bab v simulasi desain kawasan wisata budaya johar c dengan dominansi fungsi komersial dan budaya....
Post on 23-Mar-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Bab V
Simulasi Desain Kawasan Wisata Budaya Johar
V.1 KERANGKA RANCANG KOTA
Kerangka Rancang Kota (Urban Design Framework) menjelaskan konsep makro
perancangan kawasan kota, yang akan dibagi menjadi lima aspek utama
perancangan, yakni tata guna lahan, tata ruang dan massa bangunan, penataan
jalur pejalan kaki dan ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, serta usulan karakter
dan aktivitas kawasan.
Gambar V.1a. Masterplan Kawasan Perancangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 1
V.1.1 Masterplan Kawasan
Perancangan kawasan berfokus pada kualitas ruang luar, yakni area pedestrian
yang berupa ruang terbuka dan koridor jalur pedestrian pada perimeter bangunan.
Dengan memfokuskan perancangan terhadap ruang luar kawasan, maka
diharapkan kawasan ini mampu menyumbang ruang terbuka kota yang berkualitas
tinggi sekaligus menjadikan Kawasan Pasar Johar sebagai salah satu destinasi
wisatawan domestik maupun internasional.
Gambar V.1b. Masterplan Kawasan Perancangan dan keterangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
Lokasi Kawasan Pasar Johar ini terletak dekat dengan zona historis Kota Lama,
Pecinan, dan Kampung Melayu, maka sebagai usulan pengembangan selanjutnya
dapat diarahkan kepada perancangan jalur tautan antara Kawasan Pasar Johar
V - 2
V - 3
dengan tiga zona histrois di sekitarnya (gambar V.1a). Diharapkan dengan adanya
jalur tautan ini, maka ketiga zona historis lainnya akan turut mendapatkan dampak
positif dalam pengembangannya.
Titik masuk kawasan disebar menjadi tiga titik utama (gambar V.1b), yakni pada
perpotongan jalan Pemuda dan jalan K.H. Agus Salim, pada jalan K.H Agus
Salim, dan pada jalan Alun-Alun Barat. Konsep multiple entrance ini
dimaksudkan untuk meghindari pemusatan aktivitas sirkulasi pada satu titik,
sehingga dapat mengurangi kepadatan lalu-lintas yang mungkin terjadi.
Masing-masing ruang terbuka diberikan identitas dengan pembentukan karakter
yang berbeda-beda (gambar V.1c), yakni karakter “Ratan Gede” (Boulevard
Point) sebagai koridor jalur pedestrian utama sekaligus sebagai koridor pengikat
antara area Masjid Kauman dan Pasar Johar, “Gon Dholanan dan Sinau” (Play
and Learn Point) sebagai ruang terbuka yang berfungsi sebagai area bermain, dan
“Layar Tancep” (Big Screen Area) sebagai ruang terbuka dengan layar lebar, yang
dikhususkan untuk wadah aktivitas festival yang membutuhkan layar lebar seperti
festival film.
Beberapa fungsi ditambahkan pada kawasan ini sebagai penunjang aktivitas
wisata, yakni fungsi hunian, perkantoran, budaya, dan fasilitas parkir. Kemudian
pembagian blok kawasan dibagi berdasarkan fungsi (gambar V.2), yakni Blok
Komersial, Blok Campuran Hunian dan Komersial, Blok Campuran Komersial
dan Budaya, dan Blok Mixed-Use yang menggabungkan lebih dari tiga fungsi
aktivitas pada bangunannya.
Pada pengembangan Kawasan Johar ini, bangunan cagar budaya Pasar Johar
dipertahankan dan diperbaiki kualitasnya. Namun bangunan Pasar Yaik ditata
ulang agar densitas kawasan lebih merata sehingga meningkatkan kualitas
kawasan.
Gambar V.1c. Bird-eye View Kawasan Perancangan dan keterangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007
V - 4
V.1.2 Tata Guna Lahan
Melihat kondisi eksisting Kawasan Johar saat ini yang memiliki dominansi fungsi
perdagangan hingga mencapai sekitar 90% dari keseluruhan fungsi, maka
dibutuhkan penambahan fungsi lain atau bangunan multifungsi (mixed-use) untuk
menunjang aktivitas manusia selama 24 jam, yang diharapkan akan meningkatkan
profit sekaligus menghindarkan kawasan ini dari rawannya kriminalitas pada
malam hari.
Pengembangan Kawasan Johar sebagai kawasan wisata budaya akan
membutuhkan beberapa fasilitas pendukung aktivitas wisata, sebagaimana yang
telah dianalisa pada bab II, sebagai berikut (tabel V.1) :
Tabel V.1. Kebutuhan Fungsional Kawasan Wisata Budaya
KEBUTUHAN FUNGSIONAL KAWASAN WISATA BUDAYA
PRIMER SEKUNDER PENUNJANG
Monumen bersejarah Hotel dan Fasilitas Katering Fasilitas Parkir
Museum, Galeri Seni, Exhibition Center
Pasar Aksesibilitas (rute angkutan umum)
Teater, concert hall, Bioskop
Kantor Informasi
Café & restoran Fasilitas Olah Raga
Pertokoan Night Club / red light area
Perkantoran Sign System (tata informasi) Sumber : hasil analisa, 2007
Pembagian fungsi penggunaan lahan dibagi menjadi lima fungsi utama, yakni
fungsi budaya, komersial, hunian, perkantoran, dan ruang parkir kawasan. Blok
kawasan perancangan dibagi menjadi empat blok berdasarkan pembagian
fungsinya masing-masing (gambar V.2), yakni Blok A dengan dominansi fungsi
komersial, Blok B dengan dominansi fungsi hunian dan komersial, Blok C dengan
dominansi fungsi komersial dna budaya, dan Blok D dengan fungsi campuran
komersial, perkantoran, budaya, hunian, fasilitas parkir.
V - 5
Gambar V.2. Pembagian Blok Kawasan Perancangan
Sumber : hasil olahan pribadi, 2007
Fungsi komersial, perkantoran, dan fasilitas parkir diletakkan pada perimeter
kawasan agar terjadi pergantian lalu lintas dengan mobilitas yang lebih efektif.
Fungsi hunian diletakkan pada bagian tengah kawasan atau pada lapis lantai kedua
ke atas agar tercipta suasana yang lebih privat. Sedangkan fungsi budaya
dipusatkan pada bagian tengah kawasan agar mempermudah wisatawan dalam
mencari informasi budaya. Kemudian ruang terbuka diletakkan pada tiga titik di
dalam kawasan agar pusat aktivitas dapat tersebar secara merata.
V - 6
Pembagian blok Kawasan Johar ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
(1) Blok A, dengan dominansi fungsi komersial.
Blok ini merupakan penataan kembali Pasar Yaik, dan akan ditujukan untuk
para pedagang lama Pasar Yaik. Ketinggian bangunan dibatasi hanya dua
lantai karena bangunan ini tidak menggunakan lift maupun eskalator demi
menekan harga jual unit pasar untuk para pedagang lama Pasar Yaik. Pada
blok ini terdapat bangunan Pusat Informasi yang menggunakan gaya
bangunan contextual juxtaposition agar menjadi salah satu titik orientasi
kawasan.
Gambar V.3a. Blok A dengan dominansi fungsi komersial.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 7
(2) Blok B, dengan dominansi fungsi hunian dan komersial.
Pada blok ini, terdapat bangunan eksisting Pasar Johar yang tetap
dipertahankan dan diperbaiki kondisi fisiknya dengan cara rekonstruksi.
Kemudian bangunan Shopping Center Johar pada bagian Utara blok ini
dibangun ulang menjadi Johar Youth Hostel, yakni hunian sementara yang
bersifat lebih ekonomis dibandingkan bangunan hunian berupa Hotel yang
terdapat pada bagian Timur kawasan. Johar Youth Hostel ini direncanakan
akan menampung kebutuhan hunian sementara para wisatawan backpackers
dan pelajar yang datang berkunjung ke Semarang maupun kawasan ini. Blok
ini berdekatan dengan Johar Food Court dan ruang terbuka berupa taman
bermain yang dinamakan “Play and Learn Point”, yang berfungsi sebagai
area tunggu.
Gambar V.3b. Blok B dengan dominansi fungsi hunian dan komersial.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 8
(3) Blok C, dengan dominansi fungsi komersial dan budaya.
Blok ini merupakan blok yang berada pada pusat kawasan dan memiliki
dominansi fungsi budaya. Merupakan blok di mana diciptakan vista antara
Masjid Kauman dan Pasar Johar, dengan merancang jalur pedestrian
menerus antara kedua bangunan bersejarah ini yang dinamakan “Ratan
Gede”atau “Boulevard Point”. Jalur pedestrian ini dirancang dengan cukup
lebar yakni 12 meter dan memiliki panjang 135 meter, dan berfungsi sebagai
area tempat makan temporer yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk
event-event tertentu yang bersifat arak-arakan.
Gambar V.3c. Blok C dengan dominansi fungsi komersial dan budaya.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 9
(4) Blok D, dengan fungsi campuran (mixed-use).
Pada blok ini, diterapkan konsep bangunan dengan fungsi campuran sebagai
penunjang fungsi lainnya pada kawasan perdagangan Johar. Fungsi
campuran meliputi fungsi budaya (Convention Center), hunian (hotel dan
apartemen servis), perkantoran, komersial (retail, café, dan restoran), dan
gedung parkir yang turut merangkap sebagai hunian. Antara bangunan
Kanjengan Plaza dan Kanjengan Residence diberikan skywalk sebagai
penyambung jalur pedestrian pada lantai 1.
Gambar V.3d. Blok D dengan fungsi campuran.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 10
Hasil perancangan Kawasan Johar menghasilkan perhitungan total luas lantai
mencapai 112.565 m2 dan perbandingan luas fungsi bangunan sebagaimana
diperlihatkan pada tabel V.2 dan V.3.
Tabel V.2. Tabel Perhitungan Luas Lantai Bangunan
NO. PROGRAM RUANG LUAS LT. DASAR (m2)
JUMLAH LANTAI TOTAL (m2) KETERANGAN
A. KOMERSIAL Pasar Johar 9632,1 1 9632,1 6845 1 6845 3271,3 1 3271,3 Pasar Yaik 6708,9 2 13417,8 Johar Youth Hostel -
Lower Ground 2350,2 1 2350,2 Kanjengan Plaza 2487,5 1 2487,5 2308,7 1 2308,7 2180 1 2180 Pujasera - Big Screen
Area 324 1 324 Pujasera Johar 907,5 2 1815 630,7 1 630,7 1251,4 1 1251,4 Pusat Hiburan Malam 642,6 2 1285,2 TOTAL 47798,9
B. KESENIAN & KEBUDAYAAN
Masjid Kauman 3628,7 1 3628,7 2866 1 2866 Johar Art & Cultural
Center 6620,9 2 13241,8 Berupa museum, galeri
seni, studio workshop seni tradisional, Convention Center, dan sebagainya.
TOTAL 19736,5 C. PERKANTORAN
Kanjengan Plaza - Tower A 640 2 1280
Kanjengan Plaza - Tower B 640 4 2560
Kanjengan Residence - Tower A 834,6 1 834,6
738,6 1 738,6 642,6 1 642,6 Kanjengan Residence -
Tower B 862,2 1 862,2 766,2 1 766,2 670,2 3 670,2 TOTAL 8354,4
V - 11
LUAS LT. JUMLAH NO. PROGRAM RUANG TOTAL (m2) KETERANGAN DASAR (m2) LANTAI D. HUNIAN
Johar Youth Hostel
Ukuran kamar standar = 4 X 6
Lantai 1 2000 1 2000 Lantai 2 1217,6 1 1217,6 Lantai 3-5 609 3 1827 Kanjengan Residence -
Tower C Ukuran kamar standar = 5 X 7
Lantai 2-6 722,8 5 3614 Lantai 7-8 379,5 2 759 Johar Service
Apartement 2092,7 2 4185,4 Ukuran kamar standar = 6 X 6
TOTAL 13603 E. PARKIR KAPASITAS PARKIR
Parkir permukaan 3933,7 ~ 3933,7 219 Gedung Parkir 1200 10 12000 667 Johar Youth Hostel 2000 3 6000 333 Kanjengan Residence 379,5 3 1138,5 63 TOTAL 23072,2 1282
TOTAL LUAS LANTAI 112565
Sumber : hasil perhitungan, 2007
V.3. Tabel Perhitungan Penggunaan Fungsi Lantai Bangunan
FUNGSI BANGUNAN LUAS TOTAL FUNGSI BANGUNAN (m2)
KUANTITAS FUNGSI LANTAI BANGUNAN (%)
Perdagangan (Komersial) 47798,9 42
Pusat Kesenian & Kebudayaan 19736,5 18
Perkantoran 8354,4 7
Hunian 13603 12
Parkir 23072,2 20
TOTAL LUAS LANTAI 112565 100 Sumber : hasil perhitungan, 2007
Dari hasil perancangan, didapat perbandingan kuantitas fungsi perdagangan :
parkir : hunian : budaya : perkantoran = 42 : 20 : 18 : 12 : 7. Dengan demikian,
dominansi fungsi pada kawasan sebagai kawasan perdagangan, yang mencapai 42
% dari total fungsi lantai bangunan, tetap memenuhi syarat sesuai dengan aturan
RTRW Kota Semarang.
V - 12
V.1.3 Tata Ruang dan Massa Bangunan
Permasalahan utama yang pada umumnya terjadi pada pembangunan pada
kawasan pusat kota adalah kurangnya lahan terbuka, yang disebabkan karena
tingginya nilai lahan sehingga seringkali pengembang memaksimalkan lahan
terbangun pada kawasan yang dikembangkan. Maka solusinya adalah
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan pengembangan bangunan
secara vertikal serta meningkatkan kualitas ruang terbuka yang disediakan.
Arahan tata ruang dan massa bangunan pada kawasan Johar ini akan mencakup
arahan ketinggian, massa, dan gaya bangunan.
(1) Arahan penataan ketinggian dan massa bangunan
Gambar V.4. Konsep Tata Ruang dan Massa Bangunan : Skyline kawasan dirancang
agar menciptakan kesinambungan visual antara bangunan sekitar dan kawasan perancangan. Menggunakan hierarki ruang terbuka-podium-tower dalam pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala manusia tetap terjaga secara visual. Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 13
Tata massa bangunan diarahkan secara vertikal untuk mengurangi kepadatan
kawasan sekaligus menambah ruang terbuka dan dirancang agar tidak
menghalangi pandangan ke arah Masjid Kauman yang telah menjadi landmark
Kawasan Johar. Ketinggian bangunan dirancang dengan ketinggian rendah pada
area yang dekat dengan jalan raya, dan meninggi ke arah pusat kawasan agar
tercipta kesinambungan visual pada kawasan perancangan. Penataan ruang dan
massa bangunan pada kawasan Johar ini menggunakan hierarki ruang terbuka-
podium-tower untuk pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala manusia
tetap terjaga secara visual.
(2) Arahan penerapan gaya bangunan : Contextual Continuity dan Contextual
Juxtaposition
Gaya bangunan di sekitar Pasar Johar dirancang secara contextual continuity agar
sesuai dengan lingkungan historis sekitarnya (Kota Lama dan Pecinan),
sedangkan untuk bangunan yang berfungsi sebagai landmark dirancang secara
contextual juxtaposition sebagai penarik pengunjung.
Gambar V.5. Perspektif gerbang masuk kawasan perancangan. Gambar A
menunjukkan penyesuaian gaya bangunan secara contextual continuity, sedangkan Gambar B menunjukkan penyesuaian gaya bangunan secara contextual juxtaposition sebagai salah satu landmark kawasan. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
V - 14
Tabel V.4a. Peraturan Intensitas Bangunan Kawasan Perdagangan Johar Semarang
STANDAR UNTUK TIAP JUMLAH LANTAI FAKTOR INTENSITAS 6 ~ 10 lantai 3 ~ 5 lantai < 3 lantai
KDB 0,5 ~ 0,6 0,6 ~ 0,7 0,7 ~ 0,8
KLB 1,2 ~ 2,4 0,6 ~ 1,0 0,3 ~ 0,6 Sumber : RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang
Berdasarkan RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang, maka ketentuan yang
akan digunakan untuk Kawasan Pasar Johar adalah :
INTENSITAS 3 ~ 5 lantai
KDB 0,6 ~ 0,7
KLB 0,6 ~ 1,0
Berdasarkan RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang, untuk bangunan di
dalam kawasan dengan ketinggian yang mencapai tiga hingga lima lantai, batasan
KDB yang ditetapkan adalah maksimal 70% dan batasan KLB yang ditetapkan
adalah maksimal 1,0.
Pembatasan intensitas bangunan ini ditetapkan dengan asumsi sebagai berikut :
(1) Beberapa bagian Kawasan Pasar Johar merupakan pasar tradisional
(Kompleks Pasar Yaik dan Pasar Johar), terdapat kecenderungan bahwa
konsumen pasar tradisional hanya mendatangi 2 lantai terbawah saja. Hal
ini menyebabkan lantai ketiga dan selanjutnya akan jarang dikunjungi
pembeli sehingga pedagang pasar tradisional akan merugi jika los mereka
ditempatkan di lantai tiga ke atas.
(2) Menghindari adanya bangunan yang lebih tinggi dari menara Masjid
Kauman di sekitar masjid tersebut untuk mencegah hilangnya makna
masjid bersejarah yang ‘agung’ dan keramat bagi warga sekitarnya.
(3) Ketinggian di Kawasan Pasar Johar dibatasi hanya sekitar 5 lantai dengan
asumsi penggunaan Transfer Development Right (TDR), dengan demikian
area dengan ketinggian maksimal dua lantai maka hak profitnya dialihkan
ke tempat lain yang lebih tinggi.
V - 15
Menilik peraturan bangunan tersebut, maka didapatkan hasil perhitungan
kepadatan Kawasan Johar pasca-desain sebagai berikut (tabel V.5) :
Tabel V.5. Perhitungan KDB dan KLB Kawasan Perancangan
PROGRAM RUANG LUAS (m2) KDB (max. 70%) KLB (max. 1,0) KDH (%)
Luas Jalan Perkerasan (Paving & Grass Block) 35470,6 0,53 1,35 43
Luas Parkir Permukaan 3933,7 53
Luas Tutupan Bangunan 44002,2
Luas Lahan Hijau 0
Total Luas Lahan 83406,5
Total Luas Lantai 112565 Sumber : hasil perhitungan, 2007
KDB maksimal = 70%
KDB terbangun = 53 %
KLB maksimal = 1,00
KLB terbangun = 1,35
Dengan penggunaan KDB di bawah KDB maksimal (53% dari 70%), yang
bertujuan untuk menyumbang ruang terbuka kota, maka diasumsikan Kawasan
Pasar Johar akan mendapat insentif dari Pemkot untuk menambah KLB (1,00
menjadi 1,35), yang bertujuan agar investor tertarik untuk menanamkan modal
pada Kawasan Pasar Johar.
V.1.4 Penataan Jalur Pejalan Kaki dan Ruang Terbuka
Jalur pedestrian adalah salah satu ruang publik yang paling umum ditemui di
perkotaan. Sebagai ruang publik, jalan merupakan ruang dimana seluruh
masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya (Natalivan, 2003),
sehingga perancangan jalur pedestrian yang baik akan membantu meningkatkan
kualitas ruang perkotaan. Sedangkan ruang terbuka merupakan tempat manusia
saling berkumpul dan bersosialisasi, dengan adanya ruang terbuka, maka manusia
diberikan sarana untuk berkumpul dan beraktivitas, sehingga suasana kawasan
akan hidup dengan sendirinya (Carr et al, 1992; Project for Public Space, 2007;
CABE Space, 2007).
V - 16
Berdasarkan prinsip perancangan yang telah dianalisa sebelumnya, maka muncul
strategi perancangan sebagai berikut :
(1) Menciptakan jalur pejalan kaki yang menerus dan terintegrasi satu sama
lain
Jalur pejalan kaki dirancang secara menerus dan terintegrasi satu dengan yang
lainnya, agar tercapai aspek kenyamanan dan keamanan yang baik untuk pejalan
kaki. Kemudian vista dan tautan antara simpul sirkulasi diciptakan dengan adanya
bangunan landmark dan perancangan ruang terbuka tematik sebagai node of
excitement yang sekaligus berfungsi sebagai titik orientasi kawasan. Seluruh
aspek ini kemudian dikombinasikan dengan penataan vegetasi dan perabot jalan di
sepanjang jalur pejalan kaki untuk memperkuat citra jalan sebagai ruang publik.
Gambar V.6. Kerangka Rancang Kota : Jalur Pedestrian dan Ruang Terbuka. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
V - 17
(2) Ruang terbuka aktif sebagai wadah aktivitas para pengunjung
Ruang terbuka pada antara massa bangunan dirancang sebagai ruang positif
dengan penambahan aktivitas food center dan taman bermain, kemudian ruang
terbuka diletakkan pada simpul-simpul kawasan dan terintegrasi satu sama lain
sebagai penguat identitas ruang publik. Konsep penataan ruang terbuka dibagi
menjadi dua jenis, yakni ruang terbuka linier yang berupa jalur pejalan kaki dan
kantong ruang terbuka (pocket open space) yang diletakkan dekat dengan fungsi
hunian dan komersial.
Gambar V.7. Ruang terbuka aktif pada kawasan perancangan diletakkan menyebar
agar aktivitas yang timbul terbagi rata pada sepanjang kawasan. (A) “Big Screen Area”; (B) “Boulevard Point”; (C) “Play and Learn Point”. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
Ruang terbuka aktif pada kawasan perancangan diletakkan menyebar agar
aktivitas yang timbul terbagi rata pada sepanjang kawasan. Dalam kawasan ini
dirancang tiga karakter ruang terbuka (gambar IV.7), yakni : (A) “Layar Tancep“
(Big Screen Area); (B) “Ratan Gede” (Boulevard Point); (C) “Gon Dholanan dan
Sinau” (Play and Learn Point).
V - 18
V.1.5 Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi dan aksesibilitas yang baik akan menjadikan mobilitas lebih efektif, dan
mendorong orang untuk berkunjung lebih sering ke tempat tersebut untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas jalur sirkulasi dan
parkir yang baik pada suatu kawasan perdagangan yang membutuhkan konsumen
sebagai pengunjungnya.
Gambar V.8. Kerangka Rancang Kota : Sirkulasi dan Ruang Parkir. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
Beberapa strategi perancangan yang diterapkan adalah sebagai berikut :
(1) Meningkatkan kualitas jalur sirkulasi
Jalur kendaraan dilokasikan di daerah perimeter kawasan agar tidak mengganggu
jalur pejalan kaki. Perpotongan antara jalur pedestrian dan jalur kendaraan dibuat
traffic calming supaya tidak membahayakan pejalan kaki yang melintasi jalur
kendaraan tersebut.
V - 19
(2) Memberikan fungsi retail/komersial pada lantai dasar gedung parkir
Lantai dasar gedung parkir difungsikan sebagai area retail/komersial, hal ini
bertujuan agar suasana jalur pedestrian yang aman dan nyaman tetap dapat dicapai
dan sesuai dengan prinsip perancangan awal.
(3) Meletakkan fasilitas parkir dan area loading pada perimeter kawasan
Fasilitas parkir ditambahkan dengan adanya gedung parkir, parkir permukaan, dan
parkir basement. Kemudian pengalokasian fasilitas parkir dan area loading
komoditi pasar diletakkan pada perimeter kawasan agar aktivitas pusat kawasan
tidak didominasi oleh kendaraan. Penambahan fasilitas parkir yang aman dan
nyaman ini diharapkan akan mencegah para pengunjung memarkir mobilnya pada
badan jalan.
Gambar V.9. Sirkulasi dan ruang parkir dirancang dengan mengedepankan
kenyamanan pejalan kaki dengan adanya traffic calming dan view barrier berupa vegetasi pada ruang parkir permukaan.
Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
V - 20
Tabel V.6. Perhitungan Kapasitas Parkir
FUNGSI BANGUNAN STANDAR PARKIR MIN. TOTAL LUAS KEBUTUHAN
PARKIR
Perdagangan (Komersial)
Pasar 1 mobil / 100 m2 33166,2 332
(+) 3 parkir pick-up
Art & Cultural Center 1 mobil / 100 m2 13241,8 132
Toko 1 mobil / 60 m2 9326,4 155
Pusat Hiburan Malam 1 mobil / 10 kursi 1285,2 45
Restoran 1 mobil / 20 m2 4021,1 201
Perkantoran 1 mobil / 100 m2 8354,4 84
Hunian
Apartemen 1 mobil / 5 unit 100 unit 20
Hotel - Kelas II 1 mobil / 7 kamar 104 unit 15
Hotel - Kelas III 1 mobil / 10 kamar 168 unit 17
TOTAL 1001
(+) 20 % 200
TOTAL KEBUTUHAN PARKIR 1201
CADANGAN PARKIR 81 KAPASITAS PARKIR 1282
(MEMENUHI SYARAT)
Sumber : hasil analisa, 2007
Dengan kebutuhan parkir sejumlah 1201 parkir kendaraan dan 3 parkir pick-up,
maka kapasitas Kawasan Pasar Johar pasca-desain sejumlah 1282 parkir
kendaraan dan 5 parkir pick-up dapat disimpulkan telah memenuhi persyaratan.
V.1.6 Karakter dan Aktivitas Kawasan
Kawasan Pasar Johar bersebelahan dengan Kawasan Kota Lama yang lebih
dahulu telah diupayakan untuk direvitalisasi. Kawasan Kota Lama memiliki daya
tarik arsitektur berupa bangunan kolonial, sedangkan Kawasan Pasar Johar
memiliki daya tarik aktivitas berupa kegiatan pasar dan budaya khas Jawa
Tengah. Maka untuk membedakan programming Kawasan Kota Lama dan
Kawasan Pasar Johar, maka dibutuhkan suntikan aktivitas yang mendukung ciri
khas masing-masing kawasan.
Menurut Sekretariat Kodya Dati II Semarang (1999) dalam Studi Perencanaan
Teknis Pengembangan Kota Lama Semarang, perencanaan programming Kota
V - 21
Lama akan difokuskan kepada area café/tempat makan dan lingkungan yang
menjual suasana kolonial, serta usulan adanya program pariwisata berupa heritage
walk yang menjual cerita kesejarahan.
Penciptaan karakter dan aktivitas kawasan diperlukan agar kawasan tersebut
memiliki identitas yang kuat dengan ciri khasnya sendiri. Sebagai upaya untuk
mengkaitkan Kawasan Pasar Johar dan Kawasan Kota Lama, maka usulan
programming untuk Kawasan Pasar Johar disusun sebagai berikut :
Tabel V.7. Programming Aktivitas Kawasan Pasar Johar
KAWASAN KOTA LAMA KAWASAN PASAR JOHAR
Ciri Khas Usulan Programming Ciri Khas Usulan
Programming
Bangunan Kolonial
Café dan restoran Bangunan Pasar
Jajanan Pasar
Cerita Kesejarahan
Heritage walk Aktivitas Budaya & Seni Pertunjukan
- Festival Budaya Tradisional - Pertunjukan Jawa Tengah - Belajar kesenian tradisional (workshop membatik, wayang, dan sebagainya)
Maka dapat dirumuskan bahwa pada nantinya, Kawasan Pasar Johar difokuskan
kepada aktivitas kesenian dan kebudayaan tradisional Jawa Tengah, sedangkan
Kawasan Kota Lama difokuskan kepada aktivitas arsitektural yang menjual
suasana kolonial masa lampau dan cerita kesejarahan.
V - 22
Dengan memasukkan unsur historis yang telah ada dan unsur budaya lokal,
diharapkan Kawasan Johar akan memiliki identitas yang unik dan menjadi salah
satu destinasi wisata di Kota Semarang. Beberapa strategi perancangan yang
diterapkan adalah sebagai berikut:
(1) Memasukkan karakter budaya Jawa Tengah pada unsur perabot jalan
dan gaya bangunan
Tema ruang publik ditekankan bernuansa Jawa Tengah dan ditunjang dengan
penambahan tata informasi yang berdekorasi dan motif etnik Jawa. Ruang terbuka
publik utama yang terletak di depan masjid Kauman dirancang agar dapat
menampung acara festival seni dan kebudayaan yang sewaktu-waktu dapat
diadakan di sana. Kemudian festival Dug Der yang pada umumnya dilaksanakan
di Simpang Lima karena area alun-alun depan Masjid Kauman telah menyempit,
dapat dialihkan kembali ke ruang publik yang akan dirancang pada kawasan Johar
ini nantinya.
(2) Menciptakan simpul-simpul kawasan berupa Ruang Terbuka Aktif
dengan karakternya masing-masing sebagai titik aktivitas dan daya tarik
kawasan
Dalam sebuah kawasan wisata dibutuhkan beberapa ruang terbuka aktif yang
berfungsi titik aktivitas dan daya tarik kawasan. Dengan adanya komponen ini,
maka sebuah kawasan wisata akan menarik dan mendatangkan banyak wisatawan.
Pada kawasan ini dirancang tiga titik utama Ruang Terbuka Aktif dengan
penamaan bahasa Jawa sebagai ciri lokal setempat, yakni : (A) “Layar Tancep”
(Big Screen Area); (B) “Ratan Gede” (Boulevard Point); (C) “Gon Dholanan dan
Sinau” (Play and Learn Point).
V - 23
Penjabaran fungsi dan aktivitas ketiga Ruang Terbuka Aktif tersebut adalah
sebagai berikut :
a. “Ratan Gede” (Boulevard Point) :
Gambar V.10. Perspektif “Ratan Gede” (Boulevard Point). Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
“Ratan Gede”atau “Boulevard Point” ini terletak pada bagian pusat kawasan
kawasan, dan merupakan koridor jalur pedestrian utama yang berfungsi pula
sebagai koridor pengikat antara area Masjid Kauman dan Pasar Johar.
Koridor jalur pedestrian ini dirancang dengan lebar yang cukup luas (12
meter) sehingga dapat menampung aktivitas yang cukup banyak, usulan
fungsi pada area ini adalah koridor pusat jajanan atau area PKL yang bersifat
temporer untuk aktivitas sehari-sehari, namun secara berkala dapat
digunakan sebagai wadah aktivitas festival-festival yang bernuansa arak-
arakan.
V - 24
b. “Gon Dholanan dan Sinau” (Play and Learn Point) :
Gambar V.11. Perspektif “Gon Dholanan dan Sinau” (Play and Learn
Point) Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
Ruang terbuka ini terletak tepat di depan bangunan Pasar Johar, berfungsi
sebagai area tunggu dan area bermain untuk anak-anak dan para pengantar
yang sedang menunggu kerabatnya berbelanja di pasar. Ruang ini
menyediakan tempat-tempat duduk permanen dan peralatan bermain sebagai
fasilitasnya, area ini pun ditanami vegetasi pada bagian perimeternya agar
ruang terbuka yang tercipta mendapatkan pembayangan sebagai penangkal
panas dan sinar matahari Semarang yang cukup terik. Festival Mainan
Tradisional dan Festival Jajanan Pasar dapat dilaksanakan pada area ini.
V - 25
top related