brunei darussalam di bawah kepemimpinan sultan...
Post on 03-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
BRUNEI DARUSSALAM DI BAWAH KEPEMIMPINAN
SULTAN BOLKIAH V (1485-1524)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi Syarat mendapat Gelar Sarjana (S1) Humaniora
OLEH:
Ruliyadi
NIM: 106022000921
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
v
Abstrak
Ruliyadi
Brunei Darussalam Di bawah Kepemimpinan Sultan Bolkiah V
(1485-1524 )
Brunei Darussalam terletak di pantai barat-laut pulau Kalimantan“ Borneo”, dan berbatasan dengan Serawak di sebelah barat daya, Sabah di sebelah timur laut, sedangkan di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan negara Indonesia. Sedangkan bahasa yang digunakan ialah Melayu, China, dan Inggris. Adapun agama yang berlaku ialah Islam suni dan Bhuda. Ibu kota Brunei Darussalam adalah Bandar Sri Begawan. Brunei adalah sebuah negara kaya dengan sistem pemerintahan kesultanan.
Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini terbukti dengan adanya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan keberadaannya sebelum menjadi sebuah kesultanan Brunei. Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi, Brunei di sebut dengan Po-li, Po-lo,Pu-ni dan Bunlai.
Perkembangan Islam di Brunei mulai terlihat dari masuk Islamnya raja Awang Alak Betatar setelah menikah dengan putri raja Johor. Dan mengganti nama dengan Muhammad Shah. Kesultanan Brunei terus mengalami kemajuan terlebih masa Sultan Syarif Ali. Perkembangan kesultananan Brunei Darussalam dalam bidang ekonomi didukung dengan letak yang strategis dan alam yang sangat mendukung, pelabuhannya aman dari angin ribut dan menjadi tempat transit kapal-kapal asing. Kesultanan Brunei Darussalam mengalami puncak kemajuan pada masa Sultan Bolkiah V (1485-1524) ia terkenal dengan sebutan Nahkoda Ragam karna kegemarannya mengembara . Di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V Brunei menjadi Negara maju bahkan meliputi Sulu dan Filipina.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lebih dalam bagaimana sejarah kesultanan Brunei Darussalam dan perkembangan Islam di Negara tersebut, menguraikan apa saja kemajuan ekonomi yang dicapai Kesultanan Brunei saat di pimpin oleh Sultan Bolkiah V . Penelitian ini menggunakan metode historis yang bersifat deskriftif analitis. Tahapan yang di tempuh dalam penelitian ini terdapat 4 tahapan, diantaranya: Heuristik (Pengumpulan data), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Analisis sejarah) dan Historiografi (Penulisan Sejarah).
vi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Peta Negara Brunei Darussalam
Lampiran 2 : Peta Brunei berdasarkan sejarah China
Lampiran 3 : Peta alur perdagangan laut Brunei-China
Lampiran 4 : Gambar Batu Tarsilah
Lampiran 5 : Silsilah Sultan-sultan Brunei Darussalam
Lampiran 6 : Gambar Kronologi Perkembangan Islam di Brunei
Lampiran 7 : Silsilah Raja-raja Brunei
Lampiran 8 : Gambar Makam Sultan Bolkiah V
Lampiran 9 : Peta wilayah Brunei masa Sultan Bolkiah V
Lampiran 10 : Gambar pedang si Bongkok
Lampiran 11 : Peta Kedatangan Islam di Asia Tenggara
Lampiran 12 : Gambar Batu Nisan Pu Zhong Min
Lampiran 13 : Peta Brunei abad 17 India Timur
vii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT semata.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan pada muara ilham, lautan ilmu yang
tidak pernah larut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.Amin
Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil
dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi
dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun
materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih
atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya
sampaikan kepada :
1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak
sekali membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan
sumbangsih ilmu dan pengalamannya.
5. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Untuk kedua orangtuaku, Ibu dan Bapak yang telah memberikan perhatian dan
curahan kasih sayangnya yang luar biasa, sehingga penulis selalu dapat
termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Kakak dan adik penulis, Omsih Sukaisih, Ali Sadikin, De umi azizah, Yogi,
Yusron, Terimakasih atas semangat dan doanya.
8. Seluruh Kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khusunya
angkatan 2006, Konsentrasi Asia Tenggara, dan Konsentrasi Timur Tengah
terimakasih atas Saran, Kritik, serta bantuan moril yang tak terhingga
sehingga penulis dengan mudah melewati waktu dalam menyusun skripsi ini.
9. Kawan- kawan KKN kelompok 8 dan Kawan-kawan ISMI (Ikatan Silaturahmi
Alumni Al-Istighotsah), terimakasih atas kebersamaannya.
Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan mendukung serta membimbing dan mengarahkan
Penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, maka dari itu semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca
sekalian dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
Ciputat, 19 Oktober 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
Pengesahan Panitia Ujian ..............................................................................iii
Lembar Pernyataan ................................................................................... iv
Abstrak ......................................................................................................... v
Daftar Lampiran ......................................................................................... vi
Kata Pengantar ......................................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................................... ix
BAB I : Pendahuluan ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
E. Metode Penelitian .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 10
BAB II Sejarah Berdirinya Kesultanan Brunei Darussalam
A. Sejarah awal kesultanan Brunei Darussalam ......................... 11
1. Letak Geografis dan Sejarah berdirinya ............................. 11
B. Sejarah Masuknya Islam di Brunnei Darussalam ................... 16
1. Kondisi Sosial, Ekonomi dan keagamaan .......................... 16
2. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Brunei ................ 18
x
BAB III Riwayat Hidup Sultan Bolkiah V
A. Silsilah Keluarga ................................................................... 24
B. Pendidikan ............................................................................ 28
C. Kemashuran .......................................................................... 29
BAB IV Kiprah Sultan Bolkiah V di Brunei 1485-1524
A.Perluasan Wilayah ................................................................. 32
B. Proses Islamisasi ................................................................... 34
C. Kemajuan Bidang Ekonomi ................................................... 39
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................... 45
B. Saran .................................................................................... 47
Daftar Pustaka ........................................................................................... 49
Lampiran-lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam diperkenalkan ke wilayah Asia Tenggara dan berkembang
dalam bentuk yang sangat berbeda, Harus diakui bahwa di Asia Tenggara
penyebaran Islam melalui media perdagangan dan sufi.1 Karakteristik terpenting
Islam di Asia Tenggara itu adalah mempunyai watak yang damai, ramah dan
toleran.2
Asia Tenggara adalah wilayah kepulauan yang letaknya sangat strategis
untuk jalur perdagangan dan penyebaran Islam di kawasan Melayu. Islam sendiri
datang di kawasan Melayu diperkirakan pada sekitar adab ke-7, kemudian
mengalami perkembangan secara intensif yang diperkirakan terjadi mulai abad ke-
13.3 Kontak perdagangan ini menghasilkan tempat-tempat perniagaan, salah
satunya ialah Malaka, Malaka adalah salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara
yang menjadi pusat perniagaan abad 13-14. Di samping sebagai pusat perniagaan,
Malaka juga mengkonsolidasikan politiknya menjadi pusat bagi penyebaran Islam
pada saat itu.
Akan tetapi kekuasan Malaka tak bertahan lama, setelah orang-orang
Portugis berhasil menjatuhkan Malaka pada tahun 1511. Hal ini membawa
pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara dan khususnya Asia
1 Ira M lapidus.”Sejarah Sosial Umat Islam” Pt.Garafindo Persada. 1999.jakarta. h 717. 2.Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan”Pt.
Remaja Rosdakarya 1999. Bandung. h XV. 3 Uka Tjandrasasmita “Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia
dari Abad XVII sampai XVII Masehi. Jakarta: penerbit menara kudus,2000. h 15-27.
2
Tenggara. Penaklukan Portugis atas Malaka justru menjadi pendorong bagi
munculnya situasi sosial-politik dan keagamaan, yang menjadi basis bagi
berlansungnya proses islamisasi yang kian melebar dan intensif, juga melahirkan
kerajaan-kerajaan baru sebagai basis Islam dan tempat perdagangan baru, di
antaranya kerajaan Aceh, Johor, Perak dan juga Brunei Darussalam4
Bermacam-macam kerajaan di Asia Tenggara yang tertuang dalam sejarah.
Diantaranya aspek yang terkait dalam hal ini, tedapat aspek perdagangan dan
penyebaran Islam di Asia Tengggara. Salah satu adalah Kesultanan Melayu
Brunei Darussalam. Brunei Darussalam merupakan salah satu dari Negara yang
berada di kawasan Asia Tenggara, yang mana mayoritas penduduknya beragama
Islam. Brunei juga sebuah Negara Melayu Islam yang secara geografi terletak di
bagian barat laut Borneo. Dan merupakan salah satu kerajaan berdaulat yang
tertua di Asia Tenggara. Biarpun kecil, ia telah Berjaya mengekalkan
kemerdekaan dan kedaulatannya.5
Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi, sedangkan
penyebutan Brunei dalam sejarah China dikenal sebagai Poli, Poni dan Bunlai.6
Sedangkan dalam sumber lain yaitu Naskah Nagarakertagama karya Prapanca,
Brunei dikenal dengan nama Barune(ng). Berdasarkan kepada nama-nama
tersebut ditemukan data yang mengacu kepada penamaan kerajaan Brunei
sebelum Islam. Sumber lain juga menyebutkan bahwa asal mula nama Brunei
berasal dari bahasa sansekerta “Varunai” yang semula diambil dari kata
sansekerta “Varunadvipa” yang berarti Pulau Kalimantan. Pada awalnya kata
4 Ensiklopedi Islam Tematis Vol 5,Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve . h 44 5 Mahmud Saedon bin Awang Othman”Pemimpin Era Baru”Univesitas Brunei
Darussalam 1996. h 14. 6 Ibid h 14
3
tersebut dieja menjadi ”Brunai” yang kemudian berubah menjadi Brunei, ejaan
yang benar.7 Brunei juga mempunyai sejarah yang panjang khususnya dalam
islamisasi dan juga pembentukan Negara Brunei itu sendiri.
Islam sendiri masuk ke Brunei dipercayai pada tahun 1264 M atau sekitar
awal abad ke-13. Hal ini ditandai dengan penemuan batu nisan tuan P’u-kung
Chih-mu yang meninggal pada tahun 663 H-1264 M di perkuburan Islam Rangkas
Bandar Sri Begawan, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan
ibni Muhammad Shah Al-sultan dan nisan Sayid Alwi Bafaqih (mufaqih) yang
menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh
musafir pedagang dan juga mubalig-mubalig Islam sehinggga Islam bisa
mendapat tempat di hati raja dan juga masyarakat Brunei.8
Dalam Hikayat Brunei dikatakan bahwa raja yang pertama kali memeluk
Islam adalah raja Awang Alak Betatar (1363-1402) setelah menikah dengan putri
dari kerajaan Johor. Selanjutnya dia di beri nama Sultan Muhammad Shah,
sekaligus menjadi Sultan Brunei yang pertama beragama Islam.9 Sejak raja Brunei
Awang Alak Betatar beragama Islam dan juga mengganti namanya sultan
Muhammad, maka para keturunannya saling bergantian memerintah Negara
Brunei hingga masa sekarang yaitu sultan Brunei yang ke-29 yang mana mereka
bertanggaung jawab memelihara dan mempertahankan syiar Islam di Brunei.10
Setelah masuk Islam, Awang Alak Betatar menjadikan Brunei sebagai babak
baru bagi kantong-kantong muslim yang terdapat di Brunei. Hal ini sebagai nilai
7 Muhammad syamsu As”Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya”Jakarta
lentera, 1996. h 144. 8 Haji Zain bin Haji Serudin” Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam” Studi
islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta 1999. h 73 9 Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan
Pustaka Brunei, 2002. h 1 10 Haji Zain bin Haji Serudin. Ibid h 76
4
tambah karna Brunei mulai menjadi daya tarik bagi para pedagang untuk
menjadikan sebagai Brunei pangkalan perdagangan. Hal ini didukung oleh letak
geografisnya yang sangat memungkinkan untuk para saudagar-saudagar untuk
singgah di dermaga Brunei karena pada akhir abad 14 Brunei sudah menjadi
sebuah tempat sasaran untuk berniaga, bahkan pada abad ke-15 rute perjalanan
perlayaran dan perdagangan dari Melaka ke Filipina melewati Brunei. Alasan
yang sangat sederhana sekali ialah karena abad 15 negara Brunei sudah menjadi
dermaga yang maju. Di samping itu, bagi pedagang yang masuk ke Brunei tidak
dikenakan pajak.11
Brunei merupakan kerajaan Melayu Islam yang terkenal dengan sistem
kesultanannya. Hal ini karena Brunei merupakan kesultanan Islam Melayu. Di
samping itu, setiap rajanya berasal dari keturunan raja yang turun-temurun. Brunei
mengalami kemajuannya sebagai sebuah kesultanan Islam mulai dari akhir abad
ke-14. Hal ini tak lepas dari para pemimpin yang memerintah kerajaan mulai dari
Awang Alak Betatar (sultan pertama) sampai sultan sekarang, dan salah satunya
ialah Sultan Brunei yang ke lima yaitu Sultan Bolkiah V (1485-1524). Sejarah
mencatat bahwa ketika berada di bawah sultan Bolkiah V, Brunei mengalami
kemajuan yang pesat baik dalam bidang ekonomi, politik, dan agama Islam.
Sultan Bolkiah V dijuluki dengan Nahkoda Ragam. Hal ini dikarenakan ia
seorang nahkoda kapal dan penjelajah lautan yang masyur, bahkan terkenal di
kalangan rakyat negri tetangganya termasuk Jawa, Sumatra,dan Filipina.12 Karena
didikan orang tuanya, Sultan Sulaiman (sultan Brunei ke 4),maka Bolkiah terlahir
11 Uka Tjandrasasmita.”Seminar Internasional Tentang Islam di Asia Tenggara” IAIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta 1986. 12 Ahmad Ibrahim, DKK. Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: P.M.
Sharifuddin.”Orang-orang Kedayan” LP3ES 1990. h 388.
5
sebagai seorang raja yang gagah perkasa dan yang terpenting ialah mempunyai
pandangan yang jauh serta senantiasa mengutamakan ajaran Islam.13 Sedangkan
dalam perkembangan Islam itu sendiri, sejarah mencatat bahwa dengan kemajuan
Brunei pada abad 15 di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V, perkembangan
Islam sangat pesat dan bahkan penyebaranya sampai ke Filipina. Harus kita akui
bahwa pada zaman itu kekuasan Brunei bukan saja meliputi keseluruhan pulau
Borneo, tetapi juga meliputi pulau Sulu, Filipina, Sulawesi ,Palawan, Bayakan,
Mindoro, Bonbon hingga Seludang. Dengan demikian, Brunei telah menguasai
perdagangan dan juga merintis jalan untuk penyebaran agama Islam di bawah
kepemimpinan Sultan Bolkiah V dan zaman pemerintahan sultan inilah Brunei
dianggap sebagai negara yang berkembang pesat .14 Dengan didikan agama dan
juga kemasyuran Nahkoda Ragamnya, maka lahirlah suatu sikap untuk melakukan
diplomasi dengan daerah-daerah sekitar Brunei, sehingga Brunei bisa menjadi
kerajaan yang maju dan berperan penting dalam perkembangan agama Islam.
Dengan maksud inilah penulis ingin lebih jauh mengetahui tentang masa
kegemilangan Brunei di bawah Sultan Bolkiah V baik dalam ekonomi, dan
perkembangan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Brunei Darussalam Di
Bawah Kepemimpinan Sultan Bolkiah V 1485-1524”
13 Yura Salim, ibid h 46. 14“Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam(Singapore:Federal
publication{s}Pte.Ltd.1984. h 64.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun pembatasan dalam penulisan skripsi ini meliputi kepada
pembatasan dalam perkembangan ekonomi dan Perkembangan agama Islam di
Brunei pada saat kepemimpinan sultan Bolkiah V. Adapun masalah waktu
tahunnya ialah 1485 sampai 1524, dengan pertimbangan bahwa tahun 1485 awal
Sultan Bolkiah Menaiki Tahta.
Dari uraian pembatasan tersebut maka didapati perumusan masalah,sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah sejarah Brunei Darussalam?
2. Bagaimana riwayat hidup Sultan Bolkiah?
3. Bagaimanakah kiprah Sultan Bolkiah dan perkembangan Islam di Brunei?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Sedangkan dalam penulisan skripsi ini terdapat tujuan dan juga manfaat,
adapun tujuan skipsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui kiprah Sultan Bolkiah V.
2. Untuk mengetahui Kesultanan Brunei pada masa kepemimpinan Sultan
Bolkiah V.
3. Untuk mengetahui sejarah Brunei dan perkembangan Islam di Kesultanan
Brunei.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Agar memberikan wawasan kepada mahasiswa maupun masyarakat umum
mengenai kemajuan kesultanan Brunei saat dipimpin oleh Sultan Bolkiah
V.
7
2. Dapat dijadikan sebagai kajian sejarah dan juga khazanah Islam di Asia
Tenggara.
3. Menjadikan motivasi bagi mahasiswa (terutama jurusan sejarah) untuk
lebih menjadikan kajian sejarah sebagai ilmu pengetahuan.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam buku ” Ririsej Brunei Darussalam”15. Menjelaskan mengenai
sejarah silsilah raja-raja Brunei. Buku ini mengandung dua bagian, bagian
pertama menceritakan silsilah ringkas sultan-sultan Brunei dari tahun 1363-1967
sedangkan bagian kedua menceritakan sultan-sultan Brunei yang pernah menjadi”
Begawan Sultan” di sepanjang sejarah pemerintahan Negara Brunei. Terdapat sub
bab menjelaskan Sultan Bolkiah dari sebelum menjadi raja sampai menjadi raja
serta keberhasilannya memimpin kerajaan Brunei hingga Brunei berjaya dan
gemilang.
Buku Brunei berdaulat,16 yang dikeluarkan Oleh kerajaan Brunei, memuat
latang belakang sejarah Brunei dan kemajuannya sampai saat ini. Didalamnya di
sebutkan bahwa Brunei pada masa kegemilangannya, yaitu pada abad 15, Brunei
negara yang kaya. Laporan ini ditulis oleh seorang bernama Antonia Pigafetta,
seorang anggota rombongan pengembara Magellan. Ia menceritakan, kala itu pada
abad 15 Brunei adalah Negara kaya yang subur dan makmur di bawah
kepemimpinan Sultan Bolkiah V.
Buku Pemimpin Era Baru yang dikeluarkan olen Univesitas Brunei,
menjelaskan tentang terbentuknya Brunei dan masa kepemimpinan sultan Bolkiah
15 Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002
16 “Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam (Singapore:Federal publication{s}Pte.Ltd.1984
8
V yang membawa Brunei kepada kejayaan dalam bidang ekonomi, dan dilengkapi
dengan data-data arkeologis, berupa nisan batu Tarsilah, yang mencatat silsilah
raja- raja Brunei dari Sultan yang pertama.
E. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
historis. Metode historis ialah menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau.17 Metode ini diharapkan dapat membantu untuk
mengetahui fakta dan sejarah pada masa lampau, sedangkan dalam penelitian
terdapat 4 tahapan,18 diantaranya adalah:
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-
bahan satu sumber sejarah. Hal ini merupakan sebuah tahap awal yang harus
dilakukan seorang peneliti. Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan
metode library research dimana penulis akan mencari buku-buku yang
berhubungan dengan judul. Penulis mencari data dari majalah, surat kabar, serata
jurnal, artikel-artikel. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat kita jumpai di
Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Adab dan
Humaniora, Perpustakaan Nasional, Kedubes Brunei Darussalam, Perpustakaan
FIB UI, Perpustakan Iman Jama Lebak Bulus, Perpustakaan LIPI, dan
Perpustakaan LP3ES. Pusat Arkeologi Nasional.
17 Louis Gottschalk”Mengerti Sejarah” UI Pres: 1975 h 32 18 Dudung Abdurahman”Metode Penitian Sejarah” Logos. Jakarta 1999 h 54
9
2. keritik sumber
Setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber maka tahap
selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber. Kritik sumber adalah
sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan cerita
sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul. Hal yang harus diuji adalah
keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas) yang dilakukan melalui kritik
ekstren dan keabsahan.19 Setelah mencari sumber-sumber penulis akan melakukan
verifikasi terhadap sumber-sumber tesebut.
3. Interprestasi
Interpretasi atau penapsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis
sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkapkan
permasalahan yang ada, sehingga diperoleh pemecahanya. Dalam hal ini penulis
akan menyampaikan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang telah
ditemukan dari hasil heuristik dan verifikasi. Sehingga dalam hal ini penulis
menjelaskan masalah kemajuan Brunei yang dicapai Sultan Bolkiah V.
4. Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah. Tahap ini adalah tahap yang
terakhir dalam penulisan skripsi. Setelah melakukan tahap heuritik, verifikasi dan
interprestasi selanjutnya historiografi dengan menulis dalam satu urutan yang
sistimatik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi. Dalam penulisan ini
penulis berusaha menyusun cerita sejarah menurut urutan peristiwa, berdasarkan
kronologi dan tema-tema tertentu.
19 Ibid hal 58-59
10
F. Sistematik Penulisan
Penulis akan membagi penulisan skripsi ini dalam lima bab, dan masing-
masing bab tediri dari beberapa bab sebagai berikut:
Bab I. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematik
penulisan.
Bab II. Sejarah Berdirinya kesultanan Brunei Darussalam. Sejarah awal
kesultanan Brunei. Letak geografis dan sejarah berdirinya. Sejarah masuknya
Islam di Brunei. Kondisi sosial, ekonomi dan keagamaan. Kedatangan dan
Perkembangan Islam di Brunei.
Bab III. Riwayat Hidup Sultan Bolkiah. Silsilah keluarga, Pendidikan. Dan
Kemasyuran
Bab IV. Kiprah Sultan Bolkiah V di Brunei Darussalam 1485-1524. Perluasan
politik. Proses islamisasi. Kemajuan ekonomi.
Bab V. Penutup Kesimpulan. Saran juga Daftar Pustaka.
11
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA KESULTANAN BRUNEI DARUSSALAM
A. Sejarah awal Kesultanan Brunei
1. Letak Geografi dan Sejarah berdirinya
Secara geografi negara Brunei Darussalam terletak di pantai barat-laut
pulau Kalimantan “ Borneo”, dan berbatasan dengan Serawak di sebelah barat
daya, Sabah di sebelah timur laut, sedangkan di sebelah barat dan selatan
berbatasan dengan negara Indonesia.1 Brunei adalah salah satu negara yang
mempunyai luas wilayah yang tergolong kecil, dan menempati urutan ke-148 di
dunia setelah Siprus dan sebelum Trinidad. Dalam perbandingannya negara
Brunei Darussalam sebanding dengan luas wilayah Aceh Tengah di Indonesia.
Dengan luas wilayah 5.765 Km2, berpenduduk sekitar 281.000 jiwa(1995),
dengan kepadatan 178 per mil. Penduduknya terdiri dari Melayu 65%, China
20%, dan sisanya sekitar 15%, adalah penduduk Brunei lainnya dari suku dayak
yang menghuni daerah pinggiran, seperti orang-orang kedayan2 yang tersebar di
bagian barat-laut Borneo sepanjang daratan pesisir.3
Wilayah Brunei bagian utara menghadap ke laut China Selatan, negara ini
memiliki daratan pantai yang sempit dengan garis pantainya berupa rawa-rawa
hutan bakau semakin ke pedalaman tampak serangkaian perbukitan yang meliputi
hutan tropis. Sedangkan titik tertinggi negara ini adalah gunung Pagon (1,850 m)
1 Lihat lampiran no 1 2 Dari beberapa sumber mengatakan bahwa suku Kedayan ialah masyarakat yang
memiliki asal-usul keturunan dari orang-orang Jawa, sedangkan adatnya seperti pernikahan mengikuti Melayu. Mungkin inilah penduduk asli Brunei. Lihat Ahmad amin(El. al) , Islam di Asia Perkembangan Kotemporer. Jakarta:LP3ES, 1990. h 367-393
3 Ahmad Ibrahim, DKK.”Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: LP3ES 1990. h 387.
12
yang terletak di sebelah tenggara, Brunei mencakup 33 pulau kecil. Pulau tersebut
mendukung sekitar 14% dari total luas negara ini dan sebagian pulau tersebut
belum dihuni pendududuk sehingga pulau-pulau tersebut dijadikan daerah
konservasi bagi berbagai satwa langka.4 Sedangkan bahasa yang digunakan ialah
Melayu, China, dan Inggris. Adapun agama yang berlaku ialah Islam suni dan
Bhuda. Ibu kota Brunei Darussalam adalah Bandar Sri Begawan. Brunei adalah
sebuah negara kaya dengan sistem pemerintahan kesultanan.
Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini terbukti dengan adanya
sumber-sumber sejarah yang menjelaskan keberadaannya sebelum menjadi sebuah
kesultanan Brunei. Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi,
Brunei di sebut dengan Po-li, Po-lo,Pu-ni.5 Di zaman Dinasti Liang (T.M. 502-
556) Po-li dikatakan sebuah kerajaan memerintah 136 tempat (kampung),
sedangkan rajanya bernama ‘Pinka’. Pada tahun 518 raja Pinka telah menghantar
utusan ke China untuk mambawa surat dan hadiah terdiri dari tikar emas.
Sedangkan pada T,M. 523 raja Pinka sekali lagi menghantar utusan ke China yang
diketuai Chu-pa-ti tujuannya membawa hadiah barang-barang antaranya burung
nuri, alat perkakas kaca, kapas, cawan-cawan terbuat dari kulit siput, wangi-
wangian dan obat-obatan.6
Dalam zaman Dinasti Sui (589-618 M). Raja Po-li pada masa itu bernama
Hu-Lan-Na-Po (orang cerdik). Dalam T.M 616 raja Hu-Lan-Na-Po ini telah
menghantar utusan kepada Maharaja China dengan membawa bermacam-macam
hadiah. Menurut Dinasti Tang (610-906 M) Po-Li disebut Po-Lo, tetapi rajanya
4Ensiklopedia Geografi. Pt. lentera abadi, Jakarta 2006. h 322. 5 Lihat lampiran no. 2 6 Chin. J. M. The Serawak Chinese. Oxford University Press. Kuala lumpur. 1981. h 2
13
bernama Hu-la-na-po juga, sama sebagaimana Dinasti Sui riwayatkan. Akan
tetapi ketika ke luar istana, raja Hu-la-na po menggunakan kendaraan yang di tarik
gajah dan membawa hasil negri untuk dijadikan barang dagangan ke China.
Diantaranya mutiara, kulit kura dan kerang-kerangan. Raja Dinasti Tang pada
tahun 669 M, telah mengantar utusan ke China bersama-sama utusan Huan-wang
(siam) tujuanya menguatkan hubungan yang telah putus.7
Dalam zaman Dinasti Sung (960-1279 M) Po-li atau Po-lo disebut Puni.
Sementara dalam catatan sejarah China masa dinasti Sung (960-1276). Terdapat
cacatan mengenai kerajaan Islam, yang disebut P’u-ni dan letaknya di pantai
barat Borneo ( Kalimantan) dan yang dimaksud Puni ialah Brunei.8 Sedangkan
rajanya bermana Hiang-ta. Pada tahun 977 M ada seorang saudagar China
bernama Pu-lu-shieh berniaga ke Puni. Dan kala itu raja Hiang-ta memerintahkan
pembesarnya agar memperbaiki kapal saudagar China karena rusak. Pada masa
Pu-lu-shieh ini raja Hiang-ta telah mengantar utusan ke China diketuai oleh Pu-
ya-li, Shih Nu dan Qadhi Kasim untuk membawa surat dan barang-barang hadiah
tediri dari 100 kulit kura-kura, kapur barus, lima keping gaharu, tiga dulang
cendana, kayu raksamala dan enam batang gading gajah. Isi surat yang di
serahkan kepada raja China berisikan di antaranya:
1. Memberitahu mengenai kedatangan Pu-li-shieh ke Brunei dan telah
membantu dan telah membantu memperbaiki kapal Pu-li-shieh yang
rusak.
2. Menghantar utusan menghadap raja China sebagai wakil baginda (Puni)
untuk menyerahkan barang-barang dari baginda.
7 Lihat lampiran no. 3 8 A.Hasymy “ Sejarah Masuk dan Berkembangannya Islam di Indonesia” pt, alma’arif.
1993.h 332. P’u-ni yang berjarak layar (tiupan angin biasa) 45 hari dari jawa dan 40 hari dari shabo-tsai (Palembang) serta dari Champa 30 hari.
14
3. Meminta jasa raja China untuk memberitahukan kerajaan Champa agar
memelihara keselamatan kapal-kapal Brunei yang tergampar di Champa.
Sedangkan dalam Dinasti Ming (1368-1643 M), pada tahun 1370 M
Maharaja Hung-wu telah memerintahkan satu utusan ke jawa, diketuai oleh
Chang Ching Tze bersama seorang pegawai Daerah Fukien bernama Sin-tze dan
utusan tersebut singgah di Puni. Menurut Sin-tze raja Puni itu beragama Islam,
bernama Ma-ha-mo-sha. Dari riwayat tersebut ternyata raja Puni yang bernama
Ma-ha-mo-sha beragama Islam sebutan bagi Sultan Muhammad Shah yang sesuai
dengan Awak Alak Betatar sebagaimana diceritakan orang tua-tua dalam sejarah
Islam. Penyebutan semua tentang Brunei diatas, berdasarkan kepada nama-nama
yang ditemukan mengacu kepada penamaan kerajaan Brunei sebelum kedatangan
Islam.9
Sedangkan dalam sumber lain yaitu Naskah Nagarakertagama karya
Prapanca Brunei dikenal dengan nama Barune(ng), berdasarkan kepada nama-
nama tersebut ditemukan data yang mengacu kepada penamaan kerajaan Brunei
sebelum Islam. Sumber lain juga menyebutkan bahwa asal mula nama Brunei
berasal dari bahasa sansekerta “Varunai” yang semula diambil dari kata
sansekerta “Varunadvipa” yang berarti Pulau Kalimantan. Pada awalnya kata
tersebut dieja ”Brunai” yang kemudian berubah menjadi “Brunei” ejaan yang
benar.10
Terlepas dari bukti-bukti catatan China, bahwa penyebutan Brunei dengan
Bunlai Hal ini di dasarkan karna lidah orang China cedal, Sedangkan dari faktor
9Mahmud Saedon bin Awang Othman ”Pemimpin Era Baru” Univesitas Brunei
Darussalam 1996. h 14. 10Muhammad Syamsu As ”Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya”
Jakarta lentera, 1996. h 144.
15
yang lain ialah bahwa Indonesia dan Brunei mempunyai daya tarik karena
letaknya yang strategis dalam jalur perlayaran dan perdagangan. Brunei
berindikasi mempunyai pelabuhan yang strategis dan terlindung, dan
menjadikannya terkenal sebagai tempat persinggahan pulang perginya pedagang
Arab, India dan China.
Dalam beberapa cacatan Arab Brunei dikenal dengan sebutan Zabaj, Ranj.
Dalam kitab Nukhbatud Dahri fii’ Ajaaibil Barri wal Bahri, karya dari Syekh
Syamsuddin Al-Damsyik (1281/1865 m) Brunei dikenal oleh kalangan pedagang
Arab dengan nama Zabaj. Akan tetapi data tentang terbentuknya kerajaan Brunei
sangat minim sekali tetapi ada data. Itupun hanya dari cerita rakyat yang berlaku
sampai sekarang yang menyatakan bahwa :
“menjelang tebentuknya kerajaan Brunei bermula dari pencarian
lokasi yang baik oleh Alak Betatar sebagai penguasa Brunei, waktu
dan rombongan menggunakan kendaraan perahu masuk dan
menyusuri sungai, sampailah rombongan itu di suatu kawasan yang
nyaman dan strategis yaitu di sebuah kelokan sungai. ketika
rombongan sampai ke tepi sungai, berkatalah seseorang “Baru
Nah”,sebutan Brunei waktu itu masih memakai sebutan po-lo”
Kata “Baru Nah” ini diduga yang kemungkinannya berubah menjadi
sebutan Brunei.11 Data sejarah menunjukan bahwa pada abad XIV M, Brunei
telah menjadi pusat pemerintahan dengan bentuk kerajaan dan pusat perdagangan
antara China dengan wilayah Asia Tenggara. Pada saat itu kerajaan Brunei baru
mengalami perubahan corak pemerintahan. Hal ini diketahui dari pergantian nama
rajanya yang semula bernama Alak Betatar, kemudian berganti sultan Muhammad
Syah.
11Awang haji Mohd, Jamil Al-Sufri ” Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan Perkembangan Islam”, Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990.
16
B. Sejarah Masuknya Islam di Brunei Darussalam
1. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Keagamaan
Brunei adalah salah satu negara kaya di kawasan Asi Tenggara, dan sebuah
Negara Islam yang masih mempertahankan sistem kesultanannya. Sejarah
menyebutkan Brunei memang sudah melakukan kontak sosial dan perdagangan
sebelum Islam berkembang di sana. Perjalanan perniagaan antara China dengan
Puni (Brunei) menggunakan jong-jong atau wangkang (sejenis kapal kecil)
membawa barang dagangannya sepeti tembikar, kerang-kerangan, perak, emas,
kain sutera, dan lain-lain12
Diceritakan bahwa Marco Polo yang pernah berkunjung ke China dan
negri-negri rantau, menyatakan pada 1291 bahwa perdagangan antara Puni dan
China berjalan baik bahkan cara mereka berjual beli dengan dikemas dan teratur
serta di awasi oleh juru tulis, timbangan, dan pegawai. Bukan itu saja Tome Pires
dan Ruy de Brito yang menyebutkan bahwa terdapat sekurang-kurangnya tiga
buah jong dari Brunei datang ke Malaka dengan membawa bahan-bahan mentah
seperti beras, ikan, daging, hasil ternakan, madu lebah, sagu, kulit-kulit kerang,
emas dan kapur barus, selanjutnya dari Malaka, bahan-bahan ini dibawa pulang ke
Pegu sedangkan bahan-bahan yang dibeli dan dibawa balik oleh pedagang-
pedagang Brunei ialah kain India, cermin serta alat perhiasan dari Asia Barat.13
Disini terlihat bahwa sebelum kedatangan Islam, Brunei sudah melakukan kontak
sosial dan ekonomi dengan dunia luar terlebih China bahkan sudah terdapat mata
12 Dr, Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri,“lika-liku Perjuangan Percapaian Kemerdekaan
Negara Brunei Darussalam”, jabatan Pusat sejarah Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, Brunei Darussalam,1992. h XVIII
13Muhammad Yusoff Hashim Ph.D” Kesultanan Melayu Malaka” Dewan Bahasa dan Perpustakaan Kementrian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur 1990. h 250
17
uang di Brunei yang disamakan harganya sekayu empat send dan istilah itu
digunakan sebelum perang dunia kedua.
Dari kontak dagang ini di ketahui bahwa masyarakat Brunei bertemu
dengan para pedagang muslim, China, Persia dan India. Ini sangat erat
hubungannya dengan pelafalan nama Brunei itu sendiri, karna kita bisa
mengetahui bahwa sebelum Islam datang ke Brunei kondisi keagamaan disana
bisa di bilang Hindu dan Bhuda. Bukti bahwa sebelum Islam datang ke Brunei,
bahwa masyarakat disana masih memegang teguh Hindu dan Budha. Hal itu dapat
dijumpai dalam Negarakertagama di sebutkan didalamya, bahwa tradisi pengaruh
keagaman Majapahit mencakup seluruh Sumatra, semenanjung Melayu,
Mendawai, Brunei dan Tanjung Puri di Kalimantan, termasuk timur Jawa meliputi
Bali, Makasar, Banda dan Maluku.14 Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat
Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Budha pada suatu masa dahulu
pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para
musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan
mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan
mereka. untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Hal lain bisa dilihat
dari nama raja Brunei sebelum mereka berganti menjadi nama Islam dan juga
penyebutan Brunei. Masuknya Islamnya Awang Alak betatar sebagai babak baru
bagi perkembangan Islam di Brunei.
14 D.G.E.Hall. Sejarah Asia Tenggara. Penerbit. Usaha Nasional, Surabaya. h 82-83
18
2. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Brunei
Keberadaan agama Islam di wilayah Asia Tenggara serta perkembangan
Islamnya mempunyai sejarah yang berbeda. Karena agama Islam Khususnya di
Asia Tenggara, dalam penyebarannya melalui media perdagangan dan sufi.15 Dari
sinilah terjadi hubungan antara masyarakat dengan para saudagar dan sufi.
Hal inilah yang memicu kontak dagang dengan pedagang muslim kala itu.
Ada beberapa poin penting, di antaranya ialah bahwa portabilitas sistem keimanan
Islam dengan pengertian bahwa sebelum kedatangan Islam, sistem kepercayaan
lokal yang mana berpusat kepada penyembahan arwah nenek moyang dan
perilaku ini berubah dengan adanya kontak dengan pedagang muslim yang
mendorong konversi masal terhadap Islam yang terjadi di wilayah pesisir,
khususnya kota-kota pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi entitas
politik. Bukan itu saja, faktor asosiasi Islam dengan kekayaan, bisa dipastikan
karna masyarakat lokal Indo-Melayu peratama kali bertemu dan bertransaksi
dengan orang muslim di pesisir dan pelabuhan dengan pedagang muslim yang
kaya raya.16
Menurut Barbara Watsson dan Leonerd T, Andaya, bahwa Islam datang
pertama kali ke Brunei Darussalam dari bagian barat Asia Tenggara, setelah
melalui India, Sumatra Utara, dan Malaka sejak abad XVI M. Dalam laporanya
sebagai berikut:
“Lama menjadi bagian jaringan perdagangan internasional, Brunei sering dikunjungi oleh pedagang-pedagang Muslim dan karena itu bersinggungan dengan ajaran Islam. Kepergian dari banyak pedagang Muslim dan bahkan mungkin sejumlah pejabat Melayu
15Ira M lapidus.”Sejarah Sosial Umat Islam” Pt.Garafindo Persada. 1999.jakarta. h 717. 16Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah wacana dan kekuasaan” Pt.Remaja Rosdakarya 1999. h 20-23
19
setelah penaklukannya oleh Portugis tahun 1511 meletakan dasar bagi peralihan Brunei. Penguasa Brunei akhirnya mengadopsi Islam beberapa waktu antara 1514 dan 1521.” (Barbara Watsson dan Leonard Y. Andaya, 1982; 58)
Akan tetapi pendapat kedunya berbeda, dengan bukti-bukti sejarah lain.
Termasuk data Arkeologi sejarah “Batu Tarsilah atau Silsilah Brunei” yang
menarik garis belakang Brunei mundur lebih jauh lagi sebelum abad XI M. Hal ini
didukung dengan di temukan Nisan bertulisan Putri Sultan Abdul Majid bin
Muhammad Shah Al Sultan tertanggal 440 H/ 1048 di Brunei. Hampir semasa
dengan keberadaan seorang muslimah di Leran (Gersik) bernama Fatimah binti
Maeimun bin Hibatallah (1082 M), nyaris semasa dengan nisan Ahmad anak Abu
Ibrahim, anak Abu Arradah (1039 M) di Phan-rang/Padhurangga, suatu tempat di
wilayah Champa.17
Batu Tarsilah18 dalam bentuk bendanya sebagai benda Arkeologi dari
masa lalu kesultanan Brunei Darussalam dan berfungsi sebagai data kesejarahan
melalui inskripsi dimana terukir di dalamnya juga kesultanan Brunei Darussalam.
Sedangkan bentuk bendanya seperti sebuah cermin, dan terbuat dari batu pasir,
yang beriasan suluran di bagian pinggirnya, tiga buah bunga menghiasi bagian
atasnya dan kedua pinggirnya.
Data yang tertulis ialah berupa tentang susunan nama-nama raja/sultan
yang pernah menaiki tahta kesultanan Brunei, sejak masa Sultan Muhammad
Shah (Awang Alak Betatar) sampai sultan Muhammad Tajuddin. Jumlah nama
sultan yang tertulis di Batu Tarsilah berjumlah 29 nama. Namun dalam
kenyataanya menurut hitungannya sampai kepada sultan Hasanal Bolkiah
Mu’izuddin Waddaulah telah naik tahta sampai pada urutan ke-31 sultan.
17Pemukiman orang-orang Cham, yaitu masyarakat kuno memakai bahasa Melayu-Polinesia dan kebanyakan dari meraka beragama Islam.
18 Lihat lampiran no.4
20
Perbedaaan ini disebabkan adanya sultan menaiki tahta dua kali dan ada pula
karena meninggal yang baru beberapa saat naik tahta, kemudian digantikan sultan
sebelumnya.19
Batu Tarsilah dapat dikatakan sebagai data awal yang dapat digunakan
dalam mengkaji dan meneliti tentang keberadaan kesultanan Brunei dan secara
Arkeologi sebuah prastati yang dapat mengungkapkan latar belakang Brunei,
dalam usaha merekontruksi sejarah dan budaya masa lalu.
Sedangkan pendekatan Arkeologi sejarah, diterapkan bertujuan
merekontruksi fase-fase situs besar di Brunei ( Kota Batu, Pulau Cermin,
Keianggeh [Residensi], Kampung Air, serta makam Diraja/ Rengas/ Bandar Sri
Begawan ). Pendekatan ini dipilih karena makam-makam kesultanan di Brunei
Darussalam, termasuk Batu Tarsilah memiliki tingkat reliabilitas dan representativ
yang cukup memadai.
Selain Batu Tarsilah, ternyata terdapat bukti lain dengan di temukan nisan
Putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan tertanggal 440 H/ 1048
di perkuburan Muslim di jalan Penduduk, Bandar Seri Begawan.20 Sebagian
menyebutkan bahwa makan tertua di Brunei adalah seorang muslimah bernama
Mahdarah (Roqayah) yang meninggal tahun 1048 M/ 440 H, belum jelas latar
belakang ketokohannya.21 Mungkin yang di maksud ialah putri Sultan Abdul
Majid bin Muhammad Shah Al Sultan.22
19 Lihat lampiran no.5 20 Uka Tjandrasasmita. “Arkeologi Islam Nusantara”. Pt Gramedia, Jakarta 2009. h 20
21Hasan Muarif dan Achmad Cholid Sodrie.”Hubungan Budaya Antara Kesultanan Samudra Pasai dan Kesultanan Brunei Darussalam Dilihat dari Data Arkeologi” Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1995. h 2-3
22 Uka Tjandrasasmita. “Arkeologi Islam Nusantara” Ibid. h 26
21
Kajian sejarah memberikan gambaran bahwa penyiaran Islam ke Brunei
dilakukan oleh Da’i/ Mubaliq yang datang dari Arab dan Parsi, melalui negeri
China, Indo China dan Melayu. Penemuan Arkeologi yang berangka tahun 440 H/
1048 M, memberikan gambaran bahwa islamisasi di Brunei dari abad ke-11,
penyebaranya menjadi tangung jawab para pedagang Arab dan Persia. Pedagang
tersebut melalui jalan Tiongkok, Indocina, dan Semenanjung Malaya, untuk
menyebarkan Islam ke daerah terpencil Brunei (Pedalaman Tutung, Belait dan
Temburong). Karna penduduk lokal (Melayu) dari ibukota yang lebih awal
memeluk Islam.23
Sedangkan catatan Cina menerangkan bahwa kerajaan Brunei sudah
dikenal orang-orang Cina abad ke-6 M, hubungan Cina dengan wilayah pantai
Kalimantan (Borneo) adalah usaha dari pedagang Arab yang bermukim di Canton
sejak abad ke-6.24 Dan disisi lain bahwa Islam sendiri masuk ke Brunei dipercayai
pada tahun 1264 M atau sekitar awal abad ke-13. Hal ini ditandai dengan
penemuan batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu25 yang meninggal pada tahun 663
H-1264 M di perkuburan Islam Rangkas Bandar Sri Begawan. Akan tetapi Chau
ju-Kua melaporkan, pada 367/977 suatu kerajaan di Borneo barat mengirimkan
pula seorang duta bernama P’u A-li ke istana China yang kala itu di kuasai, tetapi
23 Lihat lampiran no 6 24 Apipudin Sm, “Sejarah Asia Tenggara” . Media eka sarana 2008. h 92 25 Menurut Wolfgang Franke dan Chen Tien-Fan bahwa batu nisan itu kepunyaan
keluarga “P’u “ iaitu seorang Islam yang datang dari daerah Chuan-chou semasa empayer Sung (960-1279) bersama anaknya yiang Chia. Dan tuan P’u mempunyai kedudukan penting di Negara China. Hal ini di peroleh dari berita China yang berbunyi:
…’’Yu Sung Ch’uan-Choup p’an-yuan P’u-kung Chin-mu Chinz-ting chia-tzu nan Ying-chiali”….
Dalam bahasa Melayu” ….”Kubur P’an Yuan, Tuan P’u of Chuan-chou dari (Empayer) sung. Dibina dalam (tahun) Chia-tzu Ching-ting oleh anak lelaki (nya) Ying( ?)Chia.
Dari uraian di atas bahwa tarikh “Ching-ting” bermaksud tahun akhir pemerintahan maharaja Li’tzung dari dinasti Sung selatan yang memerintah dari tahun 1225-1264. Sedangkan tahun “Chia-tzu” ialah tahun kelima dari tarikh bersamaan dengan tahun 1264 M.
22
munurut Hirth dan Rockhill, P’u A-li sangat mungkin seorang pedagang yang
sebenarnya bernama ‘Abu Ali ini diperkuat Sejarah Dinasti Sung (960/1279).26
Sedangkan pendapat yang mengatakan Islam di Brunei berasal dari China,
yang berdasarkan di temukannya batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu bertahun
1264, ada pula yang meyanggahnya. Mohd. Jamil al, Sufri berpendapat bahwa
masyarakat Islam di Brunei bermazhab Syafi’I, sama halnya di Tanah Hijaz, Arab
Selatan, India Selatan, sebagian Iraq dan sebagian Mesir. Sedangkan hampir
seluruh masyarakat Islam China bermazhab Hanafi, sama halnya di Turki,
sebagaian Syiria, sebagian India dan Asia Tengah. sehingga diasumsikan
sementara bahwa Islamisasi Brunei melalui alur barat, yaitu Melayu, Aceh, India
Selatan. Mazhab yang menjadi pegangan Ulama di Brunei adalah Mazhab Imam
Syafi’i, seperti kebanyakan para ulama di Nusantara.
Bahkan silabus dan kurikulum pendidikan di Brunei, kita dapat menjumpai
kitab-kitab agama seperti kitab Fiqih” Sabilul Muhtadin, Al-Mukhtasar, dan
Siratal Mustaqiin”, kitab faraidh “Ghayatul-Tagriib Fil-irthi Wat Ta’siib”, dan
kitab Tasauf “Misyahul-Afrah, Hidayah Walid Lil Walad” dan lain-lain.27
Dalam silsilah raja-raja Brunei disebutkan bahwa raja yang pertama
memeluk Islam adalah Awang Alak Betatar yang menikahi putri johor sehingga
mengganti namanya menjadi sultan Sulaiman pada tahun 1368. Silsilah raja-raja
Brunei versi datu imam yaakub menyebutkan:
Adalah yang pertama kerajaan di negeri Brunei membawa agama Islam dan mengikuti syariat Nabi Muhammad sallallahu’ Alaihi wa Sallam, iaitu Paduka Seri sultan Muhammad dan saudaranya Sultan Ahmad.28
26Azyumardi Azra,”.Jaringan Ulama,Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII&XVIII” kencana Jakarta 2004. H 29-30 27 Haji Zain bin Haji Serudin.”Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam” Studi
Islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta 1999. h 82-83 28 Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri’’lika-liku Perjuangan Percapaian, Ibid. h XXI
23
Dengan masuk Islam Awang Alak Betatar sebagai babak baru bagi
kesultanan Brunei, dan juga sekaligus menjadi raja yang pertama masuk Islam
yang diwariskan kepada keturunannya. Tidak jauh berbeda dengan Patani dan
Malaka proses islamisasi di Brunei terjadi ketika kerajaan telah berdiri tahun
1500. Dalam hal ini raja mengambil inisiatif melakukan konversi ke Islam. Akan
tetapi pada masa Syarif Ali sultan yang ketiga (1424-1432) sudah mulai ada usaha
keseriusan untuk memajukan agama Islam, terbukti dengan adanya undang-
undang Syariat dan termasuk sultan yang pertama mendirikan masjid, karena ia
masih keturunan rasullah bahkan diceritakan sakin tekunnya beliau dalam
beribadah sehingga ia mendapatkan panggilan Sultan Berkat. Perjuangan Syarif
Ali dalam menyebarkan Islam tidak begitu mulus karna ia dihadapkan pengaruh
Hindu, Bhuda yang masih tertanam di hati masyarakat Brunei.29 Usaha sultan
Syarif dalam menyebarkan Islam ternyata dilanjutkan oleh sultan-sultan
berikutnya, puncaknya pada abad 15-16.
29 Haji Awang Mohd, Jamil Al-Sufri ” Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan Perkembangan
Islam”, Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990., Ibid. h 33
24
BAB III
RIWAYAT HIDUP SULTAN BOLKIAH
A. Silsilah Keluarga
Sebuah kerajaan harus memiliki ciri-ciri tertentu, di antaranya silsilah,
gelar sultan dan sistem pemerintahan. Ketika islamisasi terjadi di kepulauan
Nusantara yang berlangsung sejak paruh abab ke-13, mulai tejadi konversi
penguasa lokal ke dalam Islam. Hal itu terbukti dengan adanya pergeseran nama
bagi seorang raja menjadi Sultan atau kesultanan.1 Brunei sendiri mempunyai
sejarah yang panjang dan bisa diliat dari silsilah raja-raja Brunei yang sampai kini
di jadikan bukti sejarah. Silsilah raja-raja Brunei bisa dilacak dan dijadikan
patokan.2 Mulai dari sultan yang pertama yaitu Awang Alak Betatar dengan
adiknya Awang Semaun dan Pateh Berbai, dalam catatan zaman dahulu sejak
awal kurun 14 merupakan asal usul keturunan raja-raja Brunei, termasuk di
dalamnya silsilah Sultan Bolkiah hingga seterusnya dengan tidak terputus-putus.3
Menurut ‘Syair Awang Semaun’,4bahwa Awang Alak Betatar adalah salah
seorang dari 14 saudara, mempunyai 13 orang adik dan Awang Alak Betatar ialah
putra yang paling tertua. Saudaranya iaitu Awang Semaun, Pateh Berbai, Pateh
Mambang, Pateh Tuba, Pateh Sengkuma, Pateh Menggarun, Pateh Malakai,
Patih Pahit, Damang Sari, Pateh Sindayong, Damang Lebar Daun, Hapu Awang
1Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah. Ibid. h 78-79 2 Liat lampiran no.7 3Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan
Pustaka Brunei, 2002. h 1 4Sebuah syair yang mungkin terkarang dalam K.M.XVII iaitu pada masa atau selepasnya
zaman Sultan Muhammad Hasan,( T.M. 1582-1598 ) karena dalam syair terdapat penyebutan sebuah gelar “ Pangeran di Gadong’ dan pangeran Pamancha” dari kedua gelar tersebut,di adakan bermula pada masa sultan Muhammad Hasan.
25
dan Pateh Laila Langgong.5 Selain itu disebutkan sepupunya Awang Alak
Betatar, iaitu Awang Jerambak yang mempunyai Putra bernama Awang Senuai
yang terkenal dalam sambung ayamnya, dalam ceritanya bahwa ayam Awang
Senurai mengalahkan ayam batara Majapahit dan akibat kekalahan itu raja
Majapahit meninggalkan orang Jawa yang menjadi pengiringnya di Brunei. Dan
mereka di tempatkan di suatu kampung, sehingga sekarang kampung tersebut
dinamakan “Mejawa”.
Menurut sumber ini pula diceritakan bahwa suatu saat Daron dan ayahnya,
sabatin mendarat di tanjung Batu( Serawak sekarang). Mereka datang dari Giri
Ombak sehingga keduanya lanjut usia. Akhirnya keduanya meninggal dunia, dan
sebelumnya sudah sepakat bahwa keempat belas anaknya untuk memilih sebagai
yang tertua ialah Awang Alak Betarar pada tahun 1360. Merurut beberapa cerita
bahwa Awang Alak Betatar yang telah meminta saudaranya Awang Semaun
berlayar menuju Johor dalam riwayatnya bahwa ia membawa pulang seorang putri
Tumasek ke Brunei dan diperistri oleh Awang Alak Betatar, setelah menikahi
putri raja Tumasek Awang Alak Betatar memeluk agama Islam dan selanjutnya
diberi nama oleh sultan Johor dengan nama Sultan Muhammad Shah(1363-1402).
Awang Alak Betatar menjadi sultan Brunei yang pertama beragama Islam.6
Setelah Awang Alak Betatar menikah dengan putri Johor (tumasek)
selanjutnya Patih Barbai mengganti namanya dengan Ahmad dengan gelar sultan
5Dr. Haji Awang Mohd, Jamil Al-sufri. “Raja-Raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei”. Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 10
6“Singapura Fakta dan Gambar”. Penerbit Kementrian Kebudayaan Pemerintah Singapura 1971.h 1. Nama paling tua bagi Singapura adalah tumasek kota laut, namanya yang sekarang berasal dari sang nila utama, seorang pengeran seriwijaya di Sumatra yang dalam usaha mencari tempat untuk mendirikan kota sendiri sampai ke tumasek.
26
Pengeran Benbahara Sri Maharaja Permaisura sedangkan Awang Semaun tetap
tidak mengganti namanya hanya saja bergelar Pangeran Tumenggung.
Dari pernikahan Sultan Muhammad Syah dengan putri Johor, lahir seorang
putri yang diberi nama Putri Ratna Dewi, selanjutnya putri Ratna Dewi diperistri
oleh Ong Sum Ping (Awang Sunting- Pelat Brunei)7, Ong Sum Ping mempunyai
adik bernama Putri Kinabatangan (chinabatangan) selanjutnya diperistri oleh
Pateh Barbai dengan gelar Sultan Bendahara yang menjadi sultan Brunei kedua
dengan panggilan Sultan Ahmad, menggantikan Sultan Muhammad Syah.
Pernikahan Sultan Ahmad (Pateh Berbai) dengan adik Ong Sum Ping, menjadikan
ia keluaraga kesultanan Brunei. Selanjutnya Ong Sum Ping menikah dengan putri
Sultan Muhammad Shah dan ia mendapatkan gelar ‘Pangeran Maharaja Lela’.8
Dari pernikahan Pateh Barbai dengan Putri Kinabatangan lahir seorang
putri bernama Ratna Kesuma yang diperistri oleh Syarif Ali, seorang keturunan
Arab. Syarif Ali menjadi Raja Brunei yang ketiga (1425-1432) yang juga bergelar
sebagai ”Sultan Berkat”.9
Dari pernikahan Putri Ratna Kesuma dengan Syarif Ali lahir seorang Putra
yang di beri nama pangeran muda Sulaiman. Setelah sultan Syarif Ali meninggal10
7 Ia seorang utusan Maharaja China yang diperintahkan untuk mengambil Mutiara
Kumala yang berada di mulut seekor naga di gunung Kinabatang (sebuah nama tempat di Sabah) 8 Dalam syair Awang Semaun disebutkan:
Bermenantu sudah Raja di mingsing. Anak Raja China namanya Wang Sunting Laki istri sama sebandig, Keduanya patut tiada berbanding. Diberi nama baginda ter’ala, Dijadikan Pangeran Maharaja Lela. Di dalam negeri ialah kepala, Habis pengikut rakyat segala. 9Al-habib Alwi bin Thahir Al-Haddad “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh” edisi
revisi, Penerbit Lentera 2001. h 144-145 10 Sultan Sayrif Ali meninggal pada malam kamis bulan Jumadhil awal 836 Desember
1432.
27
barulah putranya, Pangeran Muda Sulaiman dinaubatkan menaiki tahta Kerajaan
Brunei sebagai Sultan Brunei yang keempat dengan nama Sultan Sulaiman(1432-
1485). Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa sultan Sulaiman disebut dengan
sanjungan gelar “Sang Aji Brunei” atau “Adipati Agong”. Ia banyak menerima
didikan agama Islam dari ayahnya dan juga ia seorang raja yang waspada tentang
keselamatan dan ketenteraman. Dia membangun kota Batu sebagai benteng
Negeri Brunei. Sultan Sulaiman mempunyai seorang Putra yang bernama
pangeran muda Bolkiah. Dalam silsilah raja-raja Brunei tidak disebutkan istri dari
sultan Sulaiman. Baginda Sulaiman merupakan Begawan sultan pertama dalam
catatan silsilah raja-raja Brunei.
Dari raja Sulaiman silsilah sultan Bolkiah di mulai, setelah sultan Sulaiman
meninggal maka pangeran muda Bolkiah menaiki tahta menjadi Sultan Brunei
yang kelima bergelar Sultan Bolkiah (1485-1524). Di bawah kepemimpinannya
ialah Brunei menjadi Kesultanan yang maju dan besar. Sultan Bolkiah menikah
dengan putri dari suluk yang bernama Putri Laila Menchanai11 dan dikaruniai
seorang putra bernama pangeran muda Abdul Kahar. Ketenaran Bolkiah
menjadikan Brunei sebagai salah satu kerajaan yang maju pada abad ke-15 selain
Aceh, Brunei sebagai tempat sasaran berdagang. Sultan Bolkiah Wapat pada 9
Ramadan 930H bersamaan 11 Juli 1524M12 dan kepemiminannya diteruskan oleh
putranya yang bernama Sultan Abdul Kahar menjadi sultan yang keenam yang
terkenal dengan sebutan “ Mahrum Keramat” (1524-1530. Selanjutnya kesultanan
di teruskan oleh putra dari sultan Abdul Kahar iaitu Sultan Saiful Rijal (1533-
11Setengah riwayat menyebutkan ia putri dari tanah jawa dan ada pula meriwayatkan
bahwa ia berasal dari BEUH yang dijumpai dalam masa pelayarannya Bolkiah mengembara di kepulawan Nuasantara.
12 Lihat Lampiran no. 8
28
1581), sekaligus menjadikan sultan yang ketujuh. Dari sultan Saiful Rijal
kesultanan di teruskan oleh putranya yang bernama Sultan Shah Brunei (1581-
1582) dan Sultan Muhammad Hasan (1582-1598). Sultan Muhammad Hasan
menjadi sultan yang kesembilan.
A. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu perhatian sentral masyarakat Islam. Secara
terminologi, “Pendidikan Islam” adalah suatu proses yang komprehensif dari
pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, meliputi intelektual,
emosi, fisik sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk menjadi
hamba Allah di dunia.13 Sedangkan terbentuknya jaringan ulama Timur Tengah
dengan kawasan Asia, terjadi dengan cara media pendidikan agama yang
menghadirkan pola pendidikan Islam melalui halaqoh-halaqoh, surau, masjid
hingga terbentuknya sistem pendidikan pormal di kawasan Asia Tenggara.
Memang tak ada keterangan yang menjelaskan secara rinci terhadap sultan
Bolkiah bagaimana ia mendapatkan pendidikan, akan tetapi kita bisa melihat itu
semua dari beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa Bolkiah mendapatkan
itu semua dari peranan keluarga, terlebih ayahnya sultan Sulaiman.
Sedangkan Sultan Sulaiman mendapatkan pendidikan dari ayahnya Sultan
Syarif Ali, Sulaiman bukan hanya bijaksana dalam pentadbiran tetapi juga
berusaha menunjukan teladan dalam meluaskan penyebaran Islam. Dia juga
mencontohkan berani dan jujur dalam memimpin rakyatnya karna sulaiman
berpikir bahwa putranya (Bolkiah) akan mewarisi tahta kerajaan sehingga perlu
13 Taufik Abdullah. “Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara” LP3ES 1989. h
409
29
dibimbing, dilengkapi diri sebagai seorang manusia yang mengenal tujuan
hidupnya. Sultan Sulaiman terus mendidik dan menasehati terhadap Bolkiah agar
menunaikan kewajiban yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin terhadap
rakyatnya dan membimbing mereka ke arah cara Islam yang diridhoi allah SWT.14
Bukan itu saja, ternyata gemarmya sultan Bolkiah mengembara hingga ia
mendapatkan julukan “Nahkoda Ragam” mendatangkan pengalaman yang luas
dan memahami keadaan alam nusantara yang terdiri pulau-pulau, aneka ragam
corak laut dan daratan. Keadaan itu menjadikan Bolkiah amat mencintai hidup
berlayar di samping hiburan dan mendapatkan pendidikan dari alam.15
Pengetahuan yang di peroleh itu ia gunakan untuk kemakmuran rakyatnya dan
juga kemajuan kesultanan Brunei Darussalam.
B. Kemashuran
Kebesaran nama Brunei membawa keberuntungan bagi raja-raja yang
memimpinya. Terjadi kontak perdagangan dengan China, Arab, Persia dan India.
Inilah yang menjadi bukti betapa terkenalnya kesultanan Brunei kala itu, dari
masa kepemimpinan sultan Muhammad Syah, sultan Ahmad, sultan Syarif Ali
dan sultan Sulaiman. Akan tetapi kesultanan Brunei mulai mengalami kemajuan
ketika Syaif Ali menaiki tahta dan puncak-puncaknya pada kepemimpinan sultan
Bolkiah dan seterusnya.
Kemashuran sultan Bolkiah menaiki tahta kerajaan, dan memimpin
pemerintahan terus-menerus ia jalankan dengan rasa keadilan. Semasa
menjalankan pemerintahan, sultan Bolkiah terkenal sebagai seorang raja yang
14 Yura Salim.”Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002. h 45-46
15 Ibid, h 4
30
gagah perkasa, dan ia juga gemar melakukan pengembaraaan menggunakan kapal
layar sehingga dengan kegemaran inilah ia mendapatkan sebutan “Anak Kuda
Ragam” atau “ Nahkoda Ragam”.16 Sejarah mencatat bahwa pada zaman inilah
Brunei termashur ke seluruh kepulauan nusantara, sedangkan kekuasaannya
bukan saja meliputi kepulauan Borneo,17 bahkan sampai sebagian kepulauan
Filipina menjadi pesisir Brunei.18
Bahkan karena kesukaannya berlayar ke luar negri, setiap kali berangkat
berlayar angkatannya dilengkapi dengan makanan, serta alat kebesaran Diraja
Brunei yang mengandung berbagai alat bunyi-bunyian, diiringi oleh ahli-ahli
tertentu, serta hulu belalang yang taat sebagai anak buah kapal yang mahir dan
mengetahui keadaan bintang-bintang di langit dan alam lautan. Diriwayatkan
dalam pelayarannya baginda membawa segantang lada sulah, yang mana akan
ditinggalkan sebiji setiap pulau-pulau yang dilalui, disinggahi sehingga tidak
tersisa sebiji pun.19
Begitu besarnya nama Sultan Bolkiah, melakukan perluasan pemerintahan
sampai Suluk dan Seludang. Hal ini tersebut dalam silsilah raja-raja Brunei dari
Datu Imam Aminuddin:
Dan sultan (Sulaiman) itulah beranakan sultan Bolkiah, ialah berperang
dengan bangsa Suluk dan Seludang, nama rajanya Datu Gamban. Maka
sultan Bolkiah ialah juga dinamakan orang tua-tua, ‘Nahkoda Ragam’.
Ialah beristri akan Lela Menchanai.
16 Kapten kapal ragam. Sedangkan dalam Bustanus-Salatin (sejarah Melayu) sultan
Bolkiah bergelar Adipati Suluk pada zaman ayahhanda Sultan Sulaiman (1432-1485) menunjukan suluk dan sabah pada masa itu di bawah naungan Brunei Darussalam.
17 Liat lampiran no.9 18 Yura salim.“Ririsej Sejarah Brunei”.Ibid ,h 3 19 Yura salim.“Ririsej Sejarah Brunei”.Ibid, h 47
31
Sejak sultan Bolkiah memerintah, Brunei menjadi berkembang akan tetapi
ia belum berpuas diri dengan apa yang dicapainya, ia meminta para wajir,
mentrinya, untuk memikirkan rancangan baru untuk memajukan kesultanan.
Selanjutnya sultan Bolkiah belayar mencari pengetahuan dan pengalaman, apa-
apa yang ia dapatkan sewaktu berlayar dikasihkan kepada mentrinya untuk dikaji.
Jika terdapat kesesuain tehadap rakyat Brunei, sebarkanlah bagi kemakmuran
rakyat dan kesultanan Brunei.
Hal ini terbukti ketika Bolkiah menurunkan jangkarnya di kepulauan Jawa,
ia mendengar cerita bahwa Jawa terkenal dengan kekayaan buminya, sekalipun
Brunei namanya terkenal tetapi sangat terbelakang dalam masalah pertanian
dengan Jawa masa itu. Ketika Bolkiah mendarat di pulau Jawa ia melihat ladang-
ladang hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan makanan dan hasil
bumi paling pokok di Asia Tenggra dan abad ke-15, padi sudah menjadi tanaman
yang disukai di mana saja bisa tumbuh dengan baik.20 Dengan melihat itu semua
ia sadar bahwa padi sangat berarti bagi masyarakat Jawa apalagi bagi masyarakat
Brunei. Dari sinilah orang Jawa dibawa ke Brunei untuk mengajarkan rakyat
Brunei menanam padi untuk kemakmuran rakyatnya. Nama daerah itu ialah
Distrik Jerudung, hingga sekarang daerah tersebut terkenal sebagai daerah
penghasil padi dan tanaman pangannya.21
20 Anthony Reid. “Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680”. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 1992. h 23 21Ahmad Ibrahim, DKK.”Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: LP3ES 1990. h 388-389.
32
BAB IV
KIPRAH SULTAN BOLKIAH V DI BRUNEI 1485-1524
A. Perluasan Wilayah
Kontak-kontak kultural antara bangsa serumpun di Asia Tenggara
semenanjung dan kepulauan, sesungguhnya telah terjalin baik secara teoritis
maupun empiris. Hal ini banyak persamaannya dengan konsep/praktek bernegara
di Brunei Darussalam dengan kerajaan Melayu lainya, akhirnya Brunei menjadi
ciri politik yang bertahan dan berkembang, terutama adanya cara dan bukti
bernegara yang mandiri dan sekaligus dikenal di kawasan Nusantara.1
Letak geografis yang setrategis, yang dilewati para saudagar-saudagar
baik Arab, China dan India, mengakibatkan Brunei melakukan kontak politik
melalui perdagangan. Perluasan politik Brunei pada awalnya sudah digambarkan
oleh cacatan-cacatan China, bahwa kala itu Brunei sudah melakukan kontak
politik dengan cara perdagangan, secara tidak langsung kesultanan Brunei
menjadi besar dan terkenal.
Dalam Sejarah Dinasti Sung (960-1279) bahwa Puni atau Brunei ialah
sebuah negri yang besar dan kuat, memerintah 14 buah daerah. Rakyatnya gagah
perkasa, jika perang mereka menggunakan pedang, tombak, dan memakai Baju
perang yang mana terbuat dari tembaga, baju perang tersebut berguna untuk
melindungi badan dari musuh.2 Diceritakan bahwa Marco Polo yang pernah
1 Lik Arifin Mansurnoor. Kesultanan Brunei Ditinjau dari konsep Pemerintahan di Dunia
Melayu dan Konsep yang Tergambar Dalam Teks Lokal. Universitas Brunei Darussalam 1995. h 1 2 Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Kerajaan Awal Brunei. www.kkbs.gov.bn h
46.
33
berkunjung ke China dan negri-negri rantau, menyatakan bahwa pada 1291
perdagangan antara Puni dan China berjalan baik.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mempunyai akibat terjalinnya
politik antara Portugis dengan Brunei Darussalam. Brunei menjadi daerah jalur
niaga dari Malaka ke daerah penghasil rempah-rempah di daerah Ternate.3 Tome
Pires dan Ruy de Brito yang menyebutkan bahwa terdapat sekurang-kurangnya
tiga buah jong dari Brunei datang ke Malaka dengan membawa bahan-bahan
mentah seperti beras, ikan, daging, hasil ternakan, madu lebah, sagu, kulit-kulit
kerang, emas dan kapur barus. Selanjutnya dari Malaka, bahan-bahan ini dibawa
pulang ke Pegu sedangkan bahan-bahan yang dibeli dan dibawa balik oleh
pedagang-pedagang Brunei ialah kain India, cermin serta alat perhiasan dari Asia
Barat.4
Pada masa sultan Bolkiah V perluasan wilayah kesultanan Brunei
meliputi Suluk dan Seludang. Sultan Bolkiah V menikahi putri raja suluk dan
melumpuhkan Seludang. Pernikahan politik ini mengakibatkan kekuasaan Brunei
semakin luas sampai ke Filipina, bahkan Suluk dan Seludang (Manila)
menghantar upeti ke Brunei setiap tahun.5 Pada masa Sultan Bolkiah V hubungan
perdagangan Brunei dengan Manila, Tondo, Balayan, Mindoro, Cebu, Cabayan,
Suluk, dan Mangindanao berjalan baik. Akan tetapi setelah Spanyol menginjakan
kaki di Cebu dan Manila, hubungan perdagangan itu terputus.6
3 Marwati Djoened Poesponegoro ,Sejarah Nasional Indonesia 111. Balai Pustaka,
Jakarta, 1993. h 130 4Muhammad Yusoff Hashim Ph.D” Kesultanan Melayu Malaka” Ibid 250 5 Haji Zain bin Haji Serudin. Ibid. h 77 6 Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei. www.kkbs.gov.bn
h 41
34
Kemashuran sultan Bolkiah sebagai Nahkoda Ragam, dengan kegemarannya
berlayar melakukan pengembaraaan menggunakan kapal layar, turut membantu
dalam perluasan politiknya, tetapi perlayarannya bukan tidak mempunyai tujuan.
Akan tetapi disamping hubungan politik dengan bangsa lain, ia juga bertujuan
mencari bahan yang akan memajukan Negara dan rakyat Brunei Darussalam.7
Hal ini terbukti ketika Bolkiah menurunkan jangkarnya di kepulauan Jawa,
ia mendengar cerita bahwa Jawa terkenal dengan kekayaan buminya, sekalipun
Brunei namanya terkenal tetapi sangat terbelakang dalam masalah pertanian
dengan Jawa masa itu. Ketika Bolkiah mendarat di pulau Jawa ia melihat ladang-
ladang hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan makanan dan hasil
bumi paling pokok di Asia Tenggra dan pada abad ke-15, padi sudah menjadi
tanaman yang disukai, di mana saja bisa tumbuh dengan baik.8 Dengan melihat itu
semua ia sadar bahwa padi sangat berarti bagi masyarakat Jawa apalagi bagi
masyarakat Brunei. Dari sinilah orang Jawa dibawa ke Brunei untuk mengajarkan
rakyat Brunei menanam padi.
B. Proses Islamisasi
Penyebaran Islam sangat erat hubungannya dengan prosesnya islamisasi.
Dari proses tersebut dapat diketahui siapa yang mengenalkal Islam, penerima
Islam, negri asal mereka, dan juga jaringan yang digunakan. Akan tetapi secara
garis besar, penyebaran Islam dan prosesnya dapat dilakukan melalui jalur
perdagangan, perkawinan, birokrasi, pendidikan, sufisme, seni, dan lain-lainnya.9
Pada masa awal perdagangan mempunyai peranan yang penting khususnya bagi
7 “Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam. Ibid h 64. 8 Anthony Reid. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Ibid. h 23 9 Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Ibid h 21
35
saudagar muslim, sedangkan kedatangan mereka ke beberapa pantai di dunia
Melayu, melalui rute dari Arab-Persia-India-dunia Melayu-Tiongkok. Para
pedagang muslim tersebut bukan hanya berdagang akan tetapi mereka
mengenalkan dan menyebarkan agama Islam.
Hubungan antara kelompok pedagang Muslim dan komunitas lokal
diwujudkan secara bertahap. Lewat komunitas jenis inilah proses islamisasi
terjadi, lebih-lebih ketika perkawinan terjadi antara pedagang Muslim dan
penduduk lokal, sehingga keluarga Muslim yang besar terbentuk.
Sejarah mencatat bahwa Islamisasi melalui pernikahan sering kali
terjadi, sama halnya merujuk kepada sejarah Brunei. Pernikahan raja Brunei
Awang Alak Betatar dengan putri Johor pada masa Pemerintahan Muhammad
Syah, sehingga Awang Alak Betatar beralih memeluk Islam.10 Masuk Islamnya
Awang Alak Betatar menjadi babak baru bagi kesultanan Brunei dan juga
perkembangan Islam. Proses penyebaran Islam pada dasarnya sudah mulai
digiatkan pada masa sultan Ahmad, dengan bantuan seorang Ulama yang
kemudian diangkat menjadi menantu oleh sultan Ahmad, yaitu Syarif Ali Mufaqih
Muqaddam atau Syarif Berkat. Meninggalnya sultan Ahmad, kepemimpinan di
teruskan oleh sultan Sharif Ali Mufaqih Muqaddam dengan dukungan rakyat
Brunei. Syarif Ali berasal dari Taif keturunan dari Rasullulah salallah alaihi wa
sallam melalui Sayidina Hasan akan tetapi tidak disebutkan ayahnya dengan jelas,
10 Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Ibid . h 25
36
hanya disebutkan Syarif Ali bin Abu Numaie.11 Dan kedatangnnnya ke Brunei
membawa sebilah pedang yang terkenal dengan nama pedang Si-Bongkok.12
Naiknya Syarif Ali Mufaqih membuat Islam mulai berkembang, usaha-
usaha tersebut dilakukannya secara berangsur-angsur dan disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat Brunei sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya undang-
undang Syariat Islam di kerajaan Brunei.13 Selain itu, sultan mendirikan Masjid
yang pertama dengan media ini, ia menggiatkan Shalat Fardhu dan jum’at
berjamaah di masjid.14
Usaha dan perluasan penyebaran Islam dilanjutkan Sultan-sultan Brunei
berikutnya. Salah satunya adalah Sultan Bolkiah V , sedangkan Media yang
dilakukan Sultan Bolkiah dalam menyebarkan Islam di Brunei. Dari data yang
didapatkan bahwa beberapa sumber menjelaskan, disamping ia melanjutkan dari
sultan-sultan yang sebelumnya yaitu dengan cara masjid digunakan sebagai sarana
ibadah, undang-undang yang telah ada dan juga melakukan pernikahan. Hal ini
terbukti, pada masa memangku kekuasaannya dia menikahi puteri Sulu.
Pernikahan politik ini segera saja mempercepat tali ikatan kekerabatan antara dua
kesultanan besar di sana, Brunei (Borneo) dengan Bazingh di Sulu. Pada saat yang
11Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri. “Raja-raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei.”
Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 19. Menurut penyelidikan bahwa Nasab Sultan Syari Ali:
“Syarif Ali bin Ajlan bin Rumaithah bin Muhammad Abu Numaie Al-Awal bin Abu Saad Al-Hasan bin Ali Al-Akbar bin Abu Aziz Qatadah bin Idris bin Muta’in bin Abdul Karim bin Isa bin Al-Husain bin Sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abu jaafar Muhammad bin Abdullah Al-Akbar bin Muhammad Al-Tha’er bin Musa Al-Thani bin Abdullah Al-Radhi Al-Syeikh Al-Saleh bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Muhudh bin Hasan Al-Muthanna bin Hasan Al-Sibti bin Ali bin ibni Abu Talib Kamarallahu Wajhahu.”.
12 Lihat Lampiran no.10 13 Adanya undang-undang Islam bernama “Hukum Kanun Brunei” yang mana berisikan
96 muka surat (halaman) dan 47 pasal, sedangkan yang berkaitan dengan adat istiadat setempat di atur dalam undang-undang adat Brunei, atau disebut dengan “Naskah Lawas” yang mana terdiri dari 67 muka surat (halaman)
14 Apipuddin Sm, Sejarah Asia Tenggara. Ibid. h 94
37
sama Islam telah mapan berdiri tegak di sebagian Sumatra dan Jawa, bahkan
Islam telah memiliki pangkalan militer di wilayah Borneo Utara dan semenanjung
Melayu.15 Hal ini tidak lepas dari peranan orang-orang Melayu Malaka sebagai
penyebar Islam di semenanjung Sumatra dan Jawa.16 Silsilah Raja-raja Brunei
Versi Datu Imam Aminuddin menyebutkan:
Dan Sultan (Sulaiman) itulah beranakan Sultan Bolkiah, ialah berperang dengan bangsa Suluk dan ialah mengalahkan Negeri Suluk dan Seludang, nama Rajanya Datu Gamban. Maka sultan Bolkiah ialah juga dinamakan orang tua-tua,“Nahkoda Ragam”. Ialah beristrikan akan putri Leila Menchanai.
Hasil dari menikahi putri raja Sulu, dan penguasaan Seludang telah
meluaskan pengaruh baginda di sana, dan Berjaya meningkatkan perdagangan
Brunei serta perkembangan syiar Islam di pulau itu. Disisi lain Sultan Bolkiah
gemar mengembara menggunakan kapal laut, sebagai mana telah di sebutkan pada
bab sebelumnya. Kebesaran Nahkoda Ragam, memberikan pengaruh terhadap
kemajuan dalam perkembangan Islam di Brunei.17 Bahkan sampai seluruh
kepulaun Borneo, Sedu (Serawak), Pontianak, Sambas, Banjarmasin, Berau,
Kelaka, Bolongan, Pasir Kutai, Seludang (Sabah), Kepulauan sulu, Palawan dan
Manila di Filipina Selatan.18 Menurut catatan Antonio Pigafetta, meskipun
kebanyakan masyarakat Brunei sudah memeluk agama Islam sejak awal abad ke-
15 M, namun aktivitas kebudayaan masyarakat pada waktu itu masih sangat
kental dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Animisme.19
15 Cesar Adid Majul. Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan. Al-Hilal Jakarta, 1987. h 23 16 D.G.E.Hall. Sejarah Asia Tenggara. Ibid. h 194-195 17Lihat lampiran no.11 18 Apipudin Sm, Sejarah Asia Tenggara. Ibid ,h 94 19 Apipudin Sm, Ibid ,h 93
38
Disisi lain, bahwa Islam memberikan identitas penting kepada dunia
Melayu melalui raja. Peranan raja dalam pengislaman yang sebagaimana yang
tergambar dalam teks-teks Melayu seperti Hikayat raja-raja Pasai, Sejarah
Melayu dan Hikayat Merong Mahawangsa, jelas menunjukan centralitas seorang
raja dalam agama. Pendidikan agama yang keluarga ajarkan kepada sultan
Bolkiah, menyebabkan ia mengedepankan nilai-nilai keagamaan dalam meluaskan
penyebaran ajaran Islam.
Di Mindanao mubaliq-mubaliq Islam yang datang dari Brunei dan Ternate
telah mendirikan Masjid dan sekolah agama sebagai tempat pengajaran Al-
Qur’an. Paderi Domino de Salazar dalam laporannya pada tahun 27 juni 1588,
menyebutkan:20
Di pulau Mindanao, undang-undang Islam telah disiyarkan secara terbuka yang diadakan sudah lebih tiga tahun oleh ulama-ulama dari Brunei dan Ternate yang datang kesana-bahkan di antaranya dipercayai datang dari Mekah. Mereka telah membina beberapa buah masjid, dan budak-budak lelaki dikhitankan dan di sana ada sebuah sekolah tempat mengajar Al-Qur’an.
Perkembangan Islam di Brunei pada kenyataannya berkesinambungan. Hal
ini dapat dilihat bahwa ketika sultan Bolkiah meninggal kepemimpinan di
teruskan oleh putranya yaitu sultan Abdul Kahar bin sultan Bolkiah. Abdul kahar
terkenal seorang raja yang sangat alim dan kuat mengembangkan akidah syariat
Islam. Di masa Abdul Kahar Brunei telah dikunjungi dan dilewati ulama-ulama
pengembang Islam dari beberapa pesisir di pulau Borneo dan kepulauan selatan
Filipina.21 Akan tetapi penyebaran Islam di Filipina tidak selalu berjalan lurus,
hal ini terbukti ketika Spanyol mendarat di Filipina tahun 1565, melihat da’i dari
20 Dr, Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri, “lika-liku Perjuangan Percapaian. Ibid . h XLII 21 Yura salim.”Ririsej Sejarah Brunei Ibid, 51
39
Borneo melakukan dakwahnya di pulau Luzon dan pulau Mindoro. Orang-orang
Spanyol memandang orang-orang Borneo itu sebagai saingan mereka dan batu
penghalang bagi ambisi kolonialisme mereka.22 Mereka tak segan-segan
merampok semua kapal yang datang dari Borneo dengan menghancurkan
perekonomian Borneo, bertujuan sebagai langkah awal menuju perkembangan
pengaruh kekuasaannya atas Filipina.
Bahkan Don Fancisco de Sande pernah mengirim surat kepada Sultan
Saiful Rijal pada 13 April 1578 mengenai permintaan agar pihak Brunei
menghentikan persebaran agama Islam di kepulauan Filipina.
C. Kemajuan Bidang Ekonomi
Sejarah mencatat bahwa, Asia Tenggara merupakan sebutan yang umum
dipakai untuk menggambarkan wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri
Jazirah Indo-China dan banyak kepulauan, yang meliputi Indonesia dan Filipina.23
Salah satu Negara yang turut andil dalam kontak perdagangan dan menjadi
pelabuhan yang maju di Asia Tenggara ialah kesultanan Brunei Darussalam.
Sebagaiman telah tersebut dalam bab sebelumnya, bahwa Brunei dalam
sejarahnya menurut laporan China sudah melakukan kontak perdagangan dengan
China. Kala itu Brunei disebut dengan Po-li, Po-lo atau Pu-ni, sedangkan
letaknya di sebelah laut barat daya China24. Sedangkan pengembara Arab
22 Cesar Adid Majul. Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan. Ibid. h 29-30 23 D.G.E. Hall. Sejarah Asia Tenggara, Ibid. h 3 24 Diketahui bahwa jarak yang di tempuh ialah, jika mengikuti tiupan angin biasa jauhnya
dua bulan perjalanan ke China. Sedangkan ke Jawa 45 hari jarak tempuhnya, ke San-Bo-Tsai (Palembang ) 40 hari dan ke Champa 30 hari.
40
menyebutnya sebagai bandar negri terapung di atas air, cuacanya panas dan
pasang surutnya dua kali sehari.
Kepastian Pu-ni itu Brunei diketahui dari kisah Pu Zhong Min,25 yang
telah dihantar oleh raja China bernama Chun You ke Pu-ni pada 1247 M dan ia
meninggal dunia di Pu-ni, sebagaimana ditemukan Batu nisan Pu Zhong Min di
Brunei ternyata Pu-ni itu Brunei.26 Catatan China ini, menggambarkan bahwa
kemajuan Brunei mempunyai proses dan perjalanan sejarah yang panjang.
Masuk Islamnya para raja Brunei, telah menambahkan dimensi baru dalam
konsep pemerintahan. Islam bukan hanya memperkenalkan sistem keagamaan
baru, melainkan juga sistem ekonomi.27 Kemajuan Brunei sudah terlihat ketika
Syarif Ali menjadi sultan Brunei, dengan dibangunnya kota Batu sebagai pusat
pemerintahan.28 Sejarah mencatat puncak kemajuan Brunei masa Sultan Bolkiah,
bisa terlihat dari laporan para pengembara Magellan. Sebagaimana disebutkan
Antonio Pigafetta dalam perjalannya ke Brunei:
Ketika sisa-sisa ekspedisi Magellan mencapai Brunei pada tahun 1521, mereka dijamu dengan serangkaian lauk-pauk daging yang belum pernah meraka lihat:” tiap (sembilan) baki membawa sepuluh atau dua belas piring porselen yang penuh dengan anak lembu, daging ayam, daging merak, dan daging hewan lainya serta ikan. Kami makan di lantai bertikar anyaman dengan tiga puluh atau tiga puluh dua macam daging, selain ikan dan makanan-makanan lainnya” (pigafetta 1521: 189).29
25 Lihat lampiran no.12 26 Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri. Raja-raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei.Ibid
h 1. 27 Milner, A.C.Kerajaan: Malay Politic Culture. Tuscon. University of Arozona Press.
1982. h 3.4 28 Ahmad Cholid Sodrie. Hubungan Indonesia Dengan Brunei Darussalam Melalui
Kajian Inskripsi Pada Batu Nisan.Balai Arkeologi Yogyakara, 1995. h 1 29 Anthony Reid. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Ibid. h 38
41
Laporan lainnya tentang pengembara magellan Antonia Pigafetta, yang
telah merekam perasaan takjubnya terhadap kekayaan dan keindahan Brunei masa
Sultan Bokiah V. Dia Menyebutkan:
Kami pergi ke istana dengan menaiki gajah dan orang yang membawa hadiah-hadiah kami itu berjalan di hadapan kami seperti di hari sebelumnya juga. Semua jalan-jalan dari rumah gubernur hingga ke istana raja dipenuhi oleh orang yang memegang pedang, tombak, dan perisai, mereka ini adalah diperintah oleh raja. Kami telah dibawa ke istana raja dengan menaiki gajah juga. Kami dibawa naik oleh beberapa gubernur itu keatas pentas dengan diiringi oleh beberapa orang pegawai, dan masuk ke dalam suatu dewan yang besar yang penuh dengan menghadap raja. Dalam dewan ini kami telah didudukkan di atas permadani dengan hadiah-hadiah di dalam tempayan dekat kami.30
Kemajuan Brunei terutama disebabkan oleh posisi geografis yang terletak
pada jalur lintas perlayaran dan pedagangan internasional di laut China Selatan.
Laut China Selatan yang menjadi alur utama lintas barang, jasa dan orang, antara
bagian barat (Asia), China, Asia Tenggara daratan dan Nusantara. Karna
pelabuhan Brunei menurut pengembara Arab adalah pelabuhan yang aman,
terlindung dan kaya, sehingga berbagai bangsa berniaga. Selain Arab, terdapat
juga peniaga dari China, Jawa, Siam, Palembang, Kelantan, Pahang, Kamboja,
Makassar, Suluk dan Pattani. Tujuanya tiada lain untuk berniaga di pelabuhan
Brunei. Sedangkan fungsi pelabuhan ialah sebagai penghubung antara jalan
maritim dan jalan darat.31
Pada abad ke-15 rute perjalanan perlayaran dan perdagangan dari Malaka
ke Filipina melewati Brunei. Alasan yang sangat sederhana sekali ialah karna
abad 15 negara Brunei sudah menjadi dermaga yang maju. Di samping itu juga
bagi pedagang yang masuk ke Brunei tidak dikenakan pajak. Disisi lain bahwa
30 “Brunei Berdaulat” Ibid h 63. 31 Marwati Djoened Poesponegoro ,Sejarah Nasional Indonesia 111. Balai Pustaka,
Jakarta, 1993. h 153
42
jalur Brunei ke Filipina di pakai Portugis menuju Maluku. Hal ini diperkuat
dengan laporan kapal Victoria dan Trinidade dari ekspedisi Magella dari Filipina
ke Tidore pada tahun 1521.
Di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah, pelabuhan Brunei semakin
berkembang. Ada beberapa Faktor yang mendukung kemajuan pelabuhan Brunei
terlebih dalam bidang ekonomi, adalah:32
1. Pelabuhan Brunei aman, selamat dan terlindung dari angin ribut
2. Pelabuhan Brunei kaya dengan barang makanan, air.
3. Penduduk Brunei berbudi bahasa, mesra dan ramah tamah, senang membuat
hubungan
4. Cara jual beli teratur dan barang-barang yang diniagakan selamat dan
dilindungi oleh pihak pemerintah
Sedangkan barang-barang yang di jual di pelabuhan Brunei ialah kapur
barus, batu permata, lilin, madu lebah, mutiara, emas, tembikar, sutera, rotan dan
barang-barang makanan. Pada masa awal pertumbuhan Brunei dapat berkembang
karena dukungan oleh adanya hubungan dagang dengan China sejak abad sebelum
kedatangan Islam, selain mendapat proteksi lewat hubungan dagang dengan
China. Kesultanan Brunei juga mendapat keuntungan dari perdagangan yang telah
terjalin sejak lama. Perlu di ketahuai bahwa bangsa China merupakan konsumen
terbesar atas produk-produk yang di hasilkan wilayah Asia Tenggara seperti
rempah-rempah, sirip ikan hiu, tripang dan berbagai macam hasil laut dan hutan.
Menurut Tome Pires, bahwa pada tahun 1520 masyarakat Brunei pada
umumnya memperdagangkan emas, lilin, madu lebah, beras, ikan, daging, kulit
32 Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei.
www.kkbs.gov.bn h 38
43
kerang dan sagu. Sedangkan catatan Pigefetta memberikan informasi bahwa saat
itu kesultanan Brunei sudah mampu mengembangkan sistem perdagangan yang
komplek dan wajar, serta menjalin hubungan dengan Negara-negara di
semenanjung Melayu.
Brunei terkenal sebagai penghasil emas yang besar. Di samping karena
kualitasnya yang sangat baik, kuantitasnya yang sangat melimpah juga sehingga
membuat negri Brunei terkenal. Tome Pires menyebutkan bahwa pada tahun
1515, bahwa Brunei adalah satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang
mengekspor kulit kerang, bahkan kulit kerang dan emas menjadi ciri khas Brunei
di mancanegara.
Di sisi lain, ternyata jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511 menjadi
pendorong kesultanan Brunei menjadi kekuatan kelautan dan perniagaan Melayu,
menjadi pelabuhan yang maju dalam ekonomi dan perdagangan.33 Para pedagang
muslim Arab, China dan India yang dahulu ke Malaka sebagai pertemuan dagang
dari berbagai bangsa, kemudian mulai beralih ke wilayah pelabuhan yang lain
salah satunya Brunei. setiap kapal yang masuk ke Malaka dikenakan pajak yang
besar.
Sebelum kedatangan Spanyol, perekonomian Filipina terutama banyak
dipengaruhi oleh Brunei (borneo, kalimantan).34 Pengaruh ekonomi Borneo ini
sangat dominan sekali dan kian besar saja di Filipina. 35 Kemajuan Brunei dalam
perekonomian ternyata diteruskan oleh sultan selanjutnya. Bahkan pada masa
kepemimpinan Sultan Abdul Kahar Brunei mempunyai mata uang sendiri yang
disebut Pitis. Mata uang itu sah digunakan bagi pertukaran perniagaan dalam
33 Cesar Adib Majul.Dinamika Islam Filipina. LP3ES 1989. h 9 34 Lihat lampiran no.13 35 Cesar Adid Majul. Dinamika Islam Filipina. Ibid. h 29
44
wilayah kesultanan Brunei.36 Sedangkan pada masa pemerintahan sultan
Muhammad Hasan (1582-1598). Tiap-tiap kapal yang masuk ke pelabuhan Brunei
dikenakan cukai. Kapal besar cukainya 1000 riyal sedangkan untuk kapal kecil
cukainya 700 riyal. Akan tetapi jika saudagar atau nahkoda kapal memohon bebas
dari cukai, hal ini bisa dipertimbangkan dengan syarat saudagar atau nahkoda
kapal hendaknya memberikan barang persembahan dan hadiah kepada raja dan
pembesar-pembesar baginda menurut selayaknya. Setelah memberi hadiah, maka
saudagar itu pun bebas berjual beli, dan hartanya pun tidak akan dirampas.37
Setelah pelabuhan Brunei termashur dan diketahui oleh saudagar-saudagar
asing, maka ramailah saudagar dan nahkoda datang berduyun-duyun ke Brunei,
untuk berniaga dengan penduduk Brunei dan saudagar dari Negara lain. Mereka
datang dari Arab, China dan India, ada juga yang datang dari berbagai wilayah
jiran seperti Pegu, Patani, Manila, Suluk, Balayan, Mindoro, Mangindanao, Jawa,
Bugis, Batak, Palembang, Aceh. Minangkabau, Pahang, Malaka, Terenggganu,
Kelantan, Riau, Siam dan Kamboja.
36 Yura Halim,Ririsej Brunei Darussalam, Ibid. h 52 37 Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei. Ibid. h
40
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesultanan Brunei mempunyai sejarah yang pajang. Hal ini didasarkan
kepada catatan China yang menyebutkan bahwa Brunei sudah ada pada abad ke-6,
waktu itu terkenal dengan nama Po-lo, Po-li, Pu-ni, Bunlai. Dalam sejarah,
disebutkan bahwa dalam pencarian lokasi untuk mendirikan kesultanan, Raja
Awang Alak Betatar bersama pasukannnya sampai di tepi sungai. Salah satu
pengikutnya berkata “Baru’ Nah”. Kata inilah yang kemudian menjadi Brunei.
Keberadaan Brunei semakin jelas, ketika raja pertama Brunei Awang Alak
Betatar menikah dengan putri raja Johor, mengganti namanya dengan Muhamad
Shah dan menjadi raja Brunei yang pertama masuk Islam. Dengan masuk
Islamnya Awang Betatar, Brunei menjadi kantong-kantong penyebaran Islam di
kawasan nusantara, yang dilakukan oleh sultan-sultan Brunei selanjutnya,
termasuk sultan Syarif Ali dan sultan Bolkiah V.
Silsilah raja-raja Brunei yang tertulis dalam situs Arkeologi “Batu
Tarsilah”, memberikan nilai sejarah yang penting dalam perjalanan sejarah
kesultanan Brunei Darussalam. Hal ini menjadi bukti siapa saja sultan-sultan yang
pernah menjadi raja dalam kesultanan Brunei. Dari “Batu Tarsilah” ini dapat
diketahui masa kepemimpinan setiap sultan yang menaiki tahta kerajaan. “Batu
Tarsila” memberikan informasi bahwa ada beberapa sultan yang menaiki tahta
kerajaan sampai dua kali memimpin.
46
Perkembangan kesultanan Brunei mengalami puncaknya pada masa
kepemimpinan Sultan Bolkiah V menaiki tahta kerajaan, dengan pendidikan yang
diajarkan oleh keluarga kepadanya, agar selalu mengedepankan nilai-nilai agama
Islam sebagaimana yang diajarkan ayahnya, Sultan Sulaiman. Sultan Bolkiah V
tumbuh menjadi seorang raja yang gagah perkasa dan bijaksana. Di masa Sultan
Bolkiah V, Brunei mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadikan Brunei
sebagai sasaran perdagangan bangsa-bangsa asing. Hal ini tak lepas dari beberapa
faktor, di antaranya:
1. Kemajuan Brunei terutama disebabkan oleh posisi geografis yang terletak
pada jalur lintas perlayaran dan pedagangan internasional di laut China
Selatan. Laut China Selatan yang menjadi alur utama lintas barang, jasa
dan orang, antara bagian barat (Asia), China dan Asia Tenggara. Karna
pelabuhan Brunei menurut pengembara Arab adalah pelabuhan yang
aman, terlindung dan kaya, sehingga berbagai bangsa berniaga. Selain
Arab, terdapat juga peniaga dari China, Jawa, Siam, Palembang, Kelantan,
Pahang, Kamboja, Makassar, Suluk dan Pattani. Tujuanya tiada lain untuk
berniaga di pelabuhan Brunei. Pelabuhan Brunei aman, selamat dan
terlindung dari angin ribut. Pelabuhan Brunei kaya dengan barang
makanan, dan air. Penduduk Brunei berbudi bahasa, mesra dan ramah
tamah, senang membuat hubungan. Cara jual beli teratur dan barang-
barang yang diniagakan selamat dan dilindungi oleh pihak pemerintah.
2. Ketenaran Sultan Bolkiah V sebagai “Nahkoda Ragam” memberikan
pengaruh bagi kemajuan kesultanan Brunei. dan menjadikan Brunei
47
sasaran perdagangan, disamping menjadikan Brunei sebagai kantong-
kantong penyebaran Islam. Hal ini terbukti sampai ke Sulu dan Filipina.
3. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511 menjadi pendorong kesultanan
Brunei menjadi kekuatan kelautan dan perniagaan Melayu, menjadi
pelabuhan yang maju dalam ekonomi dan perdagangan. Para pedagang
muslim Arab, China dan India yang dahulu ke Malaka sebagai pertemuan
dagang dari berbagai bangsa, kemudian mulai beralih ke wilayah
pelabuhan yang lain, termasuk Brunei. penguasaan Portugis terhadap
Malaka telah mengkacaukan sistem perekonomian Muslim di Asia, yaitu
dengan berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah demi
memperoleh keuntungan pribadi yang besar dari penjualannya ke Eropa.
Setiap kapal yang masuk ke Malaka dikenakan pajak yang besar.
B. Saran
Kesultanan Brunei Darussalam, mengalami sejarah yang sangat panjang.
Keberadaannya dari abad ke-6 M, memberikan gambaran kepada kita bahwa tak
cukup rasanya untuk menjelaskan kesultanan Brunei dengan data-data yang
penulis rasakan sangat kurang.
Penulis merasakan bahwa, apa-apa yang disampaikan dalam skripsi ini
masih begitu kurang. Dan masih diperlukan data-data yang lebih banyak lagi, juga
memberikan kesempatan kepada penulis lain yang ingin mengangkat tentang
sejarah Kesultanan Brunei Darussalam. Karena dengan kritik dan saran yang
48
membangun, diharapkan dalam penulisan sejarah Brunei Darussalam menjadi
sempurna dengan masukan-masukan, ide-ide baru serta didukung dengan data-
data yang lebih banyak lagi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. “Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara” LP3ES
1989.
Al-Haddad, Al-habib Alwi bin Thahir “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh”
edisi revisi, Penerbit Lentera 2001
Apipudin Sm, “Sejarah Asia Tenggara “. Media eka sarana 2008
Azra, Azyumardi ,”.Jaringan Ulama,Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII&XVIII” kencana Jakarta 2004
Azra, Azyumardi ”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah wacana dan
kekuasaan” Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung 1999.
“Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam Singapore: Federal
Publication{s}Pte.Ltd.1984.
Cholid Sodrie, Ahmad. “Hubungan Indonesia Dengan Brunei Darussalam
Melalui Kajian Inskripsi Pada Batu Nisa”. Balai Arkeologi Yogyakara,
1995.
Dudung, Abdurahman”Metode Penitian Sejarah” Logos. Jakarta 1999.
Ensiklopedi Islam Tematis Vol 5,Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve .
Ensiklopedia Geografi. Pt. lentera abadi, Jakarta 2006.
Gottschalk, Louis.”Mengerti Sejarah” UI Pres: 1975.
Haji Zain bin Haji Serudin ”Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam”
Studi Islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press,
Surakarta 1999.
50
Halim, Yura ” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa
dan Pustaka Brunei, 2002.
Hall, D.G.E. “Sejarah Asia Tenggara”. Penerbit. Usaha Nasiaonal, Surabaya
1980
Hasymy, Ali “ Sejarah Masuk dan Berkembangannya Islam di Indonesia” pt,
alma’arif. 1993.
Ibrahim, Ahmad, DKK. Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”:
P.M. Sharifuddin.”Orang-orang Kedayan” LP3ES 1990.
Ibrahim, Ahmad, DKK.”Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”:
LP3ES 1990.
J.M. Chin.“The Serawak Chinese”. Oxford University Press. Kuala lumpur. 1981.
Jamil Al-Sufri, Awang Haji Mohd, ”Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan
Perkembangan Islam”, Brunei Darussalam . Pusat Sejarah, kementerian
Belia dan Sukan, 1990.
Jamil Al-sufri, Awang, Haji Mohd. “Catatatn Sejarah Perwira-perwira dan
Pembesar-pembesar Brunei”. Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei 1973.
Jamil Al-sufri. Dr, Haji Awang Mohd. “Lika-Liku Perjuangan Percapaian
Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam”, jabatan Pusat sejarah
Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, Brunei Darussalam,1992.
Jamil Al-sufri. Dr. Haji Awang Mohd, “Raja-Raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan
Brunei”. Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990.
Lapidus, Ira M .”Sejarah Sosial Umat Islam” Pt.Garafindo Persada. Jakarta 1999
Mahmud Saedon bin Awang Othman”Pemimpin Era Baru” Univesitas Brunei
Darussalam 1996.
51
Majul, Cesar Adib .”Dinamika Islam Filipina”. LP3ES 1989.
Majul, Cesar Adib. “Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan”. Al-Hilal Jakarta,
1987.
Mansurnoor, Lik Arifin “Kesultanan Brunei Ditinjau dari konsep Pemerintahan
di Dunia Melayu dan Konsep yang Tergambar Dalam Teks Lokal”.
Universitas Brunei Darussalam 1995.
Milner, A.C .”Kerajaan: Malay Politic Culture”. Tuscon. University of Arozona
Press. 1982.
Muarif, Hasan dan Sodrie, Achmad Cholid. “Hubungan Budaya Antara
Kesultanan Samudra Pasai dan Kesultanan Brunei Darussalam Dilihat
dari Data Arkeologi”. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1995.
Poesponegoro, Marwati Djoened “Sejarah Nasional Indonesia 111” Balai
Pustaka, Jakarta, 1993.
Reid, Anthony. “Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680”. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 1992.
“Singapura Fakta dan Gambar”, Penerbit Kementrian Kebudayaan Pemerintah
Singapura 1971.
Syamsu As, Muhammad.”Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya”
Jakarta lentera, 1996.
Tjandrasasmita, Uka, “Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di
Indonesia dari Abad XVII sampai XVII Masehi”. Jakarta: penerbit Menara
Kudus 2000.
Tjandrasasmita, Uka. “Arkeologi Islam Nusantara” Pt Gramedia, Jakarta 2009.
52
Tjandrasasmita. Uka. ”Seminar Internasional Tentang Islam di Asia Tenggara”
IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 1986.
Yusoff Hashim. Muhamad Ph.D. ”Kesultanan Melayu Malaka” Dewan Bahasa
dan Perpustakaan Kementrian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur 1990.
Website
WWW.RELIGIOUS AFFAIR.GOV.BN.
WWW.KKBS.GOV.BN
MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIR
MINISTRY OF CULTURE, YOUTH & SPORT
http://2.bp.blogspot.com /brunei_map.jpg
Lampiran 1
Peta Wilayah Brunei Darussalam
Sumber: http://2.bp.blogspot.com /brunei_map.jpg
top related