bab v pemuliaan dan perkawinan
Post on 29-May-2015
4.517 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB V
PEMULIAAN DAN SISTEM PERKAWINAN
Usaha peternak untuk pembibitan babi (breeding
farm) harus mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam
usaha memperbaiki mutu genetis ternaknya.
Memperbaiki performans dengan jalan memperbaiki
mutu genetis bertujuan untuk menekan biaya-biaya
produksi dan meningkatkan kualitas produk ternak babi.
Peternak komersial yang membeli bibit babi dari
peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu ternaknya
apabila peternak pembibitan dapat memperbaiki mutu
dengan melaksanakan program perbaikan mutu genetis
ternak dengan baik. Perbaikan mutu babi jangka panjang
sangat bergantung sepenuhnya pada industri peternakan
pembibitan.
Berbagai praktik manajemen dapat memperbaiki
performans babi, tetapi manajemen yang terbaik
sekalipun tidak akan mampu memperbaiki mutu ternak
secara berkelanjutan tanpa adanya program seleksi jangka
panjang. Oleh sebab itu baik peternak komersial maupun
peternak pembibitan harus memahami dasar-dasar prinsip
pemuliabiakan dan bagaimana aplikasi atau perbaikan
mutu ternaknya.
1. Prinsip Pemuliaan pada Ternak Babi dan Penerapannya.
Cabang genetika yang membahas pewarisan sifat-
sifat terukur (kuantitatif atau metrik), tidak bisa
dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan
Mendel. Sifat-sifat yang tergolong sifat kuantitatif,
misalnya tinggi atau berat badan, hasil panen, atau
produksi susu. Genetika kuantitatif menerapkan hukum
pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang
kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan bahwa
tidak sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat
melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering
dasamakan dengan sifat poligenik.
Pemuliaan bertujuan untuk memperbaiki mutu
ternak babi secara genetis, yang untuk akan memperbaiki
kualitas ternak dan menekan biaya-biaya produksi.
Ternak babi yang dikehendaki memiliki indeks
tinggi yaitu berlemak punggung tipis, pertumbuhan cepat,
dan effisiensi konversi pakan yang baik. Sifat-sifat ini
dapat diwariskan pada anak-anaknya. Hal ini terjadi
karena adanya pewarisan suatu sifat dari generasi ke
generasi. Pengetahuan tentang pewarisan suatu sifat
kepada generasi berikutnya dipelajari secara mendalam
pada Ilmu genetika.
Adanya pewarisan suatu sifat menyebabkan
seorang peternak―jika sangat berpengaman―dapat
membedakan babi Yorkshire dan Landrace, Duroc dan
Tamworth. Masing-masing bangsa babi ini memiliki
sifat-sifat khusus yang mudah dikenal dan diwariskan.
Walaupun terdapat keseragaman terhadap sifat-sifat
tertentu, bila diteliti lebih dalam lagi, terdapat variasi
pada sifat-sifat yang lain di antara individu-individu suatu
bangsa babi. Sebagai contoh pada bangsa babi Landrace
terdapat variasi kecil dalam hal mencapai berat jual,
variasi bentuk daun telinga, dan variasi-variasi lainnya.
Hukum pewarisan sifat ini sudah ada sejak adanya
kehidupan yaitu memilih suatu individu yang baik untuk
dijadikan bibit dengan pemahaman “bibit yang baik pasti
menghasilkan keturunan yang baik pula”. Pemahaman
inilah yang diandalkan dalam usaha pemuliaan ternak.
Ketika sel telur dibuahi sperma maka terjadi
perpaduan kedua sel gonad, yang kemudian
menghasilkan pasangan kromosom sel gonad. Pasangan
kromosom ini mengandung materi pewaris yaitu gen-gen
yang menjembatani antar generasi setiap sifat, yang akan
tersimpan dalam gen-gen dan diwariskan oleh kedua tetua
kepada anaknya dan dari generasi ke generasi.
Kromosom serta gen-gen yang ada di dalamnya sebagai
hasil pembuahan gonad jantan dan betina akan mewarisi
50% dari jantan dan 50% lagi dari betina. Jadi, setiap
keturunan membawa separuh-separuh gen dari tetuanya.
Bagaimanapun keseragaman itu diharapkan, pasti
akan ada variasi-variasi kecil. Sebagaimana dua orang
saudara kandung (kakak beradik dari satu ibu dan satu
ayah) tidak seluruh sifatnya sama persis. Demikian juga
dua ekor babi bersaudara kandung tidak pernah memiliki
sifat yang sama. Perbedaan sifat dari saudara kandung
ataupun saudara sebangsa disebut variasi. Variasi ini
dapat terjadi oleh warisan sifat genetis atau faktor
lingkungan.
Pemuliabiakan sekelompok individu dengan
penampilan serupa/seragam merupakan hasil proses
seleksi, baik secara alami maupun buatan (dikendalikan
oleh manusia). Istilah ras dalam perkembangan sekarang
lebih banyak dipakai dalam bidang kehewanan. Di
lingkungan pertanian tanaman, istilah ras disamakan
dengan varietas atau kultivar, kecuali dalam istilah "ras
lokal".
1.1. Variasi yang diwariskan
Variasi genetik dalam populasi yang merupakan
gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu
terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan
adaptif. Suatu populasi terdiri dari kumpulan individu.
Dengan suatu kekecualian tidak ada dua individu yang
serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan
mudah adanya perbedaan-perbedaan individu, misalnya
adanya ciri-ciri anatomi, fisiologi, dan prilaku yang
khusus.
Variasi genetik terjadi akibat kombinasi pasangan
kromosom yang diturunkan tetua kepada keturunannya.
Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
Organisme menghasilkan keturunan lebih dari sekadar
dapat bertahan hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi
dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Anggota setiap pasangan sel yang akan masuk ke
dalam suatu sel yang baru sangat ditentukan oleh faktor
kesempatan (peluang). Setiap anggota pasangan dapat
mengandung gen yang sedikit berbeda. Pada babi
diketahui ada 19 pasangan kromosom yang berbeda yang
telah dihitung dan ada kemungkinan terbentuk lebih dari
satu juta kombinasi pasangan kromosom.
1.2. Variasi Lingkungan
Perbedaan yang terlihat antara dua ekor ternak
bukan semata oleh faktor genetis, tapi dapat juga oleh
faktor lingkungan. Perbedaan makanan, cuaca ekstrim,
ataupun penyakit dapat menyebabkan perbedaan
perkembangan. Bersama-sama dengan faktor manajemen
lainnya, faktor-faktor lingkungan ini berpengaruh pada
ternak, dan ini disebut variasi lingkungan. Variasi ini
tidak dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, namun
dapat mengaburkan gambaran genetis seekor ternak, dan
menutupi hasil seleksi. Oleh sebab itu, untuk memperoleh
hasil seleksi yang baik, faktor lingkungan haruslah sama
antara tetua dan anak-anak yang diseleksi. Seekor
pejantan yang berpotensi tumbuh kurang baik secara
genetis, akan bertumbuh sedang saja walau diberikan
makanan yang bermutu baik. Jadi, seorang peternak yang
memiliki ternak untuk bibit haruslah berpotensi genetis
baik terhadap sifat-sifat penting yang memiliki nilai
ekonomi. Peternak harus mampu menilai sifat yang
diamati itu, entah berasal dari warisan atau berasal dari
lingkungannya.
2. Prinsip-prinsip Perbaikan Genetis Ternak Babi
Prinsip-prinsip dasar dalam metode perbaikan
genetik pada ternak babi atau konsep dasar perbaikan
ternak babi, antara lain dengan cara memilih seekor
pejantan yang berindeks tinggi, yakni pejantan yang
berlemak punggung tipis, kecepatan pertambahan berat
badan atau laju pertumbuhan, dan efisiensi atau konversi
penggunaan makanan yang baik sekali. Dengan
demikian, turunan induk yang dikawininya diharapkan
memiliki indeks yang baik pula.
Metode perbaikan genetika pada babi dapat
dilakukan dengan cara menguraikan teori bagaimana
sifat-sifat produksi itu diwariskan dari generasi ke
generasi, dapat dilihat dari 4 hal berikut:
1. Genetika
2. Kromosom dan Gen
3. Variabilitas
4. Heretabilitas
2.1. Genetika
Salah satu fakta yang muncul paling mencolok
bila mempelajari reproduksi ternak adalah
kesanggupannya mewariskan sifat-sifat yang khusus
sehingga peternak dapat dengan mudah membedakan
breed babi ‘Yorkshire’ dibandingkan dengan breed babi
‘Hampshire’, ‘Duroc’ atau dengan ‘Lacombe’, karena
masing-masing breed memiliki sifat-sifat tertentu yang
diwariskan dan mudah diketahui. Namun bila memeriksa
terperinci sifat-sifat sekelompok babi menurut kesamaan
bangsa dan umur, akan menemui variasi sifat-sifat
tertentu dan keseragaman sifat-sifat yang lain di antara
individi-individu itu. Misalnya, dalam sekelompok babi
‘Landrace’ sedikit sekali variasi bentuk telinga, tetapi
perbedaan waktu untuk mencapai babi siap potong dapat
berbeda 3 minggu atau lebih meskipun tanggal lahirnya
sama.
2.2. Kromosom dan Gen
Setiap ternak seratus persen bertumbuh dari satu
sel, yakni sebuah sel telur dibuahi atau zigot. Sel ini harus
membagi diri dan menduplikasi dirinya berkali-kali
selama kurun waktu antara sejak dibuahi sampai
perkembangan seekor ternak dewasa yang selanjutnya
sanggup berproduksi. Kedua sel telur dan sel sperma
memiliki setengah dari sepasang susunan berbentuk
tangkai yang dikenal dengan kromosom. Sel telur yang
telah dibuahi berasal dari perpaduan sebuah sel telur dari
induk betina dan sebuah sel sperma dari pejantan. Ketika
pembuahan terjadi, perpaduan sel sperma dengan sel telur
menghasilkan perpasangan kromosom dari sel sperma
dan dari sel telur. Sejak batas sel dibuahi maka
pembagian diri mulai terjadi dan membentuk embrio.
2.3. Variabilitas
Variasi Genetis adalah sebagian dari variasi di
antara ternak babi yang diakibatkan oleh kombinasi
pasangan kromosom yang disumbangkan oleh seekor
ternak keturunannya. Dalam pembentukan suatu sel telur
ataupun sel sperma, anggota setiap pasangan yang akan
masuk dalam sel ditentukan sepenuhnya oleh adanya
kesempatan, dan setiap anggota pasangan dapat
mengandung gen yang berbeda sedikit. Pada ternak babi
dengan 19 pasang kromosom yang berbeda telah dihitung
bahwa ada kemungkinan lebih dari satu juta kombinasi
kromosom yang mungkin. Jumlah kombinasi pasangan
kromosom yang besar ini mengasumsikan betapa besar
variasi sifat-sifat yang akan diwariskan pada babi
generasi selanjutnya.
Variasi oleh lingkungan―bukan hanya
gen―menjadi sumber perbedaan antara dua ekor ternak.
Perbedaan makanan, penyakit atau cuaca yang ekstrem
dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor inilah
yang sangat berpengaruh terhadap manajemen usaha
peternakan.
Dalam hal peningkatan perbaikan genetis untuk
efisiensi usaha peternakan babi ini dapat dilihat dari 2 hal
mendasar yaitu:
1. Perbaikan genotip
2. Perbaikan lingkungan atau semua faktor-faktor
non-genotipik
Seleksi adalah proses memilih individu tertentu
dalam suatu kelompok untuk tujuan pembibitan. Melalui
seleksi terjadi peningkatan frekuensi gen yang
dikehendaki dan menekan frekuensi gen yang tidak
dikehendaki.
3. Faktor Penentu Perubahan Genetis
Perubahan perbaikan genetis setiap tahun dari
suatu sifat tergantung pada tiga faktor, yaitu: 1) Selection
differential, 2) Heritabilitas, dan 3) Generation interval
dari kelompok.
3.1. Selection Differential
Selection differential adalah selisih antara
performans rata-rata individu yang terseleksi dan
performans rata-rata populasi dari tempat asal individu-
individu terseleksi tadi (total populasi). Dengan hanya
memilih hanya sejumlah kecil ternak untuk bibit dari
suatu populasi akan menghasilkan selection differential
yang besar.
Sebagai contoh: satu populasi ternak babi
mempunyai rata-rata tebal lemak punggung 1,85 cm pada
berat 112 kg. Bila mengambil populasi terpilih dengan
rata-rata tebal lemak punggung 1,67 cm pada berat yang
sama akan memiliki nilai selection differential yang
lebih tinggi dibandingkan dengan memilih populasi
terpilih dengan rata-rata 1,78 cm. Semakin besar selection
differential semakin besar kemajuan genetis yang dapat
dicapai. Semakin banyak sifat yang diikutkan dalam
program seleksi maka semakin kecil nilai selection
differential dari setiap sifat yang diseleksi.
Memilih sifat-sifat yang tidak bernilai ekonomi
penting menyebabkan berkurangnya kemajuan-kemajuan
untuk sifat-sifat yang bernilai ekonomi penting. Oleh
sebab itu batasi kriteria seleksi hanya pada sifat-sifat
yang bernilai ekonomi penting yang memberi respons
terhadap seleksi.
3.2. Heritabilitas
Heritabilitas adalah derajat suatu sifat yang
dipengaruhi oleh komposisi faktor genetis, dengan kata
lain secara sederhana didefinisikan sebagai bagian dari
variasi yang disebabkan oleh warisan atau derajat
kekuatan pewarisan.
Sebagai contoh tebal lemak punggung mempunyai
nilai 50% tebal lemak punggung dalam kelompok itu
menyatakan bahwa separuh dari variasi adalah faktor
genetis dan separuh lagi oleh lingkungan. Sifat-sifat yang
tinggi nilai heritabilitasnya adalah yang termudah
diperbaiki dalam suatu peternakan babi.
Pengawinan dan seleksi dari individu yang
superior dalam sifat-sifat ini akan berpengaruh besar
dalam perbaikan ternak. Seleksi menjadi kurang efektif
untuk sifat yang mempunyai nilai heritabilitas rendah
(contohnya jumlah anak per kelahiran atau jumlah anak
yang disapih) karena sifat tersebut sangat dipengaruhi
faktor lingkungan. Seleksi akan bermanfaat untuk sifat-
sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi atau
sedang.
Heritabilitas yang agak rendah tetapi masih masuk akal
derajat perbaikan dapat dicapai melalui perkawinan dan
seleksi individu yang superior untuk sifat-sifat yang
dimaksud yang heritabilitasnya sedang. Sifat-sifat yang
heritabilitasnya rendah tidak bertanggap baik terhadap
seleksi.
3.3. Generation Interval (Interval Generasi)
Generation interval suatu kelompok ternak adalah
rata-rata umur tetua pada saat anak-anak terseleksi lahir.
Kelompok ternak bibit yang berumur lebih tua akan
mempunyai generation interval yang lebih panjang.
Generation interval yang panjang menyebabkan
kemajuan seleksi (perbaikan mutu genetis) pertahun
menjadi rendah. Generation interval yang pendek
menyebabkan perbaikan mutu genetis lebih cepat.
Untuk memperbaiki sifat-sifat yang mempunyai
heritabilitas rendah jangan menggunakan program
seleksi, tetapi gunakanlah cara lain seperti kawin silang.
Kawin silang menghasilkan hibrida tegar (hybrid vigour)
yang memiliki daya waris rendah.
Beberapa sifat yang memiliki nilai ekonomi
penting dengan estimasi nilai heritabilitasnya dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 10. Estimasi Heritabilitas Beberapa Sifat Ekonomi Penting
No. Sifat h2 (%)
1.Daya hidup anak sampai penyapihan
0
2. Jumlah anak yang lahir 103. Jumlah anak saat penyapihan 104. Berat lahir 205. Berat sapihan 206. Efisiensi penggunaan pakan 257. Kecepatan tumbuh 308. Umur mencapai pubertas 359. Tebal lemak punggung 40
4. Cara-cara Seleksi
Ada dua cara seleksi yang dikenal orang, yaitu:
seleksi alam dan seleksi buatan.
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi
adalah teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup
yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya
lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah
mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya
melalui proses survival of the fittest, yaitu yang paling
kuat bertahan hidup. Contohnya adalah hewan-hewan di
hutan, atau perternakan tradisional, atau ternak yang
dipelihara pada alam terbuka. Dan sesama makhluk hidup
akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Seleksi buatan adalah seleksi yang dilakukan
manusia dan diarahkan sedemikian rupa untuk
kepentingan manusia.
5. Efektivitas Seleksi
Seleksi dilakukan untuk memilih sekelompok
ternak yang mempunyai produksi lebih tinggi dari rata-
rata populasinya. Keunggulan kelompok terpilih (PS) di
atas rata-rata populasi (P) disebut selection differential
(S). Berapa besar keunggulan kelompok terpilih yang
dapat diwariskan kepada keturunannya disebut efektifitas
seleksi atau respons seleksi atau disebut juga perbaikan
mutu genetik (G)
R = G = h2 x S = h2 (PS – P)
Nilai R atau G, sangat ditentukan oleh nilai h2 dan S dari
sifat yang diseleksi. Cara-cara seleksi yang dikenal ini
dapat juga digolongkan atas seleksi berdasarkan satu sifat
dan seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat.
6. Seleksi berdasarkan satu sifat
1. Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah
2. Seleksi atas dasar catatan individu itu sendiri
3. Seleksi atas dasar catatan kerabat segenerasi
4. Seleksi atas dasar keturunan
5. Seleksi atas dasar berbagai kombinasi berbagai
dasar.
Seleksi atas dasar catatan produksi silsilah (pedigree)
dilakukan bila:
Calon bibit masih sangat muda (catatan produksi
belum tersedia)
Bila seleksi dilakukan untuk sifat yang terbatas
sex (sex limited), misalnya produksi susu yang
tidak bisa diukur pada pejantan
Data silsilahnya bisa dipakai diatas dua generasi
diatas ternak yang diseleksi.
Gambar 22. Seleksi secara eksterior
Seleksi atas dasar catatan individu atau seleksi massa
Seleksi ini disebut juga disebut juga seleksi
individu atau uji performans. Seleksi ini akan tepat
dilakukan apabila:
Lingkungan seragam
Catatan produksi dilakukan dengan teliti
Tidak ada data silsilah
Seleksi ini didasarkan pada performans ternak yang
diamati langsung.
Seleksi atas dasar keturunan atau uji zuriat atau
progeny testing
Pemilihan bibit didasarkan pada catatan rataan
produksi keturunan (zuriat) -nya dapat dilakukan pada
babi induk jantan atau induk betina. Sebab, babi induk
betina―masa bunting relatif singkat―dapat melahirkan
banyak anak per kelahiran per tahun.
Seleksi atas dasar catatan produksi kerabat (famili)
Seleksi ini didasarkan pada catatan produksi
kerabat langsung segenerasi, seperti saudara kandung
atau saudara tiri. Makin besar hubungan kekerabatan
dengan individu yang diseleksi, makin besar kegunaan
catatan produksi tersebut untuk keperluan seleksi.
Seleksi atas dasar kombinasi catatan berbagai dasar
Bila sifat yang akan diseleksi tidak terbatas pada
seks maka semua informasi dapat digunakan untuk
melengkapi dugaan nilai pemuliaan seekor ternak yang
diseleksi.
7. Seleksi berdasarkan lebih dari satu sifat
7.1. Tandem selection (cara bergilir)
Bila terdapat sifat yang akan diperbaiki, misalnya
tebal lemak punggung (x), pertambahan berat badan (y),
dan konversi pakan (z), maka setiap sifat akan diseleksi
secara bergilir. Jadi, mulai menyeleksi sifat x sampai
tercapai tingkat produksi yang diinginkan, kemudian
bergilir pada sifat y dan seterusnya.
Keefektifan cara ini sangat bergantung pada
adanya korelasi antara sifat x, y, dan z yang diperbaiki.
Bila terdapat korelasi antara sifat x dan y maka dipilih
sifat mana yang paling mudah dan murah dalam
pengukurannya. Bila sifat x yang dipilih maka sifat y
dengan sendirinya akan meningkat sabab ada respons
terkait. Sebaliknya, bila antara sifat x dan y terdapat
korelasi negatif, maka bila sifat x yang dipilih (seleksi)
maka sifat y dengan sendirinya akan menurun, dan
sebaliknya.
Dari segi waktu, cara ini kurang efisien sebab
memerlukan waktu, kecuali bila sifat-sifat yang dipilih
untuk diseleksi mempunyai korelasi positif, atau negatif.
Selain itu membutuhkan banyak calon bibit untuk
memulai seleksi ini. Setelah setiap sifat selesai diseleksi,
dilakukan pengelompokan hingga tersisa sedikit pada
akhir seleksi.
7.2. Independent culling level (batas penyingkiran bebas)
Dengan cara ini, misalnya seleksi terhadap 3 sifat
x, y, dan z, dilakukan secara bersamaan pada generasi
yang sama. Setiap sifat dianggap bebas satu dengan
lainnya, kemudian ditetapkan batas penyingkirannya atau
batas syarat minimal yang harus dimiliki tiap sifat pada
calon bibit. Setiap ternak yang tidak memiliki syarat
minimal yang ditetapkan langsung disingkirkan (diafkir).
Jadi, bila tersedia 100 ekor calon bibit, mula-mula
diseleksi sifat x, tersedia 80 ekor yang memenuhi kriteria
sifat tersebut, selanjutnya seleksi terhadap sifat y, tersisa
60 ekor yang memenuhi kriteria sifat tersebut,
selanjutnya diseleksi terhadap sifat z dan yang memenuhi
kriteria terdapat pada 40 ekor ternak yang tersedia. Maka
seleksi dilakukan hanya pada 40 ekor ternak yang tersisi
yang memiliki syarat minimal untuk sifat x, y, dan z,
sejak awal sampai akhir seleksi. Jadi peternak tidak
dibebani untuk memelihara 100 ekor ternak pada awal
program seleksi.
Kelemahan cara ini yaitu intensitas seleksi setiap
sifat menjadi kecil karena tiga sifat sekaligus dan untuk
mempertahankan populasi perlu mempertahankan ternak
pengganti (replacement stock) yang cukup besar, yaitu
sekitar 50%. Kelemahan lainnya, yaitu seekor ternak
yang lemah pada salah satu sifat saja sudah harus gugur
pada tahap seleksi awal. Padahal ternak tersebut kuat
pada sifat lainnya (sifat y dan z).
7.3. Index Selection (Cara indeks)
Dengan seleksi cara indeks ini, setiap calon bibit
diseleksi atas dasar satu nilai indeks yang merangkum
sifat-sifat yang perlu ditingkatkan dengan rumus, sebagai
berikut:
Keterangan:
X1, X2, …Xk adalah nilai fenotipik setiap sifat ke 1, 2,...k
b1, b2, ……..bk adalah koefisien untuk sifat ke 1, 2,…..k
Koefisien b1, b2, …..bk dicari melalui metode statistik,
yaitu regresi ganda dengan memasukkan faktor-faktor,
Indeks = I = b1X1 + b2X2 + ………bkXk
seperti heritabilitas setiap sifat, nilai ekonomis setiap
sifat, dan korelasi genetik dan fenotip antar sifat.
Cara seleksi indeks ini paling efisien
dibandingkan dengan kedua cara lainnya (Tandem dan
Independent Culling Level), karena mempertimbangkan
semua sifat sekaligus.
Kelemahan cara ini, yaitu :
Memerlukan pencatatan yang rumit dan semua
hewan harus dipelihara sampai akhir masa seleksi.
Memerlukan fakta h2, nilai ekonomik dan korelasi
genetik yang mungkin belum tersedia.
Memerlukan alat komputasi cepat (komputer)
untuk menghitung indeks.
Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi
dengan memiliki hanya dua sampai tiga sifat penting saja
untuk keperluan seleksi.
Selanjutnya berikut ini contoh indeks yang pernah
digunakan di Iowa, Amerika Serikat:
I = 270 + (100 x ADG) – (150 x F) – (35 x FE)
Keterangan:
I = Indeks
ADG = Pertambahan Berat Badan Harian
F = Tebal Lemak Punggung
FE = Efisensi pakan per pertambahan berat badan
(lb/lb)
Contoh:
Babi A, dengan ADG = 1,9 F = 1,4 inch
FE = 3,3
Babi B, dengan ADG = 1,7 F = 1,2 inch
FE = 2,5
Indeks babi A dan babi B dapat dihitung dengan rumus di
atas, sbb:
IA = 270 + (100 x 1,9) – (150 x 1,4) – (35 x 3,3) = 134,5
IB = 270 + (100 x 1,7) – (150 x 1,2) – (35 x 2,5) = 172,5
Indeks Induk = 100 + 6,5 (L – L) + 1,0 (W – W)
Dari data di atas, babi A mempunyai pertumbuhan
lebih baik dari babi B, tetapi kualitas lemak punggung
dan efisiensi penggunaan pakan babi B lebih
menguntungkan.
Walaupun penyusunan skor dalam seleksi ini
lebih rumit, tapi hasil peramalannya lebih tepat sehingga
banyak digunakan dan disarankan oleh USDA, Amerika
Serikat.
Khusus untuk seleksi induk, mencari induk mana
yang baik digunakan suatu indeks yang menggambarkan
besar kecilnya produktivitas seekor induk. Bentuk indeks
yang digunakan adalah:
Keterangan:
L = Jumlah anak yang lahir hidup
L = Rataan jumlah anak yang lahir hidup
W = Berat anak pada umur 21 hari
W = Rataan berat anak pada umur 21 hari
Rumus indeks induk hanya digunakan untuk
membandingkan performans induk babi satu dengan
lainnya. Namun untuk membandingkan performans antar
anak-anak babi dan induk, lebih baik digunakan ramalan
produktivitas di waktu mendatang, dengan rumus Most
Probable Sow Productivity
8. Seleksi Babi Induk
Keberhasilan suatu usaha peternakan babi
tergantung dari pemeliharaan induk babi yang baik. Oleh
sebab itu, penting sekali memilih induk dan calon induk
yang baik, dilihat dari segi:
Kesehatan
Kesabaran
Jumlah puting dan letak puting
Sifat keindukan yang baik
Konstitusi
Temperamen
Kualitas karkas keturunannya
MPSP = 100 + b (Indeks Induk – 100)
Kesehatan,- Sebagai faktor utama. Babi yang tidak sehat
pertumbuhannya lambat dan merugikan perusahaan.
Kesuburan dan sifat keindukan,- Seekor induk tidak
hanya mampu melahirkan banyak anak tapi juga harus
mampu membesarkan anak-anaknya sampai masa
penyapihan. Induk yang baik melahirkan 12 – 14 ekor
anak hidup; jumlah anak pada umur 3 minggu adalah 10
– 12 ekor; berat litter pada umur 3 minggu adalah 60 kg;
dan jumlah anak pada umur 6 – 9 minggu adalah 9 – 10
ekor.
Jumlah puting susu dan letaknya,- Setiap induk harus
memiliki minimal 12 buah puting susu, bahkan 14 puting,
Gambar 23a. Profil induk yang baik
terletak secara simetris. Selain itu letak puting harus baik
dan tidak terbalik. Hal ini penting sebab menjadi jaminan
untuk menghasilkan air susu bagi anak-anaknya.
Temperamen
induk,- Sebaiknya induk tidak liar dan nervous atau
bertemperamen jelek. Penampilan induk babi yang
nervous atau liar akan berpengaruh dalam menjaga anak-
anak babi selama proses menysui menuju ke masa
penyapihan. Kemudian induk yang nervous dan liar
tersebut cenderung kurang baik dalam menjaga dan
memelihara anak-anak babi sehingga saran yang terbaik
untuk induk babi yang memiliki temperamen yang jelek
seperti itu baiknya dilepas atau dijual.
Gambar 23b. Profil induk dengan jumlah puting yang baik
Konstitusi,- Kemampuan induk menghadapi stress
terutama bila harus melahirkan dua kali per tahun, dengan
manajemen standar. Tahan terhadap lingkungan yang
kurang baik, tidak menjadi sangat kurus ketika menyusui
anak-anaknya. Kaki harus kuat untuk menahan tubuhnya.
Kualitas karkas keturunannya,- Babi bibit diperiksa
untuk menghasilkan bacon dan daging berkualitas baik.
Sekarang ini kualitas karkas dapat diuji pada ternak hidup
dengan menggunakan ultrasonic testing.
Selain memiliki catatan (record) yang baik, harus
ada juga penilaian secara visual pada babi dara umur 6
bulan. Penilaian ini sebaiknya dibuat di lapangan terbuka
(yard) dengan melihat caranya berjalan dan
membandingkan dengan babi-babi lainnya atau dengan
pengukuran seperti pada gambar 16 dan 17.
Penilaian induk dilakukan terhadap hal-hal seperti ;
1. Pertumbuhan sesuai umur
2. Kepala ringan dan sesuai dengan tipe bangsanya
3. Bahu licin dan tegak agak lebar ke bagian atas
4. Bahu licin memanjang kebelakang, panjang dan
melengkung sedikit
5. Ham lebar dan dalam, dengan pangkal ekor agak
tinggi
6. Perut bagian bawah lembut dan licin bila disentuh,
dengan 14 buah puting yang berkembang baik dan
terletak simetris.
Gambar 23c. Struktur tulang induk yang baik. (Courtesy of Pork Industrial Handbook)
9. Seleksi Pejantan
Seekor pejantan pada umumnya dipelihara selama
3–4 tahun dan selama masa pakainya dapat menghasilkan
lebih dari 2000 ekor anak. Oleh sebab itu, perlu memilih
dengan baik pejantan yang akan digunakan sesuai yang
diinginkan.
Bahkan pejantan dapat digunakan sampai 6–8
tahun. Akan tetapi untuk menggunakan pejantan dalam
usaha pembibitan harus diperhatikan bahwa pejantan
hendaknya yang memiliki catatan/record yang baik.
Selain memiliki record yang baik, perlu sekali melakukan
penilaian secara visual, yaitu:
1. Kaki-kaki harus baik, kuat dan berjalan baik.
2. Sifat maskulin, bertumbuh baik sesuai umurnya.
3. Harus dapat berdiri tegak diatas kakinya. Keempat
kaki harus kuat dan tegak terutama kaki bagian
belakang. Dapat dinilai sewaktu berjalan ditempat
terbuka dilantai beton atau padang rumput.
4. Konformasi tubuh harus baik secara umum, ideal
seperti tipe daging, maskulin, punggung harus sedikit
agak melengkung, bahu licin, perut bagian bawah
licin dengan 14 puting yang terletak simetris. Ini
penting karena akan diwariskan pada anak
perempuannya.
Sifat ternak babi dapat di golongkan atas beberapa
macam sifat:
1. Sifat produktif (kecepatan pertumbuhan, keefisienan
penggunaan pakan dan produksi air susu). Hasil
penelitian menunjukkan sifat-sifat ini memiliki
heritabilitas sedang. Hal ini berarti sifat-sifat ini dapat
diperbaiki melalui seleksi. Sifat ini juga dapat
diperbaiki melalui perkawinan silang dengan
memberi hasil yang baik.
2. Sifat reproduktif (meliputi jumlah anak per kelahiran,
jumlah anak disapih/ kelahiran). Umumnya sifat ini
memiliki nilai heritability rendah sehingga respons
seleksi rendah. Oleh sebab itu sifat ini lebih responsif
terhadap kawin silang.
3. Sifat struktural (meliputi sifat karkas yang khas
seperti tebal lemak punggung, perdagingan, ukuran
otot, ukuran tubuh dewasa) Sifat struktural ini
memiliki nilai heritabilitas tinggi sehingga sangat
responsif terhadap seleksi.
Pejantan Yorkshire yang baik
Gambar 24. Contoh penampilan pejantan yang baik.
Tabel 11. Estimasi Nilai Heritabilitas untuk Sifat dengan Nilai Ekonomi yang Penting.
1 Sifat produktif h2 (%)Bobot anak/induk/kelahitan 26Bobot anak/induk (42 h) 34Bobot anak individu (42 h) 8Bobot anak individu ( 5-6 bln) 20Pertambahan bobot badan/hari 30Konversi pakan 35
2. ReproduktifLaju ovulasi (estrus 2) 49Bau jantan ( 210 hari) 36Banyak anak/kelahiran 10Banyak anak disapih (56h) 65
3. StrukturalPanjang kaki 60Jumlah tulang belakang 74Jumlah puting 32 Skor konformitas 29Tipe 92Panjang karkas 59Penampang lemusir (Loin eye area) 48Tebal lemak punggung 50Tebal dinding perut 52Persentase karkasa. Pinggang (loin) 58b. Bahu 47c. Potongan lemak 63
d. Potongan daging 31
10. Sistem Perkawinan
Suatu usaha peternakan akan berjalan dengan
sangat efektif apabila pengaturan sistim perkawinan dapat
dilakukan dengan tepat. Pengaturan sistim perkawinan
yang tepat sangat dipengaruhi oleh kesiapan ternak babi
yang akan digunakan baik itu babi pejantan (boar)
maupun babi induk (Sow).
Adapun kesiapan masing-masing ternak babi baik
pejantan maupun induk sangat dipengaruhi oleh korelasi
yang positif antara umur dan berat badan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan yang
sering berbeda antara ternak babi walaupun usia
sama―baik umur sejak lahir sampai dewasa maupun
berat badan yang disebut dewasa tubuh dan dewasa
kelamin.
Walaupun berat badan ternak babi bertumbuh
cepat, tetapi bila tidak diiringi dengan usia yang cukup
akan berpengaruh signifikan terhadap kualitas anak babi
yang dihasilkan.
Pada umumnya babi pejantan baru mulai
digunakan untuk dikawinkan setelah mencapai umur +8
bulan atau antara 7-9 bulan dengan berat badan sudah
mencapai lebih dari 70-80 kg, walaupun sebelumnya
sudah mencapai pubertas. Hal ini dilakukan agar dapat
menghasilkan umur sperma yang baik. Selain umur
pejantan, jumlah pelayanannya pada babi betina juga
sangat dipengaruhi oleh perkembangan, temperamen,
kesehatan, dan sistim perkawinan.
Pejantan muda umur 8-12 bulan sebaiknya hanya
dapat digunakan 1 kali/hari, dan sampai umur 4 tahun,
yang disebut sebagai umur aktif pejantan dapat melayani
babi betina sebanyak 2 kali/hari. Penggunaan pejantan
untuk melayani/mengawini babi betina yang berlebihan
dapat menyebabkan konsentrasi sperma berkurang,
bahkan menghasilkan konsentrasi sperma yang belum
matang. Seekor pejantan yang dipelihara dengan
manajemen yang baik akan layak sampai berumur 6-8
tahun.
Tabel 12. Frekuensi Mengawinkan Pejantan
Frekuensi kawin
Pejantan muda( < 1 tahun)
Pejantan dewasa( > 1 tahun)
Per hari 2 3Per minggu 8 12Per bulan 25 40
12
11
10
9
Jum
lah
ejak
ulas
i pe
r min
ggu
Jum
lah
anak
bab
i la
hir h
idup
pe
r litt
er
Usia pejantan
Farrowing
Ejakul
Lahir
Farr
owin
g ra
te (%
)
Grafik Pengaruh umur pejantan terhadap jumlah frekwensi perkawinan, farrowing rate dan litter size. (Whittemore, 1993)7
5
85
95 5
4
3
2
1
6 12
18
Sistim perkawinan pada ternak babi sama dengan pada
ternak lainnya, yaitu :
Kawin alam
Kawin buatan (Artficial Insemination/AI)
10.1. Kawin Alam
Pada ternak babi kawin alam sangat umum
dilakukan. Pejantan dimasukkan dalam kandang betina
yang sedang estrus dan mengawini betina-betina tersebut.
Pada perkawinan alami ini perlu diperhatikan jumlah dan
umur betina yang ada. Pejantan muda tidak boleh
melayani lebih dari satu kali per hari. Pejantan dewasa
(lebih dari 1 tahun) dapat mengawini betina dua kali
sehari. Frekuensi mengawinkan pejantan pada kawin
Gambar 25. Kawin Alam Ternak babi
alam dianjurkan agak bervariasi, akan tetapi tetap
menunjukkan untuk pejantan muda frekwensinya harus
lebih rendah daripada pejantan dewasa dimana untuk
definisi pejantan muda adalah yang berumur kurang dari
1 tahun (lihat Tabel 11).
10.2. Kawin Buatan [Inseminasi Buatan (IB) /Artificial Insemination (AI).
Prinsip pelaksanaan Inseminasi buatan
[Inseminasi Buatan (IB) / Artificial Insemination (AI)]
pada ternak babi adalah jika babi dalam masa birahi maka
akan dapat dikawinkan, jika tidak pada masa birahi maka
tidak dapat dilaksanakan perkembangbiakan. Pelaksanaan
IB telah dilakukan di industri peternakan babi, tapi selalu
harus berdasarkan pengalaman petugas yang memahami
prinsip dasar tanda birahi. Kawin buatan lebih banyak
dilakukan di Eropa Barat, terutama di Belanda dan
Inggris. Di Amerika Serikat juga dilakukan kawin buatan
tapi sangat terbatas (tidak intensif).
Kunci untuk memaksimalkan tingkat kesuburan
dalam kelompok ternak yang akan dikembangbiakan
memerlukan pemahaman yang kuat tentang dasar-dasar
IB, waktu inseminasi, penggunaan pelumas, penggunaan
pejantan, pembiakan berlebihan dan penanganan semen.
Gambar 26. Penampang organ Reproduksi ternak babi jantan.
Sembilan kunci prinsip-prinsip penanganan
semen:
1. Pastikan semen didinginkan sepenuhnya sebelum
pengemasan dan sebelum meninggalkan pejantan.
2. Pastikan suhu semen dikontrol selama pengangkutan
dengan pendingin (tidak beku) gel packs atau unit
pendingin. Kendaraan transportasi tidak akan
memberikan pendinginan yang efektif karena semen
dibundel dan pendinginan konduktif terjadi perlahan-
lahan.
3. Tempatkan semen di unit pendingin segera setelah
tiba di peternakan. Jika tidak dapat menyediakan
penyimpanan pada saat kedatangan, siapkan unit
pendingin lain sehingga dapat menyimpan saat
semen tiba.
4. Pertahankan suhu tinggi/rendah setiap hari dan atur
memutar sperma.
5. Dua kali seminggu pengiriman harus memastikan
bahwa semua semen yang digunakan dalam koleksi
lima hari. Dengan pengiriman tiga kali seminggu,
semen harus digunakan dalam waktu empat hari
pengumpulan. Dan dengan pengiriman per hari,
semen harus digunakan pada hari ke-2.
6. Mengatur unit pendingin pada suhu yang sama untuk
pejantan dengan mendinginkan semen (biasanya
61°F).
7. Memeriksa pergerakan motilitas semen dengan
menggunakan mikroskop. Periksa kualitas semen
pejantan sekali sehari. Dengan solusi pencairan
Beltsville (BTS) pills, misalnya, sperma akan
bergerak cepat. Dengan berbasis HEPES Extenders,
sperma tidak akan bergerak cepat. Dengan berbasis
Extenders Tris, Anda perlu melihat sperma dalam
waktu 15 detik sebelum mereka menempel pada kaca
slide agar jelas terlihat sperma tidak bergerak.
Dengan berbasis HEPES Extenders dan BSA,
tampak sperma terbaik setelah satu menit. Terlepas
dari extender, semen harus dipanaskan selama
beberapa menit sebelum evaluasi. Sebuah alternatif
lain adalah dengan menggunakan slide lebih hangat
dan biarkan tetesan untuk menghangatkan pada slide
sebelum meletakkan penutup dan mengevaluasi slip
pada sampel.
8. Ambil sperma di
kotak pendingin
dengan gel pack
dari unit pendingin
(tidak beku
kemasan). Hanya
mengambil apa
yang akan Anda
gunakan dalam
satu jam.
Dosis yang telah dikeluarkan tidak boleh
dikembalikan lagi ke unit pendingin.
9. Pastikan Anda tidak menggunakan semen sebelum
pejantan telah diberikan polymerase chain reaction
(PCR) agar babi tidak terkena penyakit reproduksi
dan sindrom pernafasan (PRRS). Tidak harus ada
kerugian di produksi dengan sperma 1 Hari vs 0
Hari. Bahkan, kualitas sperma mungkin lebih baik
karena telah diberikan extender untuk menstabilkan
sperma dengan antibiotik.
Gambar 27. Penampungan semen ternak babi jantan untuk IB.
Karena sifat sperma babi yang tidak terlalu tahan
pada suhu beku, maka kawin buatan lebih banyak
menggunakan semen segar pada babi. Inseminator juga
perlu ketrampilan mendeteksi estrus secara tepat agar
diperoleh nilai konsepsi yang tinggi.
Waktu yang tepat (Timing)
Pelaksanaan satu kali inseminasi per hari adalah
memadai, sehingga pengaturan jadwal akan menjamin
terjadinya inseminasi kurang dari 24 jam. Pengaturan
berahi untuk pelaksanaan inseminasi sebaiknya telah
Gambar 28. Pelaksanaan kawin buatan (IB) pada babi
dijadwalkan untuk pelaksanaan selanjutnya sebelum
pelaksanaan setiap hari. Jika akan melakukan inseminasi
ketiga, maka induk yang akan dikawinkan telah disiapkan
sebelum pelaksanaan selanjutnya, atau 12 jam setelah
inseminasi kedua. Selama proses inseminasi, pastikan
pejantan benar-benar terangsang.
Untuk semua perangkat handsfree dan menghemat
tenaga kerja inovasi, kehadiran pejantan masih diperlukan
untuk merangsang rahim untuk menarik sperma ke dalam
ovarium induk. Ovarium bagi sperma adalah medan
pertempuran, sehingga perlu dijaga agar sebanyak
mungkin untuk bertahan hidup.
Sistim perkawinan juga dimaksudkan untuk:
1. Mengawinkan dua bangsa berbeda (cross breeding)
untuk memperoleh manfaat hybrid vigour.
2. Mengawinkan bangsa yang sama yang masih
ada hubungan kerabat (inbreeding), induk dengan anak
jantan, pejantan dengan anak betina yang memiliki
keturunan sedarah atau saudara betina dengan saudara
jantan.
Gambar 29 . Penampang organ reproduksi dan cara melakukan Inseminasi buatan (IB).
W. Singleton, 1977. Purdue University, USA.
Gambar 30. Model dan hasil persilangan pembibitan ternak babi unggulan
top related