bimbingan kelompok1
Post on 29-Jun-2015
823 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI
POSITIF PADA SISWA KELAS XI SMA TEUKU UMAR SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata Satu untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
SUPRAPTO
1301402048
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang :
Hari : Rabu Tanggal : 20 Juni 2007
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Dr.Agus Salim, M.S Drs.H. Suharso, M.Pd. Kons NIP. 131127082 NIP .131754158
Pembimbing Penguji
Pembimbing I Penguji I Drs. Heru Mugiharso, M.Pd.Kons Drs. Soeparwoto NIP. 131413234 NIP. 030368009 Pembimbing II Penguji II Dra. C.Tri Anni, M.Pd Drs. Heru Mugiharso, M.Pd.Kons NIP. 131633255 NIP. 131413234 Penguji III Dra. C.Tri Anni, M.Pd NIP. 131633255
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, Juni 2007
Suprapto NIM. 1301402048
SARI Suprapto. 2007. Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi : Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. UNNES. Pembimbing I. Drs Heru Mugiharso, M.Pd. Kons. Pembimbing II. Dra. C.Tri Anni, M.Pd Kata Kunci : Bimbingan Kelompok, Konsep Diri Positif Konsep diri penting bagi individu karena individu dapat memandang diri dan dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Namun kenyataan yang terjadi di SMA Teuku Umar Semarang ada sebagian siswa kelas XI yang memiliki konsep diri yang rendah, sehingga perlu upaya untuk meningkatkannya atau mengembangkan konsep diri yang positif salah satunya melalui layanan bimbingan kelompok. Ada pun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan konsep diri pada siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok secara efektif ?. Ada pun tujuannya adalah untuk meningkatkan konsep diri pada siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 melalui layanan bimbingan kelompok secara efektif. Subjek penelitian ini sebanyak 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang yang memiliki konsep diri yang rendah dengan menggunakan purposive sampling. Ada pun variabel yang diteliti adalah konsep diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah skala konsep diri yang tahap awal diuji tingkat validitas dan reliabilitas. Ada pun dari hasil uji validitas N=30, r tabel 0,361 maka instrumen yang digunakan valid karena r hitung > r tabel. Sedangkan uji reliabilitas dengan rumus alpha dapat diketahui bahwa r hitung = 0,889 > 0,361 maka dapat dikatakan instrumen ini reliabel. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode non parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian bahwa konsep diri dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = -15,860 kurang dari Ztabel = (-0,48) atau berada pada daerah penolakan Ho. Hal ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan konsep diri setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif sebagai upaya dalam mengembangkan konsep diri positif siswa. Hendaknya para guru pembimbing dapat lebih banyak memprogramkan layanan bimbingan kelompok untuk membentuk konsep diri positif siswa dan memotivasi siswa agar memanfaatkan layanan bimbingan kelompok sebagai tempat untuk mengembangkan konsep diri positif.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
”Konsep diri positif akan membawa kita pada keberhasilan”
(Penulis)
Persembahan :
Dengan ridho-Mu ya Allah, kupersembahkan
skripsi ini kepada
1. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan
setiap langkahku.
2. Adikku Nuraeni.
3. Orang-orang yang telah mengisi hatiku.
4. Teman-teman Paguyupan Duta Wisata
Batang, PPL, KKN, IBM Kost, GG.
SENYUM Kost, PAWIYATAN Kost, dan
SAHABAT kost.
5. Teman-teman BK angkatan 2002 dan 2001
6. Almamaterku UNNES.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah AWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “ Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok
dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif pada Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar
Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”. Ada
pun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof.Dr.Sudijono Sastroadmojo, M.Si yang
telah memberi kesempatan untuk menimba ilmu di kampus ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Dr.Agus Salim, M.S yang telah memberikan
izin penelitian.
3. Drs.H.Suharso, M.Pd.Kons, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Heru Mugiharso, M.Pd.Kons, dan Dra. C.Tri Anni, M.Pd selaku Dosen
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan
dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Pramuji Nugroho AS., kepala SMA Teuku Umar Semarang, yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMA Teuku Umar Semarang.
6. Bu Asri, Bu Anik dan Bu Dian guru pembimbing SMA Teuku Umar Semarang
yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.
7. Siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang yang telah menjadi kelompok
eksperimen dalam penelitian ini.
8. Bapak ibu dan adikku tercinta, yang selalu menyayangi dan mendoakan setiap
langkahku.
9. Teman terbaik dan seperjuangan Anita, Yuli, Hanung, Nurul, Erita teman-teman
Duta Wisata Batang, PPL, KKN dan teman-teman kos PAWIYATAN dan
SAHABAT : Kardoyo, Sugix, Toni, Andri “Solo”, Hajir, Maksus, Be’ef, Kinjeng,
Pram, Denny, Imam, Sadat, Didik, Munif terima kasih atas bantuan, motivasi,
masukan, semangat, dorongan dan kebersamaannya selama ini.
10. Pihak-pihak lain yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan masukan dalam
penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tiada sesuatu apa pun yang dapat dipersembahkan selain ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga amal jasa dan amal baiknya mendapat imbalan dari Allah SWT .
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
dengan senang hati peneliti akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menambah wawasan pengetahuan di kemudian hari. Akhir kata peneliti
berharap skripsi ini bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca
semua pada umumnya.
Semarang, Juni 2007
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
PERNYATAAN.............................................................................................. iii
SARI ............................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. Konsep Diri ................................................................................. 9
1. Pengertian Konsep Diri ........................................................... 9
2. Jenis-jenis Konsep Diri ........................................................... 12
3. Isi Konsep Diri ........................................................................ 16
4. Peranan Konsep Diri ............................................................... 22
5. Pembentukan dan Pengembangan Konsep Diri ...................... 24
B. Layanan Bimbingan Kelompok .................................................. 33
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ......................................... 35
2. Tujuan Bimbingan Kelompok............................................... 37 3. Model Bimbingan Kelompok Dalam Layanan Bimbingan Kelompok
............................................................................................... 38
4. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok.......................... 39 5. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok ................................... 45 6. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ...................................... 50
C. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok dalam
Mengembangkan Konsep Diri Positif......................................... 56
D. Hipotesis...................................................................................... 61
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 62
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian...................................... 62
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 65
C. Variabel Penelitian .................................................................... 67
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................ 69
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 71
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................... 74
G. Teknik Analisis Data................................................................. 76
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 78
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 78
1. Konsep Diri Sebelum Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompok............................................................................ 78
2. Hasil Pengamatan................................................................ 80
3. Konsep Diri Siswa Setelah Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompok............................................................................ 98
4. Efektifaan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Mengembangkan Konsep Diri Positif................................. 99
B. Pembahasan............................................................................... 101
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 109
A. Simpulan ................................................................................... 109
B. Saran.......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Format skala konsep diri positif................................................................ 70
2. Kriteria tingkat konsep diri positif ............................................................ 71
3. Kisi-kisi instrumen penelitian ................................................................... 72
4. Konsep diri siswa sebelum pelaksanaan layanan
Bimbingan kelompok................................................................................ 78
5. Jadwal kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam membentuk
konsep diri positif...................................................................................... 79
6. Hasil pengamatan selama proses bimbingan kelompok ........................... 80
7. Perkembangan konsep diri siswa .............................................................. 92
8. Konsep diri siswa setelah pelaksanaan layanan
Bimbingan kelompok................................................................................ 99
9. Hasil uji Wilcoxon .................................................................................... 100
10. Hasil pre test dan post test setiap indikator............................................... 100
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Pola kelompok pre test dan post test ......................................................... 63
2. Hubungan/pengaruh variabel .................................................................... 68
3. Prosedur penyusunan instrumen ............................................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skala uji coba instrumen ........................................................................... 113
2. Tabel analisis uji coba angket skala konsep diri positif............................ 119
3. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas skala psikologi.......................... 123
4. Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian dan angket skala konsep diri positif
................................................................................................................... 126
5. Data hasil tes pengambilan sampel ........................................................... 132
6. Rekapitulasi hasil pre test per individu (sebelum pemberian layanan bimbingan
kelompok) ................................................................................................. 138
7. Rata-rata pre test untuk setiap indikator.................................................... 140
8. Rekapitulasi hasil post test per individu (setelah pemberian
layanan bimbingan kelompok).................................................................. 142
9. Rata-rata post test untuk setiap indikator .................................................. 144
10. Analisis deskriptif persentase.................................................................... 146
11. Hasil uji Wilconxon .................................................................................. 148
12. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik
” Contoh kasus konsep diri negatif”. Pertemuan I (Materi 1)................... 154
13. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan topik” Contoh kasus konsep diri negatif” .................... 160
14. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik
”Pengertian dan perlunya konsep diri”. Pertemuan II (Materi 2) ............. 168
15. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan topik”Pengertian dan perlunya konsep diri” ................ 173
16. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik
”Isi dan asal usul pembentukan konsep diri”. Pertemuan III (Materi 3)... 191
17. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan
bimbingan dan konseling dengan topik ”Isi dan asal usul
pembentukan konsep diri”......................................................................... 196
18. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik ” Mensikapi
permasalaan diri dan orang lain”. Pertemuan IV (Materi 4)..................... 202
19. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan topik " Mensikapi permasalahan
diri dan orang lain” ................................................................................... 207
20. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik ”Cara meningkatkan
kepercayan diri”. Pertemuan V (Materi 5)................................................ 213
21. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan topik ”Cara meningkatkan kepercayan diri”................ 218
22. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik ”Cara menghindari
prasangka dan akibatnya”. Pertemuan VI (Materi6)................................. 225
23. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan
konseling dengan topik”Cara menghindari
prasangka dan akibatnya” ........................................................................ 230
24. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik "Cara mengembangkan sikap positif”. Pertemuan VII (Materi 7) ...................... 235
25. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan konseling dengan topik"Cara mengembangkan sikap positif” ................. 240
26. Satuan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan topik ”Cara mengembangkan dan mengarahkan emosi”. Pertemuan VIII (Materi 8) . 245
27. Laporan pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut satuan layanan bimbingan dan konseling dengan topik”Cara mengembangkan dan Mengarahkan emosi” ................................................................................ 249
28. Daftar hadir siswa kegiatan bimbingan kelompok.................................... 254 29. Foto penelitian : Proses kegiatan bimbingan kelompok .......................... 262 30. Foto penelitian : Pemimpin kelompok mengamati kaktifan anggota kelompok .................................................................................................. 263 31. Surat penelitian.......................................................................................... 264 32. Surat keterangan........................................................................................ 268
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era milinium ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang
banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan.
Tantangan akibat perubahan dan kemajuan yang cepat, terjadi baik pada aspek
sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat
perubahan tersebut semakin komplek, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi,
budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan
individu secara fisik dan mental, agar lebih mampu mengatasi berbagai hal dalam
mencapai kesuksesan. Bagaimana kita menghadapi tantangan yang ada bisa
dimulai dengan berempati, mengubah cara pandang, mengelola emosi dan
mengambil resiko. Apabila tidak memiliki referensi nilai, fokus yang positif, dan
harga diri maka akan timbul kesulitan dan menemukan sumber daya batiniah yang
diperlukan untuk menangani tantangan-tantangan yang beragam dalam
kehidupan.
Peserta didik pada usia remaja di sekolah sebagai individu yang sedang
berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam berbagai
aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-IQ
(Intelligence Quotions) tinggi gagal dalam menempuh ujian. Tetapi sering kita
dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja
ternyata mereka berhasil dalam menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri
kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa
diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal.
Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk
mempersiapkan diri sendiri.
Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan
sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan
sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan ia
memandang seluruh tugasnya sebagai sesuatu yang sulit diselesaikan. Berbagai
penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan, bahwa pandangan individu
terhadap dirinya sendiri sangat menentukan keberhasilan yang akan dicapai.
Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan
konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang
totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai
kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk
dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”.
Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan
dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat
kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep
diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau
positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan
mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga
dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah
suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa
yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor
yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini siswa dapat
menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau
lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun
siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan
dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun
kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai dalam hidupnya.
Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap
negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu
yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah dan
naik pitam serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain
individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada
sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa
yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh
pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan
tugasnya.
SMA Teuku Umar Semarang sebagai salah satu sekolah di bawah yayasan
Teuku Umar memiliki beberapa peraturan, antara lain : untuk siswa putri
diwajibkan untuk berjilbab, melaksanakan sholat dhuhur dan jumat berjamah
secara bergiliran dan kewajiban membersihkan ruangan kelas sebelum kegiatan
belajar dimulai bagi yang piket. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan
guru pembimbing di sekolah tersebut diperoleh data bahwa hampir 50% siswa
kelas XI mempunyai konsep diri yang belum positif, gejala yang nampak yaitu
membolos, hasil prestasi belajar yang rendah, menyontek, membuat gaduh saat
pelajaran, berkelahi, adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah, adanya
siswa yang memiliki perasaan rendah diri, dan adanya siswa yang mempunyai
perasaan tidak mampu melaksanakan tugas. Siswa yang demikian itu dapat
dikatakan memiliki konsep diri yang negatif.
Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat
mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan kegiatan
bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa
pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Layanan
bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat
untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk mengembangkan konsep diri
positif.
Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi
dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok
guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan dalam suasana
kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus
juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang
tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan
menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok
dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima
dan berempati dengan tulus.
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang
memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku
baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini
dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat
menambah konsep diri yang positif.
Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa dalam bimbingan
kelompok akan terjadi proses interaksi antar individu. Diharapkan bimbingan
kelompok dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa, khususnya
sikap konsep diri positif dibentuk yang tidak hanya dengan pendekatan personal
namun dengan pendekatan kelompok seperti bimbingan kelompok yang akan
lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi oleh keadaan sendiri,
mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan informasi yang positif untuk
pengembangan konsep diri yang positif, apalagi masalah konsep diri merupakan
masalah yang banyak dialami oleh remaja sehingga untuk mengefisienkan waktu
bimbingan kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling
individual.
Oleh karena itu untuk membantu siswa agar mempunyai konsep diri yang
positif dan semakin stabil, maka peneliti mencoba menyusun program eksperimen
melalui layanan bimbingan kelompok dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan
Layanan Bimbingan Kelompok dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif Pada
Siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007“.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana peningkatan konsep diri pada siswa
kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 setelah
dilakukan layanan bimbingan kelompok secara efektif“.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan konsep diri pada siswa kelas XI SMA
Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 melalui layanan bimbingan
kelompok secara efektif.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan bimbingan
kelompok, dan wujud dari sumbangan tersebut yaitu ditemukannya hasil-hasil
penelitian baru tentang bimbingan konseling guna meningkatkan pelayanan
bimbingan di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru pembimbing
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru pembimbing di SMA Teuku
Umar Semarang dalam melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok,
dengan memanfaatkan jam Bimbingan dan Konseling di kelas seefektif
mungkin untuk membantu untuk membentuk konsep diri yang positif pada
siswa.
b. Bagi peserta didik
Dengan mengikuti kegiatan bimbingan kelompok siswa akan terdorong untuk
membentuk konsep diri yang positif, terbuka, menghargai orang lain, mau
mengendalikan emosi, mengembangkan rasa setia kawan, belajar untuk
mempercayai kemampuan diri sendiri, serta belajar untuk memecahkan
masalah.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pembaca memahami isi skrispi ini, maka dalam
penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika dan garis besar isinya yang
disajikan sebagai berikut :
1. Bagian Pendahuluan
2. Bagian Isi
3. Bagian Penutup
Bagian Pendahuluan berisi halaman judul, pernyataan, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar
table, daftar bagan serta lampiran.
Pada bagian inti dibagi kedalam lima bab yang berturut-turut dapat penulis
sajikan garis besar penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Pada bagian Bab II berisi Landasan Teori, berisi tentang layanan
bimbingan kelompok, konsep diri, bimbingan kelompok sebagai salah satu cara
pembentukan konsep diri yang positif, dan hipotesis.
Pada Bab III Metode Penelitian diuraikan tentang jenis penelitian dan
desain penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, metode dan alat
pengumpul data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
Pada Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang
hasil-hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Pada Bab V Simpulan dan Saran. Kesimpulan merupakan ringkasan dari
kegiatan hasil penelitian, sedangkan saran berisi nasehat atau anjuran dari peneliti
berdasarkan hasil penelitian.
Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
memuat tentang perlengkapan-perlengkapan dan perhitungan analisis data.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Diri
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam
setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat
yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia
dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha
menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa
pengertian.
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia
sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki.
Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu
memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu
hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns
(1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri
kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai
siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan
lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana,
2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki
individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi
dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik,
pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada
informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah
menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak
dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk
orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang
dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri
sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka
sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi
dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan dan
perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi
(1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan
adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita
melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri
sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya
yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu
(Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm). Konsep diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan
atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya
jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan
kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya,
yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik
dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
2. Jenis-jenis Konsep Diri
Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam
menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai
negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang
positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda
individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
a. Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
b. Ia merasa setara dengan orang lain.
Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan
siapapun, selalu menghargai orang lain.
c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah
diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya
apalagi meremehkan orang lain.
d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan
orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
e. Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi
lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih
mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan
keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang
mempunyai konsep diri yang positif.
Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif
adalah :
a. Ia peka terhadap kritik.
Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah
atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari
individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan
dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam
berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung
menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan
pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
b. Ia responsif sekali terhadap pujian.
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat
orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga
dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya
terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
c. Ia cenderung bersikap hiperkritis.
Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun.
Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan pada kelebihan orang lain.
d. Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain
sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau
bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela
atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi
(bermusuhan).
e. Ia bersikap psimis terhadap kompetisi.
Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain
dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya
melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep
diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (Rini,
2002:http://www.e-psikologi./com/dewasa/1670502.htp)
a. Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan
daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu
yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum
berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri
maupun menyalahkan orang lain.
b. Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya
diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga
terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai
akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri
positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang
positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Dengan melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif
dan konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat
berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep
diri yang negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam segala
sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya
sendiri. Ia akan percaya diri, akan bersikap yakin dalam bertindak dan
berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif akan
menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan
mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu
secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari
lingkungannya.
3. Isi Konsep Diri
Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari
konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan,
teman-teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui
proses identifikasi. Untuk merumuskan isi dari konsep diri tidaklah mudah,
kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, namun demikian
secara umum isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jersild dalam
penelitiannya terhadap penelitian anak sekolah dasar dan sekolah menengah
yang dikutib Burns (1993:209-210) mendiskripsikan isi dari konsep diri
adalah :
a. Karakteristik fisik
Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang
membedakan dari individu dengan individu yang lain yaitu, yang
mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan
detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat
menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan
individu yang lain tentang dirinya sendiri, contohnya kalau seorang
bintang film yang cantik pasti akan dijadikan idola. Hal ini kadang
dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki
kekurangan dibandingkan dengan temannya yang memiliki kelebihan,
seperti kurang tinggi, terlalu gemuk, tidak cantik, perasaan ini dapat
berkembang menjadi konsep diri yang negatif apabila masyarakat
memperhatkan dan menjunjung individu yang mempuyai kelebihan
dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan.
b. Penampilan
Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu
yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan
kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model
rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan
percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak pernah memakai
make up suatu saat disuruh temannya memakainya, tentunya pada saat itu
ada perbedaan antara temannya yang sudah terbiasa memakai make up
dengan dirinya yang malu dan menutupi wajahnya dengan kain.
c. Kesehatan dan kondisi fisik
Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu
dalam menjalani hidup ini, terutama dalam mencapai karier. Individu yang
mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan
mengakibatkan gangguan kenormalan yang berakibat individu itu merasa
tidak aman atau kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan
penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki
kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan
dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau
lemah.
d. Rumah dan hubungan keluarga
Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama
yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan
luar. Didalam rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan
kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan sebagai suatu
informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup individu untuk
berinteraksi, untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan
baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan
hubungan keluarga yang dimilikinya, tetapi seorang individu yang rumah
dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik, misalnya
kedua orang tuanya sering bertengkar, bercerai atau broken home ini akan
menyebabkan individu memiliki pandangan negatif tentang keluarganya.
e. Hobi dan permainan
Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan
setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya
permainan itu, individu akan berusaha mengembangkan kemampuan dan
percaya diri terhadap hobi dan permainannya. Individu yang memiliki
hobi dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah
dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya,
individu akan termotivasi untuk mengembangkannya dan tentunya
individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya.
f. Sekolah dan pekerjaan sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar individu dalam tahap pencarian
ilmu. Dalam sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu
yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah
terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah
apakah ia merasa mampu dan berprestasi didalam mengerjakan tugas-
tugas sekolah. Seorang individu yang selalu mendapat nilai tidak bagus
ini akan mempengaruhi cara belajarnya atau pandangan individu bahwa
dirinya seorang yang cenderung gagal atau bodoh.
g. Kecerdasan
Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki
individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari
kecerdasan ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga
pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak
yang memiliki kecerdasan yang baik/tinggi akan dipuji oleh guru, orang
tua dan temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri saat
mengerjakan tugas atau mengikuti tes.
h. Bakat dan minat
Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun
individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat
yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai
keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan
percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan
individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas atau asal-asalan,
sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa atau tidak percaya
diri.
i. Ciri kepribadian
Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen,
karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini
akan mempengaruhi individu dalam bertindak atau dalam berfikir,
misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, dalam segi kegiatan
individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak
mengaturnya.
j. Sikap dan hubungan sosial
Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan
berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan
dengan teman sebaya. Seorang individu yang ekstrovet cenderung akan
senang dengan keadaan ramai dan akan mudah dalam mencari teman atau
memulai pembicaraan, hal ini dapat membuat individu itu semakin
bertambah wawasan, informasi, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan
pada individu yang introvert akan cendeung menutup diri, dan berusaha
menjauh dari teman-temannya dengan berpikiran dirinya mempunyai
banyak kelemahan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sikap dan hubungan sosial ini akan mempengaruhi individu dalam
memandang dirinya sendiri, misalnya anak introvert memandang
lingkungan yang ditemapti saat ini membosankan dan menyakitkan bagi
dirinya sendiri.
k. Religius
Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, karena tanpa bantuan dan karunia-Nya, kita tidak bisa
hidup. Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan
perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, untuk
itu religius yang positif ini akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertingkah laku atau bertindak yang mengarah kepada penilaian diri yang
percaya diri dan positif.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa isi
konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan
kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang
disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi.
4. Peranan Konsep Diri
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku
individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas
dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai
dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila
individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup
kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan
perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu
memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan
melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan
dalam perilakunya.
Rogers (dalam Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri
memainkan peranan yang sentral dalam tingkah laku manusia, dan bahwa
semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin berkurang
ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang
perasaan tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang dirinya akan
tampak dari seluruh perilakunya. Konsep diri berperan dalam
mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan
harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan
keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak
seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang
tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan
mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan
kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi.
Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari
pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi berbagai
bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat
seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya
secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik.
Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan mengembangkan perasaan
tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan kurang percaya diri,
sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula.
Konsep diri juga dikatakan berperan dalam perilaku individu karena
seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi
individu tersebut dalam menafsirkan setiap aspek pengalaman-
pengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara-berbeda-beda antara
individu yang satu dengan individu yang lain, karena masing-masing individu
mempunyai pandangan dan sikap berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran-
tafsiran individu terhadap sesuatu peristiwa banyak dipengaruhi oleh sikap
dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Tafsiran negatif terhadap
pengalaman disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya
sendiri, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan
dalam menentukan perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan
individu. Menurut beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep
diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin
dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.
Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang
bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya
bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu tersebut akan benar-
benar menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu tersebut merasa bahwa dia
memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun
yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena individu tersebut
berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan pada dirinya. Dengan kata
lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep
diri seseorang, positif atau negatif.
5. Pembentukan dan Pengembangan Konsep Diri
Menurut paham religi khususnya islam manusia terlahir dalam
keadaan putih bersih seperti kertas putih yang belum tertulis. Dengan
demikian konsep diri itu muncul berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan
latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kata lain konsep diri
merupakan produk sosial. Anak yang putih tersebut ternoda setelah ia
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Setelah anak itu terlahir dapat
memberikan respon terhadap dunia sekitarnya, maka sejak itu pula kesadaran
dirinya muncul menjadi dasar dalam pembentukan konsep dirinya.
Konsep diri dihasilkan dari interaksi dua faktor yaitu diri individu itu
sendiri dan lingkungan (Calhoun alih bahasa Satmoko, 1995:74). Konsep diri
yang dimiliki individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari lingkungan
individu, karena konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir,
melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari beribu-ribu pengalaman
yang berbeda-beda dan sedikit demi sedikit menjadi satu. Setiap orang
dilahirkan tanpa konsep diri. Konsep diri berakar pada pengalaman masa
kanak-kanak dan berkembang akibat dari interaksinya dengan orang lain.
Melalui pengalaman interaksi dengan orang lain dan cara orang lain
memperlakukan individu tersebut akan menangkap pantulan tentang dirinya
dan akhirnya membentuk gagasan dalam dirinya seperti apakah dirinya
sebagai pribadi. Pendek kata, konsep diri individu itu dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya.
Hurlock (1994:132) mengatakan, bahwa konsep diri anak terbentuk
pada awal masa kanak-kanak di dalam hubungannya dengan keluarga, yaitu
orang tua, saudara-saudara kandung, dan sanak saudara lain yang merupakan
dunia sosial bagi anak-anak. Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak
mulai membentuk konsep diri yang ideal. Pada mulanya konsep diri ideal ini
mengikuti pola yang digariskan oleh orang tuanya, guru dan orang lain di
sekitar kemudian meluas pada tokoh-tokoh yang dibaca atau didengar.
Keluarga mempunyai peranan yang penting dan paling dini dalam
pembentukan konsep diri, karena terdapat banyak kondisi dalam keluarga
yang ikut membentuk konsep diri pada anak, yaitu cara orang tua dalam
mendidik anak, cita-cita orang tua terhadap anaknya, posisi urutan anak dalam
urutan dalam keluarga, identitas kelompok dan ketidaknyamanan lingkungan.
Selanjutnya Centi (1993:16-23) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan konsep diri adalah :
a. Orang Tua
Dalam hal ini informasi atau cerminan tentang diri kita, orang tua kita
memegang peranan paling istimewa. Penilaian yang orang tua kenakan
kepada kita untuk sebagian besar menjadi penilaian yang kita pegang
tentang diri kita. Sebutan orang tua yang diberikan pada anaknya seperti
“pemalas”, “bodoh” akan selalu menghantui perjalanan individu dan
individu akan meragukan keberadaan dirinya.
b. Saudara Sekandung
Hubungan dengan saudara sekandung juga penting dalam pembentukan
konsep diri. Anak sulung yang diperlakukan seperti seorang pemimpin
oleh adik-adiknya dan mendapat banyak kesempatan berperan sebagai
penasihat mereka, mendapat banyak keuntungan besar dari kedudukannya
dalam hal pengembangan konsep diri yang sehat. Sedang anak bungsu
yang pada umumnya dianggap seperti anak kecil terus menerus akan
mengakibatkan kepercayaan dan harga dirinya lemah.
c. Sekolah
Tokoh utama di sekolah adalah guru, seorang guru yang sikap dan
pribadinya baik membawa dampak besar bagi penanaman gagasan dalam
pikiran siswa tentang diri mereka. Untuk kebanyakan siswa, guru
merupakan model. Selain itu siswa yang sering mendapatkan prestasi
dalam bidang akademik maupun bidang lain, tentu akan memperoleh
pujian dan pengahargaan dari banyak pihak di sekolah mulai dari teman,
guru, bahkan kepala sekolah. Bagi mereka pujian dan pengahargaan dapat
menumbuhkan konsep diri positif karena ada pengakuan dari orang lain
yang menerima keberadaan dirinya. Seangkan siswa yang bermasalah
akan sering dihukum cenderung memiliki konsep diri negatif.
d. Teman sebaya
Hidup kita tidak terbatas dalam lingkungan keluarga saja, kita juga punya
teman. Teman sebaya merupakan urutan kedua setelah orang tua. Setelah
mendapatkan pengakuan dari orang tua individu juga membutuhkan
pengakuan dari orang lain yaitu teman sebaya. Peranan individu dalam
kelompok sebagai “pemimpin kelompok” atau sebaliknya “pengacau
kelompok” akan membuat individu memiliki pandangan terhadap dirinya
sendiri (Calhoun alih bahasa Satmoko, 1995:78). Dalam pergaulan dengan
teman-teman itu, apakah kita disenangi, dikagumi, dan dihormati atau
tidak, ikut menentukan dalam pembentukan konsep diri kita.
e. Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat sejak kecil kita sudah dituntut untuk
bertindak menurut cara dan patokan tertentu yang berlaku pada
masyarakat kita. Penilaian masyarakat terhadap diri individu akan
membentuk konsep diri individu. Penilaian masyarakat yang terlanjur
menilai buruk terhadap individu akan membuat individu kesulitan
memperoleh melalui gambaran diri yang baik.
f. Pengalaman
Banyak pandangan tentang diri kita, dipengaruhi juga oleh pengalaman
keberhasilan dan kegagalan kita. Konsep diri adalah hasil belajar, dan
belajar dapat diperoleh melalui pengalaman individu sehari-hari. Dalam
melakukan aktifitas sehari-hari individu dihadapkan pada keberhasilan dan
kegagalan. Pengalaman individu yang mengalami keberhasilan dan
kegagalan. Pengalaman individu yang mengalami keberhasilan studi,
bergaul, berolah raga akan mudah mengembangkan harga diri individu.
Sedangkan pengalaman kegagalan akan merugikan perkembangan harga
diri individu.
Pendapat lain menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, yaitu : (Rini,
2002:http://www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm).
a. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang penting dalam pembentukan
konsep diri seseorang. Orang tua adalah kontak sosial pertama yang
dialami individu, dan apa yang dikomunikasikan oleh orang tua terhadap
individu akan lebih menancap daripada informasi lainnya (Calhoun alih
bahasa Satmoko, 1995:77). Sikap positif yang dilakukan orang tua seperti
cinta kasih, perhatian akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang
positif serta sikap menghargai diri sendiri, individu merasa dicintai banyak
orang sehingga ia merasa pantas mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya
sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada individu
manakala orang tua tidak memberikan kehangatan, cinta kasih sayang
pada individu, sehingga menimbulkan pemikiran pada individu bahwa
dirinya tidak bergharga dan tidak pantas dicintai.
a. Kegagalan
Kegagalan yang dialami secara terus menerus akan menimbulkan
pertanyaan pada diri individu itu sendiri dan membuat individu membuat
kesimpulan sendiri bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan, merasa
dirinya hanya mempunyai kelemahan sehingga individu merasa tidak
berguna, bahkan merasa dirinya hancur.
b. Depresi
Individu yang mengalami depresi akan memiliki pemikiran yang
cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatu,
termasuk dalam menilai diri sendiri. Semua hal cenderung dipersepsi
negatif. Individu yang depresi akan sulit melihat kemampuan dirinya
untuk bertahan menjalani kehidupan, dan biasanya individu ini cenderung
sensitif dan mudah tersinggung.
c. Kritik Internal
Mengkritik diri sendiri diperlukan untuk menyadarkan individu akan
perbuatan yang telah dilakukan. Kritikan terhadap diri sendiri berfungsi
sebagai rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan
individu dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan
baik.
Konsep diri merupakan produk sosial, maka Sullivan
(Rakhmat,2005:101) menjelaskan bahwa individu mengenal dirinya dengan
mengenal orang lain lebih dahulu. Dalam hal ini penilaian orang lain terhadap
individu tersebut akan membentuk konsep dirinya sesuai dengan penilaian itu.
Misalnya jika individu itu diterima orang lain, dihormati, dan disenangi
karena keadaan dirinya, dia akan cenderung bersikap menghormati dan
menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan,
menyalahkan, dan menolaknya, individu akan cenderung tidak menyenangi
dirinya. Dengan kata lain individu akan termotivasi untuk berperilaku sesuai
dengan pandangan orang lain terhadap dirinya. Pandangan individu tentang
keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya disebut generalized other
atau role taking dan berperan penting dalam pembentukan konsep diri
seseorang.
Informasi, pengharapan dan pengertian yang membentuk konsep diri
terutama berasal dari interaksi dengan orang lain. Orang tua merupakan orang
lain yang paling awal dalam membentuk konsep diri. Selanjutnya yang
mempengaruhi konsep diri adalah teman sebaya dan akhirnya
menyumbangkan konsep diri adalah masyarakat. Dengan kata lain konsep diri
terbentuk karena umpan balik dari masyarakat.
Setelah konsep diri terbentuk maka konsep diri juga mengalami
perkembangan, konsep diri berkembang secara bertahap yaitu mulai dari bayi
dimana saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan bicara.
Tahap selanjutnya adalah pada masa anak yang mana keluarga
mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan konsep diri
terutama pada pengalaman-pengalaman pada masa kanak-kanak. Suasana
keluarga yang saling menghargai dan mempunyai pandangan yang positif
akan mendorong kreatifitas anak, menghasilkan perasaan yang positif dan
berarti.
Hurlock (1994:235), mengemukakan bahwa konsep diri biasanya
bertambah stabil pada masa remaja. Hal ini memberi perasaan kesinambungan
dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri dengan cara yang
konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain, sehingga
dapat meningkatkan harga diri dan memperkecil perasaan tidak mampu.
Selanjutnya Hurlock (1994:172) mengatakan konsep diri selalu menuju
kepembentukan konsep diri yang ideal. Konsep diri yang ideal pertama-tama
ditentukan oleh orang-orang di sekitar sesuai dengan tingkat perkembangan
diri individu. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi konsep diri dapat
dipisahkan melalui tingkat perkembangan masing-masing individu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi konsep diri pada masa balita akan berbeda dengan
faktor yang mempengaruhi konsep diri pada masa kanak-kanak. Demikian
pula pada saat individu dalam masa remaja. Masa remaja merupakan masa
yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja adalah
masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu menemukan
identitas dirinya. Dengan mencoba berbagai peran, remaja mengharapkan
bahwa ia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri dan
menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangannya, maka ia juga
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan konsep dirinya.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas yang telah
mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, secara
jelas dapat dikatakan bahwa konsep diri seseorang bukanlah diwariskan atau
ditentukan secara biologis, bukan merupakan bawaan sejak lahir tetapi
terbentuk dan berkembang hasil proses belajar melalui interaksi dengan orang
lain. Konsep diri pertama kali dibentuk hasil dari individu dengan lingkungan
keluarga terutama orang tua seperti sebutan orang tua yang diberikan pada
anaknya seperti “pemalas”, “bodoh” akan selalu menghantui perjalanan
individu, saudara kandung seperti perlakuan orang tua kepada anak sulung
dan anak bungsu, seterusnya teman sebaya antara lain apakah kita disenangi,
dikagumi, dan dihormati atau tidak oleh teman kita, selanjutnya sekolah
misalkan seorang guru yang menjadi model bagi para muridnya, masyarakat
seperti penilaian masyarakat yang terlanjur menilai buruk kepada individu dan
yang terakhir pengalaman-pengalaman pribadi seperti kegagalan, depresi dan
kritik internal.
B. Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada
siswa oleh guru pembimbing yang terdapat dalam pola 17 yang terdiri dari empat
bidang bimbingan, tujuh layanan dan lima layanan pendukung. Diantara
pemberian layanan tersebut adalah layanan bimbingan kelompok yang
dilaksanakan oleh guru pembimbing dalam menangani sejumlah peserta didik.
Faktor yang mendasar penyelenggaraan bimbingan kelompok adalah
bahwa proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses
kelompok. Dalam suatu kelompok, anggotanya dapat memberi umpan balik yang
diperlukan untuk membantu mengatasi masalah anggota yang lain, dan anggota
satu dengan yang lainnya saling memberi dan menerima. Perasaan dan hubungan
antar anggota sangat ditekankan di dalam kelompok ini. Dengan demikian antar
anggota akan dapat belajar tentang dirinya dalam hubungannya dengan anggota
yang lain atau dengan orang lain. Selain itu di dalam bimbingan kelompok,
anggota dapat pula belajar untuk memecahkan masalah berdasarkan masukan dari
anggota yang lain.
Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang menekankan
pada proses berfikir secara sadar, perasaan-perasaan, dan perilaku-perilaku
anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan
individu yang sehat. Melalui layanan bimbingan kelompok, individu menjadi
sadar akan kelemahan dan kelebihannya, mengenali ketrampilan, keahlian dan
pengetahuan serta menghargai nilai dan tindakannya sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan. Selain itu layanan bimbingan kelompok memberi kesempatan
untuk mempelajari keterampilan sosial. Anggota dapat meniru anggota lain yang
telah terampil dan dapat belajar untuk memberikan umpan balik yang bermanfaat
bagi anggota lain. Mereka juga belajar untuk mendengarkan secara aktif,
melakukan konfrontasi dengan tepat, memperlihatkan perhatian yang sungguh-
sungguh terhadap orang lain, dan membuat suasana positif bagi orang lain.
Suasana memberi dan menerima di dalam bimbingan kelompok dapat
menumbuhkan harga diri dan keyakinan diri anggota. Pada layanan bimbingan
kelompok anggota saling menolong, menerima, dan berempati secara tulus. Hal
ini dapat menumbuhkan suasana yang positif di antara anggota, sehingga mereka
merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif dalam diri mereka.
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Gazda (1978) bimbingan kelompok di sekolah merupakan
kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa
menyusun rencana dan keputusan yang tepat (dalam Prayitno dan Amti, 1999:
309).
Pengertian di atas menekankan pada kegiatan pemberian informasi
dalam suasana kelompok dan adanya penyusunan rencana untuk mengambil
keputusan. Menurut Prayitno (1995: 61) bahwa“Bimbingan kelompok adalah
memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan
konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan
kepada individu melalui kelompok”.
Prayitno lebih menekankan dinamika kelompok sebagai wahana
mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan konseling yang muncul pada
bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok.
Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa :
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan Winkel (1991: 71) mengatakan bahwa “bimbingan adalah
proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan
lingkungannya”.Bimbingan kelompok menekankan bahwa kegiatan
bimbingan kelompok lebih pada proses pemahaman diri dan lingkungannya
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang disebut kelompok. Apabila
konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-
perorang, maka bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada
sekelompok individu.
Bimbingan kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam
pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling
kelompok itu memberi dorongan dan motivasi kepada individu untuk
mengubah diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki secara
optimal, sehingga mempunyai konsep diri yang lebih positif.
Bagi siswa, bimbingan kelompok bermanfaat sekali karena melalui
interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi
beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri
dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar
pikir dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan
sebagai pegangan dan kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri.
Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka diharapkan para
siswa dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
Dengan demikian bimbingan kelompok adalah proses pemberian
informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru
pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini
adalah membentuk konsep diri positif.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Kesuksesan layanan bimbngan kelompok sangat dipengaruhi sejauh
mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan layanan kelompok yang
diselenggarakan.
Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004:
2-3) adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah
berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi
anggota kelompok. Sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan
bersosisalisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif, sempit dan
terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok
diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat
diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau
beku dicairkan dan didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru,
persepsi yang menyimpang atau sempit diluruskan dan diperluas melalui
pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif kalau perlu diganti dengan yang
baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir,
berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta dinamis
kemampuan berkomunikasi, bersosialiasi dan bersikap dapat
dikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah
klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
b. Tujuan Khusus
Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.
Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu
mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam
hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal
ditingkatkan.
Dengan diadakannya bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi
siswa karena dengan bimbingan kelompok akan timbul interaksi dengan
anggota-anggota kelompok mereka memenuhi kebutuhan psikologis, seperti
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya dan diterima
oleh mereka, kebutuhan bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan
menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan untuk
menjadi lebih mandiri.
3. Model Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1999: 24-25) bahwa dalam penyelenggaraan
bimbingan kelompok dikenal dua jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan
kelompok tugas :
a. Kelompok bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala
pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang
disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan
kelompok.
b. Kelompok tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi
kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan
kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan
suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota
kelompok.
Dalam penelitian ini, menggunakan layanan bimbingan kelompok
dengan kelompok tugas dimana permasalahan yang dibahas dalam kelompok
nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok.
4. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995: 27) menggemukakan bahwa ada tiga komponen
penting dalam kelompok yaitu suasana kelompok, anggota kelompok, dan
pemimpin kelompok.
a. Suasana kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan
dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Layanan bimbingan kelompok
merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh
seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua
individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas
antara anggota yang satu dengan yang lain (Santoso, 2004:5). Dengan kata
lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang
berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Wibowo (2005: 61) mengemukakan:
Dinamika kelompok adalah suatu studi yang menggambarkan berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencaapi tujuan bersama. Kehidupan kelompok yang dijiwai oleh dinamika kelompok akan
menentukan arah dan gerak pencapaian tujuan kelompok. Bimbingan
kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media untuk
membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Media dinamika
kelompok ini adalah unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu
kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah
kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi
suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
Dalam bimbingan kelompok, dengan memanfaatkan dinamika
kelompok para anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan
memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Arah pengembangan diri
yang dimaksud terutama adalah dikembangkannya kemampuan-
kemampuan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu-
individu yang berkepribadian mantap. Keterampilan berkomunikasi secara
efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima, toleran,
mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap
demokratis, memiliki rasa tanggung jawab sosial seiring dengan
kemandirian yang kuat merupakan arah pengembangan pribadi yang dapat
dijangkau melalui dinamika kelompok yang aktif.
Dinamika kelompok itu akan terwujud apabila kelompok tersebut
benar-benar hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dan
membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok serta
semangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok.
Layanan bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada
anggota kelompok berinteraksi antar pribadi yang khas, yang tidak
mungkin terjadi pada layanan konseling individual. Interaksi sosial yang
intensif dan dinamis selama pelaksanaan layanan, diharapkan tujuan-
tujuan layanan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan individu anggota
kelompok dapat dicapai secara mantap. Pada kegiatan bimbingan
kelompok setiap individu dapat memperoleh suatu informasi selain itu
individu mendapatkan kesempatan untuk menggungkapkan masalah yang
dialami serta dibahas secara bersama-sama oleh anggota kelompok.
Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan,
menunjukan perhatian terhadap orang lain, dan berbagai pengalaman.
Pendekatan interaksional merupakan pendekatan yang digunakan
dalam layanan bimbingan kelompok. Pendekatan ini menitik beratkan
pada interaksi antar anggota, anggota dengan pemimpin kelompok dan
sebaliknya. Interaksi ini selain berusaha bersama untuk dapat belajar dan
mendengarkan secara aktif, melakukan konfrontasi dengan tepat,
memberikan perhatian dengan sungguh-sungguh terhadap anggota lain.
Kesempatan memberi dan menerima dalam kelompok akan
menimbulkan rasa saling menolong, menerima, dan berempati dengan
tulus. Keadaan ini membutuhkan suasana yang positif antar anggota,
sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa
positif dalam diri mereka.
Saling berhubungan antar anggota kelompok sangat diutamakan.
Para ahli menyebutkan ada lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam
menilai apakah kehidupan sebuah kelompok tersebut baik atau kurang
baik, yaitu :
1) Adanya saling hubungan yang dinamis antar anggota 2) Memiliki tujuan bersama 3) Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat
kegiatan kelompok 4) Itikad dan sikap terhadap orang lain 5) Kemampuan mandiri (Prayitno, 1995: 27)
b. Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses
kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok.
Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas
peranan para anggotanya. Peranan kelompok itidak akan terwujud tanpa
keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu.
Dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan
tanpa kehadiran pemimpin kelompok. Secara ringkas peranan anggota
kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa
anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu.
Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok sesuai
yang diharapkan menurut Prayitno (1995:32) adalah sebagai berikut :
1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
5) Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
6) Mampu mengkomunikasikan secara terbuka. 7) Berusaha membantu orang lain. 8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga
menjalani peranannya. 9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
Pemilihan anggota sangatlah penting agar dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar. Peranan para
anggota sangat menentukan keberhasilan dari pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok, apabila anggota kelompok tidak bisa membina
keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan
dalam kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk
menuju ketahap demi tahap dalam bimbingan kelompok.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok ini, peneliti dalam
memilih anggota berdasarkan pada jumlah anggota yang seimbang, umur
dan kepribadian. Pemilihan anggota kelompok dilaksanakan setelah
penyebaran skala psikologi.
c. Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan
suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.
Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin kelompok
dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut.:
1) Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi hal-hal bersifat dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami oleh anggota kelompok.
3) Jika kelompok tersebut tampak kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan, maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan.
4) Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
5) Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang atauran permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. Selain itu juga diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti seseorang atau lebih anggota kelompok.
6) Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
5. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Penggunaan tehnik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai
banyak fungsi selain dapat lebih memfokuskan kegaiatan bimbingan
kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat
suasana yang terbangun dalam kegiatan bimbingan kelompok agar lebih
bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya, seperti yang
dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001: 86) “Bahwa teknik bukan
merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan
penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian
konselor, guru atau pemimpin kelompok”. Jadi jelas bahwa selain sebagai alat
untuk mencapai tujuan, teknik penggunaan dan pemilihan juga harus
disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan
kelompok, seperti yang disebutkan oleh Tatiek Romlah (2001: 87)
Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain : pemberian informasi,
diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permaianan peranan (role playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (Home Room). Dari beberapa teknik di atas kesemuanya akan digunakan dalam
kegiatan bimbingan kelompok dalam upaya membentuk konsep diri positif,
oleh sebab itu akan dipilih beberapa teknik yang sekiranya memenuhi standar
yang dapat membantu membentuk konsep diri positif pada siswa, dari kriteria
di atas dapat diperoleh beberapa teknik yang bisa digunakan untuk
membentuk konsep diri positif siswa antara lain :
a. Teknik pemberian informasi
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah,
yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok
pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal,
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informasi antara lain adalah : (a)
dapat melayani banyak orang, (b) tidak membutuhkan banyak waktu
sehingga efisien, (c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) mudah
dilaksanakan disbanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya
adalah antara lain : (1) sering dilaksanakan secara menolog, (2) individu
yang mendengarkan kurang aktif, (3) memerlukan ketrampilan berbicara,
supaya penejelasan menjadi menarik.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pada waktu
memberikan informasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu yang dibimbing.
2) Mempersiapkan bahan informasi dengan sebaik-baiknya. 3) Usahakan untuk menyiapkan bahan yang dapat dipelajari sendiri
oleh pendengar atau siswa. 4) Usahakan berbagai variasi penyampaian agar pendengar menjadi
lebih aktif . 5) Gunakan alat Bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar
terhadap layanan yang disampaikan.
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah
atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang
pemimpin. Didalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi
kelompok tidak hanya untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk
mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.
Dinkmeyer dan Munro dalam Romlah (2001: 89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok yaitu : (1) untuk mengembangkan terhadap diri sendiri, (2) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri, (3) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan
kelompok yang penting, hampir semua teknik bimbingan kelompok
menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya, misalnya permainan peranan,
karya wisata, permainan simulasi, pemecahan masalah, homeroom, dan
pemahaman diri melalui proses kelompok.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif
dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan
atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.
Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana
pemecahan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan
masalah secara sistematis adalah :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 2) Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah 3) Mencari alternatif pemecahan masalah 4) Menguji masing-masing alternatif 5) Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan 6) Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai
d. Permainan peranan (role playing)
Bennett dalam Tatiek Romlah (2001: 99) mengemukakan : bahwa permainan peranan adalah suatau alat belajar yang mengambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel denga yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Didalamnya Bennett menyebutkan ada dua macam permainan
peranan, yaitu sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk
memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.
Sedangkan kedua adalah psikodrama adalah permainan yang dimaksudkan
agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-
tekanan terhadap dirinya.
e. Permainan simulasi (simulation games)
Menurut Adams dalam Romlah (2001: 109) menyatakan bahwa
permainam simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk
merefleksikan situasi-situai yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya.
Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan permainan peranan dan
teknik diskusi.
Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama
adalah menentukan peserta pemain yaitu terdiri dari fasilisator, penulis,
pemain, pemegang peran, dan penonton. Setelah peserta pemain
ditentukan, permainan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya 2) Fasilisator menjelaskan tujuan permaina 3) Menentukan permainan, pemegang peran, dan penulis 4) Menjelaskan aturan permainan 5) Bermain dan berdiskusi 6) Menyimpulkan hasil diskusi 7) Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain
berikutnya
Dari beberapa teknik yang dissebutkan diatas dalam penelitian ini
teknik yang akan dipakai adalah teknik pemberian informasi, diskusi
kelompok, pemecahan masalah.
6. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Tahap-tahap perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui
pendekatan kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan
perkembangan kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang
terdapat dalam konseling kelompok. Prayitno (1995:40-60) Tahap-tahap
bimbingan kelompok ada empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran..
a. Tahap Pembentukan
Tahap awal atau tahap permulaan sebagai tahap persiapan dalam
rangka pembentukan kelompok. Tahap ini merupakan tahap pengenalan,
pembinaan hubungan baik, tahap pelibatan diri atau tahap memasuki diri
ke dalam kehidupan suatu kelompok dengan tujuan agar anggota
memahami maksud bimbingan kelompok. Pemahaman anggota kelompok
akan memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan
bimbingan kelompok, yang selanjutnya dapat menimbulkan minat pada
diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk
menumbuhkan suasana saling mengenal, membina hubungan baik,
percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam
kelompok.
Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah
mengajarkan bagaimana cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga
dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang
produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar
manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Pemimpin
kelompok harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi dalam
interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun merasa dikucilkan.
Menurut Prayitno (1995:44) mengemukakan peranan pemimpin
kelompok pada tahap awal, yaitu :
1) Menampilkan diri secara utuh dan terbuka 2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus,
bersedia membantu dan penuh emapati 3) Bertindak sebagai contoh
Menurut Prayitno (1995:44) kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan pada tahap awal adalah :
1) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok
2). Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok 3). Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri 4). Permainan pengahangatan atau pengakraban
Penampilan pemimpin kelompok seperti yang diuraikan di atas
akan merupakan contoh yang bekemungkinan diikuti oleh para anggota
dalam menjalin kegiatan bimbingan kelompok. Dalam tahap ini
merupakan suatu keadaan yang mana para anggota kelompok merasa
belum ada keterkaitan kelompok. Oleh karena itu peranan pemimpin
kelompok selain itu ialah merangsang dan memantapkan keterlibatan
orang-orang baru dalam suasana kelompok yang diinginkan. Sedangkan
kegiatan-kegiatan dalam bimbingan kelompok dalam tahap awal harus
dikuasai oleh pemimpin kelompok agar dapat menjelaskan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan pada tahap awal. Hal ini berguna bagi
anggota kelompok sebagai langkah awal untuk menunjukkan
keprofessionalan dari pemimpin kelompok.
b. Tahap Peralihan
Tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan
ketahap kegiatan. Disebut tahap transisi karena merupakan saat transisi
antara awal bimbingan kelompok dengan kegiatan bimbingan kelompok
sesungguhnya. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan
pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan bimbingan
kelompok tugas atau bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus
dilakukan, maka tidak akan muncul keragu-raguan atau belum siapnya
anggota dalam melaksanakan kegaiatan dan manfaat-manfaat yang akan
diperoleh setiap anggota kelompok.
Tahap transisi (peralihan) menurut Prayitno (1995:47) dijelaskan
sebagai tahap peralihan yang bertujuan membebaskan anggota kelompok
dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya
untuk memasuki tahap berikutnya.
Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika
kelompok sudah mulai tumbuh. Pada kondisi demikian anggota peduli
tentang apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri
sehingga anggota lain mendengarkan.
Menurut Prayitno (1995: 47), peranan pemimpin kelompok pada
tahap ini yaitu :
1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. 2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau
mengambil alih kuasanya. 3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan. 4) Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.
Menurut Prayitno (1995:47), kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga). 3) Membahas suasana yang terjadi. 4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. 5) Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama(tahap
pembentukan).
Pemimpin kelompok seyogyanya aktif untuk membantu anggota
kelompok, karena para anggota belum dapat berjalan sendiri secara
efektif. Kegiatan yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok yang
utama adalah meningkatkan keikutsertaan anggota kelompok dalam
memasuki ketahap selanjutnya agar menjadi sebuah kelompok yang solid.
Pada tahap ini pemimpin kelompok perlu menawarkan kepada anggota
kelompok tentang kesiapan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu
dengan membuka diri secara wajar.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok.
Namun kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua
tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik,
maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar.
Prayitno (1995:47) mengemukakan “Tahap ini merupakan inti
kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya
cukup banyak”.
Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi aktif dalam
kelompok, terciptanya suasana mengembangkan diri anggota kelompok,
baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi,
mengajukan pendapat, menanggapi pendapat dengan terbuka, sabar dan
tenggang rasa, maupun menyangkut pemecahan masalah yang
dikemukakan dalam kelompok.
Pada tahap ini pula kegiatan bimbingan kelompok akan tampak
secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kelompok bebas
atau kelompok tugas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuaikan dengan
jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.
d. Tahap Pengakhiran (Terminasi)
Tahap pengakhiran merupakan tahap terakhir dari kegiatan
bimbingan kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian
(evaluasi) dan tindak lanjut (follow-up). Tahap ini merupakan taha
penutup dari seluruh rangkaian pertemuan kegiatan bimbingan kelompok
dengan tujuan telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok
tersebut. Dalam kegiatan kelompok berpusat pada pembahasan dan
penjelajahan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menerapkan
hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok berperan
untuk memberikan penguatan (reinforment) terhadap hasil-hasil yang
telah dicapai oleh kelompok tersebut. Pada tahap ini pemimpin kelompok
menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan, sehingga
semua anggota kelompok merasa memperoleh manfaat yang besar dalam
kegiatan tersebut serta adanya keinginan untuk mengadakan kegiatan lagi.
Menurut Prayitno (1995:60), peranan pemimpin kelompok pada
tahap ini adalah :
1) Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka. 2) Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas
keikutsertaan anggota. 3) Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4) Penuh rasa persahabatan dan empati.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan pesan dan hasil-hasil kegiatan.
3) Membahas kegiatan lanjutan. 4) Mengemukakan pesan dan harapan.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu tetap
mengusahakan suasana yang hangat. Memberikan pernyataan dan
mengucapkan terimakasih atas keikutsertaan anggota serta memberi
semangat untuk kegiatan lebih dengan penuh rasa persahabatan dan
simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah
memperjelas arti tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan
mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar
anggota setelah kelompok berakhir.
C. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep
Diri Positif
Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi
dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok
guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan dalam suasana
kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus
juga bisa membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang
tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan
menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok
dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima
dan berempati dengan tulus.
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang
memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku
baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini
dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat
menambah konsep diri yang positif.
Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan
terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan
sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu
antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi
pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri
dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka
masing-masing.
Bimbingan kelompok merupakan tempat bersosialisasi dengan anggota
kelompok dan masing-masing anggota kelompok akan memahami dirinya
dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya
sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya,
selain itu dalam layanan bimbingan kelompok ketika dinamika kelompok sudah
dapat tercipta dengan baik ikatan batin yang terjalin antar anggota kelompok akan
lebih mempererat hubungan diantara mereka sehingga masing-masing individu
akan merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain, serta timbul penerimaan
terhadap dirinya.
Konsep diri adalah pandangan menyeluruh individu terhadap totalitas
diri sendiri baik tentang dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelebihan dan kelemahannya yang terbentuk dari pengalamannya dan interaksi
dengan orang lain atau lingkungan sekitar individu. Interaksi yang terus menerus
dapat dilakukan dengan konseling kelompok karena dengan layanan konseling
kelompok ini para anggota dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang
lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi, selain itu pemberian alternatif-
alternatif bantuan yang ditawarkan oleh para anggota kelompok yang lain lebih
efektif sebab anggota kelompok tersebut sudah mengalami secara langsung.
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan sesuatu yang dipelajari dan merupakan hasil bentukan dari
pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu yang lain. Dalam
kegiatan konseling kelompok akan muncul dinamika kelompok maka individu
akan menerima tanggapan dari individu lain. Tanggapan –tanggapan ini akan
dijadikan cermin baginya dalam memandang dan menilai dirinya sendiri.
Tanggapan atau umpan balik yang cukup, memungkinkan individu untuk
menerima diri sendiri. Penerimaan diri akan mengarahkannya ke kerendahan hati
yang merupakan dasar konsep diri yang positif.
Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi, sehingga orang
mampu menyimpan informasi tentang dirinya baik informasi positif maupun
negatif. Oleh karena itu segala macam informasi bukan merupakan ancaman
baginya. Ia juga mampu menerima orang lain sebagaimana adanya. Baginya
hidup adalah proses penemuan. Dengan konseling kelompok individu
mengharapkan hidupnya akan lebih baik, dapat memecahkan masalah dan dapat
pula membantu orang lain. Dengan ini mereka bertindak lebih berani dan spontan
serta memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat. Hidup ini baginya
terasa menyenangkan penuh kejutan dan penuh pula imbalan.
Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan
lingkungan, dengan konseling kelompok siswa dapat berinteraksi dengan anggota
lain, mereka dapat berlatih tentang perilaku baru, belajar memberi dan menerima,
dan belajar memecahkan masalah berdasarkan masukan dari orang lain. Situasi
yang diperlukan untuk mengembangkan konsep diri positif adalah situasi
hubungan yang erat dan mendalam dan dalam waktu yang relatif agak lama dalam
berinteraksi.
Kelompok yang semua anggotanya merupakan teman yang sebaya
sering disebut kelompok teman sebaya. Di sinilah mereka dinilai oleh orang lain.
Penilaian ini akan dijadikan sebagai cermin dalam memandang dan menilai
dirinya sendiri. Mereka dapat membandingkan antara “saya dapat menjadi apa”
dengan “saya seharusnya menjadi apa”. Hasil dari perbandingan ini berupa rasa
harga diri. Semakin besar perbedaan keduanya akan semakin rendah harga
dirinya. Suasana memberi dan menerima di dalam bimbingan kelompok dapat
menumbuhkan harga diri dan keyakinan diri anggota. Anggota akan saling
menolong, menerima dan berempati secara tulus. Hal ini dapat menumbuhkan
suasana yang positif dalam diri mereka. Terlebih lagi apabila semua anggota
kelompok merupakan teman-teman sebaya.
Keefektifan layanan bimbingan kelompok telah banyak dibuktikan
dalam berbagai penelitian eksperimen seperti yang dilakukan oleh Sunarso
dengan judul ”Efektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan
kemampuan beradaptasi siswa kelas IA di SLTP Negeri 1 Kedungbanteng Tegal
Tahun Ajaran 2002/2003”. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh
layanan bimbingan kelompok terhadap kemampuan beradaptasi. Kesimpulannya
adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan beradaptasi antara
sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok dengan sesudah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat dikatakan bahwa layanan
bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi siswa.
Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa layanan konseling kelompok
dapat membentuk konsep diri yang positif bagi anggota-anggotanya, sehingga
akan membantu dalam mencapai perkembangan yang optimal.
D. Hipotesis
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat ditentukan hipotesis penelitian
ini adalah : " Konsep diri dapat ditingkatkan melaui layanan bimbingan kelompok
pada siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007".
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam
meetode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu
dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Hal
terpenting yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah pada ketepatan
penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin
dicapai. Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap diharapkan penelitian
dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis.
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian eksperimen
“Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain yang
bisa menganggu“ (Arikunto, 2002:3).
Terdapat bermacam-macam desain penelitian baik yang termasuk Pre-
Eksperimental atau True-Eksperimental Design. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Pre-eksperimental Design karena tanpa menggunakan kelompok
kontrol.
Bagan I. Pola kelompok pre test dan post test
01 X 02
(Arikunto, 2002:78)
Keterangan :
01 : Pretest (pengukuran/observasi pertama, konsep diri sebelum diberi layanan
bimbingan kelompok dengan menggunakan skala konsep diri).
X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI
SMA Teuku Umar Semarang).
02 : Postest/kondisi setelah perlakuan (pengkuran/observasi kedua, konsep diri
sesudah diberi layanan bimbingan kelompok dengan skala konsep diri yang
sama dengan pengukuran yang pertama).
Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap
rancangan eksperimen yaitu :
1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes kepada sampel penelitian sebelum
diadakan perlakuan yaitu bimbingan kelompok.
2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan yaitu layanan
bimbingan kelompok dengan menggunakan kelompok tugas yang akan
diberikan selama 8 kali pertemuan dengan durasi 45 menit. Ada pun langkah-
langkah prosedur penelitiannya yaitu :
Tahapan-tahapan bimbingan kelompok
Konselor sebagai pemimpin kelompok
Siswa sebagai anggota kelompok
Pembentukan 1. Mengungkapkan pengertian, tujuan, cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok
2. Mengadakan perkenalan dan menampilkan diri secara utuh dan terbuka
3. Bersedia membantu dengan penuh empati, hangat dan tulus
4. Mengadakan permainan penghangatan/pengakraban
1. Anggota memahami pengertian, tujuan, cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok
2. Saling memperkenalkan diri agar saling mengenal, percaya, menerima dan membantu di antara para anggota
3. Melakukan permainan yang telah disepakati
4. Mulai berminat untuk mengikuti kegiatan kelompok
Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang
akan ditempuh pada tahap selanjutnya
2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya
3. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
1. Anggota terbebas dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya
2. Anggota makin mantap untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok
Kegiatan 1. Pemimpin kelompok menyampaikan masalah atau topik yang berhubungan dengan konsep diri
2. Mengadakan tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan oleh pemimpin kelompok
1. Anggota kelompok membahas masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok secara tuntas dan mendalam
2. Anggota kelompok diharapkan dapat secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Pengakhiran 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
1. Anggota kelompok menyampaikan pesan dan kesan mengikuti kegiatan kelompok
2. Pemimpin kelompok menyampaikan kesan dan hasil kegiatan kelompok
3. Membahas kegiatan lanjutan 4. Mengemukakan pesan dan
harapan
2. Merencanakan kegiatan lanjutan
3. Merasakan hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri
Rancangan pemberian perlakuan layanan bimbingan kelompok
No. Pertemuan Materi layanan Waktu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan IV Pertemuan V Pertemuan VI Pertemuan VII Pertemuan VIII
Contoh kasus konsep diri negatif Pengertian dan perlunya konsep diri Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri Mensikapi permasalaan diri dan orang lain Cara meningkatkan kepercayan diri Cara menghindari prasangka dan akibatnya Cara mengembangkan sikap positif Cara mengembangkan dan mengarahkan emosi
45 Menit 45 Menit 45 Menit 45 Menit 45 Menit 45 Menit 45 Menit 45 Menit
3. Melakukan Post-test sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan
tujuan untuk mengetahui hasil apakah layanan bimbingan kelompok efektif
dalam membentuk konsep diri positif.
4. Proses analisis data, yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon Match Pairs
Test.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua individu yang akan dijadikan objek penelitian,
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 1994:221).
Untuk keperluan penelitian ini, yang digunakan sebagai populasi
adalah siswa Kelas XI SMA Teuku Umar Tahun Pelajaran 2006/2007 yang
berjumlah 143 orang siswa yang terbagi dalam lima kelas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002:109). Menurut Hadi (1994:221) sampel adalah sebagian dari populasi.
Dengan demikian sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian.
Ada pun sampel tersebut sebanyak 10 (sepuluh) siswa dalam satu
kelompok.
Dalam penelitian ini langkah-langkah pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan instrumen skala konsep diri secara keseluruhan kepada
populasi yaitu siswa kelas XI.
b. Apabila siswa yang konsep dirinya negatif berjumlah lebih banyak dari 10
siswa, maka akan mengambil siswa secara random dengan nilai terendah,
yang akan dibuat kelompok dengan harapan mempunyai ciri-ciri yang
sama atau homogen.
c. Memberikan perlakuan atau treatmen kepada kelompok (10 siswa) yang
digunakan sebagai sampel adalam penelitian.
Penelitian ini diberikan kepada siswa yang mempunyai konsep diri
negatif, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling atau pengambilan sampel berdasarkan tujuan.
Pengambilan sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara mengambil subjek,
atas adanya tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah membentuk konsep
diri positif melalui layanan bimbingan kelompok. Di samping sampel tujuan
juga ditetapkan sampel kuota yaitu mendasarkan pada jumlah yang
ditentukan. Jumlah yang dimaksud adalah jumlah anggota kelompok.
Teknik ini dilakukan berdasarkan pertimbangan jika dibandingkan
dengan teknik lain lebih efisien dan efektif, efisien yang dimaksud adalah
mempertimbangkan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dan efektif
dimaksudkan bila langsung melalui studi pendahuluan dapat menentukan
sejumlah sampel dengan tepat, dalam hal ini pengambilan sampel berdasarkan
ciri-ciri yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian yaitu siswa-siswa yang
mempunyai konsep diri negatif yang bercirikan sebagai berikut : mempunyai
hasil prestasi belajar rendah, melanggar tata tertib sekolah, perasaan rendah
diri, perasaan tidak mampu melaksanakan tugas dan membutuhkan
pertolongan kelompok untuk memecahkannya.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Independen/ bebas (X)
Variabel independen/bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
penyebab. Pada penelitian sebagai variabel bebas adalah bimbingan
kelompok.
b. Variabel Dependen/terikat (Y)
Variabel dependen/terikat adalah variabel yang keberadaannya bergantung
pada variabel bebas. Pada penelitian ini sebagai variabel terikat adalah
konsep diri.
2. Hubungan antar Variabel
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas
(X) yaitu bimbingan kelompok dan variabel terikat (Y) yaitu konsep diri. Jadi
dalam hal ini bimbingan kelompok sebagai variabel bebas mempunyai
pengaruh untuk membentuk konsep diri positif sebagai variabel terikat.
Bagan 2. Hubungan/pengaruh variabel.
3. Definisi Operasional Variabel
a. Konsep Diri Positif
Konsep diri adalah cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya
sendiri. Individu yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri :
Bimbingan Kelompok (X)
Konsep Diri Positif (Y)
percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima diri apa adanya,
dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap hiperkritis, dan optimis.
b. Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi
dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing)
pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna
mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah
membentuk konsep diri positif. Dalam pelaksanaanya bimbingan
kelompok melalui empat tahap yaitu pembentukan, peralihan, kegiatan,
dan pengakhiran. Dalam pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok
yang terdiri dari satu kelompok yang beranggotakan 10 anggota,
memberikan perlakuan atau treatmen layanan bimbingan kelompok,
dilakukan setiap minggu dua kali selama empat minggu dengan frekuensi
waktu 45 menit. Perlakuan eksperimen dilakukan di luar jam sekolah.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data merupakan suatu cara yang ditempuh oleh peneliti
untuk memperoleh data yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala psikologi. Skala psikologi adalah skala untuk pengukuran di bidang
psikologis. Skala psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut
afektif (Azwar, 2000:3). Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah
skala konsep diri untuk mengetahui konsep diri siswa.
Pada skala psikologi pertanyaannya merupakan stimulus yang tertuju pada
indikator untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri
subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Format
respon yang digunakan dalam instrumen penelitian ini terdiri dari 4 pilihan
jawaban dari pertanyaan yang ada. Nilai tengah dihilangkan untuk menghindari
kecenderungan responden memilih jawaban yang berada pada nilai tengah
tersebut atau jawaban ragu-ragu.
Ada pun pemberian skor tersebut adalah SS (Sangat Sesuai) = skor 4, S
(Sesuai) = skor 3, TS (Tidak Sesuai) = 2, STS (Sangat Tidak Sesuai) = 1, dan jika
pertanyaannya negatif maka skornya SS (Sangat Sesuai) = skor 1, S (Sesuai) =
skor 2, KS, TS (Tidak Sesuai) = 3, STS (Sangat Tidak Sesuai) = 4.
Instrumen yang berupa skala konsep diri dibuat dalam format sebagai
berikut :
Tabel 1.
Format Skala Konsep Diri Positif
Pilihan Jawaban Konsep Diri Positif
SS S TS STS
Pertanyaan tentang konsep diri
positif
Rentangan penilaian pada skala konsep diri positif dalam penelitian ini
menggunakan rentangan skor dari 1-4 dengan banyaknya item 60, sehingga
interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Skor maksimum : 4 X 60 = 240
Skor minimum :1X 60 = 60
Rentang : 240 – 60 = 180
Panjang kelas interval : 180 : 4 = 45
Persentase skor maksimum (4 : 4) X 100% = 100%
Persentase skor minimum (1 : 4) X 100% = 25%
Rentang persentase skor = 100% - 25% = 75%
Banyaknya kriteria = (Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah)
Panjang kelas interval = rentang : banyaknya kriteria
= 75% : 4 = 18,75%
Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka interval kriterianya :
Tabel 2.
Kriteria Tingkat Konsep Diri Positif
E. Instrumen Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen dilakukan
dalam beberapa tahap, baik dalam perbuatan atau uji cobanya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini yaitu membuat kisi-kisi
Interval Interval % Kategori
195 – 240
150 – 194
105 – 149
60 – 104
81,26 – 100,00 %
62,51 – 81,25 %
43,76 – 62,50 %
25,00 – 43,75 %
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat Rendah
pengembangan instrumen terlebih dahulu, uji coba di lapangan, revisi dan
instrumen jadi.
Bagan 3. Prosedur Penyusunan Instrumen
Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tentang konsep diri
positif oleh karena itu instrumen yang digunakan yaitu berupa skala konsep diri
positif . Kisi-kisi yang peneliti kembangkan yaitu aspek-aspek konsep diri positif.
Ada pun kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.
Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian
No. Item No. Variabel
Indikator Ciri-ciri konsep
diri positif Deskriptor
+ -
1. Konsep Diri
1. Percaya diri
a. Merasa yakin dalam menghadapi masalah pribadi
b. Merasa yakin dalam berbicara di depan umum
1,2 5,6
3,4 7,8
Kisi-kisi/ pengembangan
instrument penelitian
Instrumen Uji Coba
Instrumen Jadi Revisi
2. Merasa setara
dengan orang lain
3. Menerima apa
adanya 4. Dapat
menyikapi kegagalan
5. Tidak bersikap
hiperkritis 6. Optimis
c. Merasa yakin dalam menghadapi tugas atau pekerjaan
a. Merasa pantas bergaul dengan siapa saja
b. Mampu bersaing secara sehat dengan siapa saja
a. Mampu memahami kelemahan dan kelebihan dirinya dalam bidang akademik.
b. Mampu memahami kelemahan dan kelebihan dirinya dalam bidang sosial.
c. Mampu memahami dirinya dalam bidang pribadi.
a. Mampu mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi
b. Kegagalan memberikan semangat untuk lebih baik lagi
a. Menghargai orang lain b. Ikut merasa senang atas
keberhasilan orang lain c. Tidak suka mengeluh a. Merasa yakin atas
kemampuan yang dimiliki b. Semangat untuk
mengembangkan diri.
9,10 13,14 17,18 21,22 25,26 29,30 33,34 37,38 41,42 45,46 49,50 53,54 57,58
11,12 15,16 19,20 23,24 27,28 31,32 35,36 39,40 43,44 47,48 51,52 55,56 59,60
Instrumen yang telah dibuat diujicobakan sebelum dipergunakan sebagai
pengumpul data. Uji coba ini untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalitan atau
kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Suatu instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukur dan mempunyai
validitas tinggi serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti .
Uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan rumus “korelasi
product moment” yang dikemukakan oleh Karl Pearson sebagai berikut :
( )( )( ){ }{ }222xy
XNXXNYXXYNr∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
r xy : Koefisien korelasi antar X dan Y
∑ X : Jumlah skor item
∑ Y : Jumlah skor total
∑ X2 : Jumlah kuadrat dari skor item
∑ Y2 : Jumlah kuadrat dari skor total
∑ XY : Jumlah perkalian skor total dengan skor item
N : Jumlah responden
Berdasarkan uji coba instrument yang telah dilakukan dan dianalisis
dengan menggunakan rumus product moment pada taraf signifikasi 5% dan N
= 30 dan dikonsultasikan dengan r table 0,361 maka instrumen yang
digunakan valid karena r hitung > r tabel.
Dari 60 item pada setiap instrumen terdapat 20 item yang tidak valid
dan 20 item yang tidak valid, yaitu no 3, 7, 9, 11, 15, 17, 19, 21, 23, 28, 31,
34, 36, 38, 41, 43, 47, 52, 55, 59. Item yang tidak valid lainnya tidak
digunakan dalam instrumen penelitian karena setiap indikator sudah terdapat
item yang mewakili. Dengan demikian item yang digunakan dalam instrumen
penelitian terdapat 40 item.
2. Reliabilitas
Reliabilitas atau keterandalan instrumen sebagai alat ukur
dimaksudkan untuk mengetahui sejumlah kebenaran alat ukur tersebut sesuai
atau cocok digunakan sebagai alat ukur. Teknik yang uji digunakan adalah
rumus alpha, karena skor yang diberikan bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan
Arikunto (2002:171) bahwa ”untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0 menggunkan rumus alpha”. Adapun rumus Alpha
adalah sebagai berikut :
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−=
1kkr11 1 -
Keterangan:
∑σb2
σt2
r 11 : Reabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
2bα∑ : Jumlah varian butir
Σt2 : Varians total
Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian secara keseluruhan
dapat diketahui bahwa r hitung = 0,889 > 0,361 maka dapat dikatan
instrument pengukuran konsep diri positif siswa tersebut reliabel.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis
dan menarik tentang masalah yang akan diteliti. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode non parametrik, dengan
menggunakan uji Wilcoxon karena mengacu pada variabel data yang ada dalam
penelitian ini adalah variabel ordinal, selain itu uji Wilcoxon tidak menerapkan
syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan penelitian.
Di samping menggunakan uju Wilcoxon dalam penelitian ini juga menggunakan
teknik analisis deskriptif persentase. Uji Wilcoxon yaitu dengan mencari
perbedaan mean pre test dan post test, ada pun rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
( )
24)12)(1(
41
Tt-T z
++
+−
=∂
=nnn
nnTμ
Keterangan:
T : Jumlah jenjang yang kecil
n : Jumlah sampel
(Sugiyono, 2005:133)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri positif
pada siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 akan
diuraikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
A. Hasil Penelitian
1. Konsep Diri Sebelum Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok
Konsep diri dari 10 siswa yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.
Konsep diri siswa sebelum pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
Indikator No. Responden 1 2 3 4 5 6 Total Ket.
1. 13 9 19 11 8 18 78 R 2. 19 12 17 11 11 22 92 R 3. 16 13 15 10 10 17 81 R 4. 17 10 17 8 12 21 85 R 5. 22 7 17 8 8 14 76 R 6. 18 10 15 8 11 15 77 R 7. 16 10 18 10 8 18 80 R 8. 15 10 14 11 15 18 83 R 9. 19 10 16 11 12 21 89 R 10. 16 11 17 12 10 17 83 R
Mean 17,1 10,2 16,5 10 10,5 18,1 82,4 R Kriteria R R R R R R R
Terlihat dari tabel 4, bahwa 10 responden yang diteliti memiliki
konsep diri yang rendah terbukti dari rata-rata skor dalam kategori rendah.
Dilihat dari indikatornya ternyata rata-rata konsep diri yang rendah pada
indikator 1 (percaya diri), indikator 2 (Merasa setara dengan orang lain),
indikator 3 (Menerima apa adanya), indikator 4 (Dapat menyikapi kegagalan),
indikator 5 (Tidak bersikap hiperkritis), indikator 6 (Optimis).
Melihat kondisi tersebut maka 10 siswa yang tergolong rendah
konsep dirinya diberikan layanan bimbingan kelompok dengan harapan akan
terjadi perubahan yang signifikan konsep dirinya.
Pemberian layanan bimbingan kelompok dilaksanakan pada bulan
Maret 2007 mulai tanggal 6 maret sampai tanggal 29 maret yang sebelumnya
pada bulan januari diadakan pre test dulu untuk mengetahui konsep diri siswa
sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. Pada waktu pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok jadwal pertemuan sesuai dengan kesepakatan
bersama para anggota kelompok seperti pada tabel berikut :
Tabel 5.
Jadwal kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam
membentuk konsep diri positif
No. Tanggal Materi 1. Januari 2007 Pre Test 2. 6 Maret 2007 Contoh kasus konsep diri negatif 3. 8 Maret 2007 Pengertian dan perlunya konsep diri 4. 13 Maret 2007 Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri 5. 15 Maret 2007 Mensikapi permasalaan diri dan orang lain 6. 20 Maret 2007 Cara meningkatkan kepercayan diri 7. 22 Maret 2007 Cara menghindari prasangka dan akibatnya 8. 27 Maret 2007 Cara mengembangkan sikap positif 9. 29 Maret 2007 Cara mengembangkan dan mengarahkan emosi 10. 30 Maret 2007 Post Test
2. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang telah dilakukan selama proses bimbingan
kelompok berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.
Hasil pengamatan selama proses bimbingan kelompok
No. Pertemuan Hasil pengamatan
1. Pertemuan I (6 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung mulai dari tahap awal atau pembentukan sampai tahap akhir dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap awal secara sukarela tanpa ditunjuk para anggota langsung memperkenallan diri, dari nama, kelas alamat, hoby. Setelah itu diadakan suatu permainan untuk menghangatkan suasana, para anggota sangat antusias sekali dalam mengikuti permainan yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok membacakan contoh kasus yang ada anggota kelompok saling memberikan pendapatnya serta memberikan beberapa tips dalam berpacaran: • Dewi : memang kasus tersebut banyak terjadi dikalangan
remaja makanya kita harus mengantisipasi diri kita agar jangan sampai seperti pada kasus tersebut terutama bagi cewek jangan mudah terbujuk oleh rayuan gombal dari para lelaki. Dari kasus tersebut yang melatar belakangi peristiwa itu dari siceweknya meskipun sebenarnya dia cantik ia tidak percaya diri, ia mudah dirayu oleh pacarnya karena dari segi agamanya juga kurang, ditambah lagi suasana sepi dalam rumahnya sehingga bisa terjadi hal tersebut. Kita harus yakin bisa menghadapi setiap masalah masalah.
• Agil : Ya tidak semuanya cowok itu perayu dan ngegombal, tapi cewek itu juga seneng digombali he he, iya dari siceknya itu tidak percaya diri mudah saja dirayu oleh cowoknya padahal kalau dia cantik pasti banyak cowok yang suka sama dia dan tentunya lebih baik dari dia termasuk aku, ia tidak berani ngomong tidak sama cowoknya, mungkin dia juga terpengaruh oleh teman-temannya yang sudah pernah ML.
• Abria : Cewek itu harus hati-hati sama cowoknya, jelek-jelek begini meskipun aku gendut hitam tapi aku orangnya PD tapi aku tidak kepedean lho, ya apa yang dikatakan Sharah sama Agil itu benar selain itu kita itu harus bisa menjaga diri kita sendiri baik bagi cewek maupun cowok karena hal tersebut sangat tidak dibolehkan dalam semua agama, kita harus bisa menjaga nama baik diri kita dan
keluarga kita kalau sampai ML terus hamil siapa yang malu coba, kita bisa dikeluarkan dari sekolah maka masa depan kita bisa hancur, pikiran dari cewek pada kasus tersebut sangat sempit hanya karena takut diputus pacarnya saja ia mau menyerahkan keperawanannya. Masak takut kehilangan cowok yang suka ngegombal mending milih aku aja. Kayak aku ini percaya diri, menerima apadanya memahami kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah SWT.
• Sugeng : Wah jawaban kalian bagus-bagus jadi aku binggung mau jawab apa, ya hampir sama dengan kalian, jadi ada beberapa faktor sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi dari diri individu si cewek tersebut memang ia nampaknya orang yang tidak percaya diri, terus kalau dia tidak percaya diri dia tidak mempunyai ketrampilan berkomunikasi tidak bisa memberikan apa yang ada dalam hatinya bahwa sebenarnya ia menolak untuk melalukan hal tersebut, dia tidak bisa mengambil keputusan mana yang benar dan mana yang salah, terus dia itu tidak punya prinsip. Jujur saja aku ini belum pernah punya pacar saya malah kalau dengan cewek itu sedikit grogi. Kalau faktor dari luar ya lingkungan seperti teman, itu sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku kita jadi ya kita itu harus bisa memilih teman yang baik, dari segi agama itu mengajarkan kalau hal itu boleh dilakukan setelah kita menikah, dan orang tua juga harus bisa memantau anak-anaknya.
• Lila : Betul apa yang dikatakan Sugeng saya sama sajalah. • Sharah : Kalau menurut saya apa ya, memang kita itu harus
bisa menjaga diri kita, kita boleh saja berpacaran tetapi pacaran yang wajar jangan sampai melebihi batas dan melanggar norma. Memang masa remaja itu rawan sekali terhadap hal-hal seperti itu seperti sek bebas, dan narkoba, ya intinya no free sex and no drugs gitu.
• Arri : Saya juga ingin memberikan pendapat saya bahwa sebaiknya kasus tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita, kita harus bisa menerapkan cara yang benar dalam berpacaran kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu kita, kita bisa menyalurkannya kehal-hal yang positif seperti olah raga misalnya.
• Trinanda : Saya sama seperti yang lain. • Chusnul : Saya ini sebenarnya orangnya kurang percaya diri
tapi saya akan mencoba memberikan pendapat saya, jadi seperti Sugeng saya itu juga takut terhadap lawan jenis, makanya dengan kegiatan seperti ini saya seneng, mengenai gaya berpacaran pada remaja itu sekarang memang sudah melampau batas, sekarang saja banyak siswa –siswa SMP yang nonton VCD porno sehingga mereka punya keinginan apa yang belum ketahui, maraknya HP yang canggih juga membuat mereka bisa melihat dan menyimpan film porno di hp mereka, sebagai orang tua harus bisa mengontrol anak-anaknya betul tidak.
• Mawar : Betul Chusnul saya setuju, dari pihak sekolah
sekarang sudah banyak melakukan rasia HP yang canggih yang didalamnya ada film pornonya ini salah satu tindakan pencegahan yang bagus.
• Agil : Mengenai Tips berpacaran, ya kita harus punya komitmen dengan pacar kita, artinya punya tujuan yang jelas dalam berpacaran.
• Sugeng : Kalau saya belum pernah berpacaracan jadi apa ya, ya kalau berpacaran itu harus berpedoman pada nilai-nilai agama dan norma.
• Dewi : Kita harus punya prinsip dalam berpacaran, kita tidak usah ikut-ikutan seperti teman yang lain karena pacaran itu hanya taraf penjajagan.
• Sharah : Berarti kita berpacaran harus menghargai prinsip masing-masing pihak.
• Dewi : Ya iyalah. • Abria : Kita harus punya hak suara yang sama dalam
berpacaran artinya tidak egois. Pada pertemuan pertama pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari beberapa anggota seperti Abria, Dewi, Agil, Mawar, Chusnul, Arri, Sugeng, Sharah, yang memberikan pendapatnya. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya, meskipun ada dua anggota yaitu Lila dan Trinanda yang hanya mengucapkan kata sama ketika mengeluarkan pendapat dan hanya tersenyum karena merasa malu dan ragu. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
2. Pertemuan II (8 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung mulai dari tahap awal atau pembentukan sampai tahap akhir dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap awal perkenalan masih dilakukan agar para anggota lebih akrab, secara sukarela tanpa ditunjuk para anggota langsung memperkenallan diri mereka. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai apa itu konsep diri, jenis-jenis konsep diri dan perlunya konsep diri. Pemimpin kelompok menanyakan ada yang tahu apa yang dimaksud dengan konsep diri? Anggota kelompok memberi pendapat : • Abria : Konsep diri itu seperti gambaran dari pada diri kita. • Agil : Kalau menurut saya konsep diri itu merupakan
pandangan mengenai apa yang ada pada diri kita. • Dewi : Saya sependapat dengan kedua teman saya bahwa
konsep diri itu pandangan atau sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Kemudian pemimpin kelompok menyimpulkan berdasarkan pendapat dari anggota yang dimachingkan dengan materi yang
ada. Ada beberapa jenis konsep diri ada yang negatif dan juga ada yang positif . Konsep diri yang positif antara lain : percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap hiperkritis, dan optimis, sedangkan konsep diri yang negatif ia peka terhadap kritik, ia responsif sekali terhadap pujian, ia cenderung bersikap hiperkritis, ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, ia bersikap psimis terhadap kompetisi. Anggota kelompok Sharah menanyakan apa Pak yang dimaksud dengan tidak bersikap hiperkritis, pemimpin kelompok menjawab bahwa tidak bersikap hiperkritis itu adalah kita tidak mengeluh, kita mampu menghargai orang lain, senang terhadap keberhasilan orang lain. Setelah itu para anggota kelompok mendiskusikan berdasarkan kasus pada pertemuan pertama dilihat dari tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif. Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya peristiwa yang terjadi pada kasus kemarin : • Sugeng : Dengan melihat kasus kemarin bahwa siceweknya
itu tidak memiliki konsep diri yang positif seperti tidak percaya diri ia tidak mampu berbicara kepada pacarnaya, kemudian tidak menerima apa adanya artinya tidak menerima kelebihan dan kekurangannya.
• Abria : Kalau saya ia itu tidak mampu menghadapi satu permasalahan, tidak merasa yakin atas kemampuan yang dimilikinya.
• Sharah : Menurut saya peristiwa kemarin itu ia tidak merasa setara dengan orang lain sehingga sebenarnya ia cantik tapi ya ngak percaya diri.
• Agil : Ya jadi kasus yang terjadi itu karena tidak memiliki konsep diri yang positif.
• Arri : Sebaiknya kita harus memiliki konsep diri yang positif agar tidak seperti pada kasus tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Pemimpin kelompok memberikan contoh sebagai gambaran para anggota kelompok tentang perlunya konsep diri. Sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence Question) tinggi gagal dalam menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak siswa yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil dalam menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal. Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Pemimpin kelompok menanyakan menanyakan apa akah kalian sudah memiliki konsep diri yang positif : • Sharah : Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri
positif ada pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri,
kemudian menerima apa adanya. • Dewi : Kayaknya saya juga belum sepenuhnya memiliki
konsep diri positif, saya sudah percaya diri, udah mampu berbicara di depan umum, merasa setara dengan orang lain , tidak bersikap hiperkritis.
• Abria : Wah kayaknya saya sudah memiliki konsep diri positif seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya, tidak bersikap hiperkritis, meskipun belum semua kriteria itu ada pada saya.
• Agil : Saya sama seperti yang lain saya sudah bisa percaya diri, merasa setara dengan orang lain, mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang terjadi, contohnya saya habis kecelakaan dan hampir patah tulang ini memberikan hikmah bagi saya, menerima apa adanya, tidak bersikap hiperkritis.
• Sugeng : Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri positif ada pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri, kemudian menerima apa adanya, tidak bersikap hiperkritis, dan mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang terjadi.
• Mawar : Beberapa kriteria sudah ada pada diri saya, seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apadanya.
• Lila : Kayaknya saya belum mempunyai konsep diri yang positif tapi saya sudah muncul rasa percaya diri saya.
• Trinanda : Saya sama seperti Lila sudah muncul juga rasa percaya diri saya.
• Chusnul : Saya sedikit-sedikit sudah mulai mempunyai konsep diri yang positif kayak percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apadanya
• Arri : Kalau saya memang tidak semuanya kriteria konsep diri positif ada pada diri saya namun saya sudah percaya diri.
Pemimpin kelompok menanyakan atau membuat komitmen kepada semua anggota kelompok apakah anggota kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif dan akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali, meskipun siswa terlihat gugup ingin cepat pulang karena cuaca akan hujan. Dapat disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana dengan baik terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul. Angota kelompok mendapatkan pemahaman baru dari pengertian konsep diri, jenis-jenis konsep diri dan perlunya memiliki konsep diri
yang positif. 3. Pertemuan III
(13 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai isi konsep diri, dan asal-usul pembentukan konsep diri. Pemimpin kelompok memberikan informasi mengenai isi dari pada konsep diri. Pemimpin kelompok menjelaskan isi dari konsep diri mulai dari karakteristik fisik, penampilan, kesehatan dan kondisi fisik, rumah dan hubungan keluarga, hobi dan permainan, sekolah dan pekerjaan sekolah, kecerdasan, bakat dan minat, ciri dan kepribadian, sikap dan hubungan sosial, dan religius. Setelah isi konsep diri selanjutnya asal-usul atau faktor pembentuk konsep diri. Asal-usul konsep diri yaitu orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan pengalaman. Pemimpin kelompok meminta para anggota kelompok untuk mengemukakan mengungkapkan kelemahan dan kelebihan yang didalamya terdapat sifat-sifat positif dan negatif. Para anggota memberi pendapat tentang dirinya dari kelebihan dan kelemahan yang ia miliki : • Agil : Kelebihan yang ada dalam diri saya yaitu saya yaitu
saya orangnya tidak sombong, menerima apa adanya, tidak senang adanya permusuhan. Sedangkan kelemahan yang ada pada saya yaitu saya kadang cepat emosi.
• Abria : Kelebihan yang saya miliki yaitu berat badan, saya orangnya humoris, percaya diri, bisa bergaul dengan siapa saja, tidak suka kekerasan. Sedangkan kelemahan yang saya miliki yaitu apabila ada orang yang menyakiti saya saya sulit untuk memaafkannya tetapi saya tidak sampai pada kekerasan.
• Dewi : Kalau saya kelebihan yang saya punya itu saya senang membantu teman yang membutuhkan atau suka menolong, tegar dalam menghadapi setiap permasalahan, menghargai orang lain, jujur. Kekurangan atau kelemahan yang saya miliki kadang boros dalam hal keuangan.
• Sugeng : Kelebihan saya itu saya orangnya penyabar, percaya diri, menghargai orang lain, jujur, peka terhadap orang lain. Sedangkan kekurangan saya kadang timbul rasa takut terhadap lawan jenis.
• Arri : Kelebihan yang saya miliki tidak membeda-bedakan teman, yakin atas kemampuan yang saya miliki, tidak mengeluh. Sedangkan kelemahan saya itu saya orangnya kadang cepat tersinggung, kadang sering mengumpat apabila saya gagal.
• Chusnul : Kelemahan saya itu tidak bisa bangun pagi, malas, sering menyontek, tidak bisa dalam pelajaran eksak. Sedangkan kelebihan saya kata orang saya itu orangnya baik, tidak sombong.
• Sharah : Kalau kelebihan saya itu saya rajin, setiap ada masalah langsung saya selesaikan, tidak suka menunda-
nunda pekerjaan. Sedangkan kekurangan saya pelupa. • Mawar : Kelebihan yang saya miliki menerima diri apa
adanya, pandai bergaul, senang dengan adanya tantangan. Kelemahan saya sama seperti Dewi saya boros dalam hal keuangan.
Para anggota akan mengembangkan diri artinya akan berusaha menutupi kelemahan yang ada pada diri mereka. Pemimpin kelompok menanyakan atau membuat komitmen kepada semua anggota kelompok apakah anggota kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui faktor-faktor yang membentuk konsep diri positif. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif.
4. Pertemuan IV (15 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai bagaimana kita mensikapi permasalahan diri dan orang lain. Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai permasalahan apabila kita punya masalah kemudian ada teman kita yang minta bantuan apa yang harus kita lakukan? • Abria : Melihat masalahnya dari teman kita apa masalahnya
berat atau tidak apabila ringan langsung kita bantu dan apabila berat kita bisa menjadi pendengar yang baik, kita bisa beri support atau dukungan, nasehat.
• Dewi : Hampir sama seperti Sugeng semampu kita kita bantu masalah teman kita yang enting jangan sampai malah masalah itu menjadi masalah pada diri kita.
• Sharah : Kalau saya mending saya menyelesaikan masalah saya dulu biar tidak pusing karena masalah kita belum selesai, kalau masalah kita sudah selesai baru kita membantu masalah teman kita.
• Mawar : Kalau saya minta bantuan teman lain dulu karena saya masih memiliki masalah, tetapi secara halus biar teman kita tidak marah kepada kita.
• Abria : Kita bantu teman kita yang punya masalah dulu setelah selesai kita selesaikan masalah kita sendiri apabila kita tidak bisa kita bisa minta bantuan kepada teman kita yang kita bantu tadi.
• Agil : Menurut saya kita bahas dulu bersama-sama masalahnya kalau tidak bisa kita minta bantuan pada teman yang lain juga,terus masalah kita dibahs bersama-sama juga.
• Lila : Kita bantu teman kita karena tidak enak pabila kita langsung menolaknya.
• Trinanda : Menurut saya kita harus bantu teman kita yang punya masalah biar nanti masalah kita juga bisa dibantu teman kita.
• Chusnul : Ya saya akan membantu teman dulu baru masalah kita.
• Arri : Kita berusaha bantu teman jangan sampai menjadi beban pada kita.
Bagaimana kita mensikapi permasalahan kita? Para anggota menjawab : • Dewi : Saya akan langsung menyelesaikan masalah tersebut
dan tidak akan membiarkannya berlarut-larut. • Sharah : Saya akan semaksimal mungkin menyelesaikan
masalah kalau tidak bisa baru minta bantuan pada orang lain.
• Mawar : Kalau kita menunda-nunda masalah maka masalahnya tidak selesai jadi harus segera diselesaikan.
• Agil : Kita harus bisa mengidentifikasi dulu masalahnya, apa yang menjadi penyebab jangan grusah-grusuh lalu kita membuat pilihan atau keputusan yang tepat.
• Abria : Menurut saya kita harus memahami dulu masalahnya kita bisa seringkan kepada sahabat kita atau teman terdekat agar dapat menambah jawaban dari persoalan yang kita hadapi.
• Trinanda : Saya juga sama seperti yang lain akan menyelesaikan masalahnya langsung itu juga.
Bagaimana kita mensikapi permasalahan orang lain? Para anggota menjawab : • Sugeng : Seperti yang saya bilang tadi kita bisa menjadi
pendengar yang baik, kita bisa beri support atau dukungan, nasehat.
• Arri : Kita bisa memberikan nasehat tapi diberikan pada saat yang tepat.
• Chusnul : Kita harus peka terhadap orang lain, kita bisa memberikan simpati kita menolong meringan beban.
• Lila : Ya kita beri saran, nasehat yang penting jangan sok pintar.
Pada pertemuan keempat pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari semua anggota seperti Abria, Dewi, Agil, Mawar, Chusnul, Arri, Sugeng, Sharah, Lila, Trinanda yang memberikan pendapatnya. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
5. Pertemuan V ( 20Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara meningkatkan kepercayaan diri yang didalamnya terdapat pengertian percaya diri, karakteristik individu yang percaya diri dan yang tidak percaya diri kemudian bagaimana upaya mengatasi rasa kurang
percaya diri. Pemimpin kelompok menanyakan ada yang tahu apa itu percaya diri? Anngota ada yang menjawab : • Agil : Percaya diri itu percaya atas kemampuan yang
dimiliki. • Dewi : Percaya diri itu merupakan dorongan yang ada dalam
diri dalam rangka menghadapi segala yang ada. • Abria : Kalau menurut saya percaya diri itu ya sikap yang
kita miliki dalam menghadapi segala sitauais atau keadaan. Setelah pemimpin kelompok menjelaskan topik kemudian meminta anggota kelompok apabila ada permasalahan yang berkaitan dengan topik yang dibahas kali ini bisa dituangkan kemudian kita bahas bersama-sama. Dari anggota kelompok muncul permasalahan : • Lila : Begini saya punya masalah mengenai ya kurang
percaya diri misalkan harus ngomong didepan kelas apalagi dedepan umum.
• Trinanda : Masalah saya sama dengan Lila. • Sugeng : Kalau saya memiliki masalah kadang merada tidak
percaya diri dengan lawan jenis makanya sampai saat ini saya belum mempunyai pacar.
• Chusnul : Saya merasa gori ketika bertanding jadi kadang saya menyerah dulu.
Baik setelah kita tahu beberapa permasalahan kita tentukan masalah siapa dulu yang akan kita bahas, para anggota kelompok sepakat untuk memecahkan masalahnya Lila, dengan memberikan tanggapan dan saran sebagai berikut : • Arri : Sebelumnya permasalahan yang melatar belangi itu
apa mungkin Lila bisa menjelaskan biar ketika teman-teman mebantu menyelesaikan masalahnya bisa mudah.
Jadi begini permasalahannya ketika saya masih duduk di kelas X ada diskusi dalam kelas kemudian saya diminta untuk memberi jawaban kemudian jawaban atau tanggapan saya ditertawakan oleh teman-teman sehingga ini membuat saya malu dan tidak mau lagi untuk memberi jawaban lebih baik saya diam saja. Setelah tahu permasalahannya maka para anggotapun memberi saran : • Abria : Dengan melihat apa yang menjadi masalah kamu
saya bisa menganalisis bahwa kamu memiliki satu pikiran yang mana kamu ketika akan menjawab maka akan ditertawakan lagi oleh teman-teman padahal belum tentu.
• Agil : Apa yang dikatan Abria betul itu Lil jadi ketika kita punya pikiran yang begitu maka kita tidak akan bisa untuk mengungkapkan pendapat jadi pikiran itu harus dihilangkan.
• Arri : Nah setelah kamu menceritakan latar belakangnya kan teman-teman bisa tahu dan mudah dalam memberikan pendapatnya, kalau menurut saya kamu harus punya kemauan dulu atau tekad bahwa saya harus berani ngomong didepan kelas misalnya tanpa mempedulikan apa kata teman.
• Dewi : Jadi ada betulnya yang dikatakan oleh Arri tetapi
kamu ketika akan memberi jawaban kita pikir dulu artinya kita tahu betul apa yang menjadi persoalan kemudian kemudian dalam benak kita sudah ada jawaban yang relevan sehingga jawaban kita akan bermutu dan ini tidak bakal ditertawakan oleh teman malah kita akan mendapat sanjungan dari teman-teman.
• Mawar : Yup saya setuju apa yang dikataka Sharah semua itu merupakan proses pembelajaran jadi kita tidak langsung bisa tetapi harus bertahap.
• Sharah : Saya juga setuju. Dengan saran-saran yang diberikan oleh temannya Lila dapat menerima saran dari teman-temannya, Lila memutuskan mulai sekarang dia akan percaya diri tidak akan takut lagi untuk ditertawakan. Ya dengan kegiatan bimbingan kelompok ini masalah saya bisa teratasi saya merasa senang, kemudian saya bisa belajar berbicara meskipun dalam lingkup kelompok. Pada pertemuan kelima pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Siswa sudah dapat membantu memecahkan permasalahan orang lain. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
6. Pertemuan VI ( 22Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara menghindari prasangka dan akibatnya yang didalamnya terdapat pengertian prasangka, terbentuknya prasangka, usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangka, akibat prasangka. Pemimpin kelompok menanyakan ada yang tahu apa itu prasangka? Anggota kelompok menjawab : • Dewi : Prasangka adalah anggapan yang kurang baik kepada
orang lain. • Agil : Prasangka itu merupakan perasaan kita kepada orang
lain yang bisa bersifat positif maupun negatif. Pemimpin kelompok memberikan contoh apa pandangan kita terhadap seorang pelukis atau seniman?. Anggota kelompok yang menjawab : • Lila : Pasti pelukis itu hidupnya tidak teratur, jorok, tidak
pernah mandi. • Abria : Belum tentu semua pelukis atau seniman seperti itu
kita harus punya prasangka yang positif. Kamu kan belum tahu sendiri bagaimana kehiduapan pelukis.
• Sharah : Apa yang dikatakan Abria benar jadi belum tentu seorang pelukis itu menti jorok, jarang mandi, semprawut acak-acakan rambutnya gondrong tetapi banyak juga pelukis yang bersih.
Bagaimana pandangan kalian terhadap karakter orang madura? • Trinanda : Ya pasti karakter orang madura itu keras. • Mawar : Belum tentu tidak semua orang madura itu keras. Apabila kalian mendapat nilai lima pada pelajaran matematika apa yang kalian lakukan?. • Dewi : Introspeksi diri mungkin kita tidak belajar dengan
sungguh-sungguh. • Chusnul : Ya itu mungkin kesalahan gurunya, gurunya tidak
senang pada kita. • Sugeng : Yang dikatakan Sharah itu benar kita harus
instrospeksi diri kita dulu kenapa kok sampai nilai kita jelek mungkin kita jarang mengerjakan PR, terus kalau ulangan kita tidak belajar.
Misalkan kalian melihat Pak Karto guru matematika, marah kepada Arri sehingga dihukum apa tanggapan kalian? • Abria : Ya saya menganggap bahwa Pak Karto itu orang
yang galak dan senang menghukum. • Sharah : Kalau saya tidak setuju mungkin kenapa Arri
dihukum karena Arri bandel tidak mengerjakan tugas artau PR jarang mengikuti pelajaran yag penting menghukumnya
Pada pertemuan keenam pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif dalam tanya jawab sehingga suasana kelompok terkendali. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
7. Pertemuan VII (27 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara mengembangkan sikap positif yang meliputi pengertian, langkah-langkah menumbuhkan sikap positif dan manfaat bersikap positif. Pemimpin kelompok menanyakan bagaimana sikap positif kita sebagai pelajar?. • Dewi : Kita harus belajar dengan giat, mentaati peraturan
sekolah seperti memakai seragam lengkap, datang tepat waktu tidak terlambat, selalu mengikuti pelajaran di sekolah atau tidak membolos.
• Mawar : Kita harus sopan terhadap guru, menghormati guru, selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.
• Sharah : Selalu mengikuti upacara bendera sebagai bukti cinta tanah air, tidak hanya guru yang dihaormati petugas TU juga harus kita hormati pokoknya menghormati kepada yang lebih tua.
• Lila : Kita harus mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran.
• Trinanda : Yang jelas kita sebagai belajar kita harus giat belajar.
• Arri : Mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler yang
diselengarakan di sekolah. • Chusnul : Tidak mencemarkan nama baik sekolah. • Agil : Membuat prestasi dalam bidang akademik maupun
non akademik. • Abria : Tidak boleh menyontek. • Sugeng : Jangan membuat gaduh saatpelajaran. Pertanyaan kedua bagaimana sikap positif kita berada dilingkungan keluarga?. Para anggota menjawab : • Sugeng : Patuh terhadap perintah orang tua, • Agil : Menghormati orang tua, • Dewi : Mentaati norma dalam keluarga, • Abria : Menghargai dan menyangi adik/kakak, • Mawar : Selalu berbuat baik kepada orang tua. Pertanyaan ketiga bagaimana sikap ositif kita dalam lingkungan masyarakat?. Anggota kelompok menjawab • Sharah : Selalu mentaati norma yang berlaku dimasyarakat, • Arri : Menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, • Chusnul : Bersedia menolong tetangga yang mendapat
musibah. Sejauh ini pada pertemuan ketujuh saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, jadi dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik ini dapat terlihat dari indikator yang muncul, dan anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara mengembangkan sikap positif. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
8. Pertemuan VIII (29 Maret 2007)
Pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara mengendalikan dan mengarahkan emosi yang meliputi pengertian emosi, macam-macam emosi dan cara mengendalikan emosi. Agil memberikan contoh emosi misalnya kita punya barang kemudian dihilangkan oleh teman kita kemudian kita marah kemudian memukul maka kita tidak bisa mengarahkan emosi kita, dan akibatnya kita tidak punya teman kemudian dijauhi teman-teman. Maka kita harus bisa mengendalikan emosi marah kita. Praktikan memberikan contoh apabila teman satu kelompok kita ada yang sakit apa emosi kita dan apa yang harus kita lakukan?. Para anggota menjawab : • Dewi : Emosi yang muncul adalah sedih, dan akan
menjenguk teman kita yang sakit. • Chusnul : Apa yang dikatakan dewi benar kita tidak boleh
senang masak teman kita sakit kita malah senang kita harus mendoakan dia biar cepat sembuh.
• Arri : Dalam ajaran agamapun mengajarkan kita untuk menjenguk dan mendoakan orang yang sakit meskipun orang yang sakit itu orang yang dibenci kita.
Contoh yang kedua apabila ada teman kita meraih juara satu dalam lomba bola basket apa emosi kita?.Anggota kelompok : • Abria : Merasa senang dan memberikan selamat kepada
teman kita. • Agil : Sama seperti Abri jadi kita harus bangga kepada
teman kita karena berprestasi, sehingga kita bisa termotivasi agar bisa seperti teman kita.
Contoh ketiga apabila nilai Ari lebih besar dari pada kalian apa yang dilakukan?. Anggota menjawab : • Dewi : Saya merasa iri tetapi saya akan berusaha agar nilai
mereka lebih baik dari Ari dengan cara belajar dengan giat. • Mawar : Emosi yang muncul pertama kali memang emosi iri
tetapi kita menjadi termotivasi masak nilai saya kok dibawah Arri.
• Sugeng : Ya kita termotivasi agar nilai kita lebih tinggi dari pada Ari tapi motivasi yang positif artinya tidak menghalalkan segala cara biar nilainya lebih baik dari pada Arri dengan cara menyontek atau berbuat curang.
Dari contoh tersebut para anggota sudah dapat mengarahkan emosi mereka kehal yang positif. Tanggapan dari para anggota kelompok sangat baik. Sejauh ini para anggota sudah aktif terbuka dalam mengemukakan pendapat, ide, dan tanggapan. Dinamik kelompok dapat terwujud dengan baik, anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara mengendalikan dan mengarahkan emosi.
Gambaran tentang perkembangan konsep diri yang ditunjukkan oleh
siswa, pada tiap pertemuan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 7.
Perkembangan konsep diri siswa
Hasil Perkembangan Pertemuan
No Nama Siswa
Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Agil P • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
V V V
V
V V
V V
V
V
V
hiperkritis • Optimis
V
V
2. Chusnul U • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V
V V
V V
V V
V V
V V
V
3. Dewi WS • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V
V V
V V V V
V V
V
V V V
4. Mawar M • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V V
V
V V V
V V
V V
5. Sharah I • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis
V V
V V
V
V V
V
V V
V
V
• Optimis V 6. Arri W • Percaya diri
• Merasa setara dengan orang lain
• Menerima apa adanya
• Dapat menyikapi kegagalan
• Tidak bersikap hiperkritis
• Optimis
V V
V
V
V V V V
V V
V
7. Abria N • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V V
V V V
V V V
V V V V
V
V
V V
8. Trinanda • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V
V V V V
V V
V
V
9. Lila W • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V
V V
V V V
V
V
V V
10. Sugeng P • Percaya diri • Merasa setara
dengan orang lain • Menerima apa
adanya • Dapat menyikapi
kegagalan • Tidak bersikap
hiperkritis • Optimis
V V V
V V
V V
V
V
V
V V
V V
Dari tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut pada pertemuan
pertama Agil mengalami peningkatan pada indikator percaya diri ini terlihat
dari Agil berani dalam mengungkapkan pendapatnya yang sebelumnya Agil
merasa malu untuk mengungkapkan pendapat, pada pertemuan kedua Agil
mengalami peningkatan dari yang percaya diri Agil sudah mampu merasa
setara dengan orang lain, pada pertemuan ketiga Agil hanya menunjukkan
aspek percaya diri saja aspek yang lain tidak muncul, pada pertemuan
keempat ini Agil dapat tidak bersikap hiperkritis dan optimis, pada pertemuan
kelima aspek yang muncul merasa setara dengan orang lain dan dapat
menyikapi kegagalan, pada pertemuan keenam dan ketujuh Agil dapat
menerima apa adanya, pada pertemuan terakhir rasa percaya diri Agil muncul
serta sikap optimis.
Peningkatan yang ada pada Chusnul antara lain pada pertemuan
pertama percaya diri sudah nampak dan merasa setara dengan orang lain, pada
pertemuan kedua masih nampak rasa percaya diri namun aspek yang lain
belum nampak, pada pertemuan ketiga sudah dapat menyikapi kegagalan,
pada pertemuan keempat percaya diri muncu lagi dengan aspek dapat
menyikapi kegagalan, pada pertemuan kelima masih ada aspek percaya diri
dan tidak bersikap hiperkritis, pada pertemuan keenam dapat merasa setara
dengan orang lain dan dapat menyikapi kegagalan, pada pertemuan ketujuh
tidak bersikap hiperkritis serta optimis, sedang pertemuan terakhir aspek yang
muncul hanya menerima apa adanya.
Peningkatan yang terjadi pada Dewi, pertemuan pertama yang
muncul hanya percaya diri saja, pertemuan kedua juga hanya merasa setara
dengan orang lain aspek yang lain belum nampak, sedang pertemuan ketiga
percaya diri serta menerima apa adanya, pada pertemuan keempat juga masih
percaya diri, pertemuan kelima ada tiga aspek yang muncul percaya diri, tidak
bersikap hiperkritis serta optimis, pertemuan keenam muncul merasa setara
dengan orang lain dan dapat menerima apa adanya, pertemuan ketujuh dapat
menyikapi kegagalan sedang pertemuan terakhir percaya diri, tidak bersikap
hiperkritis dan optimis.
Peningkatan yang terjadi pada Mawar, pada pertemuan pertama
percaya diri sudah nampak, pada pertemuan kedua merasa setara dengan
orang lain dan dapat menerima apa adanya, pertemuan ketiga tidak bersikap
hiperkritis, pertemuan keempat hanya percaya diri saja, pertemuan kelima
percaya diri serta optimis, pada pertemuan keenam Mawar tidak menunjukkan
aspek yang muncul, pada pertemuan ketujuh percaya diri dan menerima apa
adanya, pada pertemuan terakhir aspek yang muncul merasa setara dengan
orang lain serta optimis.
Peningkatan yang ada pada Sharah, pada pertemuan pertama muncul
rasa percaya diri dan merasa setara dengan orang lain, pertemuan kedua juga
percaya diri namun ada aspek lain yang muncul yaitu menerima apa adanya,
pada pertemuan ketiga tidak bersikap hiperkritis, pertemuan keempat percaya
diri dan dapat menyikapi kegagalan, pertemuan kelima aspek yang nampak
merasa setara dengan orang lain, pertemuan keenam percaya diri dan
menerima apa adanya, aspek ketujuh tidak bersikap hiperkritis dan optimis,
sedang pada pertemuan kedelapan hanya dapat menyikapi kegagalan saja.
Peningkatan konsep diri pada Arri, pertemuan pertama ditunjukkan
dengan percaya diri dan menerima apa adanya, pertemuan kedua merasa
setara dengan orang lain, pertemuan ketiga dapat menyikapi kegagalan,
pertemuan keempat percaya diri, pada pertemuan kelima selain percaya diri
aspek yag muncul adalah optimis, pertemuan keenam merasa setara dengan
orang lain dan menerima apa adanya, pertemuan ketujuh dapat menyikapi
kegagalan dan tidak bersikap hiperkritis sedang pertemuan kedelapan optimis.
Peningkatan konsep diri pada Abria, pertemuan pertama terjadi tiga
peningkatan yaitu percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima
apa adanya, sedang pada pertemuan kedua hanya percaya diri saja, pertemuan
ketiga percaya diri dan dapat menyikapi kegagalan, pertemuan keempat
terjadi tiga peningkatan percaya diri, tidak bersikap hiperkritis dan optimis,
pada pertemuan kelima terjadi emapat peningkatan dari percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apa adanya dan tidak bersikap hiperkritis,
tetapi dalam pertemuan keenam hanya merasa setara dengan orang lain saja,
pertemuan ketujuh juga satu aspek yaitu optimis, sedang pertemuan terakhir
dapat menyikapi kegagalan dan tidak bersikap hiperkritis.
Peningkatan yang terjadi pada Trinanda, pada pertemuan pertama
tidak nampak satu aspekpun yang muncul baru pada pertemuan kedua muncul
percaya diri dan menerima apa adanya, pertemuan ketiga Trinanda absen
karena tidak masuk sekolah sehingga tidak ada aspek yang muncul, pertemuan
keempat percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apa
adanya, pertemuan kelima dapat menyikapi kegagalan dan optimis, pertemuan
ketujuh tidak bersikap hiperkritis dan pertemuan terakhir merasa setara
dengan orang lain.
Peningkatan yang ada pada Lila hampir sama dengan Trinanda pada
pertemuan pertama tidak satupun aspek yang muncul, baru pada pertemuan
kedua muncul aspek percaya diri dan menerima apa adanya, pertemuan ketiga
juga tidak ada peningkatan karena absen tidak masuk sekolah, pertemuan
keempat merasa setara dengan orang lain dan menerima apa adanya,
3. Konsep diri Setelah Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok
Setelah dilaksanakan layanan bimbingan kelompok selama 8 kali
pertemuan, selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui peningkatan
konsep diri. Hasil post test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran dan
terangkum pada tabel berikut :
Tabel 8.
Konsep diri siswa setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
Indikator No. Responden 1 2 3 4 5 6 Total Ket.
1. 25 13 26 16 14 24 118 T 2. 22 13 17 11 16 24 103 T 3. 20 14 30 17 16 34 131 ST 4. 23 15 20 11 11 23 103 T 5. 22 16 19 11 13 27 108 T 6. 19 14 19 14 12 28 106 T 7. 22 18 29 18 18 31 136 ST 8. 20 16 20 11 13 26 106 T 9. 19 16 18 12 18 27 110 T 10. 21 17 19 15 13 25 110 T
Mean 21.3 15.2 21.7 13.6 14.4 26.9 113.1 T Kriteria T T T T T T T
Terlihat dari tabel bahwa 10 responden yang diteliti memiliki konsep diri
yang tinggi atau positif terbukti dari rata-rata skor 113,1 dalam kategori
tinggi. Dilihat dari indikatornya ternyata rata-rata semua indikator dalam
kategori tinggi.
4. Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam
Mengembangkan Konsep diri Positif
Gambaran tentang efektifitas bimbingan kelompok dalam
mengembangkab konsep diri positif dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif
dan uji Wilcoxon dari 6 indikatornya yaitu : percaya diri, merasa setara dengan
orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap
hiperkritis, optimis.
Tabel 9.
Hasil Uji Wilcoxon
Indikator Zhitung Ztabel Kesimpulan Percaya diri - 2.650 0.08 Ho ditolak
Merasa setara dengan orang lain - 2.818 0.05 Ho ditolak
Menerima apa adanya - 2.812 0.05 Ho ditolak
Dapat menyikapi kegagalan - 2.201 0.28 Ho ditolak
Tidak bersikap hiperkritis - 2.803 0.07 Ho ditolak
Optimis - 2.675 0.05 Ho ditolak
Total - 15.860 0.48 Ho ditolak
Tabel 10.
Hasil pre test dan post test setiap indikator
Indikator Kondisi Mean Kriteria Pre test 17.1 Rendah Percaya diri Post test 21.3 Tinggi Pre test 10.2 Rendah Merasa setara dengan orang lain Post test 15.2 Tinggi Pre test 16.5 Rendah Menerima apa adanya Post test 21.7 Tinggi Pre test 10 Rendah Dapat menyikapi kegagalan Post test 13.6 Tinggi Pre test 10.5 Rendah Tidak bersikap hiperkritis Post test 14.4 Tinggi Pre test 18.1 Rendah Optimis Post test 26.9 Tinggi Pre test 82.4 Rendah Total Post test 113,3 Tinggi
Terlihat dari tabel 10, rata-rata skor konsep diri siswa sebelum diadakan
layanan bimbingan kelompok sebesar 82,4 dalam kategori rendah dan setelah
mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat meningkat menjadi 113,1 dalam
kategori tinggi. Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = - 15.860 dan kurang
dari –Ztabel = (-0.48) atau pada daerah penolakan Ho. Demikian juga untuk
setiap indikatornya diperoleh Zhitung < -Ztabel atau pada daerah penolakan Ho.
Dengan ditolaknya Ho menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
konsep diri siswa antara sebelum dan sesudah mengikuti layanan bimbingan
kelompok. Hal ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peningkatan
konsep diri siswa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan konsep diri
siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsep diri pada siswa kelas XI SMA
Teuku Umar Semarang setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok lebih
tinggi atau positif dibandingkan sebelum mendapatkan layanan bimbingan
kelompok.
Konsep diri siswa mengalami perubahan dari yang negatif menjadi positif
setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok pada enam indikator konsep
diri positif. Adapun peningkatan konsep diri siswa terhadap enam indikator
konsep diri positif tersebut antara lain :
1. Percaya diri
Peningkatan dalam sikap percaya diri ini dapat dilihat dari perubahan
anggota kelompok yang sudah berani untuk mengeluarkan pendapat, yakin
dalam menghadapi setiap masalah, serta yakin dalam menghadapi setiap
tugas, apabila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan layanan bimbingan
kelompok. Misalnya dalam kelas ada diskusi kelompok maka anggota
kelompok tidak berani untuk mengungkapkan pendapat atau berbicara dalam
kelas maka ia akan diam saja. Apabila dikasih tugas oleh guru mata pelajaran
sebelum mencoba maka siswa merasa tidak bisa dan merasa sulit untuk
mengerjakan.
2. Merasa setara dengan orang lain
Peningkatan dalam indikator merasa setara dengan orang lain ini dapat
terlihat selama kegiatan bimbingan kelompok seperti siswa tidak mencela atau
meremehkan orang lain, siswa tidak sombong atau merasa paling benar,
merasa pantas bergaul dengan siapa saja, serta mampu bersaing secara sehat.
3. Menerima apa adanya
Peningkatan dalam indikator apa adanya ini siswa sudah mampu untuk
memahamai apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta
motivasi untuk mngembangkan kelebihan yang ia miliki.
4. Dapat menyikapi kegagalan
Peningkatan dalam indikator dapat menyikapi kegagalan ini terlihat
dari siswa yang mampu mengambil hikmah dari kegagalan dan mempunyai
semangat untuk bangkit dari kegagalan.
5. Tidak bersikap hiperkritis
Peningkatan yang ada dalam indikator tidak bersikap hiperkritis antara
lain siswa tidak mengeluh dengan adanya satu masalah atau tugas, mampu
menghargai orang lain, serta merasa senang atas keberhasilan orang lain.
6. Optimis
Peningkatan dalam indikator optimis ini terlihat dari semangat para
siswa untuk mengembangkan diri serta merasa yakin atas kemampuan yang
dimiliki.
Berdasarkan hasil kegiatan bimbingan kelompok, ada beberapa kesan
yang diungkapkan oleh anggota kelompok, yaitu kegiatan dalam bimbingan
kelompok inidapat bermanfaat karena dapat menambah wawasan, pengetahuan,
mengakrabkan teman, belajar untuk lebih menerima diri, belajar bergaul, belajar
lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar
mengungkapkan pendapat, belajar berkomunikasi, belajar memberi dan menerima
atau tack in give, belajar memecahkan masalah, lebih peka kepada orang lain,
lebih mengerti bahwa orang lain juga punya masalah, belajar mempercayai diri
sendiri dan orang lain. Selain itu kegiatan bimbingan kelompok sangat
menyenangkan karena dapat menyelesaikan suatu toipk atau tema dalam setiap
pertemuan secara mendalam dan adanya kerjasama yang baik antara para anggota
kelompok dan pemimpin kelompok. Dengan diadakannya kegiatan bimbingan
kelompok ini dapat membentuk konsep diri positif pada diri siswa tersebut.
Setelah 10 siswa mendapatkan treatment atau perlakuan berupa bimbingan
kelompok, ternyata terjadi perubahan dari siswa yang memiliki konsep diri yang
rendah setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok mengalami
peningkatan yaitu terdapat 2 siswa (20%) yang memiliki konsep diri yang sangat
tinggi, 8 siswa (80%) dalam kategori tinggi. Rata-rata skor konsep diri sebelum
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok adalah 82,4 dalam kategori rendah, dan
setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok meningkat menjadi
113,1 dalam kategori tinggi. Ditunjukkan pula dari hasil uji Wilcoxon diperoleh
Z hitung = -15.860 yang kurang dari – Ztabel (-0,48) atau berada pada daerah
penolakan Ho. Hal ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan konsep diri
setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok
efektif dalam mengembangkan konsep diri positif pada siswa kelas XI SMA
Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep diri pada siswa mengalami peningkatan yang
signifikan setelah siswa mendapatkan perlakuan berupa layanan bimbingan
kelompok.
Layanan bimbingan kelompok efektif dalam mengembangkan konsep diri
positif siswa karena layanan bimbingan merupakan proses pemberian informasi
dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok
guna mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan dalam penelitian ini adalah
membentuk konsep diri positif. Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok
selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa
membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat
sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan
menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok
dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok saling menolong, menerima
dan berempati dengan tulus.
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang
memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku
baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini
dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat
menambah konsep diri yang positif.
Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan
terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan
sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu
antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi
pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri
dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka
masing-masing.
Bimbingan kelompok merupakan tempat bersosialisasi dengan anggota
kelompok dan masing-masing anggota kelompok akan memahami dirinya
dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya
sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya,
selain itu dalam layanan bimbingan kelompok ketika dinamika kelompok sudah
dapat tercipta dengan baik ikatan batin yang terjalin antar anggota kelompok akan
lebih mempererat hubungan diantara mereka sehingga masing-masing individu
akan merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain, serta timbul penerimaan
terhadap dirinya.
Dalam penelitian ini mencapai hasil yang maksimal terdapat 8 siswa
dalam kategori tinggi yaitu Agil, Chusnul, Mawar, Arri, Trinanda, Lila dan
Sugeng sedangkan 2 orang siswa dalam kategori sangat tinggi yaitu Dewi dan
Abria, karena dinamika dalam kelompok dapat tercipta dengan baik, para siswa
sudah merasa memiliki kelompok, ini terlihat para siswa yang selalu hadir pada
saat pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, meskipun ada dua orang siswa
yang absen satu kali pertemuan karena berhalangan tidak berangkat sekolah tetapi
ini tidak menghambat jalannya proses kegiatan bimbingan kelompok. Para
anggota kelompok antusias dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok
karena ini berhubungan dengan diri mereka, adanya interaksi yang baik antara
anggota dengan anggota yang lain serta anggota dengan pemimpin kelompok,
para anggota saling memberikan pendapat dan saran ketika kegiatan berlangsung,
tujuan secara umum dari kegiatan ini sudah tercapai seperti dapat mengakrabkan
teman, belajar untuk lebih menerima diri, belajar bergaul, belajar lebih terbuka
dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mengungkapkan pendapat,
belajar berkomunikasi, belajar memberi dan menerima atau take in give, belajar
memecahkan masalah, lebih peka kepada orang lainlebih mengerti bahwa orang
lain juga mempunyai masalah, belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain.
Dari jadwal kegiatan pemberian layanan ini juga berpengaruh, peneliti
menggunakan frekuensi yaitu dua kali dalam seminggu dilakukan karena apabila
dilakukan satu minggu sekali ini frekuensinya terlalu lama sehingga membuat
siswa jadi lupa dan enggan atau malas untuk mengikuti karena dilakukan selama
8 minggu begitu pula apabila frekuensinya terlalu sering ini akan membuat siswa
jenuh dan bosan dari para anggota sehingga ini tidak efektif, dengan
pertimbangan hal tersebut maka peneliti menggunakan frekuensi pertemuan dua
kali dalam seminggu dan ini sangat efektif untuk mencapai tujuan ini.
Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini yang paling utama adalah
dengan menggunakan kelompok tugas sehingga terarah apa yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini, dari topik-topikyang dibahas merupakan pengembangan dari
aspek-aspek yang terdapat dalam konsep diri positif, dari tiap pertemuan mulai
dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir ini merupakan rangkaian satu
kesatuan yang saling berkaitan dari setiap topik yang dibahas sehingga ketika
mengikuti kegiatan ini dengan baik maka akan terjadi proses perubahan yang
akan mereka alami terutama dalam proses mengembangkan konsep diri yang
positif.
Dapat dijelaskan dari teori proses pembentukan konsep diri menurut
Centi (1993:16-23) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri
antara lain orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat, dan
pengalaman sedangkan Calhoun (1995:74) mengatakan bahwa konsep diri
dihasilkan dari interaksi dua faktor yaitu diri individu itu sendiri dan lingkungan.
Konsep diri yang dimiliki individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
lingkungan individu, karena konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa
sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari beribu-ribu
pengalaman yang berbeda-beda dan sedikit demi sedikit menjadi satu. Setiap
orang dilahirkan tanpa konsep diri. Menurut Sullivan (2005:101) konsep diri
merupakan produk sosial, menjelaskan bahwa individu mengenal dirinya dengan
mengenal orang lain lebih dahulu. Dalam hal ini penilaian orang lain terhadap
individu tersebut akan membentuk konsep dirinya sesuai dengan penilaian itu.
Misalnya jika individu itu diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena
keadaan dirinya, dia akan cenderung bersikap menghormati dan menerima
dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan
menolaknya, individu akan cenderung tidak menyenangi dirinya. Melalui
pengalaman interaksi dengan orang lain dan cara orang lain memperlakukan
individu tersebut akan menangkan pantulan tentang dirinya dan akhirnya
membentuk gagasan dalam dirinya seperti apakah dirinya sebagai pribadi. Pendek
kata konsep diri individu itu dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Suasana
atau keadaan lingkungan seperti ini ada dalam bimbingan kelompok, seperti yang
telah diuraikan sebelumnya di atas sehingga penelitian ini dapat berhasil, bahwa
bimbingan kelompok efektif dalam mengembangkan konsep diri positif
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri dapat ditingkatkan
melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Teuku Umar
Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa
saran kepada guru pembimbing dan siswa SMA Teuku Umar Semarang sebagai
berikut :
1. Hendaknya para guru pembimbing dapat lebih banyak memprogramkan
layanan bimbingan kelompok untuk membentuk konsep diri positif siswa dan
memotivasi siswa agar memanfaatkan layanan bimbingan kelompok sebagai
tempat untuk mengembangkan konsep diri positif.
2. Melalui program BK hendaknya guru pembimbing membuat kelompok-
kelompok seperti kelompok OSIS, ekstra yang ada di sekolah sehingga sudah
ada dinamika kelompok yang terjalin untuk mendukung pelaksanaan
bimbingan kelompok untuk mengembangkan konsep diri positif.
3. Kepala sekolah hendaknya memberikan jam BK pada kelas XI agar program
BK dapat terlaksana, khususnya dalam layanan bimbingan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : PT.
Rineka Cipta Azwar. S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Burns, R.B. 1993. Konsep Diri. Jakarta : Arean. Calhoun, James F. Alih Bahasa Prof. Dr. Ny. R. S. Satmoko. 1995. Psikologi tentang
Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang Press.
Centi, J.Paul. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius. Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Hurlock, E. 1990. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta : Erlangga. .1994. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan) Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil.
Jakarta : Ghalia Indonesia. 2004. Seri Layanan L.6 L.7 Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling
Kelompok. Padang : Jurusan BK FIP UNP Prayitno dan Erman Amti.1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Depdikbud :
Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. Rini, Jacinta F. 2002. Konsep Diri. http://e-psikologi.com/dewasa/160502.htm Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. Wibowo,M.E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.Sematang : UPT UNNES
Press. Winkel,WS. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT.
Grasindo.
SKALA KONSEP DIRI
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Bandingkan kesesuaian isi pertanyaan dengan kondisi Anda sendiri.
3. Pilihlah jawaban dari pernyataan yang dianggap paling sesuai dengan perasaan
Anda, karena itulah jawaban sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang Anda alami
atau rasakan saat ini.
4. Jawaban Anda tidak akan mempengaruhi nilai akademis Anda maupun hubungan
Anda dengan oorang lain.
5. Jawaban Anda adalah rahasia dan tidak akan diinformasikan kepada pihak lain.
6. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban dari pernyataan yang Anda pilih
jika :
SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan
S : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yanga Anda rasakan
TS : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yanga Anda
rasakan
STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yanga
Anda rasakan
7. Berusahalah untuk tidak melihat atau bertanya kepada teman Anda, karena
Andalah orang yang paling tahu tentang diri Anda sendiri.
Selamat Mengerjakan !!!
SKALA KONSEP DIRI
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya adalah seorang yang yakin dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.
2. Saya berpendapat bahwa saya adalah orang yang tegar
dalam menghadapi setiap masalah.
3. Saya adalah orang yang mudah putus asa walaupun
dihadapkan masalah sekecil apapun.
4. Menurut saya, saya adalah orang yang selalu meminta
bantuan pada orang lain setiap ada masalah.
5. Saya adalah orang yang mampu berbicara di depan kelas
dengan sempurna.
6. Saya adalah orang mampu pendapat dengan baik di
depan umum.
7. Saya berpendapat bahwa saya orang yang suka menolak
untuk maju di depan kelas karena saya merasa tidak bisa.
8. Saya merasa tegang/grogi apabila maju di depan umum.
9. Saya adalah seorang yang mampu melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru mata pelajaran dengan baik.
10. Setiap saya diberi tugas oleh guru mata pelajaran selalu
memberikan hasil yang memuaskan kepada guru tersebut
11. Saya adalah orang yang selalu takut salah apabila
mengerjakan suatu tugas.
12. Saya adalah orang yang selalu bingung jika diberi tugas
atau pekerjaan rumah (PR).
13. Saya berpendapat bahwa diri saya merasa nyaman
berteman dengan siapa saja.
14. Dalam mencari teman saya tidak membeda-bedakan
status ekomi dan sosialnya.
15. Saya berpendapat bahwa saya merasa khawatir tidak
dapat diterima oleh lingkungan masyarakat.
16. Saya merasa minder apabila bergaul dengan teman-
teman yang lebih pintar.
17. Saya berpendapat bahwa saya mampu menghadapi
segala hambatan dalam setiap pertandingan.
18. Saya adalah orang yang mampu bersikap sportif dalam
setiap pertandingan.
19. Saya berpendapat bahwa diri saya tidak sederajat dengan
peserta lomba yang lain sehingga saya akan menolak
mengikuti lomba.
20. Saya adalah orang yang mudah menyerah apabila
mengikuti perlombaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki.
21. Saya adalah orang yang selalu bersyukur atas kelebihan
yang diberikan Tuhan kepada saya.
22. Saya selalu mengikuti kegiatan tambahan atau les yang
diadakan di sekolah.
23. Saya berpendapat bahwa saya orang yang lemah dalam
pelajaran yang berhubungan dengan angka.
24. Saya adalah orang yang mudah menyerah apabila
menghadapi soal yang sulit.
25. Saya adalah orang suka menolong orang yang
membutuhkan.
26. Saya berpendapat bahwa saya disenangi oleh teman-
teman saya.
27. Saya adalah orang yang sulit berkomunikasi terhadap
orang yang lebih tua.
28. Saya adalah orang yang senang melakukan aktivitas
sendirian karena saya merasa orang lain merepotkan.
29. Saya berpendapat bahwa saya mampu meraih cita-cita
yang saya inginkan.
30. Saya adalah orang yang mampu mengembangkan bakat
yang saya miliki.
31. Menurut saya, saya tidak mempunyai banyak hal yang
saya banggakan.
32. Menurut saya adalah orang tidak punya kelebihan apa-
apa sehingga kadang-kadang saya merasa sebagai orang
yang tidak berguna.
33. Saya adalah orang yang selalu berprinsip bahwa Tuhan
akan memberikan hikmah dibalik semua masalah yang
saya alami.
34. Saya masih bisa tersenyum walaupun saya sedang
merasakan kecewa yang teramat sangat akibat kegagalan
yang saya alami.
35. Saya sering mengumpat jika saya gagal mendapatkan
apa yang saya inginkan.
36. Saya adalah orang yang tidak bisa menghargai diri saya
sendiri karena kegagalan yang sering saya alami.
37. Menurut saya kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda.
38. Saya adalah orang yang selalu berusaha untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama, sehingga saya tidak
akan gagal untuk yang kesekian kalinya.
39. Saya adalah seorang yang mudah putus asa jika gagal.
40. Setiap saya mengalami kegagalan saya menganggap
bahwa Tuhan tidak adil kepada saya.
41. Menurut saya, saya tetap menghargai pekerjaan orang
lain meskipun kurang sempurna.
42. Siapapun orang yang memberi saran/kritik kepada saya,
saya akan menghargai saran tersebut.
43. Saya akan langsung menegur pada saat itu juga, jika saya
tidak suka dengan hasil pekerjaan orang lain.
44. Saya adalah orang selalu berbicara sekehendak hati saya ketika ada orang yang sukses, sehingga kadang menyinggung perasaan orang lain.
45. Saya adalah orang yang turut bahagia jika teman saya berhasil dalam meraih sesuatu.
46. Saya akan meniru orang yang mencapai kesuksesan.
47. Saya adalah orang yang tidak bisa menerima jika orang
yang saya benci mendapatkan kesuksesan.
48. Saya berpendapat bahwa orang yang berhasil itu karena
melakukan kecurangan.
49. Saya adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan kepada saya.
50. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada saya,
saya akan melakukannya dengan ikhlas.
51. Saya merasa tertekan saat melakukan tugas yang
diberikan pada saya.
52. Saya adalah orang yang suka menunda-nunda pekerjaan.
53. Saya adalah seorang yang mampu mengerjakan
pekerjaan dengan baik.
54. Saya tidak akan menyerah mengerjakan sesuatu sebelum
mencobanya.
55. Saya adalah seorang yang senang melimpahkan tugas
pada orang lain daripada mengerjakannya sendiri, karena
saya takut salah.
56. Saya adalah orang yang takut gagal sehingga saya menolak jika diberi kesempatan.
57. Saya adalah orang yang bisa memberikan keputusan yang baik saat menyelesaikan masalah.
58. Saya adalah orang jujur megakui kesalahan apabila saya salah.
59. Saya lebih senang dengan kondisi yang sekarang tanpa adanya perubahan yang lebih baik.
60. Saya adalah orang yang tidak berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri.
Terima kasih
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan dan dianalisis dengan
menggunakan rumus product moment pada taraf signifikasi 5% dan N = 30 dan
dikonsultasikan dengan r table 0,361 maka instrumen yang digunakan valid karena r
hitung > r tabel.
1. Validitas
Dari 60 item pada setiap instrumen terdapat 20 item yang tidak validdan
20 item yang tidak valid, yaitu no 3, 7, 9, 11, 15, 17, 19, 21, 23, 28, 31, 34, 36,
38, 41, 43, 47, 52, 55, 59. Item yang tidak valid lainnya tidak digunakan dalam
instrumen penelitian karena setiap indikator sudah terdapat item yang mewakili.
Dengan demikian item yang digunakan dalam instrumen penelitian terdapat 40
item.
2. Reliabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk menilai ketepatan dan keajegan alat yang
digunakan dalam mengukur apa yang hendak diukur oleh peneliti. Teknik yang
digunakan dalam menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan rumus
alpha. Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian secara keseluruhan dapat
diketahui bahwa r hitung = 0,889 > 0,361 maka dapat dikatan instrument
pengukuran konsep diri positif siswa tersebut reliabel.
Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian
No. Item
No. Variabel
Indikator
Ciri-ciri konsep
diri positif
Deskriptor + -
1. Konsep
Diri
1. Percaya diri
2. Merasa setara
dengan orang
lain
3. Menerima apa
adanya
4. Dapat
menyikapi
kegagalan
a. Merasa yakin dalam
menghadapi masalah pribadi
b. Merasa yakin dalam berbicara
di depan umum
c. Merasa yakin dalam
menghadapi tugas atau
pekerjaan
a. Merasa pantas bergaul dengan
siapa saja
b. Mampu bersaing secara sehat
dengan siapa saja
a. Mampu memahami
kelemahan dan kelebihan
dirinya dalam bidang
akademik.
b. Mampu memahami
kelemahan dan kelebihan
dirinya dalam bidang sosial.
c. Mampu memahami dirinya
dalam bidang pribadi.
a. Mampu mengambil hikmah
dari semua peristiwa yang
terjadi
b. Kegagalan memberikan
1,2
4,5
7
9,10
12
14
16,17
19,20
22
24
3
6
8
11
13
15
18
21
23
25,26
5. Tidak bersikap
hiperkritis
6. Optimis
semangat untuk lebih baik lagi
a.
enghargai orang lain
b.
kut merasa senang atas
keberhasilan orang lain
c.
idak suka mengeluh
a. Merasa yakin atas
kemampuan yang dimiliki
b. Semangat untuk
mengembangkan diri.
27
29,30
32,33
35,36
38,39
28
31
34
37
40
SKALA PSIKOLOGI
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Bandingkan kesesuaian isi pertanyaan dengan kondisi Anda sendiri.
3. Pilihlah jawaban dari pernyataan yang dianggap paling sesuai dengan perasaan
Anda, karena itulah jawaban sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang Anda alami
atau rasakan saat ini.
4. Jawaban Anda tidak akan mempengaruhi nilai akademis Anda maupun hubungan
Anda dengan oorang lain.
5. Jawaban Anda adalah rahasia dan tidak akan diinformasikan kepada pihak lain.
6. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban dari pernyataan yang Anda pilih
jika :
SS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan
S : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yanga Anda rasakan
TS : Apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan yanga Anda
rasakan
STS : Apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan keadaan yanga
Anda rasakan
7. Berusahalah untuk tidak melihat atau bertanya kepada teman Anda, karena
Andalah orang yang paling tahu tentang diri Anda sendiri.
Selamat Mengerjakan !!!
SKALA KONSEP DIRI
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya adalah seorang yang yakin dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.
2. Saya berpendapat bahwa saya adalah orang yang tegar
dalam menghadapi setiap masalah.
3. Saya adalah orang yang mudah putus asa walaupun
dihadapkan masalah sekecil apapun.
4. Saya adalah orang yang mampu berbicara di depan kelas
dengan sempurna.
5. Saya adalah orang mampu pendapat dengan baik di
depan umum.
6. Saya merasa tegang/grogi apabila maju di depan umum.
7. Setiap saya diberi tugas oleh guru mata pelajaran selalu
memberikan hasil yang memuaskan kepada guru tersebut
8. Saya adalah orang yang selalu bingung jika diberi tugas
atau pekerjaan rumah (PR).
9. Saya berpendapat bahwa diri saya merasa nyaman
berteman dengan siapa saja.
10. Dalam mencari teman saya tidak membeda-bedakan
status ekomi dan sosialnya.
11. Saya merasa minder apabila bergaul dengan teman-
teman yang lebih pintar.
12. Saya adalah orang yang mampu bersikap sportif dalam
setiap pertandingan.
13. Saya adalah orang yang mudah menyerah apabila
mengikuti perlombaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki.
14. Saya selalu mengikuti kegiatan tambahan atau les yang
diadakan di sekolah.
15. Saya adalah orang yang mudah menyerah apabila
menghadapi soal yang sulit.
16. Saya adalah orang suka menolong orang yang
membutuhkan.
17. Saya berpendapat bahwa saya disenangi oleh teman-
teman saya.
18. Saya adalah orang yang sulit berkomunikasi terhadap
orang yang lebih tua.
19. Saya berpendapat bahwa saya mampu meraih cita-cita
yang saya inginkan.
20. Saya adalah orang yang mampu mengembangkan bakat
yang saya miliki.
21. Menurut saya adalah orang tidak punya kelebihan apa-
apa sehingga kadang-kadang saya merasa sebagai orang
yang tidak berguna.
22. Saya adalah orang yang selalu berprinsip bahwa Tuhan
akan memberikan hikmah dibalik semua masalah yang
saya alami.
23. Menurut saya kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda.
24. Saya sering mengumpat jika saya gagal mendapatkan
apa yang saya inginkan.
25. Saya adalah seorang yang mudah putus asa jika gagal.
26. Setiap saya mengalami kegagalan saya menganggap
bahwa Tuhan tidak adil kepada saya.
27. Siapapun orang yang memberi saran/kritik kepada saya, saya akan menghargai saran tersebut.
28. Saya adalah orang selalu berbicara sekehendak hati saya ketika ada orang yang sukses, sehingga kadang menyinggung perasaan orang lain.
29. Saya adalah orang yang turut bahagia jika teman saya berhasil dalam meraih sesuatu.
30. Saya akan meniru orang yang mencapai kesuksesan.
31. Saya berpendapat bahwa orang yang berhasil itu karena melakukan kecurangan.
32. Saya adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kepada saya.
33. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada saya, saya akan melakukannya dengan ikhlas.
34. Saya merasa tertekan saat melakukan tugas yang diberikan pada saya.
35. Saya adalah seorang yang mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik.
36. Saya tidak akan menyerah mengerjakan sesuatu sebelum mencobanya.
37. Saya adalah orang yang takut gagal sehingga saya menolak jika diberi kesempatan.
38. Saya adalah orang yang bisa memberikan keputusan yang baik saat menyelesaikan masalah.
39. Saya adalah orang jujur megakui kesalahan apabila saya salah.
40. Saya adalah orang yang tidak berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri.
Terima kasih
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
3. Judul
: Pengertian dan
perlunya konsep diri
4. Jenis layanan
Bimbingan
Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui arti penting dari konsep diri
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari perlunya konsep diri
E. Hasil yang ingin dicapai :
Siswa dapat mengetahui pentingnya konsep diri positif dan menyadari dirinya
apakah dirinya mempunyai konsep diri yang positif atau negatif, setelah itu siswa
dapat merubah konsep diri yang negatif tersebut.
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperi.men siswa SMA Teuku Umar
Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
SMA Teuku Umar Semarang
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai konsep
diri yang dibahas pada saat bimbingan kelompok, confortible atau
kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan yang dialami oleh anggota
kelompok bahwa dirinya sadar mempunyai konsep diri yang negatif dan
perlunya konsep diri bagi dirinya setelah mengikuti bimbingan kelompok,
action atau komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat
mengaplikasikan konsep diri positif dalam berperilaku sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
PENGERTIAN DAN PERLUNYA KONSEP DIRI
Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan
individu lain.
A. Pengertian konsep diri
”Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”. Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan :”Konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan”.
b. Jenis-jenis konsep diri
Individu ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang
mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep
diri yang positif adalah :
b. Percaya diri
c. Merasa setara dengan orang lain
d. Menerima apa adanya
e. Dapat menyikapi kegagalan
f. Tidak bersikap hiperkritis
g. optimis
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih
mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan
keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang
mempunyai konsep diri yang positif.
Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah
a. Ia peka
terhadap kritik.
b. Ia
responsif sekali terhadap pujian.
c. Ia
cenderung bersikap hiperkritis.
d. Ia
cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
e. Ia bersikap
psimis terhadap kompetisi.
c. Perlunya konsep diri
Konsep diri penting artinya karena individu dapat memandang diri dan
dunianya, mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga tingkat
kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah
konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif
atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan
mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga
dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah
suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa
yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor
yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini siswa dapat
menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau
lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun
siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan
dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun
kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai dalam hidupnya.
Referensi :
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri. Jakarta : Arean. Centi, J.Paul. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui isi dan asal-usul dari konsep diri
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari isi dan asal-usul dari konsep
diri
E. Hasil yang ingin dicapai :
Siswa dapat mengetahui dan memahami isi dan asal-usul pembentukan dari
konsep diri serta menyadari dirinya faktor-faktor yang membentuk konsep dirinya
apakah baik atau tidak.
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
G. Uraian Kegiatan :
SMA Teuku Umar Semarang
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai isi dan
asal-usul pembentukan konsep diri yang dibahas pada saat bimbingan
kelompok, confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan
yang dialami oleh anggota kelompok setelah mengikuti bimbingan kelompok
karena dapat menyadari faktor-faktor yang membentuk konsep dirinya
selama ini negatif atau tidak dan action atau komitmen yang dibuat oleh
anggota kelompok bahwa siswa dapat membentuk konsep diri yang positif
setelah megetahui faktor-faktor yang membentuk konsep diri.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
ISI DAN ASAL-USUL KONSEP DIRI
A. Isi konsep diri
Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari konsep
dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-
teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui proses
identifikasi.
Adapun isi konsep diri adalah sebagai berikut :
1. Karekteristik fisisk 7. Kecerdasan
2. Penampilan 8. Bakat dan minat
3. Kesehatan dan kondisi fisik 9. Ciri kepribadian
4. Rumah dan hubungan keluarga 10. Sikap dan hubungan sosial
5. Hobi dan permainan 11. Religius
6. Sekolah dan pekerjaan sekolah
B. Asal-usul konsep diri
Menurut paham religi khususnya islam manusia terlahir dalam keadaan
putih bersih seperti kertas putih yang belum tertulis. Dengan demikian konsep diri
itu muncul berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Dengan kata lain konsep diri merupakan produk sosial. Anak
yang putih tersebut ternoda setelah ia beraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Setelah anak itu terlahir dapat memberikan respon terhadap dunia sekitarnya,
maka sejak itu pula kesadaran dirinya muncul menjadi dasar dalam pembentukan
konsep dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri :
1. Orang tua
2. Saudara sekandung
3. Sekolah
4. Teman sebaya
5. Masyarakat
6. Pengalaman
Referensi :
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri. Jakarta : Arean. Centi, J.Paul. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius.
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Cara mengembangkan sikap positif
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami cara
mengembangkan sikap positif
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari cara mengembangkan sikap
positif
E. Hasil yang ingin dicapai :
1. Siswa dapat mengetahui, memahami, dan menyadari apakah dirinya
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sikap positif atau tidak.
2. Siswa dapat mengembangkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai cara
mengembangkan sikap positif yang dibahas pada saat bimbingan kelompok,
confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan yang dialami oleh
anggota kelompok tertuangkan dengan cara mengembangkan sikap yang
positif setelah mengikuti bimbingan kelompok dan action atau komitmen
yang dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat mengembangkan
sikap positif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
CARA MENGEMBANGKAN SIKAP POSITIF
A. Pengertian sikap positif
Sikap (attitude) adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak atau
bertingkah laku (Rudi Mulyatiningsih 2004:20). Sedangkan sikap positif adalah
kecenderungan merespon objek secara positif sehingga menunjukkan tingkah laku
memperhatikan, menerima, menyukai, dan memperlakukan objek dengan baik.
Seseorang yang dikatakan mempunyai sikap positif apabila menunjukkan
atau memperlihatkan sikap menrima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan
norma-norma dimana ia berada. Sebaliknya orang yang bersikap negatif apabila ia
menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak melaksanakan norma –
norma di mana ia berada. Orang yang mempunyai sikap positif akan diterima
dengan baik oleh lingkungannya sebaliknya orang yang bersikap negatif akan
ditolak oleh lingkungan.
B. Langkah-langkah menumbuhkan sikap positif
1. Menentukan dan menganalisis objek yang akan dikenai dengan sikap positi.
Objek yang dapat dikenai sikap positif antara lain tata tertib sekolah,
pelajaran, guru, teman sekolah, sahabat, orang tua peraturan lalul lintas,
tetangga dan norma.
2. Menentukan tujuan. Pastiak bahwa dengan menyenangi objek yang telah
ditentukan tadi anda mendapatkan manfaat bagi diri anda. Sebalinya anda
harus bersikap negatif terhadap objek yang merugikan dan tidak
mendatangkan manfaat bagi diri anda dan orang lain seperti narkotik, pil
ekstasi, dan minuman keras.
3. Selalu mentatai norma yang berlaku. Norma kehidupan mengatur tentang baik
dan buruk tingkah laku seseorang. Anda harus selalu bersikap positif terhadap
norma-norma kehidupan dengan cara mentaati aturan yang berlaku.
4. Tidak mudah terpengaruh. Artinya anda harus mempunyai kemampuan
menyeleksi dan menganalisis pengaruh yang datang dari luar (media massa,
teman dan lain-lain).
5. Selalu mengulangi. Bila anda selalu mengulangi sikap positif yang telah anda
miliki, anda akan selalu bersikap sama terhadap objek yang sama.
C. Manfaat bersikap positif
1. Meningkatkan disiplin diri
2. Memperoleh hasil yang memuaskan
3. Terhindar dari sanksi
Dalam upaya pengembangan sikap positif, langkah-langkah pokok yang
perlu dilakukan seseorang adalah menelaah dan memahami sikap dirinya selama
ini, baik sikap terhadap keluarga, sikap terhadap kegiatan belajar mengajar di
sekolah ataupun sikap terhadap masyarakat.
Referensi :
Rudi Mulyatiningsih, 2004.Bimbingan Pribadi, Sosial, Belajar dan Karie. Jakarta
: Gramedia
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Cara menghindari prasangka dan akibatnya
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami cara menghindari
prasangka dan akibatnya
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari cara menghindari prasangka
dan akibatnya
E. Hasil yang ingin dicapai :
1. Siswa dapat mengetahui, memahami, dan menyadari apakah dirinya
mempunyai kemampuan untuk menghindari prasangka dan akibatnya atau
tidak.
2. Siswa dapat mempunyai prasangka positif terhadap setiap peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari
SMA Teuku Umar Semarang
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai cara
menghindari prasangka dan akibatnya yang dibahas pada saat bimbingan
kelompok, confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan yang
dialami oleh anggota kelompok dalam menghindari prasangka dan akibatnya
setelah mengikuti bimbingan kelompok dan action atau komitmen yang
dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat berprasangka positif
terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
CARA MENGHINDARI PRASANGKA DAN AKIBATNYA
A. Pengertian prasangka
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan sekolah, keluarga
maupun di lingkungan masyarakat, barangkali kita pernah mempunyai anggapan
yang kurang baik terhadap seseorang. Prasangka adalah anggapan yang kurang
baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap sesuatu (orang, pekerjaan)
sebelum mengetahui sendiri.
B. Terbentuknya prasangka
Faktor-faktor yang menyebabkan orang berprasangka terhadap orang lain :
1. Orang berprasangka dalam rangka mencari “kambing hitam”
2. Orang berprasangka karena dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya
3. Orang berprasangka karena mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan
4. Prasangka timbul karena adanya perbedaan yang menyebabkan perasaan
superior
5. Usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangka
6. Usaha preventif (pencegahan) yaitu usaha agar seseorang jangan sampai
terkena prasangka, dengan cara menciptakan situasi atau suasana yang
tentram damai dan jauh dari permusuhan, menanamkan sikap selalu menerima
orang lain dan mau bergaul dengan orang lain meskipun ada perbedaan.
7. Usaha kuratif yaitu usaha penyembuhan apabila anda sudah terkena prasangka
yaitu dengan cara berusaha menyadarkan diri bahwa berprasangka itu akan
merugikan diri sendiri dan orang lain serta dapat menempuh dengan cara
memperbanyak informasi melalui surat kabar, televisu, buku, dll.
8. Akibat prasangka
9. Tidak mempunyai sahabat
10. Menemukan kegagalan dalam belajar
11. Gagal dalam mencapai cita-cita
12. Menyebabkan permusuhan
Referensi :
Rudi Mulyatiningsih, 2004.Bimbingan Pribadi, Sosial, Belajar dan Karie. Jakarta
: Gramedia
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Cara mengendalikan dan mengarahkan emosi
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami cara mengendalikan
dan mengarahkan emosi
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari cara mengendalikan dan
mengarahkan emosi
E. Hasil yang ingin dicapai :
1. Siswa dapat mengetahui, memahami, dan menyadari apakah dirinya
mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mengarahkan emosi atau
tidak
2. Siswa dapat menerapkan cara mengendalikan dan mengarahkan emosi dalam
kehidupan sehari-hari
SMA Teuku Umar Semarang
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
J. Metode : Diskusi dan tanya jawab
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai cara
mengendalikan dan mengarahkan emosi yang dibahas pada saat bimbingan
kelompok, confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan
yang dialami oleh anggota kelompok bahwa dirinya menyadari emosi mereka
belum labil dan action atau komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok
bahwa siswa dapat menerapkan cara mengendalikan dan mengarahkan emosi
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
CARA MENGENDALIKAN DAN MENGARAHKAN EMOSI
A. Pengertian emosi
Kita sering keliru dalam menggunakan istilah emosi, istilah emosi sering
digunakan hanya sebatas pada luapan rasa marah saja. Padahal emosi meliputi
semua perasaan seseorang yang terkena pengaruh. Perasaan yang terpengaruh
karena adanya rangsang yang ditangkap oleh indera disebut emosi (Rudi
Mulyatiningsih, 2004: 11).
B. Macam-macam emosi dan cara mengendalikannya
1. Emosi marah
2. Emosi sedih, susah, duka atau pilu
3. Emosi iri
4. Emosi takut
5. Emosi cinta
C. Cara mengendalikan emosi
Jika anda mengalami emosi maka anda harus dapat mengendalikannya dan
dapat mengarahkannya secara positif. Apabila anda tidak dapat mengendalikan
emosi dan tidak dapat mengarahkannya secara positif maka akan merugikan diri
sendiri dan orang lain.
Ada beberapa cara dalam mengendalikan emosi antara lain :
1. Setiap tindakan anda harus didasarkan pada akal sehat
2. Berpikir tentang akibat negatif yang mungkin terjadi
3. Berusahalah untuk memaafkan kesalahan orang lain
Referensi :
Rudi Mulyatiningsih, 2004.Bimbingan Pribadi, Sosial, Belajar dan Karie. Jakarta
: Gramedia
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Cara meningkatkan kepercayaan diri
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami cara meningkatkan
kepercayaan diri
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari cara meningkatkan
kepercayaan diri
E. Hasil yang ingin dicapai :
Siswa dapat mengetahui, memahami, dan menyadari apakah dirinya mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan diri atau tidak, siswa dapat
menerapkan cara meningkatkan kepercayaan diri dalam kehidupan sehari-hari
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai cara
meningkatkan percaya diri yang dibahas pada saat bimbingan kelompok,
confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan yang dialami
oleh anggota kelompok bahwa diri mampu untuk meningkatkan kepercayaan
diri setelah mengikuti bimbingan kelompok dan action atau komitmen yang
dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat meningkatkan percaya diri
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
CARA MENINGKATKAN PERCAYA DIRI
A. Pengertian Percaya Diri.
Percaya diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan
dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baiak terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.(Jacinta F. Rini,
2000:www.e-psikologi.com)
B. Karakteristik individu yang percaya diri.
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang profesional diantaranya :
1. Percaya akan kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan, penerimaan ataupun rasa hormat dari orang lain.
2. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterimanya oleh
orang lain atau kelompok.
3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri
sendiri.
4. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
5. Memiliki internal locus of kontrol (memandang keberhasilan atau kegagalan
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak menyerah pada nasib atau
keadaan serta tidak tergantung pada orang lain).
6. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan
situasi terhadap dirinya.
C. Karakteristik individu yang kurang percaya diri.
1. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan
pengakuan dan penerimaan kelompok.
2. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
3. Sulit menerima realita diri dan memandang rendah kemampuan diuri sendiri,
namun dilain pihak memasang harapan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri.
4. Pesimis, mudah menilai sesuatu dari sisi negatif.
5. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang
target untuk berhasil.
6. Cenderung untuk menolak pujian yang ditujukan secara tulus.
7. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir karena menilai
dirinya tidak mampu.
8. Mempunyai eksternal locus of control (mudah menyerah pada nasib sangat
tergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan dari orang
lain).
D. Upaya mengatasi rasa kurang percaya diri.
Dalam Jacinta F. Rini (2000:www.e-psikologi.com) untuk menumbuhkan
rasa percaya diri yang proporsional maka individu baru memulainya dari dalam
diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa individu yang bersangkutan
dapat mengurangi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa
saran berikut yang menjadi pertimbangan untuk meningkatkan rasa kurang
percaya diri:
1. Evaluasi secara obyektif.
2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri.
3. Positive thinking.
4. Gunakan self affermation (berupa kata-kata yang membangkitkan rasa
percaya diri).
5. Berani mengambil resiko.
6. Berani mensyukuri dan menikmati rahmat tuhan.
7. Menetapkan tujuan yang realistik.
Referensi :
Rini, Jacinta F. 2000. Konsep Diri. http://e-psikologi.com/dewasa/160502.htm
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Mensikapi permasalahan diri dan orang lain
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pengembangan
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami cara mensikapi
permasalahan diri dan orang lain
2. Dapat memecahkan masalah yang muncul dari cara mensikapi permasalahn
diri dan orang lain
E. Hasil yang ingin dicapai :
1. Siswa dapat mengetahui, memahami, dan menyadari apakah dirinya
mempunyai kemampuan untuk mensikapi permasalahan diri dan orang lain
atau tidak,
2. Siswa dapat mensikapi permasalahan diri dan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari secara positif
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
1. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
2. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
3. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
4. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai cara
mensikapi permasalahan diri dan orang lain yang dibahas pada saat bimbingan
kelompok, confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan
yang dialami oleh anggota kelompok bahwa dirinya mampu untuk mensikapi
permasalahan diri dan orang lain dengan mengikuti bimbingan kelompok dan
action atau komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat
mensikapi permasalahan diri dan orang lain dalam kehidupan sehari-hari
secara positif.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
MENSIKAPI PERMASALAHAN DIRI DAN ORANG LAIN
A. Mensikapi permasalahan diri
Dalam kedudukan kita sebagai sahabat, kekasih, orang tuaperan penolong
lain sejenisnya kita sering menerima seseorang yang datang kepada kita untuk
mengutarakan masalah pribadi yang merisaukan hatinya serta mengharapkan
pertolongan dari kita.
Dalam menghadapi seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan
kadang kita merasa sanggup untuk membantunya, tetapi kita sendiri dihadapkan
pada suatu masalah kita menjadi binggung.
Bagaimana sebaiknya cara kita menanggapi permasalahan yang sedang
kita hadapi? Satu hal amat penting yang harus selalu kita inggat bahwa tidak akan
pernah dapat memecahkan masalah (bagi) orang lain kecuali diri kita sendiri mau
berusaha.
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Orang yang bersangkutan sendirilah yang harus membuat pilihan atau
keputusan
2. Orang itu sendiri harus berusaha memahami situasi yang sedang dihadapinya
3. Memahami dirinya sendiri
B. Mensikapi permasalahan orang lain
Satu hal amat penting yang harus selalu kita ingat bahwa tidak akan
pernah dapat memecahkan masalah (bagi) orang lain. Adapun caranya sebagai
berikut :
1. Menasehati dan memberikan penilaian
Nasehat memang biasanya dapat menolong sebagai salah satu sarana untuk
memecahkan masalahnya bila diberikan pada saat yang tepat dan relevan.
2. Mengartikan atau memaknai
Kita berusaha memaknai masalah orang lain tersebut, apa maksud dari
persoalan itu dan pendengar berusaha menjelaskannya.
3. Memberikan dukungan
Kita berusaha memberikan dukungan untuk menunjukkan rasa simpati dan
memberikan dukungan untuk menolong meringankan beban yang sedang di
hadapi.
Referensi :
Supratiknya.1994.Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis.Yogyakarta
: kanisius
SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN
A. Judul/spesifikasi Layanan :
1. Judul : Contoh kasus konsep diri negatif
2. Jenis layanan : Bimbingan Kelompok
B. Bidang Bimbingan : Pribadi dan sosial
C. Fungsi Layanan : Pencegahan dan Pemahaman
D. Tujuan Layanan :
1. Agar para anggota kelompok mengetahui dan memahami dari contoh kasus
konsep diri negatif
2. Dapat mendiskusikan dan memecahkan masalah yang muncul dari contoh
kasus konsep diri negatif
E. Hasil yang ingin dicapai :
Siswa dapat mengetahui, memahami, dan mendiskusikan dari contoh konsep diri
negatif, siswa dapat menerapkan cara yang benar dari contoh kasus tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
F. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen siswa SMA Teuku Umar
Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
G. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal (Pembentukan)
a. Praktikan membuka pertemuan dan mengucapkan salam pembuka
b. Praktikan menanyakan kabar para anggota kelompok
c. Mengadakan rapport
d. Menjelaskan pengertian, tujuan serta asas-asas dalam kegiatan layanan
bimbingan kelompok
e. Menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
f. Mengadakan perkenalan baik dari pemimpin kelompok maupun anggota
kelompok
g. Mengajak anggota kelompok untuk permainan untuk menghangatkan
suasana
2. Tahap Transisi (Peralihan)
Praktikan menjelas kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya dan
mengamati kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.
Setelah itu menanyakan kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Tahap kegiatan
a. Tahap Praktikan mengemukakan topik permasalahan yang selanjutnya
didiskusikan dengan anggota kelompok
b. Praktikan memberikan penguatan (reinforcement) dengan
mengikutsertakan anggota dalam mengikuti diskusi dalam kelompok.
c. Praktikan mengawasi jalannya diskusi
4. Tahap Akhir (Pengakhiran)
a. Praktikan menyimpulkan topik permasalahan yang telah dibahas
b. Praktikan meminta saran dan tanggapan kepada siswa tentang kegiatan
bimbingan kelompok yang telah dilakukan
c. Praktikan mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
d. Praktikan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada para anggota kelompok
H. Materi Layanan : (Terlampir)
I. Metode : Diskusi dan Tanya jawab
J. Tempat Penyelenggaraan : SMA Teuku Umar Semarang
K. Waktu dan Tanggal : 45 Menit/ Maret 2007
L. Penyelenggara Layanan : Suprapto
M. Konsultan : Dosen Pembimbing dan Guru Pembimbing
N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :
1. Rencana penilaian
Penilaian pengamatan proses dilakukan saat berlangsungnya pemberian
layanan dengan mengamati keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
bimbingan kelompok. Penilaian produk dilakukan pada saat kegiatan
bimbingan kelompok berakhir dengan menanyakan kepada anggota kelompok
tentang understanding atau pemahaman-pemahaman baru mengenai contoh
kasus konsep diri yang negatif yang dibahas pada saat bimbingan kelompok,
confortible atau kenyamanan seperti perasaan-perasaan kelegaan yang dialami
oleh anggota kelompok bahwa diri akan berusaha untuk menghindari dari
contoh kasus tersebut setelah mengikuti bimbingan kelompok dan action atau
komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok bahwa siswa dapat
menerapkan cara yang benar dari contoh kasus tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tindak lanjut
Yaitu dengan membantu siswa yang bermasalah dengan mengadakan
konseling kelompok atau konseling individual.
O. Catatan Khusus : -
Semarang, Maret 2007
Penyelenggara Layanan
Suprapto
NIM. 1301402048
MATERI LAYANAN
1. Cerita kasus pacaran antara Dewi dan Donny, Dewi 16 Tahun sedang Donny 17
tahun. Dewi duduk di kelas I SMA, anak yang cantik, gaul, keren tapi sayang dia
kurang percaya diri. Sedang Donny mempunyai wajah yang biasa-biasa saja alias
gak cakep, tapi mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Suatu malam yang
kebetulam malam minggu Donny seperti biasa main ke rumah Dewi yang
kebetulan Ayah, Ibu serta kakaknya sedang keluar tidak ada di rumah. Jadi Dewi
sendirian . Awalnya percakapan seperti biasa namun lama kalamaan tatap mata
Donny ada yang lain. Donny mualai bicara dan bertindak macam-macam, namun
Dewi tidak sanggup menolak, kata hati ingin menolak namun apa daya mulut tak
mampu berkata. Akhirnya Donny memaksa Dewi untuk melakukan hal itu,
sebagai buk bahwa Dewi cinta pada Donny, jika tidak maka Dewi tidak cinta dan
Donny akan memutuskan Dewi. Dewi binggung, disisi lain tidak ingin melakukan
takut hamil, tapi disisi lain Dewi takut kehilangan Donny yang sangat dicintainya.
Semua berjalan dengan cepat, Dewi takut dan menyesal telah melakukan hal
tersebut, gelisah karena telah melanggar norma dan agama, sedang Donny tenang-
tenang saja.
Coba kita gali bersama apasih yang sebenarnya menjadi latar belakang peristiwa
itu.
2. Faktor yang mempengaruhi gaya berpacaran dan perilaku di atas :
a. Faktor internal atau dalam diri :
1). Bagaimana seseorang dapat menilai dirinya sendiri dan menghargai dirinya
sendiri. Mulai dari kelemahan atau kekurangan, kelebihan, dan kekuatan dari
dirinya yang diberikan oleh Tuhan, sebagai mahkluk yang paling sempurna
dan paling mulia. Penghargaan atas dirinya sendiri sangat berpengaruh
terhadap rasa percaya dirinya.
2). Ketrampilan berkomunikasi, seseorang berkomunikasi dengan orang lain,
mengekspresikan perasaan, keinginan dan pendapat, tentang berbagai hal,
penolakan Dewi terhadap Donny, ketegasan Dewi dalam mengambil sikap
sangat diperlukan agar diharagai orang lain.
3). Ketrampilan pengambilan keputusan, menyangkut bagaimana seseorang
dapat memilih pilihannya sesuai dengan dirinya. Dan tentunya diiringi dengan
prinsip yang matang dan mantap. Jadi tidak asal dalam memutuskan sesuatu
hal. Seperti Dewi dia tidak memiliki kepercayaan diri dan harga dirinya
rendah, tidak mempunyai prinsip, sehingga tidak bisa mengambil keputusan
sesuai dengan dirinya. Dia takut kehilangan Donny yang sangat dicintainya,
sehingga dia diam dan tidak menolak walaupun dalam hatinya menolak, tapi
Dewi diam saja tidak bicara.
4). Harus mempunyai prinsip dan harga diri yang tinggi sehingga siap kalau
mau diputus oleh Donny, sebab pria tidak hanya satu. Kecenderungan orang
yang tidak pandai berkomunikasi dan tidak punya prinsip apalagi tentang
seksualitas, maka pengetahuan dan wawasan minim padahal itu sangat
penting.
b. Faktor eksternal atau dari luar diri :
1). Orang tua, memberi nasehat langsung atau tidak langsung tentang hal
yang tidak pantas dilakukan. Misalnya ketika melihat TV ada adegan ciuman
maka ibu bilang matikan TVnya itu dengan maksud adegan itu tidak pantas
dilakukan oleh kamu dibawah umur, dan belum menikah.
2). Agama, mengajarkan apa yang boleh dan belum boleh dilakukan misalkan
perbuatan seksual sebelum menikah.
3). Teman, mereka sangat berpengaruh dengan perkembangan individu itu,
apalagi kalau sedang berbicara tentang seksualitas ditambah dengan promosi
maka ketertarikan untuk melakukan akan muncul dan bisa jadi nantinya akan
praktik sendiri.
3. Tips pacaran yang aman.
a. Harus mempunyai tujuan yang jelas.
b. Punya prinsip sendiri, tidak ikut-ikutan karena pacaran itu hanya taraf
penjajakan saja.
c. Taat pada nilai-nilai agama dan norma yang ada dalam masyarakat.
d. Adanya kesempatan bersama untuk saling terbuka dan punya hak suara dan
hak bicara yang sama.
e. Saling menghargai prinsip-prinsip masing pihak.
f. Semua ini harus dilakukan sedini mungkin, jika tidak sepakat, maka jalan
masing-masing menginstropeksi diri.
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Contoh kasus konsep diri positif
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pencegahan dan Pemahaman
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Selasa, 6 Maret 2007
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pada tahap
pembentukan pemimpin kelompok mengadakan rapport, menanyakan kabar
para anggota kelompok kemudian menyampaikan maksud dan tujuan serta
asas-asas dalam bimbingan kelompok. Masing-masing anggota kelompok dan
praktikan mengadakan perkenalan agar lebih mengenal masing-masing
anggota kelompok. Setelah itu praktikan mengadakan kegiatan pengakraban
dengan mengadakan permainan. Dalam tahap peralihan pemimpin kelompok
menawarkan kepada para anggota apakah sudah siap untuk melangkah pada
tahap berikutnya. Selanjutnya pada tahap kegiatan pemimpin kelompok
mengemukakan topik yang akan dibahas, kemudian para anggota kelompok
mendiskusikannya secara bersama-sama dimana diharapkan setiap anggota
mempunyai gagasan dan pendapat demi terpecahkannya permasalahan dalam
kasus tersebut. Praktikan membacakan suatu kasus mengenai pacaran yang
banyak terjadi sekarang ini. Para anggota antusias untuk mendengarkan cerita
kasus tersebut, setelah praktikan selesai menceritakan kasus praktikan
meminta para angota untuk menggali bersama apa yang menjadi latar
belakang terjadinya peristiwa tersebut baik dilihat dari faktor internal maupun
eksternal.
Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai
cerita yang disampaikan oleh pemimpin kelompok dilihat dari faktor internal
maupun eksternal. Mereka setuju dengan adanya pacaran dengan beberapa
alasan. Setelah itu praktikan meminta kepada para anggota kelompok untuk
memberikan tips yang baik dalam berpacaran. Anggota kelompok
memberikan pendapat-pendapatnya dalam berpacaran yang baik. Setelah itu
praktikan menganalisis berdasarkan berbagai pendapat para anggota yang
dipadukan dengan materi yang ada untuk disimpulkan.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena dapat lebih
mengakrabkan antar teman, dapat belajar mengungkapkan pendapat, dapat
menambah wawasan tentang apa itu bimbingan kelompok, dan siswa dapat
menerapkan pacaran yang baik jangan sampai seperti kasus tersebut. Sarannya
agar Trinanda dan Lila mau aktif mengeluarkan pendapatnya tidak hanya
bilang sama dan tersenyum saja. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan
dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
mulai dari tahap awal atau pembentukan sampai tahap akhir dengan
mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap awal secara
sukarela tanpa ditunjuk para anggota langsung memperkenallan diri, dari
nama, kelas alamat, hoby. Setelah itu diadakan suatu permainan untuk
menghangatkan suasana, para anggota sangat antusias sekali dalam
mengikuti permainan yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada
tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok membacakan contoh kasus
yang ada anggota kelompok saling memberikan pendapatnya serta
memberikan beberapa tips dalam berpacaran:
• Dewi : memang kasus tersebut banyak terjadi dikalangan remaja
makanya kita harus mengantisipasi diri kita agar jangan sampai seperti
pada kasus tersebut terutama bagi cewek jangan mudah terbujuk oleh
rayuan gombal dari para lelaki. Dari kasus tersebut yang melatar
belakangi peristiwa itu dari siceweknya meskipun sebenarnya dia
cantik ia tidak percaya diri, ia mudah dirayu oleh pacarnya karena dari
segi agamanya juga kurang, ditambah lagi suasana sepi dalam
rumahnya sehingga bisa terjadi hal tersebut. Kita harus yakin bisa
menghadapi setiap masalah masalah.
• Agil : Ya tidak semuanya cowok itu perayu dan ngegombal, tapi
cewek itu juga seneng digombali he he, iya dari siceknya itu tidak
percaya diri mudah saja dirayu oleh cowoknya padahal kalau dia
cantik pasti banyak cowok yang suka sama dia dan tentunya lebih baik
dari dia termasuk aku, ia tidak berani ngomong tidak sama cowoknya,
mungkin dia juga terpengaruh oleh teman-temannya yang sudah
pernah ML.
• Abria : Cewek itu harus hati-hati sama cowoknya, jelek-jelek begini
meskipun aku gendut hitam tapi aku orangnya PD tapi aku tidak
kepedean lho, ya apa yang dikatakan Dewi sama Agil itu benar selain
itu kita itu harus bisa menjaga diri kita sendiri baik bagi cewek
maupun cowok karena hal tersebut sangat tidak dibolehkan dalam
semua agama, kita harus bisa menjaga nama baik diri kita dan
keluarga kita kalau sampai ML terus hamil siapa yang malu coba, kita
bisa dikeluarkan dari sekolah maka masa depan kita bisa hancur,
pikiran dari cewek pada kasus tersebut sangat sempit hanya karena
takut diputus pacarnya saja ia mau menyerahkan keperawanannya.
Masak takut kehilangan cowok yang suka ngegombal mending milih
aku aja. Kayak aku ini percaya diri, menerima apadanya memahami
kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah SWT.
• Sugeng : Wah jawaban kalian bagus-bagus jadi aku binggung mau
jawab apa, ya hampir sama dengan kalian, jadi ada beberapa faktor
sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi dari diri individu si cewek
tersebut memang ia nampaknya orang yang tidak percaya diri, terus
kalau dia tidak percaya diri dia tidak mempunyai ketrampilan
berkomunikasi tidak bisa memberikan apa yang ada dalam hatinya
bahwa sebenarnya ia menolak untuk melalukan hal tersebut, dia tidak
bisa mengambil keputusan mana yang benar dan mana yang salah,
terus dia itu tidak punya prinsip. Jujur saja aku ini belum pernah punya
pacar saya malah kalau dengan cewek itu sedikit grogi. Kalau faktor
dari luar ya lingkungan seperti teman, itu sangat berpengaruh sekali
terhadap perilaku kita jadi ya kita itu harus bisa memilih teman yang
baik, dari segi agama itu mengajarkan kalau hal itu boleh dilakukan
setelah kita menikah, dan orang tua juga harus bisa memantau anak-
anaknya.
• Lila : Betul apa yang dikatakan Sugeng saya sama sajalah.
• Sharah : Kalau menurut saya apa ya, memang kita itu harus bisa
menjaga diri kita, kita boleh saja berpacaran tetapi pacaran yang wajar
jangan sampai melebihi batas dan melanggar norma. Memang masa
remaja itu rawan sekali terhadap hal-hal seperti itu seperti sek bebas,
dan narkoba, ya intinya no free sex and no drugs gitu.
• Arri : Saya juga ingin memberikan pendapat saya bahwa sebaiknya
kasus tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita, kita harus bisa
menerapkan cara yang benar dalam berpacaran kita harus bisa
mengendalikan hawa nafsu kita, kita bisa menyalurkannya kehal-hal
yang positif seperti olah raga misalnya.
• Trinanda : Saya sama seperti yang lain.
• Chusnul : Saya ini sebenarnya orangnya kurang percaya diri tapi saya
akan mencoba memberikan pendapat saya, jadi seperti Sugeng saya itu
juga takut terhadap lawan jenis, makanya dengan kegiatan seperti ini
saya seneng, mengenai gaya berpacaran pada remaja itu sekarang
memang sudah melampau batas, sekarang saja banyak siswa –siswa
SMP yang nonton VCD porno sehingga mereka punya keinginan apa
yang belum ketahui, maraknya HP yang canggih juga membuat
mereka bisa melihat dan menyimpan film porno di hp mereka, sebagai
orang tua harus bisa mengontrol anak-anaknya betul tidak.
• Mawar : Betul Chusnul saya setuju, dari pihak sekolah sekarang sudah
banyak melakukan rasia HP yang canggih yang didalamnya ada film
pornonya ini salah satu tindakan pencegahan yang bagus.
• Agil : Mengenai Tips berpacaran, ya kita harus punya komitmen
dengan pacar kita, artinya punya tujuan yang jelas dalam berpacaran.
• Sugeng : Kalau saya belum pernah berpacaracan jadi apa ya, ya kalau
berpacaran itu harus berpedoman pada nilai-nilai agama dan norma.
• Dewi : Kita harus punya prinsip dalam berpacaran, kita tidak usah
ikut-ikutan seperti teman yang lain karena pacaran itu hanya taraf
penjajagan.
• Sharah : Berarti kita berpacaran harus menghargai prinsip masing-
masing pihak.
• Dewi : Ya iyalah.
• Abria : Kita harus punya hak suara yang sama dalam berpacaran
artinya tidak egois.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir dengan
melihat indikator yang ada, seperti percaya diri, merasa setara dengan
orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak
bersikap hiperkritis, dan optimis. Indikator yang terlihat atau muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri
yaitu para anggota sudah percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah
mampu untuk berbicara dan memberikan pendapatnya tetapi ada dua
anggota yaitu Lila dan Trinananda yang tidak percaya diri. Kemudian dari
Dewi sudah yakin bisa menghadapi masalah. Indikator kedua yang
muncul adalah merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan
para anggota tidak meremehkan pendapat orang lain atau mencela, tidak
merasa paling bisa atau sombong. Ari dan Chusnul sudah bisa setara
dengan orang lain dengan memberikan pendapatnya, dari Chusnul yang
sebelumnya kurang percaya diri ia menjadi percaya diri mampu berbicara
dalam kelompok. Indikator yang ketiga adalah menerima apa adanya ini
ditunjukkan oleh Abria dengan memahami kelebihan dan kekurangannya.
Indikator keempat yang muncul adalah tidak hiperkritis yaitu para anggota
saling menghargai pendapat anggota yang lain.Adapun komitmen yang
dibuat oleh anggota kelompok bahwa mereka dapat menerapkan cara
yang benar dari contoh kasus tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada pertemuan pertama pemberian layanan bimbingan kelompok ini
situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai
tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik,
anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga
suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari beberapa anggota seperti
Abria, Dewi, Agil, Mawar, Chusnul, Arri, Sugeng, Sharah, yang
memberikan pendapatnya. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka
dalam mengemukakan pendapatnya, meskipun ada dua anggota yaitu Lila
dan Trinanda yang hanya mengucapkan kata sama ketika mengeluarkan
pendapat dan hanya tersenyum karena merasa malu dan ragu. Secara
keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan
dengan baik.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu contoh
kasus konsep diri yang negatif karena kasus seperti ini banyak terjadi
dikalangan remaja atau siswa, mereka bisa mencegahnya dan dapat
menerapkan cara yang yang benar dalam berpacaran artinya tidak
melampaui batas-batas dalam berpacaran dalam kehidupan sehari-hari dan
apa kerugiannya jika seperti contoh kasus tersebut. Jadi kegiatan
bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana dengan
baik terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul. Angota
kelompok mendapatkan pemahaman baru dari contoh tersebut.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok ini berhasil, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apadanya dan tidak bersikap hiperkritis.
Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan karena
memang kasus ini banyak terjadi pada usia remaja. Dinamika nampak dari
keaktifan anggota kelompok dengan memberikan pendapatnya, meskipun ada dua
anggota yang pasif yaitu Trinanda dan Lila. Aspek yang sikap yang muncul pada
pertemuan kali ini adalah siswa yakin dapat menghadapi masalah, sudah mampu
berbicara dalam kelompok, menghargai orang lain, dan menerapkan cara
berpacaran yang baik jangan sampai berpacaran yang melampaui batas.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Pengertian dan perlunya konsep diri
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
SMA Teuku Umar Semarang
2. Hari/Tanggal : Kamis, 8 Maret 2007
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pada tahap
pembentukan pemimpin kelompok mengadakan rapport, menanyakan kabar
para anggota kelompok kemudian menyampaikan maksud dan tujuan serta
asas-asas dalam bimbingan kelompok. Masing-masing anggota kelompok dan
praktikan mengadakan perkenalan agar lebih mengenal masing-masing
anggota kelompok. Dalam tahap peralihan pemimpin kelompok menawarkan
kepada para anggota apakah sudah siap untuk melangkah pada tahap
berikutnya. Selanjutnya pada tahap kegiatan pemimpin kelompok
mengemukakan topik yang akan dibahas, kemudian para anggota kelompok
mendiskusikannya secara bersama-sama dimana diharapkan setiap anggota
mempunyai gagasan dan pendapat dari kasus pada pertemua pertama.
Pada pertemuan kedua praktikan memberikan informasi tentang
pengertian, jenis-jenis dan perlunya konsep diri positif. Setelah itu para
anggota kelompok mendiskusikan berdasarkan kasus pada pertemuan pertama
dilihat dari tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif. Para
anggota kelompok saling memberikan pendapatnya peristiwa yang terjadi
pada kasus kemarin karena tidak memiliki konsep diri yang positif. Setelah itu
para anggota kelompok mengintrospeksi diri mereka apakah mereka sudah
mempunyai konsep diri positif atau negatif dan siswa menyadari bahwa
perlunya kita mempunyai konsep diri yang positif sebagai salah satu contoh
adalah peristiwa yang terjadi pada kasus pertemuan pertama. Setelah itu
praktikan menganalisis berdasarkan berbagai pendapat para anggota dengan
dimachingkan dengan materi untuk disimpulkan.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena dapat lebih
mengakrabkan antar teman, dapat menambah wawasan tentang konsep diri,
belajar berkomunikasi dan siswa dapat menerapkan konsep diri yang positif
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan
dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
mulai dari tahap awal atau pembentukan sampai tahap akhir dengan
mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap awal
perkenalan masih dilakukan agar para anggota lebih akrab, secara sukarela
tanpa ditunjuk para anggota langsung memperkenallan diri mereka. Pada
tahap kegiatan ini setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai
apa itu konsep diri, jenis-jenis konsep diri dan perlunya konsep diri.
Pemimpin kelompok menanyakan ada yang tahu apa yang dimaksud
dengan konsep diri? Anggota kelompok memberi pendapat :
• Abria : Konsep diri itu seperti gambaran dari pada diri kita.
• Agil : Kalau menurut saya konsep diri itu merupakan pandangan
mengenai apa yang ada pada diri kita.
• Dewi : Saya sependapat dengan kedua teman saya bahwa konsep diri
itu pandangan atau sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Kemudian pemimpin kelompok menyimpulkan berdasarkan pendapat dari
anggota yang dimachingkan dengan materi yang ada. Ada beberapa jenis
konsep diri ada yang negatif dan juga ada yang positif . Konsep diri yang
positif antara lain : percaya diri, merasa setara dengan orang lain,
menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap
hiperkritis, dan optimis, sedangkan konsep diri yang negatif ia peka
terhadap kritik, ia responsif sekali terhadap pujian, ia cenderung bersikap
hiperkritis, ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, ia
bersikap psimis terhadap kompetisi. Anggota kelompok Sharah
menanyakan apa Pak yang dimaksud dengan tidak bersikap hiperkritis,
pemimpin kelompok menjawab bahwa tidak bersikap hiperkritis itu adalah
kita tidak mengeluh, kita mampu menghargai orang lain, senang terhadap
keberhasilan orang lain. Setelah itu para anggota kelompok
mendiskusikan berdasarkan kasus pada pertemuan pertama dilihat dari
tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif. Para anggota
kelompok saling memberikan pendapatnya peristiwa yang terjadi pada
kasus kemarin :
• Sugeng : Dengan melihat kasus kemarin bahwa siceweknya itu tidak
memiliki konsep diri yang positif seperti tidak percaya diri ia tidak
mampu berbicara kepada pacarnaya, kemudian tidak menerima apa
adanya artinya tidak menerima kelebihan dan kekurangannya.
• Abria : Kalau saya ia itu tidak mampu menghadapi satu permasalahan,
tidak merasa yakin atas kemampuan yang dimilikinya.
• Sharah : Menurut saya peristiwa kemarin itu ia tidak merasa setara
dengan orang lain sehingga sebenarnya ia cantik tapi ya ngak percaya
diri.
• Agil : Ya jadi kasus yang terjadi itu karena tidak memiliki konsep diri
yang positif.
• Arri : Sebaiknya kita harus memiliki konsep diri yang positif agar
tidak seperti pada kasus tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai
dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang
yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Pemimpin kelompok
memberikan contoh sebagai gambaran para anggota kelompok tentang
perlunya konsep diri. Sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence
Question) tinggi gagal dalam menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar
pula bahwa banyak siswa yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata
mereka berhasil dalam menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita
bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir
bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri
untuk gagal. Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan
prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Pemimpin kelompok
menanyakan menanyakan apa akah kalian sudah memiliki konsep diri
yang positif :
• Sharah : Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri positif ada
pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri, kemudian menerima
apa adanya.
• Dewi : Kayaknya saya juga belum sepenuhnya memiliki konsep diri
positif, saya sudah percaya diri, udah mampu berbicara di depan
umum, merasa setara dengan orang lain , tidak bersikap hiperkritis.
• Abria : Wah kayaknya saya sudah memiliki konsep diri positif seperti
percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya,
tidak bersikap hiperkritis, meskipun belum semua kriteria itu ada pada
saya.
• Agil : Saya sama seperti yang lain saya sudah bisa percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, mampu mengambil hikmah dari setiap
kegagalan yang terjadi, contohnya saya habis kecelakaan dan hampir
patah tulang ini memberikan hikmah bagi saya, menerima apa adanya,
tidak bersikap hiperkritis.
• Sugeng : Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri positif ada
pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri, kemudian menerima
apa adanya, tidak bersikap hiperkritis, dan mampu mengambil hikmah
dari setiap kegagalan yang terjadi.
• Mawar : Beberapa kriteria sudah ada pada diri saya, seperti percaya
diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apadanya.
• Lila : Kayaknya saya belum mempunyai konsep diri yang positif tapi
saya sudah muncul rasa percaya diri saya.
• Trinanda : Saya sama seperti Lila sudah muncul juga rasa percaya diri
saya.
• Chusnul : Saya sedikit-sedikit sudah mulai mempunyai konsep diri
yang positif kayak percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan
menerima apadanya
• Arri : Kalau saya memang tidak semuanya kriteria konsep diri positif
ada pada diri saya namun saya sudah percaya diri.
Pemimpin kelompok menanyakan atau membuat komitmen kepada semua
anggota kelompok apakah anggota kelompok akan berusaha untuk
mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha
mempunyai konsep diri positif dan akan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir dengan
melihat indikator yang ada, seperti percaya diri, merasa setara dengan
orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak
bersikap hiperkritis, dan optimis. Indikator yang terlihat atau muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri
yaitu para anggota sudah percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah
mampu untuk berbicara dan memberikan pendapatnya, dalam hal ini
semua anggota sudah mempunyai rasa percaya diri. Indikator kedua yang
muncul adalah merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan
para anggota tidak meremehkan pendapat orang lain atau mencela, tidak
merasa paling bisa atau sombong seperti yang dimiliki. Indikator yang
ketiga adalah menerima apa adanya. Indikator keempat yang muncul
adalah tidak hiperkritis yaitu para anggota saling menghargai pendapat
anggota yang lain. Indikator yang kelima adalah dapat menyikapi
kegagalan seperti yang dimiliki Agil dan Sugeng. Para anggota kelompok
dapat menambah wawasan tentang konsep diri, dan siswa dapat
menerapkan konsep diri yang positif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, situasi dapat
berjalan dengan baik dan lancar, dinamika kelompok sudah dapat muncul
dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya
sehingga suasana kelompok terkendali, meskipun siswa terlihat gugup
ingin cepat pulang karena cuaca akan hujan. Dapat disimpulkan kegiatan
bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana dengan
baik terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul. Angota
kelompok mendapatkan pemahaman baru dari pengertian konsep diri,
jenis-jenis konsep diri dan perlunya memiliki konsep diri yang positif.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu
pengertian dan perlunya konsep diri, mereka tahu tanda-tanda orang yang
memiliki konsep diri positif maupun negatif dan dapat menginstrospeksi
diri apakah mereka termasuk orang yang mempunyai konsep diri positif
atau negatif. Siswa dapat menerapkan konsep diri yang positif dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok ini berhasil, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apadanya, dapat menyikapi kegagalan dan
tidak bersikap hiperkritis. Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami
materi yang diberikan karena materi yang diberikan karena ini berhubungan
dengan diri mereka. Dinamika nampak dari keaktifan anggota kelompok dengan
memberikan pendapatnya, meskipun para anggota gugup ingin pulang karena
cuaca mendung mau hujan. Aspek yang sikap yang muncul pada pertemuan kali
ini adalah percaya diri, para anggota tidak meremehkan orang lain, menerima apa
adanya, mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan, tidak mengeluh, belajar
berkomunikasi dan menerapkan konsep diri yang positif dalam kehidupan sehari-
hari.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pemahaman dan Pengembangan
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pencegahan dan Pemahaman
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2007
SMA Teuku Umar Semarang
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 8 siswa dikarenakan ada 2
siswa yang tidak berangkat sekolah. Pada tahap pembentukan pemimpin
kelompok hanya mengadakan rapport saja karena pada pertemuan ketiga ini
siswa sudah paham maksud dan tujuan serta asas-asas dalam bimbingan
kelompok. Dalam pertemuan ketiga ini juga tidak perlu dilakukan perkenalan
karena praktikan dan masing-masing anggota kelompok sudah kenal dan
akrab, kemudian praktikan langsung menuju pada tahap berikutnya. Dalam
tahap peralihan pemimpin kelompok menawarkan kepada para anggota
apakah sudah siap untuk melangkah pada tahap berikutnya. Selanjutnya pada
tahap kegiatan pemimpin kelompok mengemukakan topik yang akan dibahas,
kemudian para anggota kelompok mendiskusikannya secara bersama-sama
dimana diharapkan setiap anggota mempunyai gagasan dan pendapat.
Pada pertemuan ketiga praktikan memberikan informasi tentang isi
dan asal-usul pembentukan konsep diri. Materi ini merupakan lanjutan dari
materi sebelumnya yaitu pengertian dan perlunya konsep diri. Setelah itu para
anggota kelompok mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik
yang dibahas. Praktikan menyuruh masing-masing anggota kelompok untuk
mengungkapkan kelemahan dan kelebihan yang ia miliki sifat-sifat negatif
dan positif mereka serta yang didalamya terdapat sifat-sifat positif dan negatif.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena dapat
mengetahui karakter dari teman-temannya, dapat menambah wawasan tentang
isi dan asal-usul dari pembentukan konsep diri dan menyadari segala
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki artinya dapat terbuka dan jujur
terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mempercayai diri sendiri dan
orang lain, serta belajar untuk menerima diri. Saran dari anggota kelompok
adalah agar anggota tidak usah malu untuk megungkapkan sifat-sifat negatif
dan positif serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki karena dalam
kegiatan ini ada asas kerahasian dan keterbukaan. Topiknya membosankan
karena masih konsep diri lagi. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan
dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai isi konsep diri, dan
asal-usul pembentukan konsep diri. Pemimpin kelompok memberikan
informasi mengenai isi dari pada konsep diri. Pemimpin kelompok
menjelaskan isi dari konsep diri mulai dari karakteristik fisik, penampilan,
kesehatan dan kondisi fisik, rumah dan hubungan keluarga, hobi dan
permainan, sekolah dan pekerjaan sekolah, kecerdasan, bakat dan minat,
ciri dan kepribadian, sikap dan hubungan sosial, dan religius. Setelah isi
konsep diri selanjutnya asal-usul atau faktor pembentuk konsep diri. Asal-
usul konsep diri yaitu orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman
sebaya, masyarakat dan pengalaman. Pemimpin kelompok meminta para
anggota kelompok untuk mengemukakan mengungkapkan kelemahan dan
kelebihan yang didalamya terdapat sifat-sifat positif dan negatif.
Para anggota memberi pendapat tentang dirinya dari kelebihan dan
kelemahan yang ia miliki :
• Agil : Kelebihan yang ada dalam diri saya yaitu saya yaitu saya orangnya
tidak sombong, menerima apa adanya, tidak senang adanya permusuhan.
Sedangkan kelemahan yang ada pada saya yaitu saya kadang cepat emosi.
• Abria : Kelebihan yang saya miliki yaitu berat badan, saya orangnya
humoris, percaya diri, bisa bergaul dengan siapa saja, tidak suka
kekerasan. Sedangkan kelemahan yang saya miliki yaitu apabila ada orang
yang menyakiti saya saya sulit untuk memaafkannya tetapi saya tidak
sampai pada kekerasan.
• Dewi : Kalau saya kelebihan yang saya punya itu saya senang membantu
teman yang membutuhkan atau suka menolong, tegar dalam menghadapi
setiap permasalahan, menghargai orang lain, jujur. Kekurangan atau
kelemahan yang saya miliki kadang boros dalam hal keuangan.
• Sugeng : Kelebihan saya itu saya orangnya penyabar, percaya diri,
menghargai orang lain, jujur, peka terhadap orang lain. Sedangkan
kekurangan saya kadang timbul rasa takut terhadap lawan jenis.
• Arri : Kelebihan yang saya miliki tidak membeda-bedakan teman, yakin
atas kemampuan yang saya miliki, tidak mengeluh. Sedangkan kelemahan
saya itu saya orangnya kadang cepat tersinggung, kadang sering
mengumpat apabila saya gagal.
• Chusnul : Kelemahan saya itu tidak bisa bangun pagi, malas, sering
menyontek, tidak bisa dalam pelajaran berhitung atau eksak. Sedangkan
kelebihan saya kata orang saya itu orangnya baik, tidak sombong.
• Sharah : Kalau kelebihan saya itu saya rajin, setiap ada masalah langsung
saya selesaikan, tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Sedangkan
kekurangan saya pelupa.
• Mawar : Kelebihan yang saya miliki menerima diri apa adanya, pandai
bergaul, senang dengan adanya tantangan. Kelemahan saya sama seperti
Dewi saya boros dalam hal keuangan.
Para anggota akan mengembangkan diri artinya akan berusaha menutupi
kelemahan yang ada pada diri mereka. Pemimpin kelompok menanyakan
atau membuat komitmen kepada semua anggota kelompok apakah
anggota kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah mengetahui
faktor-faktor yang membentuk konsep diri positif. Semua anggota
menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir dengan
melihat indikator yang ada, seperti percaya diri, merasa setara dengan
orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak
bersikap hiperkritis, dan optimis. Indikator yang terlihat atau muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri
yaitu para anggota sudah percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah
mampu untuk berbicara dan memberikan pendapatnya mengenai
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok,
Indikator kedua yang muncul adalah merasa setara dengan orang lain, ini
ditunjukkan dengan para anggota tidak meremehkan pendapat orang lain
atau mencela mengenai kekurangan orang lain kemudian bisa bergaul
dengan siapa saja. Indikator yang ketiga adalah menerima apa adanya.
Indikator keempat yang muncul adalah tidak hiperkritis yaitu para anggota
saling menghargai pendapat anggota yang lain. Para anggota kelompok
dapat menambah wawasan tentang isi konsep diri, dan asal-usl
pembentukan konsep diri. Siswa dapat mengetahui karakter dari teman-
temannya, dan dapat menyadari segala kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, situasi dapat
berjalan dengan baik dan lancar, meskipun ada beberapa siswa merasa
bosan karena materinya mengenai konsep diri lagi tetapi dinamika
kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau
aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok
terkendali. Ada beberapa siswa yang malu untuk mengungkapkan sifat-
sifat negatif dan positif serta kelebihan dan kelemahannya.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu isi
dan asal-usul pembentukan konsep diri, mereka dapat menyadari apakah
konsep dirinya dibentuk dengan baik atau tidak serta komitmen para
anggota untuk membentuk konsep diri yang positif. Dapat disimpulkan
kegiatan bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana
dengan baik terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul.
Angota kelompok mendapatkan pemahaman baru isi dan asal-usul
pembentukan konsep diri walaupun ada anggota kelompok yang
mengatakan topiknya membosankan karena masih konsep diri lagi.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok ini berhasil, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apadanya. Anggota kelompok dapat
menguasai dan memahami materi yang diberikan meskipun ada siswa yang
merasa bosan karena materinya mengenai konsep diri lagi. Dinamika nampak dari
keaktifan anggota kelompok dengan memberikan pendapatnya, meskipun ada
beberapa siswa yang malu untuk mengungkapkan sifat-sifat negatif dan positif
serta kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Aspek yang sikap yang
muncul pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat memahami kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki serta semangat untuk mengembangkan diri, dapat terbuka
dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mempercayai diri sendiri
dan orang lain, serta belajar untuk menerima diri dan para anggota dapat
mengetahui pembentukan konsep diri dan dapat membentuk konsep diri yang
positif.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Mensikapi permasalaan diri dan orang lain
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pegembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2007
SMA Teuku Umar Semarang
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Seperti biasa
pada tahap pembentukan pemimpin kelompok hanya mengadakan rapport saja
karena pada pertemuan keempat ini siswa sudah paham maksud dan tujuan
serta asas-asas dalam bimbingan kelompok. Dalam pertemuan keempat ini
juga tidak perlu dilakukan perkenalan karena praktikan dan masing-masing
anggota kelompok sudah kenal dan akarab, kemudian praktikan langsung
menuju pada tahap berikutnya anggota kelompok. Dalam tahap peralihan
pemimpin kelompok menawarkan kepada para anggota apakah sudah siap
untuk melangkah pada tahap berikutnya.
Pada pertemuan keempat ini praktikan memberikan topik tentang
mensikapi permasalahan diri dan orang lain. Setelah itu para anggota
kelompok mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik yang
dibahas. Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai
permasalahan diri dan orang lain. Para anggota sudah mempunyai keyakinan
mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Anggota kelompok memberikan
pendapat-pendapatnya dalam mensikapi permasalahan diri dan orang lain.
Setelah itu praktikan menganalisis berdasarkan berbagai pendapat para
anggota dengan dipadukan dengan materi untuk disimpulkan.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena mereka dapat
bersiskusi, dapat menambah wawasan tentang bagaimana kita mensikapi
permasalahan diri dan orang lain atau belajar memecahkan masalah, dan dapat
membantu orang lain dalam kehidupan sehari-hari atau belajar memberi
perhatian serta lebih peka kepada orang lain bahwa orang lain juga
mempunyai masalah. Sarannya agar makanan yang diberikan pemimpin
kelompok mengenyangkan contohnya nasi. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan
dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai bagaimana kita
mensikapi permasalahan diri dan orang lain. Para anggota kelompok
saling memberikan pendapatnya mengenai permasalahan apabila kita
punya masalah kemudian ada teman kita yang minta bantuan apa yang
harus kita lakukan?
• Abria : Melihat masalahnya dari teman kita apa masalahnya berat atau
tidak apabila ringan langsung kita bantu dan apabila berat kita bisa
menjadi pendengar yang baik, kita bisa beri support atau dukungan,
nasehat.
• Dewi : Hampir sama seperti Abria semampu kita kita bantu masalah
teman kita yang enting jangan sampai malah masalah itu menjadi
masalah pada diri kita.
• Sharah : Kalau saya mending saya menyelesaikan masalah saya dulu
biar tidak pusing karena masalah kita belum selesai, kalau masalah
kita sudah selesai baru kita membantu masalah teman kita.
• Mawar : Kalau saya minta bantuan teman lain dulu karena saya masih
memiliki masalah, tetapi secara halus biar teman kita tidak marah
kepada kita.
• Sugeng : Kita bantu teman kita yang punya masalah dulu setelah
selesai kita selesaikan masalah kita sendiri apabila kita tidak bisa kita
bisa minta bantuan kepada teman kita yang kita bantu tadi.
• Agil : Menurut saya kita bahas dulu bersama-sama masalahnya kalau
tidak bisa kita minta bantuan pada teman yang lain juga,terus masalah
kita dibahs bersama-sama juga.
• Lila : Kita bantu teman kita karena tidak enak pabila kita langsung
menolaknya.
• Trinanda : Menurut saya kita harus bantu teman kita yang punya
masalah biar nanti masalah kita juga bisa dibantu teman kita.
• Chusnul : Ya saya akan membantu teman dulu baru masalah kita.
• Arri : Kita berusaha bantu teman jangan sampai menjadi beban pada
kita.
Bagaimana kita mensikapi permasalahan kita? Para anggota menjawab :
• Dewi : Saya akan langsung menyelesaikan masalah tersebut dan tidak
akan membiarkannya berlarut-larut.
• Sharah : Saya akan semaksimal mungkin menyelesaikan masalah
kalau tidak bisa baru minta bantuan pada orang lain.
• Mawar : Kalau kita menunda-nunda masalah maka masalahnya tidak
selesai jadi harus segera diselesaikan.
• Agil : Kita harus bisa mengidentifikasi dulu masalahnya, apa yang
menjadi penyebab jangan grusah-grusuh lalu kita membuat pilihan
atau keputusan yang tepat.
• Abria : Menurut saya kita harus memahami dulu masalahnya kita bisa
seringkan kepada sahabat kita atau teman terdekat agar dapat
menambah jawaban dari persoalan yang kita hadapi.
• Trinanda : Saya juga sama seperti yang lain akan menyelesaikan
masalahnya langsung itu juga.
Bagaimana kita mensikapi permasalahan orang lain? Para anggota
menjawab :
• Sugeng : Seperti yang saya bilang tadi kita bisa menjadi pendengar
yang baik, kita bisa beri support atau dukungan, nasehat.
• Arri : Kita bisa memberikan nasehat tapi diberikan pada saat yang
tepat.
• Chusnul : Kita harus peka terhadap orang lain, kita bisa memberikan
simpati kita menolong meringan beban.
• Lila : Ya kita beri saran, nasehat yang penting jangan sok pintar.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir dengan
melihat indikator yang ada, seperti percaya diri, merasa setara dengan
orang lain, menerima apa adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak
bersikap hiperkritis, dan optimis. Indikator yang terlihat atau muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri
yaitu para anggota sudah percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah
mampu untuk berbicara dan memberikan pendapatnya, mampu untuk
mengatasi masalah sendiri dan orang lain. Merasa setara dengan orang
lain, ini ditunjukkan dengan para anggota tidak meremehkan pendapat
orang lain. Tidak hiperkritis yaitu para anggota saling menghargai
pendapat anggota yang lain. Optimis ini ditunjukkan dengan anggota yang
merasa yakin atas kemampuan yang dimiiliki. Para anggota kelompok
dapat menambah wawasan tentang pemahaman-pemahaman baru tentang
mensikapi permasalahan diri dan orang lain yang dibahas pada saat
bimbingan kelompok, komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok
bahwa siswa mampu untuk menyelesaikan masalahnya dan dapat
mensikapi masalah orang lain dalam kehidupan sehari-hari secara positif.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada pertemuan keempat pemberian layanan bimbingan kelompok ini
situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai
tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik,
anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga
suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari semua anggota seperti
Abria, Dewi, Agil, Mawar, Chusnul, Arri, Sugeng, Sharah, Lila, Trinanda
yang memberikan pendapatnya. Sejauh ini para anggota sudah mulai
terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Secara keseluruhan proses
dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu
mensikapi permasalahan diri dan orang lain, para anggota sudah yakin
akan kemampuannya untuk mengatasi masalah dan dapat membantu orang
lain dalam kehidupan sehari-hari. Dapat disimpulkan kegiatan bimbingan
kelompok dalam pertemuan keempat ini dapat terlaksana dengan baik
terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul. Anggota kelompok
mendapatkan pemahaman baru tentang mensikapi permasalahan diri dan
orang lain serta secara positif siswa dapat dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok ini berhasil, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apadanya, tidak bersikap hiperkritis, optimis.
Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan
meskipun ada siswa yang merasa lapar karena mereka pengennya snaknya diganti
nasi. Dinamika dalam pertemuan keempat ini sudah baik ini nampak dari
keaktifan anggota kelompok dengan memberikan pendapatnya secara terbuka dan
sukarela. Aspek yang sikap yang muncul pada pertemuan kali ini adalah para
anggota sudah yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah sendiri, lebih
peka bahwa orang lain juga mempunyai masalah, belajar memberi perhatian pada
orang lain, belajar memberi dan menerima atau tack in give, belajar memecahkan
masalah dan dapat membantu orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Cara meningkatkan kepercayan diri
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
SMA Teuku Umar Semarang
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Selasa, 20 Maret 2007
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pada tahap
pembentukan pemimpin kelompok hanya mengadakan rapport saja karena
pada pertemuan kelima ini siswa sudah paham maksud dan tujuan serta asas-
asas dalam bimbingan kelompok. Dalam pertemuan kelima ini juga tidak
perlu dilakukan perkenalan karena praktikan dan masing-masing anggota
kelompok sudah kenal dan akarab, kemudian praktikan langsung menuju pada
tahap berikutnya anggota kelompok. Dalam tahap peralihan pemimpin
kelompok menawarkan kepada para anggota apakah sudah siap untuk
melangkah pada tahap berikutnya. Selanjutnya pada tahap kegiatan pemimpin
kelompok mengemukakan topik yang akan dibahas, kemudian para anggota
kelompok mendiskusikannya secara bersama-sama dimana diharapkan setiap
anggota mempunyai gagasan dan pendapat.
Pada pertemuan kelima ini praktikan memberikan topik tentang cara
meningkatkan kepercayaan diri. Setelah itu para anggota kelompok
mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik yang dibahas. Para
anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai karakteristik
individu yang percaya diri dan yang kurang percaya diri serta upaya
mengatasi kurang percaya diri. Setelah itu praktikan menganalisis berdasarkan
berbagai pendapat para anggota dengan dimachingkan materi yang ada untuk
disimpulkan.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena mereka dapat
menumbuhkan rasa percaya diri lewat kegiatan bimbingan kelompok yang
dilaksanakan, dan siswa dapat menerapkan percaya diri tidak hanya dalam
bimbingan kelompok saja tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan
menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara meningkatkan
kepercayaan diri yang didalamnya terdapat pengertian percaya diri,
karakteristik individu yang percaya diri dan yang tidak percaya diri
kemudian bagaimana upaya mengatasi rasa kurang percaya diri. Pemimpin
kelompok menanyakan ada yang tahu apa itu percaya diri? Anngota ada
yang menjawab :
• Agil : Percaya diri itu percaya atas kemampuan yang dimiliki.
• Dewi : Percaya diri itu merupakan dorongan yang ada dalam diri
dalam rangka menghadapi segala yang ada.
• Abria : Kalau menurut saya percaya diri itu ya sikap yang kita miliki
dalam menghadapi segala sitauais atau keadaan.
Setelah pemimpin kelompok menjelaskan topik kemudian meminta
anggota kelompok apabila ada permasalahan yang berkaitan dengan topik
yang dibahas kali ini bisa dituangkan kemudian kita bahas bersama-sama.
Dari anggota kelompok muncul permasalahan :
• Lila : Begini saya punya masalah mengenai ya kurang percaya diri
misalkan harus ngomong didepan kelas apalagi dedepan umum.
• Trinanda : Masalah saya sama dengan Lila.
• Sugeng : Kalau saya memiliki masalah kadang merada tidak percaya
diri dengan lawan jenis makanya sampai saat ini saya belum
mempunyai pacar.
• Chusnul : Saya merasa gori ketika bertanding jadi kadang saya
menyerah dulu.
Baik setelah kita tahu beberapa permasalahan kita tentukan masalah siapa
dulu yang akan kita bahas, para anggota kelompok sepakat untuk
memecahkan masalahnya Lila, dengan memberikan tanggapan dan saran
sebagai berikut :
• Arri : Sebelumnya permasalahan yang melatar belangi itu apa
mungkin Lila bisa menjelaskan biar ketika teman-teman mebantu
menyelesaikan masalahnya bisa mudah.
Jadi begini permasalahannya ketika saya masih duduk di kelas X ada
diskusi dalam kelas kemudian saya diminta untuk memberi jawaban
kemudian jawaban atau tanggapan saya ditertawakan oleh teman-teman
sehingga ini membuat saya malu dan tidak mau lagi untuk memberi
jawaban lebih baik saya diam saja. Setelah tahu permasalahannya maka
para anggotapun memberi saran :
• Abria : Dengan melihat apa yang menjadi masalah kamu saya bisa
menganalisis bahwa kamu memiliki satu pikiran yang mana kamu
ketika akan menjawab maka akan ditertawakan lagi oleh teman-teman
padahal belum tentu.
• Agil : Apa yang dikatan Abria betul itu Lil jadi ketika kita punya
pikiran yang begitu maka kita tidak akan bisa untuk mengungkapkan
pendapat jadi pikiran itu harus dihilangkan.
• Arri : Nah setelah kamu menceritakan latar belakangnya kan teman-
teman bisa tahu dan mudah dalam memberikan pendapatnya, kalau
menurut saya kamu harus punya kemauan dulu atau tekad bahwa saya
harus berani ngomong didepan kelas misalnya tanpa mempedulikan
apa kata teman.
• Dewi : Jadi ada betulnya yang dikatakan oleh Arri tetapi kamu ketika
akan memberi jawaban kita pikir dulu artinya kita tahu betul apa yang
menjadi persoalan kemudian kemudian dalam benak kita sudah ada
jawaban yang relevan sehingga jawaban kita akan bermutu dan ini
tidak bakal ditertawakan oleh teman malah kita akan mendapat
sanjungan dari teman-teman.
• Mawar : Yup saya setuju apa yang dikataka Dewi semua itu
merupakan proses pembelajaran jadi kita tidak langsung bisa tetapi
harus bertahap.
• Sharah : Saya juga setuju.
Dengan saran-saran yang diberikan oleh temannya Lila dapat menerima
saran dari teman-temannya, Lila memutuskan mulai sekarang dia akan
percaya diri tidak akan takut lagi untuk ditertawakan. Ya dengan kegiatan
bimbingan kelompok ini masalah saya bisa teratasi saya merasa senang,
kemudian saya bisa belajar berbicara meskipun dalam lingkup kelompok.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir mulai dari
awal kegaiatan sampai tahap akhir dengan melihat indikator yang ada,
seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa
adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap hiperkritis, dan
optimis. Indikator yang terlihat atau muncul dalam proses kegiatan
bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri yaitu para anggota sudah
percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah mampu untuk berbicara dan
memberikan pendapatnya, mampu untuk mengatasi masalah sendiri dan
orang lain. Merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan para
anggota tidak meremehkan pendapat orang lain. Tidak hiperkritis yaitu
para anggota saling menghargai pendapat anggota yang lain. Optimis ini
ditunjukkan dengan anggota yang merasa yakin atas kemampuan yang
dimiliki. Para anggota kelompok dapat menambah wawasan tentang
pemahaman-pemahaman baru tentang cara meningkatkan percaya diri
yang dibahas pada saat bimbingan kelompok, komitmen yang dibuat oleh
anggota kelompok bahwa siswa dapat menerapkan cara meningkatkan
percaya diri dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada pertemuan kelima pemberian layanan bimbingan kelompok ini
situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai
tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik,
anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga
suasana kelompok terkendali. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka
dalam mengemukakan pendapatnya. Siswa sudah dapat membantu
memecahkan permasalahan orang lain. Secara keseluruhan proses dalam
kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
b. Penilaian hasil
Pada saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, situasi dapat
berjalan dengan baik dan lancar, anggota kelompok sudah memahami
topik yang dibahas yaitu cara meningkatkan percaya diri dan dapat
menerapkan cara meningkatkan percaya diri dalam kehidupan sehari-hari.
Dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, karena anggota
kelompok percaya diri dengan aktif mengemukakan pendapatnya sehingga
suasana kelompok terkendali, ini juga terlihat dari indikator ang muncul.
Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka dalam mengemukakan
pendapatnya, Lila dan Trinanda juga nampakya puas dengan jawaban
datau saran dari teman-temannya, rasa percaya dirinya menjadi tumbuh
dengan sudah tidak akan malu lagi untuk memberikan pendapatnya.
Angota kelompok mendapatkan pemahaman baru tentang mensikapi
permasalahan diri dan orang lain serta secara positif siswa dapat dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok ini berhasil, ini dapat terlihat dari indikator yang muncul
dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri, merasa
setara dengan orang lain, menerima apadanya, tidak bersikap hiperkritis, optimis.
Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan.
Dinamika dalam pertemuan ini sudah baik ini nampak dari keaktifan anggota
kelompok dengan memberikan pendapatnya secara terbuka dan sukarela. Anggota
kelompok juga sudah mampu untuk memecahkan permasalahan. Aspek yang
sikap yang muncul pada pertemuan kali ini adalah para anggota sudah yakin akan
kemampuannya untuk mengatasi masalah sendiri/belajar memecahkan masalah,
lebih peka bahwa orang lain juga mempunyai masalah, belajar memberi perhatian
pada orang lain, belajar memberi dan menerima atau tack in give dan dapat
membantu orang lain dalam kehidupan sehari-hari, belajar lebih terbuka dan jujur
terhadap diri sendiri dan orang lain, mampu untuk percaya diri dengan
memberikan pendapatnya dalam kelompok dan akan menerapkannya tidak hanya
dalam bimbingan kelompok saja, siswa sudah mampu mempercayai diri sendiri
dan orang lain.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Cara menghindari prasangka dan akibatnya
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Kamis, 22 Maret 2007
SMA Teuku Umar Semarang
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pada tahap
pembentukan pemimpin kelompok hanya mengadakan rapport saja karena
pada pertemuan ini siswa sudah paham maksud dan tujuan serta asas-asas
dalam bimbingan kelompok. Dalam pertemuan ini juga tidak perlu dilakukan
perkenalan karena praktikan dan masing-masing anggota kelompok sudah
kenal dan akarab, kemudian praktikan langsung menuju pada tahap berikutnya
anggota kelompok. Dalam tahap peralihan pemimpin kelompok menawarkan
kepada para anggota apakah sudah siap untuk melangkah pada tahap
berikutnya..
Pada pertemuan ini praktikan memberikan topik tentang cara cara
menghindari prasangka dan akibatnya. Setelah itu para anggota kelompok
mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik yang dibahas.
Pemimpin kelompok memberikan beberapa contoh kepada anggota kelompok
dan anggota kelompok memberikan tanggapannya. Setelah itu praktikan
menganalisis berdasarkan berbagai pendapat para anggota dengan dipadukan
dengan materi yang ada untuk disimpulkan.
Tanggapan dari para anggota kelompok sangat positif yaitu mereka
merasa senang mengkuti kegiatan bimbingan kelompok, karena dapat
menambah informasi tentang bagaimana cara menghindari prasangka dan
akibatnya. Selanjutnya pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan
akan segera diakhiri dan menutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan
terima kasih.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara menghindari
prasangka dan akibatnya yang didalamnya terdapat pengertian prasangka,
terbentuknya prasangka, usaha untuk menghindari dan menghilangkan
prasangka, akibat prasangka. Pemimpin kelompok menanyakan ada yang
tahu apa itu prasangka? Anggota kelompok menjawab :
• Dewi : Prasangka adalah anggapan yang kurang baik kepada orang
lain.
• Agil : Prasangka itu merupakan perasaan kita kepada orang lain yang
bisa bersifat positif maupun negatif.
Pemimpin kelompok memberikan contoh apa pandangan kita terhadap
seorang pelukis atau seniman?. Anggota kelompok yang menjawab :
• Lila : Pasti pelukis itu hidupnya tidak teratur, jorok, tidak pernah
mandi.
• Abria : Belum tentu semua pelukis atau seniman seperti itu kita harus
punya prasangka yang positif. Kamu kan belum tahu sendiri
bagaimana kehiduapan pelukis.
• Sharah : Apa yang dikatakan Abria benar jadi belum tentu seorang
pelukis itu menti jorok, jarang mandi, semprawut acak-acakan
rambutnya gondrong tetapi banyak juga pelukis yang bersih.
Bagaimana pandangan kalian terhadap karakter orang madura?
• Trinanda : Ya pasti karakter orang madura itu keras.
• Mawar : Belum tentu tidak semua orang madura itu keras.
Apabila kalian mendapat nilai lima pada pelajaran matematika apa yang
kalian lakukan?.
• Dewi : Introspeksi diri mungkin kita tidak belajar dengan sungguh-
sungguh.
• Chusnul : Ya itu mungkin kesalahan gurunya, gurunya tidak senang
pada kita.
• Sugeng : Yang dikatakan Sharah itu benar kita harus instrospeksi diri
kita dulu kenapa kok sampai nilai kita jelek mungkin kita jarang
mengerjakan PR, terus kalau ulangan kita tidak belajar.
Misalkan kalian melihat Pak Karto guru matematika, marah kepada Arri
sehingga dihukum apa tanggapan kalian?
• Abria : Ya saya menganggap bahwa Pak Karto itu orang yang galak
dan senang menghukum.
• Sharah : Kalau saya tidak setuju mungkin kenapa Arri dihukum karena
Arri bandel tidak mengerjakan tugas artau PR jarang mengikuti
pelajaran yag penting menghukumnya dalam batas kewajaran.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir mulai dari
awal kegaiatan sampai tahap akhir dengan melihat indikator yang ada,
seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa
adanya, dapat menyikapi kegagalan, tidak bersikap hiperkritis, dan
optimis. Indikator yang terlihat atau muncul dalam proses kegiatan
bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri yaitu para anggota sudah
percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah mampu untuk berbicara dan
memberikan pendapatnya, mampu untuk mengatasi masalah sendiri dan
orang lain. Merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan para
anggota tidak meremehkan pendapat orang lain. Tidak hiperkritis yaitu
para anggota saling menghargai pendapat anggota yang lain. Para anggota
kelompok dapat menambah wawasan tentang pemahaman-pemahaman
baru tentang cara menghindari prasangka dan akibatnya yang dibahas pada
saat bimbingan kelompok, komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok
bahwa siswa dapat berprasangka positif terhadap setiap peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Pada pertemuan keenam pemberian layanan bimbingan kelompok ini
situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai
tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik,
anggota kelompok mau aktif dalam tanya jawab sehingga suasana
kelompok terkendali. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan
bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu cara
menghindari prasangka dan akibatnya, mereka bisa menererima
pemahaman-pemahaman baru agar bagaimana agar kita tidak
berprasangka yang jelek kepada orang lain. Para anggota merasa nyaman
berada dalam kelompok karena para anggota sudah aktif berbicara, dan
para anggota kelompok dapat menghargai pendapat anggota yang lain, ini
juga terlihat dari indikator ang muncul. Para anggota mau berkomitmen
untuk mempraktekan tentang informasi baru yang telah didapatkannya
yaitu menerapkan cara menghindari prasangka dan akibatnya.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok dapat dinilai baik, ini dapat terlihat dari indikator yang
muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri,
merasa setara dengan orang lain, menerima apadanya, tidak bersikap hiperkritis.
Anggota kelompok dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan.
Dinamika dalam pertemuan ini sudah baik ini nampak dari keaktifan anggota
kelompok dalam tanya jawab dengan memberikan pendapatnya secara terbuka
dan sukarela. Aspek yang sikap yang muncul pada pertemuan kali ini adalah
siswa dapat begaul dengan banyak teman, berkomunikasi karena selalu
berprasangka baik terhadap semua orang, dan siswa dapat mempunyai prasangka
positif terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Cara mengembangkan sikap positif
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
SMA Teuku Umar Semarang
1. Waktu : 45 Menit
2. Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2007
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Kegiatan bimbingan kelompok diikuti oleh 10 siswa. Pemimpin
kelompok mengawali kegiatan dengan salam dan menanyakan kabar dari para
anggota kelompk. Tahapan-tahapan dalam bimbingan kelompok sudah
terlewati dengan baik. Selanjutnya pada tahap kegiatan pemimpin kelompok
mengemukakan topik yang akan dibahas, kemudian para anggota kelompok
mendiskusikannya secara bersama-sama dimana diharapkan setiap anggota
mempunyai gagasan dan pendapat.
Pada pertemuan ketujuh ini topik yang dibahas adalah cara
mengembangkan sikap positif. Setelah itu para anggota kelompok
mendiskusikan dan memberikan pendapatnya dari topik yang dibahas.
Pemimpin kelompok menanyakan bagaimana sikap positif kita sebagai
pelajar?. Para anggota menjawab kita harus belajar dengan giat, mentaati
peraturan sekolah seperti memakai seragam lengkap, datang tepat waktu tidak
terlambat, selalu mengikuti pelajaran di sekolah atau tidak membolos,
menghormati guru, selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.
Pertanyaan kedua bagaimana sikap positif kita berada dilingkungan keluarga?.
Para anggota menjawab patuh terhadap perintah orang tua, menghormati
orang tua, mentaati norma dalam keluarga, menghargai dan menyangi
adik/kakak, selalu berbuat baik kepada orang tua. Pertanyaan ketiga
bagaimana sikap positif kita dalam lingkungan masyarakat?. Anggota
kelompok menjawab selalu mentaati norma yang berlaku dimasyarakat,
menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, bersedia menolong
tetangga yang mendapat musibah. Tanggapan dari para anggota kelompok
sangat positif yaitu mereka dapat mengambil manfaat dari bersikap positif dan
belajar untuk menghargai orang lain. Selanjutnya pemimpin kelompok
mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri dan menutup pertemuan
dengan mengucapkan salam dan terima kasih
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara
mengembangkan sikap positif yang meliputi pengertian, langkah-langkah
menumbuhkan sikap positif dan manfaat bersikap positif. Pemimpin
kelompok menanyakan bagaimana sikap positif kita sebagai pelajar?.
• Dewi : Kita harus belajar dengan giat, mentaati peraturan sekolah
seperti memakai seragam lengkap, datang tepat waktu tidak terlambat,
selalu mengikuti pelajaran di sekolah atau tidak membolos.
• Mawar : Kita harus sopan terhadap guru, menghormati guru, selalu
mengerjakan PR yang diberikan oleh guru.
• Sharah : Selalu mengikuti upacara bendera sebagai bukti cinta tanah
air, tidak hanya guru yang dihaormati petugas TU juga harus kita
hormati pokoknya menghormati kepada yang lebih tua.
• Lila : Kita harus mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru
mata pelajaran.
• Trinanda : Yang jelas kita sebagai belajar kita harus giat belajar.
• Arri : Mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler yang diselengarakan di
sekolah.
• Chusnul : Tidak mencemarkan nama baik sekolah.
• Agil : Membuat prestasi dalam bidang akademik maupun non
akademik.
• Abria : Tidak boleh menyontek.
• Sugeng : Jangan membuat gaduh saatpelajaran.
Pertanyaan kedua bagaimana sikap positif kita berada dilingkungan
keluarga?. Para anggota menjawab :
• Sugeng : Patuh terhadap perintah orang tua,
• Agil : Menghormati orang tua,
• Dewi : Mentaati norma dalam keluarga,
• Abria : Menghargai dan menyangi adik/kakak,
• Mawar : Selalu berbuat baik kepada orang tua.
Pertanyaan ketiga bagaimana sikap positif kita dalam lingkungan
masyarakat?. Anggota kelompok menjawab
• Sharah : Selalu mentaati norma yang berlaku dimasyarakat,
• Arri : Menghargai dan menghormati orang yang lebih tua,
• Chusnul : Bersedia menolong tetangga yang mendapat musibah.
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir mulai dari
awal kegiatan samapai tahap akhir dengan melihat indikator yang ada,
seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa
adanya. Indikator yang terlihat atau muncul dalam proses kegiatan
bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri yaitu para anggota sudah
percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah mampu untuk berbicara dan
memberikan pendapatnya, mampu untuk mengatasi masalah sendiri dan
orang lain. Merasa setara dengan orang lain, ini ditunjukkan dengan para
anggota tidak meremehkan pendapat orang lain. Para anggota kelompok
dapat menambah wawasan tentang pemahaman-pemahaman baru tentang
cara mengembangkan sikap positif yang meliputi pengertian, langkah-
langkah menumbuhkan sikap positif dan manfaat bersikap positif pada
saat bimbingan kelompok, komitmen yang dibuat oleh anggota kelompok
bahwa siswa dapat mengembangkan sikap positif dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Sejauh ini pada pertemuan ketujuh saat pemberian layanan bimbingan
kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, jadi dinamika
kelompok sudah dapat muncul dengan baik ini dapat terlihat dari indikator
yang muncul, dan anggota kelompok begitu kompak dalam membahas
topik cara mengembangkan sikap positif. Secara keseluruhan proses dalam
kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami informasi-informasi baru
tentang bagaimana cara mengembangkan sikap positif dan manfaat apa
yang diperoleh dari bersikap positif. Para anggota merasa nyaman berada
dalam kelompok karena para anggota sudah aktif berbicara, dan para
anggota kelompok dapat menghargai pendapat anggota yang lain, ini juga
terlihat dari indikator yang muncul. Para anggota berkomitmen untuk
menerapkan informasi baru yang telah didapatkannya yaitu
mengembangkan sikap positif dalam kehidupan sehari-hari.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok dapat dinilai baik, ini dapat terlihat dari indikator yang
muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri,
merasa setara dengan orang lain, menerima apadanya. Anggota kelompok dapat
menguasai dan memahami materi yang diberikan. Dinamika dalam pertemuan ini
sudah baik ini nampak dari keaktifan anggota kelompok dalam memberikan
pendapatnya secara terbuka dan sukarela. Aspek yang muncul pada pertemuan ini
adalah siswa sikap terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, dan
sikap lebih akrab antar anggota kelompok, belajar untuk mengharhai orang lain
dan mengembangkan sikap positif.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
LAPORAN PELAKSANAAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Cara mengembangkan dan mengarahkan emosi
B. Spesifikasi Kegiatan :
1. Bidang Bimbingan : Pribadi dan Sosial
2. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok
3. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan
4. Sasaran Layanan : 10 siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang
C. Pelaksanaan Layanan :
1. Waktu : 45 Menit
SMA Teuku Umar Semarang
2. Hari/Tanggal : Kamis, 29 Maret 2007
3. Tempat : Ruang BK SMA Teuku Umar Semarang
4. Deskripsi dan Komentar Pelaksanaan Layanan :
Pemimpin kelompok mengawali kegiatan dengan salam dan
menanyakan kabar dari para anggota kelompk. Kegiatan bimbingan kelompok
diikuti oleh 10 siswa. Tahapan-tahapan dalam bimbingan kelompok sudah
terlewati dengan baik. Selanjutnya pada tahap kegiatan pemimpin kelompok
mengemukakan topik yang akan dibahas yaitu cara mengendalikan dan
mengarahkan emosi. Salah satu anggota memberikan contoh emosi misalnya
kita punya barang kemudian dihilangkan oleh teman kita kemudian kita marah
kemudian memukul maka kita tidak bisa mengarahkan emosi kita, dan
akibatnya kita tidak punya teman kemudian dijauhi teman-teman. Maka kita
harus bisa mengendalikan emosi marah kita. Praktikan memberikan contoh
apabila teman satu kelompok kita ada yang sakit apa emosi kita dan apa yang
harus kita lakukan?. Para anggota menjawab emosi mereka yang muncul
adalah sedih, dan akan menjenguk teman kita yang sakit. Contoh yang kedua
apabila Abria dapat meraih juara satu dalam lomba bola basket apa emosi
kita?.Anggota kelompok merasa senang dan memberikan selamat kepada
Abria. Contoh ketiga apabila nilai Ari lebih besar dari pada kalian apa yang
dilakukan?. Anggota menjawab merasa iri tetapi mereka akan berusaha agar
nilai mereka lebih baik dari Ari dengan cara belajar dengan giat. Dari contoh
tersebut para anggota sudah dapat mengarahkan emosi mereka kehal yang
positif. Tanggapan dari para anggota kelompok sangat baik yaitu mereka bisa
tahu berbagai informasi, bahwa sebenarnya emosi itu tidak hanya marah saja.
D. Evaluasi (Penilaian) :
1. Cara Penilaian :
a. Penilaian proses
Penilaian proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung
dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada tahap kegiatan ini
setelah pemimpin kelompok mendiskusikan mengenai cara
mengendalikan dan mengarahkan emosi yang meliputi pengertian emosi,
macam-macam emosi dan cara mengendalikan emosi.
Agil memberikan contoh emosi misalnya kita punya barang kemudian
dihilangkan oleh teman kita kemudian kita marah kemudian memukul
maka kita tidak bisa mengarahkan emosi kita, dan akibatnya kita tidak
punya teman kemudian dijauhi teman-teman. Maka kita harus bisa
mengendalikan emosi marah kita.
Praktikan memberikan contoh apabila teman satu kelompok kita ada yang
sakit apa emosi kita dan apa yang harus kita lakukan?. Para anggota
menjawab :
• Dewi : Emosi yang muncul adalah sedih, dan akan menjenguk teman
kita yang sakit.
• Chusnul : Apa yang dikatakan dewi benar kita tidak boleh senang
masak teman kita sakit kita malah senang kita harus mendoakan dia
biar cepat sembuh.
• Arri : Dalam ajaran agamapun mengajarkan kita untuk menjenguk dan
mendoakan orang yang sakit meskipun orang yang sakit itu orang
yang dibenci kita.
Contoh yang kedua apabila ada teman kita meraih juara satu dalam lomba
bola basket apa emosi kita?.Anggota kelompok :
• Abria : Merasa senang dan memberikan selamat kepada teman kita.
• Agil : Sama seperti Abri jadi kita harus bangga kepada teman kita
karena berprestasi, sehingga kita bisa termotivasi agar bisa seperti
teman kita.
Contoh ketiga apabila nilai Ari lebih besar dari pada kalian apa yang
dilakukan?. Anggota menjawab :
• Dewi : Saya merasa iri tetapi saya akan berusaha agar nilai mereka
lebih baik dari Ari dengan cara belajar dengan giat.
• Mawar : Emosi yang muncul pertama kali memang emosi iri tetapi
kita menjadi termotivasi masak nilai saya kok dibawah Arri.
• Sugeng : Ya kita termotivasi agar nilai kita lebih tinggi dari pada Ari
tapi motivasi yang positif artinya tidak menghalalkan segala cara biar
nilainya lebih baik dari pada Arri dengan cara menyontek atau berbuat
curang.
Dari contoh tersebut para anggota sudah dapat mengarahkan emosi
mereka kehal yang positif. Tanggapan dari para anggota kelompok sangat
baik
b. Penilaian hasil
Dilaksanakan setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir mulai dari
awal kegiatan sampai tahap akhir dengan melihat indikator yang ada,
seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa
adanya. Indikator yang terlihat atau muncul dalam proses kegiatan
bimbingan kelompok kali ini adalah percaya diri yaitu para anggota sudah
percaya diri ini terbukti dengan mereka sudah mampu untuk berbicara dan
memberikan pendapatnya, Merasa setara dengan orang lain, ini
ditunjukkan dengan para anggota tidak meremehkan pendapat orang
lain.Tidak bersikap hiperkritis seperti senang terhadap keberhasilan orang
lain. Para anggota kelompok dapat menambah wawasan tentang
pemahaman-pemahaman baru mengenai topik tentang macam-macam
emosi, cara mengendalikan dan mengarahkan emosi serta komitmen yang
dibuat oleh anggota kelompok dapat menerapkan cara mengendalikan dan
mengarahkan emosi dalam kehidupan sehari-hari
2. Deskripsi dan komentar tentang hasil layanan :
a. Penilaian proses
Sejauh ini para anggota sudah aktif terbuka dalam mengemukakan
pendapat, ide, dan tanggapan. Dinamik kelompok dapat terwujud dengan
baik, anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara
mengendalikan dan mengarahkan emosi.
b. Penilaian hasil
Para anggota kelompok sudah memahami topik yang dibahas yaitu cara
mengendalikan dan mengarahkan emosi. Para anggota merasa nyaman
dengan sukarela dan terbuka mengeluarkan pendapatnya, selain itu para
anggota merasa senang telah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok ini
terlihat dari indikator yang muncul. Para anggota kelompok akan
berkomitmen untuk mempratekkan tentang informasi baru yang telah
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu cara mengendalikan dan
mengarahkan emosi.
E. Analisis Hasil Penilaian :
Dari proses penilaian yang dilakukan, kegiatan pemberian layanan
bimbingan kelompok dapat dinilai baik, ini dapat terlihat dari indikator yang
muncul dalam proses kegiatan bimbingan kelompok kali ini yaitu percaya diri,
merasa setara dengan orang lain, tidak bersikap hiperkritis. Anggota kelompok
dapat menguasai dan memahami materi yang diberikan. Dinamika dalam
pertemuan ini sudah baik ini nampak dari keaktifan anggota kelompok dalam
memberikan pendapatnya secara terbuka dan sukarela. Aspek yang muncul pada
pertemuan ini adalah tidak senang terhadap keberhasilan orang lain, menghargai
orang lain, tidak mencela atau meremehkan orang lain, tidak sombong dan siswa
dapat mengendalikan dan mengarahkan emosi dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tindak Lanjut :
Tindak lanjut yang dilaksanakan adalah pelaksanaan bimbingan bagi
siswa yang berkonsultasi dengan materi yang bersangkutan.
Semarang, Maret 2007
Peneliti
Suprapto
NIM. 1301402048
top related