bab v hasil dan pembahasan biodegradable) menjadi … · mg/l, dan 13,64 – 36,8 mg/l dengan...
Post on 25-Aug-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen
yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk
mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003). Hasil pengukuran
kandungan COD pada setiap titik dapat dilihat pada Gambar V.5.
Gambar V.5 menunjukkan bahwa nilai COD pada sampling kedua cenderung
lebih besar dibandingkan pada sampling yang pertama. Peningkatan ini dapat
disebabkan akibat material organik yang terbawa oleh limpasan air hujan. Selain
itu, peningkatan antara sampling yang pertama dengan sampling kedua dapat
disebabkan akibat meningkatnya aktivitas domestik dan industri di sekitar area
waduk dan pada area di sepanjang daerah aliran sungai yang membuang limbah
domestiknya langsung ke sungai yang menjadi input Waduk Cirata.
Keterangan: Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007)
Gambar V.5 Kadar COD Pada Setiap Titik Sampling
Dari hasil pengukuran, kisaran kandungan COD pada permukaan, kedalaman 9
meter, dan dasar secara berturut-turut adalah 13,8 – 44,16 mg/L, 11,96 – 62,56
mg/L, dan 13, 64 – 36,8 mg/L dengan rata-rata 26,53 mg/L, 29,7 mg/L, dan
20,68 mg/L. Sumber utama material organik diperkirakan berasal dari aktivitas
domestik dan pakan ikan yang digunakan pada aktivitas pembudidayaan ikan.
Perbandingan nilai COD untuk pada setiap kedalaman dapat dilihat pada Gambar
V.6.
V - 9
Bab V Hasil dan Pembahasan
Gambar V.6 menunjukkan nilai COD yang berfluktuasi pada setiap titik dan
kedalaman. Dari gambar tersebut dapat dilihat pada kedalaman 9 meter nilai
COD cenderung lebih besar dibandingkan dengan bagian permukaan dan pada
dasar perairan dimana kisarannya dapat mencapai nilai COD sebesar 62,56 mg/L.
Hal tersebut terutama terlihat pada titik 3, 4, 6, 7, dan 8 yang merupakan titik
sampling dengan populasi KJA yang padat.
Nilai COD yang tinggi menunjukkan kandungan organik yang tinggi pula.
Kecenderungan nilai COD yang tinggi pada titik sampling dengan populasi padat
KJA kemungkinan disebabkan keberadaan jaring yang digunakan pada aktivitas
budidaya ikan. Sebagian besar dari KJA yang ada terdiri dari dua lapis dengan
kedalaman total dapat mencapai 8 meter. Akibat keberadaan jaring-jaring
tersebut, sebagian material organik yang cenderung sukar larut dalam air
kemungkinan akan tertahan pada dasar jaring apung sehingga pada kedalaman 8
– 9 meter kandungan organik cukup tinggi.
Keterangan: permukaan 9 m dari permukaan dasar
Gambar V.6 Nilai COD Pada Setiap Kedalaman
Dari hasil pengukuran, kisaran kandungan COD pada permukaan, kedalaman 9
meter, dan dasar secara berturut-turut adalah 13,8 – 44,16 mg/L, 11,96 – 62,56
mg/L, dan 13,64 – 36,8 mg/L dengan rata-rata 26,53 mg/L, 29,7 mg/L, dan 20,68
mg/L. Nilai COD tertinggi berada pada titik 3 dan 4 pada kedalaman 9 meter
dengan nilai 62,56 mg/L dan 58 mg/L. Nilai tersebut telah melewati baku mutu
air Kelas III pada PP No. 82 Tahun 2001 yang merupakan kelas air terendah
yang dapat dipergunakan untuk perikanan. Baku mutu nilai COD pada kelas
tersebut adalah sebesar 50 mg/L.
V - 10
Bab V Hasil dan Pembahasan
V.6 BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan senyawa organik pada kondisi aerob. Makin banyak zat organik,
makin besar oksigen yang dibutuhkan sehingga harga BOD makin besar. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi kadar BOD tingkat pencemaran
juga makin tinggi.Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran kadar bahan
organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk
mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Effendi, 2003).
Hasil pengukuran konsentrasi BOD dapat dilihat pada Tabel V.4 dan Gambar
V.7.
Tabel V.4 Kandungan BOD5 Pada Titik 1, 8, dan 10
BOD 5 (mg/L) Titik Sampling Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007)
A 9,744 15,773 B 10,937 12,355 1C 10,845 9,887 A 19,654 19,577 B 18,617 19,729 8C 17,562 14,778 A 14,722 18,243 B 13,516 9,626 10C 12,001 13,788
Keterangan: A = Permukaan
B = Kedalaman 9 meter
C = Dasar (0,8 kali kedalaman total)
Keterangan: Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007)
Gambar V.7 Kandungan BOD5 Pada Titik 1, 8, dan 10
Hasil pengukuran BOD5 pada titik 1, 8, dan 10 pada pengambilan sampel yang
kedua cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan pengambilan sampel yang
pertama walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil
V - 11
Bab V Hasil dan Pembahasan
pengukuran, kandungan BOD5 yang diperoleh berada di atas 9 mg/L. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kandungan BOD5 pada titik sampling yang
ditinjau telah melewati baku mutu untuk air Kelas III yang merupakan golongan
air terendah yang dapat dimanfaatkan untuk perikanan. Baku mutu kandungan
BOD5 untuk air Kelas III adalah 6 mg/L.
Hasil pengukuran BOD5 pada titik 1, 8, dan 10 juga menunjukkan bahwa titik 8
memiliki kandungan BOD5 tertinggi bila dibandingkan dengan titik 1 dan titik 8.
Perbandingan kandungan BOD5 untuk titik 1, 8, dan 10 pada setiap kedalaman
dapat dilihat pada Gambar V.8.
Keterangan: permukaan 9 m dari permukaan dasar
Gambar V.8 Kandungan BOD5 Pada Setiap Kedalaman Pada Titik 1, 8, dan 10
Titik 8 merupakan titik sampling dengan populasi KJA yang cukup padat,
sedangkan titik 1 dan 10 berada jauh dari aktivitas KJA. Hal tersebut
kemungkinan menjadi penyebab tingginya kandungan BOD5 di titik 8. Hal ini
terlihat dari tingginya rasio perbandingan BOD5/COD pada titik 8 yang dapat
mencapai rasio sebesar 0,803 (Tabel V.5). Hal tersebut kemungkinan disebabkan
tingginya bahan organik yang masuk ke perairan waduk, baik akibat sisa pakan
ikan maupun aktivitas domestik lainnya yang berlangsung di atas perairan
waduk.
V - 12
Bab V Hasil dan Pembahasan
Tabel V.5 Rasio Perbandingan BOD5/COD
BOD 5 (mg/L) COD (mg/L) Rasio (BOD5/COD) Titik Sampling Sampling 1 Sampling 2 Sampling 1 Sampling 2 Sampling 1 Sampling 2
A 9,744 15,773 30,000 33,12 0,325 0,476 B 10,937 12,355 20,909 22,08 0,523 0,560 1C 10,845 9,887 13,636 25,76 0,795 0,384 A 19,654 19,577 26,364 27,600 0,745 0,709 B 18,617 19,729 34,545 36,800 0,539 0,536 8C 17,562 14,778 23,640 18,400 0,743 0,803 A 14,722 18,243 31,280 30,000 0,471 0,608 B 13,516 9,626 22,080 23,636 0,612 0,407 10C 12,001 13,788 25,455 18,400 0,471 0,749
Keterangan: Sampling 1 : 4 April 2007
Sampling 2 : 3 Mei 2007
A = Permukaan
B = Kedalaman 9 meter
C = Dasar (0,8 kali kedalaman total)
V.7 NITROGEN ANORGANIK
V.7.1 Nitrat
Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Hasil pengukuran nitrat untuk setiap titik
pada setiap kedalaman dapat dilihat pada Gambar V.9.
Dari hasil pengukuran tersebut, tampak perbedaan yang cukup signifikan antara
pengambilan sampel yang pertama dan kedua. Pada pengukuran nitrat untuk
sampel yang kedua, konsentrasi nitrat yang terukur cenderung lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi nitrat yang terukur pada pengambilan sampel
yang pertama. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kondisi cuaca, baik
sebelum maupun pada saat pengambilan sampel. Pada pengambilan sampel yang
pertama kondisi cuaca cenderung kering, sedangkan pada pengambilan sampel
yang kedua kondisi cuaca cenderung lebih basah dengan indikasi hujan secara
terus menerus selama empat hari berturut-turut sebelum pengambilan sampel.
Pengaruh cuaca tersebut terlihat dari perbedaan ketinggian muka air waduk pada
sampling pertama dengan sampling kedua dimana ketinggian muka air waduk
V - 13
Bab V Hasil dan Pembahasan
pada sampling yang pertama berada pada level 210 m dan pada saat sampling
kedua berada pada level 215 m. Lebih besarnya konsentrasi nitrat yang terukur
pada sampling kedua diperkirakan akibat besarnya senyawa nitrogen yang masuk
ke dalam waduk karena terbawa oleh limpasan air hujan, baik pada daerah di
sekitar waduk yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, maupun akibat erosi
tanah di sekitar sungai yang menjadi input utama air Waduk Cirata.
Keterangan: Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007)
Gambar V.9 Konsentrasi Nitrat Terukur Pada Setiap Titik Sampling
Pada dasarnya, nitrat terbentuk akibat oksidasi senyawa nitrogen oleh oksigen,
sehingga nitrat akan banyak ditemui pada perairan dengan kadar oksigen yang
mencukupi. Goldman dan Horne (1983) (dalam Pratiwi, 2006) menyebutkan
bahwa penyebaran NO3 akan berbeda pada tiap kedalaman, idealnya kandungan
nitrat akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman seiring dengan
berkurangnya kandungan oksigen.
Akan tetapi, dari hasil yang diperoleh tampak ada beberapa perbedaan dimana
konsentrasi nitrat pada dasar waduk di sejumlah titik sampling lebih besar
daripada kedalaman 9 meter seperti yang ditunjukkan pada Gambar V.10. Hal ini
diperkirakan akibat aktivitas dekomposisi material organik oleh mikroorganisme
pada kedalaman 9 meter yang merupakan kedalaman yang dekat dengan dasar
kolam jaring apung.
V - 14
Bab V Hasil dan Pembahasan
Keterangan: permukaan 9 m dari permukaan dasar
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi
akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
rendahnya konsentrasi nitrat pada level kedalaman 9 m pada titik 3, 4, 6, 7, dan 8
yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Titik sampling tersebut
merupakan titik dimana populasi kolam jaring apung cukup tinggi dibandingkan
dengan titik sampling lainnya. Kemungkinan lainnya adalah akumulasi dari sisa
pakan dan sisa metabolisme dari kegiatan budidaya ikan di keramba jaring apung
(Pratiwi, 2006).
Dari hasil pengukuran, kisaran konsentrasi nitrat pada permukaan, kedalaman 9
meter, dan kedalaman dasar secara berturut-turut adalah 0,265 – 3,427 mg/L,
0,024 – 1,023 mg/L, dan 0,006 – 1,004 mg/L dengan rata-rata 1,150 mg/L, 1,364
mg/L, dan 0,373 mg/L. Kadar tersebut masih memenuhi standar kandungan nitrat
untuk air Kelas II yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001, yaitu sebesar 10
mg/L.
V.7.2 Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan
bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat, dan antara nitrat dengan gas
nitrogen. Hasil pengukuran nitrit untuk setiap titik pada setiap kedalaman dapat
dilihat pada Gambar V.11.
V - 15
top related