bang olah raga panah
Post on 27-Nov-2015
78 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BANG OLAH RAGA PANAH
Label: Angkat Besi, Biliar, Panh
CABANG OLAH RAGA PANAH
Sejarah Panahan
Sejarah Awal berdiri Olahraga Panahan - PANAHAN awalnya adalah alat berburu dan
mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di
Olimpiade.
Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-
bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam
berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga
ketepatan.
Sejarah Awal berdiri Olahraga Panahan
Dari buku-buku melukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu
menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari
beberapa buku melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderathal telah
menggunakan busur dan panah.
Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit
Mesir Kuno yang menemui ajalnya karena ditembus anak panah.
Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Dari
beberapa buku juga mengemukan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan
panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.
Hingga kinipun masih ada suku-suku bangsa yang mempergunakan busur dan panah dalam
penghidupan sehari-hari mereka, seperti : suku-suku bangsa di hutan-hutan daerah hulu sungai
Amazone, suku-suku Veda di pedalaman Srilangka, suku-suku Negro di Afrika, suku-suku Irian
di Irian Jaya, suku Dayak dan suku Kubu Dari buku-buku dan keterangan-keterangan yang
diperoleh maka terdapat dua kelompok ahli yang mengemukakan dua teori yang berbeda.
Yang pertama berpendapat bahwa panah dan busur mulai dipakai dalam peradaban manusia
sejak "era mesolitik" atau kira-kira antara 5000 - 7000 tahun yang silam, sedang pendapat kedua
percaya bahwa panahan lebih awal dari masa itu, yaitu dalam "era paleolitik" antara 10.000 -
15.000 tahun yang lalu.
Terlepas dari mana yang benar, maka yang jelas bahwa sebelum panahan menemui bentuknya
sebagai olahraga seperti yang kita kenal saat ini, ternyata telah melalui masa pertumbuhan yang
panjang. Melalui peranan yang berbeda-beda, mula-mula panahan dipergunakan orang sebagai
alat untuk mempertahankan diri dari serangan bahaya binatang liar, sebagai alat untuk mencari
makan, atau untuk berburu, untuk senjata perang dan baru kemudian berperan sebagai olahraga
baik sebagai rekreasi ataupun prestasi.
Dari catatan sejarah dapat dicatat bahwa baru pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari
Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Dan kemudian banyak negara-
negara lain yang juga menganggap panahan sebagai olahraga dan bukan lagi sebagai senjata
untuk berperang.
Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional yang
pertama dibawah nama GNAS (Grand National Archery Society), sedang di Amerika Seirkat
menyelenggarakan kejuaraan nasionalnya yang pertama pada tahun 1879 di kota Chicago.
Perkembangan Panahan di Indonesia
Sama halnya dengan sejarah panahan di dunia, demikian pula tidak seorangpun yang dapat
memastikan sejak kapan manusia di Indonesia menggunakan panahan dan busur dalam
kehidupannya. Tetapi apabila kita memperhatikan cerita-cerita wayang purwa misalnya, jelas
bahwa sejarah panah dan busur di Indonesiapun telah cukup panjang, dan tokoh-tokoh pemanah
seperti Arjuna, Sumantri, Ekalaya, Dipati Karno, Srikandi demikian pula Dorna sebagai Coach
panahan terkenal dalam cerita Mahabharata.
Kalau PON I kita pakai sebagai batasan waktu era kebangunan olahraga Nasional, maka Panahan
telah ikut ambil bagian dalam era kebangunan Olahraga Nasional itu. Dalam sejarah PON,
Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan
Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas
prakarsa Sri Paku Alam VIII. Dan Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang
terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.
Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat
tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka
langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir
A L’arc).
Organisasi Federasi Panahan Internasional yang berdiri sejak tahun 1931. Indonesia diterima
sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia. Sejak saat itu
Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya
terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap
penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.
Dengan diterimanya sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia
selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan
instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang
menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri.
Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil
bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.
Bersamaan dengan itu timbul masalah peralatan yang harus diatasi untuk bisa mengambil bagian
dalam pertandingan Internasional, pemanah kita harus memiliki peralatan yang memadai, agar
dapat berkompetisi dengan lawan-lawannya secara berimbang. Kenyataannya alat-alat ini sangat
mahal harganya dan sulit di dapat. Hanya beberapa pemanah saja yang dapat membayar harga
alat-alat tersebut. Keadaan ini merupakan faktor penghambat bagi perkembangan olahraga ini.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1963 Perpani menciptakan Ronde baru dengan nama
Ronde Perpani. Pokok-pokok ketentuan pada perpani pada dasarnya sama dengan ronde FITA,
kecuali tentang peralatannya yang dipakai dan jarak tembak disesuaikan dengan kemampuan
peralatan yang dibuat di dalam negeri. Mengenai peralatan Ronde Perpani ini ditetapkan bahwa
hanya busur dan panah yang dibuat dan dengan bahan dalam negeri yang boleh dipakai.
Dengan ketentuan tadi dua hal yang hendak dicapai, pertama untuk pemasalan belum diperlukan
peralatan yang mahal, yangg harus diimport, tetapi cukup alat-alat yang bisa dibuat di Indonesia.
Kedua, Ronde Perpani mempunyai peranan untuk mempersiapkan pemanah-pemanah kita untuk
bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, tanpa menunggu tersedianya alat yang
harus dibeli dengan harga mahal.
Bagi mereka yang terbukti berhasil membuktikan kemampuannya melalui ronde Perpani, diberi
kesempatan memakai peralatan Internasional. Sedangkan Ronde Tradisional dengan ciri-ciri
dilakukan dengan gaya duduk dan instinctive, sulit mengambil sumber pemanah langsung dari
ronde Tradisional, karena perbedaan-perbedaan yang sifatnya prinsipil tadi.
Kemudian dengan adanya tiga ronde panahan tersebut, Perpani mengatur waktu untuk kejuaraan
nasional sebagai berikut : Setiap tahun genap diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk Ronde
Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil diselenggarakan Kejuaraan Nasional
untuk ronde FITA.
Kebijaksanaan ini adalah dalam hubungannya dengan ketentuan dari FITA yang
menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pada setiap tahun ganjil. Sehingga Kejuaraan Nasional
Ronde FITA tersebut dimaksudkan untuk persiapkan dan memilih para pemanah Indonesia yang
akan diterjunkan ke kejuaraan Dunia. Sedangkan pada PON diperlombakan ketiga ronde
sekaligus.
Sejak Konggres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani
dirubah, yaitu bahwa Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun
diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional) dan diperlombakan ketiga ronde
Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.
Perlu dikemukakan disini bahwa sebelum tahun 1959 yaitu tahun diterimanya Perpani sebagai
anggota FITA, pada PON - I tahun 1948 di Solo, PON II/1951 di Jakarta, PON - III/1953 di
Medan, PON - IV/1957 di Makasar, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu
ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan @ 4 anak panah dan
dengan sasaran bulatan dengan hanya dibagi tiga bagian saja.
Selanjutnya beberapa kejadian penting yang dapat dikemukakan mengenai dunia Panahan
Indonesia, antara lain :
- Tahun 1959 : Kejuaraan Nasional I di Surabaya.
- Tahun 1961 : Kejuaraan Nasional II di Yogyakarta.
- Tahun 1962 : Kejuaraan Nasional III di Jakarta
- Asian Games IV di Jakarta, dimana regu Panahan Indonesia menduduki tempat kedua di bawah
Jepang.
- Tahun 1963 : Kejuaraan Nasinal IV di Jakarta.
- Genefo I di Jakarta, dimana regu Indonesia (Putera) menduduki tempat keempat dan regu
puterinya kedua.
- Tahun 1964 : Perlawatan regu Nasional ke RRC dan Phlipina. Selama di RRC pemanah-
penahan pria kita dalam tiga pertandingan menduduki tempat teratas.
Sedangkan puteri kita masih harus mengakui keunggulan pemanah-pemanah puteri RRC. Di
Philipiina sebaliknya pemanah-pemanah tuan rumah, sedang pemanah puteri kita unggul dari
pemanah-pemanah Philipina.
- Tahun 1965 :
Kejuaraan Dunia di Vesteras, Swedia, dimana regu puteri Indonesia ketiga belas dan regu puteri
kesembilan terbaik di dunia.
- Tahun 1966 : Ganefo Asia I di Phnom Penh, Kamboja. Regu putera menempati urutan teratas,
dan dua orang jago kita berhasil merebut medali emas dan perak untuk kejuaraan perorangan.
Regu puteri kita menduduki tempat kedua di bawah RRC.
Untuk selanjutnya, perkembangan dan prestasi Panahan Indonesia tidak mengecewakan.
Kejuaraan Nasional selalu diselenggarakan setiap tahun, yaitu tahun genap untuk Ronde Perpani
dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil untuk Ronde FITA (sejak tahun 1982
Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun untuk ketiga ronde Panahan yaitu Ronde FITA,
Ronde Perpani dan Ronde Tradisional sekaligus).
Demikian pula Perpani selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan-kejuaraan Dunia,
walaupun hasilnya masih di bawah pemanah-pemanah Asia masih menempati urutan teratas.
Juga pada pertandingan-pertandingan Internasional lainnya seperti Asian Games, SEA Games,
Asian Meeting Championships, Asia Oceania Target Archery Championships, Perpani selalu
ikut mengambil bagian.
Demikialah perkembangan Panahan dan Perpani sampai saat ini, dimana cabang Panahan
termasuk di dalam cabang yang diprioritaskan, bahkan termasuk cabang super-prioritas, di dalam
persiapan menghadapi Asian Games XIII/1986 di Seoul - Korea Selatan. Hal ini tentunya karena
prestasi cabang Panahan yang telah dicapai selama ini.
Perlu dicatat bahwa dalam forum Olympic Gamespun Panahan telah ikut berbicara, walaupun
pihak Pemerintah selalu mengirimkan pemanah-pemanah kita dalam jumlah yang minim, yaitu
satu putera dan satu puteri. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa pada Olympic Games tahun
1976 di Montreal - Kanada pemanah puteri kita yaitu Leane Suniar berhasil menempati urutan
kesembilan dan pada Olympic Games Tahun 1988 di Seoul - Korea Selatan, pemanah team
puteri kita berhasil menempati urutan kedua dan pertama kalinya Indonesia mendapat perak di
arena yang bertaraf Internasional. Suatu prestasi yang sangat membanggakan.
Latar Belakang
Olahraga panahan sudah lama dikenal di Indonesia, olahraga ini membutuhkan sentuhan jiwa
yang halus, kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan mental yang tinggi serta memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi. Sehingga unsur-unsur seperti postur tubuh, teknik dasar,
mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai sebuah kesatuan yang harus dimiliki oleh
seorang pemanah. Seperti sebuah seni, olahraga panahan sangat kompleks tidak seperti yang kita
lihat yaitu menarik, dan melepaskan panah.
Dilihat dari karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui lintasan tertentu
menuju sasaran pada jarak tertentu. Apabila diperbandingkan dengan olahraga yang memerlukan
gerak statis atau suatu keterampilan tertutup lainnya seperti cabang olahraga menembak,
perbedaan panahan dengan menembak terletak pada jenis kekuatan dorongannya.
Pada menembak kekuatan dorongan diperoleh dari ledakan alat itu sendiri, sedangkan pada
panahan kekuatan dorongan sangat tergantung pada energi atau tenaga yang timbul karena
tarikan atau rentangan pemanah terhadap busur, dimana energi yang diperoleh dari rentangan
diubah menjadi daya dorong pada waktu panah dilepaskan. Oleh karena itu penggunaan alat
tersebut memerlukan kekuatan dan daya tahan otot-otot tertentu terutama untuk menarik busur.
Dalam olahraga panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan
penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi atlet yang tidak
terlatih, bahkan atlet terlatih pun seringkali mengalami kesulitan.
Olahraga Pilihan
Olahraga panahan dikatakan sebagai suatu kegiatan menggunakan busur panah untuk
menembakkan anak panah. Olahraga panahan dilihat dari segi biomekanik terdapat pada
klasifikasi keterampilan yaitu melontarkan objek untuk mencapai ketepatan maksimum.
Kemudian, ditinjau dari segi belajar motorik (motor learning) panahan merupakan bagian dari
keterampilan tertutup yaitu suatu keterampilan yang stimulusnya tidak dapat berubah.
Setiap individu menginginkan sebuah hasil dari suatu proses latihan yang panjang. Hal ini
digambarkan sebagai tolak ukur dalam menilai keterampilan atau kemampuan individu tersebut.
Dalam olahraga, hasil atau tujuan yang dicapai disebut prestasi. Menurut Poerwadarminta,
prestasi dikatakan sebagai hasil yang telah dicapai atau dilakukan dikerjakan dan sebagainya.
Dalam cabang olahraga panahan selain membutuhkan kondisi fisik yang prima seorang pemanah
harus pula menguasai teknik dasar memanah yang baik dan benar agar dapat mencapai prestasi
optimal. Seorang pemanah dikatakan memiliki kondisi fisik yang prima, jika ia memiliki daya
tahan serta kekuatan otot yang dipergunakan langsung dalam memanah. Berikut ini disajikan
sembilan langkah teknik dasar untuk pemanah pemula, yaitu:
1. Sikap Berdiri (stand)
Sikap berdiri (stand), menurut Damiri, “Sikap/posisi kaki pada lantai atau tanah. Sikap berdiri
yang baik ditandai oleh: (1) titik berat badan ditumpu oleh kedua kaki/tungkai secara seimbang,
(2) tubuh tegak, tidak condong ke depan atau ke belakang, ke samping kanan ataupun ke
samping kiri.” Terdapat empat macam sikap kaki dalam panahan, yaitu open stand, square stand,
close stand, dan oblique stand, yang kebanyakan dipakai oleh pemanah pemula adalah sikap
square stand atau sikap sejajar.
2. Memasang Ekor Panah (nocking)
Memasang ekor anak panah (nocking), menurut Damiri, “Gerakan menempatkan atau
memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan menempatkan
gandar (shaft) pada sandaran anak panah (arrow rest). Kemudian diikuti dengan menempatkan
jari-jari penarik pada tali dan siap menarik tali.” Memasang ekor panah dalam olahraga panahan
bisa menjadi fatal apabila salah penempatan baik terlalu atas ataupun terlalu bawah, maka perlu
untuk memperhatikan kembali apakah anak panah yang dipasang sudah lurus tersandar di busur
ataukah belum.
3. Mengangkat Lengan Busur (extend)
Mengangkat lengan busur (extend), menurut Damiri, “Gerakan mengangkat lengan penahan
busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik tali siap untuk menarik tali.” Hal-hal yang
harus diperhatikan, yaitu lengan penahan busur rileks, tali ditarik oleh tiga jari yaitu jari telunjuk,
jari tengah dan jari manis.Tali ditempatkan atau lebih tepatnya diletakkan pada ruas-ruas jari
pertama, dan tekanan busur terhadap telapak tangan penahan busur ditengah-tengah titik V, yang
dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur),
4. Menarik Tali Busur (drawing)
Menarik tali busur (drawing), menurut Damiri, “Gerakan menarik tali sampai menyentuh dagu,
bibir dan atau hidung. Kemudian dilanjutkan dengan menjangkarkan tangan penarik tali di
dagu.” Ada tiga fase gerakan menarik, yaitu pre-draw, primary draw dan secondary draw. Pre-
draw adalah gerakan tarikan awal. Pada saat ini sendi bahu, sendi siku dan sendi pergelangan
tangan telah dikunci. Primary-draw atau tarikan utama adalah gerakan tarikan dari posisi pre-
draw sampai tali menyentuh atau menempel dan sedikit menekan atau mengetat pada bagian
dagu, bibir dan hidung dan berakhir pada posisi penjangkaran. Secondary-draw atau tarikan
kedua adalah gerakan menahan tarikan pada posisi penjangkaran sampai melepas tali (release).
Didalam buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan tingkat SD dan
SLTP yang dipergunakan untuk menarik adalah: jari, punggung telapak (wirst), dan lengan
bawah. Ketiga bagian ini pada posisi lurus kemudian lengan atas selanjutnya bahu dan otot
belakang. Kebanyakan pemanah-pemanah pemula hanya menggunakan jari-jari saja, kebanyakan
mereka tidak menggunakan otot-otot yang seharusnya dipergunakan
5. Menjangkarkan Lengan Penarik (anchoring)
Menjangkarkan lengan penarik (anchoring), menurut Damiri, “Gerakan menjangkarkan
tangan penarik pada bagian dagu.” Hal yang harus diperhatikan, yaitu tempat penjangkaran
tangan penarik tali harus tetap sama dan kokoh menempel di bawah dagu, dan harus
memungkinkan terlihatnya bayangan tali pada busur (string alignment). Ada dua jenis
penjangkaran, yaitu penjangkaran di tengah dan penjangkaran di samping. Pada penjangkaran di
tengah, tali menyentuh pada bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta tangan penarik
menempel di bawah dagu. Pada penjangkaran di samping, tali menyentuh pada bagian samping
dagu, bibir dan hidung, serta tangan penarik menempel di bawah dagu.
6. Menahan Sikap Panahan (tighten)
Menahan sikap panahan (tighten), menurut Damiri, adalah: Suatu keadaan menahan sikap
panahan beberapa saat, setelah penjangkaran dan sebelum anak panah dilepas. Pada saat ini otot-
otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi agar sikap panahan tidak
berubah. Bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan. Jadi pada saat membidik,
sikap pemanah harus tetap dipertahankan.
7. Membidik (Aiming)
Membidik (aiming), menurut Damiri: “Gerakan mengarahkan atau menempelkan titik alat
pembidik (visir) pada tengah sasaran/titik sasaran.” Pada posisi membidik, posisi badan dari
pemanah diharapkan tidak berubah, kemudian pemanah tidak hanya fokus kepada sasaran tetapi
diutamakan pada teknik, dengan kondisi badan yang relaks fokus akan lebih baik.
8. Melepas Tali/Panah (release)
Melepas tali/panah (release), menurut Damiri: “Gerakan melepas tali busur, dengan cara
merilekskan jari-jari penarik tali.” Ada dua cara melepaskan anak panah, yaitu dead release dan
active release. Pada dead release setelah tali lepas, tangan penarik tali tetap menempel pada dagu
seperti sebelum tali lepas. Pada active release, setelah tali lepas tangan penarik tali bergerak ke
belakang menelusuri dagu dan leher pemanah.
Pelepasan anak panah yang baik diperlukan untuk memberikan kekuatan penuh dari tali terhadap
panah dalam setiap melepaskan panah yang diinginkan dan untuk mencegah getaran tali yang
tidak diperlukan, yang akan menyebabkan panah berputar. Kesalahan sedikit apapun pada saat
melepaskan anak panah, mengakibatkan dampak yang sangat besar terhadap sasaran.
9. Menahan Sikap Panahan (after hold)
Menahan sikap panahan (after hold), menurut Damiri, “Suatu tindakan untuk mempertahankan
sikap panahan sesaat (beberapa detik) setelah anak panah meninggalkan busur. Tindakan ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan gerak panahan yang dilakukan.”
Di dalam buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan tingkat SD dan
SLTP after hold adalah Tangan busur tetap terentang pada posisi semula lurus kearah sasaran
dan tetap ditahan hingga dua detik setelah panah menyentuh permukaan sasaran
Perlu diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan terdiri dari tiga
bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan
otot-otot yang bekerja dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii,deltoids dan otot
bicep brachii. Otot-otot yang disebutkan, diperkuat oleh Hardianto Wibowo di dalam bukunya
seperti dijelaskan sebagai berikut :
A. Otot lengan bagian atas
1. otot-otot ventralis disebut otot bagian atas (fleksi)
2. otot-otot dorsalis atau kedang (ekstensi)
m. deltoids
m. bicep brachii
m. tricep brachii
B. Otot lengan bagian bawah
Otot-otot ventralis
Otot-otot radialis
Otot-otot Dorsalis
C. Otot tangan
1. Otot-otot tenar/ ibu jari/ bagian Lateral
M. abduktor pollisis bervis
M. opponeus pollisis
M. flexor pollisis
M. abduktor pillisis
2. Otot-otot hipotenar/ kelingking/ bagian medial
m. palmoris brevis
m. abductor digiti quinti
m. flexor digiti quinti
m. opponeus digiti quinti
3. Otot-otot bagaian dalam lengan/ bagian tengah
m. lumbrikales
m. interossesi dorsalis
m. interossesi volaris
C. ANALISIS BIOMEKANIK TEKNIK RELEASE DALAM PANAHAN
1. Poros Gerak Dalam Panahan
Teknik memanah yang benar terkait erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Dengan
mekanika gerak, akan memungkinkan terciptanya keajegan (consistency) yang baik.
Mekanika gerak yang terkait dalam olahraga panahan adalah dua poros (axis) gerak. Dua poros
gerak tersebut adalah: poros I dan poros II. Poros I (satu) adalah sikap bahu dan sikap lengan
penahan busur (bow hand) satu garis lurus. Sedangkan poros II (dua) adalah sikap bahu dan
sikap lengan penahan busur (draw hand) satu garis lurus.
2. Hukum Newton
Hukum Newton I sebagaimana dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1772) adalah: “Sebuah
benda terus dalam keadaan diam atau terus bergerak dengan kelajuan tetap, kecuali jika ada gaya
luar yang memaksa benda tersebut mengubah keadaan.” Hukum I Newton juga menggambarkan
sifat benda yang selalu mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya yang
dinamakan inersia atau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton dikenal juga dengan
sebutan Hukum Kelembaman. Hukum ini mulai diterapkan dari mulai menarik busur, terutama
dari sikap set up. Pemanah tidak bisa hanya menggunakan otot bagian belakang saja dalam
menarik, tetapi harus menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik. Bagaimanapun
juga, jika pemanah secara kontinu menarik, berarti melepas posisi holding, dimana kita butuh
transfer ketegangan yang memungkinkan dari lengan atas dan tangan penarik ke otot bagian
belakang. Oleh karena itu, jika holding tidak tercapai, tidak ada transfer ketegangan yang bisa
terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara kontinu menggerakkan scapula kearah tulang
belakang, ketika ketegangan dari lengan atas dan tangan penarik telah ditransfer. Hukum inertia
hanya diterapkan dari posisi holding. Scapulae bergerak mendekat tulang belakang yang
menyebabkan dada membuka dan tidak berlebihan, ini penting supaya anak panah terjadi klik.
Hukum Newton II berbunyi: “Benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang bekerja
pada benda tersebut dimana gaya ini sebanding dengan suatu konstanta (massa) dan percepatan
benda”. Maksudnya, makin besar percepatan makin besar pula kekuatannya, makin kecil
percepatan makin kecil pula kekuatannya. Hukum ini akan menerapkan momentum dari memulai
gerakan menarik. Dengan demikian lebih baik menarik yang cepat dan dalam garis lurus kira-
kira 2-3 inchi di bawah dagu.
Hukum Newton III berbunyi: “Dua benda yang berinteraksi akan timbul gaya pada masing-
masing benda yang arahnya berlawanan arah dan besarnya sama”. Dalam hukum ini dijelaskan
mengenai aksi dan reaksi. Dimana pada saat proses release, aksi yang diberikan ialah pada saat
otot-otot scapula bekerja menarik tali kebelakang yang menghasilkan suatu reaksi yang disebut
proses klicking, sehingga membuat anak panah terlepas dari busur.
3. Prinsip Gaya Horizontal dan Vertikal
Dalam proses release, juga menuntut adanya keseimbangan statis yang harus dipertahankan
selama menembak. Keseimbangan yang baik dan sesuai dengan biomekanik, dapat membuat
pemanah melakukan teknik yang baik dan membuat sedikit upaya dari otot yang terlibat dalam
gerakan tersebut. Posisi tubuh yang tepat akan menghasilkan sedikit keteganang pada tubuh,
sehingga sikap holding dan aiming dapat dicapai dalam proses release. Pendistribusian berat
badan merupakan komponen yang sangat penting pada pendistribusian gaya vertikal dan
horizontal.
Hubungan langsung dan secara proporsional antara gaya vertikal dan horizontal dalam panahan
tidak dapat ditunjukkan dengan menggunakan gaya yang tepat. Bagaimanapun juga, dengan
postur yang benar dan seimbang, kita bisa lebih kuat mengembangkan gaya yang lebih
bermanfaat, sehingga bisa mencapai stabilitas yang lebih baik.
4. Force
Force/gaya yang di gunakan dalam proses release adalah gaya internal (tekan) / internal forces
terutama saat scapulae dan sikut pada lengan kanan menarik kebelakang.
Vector/arah gaya terjadi pada saat gerakan sikut lengan kanan melakukan gerakan kebelakang
baik pada saat menarik tali busur sampai melepaskan anak panah.
External Forces/tenaga dari luar, Dari awalan sampai proses release, Di luar tubuh, Hambatan
udara dan gravitasi juga berpengaruh pada saat melakukan gerakan.
top related