bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran...
Post on 24-Jul-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil SMP Negeri 4 Subang
SMP Negeri 4 Subang terletak di jln Dkartawigenda no.31 Subang. Secara
keseluruhan sekolah ini memiliki lahan seluas 10.780 m2. Lokasi sekolah ini
dapat dikatakan cukup strategis karena mudah dijangkau oleh siswa dari berbagai
tempat dan dilalui oleh berbagai angkutan umum baik yang melewati sekolah
maupun samping sekolah.
Pelaksanaan administrasi sekolah merupakan salah satu sarana penunjang
kelancaran dan kesuksesan dalam proses belajar mengajar maupun pembentukan
karakter siswa yang meliputi : proses ketatalaksanaan kurikulum, guru, murid, staf
tata usaha dan peralatan. Secara umum menejemen di SMP Negeri 4 Subang
adalah sebagai berikut :
a. Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 4 orang pembantu
kepala sekolah (PKS) dan ketua BP/BK, dengan fungsi dan tugas sebagai
berikut :
b. Tata usaha, yang secara umum mengelola administrasi sekolah yakni
menyangkut urusan-urusan sebagai berikut : surat menyurat, keuangan,
mengurus administrasi kurikulum, inventarisasi barang milik sekolah,
pengelolaan arsip, dan alain-lain. Terdiri atas seorang kepala sekolah dan
beberapa staf.
70
c. Pengelola perpustakaan, secara umum mengelola dan mengordinir buku-buku
yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani
pinjaman buku kepada siswa yang membutuhkan. Komponen-komponen –
komponen administrasi sekolah tersebut memdukung tercapainya tujuan
institusional SMP Negeri 4 subang secara efektif dan efesien.
Adapun fasilitas yang memadai dapat mendukung proses belajar mengajar.
Status kepemilikan gedung sekolas SMP Negeri 4 Subang merupakan milik
pemerintah. Luasnya area lahan sehingga sarana dan prasarana sangat memadai
terutama sarana untuk olahraga.
Tabel 4.1
Fasilitas SMP Negeri 4 Subang
Bentuk jumlah Bentuk Jumlah
Ruang kepala sekolah 1 Ruang UKS 1
Ruang pembantu kepala sekolah 1 Ruang PMR 1
Ruang guru 1 Ruang Pramuka 1
Ruang Tata Usaha 1 Ruang OSIS 1
Ruang BP/BK 1 Ruang Paskibra 1
Ruang perpustakaan 1 Ruang WC kepala
sekolah
1
Ruang belajar 25 Ruang WC guru 2
Ruang laboratorium IPA 1 Ruang WC siswa 7
Ruang Lab Komputer 1 Ruang kantin 1
Ruang keterampilan 1 Ruang koprasi 1
Ruang multi media 1 mushola 1
Ruang piket 1 Pos Jaga 1
Ruang komite sekolah 1 Gudang 2
Lapang Volly 2 Lapang upacara 1
Lapang basket 1 Tempat parkir 1
Sumber : monografi SMP Negeri 4 Subang
71
Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat dilepaskan dari faktor guru.
Guru merupakan komponen utama dalam upaya pencapain keberhasilan suatu
proses pendidikan. Hal tersebut disadari betul oleh stekeholders pendidikan di
SMP Negeri 4 Subang.
SMP Negeri 4 Subang memiliki 46 orang guru yang terdiri atas : seorang
kepala sekolah, 4 orang pembantu kepala sekolah (PKS) merangkap guru mata
pelajaran , guru tetap, 9 guru honorer. Selain guru, SMP 4 Subang juga memiliki
18 tenaga administrasi yang diantaranya bertugas sebagai staf tata usaha,
pustakawan, pembantu dan lain-lain, sehingga keseluruhan adalah 63 orang.
Secara lengkap tersaji dalam tabel berukut :
Tabel 4.2
Data Personalia SMP Negeri 4 Subang
Jabatan Jumlah
Kepala Sekolah 1 orang
PKS 4 orang
Guru mata pelajaran Agama Islam 4 orang
Guru mata pelajaran Kewarganegaraan 3 orang
Guru mata pelajaran Bahasa Inggris 5 orang
Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
4 orang
Guru mata pelajaran Bahasa Sunda 1 orang
Guru mata pelajaran Matematika 6 orang
Guru mata peajaran IPA 4 orang
Guru mata pelajaran IPS 7 orang
Guru mata pelajaran Penjas 3 orang
Guru mata pelajaran Kesenian dan Kerajianan 1 orang
Guru mata pelajaran Teknologi dan Komunikasi 2 orang
72
Guru BP/BK 3 orang
Guru keterampilan 2 orang
Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 4 Subang
Apabila ditinjau dari kualifikasi pendidikan, guru-guru di sekolah tersebut
sebagian besar adalah lulusan dari perguruan tinggi, baik dari IKIP (UPI), STKIP
dan beberapa perguruan tinggi lainnya.
Berdasarkan studi dokumentasi yang telah dilakukan, maka diperoleh data
jumlah siswa SMP Negeri 4 Subang untuk tahun ajaran 2010/2011 adalah 1066
siswa. Secara terperinci keadaan siswa di SMP Negeri 4 Subang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel. 4.3
Data Siswa SMP Negeri 4 Subang
Kelas Jumlah kelas Jumlah siswa
VII 9 383
VIII 8 342
IX 8 341
Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 4 Suban
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Negeri 4 Subang
memiliki sarana prasarana yang memadai, sarana dan prasarana yang dimaksud
antaranya meliputi :
1. Perpustakaan
Perpustakaan adalah salah satu bagian dari sistem pendidikan yang
membantu keberhasilan dan kelancaran proses belajar mengajar. Perpustakaan
merupakan alat yang cukup penting dalam setiap program pendidikan pengajaran
73
dan penbelitian bagi setiap lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan. Adapun
buku yang tersedia di perpustakaan SMP Negeri 4 Subang meliputi buku agama,
buku mata pelajaran, buku umum, fiksi dan lain-lain.
2. Laboratorium
Laboratorium yang dimiliki di pergunakan untuk melakukan penelitian
atau praktik pembelajaran yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
membutuhkan praktik dalam pembelajaran seperti untuk mata pelajaran MIPA.
3. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan penyuluhan berperan dalam melayani siswa yang
mengalami kesulitan atau masalah, baik yang berhubungan dengan pelajaran,
keluarga amaupun masyarakat. Adapun tujuan umum bimbingn dan konseling
adalah :
a. Membantu peranan pimpinan dalam bidang pelayanan pribadi siswa dalam
memahami diri sendiri, lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
b. Membantu staf guru dan lainya dalam membina sesuai dengan potensi yang
dimiliki agar tercapai perkembangan yang optimal
c. Membantu dalam memahami diri sendiri, lingkungan sekolah, keluarga.
d. Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan
kesulitan belajar, masalah keluarga dan masyarakat yang menghambat studi.
4. Lapang olahraga
74
Lapangan olahraga digunakan siswa untuk melakukan kegiatan olahraga,
namun sering kali digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Berikut ini Identitas,
visi, misi, tujuan dan program strategi SMP Negeri 4 Subang.
1. Identitas sekolah
Nama : SMP Negeri 4 Subang
Status : Negeri
Akreditas : A
Status Pembinanan : SSN (Sekolah Standar Nasional)
Alamat : Jl. D. Kartawigenda No. 31 Subang
Berdiri : 1986
2. Visi sekolah
“ Meningkatkan dalam Prestasi Peka terhadap Situasi, Terwujudnya
Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berakhlak Mulia”.
3. Misi sekolah
a. Menciptakan Siswa Yang Sopan Dan Mandiri
b. Trampil Dalam Berkarya Dan Bertanggung Jawab Atas Diri di
Indonesia.
c. Ramah Dalam Pelayanan Baik Terhadap Siswa Maupun Masyarakat
d. Membina Prestasi Kerja Yang Dilandasi Semangan Keteladanan
e. Menciptakan Lingkungan Yang Bersih, Indah dan Nyaman.
75
B. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Pola Asuh Orang Tua Tunggal
Data pola asuh orang tua tunggal diperoleh dari angket pengukuran pola
asuh orang tua tunggal yang diberikan pada siswa dan dipertegas dengan
menggunakan wawancara langsung dengan siswa. Siswa diminta untuk
menyatakan pendapatnya dalam 4 alternatif pilihan mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang duiajukan dalam angket pengukuran pola asuh orang tua tunggal
kemudian di pertegas menggunakan metode wawancara.
a. Gambaran umum pola asuh orang tua tunggal dari hasil Angket
Angket tersebut terdiri dari 10 pertanyaan serta diberi skor dan
diinterpretasikan melalui tabel pola asuh orang tua tunggal sebagai berikut :
Tabel 4.4
Kategori Pola Asuh Orang Tua Tunggal
Skor Kategori
40-50 Pola asuh Demokrasi
30-39 Pola Asuh Otoriter
20-29 Pola asuh Memanjakan
10-19 Pola Asuh Permisif
Kondisi pola asuh orang tua tunggal pada siswa SMP Negeri 4 Subang
yang memiliki orang tua tunggal setelah di ukur menggunakan angket pengukuran
pola asuh orang tua tunggal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
76
Tabel 4.5
Pola Asuh Orang tua tunggal
Siswa Skor Kategori Pola Asuh yang digunakan
S-1 49 Pola asuh Demokrsi
S-2 46 Pola asuh Demokrasi
S-3 46 Pola asuh Demokrasi
S-4 41 Pola Asuh Demokrasi
S-5 31 Pola Asuh Otoriter
S-6 32 Pola Asuh Otoriter
S-7 16 Pola Asuh Permisif
S-8 34 Pola Asuh Otoriter
S-9 33 Pola Asuh Otoriter
S-10 19 Pola Asuh Permisif
S-11 41 Pola asuh Demokrasi
S-12 15 Pola Asuh Permisif
S-13 41 Pola Asuh Demokrasi
S-14 43 Pola asuh Demokrasi
S-15 36 Pola Asuh Otoriter
S-16 15 Pola Asuh Permisif
S-17 40 Pola Asuh Demokrasi
S-18 41 Pola Asuh Demokrasi
S-19 24 Pola asuh memanjakan
S-20 27 Pola asuh memanjakan
S-21 33 Pola asuh Otoriter
S-22 29 Pola asuh Memanjakan
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa 40,90% menggunakan pola asuh
Demokratis, 27.28% menggunakan pola asuh Otoriter, 13.63% menggunkan pola
asuh pemanja, dan 18,18% menggunakan pola asuh peremisif. Hasil persentasi
77
pola asuh yang digunakan oleh orang tua tunggal tersebut dapat disajikan dalam
grafik berikut ini :
Grafik 4.1
Persentase Pola Asuh Orang tua Tunggal
Dari perolehan transformasi data skor pola Asuh orang tua tunggal yang
didapatkan oleh siswa SMP Negeri 4 Subang yang memiliki orang tua tunggal
dapat diketahui bahwa nilai rata-ratanya yaitu 33,27 dan simpangan bakunya
10.416. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Demokratis Otoriter Pemanja Permisif
Persentasi Pola Asuh Orang tua Tunggal
Persentasi Pola Asuh Orang tua Tunggal
78
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Data Pola Asuh Orang tua Tunggal
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance
Pola Asuh Orang Tua
Tunggal 22 34.00 15.00 49.00 33.2727 10.41602 108.494
b. Gambaran umum pola asuh orang tua tunggal dari hasil wawancara
1) Pola Asuh Demokratis
Deskripsi dari hasil analisa yang dilakukan adalah bahwa orang tua LN,
MT, dan AS mengambarkan bahwa pola asuh yang dilakukan mengarah pada
pola asuh demoktratis, hal ini tampak dari interaksi dan hubungan yang terjadi
antara orang tua (ibu) dengan LN, MT dan AS.
79
Pola asuh demokratis yang dilakukan oleh orang tua LN, MT dan AS
tampak dari sikap orang tua pada anaknya, sikap orang tua dalam berkomunikasi
dengan anak, seperti halnya ketika anak mengalami kesulitan atau menghadapi
masalah maka dalam hal ini orang tua ikut serta membantu anak untuk dapat
memecahkan masalah, orang tua selalau menyisihkan waktu untuk mengobrol
dengan anak, orang tua selalu memberikan nasehat, dalam mengambil keputusan
orang tua selalu berkomunikasi dengan anak atau anggota keluarga yang lainnya,
orang tua mengetahui kemampuan anak dan tidak menuntut anak untuk
berprestasi tinggi namun tidak melihat kemampuan anak, orang tua selalu
memberikan penjelasan atas semua keputusan yang diambil. Hal ini
menggambarkan bahwa hubungan komunikasi antara orang tua tunggal (ibu)
dengan anaknya cukup harmonis orang tua memberikan perhatian tersendiri
kepada anak.
2) Pola Asuh Otoriter
Deskripsi dari hasil wawancara dengan SS dan DN menggambarkan
bahwa pola asuh yang diterapkan orang tuanya adalah pola asuh Otoriter yang
mana menunjukana dalam menjalin hubungan komunikasi dengan anak kurang,
hal ini disebabkan pada pola asuh Otoriter cenderung kaku, diktaktor dan
memaksakan kehendak dan selalu mengikuti perintah orang tua tanpa boleh
menolak. Hal tersebut terlihat dari sikap dari orang tua SS dan DN yang
mendominasi semua keputusan, ketika SS atau DN ingin menginap dirumah
teman tidak diizinkan dengan tanpa alasan, ketika anak melakukan kesalahan anak
selalu diberi hukuman, dalam hal ini jika SS melakukan kesalahan seperti
berbicara tidak sopan, pulang telat tanpa memberi kabar maka orang tua SS
80
memotong uang saku SS, sedangkan DN jika melakukan suatu kesalahan akan
mendapatkan hukuman berupa larangan untuk bermain, dalam interaksi didalam
kehidupan sehari-hari orang tua tidak menyediakan waktu untuk sekedar
mengobrol atau berdiskusi.
Dalam pola asuh orang tua yang otoriter cenderung mendominasi
keputusan segala hal terhadap anak, anak lebih dituntut untuk selalu patuh
terhadap peraturan yang telah ditetapkan orang tua, karena orang tua memiliki
anggapan bahwa hal tersebut baik untuk anak.
3) Pola Asuh Memanjakan
Deskripsi hasil wawancara mengenai pola asuh Memanjakan yang mana
respondennya adalah TK, SR, dan HK, pola asuh pemnja cenderung memberikan
kebebasan anak untuk melakukan apa yang disenangi namun anak sudah tau
sebelumnya batasan-batasan anak dalam bergaul dan bersikap namun dalam hal
ini orang tua pun selalu menuruti keinginan anak dan kalah akan rengekan anak,
hal ini tercermin dari hasil wawancara bahwa orang tua dari TK,SR, dan HK
selalu memberi bantuan jika mereka mengalami kesulitan, orang tua tidak pernah
melarang anak untuk menginap dirumah teman, orang tua tidak banyak
menyempatkan waktu untuk mengobrol orang tua cenderung lebih memperhatikan
kebutuhan anak dalam materi.penerapan pola asuh pemanja ini didasarkan atas
rasa sayang yang besar untuk itu orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk
anak-anaknya.
81
4) Pola Asuh Permisif
Dari hasil wawancara kepada RO dan SK yang menggunakan pola asuh
permisif yang mana pola asauh permisif ini cenderung dengan memberikan
kebebasan seluas-luasnya karena orang tua sibuk maka anak kurang diperhatikan,
hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara yaitu : ketika anak menghadapi
masalah si anak dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri karena
kesibukan orang tuanya, jika anak ingin meminta izin untuk menginap dirumah
teman orang tua akan mengikuti saja kehendak anak, orang tua kurang memberi
perhatian kepada anak baik dalam bidang akademis maupun non akademis serta
pergaulan sehari-hari.
2. Gambaran Umum Perilaku moral remaja
Untuk mengetahui termasuk kategori mana perilaku moral remaja yang
menjadi sampel dalam penelitian ini, maka digunakan katagorisasai berdasarkan
jumlah nilai rata-rata ideal dari skor tiap variabel. Pengakatagorian ini bertujuan
untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah.
Variabel perilaku moral remaja dibagi kedalam dua kategori yaitu tinggi dan
rendah. Katagori perilaku moral remaja dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
82
Tabel 4.7
Gambaran Umum Kategori Perilaku Moral Remaja
di SMP Negeri 4 Subang
Kategori Frekuensi Persentase
Tinggi Skor < 50 16 72,73 %
Rendah Skor > 50 6 27,27%
Gambaran umum perilaku moral siswa SMP Negeri 4 Subang yang
memiliki orang tua tunggal setelah di ukur menggunakan angket pengukuran
perilaku moral tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8
Gambaran Umum Kategori Perilaku Moral Remaja
di SMP Negeri 4 Subang
Siswa Skor Kategori
S-1 90 Tinggi
S-2 89 Tinggi
S-3 89 Tinggi
S-4 46 Rendah
S-5 82 Tinggi
S-6 85 Tinggi
S-7 48 Rendah
S-8 79 Tinggi
S-9 79 Tinggi
83
S-10 48 Rendah
S-11 75 Tinggi
S-12 49 Rendah
S-13 81 Tinggi
S-14 75 Tinggi
S-15 74 Tinggi
S-16 67 Tinggi
S-17 48 Rendah
S-18 75 Tinggi
S-19 71 Tinggi
S-20 65 Tinggi
S-21 47 Rendah
S-22 63 Tinggi
Selanjutnya berdasarkan katagorisasi konsep diri di atas dari 22 remaja
yang memiliki orang tua tunggal yang menjadi sampel pada penelitian ini, didapat
hasil bahwa gambaran umum perilaku moral remaja yang memiliki orang tua
tunggal di SMP Negeri 4 Subang adalah sebanyak 72,73 % memiliki perilaku
moral tinggi dan 27,27% memiliki perilaku moral rendah. Lebih jelas dapat dilihat
pada Grafik 4.2 berikut:
84
Grafik 4.2
Gambaran umum perilaku moral remaja Siswa
SMP Negeri 4 Subang
Kemudian dengan menggunakan bantuan SPSS For Windows Ver 16
didapat statistik deskriptif yaitu mean sebesar 69,31, standar deviasi atau
simpangan baku sebesar 15.33, nilai minimum sebesar 46.00 dan nilai maxsimum
sebesar 90.00, untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Data Perilaku Moral Remaja
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance
perilaku moral
remaja 22 44.00 46.00 90.00 69.3182 15.33246 235.084
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tinggi Rendah
Perilaku Moral Remaja
Perilaku Moral Remaja
85
Dari nilai rata-rata (maen) yang di dapat dikatakan bahwa rata-rata sempel
memiliki perilaku moral yang 69,31 (kategori skor > 50 termasuk kategori
Tinggi).
3. Gambaran Umum Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tunggal terhadap
Perilaku Moral Remaja.
Gambaran umum hubungan pola asuh orang tua tunggal dengan perilaku
moral siswa SMP Negeri 4 Subang yang memiliki orang tua tunggal setelah di
ukur menggunakan angket pengukuran perilaku moral tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
86
Tabel 4.10
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tunggal dengan Perilaku Moral Remaja
Siswa Kategori Pola Asuh yang
digunakan
Kategori perilaku moral
remaja
S-1 Pola asuh Demokrasi Tinggi
S-2 Pola asuh Demokrasi Tinggi
S-3 Pola asuh Demokrasi Tinggi
S-4 Pola Asuh Demokrasi Rendah
S-5 Pola Asuh Otoriter Tinggi
S-6 Pola Asuh Otoriter Tinggi
S-7 Pola Asuh Permisif Rendah
S-8 Pola Asuh Otoriter Tinggi
S-9 Pola Asuh Otoriter Tinggi
S-10 Pola Asuh Permisif Rendah
S-11 Pola asuh Demokrasi Tinggi
S-12 Pola Asuh Permisif Rendah
S-13 Pola Asuh Demokrasi Tinggi
S-14 Pola asuh Demokrasi Tinggi
S-15 Pola Asuh Otoriter Tinggi
S-16 Pola Asuh Permisif Tinggi
S-17 Pola Asuh Demokrasi Rendah
S-18 Pola Asuh Demokraai Tinggi
87
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa 40,90% menggunakan pola asuh
Demokratis dan memiliki perilaku moral remaja dengan katagori tinggi sebesar
77.78% dan 22.22% terkategori rendah, 27.28% menggunakan pola asuh Otoriter
dan memiliki perilaku moral remaja dengan katagori tinggi sebesar 83.33% dan
16.66% terkategori rendah, 13.63% menggunkan pola asuh pemanja dan memiliki
perilaku moral remaja dengan katagori tinggi sebesar 100%, Serta 18,18%
menggunakan pola asuh peremisif dan memiliki perilaku moral remaja dengan
katagori tinggi sebesar 25% dan 75% terkategori rendah. Hasil persentasi
hubungan pola asuh orang tua tunggal dengan perilaku moral remaja tersebut
dapat disajikan dalam diagram berikut ini :
Grafik 4.3
Gambaran Umum Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tunggal
dengan Perilaku Moral Remaja
020406080
100
Tinggi
Rendah
S-19 Pola asuh Memanjakan Tinggi
S-20 Pola asuh Memanjakan Tinggi
S-21 Pola asuh Otoriter Rendah
S-22 Pola asuh Memanjakan Tinggi
88
Untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua tunggal dengan perilaku moral remaja perlu dilakukan analisis korelasi.
Sebelum dilakukan uji korelasi maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk melihat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu perlu diketahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini untuk menentukan teknik analisis
mana yang akan digunakan.
Dugaan awal bahwa pola asuh orang tua tunggal dan perilaku moral remaja
berdistribusi normal, dapat dilihat pada gambar berikut :
Garafik 4.4
Normalitas Variabel X
89
Garafik 4.5
Normalitas Variabel Y
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik Observed Value berada di
sekitar garis regresi. Hal ini menunjukkan bahwa data pola asuh orang tua tunggal
dan data perilaku moral remaja berdistribusi normal. Sudjana (1992:151)
menyatakan bahwa jika letak titik-titik pada garis lurus atau hampir pada garis
lurus, maka disimpulkan bahwa data itu berdistribusi normal atau hampir normal
dan populasi dari mana sampel diambil ternyata berdistribusi normal atau hampir
berdistribusi normal.
Untuk menguatkan dugaan awal tersebut, dilakukan uji normalitas yang
perhitungannya dibantu oleh program SPSS for windows versi 16. Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas dari variabel X (pola asuh
orang tua tunggal) dan variabel Y (perilaku moral remaja) dengan uji normalitas
Shapiro-Wilk:
90
Tabel 4.11
Uji Normalitas
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Pola Asuh Orang Tua
Tunggal .932 22 .138
Perilaku Moral Remaja .887 22 .016
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Pada tabel di atas terlihat bahwa untuk data pola asuh orang tua tunggal
(variabel X) nilai signifkansi = 0,138 > 0,05 sehingga H0 diterima atau dalam hal
ini data pola asuh orang tua tunggal berdistribusi normal. Demikian juga data
perilaku moral remaja siswa (variabel Y) nilai signifikansi = 0,016 > 0,05
sehingga H0 diterima atau dalam hal ini data perilaku moral remaja berdistribusi
normal.
b. Analisis Korelasi Antarapola asuh orang tua tunggal (X) dengan Perilaku
moral remaja Siswa (Y)
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa data pola
asuh orang tua tunggal dan data perilaku moral remaja berdistribusi normal.
Perhitungan koefisien korelasi menggunakan rumus korelasi Product Moment dari
Pearson.
Pengujian hipotesis dilakukan agar dapat diketahui kesesuaian antara
hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil data yang didapat dari penelitian.
Hipotesis dari penelitan ini adalah “ terdapat hubungan yang signifikan antara
91
pola asuh orang tua tunggal dengan perilaku moral remaja di SMP Negeri 4
Subang”.
H0 : P = 0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua tunggal terhadap perilaku moral
remaja
Ha : p ≠ 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua tunggal terhadap perilaku moral remaja
Hasil perhitungan uji hipotesis untuk variabel X (Pola Asuh Orang tua
tunggal ) dengan variabel Y (perilaku moral remaja) dengan bantuan program
SPSS For Windows versi 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Analisis korelasi variabel X dan variabel Y
Correlations
Pola Asuh Orang
Tua Tunggal
Perilaku Moral
Remaja
ola Asuh Orang Tua
Tunggal
Pearson Correlation 1 .547**
Sig. (2-tailed) .008
N 22 22
Perilaku Moral Remaja Pearson Correlation .547** 1
Sig. (2-tailed) .008
N 22 22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
92
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara pola asuh
orang tua tunggal dengan perilaku moral remaja memiliki korelasi positif berarti
semakin meningkatnya pola asuh orang tua tunggal maka perilaku moral remaja
semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin menurunnya pola asuh orang tua
tunggal maka perilaku moral remaja semakin menurun. Besarnya korelasi itu
sebesar 0,547. Jika dicari harga mutlak dari nilai koefisien korelasi ini,
berdasarkan tabel korelasi maka korelasinya tergolong sedang. Artinya bahwa
pola asuh orang tua tunggal bagi siswa SMP Negeri 4 Subang menunjukkan
hubungan yang sedang atau cukup dengan perilaku moral remaja.
Berdasarkan tabel analisis korelasi dapat dilihat bahwa pada tingkat
kepercayaan 0,05 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,01. Nilai ini kurang dari
0,05, maka hipotesis umum (H1) diterima. Artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara pola asuh orang tua tunggal dengan perilaku moral remaja di
SMP Negeri 4 Subang.
Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pola asuh orang
tua tunggal terhadap perilaku moral remaja perlu dicari nilai dari koefisien
determinasi dan diperoleh hasilnya adalah 29,92%. Hal ini berarti bahwa 29,92%
variasi di dalam perilaku moral remaja dapat dijelaskan oleh pola asuh orang tua
tunggal.
93
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu,
maka untuk menelaah kebermaknaan hasil penelitian berikut penulis sajikan
pembahasan yang menguraikan makna hasil penelitian dalam kajian teori yang
mendasarinya serta kemungkinan kerelefanan dengan hasil penelitian sebelumnya.
Dengan pembahasaan ini diharapkan akan tergambar suatu pemahaman yang utuh
mengenai hasil penelitian dan teori yang tersedia.
Hasil penelitian mengenai pengaruh pola asuh orang tua tunggal
menunjukan bahwa 40,90% menggunakan pola asuh Demokratis, 27,28%
menggunakan pola asuh Otoriter, 13,63% menggunakan pola asuh Pemanja, dan
18.18% menggunakan pola asuh Permisif. Hasil perolehan ini menunjukan bahwa
pola asuh Demokratis yang banyak digunakan oleh orang tua tunggal memiliki
persentase terbesar.
Setiap orang tua mempunyai kecenderungan tertentu dalam penerapan
pola pengasuhan. Di saat tertentu mungkin orang tua lebih Otoriter, tetapi disaat
lain mungkin lebih demokratis atau memanjakan, atau bahkan acuh tak acuh,
kondisinya menurut Bell (Steinbreg, 1993) sangat ditentukan oleh interaksi timbal
balik antara orang tua dan remaja, yaitu perilaku orang tua dalam berinteraksi
dengan remaja dan reaksi remaja terhadap perlakuan orang tua.
Sedangkan Perilaku moral remaja ditunjukan oleh perolehan 72.73% siswa
tergolong Tinggi, 27,27% siswa tergolong rendah. Dari hasil perolehan ini dapat
dilihat bahwa siswa yang tergolong tinggi memiliki persentase yang paling besar.
94
Dari nilai rata-rata yang didapatkan yaitu 69.31 dapat dikatakan rata-rata sempel
memiliki perilaku moral yang Positif (kategori Skor > 50 termasuk Tinggi).
Elizabeth Hurlock yang dikutip oleh Istiwidayati (1992:74) “Perilaku
moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial… perilaku
moral di kendalikan konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota kelompok.”
Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa perilaku moral remaja
pada siswa SMP Negeri 4 Subang tergolong dalam kategori Tinggi , hal ini dapat
terlihat dari sikap siswa yang mampu mengontrol diri, taat mematuhi norma-
norma yang berlaku, toleransi dengan teman baik yang berbeda agama maupun
suku, berbicara sopan kepada siswa lain maupun guru, menghormati pendapat
orang lain dan saling membantu apa bila ada orang yang membutuh bantuan atau
mendapat kesulitan.
Hubungan antara pola asuh orang tua tunggal dengan pola asuh orang tua
tunggal sebesar 0.547. oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
(demokratis) pola asuh orang tua tunggal, maka perilaku moral remaja semakin
tinggi . Dengan demikian maka dapat disimpulkan adanya pengaruh pola asuh
orang tua tunggal terhadap Perilaku Moral Remaja.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa Dalam lingkungan keluarga
dimana orang tua melakukan bimbingan, pengasuhan dan pemberian kasih
sayang, secara langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak yang
cukup besar terhadap perkembangan moral anak. Dengan demikian, kondisi
95
lingkungan keluarga dengan model pola asuh tertentu jelas akan mempengaruhi
cara bertutur kata, cara sikap, dan pola tingkah laku anak termasuk perkembangan
jiwanya.
Berdasarkan hasil observasi terhadap perkembangan moral anak yang
dipadukan dengan model pola asuh yang dilakukan oleh orang tua dalam hal ini
adalah orang tua tunggal (ibu) yang diidentifikasi melalui pengisian angket yang
telah disiapkan sebelumnya dan untuk memperkuat dilakukan wawancara secala
langsung kepada responden, dapat diketahui bahwa ada sisi-sisi tertentu yang
menonjol baik dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatan dengan pola asuh model
tertentu yang berbeda dengan model pola asuh lainnya.
Syamsu Yusuf (2007) mengemukakan pengaruh pola asuh orang tua
terhadap perilaku anak yang diambil dari penelitian Baumrind yang bertujuan
untuk mengetahui gaya perlakuan orang tua dan kontribusinya terhadap
kompetensi sosial, emosi dan intelektual siswa. Pengaruh pola asuh orang tua
terhadap perilaku anak diantaranya :
Remaja yang mengalami pola asuh Otoriter akan memiliki profil perilaku
anak yang mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia mudah
terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan, yang
tampak jelas adalah cenderung tidak bersahabat ; remaja yang mengalami
pola asuh Demokratis lebih cenderung sangat bersahabat, memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, mampu mengendalikan diri (self control),
bersikap sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
mempunyai tujuan dan arah masa depan dan berorentasi pada prestasi.
Sedangkan pola asuh permisif akan cenderung membentuk anak yang
bersikap impulsive dan agresif, suka membrontak, kurang memiliki rasa
percaya diri dan pengendalian diri, suka mengadopsi, tidak jelas arah
hidupnya, berprestasi rendah.
Pernyataan-pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku moral
96
remaja. Hal ini didukung dengan hasil wawancara secara langsung kepada
Reponden, terdiri dari 22 responden yang memiliki orang tua tunggal dalam hal
ini fokus penelitian pada orang tua tunggal karena perceraian dan yang menjadi
subjeknya adalah Ibu, atau orang tua tunggal wanita.
Sager, dkk (dalam Perlmutter & Hall,1985), menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian
membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab
pasangannya.
Senada dengan pendapat diatas maka dapat disimpulkan pengertian orang
tua tunggal wanita adalah seorang wanita yang suaminya sudah meninggal atau
tinggal sendiri tanpa kehadiran pasangannya dan membesarkan anak-anaknya
dengan sendirian.
Dalam hal ini Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang
anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan-
peraturan yang harus diikutinya yang mendasari anak untuk melakukan hubungan
sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Namun dengan adanya perbedaan latar
belakang, pengalaman, pendidikan dan kepentingan dari orang tua maka terjadilah
cara mendidik anak.
Perilaku moral remaja dilihat dari pola asuh orang tua tunggal di dalam
kehidupannya akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan
anak di masa akan datang, terlebih dalam mendidik dan mengasuh anak seorang
diri tanpa bantuan pasangan. Pola asuh yang digunakan ternyata berbeda-beda
antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lain. Hal ini dapat dilihat dari
beragamnya pola asuh yang digunakan orang tua tunggal yang menjadi subjek
97
dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh orang tua yang
demokratis yang lebih menonjol dilihat dari hasil angket dan wawancara sebesar
40,90%. Perinsipnya orang tua yang menggunakan pola asuh demokratis
berusaha membangun potensi dan semangat, karena apabila seorang anak sedang
mengalami masalah dimarahi atau dibiarkan justru kondisi si anak akan semakin
menurun dan yang ditakutkan adalah anak mencari tempat pelarian yang tidak
baik sehingga dapat mempengaruhi perilaku moralnya. Jika orang tua berusaha
menjadi teman berbicara yang baik bagi anak dan juga menjadi tempat tukar
fikiran anak akan lebih termotivasi.
Pernyataan tersebut didukung oleh teori Parke (1990) pola asuh demokrasi
menekankan kepada perhatian, menunjukan rasa senang apabila remaja
menunjukan perilaku yang diharapkan terlibat dalam kehidupan remaja
mempertimbangkan permintaan atau pendapat remaja, menunjukan rasa tidak
senang jika remajamelakukan perilaku yang buruk, menawarkan standar-standar
alternatif, berkomunikasi dengan remaja, tidak mengalah pada paksaan rengekan
remaja yang membawa dampak negative bagi remaja, tidak memanjakan remaja
yang tidak patuh pada peraturan yang telah disepakati. Dengan demikian akan
menghasilkan perilaku remaja yang bersemangat dan bersahabat ditunjukan
dengan remaja memiliki kontrol diri, memiliki kepercayaan diri yang baik,
memiliki motivasi berprestasi, menunjukan keingin tahuan terhadap situasi yang
baru, memiliki semangat yang besar, memiliki hubungan yang baik dengan teman
sebayanya,maupun bekerja sama dengan orang dewasa, dapat memahami perintah
yang diberikan, dapat mengatasi stress dengan baik.
98
Perilaku moral remaja dilihat dari penerapan pola asuh orang tua secara
Otoriter sebanyak 22.73%. pada prinsipnya menunjukan pengasuhan yang bersifat
tegas/disiplin yang cenderung keras, dalam hal ini anak remaja cenderung didikte
dengan berbagai laragan. Orang tua lebih memegang kendali terhadap segala
keinginan remaja karena orang tua beranggapan remaja belum cukup pengalaman
dikhawatirkan remaja salah mengambil keputusan. Misalnya anak dilarang untuk
menginap di rumah temannya dengan alasan apapun, orang tua menganggap ini
adalah yang terbaik bagi anaknya padahal hal itu belum tentu baik, karena setiap
anak memiliki hak dihargai dan dipercaya. Remaja yang mengalami pola asuh
otoriter cenderung memiliki perilaku baik dan patuh apabila berada dilingkungan
keluarga namun berneda ngan di lingkungan sekolah anak lebih cenderung
memaksakan kehendak dan otoriter kepada orang lain.
Hal tersebut didukung oleh teori Parke (1990) pola asuh Otoriter memiliki
ciri pengasuhan dengan hanya sedikit menunjukan kehangatan, tidak
mempertimbangkan pendapat remaja, memaksakan aturan secara keras, namun
tidak mengkomunikasikan aturan tersebut, sering menunjukan perasaan marah
dan rasa ketidaksukaan, dan menghukum anak yang tidak patuh dengan
kekerasan. Pola asuh demikian akan memiliki kecenderungan perilaku mudah
tersinggung dan memiliki banyak konflik, tidak bahagia, tidak memiliki tujuan
hidup, moody, penakut, mudah merasa jengkel, suka bermusuhan namun tidak
secara terang-terangan, suka berbohong mudah mengalami stress serta terkadang
memiliki sikap agresif dan pemurung.
Perilaku moral remaja dilihat dari penerapan pola asuh memanjakan dapat
dilihat dari hasil wawancara dan angket sebesar 13,63%. Pada umumnya pola
99
asuh ini bercirikan pada memberikan kebebasan kepada remaja untuk melakukan
segala sesuatu apa yang diinginkan oleh remaja, misalnya ketika remaja
menginginkan suatu barang tertentu dengan otomatis orang tua langsung
membelikannya tanpa harus mempertimbangkannya. Dengan pola asuh seperti itu
maka kecenderungan anak memiliki perilaku selalu memaksakan kehendak
kepada orang lain dan ingin selalu di mengerti orang lain.
Parke (1990) pola asuh memanjakan memiliki ciri memprioritaskan
kebebasan ekspresi dari keinginan remaja, tidak mengkomunikasikan peraturan
dengan jelas kepada remaja dan tidak menghukum remaja ketika remaja
melakukan pelanggaran peraturan, menerapkan disiplin secara tidak konsisten,
menyembunyikan ketidaksabaran dan kemarahan, menyerah kepada rengekan
remaja. Maka perilaku yang ditunjukan remaja cenderung agresip, mendominasi,
menguasai, gampang marah namun gampang pula mengembalikan amarahnya,
menunjukan sedikit motivasi berprestasi, hanya memiliki sedikit tujuan hidup,
impulsive, kurang dapat mengontrol diri dan kurang memiliki kepercayaan diri.
Perilaku moral siswa dilihat dari penerapan pola asuh orang tua secara
permisif yangh akan terlihat dari wawancara dan angket sebesar 18,18% pada
perinsipnya pola asuh permisif cenderung memberikan kebebasan secara longgar
(tidak ada batas-batas khusus) karena anak dianggap sudah dapat menentukan
mana yang baik dan buruk. Dalam hal ini remaja dibiarkan mengambil keputusan
sendiri, perilaku itu baik atau buruk karena orang tua tidak pernah menyalahkan
ataupun membenarkan. Dengan pola asuh tersebut kecenderungan remaja
memiliki perilaku yang kurang menghargai orang lain sehingga remaja tersebut
100
kurang disenangi dalam pergaulannya, baik dilingkungan sekolah maupu
lingkungan masyarakat.
Parke (1990) pola asuh permisif memiliki ciri pola asuh yang berorientasi
pada diri sendiri, secara umum orang tua tidak bersifat responsive terhadap
remaja, menelantarkan remaja, mencoba untuk meminimalisir usaha dan waktu
untuk berinteraksi dengan remaja, hanya berorientasi pada kebutuhan fisik
remajatanpa memperdulikan kesejahteraan remaja. Perilaku remaja yang
dihasilkan adalah anak yang diabaikan yang terlihat dari perilaku agresif,
memiliki self-esteem yang rendah, bersifat tidak dewasa, cenderung
mengasingkan diri dari keluarga, kurang memiliki kemapuan dalam penyesuaian
social dan akademik, impulsive, memiliki teman sebaya yang bermasalah nakal,
dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan seksualitas yang belum pada waktunya.
Dengan demikian, maka jelas bahwa pola asuh orang tua tunggal memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan perilaku moral remaja. Karena
itu dalam menerapkan pola asuh harus benar-benar memiliki kualitas yang baik,
dan memilih pola asuh mana yang terbaik dalam mendidik dan mengasuh remaja,
karena keluarga adalah tempat pertama pembentukan perilaku moral remja, maka
pola asuh yang digunakan memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku
remaja, semakin baik pola asuh yang diterapkan akan semakin bagus pula perilaku
moral yang dihasilkan.
Namun demikian dalam penelitian penulis menemukan beberapa siswa
yang ternyata menggunakan pola asuh demokratis, tetapi siswa tersebut memiliki
perilaku moral yang rendah, dan sebaliknya siswa yang menggubakan pola asuh
Otoriter, Permisif memiliki perilaku moral yang tinggi, bahkan dari keseluruhan
101
responden yang menggunakan pola asuh pemanja memiliki perilaku moral remaja
yang tinggi.
Hal ini mungkin terjadi pada siswa dikarenakan pola asuh orang tua
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku moral
remaja. Terlihat dari hasil penelitian ini bahwa pola asuh orang tua memberikan
kontribusi sebesar 29,92% terhadap perilaku moral dan terdapat 70,08% faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian yang dapat mempengaruhi perilaku moral
remaja.
top related