bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1.lokasi ... - …
Post on 29-Nov-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Lokasi Penelitian
SMP Negeri 7 Salatiga merupakan tempat yang dipilih penulis untuk
melakukan penelitian. Sekolah ini beralamat di jalan Setiaki No.15, Salatiga.
Sekolah ini berada di lingkungan yang jauh dari keramaian dan kebisingan
sehingga mendukung proses belajar mengajar yang disampaikan oleh guru kepada
siswa-siswa.
4.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas VIII G SMP Negeri 7
Salatiga yang terdiri dari dua kelompok yaitu 7 siswa kelompok eksperimen dan 7
siswa kelompok kontrol. Berikut ini tabel deskripsi subjek penelitian pada
kelompok eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan
prestasi siswa.
Tabel 4.1. Deskripsi Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Berdasarkan
Jenis Kelamin dan Usia.
Kelompok Usia Laki-Laki Perempuan
Kelompok
Eksperimen
13 tahun 2 2
14 tahun 2 2 4
15 tahun 1 1
4 3 7
Kelompok Kontrol
13 tahun 3 1 4
14 tahun 1 1
15 tahun 2 2
6 1 7
30
Berdasarkan tabel 4.1. deskripsi dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol terdapat 14 subjek penelitian. Pada kelompok eksperimen
terdapat 7 subjek penelitian yang berdasarkan jenis kelamin terdapat 4 siswa laki-
laki dan 3 siswa perempuan. Pada usia dikelompok eksperimen terdapat 2 siswa
laki-laki yang berusia 13 tahun, 4 siswa yang berusia 14 tahun yaitu 2 siswa laki-
laki dan 2 siswa perempuan dan 1 siswa perempuan yang berusia 15 tahun.
Selanjutnya pada kelompok kontrol terdapat 7 subjek penelitian yang berdasarkan
jenis kelamin terdapat 5 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Sedangkan pada
usia dikelompok kontrol terdapat 4 siswa yang berusia 13 tahun yaitu 3 siswa
laki-laki dan 1 siswa perempuan, 1 siswa laki-laki yang berusia 14 tahun dan 2
siswa laki-laki yang berusia 15 tahun.
Tabel 4.2. Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan
Prestasi Belajar.
Kelompok Prestasi F %
Kelompok Eksperimen
69-75 2 28,6%
62-68 2 28,6%
55-61 3 42,8%
7 100%
Kelompok
Kontrol
69-75 1 14,3%
62-68 6 85,7%
55-61 - -
7 100%
Berdasarkan tabel 4.2. deskripsi subjek penelitian dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan prestasi belajar terdapat 14 subjek
penelitian. Pada kelompok eksperimen terdapat 7 subjek penelitian dengan
prestasi belajar 69-75 terdapat 2 siswa dengan presentase 28,8%. Selanjutnya pada
prestasi belajar 62-68 terdapat 2 siswa dengan presentase 28,6% dan 55-61
terdapat 3 siswa dengan presentase 42,8%. Pada kelompok kontrol terdapat 7
31
subjek penelitian dengan prestasi belajar 69-75 terdapat 1 siswa dengan presentase
14,3% dan 62-68 terdapat 6 siswa dengan presentase 85,7%.
4.3. Persiapan Penelitian Eksperimen.
Pada saat persiapan penelitian, penulis melakukan pretest budi pekerti
yang dilakukan kelompok eksperimen dan kontrol, terdiri dari tiga aspek yaitu
akhlak terhadap Tuhan, sesama manusia dan peduli lingkungan untuk mengetahui
ada perbedaan atau tidak ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Di
bawah ini tabel hasil pretest budi pekerti pada kelompok eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.3 Skor Pretest Budi Pekerti pada Kelompok Eksperimen dan
Kontrol.
No Nama Aspek Skor
Total Kategori
Akhlak Terhadap
Tuhan
Sesama Manusia
Peduli Lingkungan
Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 F Kh 34 36 31 35 27 23 92 94 2 2 2 S Ad 36 38 50 46 20 24 106 108 2 2 3. P D 40 40 25 38 24 13 89 91 2 2 4. Sv Dk 36 35 30 38 21 24 87 97 2 2 5. T M 34 32 42 47 22 23 98 102 2 2 6. Sr R 30 21 45 36 29 17 104 74 2 1 7. H T 38 32 40 40 31 23 109 95 2 2 Jumlah 248 234 263 280 174 147 Keterangan : Ek : Eksperimen 1 : Cukup Ko : Kontrol 2 : Kurang
Dari tabel 4.3. bahwa ada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol masing-masing mempunyai aspek-aspek budi pekerti. Dalam
kelompok eksperimen terdapat 7 subjek kelompok eksperimen mempunyai
kategori cukup pada ketiga aspek yaitu aspek terhadap akhlak terhadap Tuhan,
sesama manusia dan peduli lingkungan. Pada aspek akhlak terhadap Tuhan
32
dengan hasil skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 30. Selanjutnya
pada aspek sesama manusia dengan hasil skor tertinggi adalah 50 dan skor
terendah 25. Pada aspek peduli lingkungan dengan hasil skor tertinggi adalah 31
dan skor terendah 20.
Selanjutnya penulis melakukan uji homogen berdasarkan hasil pretest
pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
menggunakan Mann-Whitney Test. Di bawah ini merupakan tabel hasil uji
homogen berdasarkan hasil pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Tabel 4.4. Uji Homogen dari Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
NBP Eksperimen 7 8.00 56.00
Kontrol 7 7.00 49.00
Total 14
Test Statisticsb
NBP
Mann-Whitney U 21.000
Wilcoxon W 49.000
Z -.1000
Asymp. Sig. (2-tailed) .317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.710a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
33
Berdasarkan tabel 4.4. bahwa hasil uji homogenitas dari kelompok
eksperimen dan kontrol yaitu Asymp. Sig. (2-tailed) 0.317>0.050 sedangkan mean
rank untuk kelompok eksperimen adalah 8.00 dan mean rank untuk kelompok
kontrol adalah 7.00. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan atau homogen antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian
Berdasarkan hasil analisis di atas bahwa penulis membuat rancang
treatment berupa sosiodrama kepada kelompok eksperimen yang akan dilakukan
selama delapan kali pertemuan, tetapi pada kelompok kontrol tidak mendapatkan
treatment. Penyusunan tema atau topik dalam kegiatan sosiodrama disesuaikan
dengan kebutuhan siswa berdasarkan aspek budi pekerti pada kelompok
eksperimen sebagai berikut :
Tabel. 4.5 Program Layanan Sosiodrama
No. Tujuan Indikator Keberhasilan
Topik Bentuk
Kegiatan Waktu
1. Siswa dapat
meyakinin adanya Tuhan Yang Maha
Esa.
Percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Ingat Tuhan
dengan beribadah.
Sosiodrama 45 menit
2. Siswa dapat
bersikap dan
berperilaku yang mencerminkan
toleransi dan
penghargaan terhadap pendapat,
gagasan dan
tingkah laku yang
sependapat dengannya maupun
tidak.
Hidup rukun
dengan pemeluk
agama lain.
Toleransi
antarumat
beragama.
Sosiodrama 45 menit
34
No. Tujuan Indikator Keberhasilan
Topik Bentuk
Kegiatan Waktu
3. Siswa mampu mengikuti kegiatan
kelompok sesuai
dengan pilihannya.
Menghormati dan menghargai
kekurangan dan
kelebihan teman sebaya.
Pribadi yang unik.
Sosiodrama 45 menit
4. Siswa mampu
meningkatkan rasa
cinta dan kasih di lingkungan sosial.
Membantu
tanpa pamprih. Menunjukan
sikap rela
berkorban.
Sosiodrama 45 menit
5. Siswa mampu memiliki
kebersamaan dan
gotong royong di dalam kelompok
bermain.
Bekerja secara kelompok.
Saling membantu.
Sosiodrama 45 menit
6. Siswa dapat
menjunjung tinggi
rasa persahabatan dengan teman
sebaya.
Memiliki rasa
kesetiakawanan. Pemaaf. Sosiodrama 45 menit
7. Siswa dapat
menjunjung tinggi
sikap sopan santun
di dalam lingkungan
pergaulan.
Sikap dan
perilaku yang
sopan santun
dalam bertindak dan bertutur
kata terhadap
orang lain.
Bertindak
dan
berbicara
sopan.
Sosiodrama 45 menit
8. Siswa mampu
menjaga
lingkungan yang
bersih terhindar dari berbagai
penyakit.
Melestarikan
lingkungan
hidup.
Membuang
sampah
pada
tempatnya.
Sosiodrama 45 menit
35
4.4. Pelaksanaan Penelitian Eksperimen
4.4.1. Perijinan Penelitian.
Penulis memberikan surat ijin kepada Kepala sekolah pada hari Senin, 15
Oktober 2012. Penulis menjelaskan judul dan prosedur penelitian yang akan
dilaksanakan kepada Kepala sekolah agar beliau memperoleh memahami tujuan
dan gambaran pada penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 7 Salatiga.
Setelah penulis menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian, Kepala sekolah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di kelas VIII G.
Selanjutnya penulis menemui guru BK kelas VIII untuk menyampaikan
persetujuan ijin penelitian dari Kepala sekolah. Penulis menjelaskan tujuan dan
prosedur penelitian yang akan dilakukan dan kapan penelitian akan dimulai dari
kegiatan sosiodrama, proses pretest sampai posttest kepada guru BK sehingga
guru BK paham akan alur penelitian ini serta penulis bisa melakukan penelitian
dengan baik sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan penulis dengan pihak
sekolah.
4.4.2. Tes Awal ( Pretest )
Pretest dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Januari 2013 dengan menyebar
skala sikap budi pekerti di kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga yang terdiri dari
45 item pertanyaan yang dibagikan kepada 25 siswa. Selanjutnya penulis mengola
data dan menganalisis bahwa terdapat 14 siswa yang mempunyai kategori cukup
terdapat 13 siswa dan ketegori kurang terdapat 1 siswa. Penulis membagi menjadi
dua kelompok dari 14 siswa tersebut menjadi 7 siswa kelompok eksperimen dan 7
36
siswa kelompok kontrol yang masing-masing memiliki kategori cukup dan kurang
secara random serta melakukan uji homogen yang menghasilkan bahwa kedua
kelompok tersebut tidak ada perbedaan. Kemudian kelompok eksperimen diberi
treatment berupa layanan berupa sosiodrama sedangkan kelompok kontrol tidak
menerima treatment layanan sosiodrama.
4.4.3. Perlakuan ( Treatment )
Treatment yang berupa sosiodrama dilakukan sebanyak delapan kali
kepada kelompok eksperimen yang disesuai dengan program layanan sosiodrama
dan jadwal pertemuan yang telah penulis sepakati dengan siswa yaitu sepulang
sekolah pada hari Rabu, Kamis dan Sabtu yang dimulai dari tanggal 17 Januari
2013 sampai tanggal 2 Maret 2013. Berikut ini pertemuan treatment dengan
kelompok eksperimen sebagai berikut :
a. Treatment pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Januari 2013 di
SMP Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatmen pertama sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di taman SMP Negeri 7 Salatiga
pada pukul 14.30 WIB. Siswa diharapkan bisa bergabung dengan penulis dan
melaksanakan sosiodrama dengan baik sesuai dengan alur cerita. Dalam
melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
37
1. Tahap Pembentukan.
Tahap ini penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan
menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk memulai kegiatan. Selanjutnya
penulis melakukan perkenalan dengan anggota kelompok dan menjelaskan arti,
tujuan, asas-asas agar siswa lebih memahami dan mempunyai gambaran mengenai
layanan bimbingan kelompok dengan tehnik sosiodrama serta melakukan kontrak
waktu yang disepakati antara penulis dengan anggota kelompok. Dalam kegiatan
ini penulis melakukan permainan dan apersepsi mengenai kekuasaan Tuhan
kepada anggota kelompok untuk membantu anggota kelompok dalam
mempersiapkan untuk mengikuti sosiodrama, menghangatkan suasana dan
menambah keakraban antara penulis dengan anggota kelompok.
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir dari pertemuan pertama dan menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya agar kegiatan berjalan
dengan lancar. Selanjutnya penulis menentukan pemain yang akan memainkan
peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing pada
pertemuan sosiodrama yang pertama. Tugas dari anggota kelompok yang tidak
memerankan sosiodrama atau penonton adalah melakukan observasi selama
pementasan sosiodrama yang dilakukan anggota kelompok untuk memberi
tanggapan mengenai kesesuaian peran dan tugas dari pemain adalah memainkan
perannya sesuai dengan topik.
38
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara
aktif dengan mencari informasi mengenai skenario sosiodrama yang sesuai
dengan topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik pertama sosiodrama yang
dipilih adalah “Ingat Tuhan dengan Beribadah”, tujuan yang ingin dicapai adalah
siswa dapat meyakinin adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan rajin beribadah
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Penulis, memberikan waktu kepada pemain untuk mempelajari dan
menghafalkan peran serta alur cerita agar pemain bisa mempraktikan sosiodrama
dengan baik dan berjalan dengan lancar. Setelah pemain memahami isi dan
perannya, maka penulis memberi kesempatan untuk mempraktikan sosiodrama.
Pemain masih merasa kaku dan malu dengan apa yang diperankan, karena baru
pertama kali memainkan sosiodrama. Namun penulis mengarahkan kepada
pemain untuk mempraktikan sosiodrama dengan baik dan menjelaskan tujuan
yang akan diperoleh dari pertemuan pertama ini.
Kemudian pemain bisa mempraktikan sosiodrama yang berjudul “ Ingat
Tuhan dengan Ibadah” dengan baik sesuai dengan peran dan tugas masing-
masing. Pemain utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu tidak
terpengaruh kepada temannya untuk meninggalkan ibadah serta meningkatkan
keimanan dengan rajin beribadah bersama dengan teman-temannya. Gambar di
39
bawah ini adalah proses sosiodrama pertama yang berjudul “Ingat Tuhan dengan
Beribadah”.
Gambar 4.1 Sosiodrama ke-1
b. Tahap Elaborasi
Setelah selesai mempraktikan sosiodrama, anggota kelompok melakukan
diskusi yang dibimbing oleh penulis mengenai apa yang telah dipraktikan dalam
sosiodrama dan memberi tanggapan dari pemain yang telah menjadi pemeran
sosiodrama sesuai dengan peran masing-masing. Anggota kelompok yang
bertugas sebagai penonton juga memberikan tanggapan dari hasil pengamatan
yang mereka lakukan ketika anggota kelompok memainkan perannya. Hasil dari
pengamatan tersebut bahwa masih ada salah satu anggota kelompok yang merasa
malu dengan apa yang diperankannya. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok
dapat disimpulkan bahwa anggota kelompok mendapatkan gambaran langsung
untuk berbuat sebagaimana mestinya terhadap Tuhan, diri sendiri dan lingkungan
sosial tanpa terpengaruh kepada temannya yang mengajak bermain serta lupa
40
dengan ibadah. Selain itu harus dapat menyakini adanya Tuhan dan beribadah
sesuai dengan ajaran dan agama masing-masing dengan baik di kehidupan sehari-
hari.
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai
apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta
memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok
lebih rajin beribadah dengan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Tahap Pengakhiran.
Dalam kegiatan penutup ini, penulis menginformasikan bahwa kegiatan
sosiodrama akan segera usai dan menanyakan kesan-kesan yang telah didapat dan
dirasakan oleh semua anggota kelompok baik dari pemain dan penonton pada
sosiodrama pertama. Kesan-kesan tersebut adalah anggota kelompok merasa
senang bisa bermain peran yang bisa menambah pengalaman dan pengetahuan
untuk lebih taat kepada Tuhan serta saling mengingatkan teman untuk lebih
beribadah. Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau mengevaluasi
kegiatan dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan
sosiodrama. Hasil dari penilaian segera ini secara keseluruhan cukup baik, karena
antusiasme anggota kelompok dalam memainkan sosiodrama berjalan dengan
lancar sesuai dengan alur cerita dan tugasnya masing-masing walaupun masih ada
yang malu-malu tetapi anggota kelompok sangat menikmati sosiodrama dan
memperoleh pengalaman untuk lebih rajin beribadah. Kemudian penulis dan
anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati bersama
41
serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok untuk
mengikuti sosiodrama.
b. Treatment kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Januari 2013 di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatment kedua sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu dilakukan setelah pulang sekolah di ruang kelas SMP
Negeri 7 Salatiga pada pukul 11.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan
sosiorama, langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Tahap ini penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan
menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk memulai kegiatan. Selanjutnya
penulis dan anggota kelompok mengadakan kontrak waktu yang disepakati untuk
melakukan kegiatan sosiodrama kedua. Dalam kegiatan ini penulis melakukan
permainan untuk menghangatkan suasana dan menambah keakraban antara
penulis dengan anggota kelompok. Kemudian penulis melakukan apersepsi
mengenai hidup toleransi di lingkungan pergaulan agar anggota kelompok lebih
siap mengikuti kegiatan selanjutnya dan paham pentingnya toleransi dalam
pergaulan.
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir pada pertemuan kedua dan menanyakan kesiapan
anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Setelah semua anggota
42
kelompok siap, penulis menentukan pemain-pemain yang akan memainkan peran
sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing pada pertemuan
sosiodrama kedua. Tugas dari penonton atau anggota kelompok yang tidak
memerankan sosiodrama adalah melakukan observasi selama pementasan
sosiodrama yang dilakukan anggota kelompok untuk memberi tanggapan
mengenai proses sosiodrama, kesesuaian alur cerita dan tugas pemain adalah
memerankan sosiodrama sesuai dengan topik.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara
aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara membagikan skenario mengenai
topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik kedua sosiodrama yang dipilih
adalah “Toleransi antarumat Beragama”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa
dapat bersikap dan berperilaku yang mencerminkan toleransi di lingkungan
pergaulan. Siswa diharapkan dapat bertoleransi walaupun mempunyai teman yang
berbeda agama.
Penulis, memberikan waktu kepada pemain untuk mempelajari dan
menghafalkan peran dan alur cerita agar sosiodrama dapat berjalan dengan lancar.
Setelah anggota kelompok memahami isi dan perannya, maka penulis memberi
melakukan tanya jawab mengenai hal yang kurang dimengerti dalam topik
43
sosiodrama yang akan diperankan. Setelah pemain paham dan siap maka penulis
memberi kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.
Pada sosiodrama kedua yang berjudul “Toleransi antarumat Beragama”
dipentaskan anggota kelompok dengan baik, tidak merasa malu dengan anggota
kelompok yang lainnya dan berusaha menghayati sosiodrama yang akan
dipentaskan. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada
anggota kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan sesuai
dengan tugas kelompok masing-masing. Pemain utama berhasil memainkan
sosiodrama dengan baik yaitu mau mengubah sikapnya yang egois dan kurang
toleransi dengan pemeluk agama lain menjadi lebih toleransi. Rasa toleransi dan
kepedulian pemain utama dengan pemeluk agama lain muncul setelah teman-
temannya tetap mau menolongnya ketika dia mengalami musibah. Gambar di
bawah ini adalah proses sosiodrama kedua yang berjudul “Toleransi antarumat
Beragama”.
Gambar 4.2 Sosiodrama ke-2
44
b. Tahap Elaborasi
Setelah pementasan sosiodrama kedua selasai, anggota kelompok
melakukan diskusi yang dibimbing oleh penulis mengenai apa yang telah
dipraktikan dalam sosiodrama dan penonton memberi tanggapan mengenai
jalannya proses sosidrama kedua serta pemeran sosiodrama yang diperankan oleh
masing-masing pemain. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penonton adalah
pemain sudah mulai memerankan perannya dengan baik dan tanpa rasa malu dari
salah satu pemain dibandingkan dari pertemuan pertama. Selanjutnya hasil dari
diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat bersikap bersikap toleransi
dengan pemeluk agama lain, karena kita semua adalah makhluk sosial yang tidak
bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dengan bersikap toleransi antarumat
beragama dapat menciptakan lingkungan pergaulan yang rukun dan tentram.
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai
apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta
memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok
lebih bersikap toleransi walaupun berbeda agama, suku dan kebiasaan karena
dengan hidup beroleransi akan tercipta lingkungan saling menghargai dan
menghormati antarpeluk agama.
d. Tahap Pengakhiran.
Dalam kegiatan penutup ini, penulis menginformasikan bahwa kegiatan
sosiodrama akan segera usai dan menanyakan kesan-kesan yang telah didapat dan
dirasakan oleh semua anggota kelompok baik dari pemain dan penonton pada
45
sosiodrama kedua. Kesan-kesan tersebut adalah menambah pengalaman, perasaan
yang bangga karena bisa memerankan perannya dengan baik dan bisa memberi
gambaran untuk hidup rukun tanpa membedakan agama. Selanjutnya penulis
melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan dengan membahas proses
kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera ini
secara keseluruhan baik, karena antusiasme, partisipasi dan penghayatan anggota
kelompok dalam memainkan sosiodrama berjalan dengan lancar alur cerita dan
tanpa rasa malu sehingga anggota kelompok dapat memperoleh gambaran untuk
hidup lebih bertoleransi dengan pemeluk agama lain. Kemudian penulis dan
anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan
terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti
sosiodrama.
c. Treatment ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Januari 2013 di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatment ketiga sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7
Salatiga pada pukul 15.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama,
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Tahap ini penulis melakukan penerimaan yang baik dan hangat dengan
menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk memulai kegiatan. Selanjutnya
penulis dan anggota kelompok mengadakan kontrak waktu yang untuk melakukan
46
kegaiatan sosiodrama ketiga sesuai dengan kesepakatan yang telah diputuskan.
Kemudian penulis melakukan permainan untuk mencairkan suasana agar anggota
kelompok lebih rileks untuk melakukan kegiatan ini. Penulis melakukan apersepsi
mengenai saling menghargai dan menghormati kelemahan dan kelebihan yang ada
di dalam diri individu agar bisa membaur di lingkungan pergaulan serta
membantu anggota kelompok dalam menyiapkan diri pada kegiatan selanjutnya.
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir dari pertemuan ketiga agar anggota kelompok lebih
siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu melakukan sosiodrama dengan
baik. Setelah semua anggota kelompok siap, penulis menentukan pemain yang
akan memainkan peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugasnya
masing-masing pada pertemuan sosiodrama ini. Tugas dari penonton atau anggota
kelompok yang tidak memerankan sosiodrama adalah melakukan observasi
selama pementasan sosiodrama yang dilakukan anggota kelompok dan memberi
tanggapan mengenai proses sosiodrama, kesesuaian pemain dalam memerankan
perannya dan alur cerita yang teelah dimainkan.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara
aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan mencari informasi dan menghafal peran
47
serta alur cerita pada topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik ketiga
sosiodrama adalah “Pribadi yang Unik”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa
mampu mengikuti kegiatan kelompok sesuai dengan pilihannya.
Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk membaca,
mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar anggota kelompok mampu
mengeksplor perannya dengan baik sesuai dengan skenario dan alur cerita.
Sebelum sosiodrama dipraktikan, penulis melakuan tanya jawab mengenai hal
yang kurang dimengerti pemain dalam memahami peran serta alur cerita. Setelah
anggota kelompok memahami isi dan perannya, maka penulis memberi
kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.
Pada sosiodrama ketiga yang berjudul “Pribadi yang Unik” dapat
dipentaskan anggota kelompok dengan baik dan dengan penghayatan sesuai
dengan peran masing-masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi
arahan kepada anggota kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur
cerita dan sesuai dengan tugas kelompok masing-masing. Pemeran utama berhasil
memainkan sosiodrama dengan baik yaitu mau mengubah sikapnya untuk lebih
menghargai sesama teman, lebih serius dan bekerja bersama-sama dalam
mengerjakan tugas kelompok serta meminta maaf kepada temannya karena
pemain utama kurang menghargai pribadi baik itu kelebihan dan kelemahan dari
salah satu anggota kelompok yang telah baik kepadanya. Gambar di bawah ini
adalah proses sosiodrama ketiga yang berjudul “Pribadi yang Unik”.
48
Gambar 4.3 Sosiodrama ke-3
b. Tahap Elaborasi
Setelah pementasan sosiodrama ketiga selasai, anggota kelompok
melakukan diskusi yang dibimbing oleh penulis mengenai apa yang telah
dipraktikan dalam sosiodrama dan penonton memberi tanggapan penghayatan
serta proses pemeran sosiodrama sesuai dengan peran masing-masing. Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain sudah mulai bisa
memerankan perannya dengan penuh penghayatan dan semangat dalam
melakukan sosiodrama walaupun dilakukan setelah pulang sekolah. Selanjutnya
hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa menghargai dan
menghormati pribadi teman sebaya di dalam lingkungan pergaulan itu sangat
diperlukan karena dengan adanya sikap tersebut dapat menjadikan sesuatu lebih
baik dari yang sebelummya yaitu bersama-sama mengerjakan tugas dengan baik
dan saling memaafkan satu sama lainnya. Jika kita menghargai dan menghormati
teman maka teman itu akan menghargai dan menghormati kita.
49
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai
apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta
memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok
dapat menghargai dan menghormati kelemahan serta kelebihan diri sendiri
maupun temannya agar tidak ada kesalahpahaman dan menjadikan hidup indah.
d. Tahap Pengakhiran.
Dalam kegiatan penutup ini, penulis menginformasikan bahwa kegiatan
sosiodrama akan segera usai dan menanyakan kesan-kesan yang telah didapat dan
dirasakan oleh semua anggota kelompok baik dari pemain dan penonton pada
sosiodrama ketiga. Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau
mengevaluasi kegiatan dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil
kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera ini secara keseluruhan baik,
karena antusiasme, respon dan penghayatan anggota kelompok dalam memainkan
sosiodrama lebih baik dan berjalan sesuai dengan pemeran serta alur cerita. Selain
itu anggota kelompok sudah mulai terbiasa dengan sosiodrama yang
diperankannya sesuia dengan peranan masing-masing. Penulis dan anggota
kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan terima
kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti
sosiodrama.
50
d. Treatment keempat dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2013 di
SMP Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatment keempat sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7
Salatiga pada pukul 14.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama,
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan keempat yang
dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan
yang baik dan hangat dengan menanyakan kabar siswa-siswa serta berdoa untuk
kelancaran sosiordama ini. Selanjutnya penulis dan anggota kelompok
mengadakan kontrak waktu yang untuk melakukan kegaiatan sosiodrama keempat
sesuai dengan kesepakatan yang telah diputuskan. Penulis melakukan permainan
untuk melepas kepenatan pada anggota kelompok. Kemudian penulis melakukan
apersepsi mengenai pentingnya rela berkorban di lingkungan pergaulan dan
membantu anggota kelompok untuk lebih menyiapkan diri pada kegiatan
selanjutnya.
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir dari pertemuan keempat agar anggota kelompok lebih
termotivasi dalam mengikuti sosiodrama yang sesuai dengan alur kegiatan dan
menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti sosiodrama. Setelah
semua anggota kelompok siap, penulis menentukan pemain yang akan memainkan
51
peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing sebagai
pemain dan penonton pada pertemuan sosiodrama yang sesuai dengan skenario.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara
aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara membagikan dan menghafal
skenario mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik keempat
sosiodrama adalah “Menunjukan Sikap Rela Berkorban”, tujuan yang ingin
dicapai adalah siswa mampu menerapkan sikap rela berkorban di lingkungan
pergaulan.
Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk
mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar pemain mampu
mengeksplor perannya dengan baik sesuai dengan skenario dan alur cerita.
Pemain dan penonton semakin antusias dan fokus menghafalkan serta stimulasi
yang akan diperankan pada sosiodrama ini. Sebelum mempraktikan sosiodrama,
penulis melakukan tanya jawab mengenai kesiapan dan pemahaman peran serta
alur cerita kepada pemain. Setelah pemain memahami isi dan perannya, maka
penulis memberi kesempatan anggota kelompok untuk mempraktikan sosiodrama.
Pada sosiodrama keempat yang berjudul “Menunjukan Sikap Rela
Berkorban” dapat dipentaskan anggota kelompok dengan baik sesuai dengan
peran masing-masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan
52
kepada anggota kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan
sesuai dengan tugas kelompok masing-masing. Pemeran utama berhasil
memainkan sosiodrama dengan baik yaitu selalu baik dan mau rela berkorban
dengan semua orang walaupun ada salah satu temannya yang tidak peduli dengan
kebaikan dan pengorbanan yang dia berikan. Dengan niat yang tulus dan
kebaikannya maka bisa menyadarkan temannya yang kurang peduli menjadi lebih
peduli dan minta maaf dengan pemain utama. Gambar di bawah ini adalah proses
sosiodrama keempat yang berjudul “Menunjukan Sikap Rela Berkorban”.
Gambar 4.4 Sosiodrama ke-4
b. Tahap Elaborasi
Setelah pementasan sosiodrama keempat, anggota kelompok melakukan
diskusi mengenai apa yang telah dipraktikan dalam sosiodrama dan penonton
memberi tanggapan selama proses pementasan sosiodrama kepada pemain-
pemain sosiodrama. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh
penonton adalah pemain sudah bisa menjiwai perannya dengan ekspresi yang
53
sesuai tanpa ada rasa malu satu sama lainnya dalam memerankan sosiodrama.
Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat penting
menerapkan sikap rela berkorban, cinta dan kasih di dalam kehidupan sehari-hari
karena bisa saling berbagi satu sama lain untuk bisa membahagiakan orang-orang
yang selalu dekat dengan kita. Selain itu dengan memberi kebaikan maka dapat
menyadarkan sesorang yang kurang peduli menjadi lebih peduli dan sayang
dengan kita.
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai
apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta
memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok
dapat lebih mengembangkan sikap rela berkorban di lingkungan sosial yang dapat
menciptakan cinta kasih dan tanpa ada pertengkaran dengan teman sebaya.
d. Tahap Pengakhiran.
Penulis menginformasikan bahwa kegiatan sosiodrama akan segera usai.
Sebelum kegiatan sosiodrama usai, penulis menanyakan kesan-kesan yang telah
didapat dan dirasakan oleh satu persatu dari anggota kelompok bahwa anggota
kelompok semakin senang dan menghibur karena bisa mempraktikan sosiodrama.
Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan
dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil
dari penilaian segera ini secara keseluruhan baik, karena anggota kelompok sangat
antusiasme dan tidak kaku dalam memerankan sosiodrama serta semakin pandai
dalam mengeksplor ekspresi dengan baik. Penulis dan anggota kelompok
54
membahas pertemuan berikutnya yang disepakati serta ucapan terima kasih atas
kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.
e. Treatment kelima dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 2013 di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatment kelima sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di taman SMP Negeri 7 Salatiga
pada pukul 11.45 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah
yang digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan kelima yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan
yang baik dan hubungan penulis dengan anggota kelompok semakin akrab serta
berdoa untuk kelancaran sosiordama ini. Selanjutnya penulis dan anggota
kelompok mengadakan kontrak waktu yang untuk melakukan kegiatan
sosiodrama kelima sesuai dengan kesepakatan. Sebelum memulai sosiodrama,
penulis melakukan permainan agar anggota kelompok lebih semangat dalam
kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian penulis melakukan apersepsi mengenai
pentingnya saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dan
menyiapkan anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir dari pertemuan kelima agar anggota kelompok lebih
55
antusias dalam mengikuti sosiodrama yang sesuai dengan alur kegiatan dan
anggota kelompok siap untuk mengikuti sosiodrama. Setelah semua anggota
kelompok siap, penulis menentukan pemain yang akan memainkan peran
sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing baik dari
pemain dan penonton.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk dapat melibatkan diri secara
aktif dalam kegiatan sosiodrama dengan cara mempelajari dan menghafal skenario
mengenai topik sosiodrama yang akan diperankan. Topik kelima sosiodrama
adalah “Saling Membantu”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu
memiliki kebersamaan dan gotong royong di dalam kelompok bermain.
Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk
mempelajari, menghafalkan peran dan alur cerita agar anggota kelompok paham
dengan peran yang akan dimainkan. Penulis melakukan tanya jawab kepada
anggota kelompok mengenai tugas dan pemahaman isi topik pada skenario yang
akan diperankan. Setelah semua anggota kelompok memahami isi sosiodrama,
penulis memberi kesempatan untuk mempraktikan sosiodrama.
Pada sosiodrama kelima yang berjudul “Saling Membantu” dapat
dipentaskan pemain dengan kesesuaian dengan peran masing-masing dan alur
cerita. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada anggota
56
kelompok agar sosiodrama berjalan sesuai dengan alur cerita dan sesuai dengan
tugas kelompok masing-masing. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama
dengan penuh penghayatan yaitu awalnya dia tidak mau bekerja sama dalam
mengerjakan tugas kelompok dengan berbagai alasan. Teman-temannya berusaha
memakluminya, tetapi lama-kelamaan pemeran utama absen terus dari kegiatan
kelompok dan berbohong. Dia ternyata main di warnet dan dan ketahuan
berbohong. Kemudian teman satu kelompok bersikap tegas yaitu ingin
mengeluarkannya dari kelompok. Pemeran utama tidak mau dan mengakui
kesalahannya serta mau berubah untuk lebih rajin lagi dalam mengerjakan tugas
kelompok. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama kelima yang berjudul
“Saling Membantu”.
Gambar 4.5 Sosiodrama ke-5
b. Tahap Elaborasi
Setelah pementasan sosiodrama kelima, penonton memberi tanggapan
melakukan tanggapan dan diskusi mengenai apa yang telah dipraktikan dalam
57
sosiodrama. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton
adalah pemain sudah bagus dan berakting dengan penuh ekspresi yang sesuai
dengan perannya masing-masing serta alur cerita. Selanjutnya hasil dari diskusi
kelompok dapat disimpulkan bahwa saling membantu dan tidak egois sangat
penting di dalam mengerjakan tugas kelompok serta sikap berbohong itu tidak
baik karena bisa menjadikan kita dijauhi oleh teman-teman. Jadi dalam sebuah
kelompok perlu adanya saling melengkapi atau bertukar pikiran untuk membantu
dan gotong-royang agar nilai atau hasil kerja kelompok dapat maksimal.
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik kepada anggota kelompok mengenai
apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari pementasan sosiodrama serta
memberikan refleksi berupa kesimpulan dan penguatan agar anggota kelompok
dapat hidup bergotong royong dan saling membantu untuk mencapai keberhasilan
bersama-sama dalam suatu kegiatan kelompok karena hasil tugas kelompok
ditentukan kelompok itu sendiri serta kerja sama yang baik.
d. Tahap Pengakhiran.
Penulis menginformasikan bahwa kegiatan sosiodrama akan segera usai.
Penulis menanyakan kesan-kesan yang telah didapat dan perasaan anggota
kelompok setelah melakukan sosiodrama ini bahwa mereka mendapat pengalaman
untuk tidak egois terhadap teman. Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera
atau mengevaluasi kegiatan dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil
kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera adalah secara keseluruhan baik,
karena anggota kelompok sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk
58
dapat memerankan sosiodrama dengan baik sesuai dengan perannya masing-
masing, lebih bisa mengekplor ekspresinya dengan baik dan antusias. Kemudian
penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya yang disepakati
serta ucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam
mengikuti sosiodrama.
f. Treatment keenam dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2013 di
SMP Negeri 7 Salatiga.
Penulis melakukan treatment keeman sesuai dengan kesepakatan penulis dan
kelompok eksperimen yaitu sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7
Salatiga pada pukul 13.15 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama,
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan keenam yang
dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan
dan menjalin hubungan yang baik dengan anggota kelompok serta berdoa untuk
memulai kegiatan sosiodrama. Selanjutnya penulis dan anggota kelompok
melakukan kontrak waktu pada kegiatan sosiodrama keenam ini. Penulis
melakukan permainan dengan anggota kelompok dan melakukan apersepsi
mengenai pentingnya sikap pemaaf di lingkungan pergaulan demi
mempertahankan persahabatan.
59
2. Tahap Peralihan.
Penulis menjelaskan kembali kegiatan anggota kelompok dari tahap
pembentukan sampai akhir dari pertemuan keenam agar anggota kelompok lebih
siap dan paham dengan apa yang akan dilakukan untuk mengikuti sosiodrama
dengan baik. Selanjutnya penulis menentukan pemain yang akan memainkan
peran sosiodrama dan penonton serta menjelaskan tugas dari pemain dan
penonton.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif dalam kegiatan
sosiodrama dengan mempelajari dan menghafal skenario mengenai topik
sosiodrama yang akan diperankan. Topik keenam sosiodrama adalah “Pemaaf”,
tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjunjung tinggi rasa persahabatan
dengan teman sebaya.
Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk
mempelajari, menghafalkan peran yang sesuai dengan perannya dan alur cerita.
Selanjutnya penulis melakukan tanya jawab kepada anggota kelompok mengenai
hal-hal yang kurang dimengerti oleh anggpta kelompok. Setelah semua anggota
kelompok memahami isi sosiodrama, penulis memberi kesempatan kepada
pemain untuk mempraktikan sosiodrama.
60
Pada sosiodrama keenam yang berjudul “Pemaaf” dapat diperankan
anggota kelompok dengan penuh antusias, bersungguh-sungguh dalam
memerankan perannya sesuai dengan peran masing-masing. Tugas penulis adalah
mengamati dan memberi arahan kepada anggota kelompok agar sosiodrama
berjalan dengan lancar. Pemeran utama berhasil memainkan sosiodrama dengan
baik yaitu bersikap kurang peduli dan tidak mau mendengar penjelasan dari
temannya bahwa seseorang yang dia sayangi sudah mempunyai kekasih sehingga
menjadikan hubungan pertemanannya kurang baik. Walaupun sikap pemeran
utama tidak peduli dengan teman-temannya, tetapi teman-temannya berusaha baik
dan selalu memberi perhatian serta nasihat dengannya. Pada akhirnya pemeran
utama melihat sendiri sesorang yang dia sayangi berjalan dengan kekasihnya dan
sadar akan sikapnya yang kurang baik yaitu tidak mau mendengan nasihat dan
marah serta meminta maaf dengan temannya agar hubungan pertemanannya
menjadi lebih baik lagi. Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama keenam
yang berjudul “Pemaaf”.
Gambar 4.6 Sosiodrama ke-6
61
b. Tahap Elaborasi
Setelah sosiodrama keenam diperankan, penonton dan anggota kelompok
melakukan diskusi dan tanggapan mengenai apa yang telah diperankan. Hasil
pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton adalah pemain bermain
sosiodrama dengan baik dan sangat bersungguh-sungguh dalam memerankan
tugasnya masing-masing serta dapat memecahkan masalah dengan minta maaf
demi mempertahankan persahabatan yang sudah mereka jalin. Selanjutnya hasil
dari diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa berusaha baik dengan saling
menasihati, perhatian dan belajar memaafkan kasalahan dari orang lain itu lebih
mulia dan baik untuk keutuhan kesetiakawanan atau persahabatan di dalam
lingkungan pergaulan.
c. Tahap Konfirmasi
Pada tahap ini, penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada
anggota kelompok mengenai apa yang sudah dilakukan dan diperoleh dari
pementasan sosiodrama agar anggota kelompok bisa belajar untuk lebih peduli
dengan persahabatan dan mau memaafkan kesalahan dari orang lain. Dengan
memiliki sikap itu, maka hubungan persahabatan akan lebih baik dari sebelumnya.
d. Tahap Pengakhiran.
Sebelum mengakhiri kegiatan sosiodrama, penulis menanyakan kesan-
kesan dan perasaan anggota kelompok mengenai apa yang dirasakan setelah
melakukan sosiodrama bahwa mendapatkan perasaan yang bahagia bisa saling
memaafkan dan menjalin persahabatan dengan baik. Selanjutnya penulis
melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan dengan membahas proses
62
kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil dari penilaian segera
adalah baik, karena anggota kelompok bisa memerankan perannya dengan
antusias dan penuh ekspresi tanpa canggung, malu dan sesuai dengan alur cerita.
Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan berikutnya dan
penulis mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota
kelompok dalam mengikuti sosiodrama.
g. Treatment ketujuh dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2013 di
SMP Negeri 7 Salatiga.
Penulis dan anggota kelompok melakukan treatment ketujuh yang dilakukan
pada sepulang sekolah di ruang kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul
11.00 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang
digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan ketujuh yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2013, penulis melakukan penerimaan
dan berdoa untuk memulai kegiatan sosiodrama. Hubungan penulis dan anggota
kelompok semakin akrab dan dilanjutkan dengan kesepakatan waktu atau kontrak
waktu untuk melakukan kegiatan ini. Selanjutnya penulis melakukan permainan
dengan anggota kelompok dan melakukan apersepsi mengenai pentingnya
bersikap sopan di lingkungan pergaulan.
63
2. Tahap Peralihan.
Pada tahap ini, penulis menjelaskan kembali kegiatan yang akan dilakukan
anggota kelompok pada pertemuan sosiodrama ketujuh agar anggota kelompok
lebih siap dalam mengikuti kegiatan ini. Selanjutnya penulis menentukan pemain
dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing agar anggota kelompok
lebih paham dan siap untuk mengikuti kegiatan sesi berikutnya.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif dalam kegiatan
sosiodrama untuk mencari informasi mengenai isi sosiodrama yaitu dengan
membaca dan menghafal skenario. Topik ketujuh sosiodrama adalah “Bertindak
dan berbicara sopan”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menjunjung
tinggi sikap sopan santun di dalam lingkungan pergaulan.
Penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk mencari
informasi, menghafalkan peran yang sesuai dengan perannya masing-masing.
Kemudian penulis melakukan tanya jawab kepada anggota kelompok untuk
mengetahui apakah anggota kelompok sudah paham dengan peran dan alur cerita
yang akan dipraktikan pada sosidrama ketujuh ini. Setelah semua anggota
kelompok memahami isi sosiodrama, penulis memberi kesempatan kepada
pemain untuk mempraktikan sosiodrama.
64
Pada sosiodrama ketujuh yang berjudul “Bertindak dan berbicara sopan”
dapat diperankan pemain kesungguhan, ekspresi yang lebih bagus dan sesuai
dengan perannya masing-masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi
arahan kepada pemain agar sosiodrama tetap berjalan dengan lancar. Pemeran
utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu sikap pemeran utama
yang kurang sopan dan kasar dengan temannya menjadikannya dijauhi oleh
teman-temannya. Pada suatu hari pemeran utama mendorong temannya sampai
jatuh dan dia menangis tersedu-sedu. Pameran utama sangat menyesal dan minta
maaf dengan temannya tersebut serta berjanji untuk lebih sopan dan tidak kasar
terhadap teman-temannya. Akhirnya hubungan mereka menjadi lebih baik dan
teman-teman yang lainnya ikut senang. Gambar di bawah ini adalah proses
sosiodrama ketujuh yang berjudul “Bertindak dan berbicara sopan”.
Gambar 4.7 Sosiodrama ke-7
65
b. Tahap Elaborasi
Setelah sosiodrama ketujuh diperankan, anggota kelompok melakukan
diskusi yang berupa hasil pengamatan dan tanggapan mengenai apa yang telah
diperankan dari penonton. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh
penonton adalah pemain memainkan perannya dengan sangat baik karena seakan-
akan hal itu terjadi dan lebih mampu mengekspresikan perasaan dan dirinya
dengan baik melalui raut wajah serta akting yang baik. Selanjutnya hasil dari
diskusi kelompok dapat disimpulkan bahwa sangat penting bertindak dan
berbicara sopan di dalam lingkungan pergaulan karena bisa mempertahankan
hubungan persahabatan dan tidak menyakit hati temannya dengan perkataan dan
perbuatan yang kurang sopan.
c. Tahap Konfirmasi
Pada tahap ini, penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada
anggota kelompok mengenai sosiodrama ketujuh agar anggota kelompok bisa
menerapkan sikap yang sopan di lingkungan pergaulan serta tidak berbuat kasar
dengan temannya sendiri. Dengan berbuat atau bersikap baik maka akan disenangi
teman-temannya dan tidak menyakiti hati temannya sendiri.
d. Tahap Pengakhiran.
Penulis menanyakan kesan-kesan dan perasaan anggota kelompok
mengenai apa yang telah dirasakan setelah melakukan sosiodrama bahwa bisa
memahami pentingnya sikap sopan santun di dalam lingkungan pergaulan.
Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan
dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil
66
dari penilaian segera adalah baik, karena anggota kelompok sangat antusias dalam
memerankan perannya dengan penuh penghayatan, lebih antusias dan lebih
leluasa mengekspresikan perasaan serta wajah yang sesuai dengan apa yang
mereka perankan. Kemudian penulis dan anggota kelompok membahas pertemuan
berikutnya dan penulis mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi
anggota kelompok dalam mengikuti sosiodrama.
h. Treatment kedelapan dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Penulis dan anggota kelompok melakukan treatment kedelapan yang dilakukan
pada sepulang sekolah di ruang kelas IX A SMP Negeri 7 Salatiga pada pukul
10.45 WIB. Dalam melaksanakan layanan sosiorama, langkah-langkah yang
digunakan penulis yaitu :
1. Tahap Pembentukan.
Sebelum memulai kegiatan sosiodrama pada pertemuan kedelapan yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Maret 2013, penulis melakukan penerimaan
dengan baik kepada anggota kelompok dan berdoa untuk memulai kegiatan
sosiodrama. Kemudian penulis dan anggota kelompok melakukan kontrak waktu
dan melakukan permainan dengan anggota kelompok untuk mencairkan suasana
serta dan melakukan apersepsi mengenai pentingnya menjaga kelestarian atau
kebersihan lingkungan.
67
2. Tahap Peralihan.
Pada tahap ini, penulis menjelaskan kembali kegiatan yang akan dilakukan
anggota kelompok pada pertemuan sosiodrama kedelapan, menentukan pemain
dan penonton serta menjelaskan tugas masing-masing agar anggota kelompok
lebih siap dalam mengikuti kegiatan berikutnya.
3. Tahap Kegiatan.
Tahap ini, terdiri dari tiga jenis kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kegiatan :
a. Tahap Eksplorasi.
Penulis mengajak anggota kelompok untuk aktif mencari informasi
mengenai isi sosiodrama yaitu dengan menghafal isi, peran dan alur cerita di
dalam skenario kedelapan. Topik kedelapan sosiodrama adalah “Melestarikan
lingkungan hidup”, tujuan yang ingin dicapai adalah siswa mampu menjaga
lingkungan yang bersih terhindar dari berbagai penyakit
Selanjutnya penulis, memberikan waktu kepada anggota kelompok untuk
mencari mendalami isi topik pada skenario serta peran yang akan diperankan dan
melakukan tanya jawab kepada anggota kelompok mengenai isi topik pada
skenario dan peran serta alur cerita. Setelah pemain siap, maka penulis memberi
kesempatan kepada pemain untuk mempraktikan sosiodrama.
Pada sosiodrama kedelapan yang berjudul “Melestarikan lingkungan
hidup” dapat diperankan pemain dengan baik dan sesuai dengan perannya masing-
masing. Tugas penulis adalah mengamati dan memberi arahan kepada anggota
kelompok agar pemain memainkan perannya sesuai dengan alur cerita. Pemeran
68
utama berhasil memainkan sosiodrama dengan baik yaitu pada awalnya pemeran
utama tidak mau menjaga kebersihan dengan baik dan selalu membuang sampat
di sembarang tempat serta tidak mau mengerjakan piket bersama-sama. Teman-
temannya sudah menasihati pemeran utama, tetapi dia marah-marah dan tidak
didengarkannya. Akhirnya pemeran utama sakit karena digigit nyamuk demam
berdarah dan menyesali perbuatannya yang kurang menjaga kelestarian serta tidak
menjaga kebersihan dengan baik. Setelah masuk sekolah pemeran utama minta
maaf kepada teman-temannya dan ingin lebih menjaga lingkungan dengan baik.
Gambar di bawah ini adalah proses sosiodrama kedelapan yang berjudul
“Melestarikan lingkungan hidup”.
Gambar 4.8 Sosiodrama ke-8
b. Tahap Elaborasi
Setelah pementasan sosiodrama selesai, anggota kelompok melakukan
diskusi yang berupa hasil pengamatan dan tanggapan mengenai apa yang telah
diperankan. Hasil pengamatan dan tanggapan yang dilakukan oleh penonton
69
adalah pemain dapat memainkan perannya dengan sangat baik dengan penuh
antusias karena sudah terlatih cukup lamadan terbiasa melakukan sosiodrama
sehingga mampu memberikan intonasi suara yang sesuai dengan keadaan emosi
dan ekspresi wajah yang sesuai dengan peran serta alur cerita. Selain itu anggota
kelompok sudah bisa mengerti apa yang akan dilakukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Selanjutnya hasil dari diskusi kelompok dapat
disimpulkan bahwa nasihat dari teman-teman untuk menjaga kelestarian
lingkungan dengan membiasakan hidup bersih dan membuang sampah pada
tempatnya itu sangat penting karena bisa menghindarkan kita dari berbagai
macam penyakit serta belajarpun menjadi tenang dan nyaman.
c. Tahap Konfirmasi
Penulis memberikan umpan balik dan refleksi kepada anggota kelompok
mengenai sosiodrama kedelapan agar anggota kelompok bisa menerapkan hidup
bersih di manapun mereka berada serta lebih mendengarkan nasihat teman-teman
untuk lebih melestarikan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya
yang bisa menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit.
4. Tahap Pengakhiran.
Penulis menanyakan kesan-kesan dan perasaan kepada semua anggota
kelompok setelah melakukan sosiodrama yang terakhir ini bahwa senang karena
bisa menambah pengalaman dan lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Selanjutnya penulis melakukan penilaian segera atau mengevaluasi kegiatan
dengan membahas proses kegiatan dan evaluasi hasil kegiatan sosiodrama. Hasil
dari penilaian segera adalah sangat baik, karena anggota kelompok memainkan
70
perannya dengan penuh antusias, penghayatan, emosi dan ekpresi wajah yang
sesuai dengan apa yang ada di skenario serta dapat memecahkan masalah dengan
baik sesuai dengan alur cerita. Kemudian penulis dan anggota kelompok
membahas pertemuan berikutnya untuk melakukan posttest dan penulis
mengucapan terima kasih atas kehadiran dan partisipasi anggota kelompok dalam
mengikuti sosiodrama serta meminta maaf kepada anggota kelompok jika ada
kesalahan.
4.4.4. Respon Siswa Selama Perlakuan Layanan Sosiodrama.
Proses layanan sosiodrama dari pertemaun pertama sampai kedelapan yang
dilakukan setelah pulang sekolah dengan kesepakatan penulis dengan kelompok
eksperimen. Selama proses layanan berlangsung respon kelompok eksperimen
adalah mau menerima, mengikuti, mempraktikan sosiodrama dengan penuh
antusias, berpartisipasi, perhatian, fokus, sungguh-sungguh dalam memerankan
tugas yang sesuai dengan alur cerita, senang dan bisa menambah pengetahuan
sehingga dapat memperlancar proses dan pelaksanaan sosiodrama.
Hasil pengamatan yang penulis lakukan selama proses layanan sosiodrama
kepada kelompok eksperimen adalah terjadi perkembangan yang baik dari proses
sosiodrama satu ke sosiodrama lainnya karena kelompok eksperimen bisa
memerankan perannya dengan baik sesuai dengan ekspresi wajah, alur cerita dan
tugas masing-masing. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa selama proses
layanan sosiodrama dari awal sampai akhir dapat diterima kelompok eksperimen
dengan baik, penuh antusias, perhatian, mau berpartisipasi serta aktif dalam
71
kegiatan sosiodrama sesuai dengan tugas dan alur cerita sehingga proses layanan
sosiodrama bisa berjalan dengan lancar.
4.4.5. Tes Akhir ( Posttest )
Tes akhir atau posttest dilakukan pada hari Kamis, 7 Maret 2013 di ruang
kelas VIII G pada saat pulang sekolah kepada 14 siswa yang menjadi subjek
penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes akhir atau
posttes yang berupa skala sikap budi pekerti dengan jumlah item pertanyaan
sebanyak 45 yang harus diisi oleh subjek penelitian. Selanjutnya penulis mengola
data dan menganalisis hasil skala sikap budi pekerti yang diisi kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol yang menggunakan teknik analisis Mann
Whitney dengan bantuan SPSS For Window’s 16 Relase.
4.5. Analisis Data.
Hasil dari pengolahan skala sikap budi pekerti pada 14 siswa kelas VIII G
SMP Negeri 7 Salatiga pada saat posttest terjadi perubahan skor pada kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah diberi layanan sebagai berikut :
72
Tabel 4.6. Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan
Sesudah Diberi Layanan Sosiodrama.
No. Nama Aspek Skor Total Kategori
sesudah diberikan
layanan
Akhlak terhadap
Tuhan
Sesama Manusia
Peduli Lingkungan
Pre Pos Pre Pos Pre Pos Pre Pos 1. F 34 47 31 69 27 23 92 139 Baik 2. S 40 56 25 78 24 31 106 165 Sangat Baik
3. P 36 38 50 52 20 13 89 103 Cukup
4. Sv 36 57 30 74 21 23 87 154 Sangat Baik 5. T 34 48 42 67 22 20 98 135 Baik
6. Sr 30 49 45 76 29 21 104 146 Sangat Baik
7. H 38 44 40 63 31 26 109 133 Baik Total 248 339 263 479 174 157
Berdasar hasil tabel 4.6. Perubahan Skor Pada Kelompok Eksperimen
Sebelum dan Sesudah Diberi Layanan Sosiodrama yaitu terjadi peningkatan skor
budi pekerti yaitu aspek Tuhan dan sesama manusia pada kelompok eksperimen
setelah dilakukan posttest. Namun ada skor posttest terjadi penururun skor yang
terdapat pada aspek lingkungan dengan skor 157. Berikut ini tabel 4.7. merupakan
perbandingan hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol :
Tabel. 4.7. Perbandingan Hasil Posttest Pada Kelompok Eksperimen
Dan Kontrol
No Nama Aspek Skor Total Kategori
Akhlak terhadap
Tuhan
Sesama Manusia
Peduli Lingkungan
Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko Ek Ko 1 F Kh 47 22 69 31 23 15 139 68 3 1 2 S Ad 56 53 78 56 31 21 165 130 4 3 3. P D 38 28 52 39 13 12 103 88 2 2 4. Sv Dk 57 36 74 43 23 26 154 105 4 2 5. T M 48 43 67 43 20 24 135 110 3 2 6. Sr R 49 34 76 50 21 12 146 96 4 2 7. H T 44 41 63 59 26 19 133 119 3 3 Ket : Ek = Eksperimen, Ko= Kontrol, 1= Kurang, 2= Cukup, 3= Baik 4= Sangat Baik
73
Berdasar tabel. 4.7. terdapat perbandingan hasil posttest budi pekerti pada
kelompok eksperimen yaitu terdapat 3 siswa dengan kategori yang sangat baik, 3
siswa dengan kategori baik dan 1 siswa dengan kategori yang cukup. Sedangkan
pada kelompok kontrol dengan posttest budi pekerti yaitu terdapat 2 siswa dengan
kategori baik, 4 siswa dengan kategori cukup dan 1 siswa dengan kategori kurang.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan kategori budi pekerti
pada kelompok eksperimen. Selanjunya penulis melakukan posttest kepada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.8. Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol
Mann-Whitney Test
Ranks
KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks
Postes Eksperimen 7 10.00 70.00
Kontrol 7 5.00 35.00
Total 14
Test Statisticsb
Postes
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 35.000
Z -2.353
Asymp. Sig. (2-tailed) .019
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .026a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: KELOMPOK
74
Dari hasil tabel 4.8 menunjukan bahwa posttest kelompok eksperimen dan
kontrol dengan menggunakan Mann Whitney menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) 0,019<0,050 dengan mean rank posttest pada kelompok eksperimen adalah
10,00 sedangkan mean rank posttest pada kelompok kontrol adalah 5,00 yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Selanjutnya perbandingan pretest dan posttest
pada kelompok eksperimen sebagai berikut :
Tabel 4.9. Perbandingan antara Pretest dan Posttest pada Kelompok
Eksperimen
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
NBP Pre Eksperimen 7 4.50 31.50
Post Eksperimen 7 10.50 73.50
Total 14
Test Statisticsb
NBP
Mann-Whitney U 3.500
Wilcoxon W 31.500
Z -3.004
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Dari hasil tabel 4.9 menunjukan bahwa perbandingan antara hasil pretest
dan posttest kelompok eksperimen dengan menggunakan Mann Whitney dengan
75
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,003<0,050 yang artinya signifikan dan untuk mean
rank pada kelompok pre eksperimen adalah 4,50 sedangkan mean rank pada
kelompok post eksperimen adalah 10,50 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan dan peningkatan antara sebesar 6,00.
4.6. Uji Hipotesis.
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah tehnik
sosiodrama secara signifikan dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G
SMP Negeri 7 Salatiga. Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik Mann
Whitney bahwa hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
memperoleh hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,019<0,050. Selanjutnya hasil posttest
pada mean rank kelompok eksperimen dan kontrol yaitu 10,00>5,00 yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis
diajukan diterima.
4.7. Pembahasan
Dari hasil uji hipotesis bahwa tehnik sosiodrama secara signifikan dapat
meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga dengan
hasil posttest kelompok eksperimen dan kontrol sebesar Asymp. Sig. (2-tailed)
0,019<0,050. Selanjutnya pada mean rank kelompok eksperimen dan kontrol
sebesar 10,00>5,00 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan karena hasil
skala sikap budi pekerti pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok
76
kontrol, dan kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa sosiodrama
sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment sosiodrama.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan kepada kelompok
eksperimen selama proses layanan sosiodrama berlangsung adalah kelompok
eksperimen bisa menerima dan mempraktikan sosiodrama dengan baik, penuh
antusias, perhatian, mau merespon dengan baik, mau berpartisipasi dalam
kegiatan sosiodrama, sungguh-sungguh dalam memerankan peran sesuai dengan
ekspresi wajah, alur cerita dan tugas masing-masing sehingga proses sosiodrama
berjalan dengan lancar.
Menurut Bennett (dalam Romlah 2001) sosiodrama adalah permainan
peran yang dapat digunakan untuk memecahkan permasahan sosioal yang terjadi
dalam hubungan antar manusia. Layanan sosiodrama yang penulis berikan kepada
kelompok eksperimen dapat meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP
Negeri 7 Salatiga dengan kesesuaian tema dan aspek-aspek budi pekerti yaitu
akhlak terhadap Tuhan, sesama manusia dan peduli lingkungan.
Materi yang penulis berikan yaitu dalam bentuk skenario yang kemudian
dipentaskan oleh kelompok eksperimen sesuai dengan tema, peran dan alur cerita.
Tema-tema tersebut adalah ingat Tuhan dengan beribadah, toleransi antarumat
beragama, pribadi yang unik, menunjukan sikap rela berkorban, saling membantu,
pemaaf, bertindak dan berbicara sopan serta membuang sampah pada tempatnya.
Tempat dan waktu pelaksanan pemberian layanan penulis kepada kelompok
eksperimen yaitu di taman, ruang kelas dan dilakukan sepulang sekolah sesuai
dengan kesepakatan yang penulis lakukan dengan kelompok eksperimen.
77
Pemberian layanan sosiodrama dilakukan sepulang sekolah, tetapi kelompok
eksperimen melakukannya dengan antusias, respon dan berpartisipasi dengan
baik. Kelompok eksperimen terdiri dari 7 siswa dari kelas VIII G SMP Negeri 7
Salatiga yang memiliki kategori budi pekerti yang cukup dan kurang.
Dari hasil layanan sosiodrama pada posttest, ketujuh siswa atau kelompok
eksperimen dapat meningkatkan budi pekerti dari dua aspek yaitu terhadap akhlak
terhadap Tuhan dan sesama manusia. Hasil skor pretest dan posttest pada
kelompok eksperimen dari aspek akhlak terhadap Tuhan dari 248 menjadi 339
dan aspek sesama manusia dari 263 menjadi 479. Namun terdapat kelemahan
dalam penelitian ini yaitu pada aspek peduli lingkungan terjadi penurun skor dari
hasil pretest dibandingkan posttest yaitu dari 174 menjadi 157.
Hasil temuan dapat dijelaskan bahwa teknik sosiodrama dapat
meningkatkan budi pekerti siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Salatiga sejalan
dengan hasil penelitian Nur Lia Wiji Lestari yang membuktikan bahwa layanan
bimbingan kelompok dengan tehnik sosiodrama dapat digunakan untuk
meningkatkan budi pekerti siswa SMP Negeri 25 Semarang. Menurut Hays
(dalam Azwar, 2012) bahwa hasil penelitian dikatakan signifikan atau tidak
tergantung antara lain dari pengambilan sampel dan variabilitas data. Dalam
penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian Nur Lia Wiji Lestari yaitu
sama-sama menggunakan teknik pengambilan sampling dengan teknik purposive
sampling dengan kriteria yang sama dalam mengambil subjek penelitian yaitu
dengan menggunakan siswa kelas VIII yang memiliki kategori cukup dan kurang
pada budi pekerti.
top related