berita negara republik indonesiaditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn2090-2014.pdf ·...
Post on 11-Jan-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No.2090, 2015 KEMEN LH & KEHUTANAN. Dekonsentrasi.Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. PetunjukTeknis. Pencabutan.
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN
DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.bahwa untuk melaksanakan sebagian kewenangan MenteriLingkungan Hidup dan Kehutanan dalam perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup, perlu diselenggarakandekonsentrasi bidang lingkungan hidup;
b.bahwa Rencana Kerja Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan yang ditetapkan setiap tahun telah mengatursasaran, indikator kinerja, lingkup keluaran, dan alokasipendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi bidanglingkungan hidup;
c. bahwa untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidanglingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam huruf adan huruf b, diperlukan petunjuk teknis penyelenggarandekonsentrasi bidang lingkungan hidup tahun anggaran2015;
d.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkanPeraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang PetunjukTeknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang LingkunganHidup Tahun Anggaran 2015;
2015, No.2090 2
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5059);
2.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587);
3.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 259,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5593);
4.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentangDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
5.Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang RencanaKerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 101);
6.Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentangPenataan Tugas dan Fungsi kabinet Kerja (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
7.Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentangPembentukan Kementerian dan Pengangkatan MenteriKabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019;
8.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintah di BidangLingkungan Hidup yang Dapat Didekonsentrasikan;
9.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianLingkungan Hidup sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 nomor 1067);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DANKEHUTANAN TENTANG PETUNJUK TEKNISPENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANGLINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015.
2015, No.20903
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Definisi
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebutdekonsentrasi bidang LH adalah pelimpahan sebagian wewenangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dari Pemerintahkepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah.
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPDadalah instansi pada pemerintah provinsi yang bertanggung jawabterhadap pelaksanaan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup.
3. Rencana Kerja Pemerintah, yang selanjutnya disingkat RKP adalahdokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun.
4. Rencana Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yangselanjutnya disebut Renja KLHK adalah dokumen perencanaan KLHKuntuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran tahunan darirencana strategis KLHK.
5. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan, yang selanjutnya disingkat RKA-KLHK adalah dokumenperencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan KLHKyang merupakan penjabaran dari RKP dan Renja KLHK dalam satutahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untukmelaksanakannya.
6. Laporan manajerial Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup adalahlaporan pelaksanaan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup yangmemuat laporan perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaiantarget keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut.
7. Laporan akuntabilitas Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidupadalah laporan pelaksanaan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidupyang mencakup laporan keuangan dan laporan barang.
8. Laporan teknis kegiatan adalah laporan yang memuat kumpulan datadan informasi yang dikumpulkan, hasil analisis terhadap data daninformasi, serta intisari dari seluruh rangkaian proses pelaksanaan dandisusun sesuai format yang telah ditentukan.
9. Aplikasi E-Monev adalah sistem pelaporan secara online (berbasiswebsite) yang dilaksanakan oleh provinsi dalam rangka menyampaikanlaporan menajerial dekonsentrasi bidang lingkungan hidup.
2015, No.2090 4
10.Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahanNegara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11.Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang lingkungan hidup dan kehutanan.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi unitkerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan danpemerintah Provinsi dalam menyelenggarakan dekonsentrasi bidang LH.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
Peraturan Menteri ini meliputi pengaturan mengenai:
a. arah kebijakan;
b. perencanaan;
c. penganggaran;
d. pelaksanaan;
e. pelaporan;
f. pemantauan dan evaluasi;
g. penilaian kinerja; dan
h. pembinaan dan pengawasan.
BAB II
ARAH KEBIJAKAN
Pasal 4
Arah kebijakan pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH meliputi:
a. percepatan pencapaian sasaran prioritas nasional tentang lingkunganhidup untuk kegiatan penurunan beban pencemaran lingkungan hidupakibat meningkatnya aktivitas pembangunan;
b.peningkatan kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup didaerah secara berkelanjutan.
c. pemberian dukungan evaluasi kualitas lingkungan hidup nasional,melalui Indikator Kualitas Lingkungan Hidup.
2015, No.20905
BAB III
PERENCANAAN
Pasal 5
(1) Perencanaan dekonsentrasi bidang LH meliputi:
a. penetapan target;
b.penetapan indikator kinerja; dan
c. penetapan alokasi anggaran.
(2) Penetapan indikator kinerja dan penetapan alokasi anggaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dilakukandengan Keputusan Menteri.
Pasal 6
Ketentuan mengenai penetapan target sebagaimana dimaksud pada pasal 5ayat (1) huruf a, rincian capaian masing-masing indikator kinerja keluarandan sub keluaran bagi masing-masing provinsi ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 7
(1) Untuk melaksanakan kegiatan dekonsentrasi bidang LH, Gubernurmenetapkan SKPD provinsi sebagai satuan kerja pelaksana.
(2) Dalam melaksanakan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal5, SKPD harus menyelenggarakan administrasi kegiatan dekonsentrasibidang LH.
(3) Untuk menyelenggarakan administrasi kegiatan dekonsentrasi bidangLH sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur menetapkan pejabatpengelola keuangan, yang terdiri atas:
a. kuasa pengguna anggaran;
b.pejabat pembuat komitmen;
c. pejabat penguji tagihan/penandatangan surat perintah membayar;dan
d.bendahara pengeluaran.
(4) Kuasa pengguna anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf amenetapkan tim pelaksana kegiatan dekonsentrasi bidang LH.
(5) Penyelenggaraan administrasi kegiatan dekonsentrasi bidang LH dantata cara penetapan, persyaratan, dan tugas tim pelaksana kegiatandekonsentrasi bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat(3) dilaksanakan sesuai dengan Tata Laksana Administrasi Umum danKeuangan yang tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2015, No.2090 6
BAB IV
PENGANGGARAN
Pasal 8
(1) Penganggaran dekonsentrasi bidang LH dilaksanakan sesuai denganindikator dan alokasi anggaran yang dituangkan dalam RKAdekonsentrasi bidang LH.
(2) RKA dekonsentrasi bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan bagian dari RKA-KLHK.
(3) Anggaran dekonsentrasi bidang LH tidak diperkenankan untukmembiayai kegiatan:
a. perjalanan dinas ke luar negeri;
b.pembangunan fisik kantor dan fasilitasnya;
c. pengadaan kendaraan dinas;
d.pembangunan prasarana lingkungan hidup;
e. pembangunan fasilitas publik untuk lingkungan hidup;
f. pengadaan peralatan selain pendukung operasional kegiatan, sesuaidengan Kriteria Penggunaan Anggaran sebagaimana tercantum dalamlampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini;
g. pengadaan peralatan selain contoh demo atau model sesuai denganKriteria Penggunaan Anggaran sebagaimana tercantum dalamLampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini; dan
h.kegiatan lain yang bersifat rutinitas kantor yang pembiayaannyadisediakan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 9
(1) Pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH dibiayai dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara yang telah mendapat persetujuanMenteri Keuangan.
(2) Anggaran pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan bagian dari anggaran kegiatan prioritasnasional program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidupyang berada pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
(3) Pemanfaatan anggaran dekonsentrasi bidang LH dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturmengenai pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2015, No.20907
Pasal 10
(1) Dekonsentrasi bidang LH dilaksanakan melalui program pengelolaansumber daya alam dan lingkungan hidup.
(2) Dekonsentrasi bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sub-sub bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun(PLB3);
b. sub-sub bidang pengelolaan kualitas air dan pengendalianpencemaran air; dan
c. sub-sub bidang pengelolaan kualitas udara dan pengendalianpencemaran udara;
(3) Dekonsentrasi bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan sesuai dengan Lingkup Pelaksanaan dekonsentrasi bidangLH berdasarkan pengelompokan keluaran yang tercantum dalamLampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.
Pasal 11
Pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH didasarkan pada:
a. Renja KLHK;
b.RKP; dan
c. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang LingkunganHidup sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
(1) Pelaksanaan teknis setiap keluaran kegiatan dekonsentrasi bidang LHberpedoman pada petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh eselon Iyang menjadi pembina kegiatan terkait sesuai dengan Tata LaksanaPengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan sebagaimana tercantum dalamLampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.
(2) Pelaksanaan teknis dekonsentrasi bidang LH dapat melalui kerja samaantar daerah dengan memperhatikan peraturan perundangan-undanganserta asas akuntabilitas pelaporan keuangan SKPD.
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 13
(1) Kuasa pengguna anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(3) huruf a menyusun laporan pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH,yang terdiri atas:
2015, No.2090 8
a. laporan manajerial;
b. laporan akuntabilitas; dan
c. laporan teknis kegiatan.
(2) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukanmelalui system e-monev Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanansebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdisusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan danpetunjuk teknis yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(4) Laporan manajerial dan laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud padaayat (2) disampaikan setiap 3 (tiga) wajib disampaikan setiap bulannya olehKepala SKPD Provinsi sebagai satuan kerja pelaksana dekonsentrasi bidangLH Tahun 2015 kepada Kepala Biro yang mempunyai tugas, pokok danfungsi perencanaan, program dan anggaran Kementerian Lingkungan Hidupdan Kehutanan.
(5) Laporan teknis kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cdisusun dan disampaikan sesuai dengan Tata Laksana Pelaporan yangtercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.
(6) Dalam hal Laporan teknis kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c bersifat spesifik dan khusus, eselon I kegiatan terkait mengaturlebih lanjut mengenai pedoman penyusunan laporan teknis kegiatan terkaityang bersifat spesifik dan khusus.
(7) Bagi SKPD lingkup lingkungan hidup Provinsi yang tidak menyampaikanlaporan pelaksanaan dekonsentrasi akan menjadi bahan pertimbangandalam pemberian sanksi (reward/Punishment) terhadap pengalokasiananggaran dekonsentrasi bidang LH tahun berikutnya.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 14
(1) Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaandekonsentrasi bidang LH.
(2) Pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH dilakukan untukmeningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan pencapaiankinerja SKPD pelaksana pada tahun berjalan.
(3) Evaluasi pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH diselenggarakan dalamrangka penilaian kinerja tahun berjalan dan penetapan kebijakandekonsentrasi bidang LH pada tahun berikutnya.
2015, No.20909
(4) Pemantauan dan evaluasi dekonsentrasi bidang LH dilaksanakan sesuaidengan Tata Laksana Pemantauan, Evaluasi, Penilaian Kinerja danPembinaan sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB VIII
PENILAIAN KINERJA
Pasal 15
(1) Penilaian kinerja pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH didasarkan padahasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3).
(2) Penilaian kinerja bertujuan untuk:
a. mengevaluasi kebijakan pelimpahan kewenangan melaluidekonsentrasi bidang LH kepada Gubernur;
b.menetapkan langkah-langkah peningkatan kapasitas kelembagaan diSKPD;
c. menetapkan metode bimbingan teknis terhadap SKPD sesuai denganpermasalahan yang dihadapinya;
d.mengukur capaian kinerja kegiatan dekonsentrasi bidang LH sebagaibagian dari kinerja pengelolaan lingkungan hidup nasional; dan
e. menjadi masukan dalam perencanaan kegiatan dan anggaranKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahunberikutnya.
(3) Penilaian kinerja pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH dilaksanakandengan:
a. membandingkan hasil capaian pelaksanaan kegiatan terhadapindikator kinerja dan target yang ditetapkan; dan
b.melaksanakan pendalaman terhadap kendala dan permasalahan yangdihadapi dalam pelaksanaan.
(4) Hasil penilaian kinerja bersifat terbuka dan disusun berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) danAyat (4) sesuai dengan Tata Laksana Pemantauan, Evaluasi, PenilaianKinerja dan Pembinaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2015, No.2090 10
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
Dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas,Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraandekonsentrasi bidang LH.
Pasal 17
Pembinaan penyelenggaraan dekonsentrasi bidang LH sebagaimanadimaksud pada pasal 16 dikoordinasikan oleh Pusat Pengelolaan Ekoregionmasing-masing.
Pasal 18
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 meliputi:
a. pemberian pedoman dan standar;
b. rapat kerja teknis;
c. bimbingan teknis;
d.penentuan standar kualitas keluaran; dan/atau
e. pemantauan dan evaluasi.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuaidengan Tata Laksana Pemantauan, Evaluasi, Penilaian Kinerja danPembinaan sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 19
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 dilaksanakan olehInspektorat.
(2) Inspektorat dapat bekerjasama dengan Badan Pengawasan Daerahdan/atau Inspektorat Provinsi secara selektif berdasarkan tingkaturgensinya melalui mekanisme kesepakatan penugasan Menteri kepadaGubernur.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan palingsedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Pengawasan dilakukan terhadap laporan manajerial dan laporanakuntabilitas pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH.
Pasal 20
Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19menunjukkan pelaksanaan dekonsentrasi bidang LH tidak dilaksanakansesuai kegiatan yang dilimpahkan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan, Menteri dapat:
2015, No.209011
a. merekomendasikan blokir anggaran pada tahun berjalan terhadappemerintah provinsi yang bersangkutan kepada Kementerian Keuangan;
b.menarik kembali urusan Pemerintah di bidang lingkungan hidup yangtelah didekonsentrasikan pada tahun berjalan; dan/atau
c. menghentikan pelimpahan kewenangan pada tahun berikutnya sampaidianggap memenuhi kapasitas yang diharapkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2014 tentang Petunjuk TeknisPenyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015 danberakhir tanggal 31 Desember 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2014
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
2015, No.2090 12
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP
Kriteria dan tata laksana kegiatan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup
mencakup:
a. tata laksana administrasi umum dan keuangan;
b. kriteria penggunaan anggaran;
c. tata laksana pengorganisasian pelaksanaan kegiatan;
d. tata laksana pelaporan; dan
e. kriteria dan tata laksana pemantauan, evaluasi, penilaian kinerja, dan
pembinaan.
A. TATA LAKSANA ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN
Administrasi dekonsentrasi mencakup pelaksanaan :
1. Administrasi pengadaan barang dan jasa;
2. Pengelolaan keuangan dana dekonsentrasi, antara lain meliputi:
a. mempelajari teknis pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dan tata cara pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b. membuat Petunjuk Operasional Kegiatan (POK);
c. membuka rekening ke Bank Pemerintah;
d. mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak ke kantor Pelayanan Pajak;
e. menyiapkan Buku Kas Umum/Buku Kas Harian, untuk membukukan
transaksi baik penerimaan dan pengeluaran bendahara pengguna
anggaran;
f. menyiapkan buku pembantu pengawasan pelaksanaan Mata Anggaran
Kegiatan (MAK);
g. menyiapkan Buku Uang Muka, Buku Pembantu Bank, dan Buku
Pembantu Pajak;
h. menyiapkan surat keputusan yang terkait dengan pelaksanaan
anggaran seperti Tim Teknis atau Kelompok Kerja;
2015, No.209013
i. membentuk Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Satuan
Kerja, yang tugasnya dirangkap oleh para pengelola anggaran; dan
j. menyiapkan rencana kegiatan dan anggaran per triwulan.
3. Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) yang diperoleh dari dana
dekonsentrasi dan pemeliharaan/operasionalnya sebelum dihibahkan;
4. Pelaporan manajerial dan akuntabilitas; dan
5. Penyediaan peralatan penunjang administrasi dekonsentrasi.
Pelaksanaan seluruh kegiatan di atas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan, dan penyelenggaraannya dibiayai dari dana
dekonsentrasi. Biaya yang ditimbulkan dalam administrasi kegiatan
dibebankan pada Keluaran Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup.
B. KRITERIA PENGGUNAAN ANGGARAN
Penggunaan anggaran harus memenuhi kriteria penggunaan anggaran yang
meliputi:
1. Terstruktur dalam pembiayaan untuk administrasi kegiatan, dan
pembiayaan untuk keluaran yang sesuai dan konsisten terhadap Kerangka
Acuan Kegiatan (KAK) sebagaimana distandarkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan;
2. Pembiayaan untuk administrasi kegiatan terdiri dari :
a. biaya pengelolaan keuangan yang meliputi honorarium pejabat pengelola
keuangan dan biaya proses pembukuan dan pelaporan keuangan;
b. biaya administrasi pengadaan barang dan jasa yang meliputi honorarium
pejabat pengadaan barang dan jasa, honorarium pejabat
pemeriksa/penerima barang dan jasa, honorarium panitia pengadaan
barang dan jasa, honorarium narasumber bila diperlukan, biaya
pengumuman penawaran pengadaan barang dan jasa, dan biaya proses
penilaian pengadaan barang dan jasa; dan
c. biaya pelaporan yang mencakup biaya perjalanan untuk kehadiran
dalam Rapat Koordinasi Lingkungan Hidup Regional untuk perencanaan
sebanyak 2 (dua) orang, biaya perjalanan untuk kehadiran dalam Rapat
Koordinasi Nasional untuk perencanaan sebanyak 2 (dua) orang dan
biaya proses pengelolaan BMN.
3. Pembiayaan untuk keluaran terdiri dari :
a. honorarium bulanan (orang-bulan/OB) pelaksana berbasis keluaran
(tidak diperkenankan menerima honorarium bulanan dari tiap-tiap sub
keluaran);
b. komponen belanja utama sub keluaran yang berupa belanja yang
langsung menentukan kinerja pencapaian target dengan jumlah alokasi
minimal 60% (enam puluh per seratus) dari total anggaran, dan dibatasi
untuk belanja barang yang bersifat non-fisik, misalnya: belanja jasa
untuk melaksanakan pemantauan, belanja perjalanan untuk
2015, No.2090 14
inventarisasi data di lapangan, dan honorarium pelaksana sub keluaran
yang berbasis jumlah kegiatan yang dilaksanakan (orang-kali/OK); dan
c. komponen belanja pendukung berupa belanja yang tidak secara
langsung mempengaruhi kinerja pencapaian target dan bersifat
mendukung kegiatan utama, seperti belanja perjalanan untuk konsultasi
dan koordinasi, pertemuan persiapan, penyusunan laporan dan
pembelian barang fisik penunjang kegiatan dekonsentrasi dalam jumlah
sangat terbatas dan selektif.
Jenis barang fisik penunjang kegiatan dekonsentrasi bidang LH ditetapkan
oleh Menteri setiap tahun dengan memperhatikan kebutuhan khusus dan
spesifik yang terjadi pada tahun tersebut, misalnya:
a. perangkat pengolah data dengan spesifikasi khusus; atau
b. contoh/model/prototipe/demo-peralatan/kegiatan pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dalam rangka
pembinaan dan bersifat mendukung.
Seluruh barang yang ditetapkan oleh Menteri dapat diadakan dan harus
dianggarkan dalam akun belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi
bidang LH, untuk diserahkan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
kode dan nomenklatur yang berlaku pada tahun tersebut. Tidak
diperkenankan mengalokasikan belanja barang fisik tersebut dalam akun
Belanja Modal.
Belanja jasa profesi, jasa lainnya, dan kontraktual dianjurkan untuk secara
optimal memanfaatkan akun belanja jasa profesi, jasa lainnya, dan jasa
kontraktual bagi tahapan dan/atau komponen kegiatan yang
membutuhkan:
a. keahlian khusus dan dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa profesional
(contoh: jasa analisis sampel, survai lapangan, disain teknis, dan
pembuatan produk/barang tertentu);
b. banyak sumber daya manusia dan waktu, dan dapat dilaksanakan oleh
penyedia jasa profesional (contoh: penyelenggaraan acara pertemuan);
dan
c. masukan pakar/narasumber ahli (contoh: pembuatan bahan materi
pembinaan teknis, dan pelaksanaan sosialisasi).
Seluruh belanja wajib menggunakan Standar Biaya Umum (SBU)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Apabila terdapat
satuan biaya yang tidak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan, dapat
dipergunakan standar Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang diatur dalam
Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Satuan biaya yang tidak dapat mengacu SBU maupun HPS
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat diajukan dengan
perkiraan sendiri selama disertai alasan yang patut dan dilengkapi dengan
Surat Pertanggungjawaban Mutlak yang ditandatangani KPA dengan
2015, No.209015
dilengkapi data-data pendukung lainnya (contoh: bukti standar harga yang
berlaku di pasar).
C. TATA LAKSANA PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Keterangan :
____________ garis pertanggungjawaban langsung dan alur pelaporan
keuangan dan manajerial
garis koordinasi konsultatif dan alur pelaporan teknis
Tata laksana di atas dibentuk berdasarkan kepentingan pencapaian sasaran
masing-masing keluaran dan kejelasan alur pertanggungjawaban,
pengambilan keputusan dan pelaporan dari segi teknis, manajerial, keuangan
dan pengadaan barang dan jasa.
1. Pelaksana pembinaan kegiatan dekonsentrasi di lingkungan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terdiri atas:
a. Pejabat Eselon I KLHK terkait selaku pembina utama dan penentu target
kinerja SKPD di bidang teknis bagi masing-masing sub keluaran;
b. Pejabat Eselon II pada unit eselon I KLHK terkait, selaku pendamping,
pelaksana asistensi, serta sumber referensi SKPD di bidang teknis bagi
masing-masing sub keluaran; dan
c. Pejabat Eselon II, Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion (Kepala PPE),
mempunyai tugas mengoordinasikan perencanaan dekonsentrasi,
mengoordinasikan penyampaian laporan SKPD, dan menggoordinasikan
penyelenggaraan kerja sama antar SKPD dalam wilayah kerjanya masing-
masing yang terdiri dari:
1) Kepala PPE Sumatera yang mengoordinasikan Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau,
GUBERNUR
KEPALA SKPDLINGKUNGAN HIDUP
/ KPA
MENTERI / PA
PEJABAT PEMBUATKOMITMEN
BENDAHARAPENGELUARAN
PENGUJI DANPENANDATANGAN
SPM
PETUGASAKUNTANSI
KOORDINATORPELAKSANA
KELUARAN/OUTPUT
ESELON I KLHKTERKIAIT
ESELON II KLHKTERKAIT
KEPALA PUSATPENGELOLAAN
EKOREGION KLHK
2015, No.2090 16
Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, dan Lampung.
2) Kepala PPE Jawa yang mengoordinasikan Provinsi Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur.
3) Kepala PPE Kalimantan yang mengoordinasikan Provinsi Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan
Tengah.
4) Kepala PPE Bali dan Nusa Tenggara, selanjutnya disebut Kepala PPE
Balinusra yang mengoordinasikan Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur.
5) Kepala PPE Sulawesi dan Maluku, selanjutnya disebut Kepala PPE
Sumaluku yang mengoordinasikan Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku Utara, dan Maluku.
6) Kepala PPE Papua yang mengoordinasikan Provinsi Papua dan Papua
Barat.
2. Pelaksana kegiatan dekonsentrasi bidang LH di SKPD Provinsi, yaitu:
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
1) KPA memiliki kemampuan menjabarkan, mengharmonisasikan, dan
mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan dekonsentrasi bidang LH
dengan pencapaian tujuan dan sasaran strategis nasional di bidang
LH sebagaimana diamanatkan dalam RKP dan Renja.
2) KPA yang ditunjuk sebaiknya pejabat aktif eselon II atau III pada
SKPD.
b. Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan
penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM), dan Petugas Akuntansi,
tidak merangkap/melaksanakan tugas yang sama dalam pengelolaan
keuangan Satuan Kerja selain dekonsentrasi bidang LH.
c. Koordinator Pelaksana
1) Koordinator Pelaksana sebanyak 3 (tiga) orang untuk masing-masing
keluaran ditetapkan oleh KPA.
2) Koordinator pelaksana harus memiliki kemampuan menjabarkan,
mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan penyelenggaraan
kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran masing-masing
keluaran dekonsentrasi bidang LH.
3) Koordinator pelaksana memiliki lingkup tugas pokok yang berkaitan
langsung dengan pengendalian pencemaran lingkungan hidup untuk
keluaran pengendalian pencemaran lingkungan hidup;
4) Koordinator pelaksana membentuk tim pelaksana yang anggotanya
berasal dari SKPD dan instansi lain yang dipandang perlu dengan
kapasitas dan kepentingan sesuai kebutuhan dan disahkan oleh KPA.
5) Koordinator Pelaksana mempunyai kewajiban untuk menyusun:
2015, No.209017
a) perencanaan kas keluaran masing-masing berdasarkan RKA-KL
untuk disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
b) perencanaan kinerja berdasarkan target yang ditetapkan; dan
c) pengelolaan sistem pelaporan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
1. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Manajerial dan Akuntabilitas meliputi:
a. Perencanaan
1) perencanaan dituangkan dalam RKA-KLH untuk ditetapkan sebagai
Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) oleh Menteri Keuangan.
2) RKA-KLH yang telah ditetapkan diserahkan oleh Menteri selaku
pengguna anggaran kepada gubernur.
3) Gubernur menetapkan pejabat pengelola keuangan, terdiri atas KPA,
PPK, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan SPM dan
Petugas Akuntansi untuk dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan
kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
4) KPA mempersiapkan dan melaksanakan rencana dan organisasi
pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Penyaluran dana dan pengelolaan BMN hasil pelaksanaan Dekonsentrasi
Bidang LH:
1) penyaluran dana dan pengelolaan BMN hasil pelaksanaan dekonsentrasi
bidang LH dilaksanakan oleh bendahara umum negara melalui rekening
kas umum negara sesuai peraturan perundang-undangan;
2) semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana
dekonsentrasi bidang LH merupakan barang milik negara dan harus
digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
bidang LH yang ditatausahakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3) dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan,
penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh
pemerintah provinsi sebagai barang milik daerah.
D. TATA LAKSANA PELAPORAN
Laporan Manajerial dilaporkan berdasarkan tata laksana sebagaimana diatur
dalam Pasal 24 dan 25 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan
Dana Tugas Pembantuan, dengan memperhatikan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
2015, No.2090 18
Laporan Akuntabilitas disusun sesuai format dan dilaporkan berdasarkan tata
laksana sebagaimana diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 42
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.
Pertanggungjawaban dan pelaporan akuntabilitas disusun dan disampaikan
per-triwulan serta akhir tahun dan diserahkan kepada Gubernur untuk
disampaikan kepada Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Laporan teknis yang bukan laporan manajerial maupun laporan akuntabilitas
disampaikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. koordinator pelaksana menyampaikan laporannya kepada KPA dan Kepala
PPE dengan tembusan kepada eselon II KLHK pembina;
b. kumpulan laporan dari masing-masing Koordinator Pelaksana
diintegrasikan dalam laporan terpadu oleh KPA untuk disampaikan kepada
gubernur dan Eselon I KLHK terkait; dan
c. eselon I KLHK menyampaikan kompilasi laporan teknis dari berbagai
provinsi sesuai bidang tugasnya kepada Menteri.
Pertanggungjawaban dan pelaporan manajerial disampaikan setiap bulannya
melalui sistem e-monev Dekonsentrasi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan Dekonsentrasi, perlu dikembangkan suatu sistem
yang secara berkala dapat mengetahui dengan pasti kemajuan dan kendala
yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Laporan pelaksanaan
Dekonsentrasi yang disampaikan oleh provinsi sesuai dengan ketetapan
melalui pengisian data kedalam sistem pelaporan on-line (e-monev), akan
menjadi bahan pertimbangan dan penilaian kinerja pelaksanaan
Dekonsentrasi kedepan.
E. MEKANISME PELAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI TAHUN
ANGGARAN 2015 MELALUI SISTEM ON-LINE (E-MONEV) DEKONSENTRASI
KLHK
1. Laporan Bulanan
Provinsi dapat melaporkan pelaksanaan pemanfaatan Dekonsentrasi
dengan mengisi aplikasi yang dapat diakses secara on-line setiap waktu.
Disamping itu melalui sistem pelaporan on-line, PPE dapat melakukan
pemantauan pelaksanaan Dekonsentrasi di wilayah kerjanya, serta
melaporkan hasil evaluasinya (rekapitulasi) kepada Sekretariat KLHK
melalui Biro yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi perencanaan,
program dan anggaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2015, No.209019
Seluruh rangkaian pelaporan dilakukan secara online dengan mengakses
aplikasi Dekonsentrasi KLH di homepage web portal Biro Perencanaan dan
Kerjasama Luar Negeri KLH. Cara menggunakan aplikasi dijelaskan dalam
pedoman manual operating system aplikasi Dekonsentrasi KLHK.
Gambar
Rangkaian pelaporan Dekonsentrasi Bidang LH
Keterangan:
Provinsi menyampaikan laporan dengan melakukan input data melalui
aplikasi E-Monev Dekonsentrasi
PPE melakukan pemantauan dan evaluasi berdasarkan data E-Monev
masing-masing provinsi untuk disampaikan sebagai bahan evaluasi untuk
memberikan rekomendasi kepada Biro Perencanaan.
Unit teknis menyediakan format terkait laporan teknis
Biro Perencanaan melakukan evaluasi penilaian kinerja berdasarkan
pelaporan E-Monev Dekonsentrasi dan hasil evaluasi PPE untuk
disampaikan ke Sekjen KLHK, selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan kegiatan dekonsentrasi (pemberian
reward dan punishment) baik tahun berjalan maupun tahun selanjutnya.
Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi Bidang LH yang harus dilaporkan secara
berkala sesuai dengan ketetapan melalui sistem pelaporan on-line meliputi:
1. Laporan manajerial per bulan untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan
serapan anggaran; dan
ProvinsiAplikasi Sistem
E-Monev
Rencana Kegiatan
PPE
Biro Perencanaan
Unit TeknisInput
Realisasi Kegiatan
Serapan Anggaran
Sekjen KLHK
2015, No.2090 20
2. Laporan akhir capaian pelaksanaan kegiatan (ringkasan/executive
summary);
Laporan ini disampaikan oleh provinsi setiap bulan dengan melakukan
pengisian kemajuan pelaksanaan kegiatan dan serapan anggaran ke dalam
aplikasi melalui sistem on-line paling lambat 1 (satu) minggu setelah bulan
yang bersangkutan berakhir. Format (outline) laporan, serta seluruh proses
pelaporan dilaksanakan secara online melalui e-monev.
Laporan akhir ini disampaikan oleh kepala instansi LH di masing-masing
provinsi setiap akhir tahun anggaran dengan melakukan pengisian hasil
pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi selama Tahun Anggaran 2015 ke dalam
aplikasi melalui sistem on-line paling lambat 6 (enam) minggu setelah tahun
yang bersangkutan berakhir. Format (outline) laporan, serta seluruh proses
pelaporan dilaksanakan secara online melalui e-monev Dekonsentrasi sesuai
dengan aplikasi di dalam sistem. Pengisian data melewati dari batas waktu
yang telah ditetapkan, sistem secara otomatis akan tertutup, kecuali dalam
kondisi forcemajor atau ada pertimbangan khusus dari KLHK.
F. TATA CARA PENGGUNAAN APLIKASI DALAM SISTEM PELAPORAN ONLINE
(E-MONEV DAK KLHK)
Pelaporan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dari masing-masing provinsi
dilakukan melalui sistem online dengan menggunakan aplikasi e-monev
Dekonsentrasi KLHK.
Aplikasi e-monev Dekonsentrasi KLHK dapat diakses dan dijalankan dengan
menggunakan web browser seperti internet explorer, mozilla firefox, google
chrome, dan opera. Setelah terhubung dengan jaringan internet pengguna
harus memiliki link menu Aplikasi e-monev Dekonsentrasi di website Biro
Perencanaan (biropkln.menlh.go.id). Untuk dapat menggunakan aplikasi e-
monev Dekonsentrasi KLHK tersebut pengguna atau user harus terdaftar
pada sistem ini dan mempunyai hak akses untuk bisa menggunakan aplikasi
e-monev Dekonsentrasi KLHK.
Tata cara untuk dapat melakukan pelaporan dengan aplikasi e-monev
Dekonsentrasi KLHK secara rinci dapat dilihat pada Panduan Manual
Operating System (MOS) Aplikasi Dekonsentrasi KLHK.
G. TATA LAKSANA PEMANTAUAN, EVALUASI, PENILAIAN KINERJA DAN
PEMBINAAN
Pemantauan dan evaluasi kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan yang
meliputi:
1. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan bagi :
a. penyelenggaraan dan pelaksanaan program dan kegiatan; dan
b. penyelenggaraan dan pelaksanaan belanja.
2015, No.209021
2. Pelaksanaan secara kontinyu maupun periodik dan diselenggarakan dalam
penjadwalan yang tertib dalam rangka memenuhi ketentuan pelaporan
manajerial dan akuntabilitas.
3. Menerapkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah maupun eksternal
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan.
4. Evaluasi diselenggarakan dalam bentuk kajian terhadap manajemen dan
output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi dan dilaksanakan
paling sedikit 1 (satu) tahun sekali dan paling lambat pada akhir tahun
anggaran.
5. Hasil evaluasi menjadi dasar pertimbangan penyusunan rencana kerja
dekonsentrasi pada tahun berikutnya.
Kriteria penilaian kinerja sebagai berikut:
1. Penilaian capaian progresif
Merupakan penilaian yang didasarkan pada hasil pemantauan dan
pelaporan triwulan maupun semester, dengan kriteria meliputi:
a. tingkat realisasi capaian fisik;
b. tingkat realisasi capaian serapan anggaran;
c. kurva realisasi periodik yang menggambarkan pola keseluruhan; dan
d. penilaian capaian keseluruhan.
2. Penilaian capaian keseluruhan
Merupakan penilaian pencapaian yang didasarkan pada hasil evaluasi
pelaksanaan kegiatan selama satu tahun, dengan kriteria meliputi :
a. gambaran akumulasi hasil kinerja capaian progresif;
b. ketepatan cara dan strategi operasi, termasuk ketaatan terhadap
peraturan yang berlaku;
c. ketepatan cara dan pola belanja;
d. ketepatan dan ketaatan penyampaian laporan yang diwajibkan; dan
e. tingkat inisiatif penyelesaian kendala dan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan.
Penilaian kinerja didasarkan pada indikator dan target kinerja yang diatur
sebagai berikut:
1. Indikator Kinerja, meliputi:
a. Indikator Kinerja Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Daerah (2722) adalah jumlah provinsi yang melaksanakan pengendalian
pencemaran lingkungan hidup;
b. Indikator Kinerja Keluaran yang dijabarkan lebih lanjut dalam indikator
sub keluaran jumlah laporan keluaran pengendalian pencemaran
lingkungan hidup (volume adalah jumlah jenis sub keluaran yang
dilaksanakan), yang terdiri dari:
a) jumlah industri yang diawasi pelaksanaan pengelolaan limbah B3,
pengelolaan kualitas air, dan udara skala nasional melalui Proper;
2015, No.2090 22
b) jumlah kota yang bersifat strategis nasional yang dipantau
kualitas udaranya; dan
c) jumlah sungai (sumber air nasional/strategis nasional) skala
nasional dan/atau lintas batas negara yang dipantau.
2. Target kinerja
Target capaian indikator kinerja setiap keluaran dapat berupa penjumlahan
maupun penghimpunan dari target capaian indikator kinerja sub-sub
keluaran di bawahnya.
Penjumlahan dapat dilakukan apabila satuan indikator kinerja dari sub-sub
keluaran tersebut sama dengan satuan keluaran itu sendiri (contoh: output
pengendalian pencemaran mengoordinasikan ditargetkan menyelesaikan 3
laporan, karena terdiri dari laporan sub keluaran pemantauan air, laporan
sub keluaran pemantauan udara, dan laporan sub keluaran pemantauan
industri). Namun untuk situasi ketidaksamaan satuan, target capaian
indikator kinerja keluaran bukan berupa penjumlahan melainkan
penghimpunan (contoh: output pengendalian pencemaran mengoordinasikan
ditargetkan menyelesaikan 10 industri sebagai target capaian indikator
kinerja sub keluaran pemantauan industri, 3 kota sebagai target capaian
indikator kinerja sub keluaran pemantauan udara, dan 2 sungai sebagai
target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan air).
Setiap KPA mewajibkan masing-masing Koordinator Pelaksana untuk
menyusun Rencana Kinerja Pencapaian Target yang telah ditetapkan dan
menggunakannya sebagai acuan dalam bekerja.
Pembinaan dekonsentrasi yang dilaksanakan Menteri mencakup pembinaan
manajerial yang dikoordinasikan Sekretaris Jenderal KLHK dan pembinaan teknis
pelaksanaan pencapaian target masing-masing keluaran yang dilaksanakan oleh
eselon I KLHK terkait dalam bentuk:
a. pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi secara umum;
b. pelaksanaan asistensi dan pendampingan khusus;
c. pelaksanaan review;
d. bantuan tenaga ahli; dan
e. penyesuaian beban tugas dan kewenangan yang ditetapkan dalam
rencana kerja dekonsentrasi tahun berikutnya.
Mekanisme pembinaan dalam bentuk koordinasi, sosialisasi, asistensi dan
pendampingan khusus harus memperhatikan:
a. penyelenggaraan rapat koordinasi teknis/substansi nasional dalam
rangka perencanaan dan/atau evaluasi paling banyak 2 (dua) kali
setahun yang dihadiri seluruh SKPD dalam rangka perencanaan dan
evaluasi hasil kegiatan. Jumlah total rapat koordinasi nasional tersebut
tidak boleh lebih dari 6 (enam) kali setahun untuk menjamin efisiensi
pemanfaatan anggaran perjalanan dinas peserta. Hal ini
2015, No.209023
mengimplikasikan penyelenggaraan yang bersifat terpadu antar eselon I
KLHK untuk meminimalkan jumlah pertemuan.
b. pemberian manual pelaksanaan dan manual pelaporan teknis;
c. review/penilaian dan pemberian masukan atas hasil pelaksanaan; dan
d. bantuan dari PPE wilayah kerja terkait dalam hal:
1) sinkronisasi jadwal, lokasi, dan metoda pelaksanaan;
2) harmonisasi dan/atau integrasi pelaporan untuk mendapatkan
informasi yang utuh; dan
3) kerja sama formal yang dikuatkan dengan MoU antar provinsi dalam
bentuk penggabungan kontrak dengan pihak ketiga bersama, joint
service, atau transfer tanggung jawab yang diatur dalam peraturan
perundangan dan harus dikonsultasikan kepada Kementerian Dalam
Negeri.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
SITI NURBAYA
2015, No.2090 24
2015, No.209025
top related