bab iv hasil penelitian dan pembahasan 1.1. profil...
Post on 07-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1. Profil Singkat SCTV
1.1.1 Sejarah SCTV
Pada mula SCTV terletak di Jl.Dharmo Permai, Surabaya, Agustus 1990,
siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada
izin Departemen Penerangan No.1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No.
150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991 pancaran siaran SCTV meluas
mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya. Baru pada tahun 1993, berbekal SK
Menteri Penerangan 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh
Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan
mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara
bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi
siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.
Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta.
Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian
mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multi medianya
dengan meluncurkan situs http://www.liputan6.com, http://www.liputanbola.com
melalui situs tersebut, SCTV tidak hanya bersentuhan dengan masyarakat Indonesia
di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh dunia. Dalam
perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk
(SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara dan
menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media baru.1
SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan dari
dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui berbagai
program berita dan feature produksi divisi pemberitaan seperti liputan6 (pagi, siang,
petang dan malam), buser, topik minggu ini, sigi dan sebagainya. SCTV juga
memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih tayangan yang sesuai. Untuk itu
dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri atas ada bimbingan untuk orang tua
sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang penyiaran yang gterdiri
dari BO (Bimbingan Orang tua), D (Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh sebelum
peraturan ini diberlakukan, SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang
programnya sesuai dengan karakter programnya.2
Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai prestasi di raih baik
dalam negeri dan juga luar negeri antara lain : Asian Television Award (2004 untuk
program kemanusiaan Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil,
Majalah Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu dari 200
perusahaan terkemuka di Asia Pasifik), Panasonic Award (untuk program berita,
pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Pada
bulan Februari 2012, SCTV memperoleh penghargaan sebagai stasiun televisi
utama pilihan pemirsa dan pengiklan di ajang Superbrands 2012 yang
diselenggarakan oleh Institusi Media Independen Phoenix Communication. Pada
bulan Maret 2012, Program Sigi Investigasi SCTV meraih penghargaan “Panasonic
Gobel Award” untuk kategori program investigasi di acara ‘Panasonic Gobel Award
ke-15’. Dalam ajang penghargaan tahunan Citra Pariwara 2012, yang
1 http://www.sctv.co.id. 2 http://www.sctv.co.id.
diselenggarakan pada tanggal 30 November 2012, SCTV kembali meraih
penghargaan Silver Awards untuk promo image “Grammy Awards 2012”. Liputan 6
meraih penghargaan dari CNN Journalism Award 2013 untuk kategori Education
Culture and Art. SCTV mendapatkan Penghargaan Gold Awards untuk promo
Image SCTV Awards 2012 versi Gatotkaca dalam kategori Others. Semua
penghargaan tersebut menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Untuk itu,
manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya sebagai
stasiun televisi keluarga.
Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan
menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus
mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya
manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra
bisnisnya.
SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi siaran dan
produksi digital, yang merupakan bagian dari kebijakan untuk konsisten
mengadopsi kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi
operasional. Dalam semangat yang sama, kebijakan itu telah meletakan penekanan
yang kokoh pada pembinaan kompetensi individu di seluruh aspek untuk
mempertajam basis pengetahuan seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif.
Inilah kunci untuk memperkuat posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun
penyiaran terkemuka di Indonesia.
1.1.2 Logo, Visi, Misi, dan Motto SCTV
Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogan menjadi lebih tegas dan
dinamis : Satu Untuk Semua.
Gambar 4.1. Logo SCTV
Makna logo SCTV menampilkan wujud :
1. SUN : Matahari (orange) berbentuk bulat utuh, mengandung makna SCTV
kini berusia matang dan dalam wujud yang terbaik
2. SKY : Langit (biru) pada teks SCTV yang disinari oleh sang surya
mengandung makna SCTV selalu cerah, cemerlang, berwawasan, variatif,
inovatif, sekaligus menghibur dalam setiap programnya.
Teks SCTV berkesan dinamis modern, menyiratkan kemauan untuk terus
berkembang sejalan dengan selera pemirsa dan kemajuan zaman. Teks SCTV yang
berkesinambungan mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik dalam
lingkungan internal SCTV maupun antara SCTV dan pemirsanya.
Selain itu SCTV memiliki visi, misi, moto dan tujuan yaitu :
1. Visi SCTV
Visi SCTV adalah menjadi stasiun unggulan yang dapat memberikan kontribusi
terhadap kesatuan dan persatuan bangsa, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Misi SCTV
Misi dari SCTV adalah membangun SCTV sebagai jaringan televisi swasta yang
terkemuka di indonesia, dengan menyediakan beragam program kreatif, inovatif
dan berkualitas untuk pemirsa, berdasarkan prinsip “good corporation
governance”.
3. Moto SCTV
Moto dari SCTV adalah satu untuk semua, mendukung berbagai makna seperti
berikut ini :
a. SCTV sebagai satu-satunya stasiun televisi swasta pilihan untuk semua
kalangan.
b. SCTV sebagai satu-satunya stasiun televisi swasta pilihan yang begitu
inovatif menayangkan berbagai jenis program acara yang sangat beragam
dan variatif.
c. SCTV memiliki cita-cita luhur untuk menjadi nomor satu dalam benak
pemirsanya.
Moto SCTV berkaitan dengan nilai-nilai utama yang dimiliki perusahaan,
yaitu “SCTV 5 TOP”. Nilai-nilai utama yang dikembangkan SCTV terwakili oleh
5T, 5O dan 5P:
1. 5T yang mencerminkan sikap karyawan :
a. Teachable : Keterbukaan
b. Thoughtful : Bijaksana
c. Thankful : Bersyukur
d. Trustworthy : Terpercaya
e. Triumphant : Unggul
2. 5O yang mencerminkan cara kerja karyawan :
a. Organized : Terorganisasi
b. Obendient : Taat
c. Obliging : Bertanggung Jawab
d. Optimistic : Berfikir Positif
e. Occupied : Selalu Berkarya
3. 5P yang mencerminkan output atau produk SCTV
a. Performance : Kinerja Terbaik
b. Professional : Profesional
c. Perfect : Ikhtiar untuk kesempurnaan
d. Prestigious : Disegani
e. Prefered : Terpilih/Menjadi Unggul
Pada dasarnya SCTV memiliki peranan penting dalam program mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan awal SCTV berdiri, yaitu sebagai
media informasi untuk ikut berpartisipasi dalam program mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan terus memberikan pelayanan dan program yang berkualitas serta
berkesinambungan.
1.2. Departemen On Air Promotion SCTV
1.2.1 Sejarah Singkat Departemen On Air Promotion SCTV
Departemen Promo On Air sudah ada sejak SCTV berdiri di Surabaya. Saat
itu masih berada dalam Divisi Marketing. Saat itu dipimpin oleh seorang manager
bernama Ibu Gina R. Soepardi dan disupport oleh advisor dari Phillipina bernama
Jonjo Trinidad. Hal ini mengingat saat itu bisnis televisi masih baru berkembang di
Indonesia sehingga dibutuhkan adanya advisor yang bisa memberikan arahan dalam
pencapaian tujuan berpromosi. Komposisi tim masih didonimasi oleh Production
Assistant yang cukup banyak. Mereka ini adalah lulusan dari berbagai kampus yang
sama sekali tidak memiliki latar belakang broadcast. Saat itu Promo On Air sudah
memiliki Voice Over talent yang sangat mumpuni, yang memiliki latar belakang
sebagai penyiar radio.
Selanjutnya dalam perkembangan broadcasting yang makin banyak
bermunculan televisi nasional baru, maka tuntutan dan eksistensi departemen
Promo On Air masih diperhitungkan. Departemen promosi makin memiliki nilai
strategis karena berkontribusi langsung pada keberhasilan sebuah program yang
mulai dikompetisikan secara rating. Rating inilah yang menentukan keberhasilan
penjualan bagi stasiun televisi tersebut. Dalam proses learning by doing, para
Production Assistant itu akhirnya dipromosikan sebagai Produser karena
kompetensinya yang makin meningkat. Dengan demikian selanjutnya direkrutlah
tenaga baru sebagai production assistant. Di sinilah secara struktur, departemen
Promo On Air makin terlihat kokoh. Dengan makin banyaknya variasi genre
program, maka setiap produser dibagi tugas untuk menangani masing-masing genre
dengan dibantu oleh seorang Production Assistant. Maka makin fokuslah pekerjaan
para Produser, sehingga mereka bisa mengemas strategi promosi program lebih
terarah. Saat ini tahun 1999 dan akhirnya posisi manager diserahkan pada bapak Abi
Yazid.
Tahun 2006 Promo On Air SCTV melengkapi timnya dengan menambahkan
seorang Director of Photograph. Maka disinilah mulai menampakkan peningkatan
yang luar biasa. Secara on air look, hasil pekerjaan tim promo makin bagus dan
variasi dengan angle-angle yang indah. Semua promo dieksekusi dengan
pendekatan beauty shoot. Tak heran sejak itulah Promo On Air SCTV meraih
banyak penghargaan di setiap kompetisi kreatif promo. Bahkan hingga menyabet
penghargaan internasional. Dengan strategi promosi program yang makin kompleks,
maka Divisi programming perlu mendapat dukungan sepenuhnya dari departemen
Promo On Air. Sehingga akhirnya departemen Promo On Air harus lebih fokus.
Untuk lebih memudahkan dalam berkoordinasi, departemen promo on air akhirnya
bergabung di Divisi Programming. Pada saat ini jabatan manager diubah menjadi
kepala departemen yang dipercayakan kepada Bapak Karianto.
1.2.2 Struktur Departemen On Air Promotion SCTV
Bagan 4.1. Struktur Departemen On Air Promotion SCTV
Directur Programing dan Produksi
(Harsiwi Achmad)
Kepala divisi Creative On Air Presentation
(Ponang Praptadi)
Kepala Departemen On Air Promotion
(Karianto)
Creative Grup Head
(Putut wahyudi)
Ass Produser
(Asti Ningsih)
Creative Grup Head
(Yuliantoro E.M)
Ass Produser
(Rizky Aditya)
Creative Grup Head
(Ajusta Hirobumi)
Ass Produser
(Dityan Satyayoni)
Creative Grup Head
(Agung Y.H)
Ass Produser
(Akbar Maraputra)
Gambar 4.2. Team Departemen On Air Promotion SCTV
1.3 Bentuk Komunikasi di Departemen On Air Promotion SCTV
Komunikasi organisasi merupakan komunikasi dalam organisasi yang bersifat
formal maupun informal yang berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok (Mulyana, 2005: 13). Proses komunikasi yang efektif
merupakan syarat terbinanya kerja sama yang baik dalam Departemen On Air
Promotion SCTV untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam Departemen On Air
Promotion SCTV, komunikasi terjadi di dalam kondisi formal (secara struktural)
maupun informal. Dimana sebuah komunikasi formal dalam Departemen On Air
Promotion SCTV memiliki peran dalam pembuatan keputusan organisasi, sedangkan
komunikasi informal yang terjadi diantara para anggota Departemen On Air
Promotion SCTV digunakan untuk saling mengenal satu sama lain dan tidak menutup
kemungkinan bahwa terdapat informasi-informasi penting yang terjadi dalam
komunikasi ini. Komunikasi memberikan pemahaman bagi Departemen On Air
Promotion SCTV dalam membuat dan mengeksekusi keputusan.
Dalam mengerjakan pekerjaannya mempromosikan program SCTV,
Departemen On Air Promotion SCTV menggunakan beberapa bentuk komunikasi,
yaitu:
1. Komunikasi Informal
Komunikasi informal merupakan alur komunikasi yang di luar konteks
komunikasi organisasi yang terjadi secara sporadis dan tidak terikat pada aturan-
aturan baku dalam jenjang organisasi (Pace dan Faules, 2006). Dalam komunikasi
informal ini, setiap karyawan Departemen On Air Promotion SCTV bebas dalam
berinteraksi tanpa melihat batasan-batasan yang ada dalam komunikasi organisasi
sesuai dengan jenjang manajemennya. Komunikasi informal yang seringkali
terjadi dalam Departemen On Air Promotion SCTV biasanya adalah komunikasi
antar pribadi. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi) adalah
komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung
dalam bentuk percakapan (Roudhona, 2007). Hal tersebut diungkapkan oleh
Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Dalam bekerja, kami biasanya memakai komunikasi antar pribadi.
Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka atau face to
face, bisa juga melalui telepon. Komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh
karyawan-karyawan Departemen On Air Promotion SCTV adalah berusaha
untuk dapat saling memahami karakteristik pribadi rekan kerja satu team,
dapat memahami persepsi satu sama lain, meningkatkan toleransi dan
solidaritas serta menghindari konflik.” 3
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Putut Wahyudi, Creative Grup Head
Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Komunikasi lisan antar pribadi merupakan metode atau cara yang cukup
efektif, percakapan yang dilakukan antar partner kerja Departemen On Air
Promotion SCTV dan dengan atasan Departemen On Air Promotion SCTV
merupakan cara yang paling cepat dan ekonomis tentang hal-hal yang
seharusnya memang dikomunikasikan dengan baik. Komunikasi lisan yang
dilakukan oleh Departemen On Air Promotion SCTV, tidak hanya terjadi di
3 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
saat yang formal saja seperti saat rapat berlangsung tetapi berdiskusi, bertukar
ide, memberi masukan dapat dilakukan di waktu senggang seperti jam istirahat
makan siang dalam suasana kekeluargaan, itu pun dapat memberikan ide-ide
segar bagi kemajuan Departemen On Air Promotion SCTV selanjutnya.”4
Dalam perkembangan hubungan kerjasama yang makin efektif dan meluas,
konteks komunikasi interpersonal karyawan Departemen On Air Promotion SCTV
menjadi mikrokosmos bagi kelompok Departemen On Air Promotion SCTV
secara makro. Konteks komunikasi interpersonal, khususnya dalam bentuk diad
(dua-orang) Departemen On Air Promotion SCTV selalu melibatkan tingkat intra-
personal. Tingkatan dan konteks komunikasi ini mewakili satuan terkecil interaksi
karyawan Departemen On Air Promotion SCTV sebelum beranjak ke dalam
tingkatan dan jangkauan komunikasi budaya kelompok. Komunikasi interpersonal
Departemen On Air Promotion SCTV dapat mencakup semua jenis hubungan
karyawan mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa, hingga
hubungan yang paling mendalam dan relatif permanen yang berbentuk
kekeluargaan.
2. Komunikasi Formal
Dalam komunikasi formal, informasi mengalir melalui jalur resmi yang
ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Pace dan
Faules, 2006). Komunikasi formal yang terjadi dalam Departemen On Air
Promotion SCTV lebih merupakan bentuk komunikasi kelompok. Komunikasi
kelompok adalah proses komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang
yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok (Roudhona, 2007). Dalam
komunikasi Departemen On Air Promotion SCTV tersebut, terjadi komunikasi ke
4 Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal
15 April 2015.
bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Hal tersebut diungkapkan
oleh Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Dalam komunikasi secara formal, saya seringkali mengumpulkan para crew
Departemen On Air Promotion SCTV dalam suatu rapat untuk melakukan
feedback atas apa yang sudah kami lakukan. Dalam hal ini yang terjadi adalah
komunikasi kelompok, kami berinteraksi satu sama lain baik itu dalam
komunikasi atasan kepada bawahan, komunikasi bawahan kepada atasan dan
komunikasi horizontal antar crew sendiri. Hal tersebut untuk mencapai tujuan
bersama adanya saling kebergantungan, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari keluarga atau kelompok Departemen
On Air Promotion SCTV, meskipun setiap crew boleh jadi punya peran
berbeda.”5
Dalam bentuk komunikasi formal kelompok biasanya Departemen On Air
Promotion SCTV lebih sering berkomunikasi untuk merencanakan strategi yang
tepat agar meningkatkan eksistensi promo program terhadap minat pemirsa
SCTV. Karena bagus tidaknya promo program yang ada di SCTV mempengaruhi
minat dari pemirsa SCTV. Hal tersebut diungkapkan oleh Rizky Aditya, Asisten
Produser Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Dalam komunikasi formal, kami seringkali membahas strategi promo on air
yang digunakan untuk setiap programnya adalah dengan cara bagaimana
membuat promo tersebut menarik masyarakat agar dapat melihat isi dari
promo tersebut. Hal tersebut kami lakukan secara rutin dalam rapat formal.
Maka setiap promo program yang dikeluarkan mempunyai look yang berbeda–
beda dengan warna yang menarik di setiap promo tersebut maka orang akan
melihat informasi program dari promo on air di SCTV.”6
Berdasarkan paparan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
Departemen On Air Promotion SCTV, komunikasi terjadi di dalam kondisi formal
(secara struktural) maupun informal. Meski pun bentuk komunikasi formal dan
komunikasi informal digunakan, namun berdasarkan amatan peneliti, para karyawan
Departemen On Air Promotion SCTV lebih sering menggunakan bentuk komunikasi
informal. Sebagaimana dikemukakan oleh Littlejohn & Foss (2005 : 258) bahwa
5 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
6 Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15
April 2015.
budaya organisasi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam
organisasi, bukan hanya pekerjaan tetapi semua jenis komunikasi. Dalam hal ini
komunikasi mempunyai fungsi membangun iklim organisasi Departemen On Air
Promotion SCTV, yang berdampak kepada membangun budaya organisasi
Departemen On Air Promotion SCTV. Pelaksanaan aktivitas komunikasi akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap budaya organisasi. Komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV
menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja karyawan. Adanya
komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV yang baik maka akan
terciptanya suatu informasi baru yang tepat, benar dan baik. Informasi sangat
dibutuhkan oleh para karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, karena
informasi tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan kewajiban pekerjaan masing-
masing anggota atau untuk mengatasi masalah pekerjaan yang ada dalam Departemen
On Air Promotion SCTV.
1.4 Budaya Organisasi Departemen On Air Promotion SCTV
Pacanowsky & Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258) menyatakan
bahwa studi budaya organisasi seperti ini dapat mengungkap budaya organisasi
melalui pengamatan terhadap communication performances. Oleh sebab itu,
pengungkapan budaya organisasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV ini
menggunakan indikator communication performances yang dikemukakan oleh
Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 259-260) yaitu:
Ritual, Hasrat (Passion), Sosialitas (Sociality), Politik organisasi, Enkulturasi atau
proses “pengajaran” yang menjadi tolak ukur budaya yang berlangsung dalam
Departemen On Air Promotion SCTV.
1.4.1 Perfoma Ritual (Ritual Performance)
Performa Ritual (ritual performance) adalah merupakan suatu tampilan yang
diulang-ulang secara teratur, suatu aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok
sebagai suatu yang sudah biasa dan rutin (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo,
dalam Littlejohn & Foss, 2005). Performa ini sering digunakan oleh para crew
Departemen On Air Promotion SCTV di setiap masing-masing Creative Grup
Head Departemen On Air Promotion SCTV, ini dikarenakan performa ritual
adalah performa yang lebih sering dikerjakan dan berulang-ulang sehingga dapat
membantu pekerjaan lebih cepat. Performa Ritual dibagi menjadi empat poin,
yaitu: personal, tugas, sosial dan organisasi.
1) Ritual Personal
Ritual Personal (personal ritual) adalah rutinitas yang dilakukan di
Departemen On Air Promotion SCTV setiap harinya. Maksudnya adalah
mencakup semua hal yang dilakukan oleh para anggota Departemen On Air
Promotion SCTV di masing-masing Creative Grup Head secara rutin setiap
harinya di Departemen On Air Promotion SCTV. Ritual ini pun berguna untuk
melancarkan kegiatan kerja setiap harinya. Hal tersebut diungkapkan oleh
Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Rutinitas tiap hari yang dilakukan oleh tiap personal berbeda-beda, hal
tersebut mengingat setiap crew Departemen On Air Promotion SCTV punya
peran dan job deskripsi yang berbeda. 7
Menurut Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV,
rutinitas tiap hari sehubungan dengan pekerjaan promo on air program SCTV
adalah sebagai berikut:8
a) Membuat Trailer
7 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
8 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
Trailer merupakan cuplikan-cuplikan program yang disusun secara ringkas
sesuai alur program yang sebenarnya. Digabungkan dengan narasi yang
memiliki daya tarik pada identitas program. Contohnya; trailer film action,
sinetron, program berita, dan lain sebagainya. Trailer biasanya
dijadwalkan siaran paling lama 1 bulan sebelumnya, sedangkan paling
dekat adalah beberapa jam sebelum ditayangkan. Namun biasanya paling
gencar ditayangkan 1 hari sebelumnya.
b) Membuat Treaser
Treaser merupakan cuplikan-cuplikan film yang paling menarik. Treaser
biasanya hanya ada pada film-film cerita ataupun sinetron, yang sengaja
dibuat oleh produsernya. Sehingga dalam materi kaset yang telah dibeli
hak royaltynya, akan terdapat potongan-potongan treaser tersebut. Stasiun
SCTV tinggal menyiarkannya saja. Treaser disiarkan biasanya hanya pada
saat program film itu sedang berlangsung. Yaitu menjelang commersial
break, bumper in, bumper out, tujuannya agar penonton tetap
terjaga/tergoda untuk tidak mengubah saluran televisinya.
c) Membuat promo still photo;
Promo still photo promosi tentang segala sesuatu yang berbentuk still
photo, bukan gambar bergerak. Biasanya ini hanya berupa pengumuman
penting, pelayanan umum atau apapun yang memang belum ada
gambarnya.
d) Membuat promo program;
Promo program yaitu promosi tentang segala sesuatu yang disampaikan
oleh seorang penyiar baik live ataupun recording, tentang program yang
akan disajikan, hal ini biasanya untuk mengingatkan agenda siaran televisi
saat itu. Ada pula penyiar yang menyampaikan promosi sinopsis sebuah
program menjelang program tersebut ditayangkan, agar menarik perhatian
audien.
e) Membuat running text
Running text merupakan promosi program tercetak/tertulis yang
ditampilkan di bagian paling bawah layar televisi yang berputar secara
bergantian dengan informasi lainnya.
f) Membuat supper impose
Supper impose merupakan promosi program yang biasanya ditampilkan
dalam layar televisi secara mendadak, beberapa detik dengan frekuensi
tidak sering. Bisa ditampilkan sebelum program dimulai untuk
mengingatkan ataupun ketika program sedang berlangsung untuk
menginformasikan audien yang baru bergabung.
2) Ritual Tugas
Ritual tugas (task ritual) adalah perilaku rutin yang dikaitkan dengan
pekerjaan karyawan di Departemen On Air Promotion SCTV. Di Departemen
tersebut ritual seperti ini dilakukan hampir di setiap masing-masing Creative
Grup, karena setiap anggota masing-masing Creative Grup bertanggung jawab
dalam penyelesaian tugas yang dibebankan kepadanya. Ritual tugas
berhubungan erat dengan job deskripsi karyawan Departemen On Air
Promotion SCTV. Hal tersebut diungkapkan oleh Karianto, Kepala
Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Job deskripsi dalam Departemen On Air Promotion SCTV bagian penting
dari ritual tugas Departemen On Air Promotion SCTV. Ibarat navigator bagi
karyawan Departemen On Air Promotion SCTV, job deskripsi adalah peta
yang menentukan arah, kemana harus berbelok, berapa kecepatan yang
diperlukan dan seterusnya. Job deskripsi yang jelas dapat melancarkan
kegiatan rutinitas kerja tiap personal setiap harinya dalam Departemen On Air
Promotion SCTV. Dalam hal ini tiap job deskripsi harus dikombinasikan
untuk mencapai tujuan, sehingga job deskripsi memiliki adanya saling
kebergantungan antar karyawan dalam Departemen On Air Promotion
SCTV.”9
Gambar 4.3. Kegiatan Syuting Sebagai Bentuk Ritual Tugas
Adapun, job deskripsi dari setiap bagian Departemen On Air Promotion
SCTV adalah sebagai berikut:
a) Kepala Departemen On Air Promotion SCTV
Kepala Departemen On Air Promotion bertugas atas manajemen promo on
air dari setiap program SCTV, membuat struktur dari departemen promo
on air lalu bertanggung jawab atas budgeting dan strategi (rencana) besar
promo on air dari setiap program SCTV. Kepala Departemen On Air
Promotion bertanggungjawab kepada Kepala divisi Creative On Air
Presentation yaitu Ponang Pratapdi.
b) Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV
Bertugas untuk memanajemen produksi promo On Air yang telah
ditentukan oleh Kepala Departemen On Air Promotion, membuat konsep
promo On Air lalu membriefing konsep promo, serta memberi tugas pada
9 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
asisten produser lalu mengevaluasi hasil kerja asisten produser dan
merevisi beberapa kinerja asisten produser.
c) Asisten Produser
Bertugas untuk membantu Creative Grup Head dalam menyiapkan
berbagai materi yang akan diedit dan pada saat syuting adalah membantu
untuk menyiapkan berbagai keperluan On Air Promotion mulai dari
peralatan, camera person, atau berkomunikasi kepada talent.
3) Ritual Sosial
Ritual Sosial (social ritual) adalah sebuah rutinitas yang melibatkan hubungan
antar anggota di Departemen On Air Promotion SCTV. Biasanya di
Departemen tersebut rutinitas seperti ini dilakukan oleh semua crew di sana
bertujuan untuk menambah tali persaudaraan antar crew Departemen On Air
Promotion SCTV agar lebih memahami karakter satu sama lainnya sehingga
dalam hal kerjasama dalam pekerjaan pun dapat berjalan dengan baik. Hal
tersebut diungkapkan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air
Promotion SCTV:
“Di saat jam istirahat para crew Departemen On Air Promotion SCTV sering
melakukan makan siang bersama. Biasanya makan siang itu digunakan juga
untuk berbincang-bincang tentang pekerjaan yang tadi sudah dilakukan
selama seharian. Pembicaraan santai seperti itu dapat membuat rasa lelah
yang tadi melanda dapat hilang begitu saja, bahkan seringkali karena
mengobrol santai saat makan siang itu dapat menambah ide-ide baru yang
segar untuk pekerjaan.”10
Hal tersebut juga diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air
Promotion SCTV:
“Rutinitas yang melibatkan hubungan antar anggota lebih digunakan oleh
anggota Departemen On Air Promotion SCTV seringkali membicarakan
atau mendiskusikan kegiatan atau acara apa saja yang akan dibuat
10
Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 15
April 2015.
selanjutnya untuk membuat pemirsa SCTV lebih bersemangat menonton
program acara SCTV. Kita sering makan bersama. Ritual makan bersama
tidak hanya dilakukan oleh satu Creative Grup saja tetapi antar Creative
Grup yang lain pun sering dilakukan untuk memberikan saran-saran yang
membangun atau bahkan kritikan. Pertemuan santai seperti ini pun tidak
hanya di lingkungan kantor saja, tetapi terkadang saat jalan-jalan akhir
pekan bersama. Dengan ritual sosial seperti ini anggota setiap Creative Grup
mendapatkan ide-ide cemerlang untuk memajukan program acara SCTV.”11
Gambar 4.4. Akhir Pekan Bersama Sebagai Bentuk Ritual Sosial
4) Ritual Organisasi
Ritual Organisasi (organizational ritual) adalah sebuah rutinitas yang
berkaitan dengan Departemen On Air Promotion SCTV secara keseluruhan.
Maksudnya adalah kegiatan Departemen On Air Promotion SCTV yang sering
dilakukan untuk meningkatkan eksistensinya. Misalnya saja rapat evaluasi
yang dilakukan Departemen On Air Promotion SCTV sebulan sekali, yang
bertujuan untuk mengevaluasi seluruh kinerja dari semua Creative Grup. Hal
tersebut diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV:
11
Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
“Kegiatan rapat evaluasi di Departemen On Air Promotion SCTV bertujuan
untuk sama-sama mengetahui apa saja kekurangan dari masing-masing
Creative Grup selama satu bulan penuh dan membuat planning untuk bulan
depan yang jauh lebih baik dari bulan ini. Membuat rencana kerja jangka
pendek pun dilakukan di rapat evaluasi tersebut. Ritual organisasi ini
diperlukan dan wajib diadakan sebulan sekali, karena penting untuk
kemajuan dari Departemen On Air Promotion SCTV ini sendiri.”12
Gambar 4.5. Rapat Evaluasi Sebagai Bentuk Ritual Organisasi
1.4.2 Performa Hasrat (Passion Performance)
Perfoma Hasrat (passion performance) adalah bagaimana para karyawan
Departemen On Air Promotion SCTV dapat mengubah pekerjaan-pekerjaan rutin
dan membosankan menjadi menarik dan merangsang minat. Penuturan
pengalaman (story telling) biasanya disampaikan berkali-kali, dan seringkali
orang merasa senang dapat saling menuturkan pengalamannya berulang kali
(Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Hal
tersebut diungkapkan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV:
“Saya seringkali sharing mengenai pengalaman saya saat pertama kali
bergabung dengan tim promo on air SCTV kepada rekan-rekan Departemen
12
Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
On Air Promotion SCTV dalam training. Dalam sharing kepada rekan-rekan
Departemen On Air Promotion SCTV, khususnya mereka yang baru masuk
ke dalam Departemen On Air Promotion SCTV saya selalu hanya ingin
mengatakan bahwa proses yang panjang itu telah menjadi pembelajaran diri
untuk menguasai suatu pekerjaan. Beruntung bahwa proses itu berjalan
dengan baik karena atasan saya yang baik, sesuai harapan saya di awal
bekerja. Atasan saya menjadi pembimbing dan guru, menjadi teman,
menjadi sahabat dan bahkan menjadi seorang kakak. Kesalahan yang
sesekali pernah saya lakukan tidak serta merta menjadi alasan untuk
membentak saya di depan khalayak. Kesalahan tetap kesalahan, kalaulah
sampai dicaci maki tentu tak akan membangun mental positif melainkan
justru membunuh karakter yang mungkin akan berkembang. Bukankah ada
mekanisme appraisal untuk membayar itu semua. Sebaliknya, prestasi juga
adalah prestasi yang harus diapresiasi. Bukan lantaran sudah seperti teman
sendiri lantas prestasi itu dinafikan.” 13
Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV
juga menuturkan sebagai berikut:
“Penuturan pengalaman atau story telling oleh senior biasanya disampaikan
dalam kegiatan-kegiatan gathering. Hal tersebut dapat menambah hasrat
karyawan dalam membentuk budaya Departemen On Air Promotion
SCTV.14
Penuturan pengalaman (story telling) para senior dalam gathering
Departemen On Air Promotion SCTV biasanya dapat merangsang minat para
juniornya untuk lebih giat dan kreatif dalam bekerja. Tidak hanya untuk para
junior, penuturan pengalaman (story telling) juga efektif dalam meningkatkan
hasrat mahasiswa yang bekerja magang agar dapat untuk diikutsertakan dalam
Media Development Program, yang dipersiapkan untuk menjadi ahli dalam bidang
dunia pertelevisian dengan bekal yang diberikan oleh para senior. Hal tersebut
dinyatakan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion
SCTV sebagai berikut:
“Penuturan pengalaman atau story telling biasanya disampaikan dalam
gathering yang diberikan oleh para senior Departemen On Air Promotion
SCTV untuk saling berbagi ketrampilan, ilmu pengetahuan dan pengalaman
dan sekaligus memberikan kesempatan kepada karyawan junior bisa lebih
13
Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015. 14
Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal
15 April 2015.
dekat dengan seniornya sehingga dapat mengembangkan hubungan kerja
yang baik, mengurangi kesenjangan antar karyawan.”15
Gambar 4.6. Kegiatan Gathering Sebagai Bentuk Perfoma Hasrat
1.4.3 Performa Sosialitas (Sociality Performance)
Performa Sosialitas merupakan bentuk tampilan yang memperkuat suatu
pengertian bersama mengenai kebenaran ataupun norma-norma dan penggunaan
aturan-aturan dalam organisasi, seperti tata susila dan sopan santun (Pacanowsky
dan O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Performa sosial ini
merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja
sama di antara anggota antar Creative Grup di dalam lingkungan Departemen On
Air Promotion SCTV. Performa sosial pun begitu penting bagi kelancaran
kerjasama yang akan dibangun oleh Departemen On Air Promotion SCTV dengan
sesama crew, departemen lain maupun pihak lain yang akan bekerjasama dengan
Departemen On Air Promotion SCTV. Karianto, Kepala Departemen On Air
Promotion SCTV menyatakan:
15
Wawancara dengan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal
16 April 2015.
“Persamaan dan hormat kepada sesama karyawan merupakan salah satu
prinsip standar perilaku dalam performa sosial budaya organisasi SCTV.
Performa sosial seperti memberi salam atau senyum kepada crew yang lain
akan membangun kerja sama yang baik secara psikologis. Jika sudah
terbentuk komunikasi yang baik antar sesama crew, maka itu akan membuat
kerja team Departemen On Air Promotion SCTV menjadi jauh lebih baik dan
dapat menghasilkan karya yang jauh lebih baik pula.”16
Hal tersebut juga dinyatakan Akbar Maraputra, Asisten Produser
Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
“Biasanya Asisten Produser bertugas untuk membantu Creative Grup Head
Departemen On Air Promotion SCTV pada saat syuting menyiapkan berbagai
keperluan On Air Promotion mulai dari peralatan, camera person, atau
berkomunikasi kepada talent, maka Asisten Produser harus mempunyai teknik
personality yang baik, tidak sombong, mudah senyum dan selalu ramah.”17
Melalui performa sosial yang baik pada Departemen On Air Promotion SCTV
akan terjalin hubungan komunikasi yang baik pula antara sesama anggota Creative
Grup di dalam lingkungan Departemen On Air Promotion SCTV atau pun di luar
departemen SCTV tertentu. Kerja sama yang baik dalam Departemen On Air
Promotion SCTV dapat menciptakan karya dan hasil yang jauh lebih baik
daripada bekerja secara individu.
1.4.4 Performa Politik (Political Performance)
Performa Politik (Political Performance) menciptakan dan memperkuat minat
terhadap kekuasaan dan pengaruh, seperti memperlihatkan kekuatan diri, kekuatan
untuk mengadakan proses tawar-menawar (bargaining power) (Pacanowsky dan
O’Donnell-Trujillo, dalam Littlejohn & Foss, 2005). Kebanyakan organisasi
bersifat hierarkis yaitu harus ada seseorang yang menjadi penguasa untuk
mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup kontrol untuk mempertahankan
dasar-dasar yang ada. Ketika sebuah organisasi terlibat dalam performa politis,
mereka mengkomunikasikan keinginan untuk mempengaruhi orang lain, namun
16
Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015. 17
Wawancara dengan Akbar Maraputra, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal
16 April 2015.
hal ini tidak selalu berdampak buruk. Karianto, Kepala Departemen On Air
Promotion SCTV menyatakan:
“Performa politis dalam Departemen On Air Promotion SCTV berpusat pada
pengakuan kompetensi masing-masing personal. Dalam hal ini kami menjaga
komitmen dari visi dan misi SCTV. Sistem dan kepatuhan beserta mekanisme
reward dan punishment harus secara konsisten dilaksanakan tanpa adanya
pembedaan (diskriminasi) dan ekspektasi akan perilaku yang etis harus selaras
dan tidak bertentangan dengan ekspektasi kinerja lainnya.”18
Berdasarkan paparan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV ,
maka budaya organisasi di SCTV yang diciptakan selama 20 tahun bisa berjalan
mengikuti visi dan misi perusahaan SCTV. Peran dan fungsi pemimpin
Departemen On Air Promotion SCTV bisa mentransfer pesan yang diinginkan
perusahaan. Secara politis, kekuatan pemimpin yang membentuk budaya
organisasi, budaya organisasi masih bisa berjalan dan dipercayai oleh para
anggota dalam bekerja. Hal ini yang berbeda dengan media televisi swasta
lainnya, karena beberapa media televisi swasta lainnya, ketika berganti pemimpin
akan berganti pula kebijakan dan budaya yang diajarkan. Di SCTV sendiri jarang
mengambil tenaga muda profesional untuk memimpin, karena biasanya SCTV
mengangkat senior untuk memimpin, jadi budaya tetap bisa terjaga. Dinamika ini
terus mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber
daya manusia agar dapat menyajikan layanan terbaik bagi pemirsanya.
1.4.5 Performa Enkulturasi (Enculturation Performance)
Performa enkulturasi merupakan proses “pengajaran” budaya kepada para
anggota organisasi. Contoh bentuk tampilan ini adalah learning the roles yang
terdiri dari urutan-urutan penampilan ketika orang mengajarkan kepada orang lain
tentang bagaimana mengerjakan sesuatu (Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo,
dalam Littlejohn & Foss, 2005). Dalam Departemen On Air Promotion SCTV,
18
Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
performa enkulturasi biasanya terbentuk melalui mendengarkan pengalaman
senior, mengamati kinerja senior dan program training. Putut Wahyudi, Creative
Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV menuturkan sebagai berikut:
“Saya seringkali mendengarkan dan mengamati pengalaman senior yang
seolah-olah saya alami sendiri dengan mengamati prestasi sukses yang dialami
mereka. Proses menirukan apa yang telah dilakukan senior akan membangun
beberapa harapan bahwa saya dapat memperbaiki kinerja saya sendiri dengan
belajar dari pengalaman pengamatan sendiri.”19
Modeling ini memberikan pengaruh terhadap budaya organisasi Departemen
On Air Promotion SCTV. Dengan mengamati model yang cukup memiliki
kompetensi yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan berpengaruh pada
perilaku dan cara-cara untuk mengekspresikan pemikirannya. Pemikiran individu
pada Departemen On Air Promotion SCTV tentang model tersebut ialah, bahwa
model yang kompeten akan menularkan pengetahuan dan mengajar individu
mengenai keahlian, serta strategi yang efektif untuk menghadapi tuntutan
lingkungan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV. Selain
mendengarkan dan mengamati pengalaman senior, performa enkulturasi dalam
Departemen On Air Promotion SCTV juga terjadi dalam program training
karyawan. Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV menyatakan:
Biasanya dalam program training karyawan, mereka belajar dari para senior
mereka. Dalam program training ini mereka belajar memahami serta melebur
dalam budaya organisasi yang telah terbentuk.20
Hal tersebut juga diungkapkan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen
On Air Promotion SCTV:
“Kami belajar memahami budaya kinerja Departemen On Air Promotion
SCTV melalui pengalaman meniru dengan mengamati senior dalam
melakukan tugas-tugasnya. Kami menggunakan informasi ini untuk
mengevaluasi kemungkinan sukses pada diri kami sendiri. Selain itu kami
mendapatkan proses pengajaran budaya melalui program training karyawan.
19
Wawancara dengan Putut Wahyudi, Creative Grup Head Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal
15 April 2015. 20 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
Program ini merupakan kunci pertama dalam mengembangkan kemampuan
serta kompetensi sumber daya manusia dalam membentuk budaya organisasi
di Departemen On Air Promotion SCTV. Tujuan dari program ini adalah
terbentuknya sumber daya manusia handal yang memiliki kemampuan yang
tinggi dan sanggup mengikuti dinamika kemajuan budaya organisasi SCTV
dan teknologi yang mengiringinya sehingga dapat menghadapi persaingan
industri media yang semakin ketat.”21
Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, menyatakan proses
“pengajaran” budaya organisasi melalui training diberikan oleh para senior di
SCTV untuk saling berbagi ketrampilan dan pengalaman dan sekaligus
memperkuat budaya organisasi yang telah terbangun di dalam Departemen On Air
Promotion SCTV.22
Sedangkan tujuan utama dari training yang diadakan oleh
pihak eksternal adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan terkini kepada
karyawan sehingga bisa meningkatkan kemampuannya dan SCTV dapat menjadi
yang terdepan dalam menghadapi kompetisi dengan stasiun televisi lainnya.
Gambar 4.7. Training Karyawan Sebagai Bentuk Performa Enkulturasi
1.5 Analisis Budaya Organisasi Departemen On Air Promotion SCTV
Pada bagian ini, peneliti membahas dan menganalisis data temuan penelitian
terkait budaya Departemen On Air Promotion SCTV, yang dibentuk dan
dipertunjukkan melalui interaksi anggota organisasi, khususnya communication
performances. Pacanowsky & Trujillo (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258)
21
Wawancara dengan Rizky Aditya, Asisten Produser Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 16
April 2015. 22 Wawancara dengan Karianto, Kepala Departemen On Air Promotion SCTV, pada tanggal 12 April 2015.
menyatakan bahwa studi budaya organisasi dapat mengungkap budaya organisasi
melalui communication performances. Dengan memperhatikan communication
performances, peneliti dapat memahami bagaimana budaya Departemen On Air
Promotion SCTV bekerja dan terbentuk melalui interaksi anggotanya. Sebagai
organisasi lama, maka budaya Departemen On Air Promotion SCTV yang dominan
yang sudah terbentuk dengan kuatnya dalam Departemen On Air Promotion SCTV
akan sulit untuk diubah di kemudian hari dan inilah yang membedakan Departemen
On Air Promotion SCTV dengan Departemen On Air Promotion televisi lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, maka budaya organisasi Departement On Air
Promotion Di SCTV terbentuk melalui communication performances sebagai berikut:
a. Performa Ritual (ritual performance)
1) Ritual Personal (personal ritual): rutinitas yang dilakukan tiap personal di
Departemen On Air Promotion SCTV setiap harinya.
2) Ritual tugas (task ritual): rutinitas yang dikaitkan dengan pekerjaan karyawan
di Departemen On Air Promotion SCTV. Ritual tugas berhubungan erat
dengan job deskripsi karyawan Departemen On Air Promotion SCTV.
3) Ritual Sosial (social ritual) adalah sebuah rutinitas yang melibatkan hubungan
antar anggota di Departemen On Air Promotion SCTV. Departemen On Air
Promotion SCTV biasanya melakukan makan siang bersama dan jalan-jalan
akhir pekan bersama.
4) Ritual Organisasi (organizational ritual): rutinitas yang berkaitan dengan
Departemen On Air Promotion SCTV secara keseluruhan yaitu rapat evaluasi
yang dilakukan Departemen On Air Promotion SCTV sebulan sekali, yang
bertujuan untuk mengevaluasi seluruh kinerja dari semua Creative Grup
Departemen On Air Promotion SCTV.
b. Performa Hasrat (Passion Performance)
Perfoma Hasrat (passion performance) di Departemen On Air Promotion SCTV
biasanya dilakukan melalui sharing dan gathering.
c. Performa Sosialitas (Sociality Performance)
Performa sosial merupakan perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk
mendorong kerja sama di antara anggota antar Creative Grup di dalam lingkungan
Departemen On Air Promotion SCTV. Persamaan dan hormat kepada sesama
karyawan merupakan salah satu prinsip standar perilaku dalam performa sosial
budaya organisasi di SCTV.
d. Performa Politik (Political Performance)
Performa politis dalam Departemen On Air Promotion SCTV berpusat pada
pengakuan kompetensi masing-masing personal yang bertujuan menjaga
komitmen dari visi dan misi SCTV.
e. Performa Enkulturasi
Dalam Departemen On Air Promotion SCTV, performa enkulturasi biasanya
terbentuk melalui mendengarkan pengalaman senior, mengamati kinerja senior
dan program training.
Peneliti mengungkap budaya Departemen On Air Promotion SCTV melalui
identifikasi apa dan bagaimana organizational communication performances-nya,
sehingga dapat mengungkap makna dan budaya yang terkandung dari communication
performances tersebut. Budaya Organisasi adalah penentu yang kuat dari keyakinan,
sikap, dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur bagaimana orang termotivasi
untuk merespon pada lingkungan budaya mereka (Cartwright, 1999 : 11). Pada
Departemen On Air Promotion SCTV budaya organisasi adalah filosofi dasar
organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi
karakteristik dalam organisasi. Keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai tersebut
menjadi pegangan karyawan Departemen On Air Promotion SCTV dalam
melaksanakan kinerjanya.
Budaya organisasi pada Departemen On Air Promotion SCTV mencerminkan
persepsi umum yang dilakukan oleh seluruh karyawan Departemen On Air Promotion
SCTV, sebab karyawan Departemen On Air Promotion SCTV cenderung menjelaskan
budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV dengan terminologi yang
sama. Hal ini dinyatakan Maanen dan Barley (dalam Littlejohn & Foss, 2005: 258)
pemahaman kolektif (collective understanding) yaitu cara-cara umum untuk
menginterpretasikan peristiwa sebagai budaya organisasi. Dimana kandungan dari
pada budaya adalah nilai-nilai, ide-ide, tujuan-tujuan dan praktek-praktek ritual yang
dilakukan secara konsisten oleh Departemen On Air Promotion SCTV. Sebagaimana
juga dikemukakan oleh Littlejohn & Foss (2005 : 258) bahwa budaya organisasi
adalah sesuatu yang dihasilkan melalui interaksi sehari-hari dalam organisasi, bukan
hanya pekerjaan tetapi semua jenis komunikasi.
Berdasarkan communication performances Departemen On Air Promotion
SCTV, maka menurut analisis peneliti, dimensi yang mendasari budaya organisasi
pada Departemen On Air Promotion SCTV tersebut adalah sosiabilitas (persahabatan
di antara organisasi) dan solidaritas (pengertian bersama tentang tugas dan tujuan
untuk apa mereka bekerja). Tipe budaya organisasi yang terjadi dalam Departemen
On Air Promotion SCTV merupakan communal culture. Menurut Stephen P. Robbins
(2001: 527) pada tipe budaya organisasi communal culture, organisasi menganggap
nilai persahabatan dan kinerja (high on sociability, high on solidarity) di dalam
organisasi ini semua hal dan terdapat banyak interaksi yang mendalam dan communal
culture sangat luas dalam organisasi cenderung berbagi banyak hal, jadi pekerjaan
sangat kuat mengidentifikasi dengan communal organization yang hidup di dalamnya.
Berdasarkan analisis budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan pembentukan budaya
organisasi Departemen On Air Promotion SCTV melalui communication
performances Departemen On Air Promotion SCTV sebagai berikut:
Bagan 4.2. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Departemen On Air
Promotion SCTV Menurut Model Analisis Pacanowsky & Trujillo
Berdasarkan Gambar 4.10, maka dapat dinyatakan bahwa dengan mengamati
organizational communication performances pada Departemen On Air Promotion
SCTV, peneliti bukan sekedar mengidentifikasikan artifacts, values, dan assumptions
sebagai display atau simbol representasi budaya. Namun, lebih lanjut, peneliti dapat
Budaya Organisasi
Departemen On Air Promotion SCTV yang
berciri khas communal culture
Communication Performances
Departemen On Air Promotion SCTV
Performa Ritual:
1) Ritual Personal
2) Ritual Tugas
3) Ritual Sosial
4) Ritual Organisasi
Performa Hasrat
melalui sharing
dan gathering. Performa Sosialitas:
prinsip persamaan
dan hormat kepada
sesama karyawan.
Performa Politik:
berpusat pada
pengakuan
kompetensi masing-
masing personal.
Performa Enkulturasi:
mendengarkan
pengalaman dan
mengamati kinerja
senior serta melalui
program training.
memeriksa bagaimana komunikasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV
membentuk budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV ke dalam tindak
nyata atau performances, dan bagaimana tindak nyata atau performances tersebut
dilakukan. Berdasarkan organizational communication performances pada
Departemen On Air Promotion SCTV, maka budaya organisasi Departemen On Air
Promotion SCTV yang berciri khas communal culture telah begitu dominan terbentuk
dengan kuatnya dalam organisasi sehingga akan sulit untuk diubah di kemudian hari.
Hal inilah yang menjadikan budaya organisasi yang sudah ada dan berjalan di SCTV
khususnya di Departemen On Air Promotion SCTV, berbeda dengan media televisi
swasta pada umumnya.
Pembentukan budaya organisasi Departemen On Air Promotion SCTV
didasarkan pada sejarah hidupnya suatu organisasi. Pengalaman-pengalaman masa
lalu yang dihidupkan melalui sharing dan gathering akhirnya bisa menjadi pelajaran
penting untuk kemudian diformulasikan dalam bentuk nilai-nilai yang menjadi
semangat bersama. Nilai-nilai yang dianut bersama oleh karyawan dalam Departemen
On Air Promotion SCTV cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun
anggota kelompok sudah berubah. Pada tingkatan ini budaya sangat sukar berubah,
sebagian karena karyawan dalam Departemen On Air Promotion SCTV sering tidak
sadar akan banyaknya nilai yang mengikat mereka bersama. Pada tingkat yang
terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku dalam Departemen On Air
Promotion SCTV, sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong
untuk mengikuti perilaku rekan sejawatnya yang sudah lama bekerja.
Peran budaya organisasi di Departemen On Air Promotion SCTV meletakkan
kepercayaan-kepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan pekerjaan tanpa perlu
dipertanyakan lagi, oleh karena itu berakar dari tradisi. Perasaan percaya pada
organisasi menambah komitmen organisasi sebagai pengorganisasian anggota yang
dapat menguatkan nilai-nilai dalam organisasi dan sebagai pengontrol perilaku
karyawan. Selain itu, budaya organisasi dalam Departemen On Air Promotion SCTV
memiliki peranan sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan Departemen
On Air Promotion SCTV dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk
dilakukan oleh karyawan.
top related