 (tujuh) orang
Informan dan berasal dari 5 (lima) fakultas berbeda. Dari ketujuh Informan di atas
peneliti akan melakukan wawancara tentang bagaimana cara komunikasi anggota
lesbian yang berada di UKSW serta simbol-simbol apa yang digunakan dalam
melakukan komunikasi.
4.3. Komunikasi Komunitas Lesbi Salatiga
Aktifitas komunikasi kominitas lesbian yang berada di UKSW saat ini dapat
dikatakan telah mengalami perubahan, dimana komunikasi pada saat ini dilakukan
dengan menggunakan media sosial seperti facebook dan juga aplikasi mobile seperti
blackberry messenger, line, whatsApp dan berbagai aplikasi mobile lainnya. Selain
dari pada menggunakan aplikasi komunikasi pada umumnya, setiap anggota lesbi
juga menggunakan aplikasi komunikasi khusus yang diperuntukan untuk lesbian.
Wawancara A:
As merupakan salah satu mahasiswa UKSW yang menimbah ilmu di
Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi dan merupakan informan yang
bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian yang lakukan. Guna
28
mengetahui tentang komunikasi As sebagai anggota lesbian yang berada di
UKSW peneliti memaparkan hasil wawancara sebagai berikut.
“…Komunikasi lebih banyak ketemu langsung kalo gak lewat handphone,
nah biasanya sich buat group di line, di WA (WhatsApp) juga iya ”
(Wawancara As, 17 Feb 2016)
Berdasaran hasil kutipan wawancara di atas diketahui bahwa dalam
berkomunikasi antara As dengan sesama anggota komunitas lesbi, As lebih
senang dengan tatap muka langsung selain dari pada menggunakan
komunikasi group pada beberapa aplikasi di telepon selular.
Wawancara C :
Informan lain yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah C, kutipan
wawancara antara peneliti dengan C tentang Komunikasi antara sesama
anggota lesbi adalah sebagai berikut.
“…Komunikasi bisa lewat aplikasi bbm (blackberry messenger), WA
(WhatsApp), trus ada Brenda yang sekarang udah di upgrade jadi WAPA..”
(Wawancara C, 17 Feb 2016)
Hasil wawancara dengan C diketahui bahwa, C lebih menggunakan aplikasi
yang ada pada handphone. Berbeda dengan As, C juga menggunakan
aplikasi Brenda yang kini telah di perbarui dengan nama WAPA sebagai
media komunikasi. Brenda atau WAPA sendiri merupakan aplikasi
komunikasi yang dikhususkan untuk lesbian.
Wawancara E :
Informan berikutnya adalah E, kutipan wawancara antara peneliti dengan E
tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.
29
“… Banyak sich media yang digunakan WA (WhatsApp), (blackberry
messenger), line juga ada, kemarin ada yang baru juga itu namayanya
Brenda tapi sudah di upgrade menjadi WAPA” (Wawancara E, 17 Feb
2016)
Hasil wawancara dengan E tidak jauh berbeda dengan Informan
sebelumnya, dalam melakukan komunikasi, E lebih sering menggunakan
aplikasi sosial media seperti WA, line dan juga aplikasi WAPA yang di
khususkan buat lesbian.
Wawancara L :
Informan berikutnya adalah L, kutipan wawancara antara peneliti dengan L
tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.
“…Kalo komunikasi sich biasanya tatap muka langsung, chating-chating
facebook doang sich..” (Wawancara L, 17 Feb 2016)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, L dalam berkomunikasi lebih
memilih untuk melakukan komunikasi langsung dan hanya menggunakan
facebook sebagai media komunikasi.
Wawancara R :
Informan berikutnya adalah R, kutipan wawancara antara peneliti dengan R
tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.
“Biasanya kalo berkomunikasi kita menggunakan sosial media juga, hanya
saja, kita punya lebih dari satu akun, yang satu untuk dipakai untuk
komunikasi denga orang awan dan satunya untuk kita sesama lesbian…”
(Wawancara R, 17 Feb 2016)
30
Berdasarkan kutipan wawancara di atas diketahui bahwa dalam melakukan
komunikasi R juga menggunakan sosial media, akan tetapi berbeda dengan
Informan lainnya, R menggunakan dua akun sosial media. Satu akun untuk
berkomunikasi dengan orang awam dan satunya digunakan untuk
berkomunikasi dengan sesama lesbian. Menurut R, dengan menggunakan
dua akun maka kerahasiaan identitas dirinya sebagia seorang lesbian lebih
aman.
Wawancara K :
Informan berikutnya adalah K, kutipan wawancara antara peneliti dengan K
tentang Komunikasi antara sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut.
“Kalo sesama teman yang dekat itu kita pake BBM atau WA, dengan teman-
teman yang dekat itu kita bikin group sendiri, trus aku juga ikut organisasi-
organisasi, jadi kalo aku buat dapat info dari sana itu pasti by email.”
(Wawancara K, 17 Feb 2016)
K merupakan Informan yang juga menggunakan media komunikasi BBM
dan WA dengan membuat group khusus untuk “teman-teman” dekatnya.
Selain menggunakan media BBM dan WA, K juga menggunakan email
untuk komunikasi dengan organisasi-organisasi lesbian lainnya.
Wawancara Z :
Informan selanjutnya adalah Z, kutipan wawancara antara peneliti dengan
Z tentang komunikasi antar sesama anggota lesbi adalah sebagai berikut:
“Kita ada organisasi, nah biasanya untuk informasi tentang kegiatan yang
akan di lakukan itu kita infonya lewat facebook. Kecuali kalo kita sudah
punya kontak personnya ya kita pasti bikin group di BBM dan WA juga.”
(Wawancara Z, 17 Feb 2016)
31
Z tidak berbeda dengan beberapa Informan sebelumnya, yang juga
menggunakan BBM dan WA sebagai channel komunikasi pribadi dan
menggunakan facebook untuk informasi kegiatan yang akan di adakan
komunitas atau organisasi.
4.4. Media Komunikasi Khusus Lesbian (WAPA)
WAPA merupakan salah satu aplikasi komunikasi khusus untuk kaum
lesbian yang popular digunakan oleh kaum lesbi yang berada di UKSW Salatiga.
Pengguna aplikasi WAPA diwajibkan untuk memberikah gambara tentang data diri
seperti nama (biasanya nama samaran), foto diri, dan juga karakter lesbian atau
gambaran tentang karakter lesbi yang dicari seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2 Profil Pengguna
Aplikasi WAPA berbeda dengan aplikasi komunikasi lain seperti BBM,
WAPA memberikan informasi lesbian berdasarkan jarak (member nearby).
Halaman tampilan member nearby dapat dilihat pada gambar berikut
32
Gambar 3 Members Nearby
Gambar 3 merupakan tampilan member nearby yang berisi tentang daftar
pengguna yang ditampilkan berasama-sama dengan nama, foto profil beserta jarak
antara member dan pengguna. Pengguna dapat melihat profil lengkap dari setiap
member dengan memilih foto dalam member list seperti pada gambar di atas.
Gambar 4 Profil Member Nearby
33
Gambar 4 merupakan profil pengguna yang dipilih dari member nearby.
Pada gambar terlihat nama, foto profil dan juga jarak. Terdapat juga informasi
tambahan tentang informasi “searching for”, yang pada gambar terlihat pengguna
menggunakan kata ‘F2F’.
4.5. Simbol Non Verbal dan verbal
Penggunaan simbol dalam komunitas lesbian merupakan salah satu strategi
komunikasi yang digunakan kaum lesbi. Fungsi bahasa atau simbol yang digunakan
adalah untuk menggerakan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara
dan juga pihak lainnya. Simbol yang digunakan para kelompok lesbi hanya
diketahui oleh kalangan lesbi sendiri sebagai sesuatu yang disepakati bersama (Sari,
2012). Dalam wawancara yang dilakukan dengan Informan, ditemukan beberapa
simbol yang digunakan oleh komunitas lesbi dalam berkomunikasi.
“Ada beberapa simbol verbal yang kita gunakan seperti ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan
juga ‘Non-L. F to F, F to B, F to A, dan sebagainya.’”
(Wawancara E, 17 Feb 2016)
Beberapa simbol yang dipaparkan dalam wawancara di atas hanya
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik perilaku seorang lesbian seperti ‘F’
untuk Femme merupakan simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi atau
mendeskripsikan seseorang lesbian yang memiliki sifat, gaya, perilaku feminim
atau berperan sebagai perempuan dalam suatu hubungan. Simbol ‘B’ atau Buchi
merupakan simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan
seorang lesbian yang sifat, gaya, perilaku tomboy atau berperan sebagai laki-laki
dalam suatu hubungan. Simbol ‘A’ atau Andro merupakan simbol yang digunakan
untuk mengidentifikasi atau mendefinisikan lesbian yang tidak sepenuhnya
berpenampilan seperti Femme atau Buchi. Simbol verbal lainnya yang digunakan
adalah ‘non-L’ atau no label yang merupakan simbol untuk mendefinisikan atau
mengidentifikasi lesbian yang tidak mau disebut sebagai Femme atau Buchi.
34
Komunitas lesbian yang berada di UKSW tidak banyak menggunakan
simbol verbal seperti yang dilakukan komunitas lesbi lainnya. Penggunaan simbol
verbal digunakan hanya ketika beberapa anggota komunitas lesbian berada di
lingkungan masyarakat yang luas dan ingin memberitahukan sesuatu.
“Kalo yang pake simbol bahasa itu biasanya yang masih baru, yang masih
lata dan masih takut sehingga masih berusaha mendapatkan pengakuan
dari anggota komunitas dari dari lainnya”. (Wawancara R, 17 Feb 2016)
Bagi komunitas lesbian, komunikasi antara sesama komunitas lesbian
biasanya dilakukan dengan cara berbicara secara langsung tanpa menggunakan
simbol-simbol atau bahasa-bahasa khusus lainnya.
Terdapat dua simbol komunikasi non verbal lainnya yang digunakan oleh
komunitas lesbian UKSW dalam berkomunikasi yaitu dalam bentuk gestur dan
tanda (sign). Simbol non-verbal dalam bentuk penampilan biasanya digunakan
menunjukan karakteristik dari seorang lesbian. Misalnya, seorang lesbian dengan
karakter buchi akan cenderung berpenampilan seperti seorang laki-laki dengan
menggunakan kemeja lengan panjang atau lengann pendek, celana jeans yang
dikombinasikan dengan sepatu sport. Selain dengan menggunakan kemeja, seorang
lesbian dengan karakter buchi juga biasanya menggunakan kaos dengan gambar
atau design yang biasanya digunakan oleh para laki-laki. Penampilan seorang buchi
juga identik dengan potongan rambut yang pendek sehingga terlihat tomboi.
“biasanya kita melihatnya itu dari penampilan, karena penampilan itu
menunjukan karakter tipe atau jenis seorang lesbi. Kalo aku sendiri lebih
ke Buchi jadi penampilan ku lebih kelihatan seperti laki-laki gitu.”
(Wawancara E, 17 Feb 2016)
Berbeda dengan Buchi yang berpenampilan seperti seorang laki-laki,
karakteristik femme yang cenderung feminim biasaya berpenampilan seperti
35
perempuan pada umumnya. Karakter femme terkadang sulit dibaca jika hanya
dilihat dari penampilan saja.
“Karakter femme seperti aku biasanya sulit dikenali oleh orang awam atau
les yang masih awal. Karena penampilan gak jauh beda dengan perempuan
pada umumnya, seperti pake heels, gaun, rambut panjang. Kalo kita di
komunitas sudah bisa saling tahu mana yang buchi dan mana yang femme.
Tapi kalo kita yang femme bisa juga diketahui kalo jalan bareng dengan
buchi, karena pasti ada kecurigaan. ” (Wawancara K, 17 Feb 2016)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, diketahui bahwa karakter femme
pada umumnya juga memeperhatikan cara mereka dalam berpenampilan, akan
tetapi penampilan seorang femme cenderung tidak dapat dibedakan dengan
perempuan pada umumnya. Kecurigaan seorang perempuan itu memiliki karakter
femme hanya jika sedang bersama-sama dengan seorang Buchi karena akan di
anggap sebagai pasangan.
Selain penampilan sebagai tanda atau simbol yang digunakan kaum lesbian
dalam berkomunikasi, lesbian juga menggunakan sentuhan dan tatapan mata
sebagai bentuk komunikasi. Saat ditanya tentang penggunaan gerak tubuh dalam
melakukan komunikasi, setiap Informan memiliki berbagai variasi bentuk-bentuk
komunikasi menggunakan gerak tubuh.
“aku menggunakan tatapan biasanya,misalnya kalo aku suka sama satu
cewe begitu biasanya aku sering tatap matanya lama-lama dan dalam
sambil senyum biar dia nyaman dan tahu kalo aku suka sama dia. Kalo dia
balas senyum biasanya aku langsung minta kenalan dan ngobrol-ngobrol.
Tapi kalo kita sesama anggota komunitas yang sudah saling tahu, biasanya
dengan menggunakan sentuhan ditangan, atau di leher untuk menunjukan
bahwa kita sedang suka” (Wawancara A, 17 Feb 2016)
36
Hasil kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa tatapan mata dan
sentuhan dapat dikatakan sebagai tanda atau simbol dalam melakukan komunikasi.
Tatapan mata dan senyuman digunakan untuk menunjukan rasa simpati atau suka
terhadap seseorang. Sedangkan sentuhan di tempat-tempat tertentu dapat
menunjukan rasa suka atau tertarik dengan seseorang.
Simbol lainnya yang digunakan lesbian dalam berkomunikasi adalah simbol
pelangi yang dipakai secara umum untuk kalangan lesbian atau LGBT (Lesbian
Gay Biseksual Transgender) secara luas.
“penggunaan bendera pelangi sich sudah pada banyak yang tahu, jadi
pernah kita ada acara dengan organisasi dan di luar dari tempat acara itu
dipasang bendera pelangi. Beberapa dari warga katanya sudah ngerti arti
bendera tersebut dan meminta untuk bendera seperti itu tidak digunakan
lagi.” (Wawancara C, 17 Feb 2016)
Penggunaan tanda bendera pelangi seperti yang diutarakan Informan di atas
merupakan penggunaan simbol yang digunakan secara universal oleh kelompok
lesbian, gay, biseksual dan transgender. Penggunaan bendera pelangi digunakan
untuk menujukan identitas seseorang atau kelompok tertentu kepada masyarakat.
4.6. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Informan diketahui
bahwa komunikasi komunitas lesbian yang berada di UKSW dilakukan dengan
percakapan langsung. Percakapan langsung antar komunitas lesbi biasanya terjadi
dilakukan saat sedang kumpul bersama di café maupun di acara-acara khusus untuk
kaum lesbian. Selain percakapan secara langsung, komunikasi juga dilakukan
dengan menggunakan aplikasi komunikasi sebagai media komunikasi seperti
blackberry messenger (BBM), WhatsApp (WA) dan WAPA untuk komunikasi
terhadap sesama anggota maupun terhadap komunitas lainnya. Penggunaan media
sosial dilakukan dengan memanfaatkan fitur group dimana dengan memanfaatkan
fitur ini, anggota dapat melakukan pembatasan atau memilih anggota group mana
37
saja yang bisa bergabung dan melakukan komunikasi. Pesan yang disampaikan
dalam group dapat bersifat umum dalam artian pesan yang disampaikan dapat di
terima dan direspon oleh semua anggota group. Facebook sebagai suatu media
komunikasi sangatlah luas baik dari sisi jumlah pengguna maupun dari sisi variasi
konten sehingga dalam menggunakan media facebook anggota komunitas lesbian
cenderung hati-hati dalam penggunaannya. Anggota lesbian yang menggunakan
facebook sebagai media komunikasi memiliki dua akun, satu akun digunakan untuk
komunikasi dengan teman-teman pada umumnya dan akun lainnya digunakan
untuk berkomunikasi dengan sesama lesbian. Proses komunikasi yang dilakukan
secara langsung dan dengan penggunaan media sosial baik aplikasi maupun jejaring
sosial sebagai sarana komunikasi menunjukan bahwa komunitas lesbian yang
berada di UKSW menggunakan pola komunikasi primer dan sekunder.
Komunikasi primer yang terjadi pada komunikasi komunitas lesbian
dilakukan dengan menggunakan lambang non verbal ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan ‘Non-L’
yang digunakan untuk mengidentifikasi atau memberi tanda karakteristik seorang
lesbian. Tanda ‘F’ singakatan dari kata femme dalam komunikasi menggambarkan
karakteristik seorang lesbian yang identik dengan penampilan yang feminim
sebagaimana perempuan pada umumnya dan dalam hubungan lesbian berperan
sebagai seorang perempuan. Tanda ‘B’ singkatan dari kata buchi dalam komunikasi
komunitas lesbian menggambarkan karakteristik seorang lesbian yang identik
dengan penampilan maskulin atau mirip laki-laki baik dari cara berpakaian maupun
potongan rambut, Buchi dalam hubungan lesbian berperan sebagai laki-laki. Tanda
‘A’ singkatan kata dari Andro dalam komunikasi antar lesbian menunjukan
karakteristik campuran antara femme dan Buchi, dalam hal berpenampilan, Andro
bisa saja bergaya tomboi tanpa menghilangkan karakter feminis seorang
perempuan. Dalam suatu hubungan, seorang Andro akan memilih lesbian dengan
karakter femme sebagai pasangan. Tanda selanjutnya yang digunakan dalam
komunikasi adalah ‘non-label’. Non-label adalah tanda yang digunakan untuk
mendefinisikan atau mengidentifikasi karakteristik lesbian yang tidak mau
dikategorikan baik sebagai femme maupun Buchi. Selain sebagai lambang non
verbal, ‘F’, ‘B’, ‘A’, dan ‘Non-L’ juga dapat dikatakan sebagai lambang verbal
38
sebagai bahasa yang digunakan untuk menggerakan tanggapan yang sama antara
pihak pemberi pesan dan penerima pesan. Kata atau bahasa yang digunakan untuk
menggambarkan pencarian karakter lesbian yang sering digunakan adalah ‘F 2 F’
yang bermakna femme mencari femme dalam menjalin hubungan, ‘F 2 B’ yang
bermakna femme mencari buchi dalam menjalin hubungan, ‘B 2 F’ yang bermakna
buchi mencari femme dalam menjalin hubungan, ‘F 2 A’ yang bermakna femme
mencari Andro dalam menjalin hubungan dan sebagainya.
Selanjutnya simbol non verbal lainnya yang digunakan seperti tatapan mata
dan senyum merupakan isyarat yang digunakan lesbian dalam berkomunikasi,
isyarat tatapan mata dan senyuman merupakan suatu usaha dari pemberi pesan
kepada penerima pesan yang menggambarkan rasa suka atau tertarik dengan
penerima senyuman. Tatapan mata dan senyuman dapat dikatakan sebagai sinyal
awal yang diberikan seorang lesbian kepada wanita yang belum dikenali
sebelumnya. Isyarat lainnya yang digunakan adalah sentuhan, sentuhan merupakan
isyarat lain yang digunakan untuk menujukan rasa tertarik dan suka kepada sesama
lesbian. Arti lain dari isyarat sentuhan pada pasangan lesbian, dapat diartikan
sebagai keinginan untuk melakukan hubungan sex.
Pola komunikasi sekunder yang memanfaatkan media sosial juga
menggunakan simbol verbal yang digunakan pada komunikasi primer. Perbedaan
mendasar pada kedua pola komunikasi ini adalah penggunaan media seperti
aplikasi sebagai sarana komunikasi. Penggunaan aplikasi komunikasi juga
dianggap aman karena para lesbian tidak ingin orientasi seksual mereka diketahui
secara luas. Selain dari penggunaan aplikasi komunikasi, terdapat juga informan
yang menggunakan jejaring sosial sebagai media komunikasi untuk bisa terhubung
dengan orang lain. Pemanfaatan jejaring sosial juga terjadi karena ruang lingkup
atau ruang gerak komunitas lesbian di lingkungan sosial sangatlah sempit. Sehingga
dengan memanfaatkan new media setiap anggota lesbian dapat lebih leluasa dalam
pergaulan atau berkomunikasi dengan sesama lesbian.
Sebagai bagian dari komunitas lesbian secara luas, komunintas lesbian yang
berada di UKSW juga menggunakan bendera pelangi sebagai icon LGBT (Lesbian,
Gay, Biseksual, Transgender). Bendera pelagi dalam lesbian mereprsentasikan
39
beberapa arti seperti life and sexuality, healing and energy, vitality and energy,
serenity and nature, harmony and artistry, spirit and gratitude. Bendera pelangi
sebagai icon LGBT secara simbolik sudah dimengerti secara luas oleh masyarakat.
Sejarah singkat bendera pelangi yang merupakan icon dari kelompok LGBT di buat
oleh seorang seniman dari San Fransisko, Gilbert Baker pada tahun 1978.
Pemilihan warna pada bendera LGBT saat ini telah direvisi beberapa kali.
Saussurian dalam teorinya mengatakan bahwa terdapat lima bahan dasar
dalam semiotika, yaitu tanda (sign), lambang (symbol), ikon (icon), indeks dan
isyarat (signal). Dalam penelitian diketahui bahwa terdapat penggunaan lambang
baik lambang verbal maupun lambang non-verbal yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bahan dasar lainnya yang digunakan dalam komunikasi antar
lesbian adalah isyarat seperti tatapan mata dan sentuhan. Selain penggunaan
lambang dan isyarat, komponen semiotika yang digunakan adalah ikon bendera
pelangi sebagai ikon universal untuk LGBT. Pada penelitian yang dilakukan tidak
ditemukan penggunaan komponen indeks dan tanda.
top related