bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
Post on 18-Jul-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Terbentuknya Kerajaan Buol Dengan Gorontalo Awal Abad XIX
Sebelum abad ke XIX pemerintahan kerajaan buol berkedudukan di atinggola
dan biau/sumalata, oleh karena pada zaman itu wilayah kerajaan buol sangat luas
meliputi daerah-daerah itu sampai dibatas buroko/ kaidipan. Bertepatan Pombang
Lripu beada digorontalo setelah mengawini putri Djamalia pada waktu itu raja
Limboto memintah kepada raja Gorontalo sebidang tanah dipantai Gorontalo untuk
rakyat limboto untuk membuat garam. kebetulan saudara kita raja Buol beada disini,
mintalah kepadanya karena wilaya pantai kerajaan Buol sangat luas (dibagian utara ) ,
sedangkan wilayah Gorontalo (pantai selatan) sangat sempit.
Oleh karena terikat tali kekeluargaan dengan Gorontalo /limboto, maka
dengan sepontan Raja Pombang Lripu memberikan tanah (pantai ) kepada raja
limboto yaitu dari tanjung dulang dekat buroko sampai di satu tempat yang disebut
Kuwanun (Kwandang) tempat tersebut didiami oleh orang –orang pembuat garam
dari Limboto. Tetapi lama kelamaan terjadilah perpindahan rakyat kerajaan limboto
secara besar-besaran , karena kemungkinan prospek kehidupan disini lebih baik.
Setelah berlalu menempati waktu lamanya, rakyat Limboto sudah sangat
banyak menempati daerah tersebut, maka raja Llimboto memintah lagi kepada raja
Buol supaya daerah antara Kwandang sampai pada sungai kecil dekat Mooti
78
diberikan lagi kepada raja Limboto. Sungai tersebut kemudian diberi nama sungai
Buol, sebab disitulah nantinya batas dari tetap dari kerajaan Buol.
Sebagai imbalanya, raja Limboto akang memberikan hadia sebuah kursi emas
kepada raja Buol . raja Buol menyetujui usul raja limboto itu.
Menurut Nasrudin Mangge ikatan emosional Buol dengan Gorontalo sampai
kapanpun tidak pernah dipisahkan karena Buol dengan Gorontalo satu
keluarga atau budaya kultur Buol dengan Gorontalo sama.dilihat dari segi adat
istiadat. Misalnya bahasa Buol banyak memiliki kemiripan-kemeripan.
(wawancara 27 – maret- 2013).
Menurut Marya G Mailili bahwa Buol dengan Gorontalo Melalui jalur
persahabatan antara Raja-raja dan hubungan kekerabatan melalui perkawinan
antara putra mahkota raja Buol bernama” Prins pombang yakut kuntu amas’
kawin dengan Putri raja Gorontalo yang bernama “Djamalia “ secara otomatis
Buol dengan Gorontalo sudah menjadi satu keluarga. (wawancara 28 - Maret
– 2013 ).
Menurut Supu Tahura mulai dari penghujung abad XVIII dan memasuki abad
Ke XIX , buol sudah dikenal dibagian lain dari nusantara, mulai dari jalur
hubungan persahabatan antara raja-raja, dan hubungan kekeluargaan atau
perkawinan.
79
Jadi perbaurana antar sosial kultur banyak memiliki kesamaan. Selain dari
pada itu hubungan dibidang perdagangan sudah mulai pesat (wawancara 06 –
April- 2013 ).
4.1.1 Sistem Pemerintahan Kerajaan Pada abad XIX (1810 – 1947 )
Beberapa Raja yang memerintah dalam periode tersebut adalah sebagai berikut :
Mokoapat memerintah (± 1810 -1818)
Pengganti Mokoapat dipilih Pulingala putra raja Kauli saudara dari timumun,
namun ia menolak karena ia merasa tidak sanggup. Kemudian terpilih anaknya
Baeduding. Kemudian Datu yang calon raja itu terjatuh kelaut dan tewas sehingga
tidak diangkat sebagai raja.
Kemudian Baeduding atas permintaan anak angkatnya Ndubu Amas,
mengusulkan agar Ndubu amas saja yang diangkat menjadi raja. Ndubu amas adalah
putranya raja mokoapat yang dipelihara oleh Baeduding . antara baeduding dengan
ndubu amas ada perjanjian yang disertai “sumpah” bahwa keturunannya tidak
menyianyiakan atau memperbodohi keturunan dari baeduding /Raja kalui. Kalau itu
terjadi maka keturunan Ndubu amas akan mendapat sakit ingatan (gila ). Setelah
diangkat menjadi raja, Ndubu amas mengawini putri raja kalui bernama Buki Nike.
Ndubu Amas Memerintah (± 1818 - 1882)
80
Dalam pemerintahannya kira-kira sekitar tahun 1819 portugis dapat
mempengaruhinya untuk mendidrikan benteng pertahanan dekat muara sungai Buol
dengan alasan untuk memajukan perdagangan didaerah Buol. Benteng tersebut
menghadap kekampung Bugis desebrangnya, yaitu pusat perdagangan kerajaan Buol
pada waktu itu, maka mulai pada saat itu perdagangan dikerajaan ini sepenuhnya
dapat dikendalikan dan diawasi oleh, yang membikin pihak belanda tidak senang.
Untuk lebih mempererat hubungan kekeluargaan dengan kerajaan Limboto
/Gorontalo, raja Ndubu Amas diperjodohkan putranya Datu Mula dengan putri raja
limboto. Tetapi sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua sijoli berbuat sesuatu
yang melanggar adat. Majelis adat Limboto/ Gorontalo menjatuhkan sanksi yang
harus dipenuhi oleh raja Ndubu amas. Maka untuk membayar “denda “tersebut raja
Buol menyerahkan sebagian daerahnya disebelah timur, yaitu dari sungai Buol dekat
Mooti sampai pada batas sebelah timur sumalata.
Menurut Maryam G. Mailili Dengan adanya beberapa peristiwa maka sifat/
perbatasan buol berakhir ditetapkan dihuludobongo (Umu). Masuk pada abad
ke XIX melalui jalur persahabatan antara raja-raja dan hubungan kekerabatan
melalui jalur perkawinan antara putra mahkota raja buol kawin dengan putri
gorontalo,maka buol dan gorontalo mempunyai hubungan yang erat.
(wawancara, tanggal 28 Maret 2013).
81
Maka wilayah kerajaan Buol pada waktu itu masih meliputi daerah sumalata. Raja
Ndubu amas ia meninggal tahun 1828 digantikan oleh saudaranya Takuloe
Mmerintah ( ±1828 -1830 ).
1. Datu Mula Memerintah (± 1830 -1843 )
Dalam pemerintahannya, setelah berjalan sekitar 9 tahun terjadilah “perang
sumalata “ antara kerajaan Limboto/Gorontalo dengan kerajaan BuoL. Penyebabnya
adalah dalam pencarian (pendulangan) emas disumalata, rakyat Buol mendapat
gangguan dari rakyat Limboto /Gorontalo, lalu timbul kejadian bahwa setiap malam
rumah-rumah orang Buol dihujani batu oleh orang-orang Gorontalo.
Setelah tak tertahankan lagi maka terjadilah perang antara Buol dengan
Gorontalo. Korban dari kedua belah pihak demikian besarnya, konon darah mengalir
dapat menghanyutkan lesung. Oleh peristiwa itu datang penyelidikan oleh pemerintah
belanda. Dan hasil penyelidikan, raja Datu mula dipersalahka. Dan jatuh fonis dari
pemerintah penjajah itu. Datu mula diasingkan kepulau jawa (Bandung).
Pihak Gorontalo mintah kepada Belanda, supaya kerugian jiwa dipihak
mereka diganti dengan jiwa pula oleh pihak Buol, lalu pihak Gorontalo memindahkan
sifat perbatasan Buol dari timur sumalata ke Huludo Bongo, hal tersebut belanda
setuju, tetapi pihak buol sangat tidak menyetujui, namun tidak digubris oleh belanda,
sedang datu mula sudah dibawah berlayar kejawa (Bandung). Disana belanda
82
membujuk Datu mula supaya menerima saja keputusan pemerintah. Kemudian ia
digantikan oleh Elamo memerintah pada tahun (± 1843 -1857 ).
2. Lahadung memerintah (+1858 – 1864 )
Pengangkatanya sebagai seorang raja diiringi dengan harus menandatangani
kontrak panjang atau Lange Verklaring yang menyatakan hubungannya dengan
pemerintah hindia belanda, meliputi hak dan kekuasaan swapraja, dan sampai dimana
kekuasaan hindia belanda dalam daerah Swapraja:
1. Bahwa susunan pemerintah intern Landschap pada umunya
berdasarkan adat istiadat tradisional
2. Bahwa kekuasaan pemerintah hindia belanda dalam daerah Landschap
hanya berlaku penuh bagi warga negara belanda (Gubernurmen) dan
bagi warga Landschap hanya sekedar sesuai dengan kekuasaan
otonom yang diberikan kepada Landschap itu.
3. Kekuasaan otonom Landschap itu meliputi hak mengatur, mengurus
(termasuk polisi)dan mengadili persengketa hukum disemua lapangan,
dan tidak nyata dikecualikan dari kekuasaan itu.
Raja Lahadung yang sudah ada ikatan dengan belanda harus menandatangani
perjanjian perbatasan dengan Gorontalo di Huludo bongo yang sangat merugikan
buol. “perang sumalata” dimulai oleh Gorontalo tetapi belanda mempersalahkan raja
Datu Mula sebagai yang menimbulkan perang.
83
Raja Datu mula sangat menentang keputusan tersebut dan belanda dan belanda
tidak berhasil membujuknya. Perjanjian perbatasan dengan Gorontalo itu ditanda
tangani tahun 1860 oleh raja Lahadung Datumula Soradjuddin dari Buol, dan raja
Zainal Abidin Monoarfa dari Gorontalo disaksikan oleh raja-raja kaidipan, Bolaang
itang, Bolaang Mongondouw. Raja Lahadung sudah menandatangani Lange
Verklaring. Mulai saat itu sebagian wilayah Buol dari tanjung huludobongo sampai
tanjung dulang, masuk wilayah Gorontalo.
3.Patra Turungku memerintah (1890 - 1899)
Dimasa pemerintahannya belanda menempatkan Controleur pertama di Buol
pada tahun 1896. Raja Patra turungku menadatangani “ Lange Verklaring” pada
tanggal 13 desember 1890. Pada mulanya Controleur Dr. H. Seiber itu datang
berkedudukan dibuol. Rakyat buol makin tidak senang , kehadiran pembesar belanda
itu jelas untuk menjalankan penjajahan mereka. Setiap setiap malam rumah yang
ditempati Controleur itu dilempar batu. Akhirnya Controleur itu pindah kepaleleh.
Karena hubungan Buol dengan Gorontalo makin tegang karena masaalah
pembatasan, maka raja patra turungku berusaha meredahkan ketegangan itu supaya
tidak terjadi lagi bentrokan. Beliau mengadakan pertemuan diperbatasan dengan
jogugu kuandang bernama Hulupango Putih. Keduanya saling berbalas syair yang
bermaknanya adalah Buol-Gorontalo dan Gorontalo –Buol adalah bersaudara.
Kemudian mereka saling bertukar keris sebagai tanda mata. Dengan Resident manado
84
juga raja Patra Turungku memberikan cinderamata (emas. Belanda menyebutnya raja
emas. (Dalam bukunya Abdul Rahim Samad 64 -70)
4. Datu Alam Turungku (Raja ke-29), dengan gelar “Ti Pasumen”
memerintah (1899 – 1914 M) berkedudukan di Kasanangan.
Pada masa pemerintahan Datu Alam Turungku, Belanda menjankan wajib
kerja Rodi (Heerendienst) yaitu pada tahun 1903. Dengan demikian sudah dua
macam kewajiban yang berat dibebankan kepada rakyat, yaitu pajak dan kerja rodi,
yang menyebabkan kehidupan rakyat bertambah susah. Di pihak lain, belum ada
usaha-usaha Belanda untuk memajukan rakyat, semua usaha Belanda adalah hanya
untuk kepentingan semata. Namun demikian, Pemerintah Hindia Belanda
memberikan hadia kepada Raja Datu Alam Turungku yaitu berupa “Pasment”.
Pasment ialah hiasan yang dilapisi emas dan dililitkan pada songkok Raja, maka dari
itu Beliau di beri Gelar “ Ti Pasument “.
Pada tahun 1911 Beliau jatuh gering dan menjadi gila, tetapi sembuh kembali.
Pada tanggal 20 November 1912, Assistent Resident Gorontalo menulis surat kepada
Resident Manado yang mengusulkan perubahan dalam pemerintahan Buol. Pada
tanggal 22 November 1912 Raja Datu Alam Turungku menandatangani Korte
Verklaring.
Usul itu telah disetujui oleh Resident Manado dalam surat keputusannya pada
tanggal 1 April 1914, yaitu mengenai surat yang berlaku sejak mulai dari tanggal 1
85
Januari 1913, isi surat keputusan tersebut telah merubah system pemerintahan
menurut adat istiadat Buol yaitu :
a. Badan musyawarah Bokidu sebagai lembaga legislatif dihapuskan
b. Jabatan-jabatan Presiden/ Madika (Raja), Jogugu (wakil raja), Wukum (bidang
hukum), Kapitalyau (kapten laut), dan lain-lain jabatan di bawahnya
dihapuskan
c. Distrik-distrik disederhanakan, dari lima distrik menjadi tiga distrik, yaitu
distrik Momunu masuk wilayah distrik Biau dan distrik Paleleh masuk
wilayah distrik Bunobogu.
Maka dengan adanya perubahan tersebut, di pusat pemerintahan hanya ada
Madika (Raja), dan di tingkat distrik hanya ada Marsaoleh yang masing-masing
dibantu oleh Jurutulri (sekertaris).
Namun di tingkat kampung tetap, yaitu Kepala Kampung, Jurutulri
(sekertaris) dan Mayor. Setelah status Afdeling Buol yang sudah berlaku dari tahun
1858 berubah menjadi Onder Afdeling dalam lingkungan Afdeling Gorontalo yaitu
dari tahun 1919 sampai dengan tahun 1926, kemudian pada tahun 1926 sampai
dengan tahun 1933 wilayah Buol masuk dalam Afdeling Donggala.
Melihat jarak antara wilayah Buol dengan Donggala sangat jauh dan susah
transportasi untuk pelayanan masyarakat, mulai dari tahun 1933 wilayah Buol masuk
kembali dalam Afdeling Gorontalo sampai pada masa pendudukan Jepang, karena
86
dengan alasan jarak antara wilayah Buol dengan Gorontalo sangat dekat
dibandingkan dengan Donggala.
Mengetahui Raja Datu Alam Turungku (Raja Buol) dalam keadaan tidak
waras, maka Raja Bolang Itang yang bernama Ram Suit Pontoh (Keturunan
Bangsawan Buol), memajukan keras/permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda
untuk menjadi Raja Buol dan permohonannya diterima. Raja Bolaang Itang
berencana setelah menjadi Raja, Beliau akan membangun Ibu Kota kerajaan yang
berlokasi diantara Desa Lokodidi dan Desa Lokodoka yaitu di Tabamuang/Desa
Matinan. Usaha Ram Suit Pontoh tersebut ditantang keras oleh H. Ahmad Turungku
yang waktu itu sebagai Marsaoleh Biau.
H. Ahmad Turungku berpendirian bahwa sebagai Putra dari Datu Alam
Turungku (Raja Buol), Beliau berhak menjadi Raja Buol. Mendapat reaksi tersebut
Belanda membatalkan persetuannya dengan Ram Suit Pontoh, dan
mengembalikannya ke Bolaang Itang. Pada tahun 1914, H. Ahmad Turungku
menggantikan Datu Alam Turungku sebagai Raja Buol.
5. H. Ahmad Turungku (Raja ke-30), memerintah (1914 – 1947 M)
berkedudukan di Roji atau Bendar kemudian di Leok.
Raja H. Ahmad Turungku diangkat pada tahun 1914, dan dinobatkan secara
adat yang dalam bahasa Buol “Ni Tongouk” yaitu pada tahun 1916. Beliau adalah
seorang Raja yang keras kemauan, disiplin dan menjamin keamanan rakyar serta
kerajaan dari semua gangguan.
87
Beliau menandatangani Korte Verkling pada tanggal 20 November 1915,
pemerintahannya mendapat penilaian yang baik dari Belanda dan mendapat
penghargaan yaitu :
a. Pada tahun 1929 mendapat hadiah “Kepala Tongkat Emas”
b. Pada tanggal 17 Februari diberikan penghargaan “Bintang Emas Besar”
c. Pada tanggal 10 Agustus 1941 diberikan penghargaan “Bintang Emas Kecil”
Beliau diberikan penghargaan tersebut oleh Belanda setelah menjalani dinas
Raja selama 25 tahun. Raja H. Ahmad Turungku membangun Istana yang cukup
megah di Roji yang disebut “Kumalrigu Sirap” atau Istana Atap Sirap.
Nama Roji mulai berlaku tahun 1830 yang diberi nama oleh Pertugis,
kemudian direbut oleh Belanda, dan masih tetap digunakan sebagai nama Ibu Kota
Kerajaan Buol sampai tahun 1930. Setelah itu, Roji berubah menjadi nama “Bendar”
yang berarti Kota.
Pada masa pemerintahan H. Ahmad Turungku, Kota Leok dibangun dan
dijadikan pusat pemerintahan atas usul Controleur Rookmake dan Waiswisz yaitu
pada tahun 1930.
Sekitar tahun 1940 nama Bendar sudah jarang dipakai, masyarakat sudah
menyebutnya Buol, karena nama Buol adalah meliputi seluruh wilayah Kerajaan
Buol. Dengan demikian, Istana Raja Kumalrigu Sirap (Istanah atap sirap) yang baru
dibangun tahun 1924 dipindahkan ke Leok.
88
Beberapa Istana yang cukup megah yang dibangun oleh Raja-raja dari Dynasti
Mokoapat adalah :
a. Kumalrigu Kasanangano “Istana Kesenangan” dibangun di atas bukit antara
Desa Kali dan Desa Kulango sekarang.
b. Kumalrigu Mopanggato “Istana Tinggi” terletak di Roji yang kemudian
berubah menjadi nama Bendar
c. Kumalrigu Seng “Istana Atap Seng” terletak di Bendar
d. Kumalrigu Sirap “ Istana Atap Sirap” terletak di Leok
e. Kumalrigu Palreleh “Istana Paleleh” terletak di Paleleh.
Istana-istana yang sebelumnya telah dibangun oleh Raja-raja tersebut sebagai
salah satu bukti peninggalan sejarah telah rusak dan pada akhirnya ambruk/hancur
dan menyatu dengan tanah, yang tersisa sekarang tinggal puing-puing dari bangunan
Istana tersebut. Bangunan Istanah tersebut telah hancur karena lapuk dan kurangnya
perhatian dari masyarakat untuk merawat Istana tersebut. Namun, masih ada tersisah
satu bangunan Istana yaitu berada di Leok.
Raja H. Ahmad Turungku memerintah sampai zaman Jepang dengan jabatan
sebagai Suco, dan zaman NICA dengan jabatan sebagai HPB (Hoofd Van Plastsckijke
Bestuvr) dan mengakhiri tugasnya/pensiun pada bulan Mei tahun 1947.
H. Ahmad Turungku kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Muhammad Aminullah Turungku, Beliau adalah salah seorang Raja Buol yang lama
memerintah yaitu ± 33 tahun. (dalam A. Rahim Samad, 2000 : 1- 4)
89
4.2 Kedaan Sosial Kultur Buol sebelum ada Hubungan dengan Gorontalo
Sosial adalah upaya ditengah kehidupan masyarakat sebagian kelompok
masyarakat (siciety) ataupun komunikasi (comunity). Sedangkan kultur diartikan dari
kata budaya.
Ilmu sosial dasar adalah pengetahuan yang mempelajari tentang masalah-masalah
sosial, khususnya masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, dengan
menggunakan Teori-teori ( fakta, konsep, teori ) yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-lapangan sosial, seperti Geografi Sosial,
Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu sosial dasar adalah
pengetahuan yang mempelajari tentang cara manusia berkomunikasi/berhubungan
dengan satu sama lain. Sebagai mahkluk sosial, berkomunikasi/berhubungan antar
sesama haruslah terjalin dengan harmonis agar tercipta manusia yang peduli
Kebudayaan adalah suatu fenomena universal. Setiap masyarakat-bangsa
didunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari
masyarakat-bangsa yang satu ke masyarakat-bangsa yang lainnya. Kebudayaan secara
jelas menampakan kesamaan kodrat manusia dari pelbagai suku, bangsa, dan ras.
Orang bisa mendefinisikan manusia dengan cara masing- masing, namun
manusia sebagai cultural being, mahluk budaya merupakan suatu fakta historis yang
tak terbantakan oleh siapanpun juga. Sebagai cultural being, manusia adalah pencipta
90
kebudayaan. Dan sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi
manusia di dunia. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-jejaknya dalam
panggung sejarah.
Pengertian kebudayaan secara luas yakni apa saja yang dipikirkan dan
dilakukan oleh manusia termasuk segala peralatan yang digunakannya, maka
teknologi adalah anak kandung kebudayaan, disamping perangkat budaya yang lain,
seperti ilmu, seperti ilmu, seni, filsafat, sistem nilai, nilai keterampilan, pertukaran,
perdagangan. Kebudayaan sifatnya abstrak , tak dapat di raba atau di foto. Lokasinya
ada di kepala-kepala masayarakat, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiraan
dari warga masayarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama
secara sosial oleh para anggota suatau masyarakat. Di samping itu kebudayaan adalah
suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi
masyarakat tersebut. (Paul B. Horton dkk, 1999 : 58).
Kehidupan Sosial kultur/ Budaya masyarakat Buol sangat premitif, sederhana,
dan sangat bersifat kekeluargaan. Budaya-budaya dalam masyarakat sangat di jaga
dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Adat istiadat yang ada pada masyarakat selalu
dipertahankan dan dilaksanankan oleh masyarakat. Karena belum ada sentuhan dan
pengaruh dari budaya-budaya asing/barat. Belanda melalui aparat pemerintahannya di
daerah memerintahkan kepada raja-rajanya supaya mengarahkan rakyatnya
memenuhi perintah dalam pemungutan pajak, kerja rodi dan sebagainya. Dari segi
91
kewajban rakyat dituntut untuk memenuhinya, tapi pada segi hak, rakyat dibatasi
karena Belanda takut kalau rakyat berpendidikan kelak nanti akan membahayakan
kedudukannya.
Karena itu rakyat harus tetap bodoh dan ketaatan kepada Raja harus tetap
dipupuk dan ditanamkan baik-baik agar bisa mencapai tujuannya untuk
mengeksploitasi rakyat bagi kepentingan penjajah melalui Rajanya masing-masing.
Dengan datangnya pengaruh partai potik dan organisasi pergerakan lainnya,
maka tokoh-tokoh pergerakan mulai menyadari rakyat akan harga dirinya dan
ditimbulkan kesadarannya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah
air. Kebencian pada penjajah menjadi salah satu penyebab banyak rakyat Buol
meninggalkan daerahnya pergi merantau. Terbukanya jaringan jalan raya antara satu
kota dengan kota lainnya, menyebabkan mobilitas dalam bidang ekonomi menjadi
lebih mudah, pergaulan antara orang dari kampung yang satu dengan kampung
lainnya menjadi baik. Seiring dengan adanya jalan tersebut dan suatu perkawinan
menimbulkan rasa persaudaraan yang erat dan sering mengadakan suatu perjanjian
kerja sama dalam hal-hal tertentu, yang sebelumnya orang pergi dari satu tempat ke
tempat yang lain berjalan kaki dengan memilkul barang-barang, maka seiring
berjalannya waktu mereka sudah menggunakan kuda sebagai alat pengangkut dan
kemudian berganti dengan gerobak yang ditarik oleh kerbau atau sapi.
Perdagangan yang tadinya tukar menukar barang, berubah menggunakan mata
uang sebagai alat tukar/mengukur nilai suatu benda. Mata uang yang digunakan
92
sebelumnya adalah mata uang yang dibuat dari logam dengan berbagai macam tinggi
nilai tukarnya. Kemudian berganti uang logam yang di dalamnya tergambar ayam,
dalam baha Buol doi manuk, lalu berganti dengan uang logam baru yang dicetak oleh
pemerintah Hindia Belanda di awal abad XIX.
Persekutuan hukum yang mengatur hidup bermsayarakat selama berabad-abad
yang dikenal sebagai Kerajaan Buol, mempunyai corak budaya dan adat istiadat
sendiri sebagai ciri khas dari suatu suku bangsa dan bagian dari budaya Indonesia.
Beberapa diantaranya masih nampak dalam kehidupan dan pergaulan
masyarakat di Daerah Buol, atau masyarakat Buol yang berada di daerah lain dan
merasa masih terikat dengan budaya sebagai peninggalan leluhurnya. Berikut ini
salah satu Adat Buol adalah :
1. Adat Perkawinan.
Salah satu Adat yang dimiliki oleh masyarakat Buol adalah Adat Perkawinan
yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Mongoyokap (mencari kepastian apakah ada respon yang baik dari
keluarga, dan gadis tersebut belum mempunyai seorang calon atau
tunangan).
2. Modolyo Sunangano (membawa gadis dan kedua keluarga mereka untuk
berjalan-jalan atau pergi makan, kemudian keluarga mereka melihat serta
93
memastikan apakan kedua remaja tersebut saling jatuh cinta satu sama
lain).
3. Molyako Nikah (pelamaran yang dilakukan oleh pihak atau keluarga laki-
laki/pria kepada keluarga wanita/perempuan).
4. Mongundudo Undudo (mengantar harta perkawinan yang sudah disepakati
terlebih dahulu, seperti kue, beras, buah-buahan, seperangkat pakaian
wanita, tempat sirih pinang dan lain-lain sebagainya)
5. Mongundudo Totombu (mengantar harta seperti totombu atau mohar, yang
berupa emas atau surat-suratan, pohon kelapa maupun uang).
6. Mongolyondigi atau mapaci (memberikan semacam ramuan obat
tradisional yang ditaruh di tangan atau kuku kepada kedua calon
pengantin, dengan harapan semogah keduanya sehat dan rukun dalam
memasuki gerbang perkawinan
7. Nikah Batin (pembacaan khotbah nikah oleh penghulu dan ijab Kabul
sebagi serah terima dari wali kepada pengantin pria atau akad nikah.
Kemudian dilanjutkan dengan batal wudhu, yaitu pengantin pria
menyentuh bagian wajah/muka pengantin wanita yang dalam bahasa Buol
monowbu unggago).
8. Nikah Hadat (selesai akad nika dan batal wudhu, kedua pengantin
dibimbing keluar dari kamar adat menuju pelaminan dan duduk
bersanding yang dalam bahasa Buol di sebut poyagano atau ditonton dan
disaksikan oleh masyarakat/hadirin para undangan. Kemudian kedua
94
pengantin tersebut sungkem/memohon doa restu kepada keempat orang
tua mereka serta kakek dan nenek. Pada kesempatan itu diberikan
hidangkan makanan atau kue kepada tamu dan hadirin).
9. Mopoalyumo (Kedua mempelai diarahkan ke rumah orang tua mempelai
pria sebagain tanda bahwa pengantin wanita sudah menjadi anggota
keluarga/menantu dari orang tua pengantin pria. Kemudian rombongan
tersebut kembali lagi ke rumah pengantin wanita).
1. Biatono (dihadapan kedua keluarga mempelai dan mengiringi doa
keselamatan, kedua mempelai diberikan nasihat pernikahan oleh pejabat
agama atau orang tua terkemuka tentang bagaimana seharusnya berumah
tangga menurut tuntunan agama isalam).
2. Mogolya Mongaano (keluarga pengantin pria mengundang keluarga
pengantin wanita untuk makan bersama sebagai tanda makin eratnya
hubungan kekeluargaan mereka. Kemudian kedua mempelai kembali lagi
ke rumah mempelai wanita).
3. Mogolya Mopolyongo (kedua mempelai dijemput untuk bermalam di
rumah pengantin pria selama sehari atau dua hari. Pada kesempatan itu
mereka merundingan dimana mereka akan tinggal menetap, apakah di
rumah orang tua wanita atau di rumah orang tua pria ataukah sudah akan
hidup berdiri sendiri). (dalam A. Rahim Samad, 2000 : 18-23).
2. Adat Bayi Pertama Kali Naik Buian
95
Adat ini disebut MONUNI. Seorang bayi sebelum naik buian untuk pertama
kali , sebelumnya dibuatkan dulu acara adat. Mula-mula disiapkan dulu Donden yaitu
semacam sajian dilengkapi dengan tunas kelapa, dua jenis bambu kuning (Bulyatu
Bwulyaan dan Tomulyang Bwulyaan) dan sejenis kayu disebut Bindonu.
Ketiga tumbuhan tersebut musti ada bersama Bindonu, konon adalah tumbuhan
pertama digunung pogogul waktu kejadian manusia pertama diBuol. Dari bambu
kuning itudibuat satu ruas untuk tempat air sebanyak tujuh buah, dan gayung dari
daun Nibong yang disebut Tetembu, juga banyaknya tujuh buah. Kegiatan
selanjutnya adalah menggambil air dengan alat tersebut pada tujuh buah rumah dari
orang terkemuka dikampung tersebut sebagai air mandi sibayi , yang maksudnya
bahwa mulai sat itu sibayi dsuadah menjadi warga dari pada masyarakata dan
menghadap doa restu untuk keshatan dan kesejatraan. Yang melaksanakan adalah
bayi , nenek, mama dan keluarga dekat.
Adapun Buian khas Buol terbuat dari kayu yang halus buatnya dengan
perlengkapan yang khas pula. Bayi dibaringkan dalam buian pada dada dan
tangannya ditaruh semacam bantal penahan dan diikat seperlunya, yang dimaksud
agar sibayi tetap tenang dan tidak mudah kaget. Pada dahi sibayi diletakkan semacam
alat untuk membuat dahinya rata dan bagus yang disebut : Totadilo . dalam buian itu
sibayi dapat buang air dengan bebas dengan karena sudah ada lubang dan
dibawahnya sudah disiapkan alat penampungnya dari daun Nibong yang disebut
Tumoyiko . untuk dapatnya diayun , dibuatlah alatnya yang disebut Gugondango .
96
Buian Khas Buol ini yang namanya Tuni, oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu
disuruh buatkan dupliknya ukuran dalam Museum “Gedung Gaja” dijakarta.
3. Adat Dalam Pertanian
Ada beberapa tradisi adat dalam pertanian yang dikenal dalam masyrakat Buol.
Tiap kelompok petani mempunyai seorang dukun yang disebut Panggoba . tugas
panggoba adalah menentukan hari dan bulan yang baik untuk bertanam. Dia
mendasarkan perhitunganya pada jalanya bintang yang disebut Yakuan . diamaping
itu juga berkewajiban menolak bahaya berupa hama atau gangguan hewan-hewan .
tiapa memulai setiap pekerjaan harus didahului oleh pangoba, seperti mulai membuka
hutan, menanam dan menuai padi dan menghitung hasil panen atau Moraga.
Dalam pengelolaan pertanian ini dikenal cara bergotong-royong yang diBuol
disebut Notaalyo. Mereka yang datang bekerja membantu dandijamin makan-minum
dan rokok. Selain dari pada itu ada pula kebiasaan yang disebut Mopodobwu, yang
artinya menumpang tanam. Bila kebun sudah siap panen , biasanya ada orang tertentu
diberikan atau dipinjamkan sedikit tanah untuk ditanaminya sendiri.
Yang diberikan itu adalah dari keluarga yang tidak mampu tenaganya (seperti
seorang sudah tua, atau ibu yang tidak ada suaminya lagi).
Ini sifatnya sosial apabila ada yang Mopodobwu itu seorang pejabat atau pemuka
agama , maka bagi petani dianggap sebagai suatu kehormatan dan mengharapkan
97
berkah dari padanya . tetapi dari segi ekonomi jelas merugikan karena berkurang
hasil panennya.
4. Adat Kematian
Untuk penghormatan terakhir pada orang orang yang meninggal maka
diadakanlah acra adat pemakamanya. Dalam acara berlangsung ini semua pejabat dan
petugas adat serta orang tua yang hadir diberi sepotong kain putih untuk ikat kepala.
Semua perlengkapan adat juga dibungkus dengan kain putuh termasuk tiang-tiang
dan tangga rumah.
Tidak ketinggalan tangga adat Tukadu Diapalya. Bendera adat Embero dikibarkan
terus siang malam. Kulintang dibunyikan dengan irama khusus yang disebut Ndeng-
ndeng. Setiap melakukan kegiatan mengurus mayat oleh pejabat hukum syar’i
dibunyikan kulintang dengan irama Ndeng-ndeng beralun lemah , sayub-sayub
menyediakan yaitu pada waktu jenaza dibawah ketempat permandian , pada waktu
mulai dimandikan, pada waktu selesai dimandikan , pada waktu kembali kedalam
rumah, pada waktu mulai dikapankan , pada waktu selesai dikapankan , pada waktu
mulai disembayangkan , pada waktu selesai disembayangka , dan pada waktu mulai
diangkat untuk dibawah kepemakaman.
Bila raja yang mengankat, maka diabuatkan kereta jenaza yang disebut
Talyanggkeda.ada kebiasaan pula para pengantar kerata jenazah itu saling tarik
menarik atau tolak menolak kereta itu yang disebut Mobwutukano.
98
Pada hari yang ditetapkan (biasa hari ke-40 atau ke-100) diadakan acara
Kenduri Adat yang disebut Mengupas. Dalam upacara adat Buol selain upacara
penobatan raja (Monongouko) , ada dua upacara adat yang besar , yaitu waktu
perkawinan dan waktu kematian
Pada waktu acara adat besar seperti itu yang dihadiri raja dan pembesar-
pembesar kerajaan lainnya serta para pejabat tinggi hukum Syar’i , maka ruangan dan
tempat duduk diatur dan dihiasi sedemikian rupa beralaskan permandi dan lain-lain.
Adapun urutan tempat duduk adalah sebagai berikut :
- Raja berhadapan dengan : Mofuti (Mufti)
- Jogugu berhadapn dengan : Kaalri (kadri )
- Kapitalau berhadap dengan : Hakimo
- Ukumo berhadapan dengan : Naabi
- Ulreano Lripu berhadapan dengan : Imam
- Anakopunu berhadapan dengan : Atibi
- Maiyordoka berhadap dengan : Seehe
- Pahalyaano berhadapan dengan : Sara’a
Baru sesudah itu duduk para kepala kampung dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya . dalam kenduri besar ini dihadangkan untuk raja dan beberapa pembesar
lainnya diletakkan diatas dulang tinggi dari tembaga. Selesai Tahilan simati, biasanya
kesempatan itu dipakai untuk tugas-tugas pemerintahan.
Pada zamn dahulu dimana perangkat adat masih lengkap dan lembaga bokidu
belum dibubarkan oleh belanda, maka pada kesempatan seperti itu biasanya diadakan
musyawara (Mobokidu), mengenai pengangkatan dan pemberhentian pejabat-pejabat
kerajaan.
99
Setelesai semua acara , sebagai penutup acara Mengupas , ditutup dengan
mandi berkabung, yaitu semua yang turun dari rumah dari rumah dan saling siram
menyiram dengan air tidak ada terkecuali , disebut Monimukalyo
5. Penobatan Raja (Monongouko)
Bilamana raja mengankat (segeralah diadak adat kematian seperti diuraika
diatas), maka jabatan raja lowong . pemerintahan untuk sementara dijalankan oleh
jogugu. Jogugu yang memimpin upacara pemakaman raja dan minta supaya Bokidu
bersidang, untuk memilih pengganti raja.
Bila sudah mufakat, maka sang calon raja diharuskan memasuki Masa Semedi
yang bahasa Buol disebut Kuutono. Ini berlangsung selama empat puluh hari empat
puluh mala, dan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar , dalam sebuah kamar
tersendiri.
Dia memusatkan perhatiannya pada tugas yang bakal dipikulnya dan
senantiasa memohon kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar supaya diberikan
kekuatan lahir maupun batin dan selalu diberinya petunjuk bimbinganya.
Selesai Melakukan semedi , lalu dimandikan secara adat (dengan ramuan-
ramuan dan perlengkapan adat), dengan air yang diambil dari tujuh tempat yang
berarti agar sang raja tetap dapat memperrsatukan seluruh wilayahnya dan dapat
berbuat adil kepada semua orang yang berada dalam kekuasaanya.
100
Pada peresmiannya sebagai raja dihadapan majelis besar yang dihadiri para
pejabat-pejabat tinggi sampai yang rendah, tokoh-tokoh agama dan pemuka
masyarakat serta wakil-wakil daerah , maka dipakaikan kepada Samada sebagai topi
kebesaran raja, kemudian diserahkan keris sebagai lambang kekuasaan., dan
dilanjutkan dengan penyerahan Botangoraja (Tongkat Raja) sebagai lambang
kepemimpinan.
Pada saat itu lah raja disumpah dengan unggkapan kata-kata:
- Nai Ko Poyi-Poyili
- Nai Ko Tigo-Tigogo
- Nai Monambango Ato Dolyano
Selesai upacar tersebut maka raja itu diarak keliling (ibu kota) tuju kali , untuk
disaksikan oleh rakyatnya , lalu mereka mengadakan sembah sujud dengan menyusun
sepuluh jari diantara keningnya , (Monubu) sambil membisikan kata-kata’’ Tubo
Kalyangan’’.
Budaya-budaya dalam masyarakat sangat di jaga dan dijunjung tinggi, serta
dipertahankan oleh seluruh masyarakat. Adat istiadat yang ada pada masyarakat
selalu di taati dan dilaksanankan.
Kehidupan sosial masyarakat lebih bersifat gotong royong, mapalus (kerja
sama) dan kekeluargaan. Masyarakat melakukan aktifitasnya sehari-hari selalu
101
berjalan kaki karena pada saat itu alat transportasi masih sangat terbatas seperti
motor dan mobil.
Salah satu budaya atau tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Buol adalah
“paki” (gasing) dan “marah” (layang-layang). Paki (gasing) dan marah ((layang-
layang) adalah merupakan sebuah permainan masyarakat Buol yang menandakan
musim panen padi.
Apabila masyarakat sudah mulai bermain gasing, berarti menandakan
waktunya untuk menanam padi, dan apabila masyarakat sudah mulai bermain layang-
layang berarti menandakan sebuah musim panen padi. Masyarakat yang sudah selesai
memanen padi harus menumbuk padi agar terpisah dari kulitnya dan bisa dikonsumsi,
karena belum ada mesin penggiling padi. Kendaraan yang digunakan masyarakat
sebagai alat transportasi adalah perahu dan gerobak yang ditarik oleh sapi.
Selain itu, salah satu tradisi atau budaya yang dimiliki masyarakat dan selalu
dilakukan adalah Tog ndeng-ndeng (alat musik yang mirip dengan kulintang),
apabila sudah berbunyi Tog ndeng-ndeng tersebut berarti menandakan sebuah duka,
hingga semua keluarga meneteskan air mata namun tidak di izinkan untuk menangis
keras.
Tog ndeng-ndeng adalah sebuah alat musik tradisional masyarakat Buol yang
mirip dengan kulintang, namun cara dan tekhnik memukul atau memainkannya
sangat berbeda dengan cara bermain Kulintang dan biasanya di mainkan disaat terjadi
sebuah duka pada masyarakat Buol.
102
Masyarakat Buol mempunyai alat musik tradisional Kurindang (Kulintang),
rabana, gambos (gambus), palumba, mogunugon, gugobiyan (teka-teki), alat musik
tradisional tersebut digunakan untuk mengisi acara hiburan pada sebuah lembaga
adat.
Semangat gotong royong masyarakat masih sangat kental dan masyarakat
menyebutnya mapalus (gotong royong/kerja sama). Salah satu contoh adalah apa bila
ada seorang masyarakat yang sedang Mopayat Gua (memaras kebun), masyarakat
yang melihatnya akan ikut membantu untuk memaras kebun tersebut.
Hubungan kekerabatan dalam keluarga masih sangat terjalin erat, saling
menghargai, hormat menghormati, dan tidak boleh memanggil nama kepada orang
yang lebih tua. Seluruh masyarakat melakukan Silaturahmi dengan pejabat di saat
hari lebaran, yaitu diadakan kunjungan dari masing-masing distrik dengan
menggunakan alat musik tradisional seperti rebana, menuju rumah kediaman Madika
(Raja).
Masyarakat Buol mempunyai satu organisasi sosial yaitu organisasi arisan
membangun rumah.. Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang
dilakukan setiap bulan, masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah)
untuk memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam
pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang dituakan)
kemuudian akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa yang
103
pertama dan berhak untuk dibangunkan rumah, dengan melihat kondisi dan
kehidupannya sehari-hari.
Menurut Samsudin Lasau, kehidupan sosial budaya masyarakat Buol masih
sangat sederhana. Masyarakat yang ingin pergi belanja di pasar Buol harus
berjalan kaki karena pada saat itu masih sngat terbatas alat transportasi seperti
motor atau mobil. Budaya-budaya yang ada pada masyarakata sangat di jaga
dan selalu dipertahankan. Salah satu budaya masyarakat Buol adalah dengan
bermain “paki” (gasing) dan “marah” (layang-layang), apabila masyarakat
sudah mulai bermain gasing, berarti menandakan waktunya untuk menanam
padi, dan apabila masyarakat sudah mulai bermain layang-layang berarti
menandakan sebuah musim panen padi. Masyarakat yang sudah selesai
memanen padi harus menumbuk padi agar terpisah dari kulitnya dan bisa
dimakan, karena belum ada mesin penggiling padi. Kendaraan yang
digunakan masyarakat sebagai alat transportasi adalah gerobak yang ditarik
oleh sapi. (wawancara, tanggal 26 Maret 2013).
Menurut Maryam G. Mailili, Lembaga adat mempunyai anggota yang terdiri
dari beberapa orang kepala kampung, salah satu anggota adat adalah
Permaisyuri Raja. Di samping itu, Masyarakat Buol mempunyai alat musik
tradisional Kurindang (Kulintang), rebana, gambus, palumba, mogunugon,
gugobiyan (teka-teki), alat musik tradisional tersebut digunakan untuk
mengisi acara hiburan pada sebuah lembaga adat. Salah satu budaya yang
104
dimiliki oleh masyarakat Buol yaitu Tog ndeng-ndeng (alat musik yang mirip
dengan kulintang), apabila sudah berbunyi Tog deng-deng tersebut berarti
menandakan sebuah duka, dan semua keluarga meneteskan air mata namun
tidak di izinkan untuk menangis keras. Tog ndeng-ndeng adalah sebuah alat
musik yang mirip dengan kulintang, namun cara dan tekhnik memukul atau
memainkannya sangat berbeda dengan cara bermain Kulintang dan biasanya
di mainkan disaat terjadi sebuah duka pada masyarakat Buol. Semangat
gotong royong masyarakat Buol masih sangat kental dan masyarakat
menyebutnya mapalus (gotong royong/kerja sama). Apa bila ada seorang
masyarakat yang sedang Mopayat Gua (memaras kebun) masyarakat yang
melihatnya akan ikut membantu untuk memaras kebun tersebut. Hubungan
kekerabatan dalam keluarga masih sangat terjalin erat, saling menghargai,
hormat menghormati, dan tidak boleh memanggil nama kepada orang yang
lebih tua. Masyarakat melakukan Silaturahmi dengan pejabat di saat hari
lebaran, yaitu diadakan kunjungan dari masing-masing distrik (kecamatan)
dengan menggunakan rebana, kemudian diterima oleh Madika (Raja).
(wawancara, tanggal 28 Maret 2013).
Menurut Nasarudin Mangge, kehidupan sosial masyarakat Buol sangat
bersifat kekeluargaan dan selalu menghormati orang yang lebih tua.
Masyarakat selalu mengutamakan sikap gotong royong, dan selalu sopan
santun kepada orang lain. Dalam membangun sebuah rumah seperti rumah
105
patok (Rumah yang terbuat dari patok ) mereka selalu bersama-sama dan
saling membantu, bahkan ada salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat yaitu arisan membangung rumah yang dilakukan setiap bulan.
Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang dilakukan setiap bulan,
masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah) untuk
memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam
pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang
dituakan) akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa
yang pertama dibangun rumah, dengan melihat kondisi dan kehidupannya.
(wawancara, tanggal 27 Maret 2013).
Menurut Aisyah Entu, “kehidupan sosial masyarakat pada saat itu sangat
sederhana sekali, hubungan-hubungan dalam masyarakat terlajin dengan baik dan
sifat motalyo (kerja sama) selalu dilakukan dalam kehidupan masyarakat, budaya-
budaya sangat di pertahankan dan dijunjung tinggi oleh masyarakat”. (wawancara,
tanggal 05 April 2013).
Menurut Ibrahim Turungku, “hubungan dalam masyarakat sangat tejalin
dengan baik dan bersifat kekeluargaan, budaya-budaya yang ada pada masyarakat
dijunjung tinggi, selalu di jaga dan tetap dilaksanakan”. (wawancara, tanggal 07 April
2013).
4.3 Hubungan Sosial Kultur Kerajaan Buol Dengan Gorontalo
106
Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya untuk
berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah
menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja halnya
dengan orang memakai cincin Memang cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan
tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari. Pada hal
sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.
pengertian dasar dari kata sosialisasi. Kata sosialisasi berasal dari kata sosial.
Kata “sosial” digunakan untuk menunjukan sifat dari makhluq yang bernama
manusia. Sehinga munculah ungkapan “manusia adalah makhluq sosial”.
Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain yang paling penting
proses terjadi adalah suatu reaksi yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan.
Reaksi itu disebut dengan proses sosial. Proses sosial itu terjadi disebabkan karena
dalam tiap-tiap diri mausia Allah telah menanamkan mawaddah dan rahmah.
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara orang perorangan, antara orang dengan kelompok dan juga
antara kelompok dengan kelompok manusia lainnya. Di dalam interaksi itu salah satu
faktor yang sangat penting dalam kelancaran dan kesuksesannya adalah komunikasi.
Dengan menggunakan bahasa yang sama maka proses komunikasi dalam berinteraksi
akan terlaksana dengan mudah.
107
Interaksi sosial yang kedua ini yang mengantarkan seseorang kepada saling
pengertian dan persaudaraan disebut sebagai sosialisasi. Proses sosialisasi adalah
proses penyesuaian diri. Dengan kemampuan penyesuaian diri itulah orang dapat
hidup dengan baik.
4.3.1 Budaya
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
kebudayaan berasal dari kata Latin colera. Artinya mengelolah atau mengerjakan,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colera kemudian
culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia mengolah dan mengubah
alam.
Budaya buol dan gorontalo saling pengaruh mempengaruhi. Karena perbauran
budaya-budaya tersebut. maka banyak kemiripan-kemiripan antara adat istiadat atau
pun tradisi antara suku Buol dan Gorontalo.
Menurut Maryam G. Mailili dari hubungan kekerabatan ini ada perbauran
sosial kultur dari kerajaan ini terutama dari seni budaya di Buol memiliki
rebana kecil- Gorontalo memiliki rebana besar disebut buruda banyak yang
menggunakannya. (wawancara, tanggal 28 Maret 2013).
Nasrudin Mangga bahwa kebudayaan Buol dengan Gorontalo banyak
memiliki kemiripan seperti dalam adat kematian, perinkahan.
(wawancara 27 – maret -2013).
108
4.3.2 Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyatukan
berbagai macam suku-suku bangsa di Indonesia. Tanpa bahasa manusia tidak akan
bisa mengenal satu sama lain dan tidak bisa hidup dalam masyarakat.
Buol adalah salah satu daerah yang mempunyai adat istiadat dan bahasa
sendiri sebagai salah satu alat untuk menyatukan masyarakat Buol dan sebagai sebuah
ciri khas daerah tersebut.
Pungganaan bahasa buol di gunakan dalam kehidupan sehari- hari dan Bahasa
juga adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa
isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan
bicaranya atau orang lain.
Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat,
tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat.
Sedangkan Gorontalo merupakan salah satu suku di Indonesia memang sejak
dahulu telah memiliki satu bangsa bahasa pengantar dalam masyarakat dan
kebudayaan yang disebut bahasa daerah Gorontalo. Dalam klasifikasi bahasa daearah
Gorontalo termaksud bahasa daerah yang perlu dilestarikan oleh pemerintaha dan
masyarakat agar bahasa ini senantiasa hidup dan dapat digunakan secara terus
menerus.
109
Begitu juga Pungganaan dalam bahasa Gorontalo adalah sebagai alat
komunikasi antar sesama, berlangsung dalam kehidupan sehari dan dalam upacara
adat. Disamping itu bahasa Gorontalo juga menjadi alat penyampaian sastra, baik
secara lisan maupun tulisan.
Menurut Maryam G. Mailili dari segi Bahasa buol dengan bahasa gorontalo
memiliki kemiripan bahasa. Kadang-kadang, orang-orang Buol dianggap
sebagai sub kelompok dari suku Gorontalo karena memiliki kemiripan-
kemiripan budaya dan bahasa.(wawancara 28 – maret 2013).
Lebih lanjut menurut Samsudin Lasau dalam Bahsa buol dan gorontalo banyak
memiliki kemeripan-kemiripan atau kesamaan karena buol dan gorontalo
memiliki hubungan yang erat. (26 – maret 2013).
4.3.Latar Belakang keluarnya Buol dari federasi daerah sulawesi utara (DSU)
Gagasan Buol keluar dari Federasi sulawesi utara berasal dari partai politik
islam masyumi yang tertuang dalam Program perjuangan tertanggal 13 maret 1954
yang ditanda tangani oleh T. Kawandaud , J.A Lamaka dan B. Hi. Rauf :
a. Alasan untuk keluar dari sulawesi utara
1. Undang- undang yang dipakai sulawesi utara tidak sama , sebab
gorontalo memakai peraturan secara langsung dari pemerintahan
belanda dahulu (aturan tanah Gubernem dahulu), sedang Buol
(swapraja Buol) memakai peraturan tanah-tanah Landschap (ZBR)
tahun 1938.
110
2. Gorontalo sudah lama dimodernisasikan, sedang wilayah Buol masih
masih terikat dengan tradisi tanah Landschap (adat istiadat kerajaan)
yang membawa peradaban secara moreel.
3. Mengenai kecerdasan masyarakat, Buol ditinggalkan beberap taraf
kebawah oleh Gorontalo.
4. Buol (wilayah buol) terdapat disekitar laut sulawesi, Sedang Gorontalo
terdapat teluk temini (teluk gorontalo) hal mana yang menyulitkankan
perhubungan politik, ekonomi dan sosial.
Menurut Marya G. Mailili penyebab Buol dan Gorontalo berpisah karena
ingin menghapuskan penjajahan dan ingin berdiri sendiri, berpemerintahan
sendiri, berdasarkan UU Nor 44/1945 Dati II sulawesi utara ibu kota
Gorontalo karena daerah swapraja Buol di hapuskan tinggal kenangan maka
madika Aminullah Turungku sebagai panung praja, Buol memisahkan diri
dari sulawesi utara (gorontalo) bergabung dengan toli-toli yang juga
memisahkan diri daru Dunggala kemudian membentuk Kab. Dati II Buol toli-
toli ibukotanya Toli-toli. (wawancara, tanggal 28 Maret 2013).
Menurut Nasrudin Mangge Sebelum abad ke-19 dan masuk abad ke 20 buol
dan gorontalo yang pertama masih dalam afdeling manado yaitu Bolmong,
Gorontalo dan Buol masih kesatuan pemerintahan. Sekitar Pada tahun 1925
Buol bergabung kembali dengan gorontalo daerah swapraja buol karean
111
kedekatan emosional, kemudian menarik diri untuk begabung dengan Buol
Toli-toli pada tahun 1945.(wawancara 27 – maret- 2013).
Lebih lanjut menurut Supu Tahura bahwa Buol berpisah dengan Gorontalo
bukan unsur politik. Setelah kemerdakaan Buol sudah bergabung denga toli-
toli (wawancara 06 – april -2013 ).
4.4 Faktor-faktor Hubungan Buol dengan Gorontalo Menjadi Renggang
Faktor lain lain yang membut hubungan Buol dengan Limboto/ Gorontalo
menjadi renggang ialah pelarian orang-orang bualemo ke Buol. Masaalah pelarian
orang-orang boalemo ini sudah berlarut-larut . ada beberapa sebab orang-orang
Buolemo menyingkir keBuol. Sebelumnya mereka disebut orang tembelo.
Dijelaskan pada waktu kerajaan tompotikat dikalahkan oleh pasukan
gabungan banggai dengan Limboto/ Gorontalo , maka rakyat tompotikat jadi kocar
kacir . sebagain lari kepegunungan bercampur dengan suku asli , sebagian ditawan
dengan pasukan limboto dan ditempatkan ditilamuta dan diberi nama orang bualemo .
sebagain lagi lolos kebuol
Mengenai pelarian orang-orang buolemo ini , lebih lanjut J.G.F.ridel jelaskan
: “ Raja limboto berulang kali memanggil mereka untuk kembali , tetapi raja buol
tidak menghiraukan panggilan tersebut dan tetap menjadikan orang-orang bualemo
menjadi warganya . maka terjadilah ketegangan bahwa perang antara Buol dengan
Limboto
top related