bab iv,v,vi,vii pembahasan_ i10maw.pdf
Post on 11-Jan-2017
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1 PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Tanggal 3 Mei 1974 PT. Pantja Motor secara resmi didirikan sebagai anak
perusahaan dari PT. Pantja Niaga. Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT.
Pantja Motor memperluas assembling-nya dengan sebuah assembling PT. Insan
Apolo yang berada di Jalan Kali Abang No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga
yang berada di Jalan Karang Bolong Raya No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara.
Di tahun 1988 PT. Unitras Pertama membeli 68 persen saham PT. Pantja
Motor dan sisanya tetap dimiliki oleh PT. Pantja Niaga. Pada tahun 1991 PT.
Astra International Tbk menjadi pemilik mayoritas PT. Pantja Motor dengan 75
persen saham yang dibeli melalui PT. Aryaloka Sentana dari PT Unitras Pertama.
Di tahun yang sama Isuzu Panther TBR 52, 2300 cc Diesel Direct Injection
diluncurkan ke pasar. Pada Agustus 2007, gedung head office Isuzu diresmikan,
seluruh kegiatan dipindahkan di gedung baru. Akhirnya pada tahun 2008, penanda
tanganan DTS (Deed of Transfer of Shares) dilaksanakan pada tgl 4 Februari
2008, saham yang dilepas PT. Arya Kharisma kepada Isuzu Motor Ltd sebanyak
14.88 persen, sehingga komposisi saham berubah menjadi PT. Arya Kharisma
(Astra Internasional) 49,88 persen, Isuzu Motors Ltd 49.88 persen dan PT. PPI
(Planning Production Inventory) sebanyak 10.12 persen.
PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT. ASTRA
Internasional Tbk pada 14 April 2008, dan sebelumnya pada tanggal 5 April 2008
telah berganti nama menjadi PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI). PT.
Isuzu Astra Motor Indonesia tergabung dalam grup Astra Motor III (Asmo III)
yang terdiri dari perusahaan-perusahaan agen tunggal maupun distributor untuk
merk ISUZU, Daihatsu, Nissan Diesel, Peugeot dan BMW (hanya distributor)
menggunakan Sistem Manajemen Astra yaitu manajemen TQC (Total Quality
Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya berdasarkan data-data statistik
dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai dari tingkat bawah hingga
manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan juga kepuasan kerja
karyawan itu sendiri.
53
4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Geografis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu (PT. IAMI APPU)
APPU PT. Isuzu Astra Motor Indonesia beralamat di Jl. Kali Abang No. 1
Pondok Ungu, Kecamatan Medan Satria, Pondok Ungu, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Menurut letak geografisnya, area PT. Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki
perbatasan wilayah sebagai berikut:
sebelah utara : Kantor Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi
sebeleah selatan : PT. GMBI
sebelah timur : PT. Bakrie Tosanjaya
sebelah barat : PT. Express
Area industri PT. Isuzu Astra Motor Indonesia mempunyai luas 28.330 m2
dan dengan luas bangunan 13.180 m2. Fasilitas pendukung yang terdapat di area
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia ialah musholla, kantin, ruang makan, loker bagi
karyawan, toilet, lapangan parkir, taman, koperasi karyawan dan beberapa fasilitas
pendukung lainnya.
4.1.3 Visi dan Misi PT Isuzu Astra Motor Indonesia
PT Isuzu Astra Motor Indonesia memiliki visi dan misi dimana visi dan
misi tersebut dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan kebijakan
perusahaan, maka PT. IAMI mempunyai visi yaitu sebagai perusahaan agen
tunggal pemegang merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggungjawab
perusahaan dibidang kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja,
sosial, hubungan industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses
bisnis perusahaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka PT Isuzu Astra Motor
Indonesia memiliki misi untuk:
1. Memenuhi dan mematuhi peraturan perundangan, persyaratan lain yang
berlaku, serta menjalin hubungan baik dengan pemerintah, masyarakat,
supplier, seluruh karyawan dan pihak-pihak terkait.
2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja
3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan memenuhi
persyaratan Q, C, D, S, M, E (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan
Environment).
54
4. Menerapkan etika bisnis dan etika kerja sesuai dengan Catur Darma dan
Prinsip Dasar Astra dalam praktek bisnis sehari-hari
5. Melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan kepercayaan para
stakeholder
6. Menyelenggarakan fungsi keamanan yang kondusif dan terciptanya rasa
aman terbebas dari Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan dan
Bahaya (ATHGB) dan bekerja sama dengan aparat keamanan terkait
7. Melakukan perbaikan secara terus-menerus dalam penerapan sistem
manajemen dan berpedoman pada Catur Darma Astra.
4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Struktrur Organisasi
PT. Isuzu Astra Motor Indonesia saat ini memiliki jumlah karyawan tetap
sebanyak 214 orang. PT. Isuzu Astra Motor Indonesia dipimpin oleh Board of
Director, 1 orang Director in Charge, dan 1 orang direktur produksi manufacture
yang membawahi Assy Plant, Departemen Personalia, dan General Affair (PGA).
Departement Assy Plant, yang dipimpin oleh Plant Manager, membawahi enam
seksi yaitu Planning Production Inventory Control (PPIC), Produksi, Quality
Control, Technical Service (TekSer), PDCA dan Environmental Health and Safety
(EHS). Berikut ini uraian tugas masing-masing seksi:
1. Seksi PPIC (Planning Production Inventory Control)
Seksi ini bertugas mengontrol, mendata barang-barang yang
dibutuhkan dalam proses produksi, bertanggung jawab dalam pembuatan
jadwal proses dan jumlah produksi yang dihasilkan. Karyawan tetap yang
ada di seksi ini adalah 20 orang, dengan komposisi 19 orang pria dan satu
orang wanita dan lima orang karyawan kontrak.
2. Seksi Produksi
Seksi ini bertanggung jawab mengatur keseluruhan proses
produksi. Mulai dari merakit kendaraan, pembentukkan sampai dengan
manganalisis tipe-tipe yang dikeluarkan, serta membuat suatu petunjuk
kerja yang kemudian disampaikan ke seksi lain. Seksi produksi ini juga
berfungsi sebagai seksi Research and Development yang bertugas
55
merencanakan produksi baru/mengolah produksi agar sesuai kebutuhan
dalam pemasaran.
Dalam proses produksi, seksi ini dibagi lagi menjadi beberapa pos
produksi, antara lain Body Shop, Paint Shop, Sub Assy & Balck Dipping,
Trimming Cabin, TCF dan Recty. Dibandingkan dengan pekerjaan
dibidang administrasi, beban kerja di seksi produksi ini terolong sedang,
dengan beban kerja yang berat ada pada bagian Body Shop dan Paint Shop.
Seksi Produksi dikepalai oleh Supervisor. Masing-masing pos dikepalai
oleh seorang Foreman. Foreman membawahi sekelompok operator yang
diketuai oleh Group Leader.
3. Seksi Quality Control
Bertanggung jawab mengendalikan (controlling) kualitas hasil
produksi, baik produk hasil dari tiap proses maupun hasil akhir. Selain itu,
seksi ini juga mendata penerimaan material lokal maupun non lokal dan
mengendalikan daftar barang yang dibutuhkan.
4. Seksi Technical Service
Bertugas merawat, memperbaiki, mengembangkan, dan
memodifikasi semua equipment dan tools yang digunakan dalam proses
produksi, serta bertanggung jawab terhadap kelancaran arus listrik dan
bangunan
5. Seksi PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Bertugas dalam perencanaan, kegiatan, pengawasan, dan review
program di setiap seksi perusahaan
6. Seksi Enviroment Health and Safety (EHS)
Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) dan untuk
mensukseskan kebijakan serta komitmen perusahaan tentang LK3. EHS
juga bertanggung jawab terhadap operasional Waste Water Treatment
(WWT), Incenerator, pemenuhan undang-undang K3 dan lingkungan dan
upaya-upaya untuk memenuhi cleaner production, clear technology, serta
pengupayaan zero accident.
56
Selain dalam bidang keselamatan, EHS juga memiliki tanggung jawab
terhadap kesehatan karyawan. Salah satu wujud tanggung jawab tersebut adalah
dengan adanya klinik kesehatan milik perusahaan. Namun, klinik di perusahaan
ini tidak banyak dimanfaatkan oleh karyawan dengan alasan karyawan lebih suka
mendapat pelayanan dari dokter ahli. Perusahaan juga menyediakan ruang P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan obat-obatan P3K pada 13 kotak obat
yang tersebar di area perusahaan untuk menghadapi keadaan darurat.
Perusahaan mulai menerapkan gizi kerja dalam rangka mengembangkan
peran serta EHS dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu
wujud penerapan gizi kerja adalah dengan menyediakan makan siang yang
memenuhi kebutuhan gizi para karyawan dan selera para karyawan. Peran ini
penting dalam meningkatkan status gizi para karyawan sehingga dapat terhindar
dari gangguan kesehatan akibat gizi, baik gizi kurang maupun lebih, sehingga
produktivitas dapat meningkat.
4.1.5 CSR PT Isuzu Astra Motor Indonesia APPU
PT. IAMI APPU telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sejak tahun 2001. Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan
berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.
Hal tersebut tersurat dalam butir nomor lima dari kebijakan perusahaan yang
menyatakan bahwa PT IAMI melakukan aktivitas sosial guna menumbuhkan
kepercayaan pada stakeholder. Selain kebijakan perusahaan, CSR PT IAMI APPU
juga dilakukan berdasarkan kebijakan lingkungan yang menyatakan bahwa ingin
mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly
company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap
masyarakat (community development). Kedua Kebijakan ini masing-masing
disahkan oleh Ecexutive in Charge CSR. Adapun struktur koordinasi yang
terdapat dalam komite CSR PT. IAMI APPU yang terlihat pada Gambar 2 berikut:
57
Gambar 2. Struktur Koordinasi CSR PT. IAMMI APPU
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
karena tanggapan dari munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh
PT. Astra International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000.
Sistem ini dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC
merupakan sebuah manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan
perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan
Head Secretary
Area Employee (AIRA) Area Supplier
Area Customer Area Shareholder Area Community Area Government Area Environment
Marketing After Sales
Product Development Production Engineering
PPIC Budget & Accounting Information System
HRD GA
APPU PDC CKD
Sparepart
Board of
Directors
Director In
Charge
Management Representative
58
“stakeholder” dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata
tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
pembangunan berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman
AGC ialah Green Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee.
AGC juga digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit
yang berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC
dibagi menjadi 5 warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau,
Biru, Merah dan Hitam (Lampiran 2).
Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International
menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini
dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun
tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.
Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan
kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit
berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap “stkakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam
audit AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit
AFC. Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan
dari kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.
Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai
prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan
keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli
terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,
pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi
kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.
4.2 Komunitas Kelurahan Medan Satria RW 07
4.2.1 Kondisi Geografis RW 07, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria
Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk
yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,
59
Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan
rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara
lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu.
Sebelah timur dan utara RW 07 berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian
Barat RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan
RW 07 berbatasan dengan Kelurahan Kalibaru.
4.2.2 Kependudukan di RW 07
Jumlah penduduk RW 07 adalah 1792 jiwa dengan komposisi laki-laki
sebanyak 928 jiwa dan perempuan sebanyak 864 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga
(KK) di RW 07 sebanyak 457 KK. Dari sejumlah 1792 jiwa jumlah penduduk
RW 07, terdapat 36 jiwa yang tergolong yatim dan 75 orang janda.
4.2.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 07
Merujuk monografi RW 07 Tahun 2009, Mayoritas mata pencaharian yang
terdapat pada RW 07 ialah pegawai swasta sebanyak 175 orang. Pekerjaan lainnya
ialah sebagai Pegawai negeri yang berjumlah 10 orang, wiraswasta sebanyak 60
orang dan sisanya sebanyak 209 orang merupakan pengangguran atau tidak
bekerja. Adapun kegiatan organisasi yang dilakukan di RW 07 adalah: (1) Karang
taruna, (2) Badan Musyawarah (Bamus), dan (3) Forum Betawi Rempug (FBR).
4.2.4 Penerima Kegiatan CSR PT IAMI APPU
Penerima kegiatan dipilih oleh pihak RT dan RW. Kriteria pemilihan
penerima kegiatan ditentukan oleh perusahaan. Jumlah total penerima kegiatan
CSR PT IAMI APPU di Kelurahan Medan Satria RW 07 sebanyak 106 orang.
Sebagian besar jumlah penerima kegiatan santunan beras kepada para janda, yakni
berjumlah 65 orang. Kemudian sebanyak 26 orang menerima kegiatan anak asuh,
6 orang mengikuti kegiatan beasiswa, 4 orang mendapat bantuan modal tanpa
bunga. Sedangkan sisanya yaitu kegiatan perbaikan becak dan perbaikan rumah,
masing-masing 1 orang pada kegiatan tersebut.
60
4.6 Ikhtisar
Sebelum PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (PT. IAMI) secara resmi
bergabung dengan PT. ASTRA Internasional Tbk pada 5 April 2008, perusahaan
ini bernama PT. Pantja Motor. Awalnya, PT. Pantja Motor secara resmi didirikan
sebagai anak perusahaan dari PT. Pantja Niaga pada tanggal 3 Mei 1974.
Kemudian pada tanggal 21 Juni 1981, PT. Pantja Motor memperluas assembling-
nya dengan sebuah assembling PT. Insan Apolo yang berada di Jalan Kali Abang
No. 1 Pondok Ungu, Bekasi dan juga yang berada di Jalan Karang Bolong Raya
No. 24 Ancol Barat, Jakarta Utara. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
pada 14 April 2008, PT. Pantja Motor secara resmi bergabung dengan PT.
ASTRA Internasional dengan menggunakan sistem manajemen astra yaitu
manajemen TQC (Total Quality Control), dimana dalam peningkatan kualitasnya
berdasarkan data-data statistik dan harus mengikutsertakan karyawannya, mulai
dari tingkat bawah hingga manajemen, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan
juga kepuasan kerja karyawan itu sendiri.
Penerapan CSR PT. IAMI APPU dilakukan berdasarkan tanggapan dari
kebijakan perusahaan yang tercantum dalam visi dan misi PT. IAMI.
Berdasarakan visi perusahaan, yakni “sebagai perusahaan agen tunggal pemegang
merek mobil Isuzu memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang
kualitas, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan
industrial dan keamanan sebagai akibat yang timbul dari proses bisnis
perusahaan”. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab
untuk peduli terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Selain visi perusahaan, kegiatan CSR PT. IAMI APPU juga didukung
dengan misi perusahaan pada butir nomor satu dan lima dari kebijakan perusahaan
(Lampiran 3). Kebijakan lingkungan pun turut mendukung kegiatan CSR PT
IAMI APPU yang menyatakan bahwa PT. IAMI ingin mewujudkan sebagai
perusahaan yang ramah lingkungan (environmental friendly company) serta
berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (community
development) (Lampiran 4).
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
61
karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra
International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini
dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah
manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap
pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan
berkelanjutan. Empat pilar yang mendukung sistem manajeman AGC ialah Green
Strategy, Green Process, Green Product dan Green Employee. AGC juga
digunakan sebagai alat untuk melakukan self assesment/internal audit yang
berguna untuk mengetahui kinerja perusahaan khusunya mengenai Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3). Status penilaian AGC dibagi menjadi 5
warna sebagai simbol peringkat dari terbaik, yakni Emas, Hijau, Biru, Merah dan
Hitam.
Tabel 4. Perbandingan Sistem AGC dan AFC AGC AFC Program Astra Green Company Astra Friendly Company Dirilis Tahun 2000 Tahun 2007
Pilar
1. Green Strategy 2. Green Process 3. Green Product 4. Green Employee
1. Value 2. Mindset 3. Behavior
Cakupan audit Seksi Environment Healty and Saftey (EHS) Perusahaan (PT. IAMI)
Audit mengenai LK3 CSR
Kemudian pada tahun 2007, selain sistem AGC, PT. Astra International
menambah sistem baru yang bernama Astra Friendly Company (AFC). Sistem ini
dibuat untuk menilai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adapun
tiga pilar yang membangun sistem ini ialah konsep Value, Mindset dan Behavior.
Namun sampai saat ini kegiatan CSR PT. IAMI APPU diaudit berdasarkan
kriteria sistem penilaian AGC dikarenakan perusahaan belum siap untuk diaudit
berdasarkan sistem AFC. Beberapa kriteria penilaian mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap “stakeholder” masyarakat juga terdapat di dalam audit
AGC, akan tetapi tidak selengkap pada kriteria penilaian berdasarakan audit AFC.
62
Proses pengauditan melalui sistem AFC dilakukan berdasarkan permintaan dari
kesiapan PT. IAMI APPU untuk diaudit kepada PT. Astra International.
Gambar 3. Proses Pengauditan Melalui Sistem AFC
Kedua sistem tersebut, baik AFC dan AGC diharapkan dapat mencapai
prestasi perusahaan dalam keseimbangan Triple Bottom Line, yakni dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi perusahaan tidak hanya mengharapkan
keuntungan laba dari penjualan produknya (ekonomi), akan tetapi juga peduli
terhadap lingkungan sosial (hubungan yang baik dengan masyarakat, konsumen,
pemasok, dan pemerintah) dan lingkungan alam sekitar perusahaan demi
kelancaran keberlansungan hidupnya bisnis PT. Isuzu Astra Motor Indonesia.
Selain perusahaan, gambaran umum wilayah komunitas Kelurahan Medan
Satria perlu dijelaskan, karena mereka berbatasan langsung dengan PT. IAMI
APPU. Secara geografis, RW 07 merupakan wilayah pemukiman padat penduduk
yang terdiri dari 7 RT. RW 04 terletak di wilayah Kelurahan Medan Satria,
Kecamatan Medan Satria, Kotamdaya Bekasi Utara. Wilayah ini merupakan
rawan banjir ketika musim hujan. Fasilitas umum yang terdapat di RW 07 antara
lain sekolah, mushola, kantor RW dan posyandu. Sebelah timur dan utara RW 07
berbatasan dengan D.K.I Jakarta. Bagian Barat RW 07 berbatasan dengan
Kelurahan Pejuang. Sedangkan sebelah selatan RW 07 berbatasan dengan
Kelurahan Kalibaru.
AFC
Lingkup CSR
Semua Stakeholder Terpenuhi Haknya
Social
Environment Economic
THE TRIPLE BOTTOM LINE
Sustainable Business
Sustainable Development
Penyusunan Kriteria Mengacu Pada AGC
63
BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN DAN STRATEGI
PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI CSR
5.1 Pandangan PT Isuzu Astra Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu
(PT. IAMI APPU) Mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan penuturan dari salah satu staf EHS PT IAMI APPU, CSR
merupakan penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan
terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder. Definisi tersebut dikemukakan oleh
Bapak UC sebagai salah satu staf EHS PT IAMI sebagai berikut:
“PT. IAMI tidak mendefinisikan pengertian CSR secara tersendiri, akan tetapi definisi CSR menurut PT. Isuzu berpedoman kepada Astra Internasional, yakni penerapan secara sistematis dan struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder: pemegang saham ,masyarakat sekitar, karyawan, supplier, customer/pelanggan, lingkungan dan K3.” (Bp. UC)
Hal ini sesuai dengan visi PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan,
yaitu:
1. Menjadi perusahaan yang terbaik dalam pengaturan manajeman di wilayah
Asia Pasifik dengan penekanan kepada kemampuan membangun
pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang kuat,
kepuasan pelanggan dan pengefesiensian.
2. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
Butir kedua menjelaskan bahwa PT. Astra Internasional sebagai induk perusahaan
dari PT. IAMI ingin memperlihatkan sebagai perusahaan yang dapat bertanggung
jawab terhadap stakeholder yang terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan serta
peduli terhadap lingkungan.
Kebijakan perusahaan PT. IAMI APPU yang menyatakan bahwa Isuzu
memahami pentingnya tanggung jawab perusahaan dibidang kualitas, lingkungan,
keselamatan dan kesehatan kerja, sosial, hubungan industrial dan security sebagai
akibat yang timbul dari proses bisnis perusahaan; dan kebijakan lingkungan PT.
IAMI APPU yang ingin mewujudkan sebagai perusahaan yang ramah lingkungan
(environmental friendly company) serta berpartisipasi aktif dalam tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat (community development) memperlihatkan bahwa PT.
64
IAMI telah memiliki pandangan terhadap Corporate Social Responsbility (CSR).
PT. IAMI memandang CSR sebagai suatu upaya perusahaan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masing-masing stakeholder (pemangku kepentingan),
yakni shareholder (pemegang saham), employee (karyawan), customer
(pelanggan), supplier (pemasok), community (masyarkat), government
(pemerintah) dan environment (lingkungan).
Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social
Responsbility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu:
1. Sekedar basa basi atau keterpaksaan, dimana perusahaan
mempraktekkan CSR hanya karena ekternal driven (faktor ekternal),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR
yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari
dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan
dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam
kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah
kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin
mendongkrak citra perusahaan). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak SA
sebagai koordinator EHS PT IAMI APPU:
“Masyarakat diharapkan dapat membantu dalam kelancaran aktivitas perusahaan. Untuk sampai saat ini tidak pernah di ganggu oleh warga. Lain halnya dengani perusahaan yang lain, jika ada truk yang masuk ke wilayah sekitar ini terdapat biaya turun dari masyarakat setempat. Untungnya hubungan dengan warga, jajaran militer dan tokoh-tokoh masyarakat juga bagus. Sampe saat ini Alhamdulillah baik-baik saja.” (Bp. SA)
65
Ungkapan ini menjelaskan bahwa adanya oknum-oknum penguasa wilayah dari
lingkungan sekitar perusahaan yang sering memaksa meminta upah tambahan
dengan alasan biaya transportasi dan keamanan karena membawa muatan ke
wilayah mereka. Akan tetapi, dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan
kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum
tersebut, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator
EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR
diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW,
Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. Kemudian, untuk kategori
external driven khususnya reputation driven dinyatakan oleh Bapak SY sebagai
seorang staf EHS PT. IAMI APPU:
“Harapan dari isuzu dari masyarakat ialah mereka dapat menjadi rekan. Kita tidak mau mereka terpisah dari perusahaan karena sekalian jual image ke perusahaan. Tanpa publikasi ke media pun sudah dapat market. Misal pada saat ada kegiatan idhul Qurban, biasanya yang dikenal itu dari isuzu. Walaupun mereka tidak memiliki daya beli, tapi kan bisa memberi informasi ke saudara-saudarannya.” (Bp. SY)
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diutarakan oleh koordinator EHS
PT. IAMI APPU:
“….Citra perusahaan jadi terbangun dikarenakan program CSR….” (Bp. SA)
Jika disimpulkan, maka kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU
mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni
berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang
didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat
maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan
CSR yang dilakukan. Kemudian cara pandang PT. IAMI yang berikutnya adalah
sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini dibuktikan
dengan adanya dukungan terhadap pelaksanaan peraturan atau regulasi pemerintah
mengenai pelaksanaan kegiatan CSR yang ditulis dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V
Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Pernyataan ini
diungkapkan oleh Bapak UC sebagai staf EHS PT. IAMI APPU sebgagai berikut:
66
“...CSR mengikuti UU.40 dan president letter astra international…” (Bp. UC)
Dalam president letter astra international tahun 2005, terdapat lima hal
yang harus dibenahi secara konsisten agar mencapai operational excellence:
1. Kultur
2. Kaderisasi kepimpinan
3. Good Corporate Governance (GCG)
4. Penerapan Risk Management dan Astra Management System (AMS)
5. Penerapan Corporate Social Responsbility (CSR)
Selain mematuhi peraturan pemerintah dan president letter astra
international (2005), CSR PT. IAMI juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan
perusahaan yang mengacu kepada surat keputusan pimpinan PT. Astra
Internasional. Surat keputusan tersebut diturunkan menjadi kebijakan perusahaan
dan lingkungan. Wujud nyata dari pelaksanaan CSR di bidang lingkungan ini
adalah PT. IAMI terus berupaya mematuhi pedoman-pedoman pengelolaan
lingkungan hidup sebagai akibat dari aktivitas bisnis perusahaan yang
menghasilkan polusi dan limbah. Oleh karena itu, perusahaan melaksanakannya
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 yang
diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC).
Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal
driven) pada PT. IAMI APPU dapat dibuktikan dari kegiatan-kegiatan CSR
seperti bantuan dana dalam beasiswa pendidikan bagi anak-anak yatim piatu,
santunan bagi janda-janda yang tidak mampu, sunatan masal, pembagian daging
idul kurban, bakti sosial kepada korban bencana alam. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat merupakan upaya yang dilakukan PT. IAMI APPU agar terjadi
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini diperkuat
dengan suatu penuturan dari koordinator EHS PT IAMI APPU sebagai berikut:
“Perusahaan memberikan suatu aktivitas yang berguna untuk masyarakat sekitar. Kegunaannya bermacam-macam, ada yang untuk pendidikan, ekonomi dan sosial. Terdapat kepedulian dari perusahaan untuk meningkatkan derajat masyarakat sekitar.” (Bp. SA)
Ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam kategori internal
driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
67
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi
kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
PT IAMI APPU belum pernah mengalami konflik dengan warga sekitar
yang tinggal di dekat perusahaan selama menjalankan aktivitas dan berbagai
kegiatan lainnya. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Bapak SY sebagai berikut:
“Konflik tidak terjadi, malah persahabatan. Contoh waktu itu ada kegiatan CSR “go green with astra”, penanaman bibit pohon tiap karyawan dilakukan secara simbolis oleh pihak manajemen sebanyak 10 pohon untuk ditanam di Medan Satria. Pada acara ini persiapan acara didukung sekali oleh masyarakat mulai dari penyiapan tenda, konsumsi, logistik dan lainnya.” (Bp. SY)
5.2 Strategi Pendekatan Pengembangan Masyarakat PT IAMI APPU dalam Menjalankan Kegiatan CSR
PT. IAMI APPU selalu berupaya dalam menerapkan kegiatan CSR
(Corporate Social Responsbility) atau tanggung jawab sosialnya. Penerapannya
dilakukan dengan berbagai macam strategi untuk memenuhi hak-hak masyarakat
sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder). Tentu saja dari sekian
banyak masyarakat yang ada di wilayah sekitar perusahaan, banyak pula
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicukupi oleh masyarakat. Adapun langkah-
langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan CSR PT. IAMI APPU dijalankan berdasarkan “activity plan”
yang diberikan oleh “executive in charge” perusahaan. Kegiatan CSR
masuk ke dalam kegiatan EHS.
2. Menanggapi dari “activity plan” tersebut, maka pekerja EHS membuat
proposal kegiatan untuk disetujui oleh pihak manajeman. Jika kegiatan
CSR ini diluar dari “activity plan”, maka kegiatan CSR masuk ke dalam
kategori kegiatan internal Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT. IAMI
APPU. Pembentukan panitia kegiatan CSR biasanya diambil dari para
pekerja EHS. Dalam proses pembuatan proposal, panitia sudah
memikirkan kegiatan yang akan diberikan kepada masyarakat setelah
melalui proses dialog dengan pihak RT/RW sebagai wakil dari masyarakat
penerima program CSR.
68
3. Setelah proposal disetujui, maka panitia turun ke lapangan, berkoordinasi
dengan pihak RT/RW dan warga setempat. Misal, kegiatan bantuan dana
kepada janda-janda yang tidak mampu. Jadi, panitia EHS bersama RT/RW
menyeleksi janda-janda tersebut yang berhak mendapatkan bantuan.
4. Jika kegiatan sudah terlakasana, selanjutnya adalah proses pelaporan dari
panitia EHS kepada perusahaan. Evaluasi dan monitoring per bulannya
dibantu oleh pihak RT/RW.
Oleh karena itu, pihak perusahaan harus pandai memprioritaskan kebutuhan
utama masyarakat yang disesuaikan juga dengan anggaran CSR perusahaan.
Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada
kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan
masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang
dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:
1. Pendekatan direktif (instruktif).
Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker
mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan
karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan
apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu
dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community
worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur
dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.
2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).
Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada
pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang
yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran
utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,
69
community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi
masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis
dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka
diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
memiliki strategi pendekatan pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke
dalam kategori satu, yaitu pendekatan direktif (instruktif). Hal ini sebagaimana
dinyatakan oleh Bapak SY sebagai salah satu staf EHS PT. IAMI APPU:
“Cara pengidentifikasian kebutuhan masyarakat yaitu inisiatif dari PT IAMI yg nantinya akan ada proses dialog ke masyarakat setempat. Tetapi policy atau kebijakan masih dominan dilakukan oleh perusahaan. Kadang tim perusahaan mendatangi ke lokasi bersama RW atau sebaliknya.” (Bp. SY)
Ungkapan ini jika dikaitkan dengan langkah-langkah dalam penyusunan kegiatan
CSR, yakni pembuatan proposal berdasarkan “activity plan” perusahaan, maka hal
tersebut menunjukkan memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal untuk
menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat
bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh
perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah
pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Memang perusahaan
menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang
lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW.
Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih
dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil
keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.
5.3 Implementasi CSR Perusahaan kepada Masyarakat
Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama
“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Nama ini diambil karena
Isuzu ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dengan memberikan
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan CSR lebih banyak di
terapkan di PT. IAMI APPU daripada kantor PT. IAMI pusat (Head Office) yang
70
berada di kawasan industri Sunter, Jakarta Utara. Hal ini dikarenakan letak kantor
pusat berada di kawasan industri, jadi PT. IAMI Head Office Sunter dikelilingi
oleh kantor-kantor perusahaan lain. Lain halnya dengan dengan PT. IAMI APPU
yang berbatasan langsung dengan masyarakat di Kecamatan Medan Satria. Oleh
karena itu Kecamatan Medan Satria terpilih sebagai kawasan masyarakat yang
terdekat dari perusahaan untuk pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan (zona ring
I).
Adapun anggaran dana untuk kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU
berasal dari dua sumber, yakni Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS)
Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS
Astra diperoleh dari masing-masing anak perusahaan astra, sedangkan dana DKM
PT. IAMI APPU diperoleh dari sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT.
IAMI APPU. Pada umumnya dana dari LAZIS Astra digunakan untuk kegiatan
CSR yang sifatnya besar ataupun insidental seperti pembagian daging kurban pada
hari raya Idhul Qurban dan sunatan masal. Hal ini seperti yang diutarakan kembali
oleh Bapak SY (staf EHS PT. IAMI APPU):
“……Kalo dana dari LAZIS Astra bisa dihitung dengan jari. Kalo ada kegiatan rutin saja seperti sunatan massal dan pembagian daging kurban……” (Bp. SY)
Pernyataan ini menunjukkan bahwa dana kegiatan CSR ada juga yang berasal dari
sumber lain yakni DKM PT. IAMI.
Sebagai bentuk tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal
dari karyawan PT. IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR
yang sudah dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi
kegiatan sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT.
IAMI APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke
dalam struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan
CSR dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya
mengatasnamakan PT. IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR
tersebut. Pernyataan ini diungkapkan oleh salah Bapak UC sebagai staf EHS PT.
IAMI APPU:
71
“Program yang ada masuk dalam agenda DKM, tetapi ketika pelaporan setahun sekali ke kantor pusat sudah tidak membawa nama DKM lagi melainkan perusahaan.” (Bp. UC)
Kegiatan-kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan
Medan Satria RW 007 sebagai berikut :
1. Sumbangan kepada anak yatim atau anak asuh
Jumlah anak yatim yang diberikan sumbangan sebanyak 26 orang.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008. Setiap anak yatim
diberikan Rp 40.000 per bulan. Sumber dana kegiatan ini berasal dari
DKM.
2. Beasiswa pendidikan LAZIS Astra
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2008. Beasiswa
diberikan untuk 30 orang dimulai dari jenjang SD sampai dengan SMP.
Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan,
sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan. Penerima beasiswa
dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan
keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki
kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari
wilayah Ring I perusahaan.
3. Sumbangan beras kepada janda-janda
Kegiatan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2008, kemudian
tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg. Sumber dana
berasal dari DKM. Jumlah janda yang menerima sumbangan beras ini
sebanyak 65 orang.
4. Sunatan Massal
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2008 dengan peserta
sebanyak 95 orang dari 100 formulir yang diedarkan. Sunatan masal
diberikan secara gratis oleh perusahaan. Sumber dana kegiatan ini
berasal dari perusahaan. Kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar
activity plan CSR Isuzu. Sumber dana berasal dari LAZIS Astra.
5. Bantuan modal tanpa bunga
Program ini merupakan salah satu upaya PT. IAMI APPU untuk
memberdayakan kemampuan masyarakat sekitar dengan usaha
72
pembuatan kripik yang didisribusikan ke warung-warung sekitar
lingkungan tempat mereka tinggal. Pemilihan penerima modal ini
berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut
berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per
kepala. Penerima modal ini sebanyak 4 orang. Modal diberikan sebesar
Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak
RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga
kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan
kepada mereka. Sumber dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.
Keberlanjutan dari usaha ini, pihak perusahaan masih dalam tahap
penelitian terhadap aspek kenaikan taraf ekonomi keluarga akibat dari
program ini.
6. Perbaikan becak
Penerima kegiatan ini berjumlah 1 orang yang dilaksanakan pada
tanggal 23 Februari 2008. Pemilihan penerima bantuan didasari atas
inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang.
Penerima hanya dipilih 1 orang karena terkait dengan ungkapan
“memberi pancing, jangan memberi umpan”. Perusahaan
mengharapkan agar tidak menimbulkan kesan memanjakan warga
tetapi justru menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin
mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan
baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru. Sumber
dana dari kegiatan ini berasal dari DKM.
7. Bedah rumah
Renovasi rumah dilakukan pada tanggal 4 Mei 2008. Renovasi
memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya
janda tanpa keluarga di Bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat
tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan.
Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar
lingkungan RW.
8. Go green with Astra
73
Kegiatan peduli lingkungan berdasarkan instruksi PT. Astra
International dalam mewujudkan kepeduliannya terhadap
lingkungan dengan menanamkan bibit pohon sebanyak jumlah
karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU
memiliki 214 karyawan. Kegiatan berlangsung selama 20 Februari
2008 sampai dengan 5 Juni 2008. Peresmian secara simbolis
bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu
dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi,
dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh
pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam
pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan
perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang
seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi.
5.4 Ikhtisar
Pengertian CSR menurut PT. IAMI ialah, penerapan secara sistematis dan
struktur tanggung jawab perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan stakeholder.
Cakupan Stakeholder CSR yang dimaksud dapat dilihat dalam bagan berikut:
Gambar 4. Cakupan CSR PT. IAMI
Customer
Supplier
Pemerintah Lokal & Nasional Masyarakat sekitar & Nasional
Lingkungan
Perusahaan
Pemegang Saham
Karyawan
Keluarga Karyawan
74
Gambar 4 menjelaskan bahwa PT. IAMI mempunyai hubungan dengan
berbagai macam stakeholder dalam aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, agar
kegiatan perusahaan dapat berlansung dengan baik dan lancar, perusahaan
berusaha untuk memenuhi hak-hak pemangku kepentingan dari cakupan internal
perusahaannya sampai dengan cakupan yang lebih luas, yaitu pemerintah lokal
dan nasional. Cakupan internal terdiri dari tanggung jawab terhadap para
pemegang saham dan karyawan. Kemudian cakupan yang lebih luas adalah
pemenuhan terhadap hak-hak customer, supplier, lingkungan, masyarakat dan
pemerintah.
Berdasarkan Tabel 5, maka dapat disimpulkan bahwa cara perusahaan
dalam memandang Corporate Social Responsbility (CSR) termasuk dalam
kategori pertama, kedua dan ketiga. Untuk kategori yang pertama lebih mengarah
kepada external driven (faktor eksternal) dan reputation driven (ingin
mendongkrak citra perusahaan).
75
Tabel 5. Cara Pandang Perusahaan dalam Memandang Corporate Social Responsbility (CSR)
Implementasi CSR PT. IAMI APPU C
ara
Pand
ang
Peru
saha
an
Sekedar Basa-Basi atau Keterpaksaan: Faktor ekternal
(eksternal driven) Masalah lingkungan
(Environmental driven) Mendongkrak citra perusahaan
(Reputation driven)
1. Dikarenakan PT. IAMI APPU sering melaksanakan kegiatan CSR, maka perusahaan menjadi tidak diganggu oleh oknum-oknum yang tidak betanggunga jawab dalam pemungutan liar kepada pihak perusahaan, justru sebaliknya perusahaan dilindungi oleh masyarakat. Koordinator EHS PT. IAMI sangat dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat ketika kegiatan CSR diadakan seperti ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Polisi dan tokoh penting lainnya. (Faktor Ekternal)
2. Kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU mengharapkan adanya timbal balik dari pelaksanaan kegiatannya tersebut yakni berupa peningkatan nama baik perusahaan. Walaupun timbal balik yang didapatkan tidak berbentuk materi, tetapi dengan nama baik perusahaan terangkat maka secara tidak langsung media promosi ikut berjalan seiring dengan kegiatan CSR yang dilakukan. (Mendongkrak Citra Perusahaan)
Sebagai Upaya Memenuhi Kewajiban (compliance)
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, PT. IAMI berusaha mematuhi regulasi yang berlaku, yaitu : 1. Undang-Undang Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas Bab V Pasal 74.
2. President letter Astra (2005) 3. Kebijakan Perusahaan 4. Kebijakan Lingkungan 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 127/MENLH/2002 yang diaudit berdasarkan sistem Astra Green Company (AGC)
Tulus dari perusahaan (internal driven)
Kegiatan-kegiatan CSR seperti bantuan bakti sosial kepada korban bencana alam dan bantuan kepada orang yang terkena penyakit berat.
76
Strategi PT. IAMI APPU dalam upayanya merangkul masyarakat pada
kegiatan CSR perusahaan dapat dilihat berdasarkan pendekatan pengembangan
masyarakat melalui dua pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang
dikemukakan oleh Batten (1967) dalam Adi (2003) yaitu:
1. Pendekatan direktif (instruktif).
Pendekatan ini dilakukuan berdasarkan asumsi bahwa community worker
mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.
Dalam pendekatan ini peranan community worker bersifat lebih dominan
karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak
berasal dari community worker. Community worker-lah yang menetapkan
apa yang baik atau buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu
dilakukan untuk memperbaikinya, dan selanjutnya menyediakan sarana
yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dalam prakteknya community
worker memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu
masalah, tetapi jawaban yang muncul dari suatu masyarakat selalu diukur
dari segi ‘baik’ dan ‘buruk’ menurut community worker.
2. Pendekatan Non-Direktif (Partisipatif).
Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa
yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Pada
pendekatan ini community worker tidak menempatkan diri sebagai orang
yang menetapkan ‘baik’ atau ‘buruk’ bagi suatu masyarakat. Pemeran
utama dalam perubahan masyarakat adalah masyarkat itu sendiri,
community worker lebih bersifat menggali dan mengembangkan potensi
masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis
dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta mereka
diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
Jika ditarik kesimpulan, maka perusahaan memiliki strategi pendekatan
pengembangan masyarakat yang lebih berpihak ke dalam kategori satu, yaitu
pendekatan direktif (instruktif). Memang sudah ada inisiatif perusahaan dari awal
untuk menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat.
77
Masyarakat bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang
diberikan oleh perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak
perusahaan adalah pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW).
Perusahaan menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses
dialog yang lebih intensif masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan
pengurus RT/RW. Walaupun pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan
perusahaan lebih dominan untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa
mengambil keputusan dan mengutarakannya secara langsung kepada pihak
perusahaan.
Kegiatan pengimplementasian CSR PT. IAMI APPU dikenal dengan nama
“Isuzu Berhati Berbagi” yang dirilis pada tahun 2007. Anggaran dana untuk
kegiatan CSR PT. ISUZU IAMI APPU berasal dari dua sumber, yakni Lembaga
Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LAZIS) Astra dan Dewan Kemakmuran Mesjid
(DKM) PT. IAMI APPU. Dana LAZIS Astra diperoleh dari masing-masing anak
perusahaan astra, sedangkan dana DKM PT. IAMI APPU diperoleh dari
sumbangan yang diberikan oleh karyawan PT. IAMI APPU. Sebagai bentuk
tanggung jawab atas penggunaan dana DKM yang berasal dari karyawan PT.
IAMI APPU, maka panitia EHS melaporkan kegiatan CSR yang sudah
dilaksanakan dengan pemberitahuan informasi mulai dari deskripsi kegiatan
sampai arus perputaran uang melalui media majalah dinding DKM PT. IAMI
APPU. DKM tersebut merupakan suatu lembaga yang tidak termasuk ke dalam
struktur organisasi formal perusahaan. Oleh karena itu, ketika kegiatan CSR
dilaporkan kepada Astra Internasional, pekerja EHS hanya mengatasnamakan PT.
IAMI sebagai perwakilan dari pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Kegiatan-
kegiatan CSR yang dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria
RW 007 dapat dilihat pada Tabel 6.
78
Tabel 6. Kegiatan-Kegiatan CSR yang Dilaksanakan PT. IAMI APPU di Kecamatan Medan Satria RW 07
No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI
APPU
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Kegiatan
Sumber Anggaran
Dana Deskripsi Kegiatan
1.
Sumbangan kepada anak yatim/anak asuh (sosial) charity
4 Mei 2008 26 orang DKM
PT.IAMI APPU
Setiap anak yatim diberikan Rp 40.000 per bulan.
2.
Beasiswa pendidikan LAZIS Astra (sosial) charity
6 Juni 2008 6 orang LAZIS ASTRA
Beasiswa diberikan dari jenjang SD sampai dengan SMP. Untuk tingkat SD, tiap orang memperoleh Rp 60.000 per bulan . Sedangkan untuk tingkat SMP Rp 70.000 per bulan (bulan/tahun). Penerima beasiswa dipilih berdasarkan kriteria anak tersebut berstatus yatim, penghasilan keluarga kurang dari Rp 300.000/bulan per kepala, dan memiliki kemauan sekolah yang tinggi. Pemberian beasiswa ini diutamakan dari wilayah Ring I perusahaan.
3.
Sumbangan beras kepada janda-janda (sosial) charity
4 Mei 2008 65 orang DKM
PT.IAMI APPU
Tiap 3 bulan mereka mendapatkan beras sebanyak 5 Kg
4. Sunatan Massal (sosial) charity 5 Juli 2008 3 orang LAZIS
ASTRA
Sunatan masal diberikan secara gratis oleh perusahaan
79
No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI
APPU
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Kegiatan
Sumber Anggaran
Dana Deskripsi Kegiatan
5.
Bantuan modal tanpa bunga (ekonomi) Philantrophy
--- 4 orang DKM
PT.IAMI APPU
Pemilihan penerima modal ini berdasarkan kriteria dipilih RT setempat berdasarkan orang tersebut berstatus janda, penghasilan kurang dari Rp 300.000 per bulan per kepala. Modal diberikan sebesar Rp 250.000 per orang. Pengembalian modal di monitoring oleh pihak RT dalam jangka 10 bulan. Perusahaan tidak memberikan beban bunga kepada masyarakat, laba dari modal tersebut sepenuhnya diberikan kepada mereka
6. Perbaikan becak (ekonomi) Philantrophy
23 Februari 2008 1 orang
DKM PT.IAMI
APPU
Pemilihan penerima bantuan didasari atas inisiatif untuk pemberdayaan sesuai keahlian yang dimiliki seseorang. Perusahaan mengharapkan agar menginisiatifkan warga untuk berkompetisi bila ingin mendapatkan bantuan. Perbaikan becak dilakukan oleh DKM. Bahan baku untuk perbaikan becak ini dengan membeli bahan baru.
7. Bedah Rumah (lingkungan) charity
4 Mei 2008 1 orang DKM
PT.IAMI APPU
Renovasi memakan 1 minggu. Kegiatan dilaksanakan karena status pemiliknya janda tanpa keluarga di bekasi, dan melihat kondisi rumahnya sangat tidak layak untuk dihuni. Bahan baku renovasi berasal dari perusahaan. Pekerja yang melakukan renvoasi rumah berasal dari pekerja sekitar lingkungan RW.
80
No. Jenis Kegiatan CSR PT. IAMI
APPU
Tanggal Pelaksanaan
Jumlah Peserta
Kegiatan
Sumber Anggaran
Dana Deskripsi Kegiatan
8.
Go green with Astra (Lingkungan) GCG
20 Februari 2008 --- PT. Astra
Internasional
Penanaman bibit pohon sebanyak jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. PT. IAMI APPU memiliki 214 karyawan. Peresmian secara simbolis bekerja sama dengan masyarakat RW 007. Masyarakat membantu dalam perlengkapan logistik acara baik dari persiapan tenda, kursi, dan lain-lain. Bibit berasal dari perusahaan. Acara dihadari oleh pejabat perusahaan dan pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya, penanaman tidak dilakukan oleh seluruh karyawan perusahaan dikarenakan alasan efisiensi. Jadi penanaman yang seharusnya oleh karyawan, digantikan oleh polisi.
Menurut Wibisono (2007), contoh lingkup program CSR yang disarikan
dari beberapa perusahaan terkemuka terbagi menjadi tiga kategori yakni bidang
sosial, ekonomi dan lingkungan. Jika pernyataan tersebut dikaitkan dengan
implementasi CSR PT. IAMI APPU, maka kegiatan yang termasuk dalam
kategori bidang sosial adalah kegiatan sumbangan kepada anak yatim/anak asuh,
beasiswa pendidikan LAZIS Astra, sumbangan beras kepada janda-janda dan
sunatan masal. Sedangkan kegiatan seperti bantuan modal tanpa bunga dan
perbaikan becak termasuk ke dalam CSR bidang ekonomi. Dua sisanya yakni
kegiatan bedah rumah dan go green with Astra termasuk dalam kegiatan CSR
dalam bidang lingkungan.
BAB VI
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNITAS, TAHAP PARTISIPASI DAN DAMPAK KEGIATAN CSR
6.1 Karakteristik Demografis
6.1.1 Jenis Kelamin
Komunitias penelitian sebagian besar (90%) terdiri dari perempuan dan
sisanya (10%) adalah laki-laki (Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Komunitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n % Laki-laki 4 10.0 Perempuan 36 90.0 Total 40 100.0 6.1.2 Umur
Umur merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui masa hidup
responden dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Umur responden
berkisar antara 25-80 tahun. Sebanyak separuh (50%) komunitas merupakan
dewasa madya. Hampir sepertiga (30%) komunitas termasuk tahap usia lanjut
dan sisanya termasuk dewasa awal. Kisaran umur yang telah ditentukan
merupakan tahap perkembangan manusia berdasarkan teori perkembangan
Hurlock (1980). Sebaran komunitas berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Komunitas Berdasarkan Umur
Usia n % Dewasa Awal (18-40) 8 20.0 Dewasa Madya (41-60) 20 50.0 Usia Lanjut (>60) 12 30.0 Total 40 100.0
6.1.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang
pernah ditamatkan. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa persentase terbesar
82
(32.5%) komunitas tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Sedangkan
persentase terendah komunitas berpendidikan tidak tamat SMP dan tamat SMA
yaitu masing-masing sebesar 2.5 persen
Tabel 9. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan n % Tidak Sekolah 13 32.5 Tidak tamat SD 12 30.0 Tamat SD 7 17.5 Tidak Tamat SMP 1 2.5 Tamat SMP 4 10.0 Tidak Tamat SMA 2 5.0 Tamat SMA 1 2.5 Total 40 100.0 6.1.4 Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang tersaji dalam Tabel 10 diketahui bahwa
persentase terbesar (57.5%) komunitas merupakan Ibu Rumah Tangga atau tidak
bekerja. Persentase terbesar kedua (20.0%) adalah pedagang, sedangkan
presentase terkecil (2,5%) komunitas merupakan pegawai swasta.
Tabel 10. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan n % Pegawai swasta 1 2.5 Wiraswasta 2 5.0 Pedagang 8 20.0 IRT/tidak bekerja 23 57.5 Lain-lain 6 15.0 Total 40 100.0 6.1.5 Pendapatan
Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (77.5%)
komunitas termasuk dalam kategori berpendapatan rendah yaitu dibawah Upah
Minimum Regional (UMR) kota Bekasi (Rp 994.000,-), sedangkan persentase
terendah (2.5%) merupakan komunitas dengan pendapatan tinggi.
83
Tabel 11. Sebaran Komunitas Berdasarkan Pendapatan
Besar Pendapatan n % Rendah (<994000) 31 77.5 Sedang (994000-1988000) 8 20.0 Tinggi (>1988000) 1 2.5 Total 40 100.0
6.1.6 Besar Keluarga
Berdasarkan BKKBN, keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu
keluarga kecil yang terdiri kurang dari 4 anggota keluarga, keluarga sedang 5
sampai 6 anggota keluarga, dan keluarga besar lebih dari sama dengan 7 anggota
keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) komunitas
memiliki keluarga kecil, sebanyak 15 persen termasuk keluarga sedang, dan
sisanya (5%) termasuk keluarga besar. Sebaran komunitas berdasarkan besar
keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran Komunitas Berdasarkan Besar Keluarga
Besar Keluarga n % Keluarga kecil (≤4) 32 80.0 Keluarga sedang (5-6) 6 15.0 Keluarga besar (≥7) 2 5.0 Total 40 100.0
6.2 Tingkat Partisipasi Komunitas Kelurahan Medan Satria
Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan oleh terjadinya pembagian ulang
kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan
kelompok masyarakat penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut
bertingkat, sesuai dengan gradasi derajat wewenang dan tanggungjawab yang
dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi komunitas tersebut
disajikan dalam Tabel 13 sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang
menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1969 dalam Zoebir
2008).
84
Tabel 13. Tingkatan Partisipasi
No. Tangga/Tingkatan Partisipasi Hakekat Kesertaan
Tingkatan Pembagian Kekuasaan
1. Manipulasi (Manipulation)
Permainan oleh pemerintah Tidak ada partisipasi 2. Terapi
(Therapy) Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati
3. Pemberitahuan (Informing)
Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Tokenisme/sekedar
justifikasi agar mengiyakan
4. Konsultasi (Consultation)
Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya
5. Penenangan (Placation)
Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan
6. Kemitraan (Partnership)
Timbal-balik dinegosiasikan
Tingkat kekuasaan ada di masyarakat 7.
Pendelegasian Kekuasaan
(Delegated Power)
Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program)
8. Kontrol Masyarakat (Citizen Control)
Sepenuhnya dikuasi oleh masyarakat
Sumber: Arsntein (1969:217) dalam Setiawan (2003)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas
berada pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada
pada tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada
tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi
manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol
masyarakat. Sebaran komunitas berdasarkan tangga partisipasi dapat dilihat pada
Tabel 14:
Tabel 14. Sebaran Komunitas Berdasarkan Tingkat Partisipasi
No. Tingkat Partisipasi n % 1. Manipulasi 0 0.0 2. Terapi 22 55.0 3. Pemberitahuan 10 25.0 4. Konsultasi 0 0.0 5. Penenangan 8 20.0 6. Kemitraan 0 0.0 7. Pendelegasian Kekuasaan 0 0.0 8. Kontrol Masyarakat 0 0.0 Total 40 100.0
85
Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari setengah (55%) komunitas masih
berada pada tahap partisipasi terapi. Hal ini berarti perusahaan melakukan
kegiatan CSR agar masyarakat tidak marah atau sekedar mengobati jika ada
aktivitas perusahaan yang berada di sekitar lingkungan masyarakat namun
perusahaan tersebut tidak peduli terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Jadi ada
upaya perusahaan untuk merangkul masyarakat melalui kegiatan CSR perusahaan.
Tingkat partisipasi terapi digambarkan pada kondisi seperti kegiatan CSR yang
berlangsung dalam sekali waktu (seperti bencana alam dan hari raya), bantuan
diberikan dalam bentuk uang atau bahan makanan pokok, dan pengorganisasian
dilakukan oleh perusahaan.
Mengacu pada Gambar 13, apabila delapan tahap partisipasi dikategorikan
menjadi tiga bagian yakni berdasarkan tingkat pembagian kekuasaannya, maka
tingkat partisipasi terapi menempati tingkat pembagian kekuasaan pada tahap
tidak ada partisipasi masyarakat sebesar 55 persen. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan bahwa lebih dari separuh komunitas tidak berpartisipasi dalam
kegiatan CSR yang dilakukan PT. IAMI APPU. Kemudian, dapat dilihat kembali
dari Gambar 13, partisipasi masyarakat pada kegiatan CSR pada PT. IAMI APPU
telah merangkak ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi. Sebanyak 45 persen
komunitas berada pada tingkatan pembagian kekuasaan tokenisme. Hal ini dapat
dilihat bahwa perusahaan telah mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat dan
kegiatan sudah ditentukan oleh perusahaan (tahap partisipasi pemberiahuan),
pihak perusahaan selalu hadir dalam setiap kegiatan CSR dan hanya segelintir
anggota masyarakat yang ikut serta dalam mengurusi kegiatan CSR, selebihnya
adalah perusahaan (tingkat patisipasi penenangan).
86
Gambar 13. Kategori Tahap Partisipasi Komunitas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan CSR yang
dilakukan PT. IAMI APPU belum sepenuhnya melibatkan masyarakat untuk ikut
serta dalam proses perencanaan kegiatan sampai evaluasi. Masyarakat belum
memiliki kekuasaan akan pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT.
IAMI APPU.
6.3 Dampak Kegiatan CSR PT. IAMI APPU Terhadap Komunitas Kelurahan Medan Satria
6.3.1 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi merupakan dampak yang memberikan dampak
penambahan pendapatan ekonomis bagi masyarakat penerima kegiatan CSR yang
dilakukan oleh PT. IAMI APPU. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 15
menunjukkan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan oleh sebagian besar (60%)
komunitas masih relatif sedang. Hanya sebagian kecil (12.5%) komunitas saja
yang merasakan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan relatif tinggi. Hal ini
dikarenakan jenis program yang diterima sebagian besar komunitas masih bersifat
charity dan philantropy, sedangkan sebagian kecil komunitas yang merasakan
6. Kemitraan 20%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
3. Pemberitahuan 55%
2. Terapi Tidak Ada Partisipasi = 55%
8. Kontrol Masyarakat
7. Pendelegasian Kekuasaan
5. Penenangan
4. Konsultasi
1. Manipulasi
Tokenisme = 45 %
Kekuasaan di = 0% Masyarakat
87
dampak ekonomi yang relatif tinggi mendapatkan bantuan kegiatan CSR berupa
peminjaman modal yang memungkinkan komunitas melakukan kegiatan produktif
yang dapat menambah pendapatan keluarga.
Tabel 15. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Ekonomi
Dampak Ekonomi n % Rendah 11 27.5 Sedang 24 60.0 Tinggi 5 12.5 Total 40 100.0
6.3.2 Dampak Sosial
Dampak sosial merupakan dampak yang lebih bersifat jalinan hubungan
sosial antara masyarakat dengan perusahaan maupun antara masyarakat dengan
masyarakat seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, konflik
yang terjadi, dan solidaritas serta kerjasama antar warga. Tabel 16 menunjukkan
bahwa hampir seluruh (90%) komunitas merasakan bahwa dampak sosial relatif
sedang dan sisanya dampak sosial yang dirasakan komunitas relatif tinggi. Secara
umum dapat dijelaskan bahwa hampir seluruh komunitas menganggap bahwa
hubungan antara masyarakat dan perusahaan memiliki hubungan yang baik.
Tabel 16. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial
Dampak Sosial n % Rendah 0 0 Sedang 36 90 Tinggi 4 10 Total 40 100
6.3.3 Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan merupakan dampak akibat berjalannya kegiatan
produksi bisnis perusahaan seperti pengelolaan lingkungan hidup dan
penambahan infrastrukur wilayah perusahaan tersebut. Tabel 17 memperlihatkan
bahwa sebagian besar (95%) komunitas merasakan bahwa dampak lingkungan
dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan perolehan sertifikat ISO 14001 oleh
PT. IAMI APPU yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola
88
lingkungan dan limbah dengan baik. Hanya sedikit komunitas (5%) menyatakan
bahwa dampak lingkungan yang dirasakan rendah.
Tabel 17. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Sosial
Dampak Lingkungan n % Rendah 2 5 Sedang 38 95 Tinggi 0 0 Total 40 100
6.3.4 Dampak Keseluruhan
Dampak keseluruhan merupakan penggabungan dari dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan. Tabel 18 menunjukkan bahwa sebesar 47.5 persen
merasakan bahwa dampak secara keseluruhan relatif sedang dan sebesar 42.5
persen merasakan bahwa (10%) dampak secara keseluruhan relatif rendah. Hanya
sebagian kecil komunitas saja yang merasakan dampak keseluruhan dirasakan
relatif tinggi.
Tabel 18. Sebaran Komunitas Berdasarkan Kategori Dampak Kegiatan CSR
Dampak Keseluruhan n % Rendah 17 42.5 Sedang 19 47.5 Tinggi 4 10.0 Total 40 100.0
6.4 Hubungan antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi
Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara karakteristik komunitas dengan tahap partisipasi. Hal ini diduga
karena terdapat variabel lain diluar penelitian yang berhubungan dengan tahap
partisipasi seperti faktor eksternal yang meliputi hubungan yang terjalin antara
pihak pengelola proyek dengan sasaran (pelayanan) dan metode kegiatan dua arah
yang interaktif sehingga dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah
2002).
89
Tabel 19. Koefisien Korelasi Spearman Antara Karakteristik Komunitas dengan Tahap Partisipasi
Variabel Tahap partisipasi Usia -0.187 Tingkat Pendidikan 0.070 Tingkat Pendapatan -0.197 Jumlah Keluarga 0.234 Lama Tinggal -0.109
6.5 Hubungan antara Tahap Partisipasi dengan Dampak Kegiatan CSR
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara tahap
partisipasi dan dampak kegiatan CSR menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
nyata (r=0.016, p>0.05) antara tahap partisipasi dengan dampak kegiatan CSR.
Hal ini diduga bahwa berdasarkan hasil observasi lapangan, karakteristik
masyarakat penerima program bantuan kegiatan memang masih bersifat pasif dan
tergantung terhadap perusahaan, sehingga apabila masyarakat dengan
karakteristik seperti yang disebutkan diatas harus melakukan tahap pada tangga
partisipasi yang semakin tinggi (kearah kontrol masyarakat) maka komunitas
belum siap untuk menerimanya. Kebelumsiapan komunitas menyebabkan
dampaknya akan semakin tidak kentara.
BAB VII ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Kegiatan CSR PT IAMI APPU dalam struktur organisasi perusahaan
ditangani oleh seksi Enviroment Health and Safety (EHS). Seksi ini dibentuk
karena munculnya sistem manajeman lingkungan yang dirilis oleh PT. Astra
International (PT. AI) sebagai induk perusahaan pada tahun 2000. Sistem ini
dikenal dengan sebutan Astra Green Company (AGC). AGC merupakan sebuah
manajeman yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan
pembangunan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan “stakeholder” dalam setiap
pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan pembangunan
berkelanjutan.
PT IAMI APPU memiliki pandangan tersendiri dalam memandang CSR
(Tabel 5). Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai
cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan
terhadap CSR yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR
karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin
mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena
terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial dan lingkungan.
Jika dikaitkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
implementasi kegiatan CSR PT IAMI APPU dapat dikategorikan dalam kategori
pertama (faktor eksternal dan ingin mendongkrak citra perusahaan), kedua
(sebagai upaya memenuhi kewajiban) dan ketiga (dorongan yang tulus dari
91
dalam). Hal ini membuktikan bahwa memang adanya suatu fenomena tanggung
jawab sosial yang terjadi di perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan
masyarakat.
Apabila dianalisis berdasarakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh PT IAMI APPU melalui kegiatan CSR perusahaan
sudah berbasis Defining Need (mendefinisikan kebutuhan) tetapi hanya sebatas
dialog dengan pihak RT dan RW saja belum sampai pada dialog langsung
bersama penerima kegiatan. Hal ini diperkuat dengan teori pendekatan
pengembangan masyarakat Batten (1967) dalam Adi (2003) yang menunjukkan
bahwa pendekatan pengembangan masyarakat yang digunakan PT IAMI APPU
dalam upaya merangkul masyarakat pada kegiatan CSR lebih condong
menggunakan pendekatan direktif (instruktif) dari pada pendekatan non-direktif
(partisipatif).
Hal ini ditunjukkan oleh adanya inisiatif perusahaan dari awal untuk
menentukan program yang sebaiknya ditujukan untuk masyarakat. Masyarakat
bersifat pasif dalam artian hanya menunggu program CSR yang diberikan oleh
perusahaan. Penghubung antara masyarakat dengan pihak perusahaan adalah
pengurus Rumah Tangga (RT) atau Rumah Warga (RW). Perusahaan menanyakan
apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, tetapi proses dialog yang lebih intensif
masih terbatas di tingkatan panitia EHS dengan pengurus RT/RW. Walaupun
pihak RT/RW mengajukan ide atau saran, kebijakan perusahaan lebih dominan
untuk mengambil keputusan. Masyarakat belum bisa mengambil keputusan dan
mengutarakannya secara langsung kepada pihak perusahaan.
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi komunitas dalam mengikuti
kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT IAMI APPU berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan masyarakat (Ife 1995 dalam Nasdian 2006), maka CSR tersebut
belum berbasiskan pada prinsip pemberdayaan, kemandirian dan partisipasi. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian kuantitatif yang dikembangkan dari teori
delapan tahap atau tangga partisipasi (Arnsten 1969). Berdasarkan Gambar 5,
hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) komunitas berada
pada tingkatan partisipasi terapi, satu perempat (25%) komunitas berada pada
92
tingkatan pemberitahuan, dan satu perlima (20%) komunitas berada pada
tingkatan penenangan. Komunitas tidak berada pada tingkatan partisipasi
manipulasi, konsultasi, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol
masyarakat.
Gambar 5. Tahap Partisipasi Komunitas dan Karakteristik CSR
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat juga bahwa karekteristik CSR
perusahaan berada pada posisi Charity dan Philantropy yang mengarah kepada
Good Corporate Citizenship (GCG). Hal ini dibuktikan oleh kegiatan-kegiatan
Charity dalam bentuk sumbangan kepada yatim piatu, beasiswa pendidikan,
sumbangan beras, sunatan massal, dan bedah rumah. Kegiatan ini dapat
dikategorikan dalam Charity pada karakteristik CSR yang telah dikemukakan oleh
Za’im Zaidi (2003) karena kegiatan dilakukan hanya bersifat jangka pendek yang
berarti belum memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Kegiatan yang
dikategorikan Philantrophy dalam bentuk bantuan modal tanpa bunga dan
perbaikan becak. Bagi pihak perusahaan, kedua kegiatan ini sebagai langkah awal
untuk memberdayakan masyarakat walau dengan jumlah anggota yang sedikit.
Kemudian kegiatan yang termasuk dalam Good Corporate Citizenship (GCG)
Charity PhilantropyGood Corporate
Citizenship (GCG)
6. Kemitraan 20%
0%
0%
0%
0%
0%
25%
3. Pemberitahuan 55%
2. Terapi Tidak Ada Partisipasi = 55%
8. Kontrol Masyarakat
7. Pendelegasian Kekuasaan
5. Penenangan
4. Konsultasi
1. Manipulasi
Tokenisme = 45 %
Kekuasaan di = 0% Masyarakat
93
adalah Go Green With Astra yakni penanaman bibit pohon di sekitar kawasan
perusahaan. Persentase tahapan partisipasi pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa
tidak adanya partisipasi pada kategori GCG, namun kegiatannya termasuk dalam
GCG. Hal ini dikarenakan penanaman tidak dilakukan langsung oleh masyarakat.
Mereka hanya sebatas membantu di bagian logistik perlengkapan persiapan acara
saja.
Berdasarkan Gambar 5, jika posisi masyarakat terus bergerak ke arah
kanan, maka kekuasaan akan berada pada tangga partisipasi kontrol masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat menjadi mandiri dan menentukan sendiri apa yang
menjadi kebutuhannya serta dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk mencapai kebutuhan masyarakat. Pada saat proses kegiatan CSR
belangsung, sebaiknya perusahaan juga membekali masyarakat dengan pelatihan-
pelatihan untuk mengembangkan sumberdaya yang ada sehingga ketika mereka
berada pada tangga partisipasi yang paling tinggi yakni kontrol masyarakat maka
masyarakat akan bijaksana dalam mengambil keputusan, bukan pemberontakan
ataupun konflik yang sama sekali tidak diharapkan oleh perusahaan jika
masyarakat telah berada pada puncak tahap partisipasi. Oleh karena itu, kegiatan
yang kooperatif antara pihak masyarakat dan perusahaan sangat dibutuhkan dalam
melancarkan kegiatan CSR ini untuk tercapainya suatu titik temu antara keinginan
kedua belah pihak. Pada kondisi tersebut, kedua belah pihak akan saling sejajar
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama secara berkelanjutan.
top related