bab iv hasil penelitian dan pembahasan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16358/4/t1...badan...
Post on 28-Apr-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum Kelurahan Matani II
Kelurahan Matani II adalah salah satu dari 9 kelurahan di
kecamatan Tomohon Tengah, dan terletak di ketinggian 772 dpl.
Kelurahan ini memiliki luas wilayah 4.26 Km persegi. Data Badan
Pusat Statistik Kecamatan Tomohon Tengah tahun 2016
melaporkan jumlah penduduk kelurahan Matani II sebanyak2.786
jiwa dengan 812 KK (Kepala Keluarga), yang terdiri atas 1.437 laki-
laki dan1.349 perempuan.Jumlah orang per keluarga rata-rata 3
orang (BPS Kota Tomohon, 2016)
Sebagian besar penduduk Matani II pekerjaannya adalah
bertani dan buruh tani (350 KK; 43%), PNS dan pegawai swasta
(180 KK; 22.2%) dan sisanya adalah sebagai
wiraswasta/pedagang, tukang bangunan dan lainnya. Dari segi
jumlah absolut, petani sebanyak 253 orang (31%), buruh tani 97
orang (12%), PNS 113 orang (14%, karyawan swasta 67 orang
(8%), tukang bangunan 16 orang (2%), wiraswasta 81 orang (10%)
dan lain-lain (185 orang, 23%)
Di Matani II terdapat Puskesmas yang memiliki 213 tenaga
kesehatan yang terdiri dari 37 dokter, 120 perawat, 25 bidan dan 31
2
mantri. Puskesmas ini melayani warga kelurahan Matani I, II, III,
Talete I dan II.
Badan Pusat Statistik (BPS) kota Tomohon, mencatat
tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga dirinci sebagai
berikut:tidak tamat SD 20% (163 orang), SD 16% (128 orang), SMP
33% (267 orang), SMA 25% (203 orang), D1-D3 3 % (31 orang),
D4-S1 2% (18 orang) dan S2/S3 (2 orang) total 812 orang.
4.2 Karakteristik Responden
Responden penelitian ini adalah warga Matani II yang
berjumlah 27 orang dan merupakan penderita GA dan/atau
diabetes mellitus tipe 2. Mereka berasal dari dua kelompok
sampling berbeda yaitu : kelompok Puskesmas yang merupakan
penderita yang tercatat di Puskesmas Matani sebanyak 16 orang
dan kelompok Kolom 10 (satuan kelompok jemaat gereja GMIM-
Nazaret berdasarkan lingkungan tempat tinggal) yang merupakan
penderita terseleksi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis warga
kolom 10 sebanyak 11 orang. Berdasarkan jenis kelamin,
responden penelitian ini terdiri dari pria sebanyak 9 orang dan
wanita sebanyak 18 orang. Semua responden tersebut adalah
warga suku Minahasa yang berumur antara 39 tahun dan 86 tahun
dengan rata-rata 60,9 tahun. Responden kelompok Puskesmas
yang berusia produktif (15-64 tahun) hanya (6) orang sedangkan
sebagian besar 10 responden pada kelompok Kolom 10 justru
3
berusia produktif. Dari segi jenis pekerjaan sebagian besar adalah
ibu rumah tangga (16 orang), pensiunan (4 orang), karyawan
swasta (3 orang), PNS (2 orang) dan buruh/ojek sebanyak (2
orang).
Berdasarkan klasifikasi penyakit yang diderita, terdapat 10
penderita GA masing-masing (5) orang pada kelompok Puskesmas
dan Kolom 10, 7 penderita DM tipe 2 dengan rincian (2 orang) pada
kelompok Puskesmas dan (5 orang) pada kolom 10 dan 10
penderita DM dan GA (10 orang) berasal dari kelompok
Puskesmas.
Responden yang menderita GA (hiperurisemia) memiliki
rata-rata kadar asam urat sebesar 8,85 mg/dl. Responden yang
menderita DM tipe 2 memiliki rata-rata kadar gula darah puasa
(GDP) dan kadar gula darah sesaat (GDS) masing-masing sebesar
119 mg/dl dan 146,43 mg/dl. Sedangkan 10 orang responden yang
menderita DM yang disertai AU berturut-turut memiliki rata-rata
GDP, GDS, dan AU masing-masing-masing sebesar 135.25 mg/dl,
204.60 mg/dl dan 9,5 mg/dl.
4.3.Profil Antropometri
Untuk mendapatkan gambaran profil antropometrik masing-
masing responden maka telah dilakukan pengukuran antropometri
yang meliputi pengukuran Lingkar Pinggang, Lingkar Panggul,
Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) yang selanjutnya diketahui
4
Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kategori obesitas sebagaimana
terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1Hasil Pengukuran Antropometri Kelompok Puskesmas dan Kolom 10
Kelompok Kode L/P Usia Lingkar
Pinggang
Lingkar
Panggul BB TB IMT Obesitas
Puskesmas MT01 P 63 112 114 78 157 31.7 Obesitas II
MT02 P 60 87 99 56 150 24.8 beresiko
MT03 L 80 82 87 50 157,5 20.3 Normal
MT04 L 72 107 110 86 165 31.6 Obesitas II
MT05 P 72 94 98 65 150 28.9 Obesitas I
MT06 P 72 98 107 60.5 147 28.0 Obesitas I
MT07 L 77 98 102 65 166 23.6 beresiko
MT08 P 60 89 98 63 146 29.6 obesitas I
MT09 P 76 81 96 45 145 21.4 Normal
MT10 P 70 89 100 59 150.5 26.2 obesitas I
MT11 P 78 87 98 40 140 20.4 Normal
MT15 P 46 91 102 55 140 28.0 obesitas I
MT16 L 75 103 104 78 170 24.2 Beresiko
MT17 L 45 103 104 84 175 27.4 Obesitas I
MT18 P 84 71 88 35 140 17.8 Kurang
MT19 P 40 101 104 76.5 155 31.9 obesitas II
Kolom 10
MT20 P 39 93 108 75 166 27.3 obesitas I
MT21 P 44 91 93 67 155 27.9 obesitas I
MT22 P 72 103 104 64 151 28.0 obesitas I
MT23 P 46 85 105 66 164 24.6 Obesitas I
MT24 L 45 96 98 65 165 23.9 Beresiko
MT25 L 40 101 103 75 172 25.4 obesitas I
MT27 L 55 91 94 60 158 24.1 Beresiko
MT28 P 64 101 113 68 145 32.4 Obesitas II
MT29 P 51 83 94 58 155 24.2 Obesitas I
MT30 P 41 86 96 71 174 23.5 Beresiko
MT31 L 48 98 101 75 162 28.0 Obesitas I
Keterangan: BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh
Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik: Berat badan kurang <18,5; Kisaran normal, 18,5-22,9; berat badan lebih, >23,0; beresiko 23,0-24,9; Obesitas 1, 25,0-29,0; Obesitas II, >30,0
5
Tabel 4.2
Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-rata dan Standar Deviasi
Antropometri Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10
Kelompok Kategori Terendah Tertinggi Rata-rata S.D
Puskesmas
Lingkar Pinggang 71 112 93.31 10.73
lingkar Panggul 87 114 100.69 7
BB 35 86 62.25 15.36
TB 140 175 153.38 10.96
Kolom 10
Lingkar Pinggang 83 103 93.45 6.93
Lingkar Panggul 93 113 100.82 6.46
BB 58 75 67.64 5.9
TB 145 174 160.64 8.81
IMT 23.5 32.38 26.30 2.7
Keterangan: BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh; S.D, Standar Deviasi
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok Puskesmas
terdapat 12 responden yang mengalami berisiko dan obesitas
dengan rincian berisiko sebanyak 3 orang; obesitas I sebanyak 6
orang; obesitas II sebanyak 3 orang; dan 4 lainnya kurang dan
normal. Pada kelompok Kolom 10 semuanya mengalami obesitas
dengan rincian 3 orang mengalami berisiko; 7 orang mengalami
obesitas I dan 1 orang mengalami obesitas II.
4.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui keterkaitan hubungan riwayat penyakit
keluarga terhadap para responden dan/atau keterkaitan antara
penyakit DM, AU dengan penyakit yang lainnya maka dilakukan
wawancara mendalam terhadap masing-masing responden.
6
Masing-masing responden menceritakan tentang riwayat penyakit
yang dimiliki oleh keluarga inti, sanak saudara (extended family)
dan gabungan dari keduanya (keluarga inti dan sanak saudara).
Ringkasan temuan wawancara tersebut baik dari kelompok
Puskesmas maupun kelompok Kolom 10 disajikan pada Tabel 4.3.
Temuan pada kelompok Puskesmas, riwayat penyakit
keluargadari keluarga inti dialami oleh 7 responden, sedangkan dari
keluarga sanak saudara dialami oleh 2 responden, dan dari
gabungan keduanya dialami oleh 5 responden dan hanya 2
responden yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Contoh
kasus sebagai berikut : pada responden MT 05 yang menderita AU
ternyata saudara kandung nya mengalami DM, responden MT 10
yang menderita AU ibunya memiliki riwayat penyakit hipertensi;
responden MT 15 yang menderita DM pamannya menderita
penyakit jantung koroner dan hipertensi, sementara itu responden
MT 18 yang menderita DM, bibinya juga menderita penyakit DM.
Dari gabungan keluarga inti dan sanak saudara dialami oleh
responden MT 02, MT 03, MT 09, MT 16, MT 19. Contoh kasus:
responden MT 02 yang menderita AU ternyata saudara kandung
dan pamannya menderita penyakit AU, hipertensi dan jantung,
responden MT 03 yang menderita AU dan DM, saudara kandung
dan kakeknya menderita penyakit yang sama yaitu DM dan AU;
7
responden MT 19 yang menderita AU dan DM orang tua dan
seorang sepupunya juga menderita penyakit AU dan hipertensi.
Hanya 2 responden yaitu MT 04 dan MT 07 keluarga inti, sanak
saudara dan gabungan keduanya, tidak memilki riwayat penyakit
apapun. Orangtua dan sanak saudara mereka meninggal karena
sudah lanjut usia bukan karena menderita suatu penyakit.
8
Tabel 4.3
Deskripsi Riwayat Penyakit Keluarga dari Responden Puskesmas
dan Kolom 10
Kelompok Kode Jenis Penyakit
Deskripsi Riwayat Penyakit Keluarga
Status dalam Keluarga
Puskesmas MT01 AU dan DM
Hipertensi saudara kandung
MT02 AU AU, Hipertensi, Jantung
saudara kandung dan paman.
MT03 AU dan DM
DM dan AU saudara kandung kakek.
MT04 AU - -
MT05 AU DM saudara kandung
MT06 AU dan DM
AU, Hipertensi orang tua
MT07 AU dan DM
AU -
MT08 AU Hipertensi saudara kandung
MT09 AU dan DM
DM dan Hipertensi saudara kandung dan kakek
MT10 AU dan DM
Hipertensi orang tua
MT11 AU dan DM
DM dan Hipertensi Anak
MT15 DM Jantung dan Hipertensi
Paman
MT16 AU dan DM
DM dan Jantung saudara kandung dan bibi
MT17 AU DM, AU dan Hipertensi
saudara kandung
MT18 DM DM Bibi
MT19 AU dan DM
AU, Hipertensi Orang tua dan sepupu
Kolom 10 MT20 DM - -
MT21 DM Hipertensi dan stroke
saudara kandung
MT22 DM DM, AU dan Hipertensi
Orang tua
MT23 AU Hipertensi dan stroke
Orang tua dan paman
MT24 AU DM, AU, Jantung Paman
MT25 AU dan DM
AU ibu dan saudara kandung
MT27 DM DM dan Hipertensi saudara kandung
9
MT28 AU Hipertensi saudara kandung dan paman.
MT29 AU DM, AU dan Hipertensi
saudara kandung dan nenek
MT30 DM DM dan Hipertensi orang tua dan bibi
MT31 AU DM, Hipertensi, jantung
orang tua dan paman
Keterangan: DM, Diabetes Melitus; AU, Asam Urat
Temuan riwayat penyakit keluarga responden dari kelompok
Kolom 10 menunjukkan hanya 1 responden yang tidak memiliki
riwayat penyakit keluarga. Sedangkan 10 responden lainnya
memiliki riwayat penyakit keluarga dengan rincian sebagai berikut:
4 responden yang memiliki riwayat penyakit dari keluarga inti, 1
responden dari sanak saudara dan 5 responden dari gabungan
keluarga inti dan sanak saudara. Dari 4 responden yang memiliki
riwayat penyakit dari keluarga inti, ada 3 responden diantaranya
merupakan responden penderita DM ataupun DM disertai AU yang
memiliki saudara kandung dan orang tua dengan riwayat penyakit
yang sama yaitu DM dan AU sedangkan responden MT 21 yang
merupakan penderita DM memiliki saudara kandung dengan
riwayat penyakit hipertensi dan stroke; responden MT24 yang
merupakan penderita DM disertai AU memiliki paman dengan
riwayat penyakit yang sama. Sedangkan dari 5 responden sisanya
rinciannya sebagai berikut: 1 responden yaitu MT 20 menjelaskan
bahwa baik keluarga inti, sanak saudara tidak memiliki riwayat
penyakit DM, AU maupun DM disertai AU. Sedangkan lainnya
10
memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama dengan
respondennya yaitu responden MT 29 yang menderita penyakit AU
ternyata saudara kandung dan neneknya menderita penyakit DM,
AU dan hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada responden MT
30 yang menderita DM, ternyata orang tua dan bibinya juga
menderita DM disertai hipertensi.
Fakta tersebut diatas menunjukan adanya kecenderungan
hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian
penyakit AU, DM tipe 2 dan AU yang disertai DM terhadap
responden penelitian ini.
4.5. Profil Kimia Darah Responden
Untuk mengetahui profil kimia darah responden dilakukan
pengukuran klinis terhadap semua responden yang meliputi kadar
GDP, GDS, AU, sistolik, diastolik dan kolesterol baik pada
kelompok Puskesmas maupun pada kelompok Kolom 10. Pada
tabel 4.4 disajikan profil kimia darah responden kelompok
Puskesmas baik berdasarkan data sekunder (catatan hasil
pengukuran oleh Puskesmas) maupun hasil pemeriksaan klinis oleh
peneliti.Sedangkan profil kimia darah pada responden kelompok
Kolom 10 hanya memiliki data primer disajikan pada tabel 4.5.
Ringkasan rentang nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar
11
deviasi hasil pemeriksaan kimia darah pada kelompok Puskesmas
dan Kolom 10 dapat dilihat pada tabel 4.6.
12
Tabel 4.4 Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Puskesmas Matani II Tahun 2016
Kode L/P Usia
(tahun) Diagnosa
Awal Sistolik Diastolik
GDP GDS AU Kolesterol
Obat yang di konsumsi Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung
MT01 P 63 DM &
AU 130 100 170 174 NA 233 7,0 7.8 211 -
MT02 P 60 AU 90 80 NA 110 125 145 8,0 8.6 173 -
MT03 L 80 DM 110 90 130 161 NA 302 7,0 11.7 121 Metformin
MT04 L 72 DM 140 100 144 83 NA 128 NA 9.9 217 allopurinol dan glucopack
MT05 P 72 DM &
AU 120 100 127 92 NA 125 7,6 8.0 189
allopurinol & metformin
MT06 P 72 AU 120 100 NA 120 NA 160 6,4 10.3 202 -
MT07 L 77 AU 130 100 NA 115 NA 170 7,5 8.9 110 -
MT08 P 60 AU 130 110 NA 107 NA 107 8,6 9.6 134 -
MT09 P 76 DM 130 90 130 131 NA 164 NA 6.5 199 Metformin
MT10 P 70 AU 140 90 NA 117 NA 170 14,0 14.5 245 -
MT11 P 78 AU 130 100 NA 116 300 338 13,0 13.1 175 -
MT15 P 46 DM &
AU 150 100 NA 114 150 148 6,5 5.3 199
Ramipril dan Allopurinol
MT16 L 75 DM 110 90 180 191 NA 194 NA 7.5 110 Metformin
MT17 L 45 AU 130 110 NA 85 NA 108 8,0 10.0 195 -
MT18 P 84 DM 110 70 149 115 NA 150 NA 3.8 145 Metformin
MT19 P 40 AU 120 110 NA 115 NA 170 6,7 7.6 104 -
Keterangan: DM, Diabetes Melitus ; AU, Asam Urat; GDP, Gula darah puasa; GDS, Gula darah sesaat; Metformin dan Glucopac : obat penurun kadar Gula darah; Allopurinol, obat penurun kadar asam urat dalam darah; Ramipril, Obat penurun tekanan darah; NA, not available; -, Tidak minum obat.
13
Tabel 4.5 Karakteristik Umum, Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Kolom 10 Matani II Tahun
2016
Kode L/P Usia Diagnosa
Awal Sistolik Diastolik GDP GDS AU Kolestrol
Obat yang dikonsumsi
MT20 P 39 DM 120 100 111 147 5.1 157 -
MT21 P 44 DM 140 110 113 150 4.6 182 Metformin
MT22 P 72 DM 120 70 115 94 3.9 204 Glucopak
MT23 P 46 AU 130 80 82 87 7.0 282 -
MT24 L 45 AU 120 90 97 110 10.7 209 -
MT25 L 40 AU 110 90 110 145 7.3 207 Alopurinol dan glocopak
MT27 L 55 DM 180 100 153 150 6.2 111 -
MT28 P 64 AU 160 90 98 106 6.5 207 -
MT29 P 51 AU 150 90 92 106 6.8 180 -
MT30 P 41 DM 120 70 112 149 4.2 146 Metformin
MT31 L 48 Au 120 100 98 109 9.4 274 -
`Keterangan: Kandungan obat :metformin, metformin hidroklorida.; glucopack,Metformin; Alopurinol, urikostatik (xantin oksidase inhibitor) Sumber: Depkes, 2006
14
Tabel 4.6 Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-Rata dan Standar Deviasi
Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10
Kelompok Kategori N Terendah Tertinggi Rata-rata
S.D
Puskesmas
Sistolik 16 90 150 125 15
Diastolik 16 70 110 96 11
GDP 16 83 191 122 30
GDS 16 107 338 176 65
AU 16 3 14 8 3
Kolesterol 16 104 245 171 44
Kolom 10
Sistolik 11 110 180 134 22
Diastolik 11 70 110 90 13
GDP 11 82 153 107 18
GDS 11 87 150 123 25
AU 11 3 10 6 2
Kolesterol 11 111 282 196 51
Keterangan: AU, Asam Urat; GDP, Gula darah puasa; GDS, Gula darah sesaat; S.D, Standar Deviasi
4.5.1. Tekanan DarahSistolik
Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa
menurut JNC 7th (Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) pada
responden kelompok Puskesmas terdapat 4 responden yang
memiliki tekanan darah sistolik normal yaitu responden MT 02, MT
03, MT 16 dan MT 18. Sedangkan pada kelompok kolom 10
terdapat 1 responden yang memiliki tekanan darah sistolik normal
yaitu pada MT 25.
15
Kategori prehipertensi pada kelompok Puskesmas terdapat
9 responden yaitu pada MT 01, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT
09, MT 11, MT 17 dan MT 19. Sementara itu kelompok kolom 10
terdapat 6 responden yaitu MT 20, MT 22, MT 23, MT 24, MT 30,
MT 31. Kategori Hipertensi tingkat 1 pada kelompok Puskesmas
terdapat 3 responden yaitu responden MT 04, MT 10 dan MT
15.Pada kolom 10 terdapat 2 orang responden yang menderita
hipertensi tingkat 1 yaitu MT 21 dan MT 29. Untuk Kategori
hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas tidak ada satupun.
Berbeda halnya pada kelompok kolom 10, terdapat 2 orang yang
termasuk dalam kategori hipertensi tingkat 2 yaitu pada responden
MT 27 dan MT 28.
4.5.2.Tekanan Darah Diastolik
Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa
menurut JNC 7th pada kelompok Puskesmas terdapat (1) orang
yang memiliki tekanan diastolik normal yaitu MT 18, sementara
pada kelompok kolom 10 terdapat 2 orang responden yang
tekanan darah diastoliknya normal yaitu MT 22 dan MT 30.
Pada kategori prehipertensi baik pada kelompok Puskesmas
dan kolom 10 sama sama terdapat (1) orang responden yaitu, MT
02 pada kelompok Puskesmas dan MT 23 pada kelompok kolom
10. Pada kategori Hipertensi tingkat 1 baik kelompok Puskesmas
dan kolom 10 sama-sama terdapat 4 responden yang memiliki
16
tekanan darah diastolik berkisar antara 90-99 mmHg yaitu, MT 03,
MT 09, MT 10, MT 16 pada kelompok Puskesmas dan MT 24, MT
25, MT 28, MT 29 pada kelompok kolom 10.
Kategori hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas
terdapat 10 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100 mmHg
yaitu responden MT 01, MT 04, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT
11, MT 15, MT 17 dan MT 19. Sementara itu pada kelompok kolom
10 terdapat 4 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100
mmHg yaitu responden, MT 20, MT 21, MT 27 dan MT 31.
4.5.3. Gula Darah Puasa (GDP)
Pada kelompok Puskesmas terdapat 7responden yang
kadar GDP diatas batas normal, yaitu responden MT 01, MT03, MT
04, MT05, MT09, MT16 dan MT18.Kelompok Kolom10 terdapat 5
responden yang memiliki kadar GDP diatas normal yaitu MT20,
MT21, MT22, MT27 dan MT30.
4.5.4. Gula Darah Sesaat (GDS)
Kelompok Puskesmas terdapat 4 responden yang kadar
GDS diatas batas normal yaitu MT 01, MT 03, MT 11 dan MT 15.
Kelompok kolom 10 terdapat 5 responden yang GDS nya diatas
batas normal yaitu, MT 20, MT 21, MT 25 MT 27 dan MT 30.
17
4.5.5. Asam Urat (AU)
Berdasarkan batasan normal kadar asam urat kelompok
Puskesmas terdapat 9 responden yang memilki kadar asam urat
diatas batas normal, yaitu MT 01, MT 02, MT 05, MT 06, MT 08, MT
09, MT 10, MT 11 dan MT 19. Sementara itu pada responden
kolom 10 terdapat 4 responden yang memiliki kadar asam urat
diatas batas normal yaitu MT 06, MT 08, MT 23 dan MT 28.
4.5.6. Kolesterol
Batas normal untuk kadar kolesterol pada usia dewasa
adalah <200 mg/dl. Kelompok Puskesmas terdapat 4 responden
yang memiliki kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 01, MT 04, MT
06 dan MT 10. Pada kelompok kolom 10 terdapat 6 responden
yang kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 22, MT 23, MT 24, MT
28 dan MT 31.
4.6. Asupan Makan
Untuk mengetahui asupan karbohidrat, protein, lemak dan
kalori masing-masing responden dilakukan food recall 24h yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Nilai statistik terendah,
tertinggi, rata-rata dan standar deviasi (SD) asupan makan
responden kelompok Puskesmas dan Kolom 10 dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
18
Tabel 4.7
Profil Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori RespondenKelompok Puskesmas dan Kolom 10
Kelompok Kode L/P Usia
Rata-rata
Karbohidrat Protein Lemak Energi
(g) (g) (g) (kkal)
Puskesmas MT01 P 63 207 56 70 1.925
MT02 P 60 342 156 73 2.689
MT03 L 80 294 133 64 2.394
MT04 L 72 481 129 53 2.863
MT05 P 72 485 122 62 2.968
MT06 P 72 512 114 60 2.304
MT07 L 77 565 79 64 2.557
MT08 P 60 380 186 82 3.155
MT09 P 76 337 100 100 2.747
MT10 P 70 549 240 69 3.656
MT11 P 78 345 124 60 2.517
MT15 P 46 487 104 58 2.727
MT16 L 75 630 67 65 2.843
MT17 L 45 467 101 91 3.252
MT18 P 84 257 58 72 1.987
MT19 P 40 479 151 84 3.204
Kolom 10 MT20 P 39 539 157 85 3.256
MT21 P 44 476 133 91 3.197
MT22 P 72 257 93 73 2.298
MT23 P 46 403 151 66 2.519
MT24 L 45 389 105 89 2.806
MT25 L 40 376 111 83 2.722
MT27 L 55 315 92 106 2.871
MT28 P 64 395 113 91 2880
MT29 P 51 416 163 75 3040
MT30 P 41 275 69 54 1.793
MT31 L 48 413 162 72 3.019
Keterangan: Angka Kecukupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Energi Responden berdasarkan recall 24h selama 3 hari berturut-turut.
23
Tabel 4.8
Nilai Terendah, teringgi, Rata-rata dan Standar Deviasi Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori Kelompok Puskesmas dan
Kolom 10
Keterangan:
S.D, Standar Deviasi
4.6.1. Tingkat Asupan Karbohidrat
Dengan membandingkan antara data pada Tabel 4.7
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia,
maka dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden
kelompok Puskesmas memiliki asupan karbohidrat melebihi standar
kecukupan gizi yang dianjurkan kecuali responden MT 01 yang
berusia 63 tahun dengan asupan karbodhidrat hanya (207g). Pada
responden kelompok kolom 10, sebagian besar juga memiliki
asupan karbohidrat melebihi standar kecukupan gizi yang
dianjurkan kecuali 3 responden yaitu 2 responden pria (MT 24 dan
MT 25) dengan rentang usia 30-49 tahun memiliki asupan
karbohidrat masing-masing (389,06 g) dan (375,96 g) dan 1
Kelompok Kategori Terendah
(g) Tertinggi
(g) Rata-rata
(g) S.D
Puskesmas Karbohidrat 207 630 426 120
Protein 56 240 120 48
Lemak 53 100 70 13
Kalori 1.925 3.656 2.737 461
Kolom 10 Karbohidrat 257 539 387 82
Protein 69 163 123 32
Lemak 54 106 80 14
Kalori 1.793 3.256 2.764 427
24
responden perempuan berusia 41 tahun yaitu MT 30 dengan
asupan karbohidrat (274,53 g).
4.6.2. Tingkat Asupan Protein
Berbeda dengan tingkat asupan karbohidrat para
responden diatas, ternyata tingkat asupan protein semua
responden penelitian ini berada diatas angka kecukupan gizi yang
dianjurkan baik pada responden kelompok Puskesmas maupun
responden kelompok kolom 10 berdasarkan jenis kelamin maupun
umur.
4.6.3. Tingkat Asupan Lemak
Hal yang sama dengan tingkat asupan protein diatas,
dalam hal tingkat asupan lemak para responden penelitian ini juga
berada diatas angka kecukupan lemak yang dianjurkan
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin baik pada
responden kelompok Puskesmas maupun kolom 10.
4.6.4. Tingkat Asupan Energi
Hal yang sama pula berlaku pada tingkat asupan energi,
hampir semua responden penelitian ini memiliki asupan lemak
melebihi standar angka kecukupan gizi yang dianjurkan kecuali
hanya (1) responden yaitu MT 30 dari kelompok Kolom 10 yang
memiliki tingkat asupan kalori dibawah standar angka kecukupan
25
gizi yg dianjurkan oleh kementerian kesehatan RI yaitu hanya
memiliki asupan (1792.8 kkal).
4.7. Aktivitas Fisik
Untuk mengetahui profil aktivitas fisikmasing-masing
responden baik kelompok Puskesmas maupun Kolom 10maka
dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan Global
Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Rangkuman hasil
pengukuran aktivitas fisik kelompok Puskesmas dan kolom 10
dipaparkan pada Tabel 4.10. dengan membandingkan data pada
Tabel 4.10 dengan standar kategori aktivitas fisik maka para
responden kelompok Puskesmas tidak didapati responden yang
termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat sementara responden
pada kelompok Kolom 10 terdapat (2) responden yang memiliki
kategori aktivitas fisik berat dengan (MET ≥3000) yaitu responden
MT 24 (12.960 MET) dan MT 25 (7.920 MET). Responden pada
kelompok Puskesmas terdapat 7 responden yang termasuk dalam
kategori aktivitas sedang yaitu responden MT 01 (2.400 MET), MT
02 (660 MET), MT 10 (2.080 MET), MT 11 (660 MET), MT 15 (640
MET), MT 17 (600 MET) dan MT 19 (1.800 MET) sedangkan
responden Kelompok kolom 10 hanya terdapat 3 responden yang
termasuk dalam kategori aktivitas sedang yaitu MT 20 (2.400 MET),
MT 21 (1.000 MET), MT 31 (720 MET). Sebagian besar responden
dalam penelitian baik kelompok Puskesmas maupun kelompok
26
Kolom 10 umumnya beraktivitas ringan dengan rincian sebagai
berikut : pada responden kelompok Puskesmas terdapat 9
responden yaitu MT 03 (540 MET), MT 04 (80 MET), MT 05 (120
MET), MT 06 (360 MET), MT 07 (465 MET), MT 08 (450 MET), MT
09 (540 MET), MT 16 (240 MET) dan MT 18 (540 MET) sedangkan
pada responden kelompok kolom 10 terdapat 6 responden yang
termasuk dalam kategori ringan yaitu, MT 22 (540 MET), MT 23
(480 MET), MT 27 (540 MET), MT 28 (570 MET). MT 29 (260
MET), MT 30 (360 MET)
27
Tabel 4.9 Profil Aktivitas Fisik Responden kelompok Puskesmas dan Kolom
10
Kelompok Kode L/P Usia KATEGORI AKTIVITAS FISIK
Pekerjaan Berat
Pekerjaan sedang
Traveling Olahraga
berat Olahraga Sedang
Statis METs
Puskesmas
MT01 P 63 - ya ya - - ya 2400
MT02 P 60 - ya ya - - ya 660
MT03 L 80 - - - - - ya 540
MT04 L 72 - - - - - ya 80
MT05 P 72 - - ya - - ya 120
MT06 P 72 - - - - - ya 360
MT07 L 77 - - - - - ya 465
MT08 P 60 - - - - - ya 450
MT09 P 76 - ya - - - ya 540
MT10 P 70 - ya ya - ya ya 2080
MT11 P 78 - - - - - ya 660
MT15 P 46 - ya ya - ya ya 640
MT16 L 75 - - - - - ya 240
MT17 L 45 - - ya - ya ya 600
MT18 P 84 - - ya - - ya 540
MT19 P 40 - ya - - - ya 1800
Kolom 10
MT20 P 39 - ya - - - ya 2400
MT21 P 44 - ya - - - ya 1000
MT22 P 72 - - - - - ya 540
MT23 P 46 - ya - - ya ya 480
MT24 L 45 ya - - - - ya 12960
MT25 L 40 ya - - - ya ya 7920
MT27 L 55 - - - - - ya 540
MT28 P 64 - - - - - ya 570
MT29 P 51 - ya ya - - ya 260
MT30 P 41 - - - - ya ya 360
MT31 L 48 - - - - ya ya 720
Keterangan: METs, Metabolic Equivalents; - : tidak melakukan aktivitas Kagori Aktivitas fisik : Berat : MET ≥3000; Sedang: (3000 > MET ≥ 600); Ringan : MET ( 600 > MET) Sumber: Global Physical Activity Questionnaire
28
Adapun nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar
deviasi aktivitas fisik para responden penelitian ini dirinci sebagai
berikut : responden kelompok Puskesmas berturut-turut adalah 80
MET, 2400 MET, 761 MET dan 693, sedangkan pada kelompok
Kolom 10 berturut-turut adalah 260 MET, 12.960 MET, 2.523 MET
dan 4.115
4.8.Hubungan Antara Pola Makan dengan Insiden DM dan AU
Untuk memastikan adanya hubungan berbagai faktor
resiko dengan insiden penyakit DM tipe 2 dan Asam Urat telah
dilakukan analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman
menggunakan SPSS 16.0 dan hasilnya disajikan pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 menunjukan bahwa pola makan tinggi karbohidrat,
protein dan energi secara signifikan berpengaruh terhadap insiden
penyakit DM dan GA.
29
Tabel 4.10 Hubungan Uji Korelasi Antara Pemeriksaan klinis, antropometri,
Asupan Makan dan Aktivitas FisikKelompok Puskesmas dan Kolom 10
Variabel r p
Asupan Karbohidrat Diastolik 0.42 0.02
Asupan Kalori Diastolik 0.54 0.04
Asupan Lemak A.Fisik 0.44 0.01
Asupan Kalori IMT 0.37 0.05
IMT Diastolik 0.48 0.01 keterangan: AU: Asam Urat ; GDP: Gula Darah Puasa; GDS: Gula Darah Sesaat, A.Fisik, Aktivitas Fisik. Nilai Signifikan Spearman p (0.05)
Pemeriksaan Klinis dengan aktivitas fisik menggunakan uji Pearsonp <0.005 tidak ditemukan adanya hubungan yang saling berkaitan.
4.9. Pembahasan
Penderita penyakit GA, DM dan komorbiditas (penyakit GA
disertai DM) di Kelurahan Matani II cenderung dialami oleh
kelompok usia produktif (usia 39-64 tahun) sebesar 59.25%. Hal ini
sejalan dengan berbagai hasil penelitian terbaru yang menunjukkan
prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia
dibawah 34 tahun sebesar 34 % dan kejadian tertinggi dialami oleh
penduduk suku Minahasa yaitu sebesar 29,2% (Sholihah, 2014).
Angka kejadian hiperurisemia di Minahasa pada tahun 1999
sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa
muda. Studi epidemiologis di Kota Tomohon menunjukkan
prevalensi hiperurisemia pada remaja obes pada tahun 2011
adalah sebesar 25% (Manampiring,2011). Demikian halnya jumlah
penderita DM di Indonesia kian meningkat dari tahun ketahun
30
bahkan semakin banyak menyerang kalangan muda (Suyono,
2009).
Temuan yang menarik dalam studi ini menunjukkan
penderita kedua penyakit ini cenderung wanita lebih banyak (67 %)
dibanding dengan pria (33%). Hampir semua responden wanita
bekerja sebagai ibu rumah tangga kecuali (1 orang) yaitu MT 15
bekerja sebagai PNS. Temuan ini mengindikasikan bahwa ibu
rumah tangga yang lebih beresiko mengalami kejadian penyakit
asam urat dan DM karena kebiasaan memasak sendiri dan
cenderung tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Temuan ini
berbeda dengan hasil penelitian didaerah pantai Manado ditemukan
angka kejadian hiperurisemia di Minahasa pada tahun 1999
sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa
muda. Hasil antropometri lingkar pinggang responden menunjukkan
70.3% atau sebanyak 19 orang melebihi standar normal dan
cenderung mengalami kadar asam urat dalam darah yang juga
tinggi. Sedangkan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan 9
reponden atau 33% mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dan
sekaligus memiliki kadar asam urat yang tinggi
Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan saling mempengaruhi antara kedua penyakit DM dan
GA. Kormobiditas penderita GA yang disertai penyakit DM
mencapai 37% sama dengan jumlah penderita GA saja, sementara
31
penderita DM saja sebesar 26%. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Choi, et al, 2008) di Taiwan yang menyimpulkan ketika kadar GA
dalam darah tidak terkontrol, maka muncul peluang resiko sebesar
20% untuk terjadinya penyakit DM. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Yoo et al (2011), melaporkan bahwa insiden resistensi insulin
pada pasien asam urat meningkat 35% dibandingkan dengan
individu tanpa asam urat. Hasil penelitian Suppiah et al (2008) juga
menunjukkan angka prevalensi asam urat yang tinggi pada pasien
dengan DM tipe 2. Studi tentang hubungan antara asam urat dan
DM tipe 2 di Taiwan, menunjukkan bahwa kedua penyakit tersebut
sama-sama saling mempengaruhi bagi terjadinya komorbiditas
kedua penyakit tersebut. (Lai, 2012).
Pola makan yang tinggi karbohidrat, protein, lemak dan
kalori pada hampir semua responden suku Minahasa ini merupakan
gaya hidup turun temurun. Keseringan makan protein hewani dan
nabati (kacang-kacangan, sup brenebon dengan daging babi), dan
kebiasaan semua sayur-sayuran yang dikonsumsi setiap hari selalu
menggunakan minyak goreng, bahkan juga hampir setiap hari
makan goreng-gorengan merupakan pola makan suku Minahasa.
Meskipun suku Minahasa mengkonsumsi makanan yang
tinggi kalori, protein, lemak dan karbohidrat akan tetapi hasil Uji
Bivariat penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara
asupan karbohidrat dengan kadar AU (p= 0.19, r = 0.04), protein
32
dengan AU (p= 0.06, r = 0.36), lemak dengan AU (p = 0.18, r =0.26)
dan kalori dengan AU (p = 0.45, r = 0.14). Hasil Uji Bivariat ini juga
tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan karbohidrat
dengan GDP (p= 0.43, r=-0.158), lemak (p=0.73, r=-0.06), kalori
(p=0.08, r=-0.33). Hanya terdapat 1 hubungan yaitu antara asupan
protein dengan GDP (p=0.03, r=0.41). Sementara itu GDS pun tidak
ada hubungannya dengan asupan karbohidrat (p= 0.81, r= -0.04),
protein (p= 0.61, r=-0.27), lemak (p=0.20, r=-0.25), kalori (p=0.25,
r= -0.22).
Temuan ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Himma (2008), bahwa tidak terdapat hubungan
antara asupan karbohidrat, protein, lemak, kalori serta asupan purin
pada Vegetarian. Selain tidak terdapatnya hubungan antara asupan
makanan dengan kadar AU. Pada penelitian ini juga tidak terdapat
hubungan antara asupan makanan dengan kadar GDP ataupun
GDS. Hal ini didukung hasil penelitian Della (2014) dengan
p=0.133. Tidak adanya hubungan antara asupan makanan dengan
kadar asam urat dan juga kadar gula darah dapat disebabkan
karena ada 11 dari 27 responden mengkonsumsi obat-obatan
seperti allopurinol, glukopak, metformin dan sebagainya untuk
menurunkan kadar gula darah danasam urat. Beberapa responden
juga sangat menjaga/membatasi makanan yang bisa menyebabkan
meningkatnya kadar AU dan/atau Gula Darah. Temuan ini juga
33
sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan Sugiyarti dkk
(2011) responden sudah menjaga pola makannya karena kemauan
psikologis mereka yang berkeinginan untuk menurunkan kadar gula
darah secepat mungkin, karena kadar gula darah mereka akan
diukur kembali sehingga mereka merasa takut jika kadar gula
darahnya tidak menurun.
Temuan lain dalam penelitian ini mengkonfirmasi bahwa ada
85% responden mengalami obesitas dan beresiko mempengaruhi
timbulnya kejadian penyakit asam urat, DM dan komorbiditasnya.
Hal ini didukung dengan hasil uji korelasi yang telah dilakukan yaitu
terdapat hubungan antara asupan kalori dengan IMT (p=0.05,
r=0.37). Berbagai hasil penelitian telah membuktikan hal ini antara
lain penelitian yang dilakukan oleh Prior,et al (1964) terhadap suku
Maori di New Zealand yang menemukan faktor resiko kelebihan
berat badan adalah salah satu penyebab tingginya prevalensi
penyakit jantung koroner, hiperurisemia, asam urat dan DM.
Hasil analisis yang diperoleh menggunakan uji Spearman
menunjukkan adanya hubungan antara hasil pemeriksaan klinis
yaitu diastolik dengan asupan karbohidrat (p 0.02 ;r 0.0423 < p0.05)
dan diastolik dengan asupan kalori (p 0.04; r 0.541 <p 0.05).
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siji
et al (2013) yang menunjukkan adanya hubungan positiif antara
penderita hipertensi dengan asupan yang tinggi kalori.
34
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 90.4% responden
adalah berprofesi bukan sebagai petani melainkan ibu rumah
tangga, pensiunan, karyawan (pegawai swasta dan PNS) yang
melakukan aktivitas fisik ringan. Hanya 2 responden (9.6%) yang
berprofesi sebagai buruh/tukang ojek dengan aktivitas fisik kategori
berat. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan antara kadar AU
dengan aktivitas fisik (p=0.05, r =0.74). Hasil penelitian lain yang
mendukung adanya hubungan antara keduanya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Hariadi (2016)dengan pria (p= 0.000,r =0.54)
dan wanita (p= 0.005, r= 0.454). Selain kadar AU terdapat juga
hubungan antara kadar GDP dengan aktivitas fisik (p=0.01 r =
0.62). Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik dapat mengontrol
gula darah, glukosa akan diubah menjadi energi saat melakukan
aktivitas. Aktivitas fisik mengakibatkan kadar insulin semakin tinggi
sehingga kadar gula dalam darah menurun. Pada orang yang
jarang berolahraga maka zat makanan yang masuk kedalam tubuh
tidak dibakar akan tetapi di timbun didalam tubuh dan menjadi
lemak serta gula dalam darah. Jika kadar insulin tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi energi, maka akan terjadi
penyakit DM (Kemenkes,2010). Fakta ini membuktikan bahwa
aktivitas fisik yang ringan dan jarang berolah raga merupakan faktor
resiko bagi kejadian penyakit asam urat dan DM dengan
komorbiditasnya.
35
Kecenderungan adanya hubungan riwayat penyakit
keluarga baik keluarga inti maupun extended family menunjukkan
bahwa variabel ini merupakan faktor resiko terhadap kejadian
penyakit asam urat, DM dan komorbiditasnya. Kecenderungan ini
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan di Inggris,risiko untuk
penderita DM sebesar 15% terjadi ketika salah satu orang tua
memiliki penyakit DM, akan tetapi jika kedua orang tua nya memiliki
penyakit DM, maka peluang menderita DM sebesar 75%. Risiko
untuk terkena penyakit DM dari ibu sebesar 10-15% lebih tinggi
dibandingkan dengan ayah. hal ini disebabkan karena penurunan
gen sewaktu dalam kandungan lebih besar. Jika ada saudara
kandung yang memiliki penyakit DM, kemungkinan besar 10% dan
90% bagi saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010).
top related