bab iv hasil penelitian dan...
Post on 23-Aug-2019
213 Views
Preview:
TRANSCRIPT
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi (Profil) Pendidik Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur
Otonomi daerah menjadi peluang pemerintah
Kabupaten Sumba Timur dalam pemecahan masalah
pendidikan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Kewenangan dalam bidang pendidikan menjadi
tanggung jawab pemerintah Kabupaten Sumba Timur
bersama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
akan pendidikan diantaranya sarana prasarana
pendidikan dan tenaga pendidik dalam rangka
meningkatkan pemerataan akses pendidikan serta
mutu sumber daya manusia yang berkualitas.
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 2 ayat 1 menyebutkan
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa deskriminasi.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam bidang pendidikan, pemerintah
Kabupaten Sumba Timur telah menjamin
terselenggaranya pendidikan dari satuan pendidikan
anak usia dini serta satuan pendidikan dasar dan
52
menengah hingga pada tingkat kecamatan, kelurahan
dan desa. untuk tingkat satuan pendidikan dasar
dalam hal ini sekolah dasar (SD) sampai pada tahun
2012 di Kabupaten Sumba Timur terdapat 167
Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Dasar Swasta
sebanyak 69 unit. Adapun penyebaran sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur dijabarkan dalam tabel 4.1
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sumba Timur tahun 2012.
Tabel 4.1 Banyak Sekolah Dasar Menurut Status Dirinci Tiap Kecamatan (diolah)
No Kecamatan Sekolah Dasar Jumlah Negeri Swasta
1 Lewa 8 5 13 2 Nggaha Ori Angu 8 3 11 3 Lewa Tidahu 4 2 6 4 Katala Hamu Lingu 4 1 5 5 Tabundung 5 5 10 6 Pinu Pahar 5 2 7 7 Paberiwai 6 4 10 8 Karera 7 2 9 9 Matawai Lapau 7 3 10 10 Kahaungu Eti 9 4 13 11 Mahu 5 2 7 12 Ngadu Ngala 6 2 8 13 Pahunga Lodu 11 2 13 14 Wula Waijelu 8 1 9 15 Rindi 11 1 12 16 Umalulu 8 7 15 17 Pandawai 15 2 17 18 KambataMapaMbuhang 9 - 9 19 Kota Waingapu 11 7 18 20 Kambera 8 10 18 21 Haharu 6 2 8 22 Kanatang 6 2 8
Sumba Timur 167 69 236 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur (2012)
53
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa di Kabupaten
Sumba Timur pada setiap kecamatan sudah memiliki
satuan pendidikan termasuk di dalamnya sekolah
dasar baik itu sekolah negeri maupun sekolah yang
didirikan oleh masyarakat atau swasta. Dimana dalam
sebaran sekolah dasar pada tiap kecamatan sangat
beragam, untuk kecamatan dengan jumlah sekolah
dasar paling sedikit yaitu di kecamatan Katala Hamu
Lingu dengan 5 unit sekolah dasar diantaranya 4
(empat) unit sekolah negeri dan 1 (satu) unit sekolah
swasta, sedangkan untuk kecamatan dengan jumlah
sekolah dasar terbanyak yaitu pada kecematan Kota
Waingapu dan kecamatan Kambera dengan masing-
masing sebanyak 18 unit sekolah, dengan rincian 11
sekolah negeri dan 7 sekolah swasta yang berada di
Kecamatan Kota Waingapu, sedangkan untuk
Kecematan Kambera sekolah negeri sebanyak 8 unit
dan 10 unit sekolah swasta.
Dengan keberadaan Sekolah Dasar yang cukup
beragam pada setiap kecamatan di Kabupaten Sumba
Timur, serta letak sekolah dengan desa-desa atau
perkampungan yang belum mempunyai akses jalan
yang baik juga sangat beragam. Sehingga anak didik
yang hendak ke-sekolah harus menempuh jarak yang
jauh bahkan alat transportasi tidak ada. Terutama
kecematan-kecematan yang jumlah sekolah dasarnya
sedikit, dimana anak-anak didik membutuhkan waktu
54
yang banyak untuk mencapai sekolah mereka, untuk
berangkat kesekolah biasanya mereka mulai berangkat
dari rumah pukul 5 (lima) pagi dengan modal berjalan
kaki.
Selain persolaan jarak yang harus ditempuh oleh
anak didik pada saat hendak ke sekolah, ketersediaan
guru di sekolah yang akan mendidik dan mengajarkan
mereka suatu pengetahuan juga masih sangat kurang,
dengan jumlah guru yang kurang pada setiap sekolah
tentu akan mempengaruhi proses belajar anak didik
yang tidak maksimal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sumba Timur mengatakan
bahwa:
Yang menjadi kendala dalam kekurangan guru di Kabupaten Sumba Timur disebabkan karena selama tiga tahun terakhir tidak adanya pembukaan penerimaan CPNS baru, dan juga adanya pembukaan sekolah baru. Kendala lain dimana juga kurangnya animo masyarakat untuk menjadi guru.
Dengan tidak adanya penerimaan CPNS di
Kabupaten Sumba Timur dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir dan juga adanya pembukaan sekolah
baru dengan disertai kurangnya animo masyarakat
untuk menjadi seorang guru, tentu hal ini akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah kekurangan
55
tenaga pendidik kususnya guru sekolah dasar yang
cukup besar.
Sedangkan dilain pihak pertumbuhan anak usia
sekolah dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 tentang data
siswa sekolah dasar kabupaten Sumba Timur dari
tahun 2006-2011 menunjukkan pertambahan siswa
dari tahun ke tahun cukup besar .
Tabel 4.2 Data Siswa Sekolah Dasar Tahun 2006-2011
No Tahun Ajaran Jumlah siswa SD
Jumlah
Negeri Swasta 1 2006/2007 22908 11793 34701 2 2007/2008 23758 12273 36031 3 2008/2009 24596 12669 37265 4 2009/2010 24752 13500 38252 5 2010/2011 26350 11572 37922 6 2011/2012 25812 12872 38684
Sumber: Renstra Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Tahun 2011-2015
Dengan bertambahnya jumlah anak usia sekolah
dasar yang cukup bersar dari tahun ketahun tentu
diharapkan adanya penambahan ketersediaan guru
yang memadai, agar didalam proses pembelajaran anak
didik dapat maksimal dan tidak terabaikan. Sampai
pada tahun 2013 jumlah tenaga pendidik (guru PNS)
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sebanyak
1303 orang guru PNS, sedangkan berdasarkan data
56
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
menggambarkan kebutuhan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung proses
pendidikan yang bermutu memerlukan tenaga pendidik
sebanyak 2534 orang guru, melihat bahwa ketersedian
guru belum memenuhi kebutuhan yang diperlukan,
maka kekurangan guru PNS sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur sampai saat ini sebanyak
1231 orang guru. Berikut dalam tabel 4.3
menggambarkan kebutuhan dan kondisi tenaga
pendidik pada jenjang satuan pendidikan Sekolah
Dasar di Kabupaten Sumba Timur.
57
Tabel 4.3 Data Guru PNS SD Kabupaten Sumba Timur,
Dirinci Tiap Kecamatan. (diolah) No Kecematan Jumlah
siswa Jumlah Rombel
Keadaan guru Kebutuha
n
Yang ada
Kekuranga
n 1 Kota Waingapu 5629 191 257 220 37 2 Kambera 4745 176 239 201 41 3 Pandawai 2903 138 192 106 82 4 Umalulu 2233 99 146 89 72 5 Rindi 1697 86 125 55 70 6 Pahunga Lodu 1831 87 123 63 65 7 Wulla Waijelu 1130 68 101 40 62 8 Ngadu Ngala 967 48 72 26 46 9 Karera 1026 59 89 33 56 10 Paberiwai 1283 65 98 33 64 11 Mahu 725 42 63 20 43 12 Matawai Lapau 1194 66 90 29 61 13 Kahaungu Eti 1442 80 199 36 83 14 Kabata
Mapabuhang 680 52 79 24 54
15 Nggaha Ori Angu
1477 85 111 39 82
16 Pinu Pahar 1152 55 79 32 47 17 Tabundung 1636 81 114 40 74 18 Haharu 1074 48 72 19 53 19 Kanatang 1368 63 90 60 30 20 Lewa 2802 92 128 82 53 21 Lewa Tidahu 921 38 56 30 26 22 Katala Hamu
Lingu 725 30 45 15 30
23 SD Kecil 286 16 46 11 36 Total 38926 1765 2534 1303 1231 SD Kecil: merupakan SD Paralel yang tersebar di setiap kecamatan Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga, Keadaan 03 Juni 2013
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa kekurangan
jumlah guru yang tersebar pada tiap sekolah dasar di
58
Kabupaten Sumba Timur sangatlah besar yaitu
sebanyak 1231 orang, bila dilakukan analisa dengan
perhitungan rasio guru terhadap murid sebenarnya
jumlah guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
sangat ideal dimana dengan jumlah guru 1303 serta
jumlah siswa 38926 maka rasio guru terhadap siswa
yaitu 1:30, hal ini sangat ideal dengan petunjuk teknis
dalam SKB 5 Menteri yang menyebutkan rasio ideal
guru terhadap murid yaitu 20-30.
Namun pada kenyataannya di lapangan
pendistribusian guru tidak sesuai dengan jumlah
kebutuhan untuk memenuhi rombongan belajar yang
ada. Hanya pada kecamatan Kota Waingapu yang
jumlah gurunya dalam setiap sekolah dasar melebihi
rombongan belajar yang ada, dimana guru PNS
sebanyak 220 dengan robongan belajar sebanyak 191.
Sedangkan sekolah-sekolah di kecamatan yang
lain jumlah guru yang ada tidak memenuhi kebutuhan
rombongan belajar yang ada, sebagai contoh di
Kecamatan Kahaungu Eti dengan jumlah rombongan
belajar sebanyak 80, sedangkan guru yang ditempatkan
hanya sebanyak 36 orang dari 13 unit sekolah dasar.
Bila dilakukan perhitungan untuk kebutuhan
guru berdasarkan SKB 5 Menteri yang harus
ditempatkan pada sekolah dasar disesuaikan dengan
jumlah rombongan belajar, paling kurang jumlah guru
yang harus ditempatkan pada sekolah-sekolah dasar di
59
kecamatan Kahaungu Eti adalah sebanyak 80 orang
guru, maka sejauh ini masih kekurangan sebanyak 44
orang guru, bila di reratakan berarti selama ini guru
pada sekolah-sekolah dasar dalam kecamatan yang
mengalami kekurangan guru harus mengampu atau
mengajar lebih dari satu rombongan belajar.
Dengan jumlah guru sekolah dasar yang sangat
terbatas di Kabupaten Sumba Timur serta
pendistribusiannya pada sekolah-sekolah dasar yang
kurang merata sesuai kebutuhan, maka ini akan
menjadi dasar masalah dalam kegiatan pendidikan
yang akan berlangsung di sekolah terutama bagi
kualitas proses belajar anak didik.
Dalam proses belajar mengajar bagi sekolah-
sekolah yang kekurangan guru, tentu akan menjadi
kurang maksimal serta menjadi tidak efesien. sehingga
akan dapat menpengaruhi perkembangan sumber daya
manusia (SDM) anak didik, karena dalam proses
belajarnya di sekolah tidak diperoleh secara maksimal
sesuai dengan jam belajar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Seperti hasil wawancara dengan salah satu
guru komite SDI Laimeta di Kecamatan Kambata
Mapabuhang mengatakan bahwa:
Dilakukan dengan cara merotasi anak-anak didik pada saat kegiatan belajar mengajar, dalam satu kelas akan di gabung antara kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua), kelas 3 (tiga) dan
60
kelas 4 (empat), kelas 5 (lima) dan kelas 6 (enam), setelah mengajarkan materi dikelas yang pertama baru melanjutkan kegiatan mengajar untuk kelas yang kedua.
Pola penggabungan kelas dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang terjadi di SDI Laimeta
merupakan cerminan dalam proses belajar mengajar
pada setiap sekolah-sekolah dasar yang masih memiliki
masalah kekurangan tenaga guru yang cukup besar di
Kabupaten Sumba Timur.
Dengan proses belajar mengajar yang seperti itu
tentu akan mempengaruhi hasil dari proses belajar
yang berlangsung, dimana anak-anak didik secara
tingkat pemahaman akan materi di kelas menjadi
kurang dan tidak maksimal. Bahkan tingkat
pengetahuan mereka akan berbanding terbalik dengan
anak-anak yang bersekolah diperkotaan atau sekolah
yang secara jumlah tenaga pendidik cukup memadai.
Padahal dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 41 ayat 3
disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu”.
Mengacu pada kondisi ril tentang keadaan
jumlah pendidik yang sangat minim pada beberapa
sekolah yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur, ini
61
berarti pemerintah pusat maupun pemerintah setempat
belum secara baik memenuhi kewenangan yang telah
diberlakukan seperti yang disebutkan dalam pasal 41
ayat 3 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, untuk memfasilitasi serta
memenuhi kebutuhan tenaga pendidik yang memadai
guna mewujudkan pendidikan yang bermutu di
Kabupaten Sumba Timur.
Selain karena masalah kurangnya tenaga
pendidik di sekolah-sekolah pendalaman yang dapat
mempengaruhi proses atau kegiatan belajar yang
bermutu, hal lain yang menyebabkan kurangnya
tingkat pemahaman anak didik akan suatu materi yang
menyebabkan sumber daya manusianya (SDM) kurang
baik, ini dikarenakan ketika anak pulang sekolah harus
membantu orang tuanya keladang dan ke padang,
sehingga jam belajar di rumah terpakai untuk
membantu orangtua yang secara ekonomi kurang
mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
sehingga waktu anak untuk tetap belajar di rumah
sangat minim.
Serta ditambah lagi dengan masalah tingkat
pengetahuan orang tua yang tidak tamat sekolah dasar
bahkan masih terdapat orang tua yang buta huruf atau
tidak tahu baca tulis, sehingga dengan masalah
kurangnya pengetahuan orang tua maka secara
62
otomatis anak didik tidak mendapatkan bimbingan
belajar secara kusus dari orangtua di rumah.
Dalam tabel 4.4 menunjukkan indikator melek
huruf dan buta huruf dari angka persentase penduduk
10 tahun keatas yang memiliki kepandaian membaca
dan menulis di kabupaten Sumba Timur. Indikator ini
merupakan gambaran yang sangat mendasar dari
tingkat pendidikan penduduk, karena apabila
persentase penduduk yang dapat membaca dan
menulis semakin besar maka besar kemungkinan
menunjukkan bahwa anak didik ketika pulang sekolah
mendapatkan bimbigan belajar secara kusus atau
perhatian dari orang tua untuk menengembangkan
potensi yang dimiliki.
Tabel 4.4 Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas
menurut Jenis kelamin dan kepandaian membaca dan menulis (diolah)
Kepandaian Membaca dan Menulis
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
LK Pr LK Pr LK Pr Dapat membaca dan Menulis
84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54
Buta huruf 15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,46 Sumba Timur
100 100 100 100 100 100
Sumber: survey social ekonomi nasional 2008-2011 (dalam RKPD 2013)
Hingga pada tahun 2011 penduduk yang masih
buta huruf di Kabupaten Sumba Timur masih
63
sangatlah besar, dalam tabel 4.4 mengambarkan bahwa
sebanyak 12,31 persen penduduk laki-laki di
Kabupaten Sumba Timur masih buta huruf, serta
penduduk perempuan sebanyak 14,46 persen juga
masih tergolong dalam penduduk buta huruf.
Hal ini imbasnya akan dialami oleh anak-anak
yang secara langsung orang tua mereka tergolong buta
huruf, dimana ketika pulang sekolah besar kemungkin
tidak akan adanya bimbingan kusus dari orangatua,
sehingga anak-anak ini hanya berharap dapat belajar
disekolah secara maksimal. Oleh karena itu pemerintah
selaku pembuat kebijakan perlu untuk mengkaji ulang
secara baik penempatan guru yang merata kususnya
pada daerah-daerah terpencil, sehingga proses belajar
anak dapat maksimal di sekolah.
Berbeda dengan anak-anak yang sekolah
diperkotaan atau dalam tanda kutip ekonomi serta
tingkat pendidikan orang tuanya lebih baik, dimana
selain di sekolah jam belajarnya maksimal karena
ketersedian guru yang memadai dan sarana prasarana
yang lengkap, juga ketika pulang sekolah ada
tambahan jam less atau belajar serta adanya perhatian
kusus dari orangtua untuk membimbing dan
membantu mereka dalam belajar.
Dengan fenomena seperti ini, pemerintah
Kabupaten Sumba Timur penting untuk mengambil
sebuah langkah atau menetapkan kebijakan yang tepat
64
untuk memperhatikan anak-anak yang bersekolah di
pedalaman yang mana pada sekolah di tempat ini
jumlah gurunya sangat terbatas dan sarana prasarana
yang terbatas pula.
Di lain sisi dengan masalah jumlah guru yang
masih sangat terbatas yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran serta perkembangan anak didik,
juga secara kualifikasi akademik yang dimiliki oleh
guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
secara keseluruhan belum memenuhi standar
kualifikasi akademik yang harus dimiliki seorang
tenaga pendidik/guru pada tingkat satuan pendidikan
dasar. Tabel 4.5 menunjukkan jenjang pendidikan yang
dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Timur:
65
Tabel 4.5 Kualifikasi Akademik Guru PNSD, Tahun Pelajaran 2012/2013. Dirinci per kecamatan
Keterangan: SD KECIL adalah sekolah paralel yang tersebar di pada daerah pedalaman Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga, Kab. Sumba Timur (diolah)
Selain keadaan guru sekolah dasar yang belum
mencukupi kebutuhan secara kuantitas atau jumlah
minimum serta kurang meratanya dalam penempatan,
No
Kecamatan Jenjang Pendidikan Jumlah
total S1 D3 D2 D1 SLTA
1 Kota Waingapu 40 - 83 3 94 220 2 Kambera 46 2 71 - 81 201 3 Pandawai 19 - 49 1 37 106 4 Umalulu 11 1 61 - 33 89 5 Rindi 8 - 26 - 21 55 6 Pahunga Lodu 10 - 31 1 21 63 7 Wula Waijelu 6 - 22 - 12 40 8 Ngadu Ngala - - 10 - 16 26 9 Karera 3 - 13 - 17 33 10 Paberwai 3 - 11 - 19 33 11 Mahu 1 - 10 - 9 20 12 Matawai Laupau 1 1 17 - 10 29 13 Kahaungu Eti 2 1 15 - 18 36 14 Kambata
Mapabuhang 3 1 4 - 16 24
15 Nggaha Ori Angu 7 - 18 - 15 40 16 Katala Hamu
Lingu 2 - 4 - 9 15
17 Tabundung 1 - 19 1 19 40 18 Pinu Pahar - - 15 - 17 32 19 Lewa Tidahu 3 - 11 - 16 30 20 Lewa 8 - 32 - 42 82 21 Kanatang 7 - 33 - 20 60 22 Haharu 2 - 10 - 7 19 23 SD KECIL 1 - 9 - 12 22
Total 184 6 552 6 555 1303
66
juga secara kualifikasi akademik guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar
kualifikasi akademik sesuai dengan standar tenaga
pendidik yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam tabel 4.5 menggambarkan bahwa dari
1303 guru PNS yang berpedidikan S1 hanya sebanyak
184 orang, DIII 6 orang, DII 552 orang, DI 6 orang dan
SLTA sebanyak 555 orang. Dari data tersebut dapat
katakan bahwa sekitar 86% guru PNS sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar
minimum sebagai syarat seorang pengajar bila dilihat
dari kualifikasi akademik. Ironisnya lagi sebagian guru
yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik,
mereka hanyalah lulusan SMA yaitu sebanyak 43 %,
sedangkan jumlah guru sekolah dasar yang memiliki
standar kualifikasi akademik S1 hanya sebesar 14 %
dari keseluruhan guru PNS yang ada di Kabupaten
Sumba Timur.
Padahal dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Guru, disebutkan Guru pada SD/MI, atau
bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-
IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
67
Dengan sebagian besar guru sekolah dasar belum
memenuhi kualifikasi akademik sebagai standar
minimal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik,
merupakan masalah yang sangat mendasar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan sehingga turut
berpengaruh pula dalam mewujudkan proses
pendidikan yang bermutu di Kabupaten Sumba Timur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga
Kabupaten Sumba Timur, bagian ketenagaan
mengatakan bahwa:
Banyak guru yang tidak memenuhi kualifikasi akademik ini mereka adalah guru-guru senior yang sejak dulu masih menerima lulusan SPG setara SMA, sebelum aturan/standart kualifikasi tenaga pendidik yang mengharuskan sekurang-sekurangnya seorang guru sekolah dasar (SD) harus memiliki kualifikasi akademik DIV dan S1.
Secara keseluruhan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur yang kualifikasi akademiknya
di bawah standart terutama bagi guru-guru yang
hanya lulusan SPG setara SMA mereka adalah guru-
guru senior yang pada masa penerimaan dan
pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) belum
dikeluarkannya aturan yang mengaharus setiap tenaga
68
pendidik memiliki kualifikasi akademik minimal DIV
dan berpendidikan S1.
Sebagaimana dalam laporan worbakbank (2011)
mengemukakan kualitas guru adalah faktor terpenting
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Yang
didukung oleh berbagai penelitian menunjukkan
bahwa apa yang guru ketahui dan apa yang bisa
mereka lakukan berpengaruh secara signifikan pada
pecapaian akademis siswa. Penelitian yang dilakukan
McKinsey (dalam Worldbank 2011) merangkum ide
tersebut: “Kualitas suatu sistem pendidikan tidak bisa
melampaui kualitas guru-gurunya” (Barber dan
Mourshed 2007). Meskipun sulit sekali dan
kontroversial untuk menghitung besarnya dampak dari
berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja siswa,
hampir secara universal berbagai penelitan telah
menunjukkan pentingnya peran guru.
Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Sumba
Timur memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas
serta mengembangkan dan membina tenaga pendidikan
dalam rangka menciptakan proses pendidikan yang
bermutu, sebagaimana di dalam UU No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat 1
dinyatakan “pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membina dan mengembangkan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
69
Maka penting bagi pemerintah Kabupaten Sumba
Timur untuk mengembangkan kemampuan mengajar
guru melalaui pelatihan-pelatihan pengajaran serta
perlu untuk meningkatkan kualifikasi akademik tenaga
pendidik bagi guru-guru yang belum memenuhi
standar minimal sebagaimana yang dicantumkan
dalam Sistem Pendidikan Nasional, guna mewujudkan
proses pendidikan yang bermutu di dearah.
4.2 Kebijakan Pemenuhan Standar Tenaga Pendidik Sekolah Dasar Di Kabupaten Sumba Timur
Dalam upaya menangani masalah kekurangan
guru, sejauh ini pemerintah Kabupaten Sumba Timur
telah mengambil sebuah langkah kebijakan dengan
merekrut tenaga pendidik non PNS. Diantaranya tenaga
pendidik yang direkut oleh pemerintah daerah adalah
guru PTT (pegawai tidak tetap) dan juga guru honorer
atau guru komite yang direkrut oleh sekolah yang
bersangkutan sesuai kebutuhannya di sekolah untuk
mengisi kekurangan guru.
Kusus untuk guru PTT mereka adalah guru
honorer yang kemudian diangkat oleh pemerintah
daerah untuk menjadi pegawai tidak tetap yang digaji
oleh pemerintah daerah. Sedangkan guru honorer atau
guru komite digaji oleh sekolah dengan menggunakan
dana bantuan operasional sekolah (BOS). Hingga tahun
70
2013 jumlah tenaga pendidik non PNS yang telah
diangkat pemeritah daerah maupun sekolah sebanyak
1257 orang diantaranya guru PTT sebanyak 56 orang
dan guru honorer atau komite sebanyak 1201 orang
yang tersebar diseluruh sekolah dasar di kabupaten
Sumba Timur.
Melihat bahwa secara kuantitas, jumlah tenaga
pendidik non PNS (baik guru komite maupun guru PTT)
sudah mencukupi dalam rangka memenuhi
kekurangan guru PNS yang terjadi pada sekolah-
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur. Namun
dalam upaya mendukung pendidikan yang berkualitas
atau bermutu di Kabupaten Sumba Timur dapat
berhasil atau terlaksana dengan baik tidak hanya
dengan memenuhi kebutuhan guru secara kuantitas,
perlu bagi pemerintah untuk melihat kualitas atau
kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru yang akan
direkrut, oleh karena itu pemerintah harus
mengupayakan atau melakukan suatu program bagi
guru yang sudah direkrut untuk meningkatkan
kualitas pengajaran melalui pelatihan-pelatihan dan
mewajibkan untuk memenuhi standar kualifikasi
akademik sebagai persyarat utama bagi seorang tenaga
pendidik.
Sejauh ini pemerintah daerah sudah melakukan
kebijakan dalam megusahakan pemenuhan kualifikasi
akademik guru sekolah dasar bagi yang belum
71
memenuhi kualifikasi akademik setara S1 maupun
DIV. Seperti hasil wawancara bersama pejabat Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba
Tmur, mengatakan bahwa:
Sudah berkerjasama dengan Universitas Cendana Kupang dalam melakukan program kuliah percepatan yang dikenal dengan Penilain Prestasi Kerja dan Hasil Belajar atau (PPKHB) bagi guru PNS. Sedangkan kusus bagi guru-guru PTT dan guru komite diberikan inisiatif untuk mengikuti kuliah pada PGSD di Universitas Terbuka yang ada di Kabupaten Sumba Timur.
Program kerjasama yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan perguruan-perguruan tinggi
merupakan suatu gebrakan yang tepat guna
mendukung tercapainya pemenuhan kualifikasi
akademik tenaga pendidikan yang berkualitas di
kabupaten Sumba Timur.
Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan
bahwa kegiatan perkuliahan ini diperuntukkan bagi
guru-guru yang secara kualifikasi akademik belum
memenuhi standar minimal baik guru-guru PNS
maupun guru-guru non PNS untuk meningkat kualitas
mengajar serta pemenuhan standar kualifikasi
akademik. Adapun kegiatan perkuliahan dilakukan
setiap hari minggu sehingga tidak mengganggu proses
72
mengajar dan kegiatan kependidikan lainnya di
sekolah.
Dengan kebijakan pemerintah dalam merekrut
tenaga pendidik non PNS atau guru PTT maupun
kebijakan sekolah untuk menerima guru honorer dalam
rangka menangani masalah kekurangan guru secara
umum sudah tepat, namun dalam penataanya serta
penempatan belum terlaksana dengan baik, dimana
pada kenyataannya masih terdapat sekolah yang
kekurangan guru dalam jumlah yang besar.
Oleh karena itu dalam penempatan guru-guru
PNS maupu non PNS perlu diatur oleh pemerintah
daerah yang didalamnya Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga bersama Badan Kepegawaian Daerah untuk
membuat produk hukum dalam mengatur dan menata
penempatan guru melalui perda atau perbup, sehingga
dalam penempatan guru benar-benar merata sesuai
kebutuhan di sekolah tanpa memandang status guru
maupun sekolah.
4.3 Implementasi Kebijakan Penempatan Tenaga Pendidik Sekolah Dasar Di Kabupaten Sumba Timur
Dalam mendukung implementasi penempatan
guru yang merata sejauh ini pemerintah kabupaten
Sumba Timur belum membuat sebuah kebijakan
secara tertulis melalui perda atau perbup mengenai
penempatan guru sekolah dasar baik guru PNS
73
maupun guru non PNS, dalam surat keputusan
bersama (SKB) 5 Menteri pemerintah mewajibkan agar
setiap pemerintah daerah menyusun produk hukum
dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau produk
hukum lainnya terkait penataan dan pemerataan guru
PNS yang merujuk pada Peraturan Bersama.
Sejauh ini di Kabupaten Sumba Timur dalam hal
penataan guru PNS serta dalam penempatannya masih
mengacu pada PP No 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, Dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
Badan-badan yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan penempatan guru adalah Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba
Timur yang mempunyai tugas untuk melakukan
analisis kebutuhan atau perencanaan dalam bentuk
konsep, beserta Badan Kepegawaian Daerah sebagai
pelaksana teknis yang mempunyai kewenangan dalam
hal mutasi dan penempatan pegawai negeri sipil dan
pemerintah daerah dalam hal ini Bupati sebagai
pelaksana terakhir untuk mengeluarkan SK.
Dalam pelaksanaan implementasi penempatan
guru belum terlaksana secara baik dan tepat, dimana
pada kenyataannya penempatan guru belum merata
secara baik pada sekolah-sekolah dasar yang tersebar
di seluruh Kabupaten Sumba Timur. Beberapa sekolah
mengalami kekurangan guru dilain pihak ada sekolah
74
yang jumlah gurunya melebihi rombongan belajar yang
ada.
Bila dilihat dari jumlah secara keseluruhan baik
guru PNS maupun guru non PNS sebetulnya sudah
cukup untuk memenuhi setiap kekurangan guru yang
terjadi pada sekolah-sekolah yang mengalami
kekurangan guru, namun dalam implementasinya
penempatan guru masih kurang merata. Sepeti dalam
tabel 4.6 menunjukkan data guru secara keseluruhan
baik guru PNS maupun guru non PNS :
Tabel 4.6 Data guru PNS dan Non PNS Sekolah Dasar
Kabupaten Sumba Timur Keadaan 03 Juni 2013
No Nama Sekolah Jumlah Murid
Jumlah Rombel
Jumlah Guru Negeri Non PNS
PTT KOMITE 1 SDI Waingapu 2 696 21 27 1 13 2 SDI Umamapu 469 18 25 1 8 3 SDM Payeti 1 506 18 20 - - 4 SDM Praiwora 143 6 13 3 - 5 SDN Waingapu 4 600 12 18 - 18 6 SDI Kalu 290 11 18 - 2 7 SDM Melolo 2 195 7 5 - - 8 SDI Waimarang 193 7 2 - 8 9 SDI Lailajang 70 6 1 - - 10 SDN
Kondanamu 13 6 1 - 2
11 SDN Kabanda 130 6 2 - - 12 SDN Laimahi 73 6 1 2 4 13 SDN Laihiru 96 5 1 - 5 14 SDN Lahua 127 5 2 - - 15 SDI Maradadita 221 10 1 - 10
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (diolah)
75
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dalam
implementasi penempatan guru baik guru PNS maupun
guru non PNS pada setiap sekolah masih belum tertata
dengan baik secara merata sesuai kebutuhan
rombongan belajar yang ada pada sekolah. Sebagai
contoh yang terjadi pada sekolah dasar SDI Waingapu 2
Kecamatan Kota Waingapu memiliki kelebihan guru
dimana jumlah keseluruhan guru yang ditempatkan
pemerintah maupun yang diangkat oleh sekolah
tersebut sebanyak 41 orang guru, dengan rincian guru
PNS sebanyak 27 orang, guru komite 13 orang dan
guru PTT 1 orang, sedangkan jumlah rombongan
belajarnya hanya sebanyak 21 rombel. Maka bila
dilakukan perhitungan di SDI Waingapu 2 memiliki
kelebihan guru sebanyak 20 orang bila dalam
perhitungannya menyesuaikan rombongan belajar yang
ada.
Sedangkan berbanding terbalik dengan sekolah-
sekolah lain yang masih kekurangan guru, dimana
ketersedian guru yang ada tidak memenuhi rombongan
belajar. Seperti halnya yang terjadi pada sekolah dasar
SDN Kabanda yang terletak di Kecamatan Ngadu Ngala
dengan jumlah rombongan belajar pada sekolah
tersebut sebanyak 6 (rombel), tetapi pada kenyataannya
guru yang ditempatkan hanya sebanyak 2 orang guru
PNS. Maka dapat dikatakan pada SDN Kabanda
mengalami kekurang guru sebanyak 4 orang,
76
sedangkan dilain sekolah memeliki kelebihan guru yang
cukup besar seperti SDI Waingpu 2 terdapat kelebihan
guru sebanyak 20 orang baik itu guru pns maupun
guru honor.
Dengan kejadian seperti ini tentu pemerintah
Kabupaten Sumba Timur dalam hal ini Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga belum secara baik
melihat serta menata penempatan guru sekolah dasar
secara tepat dan merata. Perlu bagi pemerintah daerah
mengambil sebuah langkah kebijakan dengan membuat
peraturan tentang penataan atau pengelolaan
penempatan guru, sehingga mudah dalam mengurus
kelebihan guru-guru pada sekolah-sekolah tertentu
untuk selanjutnya dipindahkan atau di tempatkan ke
sekolah-sekolah yang masih mengalami kekurangan
guru.
Padahal dalam Permendiknas No 15 Tahun 2010
Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
Di Kabupaten/Kota disebutkan Di setiap SD/MI
tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta
didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan
pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang
guru setiap satuan pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur perlu untuk
mengkaji implementasi kebijakan penempatan guru
yang dimulai dari kondisi ril serta faktor-faktor
pendukung dalam pemerataan guru pada sekolah dasar
77
yang secara keseluruhan masih mengalami kekurangan
guru. Dalam hal ini George C. Edwards III mengemukakan ada empat variabel atau factor yang
berpengaruh dalam implementasi kebijakan publik
yaitu Komunikasi, Sumber Daya, Kecedrungan-
kecendrungan (sikap), dan Struktur birokrasi
a. Komunikasi Komunikasi merupakan persyaratan pertama bagi
implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa
mereka yang melaksanakan keputusan harus
mengetahui apa yang harus dilakukan. Keputusan-
keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus
diteruskan kepada personil yang tepat sebelum
keputusan tersebut diikuti. Komunikasi harus akurat
dan harus dimengerti dengan cermat oleh para
pelaksana.
Dalam hal implementasi penempatan guru
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur akan efektif
apabila personil atau birokrat yang mempunyai
kewenangan dapat menjalani komunikasi dengan baik.
Dinas pendidikan pemuda dan olahraga harus
berkomunikasi dengan baik bersama badan
kepegawaian daerah yang mempunyai kewenangan
dalam urusan kepegawaian daerah termasuk guru PNS
sekolah dasar untuk menyampaikan kebutuhan
penempatan guru.
78
Urusan/problem tenaga pendidik, Dinas
pendidikanlah yang seharusnya lebih berperan karena
dinas tersebutlah yang lebih memahami seluruh
kebutuhan pendidikan termasuk didalamnya
kebutuhan tenaga pendidik yang diperlukan untuk
mengelola serta menata sekolah-sekolah mana yang
memiliki kekurangan dan kelebihan guru.
Sejauh ini dalam hal mutasi serta penempatan
guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur,
komunikasi antar birokrasi yang berkaitan sudah
dijalankan yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga menganalisis serta membuat perencanaan
kebutuhan guru yang masih dalam bentuk konsep
kemudian akan diajukan kepada Badan Kepegawaian
Daerah sebagai pelaksana teknis untuk memproses
yang kemudian hasilnya dikeluarkan melalui SK
Bupati. selanjutnya dinas pendidikan akan
menginformasikan kepada guru-guru yang
mendapatkan kebijakan mutasi.
Dalam mewujudkan pemerataan guru, Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga juga berkomunikas
secara informal bersama pemeritah kecamatan, sekolah
serta masyarakat, dalam hal menyampaikan atau
menginformasikan kebutuhan guru yang diperlukan di
sekolah.
Komunikasi sudah dilaksanakan dengan baik
dalam mendukung pemerataan guru sekolah dasar,
79
namun dalam kenyataannya masih terdapat sekolah
yang mengalami kekurangan guru, ini berarti bahwa
dinas pendidikan pemuda dan olahraga serta Badan
Kepegawaian Daerah tidak secara tepat menata serta
mengelola kebutuhan guru yang diperlukan untuk
dilakukan mutasi demi memenuhi kebutuhan guru
yang terjadi pada sekolah tertentu yang masih
kekurangan guru.
Bila dilihat dari segi jumlah baik guru PNS
maupun guru non PNS yang terdapat di Kabupaten
Sumba Timur, sebenarnya sudah cukup untuk
mencukupi kekurangan akan guru yang masih terjadi
pada beberapa sekolah, namun dalam
pendistribusiannya masih jauh dari harapan dimana
guru-guru yang tersebar masih kurang merata.
b. Sumber daya Penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Timur dapat terlaksana apabila
dikomunikasikan secara cermat, jelas dan konsisten,
namun dalam pelaksanaannya kekurangan sumber-
sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan maka implementasi inipun
cenderung tidak efektif.
Ketersediaan guru merupakan sumber utama
dalam keberhasilan implementasi kebijakan
penempatan yang merata pada setiap sekolah dasar.
Guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
80
sejauh ini hanya sebanyak 1303, dari segi jumlah
masih sangat kurang dari kebutuhan guru yang
diperlukan. Sampai pada tahun 2013 tenaga pendidik
yang dibutuhkan untuk sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Timur sebanyak 2534 orang, maka kekurangan
sebanyak 1231 guru.
Dalam mengatasi masalah kekurangan sumber
daya atau dalam hal ini kekurangan guru yang
jumlahnya cukup besar, pemerintah selaku pembuat
kebijakan mengambil kebijakan dengan mengakat guru
PTT serta guru komite yang diangkat oleh sekolah
sebanyak 1257 orang demi pemenuhan kebutuhan
minimal tenaga pendidik di sekolah dasar.
Meskipun jumlah guru sudah dipenuhi melalui
pengangkatan guru non PNS, namun pada
kenyataannya belum menjawab kebutuhan secara
keseluruhan, dimana masih terdapat sekolah-sekolah
yang kekurangan tenaga guru, ini dapat dikatakan
bahwa para pelaksana kebijakan atau birokrasi yang
mempunyai kewenangan dalam hal ini kurang memiliki
ketrampilan atau kualitas yang merupakan sumber
penting dalam mengatur serta mengelola manajemen
guru dengan baik.
Sumber daya tidak hanya mencangkup jumlah
secara kuatitas dari sumber yang ada yaitu guru,
namun untuk mewujudkan pendidikan yang bemutu
akan dapat terjadi di Kabupaten Sumba Timur hanya
81
didapatkan apabila sumber daya tersebut memiliki
kualitas yang baik.
Sumber daya atau guru di Kabupaten Sumba
Timur tidak secara keseluruhan memliki kualitas yang
baik bila dipandang dari kualifikasi akademik yang
dimiliki, sebagian besar guru pegawai negeri sipil untuk
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur masih
berpendidikan D3, D2, D1 dan SMA atau 86% belum
memiliki kualifikasi akademik minimal, sedangkan
yang memenuhi kualifikasi yang baik hanya 14% dari
total guru sekolah dasar yang ada.
Untuk mendukung implementasi penempatan
guru secara merata dapat dilakukan apabila pelaksana
kebijakan dalam hal ini dinas pendidikan perlu
memiliki informasi tentang keadaan serta kebutuhan
seperti peta guru sekolah dasar, sehingga dapat
mengetahui apa yang dapat dilakukan dan bagaimana
mereka harus melakukannya.
Winarno (2012) mengemukakan kurangnya
pengetahuan bagaimana mengimplementasikan
kebijakan mempunyai beberapa konsekuensi secara
langsung. Pertama, beberapa tanggung jawab secara
sungguh-sungguh tidak akan dapat dipenuhi atau
tidak dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Kedua,
ketidakefisienan.
Wewenang juga merupakan sumber penting dalam
implementasi kebijakan penempatan guru, Dinas
82
Pendidikan Pemuda dan Olahraga bersama Badan
Kepegawaian Daerah mempunyai wewenang dalam
proses mutasi serta penempatan guru. Agar dalam
penempatan guru dapat merata sesuai kebutuhan,
perlu bagi badan-badan yang mempunyai kewenangan
dalam hal ini Dinas Pedidikan Pemuda dan Olahraga
serta Badan Kepegawaian Daerah untuk berkerjasama
dengan pelaksana-pelaksana lain seperti sekolah
maupun masyarakat jika ingin melaksanakan program
penempatan guru dengan berhasil. Sehingga guru-guru
yang ditempatkan pada sekolah-sekolah yang secara
wilayah jauh dari perkotaan dapat terkontrol dengan
bantuan masyarakat setempat, dengan demikian tidak
ada lagi kejadian dimana guru jarang masuk sekolah.
Demikian halnya dalam mendukung
implementasi, fasilitas fisik juga merupakan sumber
penting dalam implementasi penempatan guru. Guru
sekolah dasar boleh memadai untuk memenuhi
kebutuhan proses pengajaran di sekolah, namun tanpa
fasilitas yang mendukung maka implementasi juga
akan terhambat. Sekolah dasar di Kabupaten Sumba
Timur pada umum masih mengalami kekurangan
fasilitas terutama bagi sekolah-sekolah yang ada pada
pedesaan, seperti ruang kelas, ruang perpustakaan dan
juga rumah dinas bagi guru. Dengan fasilitas yang
serba kekurangan, hal ini yang menjadi alasan kuat
bagi guru-guru dalam menghindari penempatan pada
83
sekolah-sekolah pedalaman serta berbagai macam
alasan lainya.
Di Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung
serta memudahkan setiap pelaksanaan kerja dinas
pendidikan termasuk pengelolaan data pendidikan
pada tingkat kecematan serta dalam mengkontrol kerja
guru, akan dibentuk suatu badan pembantu UPTD
(unit pelaksana teknis dinas) pada setiap tingkat
kecematan, Badan ini baru dalam tahap pembahasan
pemerintah daerah.
Dengan adanya fasilitas dinas melalui UPTD pada
kecamatan-kecamatan diharapkan dapat memantau
serta mengurus setiap proses pendidikan yang
berlangsung pada tingkat kecamatan termasuk
didalamnya pendataan serta penyampaian informasi
tentang keberadaan dan kebutuhan guru.
c. Kecendrungan-kecendrungan Kecendrungan-kecendrungan pelaksana
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata
terhadap implementasi kebijakan. Kecendrungan guru-
guru di Kabupaten Sumba Timur, dimana mereka lebih
memilih untuk mengajar pada sekolah yang berada di
sekitar perkotaan, kecendrungan ini tidak dapat
dipungkiri karena guru yang bersangkutan memiliki
banyak alasan, seperti mengikuti suami dimana
tempatnya bekerja, ada juga yang beralasan karena
kesehatan sehingga lebih dekat dengan fasilitas
84
kesehatan di perkotaan agar dapat melakukan kontrol
kesehatan. Dengan sikap guru yang seperti ini tentu
sangat mempengaruhi keberhasilan imlpementasi
penempatan guru yang merata pada setiap sekolah
dasar di Kabupaten Sumba Timur.
Selain sikap guru yang lebih memilih untuk
ditempatkan pada sekolah di sepeturan kota,
kecendrungan lain juga dapat terjadi dimana guru-guru
yang ditempatkan pada sekolah dasar yang jauh dari
perkotaan, sering ditemukan absen atau jarang masuk
sekolah. Sehingga sikap seperti ini akan sangat
berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik di
sekolah. Hal ini dapat terjadi karena pelaksana
kebijakan seperti pengawas sekolah dari dinas
pendidikan tidak secara baik mengawasi dan bahkan
pengawas sekolahpun jarang untuk melakukan
pemantaun lansung ke sekolah terutama sekolah-
sekolah yang jauh dari perkotaan.
Menurut Edwards, salah satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi masalah kecendrungan
para pelaksana dalam hal ini guru adalah dengan
memanupulasi insentif-insentif. Oleh karena pada
umumnya orang bertindak menurut kepentingannya
mereka sendiri, maka memanupulasi insentif-insentif
oleh para pembentuk kebijakan tingkat tinggi besar
kemungkinan mempengaruhi tindakan-tindakan para
pelaksana kebijakan.
85
Sejauh ini pemerintah pusat mewajibkan kepada
guru untuk memenuhi 24 jam mengajar dalam satu
minggu, dengan insentif seperti ini guru akan berusaha
memenuhi jam mengajarnya dengan menambah jam
mengajar di sekolah lain. Kebijakan lain yang telah
dilakukan pemerintah dimana menambah insentif
finansial bagi guru yang ditempatkan pada sekolah-
sekolah yang berada pada daerah terpencil.
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur perlu
dengan tegas mengimplementasikan kebijakan
penempatan guru tanpa memandang status guru serta
tanpa adanya faktor politik, sehingga guru yang akan
ditempatkan dapat merata dan benar-benar menjawab
kebutuhan dalam hal kekurangan guru. Dilain sisi
pemerintah Sumba Timur perlu menambahkan
insentif-insentif yang membuat guru termotivasi dan
siap untuk ditempatkan di sekolah mana saja baik di
perkotaan maupun di daerah terpencil, sehingga
kecendrungan yang sering dilakukan guru tidak lagi
terjadi.
d. Struktur birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang
paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi
pelaksana kebijakan. Maka mengetahui struktur
birokrasi merupakan faktor fundamental untuk
mengkaji implementasi kebijakan.
86
Pada masa desentralisasi saat ini, pemerintah
pusat menetapkan kuota jumlah guru PNS yang bisa
diangkat oleh kabupaten/kota. Kemudian
kabupaten/kota menyeleksi guru yang akan mereka
angkat. Secara teknis, kabupaten/kota yang
menyeleksi guru PNS. Tetapi, dana untuk gaji guru PNS
tersebut sebenarnya disalurkan oleh pemerintah pusat
ke pemerintah kabupaten/kota melalui dana anggaran
umum (DAU).
Proses pengangkatan guru melibatkan beberapa
birokrasi pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena
itu pengangkatan guru PNS dilaksanakan seperti yang
terlihat dalam gambar struktur birokrasi ini:
87
PMTK
Skema 4.1 Struktur birokrasi proses pengangakatan guru PNS di Indonesia
(Sumber: Worldbank 2011, digambar dari deskripsi MENPAN soal proses pengangkatan, 2008).
Dalam laporan Worldbank (2011) menjelaskan
proses pengangkatan guru melibatkan beberapa
lembaga pemerintah pusat dan daerah. Pengangkatan
guru PNS meliputi hal-hal sebagai berikut (lihat skema
4.1):
Kemen Keuangan
DIKTI
BKN MENPAN
Standar dan persyaratan profesi
Provinsi
BKD Kab/kota
Dinas Pendidikan
Sekolah
Anggaran
Koordinasi
Permintaan kuota dan konsultasi
Permintaan
Permintaan, kuota, konsultasi, revisi kuota
Pasokan
88
1. Dasar pengangkatan guru PNS adalah formasi
tahunan atau penetapan kebutuhan guru. Formasi
tahunan ini juga mempertimbangkan kesempatan
(lowongan) kerja baru yang disetujui oleh MENPAN.
2. Setiap tahun sekolah melaporkan kebutuhan akan
guru kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota,
yang bertanggung jawab memasok tenaga yang
dibutuhkan. Metode untuk menentukan
kebutuhan guru sangat bervariasi, dan metode
yang dipakai satu sekolah seringkali berbeda
dengan sekolah yang lain.
3. BKD kabupaten lalu meneruskan permintaan dari
Dinas Pendidikan kabupaten/kota, beserta dengan
data jumlah PNS yang dibutuhkan oleh institusi
pemerintah daerah lainnya di sana, ke pemerintah
provinsi yang berperan sebagai wakil pemerintah
pusat. Dengan demikian, guru dimasukkan sebagai
bagian dari keseluruhan formasi pemerintah
daerah.
4. Pemerintah provinsi hanya bertugas untuk
mengumpulkan data kebutuhan PNS dari seluruh
kabupaten/kota di wilayahnya. Sebenarnya,
menurut beberapa pejabat MENPAN, beberapa
kabupaten/kota bahkan langsung mengirimkan
data kebutuhan ke mereka.
89
5. Begitu data formasi nasional terkumpul, termasuk
permintaan akan guru baru, MENPAN meminta
petunjuk teknis dari BKN untuk menentukan
berapa kuota untuk masing-masing daerah.
6. Persyaratan khusus bagi guru, termasuk standar
profesional, ditetapkan oleh PMPTK.
7.Yang sering terjadi adalah daerah tidak
mendapatkan guru sejumlah yang mereka minta
karena terbatasnya anggaran nasional.
8. Pada akhirnya, kuota bagi masing-masing daerah
ditentukan oleh berapa anggaran yang disediakan
oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Kemenkeu menetapkan kuota nasional maksimal
dan menyerahkan ke MENPAN untuk menentukan
kuota bagi masing-masing daerah.
Dalam hal pengakatan guru PNS, pemerintah
daerah berkerja sama dengan pemerintah pusat dalam
menentukan besaran kuota jumlah guru yang akan
diangkat berdasarkan berbagai pertimbangan dari
lembaga-lembaga Negara yang secara langsung terlibat.
Selanjutnya dalam hal penempatan guru
pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk
menata dan mengelola distribusi guru bersama
lembaga-lembaga daerah yang terkait berdasarkan
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mengenai standar minimal tenaga pendidik pada setiap
tingkat satuan pendidikan.
90
Struktur birokrasi dalam penempatan guru
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan analisis
kebutuhan dalam bentuk konsep perencanaan yang
akan diperlukan kemudian diajukan ke Badan
Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana teknis yang
mempunyai wewenang dalam penempatan dan mutasi
pegawai negeri sipil termasuk di dalamnya guru PNS,
kemudian Badan Kepegawaian Daerah meninjau
usulan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,
bila selama peninjauan yang dilakukan Badan
Kepegawaian Daerah belum tepat maka akan di
kembalikan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
dan kemudian akan diadakan rapat bersama untuk
menganalisa kembali kebutuhan guru di lapangan,
yang selanjutnya badan kepegawaian daerah akan
mengurus mutasi guru melalui SK Bupati.
Berikut struktur birokrasi dalam penempatan
guru di kabupaten Sumba Timur, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
91
Skema 4.2; strutur birokrasi proses penempatan guru (PNS) di kabupaten Sumba Timur
Birokrasi-birokrasi di atas mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan implementasi
kebijakan penempatan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur, dimana badan-badan
tersebut masing-masing memiliki tugas tersendiri yang
saling behubungan. Edwards menjelaskan hal ini akan
menimbulkan dua konsep pokok yang merugikan bagi
implementasi yang berhasil. Pertama, tidak ada orang
yang akan mengakhiri implementasi kebijakan dengan
melaksanakan fungsi-fungsi tertentu karena tanggung
jawab bagi suatu bidang kebijakan terpecah-pecah.
Kedua, pandangan-pandangan yang sempit dari badan-
badan mungkin juga akan menghambat perubahan.
Jika suatu badan mempunyai feksibilitas yang rendah
dalam misinya, maka badan itu akan berusaha
mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan
Badan Kepegawaian Daerah
Pemerintah Daerah melalui SK Bupati
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
92
akan menentang kebijakan-kebijakan baru yang
membutuhkan perubahan.
Pemerintah Sumba Timur perlu untuk meninjau
kembali kewenangan yang dimiliki oleh setiap badan
birokrasi, untuk dapat berkoordinasi serta berkerja
sama secara bersinergi sehingga penempatan guru
benar-benar diimplementasikan secara tepat. Dan tidak
dihambat oleh kepentingan-kepintingan diluar bidang
kebijakan penempatan guru oleh salah satu badan
yang memiliki kewenangan.
top related