bab iv makna al-jannah dalam kisah nabi adam dandigilib.uinsby.ac.id/1367/9/bab 4.pdf · 1 muhammad...
Post on 03-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
87
BAB IV
MAKNA AL-JANNAH DALAM KISAH NABI ADAM
Al-Qura>n banyak sekali mengkisahkan proses penciptaan manusia yang
pertama yaitu Nabi Adam hingga kronologi turunnya Nabi Adam ke bumi. Nama
Adam sendiri dalam al-Qura>n disebutkan sebanyak dua puluh lima (25) kali1 dan
terdapat dalam tujuh surat yaitu; Pertama : al-Baqarah: 30-39. Ke dua: al-A’rāf:
11-25. Ke tiga: al-Hijr: 26-44. Ke empat: al-Isra>’: 61-65. Ke lima: Surat al-Kahfi:
50. Ke enam : T{aha: 115-125. Ke tujuh : S{ād: 71-85.2 Semua kisah yang
termaktub dalam ke tujuh surat tersebut berupa surat Makkiyyah kecuali al-
Baqarah yang merupakan surat Madaniyah3.
Selain tujuh surat di atas, terdapat dua surat lain yang terkait dengan
kisah Nabi Adam, yaitu al-Māidah: 27-31 yang menceritakan ke dua putra Nabi
Adam dan al-Nisa>: 1 yang berkaitan dengan kisah penciptaan istri Adam. Selain
itu terdapat ayat yang menceritakan hal yang sama dengan surat al-Nisa>: 1 yaitu
dalam surat al-A’rāf: 189. Dari data ini, dapat diketahui bahwa kisah Nabi Adam
dalam al-Qura>n terdapat dalam sepuluh tempat di dalam sembilan surat.
Dalam kisahnya, diceritakan bahwa Nabi Adam diciptakan dari tanah,
sebagaimana firman Allah:
1 Muhammad Basam Rusydi az-Zain, Sekolah Para Nabi; Membuka Pintu Kehadiran Ilahi 1, terj,
Fadhilah Ulfa dan Ismail Jalili (Yogyakarta: Pustaka Marwa. 2007), 15. 2 Ibid., 15.
3 Manna>’ al-Qat}a>n, Maba>hits fi> ‘Ulu>m al-Qura>n (Surabaya: Al-Hidayah, 1983), 63.
88
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah".4
Nabi Adam dikehendaki oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi,
namun malaikat mempertanyakan keinginan Allah tersebut karena menurut
mereka tabiat tanah cenderung membawa kerusakan di muka bumi dan
menumpahkan darah, dan dua sifat ini hanya akan menjauhkan dari misi ibadah
kepada Allah. Oleh karena itu malaikat merasa lebih berhak untuk mengemban
tugas tersebut karena mereka merasa paling taat beribadah kepada Allah. Namun
Allah membantah anggapan mereka dengan menganugerahi Nabi Adam ilmu dan
dengan anugerah itu Nabi Adam lebih baik dari malaikat untuk mengemban
amanah itu dan malaikatpun menyadari kelemahan mereka. Hal ini tergambar
dalam firman Allah:
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui".
4 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Syaamil Quran, 2011), 457.
89
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". 5
Allah lalu memerintahkan mereka untuk sujud penghormatan kepada
Nabi Adam, kemudian merekapun bersujud kecuali iblis6 yang membangkang
perintah Allah dan menyombongkan diri dengan merasa lebih baik dari Nabi
Adam dan kemudian Allah mengusirnya. Dalam hal pengusiran Allah ini,
terdapat beberapa pendapat, diantaranya: pertama, diusir dari surga, ke dua, dari
langit dan ke tiga, dari bentuk malaikat7. Terkait dengan pendapat yang ke tiga
ini, al-H}asan dan Abu. Al-‘A<liyah berkata, yakni iblis dikeluarkan dari asal
bentuknya atau fitrahnya dan al-H{usain bin al-Fad}l menegaskan bahwa ini
merupakan interpretasi yang benar, karena dengan bentuknya itulah iblis
5 Ibid., 6.
6 Iblis diambil dari kata ablasa yang merupakan kata sifat dalam bahasa Arab yang memiliki arti;
membangkang, mengingkari, menolak, membantah dan kafir atas segala bentuk perintah Allah.
Iblis merupakan salah satu golongan jin yang durhaka kepada Allah yang pada mulanya adalah
hamba yang taat seperti para malaikat. Yang membedakan antara keduanya adalah malaikat
diciptakan dari cahaya sedangkan iblis yang merupakan bagian dari keluarga jin diciptakan dari
api.
Iblis merupakan bagian dari setan, sementara setan merupakan sebutan bagi manusia dan
jin yang ingkar kepada Allah yang selalu menjauhkan dirinya sendiri dan orang lain dari petunjuk
Allah. Setan diambil dari bahasa Arab shat}ana yang berarti ba’uda atau jauh yakni yang selalu
menjauhkan dari kebenaran. Lalu setan digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan
membangkang yang pada awalnya gelar setan diberikan kepada salah satu golongan jin yang
bernama iblis. (Adiba A. Soebachman, Kerajaan Iblis (Yogyakarta: Syura Media Utama, 2013),
20-25.) 7 Muh}ammad bin Mus}lih} al-Di>n al-H{anafi>, H{a>shiyah Muhyi al-Di>n ‘ala Tafsi>r al-Baid}a>wi>. Juz 7
(Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Almiyah, 1999), 220.
90
sombong dan membanggakan dirinya. Oleh karena itu Allah merubah bentuknya,
maka iblis menjadi hitam dan yang asalnya baik menjadi jelek.8 Allah berfirman:
75. Allah berfirman: "Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud
kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?".
76. Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku
dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".
77. Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga! sesungguhnya kamu
adalah orang yang terkutuk.9
Allah kemudian menciptakan seorang istri bagi Nabi Adam sehingga
hatinya cenderung merasa tenteram dan damai dengan keberadaan seorang istri10
,
lalu Allah menempatkan mereka berdua pada suatu tempat yang disebut dengan
al-Jannah. Di dalamnya mereka berdua diperbolehkan menikmati segala
kenikmatan yang ada kecuali sebuah pohon terlarang. Allah berfirman:
Dan Kami berfirman: "Wahai Adam! tinggallah engkau dan isterimu didalam
surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana
8Abi Muhammad al-H{usain bin Mas’u>d al-Baghawi>, Tafsi>r al-Baghawi>, juz, 7 (Riya>d}: Da>r
T{ayyibah. 1409 H), 102. 9 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 457.
10 Seperti firman Allah dalam surat al-Ru>m: 21.
ي لكن خلق أى آياته وهي واجا أفسكن ه كىا أز ة بي كن وجعل إلي ها لتس ىد وة ه م ليات لك ذ في إى ورح روى يتفك لقى
91
sesukamu, (tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk
orang-orang yang zalim.11
Allah mengingatkan Nabi Adam dan istrinya untuk waspada terhadap
iblis dan dan tipu dayanya yang dapat menyebabkan mereka berdua dikeluarkan
dari al-Jannah. Allah berfirman dalam surat T{a>ha>, ayat 117, yang berbunyi:
Maka Kami berkata: "Wahai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka.12
Sebagaimana peringatan Allah agar waspada terhadap tipu daya iblis,
iblispun berupaya untuk menggoda dan menggelincirkan Nabi Adam dan istrinya
agar melanggar perintah Allah dengan segala macam bujuk rayunya. Hal ini,
sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’ra>f. 20-21:
20. Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 6. 12
Ibid., 320.
92
21. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah
termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua",13
Nabi Adampun kemudian terperdaya oleh bujuk rayu iblis dan lupa akan
peringatan Allah agar waspada terhadap iblis, dan Nabi Adam akhirnya
melaksanakan nasehat dan bujukan iblis dengan memakan buah terlarang
tersebut. Allah berfirman dalam surat T{a>ha>. 121:
Lalu keduanya memakannya, lalu nampaklah oleh keduanya aurat mereka dan
mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan
durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.14
Akibat dari kesalahan Nabi Adam, maka Allah murka kepadanya dan
mengusirnya dari al-Jannah, sebagaimana firman Allah:
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".15
Dalam kisah tersebut, dijelaskan bahwa pada mulanya Nabi Adam tinggal
di suatu tempat yang bernama al-Jannah, dan sebagaimana pembahasan pada bab
13
Ibid., 152. 14
Ibid., 320. 15
Ibid., 7.
93
sebelumnya kata al-Jannah dalam al-Qura>n memiliki dua makna yaitu kebun atau
taman dan surga atau Da>r al-Thawa>b.
Kata al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini di dalam al-Qura>n dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai surga yang identik
dengan surga yang dijanjikan kepada orang mukmin di akhirat nanti. Namun
kalau menelisik pada beberapa kitab tafsir, makna kata al-Jannah ini masih
menjadi perdebatan.
Terdapat perbedaan pendapat ulama’ terkait makna al-Jannah ini. Dalam
Mafa>tih al-Ghayb dijelaskan beberapa pendapat yaitu, pertama: al-Jannah
tersebut berada di bumi, sebagaiman pendapat dari Abu> al-Qa>sim al-Bulkhi> dan
Abu> Muslim al-As{faha>ni>. Pendapat ke dua: adalah pendapat al-Juba>’i> bahwa al-
Jannah tersebut berada di langit ke tujuh, dengan berargumentasi pada ayat
. Kata Ihba>t{ (turun) yang pertama adalah dari langit ke tujuh ke langit
pertama dan Ihba>t{ yang ke dua dari langit pertama ke bumi. Pandapat ke tiga:
adalah pendapat Jumhur Ulama’, bahwa yang dimaksud al-Jannah dalam kisah
Nabi Adam ini adalah al-Jannah yang dijanjikan kepada orang mukmin. Pendapat
ke empat: bahwa semuanya mungkin saja terjadi namun pendapat ini tidak
didukung dengan dalil naqli yang kuat.16
Oleh karena itu, pembahasan ini
membicarakan tentang makna al-Jannah yang saling bertentangan satu sama lain
dalam kisah Nabi Adam.
16
Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb , Juz 3 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1981), 3-4.
94
A. Al-Jannah Bermakna Da>r al-Thawa>b.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam al-Qura>n kata al-
Jannah secara umum memiliki dua makna, yaitu: pertama, rumah kenikmatan di
akhirat yang diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau
Da>r al-Thawa>b, yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah surga. Ke
dua, kebun rindang atau taman, dan makna ini merupakan makna dasar dari al-
Jannah.
Al-Qura>n menggambarkan al-Jannah sebagai surga, yaitu sebuah tempat
yang sangat indah, penuh kenikmatan yang tidak bisa dirasakan di dunia yang
dipenuhi oleh pepohonan yang rindang, sungai yang airnya mengalir jernih, dan
segala bentuk keindahan lainnya. Dengan demikian makna al-Jannah sebagai
surga adalah tempat yang sangat indah yang tak pernah bisa dibayangkan oleh
manusia, dan di dalamnya terdapat semua yang menyenangkan dan penuh
kenikmatan.
Cerita tentang surga tidak hanya dijelaskan dalam al-Qura>n melainkan
juga dimuat dalam kitab suci umat beragama lainnya. Bahkan cerita tentang
surga beserta neraka yang berarti kebalikan dari surga telah menyebar di jazirah
arab pra-Islam akibat pengaruh agama Yahudi, Majuzi dan Nasrani. Demikian
pula di daratan dunia bagian barat cerita tentang surga dipengaruhi oleh agama
Yahudi, Majusi, Nasrani, Mitra dan agama Mani. Di dunia belahan timur kisah
tentang surga ada pada agama Hindu, Budha, Kong Hucu dan agama Tao.
Bahkan di berbagai belahan dunia ada cerita tentang surga dan neraka dengan
95
istilah yang dikembangkan oleh tradisi lokal masing-masing.17
Oleh karena itu
penjelasan tentang surga atau al-Jannah bukan merupakan hal yang asing dalam
agama lain selain agama Islam, termasuk juga kisah Nabi Adam berikut al-
Jannah yang merupakan tempat tinggalnya, juga dijelaskan dalam kitab suci
agama samawi lainnya.
Pada kisah Nabi Adam, dijelaskan bahwa pada mulanya Nabi Adam
tinggal di suatu tempat yang bernama al-Jannah. Namun karena ia melanggar
peringatan Allah akhirnya ia diusir dari tempat tersebut. Dari kisah ini, yang
menjadi persoalan adalah bagaimana dan dimanakah al-Jannah tempat tinggal
Nabi Adam tersebut, apakah ia adalah al-Jannah yang dijanjikan kepada orang-
orang yang beriman atau bukan?.
Terdapat perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan kata al-Jannah
pada kisah di atas. Mayoritas ulama’ mengatakan bahwa al-Jannah yang pernah
dihuni oleh Nabi Adam dan isterinya adalah surga di langit18
yaitu al-Jannah al-
Ma’wa> yang kelak di akhirat dijanjikan kepada oleh orang-orang yang beriman
atau al-Jannah yang bermakna Da>r al-Thawa>b. Pendapat ini berlandaskan pada
teksual ayat dan hadis19
, seperti firman Allah:
17
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar : Makrifat Kesunyutan 1 (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2013), 235. 18
Isma>’i>l Ibn Kathi>>r, Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m, Jiz 1 (t.t: Muassasah Qurt{ubah, 2000), 363. 19
Isma>’i>l Ibn Kathi>>r, Qas}as} al-Anbiya>’ (Kairo: Da>r al-T{iba>’ah wa al-Nashr al-Isla>miyah, 1997),
26. 20
Al-Qura>n, 2 (al-Baqarah): 35
96
Alif lam dalam kata al-Jannah pada ayat di atas tidak menunjukkan
keumuman karena menempati semua surga adalah mustahil. Oleh karena itu al-
Jannah disini harus dirujukkan pada makna al-Jannah yang sudah dikenal oleh
orang Islam yaitu al-Jannah yang merupakan Da>r- al-Thawa>b.21
Ayat ini pula menunjukkan bahwa keberadaan Nabi Adam di dalam surga
hanyalah bersifat sementara, karena melihat redaksi dari kata . Kata
berasal dari kata sakana. Secara laksikal kata sakana mengandung makna tenang
dan mendiami atau menempati22
, dan biasanya ungkapan kata mendiami dan
menempati menunjukkan makna tinggal yang bersifat sementara. Dengan
demikian kata dapat bermakna tinggallah sementara. Oleh karena itu kata
bisa dijadikan poin sebagai penjelas mengapa Nabi Adam tidak selamanya
tinggal di surga. Namun ketidakkekalan Nabi Adam di surga ini kemudian
menjadi sebuah kesangsian, yaitu kalau memang surga yang ditempati Nabi
Adam adalah surga yang sama dengan yang akan ditempati oleh orang-orang
mukmin di akhirat, tentunya Nabi Adam tidak mungkin dapat keluar darinya
karena surga tersebut bersifat kekal? Pertanyaan ini bisa dijawab bahwa bisa saja
Allah mengeluarkan Nabi Adam dari surga, karena ada makhluk yang
dikehendaki Allah bisa keluar masuk surga yaitu malaikat. Selain itu jika dilihat
21
Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb, Juz 3 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1981), 3-4. 22
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, 689.
97
peristiwa Isra’ Mi’raj, bahwa Rasulullah dibawa ke surga dan ke neraka oleh
malaikat untuk melihat gambaran nikmat dan adzab yang akan diberikan kelak di
kehidupan akhirat, maka dapat berarti orang yang masuk surga dapat keluar lagi
seperti yang dialami oleh Rasulullah itu.
Peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut secara implisit menjelaskan bahwa
kekekalan tinggal dalam surga hanya bisa terjadi setelah hari kiamat dan ketika
itu dimensi kehidupannya tidak lagi bersifat duniawi. Nabi Adam saat itu
dipersiapkan untuk menjadi khalifah di muka bumi bukan dalam dimensi
kehidupan ukhrawi, maka bisa saja Nabi Adam dikeluarkan dari surga oleh Allah.
Pendapat di atas juga dipertegas dengan firman Allah yang berbunyi:
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari
keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".23
Ayat ini menunjukkan bahwa iblis dengan segala tipu dayanya membujuk
Nabi Adam dan istriya untuk melanggar perintah Allah agar tidak memakan
buah-buahan yang terlarang, sehingga dengan tipu daya iblis tersebut akhirnya
Nabi Adam dan istrinya lupa terhadap larangan Allah dan dengan itu merekapun
diusir dari surga.
23
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 14.
98
Kata ihbit}u>> pada ayat di atas bermakna perintah untuk turun dari suatu
tempat ke tempat yang lain. kata hubu>t} di sini bermakna nuzu>l (turun) dan
terkadang hubu>t} bermakna khuru>j dan dhuhu>l (keluar, masuk) sebagaimana
pendapat al-Mufad}d}al24
. Kata turun tentunya merujuk pada perpindahan dari
suatu tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Oleh karenanya
pembahasan tentang hubu>t} (turunnya) Nabi Adam sendiri masih ikhtila>f
bergantung pada pemaknaan al-Jannah yang didiami oleh Nabi Adam. Bagi yang
berpendapat bahwa al-Jannah tempat tinggal Nabi Adam merupakan al-Jannah
yang sama dengan al-Jannah Da>r al-Thawa>b, kata hubu>t} diartikan dengan
keluarnya Nabi Adam dari al-Jannah dan masuk pada kehidupan di bumi.
Terlebih dalam ayat di atas disebutkan kata al-Ard{ (bumi), yang secara tekstual
ayat, mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan model kehidupan antara
sebelum dan setelah turunnya Nabi Adam. Kehidupan sebelum Nabi Adam
diturunkan adalah kehidupan yang terbebas dari kesulitan dan kesusahan,
sementara kehidupan setelah ia diturunkan adalah kehidupan yang disertai
dengan kesusahan dan kesulitan yaitu kehidupan di dunia.
Selain argumentasi-argumentasi yang telah disebutkan di atas, terdapat
dalil yang menguatkan pendapat ini yaitu hadis tentang syafaat:
24
Shiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si> al-Baghda>di>, Ru>h al-Ma’a>ni>, Juz I (Bairut: Da>r Ihya>’
al-Tura>th al-‘Ara>bi>, t.th.), 236.
99
503
‚Rasulullah SAW bersabda: Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan
mengumpulkan manusia, kemudian ketika surga telah didekatkan, maka kaum
mukminun akan bangkit dan mendatangi Nabi Adam, kemudian mereka akan
25
Abu al-Husain Muslim, al-Ja>mi’ al-S{ahi>h , Juz 1. (Bairut: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah. tth), 129.
100
berkata kepadanya: ‘Wahai bapak kami, mohonlah agar surga segera dibukakan
untuk kami.’ Maka beliau menjawab: ‘Tidaklah ada yang mengeluarkan kamu
dari surga, melainkan kesalahan bapakmu Adam‛
Selain hadis di atas, juga hadis dari Abu> Hurairah berikut ini:
6914 -
‚ Rasulullah SAW bersabda: Nabi Adam dan Nabi Musa pernah berdebat disisi
Allah, maka Nabi Adam berhasil mengalahkan Nabi Musa. Nabi Musa berkata:
‘Wahai Adam, engkaulah orang yang Allah ciptakan langsung dengan Tangan-
Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya kepadamu, dan memerintahkan para
Malaikat untuk bersujud kepadamu, dan Allah juga telah memberimu
kesempatan untuk tinggal di surga-Nya, kemudian engkau karena dosamu
menurunkan seluruh manusia (anak keturunanmu) ke bumi.’‛ (HRS Muslim)
26
Ibid., Juz, 8, 50.
101
Dua hadis di atas secara tekstual menunjukkan bahwa al-Jannah yang
pernah ditempaati oleh Nabi Adam dan istrinya Hawa adalah surga yang ada di
langit yang nanti dipersiapkan untuk orang-orang yang beriman atau al-Jannah
yang bermakna Da>r al-Thawa>b, bukan al-Jannah dengan pengertian taman yang
indah yang berada di bumi. Argumentasi-argumentasi yang telah disebutkan di
atas menjadi patokan pendapat yang memaknai al-Jannah pada kisah Nabi Adam
adalah Da>r al-Thawa>b.
B. Al-Jannah Bermakna Kebun Rindang.
Pembahasan al-Jannah atau surga telah berkembang jauh sebelum al-
Qura>n berbicara tentangnya. Bahkan dalam metologi Mesir kuno di alam semesta
ini ada lapangan Aru (Iaru, Yaaru) yaitu tempat kesenangan abadi yang dikuasai
oleh Osiris. Aru ini terletak di timur di wilayah terbitnya matahari dan Aru
tersebut terdiri dari deretan pulau yang makmur dan orang yang dapat
memasukinya adalah orang-orang yang dosanya seberat selembar bulu. Dari Aru
seseorang bisa dilahirkan kembali, dan gambaran surga ini menurut Arysio Nunes
dos Santos berada di wilayah kepulauan Nusantara.
Orang Yunani kuno mempunyai metologi tanah Arkadia, yaitu dunia
fantasi yang merupakan suatu tempat yang memiliki keindahan alami yang tidak
dirusak oleh peradaban manusia. Di dunia Arkadia ini tidak ada peperangan,
bebas dari segala macam penderitaan, dan penuh dengan aneka kesenangan, baik
102
merupakan kesenangan fisik maupun spiritual. Orang yang bisa masuk ke tanah
Arkadia adalah orang-orang yang memelihara hidupnya di bumi ini sedekat
mungkin dengan alam, tidak melakukan kerusakan alam dan memiliki peradaban
yang tinggi.27
Pada kenyakinan orang Yahudi terdapat keyakinan terhadap surga yang
bernama surga Eden (Gan Eden). Surga tersebut berhubungan dengan empat
sungai, yaitu: Pison, Gihon, Hidikel (Tigris) dan Eufrat. Sungai tersebut berada
di wilayah Mesopotamia yang letaknya diantara dua sungai besar, yaitu: Tigris
dan Eufrat (al-furat). Menurut seorang arkeolog Juris Zarins, surga Eden terletak
pada bagian kepala Teluk Persia, yaitu tempat bermuaranya sungai Tigris dan
Eufrat. Menurutnya sungai Gihon berhubungan dengan sungai Karun di Iran,
sedangkan sungai Pison berhubungan dengan sistem sungai Wadi Batin di bagian
tengah Semenanjung Arabia.
Surga menurut mistisisme Yahudi disebut dalam bahasa Ibrani Shamayim
yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Heaven yang sebenarnya memiliki arti
kegembiraan yang keberadaannya di alam kelangitan. Mentisme Yahudi Kabalah
surga terdiri dari tujuh alam surgawi, yang jika diurutkan dari tingkatan terbawah
ke atas sebagai berikut:
1. Shamayim, yaitu alam surgawi tingkat pertama dan yang paling
dekat dengan bumi, dan dikuasai oleh malaikat Jibril. Surga ini
27
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar, 244-245.
103
dianggap sebagai tempat tinggal Nabi Adam dan istrinya sebelum
diturunkan ke bumi.
2. Raquie, yaitu alam surgawi yang dikendalikan oleh malaikat
Zakariel dan Rafael. Nabi Musa pernah berkunjung dan memasuki
surga ini.
3. Shehaqim, yaitu alam surgawi yang dikendalikan oleh malaikat
Anahel sebagai tempat pelayanan rumah surga Aden dan tempat
tumbuhnya pohon kehidupan. Di dalam surga ini makanan suci
malaikat yang bernama manna dihasilkan.
4. Machen atau Makonon (Machonon) adalah alam surgawi yang
dipimpin oleh malaikat Mikail. Alam surgawi ini dipercaya
sebagai tempat Yerusalem, candi dan altarnya.
5. Makon (Machon), adalah surga yang berada dibawah
pemerintahan malaikat Samael yang dianggap sebagai pelayan
gelap Tuhan.
6. Zebul, dikendalikan oleh malaikat Zakiel (Sachiel). Malaikat ini
dipercaya bertugas untuk memberikan bimbingan kepada manusia
untuk memperoleh kekayaan, kebaikan dan ketenangan pikiran.
7. Araboth adalah alam surgawi yang paling suci yang dipimpin oleh
malaikat Kasiel (Cassiel). Alam surgawi inilah yang merupakan
Arsy Tuhan (the Throne of God) yang senantiasa dihadiri oleh
tujuh malaikat agung. Di bawah Arsy Tuhan ini adalah tempat
104
tinggal para jiwa manusia yang tidak dilahirkan dan dipercaya di
dalam surga ini ada rumah malaikat Serafin, Kerubim dan
Hayyot.28
Semua keyakinan tentang surga pada beberapa kepercayaan di atas
merujuk pada sebuah tempat indah yang berada di bumi dan tempat tersebut
diyakini sebagai surga terkecuali keyakinan mentisme Yahudi Kabalah. Dalam
al-Qura>n istilah surga biasanya dipakai untuk menterjemahkan kata al-Jannah,
dan pada dasarnya kata al-Jannah memiliki dua arti yaitu bermakna surga atau
tempat yang indah dan penuh dengan kesenangan yang disediakan kepada orang
mukmin di akhirat (Da>r al-Thawa>b) dan bermakna taman atau kebun, yaitu
sebuah tempat yang rindang yang dikelilingi pohon-pohon dan keberadaannya di
bumi.
Kata al-Jannah dalam kisah Nabi Adam, selain ada mufassir yang
menginterpretasikan dengan surga (Da>r al-Thawa>b), adapula yang memaknai
kata al-Jannah tersebut sebagai taman atau kebun rindang dengan alasan-alasan29
sebagaimana berikut:
1. Seandainya al-Jannah tersebut adalah surga yang kekal niscaya
Nabi Adam tidak akan mungkin terjebak dalam tipu daya iblis
sebagaimana firman Allah:
28
Ibid., 245-247. 29
Muhammad al-Ra>zi> Fahr al-Di>n, Mafa>tih al-Ghayb, 3-4.
105
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan
berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa"? 30
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Adam diperdaya oleh
iblis. Kalau memang al-Jannah pada kisah ini bermakna Da>r al-
Thawa>b, lalu bagaimana mungkin iblis yang kafir bisa
memasukinya untuk menggoda Nabi Adam, padahal al-Jannah
tersebut hanya bisa dimasuki oleh orang yang bertaqwa.?31
Sedangkan iblis telah dilaknat oleh Allah sewaktu ingkar atas
perintah Allah, dan ia tidak akan bisa memasuki atau menjadi
penghuni al-Jannah Da>r al-Thawa>b karena tempat itu hanya akan
dihuni oleh hamba Allah yang mendapatkan rahmat dariNYA.
Oleh karena itu kiranya al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini
tidaklah patut untuk diartikan sebagai al-Jannah Da>r al-Thawa>b.
Apalagi sudah dimaklumi bahwa al-Jannah merupakan tempat
yang steril dari perbuatan dosa dan maksiat, sedangkan Nabi
Adam di dalam al-Jannahnya melakukan perbuatan dosa dan
maksiat.
2. Seseorang yang telah masuk ke dalam al-Jannah yang kekal maka
ia tidak akan pernah keluar lagi, berdasarkan firman Allah:
30
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 490. 31
Ahmad Must}afa al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Mara>ghi>, 86.
106
Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali
tidak akan dikeluarkan daripadanya .32
Orang yang telah dianugrahi untuk menjadi penghuni al-
Jannah Da>r al-Thawa>b tidak akan pernah keluar lagi darinya
karena al-Jannah merupakan suatu tempat yang kekal dan
penghuninya juga akan kekal di dalamnya.33
Sedangkan Nabi
Adam keluar dari al-Jannahnya. Peristiwa keluarnya Nabi Adam
ini dari al-Jannah bertentangan dengan sifat kekal bagi penghuni
al-Jannah Da>r al-Thawa>b.
3. Iblis adalah mahluk yang dilaknat setelah ia menolak untuk sujud
penghormatan terhadap Nabi Adam, lalu bagaimana mungkin ia
bisa masuk ke dalam al-Jannah yang abadi padahal ia dibenci
Tuhan.
Al-Jannah Da>r al-Thawa>b, merupakan tempat yang
disediakan bagi orang-orang yang beramal saleh dan taat kepada
Allah. Sedangkan iblis adalah mahluk yang telah dilaknat oleh
Allah dan mereka jauh dari rahmat Allah. Lalu bagaimana
mungkin mereka bisa masuk ke dalamnya setelah mereka
melakukan maksiat dan kufur.?
32
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 394. 33
Umar Sulaima>n al-Ashqar, Al-Yawm al-‘A<<khir: al-Jannah wa al-Na>r (t.t: Da>r al-Nafa>is, 1998),
141
107
4. Kenikmatan di dalam al-Jannah yang dijanjikan tidak akan pernah
musnah sebagaimana firman Allah:
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya;
buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula).
Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.34
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia
yang tiada putus-putusnya.35
Oleh karena itu jika Nabi Adam pernah tinggal di
dalamnya niscaya al-Jannah tersebut tidak akan pernah rusak.
Akan tetapi ternyata tempat tersebut rusak, dan Nabi Adam tidak
akan pernah keluar darinya tetapi ternyata Nabi Adam keluar
darinya dan terputuslah kenikmatan tersebut.
5. Hal tersebut bertentangan dengan hikmah (kebijaksanaan) Allah
SWT dengan tiba-tiba menempatkan mahluk di surga yang kekal
dan tidak ada takli>f, padahal Allah tidak akan memberi balasan
tanpa adanya sebuah amal.
34
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 375. 35
Ibid., 343.
108
Al-Jannah Da>r al-Thawa>b merupakan tempat yang di
dalamnya disediakan segala kenikmatan yang sangat agung dan
tidak bisa dibayangkan oleh manusia. Ia merupakan tempat
pembalasan bagi hamba Allah yang beriman dan senantiasa
beramal saleh serta ikhlas dalam menjalankan perintah Allah dan
meninggalkan laranganNYA. Oleh karena itu untuk memperoleh
al-Jannah tersebut, terlebih dahulu harus beramal baik sehingga ia
pantas untuk memperolehnya. Hal ini merupakan sunnatullah yang
berlaku bagi setiap mahluknya, sehinnga apabila ada seseorang
yang mendapatkan balasan tanpa didahului oleh sebuah amal maka
hal tersebut bertentangan dengan sunnatullah, walaupun pada
dasarnya Allah mempunyai hak prerogatif dalam menganugrahi
sebuah karunia pada siapapun yang Dia kehendaki. Berangkat dari
ini maka sekiranya tidak keluar dari sunnatullah, kata al-Jannah
pada kisah Nabi Adam ini harus dimaknai sebagai kebun rindang
yang indah bukan sebagai Da>r al-Thawa>b.
6. Tidak terdapat kontradiksi di dalam penciptaan Adam di bumi dan
di dalam kisahnya tidak terdapat penyebutan tentang pemindahan
Adam ke langit. Seandainya itu terjadi maka semestinya hal
tersebut dijelaskan karena pemindahan Nabi Adam dari bumi ke
langit merupakan salah satu dari kenikmatan yang agung. Dengan
demikian, ini menunjukkan bahwa hal tersebut tidak pernah
109
terjadi, maka makna al-Jannah pada ayat
harus diartikan sebagai al-Jannah yang lain bukan al-Jannah yang
kekal.
Berkenaan dengan redaksi ayat ini, Allah
menggunakan redaksi kata yang menunjukkan bahwa Nabi Adam
diciptakan di dalam al-Jannah tersebut atau di tempat yang dekat dari al-Jannah
tersebut karena jika Nabi Adam diciptakan di bumi dan ia pindah untuk
menempati al-Jannah yang bukan tempat ia diciptakan maka semestinnya redaksi
yang dipakai adalah kata أدخل.36
Pemaknaan kata al-Jannah pada kisah Nabi Adam ini sebagai sebuah
taman atau kebun rindang sesuai dengan tujuan penciptaan Nabi Adam sebagai
khalifah di bumi, dengan demikian keberadaan Nabi Adam dan anak cucunya di
bumi merupakan sebuah keniscayaan bukan semata-mata sebagai balasan
terhadap maksiat yang ia lakukan karena meninggalkan perintah Allah untuk
menjahui pohon larangan yang sifatnya baru37
, karena apabila keberadaan Nabi
Adam di bumi dianggap akibat dosanya karena bermaksiat kepada Allah bukan
karena tujuan penciptaannya, maka hal ini bisa membawa pada doktrin dosa
36
Muhammad ‘Abduh dan Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Mana>r, Juz 1(Kairo: Da>r al-Mana>r,
1947) 277 37
Ibid,.
110
warisan yang merupakan keyakinan prinsipil agama Nasrani, yang menganggap
sekiranya Nabi Adam tidak melakukan dosa maka umat manusia akan tetap
berada di surga.
Keyakinan tentang penciptaan Nabi Adam di surga itu sangat erat
kaitannya dengan doktrin dosa warisan, doktrin penyaliban, penebusan dan
doktrin kebanggkitan, berdasarkan ajaran Paulus (w + 64 M) seperti termuat
dalam himpunan Surat-Surat Paulus dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan
tujuh doktrin paling asasi, yaitu:
1. Yesus Kristus itu Anak Allah. (2 Korintus 1:19 Galatia 1:16)
2. Sengaja menjelma di muka bumi. (Galatia 4: 4-5)
3. Mengalami penderitaan di atas tiang salib. (Rum 6:10-16: 2;
Korintus 5: 14; 1 Timotius 2: 6; 1 Korintus 1: 18-23; 1 Korintus 5:
14; 1 Timotius 2:6; 1 Korintus 1: 18-23; 1 Korintus 15: 3)
4. Guna menebus maut yang diwarisi dari Adam. (1 Timotius 1:15;
Rum 5:18)
5. Kemudian bangkit dari kuburnya. (Rum, 4:24-25; Rum, 6:9; 1
Korintus, 15:4, 1 Korintus, 15:17, 2 Timotius, 2:8)
6. Naik ke langit bersemayam disebelah kanan Allah bapa (KRR 7:
55; Epesus 1:19-20; Kolose 3:1) dan sekaliannya itu adalah rahasia
Ilahi (Divine Mysteries) yang belum pernah diberitakan Tuhan
111
sejak berzaman-zaman kepada siapapun selama ini, kecuali kepada
Paulus saja. (Epesus 3:1-8; Kolose 1: 25-26; Rum 16:25-26)
7. Dan sekaliannya itu mestilah diimani dan jangan bergantung pada
akal. (1 Korintus 2:5)38
Keyakian umat Nasrani ini tentunya bertentangan dengan yang telah
disampaikan oleh al-Qura>n bahwa Nabi Adam dan keturunannya memang
diciptakan untuk menjadi penghuni bumi sebagai khalifah sebagaimana firman
Allah:
Redaksi ayat ini menunjukkan bahwa Allah hendak menciptakan khalifah
di bumi dan pilihan khalifah tersebut diberikan kepada Nabi Adam dan anak
cucunya dan Nabi Adampun diciptakan dari bahan yang ada di bumi yaitu tanah.
Oleh karena itu bukan merupakan hal yang kontadiksi bila tempat tinggal Nabi
Adam yang disebut sebagai al-Jannah tersebut berada di bumi. Namun yang
menjadi pertanyaan adalah: kalau memang benar al-Jannahnya Nabi Adam itu
berada di bumi, lantas dimanakah al-Jannah tersebut berada?.
Menurut keyakinan orang Yahudi Adam tinggal di sebuah tempat yang
bernama surga atau taman Eden. David Erohl yang telah bekerja sama dengan
38
Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama? Interpretasi Baru Ras Adam Menurut al-Quran dan Sains (Yogyakarta: Bunyan,2013), 98-100. 39
QS. 2 (al-Baqarah): 30
112
para peneliti di Oxford University, England, melakukan penyelidikan selama 25
tahun mencari ‚Taman Eden‛.
Taman ini dalam Al-Qura>n terbitan Depag RI diterjemahkan sebagai
surga, dalam bahasa Arab disebut sebagai al-Jannah, dalam bahasa Persia disebut
Paridesa yang berarti taman tertutup, dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan
dengan Paradise. Sementara itu, Eden disebut dengan Edin dalam bahasa Ibrani
yang mempunyai arti tanah kosong atau padang luas. Jadi, secara keseluruhan al-
Jannah adalah taman tertutup yang indah di atas padang luas, yaitu tempat Nabi
Adam dan Hawa bermukim di muka bumi ini.
Berdasarkan kesimpulannya peneliti tersebut menunjuk posisi geografis
yang terkait dengan empat sungai. Dalam Kitab Injil dari Bab 2 ‚Genesis‛
(Kejadian) yang bersumber dari kitab Taurat, disebutkan bahwa:
Tuhan menciptakan taman di timur Eden. Dia menaruh manusia yang
terbuat dari tanah, tuhan menumbuhkan pohon yang menarik dan enak
dimakan, dengan pohon kehidupan di tengah dan pohon pengetahuan baik
dan jahat, dan sungai mengairi Eden untuk mengairi taman dan dari situ
surga terbagi menjadi 4 kepala/cabang, yang pertama bernama Pishon
yang mengaliri Havila yang kaya emas, emas dari negeri ini murni, dan
sungai yang kedua adalah Gihon yang mengairi daerah Kush, sungai
ketiga bernama Hideket yang mengalir ke timur Asha, dan sungai
keempat adalah Perath.
Peneliti tersebut menggunakan pendekatan ilmu arkeologi dengan
didukung citra-citra satelit. Penyelidikannya menemukan bahwa yang dimaksud
sebagai sungai Pishon adalah sungai Kezeluizon (emas) yang mengaliri daerah
Havilah yang memang kaya dengan emas, yang disebut sungai Uizon dalam
113
bahasa Iran kuno ke bahasa Semit atau Ibrani disebut fishon. Sementara itu,
sungai Gihon adalah sungai Gyhun, mengairi daerah yang nama kunonya adalah
Kush, bahkan ada gunung yang disebut Kushshadag di daerah tersebut, keduanya
mengalir ke Laut Kaspia. Selanjutnya, Hideket adalah yang disebut sebagai
sungai Efrat, dan Perath adalah yang disebut dengan sungai Tigris yang
bersumber dari daerah Turki Timur dan Iran Barat, mengalir melalui Irak ke Laut
Arab.
Dari posisi geografis dan data-data arkeologi yang ada, ditambah dengan
data-data dari kitab Injil, jelas kemungkinannya bahwa penciptaan Nabi Adam
dan Hawa adalah di muka bumi ini, yaitu di suatu tempat yang merupakan
sebuah taman di atas dataran hijau yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga
sangat tertutup. Tepatnya adalah di sekitar daerah lembah Tarizh, kaki kubah
vulkanik yang disebut Gunung (Kuh-e) Sahand, Azerbaijan Timur. Daerah
tersebut dibatasi di sebelah salatan oleh dataran Sopotamia yang kini disebut
Irak, sebelah barat dibatasi wilayah Turki (Danau Urmia, Selatan Gunung
Ararat), di sebelah tenggara dibatasi oleh Pegunungan Zagros, Iran pada saat ini.
Walaupun demikian, dari segi waktu dan umur tercatat bahwa hanya
sekitar 7.000 tahun yang lalu, yaitu era Neolitikum, manusia mulai kali pertama
berusaha mengendalikan alam dan sekitarnya, yakni di tempat dulu di Kerajaan
Arata, bangsa Sumeria. Kalangan arkeologi menyebutnya sebagai tempat
peradaban manusia pertama.
114
Fakta tersebut menjadi kontradiktif dengan data umur sains dan lainnya
yang terkini dan lebih akurat, seperti penelitian Rebecca Cann pada tahun 1987
yang menunjukkan bahwa makhluk seperti manusia (homo sapiens sapiens40)
telah muncul lebih awal, sekitar 150.000- 120.000 tahun yang lalu, berdasarkan
penentuan umur fosil dengan Uranium-Thorium Dating Method, dengan
ditemukan di Afrika bagian timur (Delta Omo, Kibish Etiophia, dan Danau
Tanganyika, Tanzania)
Secara sains penentuan umur dengan menggunakan Uranium-Thorium
Dating jelas lebih akurat sehingga perkiraan umur di atas yang tersebut
berdasarkan data arkeologi mulai terbantahkan oleh fakta sains, yakni data
paleontologi. Walaupun demikian, lokasi yang tersebut dalam Kitab Taurat dan
Injil di atas adalah bagian jalur migrasi manusia (homo sapiens sapiens) dari
Afrika Timur, yang telah dilacak oleh sains dan disebut sebagai teori Out of
Africa.41
Berdasarkan penelitian sains ini, lokasi taman Eden yang diyakini oleh
orang Yahudi sebagai surganya Nabi Adam menjadi terbantahkan, karena
diyakini keberadaan manusia pertama telah ada jauh sebelum lokasi taman Eden
itu dihuni oleh manusia. Berdasarkan teori Out of Africa seorang ahli
paleontologi dan antropologi Inggris bernama Christopher Stringer telah
40 Homo sapiens sapiens adalah bahasa latin untuk menyebut manusia (ras Adam) yang artinya
adalah manusia bijaksana atau manusia berpengetahuan yang didalam bahasa Inggris disebut
sebagai Modern Human Beings (Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 21.) 41
Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 91-95
115
menemukan usia tengkorak manusia modern tertua yang utuh di sebuah goa di
Keive, Palestina yang diperkirakan berusia kurang lebih 110.000-120.000 tahun
lalu.42
Sedangkan kalau merujuk pada penjelasan al-Qura>n, di sana tidak
dijelaskan secara gamblang tentang lokasi penciptaan Nabi Adam, tetapi
berdasarkan firman Allah dalm surat al-Baqarah: 30, dapat dijadikan sebagai
landasan asumsi bahwa Nabi Adam diciptakan di bumi berikut al-Jannahnya. Hal
ini dipertegas dengan firman Allah dalam surat al-A’ra>f: 10:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami
adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur
Berdasarkan ayat ini, bumi merupakan tempat yang disediakan untuk
Nabi Adam dan anak cucunya. Mereka diciptakan, hidup dan tinggal di bumi dan
matipun juga di bumi. Walaupun dalam al-Qura>n tidak dijelaskan secara detail
lokasi penciptaan Nabi Adam, berdasarkan teori Out of Africa, dapat
dimungkinkan bahwa Nabi Adam diciptakan dan tinggal di daratan Afrika dan
sekitarnya. Diduga tanah Arab yang termasuk diantaranya beberapa bagian
Benua Afrika bagian timur dahulu merupakan daerah yang subur pada waktu
planet bumi berumur sekitar kurang lebih 140.000-110.000 tahun yang lalu
42
Ibid., 42. 43
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 222.
116
ketika planet bumi mengalami periode Warm Interglacial (pencairan lapisan
es)44
. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi:
45.
Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum harta menjadi banyak dan melimpah,
sampai-samapi seseorang yang hendak mengeluarkan zakat hartanya tidak
mendapati orang yang mau menerimanya dan sampai tanah Arab kembali
menjadi padang gembala dan sungai-sungai.
Hadis ini menjelaskan bahwa dahulu tanah Arab pernah subur, tentunya
tanah yang subur banyak ditumbuhi oleh pepohonan yang rindang, dan tempat
yang dipenuhi dengan pepohonan yang rindang juga dapat diartikulasikan dengan
kata al-Jannah. Namun kemudian yang menjadi persoalan adalah proses turunnya
Nabi Adam dari al-Jannah, seperti firman Allah:
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!46
44
Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama?, 103. 45
Abu> al-Husain Muslim al-Qushairi> al-Naisa>bu>ri>, S{ahi>h Muslim, Juz 3 (Bairut: Da>r al-Ji>l, t.th.),
84. 46
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 15.
117
Dari kata ihbit} pada ayat di atas, ada yang berpendapat bahwa Nabi
Adam diturunkan dari luar bumi. Pendapat ini disampaikan oleh ulama’ yang
mengatakan bahwa al-Jannahnya Nabi Adam ada di langit dan ia diasumsikan
telah diciptakan dan dikirim dari al-Jannah yang berada di luar bumi. Mereka
mengartikan kata ihbit} sebagai nuzu>l (turun) sehingga kata diartikan
dengan Penafsiran ini membawa pengertian bahwa Nabi Adam
dipindahkan dari luar angkasa menuju bumi yang diakibatkan oleh perbuatan
dosa yang ia lakukan, sehingga perbuatan dosa tersebut yang menyebabkan ia
dihukum dengan harus meluncur dari surga yang berada di langit ke planet bumi.
Dalam al-Qura>n kata ihbit} dengan berbagai bentuknya dapat dijumpai
sebanyak delapan kali48 yaitu pada: QS. 2 (al-Baqarah): 36, 38, 61 dan 74, QS. 7
(al-A’ra>f): 13 dan 24, QS. 2 (Hu>d): 48 dan QS. 20 (Ta>ha>): 123. Dari delapan ayat
ini, satu ayat menggunakan bentuk Fi’il Mud}a>ri’, yaitu pada QS. 2 (al-Baqarah):
74, sedangkan yang lainnya dalam bentuk Fi’il Amr.
Berbagai kata ihbit} ini tidaklah mempunyai arti turun dari tempat yang
jauh tetapi bisa mempunyai arti beranjaklah, pergilah, menyingkirlah,
berangkatlah, keluarlah dan turunlah. Walaupun demikian tidaklah semua arti
47
Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Waji>z (Damaskus: Da>r al-Fikr, t.th.), 7. 48
Jumlah ini ditemukan setelah melakukan pelacakan dalam al-Qura>n dengan menggunakan
apilikasi Zekr dengan kata kunci هبط
118
menunjukan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan jarak
yang jauh atau sangat jauh. Hal itu telihat dari firman Allah:
Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan
dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang
bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka
(dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari
Kami".49
Kata ihbit} pada ayat ini digunakan ketika Allah memerintahkan turun
kepada Nabi Nuh dari kapal yang jaraknya relatif dekat atau dalam pengertian
masih dalam jarak yang normal yang dapat ditempuh oleh manusia. Pada kisah
Nabi Adam ketika Allah menyuruh turun Nabi Adam akibat melanggar perintah
Allah dengan mengikuti godaan iblis dan iblis saat itu bertindak sebagai
penggoda agar Nabi Adam melanggar perintah Allah, maka kata ihbit} dapat
bermakna enyahlah atau menyingkirlah atau bermakna turun dalam jarak yang
dekat dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah atau bermakna perintah
untuk pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain, seperti firmn Allah dalan
surat al-Baqarah: 61:
49
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 334.
119
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)
dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista
dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi)
karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi
yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu
berbuat durhaka dan melampaui batas.50
Dari penjelasan ini, maka kata ihbit} jelas tidak dapat diartikan turun dari
jarak jauh apalagi jarak tempuhnya harus melintasi ruang dan waktu memiliki
perbedaan yang signifikan seperti antara langit dan bumi. Dengan demikian al-
Jannah pada kisah Nabi Adam ini lebih cocok untuk diartikan sebagai taman atau
kebun rindang dan tidak berada di luar planet bumi dan al-Jannah tersebut
dinamakan dengan al-Jannah al-Tadri>b51 yaitu al-Jannah yang merupakan medan
latihan bagi Nabi Adam untuk kepentingan kehidupan di bumi yang penuh
dengan pancaroba.
Berdasarkan penjelasan di atas, pemaknaan al-Jannah pada kisah Nabi
Adam ini dengan makna kebun rindang atau taman lebih logis untuk diterima,
selain karena argumentasinya yang kuat, juga karena pemaknaan al-Jannah
50
Ibid., 19 51
Muhammad Mutawalli>> al-Sha’ra>wi>, Min Fayd} al-Rahma>n (t.t.: Maktabah al-Shaikh al-
Sha’ra>wi al-Islamiyah, t.th.) 81
top related