bab iv hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian 1 ...digilib.uinsby.ac.id/14329/7/bab...
Post on 20-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengaruh zakat
dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
deret waktu (time series) mulai dari tahun 2002-2013. Untuk melihat
perkembangan masing-masing variabel dependen yaitu tingkat kemiskinan
Indonesia dan variabel independen yaitu zakat dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia, maka dilakukan analisis deskriptif sebagai berikut:
a. Kemiskinan
Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi
melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan
politik. Kemiskinan tidak terlepas dari adanya undang-undang No. 13 Tahun
2011 bahwa untuk melaksanankan tanggung jawab negara untuk
menanggulangi kemiskinan diperlukan kebijakan pembangunan nasional
yang berpihak pada fakir miskin secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan.
Tingkat kemiskinan dalam penelitian ini adalah persentase
penduduk miskin Indonesia sepanjang tahun 2002-2013 yang
dideskripsikan melalui tabel dan gambar berikut:
58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di
Indonesia tahun 2002-2013
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin Tingkat Kemiskinan
2002 38,39 18,2 2003 37,34 17,4 2004 36,15 16,6 2005 35,10 15,9 2006 39,30 17,7 2007 37,17 16,5 2008 34,96 15,4 2009 32,53 14,1 2010 31,02 13,3 2011 29,89 12,3 2012 28,59 11,6 2013 28,07 11,4
Sumber: BPS1 (data diolah)
Sumber: BPS2 (data diolah)
Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia sepanjang tahun 2002-2013
1 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63. 2 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63
0
5
10
15
20
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
tingkat kemiskinan
tingkat kemiskinan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Gambar di atas menunjukkan pada tahun 2002 hingga 2005
angka kemiskinan terus menurun dan mencapai 15,9 persen dari total
penduduk. Sebagai akibat dari kebijakan pemerintah menaikkan harga
minyak pada tahun 2005 yang berdampak pada meningkatnya harga-
harga kebutuhan dasar, kemiskinan tercatat meningkat menjadi 17,7
persen pada tahun 2006. Selama periode 2007–2012, angka
kemiskinan kembali turun. Pada tahun 2007, penduduk miskin tercatat
sebanyak 16,58 persen. Beberapa program pemerintah yang ditujukan
bagi penduduk miskin dijalankan pemerintah sejak 2005 memiliki
dampak positif bagi penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat
dilihat pada terus menurunnya angka kemiskinan, baik dalam jumlah
maupun persentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 2012 mencapai 11,6 persen, turun 0,7 persen
dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2011 yang sebesar
12,3 persen. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan upah buruh tani
dan bangunan, program raskin dan pelayanan kesehatan gratis.
Dampak tersebut masih dirasakan pada tahun 2013 di mana angka
kemiskinan turun sebesar 11,4 persen.3
b. Zakat
Zakat merupakan. harta yang wajib disisihkan oleh seorang
muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
3 BPS, Data Strategis..., 59-65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Zakat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi
umat Islam. Pendayagunaan zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-
kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional
(kegiatan konsumtif), tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-
kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan
kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif
kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.
Zakat dalam penelitian ini merupakan hasil dana zakat yang
dihimpun oleh Baznas (badan zakat nasional) pada tahun 2002-2013
yang terdiri dari dana hasil zakat mal dan zakat fitrah, infaq/shadaqah
dan natura yang telah diakumulasi menjadi satu. Data zakat tersebut
dideskripsikan melalui tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.2 Perolehan dan Persentase Zakat yang Dihimpun oleh
Baznas Tahun 2002-2013
Tahun Zakat Persentase zakat 2002 68.390.000.000 0 2003 85.280.000.000 24,7 2004 150.090.000.000 75,9 2005 295.520.000.000 96,9 2006 373.170.000.000 26,3 2007 740.000.000.000 98,3 2008 920.000.000.000 24,3 2009 1.200.000.000.000 30,4 2010 1.500.000.000.000 25 2011 1.730.000.000.000 15,3 2012 2.200.000.000.000 27,2 2013 2.700.000.000.000 22,7
Sumber: Republika4 (data diolah)
4 “Potensi dan Perolehan Zakat di Indonesia”, dalam http: Republika.co.id, (Agustus 2013), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sumber: Republika5 (data diolah)
Gambar 4.2 Perkembangan Perolehan Zakat yang dihimpun oleh Baznas sepanjang tahun 2002-2013
Gambar di atas menunjukkan bahwa dana zakat yang dihimpun
oleh Baznas selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada
lima tahun awal berdiri, antara tahun 2002 hingga 2006 perolehan
dana zakat yang dihimpun oleh Baznas telah berhasil mencapai angka
373 Miliyar lebih. Pada tahun 2005 penerimaan dana zakat melonjak
tinggi, merupakan penerimaan terbesar sepanjang lima tahun sejak
Bazna berdiri. Hal ini disebabkan terjadinya bencana Tsunami di
Nangroe Aceh Darussalam pada akhir tahun 2014 telah meningkatkan
kepedulian masyarakat Indonesia untuk berbagi. Selanjutnya tahun
2006 gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya juga telah
mendorong orang untuk berinfak.
5 Ibid, 1.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000zakat
zakat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pada tahun 2008 hingga tahun 2013 penerimaan zakat
menunjukkan kemajuan yang signifikan setiap tahun. Bahkan di tahun
2009 perolehan zakat mencapai angka triliun rupiah. Pada tahun 2013
dana zakat mengalami kenaikan hingga Rp500 miliyar dari tahun
sebelumnya. Namun ternyata angka tersebut masih jauh dari potensi
zakat yang dimiliki Indonesia. Jika dihitung potensi zakat fitrah
mencapai Rp2,5 triliun pertahun, potensi zakat profesi mencapai
Rp80,3 triliun prtahun dan zakat mal pertahun jumlahnya tak kurang
dari Rp40 triliun.6
c. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output dalam jangka
panjang yang diukur dengan memperhatikan pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat
digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk suatu negara,
semakin tinggi pertumbuhan ekonominya maka sektor riil di dalam
negara tersebut juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi
yang baik adalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap tenaga
kerja dan mengurangi jumlah kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah persentase
kenaikan GDP riil berdasarkan pengeluaran dengan nilai konstan dari
tahun 2002-2013 yang dideskripsikan melalui tabel dan gambar
berikut:
6 “BAZNAS Bidik Kenaikan Perolehan Zakat 35 Persen ”, dalam http: Republika.co.id, (18
Januari 2015).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013
Tahun GDP GDP growth 2002 1.448.859,40 4,5 2003 1.495.940,50 4,8 2004 1.576.048,70 5,0 2005 1.643.433,50 5,7 2006 1.733.269,20 5,5 2007 1.843.763,60 6,4 2008 1.985.860,60 6,0 2009 2.069.031,10 4,6 2010 2.221.466,80 6,2 2011 2.368.217,80 6,5 2012 2.517.483,30 6,2 2013 2.770.300,00 5,3
Sumber: BPS dan TNP2K7(data diolah)
Sumber: BPS dan TNP2K8 (data diolah)
Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang Tahun 2002-2013
7 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63 8 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63.
0
1
2
3
4
5
6
7
pertumbuhan ekonomi
pertumbuhanekonomi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan
lebih stabil selama tahun 2002-2005 sebagaimana yang tercermin pada
pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2002 hingga 2005 dipengaruhi oleh kinerja ekspor
yang mengalami kenaikan signifikan dan menjadi penopang utama
terjadinya surplus transaksi serta membaiknya gairah investasi.
Pada tahun 2006 di Indonesia banyak terjadi bencana alam antara
lain gempa bumi di Yogyakarta serta Jawa Tengah, tsunami di Aceh dan
lain-lain. Bencana telah mengambil sumber daya yang menunjang
pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi turun menjadi 5,5
persen di tahun 2006.
Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan tertinggi
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sejak 2002. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembubaran CGI (Consulative
Group on Indonesia) sehingga Indonesia makin bebas mengatur
ekonominya. Selain itu laju inflasi, BI rate, dan kurs rupiah cenderung
stabil dan terkendali. Indeks harga saham terus mengalami kenaikan.
Keadaan ini terus berlangsung hingga tahun 2008, walaupun
pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidak setinggi tahun 2007.
Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi turun hingga 4,6 persen. Hal
ini disebabkan karena tahun 2009 terjadi penurunan faktor-faktor
produksi. Disamping itu dunia internasional menghadapi gejolak
ekonomi sebagai akibat turbulensi ekonomi yang terjadi di Amerika dan
sebagian besar Eropa, dari dalam negeri dihadapkan pada menurunnya
tingkat investasi permodalan yang dipengaruhi oleh Pemilu. Biasanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
para investor memilih wait and see terhadap iklim politik yang akan
terjadi pada saat pemilu dan paska pemilu.
Tahun 2010 hingga 2011 pertumbuhan ekonomi terus mengalami
kenaikan mencapai angka 6,2 persen dan 6,5 persen selanjutnya turun di
angka 6,2 persen dan 5,3 persen pada tahun 2012 dan tahun 2013.
Penurunan ini terjadi akibat melambatnya pertumbuhan investasi dan
konsumsi pemerintah yang menurun sangat tajam akibat rendahnya
penyerapan anggaran pemerintah.9
2. Analisis Statistik
Setelah dilakukan uji regresi linier berganda dengan menggunakan
bantuan program SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Melalui Program SPSS
Hasil uji Nilai 1. Unstandardized coefficient B:
(Constant) Zakat Pertumbuhan
2. Asymp. Sig. (2–tailed) Tingkat kemiskinan Zakat Pertumbuhan ekonomi
3. VIF Zakat Pertumbuhan ekonomi
4. Durbin Watson 5. Signifikansi F-test 6. Adjusted R Square 7. Signifikansi t-test
Zakat Pertumbuhan ekonomi
18,633 - 0,003 - 0,187
0,964 0,846 0,954
1,227 1,227 1,377 0,000 0,901
0,000 0,611
Sumber: hasil SPSS
9 BPS, Data Strategis..., 11-20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
a. Analisis regresi linier berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda
memiliki rumus sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ... + βi Xi + ε
Dalam konteks penelitian ini, analisis regresi berganda dipakai
untuk mengetahui hubungan antara variabel jumlah persentase
penduduk miskin sebagai variabel dependen dengan variabel zakat
dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen. Hubungan
ketiga variabel tersebut dapat ditulis dalam model sebagai berikut:
TM = α + β1 zakat + β2 PE + ε
Di mana:
TM = tingkat kemiskinan
α = intercept atau konstanta
β1 2 = koefisien regresi
PE = pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan GDP menurut
pengeluaran harga konstan)
ε = standar error
Untuk mengetahui model estimasi regresi linier berganda
dalam penelitian ini serta membuktikan kesesuaian model estimasi
dari rumus regresi yang diperoleh dalam teori, maka dilakukan uji
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
estimasi melalui pengolahan data dengan bantuan program SPSS.
Hasil analisis regresi yang dilihat melalui nilai B dari Unstandardized
Coeffisients ditunjukkan pada persamaan berikut:
TM = 18,63 – 0,003 zakat – 0,18 PE
Dari hasil regresi terlihat bahwa kedua variabel bebas (zakat
dan pertumbuhan ekonomi) mengestimasi negatif variabel terikat
(tingkat kemiskinan). Tingkat kemiskinan sejumlah 18,63 persen
apabila zakat dan pertumbuhan ekonomi dalam keadaan tetap atau
tidak mengalami perubahan. Pada saat zakat naik sebesar 1 Milyar,
tingkat kemiskinan turun sebesar 0,003 persen dalam keadaan ceteris
paribus. Pada saat pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen,
tingkat kemiskinan turun sebesar 0,18 persen dalam keadaan ceteris
paribus.
b. Uji asumsi klasik
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menentukan data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan Chi Square, Kolmogorof Smirnov, Jarque Bera, dll.
Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov dapat dilihat
melalui hasil Asymp. Sig (2-tailed). Apabila nilai Asymp. Sig (2-
tailed) > 0,05 maka data variable berdistribusi normal.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov menghasilkan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) tingkat kemiskinan sebesar 0,964,
zakat sebesar 0,846 dan pertumbuhan sebesar 0,954. Hasil nilai
Asymp. Sig (2-tailed) ketiga variabel tersebut menunjukkan nilai
yang lebih besar dari 0,05 maka data variable berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier
antar variabel independen. Denga kata lain ada hubungan linier
yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas.
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Jika VIF
melebihi 10 maka, dikatakan memiliki multikolinieritas yang
berat.
Hasil uji data SPSS menunjukkan nilai VIF zakat dan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,227. Karena nilai VIF
1,227<10, berarti data tidak mengandung masalah
multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau
residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang
konstan dari satu observasi ke observasi lain.
Heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang
tempat dari pada runtut waktu, maupun analisis data rata-rata.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Cara menguji heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dengan pola gambar scatterplot. Regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas jika:
a) Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka
0.
b) Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c) Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali.
a) Penyebaran titik-titik data berpola.
Sumber: hasil SPSS
Gambar 4.4 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian data menunjukkan pola gambar titik-titik
scatterplot yang menyebar disekitar angka 0, artinya model
tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4) Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena korelasi yang berurutan satu
sama lain. Masalah ini timbul karena residual dari satu observasi
ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila
menggunakan data runtut waktu. Autokorelasi menunjukkan
korelasi pada dirinya sendiri.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi antara lain Uji
Durbin Watson (DW test). Syarat tidak terjadi autokorelasi
adalah 1< DW < 3.
Hasil uji data diperoleh nilai Durbin Watson 1,377.
Karena 1< 1,377< 3, maka tidak terdapat masalah autokorelasi.
c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi
1) Uji F
Uji F merupakan suatu ujian yang bertujuan mendeteksi
signifikansi semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat yang digunakan. Pengujian diakukan dengan
membandingkan nilai signifikansi dengan tingkat signifikansi
α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Ho diterima, jika nilai signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada
pengaruh signifikan secara serempak dari semua variabel bebas
terhadap variabel terikat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. H1 ditolak, jika nilai signifikansi < α = 0,05, artinya ada
pengaruh signifikan secara serempak dari semua variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Hasil pengujian data dengan SPSS diperoleh nilai
signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka
terima H1, tolak Ho, artinya ada pengaruh signifikan secara
serempak zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.
2) Uji-t (uji masing-masing variabel)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial, dapat dilihat dengan uji koofisien
regresi individual (t-tes) yang bertujuan untuk mengetahui apakah
semua variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel
terikat pada tingkat kepercayaan tertentu. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai signifikansi pada tingkat signifikansi
α = 0,05 dengan kriteria:
a) Ho diterima, jika nilai signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada
pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b) H1 diterima, jika nilai signifikansi < α = 0,05, artinya ada
pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hasil perhitungan uji t diperoleh nilai signifikansi sebagai
berikut:
a) Nilai signifikansi zakat 0,000. Karena nilai signifikansi zakat
0,000 < α = 0,05, maka terima H1, tolak Ho, artinya ada
pengaruh signifikan zakat terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 2002-2013.
b) Nilai signifikansi pertumbuhan ekonomi 0,611. Karena nilai
signifikansi ekonomi 0,611 > α = 0,05, maka terima Ho, tolak
H1, artinya tidak ada pengaruh signifikan pertumbuhan
ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-
2013.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi memiliki fungsi untuk menjelaskan
sejauh mana kemampuan variabel independen (zakat dan
pertumbuhan ekonomi) terhadap variabel dependen (kemiskinan).
Untuk melihat besarnya sumbangan atau kontribusi dari variabel
bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat melalui nilai Adjusted R
Square.
Untuk melihat besarnya sumbangan atau kontribusi dari zakat
dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 2002-2013 dapat dilihat melalui nilai Adjusted R Square. Nilai
Adjusted R Square dari hasil uji SPSS yaitu 0,901. Artinya zakat dan
pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi sebesar 90,1% terhadap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013, dalam keadaan
ceteris paribus, sedangkan sisanya sebesar 9,9% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model.
B. Pembahasan
1. Analisis Pengaruh Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan
Mannan menyatakan bahwa, zakat adalah poros dan pusat keuangan
Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan
kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan
menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki,
sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang
mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan
untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya
ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak.10
Abdurrachman Qadir menyatakan bahwa salah satu cara
menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk
mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka
yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental
yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia
dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.11
Sementara itu, al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan mendasar
ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan
10 Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi..., 256. 11 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat..., 71.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem distribusi
zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut dengan
memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa memandang ras, warna
kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.12
Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS
menunjukkan nilai koefisien variabel zakat yang didapat dari hasil estimasi
adalah sebesar (-0,003) yang berarti ada pengaruh negatif antara zakat
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Dengan
demikian jika terjadi peningkatan zakat akan menurunkan tingkat
kemiskinan. Setiap kenaikan zakat sebesar 1 miliyar akan menurunkan
tingkat kemiskinan sebesar 0,003%.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa zakat berpengaruh secara parsial
terhadap kemiskinan pada signifikansi α = 5% di mana nilai signifikansi (t)
sebesar 0,000 < α = 0,005.
Koefisien slope negatif sudah sesuai teori. Artinya, ketika zakat
meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan menurun.
Pramanik berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran yang
sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan kekayaan dalam
masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa dalam
konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen yang
12 Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat..., 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi, dan
untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.13
Menurut Abdurrachman Qadir salah satu cara menanggulangi
kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta
kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan.
Demikian juga dengan pernyataan al-Qardhawi, bahwa tujuan mendasar
ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan
sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dll. Oleh sebab itu, untuk
mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan menunaikan kewajiban zakat.
Kewajiban zakat memiliki kedudukan yang sama dengan kewajiban
mendirikan shalat, karena itulah dalam banyak ayat dan hadis, perintah
shalat selalu dikaitkan dengan perintah zakat, misalnya dalam firman Allah
surat al-Baqarah ayat 43 berikut:
﴾٤٣﴿ الراكعني مع واركعوا الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا Artinya:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang rukuk.14
Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu
mengentaskan kemiskinan.”15 Karena zakat merupakan upaya mengatasi
kemiskinan, maka sedapat mungkin dana zakat itu tidak hanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif bagi fakir miskin 13 Ibid, 3. 14 Alquran, 2 : 43. 15 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam..., 83-84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kecuali zakat fitrah. Hal tersebut dikhawatirkan akan menjadikan pihak si
miskin sebagai penerima zakat hanya menggantungkan harapannya dari
zakat dan membuat mereka malas berusaha. Oleh sebab itu dana zakat boleh
dialokasikan sebagai dana pendidikan, modal usaha dan sebagainya.
Meskipun demikian kebutuhan awal untuk makan tetap harus dipenuhi,
terutama bagi mereka yang mengidap penyakit menahun, cacat dan
sebagainya.
Selain itu El-Din menganalisa fungsi alokatif dan stabilisator zakat
dalam perekonomian. Ia menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat
diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi kemiskinan.
Namun demikian, hendaknya dalam pola pendistribusiannya, zakat tidak
hanya diberikan dalam bentuk barang konsumsi saja melainkan juga dalam
bentuk barang produksi. Ini dilakukan ketika mustahik memiliki kapasitas
dan kemampuan untuk mengolah dan melakukan aktivitas produksi. Ia pun
mendorong distribusi zakat dalam bentuk ekuitas, yang diharapkan akan
memberikan dampak yang lebih luas terhadap kondisi perekonomian.
Pada teori sebelumnya di atas juga telah dijelaskan bahwa zakat
memberi pengaruh terhadap upaya pengentasan kemiskinan melalui efek
pengganda zakat (efek multiplier). Pelaksanaan ibadah zakat bila dilakukan
secara sistematis dan terorganisir akan memberikan efek multiplier yang
tidak sedikit terhadap peningkatan pendapatan. hal ini seperti digambarkan
pada hadis Rasulullah dan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
سنبـلة كل يف سنابل سبع أنبـتت حبة كمثل اهلل سبيل يف أمواهلم ينفقون الذين مثل ئة ﴾٢٦١﴿ عليم واسع واهلل يشاء لمن يضاعف واهلل حبة م
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.16
هما، عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيما يـرويه عن رب ه تـبارك عن ابن عباس رضي هللا عنـ ذلك : فمن هم حبسنة فـلم يـعمله ا كتـبـها وتـعاىل : إن هللا كتب احلسنات والسيئات، مث بني
ا فـعملها كتـبـها هللا عنده عشرة حسنات ضعف إىل سبعمائة عنده حسنة كاملة، وإن هم ا إىل أضعاف كثرية، وإن هم بسيئة فـلم يـعملها كتـبـها هللا عنده حسنة كاملة، وإن ه م
ذه احلروف ]فـعملها كتـبـها هللا سيئة واحدة [رواه البخاري ومسلم يف صحيحهما
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasulullah saw beliau bersabda menyampaikan apa yang diterimadari tuhannya Allah azza wajala, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya; barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu ia benar-benar melakukannya maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat bahkan masih dilipatgandakannya lagi. Jika ia berniat melakukan keburukan dan tidak jadi melakukan maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Dan jika iaberniat melakukan keburukan lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di sisi-Nya satu keburukan.” (HR Bukhari dan Muslim).17
Secara ekonomi, diasumsikan bantuan zakat diberikan dalam
bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan
meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang menjadi
16 Al-Quran, 2:261. 17 M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Pengganda Zakat..., 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang ini akan berimbas
pada peningkatan produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan
produksi adalah penambahan kapasitas produksi yang hal ini berarti
perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banya. Hal ini didukung pula
oleh teori tentang dampak ekonomis zakat. Di antara dampak yang ada
adalah sebagai berikut:
1) Produksi
Dengan adanya zakat fakir miskin dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya. Permintaan yang ada di pasar akan meningkat, sehingga
produsen harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan
yang ada.
2) Investasi
Dengan adanya alokasi zakat atas fakir dan miskin, hal tersebut
akan menambah pemasukan mereka, sehingga konsumsi yang dilakukan
akan bertambah. Peningkatan konsumsi akan mendorong peningkatan
produksi di mana hal tersebut akan mendorong investasi.
3) Lapangan Kerja
Dengan adanya zakat, permintaan akan tenaga kerja akan semakin
bertambah dan akan mengurangi pengangguran. Seperti dijelaskan di
atas, zakat akan menaikkan produksi dan investasi dalam dunia usaha,
sehingga permintaan akan karyawan akan semakin bertambah.18.
18 Said Saad Marthon, Ekonomi Islam..., 126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Berdasarkan mekanisme tersebut dapat terlihat bahwa pengelolaan
zakat yang tepat, profesional dan akuntabel akan mampu mendayagunakan
zakat serta akan memberikan efek pengganda yang cukup signifikan dalam
perekonomian terutama dalam membantu pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.19
Bagi yang tidak menunaikan zakat tidak hanya tidak sempurna
keimanannya, tetapi juga termasuk orang yang tidak beruntung, tidak
menunjukkan kebaikan dan ketakwaan. Selain itu mereka tidak mendapat
rahmat Allah, bahkan tidak berhak memperoleh pertolongannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Patmawati (2006) tentang
peran zakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa zakat memberikan hasil positif dalam mengurangi
kadar kemiskinan, memperkecil jurang kemiskinan dan mengurangi tekanan
kemiskinan di masyarakat. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa 10%
kelompok masyarakat terbawah menikmati 10% kekayaan karena zakat.
Angka ini meningkat dari 0,4 persen ketika transfer zakat tidak terjadi.
Sedangkan 10 persen kelompok teratas masyarakat menikmati kekayaan
sebesar 32 persen, atau turun dari 35,97 persen pada posisi sebelumnya. Ini
menunjukkan bahwa kesenjangan antar kelompok dapat dikurangi. Ia pun
menyimpulkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin,
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Hasil penelitian
Beik (2008) juga menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan
19 M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Pengganda Zakat...”, 5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan
kemiskinan.
2. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
Nilai koefisien variabel pertumbuhan ekonomi dari hasil estimasi
adalah sebesar (-0,187), yang berarti ada pengaruh negatif pertumbuhan
ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.
Dengan kata lain setiap terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%
akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,18%.
Dari hasil uji t diketahui nilai sig (t) sebesar 0,611 > 0,05, maka
tolak H1 dan terima Ho, yang berarti bahwa pendapatan nasional tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan, sehingga hipotesis
H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013 tidak terbukti.
Hasil penelitian ini berkebalikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arius Jonaidi (2012) dan Chairul Nizar (2013) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan
ekonomi dan tingkat kemiskinan, di mana pertumbuhan ekonomi mampu
menurunkan tingkat kemiskinan.
Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan bahwa, pertumbuhan
ekonomi dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat suatu
negara. Pertumbuhn ekonomi merupakan penambahan Gross Domestic
Product (GDP) artinya produksi barang dan jasa mengalami peningkatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
secara nasional dari tahun ke tahun.20 Peningkatan produksi yang dapat
menyerap tenaga kerja seharusnya mampu mengurangi tingkat kemiskinan.
Pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, diharapkan mampu
menurunkan tingkat kemiskinan. Namun apabila nilai ketimpangan
pendapatan meningkat, maka kemungkinan untuk terjadi penurunan
terhadap tingkat kemiskinan juga sangat kecil.21
Teori kemiskinan Todaro, menyatakan bahwa tinggi rendahnya
tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama yaitu:
a.Tingkat pendapatan nasional, dan b. Lebar sempitnya disrtribusi
pendapatan. Jelas setinggi apapun tingkat pendapatan nasional yang dicapai
oleh suatu negara, selama tingkat pendapatan tidak merata, maka tingkat
kemiskinan juga akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata
apapun distribusi pendapatan disuatu negara, jika tingkat pendapatan
nasionalnya rendah, maka kemiskinan juga akan semakin meluas.22
Untuk melihat adanya ketidak merataan distribusi pendapatan
(ketimpangan) dapat dilihat melalui beberapa indikator, salah satu indikator
ketimpangan pendapatan di Indonesia dapat dilihat melalui nilai indeks gini
yang tampak pada tabel berikut:23
Tabel 4.5 Indeks Gini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013
Tahun Gini Rasio GDP Growth 2002 0,32 4,5 2003 0,32 4,8
20 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami..., 27. 21Ibid, 97. 22 Michael P Todaro & Stephen C. Smith, Pembangunan..., 66. 23Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami..., 99.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2004 0,32 5,0 2005 0,36 5,7 2006 0,35 5,5 2007 0,36 6,4 2008 0,35 6,0 2009 0,37 4,6 2010 0,38 6,2 2011 0,41 6,5 2012 0,41 6,2 2013 0,413 5,3
Sumber: BPS24
Tabel di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
baik di mana pertumbuhannya mengalami kenaikan di atas 4%, namun
peningkatan tersebut juga diiringi dengan indeks gini yang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan melihat indeks gini dapat
diketahui seberapa merata pendapatan nasional yang yang didistribusikan di
antara penduduk. Sepanjang tahun 2002-2010 indeks gini hanya berkisar
antara 0,3, artinya distribusi pendapatan penduduk mengalami ketimpangan
sedang, sedangkan pada tahu 2011-2013 indeks gini menunjukkan nilai 0,4,
artinya pendapatan antara penduduk kaya dan miskin mengalami
kesenjangan yang mencemaskan.
Ketimpangan yang ditunjukkan oleh indeks gini mengalami
peningkatan hingga mencapai angka 0,4 pada tahun 2013 ini sangat
mencemaskan. Indeks gini yang hampir mendekati angka 0,5 menunjukkan
ketimpangan pendapatan yang sangat tinggi. Masalah ketimpangan dalam
distribusi pendapatan harus menjadi perhatian, karena ketimpangan
24 BPS, “Gini Ratio Menurut Provinsi Tahun 1996, 1999, 2002, 2005, 2007-2013”, dalam
http://BPS.go.id. (20 Oktober 2015).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
distribusi pendapatan yang tinggi akan menyebabkan jumlah penduduk
miskin semakin parah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
berkorelasi terhadap tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tidaklah
identik dengan pengurangan angka kemiskinan. Angka-angka pertumbuhan
ekonomi ini menunjukkan bahwa peningkatannya tidak menjamin distribusi
pendapatan di antara para penduduk sudah merata. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi bukan merupakan jaminan tidak adanya kemiskinan absolut
dalam jumlah besar. Bisa jadi suatu daerah mengalami pertumbuhan
ekonomi yang sangat pesat dikarenakan pembangunan ekonominya yang
baik, sedangkan daerah lain tidak. Sehingga daerah lain yang tertinggal
dalam pembangunan, masih terdapat banyak penduduk yang hidup dalam
keadaan miskin.
Hal tersebut berkebalikan dengan konsep pertumbuhan ekonomi
dalam Islam. Dengan memelihara kedudukan manusia yang bermartabat,
Islam menyerukan betapa pentingnya peran manusia dalam mengusahakan
kesejahteraan hidup di muka bumi, sehingga pertumbuhan ekonomi harus
mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia. Pertumbuhan
ekonomi bukan hanya aktivitas produksi material saja. Pertumbuhan
ekonomi menyangkut aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang
terkait erat dengan keadilan distribusi. Dalam paradigma ekonomi Islam
pertumbuhan haruslah sejalan dengan keadilan dan pemerataan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendapatan.25 Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-
Hasyr ayat 7 berikut ini:
واليـتامى القرىب ولذي وللرسول فلله القرى أهل من رسوله على اهلل أفاء ماكم وما منكم األغنياء بني دولة يكون ال كي السبيل وابن والمساكني الرسول آ
اكم وما فخذوه ﴾٧﴿ العقاب شديد اهلل إن اهلل واتـقوا فانتـهوا عنه Artinya:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”[QS Al-Hasyr(2):168]26
Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya pemerataan distribusi
pendapatan. Di mana kekayaan yang dihasilkan oleh negara tidak boleh
hanya berputar di kalangan orang-orang kaya saja, tetapi harus menyebar
keseluruh penduduk termasuk penduduk miskin sehingga tidak terjadi
ketimpangan pendapatan.
Selain masalah ketimpangan, tingkat kemiskinan di Indonesia juga
dipengaruhi oleh gaya hidup konsumerisme di antara penduduknya. Tabel
berikut memperlihatkan kontribusi persentase masing-masing komponen
terhadap pendapatan nasional dari sisi pengeluaran:
25 Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan...,6. 26 Al‐Quran, 2:168.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tabel 4.6 Struktur GDP Menurut Pengeluaran Tahun 2011-2013
Komponen 2011 2012 2013
1. Konsumsi rumah tangga 54,63 54,64 55,82
2. Konsumsi pemerintah 9,02 8,91 9,12
3. Pembentukan modal tetap bruto
31,95 32,67 31,66
4. a. Perubahan inventori b. Diskrepansi statistik
0,95 2,04
2,07 3,27
1,98 3,42
5. Ekspor barang dan jasa 26,36 24,29 23,74
1. Dikurangi impor barang dan jasa
24,95 25,86 25,74
GDP Riil 100 100 100 Sumber: BPS 27
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa pola pertumbuhan di
Indonesia selama 3 tahun terakhir masih bercirikan pertumbuhan yang
didominasi oleh konsumsi masyarakat. Indonesia mampu tumbuh hingga
6,5% karena ditopang oleh konsumsi. Konsumsi rumah tangga merupakan
penopang utama ekonomi Indonesia (54-56% terhadap GDP Indonesia),
diikuti oleh investasi (32%), net eksport (26%), dan pengeluaran pemerintah
(9%).
Ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia mencapai angka 0,4.
Apabila konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pada jumlah investasi dapat
diasumsikan pengeluaran masyarakat berpendapatan tinggi banyak
dialokasikan untuk kegiatan konsumsi dari pada investasi. Jika pengeluaran
investasi lebih kecil dibandingkan pengeluaran konsumsi, maka
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan tingkat
27 BPS, Data Strategis..., 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kemiskinan tidak dapat terealisasi. Sebab melalui investasi yang tinggi
pertumbuhan diharapakan mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi
tingkat kemiskinan.
Terlebih lagi Asian Wall Street Journal dalam Kuncoro
menyebutkan bahwa, prilaku konsumtif masyarakat Indonesia pasca krisis
global tahun 2009 tetap mampu membeli mobil dan membeli berbagai
barang dari merk produk ternama dengan dibiayai oleh kredit dari Bank
(BCA, BRI, Bank Mandiri).28 Jika konsumsi masyarakat Indonesia tetap
mendominasi pertumbuhan ekonomi dengan pola konsumsi yang ditunjang
oleh kredit, maka pertumbuhan di Indonesia tetap tidak akan berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan.
Al-Quran telah memperingatkan kita untuk tidak melampaui batas
dalam segala urusan termasuk dalam urusan konsumsi, sekalipun konsumsi
tersebut tergolong dalam kegiatan yang dihalalkan oleh Allah.
28 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami...,32.
top related