bayi aterm (kmk) +bblr+ asfiksia +gangguan napas
Post on 20-Jan-2016
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan
dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan
menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur
memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh,
sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai
pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas,
hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah
perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul yang
berkaitan dengan berat badan lahir rendah. (1) (2) (3)
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL
merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.
Resusitasi merupakan tindakan utama pada asfiksia. (1)
Gangguan napas merupakan keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang
ditandai dengan takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping
hidung, merintih, sianosis, apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah
lahir, empat gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap pada
beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau
distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera. Manajemen spesifik
gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri
atas gangguan napas ringan, sedang dan berat. (1)
Berikut ini dilaporkan kasus mengenai bayi berat lahir rendah, asfiksia,
dan gangguan napas.
KASUS
IDENTITAS
Nama : By. SS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 11 Februari 2014 (01.40)
ANAMNESIS
Bayi baru lahir pukul 01.40 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
ekstremitas, serta meringis. kelainan kongenital tidak ada. Partus lama tidak ada,
pendarahan antepartum abnormal tidak ada, kelainan plasenta dan tali pusat tidak
ada, rupture membrane prematur tidak ada.
Riwayat maternal: Primigravida, saat hamil usia 19 tahun, Usia kehamilan 38
minggu. ANC rutin tiap bulan di klinik. Ada riwayat demam saat usia 8 bulan
kehamilan, riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak ada, tidak ada
konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi
alkohol ataupun merokok selama hamil. Selama hamil, aktivitas ibu kurang.
Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil cukup.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130x/m
Suhu : 36,8 C
Respirasi : 70 x/m
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 2.100 gram
Panjang Badan : 45 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 29 cm
Lingkar lengan : 10 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas : pasif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
Sistem pernapasan
Sianosis : tidak ada sianosis
Merintih : ada (terdengar dengan stetoskop)
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Down
Frekuensi Napas : 1
Merintih : 1
Sianosis : 0
Retraksi : 0
Udara Masuk : 0
Total skor : 2 (tidak ada gawat napas)
WHO : Gangguan napas sedang
Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
Skor Ballard
Maturitas fisik maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh : 2 kulit : 4
Persegi jendela : 4 lanugo : 2
Recoil lengan : 4 payudara : 2
Sudut poplitea : 5 Mata/telinga : 4
Tanda selempang : 3 genital : 2
Tumit ke kuping : 4 permukaan plantar : 4
Skor : 40
Minggu : 40 minggu
Interpertasi : Bayi aterm
Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong kecil masa kehamilan
(KMK)
Kategori Sepsis Neonatorum
Kategori A: Gangguan napas
Kategori B: Gangguan minum, kurang aktif
Kesimpulan : Dugaan sepsis (1A + 2B)
RESUME :
Bayi baru lahir pukul 01.40 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir cukup bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
ekstremitas, serta meringis.
Riwayat maternal: Primigravida, saat hamil usia 19 tahun, Usia kehamilan 38
minggu. Ada riwayat demam saat usia 8 bulan kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 130 x/menit, suhu 36,80C,
respirasi 70 x/menit, berat badan 2.100 gram, skor down 2 (tidak ada gawat
napas), klasifikasi WHO tergolong gangguan napas sedang, Skor ballard 40 (40
minggu) bayi tergolong KMK berdasarkan kurva Lubchenco. Kriteria sepsis
tergolong dugaan sepsis (1A dan 2B)
DIAGNOSIS : Bayi Aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Gangguan napas
sedang
TERAPI :
Jaga kehangatan
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil
Atur posisi kembali
Melakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit
Memantau kondisi secara berkala
Injeksi Vit. K 1 mg / IV
Gentamicin tetes mata 1 tetes.
Oksigen 2-3 liter/menit
IVFD Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)
Injeksi Cefotaxime 100 mg / 12 jam / iv
Bayi dipuasakan
Anjuran pemeriksaan :
- Darah rutin
- GDS sesaat setelah lahir, 30 menit setelah lahir, setiap 2-4 jam dalam 48
jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa
normal tercapai.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
FOLLOW UP
12 Februari 2014
S: Sesak (-),
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 108x/menit Suhu : 36,9 ºC
Pernapasan : 58x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2.050 gr
Penurunan berat badan : 2,3%
- Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
- Kriteria Sepsis: A: -
B: -
Pemeriksaan penunjang : GDS 88 mg/dl
A: Bayi aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Post Gangguan napas
P: PMK
ASI / PASI 16 cc / 2 jam
13 Februari 2014
S: Sesak (-)
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 142x/menit Suhu : 36,7 ºC
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2.100 gr
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat napas) WHO: Tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).
A: Bayi aterm (KMK) + BBLR + Asfiksia + Post gangguan napas
P: ASI / PASI 20 cc / 2 jam
Rawat gabung
DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir cukup bulan, skor apgar 5-7,
ketuban jernih dan tidak bercampur meconium. Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru
pada ekstremitas, serta meringis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami asfiksia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi adalah 2.100 gram
sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR) dan pada skor ballard
didapatkan skor 40 (40 minggu) yang diinterpretasi sebagai bayi aterm.
Berdasarkan kurva lubchenco didapatkan bahwa pasien tergolong kecil masa
kehamilan (KMK). Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan tidak ada gawat napas
berdasarkan skor down dan frekuensi pernapasan 70 kali/menit disertai merintih.
Berdasarkan kriteria WHO, pasien ini tergolong gangguan napas sedang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah
sewaktu dengan hasil pemeriksaan 88 gr/dL. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa pasien tidak mengalami hipoglikemia.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi berat lahir rendah
dengan asfiksia dan gangguan napas pada bayi aterm (KMK).
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Bayi BBLR juga didefinisikan pada bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa
memperhatikan umur kehamilan. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu : prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. (1,2,4) Pada kasus ini, bayi termasuk dalam
dismaturitas.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan intrauteri adalah
sebagai berikut (2):
a. Janin
- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)
- Infeksi janin yang kronis
- Anomali kongenital
- Jejas radiasi
- Kehamilan multiple
- Aplasia pankreas
b. Plasenta
- Berat plasenta atau selularitas kurang
- Infark
- Tumor (korioangioma)
- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)
c. Ibu
- Toksemia
- Penyakit hipertensi dan ginjal
- Malnutrisi
- Anemia
- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)
- Riwayat BBLR sebelumnya
- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun
Pada kasus ini, faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya BBLR adalah
usia ibu saat hamil yaitu 19 tahun. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor
risiko. Hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil,
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin yang memudahkan terjadinya BBLR.
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)
Faktor resiko untuk terjadinya asfiksia neonatorum adalah (6):
a. Faktor ibu
- Preeklampsia dan eklampsia
- Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
- Partus lama atau partus macet
- Demam sebelum dan selama persalinan
- Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
- Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
b. Faktor plasenta dan tali pusat
- Infark plasenta
- Hematom plasenta
- Lilitan tali pusat
- Tali pusat pendek
- Simpul tali pusat prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
- Bayi kurang bulan/ prematur (kurang 37 minggu kehamilan)
- Air ketuban bercampur mekonium
- Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi
Sedangkan menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3,
yaitu (7):
a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahan
antepartum, riwayat kehamilan neonatus sebelumnya, hipertensi pada
kehamilan.
b. Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,
preeklamsia, ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.
c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.
Asfiksia pada kasus ini disebabkan oleh faktor risiko antepartum dan bayi.
Adanya demam sebelum persalinan yaitu pada usia kehamilan 8 bulan dan juga
BBLR yang terjadi pada bayi ini. Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi
berat lahir rendah, karena bayi ini tidak mendapat dukungan plasenta secara
adekuat hingga akhir masa intrauteri, sehingga tidak ada masukan glukosa dari
ibu, persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas. Bayi baru lahir yang
tidak mendapat dukungan plasenta secara adekuat untuk dapat tumbuh secara
normal pada minggu-minggu terakhir kehamilan tampaknya tidak dapat
mentoleransi kelahiran dengan baik saat aliran darah plasenta (dan oksigenasi
persalinan) berkurang akibat kontraksi uterus.
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan, ditandai dengan takipnea, napas
cuping hidung, retraksi intercostal dan apnea. Gangguan napas yang paling sering
adalah TTN (Transient Tachypnea of Newborn), sindrom distress respirasi atau
penyakit membrane hialin dan displasia bronkopulmonar. Gangguan napas dapat
mengakibatkan gagal napas akut yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memelihara pertukaran gas agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh dan akan
mengakibatkan hipoksemia dan/atau hiperkarbia. (1)
Gangguan pernapasan merupakan suatu keadaan meningkatnya kerja
pernapasan yang ditandai dengan gejala : takipnea, bayi dengan sianosis sentral,
tarikan dinding dada, bayi apneu, dan merintih. Penyebab gangguan napas dapat
dibedakan menurut masa gestasi (1) (8) :
1. Pada bayi kurang bulan : penyakit membrane hialin, asfiksia, pneumonia,
kelainan atau malformasi kongenital
2. Pada bayi cukup bulan : “transient tachypnea of the newborn”, pneumonia,
aspirasi mekonium, asidosis metabolik, kelainan atau malformasi kongenital.
Bayi normal / asfiksia yang berhasil dengan resusitasi akan mengalami
gangguan napas:
1. Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau
lebih tanda tambahan gangguan napas.
2. Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit.
3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).
4. Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik).
Tabel 1. Klasifikasi gangguan napas(8)
Frekuensi napas
Gejala tambahan gangguan napas
Klasifikasi
> 60 kali/menit DENGAN Sianosis sentral DAN tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
Gangguan napas berat
ATAU > 90 kali/ menit
DENGAN Sianosis sentral ATAU tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi.
ATAU < 30 kali/ menit
DENGANatau TANPA
Gejala lain dari gangguan napas.
60-90 kali/menit DENGAN Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi
Gangguan napas sedang
TetapiTANPA
Sianosis sentral
ATAU > 90 kali/ menit
TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 kali/menit TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
Gangguan napas ringan
60-90 kali/menit DENGAN Sianosis sentral Kelainan jantung kongenital
Pada kasus ini, gangguan napas yang terjadi berkaitan dengan asfiksia, karena
bayi dengan asfiksia yang berhasil diresusitasi akan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas yang terjadi tergolong gangguan napas sedang karena frekuensi
napas adalah 60-90 kali/menit dengan merintih.
Manajemen umum gangguan napas adalah sebagai berikut(8):
1. Pasang jalur infus intravena ,
2. Bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
3. Pantau selalu tanda vital
4. Jaga patensi jalan napas
5. Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
6. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
7. Bila terjadi kejang potong kejang
8. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
9. Pemberian nutrisi adekuat
Manajemen bayi dengan gangguan napas sedang(1):
1. Lanjutkan pemberian O₂ 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih
sesak dapat diberikan O₂ 4-5 liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum.
3. Jika ada tanda berikut, ambil sampel darah untuk kultur dan berikan
antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5-390C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam.
5. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan,
ambil sampel darah, dan berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
6. Jika suhu normal, terus amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi
tahapan tersebut diatas.
7. Bila tidak ada tanda-tanda ke arah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
8. Bila bayi sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kurangi terapi O2 secara
bertahap. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2 , mulailah melatih bayi
menyusu. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara alternatif pemberian minum.
9. Amati bayi setelah 24 jam pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak
ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi
edisi I. Jakarta: IDAI, 2008.
2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.
3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4.
Jakarta: EGC, 1998.
4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Palu: Ilmu
Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012.
5. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R,
Arvin, AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta:
EGC, 2000.
6. Tim Poned IDAI. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Palu: Tim Poned UKK
Perinatologi IDAI, 2009.
7. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal
Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal. Pediatrics. 2008
May; 121 (5) : e1381–e1390 .
8. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Gangguan Nafas pada Bayi Baru
Lahir. Palu: Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012
top related