berita negara republik indonesia - kemhan.go.id fileberita negara republik indonesia no.861, 2011...
Post on 12-May-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA
No.861, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN, Sistem AkuntansiHibah. Pedoman.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 230/PMK.05/2011
TENTANG
SISTEM AKUNTANSI HIBAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat(5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi DanPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, telahditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
b. bahwa sehubungan adanya perkembangan terkaitdengan peraturan perundang-undangan dantransaksi hibah, perlu dilakukan pengaturan kembaliatas Sistem Akuntansi Hibah sebagaimana diaturdalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor40/PMK.05/2009;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlumenetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentangSistem Akuntansi Hibah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 2
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentangTata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri DanPenerimaan Hibah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5202);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEMAKUNTANSI HIBAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disingkat K/L adalahkementerian negara/lembaga pemerintah non kementeriannegara/lembaga negara.
2. Sistem Akuntansi Hibah yang selanjutnya disebut SIKUBAH adalahserangkaian prosedur manual dan terkomputerisasi meliputipengumpulan data, pengakuan, pencatatan, pengikhtisaran, sertapelaporan posisi dan operasi hibah pemerintah.
3. Pendapatan Hibah adalah hibah yang diterima oleh Pemerintah Pusatdalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yangdiperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yangberasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas PendapatanHibah tersebut, Pemerintah mendapat manfaat secara langsung yangdigunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L atau diteruskankepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan BadanUsaha Milik Daerah.
4. Belanja Hibah adalah setiap pengeluaran Pemerintah Pusat dalambentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga kepadaPemerintah Daerah, pemerintah lainnya atau perusahaan daerah,yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidakwajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.
5. Pendapatan Hibah Langsung adalah hibah yang diterima langsungoleh K/L, dan/atau pencairan dananya dilaksanakan tidak melaluiKantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, sehingga pengesahannyaharus dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa BendaharaUmum Negara.
6. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPAadalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.8613
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh MenteriKeuangan selaku Bendahara Umum Negara.
7. Pemberi Hibah adalah pihak yang berasal dari dalam negeri atau luarnegeri yang memberikan hibah kepada Pemerintah Pusat.
8. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikaninformasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit danpembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
9. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuanganpemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
10. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLKadalah bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan yangmenyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangandalam rangka pengungkapan yang memadai.
11. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUN adalahMenteri Keuangan.
12. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut Kuasa BUNadalah Direktur Jenderal Perbendaharaan pada tingkat pusat, danKepala Kantor Pelayananan Perbendaharaan Negara pada tingkatdaerah.
13. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkatKPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaanyang memperoleh kewenangan selaku Kuasa BUN Daerah yang beradadi bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala KantorWilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
14. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara yang selanjutnyadisingkat SA-BUN adalah serangkaian prosedur manual maupun yangterkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasikeuangan yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku BUN.
15. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Umum NegaraPengelola Hibah yang selanjutnya disebut UAKPA BUN PengelolaHibah adalah unit akuntansi yang melakukan kegiatan akuntansi danpelaporan tingkat satuan kerja di bawah Bagian Anggaran BUN untuktransaksi Pendapatan Hibah dan/atau Belanja Hibah.
16. Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara Pengelola Hibahyang selanjutnya disebut UA-PBUN Pengelola Hibah adalah unitakuntansi pembantu BUN yang melakukan kegiatan penggabunganpelaporan keuangan unit akuntansi tingkat pengguna anggaran untuktransaksi Pendapatan Hibah dan/atau Belanja Hibah.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 4
17. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang selanjutnya disingkatDJPU adalah unit eselon I pada Kementerian Keuangan yangbertindak sebagai UAP-BUN Pengelola Hibah.
18. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yangdiproses dengan beberapa sistem/sub sistem yang berbedaberdasarkan dokumen sumber yang sama.
19. Reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam laporankeuangan, permintaan keterangan, dan analitik yang harus menjadidasar memadai bagi Aparat Pengawas Internal Pemerintah untukmemberi keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yangharus dilakukan atas laporan keuangan tersebut sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintahan.
20. Rekening Hibah adalah rekening pemerintah lainnya yang dibuka olehK/L dalam rangka pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang.
21. Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung yang selanjutnyadisingkat SP2HL adalah surat yang diterbitkan oleh PenggunaAngaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjukuntuk mengesahkan pembukuan Pendapatan Hibah Langsungdan/atau belanja yang bersumber dari hibah langsung.
22. Surat Pengesahan Hibah Langsung yang selanjutnya disingkat SPHLadalah surat yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN Daerahuntuk mengesahkan Pendapatan Hibah Langsung dan/atau belanjayang bersumber dari hibah langsung.
23. Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Pendapatan HibahLangsung yang selanjutnya disingkat SP4HL adalah surat yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran ataupejabat lain yang ditunjuk untuk mengesahkan pembukuanpengembalian saldo Pendapatan Hibah Langsung kepada PemberiHibah.
24. Surat Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung yangselanjutnya disingkat SP3HL adalah surat yang diterbitkan oleh KPPNselaku Kuasa BUN Daerah untuk mengesahkan pengembalianPendapatan Hibah Langsung kepada Pemberi Hibah.
25. Berita Acara Serah Terima yang selanjutnya disingkat BAST adalahdokumen serah terima barang/jasa sebagai bukti penyerahan danperalihan hak/kepemilikan atas barang/jasa/surat berharga dariPemberi Hibah kepada penerima hibah.
26. Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung yang selanjutnyadisingkat SPTMHL adalah surat pernyataan tanggung jawab penuhatas Pendapatan Hibah Langsung dan/atau belanja yang bersumberdari hibah langsung atau belanja barang untuk pencatatan persediaandari hibah atau belanja modal untuk pencatatan aset tetap/aset
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.8615
lainnya dari hibah atau pengeluaran pembiayaan untuk pencatatansurat berharga dari hibah.
27. Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung BentukBarang/Jasa/Surat Berharga yang selanjutnya disingkat SP3HL-BJSadalah surat yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk diajukanpengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentukbarang/jasa/surat berharga ke DJPU.
28. Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/SuratBerharga yang selanjutnya disingkat MPHL-BJS adalah surat yangditerbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran ataupejabat lain yang ditunjuk untuk mencatat/membukukan PendapatanHibah Langsung dalam bentuk barang/jasa/surat berharga danbelanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah atau belanjamodal untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari hibah ataupengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah.
29. Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung BentukBarang/Jasa/Surat Berharga yang selanjutnya disebut PersetujuanMPHL-BJS adalah surat yang diterbitkan oleh KPPN selaku KuasaBUN Daerah sebagai persetujuan untuk mencatat Pendapatan HibahLangsung bentuk barang/jasa/surat berharga dan belanja baranguntuk pencatatan persediaan dari hibah atau belanja modal untukpencatatan aset tetap/aset lainnya dari hibah atau pengeluaranpembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah.
30. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsipdata berupa Compact Disc, USB Flash Disk, atau media penyimpanandigital lainnya yang berisikan data transaksi, data buku besar,dan/atau data lainnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini adalah:
a. akuntansi untuk Pendapatan Hibah; dan
b. akuntansi untuk Belanja Hibah.
BAB III
KLASIFIKASI
Pasal 3
(1) Klasifikasi hibah dapat dibedakan menurut bentuk, mekanismepencairan, dan sumber hibah.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 6
(2) Berdasarkan bentuknya, hibah dibagi menjadi :
a. hibah uang, terdiri dari:
1) uang tunai; dan
2) uang untuk membiayai kegiatan;
b. hibah barang/jasa; dan
c. hibah surat berharga.
(3) Berdasarkan mekanisme pencairannya, hibah dibagi menjadi :
a. hibah terencana; dan
b. hibah langsung.
(4) Berdasarkan sumbernya, hibah dibagi menjadi:
a. hibah dalam negeri; dan
b. hibah luar negeri.
(5) Uraian secara rinci mengenai klasifikasi hibah dituangkan dalam ModulSIKUBAH sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV yang menjadibagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
BAB IV
SISTEM AKUNTANSI HIBAH
Bagian Kesatu
Sistem Akuntansi
Pasal 4
(1) SIKUBAH merupakan subsistem dari SA-BUN.
(2) SIKUBAH menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan RealisasiAnggaran, Neraca dan CaLK.
Pasal 5
Dalam rangka pelaksanaan SIKUBAH sebagaimana dimaksud dalam Pasal4, Menteri Keuangan selaku BUN menetapkan:
a. DJPU selaku UA-PBUN;
b. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen, DJPU selakuUAKPA-BUN untuk transaksi Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah;dan
c. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku UAKPA-BUNuntuk transaksi Belanja Hibah kepada daerah.
Pasal 6
Dokumen sumber yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporanPendapatan Hibah dan Belanja Hibah adalah:
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.8617
a. Berita Acara Serah Terima;
b. DIPA dan/atau revisinya;
c. DIPA pengesahan;
d. Notice of disbursement (NoD);
e. SP2HL dan SPHL;
f. SP4HL dan SP3HL;
g. SP3HL-BJS;
h. MPHL-BJS;
i. Persetujuan MPHL-BJS;
j. Surat Setoran Pengembalian Belanja;
k. Surat Setoran Bukan Pajak; dan
l. Memo Penyesuaian.
Bagian Kedua
Pembukuan, Rekonsiliasi dan
Pelaporan Keuangan
Pasal 7
(1) UAKPA-BUN Pengelola Hibah membukukan dokumen sumbertransaksi keuangan atas Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah.
(2) Satuan kerja (Satker) di K/L membukukan dokumen sumber transaksikeuangan atas:
a. belanja yang bersumber dari hibah langsung bentuk uang;
b. saldo kas di K/L dari hibah;
c. belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah; dan
d. belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya darihibah;
(3) UAKPA-BUN Pengelola Investasi Pemerintah membukukanpengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah.
Pasal 8
(1) UAKPA-BUN Pengelola Hibah melakukan Rekonsiliasi denganBUN/Kuasa BUN atas transaksi Pendapatan Hibah secara semesterandan Belanja Hibah secara bulanan.
(2) Satker melakukan Rekonsiliasi atas belanja yang bersumber darihibah dan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah,belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya darihibah, pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga darihibah dengan KPPN secara bulanan.
(3) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 8
Pasal 9
(1) UAKPA-BUN Pengelola Hibah dan Satker menyusun laporan keuanganyang telah direkonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca; dan
c. CaLK.
(3) Petunjuk teknis penyusunan laporan keuangan tingkat UAKPA-BUNmengikuti ketentuan yang tercantum dalam Modul SIKUBAHsebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV yang menjadi bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Tata cara penyusunan laporan keuangan Satker mengikuti ketentuanyang mengatur mengenai Sistem Akuntansi Instansi.
Pasal 10
(1) UAKPA-BUN Pengelola Hibah menyampaikan laporan keuanganberupa LRA dan Neraca setiap bulan ke UA-PBUN.
(2) UAKPA-BUN wajib menyampaikan laporan keuangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) ke UA-PBUN setiap semesteran dantahunan.
Pasal 11
(1) UA-PBUN melakukan penggabungan laporan keuangan dari UAKPA-BUN.
(2) UA-PBUN menyusun laporan keuangan tingkat UA-PBUN berdasarkanhasil penggabungan laporan keuangan sebagaimana dimaksud padaayat (1), berupa:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca;
c. CaLK; dan
d. ADK.
Pasal 12
UA-PBUN menyampaikan laporan keuangan tingkat UA-PBUN kepada UA-BUN setiap semesteran dan tahunan.
Bagian Ketiga
Akuntansi Hibah
Pasal 13
(1) Pendapatan Hibah dalam bentuk uang diakui pada saat kas diterimaatau pada saat pengesahan dilakukan oleh KPPN.
(2) Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga diakuipada saat dilakukan pengesahan oleh DJPU.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.8619
(3) Pengembalian Pendapatan Hibah pada periode penerimaan,dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
(4) Pengembalian Pendapatan Hibah atas penerimaan tahun anggaranyang lalu, dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana.
Pasal 14
(1) Pendapatan Hibah dalam bentuk uang dicatat sebesar nilai nominalhibah yang diterima.
(2) Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dicatatsebesar nilai nominal hibah yang diterima pada saat terjadi serahterima barang/jasa/surat berharga.
(3) Dalam hal nilai nominal Pendapatan Hibah sebagaimana dimaksudpada ayat (2) tidak diketahui, UAKPA penerima hibah dapatmelakukan estimasi nilai wajarnya.
(4) Pendapatan Hibah dilaksanakan berdasarkan azas bruto:
a. membukukan penerimaan bruto; dan
b. tidak mencatat jumlah neto.
Pasal 15
(1) Belanja Hibah dalam bentuk uang, diakui pada saat terjadipengeluaran kas.
(2) Belanja Hibah yang direalisasikan dalam bentuk barang, jasa dansurat berharga, diakui pada saat pengeluaran kas atas perolehanbarang/jasa/surat berharga yang akan dihibahkan.
(3) Dalam hal penyerahan barang, jasa, dan surat berharga diperolehbukan dari Belanja Hibah, penyerahan tersebut tidak diakui sebagaiBelanja Hibah.
(4) Penerimaan kembali Belanja Hibah yang terjadi pada periodepengeluaran Belanja Hibah, dibukukan sebagai pengurang BelanjaHibah pada periode yang sama.
(5) Penerimaan kembali Belanja Hibah atas Belanja Hibah periode tahunanggaran yang lalu, dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.
Pasal 16
(1) Belanja Hibah dalam bentuk uang, dicatat sebesar nilai nominal padasaat terjadi pengeluaran hibah.
(2) Belanja Hibah dalam bentuk barang, jasa, dan surat berharga, dicatatsebesar nilai nominal perolehan barang, jasa, dan surat berharga yangdihibahkan.
Pasal 17
(1) Atas hibah yang diterima dalam bentuk barang/jasa/surat berhargayang langsung diterushibahkan, diakui adanya Pendapatan Hibah danBelanja Hibah pada saat yang sama dengan nilai yang sama.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 10
(2) Pengakuan Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diakui pada saat pengesahan dilakukan olehKPPN.
(3) Atas hibah yang langsung diterushibahkan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah dicatat sebesarnilai nominal barang/jasa/surat berharga.
(4) Dalam hal nilai nominal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidakdiketahui, UAKPA Belanja Hibah dapat melakukan estimasi nilaiwajarnya.
Pasal 18
(1) Realisasi Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah dinyatakan dalammata uang Rupiah.
(2) Dalam hal realisasi Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah dalam matauang asing, maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiahdengan menggunakan kurs transaksi.
Pasal 19
(1) Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah disajikan dalam LaporanRealisasi Anggaran BUN Pengelola Hibah.
(2) Belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang untuk pengesahanpersediaan dari hibah dan belanja modal untuk pengesahan asettetap/aset lainnya dari hibah, disajikan dalam Laporan RealisasiAnggaran K/L.
(3) Pengeluaran pembiayaan untuk pengesahan surat berharga darihibah, disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran BUN PengelolaInvestasi Pemerintah.
Pasal 20
(1) Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang sampai denganakhir tahun belum digunakan dan belum disahkan, disajikan dalamNeraca K/L.
(2) Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang telah disahkandan masih terdapat sisa pada akhir tahun anggaran, disajikan dalamNeraca K/L dan merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
(3) Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk barangdisajikan dalam Neraca K/L.
(4) Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk suratberharga disajikan dalam Neraca BUN Pengelola Investasi Pemerintah.
Pasal 21
Belanja Hibah dalam bentuk barang/surat berharga yang sampai denganakhir tahun anggaran belum diserahkan kepada penerima hibah, disajikandalam Neraca BUN Pengelola Hibah.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86111
Pasal 22
Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga dan belanjabarang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untukpengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibah, pengeluaran pembiayaanuntuk pengesahan surat berharga, tidak dibukukan dalam Laporan ArusKas.
Pasal 23
(1) Entitas akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasipendapatan menurut jenis pendapatan dalam Laporan RealisasiAnggaran Pendapatan Hibah, dan rincian lebih lanjut jenispendapatan, disajikan pada CaLK.
(2) Entitas akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasiBelanja Hibah menurut organisasi dan menurut fungsi dalam LaporanRealisasi Anggaran Belanja.
(3) Dalam rangka pelaksanaan SIKUBAH, K/L penerima hibah mencatatrealisasi belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang untukpengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahanaset tetap/aset lainnya dari hibah dalam Laporan Realisasi Anggarandan mengungkapkan Pendapatan Hibah dalam CaLK.
(4) Dalam rangka pelaksanaan SIKUBAH, UAP-BUN Pengelola InvestasiPemerintah mencatat realisasi pengeluaran pembiayaan untukpengesahan surat berharga dari hibah dalam Laporan RealisasiAnggaran dan mengungkapkan Pendapatan Hibah dalam CaLK.
Pasal 24
Uraian secara rinci mengenai akuntansi Pendapatan Hibah, Belanja Hibah,belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modaluntuk pengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibah dan pengeluaranpembiayaan untuk pengesahan surat berharga dari hibah, dituangkandalam Modul SIKUBAH sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV yangmenjadi bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Bagian Keempat
Rekonsiliasi
Pasal 25
(1) K/L melakukan Rekonsiliasi dengan DJPU atas realisasi PendapatanHibah Langsung secara triwulanan.
(2) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukandari tingkat UAPA sampai dengan UAKPA.
(3) Dalam hal terjadi ketidakcocokan pada saat Rekonsiliasi, kedua belahpihak melakukan penelusuran.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 12
(4) Hasil Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi.
Pasal 26
(1) K/L melakukan pencocokan data dengan Pemberi Hibah atas realisasiPendapatan Hibah secara triwulanan.
(2) Dalam hal terjadi ketidakcocokan data, kedua belah pihak melakukanpenelusuran.
(3) Hasil pencocokan data dituangkan dalam Berita Acara.
(4) Copy Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikankepada DJPU c.q. Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen.
Pasal 27
(1) DJPU melakukan konfirmasi kepada Pemberi Hibah atas realisasiPendapatan Hibah secara semesteran.
(2) Dalam hal terjadi ketidakcocokan data, DJPU dan Pemberi Hibahmelakukan penelusuran.
Bagian Kelima
Pernyataan Tanggung Jawab dan Reviu
Pasal 28
(1) UAKPA-BUN wajib membuat Pernyataan Tanggung Jawab (Statementof Responsibility) atas laporan keuangan semesteran dan tahunan.
(2) Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat pernyataan bahwa pengelolaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN) telah diselenggarakan berdasarkan sistempengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telahdiselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
(3) Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilengkapi dengan paragraf penjelasan atas suatu kejadian yangbelum termuat dalam laporan keuangan.
(4) Bentuk dan isi dari Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantumdalam Lampiran I yang menjadi bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 29
(1) UA-PBUN wajib membuat Pernyataan Tanggung Jawab atas laporankeuangan semesteran dan tahunan.
(2) Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakanberdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86113
keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar AkuntansiPemerintahan.
(3) Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat dilengkapi dengan paragraf penjelasan atas suatu kejadian yangbelum termuat dalam laporan keuangan.
(4) Bentuk dan isi dari Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantumdalam Lampiran II yang menjadi bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 30
(1) Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, UA-PBUN sebagaientitas pelaporan wajib menyajikan laporan keuangan.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib di reviuoleh Aparat Pengawasan Internal.
(3) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam laporanhasil reviu berupa Pernyataan Telah Direviu.
(4) Pernyataan Telah Direviu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditandatangani oleh Aparat Pengawasan Intern.
(5) Bentuk dan isi dari Pernyataan Telah Direviu sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran III yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri Keuangan ini.
(6) UA-PBUN menyampaikan laporan keuangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (2) disertai dengan Pernyataan Telah Direviu danPernyataan Tanggung Jawab.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 31
Petunjuk teknis pelaksanaan akuntansi hibah dituangkan dalam ModulSIKUBAH sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV yang menjadi bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, PeraturanMenteri Keuangan Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem AkuntansiHibah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 14
Pasal 33
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam BeritaNegara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2011
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Desember 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86115
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
UAKPA BUN
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Dengan ini kami menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya atas isi
Laporan Keuangan Satuan Kerja ……………………………… ……………. selaku
UAKPA BUN Pengelola Hibah, yang terdiri dari (i) Laporan Realisasi Anggaran,
(ii) Neraca dan (iii) Catatan Atas Laporan Keuangan sebagaimana terlampir.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi
pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Tempat, tanggal
Kuasa Pengguna Anggaran,
( )
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN IPERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANGSISTEM AKUNTANSI HIBAH
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 16
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
UA-PBUN
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Dengan ini kami menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya atas isi
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian
Keuangan selaku UA-PBUN Pengelola Hibah, yang terdiri dari (i) Laporan
Realisasi Anggaran, (ii) Neraca dan (iii) Catatan Atas Laporan Keuangan
sebagaimana terlampir.
Laporan keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan isinya telah menyajikan informasi
pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Tempat, tanggal
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang,
( )
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN IIPERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANGSISTEM AKUNTANSI HIBAH
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86117
PERNYATAAN TELAH DI-REVIEWINSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
PERNYATAAN TELAH DI-REVIEWDITJEN PENGELOLAAN UTANG
SELAKU UAPBUN PENGELOLA HIBAHTAHUN ANGGARAN ..........
Dengan ini kami menyatakan telah melakukan review atas Laporan Keuangan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku UAP BUN Pengelola Hibah berupa
Neraca untuk tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, dan Catatan
atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan terkait.
Seluruh informasi yang dimuat dalam laporan keuangan merupakan penyajian
manajemen Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku UAP BUN Pengelola Hibah.
Review pada prinsipnya terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat
entitas pelaporan dan prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Review
memuat cakupan yang lebih sempit daripada audit yang dilaksanakan atas laporan
keuangan secara keseluruhan.
Berdasarkan review tersebut, kami menyatakan tidak terdapat perbedaan yang
menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan dimaksud tidak disajikan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Tempat, tanggal,Jabatan penandatangan pernyataan review,
Ketua Tim Review(NIP )
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN IIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANGSISTEM AKUNTANSI HIBAH
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 18
MODUL SIKUBAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negaramenetapkan bahwa untuk membiayai dan mendukung kegiatan prioritasdalam rangka mencapai sasaran pembangunan, Pemerintah dapatmengadakan pinjaman dan/atau menerima hibah, baik yang berasal daridalam negeri maupun luar negeri.
Selain itu, untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003 tentang Keuangan Negara, Pemerintah Republik Indonesia(Pemerintah) juga dituntut untuk melaksanakan tata kelola keuangan yangbaik (good governance) dengan meningkatkan transparansi danakuntabilitas, khususnya dalam mekanisme pengadaan pinjaman danhibah. Penyajian dan pengungkapan (disclosure) laporan yang lengkap daninformatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mendukungaspek akuntabilitas dan tranparansi.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara UmumNegara (BUN) berwenang melakukan pengelolaan utang. Sehubungandengan kewenangan tersebut, Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabatuntuk dan atas nama Menteri Keuangan mengadakan utang dan/ataumenerima hibah yang berasal dari dalam negeri dan/atau luar negeri sesuaidengan perundang-undangan.
Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Dan/Atau Penerimaan Hibah (PP10/2011) menyatakan bahwa pinjaman dan/atau hibah harusditatausahakan, diadministrasikan, dan diakuntasikan secara baik,sehingga laporan yang disajikan akan memberikan manfaat bagi pemangkukebijakan.
Sebelum PP 10/2011 ditetapkan, dalam pelaksanaan pertanggungjawabanhibah, Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa Pennguna Anggaran (KPA)berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.05/2009
LAMPIRAN IVPERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANGSISTEM AKUNTANSI HIBAH
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86119
tentang Sistem Akuntansi Hibah (PMK 40/2009) yang intinya memuatpedoman mengenai penatausahaan dan pertanggungjawaban hibah. Denganditerbitnya PP 10/2011, PMK 40/2009 perlu disesuaikan agar dapatmengakomodasi praktik dalam penatausahaan, pelaporan, danpertanggungjawaban hibah yang lebih komprehensif dan aktual.
1.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Modul Sistem Akuntansi Hibah (SIKUBAH) mencakupPendapatan Hibah yang diperoleh dari dalam negeri dan/atau luar negeri,Belanja Hibah, belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang untukpengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan asettetap/aset lainnya dari hibah, dan pengeluaran pembiayaan untukpengesahan surat berharga dari hibah.
1.3. Maksud
Modul SIKUBAH dimaksudkan sebagai petunjuk operasional bagipelaksanaan akuntansi hibah baik pada Kementerian/Lembaga (K/L)maupun BUN sehingga para pihak yang berkepentingan dapat memahamidan mengimplementasikan proses akuntansi hibah secara tepat waktu,akurat, transparan, dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yangberlaku.
1.4. Tujuan
Modul SIKUBAH ditujukan untuk menyempurnakan modul SIKUBAHsebelumnya sebagaimana ditetapkan dalam PMK 40/2009 sehingga lebihkomprehensif dan lebih memudahkan bagi para penggunanya.
1.5. Definisi-definisi terkait
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencanakeuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DewanPerwakilan Rakyat (DPR).
b. Appropriasi adalah anggaran yang disetujui oleh DPR/Dewan PerwakilanRakyat Daerah yang merupakan mandat yang diberikan kepadaPresiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.
c. Asas Bruto adalah prinsip yang tidak memperkenankan pencatatansecara neto penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unitorganisasi atau tidak memperkenankan pencatatan pengeluaran setelahdilakukan kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran.
d. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksidan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima ataudibayar.
e. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas UmumNegara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 20
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperolehpembayarannya kembali oleh pemerintah.
f. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintah penggunaanggaran/pengguna barang yang berkewajiban menyelenggarakanakuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan padaentitas pelaporan.
g. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu ataulebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupalaporan keuangan.
h. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukanoleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruhpenerimaan dan pengeluaran Pemerintah Pusat.
i. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, konvensi, aturan, dan praktikspesifik yang ditetapkan oleh suatu entitas pelaporan dalampenyusunan dan penyajian laporan keuangan.
j. Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
k. Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaananggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakanbagi instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari Rekening KasUmum Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaranselama periode otorisasi tersebut.
l. Rekening Kas Umum Negara (R-KUN) adalah rekening tempatpenyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuanganselaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan negara danmembayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.
m. Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan danbelanja selama satu periode pelaporan.
n. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitaspelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk danaperimbangan dan dana bagi hasil.
o. Belanja Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Pusat dalam bentukuang, barang, jasa, dan/atau surat berharga kepada pemerintahlainnya, dan perusahaan daerah, yang secara spesifik telah ditetapkanperuntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidakberlangsung terus menerus.
1.6. Sistematika
Modul SIKUBAH disusun dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I, PENDAHULUAN
meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Maksud, Tujuan,Pengertian dan Sistematika.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86121
BAB II, AKUNTANSI HIBAH
meliputi Definisi Hibah, Klasifikasi Hibah, Perlakuan AkuntansiHibah, Dokumen Sumber Hibah, Entitas Akuntansi dan EntitasPelaporan untuk Hibah.
BAB III, BAGAN AKUN DAN JURNAL STANDAR HIBAH
meliputi Bagan Akun Standar, Jurnal Standar Hibah, dan SimulasiJurnal dan Laporan Hibah.
BAB IV, SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI HIBAH
meliputi Sistem dan Prosedur Akuntansi Hibah yang direncanakan,Sistem dan Prosedur Akuntansi Hibah yang Diperoleh SecaraLangsung, Sistem dan Prosedur Rekonsiliasi Hibah.
BAB V, PELAPORAN HIBAH
meliputi Laporan Realisasi Anggaran, dan Catatan atas LaporanKeuangan.
Bab VI, PENUTUP
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 22
BAB IIAKUNTANSI HIBAH
2.1. Ketentuan-ketentuan umum terkait hibah
Beberapa ketentuan umum yang perlu mendapat penegasan lebih lanjutantara lain sebagai berikut:
a. Pendapatan Hibah;
b. Belanja Hibah;
c. belanja yang bersumber dari hibah;
d. belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanjamodal untuk pengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibah, danpengeluaran pembiayaan untuk pengesahan surat berharga darihibah; dan
e. belanja yang timbul dalam rangka penerimaan hibah.
2.1.1. Pendapatan Hibah
Pendapatan Hibah adalah penerimaan Pemerintah Pusat yang berasal daribadan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, pemerintah negara asing,badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, baik dalam bentukrupiah/devisa, barang, jasa, dan/atau surat berharga yang tidak perludibayar kembali oleh pemerintah, dan manfaatnya dapat secara langsungdigunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau diteruskankepada Pemerintah Daerah (Pemda), Badan Usaha Milik Negara(BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 17Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU 17/2003) yang menyatakanbahwa Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah/pinjaman kepada ataumenerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing denganpersetujuan DPR. Kewenangan untuk mencatat Pendapatan Hibah beradapada Menteri Keuangan selaku BUN, dan secara struktural dilaksanakanoleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU).
2.1.2. Belanja Hibah
Belanja Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Pusat dalam bentuk uang,barang, jasa, dan/atau surat berharga kepada pemerintah lainnya, danperusahaan daerah, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,bersifat tidak wajib, tidak mengikat, dan tidak berlangsung terus menerus.
Sesuai ketentuan Pasal 23 UU 17/2003, Pemerintah dapat memberikanhibah/pinjaman atau menerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembagaasing dengan persetujuan DPR. Pemerintah dalam hal ini diwakili olehMenteri Keuangan sebagai BUN. Dengan demikian, kewenangan untukmencatat Belanja Hibah (kode akun 56XXXX) hanya berada pada
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86123
Kementerian Keuangan, dan secara struktural dilaksanakan oleh DJPUdan Ditjen Perimbangan Keuangan.
Sebagai ilustrasi, misalnya Pemerintah akan memberikan bantuan hibahdalam bentuk beras kepada Pemerintah Somalia yang sedang mengatasibencana kelaparan, pengeluaran tersebut dibebankan pada BagianAnggaran BUN melalui Belanja Hibah.
2.1.3. Belanja yang bersumber dari hibah
Belanja yang bersumber dari hibah baik dari dalam negeri maupun luarnegeri adalah belanja yang membebani pengeluaran K/L dalam rangkamelaksanakan/mendukung kegiatan operasional K/L dimana sumberdananya berasal dari Pendapatan Hibah. Dalam hal hibah yang yangditerima dalam bentuk uang, K/L dapat membelanjakan uang tersebutterlebih dahulu mendahului revisi DIPA. Belanja yang dilakukan K/Ldibebankan ke dalam kode akun belanja barang (akun 52XXX), belanjamodal (akun 53XXXX) maupun belanja bantuan sosial (akun 57XXXX).
2.1.4. Belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modaluntuk pengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibah, dan pengeluaranpembiayaan untuk pengesahan surat berharga dari hibah
Belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah adalah belanjabarang yang dicatat oleh K/L dan dilaporkan dalam Laporan RealisasiAnggaran (LRA) sebagai akibat dari perolehan persediaan dari pihakPemberi Hibah.
Belanja modal untuk pengesahan aset tetap/aset lainnya dari hibahadalah belanja modal yang dicatat oleh K/L dan dilaporkan dalam LRAsebagai akibat dari perolehan aset tetap/aset lainnya dari pihak pemberihibah.
Pengeluaran pembiayaan untuk pengesahan surat berharga dari hibahadalah pengeluaran pembiayaan yang dicatat oleh BUN Pengelola InvestasiPemerintah dan dilaporkan dalam LRA sebagai akibat dari perolehan suratberharga dari pihak Pemberi Hibah.
2.1.5.Belanja yang timbul dalam rangka Pendapatan Hibah
Belanja/pengeluaran lain yang timbul dalam rangka Pendapatan Hibahadalah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan Pemerintah dalam rangkauntuk memperoleh hibah berdasarkan perjanjian yang mengikat yangmenimbulkan komitmen untuk membayar kepada pihak yang ditunjuksesuai perjanjian. Salah satu contoh pengeluaran lain yang timbul dalamrangka Pendapatan Hibah adalah biaya banking commission.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 24
2.2. Klasifikasi Hibah
2.2.1. Sumber Hibah
Ditinjau dari sumbernya, Pendapatan Hibah dibedakan menjadiPendapatan Hibah yang bersumber dari dalam negeri dan PendapatanHibah yang bersumber dari luar negeri.
Pendapatan Hibah yang bersumber dari dalam negeri dapat berasal dari:
1. lembaga keuangan dalam negeri;
2. lembaga non keuangan dalam negeri;
3. Pemda;
4. perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan diwilayah negara Republik Indonesia;
5. lembaga lainnya;
6. masyarakat dan kelompok masyarakat; dan
7. perorangan.
Sedangkan Pendapatan Hibah yang bersumber dari luar negeri dapatberasal dari:
1. negara asing, yaitu negara yang secara bilateral memberikan hibahmelalui lembaga pemerintah atau lembaga resmi yang ditunjuk,termasuk negara bagian, misalnya: USAID, AUSAID, KfW dan lainnya;
2. lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, antara lain: UNDP,WHO, UNESCO, ILO dan lainnya;
3. lembaga multilateral lainnya, antara lain Bank Pembangunan Asia,Bank Pembangunan Islam, ASEAN, dan European Union;
4. lembaga keuangan asing, misalnya International Monetary Fund;
5. lembaga non keuangan asing misalnya: Global Fund;
6. lembaga keuangan non asing yang berdomisili dan melakukankegiatan usaha di luar wilayah negara Republik Indonesia; dan
7. perorangan yang berada di luar negeri.
2.2.2. Hibah menurut bentuknya
Menurut bentuknya, hibah dapat dibedakan menjadi:
1. hibah uang, terdiri dari:
a. hibah uang tunai; dan
b. hibah uang untuk membiayai kegiatan;
2. hibah barang/jasa; dan
3. hibah surat berharga.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86125
2.2.3. Hibah berdasarkan mekanisme pencairan dananya
Ditinjau dari mekanisme pencairan dananya, hibah dibedakan menjadisebagai berikut:
1. Hibah Terencana
Hibah yang diterima Pemerintah dari Pemberi Hibah dan dibelanjakanoleh K/L yang pencairan dananya melalui KPPN. Hibah Terencanamemiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mekanisme pencairan dananya dengan menggunakan mekanismetransfer ke R-KUN, Direct Payment (Pembayaran Langsung), Letterof Credit, Special Account (Rekening Khusus) dan Pre Financing(pembiayaan pendahuluan); dan
b. kementerian dapat membelanjakan dana hibah dari Pemberi Hibahsetelah dokumen anggaran diperoleh.
2. Hibah Langsung
Hibah yang berasal dari Pemberi Hibah yang diterima secara langsungoleh K/L dan dibelanjakan secara langsung tanpa melalui pencairandana dari KPPN. Agar mekanisme penerimaan dan penggunaan hibaholeh K/L sesuai dengan mekanisme APBN, maka K/L wajib melakukanregistrasi, ijin pembukaan rekening, revisi DIPA dan pengesahan. HibahLangsung memiliki ciri-ciri antara lain:
a. perjanjian hibah ditandatangani langsung oleh K/L;
b. pencairan dananya tidak melalui KPPN, namun pengesahannyaakan dilakukan di KPPN;
c. hibah dapat diperoleh secara langsung dari pihak Pemberi Hibahdalam bentuk uang, barang/jasa, dan surat berharga (khususBUN);
d. pengadaan barang/jasa dapat dilaksanakan oleh Pemberi Hibahatau K/L sendiri; dan
e. pengadaan hibah dapat saja dilakukan secara terencana (onbudget), namun pencairan dananya tidak melalui KPPN/BUN (offtreasury).
Untuk hibah dalam bentuk uang, K/L dapat membelanjakannyasebelum revisi DIPA ditetapkan.
2.3. Fungsi Hibah
Fungsi hibah antara lain sebagai berikut:
a. menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan;
b. menunjang penyediaan layanan dasar umum;
c. menunjang peningkatan kemampuan sumber daya manusia;
d. membantu penyiapan rancangan kegiatan pembangunan;
e. mendukung pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup, danbudaya;
f. mendukung pengembangan riset dan teknologi;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 26
g. mendukung peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan; dan
h. mendukung kegiatan kemanusiaan.
2.4. Perlakuan Akuntansi Hibah
2.4.1. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuanganpemerintah adalah cash towards accrual. Basis kas digunakan untukpengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam LRA dan basisakrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas untuk LRA berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kasditerima di R-KUN atau oleh entitas pelaporan, sedangkan belanja diakuipada saat dikeluarkan dari R-KUN atau entitas pelaporan.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban dan ekuitas danadiakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadianatau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpamemperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
2.4.2. Akuntansi Anggaran Hibah
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban danpengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaanpendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggarandiselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri darianggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran pendapatanmeliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi alokasi estimasipendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkanmenjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Akuntansi anggarandiselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan anggaran dialokasikan.
2.4.3. Akuntansi Pendapatan Hibah
Pendapatan diakui pada saat diterima pada R-KUN. Transaksi PendapatanHibah yang terjadi tanpa diterima pada R-KUN diakui pada saat dilakukanpengesahan atas transaksi Pendapatan Hibah.
Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atasPendapatan Hibah pada periode penerimaan maupun pada periodesebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan. Koreksi danpengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaanpendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukansebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama. Koreksi danpengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaanpendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86127
pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi danpengembalian tersebut.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu denganmembukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Akuntansi pendapatandisusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai denganketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen PemerintahPusat dan daerah.
2.4.4. Akuntansi Belanja terkait Hibah
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari R-KUN. Khususpengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi padasaat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unityang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja diklasifikasikan menurutklasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Realisasianggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang telahditetapkan dalam dokumen anggaran.
Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yangterjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurangbelanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya,koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan lain-lain.Perlakuan akuntansi ini digunakan untuk akuntansi Belanja Hibah, danakuntansi belanja yang bersumber dari hibah.
2.4.5 Akuntansi hibah yang diterima dalam bentuk valas
Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uangrupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurutkurs transaksi.
Terhadap Pendapatan Hibah dalam bentuk uang yang diterima dalam matauang asing (valas), satuan kerja disarankan untuk mengkonversi seluruhvaluta asing tersebut ke dalam mata uang rupiah. Pendapatan yangdisahkan sebesar realisasi jumlah rupiah berdasarkan hasil konversi.Dalam hal demikian, maka tidak akan terjadi selisih kurs.
Ketentuan lebih lanjut terhadap hibah yang diterima dalam bentuk valutaasing akan diatur dalam ketentuan tersendiri.
2.4.6.Penyajian dan Pengungkapan Hibah
Pendapatan Hibah dikategorikan sebagai transaksi pendapatan yangsifatnya tidak berulang (non recurring), sehingga dalam hal terjadipengembalian pendapatan hibah maka apabila terjadi pada periodepenerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 28
periode yang sama. Dalam hal koreksi dan pengembalian yang terjadi padaperiode setelah periode penerimaan pendapatan maka dibukukan sebagaipengurang ekuitas dana lancar.
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenispendapatan dalam LRA, dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikanpada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Entitas pelaporanmenyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam LRA. Klasifikasibelanja menurut organisasi disajikan dalam LRA atau di CaLK. Klasifikasibelanja menurut fungsi disajikan dalam CaLK.
2.5. Dokumen Sumber Hibah
Dokumen sumber yang terkait dengan Hibah antara lain:
a. Dokumen Induk
1. perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan beserta perubahanperjanjian;
2. ringkasan perjanjian hibah dan rencana penarikan/realisasi hibah;dan
3. nomor register hibah.
b. Dokumen sumber transaksi dan dokumen pendukung
Dokumen yang termasuk sebagai sumber data transaksi adalah semuadokumen yang berkaitan dengan:
1. Apropriasi dalam APBN
Dokumen APBN yang di dalamnya terdapat jumlah yang direncanakanuntuk dibelanjakan atau diterima.
2. Alokasi Rencana Pendapatan Hibah
Dokumen sumber berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
3. Realisasi Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan Hibah
Dokumen sumber dan dokumen pendukungnya dalam bentuk:
a) Notice of Disbursement (NoD) dari donor yang dilampiri denganWithdrawal Application yang diterbitkan oleh KPPN KhususJakarta VI;
b) SPHL (Surat Pengesahan Hibah Langsung);
c) SP2HL (Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung);
d) SP3HL (Surat Pengesahan Pengembalian Pendapatan HibahLangsung);
e) SP4HL (Surat Perintah Pengesahan Pengembalian PendapatanHibah Langsung);
f) SP3HL-BJS (Surat Perintah Pengesahan Pendapatan HibahLangsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga);
g) MPHL-BJS (Memo Pencatatan Hibah Langsung BentukBarang/Jasa/Surat Berharga);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86129
h) Persetujuan MPHL-BJS (Persetujuan Memo Pencatatan HibahLangsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga);
i) SPTMHL (Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung);
j) SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak);
k) BAST (Berita Acara Serah Terima);
l) Rekening Koran; dan
m) Memo Penyesuaian.
4. Alokasi Pagu Belanja Hibah/allotment
Dokumen sumber berupa:
a. DIPA;
b. revisi DIPA;
c. RKA-BUN; dan
d. RKA-K/L.
5. Realisasi Belanja Hibah
Dokumen sumber dan dokumen pendukungnya dalam bentuk:
a. SPM/SP2D;
b. SSPB;
c. Memo Penyesuaian; dan
d. BAST.
2.6. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan Hibah
Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaran/PenggunaBarang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi danmenyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu ataulebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupalaproan keuangan.
Untuk menyelenggarakan kegiatan akuntansi dan pelaporan, makadibentuk unit akuntansi, yaitu:
a. Unit Akuntansi Pembantu BUN dilaksanakan oleh DJPU.
b. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran untuk Pendapatan Hibahdan Belanja Hibah dilaksanakan oleh :
1. Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelemen (Dit. EAS)
Dit. EAS berfungsi sebagai Unit Akuntansi Kuasa PenggunaAnggaran atas transaksi-transaksi berikut :
a) Pendapatan Hibah dengan mekanisme pencairan melalui KuasaBUN.
b) Pendapatan Hibah melalui pengesahan transaksi PendapatanHibah yang langsung diterima oleh K/L.
c) Belanja Hibah.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 30
2. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK).
DJPK berfungsi sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaranatas transaksi-transaksi Belanja Hibah kepada daerah baikmenggunakan dana APBN maupun mekanisme on granting(penerusan hibah).
2.6.2. Pengguna Anggaran dan Entitas Pelaporan Hibah
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf l Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selakuBUN berwenang menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran negara.Selanjutnya, sesuai ketentuan Pasal 38 ayat (2) Menteri Keuangan dapatmenunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan untukmengadakan utang Negara atau menerima hibah yang berasal dari dalamnegeri dan/atau luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, dinyatakanbahwa unit organisasi yang mempunyai wewenang untuk mengelola utangdan hibah adalah DJPU sehingga unit ini yang ditunjuk sebagai entitaspelaporan.
Dengan demikian, DJPU bertindak sebagai Unit Akuntansi Pembantu BUN(UAP-BUN). DJPU akan mengkonsolidasikan seluruh transaksi PendapatanHibah dan Belanja Hibah dari setiap UAKPA-BUN. Laporan keuangan UAPBUN Pengelola Hibah kemudian digabungkan dengan laporan keuanganUAP BUN yang lain oleh Unit Akuntansi BUN yang dilaksanakan olehDirektorat Jenderal Perbendaharaan.
Di sisi lain, K/L sebagai entitas akuntansi yang menerima manfaat atashibah yang diterima baik dengan mekanisme hibah yang direncanakanmaupun secara langsung akan mempertanggungjawabkannya dalamSistem Akuntansi Instansi yaitu dilaporkan dalam LRA atas realisasibelanja barang (52), belanja modal (53) maupun belanja bantuan sosial(57) dan di dalam neraca atas persediaan, aset tetap, dan aset lainnya yangdihasilkan.
UAKPABUN
UAP-BUN
UA-BUN
UAKPABUN
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86131
BAB III
BAGAN AKUN DAN JURNAL STANDAR HIBAH
3.1. Bagan Akun Standar
Bagan Akun Standar adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkandan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan pelaporankeuangan Pemerintah Pusat. Pembentukan Bagan Akun Standar inibertujuan untuk:
1. memastikan rencana keuangan (anggaran), realisasi dan pelaporankeuangan dinyatakan dalam istilah yang sama;
2. meningkatkan kualitas informasi keuangan; dan
3. memudahkan pengawasan keuangan.
Akun (perkiraan) yang terkait dengan transaksi hibah antara lain sebagaiberikut.
3.1.1. Akun APBN Hibah
43 Estimasi Pendapatan Hibah
431 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri
4311 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri
43111 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri-Terencana
431111 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Perorangan
431112 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Lembaga/Badan Usaha
431119 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Lainnya
43112 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga
431121 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Barang
431122
431123
Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Jasa
Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Surat Berharga
43113 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk Uang
431131 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Perorangan
431132 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Lembaga/Badan Usaha
431133 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Pemerintah Daerah
431139 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang– Lainnya
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 32
4312 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri
43121 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
431211 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Perorangan
431212 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Bilateral
431213 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Multilateral
431219 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri - Terencana
Lainnya
43122 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga
431221 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Barang
431222 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Jasa
431223 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Surat Berharga
43123 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung bentuk Uang
431231 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Perorangan
431232 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Bilateral
431233 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Multilateral
431239 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Lainnya
43124 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri yang Langsung
Diterushibahkan
431241 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Barang
yang Langsung Diterushibahkan
431242 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Jasa
yang Langsung Diterushibahkan
431243 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Surat
Berharga yang Langsung Diterushibahkan
52 Appropriasi Belanja Barang
521 Appropriasi Belanja Barang
5216 Appropriasi Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
52161 Appropriasi Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
521611 Appropriasi Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan
dari Hibah
522 Appropriasi Belanja Jasa
5223 Appropriasi Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
52231 Appropriasi Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
522311 Appropriasi Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari
Hibah
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86133
53 Appropriasi Belanja Modal
531 Appropriasi Belanja Modal Tanah
5312 Appropriasi Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
53121 Appropriasi Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari
Hibah
531211 Appropriasi Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan
Tanah dari Hibah
532 Appropriasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5322 Appropriasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dari Hibah
53221 Appropriasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan
Peralatan dan Mesin dari Hibah
532211 Appropriasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk
Pencatatan Peralatan dan Mesin dari Hibah
533 Appropriasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5332 Appropriasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan Gedung
dan Bangunan dari Hibah
53321 Appropriasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dari Hibah
533211 Appropriasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk
Pencatatan Gedung dan Bangunan dari Hibah
534 Appropriasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5342 Appropriasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk Pencatatan
Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
53421 Appropriasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk
Pencatatan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
534211 Appropriasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
untuk Pencatatan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
536 Appropriasi Belanja Modal Fisik Lainnya
5362 Appropriasi Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap Lainnya
dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
53621 Appropriasi Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap
Lainnya dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
536211 Appropriasi Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan
Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
56 Appropriasi Belanja Hibah
561 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
5611 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
56111 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
561111 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
562 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
5621 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
56211 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
562111 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi
Internasional
563 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 34
5631 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56311 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
563111 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56312 Approriasi Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah dari
Penerusan Hibah
563121 Approriasi Belanja Hibah Barang Kepada Pemerintah
Daerah dari Penerusan Hibah Luar Negeri
563122 Approriasi Belanja Hibah Jasa Kepada Pemerintah Daerah
dari Penerusan Hibah Luar Negeri
563123 Approriasi Belanja Hibah Surat Berharga Kepada
Pemerintah Daerah dari Penerusan Hibah Luar Negeri
564 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
5641 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
56411 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
564111 Appropriasi Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam
Negeri
72 Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan
724 Appropriasi Penyertaan Modal Negara
7244 Appropriasi Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga dari
Hibah
72441 Appropriasi Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat
Berharga dari Hibah
724411 Appropriasi Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan
Surat Berharga dari Hibah
3.1.2.Akun DIPA Hibah
43 Estimasi Pendapatan Hibah Yang Dialokasikan
431 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri Yang Dialokasikan
4311 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Yang Dialokasikan
43111 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Terencana Yang
Dialokasikan
431111 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Perorangan Yang Dialokasikan
431112 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Lembaga/Badan Usaha Yang Dialokasikan
431119 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Lainnya Yang Dialokasikan
43112 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga Yang Dialokasikan
431121 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Barang Yang Dialokasikan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86135
431122 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Jasa Yang Dialokasikan
431123 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung
Bentuk Surat Berharga Yang Dialokasikan
43113 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri - Langsung bentuk
Uang yang dialokasikan
431131 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Perorangan yang dialokasikan
431132 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Lembaga/Badan Usaha yang
dialokasikan
431133 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang – Pemerintah Daerah yang dialokasikan.
431139 Estimasi Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung
Bentuk Uang– Lainnya yang dialokasikan.
4312 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri yang dialokasikan
43121 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana Yang
Dialokasikan
431211 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Perorangan yang dialokasikan
431212 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Bilateral yang dialokasikan
431213 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana
Multilateral yang dialokasikan
431219 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri - Terencana
Lainnya yang dialokasikan
43122 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga Yang Dialokasikan
431221 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Barang yang dialokasikan
431222 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Jasa yang dialokasikan
431223 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung
Bentuk Surat Berharga yang dialokasikan
43123 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung bentuk Uang
Yang Dialokasikan
431231 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Perorangan yang dialokasikan
431232 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Bilateral yang dialokasikan
431233 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Multilateral Yang Dialokasikan
431239 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung –
Lainnya Yang Dialokasikan
43124 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri yang Langsung
Diterushibahkan Yang Dialokasikan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 36
431241 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Barang
yang Langsung Diterushibahkan Yang Dialokasikan
431242 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Jasa
yang Langsung Diterushibahkan Yang Dialokasikan
431243 Estimasi Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Surat
Berharga yang Langsung Diterushibahkan Yang
Dialokasikan
52 Allotment Belanja Barang
521 Allotment Belanja Barang
5216 Allotment Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
52161 Allotment Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
521611 Allotment Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan
dari Hibah
522 Allotment Belanja Jasa
5223 Allotment Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
52231 Allotment Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
522311 Allotment Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari
Hibah
53 Allotment Belanja Modal
531 Allotment Belanja Modal Tanah
5312 Allotment Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
53121 Allotment Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
531211 Allotment Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah
dari Hibah
532 Allotment Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5322 Allotment Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dari Hibah
53221 Allotment Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan
Peralatan dan Mesin dari Hibah
532211 Allotment Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk
Pencatatan Peralatan dan Mesin dari Hibah
533 Allotment Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5332 Allotment Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan Gedung
dan Bangunan dari Hibah
53321 Allotment Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dari Hibah
533211 Allotment Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk
Pencatatan Gedung dan Bangunan dari Hibah
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86137
534 Allotment Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5342 Allotment Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk Pencatatan Jalan,
Irigasi dan Jaringan dari Hibah
53421 Allotment Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk
Pencatatan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
534211 Allotment Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
untuk Pencatatan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
536 Allotment Belanja Modal Fisik Lainnya
5362 Allotment Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap Lainnya
dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
53621 Allotment Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap
Lainnya dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
536211 Allotment Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset
Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
56 Allotment Belanja Hibah
561 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
5611 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
56111 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
561111Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
562 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
5621 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
56211 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
562111Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
563 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
5631 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56311 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
563111Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56312 Allotment Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah dari Penerusan
Hibah
563121 Allotment Belanja Hibah Barang Kepada Pemerintah
Daerah dari Penerusan Hibah Luar Negeri
563122 Allotment Belanja Hibah Jasa Kepada Pemerintah Daerah
dari Penerusan Hibah Luar Negeri
563123 Allotment Belanja Hibah Surat Berharga Kepada
Pemerintah Daerah dari Penerusan Hibah Luar Negeri
564 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
5641 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
56411 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 38
564111 Allotment Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
72 Allotment Pengeluaran Pembiayaan
724 Allotment Penyertaan Modal Negara
7244 Allotment Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga dari
Hibah
72441 Allotment Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat
Berharga dari Hibah
724411 Allotment Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan
Surat Berharga dari Hibah
3.1.3.Akun Realisasi Pendapatan Hibah
43 Pendapatan Hibah
431 Pendapatan Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri
4311 Pendapatan Hibah Dalam Negeri
43111 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Terencana
431111 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana Perorangan
431112 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana
Lembaga/Badan Usaha
431119 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Terencana Lainnya
43112 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga
431121 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Barang
431122 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Jasa
431123 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk
Surat Berharga
43113 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk Uang
431131 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang
– Perorangan
431132 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang
– Lembaga/Badan Usaha
431133 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang
– Pemerintah Daerah
431139 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang
- Lainnya
4312 Pendapatan Hibah Luar Negeri
43121 Pendapatan Hibah Luar Negeri - Terencana
431211 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana Perorangan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86139
431212 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana Bilateral
431213 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana Multilateral
431219 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Terencana Lainnya
43122 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga
431221 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk
Barang
431222 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Jasa
431223 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Surat
Berharga
43123 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Uang
431231 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Uang
Perorangan
431232 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Uang
Bilateral
431233 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Uang
Multilateral
431239 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Uang
Lainnya
43124 Pendapatan Hibah Luar Negeri yang Langsung Diterushibahkan
431241 Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Barang yang
Langsung Diterushibahkan
431242 Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Jasa yang
Langsung Diterushibahkan
431243 Pendapatan Hibah Luar Negeri Bentuk Surat Berharga
yang Langsung Diterushibahkan
52 Belanja Barang
521 Belanja Barang
5216 Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
52161 Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
521611Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
522 Belanja Jasa
5223 Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
52231 Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
522311 Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
53 Belanja Modal
531 Belanja Modal Tanah
5312 Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 40
53121 Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah
531211 Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari
Hibah
532 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5322 Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan dan Mesin
dari Hibah
53221 Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dari Hibah
532211 Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan
Peralatan dan Mesin dari Hibah
533 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5332 Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan Gedung dan
Bangunan dari Hibah
53321 Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan Gedung
dan Bangunan dari Hibah
533211 Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dari Hibah
534 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5342 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk Pencatatan Jalan, Irigasi
dan Jaringan dari Hibah
53421 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk Pencatatan Jalan,
Irigasi dan Jaringan dari Hibah
534211 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk
Pencatatan Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Hibah
536 Belanja Modal Fisik Lainnya
5362 Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset
Lainnya dari Hibah
53621 Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap Lainnya
dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
536211 Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Aset Tetap
Lainnya dan/atau Aset Lainnya dari Hibah
3.1.4.Akun Realisasi Belanja Hibah
56 Belanja Hibah
561 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
5611 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
56111 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
561111Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
562 Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
5621 Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86141
56211 Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
562111Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
563 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
5631 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56311 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
563111Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
56312 Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah dari Penerusan Hibah
563121 Belanja Hibah Barang Kepada Pemerintah Daerah dari
Penerusan Hibah Luar Negeri
563122 Belanja Hibah Jasa Kepada Pemerintah Daerah dari
Penerusan Hibah Luar Negeri
563123 Belanja Hibah Surat Berharga Kepada Pemerintah
Daerah dari Penerusan Hibah Luar Negeri
564 Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
5641 Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
56411 Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
564111 Belanja Hibah Kepada Organisasi Dalam Negeri
72 Pengeluaran Pembiayaan
724 Penyertaan Modal Negara
7244 Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga dari Hibah
72441 Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga dari
Hibah
724411 Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat
Berharga dari Hibah
3.1.5. Akun Neraca
11 Aset Lancar111 Kas dan Setara Kas
1118 Kas Lainnya dan Setara Kas11182 Kas Lainnya pada Kementerian Negara/Lembaga
111822 Kas Lainnya di Kementerian Negara/Lembaga dari Hibah
31 Ekuitas Dana Lancar311 Ekuitas Dana Lancar
3119 Dana Lancar Lainnya31191 Dana Lancar Lainnya
311911 Dana Lancar Lainnya dari Hibah Langsung
Bagan Akun Standar ditetapkan dalam peraturan tersendiri.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 42
3.2. Jurnal Standar Hibah
a. Pendapatan Hibah yang dialokasikan.
DR. Pendapatan Hibah yang dialokasikan + uraian MAP XXX
CR. Utang kepada KUN XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat diterimanya pendapatan hibah yang
dialokasikan yang dicantumkan dalam DIPA)
b. Belanja Hibah.
DR. Piutang dari KUN XXX
CR. Belanja + Uraian MAK XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat diterimanya belanja hibah yang dicantumkan
dalam DIPA)
c. Realisasi pendapatan hibah.
DR Utang Kepada KUN XXX
CR Pendapatan Hibah + uraian MAP XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat pendapatan hibah diterima/direalisasikan)
d. Realisasi Belanja hibah.
DR Belanja + uraian MAK XXX
CR Piutang dari KUN XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat belanja hibah diterima/direalisasikan)
e. Realisasi Pengembalian Belanja Hibah Tahun Berjalan.
DR Piutang dari KUN XXX
CR Belanja + uraian MAK XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat pengembalian belanja hibah
diterima/direalisasikan pada tahun anggaran berjalan)
f. Realisasi Pengembalian Belanja Hibah Setelah Tahun Berjalan.
DR Penerimaan Kembali Belanja Hibah T.A. Yang Lalu XXX
CR Hutang dari KUN XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat pengembalian belanja hibah
diterima/direalisasikan setelah tahun anggaran berjalan)
g. Realisasi Pengembalian Pendapatan Hibah Tahun Berjalan.
DR Pendapatan Hibah + uraian MAP XXX
CR Utang Kepada KUN XXX
(Jurnal standar yang dilakukan pada saat pengembalian belanja hibah
diterima/direalisasikan pada tahun anggaran berjalan)
h. Realisasi Pengembalian Pendapatan Hibah Setelah Tahun Berjalan.
DR SAL XXX
CR Kas XXX
Jurnal yang terkait dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilakukan dengan
mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai jurnal standar SAI.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86143
BAB IV
SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI HIBAH
Pada Bab ini akan digambarkan rangkaian sistem dan prosedur akuntansi dariberbagai transaksi hibah yang saling berkaitan untuk menghasilkan outputberupa laporan hibah bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaanhibah. Beberapa tahapan sistem dan prosedur yang harus dilakukan adalahsebagai berikut.
I. Penandatanganan perjanjian hibah (grant agreement)
Perjanjian hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai hibah antaraPemerintah dengan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumenperjanjian pemberian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan.Perjanjian hibah disusun untuk memberikan kepastian hukum kepada parapihak dan di dalam perjanjian tersebut terdapat hak dan kewajiban yangmelakukan perikatan.
Sesuai PP 10/2011, Perjanjian hibah paling sedikit memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberi Hibah/Donor;
b. Penerima hibah/beneficiary;
c. Jumlah dan rencana realisasi per tahun;
d. Bentuk (uang/barang/jasa/surat berharga);
e. Peruntukan;
f. Ketentuan dan Persyaratan; dan
g. Jangka waktu (meliputi informasi mengenai waktu hibah mulai aktif danhibah dinyatakan selesai).
Dalam hal hibah yang direncanakan, penandatanganan perjanjian hibahdilakukan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk, sedangkanhibah langsung, penandatanganan Perjanjian Hibah dapat dilakukan olehmenteri/pimpinan lembaga atau pejabat yang diberi kuasa.
II. Permohonan Registrasi
Registrasi merupakan proses pendaftaran hibah yang diajukan oleh K/Lkepada DJPU yang selanjutnya akan diberikan nomor register. Nomor registermerupakan nomor unique yang diberikan oleh DJPU dalam rangkamembedakan satu hibah dengan hibah yang lainnya. Proses registerasi hibahmerupakan entry point untuk memasukan hibah dalam mekanisme APBN,tanpa adanya nomor register akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaandan pertanggungjawaban hibah selanjutnya.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 44
Registrasi dilakukan tidak hanya untuk hibah yang berasal dari luar negeritetapi juga dilakukan untuk hibah yang berasal dari dalam negeri. Selain itu,jika dilihat dari mekanisme pencairan dananya, registrasi wajib dilakukanatas hibah yang diterima secara terencana (pencairan dananya melalui KPPN)maupun hibah yang diterima secara langsung oleh K/L (pencairan dananyatidak melalui KPPN).
Satu perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan hanya memiliki satunomor register. Dalam hal perjanjian tersebut terdapat lebih dari satu K/Lyang menerima hibah, maka salah satu dari K/L ditunjuk sebagai executingagency yang akan mengajukan proses registrasi ke DJPU.
Nomor registrasi yang telah diterbitkan oleh DJPU dapat digunakan oleh K/Luntuk tahapan pelaksanaan dan pertanggungjawaban hibah selanjutnya.Berkenaan dengan itu, maka koordinasi antara K/L sebagai executing agencydengan K/lainnya sebagai Project Implementing Unit (PIU) mutlak diperlukan.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk memperoleh nomor registeradalah sebagai berikut.
a. Setelah perjanjian hibah ditandatangani oleh K/L dan Pemberi Hibah,Sekretaris Jendral K/L mengajukan surat permohonan nomor registerdengan melampirkan:
1) Perjanjian hibah (PH)/Memorandum of Understanding (MoU) ataudokumen lain yang dipersamakan; dan
2) Grant Summary atau ringkasan perjanjian hibah dan disbursementplan. Disbursement plan atau rencana penarikan hibah disajikan per-tahun sampai dengan perjanjian hibah dinyatakan tidak dapat ditariklagi (closed).
b. Surat balasan (nomor registrasi) dari Direktur Jenderal Pengelolaan UtangKementerian Keuangan dalam hal ini Direktur Evaluasi, Akuntansi danSetelmen ditujukan kepada Sekretaris Jenderal K/L atau kepada pihakyang mengajukan permohonan registrasi.
Nomor register yang telah diperoleh dari DJPU merupakan dasar pengajuanijin pembukaan rekening dan pencantuman nomor register ke dalamDokumen Anggaran (DIPA). Tidak diperkenankan pengajuan revisi DIPA tanpanomor registrasi yang diberikan oleh DJPU. Dalam pengajuan nomor registerke DJPU terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a. pemberian nomor register tidak berdasarkan negara Pemberi Hibah namunberdasarkan jumlah perjanjian hibah, misalnya: hibah dari World Bankyang diberikan kepada K/L sebanyak 5 (lima) perjanjian hibah yangberbeda, maka pengajuan nomor registrasi kepada DJPU sebanyak 5 (lima)hibah dan akan diberikan 5 (lima) nomor register;
b. pemberian nomor register tidak didasarkan atas bentuk hibah, misalnyadalam satu perjanjian hibah, pemberi hibah akan memberikan hibah
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86145
berupa uang, barang dan jasa, maka pemberian nomor register hibah tidakdidasarkan pada bentuk hibah tersebut; dan
c. pemberian nomor register hibah tidak diberikan atas dasar lamanya waktupenarikan hibah, misalnya: dalam satu perjanjian hibah ditentukan akanditerima dalam waktu 5 (lima) tahun (multiyears), maka K/L tidak perluuntuk mengajukan register setiap tahunnya, cukup satu kali saja untuksatu perjanjian hibah.
Proses Permintaan Nomor Registrasi Pinjaman dan Hibah
Proses Penyampaian Nomor Registrasi Pinjaman dan Hibah
Terkait dengan proses pengesahan atas penyerahan aset yang dilakukan K/Lkepada Pemda, tidak perlu dilakukan proses permohonan nomor register.
III. Hibah yang Direncanakan
1. Hibah yang direncanakan adalah hibah yang diperoleh dengan mekanismeyang direncanakan, mulai dari pengajuan kegiatan yang didanai darihibah, pencantuman dalam Daftar Rincian Kegiatan hibah,penandatanganan hibah, pencantuman dalam APBN dan DokumenAnggaran serta pencairan dananya melalui KPPN (BUN) untuk selanjutnyadipertanggungjawabkan. Untuk hibah yang direncanakan, terdapatbeberapa ketentuan yang akan diatur dalam peraturan lainnya yaitu:a. tata cara penyusunan rencana kegiatan, pengajuan usulan, dan
penilaian kegiatan diatur dalam Peraturan Menteri Perencanaanmengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-KL dan RKA-BUN;
b. penyusunan dan revisi dokumen anggaran akan diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran; dan
c. tata cara penarikan hibah diatur dalam Peraturan Menteri Keuanganmengenai pedoman pembayaran dalam pelaksanaan APBN.
2. Tata cara penarikan hibah yang direncanakan dilakukan dengan 5 (lima)cara yaitu:a. Transfer ke R-KUN;b. Pembayaran Langsung (Direct Payment);c. Rekening Khusus (Special Account);d. Letter of Credit; dan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 46
e. Pembiayaan Pendahuluan (Pre Financing).]
Tata cara penarikan hibah yang direncanakan tersebut berpedoman padaPeraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara penarikanpinjaman luar negeri dan/atau hibah luar negeri.
Dalam hal tata cara penarikan hibah tersebut tidak melalui kelima caradiatas, maka hibah yang diterima tersebut dikategorikan sebagai hibahyang diterima secara langsung oleh K/L. Pada hibah tertentu prosespengadaan hibah dilakukan secara terencana/sesuai dengan prosedurperencanaan, namun demikian dalam perjanjian hibah dinyatakan bahwapengadaan barang/jasa dilaksanakan langsung oleh Pemberi Hibah(executed by donor) maka hibah tersebut juga merupakan hibah langsung.Demikian pula halnya jika Pemberi Hibah memberikan hibah berupa uangkepada K/L tanpa melalui KPPN (BUN) maka hal ini juga dikategorikansebagai hibah langsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwameskipun proses pengadaan hibah dilakukan dengan terencana, namunjika proses eksekusinya dilakukan oleh Pemberi Hibah (executed by donor)tanpa melibatkan KPPN, maka hibah tersebut masuk dalam kategori hibahlangsung.
Untuk menggambarkan proses pengadaan hibah yang direncanakan secaramenyeluruh akan tampak pada bagan alur berikut.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86147
IV. Hibah Langsung
K/L dapat menerima Hibah langsung dari Pemberi Hibah denganmemperhatikan prinsip dalam Pendapatan Hibah. Selain itu, K/L wajibmengkaji maksud dan tujuan hibah serta bertanggung jawab terhadap Hibahyang akan diterima dan mengkonsultasikan rencana penerimaan Hibahlangsung pada tahun berjalan kepada Menteri Keuangan, MenteriPerencanaan Pembangunan Nasional, dan Menteri/Pimpinan Lembagaterkait lainnya sebelum dilakukan penandatanganan Perjanjian Hibah.Untuk hibah yang langsung diterima K/L, perjanjian hibah paling sedikitmemuat:a. jumlah/nilai;b. peruntukan;c. bentuk;d. ketentuan dan persyaratan; dane. jangka waktu.
Hibah langsung diterima K/L sewaktu-waktu, tidak mengikuti siklus APBN,dapat diserahkan oleh Pemberi Hibah kepada K/L pada saat apapun saja,tergantung pada siklus anggaran di negara dimana pemberi hibah berasal.Namun demikian hibah langsung dapat saja telah dimasukkan ke dalamperencanaan APBN, DIPA sudah tersedia diawal tahun namun pencairannyatidak dilakukan melalui KPPN maka hibah ini juga diklasifikasikan sebagaiHibah Langsung.
Hibah langsung yang diterima dari Pemberi Hibah dapat berupa berupa uangtunai, uang untuk membiayai kegiatan, barang/jasa dan surat berharga.Berikut ini gambaran sistem dan prosedur hibah sesuai dengan bentuknya.
1. Hibah Langsung Bentuk Uanga. Sistem dan Prosedur hibah berupa uang/kas yang diterima secara
langsung oleh K/L1) Registerasi hibah langsung ke DJPU2) Mengajukan Ijin Pembukaan Rekening
Penerimaan hibah berupa uang, Pengguna Anggaran/KuasaPengguna Anggaran (PA/KPA) wajib melakukan ijin pembukaanrekening ditujukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan(Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat) Kementerian Keuanganditembuskan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara untukmendapatkan persetujuan.Persetujuan atas Nomor Rekening Hibah dapat dilakukan sesudahrekening dibuka.
3) Penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari hibah dalam DIPA.Hibah yang diperoleh dari pemberi hibah berupa uang, K/L wajibmelakukan penyesuaian pagu belanja dalam DIPA kepada DitjenPerbendaharaan.
4) K/L melakukan Pengesahan Pendapatan dan Belanja yangbersumber dari hibahDana hibah yang diperoleh dari donor dibelanjakan sesuai denganperuntukan yang tertuang dalam perjanjian hibah. Dalam hal revisiDIPA belum dilakukan, K/L dapat melakukan belanja yang akan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 48
disahkan dalam akun: 52 (Belanja Barang), 53 (Belanja Modal), 57(Belanja Bantuan Sosial).
Mekanisme pengelolaan dan pengesahan dapat digambarkan dalam baganalur sebagai berikut:
2. Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
Sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian hibah, Pemberi Hibah akan
merealisasikan hibah berupa barang/jasa kepada K/L atau surat berharga
kepada BUN. Pengadaan barang/jasa/surat berharga sepenuhnya
dilakukan oleh Pemberi Hibah, sedangkan penerima hibah (beneficiary)
hanya menerima manfaat atas hibah barang/jasa/surat berharga yang
diberikan.
Pada saat Pemberi Hibah memberikan hibah berupa barang/jasa/surat
berharga, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Satker/KPA bersama-sama Pemberi Hibah membuat Berita Acara Serah
Terima (BAST) Barang/Jasa/Surat Berharga.
BAST merupakan dokumen sumber yang di dalamnya sekurang-
kurangnya berisikan:
1) Tanggal serah terima, merupakan tanggal penyerahan
barang/jasa/surat berharga dari pemberi hibah kepada penerima
hibah;
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86149
2) Para pihak, merupakan nama pemberi hibah dan penerima hibah;
3) Jumlah (valas dan/atau rupiah), merupakan jumlah nominal hibah
yang diterima ekuivalen dengan uang; dan
4) Bentuk/jenis hibah, merupakan bentuk hibah yang diterima, dapat
berupa barang/jasa/surat berharga. Dalam hal hibah yang diterima
dalam bentuk barang harus disebutkan rincian harga barang yang
diterima. Jika harga barang belum tercantum pada BAST, PA/KPA
dapat melakukan penilaian harga barang sesuai dengan harga
wajar/harga pasar (fair value).
5) Tujuan Penyerahan, merupakan tujuan penyerahan
barang/jasa/surat berharga, yaitu untuk hibah dari pemberi hibah
kepada penerima hibah.
BAST berfungsi sebagai berikut:
1) Dokumen sumber bagi pemberi hibah dan penerima hibah;
2) Dokumen sumber awal untuk penyusunan dokumen-dokumen
sumber lainnya untuk pertanggungjawaban hibah; dan
3) Dokumen sumber untuk perencanaan penerimaan hibah
(disbursement plan).
b. Atas dasar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan, PA/KPA
mengajukan permohonan registrasi dan dokumen yang dibutuhkan
untuk registerasi sama dengan prosedur yang telah disebutkan diatas.
Dalam hal hibah barang atau jasa yang diterima sebagai bagian dari
kegiatan hibah yang perjanjian hibahnya sudah di-register, maka Satker
tidak perlu mengajukan registrasi baru (dapat menggunakan nomor
register yang sama).
c. Satker/KPA mengajukan permohonan pengesahan yang ditujukan
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang c.q. Direktorat Evaluasi
Akuntansi dan Setelmen dengan kelengkapan:
1) Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan;
2) Berita Acara Serah Terima (BAST); dan
3) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Dalam Bentuk Barang
atau Jasa/(SPTMHL) dalam bentuk barang/jasa.
d. Atas dasar surat permintaan pengesahan dan berbagai dokumen
tersebut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang melakukan pengesahan
dan sebagai dokumen sumber bagi DJPU untuk mencatat realisasi
penerimaan hibah.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 50
e. Pengesahan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN
melalui Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (MPHL-BJS).
V. Sistem dan Prosedur Rekonsiliasi
Rekonsiliasi adalah pencocokan data antara satu sistem dengan sistem yang
lainnya dengan menggunakan dokumen sumber yang sama. Rekonsiliasi
hibah merupakan salah satu prosedur internal control untuk memastikan
bahwa Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah telah dicatat dengan besaran
yang sama antara BUN dengan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran Hibah. Disamping itu, rekonsiliasi juga dilaksanakan dengan antara
DJPU selaku Unit akuntansi yang melaporkan Pendapatan Hibah dengan K/L
selaku yang menerima Pendapatan Hibah secara langsung. Rekonsiliasi
dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Rekonsiliasi hibah dilaksanakan antara:
1. DJPU dengan Dit. PKN atas Pendapatan Hibah dalam bentuk uang yang
berasal dari luar negeri;
2. DJPU dengan Kementerian/Lembaga atas Pendapatan hibah yang diterima
secara langsung berupa uang, barang, dan jasa;
3. DJPU dengan DJKN dalam hal hibah berupa surat berharga;
4. DJPK dengan Dit.PKN/KPPN mitra kerja atas Belanja Hibah (on granting);
dan
5. DJPU dengan Direktorat APK atas Pendapatan Hibah dan Belanja Hibah
yang diterima.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.861 56
5.4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
CaLK meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
LRA dan Neraca. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
CaLK Hibah secara khusus meliputi:
1. penyajian informasi mengenai kebijakan Hibah, pencapaian target
Undang-Undang APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target dimaksud;
2. penyajian ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3. penyajian informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
4. pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka laporan
keuangan;
5. penjelasan atas perkiraan LRA dan Neraca;
6. penyajian basis pengukuran atas hibah;
7. penyajian secara lebih rinci sumber-sumber atau jenis-jenis hibah; dan
8. penyediaan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.86157
BAB VI
PENUTUP
Hibah yang bersumber dari dari luar negeri dan dalam negeri merupakan salahsatu sumber penerimaan negara yang ikut menopang pengeluaran negara.Pendapatan Hibah yang diterima oleh Pemerintah tidak hanya melaluimekanisme hibah yang direncanakan, namun banyak pula hibah diperoleh daripemberi hibah secara langsung kepada K/L. Agar hibah secara langsung yangditerima K/L dapat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik,diperlukan mekanisme pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel.
Guna menjawab tantangan tersebut di atas, telah disusun PMK 40/2009 yangmenjadi pedoman dalam tata kelola sistem akuntansi hibah. Namun PMKtersebut masih perlu dilakukan penyesuaian guna menjawab permasalahanhibah dan beberapa ketentuan yang diatur dalam PP 10/2011.
Agar pelaksanaan pertanggungjawaban hibah lebih mudah untuk dilaksanakanoleh para entitas akuntansi, telah disusun modul SIKUBAH sebagai lampiranPeraturan Menteri Keuangan ini. Modul ini memberikan pedoman dalampenyusunan dan penyajian laporan keuangan terkait hibah sesuai denganprinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Entitas terkait hibah tidak hanyadi lingkungan Kementerian Keuangan sebagai BUN, tetapi juga bagi K/L yangmemperoleh hibah secara langsung dapat melakukan pengesahan kepada BUNsehingga Pendapatan Hibah ini dapat tercatat dalam laporan keuangan.Sehingga dengan demikian diharapkan upaya untuk mewujudkan transparansidan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara khususnya pengelolaan hibahdapat terwujud.
Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan ini berikut Modul SIKUBAH bukanmerupakan tujuan akhir pelaksanaan akuntansi hibah. Namun yang lebihpenting yaitu memberikan payung hukum atas pelaksanaan akuntansi hibahdan merancang Sistem Aplikasi Hibah yang komprehensif sehingga dapat untukmembantu menyusun laporan keuangan yang akurat, informatif dan tepat waktusebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi danPelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
www.djpp.kemenkumham.go.id
top related