bahasa indonesia 4 buletin -...
Post on 05-Mar-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2
Daftar Isi:
Pendahuluan---------------------------------------------3-6
Bagian Laporan Proyek:
Karyawisata Batam
(1) Berkunjung ke SD Yobel:
Grup 1: oleh Fucai, Chin Rick, Xue Ming dan
Zhen Lin----------------------------------------7-17
Grup 2: oleh Kesleen, Sai Seong, Shue Ling
dan Zhi Qi-------------------------------------18-29
(2) Berkunjung ke Rising Technologies:
Grup 3: oleh Nixon, Soo Hui, Choon Yen dan
Ankur-------------------------------------------30-39
Grup 4: oleh Li Hui, Akim Enomoto, Eddie
dan Eliza---------------------------------------40-46
Pariwisata Indonesia oleh Wey Run----------------47-52
Tarian oleh Eugenia-----------------------------------53-55
Bagian PR:
(1) Kumpul Kebo (Wey Run) -------------------56-57
(2) Kumpul Kebo (Akim Enomoto) ------------58-59
(3) Kumpul Kebo (Kesleen)----------------------60-61
(4) Bekas Narapidana (Eliza Tan)--------------62-63
(5) Bekas Narapidana (Choon Yen)------------64-65
(6) Bekas Narapidana (Zhen Lin)---------------66-67
3
Pendahuluan:
Bahasa Indonesia Tingkat 4 merupakan sebuah subjek yang menarik. Jumlah murid
yang mengambil modul ini adalah 18 orang. Ibu yang mengajar subjek ini adalah Ibu
Lucia dan Ibu Siantik. Bahan diskusi dalam subjek ini mencakup isu-isu sosial dan
film Indonesia. Mahasiswa dan mahasiswi juga mempunyai peluang untuk
mengunjungi pabrik dan sekolah di Pulau Batam.
Berikut adalah komentar-komentar yang diberikan mahasiswa dan mahasiswi yang
mengambil LAB 3202:
Menurut Wey Run, “Pada awalnya, saya merasa Bahasa Indonesia tidak berbeda jauh
dengan bahasa Melayu, tetapi lama-kelamaan saya menyadari bahwa terdapat banyak
perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Saya merasa subjek ini sanagat menarik dan
saya senantiasa merasa senang ketika mempelajari Bahasa Indonesia. Kedua Ibu guru
mempunyai kualitas yang tinggi dan tidak membosankan. Teman-teman saya juga
menciptakan suasana kelas yang kondusif. “
Menurut Choon Yen, “Diskusi dalam BI4 selalu berputar tentang isu-isu sosial yang
serius sehingga kami kadang-kadang merasa bosan atau tidak bisa memberi jawaban
yang baik ketika diminta memberikan solusi untuk masalah-masalah sosial tersebut.
Namun saya masih menikmati kelas karena saya mempunyai banyak teman yang baik
dan belajar lebih banyak tentang hal-hal sosial.”
Menurut, Eddie Lim, “BI4 adalah salah satu modul favorit saya di NUS. Kunjungan
ke batam telah memperkenalkan saya pada adat dan budaya yang unik di Indonesia.”
Menurut Ankur, “Bahasa Indonesia 4 seru sekali, cerita-cerita yang dibaca lebih
realistik dan membuat kami berpikir tentang kehidupan manusia di Indonesia dan di
tempat-tempat lain. Film-film yang kami tonton pun seru sekali. Pada akhirnya kami
belajar banyak tentang Bahasa indonesia, juga bahasa gaulnya! Ditambah lagi tentang
kehidupan di Indonesia dan budayanya. Oh! makanan yang kami makan di Batam pun
enak sekali.”
4
Menurut Eliza, “Kalau dibandingkan dengan BI3, BI4 memang sulit karena kami
diharuskan menganalisa hal-hal sosial dan menyatakan pendapat kami. Tetapi melalui
itu semua, kami juga diberikan lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan
teman-teman dan Ibu guru sehingga kemampuan kami juga makin lama makin
ditingkatkan dengan dorongan mereka. Jadi, saya ingin mengucapkan terima kasih
untuk segala bantuan yang diberikan kedua Ibu Guru dan teman-teman saya!”
Menurut Zhen Lin, “Sebelum belajar BI4, saya pikir saya bisa meguasainya dengan
cepat, tetapi ternyata BI itu sangat berbeda dengan Bahasa Melayu. Saya merasa saya
masih banyak yang perlu saya pelajari dari teman-teman saya. Di dalam Kelas BI4 ini,
saya belajar dengan senang sekali, karena ibu-ibu guru kami baik, dan teman-teman
sekelas lucu dan menghibur. Saya suka "chit-chat session" pada waktu istirahat,
sebelum dan sesudah kelas. Ini menjadikan kelas kami lebih santai dan menarik.”
Menurut Nixon, “Secara keseluruhan, BI4 merupakan satu pelajaran yang baik sekali.
Ibu-ibu guru telah memberikan motivasi kepada saya untuk belajar Bahasa Indo dan
pelajaran ini juda memberikan peluang kepada saya untuk mengetahui lebih banyak
tentang negara dan budaya Indonesia. Walaupun menurut mahasiswa lain yang telah
mengambil BI3 mengatakan bahwa BI4 lebih membosankan, saya merasa BI4 masih
menarik sekali.”
Menurut Soo Hui, “Saya pikir kelas Bahasa Indonesia asyik sekali. Setiap kelas selalu
lucu dan tidak membosankan. Di antara semua kelas/kuliah saya, kelas Bahasa
Indonesia adalah satu-satunya kelas di mana saya benar-benar senang dan tidak
mengantuk!”
Menurut Li Hui, saya senang sekali belajar BI4 karena saya bertemu dengan banyak
teman yang baru. Ibu-ibu juga sabar dan lemah lembut. Kami pergi ke Batam untuk
proyek BI4 dan menikmati perjalanan itu sekali.
Menurut Akim, “Saya sangat menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan Ibu Guru
yang mengajar! Kelas Bahasa Indonesia sangat menyenangkan dan menarik untuk
saya. Bahan-bahan diskusi yang dibahas di dalam kelas juga sangat menarik dan
5
menambah wawasan saya. Selain itu, teman-teman sekelas saya juga seru banget!”
Menurut Chin Rick, “Isi dari bahan bacaan sangat beragam, diisi dengan isu-isu
kontroversial yang bisa diperdebatkan misalnya, kejahatan budaya, dan isu-isu etis.
Beberapa topik diskusi bisa dibahas secara intensif, misalnya, dilema dan masalah etis.
Selain itu, pembahasan topik-topik dalam Bahasa Indonesia cukup menarik dan
menyenangkan karena kita bisa melatih diri dalam penggunaan bahasa Indonesia
formal yang jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia yang umum digunakan untuk
cerita khayalan dan dialog percakapan sehari-hari.”
Menurut FuCai, “BI 4 memang lebih sulit. Pelajaran juga lebih serius, tetapi BI4
masih asyik sekali. Walaupun saya pikir saya harus menggunakan pilihan SU untuk
modul ini, saya masih akan mengambil BI5 karena di kelas BI ada banyak teman baik
dan saya mau meningkatkan standar bahasa Indonesia saya.”
Menurut Zhi Qi, “BI4 merupakan satu modul yang menarik dan berbeda dari modul
lain yang saya pernah ambil. Cara Ibu Guru membawakan tutorial memungkinkan
interaksi antara guru dengan murid maupun antara sesama murid. Melalui ini,
hubungan menjadi lebih erat dan para murid bisa memperbaiki tata bahasa mereka
dalam masa yang singkat. Saya telah menemui dan berkenalan dengan banyak teman
dan mendapat kesempatan untuk mengikuti darmawisata ke Batam yang spesial dan
darmawisata tersebut telah mengeratkan hubungan kami semua. Saya banyak
mendapat manfaat dari BI4 dan pengalaman yang saya dapat dari BI4 tidak akan saya
lupakan.”
Menurut Sai Seong, “Saya pikir BI4 benar-benar lebih sulit dari Bi3 karena bacaan
yang kami harus kami baca lebih banyak. Namun, kebanyakan bacaan itu menarik,
dan juga meningkatkan keterampilan membaca dan kosa kata. Tersayang kami Ibu
Lucia dan Ibu Siantik juga membawakan setiap bacaan dengan menarik sehingga
mendorong partisipasi kami di kelas. Saya berharap hal itu tidak terlalu melelahkan
mereka dalam mengajar kami. Kami juga mengeratkan hubungan pertemanan kami,
walaupun ada lebih sedikit kesempatan untuk berinteraksi dalam kerja kelompok, tapi
kami sering pergi menyantap sarapan bersama. Saya merasa sedih karena BI4 akan
menjadi kelas BI terakhir yang saya ambil karena saya akan lulus. Secara keseluruhan,
6
pengalaman BI bagi saya bagus sekali dan saya ingin berterima kasih kepada
departemen dan parar Ibu Guru atas kerja keras mereka.”
Menurut Kesleen, “BI4 lebih mudah daripada BI3 dan saya benar-benar menikmati
kelas BI4 saya. Pelajaran jauh lebih santai dari modul inti saya dan pelajaran BI
mungkin satu-satunya saat di mana saya benar-benar bisa tertawa. Kelas bahasa
Indonesia membantu saya untuk meringankan beban kerja saya yang berat sekali!
Para guru juga sangat akomodatif dan pengertian. Saya tidak pernah menyesal
mengambil BI4:)”
Menurut Shue Ling, “Pelajaran BI4 memungkinkan saya belajar tentang beberapa
masalah sosial di Indonesia, misalnya peran gender dan buruh anak. Modul ini juga
menarik karena saya bisa membandingkan persamaan dan perbedaan masalah sosial
di Indonesia dengan masalah-masalah di Singapura.’
Menurut XueMing, “BI 4 asyik sekali!
Menurut Eugenia, “kelas-kelas BI4 periang sekali, walaupun ada lebih banyak kosa
kata. Ibu, seperti biasanya, sangat peduli dan mudah didekati. Saya selalu menantikan
kelas BI4.
7
BAGIAN LAPORAN PROYEK:
Karyawisata Batam:
(1) Berkunjung ke SD Yobel
Grup 1: oleh Fucai, Chin Rick, Xueming dan Zhen Lin LAPORAN PROYEK KE BATAM LAB3202 SEMESTER DUA, AY 2010/2011
KELOMPOK 1 a.k.a KELOMPOK PRIA-PRIA TERHEBAT!
Anggota-anggota Kelompok 1: Fucai, Chin Rick, Xueming dan Zhen Lin
8
Pendahuluan
Pada tanggal 22 Februari yang lalu, kami mahasiswa mengunjungi Batam bersama
mahasiswa-mahasiswa BI tingkat lain (BI3, BI5 dan BI6) serta dosen-dosen
pengiring (Ibu Fanny, Ibu Lucy dan Ibu Yuke) telah mengikuti kunjungan ke Batam
semester ini. Sayang sekali, dosen-dosen kami, Ibu Lucia dan Ibu Siantik tidak bisa
mengikuti kami karena sibuk mengerjakan urusan pribadi dan kantor! Tidak apa-apa
ya, ada kesempatan lain lagi semester depan.
Ayo Ke Batam Lagi!
Proyek Batam semester ini bertemakan kemiskinan dan kesederhanaan hidup
masyarakat Batam. Kami mengunjungi Sekolah Dasar Harapan Yobel (SD Yobel)
dan Pabrik Rising Technologies di mana anada bisa bertemu dengan anak-anak and
para pekerja yang kurang mampu tapi rajin mengerjakan tugas mereka, tidak peduli
belajar mahupun memasang kabel kabel elektronik. Mahasiswa-mahasiswa BI4
dibagikan menjadi empat kelompok di mana dua kelompok akan mengajar di SD
Yobel and dua kelompok yang lain akan mewawancarai atasan dan para pekerja di
Pabrik Rising Technologies. Di setiap kelompok ada empat anggota. Kelompok kami
semuanya pria: Mas Fucai, Mas Chin Rick, Mas Xueming dan Mas Zhen Lin.
Semuanya ganteng lho! Haha, kami hanya bercanda ya! Tugas kelompok kami adalah
untuk mengajar anak-anak SD kelas dua di SD Yobel.
Perjalanan Dari Harbourfront Center ke Terminal Feri Batam Center
Jadi, ada sebagian mahasiswa yang merindui mereka. Kami berkumpul di Restoran
Mac Donalds, Harbourfront Center jam tujuh pagi. Waktu menunggu teman-teman
yang lain di Mac Donalds, Mbak Soo Hui, salah seorang teman kami tiba-tiba
menyadari bahwa ia terlupa membawa paspornya. Pada waktu itu, semua orang
merasa cemas. Tapi, Mbak Soo Hui kelihatan tenang. Dia HP dengan segera, dan
meminta pacarnya supaya mengantarkan paspornya dari asramanya. Akhirnya, Soo
Hui mendapat paspornya tidak lebih dari lima belas menit. Setelah itu, kami
meninggalkan Macdonalds, dan melanjutkan perjalanan kami ke ruang keberangkatan
feri.
9
Berfoto di atas feri
Setelah melewati kantor bea cukai di terminal feri, kami naik feri jam delapan pagi.
Di dalam feri itu, kami duduk mengobrol. Mas Chin Rick memberitahu kami bahwa
betapa murah barang-barang di Indonesia dan apa yang harus kami beli di sana. Dia
juga menceritakan pengalamannya waktu proyek ke Batam semester lalu. Sementara
itu, Sai Seong, Li Hui dan Keslyn sedang bermain “Online Mahjong” bersama-sama
dengan menggunakan “HP Iphone” mereka. Mereka akan berteriak keras kalau
menang dalam satu permainan. Mereka bisa dikatakan sebagai penumpang-
penumpang yang paling dinamis di dalam feri tersebut.
Kedatangan di Batam dan Perjalanan Dari Terminal Feri Batam Center ke
Sekolah SD Yobel
Kira-kira pada pukul sembilan pagi, kami tiba ke Batam dan Feri Terminal Batam
Center di mana kami bertemu dengan pemandu wisata, Bapak Fendi yang akan
membimbing kami sepanjang perjalanan kami di Batam. Sebagian kami merasa aneh,
kok waktu di Indonesia masih menunjukkan jam lapan pagi. Setelah dijelaskan oleh
pemandu perjalanan kami, kami tahu bahwa waktu Indonesia (WIB) adalah satu jam
lebih lambat dari waktu Singapura. Selain itu, pemandu tersebut telah mengatur satu
jalan ekspres di kantor bea cukai terminal feri untuk menghemat waktu kami.
Kemudian, kami diminta masuk ke dalam sebuah minibus bersama-sama dengan
mahasiswa-mahasiswa BI5 untuk menuju ke SD Yobel kami akan pergi itu. Pak Fendi
juga memperkenalkan beberapa gedung dan tempat-tempat di sekitar Batam
sepanjang perjalanan tersebut. Kami juga berinteraksi dengan para mahasiswa dari
10
Kelas BI5 ketika berada di dalam bis. Sebagian dari mereka juga telah menyiapkan
balon-balon yang akan dihadiahkan pada anak-anak di sekolah itu. Selain itu, untuk
memastikan bahwa kelompok-kelompok yang mengajar sudah siap, Ibu Fanny juga
memeriksa pertanyaan-pertanyaan wawancara serta materi pengajaran kami. Setelah
20 menit melalui jalan kecil dan tidak rata, akhirnya kami tiba di SD Yobel.
Gambar 1 Pak Fendi, pemandu wisata kami (kiri) dan Ibu Fanny (kanan) sedang berdikusi di dalam
bis menuju SD Yobel
Jalan yang tidak rata menuju ke sekolah
Asal-usul Pembangunan SD Yobel
11
Sekolah Dasar Harapan Yobel atau lebih dikenal sebagai SD Yobel merupakan
sekolah dasar swasta yang ditubuhkan tahun 2007 oleh Yayasan Yobel, sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gereja Kristen untuk memberikan pendidikan
berkualitas dari para guru profesional untuk anak-anak yang kurang mampu. Sekolah
ini terletak di daerah miskin, Tiban Lama,Sekupang yang masih terbelakang dan jauh
dari kota Batam Center. Pendiri sekolahnya adalah Bapak Sakpin bersama-sama
beberapa guru professional seperti Ibu Julieta Pauline. Kami mewawancarai Ibu
Julieta Pauline yang juga guru kelas SD2 dan beliau memberitahu kami tentang asal
usul sekolah ini. Seragam murid-murid SD Yobel kaos putih dan celana pendek
merah untuk murid laki-laki dan rok merah untuk murid perempuan.
Pada mulanya, di sekolah ini ada punya 50 orang murid tapi kini jumlah murid
meningkat sampai kira-kira 110 murid dan mereka terrbahagi dalam kelas 1 hingga
kelas 4. Luas sekolah ini kira-kira 1000 meter persegi dan mempunyai 4 kelas untuk
setiap kelas. Mata pelajaran yang diajarkan di SD Yobel adalah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga serta
keterampilan. Murid-murid belajar lima hari seminggu dari hari Senin hingga Jumat
dan mulai belajar jam 8.30 pagi. Murid-murid kelas 1 selesai sekolah jam 10.30pagi,
kelas jam 11.30pagi, kelas 3 dan 4 pula selesai jam 12.30 siang. Biaya pelajaran untuk
setiap murid di SD Yobel Rp. 80,000 sebulan tapi murid-murid hanya membayar Rp.
30,000 sebulan sesudah dipotong subsidi dari Yayasan Yobel, uang dan sumbangan
barang-barang dari Gereja Ibu Lucy (GPBB) di Singapura serta subsidi pemerintah.
Walaupun SD Yobel sudah berdiri hampir empat tahun di Batam, namun sekolah ini
masih belum diresmikan oleh pemerintah. SD Yobel masih menunggu surat ijin dari
pemerintah untuk meresmikan sekolahnya. Harapan guru-guru serta pendiri sekolah
ini adalah mengumpulkan cukup dana sehingga sekolah bisa diresmikan secepat
mungkin. Setelah itu lebih banyak kelas seperti kelas 5 dan kelas 6 bisa dibuka, dan
lebih banyak murid-murid yang kurang mampu bisa bersekolah dan dana itu juga
digunakan untuk menambahkan fasilitas sekolah.
12
Kesan dan Persiapan Sebelum Mengajar Anak-Anak SD Yobel
Sebelum ke Batam, Ibu Lucia sama ibu Siantik ada berkata, sekolah yang akan kami
kunjungi itu tidak besar, di sekolah itu, hanya ada empat kelas yaitu kelas 1 sampai
kelas 4. Dua kelompok BI4 ditugaskan untuk mengajar anak-anak dari kelas 2, kira-
kira berumur tujuh atau delapan tahun.
Sebelum pergi ke SD Yobel, kami tidak tahu harus bagaimana rencana mengajar
siswa-siswi di sana, karena kami tidak tahu standar Bahasa Inggris mereka di sana.
Lagi pula, semua anggota kelompok ini juga tidak pernah ada pengalaman mengajar
anak-anak. Oleh karena itu, kami membuat rencana yang ada kebebasan dan kami
harus berimprovisasi.Tentu saja, kami ada lebih dari cukup aktivitas untuk bahan
pengajaran kami. Kami pikir, murid-murid kelas 2 di sana pernah mempelajari bagian
tubuh badan waktu mereka belajar di kelas 1. Jadi, kami tidak mau mengajar topik
yang sulit maupun baru agar mereka memahami bahan pengajaran kami. Tujuan
kami adalah membuat siswa-siswi SD Yobel tersenyum dan memberi pelajaran yang
asyik untuk mereka. Lagipula, kita harus realistis bahwa waktu pelajarannya hanya
sekitar 1 sampai 2 jam, kami tidak akan bisa memberi dampak yang besar.
Sesudah diskusi dan rapat mengenai topik yang ingin kami ajarkan, akhirnya kami
memutuskan untuk mengajar bagian tubuh dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Kami hanya akan mengulangi pelajaran ini dalam bahasa Inggris supaya
mereka bisa lebih mahir berbicara dan meningkatkan pengetahuan mereka dalam
bahasa Inggris. Pengajaran ini akan menggabungkan interaksi, permainan, dan
beberapa macam lagu bagian tubuh supaya pengajaran di kelas dapat menarik
perhatian anak-anak.
13
Lukisan dan kalimat aktivitas gerakan bagian tubuh!
Untuk persiapannya, Mas Zhen Lin menyiapkan kertas mahjong yang digambari
bagian tubuh serta labelnya dalam kedua bahasa, Indonesia dan Inggris. Mas Rick
juga mempersiapkan aktivitas permainan yang menggunakkan gerakan bagian tubuh
seperti ‘letakkan tangan kiri di pundak dan tangan kanan di lulut kiri’.
Impresi/Kesan Kami Waktu Tiba di SD Yobel
Kami mengharapkan SD Yobel tidak seperti sekolah Mondial yang kami kunjungi
semester lalu, itu karena kami sudah diberitahu bahwa SD Yobel adalah sekolah
untuk anak-anak yang kurang mampu. Waktu kami sampai di SD Yobel, kami sedikit
heran karena sekolah itu lebih baik daripada kesan di dalam pikiran kami.Walaupun
gedung SD Yobel lebih sederhana, paling tidak sekolahnya ada atap seng dan kipas.
Sebelum itu, kami pikir SD Yobel adalah seperti sekolah kuno yang dibangun dari
daun atau tanah, seperti mana kondisi sekolah waktu orang tua kami masih belajar.
Lagipula, kami bahkan melihat satu komputer di ruang guru. Tampaknya, sekolah itu
punya cukup dana dan anak-anak di sana punya lingkungan yang lumayan nyaman.
Meskipun begitu, sekolah itu masih belum cukup fasilitasnya seperti lapangan rumput
untuk aktivitas olahraga, taman bermain anak-anak, labotorium, dsbnya.
14
Kelas SD yang sederhana dengan atap seng dan kipas kecil
Pengalaman Mengajar Di SD Yobel
Sesudah tiba di SD Yobel, kami mendatangi ke kelas 2 dan memperkenalkan diri
kami sebagai mahasiswa-mahasiswa NUS yang belajar BI4 dan menerangkan tujuan
kami ke Batam dan SD Yobel. Setelah itu, kami mulai mengajar beberapa bagian
tubuh dalam bahasa Inggris. Sebenarnya, hampir semua pelajar di sana sudah tahu apa
yang kami ajar. Tapi, kami masih memutuskan untuk meneruskan pengajaran itu
karena tidak semua pelajar tahu bagaimana membaca beberapa kata bagian tubuh
dalam bahasa Inggris.
Kami juga ada mempersiapkan satu gambar tubuh yang menunjukkan bagian tubuh
kepada mereka sementara kami mengajar. Kami berharap mereka bisa mengingat
bagian tubuh dengan lebih baik secara visual karena mereka ada referensi. Dari
ekspresi wajah mereka, kami yakin mereka sangat senang dengan gambar tubuh itu.
Lagipula, mengajar dengan menggunakan gambar juga bisa menarik perhatian mereka
karena mereka belum bisa konsentrasi dalam waktu lama karena mereka hanya
berusia tujuh atau delapan tahun.
Sesudah itu, kami menurunkan gambaran dari papan tulis setelah kami pikir mereka
sudah memahami bagian tubuh dalam bahasa Inggris. Ini dilakukan supaya mereka
tidak punya referensi lagi dan harus menggunakan daya ingat atau pemahaman
mereka dalam bahasa Inggris. Kemudian, kami menunjukkan bagian tubuh kami dan
15
bertanya pada semua pelajar siapa tahu bagian tubuh itu yang ditunjukkan dalam
bahasa Inggris.
Selain itu, kami mengajak para pelajar melakukan suatu gerakan bagian tubuh
mereka dengan mengikuti kalimat-kalimat instruksi yang ditulis di atas kertas kecil.
Beberapa pelajar bersemangat sekali dan mau berpartisipasi dalam aktivitas ini. Kami
menyuruh pelajar-pelajar ke depan kelas dan membacakan kalimat instruksi untuk
melakukan gerak bagian tubuh dan semua pelajar di kelas itu harus melakukan
gerakan tubuh sesudah mereka mendengar kalimat yang sudah dibacakan. Kalau
gerakan yang dilakukan oleh mereka betul, kami menghadiahi mereka makanan kecil
yang kami beli di Singapura, karena kami ingin menunjukkan bahwa kami
menghargai mereka walaypun hanya dengan barang yang tidak mahal. Kelihatannya
mereka amat menikmati aktivitas itu karena paling tidak, semua pelajar bisa
berpartisipasi dan menerima makanan kecil sebagai hadiah waktu mereka menjawab
pertanyaan kami maupun melakukan gerakan tubuh.
‘‘Letakkan tangan kanan Anda di hidung dan angkat kaki kiri Anda’’
Kemudian, kelompok kedua yang juga mengajar meneruskan aktivitas dengan
mengajar lagu yang juga bertemakan tubuh badan. Salah satu lagu yang diajar
berjudul, “Heads, Shoulders, Knees and Toes” dalam bahasa Inggris. Dengan sedikit
latihan, mereka sudah tahu cara menyanyi lagunya karena kata-kata dalam lirik lagu
itu tidak sulit. Lalu, mereka diajar gerakan yang sesuai untuk lagu itu supaya lagu
tidak terlalu membosankan. Kemudian, beberapa pelajar diminta ke depan kelas untuk
menyanyi. Kami memutuskan untuk mengikuti pelajaran tersebut waktu mereka
melakukan gerakannya. Karena kami ada lebih banyak waktu di sekolah,kelompok itu
16
bisa mengajar satu lagu yang lain. Lagu kedua juga adalah lagu bagian tubuh dalam
bahasa Inggris yang biasa kami nyanyikan waktu kami masih kecil. Murid-murid
menggunakkan banyak gerakan dalam lagu tersebut sehingga mereka bisa lebih aktif
sambil menyanyikan lagu tersebut. Waktu berlalu cepat sekali ketika kami mengajar
dan ternyata sudah tiba waktunya untuk pemberhentian sekolah dan kami juga harus
meneruskan perjalanan kami ke tempat lain.
Mbak Shue Lin dan Mbak Kesleen (anggota-anggota kelompok yang juga mengajar) senang mengajar
gerakan tubuh sesuai dengan lagu
Kesan Sesudah Pengalaman Mengajar di SD Yobel
Sesudah mengajar, kami pikir kami telah mencapai tujuan kami yaitu menyenangkan
anak-anak dengan pengajaran kami. Anak-anak senang sekali dengan hadiah kami
seperti kerupuk, gula-gula dan makanan kecil lain. Kami percaya sepenuhnya bahwa
mereka benar-benar menikmati aktivitas-aktivitas kami. Selain itu, kami juga bisa
mempelajari karakter-karakter atau psikologi anak-anak di sana. Contohnya, ada
murid yang malu berbicara sedangkan yang suka berbicara dan aktif sekali, harus
dikontrol setiap waktu!
Waktu kami naik bis untuk meneruskan perjalanan, siswa-siswi SD Yobel
melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal kepada kami. Muk amereka
kelihatan ceria dan senang sekali. Kami terharu dengan pengalaman mengajar di SD
Yobel. Pengalaman di sana membuat kami merasa bahagia karena kami bisa
memberi kebahagiaan walaupun hanya sehari kepada anak-anak itu.Kalau dipikir-
pikir, pengalaman ini juga memberi kami suatupelajaran.Bahasa Indonesia kami
belum mencapai standard lancer kalau dibandingkan dengan bahasa Indonesia anak-
anak kelas 2 itu! Masih banyak yang harus kami pelajari dalam bahasa Indonesia!
17
Murid-murid SD Yobel melambaikan tangan waktu kami meninggalkan lokasi
sekolah
Kesimpulan
Secara keseluruhan, perjalanan ini benar-benar memperkaya pengetahuan kami
tentang penduduk Batam dan penduduk Indonesia yang kurang mampu. Pengalaman
ini benar-benar membuka mata dan kami bersyukur atas apa yang kami punyai kalau
dibandingkan dengan keluarga yang kurang mampu. Kami juga mendapatkan banyak
wawasan tentang budaya di Indonesia dan kehidupan penduduk desa. Perjalanan ini
juga merupakan waktu yang tepat untuk mengenal teman-teman kuliah dalam kelas
BI4 dengan lebih dekat. Kami merasa anggota kelas kami menjadi semakin dekat dan
akrab setelah perjalanan ini. Semoga kami bisa kembali ke Batam untuk mengunjungi
anak-anak SD Yobel dan pekerja pabrik suatu saat nanti. Kami juga memiliki
kesempatan berharga untuk berlatih bahasa Indonesia di Batam. Ini benar-benar
kesempatan besar bagi kita untuk menerapkan apa yang telah kami pelajari di kelas
dalam situasi kehidupan nyata. Kami merasa bahwa kami masih harus banyak berlatih
lagi agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik. Kami yakin bahwa
kami semua sangat menikmati perjalanan Batam yang mengesankan dan tidak
terlupakan ini.
18
Grup 2: oleh Kesleen, Sai Seong, Shue Ling dan
Zhi Qi
BAHASA INDONESIA 4
LAB 3202
LAPORAN PROYEK
Done By: Kesleen Yeo Fu Ling
Chue Sai Seong
Ho Shue Ling
Tan Zhi Qi
(Date of Submission: 18/03/2011)
19
1) Kesan Pertama dan Perasaan Kami.
Setelah naik lereng dan melalui
jalan yang tidak rata, akhirnya kami tiba di SD Yobel!
Sekolah ini terletak di pojok desa dan di sana hanya ada dua blok ruang kelas.
Sebelum kedatangan kami di sekolah, kami diberi penjelasan oleh pemandu wisata
dan dosen-dosen kami bahwa murid-murid SD Yobel adalah dari keluarga yang
kurang mampu (keluarga dengan penghasilan rendah). Oleh karena itu, kelompok
kami mengina akan melihat sekolah yang
mungkin bahkan tidak ada atap yang tepat.
Namun yang mengejutkan kami, sekolah
terlihat sangat manis dan baik dicat seperti
yang terlihat di sebelah ini.
Kami disambut hangat oleh murid-
murid kelas dua karena mereka
melambaikan tangan dan bersorak di dalam
kelas mereka. Mereka gembira dan sangat ramah ketika melihat kami. Semuanya
terlihat sangat baik dari luar dan sepertinya lingkungan yang bagus untuk sekolah.
Tidak seperti sekolah untuk anak-anak kurang mampu! Namun, kami diharapkan
kembali kepada kenyataan ketika kami masuk ke kelas, bahkan tidak ada meja yang
pantas untuk guru. Ruang kelas itu juga cukup gelap dan hanya ada 1 kipas di kelas
20
untuk sekitar tiga puluh lima murid. Dalam sekejap, kebanyakan dari kami
berkeringat banyak. Tapi, murid-murid mencerahkan hari kami dengan senyum dan
partisipasi mereka yang aktif. Meskipun tidak ada uang, mereka tidak merasa rendah
diri. Sebaliknya, mereka sangat
positif dan ceria.
Pertama, kami memperkenalkan
diri dan Fu Cai menjelaskan
kepada mereka tujuan kami untuk
berkunjung dan apa yang kami
rencanakan untuk hari itu.
Sebelum perjalanan, kelompok A
(terdiri dari Fu Cai, Rick, Zhen
Lin dan Xue Ming) dan kelompok
kami (terdiri dari Shue Ling, Kesleen, Sai Seong dan Zhi Qi) sudah mendiskusikan
aktivitas kami sehingga tidak saling tumpang tindih. Kelompok mereka akan
mengajar murid-murid bagian-bagian tubuh dalam bahasa Inggris dan kelompok kami
akan membantu mereka untuk menerapkan apa yang sudah mereka pelajari dengan
dua lagu dan dengan gerakan. Sementara kelompok mereka melakukan kegiatan
mereka, kelompok saya dan anggota kelompok C dan D akan membantu mereka
dengan menempatkan diri di antara murid-murid untuk mendorong mereka ikut
berpartisipasi.
21
Zhen Lin menyusun bagian-bagian tubuh pada kertas mah-jong untuk
memudahkan pengajaran dan kami berpikir itu sangat bermanfaat. Kami berpikir akan
sulit mengajar mereka hal ini dalam
bahasa Inggris karena kami tidak tahu
berapa banyak yang sudah mereka
ketahui. Namun, ternyata lebih mudah
karena mereka sudah mengetahui
sebagian besar kata, tapi hanya tidak
bisa mengucapkannya dengan baik.
Oleh karena itu, masih ada cukup
waktu. Saat itu baik untuk mengetahui
bahwa Kelompok A sudah menyiapkan
rencana kedua. Mereka melakukan kegiatan
kedua yang kami, para mahasiswa bahasa
Indonesia, juga lakukan selama pelajaran
bahasa Indonesia kami - untuk mengikuti
gerakan tertulis di atas kertas. Mereka tertarik
dan cepat puas dengan makanan kecil yang
kami berikan. Mereka juga ingin belajar dan
berpartisipasi dengan lebih aktif.
Setelah permanasan, kelompok kami mengambil alih.
2) Aktivitas/Kegiatan di Kelas.
Ada 2 kelompok yang mengajar, dan kami adalah kelompok kedua.
Karena kelompok pertama sudah mengajarkan nama bagian tubuh, kami
memutuskan membantu mereka mengingat dengan lebih baik melalui lagu-lagu. Dua
lagu dipilih adalah “Head, shoulders, knees and toes” dan “Hokie Pokie”. Kami kira
anak-anak kelas 2 SD akan sangat suka belajar melalui menyanyi dan bergerak.
22
Lagu 1: Head, shoulders, knees and toes
Kami memainkan musik dan mendemonstrasikan aksi-aksi untuk lagu “Head,
shoulders, knees and toes” dulu. Sesudah hampir tiga kali, kami menyuruh mereka
untuk berdiri, dan melakukan aksi-aksi bersama. Tetapi kali ini, kami melakukan
aksi-aksinya lebih pelan dan tanpa musik.
Lirik-lirik:
Head, shoulders, knees and toes
Head, shoulders, knees and toes
Eyes and ears and mouth and nose
Head, shoulders, knees and toes.
Ada juga gambar bagian tubuh (digambar oleh
kelompok pertama) di papan tulis, jadi mereka bisa masih melihat gambarnya untuk
nama bagian tubuh dalam bahasa Inggris kalau mereka tidak yakin. Teman-teman
kami dari kelompok yang lain juga membantu mereka untuk mengikuti kami
melakukan gerakan-gerakan sesuai lagu.
Waktu mereka tampaknya sudah biasa dengan gerakannya, kami memainkan
musik lagi dan melakukan gerakannya bersama. Tetapi mereka masih merasa lagunya
terlalu cepat, karena mereka menjadi bingung di bagian tertentu dari lagunya. Sesudah
mencoba beberapa putaran, mereka
menjadi lebih baik dengan gerakannya.
Sebenarnya lagu ini tidak sulit, karena
kebanyakan liriknya diulang.
Setelah itu, kami mengatur
kompetisi mini untuk pelajar-pelajarnya!
Lima atau enam pelajar bisa datang ke depan kelas. Kami akan menyanyi lagunya,
sementara mereka akan melakukan aksi-aksi diri sendiri. Terbanyak pelajar merasa
gembira untuk bisa datang ke depan kelas dan mereka bergegas keluar langsung kami
memberi intruksi. Tetapi kami juga ingin memberikan kesempatan untuk beberapa
pelajar yang lebih malu. Jadi kami memilih beberapa pelajar untuk berpartisipasi
setiap kali, dan memastikan setiap pelajar sudah mencoba. Sesudah mereka
23
menyelesaikan melakukan aksi-aksi, kami juga memberi permen kepada mereka
sebagai hadiah.
Lagu 2: Hokie-Pokie
Karena ada banyak waktu sesudah kami mengajar lagu pertama, kami
meneruskan pelajaran lagu kedua, “Hokie Pokie”. Sebenarnya kami merasa enggan
untuk mengajar lagu ini, karena lagunya lebih susah. Ada lebih banyak kata baru dan
gerakan. Kami khawatir mereka akan merasa bingung dan tidak tertarik.
Lirik-lirik:
Put your right hand* in,
Put your right hand out,
Put your right hand in.
And you shake it all about,
And you do the Hokie-Pokie,
And you turn yourself around,
That’s what it’s all about.
(*bisa diganti bagian tubuh yang lain, misalnya ‘left hand’)
Untunglah kelihatannya mereka lebih suka lagu ini! Mungkin karena gerakan
untuk lagu ini lebih menarik, misalnya mereka harus menggoyangkan tubuh ketika
sampai lirik “And you do the Hokie-Pokie”. Tampaknya, mereka menikmati lagunya
meskipun mereka tidak mengerti semua liriknya.
24
Ada juga kompetisi untuk lagu ini. Kali ini, respon mereka lebih banyak.
Mungkin mereka merasa lebih ‘berlatih’ sesudah dua lagu. Pelajar laki-laki lebih
berani, karena semua langsung pergi ke depan kelas lagi sesudah kami memberikan
instruksi. Jadi kami membolehkan pelajar laki-laki melakukan aksi dulu. Setelah
mereka menyelesai, kami membolehkan pelajar perempuan mencoba. Pelajar
perempuan lebih malu, jadi kami harus memberikan mereka lebih dorongan. Tetapi
mereka juga menikmati aktivitinya.
Perasaan kami
Wah, kami merasa capai sekali sesudah aktivitas tersebut! Seluruh kegiatan itu
membutuhkan waktu sekitar satu jam. Memang, anak-anak lebih bergerak.
Sebelum beraktivitas, kami takut tidak bisa mengontrol pelajar-pelajarnya.
Karena ada banyak pelajar dalam satu kelas, kira-kira 30. Tetapi mereka juga bersikap
kooperatif. Guru mereka juga membantu kami mendiamkan murid-murid kalau
mereka menjadi ramai. Kami senang mereka menikmati kegiatan yang direncanakan
kami. Meskipun mereka mungkin melupakan kata-kata yang diajarkan, yang
terpenting adalah mereka bahagia.
3) Wawancara dengan Guru
25
Melalui wawancara kami dengan Ibu Julieta Pauline, ibu yang bertugas
sepenuhnya mengajar kelas dua SDS Harapan Yobel, kami dapat mengetahui bahwa
SDS Harapan Yobel adalah sebuah sekolah swasta berluas 1000 meter persegi yang
terletak di kelurahan Tiban Lama, didirikan oleh Yayasan Kristen pada tahun 2007.
Biaya sekolah murid yang sebanyak Rp 80.000 pun disubsidi Rp 50.000 oleh gereja
yang berada tidak jauh dari sekolah. Mujurnya, SD Yobel mulai mendapat subsidi
dari pemerintah untuk anak-anak yang orang tuanya berpendapatan rendah. Kebetulan
semua anak sekolah penganut agama Kristen tetapi itu tidak berarti bahwa penganut
agama lain tidak boleh belajar di SD Yobel.
Sejak SD Yobel berdiri hingga sekarang, jumlah murid telah meningkat
kurang lebih 110 orang. Sekolah ini menawarkan sembilan mata pelajaran yang terdiri
atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Seni budaya dan Keterampilan, Bahasa Inggris. Guru yang bertanggung
jawab atas satu kelas diwajibkan mengajar semua sembilan mata pelajaran di kelas
tersebut. Semua murid mulai belajaran pada pukul 8.30 pagi setiap hari dari Senin
hingga Jumat tetapi murid di kelas yang berbeda mempunyai masa pembelajaran yang
tidak sama. Contohnya, kelas satu selesai pada pukul 10.30 pagi, kelas dua selesai
pada jam 11.30 pagi tetapi kelas tiga dan empat selesai pada pukul 12.30 siang karena
mata pelajaran lebih banyak dibandingkan dengan kelas yang lebih rendah. Sekarang
di SDS Harapan Yobel ada 4 kelas, kelas 1 hingga 4. Oleh sebab itu, terdapat empat
orang guru yang mengurus empat kelas ini di bawah kepemimpinan kepala SDS
Harapan Yobel, Bapak Sakpin. Akan tetapi apabila anak-anak naik kelas 5 pada tahun
depan, sumber tenaga guru akan ditambah lagi. Walaupun jadwal belajar hanya dari
hari Senin hingga hari Jumat, sebenarnya pada hari Sabtu, SD Yobel akan
mengadakan “kelas tambahan” untuk anak-anak, yaitu kelas komputer! Rupanya SD
Yobel dilengkapi empat buah komputer yang digunakan murid-murid untuk
mempelajari keahlian komputer dan pelajar akan bergiliran menggunakan komputer.
Semua anak tinggal berdekatan dengan sekolah. Karena sekolah berdekatan
dengan rumah anak-anak, ada yang berjalan kaki ke sekolah. Ada juga yang dijemput
orang tua naik sepeda motor. Orang tua anak-anak kebanyakan pekerja pabrik, ada
juga yang bekerja sebagai petani dan pedagang. Pada waktu istirahat selama 20 menit,
kalau cuaca cerah, semua murid akan berkumpul di tengah halaman sekolah untuk
main bersama. Kalau hujan, anak-anak akan berada di dalam kelas saja.
26
Kami amat bersyukur dapat mewawancarai Ibu Julieta dan dapat mengetahui
sedikit lebih banyak tentang Ibu Julieta dan keluarganya. Ibu Julieta berasal dari
Medan dan sudah mengajar selama 11 tahun di Batam. Ibu Julieta merupakan mama
dari dua orang anak yang satu anak sedang belajar di kelas tiga di SDS Harapan
Yobel juga dan satu lagi bayi yang berumur satu tahun saja. Ibu Julieta, suami dan
anak-anaknya pulang ke Medan satu kali setahun, yaitu pada setiap tahun baru.
Menurut Ibu, dia terpaksa mengubah gaya hidupnya untuk menyesuaikan diri dengan
gaya hidup yang sangat berbeda di Batam pada awal kedatangannya dari Medan
sebab ongkos kehidupan di Batam jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Medan.
Ketika itu, Ibu harus berhemat dan bijak mengatur pengeluaran untuk kebutuhan
sehari-hari serta mencari penghasilan tambahan. Ibu juga pernah bekerja paruh waktu
dengan menanam dan menjual jeruk untuk menambah penghasilannya.
Lukisan dinding yang berwarna-warni sebenarnya diberikan oleh satu
rombongan yang datang dari Korea bulan lalu pada bulan Januari! Tema lukisan
dinding berpusatkan pada anak-anak dan bertujuan untuk memberikan suasana cerah
dan riang kepada anak-anak di sekolah. Oleh sebab itu, dinding dipenuhi dengan
lukisan-lukisan balon, jerapah, istana, payung dan sebagainya.
Ibu Julieta berharap pada masa depan, SD Yobel dapat diresmikan karena
sampai sekarang, SDS Harapan Yobel masih dalam proses menunggu surat izin dari
pemerintah supaya disahkan sebagai sekolah resmi. Ibu Julieta juga berhasrat supaya
SD Yobel akan terus berkembang dan membuka lebih banyak kelas sampai SMP, dan
meningkatkan fasilitas sekolah dengan lebih baik.
Setelah kunjungan yang amat mengesankan di Sekolah Yobel, tibalah waktu
makan siang. Kami sampai di sebuah rumah makan yang amat terkenal di kalangan
pengunjung di Batam, Saung Sunda Sawargi. Restoran ini menyediakan makanan asli
Indonesia yang enak sekali seperti nasi timbel yang dibungkus dengan daun pisang,
ayam goreng, ikan bakar, tahu dan tempe bakar, sambal, dan sebagainya. Yang amat
khusus tentang rumah makan tersebut adalah halaman tengah yang terbuka dan
terdapat kolam ikan di sana. Terdapat beberapa pondok kecil yang dibangun dari kayu
yang mengelilingi kolam ikan tersebut. Pondok-pondok kayu yang dihias dengan elok
sekali boleh menampung lebih kurang lapan orang dan pelanggan bisa menikmati
pemandangan yang indah bersama masakan yang enak.
Terdapat beberapa pondok kecil diperbuat daripada kayu yang mengelilingi
kolam ikan tersebut. Pondok-pondok kayu yang dihias dengan indah sekali bisa
27
menampung kurang lebih delapan orang dan pelanggan bisa menikmati pemandangan
yang indah bersama masakan yang enak.
4) Perbandingan antara SD Yobel dan sekolah di
Singapura
Setelah pengalaman kami yang sangat singkat di sekolah, kebanyakan dari
kami enggan meninggalkannya. Kami memiliki kesempatan untuk berinteraksi erat
dengan para siswa melalui kegiatan yang direncanakan dan banyak dari kami
berpendapat bahwa mereka semua sangat manis dan lugu. Selain itu, mereka semua
sangat bersemangat untuk belajar dan bermain bersama kami. Misalnya, lagu yang
kita ajarkan, banyak dari mereka berpartisipasi secara aktif. Kami tidak menduga
tingkat spontanitas seperti itu dari mereka, karena kami pikir mereka tidak akan cepat
terbuka menerima orang asing dari negara lain. Mungkin karena ini bukan kali
pertama mereka mengalami pengunjung dari luar negeri, sehingga mereka lebih
ramah kepada orang asing.
Dari apa yang kita pelajari dari
guru melalui wawancara, sekolah
28
memiliki sistem yang sangat baik dan visi untuk masa depan. Meskipun pemasukkan
yang rendah dan harus menjalankan kegiatan sekolah dengan terbatasnya jumlah
guru, sekolah tetap mengajarkan siswa sebanyak sembilan mata pelajaran. Hal ini
sangat mengesankan untuk bagi kami. Selanjutnya, kelas komputer juga dijadwalkan
pada hari Sabtu, mengayakan siswa supaya tahu bagaimana menggunakan komputer
di era modern.
Dalam hal fasilitas, kami berpikir bahwa fasilitas sekolah tersebut cukup
memadai meskipun ada lebih banyak fasilitas lain yang dapat bermanfaat bagi
sekolah. Sebagai contoh, adanya lebih banyak komputer akan memastikan bahwa
siswa memiliki eksposur yang luas dan tidak perlu bergantian menggunakan
komputer. Juga, kami mengamati bahwa kadang-kadang, lampu-lampu di ruang kelas
tidak begitu terang dan pada hari hujan, bisa mempengaruhi proses membaca dan
menulis dalam kelas.
Dibandingkan dengan Singapura, dalam hal spontanitas anak-anak, kami
merasa tidak ada perbedaan. Karena anak-anak pada usia tersebut biasanya sangat
terbuka untuk belajar hal baru, seperti kelas-kelas dianggap sebagai cara yang
menyenangkan untuk belajar. Bahkan di Singapura, siswa diberikan kelas-kelas
tambahan di mana mereka bisa belajar tentang hal-hal lain selain buku pelajaran.
Namun, dalam hal jumlah guru, sekolah di Singapura biasanya memiliki lebih banyak
guru dan mereka biasanya mengajar lebih sedikit mata pelajaran. Karena peran yang
lebih besar di sekolah, guru-guru di Singapura biasanya mendapatkan tugas
administrative lebih banyak, daripada berkonsentrasi pada pengajaran para siswa.
Dalam hal rasio jumlah murid-guru, kami menyadari bahwa di SD Yobel memiliki
rasio yang lebih rendah, sekitar 1 guru untuk 25 siswa. Di Singapura, biasanya 1 guru
untuk sekitar 35 siswa. Terakhir, fasilitas di sekolah tidak baik dibandingkan dengan
di Singapura. Anggaran pemerintah yang disisihkan untuk pendidikan di Singapura
sangat tinggi. Untuk SD Yobel, dana yang ada lebih rendah meskipun mereka
menerima subsidi dan hibah dari pemerintah dan gereja terdekat.
30
(2) Berkunjung ke Rising Technologies Grup 3: oleh Nixon,Soo Hui,Choon Yen dan Ankur:
Laporan - Kunjungan ke Batam 2011
Anggota Grup: A0074601N Ankur Vohra
U091556R Khoo Choon Yen U085885R Nixon Ooi Hion Liang
U090785W Liow Soo Hui
31
Setelah kunjungan kami ke sekolah, kami kembali naik bus dan berangkat ke tujuan
selanjutnya untuk makan siang. Kami sudah sangat lapar, dan ternyata tujuan kami selanjutnya adalah restoran Sunda.
Resep-resep makanan di restoran tersebut berasal dari Jawa Barat, dimana orang
lokalnya disebut orang Sunda (karena inilah restoran tersebut disebut restoran Sunda).
Setibanya di restoran tersebut, kami berjalan mengelilingi restoran itu. Ada banyak
foto-foto pembesar Batam dan menteri-menteri Indonesia yang pernah makan disana.
Kami menjadi sangat tidak sabar untuk mencicipi makanan Sunda di restoran ini.
Sambil menunggu makanan dihidangkan, kami duduk dengan teman-teman kami dari
kelas Bahasa Indonesia 5. Kami banyak bertukar pikiran dengan mereka. Dosen-
dosen yang ada disana pun bercerita kepada kami tentang Indonesia.
Tidak lama kemudian, makanan dihidangkan. Kami dengan tidak sabar mencicipi
makanan-makanan tersebut, diantaranya adalah nasi timbel, ayam goreng khas sunda,
ikan bakar, kangkung tumis, tahu goreng dan tempe goreng.
Nasi timbel adalah nasi khas Sunda yang dibungkusi daun pisang. Daun pisang ini
memberi aroma yang menggoda. Beberapa dari kami sangat menyukai tahu dan
tempe yang disantap dengan sambal khas Sunda. Sambalnya sangat berbeda dengan
yang di Singapura, bahkan jauh lebih enak dari yang biasa kami makan di Singapura.
32
Tidak hanya itu, ikan bakar dan ayam gorengnya juga berbeda dari yang biasa kami
makan di Singapura. Ayam goreng yang dihidangkan restoran ini adalah ayam
kampung, bukan ayam negeri yang biasanya disuntik terlebih dahulu. Bumbu yang
digunakan merupakan bumbu buatan sendiri, bukan hanya sekedar lapisan tepung
biasa. Sehingga rasa ayamnya menjadi sangat sedap dan gurih.
Walaupun makanan-makanan ini berbeda dengan makanan di Singapura, tetapi
rasanya luar biasa. Semua orang terlihat sangat puas dengan apa yang mereka makan.
Hidangan penutupnya pun tidak kalah lezat. Semangkuk susu kental manis dengan
buah-buahan segar. Kata ibu guru kami, hidangan ini disebut es buah.
Makanan yang kami santap pada kunjungan kami ke Batam sebelumnya sangat
berbeda dengan makanan yang kami santap kali ini. Ini menunjukkan beraneka ragam
jenis makanan yang dapat dihidangkan oleh warga Indonesia. Dari masakan padang,
sampai masakan Sunda, semuanya lezat.
Ternyata tidak sampai disini saja kejutan kami di restoran tersebut. Ibu Fanny
memberitahu kami bahwa beberapa hari yang lalu adalah hari ulang tahun Ibu Lucy
dan sudah ada kue yang disiapkan sebagai kejutan. Lalu kami bergegas ke taman di
restoran itu. Taman tersebut sangat indah dan dihiasi air mancur. Kue tersebut
disiapkan diatas meja, tetapi tidak terlihat ada kursi disana, melainkan hanya ‘tikar’.
Ini disebut ‘lesehan’.
Pada saat Ibu Lucy melihat kue tersebut, dia terkejut dan menjadi malu. Lalu kami
menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ untuknya. Setelah mengambil beberapa
33
foto untuk kenang-kenangan, dia memotong kue tersebut dan membagikannya kepada
kami. Lalu kami memakan kue tersebut sambil bercakap-cakap bersama teman-teman
dari kelas Bahasa Indonesia 5.
Setelah itu, kami pun meninggalkan Restoran Sunda tersebut dan berangkat menuju
tempat selanjutnya, yaitu sebuah pabrik kabel yang bernama PT Global Rising
Technologies Perkasa. Banyak teman kami yang tertidur di bus setelah makan siang.
Beberapa dari kami yang tidak tertidur pun menjadi lelah karena setelah hampir 1
jam, kami belum juga sampai disana, walaupun sebelumnya kami diberitahu bahwa
lokasi pabrik itu tidak jauh dari restoran dimana kami makan siang. Ternyata, supir
kami tidak tahu dimana pabrik itu berada! Alamat yang diberikan sebelumnya
ternyata bukan alamat pabrik yang hendak kami kunjungi, sehingga mereka
menghubungi pabrik itu kembali. Dan akhirnya, sampailah kami di pabrik tersebut.
Di pabrik kabel itu, kami disambut oleh salah satu pemiliknya, yaitu Bapak Loh dan
manajer operasional pabrik tersebut, Bapak Jaya.
Lalu kami diberikan presentasi singkat tentang latar belakang pabrik tersebut. Setelah
itu mereka memberikan kami informasi lebih detil tentang pabrik tersebut, dan
menjawab beberapa pertanyaan kami.
Kami mendapat banyak informasi tentang pabrik itu, diantaranya pabrik itu dibuka
pada tanggal 24 Maret 1995. Pabrik tersebut dimiliki oleh tiga orang, ketiganya
berasal dari Singapura dan masing-masing memimpin tiga divisi penting perusahaan
tersebut, yakni, divisi operasional, divisi penjualan & pemasaran dan divisi keuangan.
34
Tetapi, hanya direktur bagian operasionalnya saja yang sering berkunjung ke Batam,
sedangkan dua direktur lainnya lebih sering bekerja di Singapura. Tujuan utama
dioperasikannya pabrik milik PT Global Rising Technologies Perkasa ini adalah
untuk menyediakan berbagai macam produk elektrik & elektronik dan kabel yang
berkualitas tinggi. Sekarang pabrik ini sudah mapan, ada hampir 260 pekerja yang
bekerja setiap harinya disana, dan sekitar 63 orang yang sering datang untuk
membantu. Pabrik ini juga menggunakan berbagai jenis mesin untuk mempermudah
tujuan utama pabrik tersebut, yaitu membuat kabel berkualitas tinggi bagi para
konsumen.
Sehabis presentasi singkat tersebut, kami bergegas ke tempat dimana kabel-kabel itu
diproses. Kami diajak untuk melihat-lihat mesin-mesin di pabrik itu. Pabrik tersebut
memiliki banyak mesin besar yang terlihat sangat kompleks. Selanjutnya, kami diberi
kesempatan bertanya-tanya kepada Bapak Loh, Bapak Jaya dan para pekerja di pabrik
itu. Bapak Loh pun terlihat sangat senang dan bersemangat ketika menjelaskan
tentang proses pembuatan kabel yang sedang berlangsung pada saat itu.
Ada banyak proses berbeda yang harus dilalui sebelum kabel-kabel itu siap dijual.
Proses yang dilalui tersebut tergantung pada tipe kabel yang diinginkan oleh
perusahaan yang memesan kabelnya. Pabrik ini hanya membuat kabel sesuai
kebutuhan dan keinginan pembeli karena setiap pembeli dapat menginginkan jenis
atau model kabel yang berbeda. Bapak Loh memberitahu kami salah satu contoh
proses pembuatan kabel:
1. Kabel dipotong dan dilapisi karet.
2. Kabel yang sudah dilapisi karet dipotong lagi sehingga menjadi lebih pendek.
3. Bagian kepala kabel disolder diujung kabelnya.
35
4. Lalu, dilakukan inspeksi untuk memastikan kualitas kabel yang baik dan bermutu.
5. Pemeriksaan terakhir.
6. Testing.
7. Pembungkusan.
Lalu kabel-kabel tersebut dikirim kepada para pemesan, ada yang dari Singapura,
Indonesia, Vietnam, Malaysia, Jepang, Perancis, dll.
Kami lihat, para pekerjanya pun merasa puas dengan pekerjaan mereka. Mereka
menyukai kondisi pekerjaan mereka dan gaji yang diterima.
Para pekerja di pabrik
Pekerja yang kami wawancarai mengatakan bahwa dia sudah bekerja hampir satu
tahun di pabrik itu. Banyak pekerja yang berasal dari pulau-pulau Indonesia lainnya.
Pekerja yang kami wawancarai berasal dari Medan. Karena dia dan pekerja lainnya
datang dari pulau lain, mereka tinggal di rumah kontrakan dekat pabrik, atau kamar
kontrakan yang disebut “kamar kos”. Biasanya mereka tinggal bersama dengan
pekerja lainnya yang bukan berasal dari Batam.
Kondisi pekerjaan
Jam kerja mereka cukup nyaman. Para pekerja di pabrik itu dapat memilih jam kerja
yang mereka inginkan karena pabrik tersebut beroperasi 24 jam sehari. Para pekerja
dapat memilih untuk bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore atau jam 3 sore
sampai jam 7 malam atau jam 7 malam sampai jam 7 pagi. Mereka juga diberikan
waktu untuk beristirahat 2 kali diantara jadwal jam kerja mereka.
Makan siang pun dapat dibeli dari kantin di pabrik itu, dan harganya hanya sekitar 50
sen sekali makan. Tetapi ada juga beberapa dari mereka yang membawa makanan dari
rumah, sehingga mereka dapat menabung tunjangan makan siang yang diberikan
kepada mereka.
Meskipun mereka mengatakan bahwa mereka tidak merasa tertekan atau takut pada
saat bekerja disana, menurut kami, mereka harus sangat berkonsentrasi ketika bekerja
karena jika ada kesalahan, kabel-kabel yang salah harus dibuang, belum lagi resiko
pada saat menggunakan mesin pemotong kabel dan mesin rumit lainnya. Mereka pun
harus memeriksa kabel-kabel tipis tersebut untuk memastikan tidak ada kerusakan
36
pada kabel-kabel yang sedang di proses, oleh karena itu mereka diharuskan untuk
memiliki penglihatan yang baik. Selain itu, mereka juga harus teliti dan hati-hati
supaya jari mereka tidak terbakar oleh mesin solder yang ada, karena mesin tersebut
sangat panas, temperaturnya hampir mencapai lima ratus derajat celsius. Menurut
Bapak Loh, di pabrik itu belum pernah ada kecelakaan yang serius tetapi cukup sering
terjadi kecelakaan kecil seperti kulit terbakar pada saat menggunakan mesin solder
yang sangat panas tersebut. Tetapi korban kecelakaan-kecelakaan kecil tersebut tetap
akan diperhatikan selayaknya. Dia juga menambahkan bahwa hubungan antara para
pekerja dan atasan di pabrik itu juga seperti hubungan antar teman yang saling
menghormati satu sama lain.
Waktu kami berkeliling di dalam pabrik tersebut, kami semua berkeringat. Lalu kami
bertanya kepada pemiliknya, mengapa tidak ada pendingin ruangan di dalam pabrik.
Tanpa diduga, ia menjelaskan bahwa para pekerja disana tidak terbiasa menggunakan
pendingin ruangan. Mereka bahkan menolak saran pemilik pabrik itu untuk
memasang pendingin ruangan di pabrik tersebut. Karena sebenarnya mereka sudah
terbiasa dengan cuaca panas di Batam. Ketika hujan saja, banyak pekerjanya memakai
jaket tebal ke pabrik. Bahkan beberapa pekerja tidak datang karena sakit. Padahal,
kami pikir hari itu sangat panas, kami kepanasan dan berkeringat, tetapi banyak
pekerja yang memakai jaket. Ini menunjukkan perhatian pemilik dan pengurus pabrik
tersebut terhadap para pekerjanya.
Kriteria untuk bekerja di sana
Meskipun para pekerja di pabrik tersebut tidak diperlukan untuk memiliki
keterampilan khusus, ada beberapa kriteria yang harus mereka penuhi.
Pertama, mereka akan diwawancara, dan mereka harus mengambil ujian logika (IQ)
yang cukup sulit. Menurut pemiliknya, kalau mereka tidak bisa lulus ujian tersebut,
kemungkinan besar mereka kurang cocok untuk bekerja di pabrik itu. Kedua, mereka
harus lulus tes buta warna, karena hal ini sangat penting untuk bekerja di pabrik itu.
Pada akhirnya, bagi mereka yang akan memakai mesin di pabrik tersebut akan dilatih
37
lebih lanjut. Biasanya orang yang lulus SMA(Sekolah Menengah Atas) saja sudah
dapat bekerja di pabrik tersebut.
Di sisi lain, para manajer dan pekerja lain yang berkedudukan lebih tinggi, diharuskan
mempunyai diploma khusus. Misalnya, Bapak Jaya mempunyai diploma khusus di
teknik industri sementara Bapak Loh, salah satu dari ketiga pemilik pabrik tersebut
yang juga bekerja di bagian operasional perusahaan itu, juga memiliki beberapa gelar
pendidikan (diploma).
Gaji para pekerja
Gaji yang diterima para pekerja pabrik tersebut sekitar S$200 sementara para pekerja
yang berpendidikan, terlatih dan berkedudukan lebih tinggi di pabrik itu dapat
menerima gaji sekitar S$500. Ini sebenarnya sangat kecil jika dibandingkan dengan
gaji para pekerja yang bekerja di pabrik di Singapura. Tetapi, para pekerja di pabrik
itu sudah sangat puas dengan gaji dan kondisi pekerjaan mereka. Sebenarnya jika
mereka bekerja di Singapura, mereka bisa menerima gaji yang lebih besar. Menurut
penelitian kami, pekerja di warung makan di Singapura saja dapat menerima gaji
sekitar S$800. Belum lagi, pekerjaan mereka di pabrik cukup berat, beresiko dan
untuk bekerja menjadi pekerja biasa saja di pabrik itu sudah harus lulus ujian logika.
Kami pikir ini adalah salah satu alasan mengapa pabrik ini membuka cabang di
Batam. Banyak orang di Batam memerlukan pekerjaan. Gaji yang mereka harapkan
tidak setinggi gaji yang diharapkan oleh para pekerja di Singapura. Bapak Jaya
mengatakan, jika mereka menyebarkan poster untuk merekrut beberapa pekerja saja,
biasanya kira-kira seratus orang akan datang untuk melamar pekerjaan itu walaupun
sebenarnya pabrik itu mungkin hanya memerlukan sekitar sepuluh orang. Kami pikir,
itu mungkin disebabkan oleh banyaknya para pekerja yang berasal dari kota lain.
Mereka datang ke batam untuk melamar pekerjaan, karena gaji yang diterima di
Batam mungkin lebih tinggi dari gaji yang mereka terima di tempat asal mereka.
Jika kami berpikir tentang hal ini, mereka sebenarnya dapat menerima gaji yang lebih
tinggi jika datang ke Singapura. Walaupun menjadi pembantu atau pekerja di warung
makan saja gaji yang mereka terima akan lebih tinggi. Tetapi mungkin ada dua alasan
yang membuat mereka ingin tetap bekerja di Batam.
Pertama, jika mereka bekerja di Batam, mereka dapat dengan mudah mengunjungi
keluarga mereka, karena biaya transportasi yang diperlukan bagi mereka untuk
kembali ke rumah mereka akan lebih kecil. Sedangkan jika mereka bekerja di
38
Singapura, mereka hanya bisa menulis surat kepada keluarga mereka atau menelepon
keluarga mereka. Bahkan jika ada hari libur pun, mereka mungkin tidak akan pulang
karena biaya transportasi yang sangat mahal.
Kedua, menurut kami, bekerja di pabrik terdengar lebih baik dari pada hanya menjadi
pembantu/pekerja di warung makan di Singapura. Belum lagi faktor biaya kehidupan
di Singapura yang jauh lebih tinggi dibandingkan biaya hidup di Batam.
Kesimpulan (segi perindustrian)
Menurut kami, Batam merupakan salah satu tempat yang sangat sesuai untuk
berinvestasi. Batam dilengkapi dengan tenaga kerja yang cukup dan juga murah.
Ditambah lagi karena mereka memiliki tenaga kerja yang sangat banyak, pabrik-
pabrik dapat beroperasi selama 24 jam sehari, oleh karena itu pabrik disana dapat
bekerja secara lebih efisien. Gaji yang relatif kecil bagi para pekerja di Batam dapat
menghemat banyak biaya bagi sebuah pabrik dan dapat meningkatkan
keuntungan/laba pabriknya dan juga para investor. Walaupun Batam masih belum
begitu maju, sudah banyak investor dari Singapura dan Malaysia yang mulai
memasuki dunia bisnis di Batam untuk mendirikan kilang dan pabrik. Lokasinya yang
sesuai dan dekat dengan Singapura dan Malaysia juga menjadi salah satu faktor
penting yang mendorong investor untuk berinvestasi di sana.
Jika banyak orang di Batam ingin bekerja dan banyak investor ingin membuka bisnis
di Batam, mengapa tidak? Ini dapat berguna bagi orang-orang di Batam yang
memerlukan pekerjaan sehingga mereka dapat hidup dengan bahagia dan sejahtera.
39
Pada akhirnya, kami sangat berterima-kasih kepada para ibu guru dari kelas Bahasa
kami yang membantu kami belajar tentang budaya Indonesia dengan mengunjungi
negara Indonesia. Kami belajar banyak dari kunjungan kami kesana, dari makanan
sampai bisnisnya.
Kami pun lalu melanjutkan perjalanan kami di Batam. Waktu kami pulang malam itu,
kami merasa sangat senang karena dapat belajar tentang budaya Indonesia.
40
Grup 4: oleh Li Hui, Akim, Eddie dan Eliza: Kunjungan pertama : Perusahaan Sunrising Technologies
Setelah makan siang, kami menlanjutkan kunjungan kami.
Setibanya di perusahaan “Sunrising Technologies”, salah satu dari pemimpin
perusahaan tersebut menyambut kedatangan kami dengan gembira. Pertama-tama
ketika kami memasuki ke perusahaannya, terlihat beberapa contoh jenis kabel yang
tertata rapi di dinding perusahaan tersebut. Salah satu orang dari perusahaan tersebut
menjelaskan tentang sejarah berdirinya perusahaan Sunrising Technologies dengan
menggunakan powerpoint. Ternyata orang itu adalah salah satu pemegang saham di
perusahaan tersebut.
Setelah pengenalan tentang sejarah perusahaan itu, kami dibawa ke bagian dalam
pabrik untuk melihat proses manufaktur kabel. Pembuatan kabel di sana terdiri dari
dua bagian, yaitu buatan tangan dan buatan mesin. Proses pembuatan kabel
menggunakan mesin dilakukan di ruangan yang tertutup, sedangkan proses kabel
buatan tangan dilakukan di ruang yang lebih terbuka. Satu hal unik yang kami amati
adalah bahwa warna seragam mereka mewakili lini produksi yang berbeda. Di
samping itu, satu fakta menarik yang disebutkan oleh pemilik pabrik adalah bahwa
pekerja-pekerja di sana mampu menahan panas tetapi takut oleh udara dingin. Oleh
karena itu, pada cuaca panas, mereka bisa bekerja tanpa kipas atau ac, dan pada cuaca
dingin, mereka akan menggunakan jaket. Meskipun kebiasaan mereka berbeda dari
kami, mereka termasuk pekerja keras.
Kelompok kami memiliki kesempatan untuk mewawancarai dua orang pekerja yang
sedang bekerja di sana. Kedua-duanya adalah pekerja wanita berusia dua puluhan.
Mereka berasal dari Sumatera. Mereka sudah menikah oleh sebab itu cara mereka
41
untuk mendapatkan nafkah tambahan untuk keluarga adalah dengan bekerja di
perusahaan tersebut. Kebanyakan pekerja di sana mempunyai pengalaman bekerja
minimal beberapa bulan. Mereka bergilir untuk bekerja secara bergantian. Pabrik itu
beroperasi 24 jam tanpa berhenti. Oleh sebab itu, jam kerja para pekerja terbagi
dalam tiga pergantian. Satu pergantian adalah sekitar delapan jam. Walaupun jam
kerja mereka termasuk panjang, pekerja-pekerja menyatakan bahwa lingkungan kerja
di perusahaan tersebut termasuk sehat dan nyaman sekali. Di samping itu, karena
mereka bekerja dalam pergantian saja, mereka memiliki cukup waktu untuk
menemani keluarganya. Selain itu, kami dapat mengetahui besar gaji mereka melalui
percakapan dengan para pekerja. Mereka memperoleh upah bulanan sekitar SGD190.
Para pengawas mendapatkan gaji sebanyak SGD500 setiap bulannya. Gaji yang
diperoleh mungkin tampak sedikit, tetapi cukup untuk mempertahankan hidup mereka
karena standar dan biaya hidup di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan
Singapura. Jika anda ingin hidup sederhana di Singapura, kami memperkirakan
bahwa kita membutuhkan setidaknya SGD1200 setiap bulan. Setelah itu, pemimpin
perusahaan itu mengatakan bahwa tunjangan kesehatan akan diberikan kepada setiap
pekerja. Tunjangan pekerja akan diberikan kepada pekerja-pekerja yang baik dan
berkomitmen. Karyawan yang baru direkrut perlu menjalani pelatihan selama dua
minggu sebelum menjadi karyawan resmi. Kriteria perekrutan adalah orang yang
tidak buta warna dan harus memiliki setidaknya pendidikan sekolah menengah.
Setelah selesai mengunjungi pabrik, kembali menaiki bus kami untuk pergi ke tujuan
selanjutnya.
Kunjungan kedua : acara santai dan berbelanja
Setelah berkunjung ke pabrik kawat kabel, kami mendapatkan kesempatan untuk
bersantai-santai karena kami telah mengikuti acara perjalanan sepanjang pagi, kami
merasa gembira diberikan waktu bebas untuk membuat aktivitas-aktivitas sendiri.
Ada mahasiswa-mahasiswa yang ingin berbelanja di Mal Nagoya Hill dan ada juga
beberapa dari kami yang memilih pergi ke panti pijat untuk melemaskan otot-ototnya.
Karena kami semua mengerjakan aktivitas yang berbeda-beda, pemandu wisata kami,
Fandi, mengantar mahasiswa-mahasiswa yang ingin dipijat ke panti pijat terlebih
dahulu sebelum mengantar mahasiswa lain yang ingin jalan-jalan ke mall. Fandi juga
menolong kami untuk menawar ongkos pijatan. Jadi, setiap mahasiswa hanya
membayar RP150,000, atau sekitar S$20, untuk satu jam pijatan. Kalau dibandingkan
42
dengan Singapura, harganya jauh lebih murah. Di Singapura biasanya ongkos satu
jam pijat dapat mencapai tiga kali lipat lebih mahal daripada ongkos pijat di
Indonesia. Harga itu sudah termasuk mahal bagi para warga Batam.
Sewaktu kami sedang dipijat, kami juga dapat mengenal tukang pijat yang bekerja di
sana. Mereka adalah wanita berumur kurang lebih sama dengan kami, tetapi sejak
kecil sudah mulai bekerja karena orang tuanya miskin dan mereka tidak mempunyai
biaya untuk meneruskan sekolah. Walaupun rasanya kesal, mereka juga tidak ada
pilihan yang lain karena harus mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Kami
juga sempat berbicara tentang keluarga-keluarga mereka. Mereka kebanyakan berasal
dari Jawa, dan setiap bulan mereka mengirim uang untuk membantu orang tuanya.
Kami sempat mengobrol dan mereka menceritakan bahwa gaji mereka setiap bulan
hanya sebesar RP150,000 – kurang lebih seharga untuk memijat satu jam konsumen.
Meskipun pendapatan mereka tidak banyak, mereka tetap bekerja keras dan tidak
pernah mengeluh. Sebaliknya mereka senang bekerja di sana karena mereka
berkesempatan memiliki pekerjaan dan bisa memiliki banyak teman. Mereka juga
sangat ahli dalam memijat. Setelah satu jam pijatan, otot-otot kami tidak merasa lelah
lagi.
Ketika beberapa dari kami sedang dipijat, sisanya sedang berbelanja di Mall Nagoya
Hill supermarket. Supermarketnya sangat besar, di sana tersedia bermacam-macam
makanan, minuman dan pakaian. Hampir setiap teman-teman kami yang berbelanja di
mall itu menjinjing kantong yang penuh dengan barang-barang belanja. Selain itu, ada
beberapa teman yang hanya berjalan-jalan di mall itu dan membeli beberapa donat di
J.Co untuk dibawa pulang ke Singapura. Kami semua merasa waktu begitu cepat
karena kami menikmati perjalanan ini, baik yang hanya berjalan-jalan di mall,
berbelanja di supermarket, dipijat di panti pijat, dan bahkan yang hanya membeli
donat J.Co di sana.
43
Acara terakhir : kembali ke Singapura
Sesudah puas mengunjungi Batam, kami harus kembali pergi ke terminal feri karena
kami harus naik feri sekitar jam enam. Jam lima, kami sudah harus berkumpul di
pintu mallnya untuk menunggu bus yang akan mengantar kami ke feri terminal.
Sesudah berberapa menit, busnya datang.
Tempat tujuan kami selanjutnya adalah panti pijat untuk menjemput beberapa teman-
teman kami yang tidak pergi ke Mal Nagoya Hill untuk berbelanja. Sewaktu kami
sudah sampai di luar panti pijat, mereka belum selesai dipijat. Kami menunggu untuk
beberapa menit. Waktu mereka muncul dari tempat pijat, mereka kelitannya bahagia
sekali. Semuanya tersenyum dan memberitahu kami pengalaman mereka. Mereka
terlihat senang sekali, saya yakin mereka sangat puas dipijat di sana. Kami juga mau
coba kalau kami datang lagi ke Batam.
Di dalam bus, kami bercakap-cakap dengan pemandu wisata kami yang bernama
Fandi. Kami sangat berterima kasih kepadanya karena ia bukan hanya ramah dan
berguna, tetapi dia juga sabar dan kami mengetahui banyak hal baru tentang Batam.
Lagipula, kami sudah mengenal dia sewaktu kami pergi ke Batam semester yang lalu
untuk Proyet BI3. Kami yakin akan merindukan dia nanti setelah kami tiba di
Singapura. Mudah-mudahan kami bisa bertemu dengan dia lagi untuk kunjungan
kami ke Batam selanjutnya di BI5. Tidak lama kemudian, kami sudah sampai di
terminal feri dan tiket feri sudah berada di tangan kami. Kami sudah bersiap-siap
untuk pulang.
Setibanya di dalam feri, sebagian besar teman kami sudah merasa sangat lelah, tetapi
beberapa teman kami yang lain masih merasa gembira dan bersemangat. Mereka
saling bercerita tentang pengalaman berbelanja di Mall Nagoya Hill. Mereka bahkan
44
memperlihatkan kepada teman-teman yang lain apa yang mereka beli di mall itu.
Kami semua sangat tertarik dengan pengalaman yang dibagikan setiap teman-teman
kami, dari barang-barang yang mereka beli sampai cara mereka menawar barang-
barang tersebut. Sebagian besar teman-teman kami tidur di dalam feri maka ruangan
feri sedikit sepi. Sebaliknya, sewaktu kami dalam perjalanan pergi menuju Batam, di
dalam feri terdengar ramai sekali karena kami semua merasa gembira sekali dan
banyak dari kami yang membuat foto-foto untuk proyek kami.
Sesudah satu jam, kami sampai di Singapura. Kami senang sekali karena kami bisa
pulang dan istirahat sesudah melewati hari yang panjang di Batam. Di terminal feri
“Harbour Front”, kami mengambil foto kelas terakhir sebelum kami kembali ke
rumah masing-masing. Sebagian besar mahasiswa pergi ke warung kopi untuk makan
malam. Meskipun banyak toko yang sudah tutup, kami masih menikmati makan
malam kami, kami bercakap cakap dengan teman yang tidak mengambil BI3.
Sebelum perjalanan ke Batam, kami jarang bercakap cakap dengan mereka karena
tidak adanya kesempatan. Tapi sesudah perjalanan ke Batam, kami menjadi semakin
dekat dengan mereka dan tahu lebih banyak tentang mereka. Terakhir, karena kami
semua sudah sangat lelah maka kami bergegas untuk menyelesaikan makanan kami,
lalu kembali ke rumah masing-masing.
45
Refleksi
Seperti tahun lalu, perjalanan kami ke Batam merupakan sebuah pengalaman yang
sangat menarik bagi kami semua. Kami memiliki kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan Bahasa Indonesia kami dengan mengajar anak-anak di sekolah dan
bermain dengan mereka dalam waktu lebih dari satu jam. Setelah itu, kami mencoba
makanan Sunda yang sangat lezat di sebuah restoran yang indah dan nyaman sampai
perut kami tampak seperti bola dan kami tidak bisa bergerak lagi. Kami juga
berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pabrik, yang memproduksi kabel. Lalu
kami juga mewawancarai pemilik serta para pekerja untuk mengenal lebih banyak
lagi tentang segala proses pembuatan kabel di pabrik tersebut. Setelah hari yang
panjang, sebagian dari kami bersantai dengan menikmati pijatan di tukang pijat, larut
dalam makanan pencuci mulut, atau berbelanja di Nagoya Hill.
Namun, kami percaya bahwa kali ini kami memiliki pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana hidup yang sebenarnya bagi sebagian dari masyarakat
Indonesia. Sedangkan tahun lalu, kami menikmati waktu kami di sekolah yang sangat
mahal dan modern (Mondial). Kali ini kami melihat sesuatu yang bertolak belakang.
Yobel adalah sebuah sekolah yang dikelola dengan baik oleh para guru dengan
banyak upaya untuk mendidik anak-anak mereka. Namun kita semua masih melihat
bahwa tidak adanya cukup uang/dana untuk memperbaiki bangunan atau fasilitas
yang anak-anak perlukan untuk dapat belajar dengan lebih baik. Ini benar-benar
sesuatu yang menyedihkan, karena pada dasarnya anak-anak itu mau belajar dan
merasa nyaman ketika mereka belajar dan mungkin mereka jauh lebih memiliki
motivasi daripada kita kadang-kadang. Kami semua berpikir bahwa kami harus lebih
banyak bersyukur dan menghargai kenyataan bahwa kami sangat beruntung menjadi
seseorang yang sehat, punya cukup uang untuk makan, belajar dan bersenang-senang.
Pabrik yang kami kunjungi juga sangat berbeda dari toko roti kueh lapis yang kami
kunjungi pada perjalanan kami ke Batam waktu itu. Pabrik kueh lapis pada waktu itu
kecil, indah, dan merupakan sesuatu yang santai dalam melakukan bisnis rumah
karena dapat menikmati bau kue lapis manis yang dipanggang, hal ini membuat kami
semua tersenyum dan bahagia. Pabrik kabel kali ini adalah sebuah bangunan besar
dengan ratusan pekerja. Mereka melakukan hal yang sama sepanjang hari selama 24
46
jam. Mereka bekerja dalam lingkungan yang panas dan suram selama berjam-jam
untuk mendapatkan nafkah untuk keluarga mereka atau bahkan hanya cukup untuk
menghidupi diri mereka sendiri. Tidak banyak kebahagiaan, yang kami temukan di
Kueh Lapis Bakery. Namun, kita semua harus tahu bahwa ini adalah kenyataan dan
ada banyak tempat jauh lebih buruk daripada pabrik kabel, yang setidaknya
menyediakan kerja yang relatif adil bagi para pekerja mereka.
Secara keseluruhan perjalanan kali ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan
bagi kami semua, tidak hanya untuk berlatih bahasa Indonesia, tetapi juga untuk
menghadapi bagaimana realitas kehidupan di banyak tempat di seluruh dunia. Kita
harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki pada saat ini dan melakukan
segala yang terbaik untuk memperbaiki kehidupan bagi sesama. Namun demikian,
kami semua yakin perjalanan kami ke Batam kali ini sangat menyenangkan seperti
biasanya, karena kelas bahasa kami sudah hampir tumbuh menjadi sebuah keluarga
kecil yang menyenangkan.
47
Pariwisata Indonesia oleh Wey Run Pengenalan Indonesia adalah sebuah negara yang terkenal dengan pariwisata dan sektor ini
memang mendatangkan devisa yang tinggi bagi negara tersebut. Pada tahun 2009,
jumlah wisatawan asing meningkat dari 6.43juta (2008) menjadi 6.45 juta . Ini telah
mendatangkan 6.3 milyar USD bagi Indonesia. Pada tahun ini, Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata, Jero Wacik mengumumkan slogan pariwisata tahun 2011 adalah
“Wonderful Indonesia” dan target jumlah wisatawan asing untuk tahun 2011 adalah 7
juta orang.
Mengapa Indonesia selalu menjadi tujuan wisatawan
asing?
(1) Letak geografis Indonesia yang strategis
Faktor pertama mengapa Indonesia menjadi tujuan wisata adalah letak geografisnya
yang berada di antara Timur dan Barat. Indonesia berada di tengah Asia, yaitu di
antara India and China. Letak geografis ini memudahkan para wisatawan dari seluruh
dunia untuk megunjungi Indonesia. Misalnya, jumlah wisatawan dari Australia
meningkat setiap tahun karena Australia berdekatan dengan Indonesia.
Gambar peta Indonesia.
Sumber asal: http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/id.htm
48
(2) Keanekaragaman budaya yang unik
Selain itu, di Indonesia, ada kebudayaan yang beraneka ragam, seperti bermacam-
macam kebudayaan tradisional dari suku-suku dan kebudayaan yang terpengaru
agama seperti Islam, Hindu dan Buddha. Ini telah menimbulkan keingintahuan para
wisatawan asing tentang negara ini yang bisa menggabungkan ketiga budaya yang
dipengaruhi oleh agama yang terkenal dalam satu bangsa. Bali terkenal dengan
festival Hindu dan candi-candi Hindu yang unik mempunyai seni arsitektur yang
unik. Selain itu, Candi Borobudur yang berada di dekat Yogyakarta adalah sebuah
Monumen Buddha Mahayana yang dibangun pada abad ke-9 dan candi ini telah
didaftarkan dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO. Di Indonesia, juga ada banyak
suku tradisional seperti suku Mentawai, Asmat, Dani, Dayak, Toraja dan sebagainya.
Setiap suku memiliki adat istiadat, pakaian dan makanan yang unik. Ini dapat menarik
wisatawan yang ingin mengetahui kebudayaan tradisional yang mungkin baru dan
asing bagi mereka.
Gambar Candi Borobudur.
Sumber asal:http://nusantara-45-nusantara.blogspot.com/2010/09/yogyakarta-modern-
blend-of-ancient-and.html
49
(3) Keindahan alam dan keunikan objek wisata
Faktor ketiga yang menjadikan Indonesia sebuah negara yang terkenal dengan
industri pariwisatanya adalah adanya berbagai tempat dan situs budaya yang hanya
bisa dijelajahi di Indonesia. DI Indonesia, ada ratusan gunung berapi di seluruh
pelosok. Misalnya, Gunung Krakatau yang berada di antara Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera merupakan sebuah gunung berapi yang aktif dan biasanya dikunjungi oleh
wisatawan dengan menaiki kapal laut. Selain itu, biawak Komodo yang merupakan
spesies kadal yang terbesar di dunia, hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak Komodo selalu menjadi daya
tarik bagi para wisatawan asing karena ukurannya yang besar dan habitatnya hanya di
Indonesia. Indonesia memiliki tujuh tempat yang telah didaftarkan dalam daftar
warisan dunia UNESCO seperti Candi Prambanan dan Taman Nasional Ujung Kuron.
Ini menarik para wisatawan asing untuk menjelajah keindahan alam dan monumen
budaya khas di Indonesia. Sebagai kesimpulan, semua tempat khas ini menjadikan
Indonesia sebuah negara yang penuh dengan daya tarik.
Gambar biawak komodo.
Sumber asal: http://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_Indonesia
50
(4) Iklim tropis
Faktor terakhir adalah Indonesia memang terkenal dengan cuaca yang panas dan
kelembaban yang tinggi sepanjang tahun. Indonesia yang terletak di khatulistiwa
memang memiliki iklim tropis yang senantiasa menarik para wisatawan dari negara
yang beriklim sub-tropis atau empat musim untuk menikmati cuaca di Indonesia pada
musim dingin di negara asal mereka. Biasanya wisatawan dari belahan bumi selatan
akan mengunjungi Indonesia dari bulan April sampai bulan Agustus, sedangkan
wisatawan dari belahan bumi utara akan mengunjungi Indonesia dari bulan November
sampai bulan Maret. Jadi, pulau-pulau dan pantai-pantai di Indonesia sangat digemari
oleh para wisatawan Barat. Misalnya, Bali yang mempunyai gelombang laut yang
besar dan pantai yang bersih selalu menarik para wisatawan yang ingin berselancar
atau berjemur di bawah sinar matahari.
Pemandangan Indonesia pada waktu sore.
Sumber asal: http://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_Indonesia
51
Langkah-langkah untuk memajukan industri pariwisata
di Indonesia
Untuk mencapai tujuan pemerintah Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu meningkatkan jumlah wisatawan asing menjadi
tujuh juta orang, pemerintah dan rakyat Indonesia harus mengambil langkah-langkah
konkrit untuk meningkatkan daya tarik pariwisata Indonesia. Berikut adalah beberapa
langkah yang bisa diambil:
(1) Meningkatkan keamanan di tempat-tempat pariwisata
Langkah pertama yang bisa dijalankan oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan industri pariwisata adalah meningkatkan keamanan di tempat-tempat
tujuan wisata. Hal ini penting karena dalam jangka waktu 4 tahun, yaitu dari tahun
2002 sampai 2005, terdapat setidaknya empat aksi bom dari teroris yang mengancam
keselamatan para turis. Fenomena ini telah menelan 240 korban jiwa dalam satu kali
bom di Bali pada tahun 2002, 12 korban jiwa dalam pengeboman Hotel Marriot pada
tahun 2003, 9 korban jiwa dalam pengeboman Kedutaan Australia pada tahun 2004
dan 26 orang yang juga tewas dalam kasus bom Bali kedua pada tahun 2005.
Serangan-serangan teroris ini telah menyebabkan negara-negara Barat seperti Inggris
dan Australia memberi himbauan kepada rakyat mereka agar tidak mengunjungi
Indonesia. Akibatnya, jumlah wisatawan asing ke Indonesia menurun dan ini tentunya
mengurangi devisa negara. Jadi, pemerintah harus mengambil langkah-langkah
seperti menambah jumlah polisi di kawasan pariwisata dan mengetatkan pemeriksaan
bea cukai. Pemerintah juga bisa terus memperbaiki perundang-undangan yang
mengatur hukuman bagi teroris seperti memberi hukuman mati. Dengan demikian,
wisatawan asing akan mempunyai keyakinan akan keselamatan jiwa mereka di
Indonesia dan mereka bisa mengunjungi Indonesia dengan tenang.
52
(2) Meningkatkan kualitas sistem transportasi di Indonesia
Selain itu, pemerintah harus meningkatkan kualitas sistem transportasi di Indonesia
untuk memudahkan wisatawan berwisata. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang terdiri daripada 17,506 -18,306 pulau sehingga perjalanan dari satu tempat
wisata ke tempat yang lain akan memakan waktu yang lama jika sistem transportasi di
Indonesia tidak efisien. Rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan jasa
transportasi juga memberi kesan yang buruk kepada para wisatawan. Pemerintah
Indonesia bisa mengamati dan meniru negara Malaysia yang mempunyai sistem
transportasi yang memadai. Selain itu, pemerintah Indonesia bisa membangun sistem
MRT di kawasan perkotaan dan jaringan kereta api yang bisa melaju lebih cepat di
antara kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta. Ini dapat mengurangi waktu
perjalanan wisatawan dan niscaya lebih banyak wisatawan menikmati perjalananya
dan kembali mengunjungi Indonesia setelah pengalamannya yang pertama.
(3) Membina pusat pariwisata di setiap kota
Hal lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah membangun pusat informasi
pariwisata di setiap tempat wisata untuk memberi informasi kepada wisatawan. Hal
ini diperlukan karena kebanyakan orang Indonesia tidak lancar berbahasa Inggris dan
ini akan menyusahkan komunikasi antara orang lokal dan wisatawan asing. Jadi,
sebuah pusat informasi pariwisata di setiap wisata dapat menyelesaikan masalah-
masalah wisatawan dan memberi keterangan yang jelas kepada para wisatawan.
Pemerintah juga harus mengadakan pelatihan yang menyeluruh kepada pekerja-
pekerja di pusat informasi pariwisata agar mereka dapat memberi pelayanan yang
memuaskan dan berkesan bagi wisatawan.
Kesimpulan
Kesimpulannya, Indonesia memang memiliki potensi yang besar untuk menjadi
tujuan pariwisata utama di Asia dan potensi ini bisa diwujudkan dengan kerjasama
pemerintah dan rakyat Indonesia. Jadi, setiap warga negara Indonesia semestinya
bersama-sama menyuarakan slogan “Wonderful Indonesia”.
53
Tarian Oleh Eugenia
Manusia menggunakan banyak cara untuk mengekspresikan diri - tarian
adalah salah satu caranya. Ekspresi ini ada banyak jenis, dan digunakan oleh banyak
orang dan negara, termasuk orang Singapura dan orang Indonesia. Sebagai seorang
penari, ada orang sering bertanya kepada saya mengapa saya suka menari. Mungkin,
ada banyak orang berpikir menari tidak berguna, atau menari sangat membosankan.
Tapi, itu tidak benar. Menari bisa memungkinkan sang penari menghilangkan stres,
menjadi orang lain dalam tarian, mengekspresikan diri dan bergerak badan. Selain itu,
di negara yang ada tarian tradisional, seperti Indonesia dan Jepang, tarian melayani
tujuan untuk memelihara budaya dan tradisi negara tersebut.
Di Singapura juga ada tarian tradisional, tapi tarian ini tidak berasal dari
Singapura. Karena Singapura bersuku banyak, tarian tradisional di sini berasal dari
masing-masing negara – tarian cina dari Cina, tarian melayu dari Malaysia, dan tarian
india dari India. Menurut saya, terlepas dari tradisi budaya, tarian-tarian tradisional
juga memegang peranan untuk memelihara masing-masing budaya, terutama waktu
tradisi dari masing-masing budaya di Singapura pelahan-lahan memudar. Kita harus
mengusahakan memelihara tradisi sebelum kebudayaan kita hilang. Saya percaya ini
adalah alasan untuk tarian tradisional sebagai aktivitas co-kurikuler dalam
kebanyakan sekolah pemerintah di Singapura.
Selain itu, di Singapura ada jenis tarian yang bukan tradisional, seperti tarian
kontemporer yang modern, tarian hip hop, sendratari, tarian jazz dan lain-lain. Tarian-
tarian ini adalah pertunjukan tari, dan kebanyakan berasal dari negara barat.
54
Misalnya, sendratari berasal dari istana di Italia pada era Renaissance dalam
abad lima belas, dan dikembangkan lebih lanjut di Perancis, Inggris dan Rusia sebagai
bentuk tari konser. Pada awalnya, sendratari disajikan di ruang besar dengan sebagian
besar penonton duduk pada tingkat atau galeri yang lebih tinggi pada tiga sisi lantai
menari. Sejak itu, sendratari berubah menjadi suatu bentuk tari yang sangat teknis
dengan istilah sendiri. Kebanyakan waktu, tarian itu dilakukan dengan iringan musik
klasik. Karena balet sangat teknis, itu adalah dasar untuk tarian-tarian yang lain.
Tarian jenis itu adalah bentuk tari utama organisasi tari nasional Singapura, Singapore
Dance Theatre (SDT), yang didirikan oleh Goh Soo Khim dan Anthony Then.
SDT dimulai dengan tujuh penari dalam ruang studio tari sederhana dan
kondisi buruk. Mereka harus berbagi ruang studio itu dengan penari Singapore Ballet
Academy (SBA), suatu sekolah balet pertama di Singapura yang dirikan pada cita-cita
menciptakan kesadaran tentang balet. Penari SDT hanya bisa melatih di antara jadwal
latihan penari SBA pada hari yang biasa. SDT sekarang di Fort Canning Centre, suatu
gedung yang sangat bagus dan terdiri dari dua puluh delapan penari yang sebagian
besar dari daerah Asia-Pacific. Selain itu, SDT menerima pendanaan dari sektor
umum dan pribadi seperti National Arts Council, dan sumbangan yang umum.
Pertunjukan pertama SDT pada Juni 1988 di Singapore Festival of The Arts dan
menerima perlindungan seni yang pertama dari Wakil Perdana Menteri pada waktu
itu, Mas Ong Teng Cheong. Setiap tahun, SDT ada enam musim, termasuk Ballet
Under The Stars, yang sampai sekarang sudah tertarik lebih dari satu ratus delapan
puluh ribu penonton dari semua lapisan masyarakat yang menjadi pecinta tarian.
Di Singapura juga ada sekolah tarian resmi, yaitu Nanyang Academy of Fine
Arts (NAFA) dan Laselle College of the Arts. Sekolah yang disebutkan di atas
memberikan pendidikan tarian untuk menerima diploma dalam tarian, supaya mereka
bisa berkarir dalam tari. Namun demikian, kelompok tari di Singapura sangat kecil.
Karena itu, kalau suatu orang mau berkarir dalam tari di Singpura, dia harus
terkemuka.
Di Indonesia, tarian mencerminkan keanekaragaman etnis dan budaya dalam
negera. Di indonesia ada lebih dari tujuh ratus kelompok etnis, dan setiap kelompok
etnis ada tari sendiri, jadi, di Indonesia ada lebih dari tiga ribu tarian asli. Dari tarian-
tarian ini, beberapa tarian ada pengaruh dari gaya tetangga Asia dan bahkan gaya
Barat melalui kolonisasi. Tradisi lama untuk tarian sedang disimpan di banyak
sekolah-sekolah tarian, yang berhasil tidak hanya di pengadilan, tetapi juga dalam
55
akademi seni pemerintah atau akademi seni yang diawasi. Tarian Indonesia bisa
dibagi berguna banyak aspek. Kalau dibagi berguna sejarah, tarian Indonesia bisa
dibagi ke tiga era - era prasejarah-suku, era Hindu-Buddha dan era Islam. Kalau
dibagi berguna penonton, bisa dibagi ke dua jenis – tarian pengadilan dan tarian
rakyat. Kalau dibagi berguna tradisi, bisa dibagi ke dua jenis – tarian tradisional dan
tarian kontemperor.
Menurut saya, tarian adalah suatu bentuk seni yang sangat menarik karena
tarian berguna badan untuk ekspresi, tidak seperti kebanyakan bentuk seni. Apalagi,
dengan tarian, suatu orang bisa menjelajah badan sendiri berguna langkah tari - Suatu
orang akan kagum dengan langkah tari dia bisa dilalukan. Tidak peduli suatu orang
melibatkan jenis tarian apa, saya percaya tarian jenis itu bisa menyenangkan penari
itu, walaupun sang penari mungkin akan putus asa waktu dia tidak bisa dilakukan
langkah tari yang sangat sulit. Sebagai penari sendiri, saya bisa berkata, walaupun
saya sering putus asa karena saya tidak bisa dilakukan, tarian selalu menyenangkan
saya dan tidak pernah gagal untuk memuaskan saya. Saya percaya meskipun orang
sering pikir mereka tidak bisa menari, setiap orang ada sedikit bakat untuk menari.
Apalagi, saya mengharapkan di masa depan, semakin orang Singapura akan
menghargai tarian dan terlibat dalam tarian. Lagipula, saya mengharapkan di
Singapura akan ada kesempatan untuk coba dan belajar tarian tradisi dari negara lain,
seperti masing-masing tarian tradisi dari Indonesia. Menurut saya, itu sangat cocok
karena Singapura adalah negara yang bersuku banyak.
56
Bagian PR: Kumpul Kebo (Lum Wey Run) Menurut saya, tinggal bersama di luar nikah tidak adil untuk para wanita dan saya
tidak setuju dengan pandangan-pandangan penulis.
Alasan saya yang pertama adalah saya merasa bahwa masyarakat di Singapura yang
masih berpikiran tradisional tidak bisa menerima konsep ini. Singapura merupakan
sebuah negara yang terletak di Asia dan orang-orang di Asia biasanya berpikiran
kolot dan konservatif seperti Jepang, Indonesia dan Cina. Jadi, masyarakat Singapura
juga dipengaruhi oleh negara-negara tersebut sehingga masyarakat di sini biasanya
berpikiran konservatif terutama orang tua. Masyarakat Singapura terdiri daripada
orang Cina,orang Melayu yang biasanya beragama Muslim dan orang India. Menurut
undang-undang Syariah, orang Muslim dilarang tinggal bersama di luar nikah.
Mereka akan dianggap berzinah dan dihukum berdasarkan undang-undang syariah.
Jadi, sepasang pria dan wanita lebih baik menikah sebelum tinggal bersama.
Selain itu, saya merasa konsep kohabitasi tidak melindungi pihak wanita dari segi
pribadi. Pria yang hanya ingin tinggal bersama dengan wanita di luar nikah biasanya
mengambil kesempatan untuk menyuruh mereka mengerjakan segala pekerjaan
rumah tangga. seperti membersihkan rumah dan memasak. Hal ini dilakukan untuk
menunjukkan cinta mereka kepada pasangan lelaki mereka. Jadi, pria seperti ini
menganggap pasangan wanita mereka sebagai pembantu rumah tangga yang tidak
perlu digaji dan pihak pria pun tidak merasa bertanggung jawab untuk memberi
nafkah hidup bagi pasangannya.
Sebab ketiga saya tidak setuju dengan konsep kohabitasi adalah konsep ini tidak
melindungi pihak wanita dari segi hukum. Jika sebuah pasangan berpisah setelah
tinggal bersama, hukum tidak mengharuskan pihak lelaki membayar kompensasi
apapun kepada pihak wanita sehingga pihak wanita mungkin sekali kehilangan masa
muda dan lelaki yang dicintainya tanpa mendapat kompensasi sedikitpun. Jika pihak
wanita mengandung bayi setelah tinggal bersama dengan teman lelaki mereka, dari
segi hukum, pihak lelaki juga tidak diharuskan bertanggungjawab atas anak tersebut.
57
Kesimpulannya, konsep kohabitasi tidak bisa memberi jaminan kepada pihak wanita
dalam kehidupan dari segi hukum.
Selain itu, saya merasa konsep “Kumpul Kebo” juga tidak mematuhi konsep dasar
percintatan karena konsep ini tidak bersifat mengikat kedua belah pihak dalam sebuah
pasangan dengan komitmen, terutama dari pihak lelaki kepada pihak wanita, padahal
pihak lelaki telah mengambil keuntungan dari teman wanitanya dalam hubungan
percintaan mereka. Jika satu pasangan tinggal bersama, pihak lelaki biasanya akan
mengambil kesempatan untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan mereka
karena nafsu birahi mereka yang tinggi dan ini tentunya merugikan pihak wanita,
terutama mereka yang masih perawan. Jika mereka berpisah, pihak wanita akan sulit
untuk menikah karena kebanyakan lelaki mementingkan keperawanan wanita. Jika
pihak lelaki tinggal bersama dengan teman wanitanya dengan tujuan berhubungan
seksual dengannya, pihak lelaki tersebut hanya mementingkan diri sendiri, mau
memenuhi nafsu sendiri tetapi tidak mau bertanggungjawab kepada para wanita. Ini
berlawanan dengan dasar percintaan, yaitu pihak lelaki semestinya memberi jaminan
hidup kepada perempuan jika ingin memiliki mereka.
Kesimpulannya, pihak pemerintah harus membuat dasar hukum untuk memberantas
fenomena “Kumpul Kebo” yang terjadi dalam masyarakat masa kini. Organisasi-
organisasi bukan pemerintah juga bisa mengadakan penyuluhan untuk masyarakat
tentang pentingnya penikahan dan tanggung jawab lelaki dalam hubungan percintaan.
58
Kumpul Kebo (Akim Enomoto) Wilson Wong berdebat dalam artikelnya yang berjudul “time to replace marriage with
a cohabitation contract”, bahwa semua pria tidak pernah bisa setia kepada pacar atau
isteri dalam hubungannya karena “akar tabiat” mereka. Ditambah pula, menurut
Wilson Wong, konsep pernikahan hanya berniat untuk melindungi dan memperkuat
kedudukan isteri dan sama sekali tidak menguntungkan suami. Oleh karena itu Wong
mengatakan bahwa konsep pernikahan seharusnya digantikan dengan kontrak yang
lebih terbuka. Dalam kontrak tersebut baik isteri maupun suami boleh berselingkuh
beberapa kali dalam setahun.
Saya sangat tidak setuju sama pengarang artikel itu. Pertama-tama cara Wilson Wong
mengistilahkan istilah “nature of men” untuk membenarkan kecurangan dalam suatu
hubungan tidak dapat diterima.
Kalau kita setuju dengan artikel tersebut, sama saja kita mengatakan bahwa manusia
juga boleh membunuh orang, menjarah negeri lain dan memerkosa perempuan karena
inilah “akar tabiat pria”.
Barangkali laki-laki berkelakuan seperti ini pada Zamam Batu, tapi bukankah
manusia sudah berkembang sejak waktu itu? Perbedaan kita dengan binatang buas
adalah kemampuan untuk menindas dan mengendalikan naluri primitif kita.
Selain itu, saya juga tidak setuju bahwa pernikahan tidak ada manfaatnya untuk pria.
Menurut saya, di dunia ini tidak ada kehormatan yang lebih besar untuk seorang pria,
daripada melindungi apa yang dia cintai seperti dia mencintai tanah air, keluarga dan
terutama isterinya.
Mungkin pendapat ini kedengarannya terlalu idealis dan konservatif tapi saya
dibesarkan begini oleh orang tua saya dan saya juga percaya akan nilai moral tersebut.
Di sudut yang lain seorang pria tidaklah akan peduli kalau isterinya menjadi lebih
gemuk setelah beberapa tahun pernikahan jika suaminya mencintainya secara
sungguh-sungguh. Dia selalu akan setia terhadap wanita yang dia cintai. Bila tidak,
tentu saja wanita itu bukan belahan jiwa dia.
59
Lagipula ciri penting seperti senyuman nakal atau mata berkilau yang dia miliki tidak
akan pernah berubah bagaimanapun juga.
Selain itu konsep “cohabitation contract” tersebut sangat tidak adil terhadap anak-
anaknya. Bagaimana mereka akan menbangun sebuah keluarga yang kuat dan bahagia
kalau anak-anaknya tahu bahwa orang tuanya terus menerus bertemu dengan pacar
baru? Siapa yang akan mencintai dan dicintai oleh anaknya? Siapa yang bertangung
jawab untuk anaknya?
Sebagai penutup, saya mengusulkan bahwa sebuah pasangan seharusnya
menghabiskan waktu berduaan secara teratur, dan meninggalkan anak-anaknya di
tempat kakek nenek mereka. Yang penting adalah bahwa sebuah keluarga bisa saling
mempercayai dan tetap bersama di dalam suka dan duka. Konsep “cohabitation
contract” oleh Wilson Wong tidak pernah akan berhasil karena faktor utama untuk
sebuah keluarga bahagia adalah seorang isteri yang tidak bisa digantikan oleh wanita
lain.
60
Kumpul Kebo (Kesleen) Saya tidak menyetujui pernikahan seharusnya diganti oleh kohabitasi.
Secara tradisional, pernikahan adalah tujuan akhir dari kebanyakan wanita. Walaupun
wanita sekarang menikmati status yang setara dengan laki-laki, kebanyakan wanita
masih ingin menikah dan punya anak. Kalau kohabitasi, akan menjadi keadaan yang
merugikan kepada wanita. Wanita pun merasa cemas dan selalu khawatir jika
pasangannya akan meninggalkan dia waktu pasangannya menemukan seseorang baru.
Selanjutnya, kalau wanita telah menyerahkan keperawanannya kepada laki-laki yang
tinggal bersama dan mereka putus, dia pasti akan lebih sakit hati. Tapi tidak ada yang
bisa mengubahnya. Kohabitasi juga akan menyebabkan banyak masalah sosial
lainnya seperti anak-anak diterlantarkan oleh orang tua mereka, kalau orang tua
mereka putus.
Kalau dibandingkan dengan kohabitasi, penikahan bisa membantu melindungi
kepentingan wanita. Sertifikat perkawinan akan menjadi peringatan bagi gadis-gadis
yang lain untuk menjauh dari suaminya. Selain itu, laki-laki akan berpikir lagi
sebelum melakukan kecurangan karena kalau dia menceraikan istrinya karena
berselingkuh, istrinya bisa minta biaya hidup dari suami setelah perceraian. Tanpa
tanggung jawab keluarga, laki-laki bisa menjadi buaya darat dan bisa hidup dengan
beberapa wanita sekaligus. Bagaimanapun, wanita akan dirugikan kalau kohabitasi.
Sering dikatakan oleh laki-laki bahwa perkawinan seperti penggalian kuburnya
sendiri. Hal ini mungkin karena kebebasan mereka akan terbatas di banyak hal setelah
menikah. Misalnya, karir dia. Dia tidak bisa mengorbankan segalanya untuk karir atau
ambisi karena dia masih ada keluarga yang harus dipedulikan. Tapi saya pikir semua
ini hanya alasan untuk melarikan diri dari komitmen dan tanggung jawab waktu
menikah. Dia hanya mau menyenangkan diri tetapi tidak mau kerja yang keras. Saya
setuju sifat laki-laki adalah suka bercumbu dan menikmati kebebasan. Tapi mengapa
wanita harus memiliki harapan yang kurang dan mengalah pada laki-laki? Mengapa
mereka tidak bisa mengerti wanita? Wanita juga harus berkorban dalam banyak aspek
waktu menikah. Wanita akan kehilangan daya tarik setelah melahirkan juga.
Hasil survei menunjukkan kebanyakan orang senang kohabitasi karena mereka takut
akan berakhir di dalam pernikahan yang tidak bahagia. Saya kira tidak apa-apa untuk
tinggal bersama sebelum penikahan karena bisa mengetahui jika pasangan benar-
61
benar tepat dan siap untuk kehidupan setelah penikahan. Tapi kurang baik kalau
kohabitasi menggantikan pernikahan.
62
Bekas Narapidana (Eliza Tan) Menurut data Lembaga Pemasyarakatan Singapura, rata-rata angka bekas narapidana
yang ditangkap dan dihukum penjara lagi pada tahun 2008 adalah 25.3%. Waktu
statistik tersebut muncul dalam koran, beberapa orang yang sudah melihat datanya
mengatakan "macan tutul tidak akan pernah mengubah tutul-tutulnya". Arti
peribahasa itu adalah sifat seorang narapidana sangat sulit berubah ke arah perbaikan.
Memang sulit, tetapi kalau kita hanya pusatkan perhatian pada statistiknya saja, kita
tidak akan mengerti keadaan mereka secana keseluruhan. Saat ini ada kira-kira 10,000
pria dan 1,000 wanita yang mendekam dalam penjara-penjara Singapura. Tetapi
bagaimana tanggapan masyarakat waktu mereka sudah menyelesaikan hukumannya
dan dibebaskan dari penjara?
Kebanyakan bekas narapidana sedang mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri
kembali dalam kehidupan masyarakat. Apakah itu dalam keluarganya atau
masyarakat, mereka sering merasa kesulitan untuk mendapat pekerjaan yang tetap dan
mempunyai kehidupan normal. Mengenai bekas narapidana, masyarakat masih
mempunyai kesan negatif terhadap mereka. Karena mereka secepatnya dikategorikan
sebagai orang yang kurang jujur dan maksudnya pasti tidak baik. Ada yang
berpedapat bahwa karena bekas narapidana pernah melakukan kejahatan jadi mereka
akan melalukannya lagi kalau berkesempatan. Pandangan negatif ini menyebabkan
mereka dipandang sebagai kurang baik dan dijauhi oleh masyarakat kita. Jika bekas
narapidana berniat rajin dan memulai kehidupan baru, tidak lama mereka akan
menyadari diskriminasi terhadap mereka di perusahaan-perusahaan atau di mana saja.
Untuk mengatasi masalah sosial ini, sejak tahun 2004, pemerintah Singapura mulai
menjalankan 'Proyek Yellow Ribbon'. Penyebab utama mengkampanyekan proyek ini
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesulitan bekas narapidana untuk
menyesusaikan diri kembali masyarakat dan menganjurkan masyarakat menerima dan
memberi kesempatan yang adil kepada narapidana. Memang ada lebih banyak
perusahaan yang berangsur-angsur terbuka terhadap bekas narapidana. Walaupun
begitu, pandangan masyarakat tidak bisa berubah dengan cepat, dan apakah
kampanye ini berhasil atau tidak, kita masih harus melihat bagaimana nilai dan
63
budaya masyarakat akan berubah menjadi lebih menerima dan mengerti terhadap
bekas narapidana.
Menerima bekas narapidana tidak sama dengan mentolerir atau mendorong kejahatan.
Tindakannya memang tidak baik tetapi hal ini tidak berarti menunjukkan orang
tersebut tidak baik atau tidak bisa berubah. Dengan memberikan kesempatan baru,
kita tidak hanya harus percaya bahwa mereka benar-benar sudah bertobat, tetapi juga
tidak terlalu cepat menilai seseorang. Sebaliknya, kalau mereka tidak diberikan
kesempatan baru untuk memulai kehidupan baru, mungkin mereka akan melakukan
kejahatan lagi karena tidak bisa mendapat pekerjaan tetap dan merasa kecewan.
Perutnya masih harus diisi juga, sakunya masih harus cukup untuk hidup. Akhirnya
mereka tidak bisa meningkatkan kemakmuran hidup, justru akan menjadi lingkaran
setan. Apalagi, setiap orang pernah bersalah juga, jadi kita harus penuh pengertian.
Tetapi, kejahatan juga ada keragaman, seperti efek pencopet dan pemerkosa sangat
berbeda, dan mungkin jika masyarakat lebih menerima bekas narapidana, juga ada
kriterianya berdasarkan pada semacam pidana yang akan diterima oleh mereka.
64
Bekas Narapidana (Khoo Choon Yen) Artikel surat kabar, “To err is human, so give ex-offenders a second chance”,
mendiskusikan bagaimana menolong bekas napi waktu mereka keluar dari penjara.
Menurut saya, kita harus menyoroti masalah bekas napi supaya bisa
mendiskusikan bagimana membantu mereka memecahkan masalah itu. Selain itu,
kami juga harus memikirkan pertanyaan ini, “Kalau tidak memecahkan
masalahnya, apa yang terjadi?” Pendapat saya pribadi, pertanyaan ini harus
diperhatikan dengan lebih serius jadi saya juga mendiskusikannya.
Masalah bekas napi
Bekas napi harus menghadapi stigmatisasi sosial. Sebagian besar masyarakat
mempunyai kesan bahwa semua bekas napi pasti jahat dan tidak dapat dipercaya.
Sayangnya, bekas napi tidak punya kesempatan untuk menghilangkan pandangan
negative.
Karena stigmatisasi sosial tersebut, sangat sulit untuk bekas napi mempunyai
“hidup yang wajar”. Selain mereka mungkin tidak diterima di keluarganya, mereka
hampir selalu mengeluh sangat sulit mencari pekerjaaan, karena biasanya ditanya
pertanyaan ini, “Apakah Anda pernah dituntut dan diadili
di pengadilan, dalam atau luar negeri?” Dan jawabannya biasanya sama, bekas
napi akan ditolak karena perusahan itu akan memberi alasan bahwa mereka tidak
cocok untuk pekerjaannya.
Yang terburuk, ada diskriminasi dalam lembaga yang didirikan sesuai hukum
– Parliament baru mendiskusikan dan sudah memutuskan bahwa bekas napi tidak bisa
bekerja sebagai agen-agen properti atau agen-agen asuransi. Hal ini untuk
memprioritaskan perlindungan pada kepentingan konsumen lebih besar
dari memberikan bekas napi kesempatan kedua.
Bagaimana memecahkan masalah bekas napi
Di Singapura, sudah ada 23,000 lebih perusahaan yang bersedia memberikan
bekas napi kesempatan kerja. Menurut salah satu bos perusahaan itu, sebenarnya
bekas napi bekerja keras karena mereka menghargai kesempatan kedua ini. Setiap
tahun, ada sekitar 10,000 orang dibebaskan dari penjara. Kalau mau membantu semua
bekas napi mendapat ‘hidup yang wajar, lebih banyak perusahaan harus mengambil
65
sikap mereka terhadap bekas napi. Artinya, saya berharap lebih banyak perusahan
bersedia mempekerjakan bekas napi.
Menurut saya, yang paling pentingnya, pemerintah harus memberi teladan
untuk mempekerjakan bekas napi. Seperti Mdm Halimah, MP untuk Jurong GRC,
saya merasa kalau pemerintah menunjukkan bahwa mempekerjakan bekas napi adalah
tindakan yang baik, perusahaan-perusahaan akan mengikuti. Kalau tidak, perusahaan
khawatir pemerintah tiba-tiba memutuskan untuk menerapkan kebijakan yang tidak
menguntungkan kepada perusahaan yang mempekerjakan bekas napi seperti apa
yang terjadi pada sektor properti dan asuransi. Sektor properti dan asuransi masih
berurusan dengan kehilangnya pekerja mereka yang pernah didakwa karena hukuman
baru.
Selain itu, terpidana belajar keahlian yang bisa membantu mereka untuk
mencari pekerjaan waktu keluar penjara. Kebijakan ini sangat bijaksana karena
menpermudah bekas napi mendapat pekerjaan yang cocok.
“Kalau tidak bisa memecahkan masalah tersebut, apa akan terjadi?”
Kalau tidak bisa memecahkan masalah narapidana, waktu mereka merasa
putus asa dan kalau tidak dibantu, mereka mungkin tergoda untuk terlibat dalam
kegiatan illegal. Jadi, saya berharap pemerintah bisa membangun tempat
kerja dan lingkungan sosial yang lebih ramah untuk mereka. Pendek kata, kita harus
membantu bekas napi supaya mereka tidak pernah merasa mendapat hukuman kedua
sesudah keluar penjara.
66
Bekas Narapidana (Tan Zhen Lin) Menurut artikel “Don’t treat yellow like a dirty fellow” dan “To err is human,
so give ex-offenders a second chance” yang diterbitkan di dalam “Today”, kita harus
memberi peluang kepada bekas napi. Alasan mengapa penulis berpikir begitu karena
ia percaya bahwa kita manusia bukan dewa atau dewi, kita selalu akan melakukan
kesalahan yang susah untuk dihindari. Dengan demikian, orang yang pernah
melakukan tindak pidana harus diampuni dan diberikan hak yang sama dengan orang
biasa, supaya mereka mempunyai peluang untuk memberi kontribusi kepada
masyarakat lagi. Saya sangat setuju dengan pendapat ini bahwa bekas napi merupakan
orang biasa seperti kami, dan oleh karena itu, saya merasa bahwa mereka harus diberi
peluang untuk berubah supaya mereka dapat bediri tegak lagi di depan masyarakat.
Dalam sistem pendidikan di Singapura, kita belajar tentang nilai-nilai moral di
sekolah, yaitu apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh. Tetapi, hanya
dengan pendidikan ini, tetap tidak akan menghindarkan kita dari melakukan kesalahan
atau tindak pidana. Orang melakukan tindak pidana bukan karena mereka tidak
mempelajari nilai-nilai tersebut di sekolah. Kemungkinan besar mereka mengalami
kebuntuan dan terpaksa melakukan kesalahan. Selain itu, tekanan yang diberikan oleh
lingkungan mereka, umpamanya tidak dihormati oleh orang lain, kekurangan bantuan
keuangan dan sebagainya juga akan mendorong mereka melakukan kesalahan pada
saat tersebut. Oleh karena itu, mereka melakukan tindak pidana untuk menyelesaikan
masalah mereka, atau melakukannya sebagai bentuk balas dendam. Kesalahan-
kesalahan ini mungkin dilakukan secara sukarela, tetapi ide untuk memulai tindak
pidana itu boleh dikatakan terpaksa.
Manusia selalu akan menyadari kesalahannya hanya setelah mereka dihukum.
Bekas napi membuang-buang waktu mereka di dalam penjara atas kesalahan yang
dilakukan oleh mereka. Ada pepatah “waktu adalah uang”. Dalam arti lain, bekas-
bekas napi ini telah menyia-nyiakan waktu mereka di dalam penjara. Sebenarnya
mungkin bisa mereka gunakan untuk belajar, atau untuk mencari pekerjaan yang baik.
Zaman sekarang, kebanyakan pekerjaan memerlukan pendidikan sekurang-kurangnya
“diploma” sebagai syarat untuk bekerja. Namun pekerjaan yang mereka bisa peroleh
hanya menawarkan gaji yang rendah. Dengan kenaikan ongkos hidup di mana saja,
orang-orang yang mempunyai latar belakang napi atau mereka yang tidak berpeluang
untuk berpendidikan akan menderita. Kesalahan sekali ini telah menuntut mereka
67
untuk membayarnya dalam seumur hidup. Jika kita masih tidak memberi peluangan
kepada mereka untuk memulai kehidupan baru, bagaimana mereka bisa bertahan
hidup di luar setelah keluar dari penjara? Jika peluang ini tidak diberikan kepada
mereka, mereka akan terpaksa masuk ke dalam situasi yang sama lagi, seperti apa
yang dialami oleh mereka pada lima atau sepuluh tahun yang lalu. Ini hanya akan
menjadi satu “lingkaran setan”, kecuali jika kita membantu mereka melakukan
perubahan.
Dalam proses pertumbuhan kanak-kanak, mereka akan diajar atau dihukum
oleh orang tua apabila mereka melakukan kesalahan. Hukuman-hukuman itu
termasuk pemukulan atau kemarahan. Namun, anak-anak akan diampuni pada
akhirnya, tidak peduli betapa serius kesalahan yang telah mereka lakukan. Kalau kita
menggunakan analogi yang sama, setiap orang dalam masyarakat, termasuk orang-
orang yang pernah melakukan tindak pidana, merupakan sebagian dari masyarakat
kita. Kita berasal dari tempat, negara dan bumi yang sama. Bekas-bekas napi ini
adalah sebagian dari “keluarga besar” kita, dan oleh karena itu, mereka layak
mendapatkan pengampunan kita untuk memulai kehidupan baru mereka.
top related