budaya jawa adalah budaya yang berasal dari jawa dan dianut oleh masyarakat jawa khususnya di jawa...
Post on 10-Apr-2016
57 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya
di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3
yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa
mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari. Budaya
Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa
Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta,
Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang
paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah
Wayang Kulit, Keris, Batik, Kebaya dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris
karena pengaruh Majapahit LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang
remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari Amerika Serikat tahun
2011 Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di AS, Singapura dan Selandia Baru Gamelan Jawa
rutin digelar di AS dan Eropa atas permintaan warga AS dan Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama
menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia.
Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic
jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang
dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Bahkan banyak
negara di dunia terutama Amerika dan Eropa menyebut Jawa identik kopi. Budaya Jawa termasuk
unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.
Ada yang berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena
budaya feodal ada di semua negara termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama dan
pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu
dan sektarian.
Agama
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling
awal.
Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang seni,
budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut agama
Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atau Katolik. Dahulu orang Jawa
menganut agama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut menyebarkan agama
Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang berperan. Orang Jawa
juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk
unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang berperan penting dalam menyebarkan 5
agama besar. Seorang peneliti AS Clifford Geertz bahkan pernah meneliti orang Jawa dan
membagi orang Jawa menjadi 3 golongan besar yaitu : Abangan, Priyayi dan Santri.Sastra
Sastra Jawa
Raden Panji Asmarabangun tengah mencari isterinya yang hilang, Dewi Sekartaji.
Sejarah Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi
(Sukobumi), Pare, Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama Prasasti Sukabumi
ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Setelah prasasti
Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari tahun 856 M yang berisikan sebuah sajak yang disebut
kakawin. Kakawin yang tidak lengkap ini adalah sajak tertua dalam bahasa Jawa (Kuna).
Sejarah sastra Jawa dibagi dalam empat masa:
Sastra Jawa Kuna
Sastra Jawa Tengahan
Sastra Jawa Baru
Sastra Jawa Modern
Bahasa Jawa pertama-tama ditulis dalam aksara turunan aksara Pallawa yang berasal dari India
Selatan. Aksara ini yang menjadi cikal bakal aksara Jawa modern atau Hanacaraka yang masih
dipakai sampai sekarang. Dengan berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 dan ke-16, huruf
Arab juga dipergunakan untuk menulis bahasa Jawa; huruf ini disebut dengan nama huruf pegon.
Ketika bangsa Eropa menjajah Indonesia, termasuk Jawa, abjad Latin pun digunakan untuk
menulis bahasa Jawa. Dongeng Jawa seperti cerita panji ternyata juga dikenal dan dipentaskan di
Thailand dan Filipina.[18] Banyak sastra Jawa yang berada di Eropa terutama Belanda bahkan ada
perguruan tinggi Belanda yang membuka mata kuliah sastra Jawa seperti Universitas Leiden.
Beberapa kakawin yang ditulis oleh pujangga Jawa menyadur dari karya India atau cerita Jawa
diantaranya adalah : Hiasan emas Majapahit Sutasoma dan Kalmasapada
Kakawin Sutasoma (menjadi motto Bhinneka Tunggal Ika)
Kakawin Nagarakretagama
Kakawin Smaradahana
Kakawin Ramayana
Kakawin Smaradahana
Kakawin Arjunawiwāha
Kakawin Kresnayana
Kakawin Bhāratayuddha
Bahasa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa
Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang
tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota
Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari
pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon. Kawasan-
kawasan luar Jawa yang terdapat penutur bahasa Jawa yaitu : Lampung (61,9%), Jakarta (35%),
Sumatera Utara (32,6%), Kaltim (29,5%), Jambi (27,6%), Sumatera Selatan (27%), Riau 25%,
Aceh (15,87%) yang dikenal sebagai Aneuk Jawoe. Penutur bahasa Jawa juga ditemukan dalam
jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di
Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan
menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong
Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini
meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.Kerajaan
Sebilah keris Jawa (kanan) dengan sarung keris (warangka).
Banyaknya kerajaan yang pernah berdiri di Jawa juga menyumbang ragam kebudayaan di Jawa.
Kerajaan Jawa yang banyak mengusai daerah lain termasuk Malaysia dan Filipina ikut
menyumbang tersebarnya budaya keris di seluruh Indonesia dan Asia. Kerajaan yang pernah
berdiri di Jawa diantaranya :
Kerajaan Hindu/Buddha
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kanjuruhan
Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Janggala
Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
Kerajaan Singasari (1222-1292)
Kerajaan Majapahit (1292-1527)
Kerajaan Islam
Pagelaran Kraton Yogyakarta
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Mataram (1588—1681
Kerajaan Jawa modern
Kasunanan Surakarta
Kasultanan Yogyakarta
Kadipaten Paku Alaman
Praja Mangkunagaran
Teknologi
Arsitektur
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar candi di Indonesia
Stupa Borobudur
Arsitektur Jawa adalah bentuk bangunan khas yang dirancang oleh orang Jawa untuk berbagai
fungsi. Diantaranya adalah rumah Jawa atau Joglo yang sangat unik bentuknya. Bentuk bangunan
Jawa sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, Buddha dan Islam. Arsitektur Jawa juga
mengadaptasi bentuk bangunan Tionghoa, Belanda dan Arab. Sejak dahulu orang Jawa sudah
pandai dalam membuat arsitektur hal ini terbukti dengan ditemukannya sejumlah candi
monumental di Jawa seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bahkan Jateng-DIY dan
Jatim tercatat sebagai wilayah di Indonesia yang terbanyak memiliki candi dengan lebih dari 50
buah candi. Di Jawa juga banyak terdapat masjid yang merupakan akulturasi budaya Hindu dan
Islam seperti Masjid Agung Demak.
Terakota Majapahit
Terakota Majapahit adalah kerajinan tanah liat era Majapahit. Seni Terakota adalah satu karakter
budaya pada masa Majapahit yang cukup terkenal dan banyak ditemukan. Hasil seni ini berupa
arca, bak air, jambangan, vas bunga, hiasan atap rumah, genteng, dinding sumur (jobong), kendi,
atau celengan. Pada era Majapahit pengetahuan tentang pembuatan barang-barang dari tanah liat
bakar dengan prinsip yaitu membuat bentuk atau model dari tanah liat, mengeringkan di bawah
sinar matahari, dan membakarnya dalam apI.
Kapal Jung
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kapal Jung
Kapal Jung
Hasil budaya teknologi Jawa lainnya adalah Kapal Jung yaitu sebuah kapal layar tradisional yang
digunakan oleh orang Jawa pada zaman kerajaan dahulu. Dalam relief candi Borobudur terdapat
penggambaran kapal Jung. Lambung kapal Jung dibentuk dengan menyambungkan papan-papan
pada lunas kapal. Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut,
atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua
batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jung yang disebut
sebagai kapal Borobudur ini telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di
bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8,
peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau
empat layar sebagai Jung. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi. Istilah
jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibn
Battuta [20] yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji kehebatan kapal Jawa
berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh
berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan
paku.
Pendidikan Pendidikan menempati arti sangat penting bagi orang Jawa. Bahkan bapak pendidikan
Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara adalah orang Jawa dan dia adalah pelopor pendidikan
Indonesia. School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA sekolah kedokteran pertama di
Indonesia adalah pendidikan modern pertama bagi orang Indonesia termasuk orang Jawa. Di masa
modern pendidikan tetap menempati peran penting bagi orang Jawa. Bahkan dalam Peringkat
universitas di Indonesia menurut Webometrics tercatat 30 perguruan tinggi dari Jateng-DIY dan
Jatim termasuk 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Bahkan dalam Olimpiade Sains Nasional
yang merupakan kompetisi bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di
Indonesia tercatat dimenangkan oleh hanya 2 provinsi yaitu DKI Jakarta 4 kali pada tahun 2004,
2005, 2009, 2010 dan Jawa Tengah 8 kali pada tahun 2002, 2003, 2006, 2007, 2008, 2011, 2012,
2013.[21][22][23]
Kalender
Kalender Jawa
Simbol siklus pasaran dalam kalender jawa
Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang merupakan perpaduan antara budaya Islam, budaya
Hindu-Buddha Jawa dan budaya Eropa. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang dipakai ada
dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang kita kenal sekarang, dan siklus pekan
pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha
keras menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan
dekrit untuk mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram
menggunakan sistem kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun
Hijriyah (saat itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini dilakukan
demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka, diteruskan
menjadi tahun 1547 Jawa. Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah kerajaan Mataram II
yaitu seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan).
Kesenian
Seni Tradisional Jawa
Bambangan Cakil
Barongan (Dadak merak)
Seni Tradisional Jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari Pulau Jawa, Indonesia.
Beberapa contoh dari seni tradisional jawa antara lain tari gambyong. Kesenian tradisional dari
Jawa ada berbagai macam, tetapi secara umum dalam satu akar budaya kesenian Jawa ada 3
kelompok besar yaitu Banyumasan (Ebeg), Jawa Tengah dan Jawa Timur (Ludruk dan Reog).
Tari
Tari Angguk dari Yogyakarta
Tari Bambangan Cakil dari Jawa Tengah
Tari Ebeg dari Banyumas
Tari Emprak dari Jawa Tengah
Tari Gandrung dari Banyuwangi
Tari Golek Menak dari Yogyakarta
Tari Kridhajati dari Jepara
Tari Kuda Lumping dari Jawa Tengah
Tari Reog dari Jawa Timur
Tari Remo dari Jawa Timur
Tari Sintren dari Jawa Tengah
Musik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Langgam Jawa
Langgam Jawa merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam musik tradisional Jawa,
khususnya gamelan. Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, Ki Narto Sabdo
dan Waljinah.
Silat
Lambang Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri
Ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan
anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari
Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan
Thailand [24]. Silat Jawa lainnya adalah Perisai Diri yang didirikan oleh almarhum RM
Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Teknik silat Perisai
Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah
dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. SilatPersaudaraan Setia hati
terataiyang di dirikan oleh Ki Hajar Harjo Utomo dan berawal dibentuk oleh Ki Ngabehi
Surodiwirjo persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”,
sedangkan permainan pencak silatnya dahulu disebut “Djojo Gendilo”, Merpati Putih dan
silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga diciptakan oleh orang Jawa. Keempat seni
silat ini sudah tersebar ke Amerika dan Eropa.
Lambang Persaudaraan Setia Hati Teratai
Masakan
Masakan Jawa
Nasi rawon empal kisi, Banyuwangi, Jawa Timur
Budaya petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai produsen beras terbesar di
Indonesia. Jawa Timur dan Jawa Tengah penyumbang beras terbesar di Indonesia yaitu Jawa
Timur 31,27%, Jawa Tengah 23,79%, Jawa Barat 15,19%, Sulawesi Selatan 10,10% dan Nusa
Tenggara Barat 4,6%.[25] Produksi Bawang merah Jawa mencapai 68% produksi nasional
Indonesia.[26] Selain sebagai produsen beras dan bawang terbesar Jateng dan Jatim juga
menghasilkan aneka ragam masakan. Masakan Jawa adalah masakan khas yang berasal dari pulau
Jawa, kecuali Jawa Barat yang mempunyai kekhasan khusus sebagai Masakan Sunda. Masakan
Jawa tersedia di Warung Tegal. Masakan Jawa tempe menjadi masakan internasional dan menjadi
satu satunya masakan Indonesia yang tidak terpengaruh oleh masakan Tionghoa, masakan India,
atau masakan Arab
JAVA CULTURE
Javanese culture is a culture derived from Java and embraced by the Java
community, especially in Central Java, Yogyakarta and East Java. Javanese
culture can be broadly divided into 3 Banyumasan culture, the culture of Central
Java-Yogyakarta and East Java culture. Javanese culture prioritizes balance,
harmony and harmony in their daily lives. Javanese culture upholds the modesty
and simplicity. Javanese culture besides found in Central Java, Yogyakarta and
East Java are also in the colony of Java, Jakarta, Sumatra and Suriname. Even
Javanese culture including one of the cultures in Indonesia, the most widely
popular abroad. Some Javanese culture that overseas demand is Puppet, Keris,
Batik, Kebaya and Gamelan. In Malaysia and the Philippines, the technical term
for the influence of Majapahit keris NGO hometown of Yogyakarta, which uses
puppets teenager is the first Asian NGO that received awards from the art of the
United States in 2011 Javanese Gamelan become compulsory subject in the US,
Singapore and New Zealand Javanese Gamelan routinely held in the US and
Europe at the request of US and European citizens. Javanese literature
Negarakretagama be the only Indonesian literature that is recognized by UNESCO
as a World Memory. According to Professor of Archaeology South East Asia
National University of Singapore, John N. Miksic Majapahit power range includes
Sumatra and Singapore, even Thailand as evidenced by the influence of culture,
style buildings, temples, statues and art. In fact, many countries in the world,
especially America and Europe call Java coffee identical. Javanese culture is
unique because the split-level Java language into several levels namely Ngoko,
Associate Krama. Some argue identical Javanese feudal culture and syncretic.
Opinion was not appropriate because the feudal culture in all countries including
Europe. Javanese culture respect all religions and plurality so assessed syncretic
by a particular culture, which only recognizes one particular religious and
sectarian.
Agama
Demak Great Mosque , believed to be one of the trustees gathering place earliest .
Javanese culture also produces its own religion that is Kejawen . Kejawen
contains about art , culture , tradition , ritual , attitude and philosophy of the
people of Java. Kejawen also has a meaning spiritualistis or spiritualistis
Javanese . But the majority of Javanese now embraced Islam and a minority of
people of Java are Christian or Catholic . The religion of ancient Javanese Hindu ,
Buddhist and Javanese . Even Javanese spread the Hindu and Buddhist with a
number of Javanese Hindu-Buddhist kingdoms that role . The Javanese also
spread the religion of Islam and Christianity or Catholicism in Indonesia . The
Javanese is unique for being the only tribe in Indonesia who was instrumental in
spreading the five major religions . A US researcher Clifford Geertz never even
examined the Javanese and Javanese split into three major categories , namely :
Abangan , Priyayi and Pupils .
Javanese literature
Raden Panji Asmarabangun lost looking for his wife, Dewi Sekartaji.
Literary History of Java starting with an inscription found in Sukabumi
(Sukobumi), Pare, Kediri, East Java. Inscription is commonly called by the name
of Sukabumi inscription is dated March 25 year 804 AD. The contents written in
Old Javanese. After Sukabumi inscription, found another inscription from the year
856 AD which contains a poem called kakawin. Incomplete kakawin this is the
oldest poem in Javanese (Kuna).
Javanese literary history is divided into four periods:
• Old Javanese Literature
• Middle Javanese Literature
• New Java Literature
• Modern Javanese Literature
Java language is first written in a script derived Pallawa originating from South
India. This script is the forerunner to modern Java script or hanacaraka which is
still used today. With the development of Islam in the 15th century and into the
16th, Arabic is also used to write Java language; This letter is called by the name
of the letter pegon. When Europeans colonized Indonesia, including Java, the
Latin alphabet was used to write the Java language. Java fairy tale like story
banner was also known and staged in Thailand and the Philippines. [18] Many
Javanese literature that is in Europe, especially the Netherlands there is even a
Dutch college literature courses open Java as the University of Leiden. Some
kakawin written by poet Java adaptation of a work of India or Java stories are:
Majapahit gold ornaments Sutasoma and Kalmasapada
• Kakawin Sutasoma (being the motto Unity in Diversity)
• Kakawin Nagarakretagama
• Kakawin Smaradahana
• Kakawin Ramayana
• Kakawin Smaradahana
• Kakawin Arjunawiwaha
• Kakawin Kresnayana
• Kakawin Bhāratayuddha
Language
The main article for this section are: Javanese
Java language is the language used Java tribes resident in Central Java,
Yogyakarta and East Java. In addition, the Java language is also used by people
living in some other areas such as the city of Serang Banten especially, Serang
district, city and county Cilegon Tangerang, West Java, especially northern Coast
region stretching from the northern coast of Karawang, Subang, Indramayu,
Cirebon city and county Cirebon. Areas located outside Java Java language
speakers, namely: Lampung (61.9%), Jakarta (35%), North Sumatra (32.6%), East
Kalimantan (29.5%), Edinburgh (27.6%) , South Sumatra (27%), 25% Riau, Aceh
(15.87%), known as Aneuk Jawoe. Java language speakers are also found in large
numbers in Suriname, which reached 15% of the population as a whole, then in
New Caledonia even to the region Aruba and Curacao and the Netherlands. A
small portion even spread to the region of French Guiana and Venezuela. Sending
workers to Korea, Hong Kong, and some Middle Eastern countries also extend the
area of language users is spread though not yet certain sustainability.
kingdom
Keris Java (right ) with the sheath ( sheath ) .
Many kingdoms that once stood in Java also contributed to the cultural diversity
in Java . Javanese royal mengusai many other areas including Malaysia and the
Philippines has contributed to the spread of the culture of the keris in Indonesia
and Asia . Empire that once stood in Java include.
Hindu kingdom / Buddha
• Kalingga Kingdom
• Kingdom of Kanjuruhan
• Hindu Mataram Kingdom
• Kingdom of Kahuripan
• Kingdom of Janggala
• Kadiri Kingdom (1042 - 1222)
• Singasari Empire (1222-1292)
• Majapahit kingdom (1292-1527)
slamic empire
Exhibition Kraton Yogyakarta
• Demak Sultanate (1475-1548)
• Sultanate of Mataram (1588-1681
Modern Javanese kingdom
• Surakarta
• Yogyakarta Sultanate
• Pakualaman
• Praja Mangkunagaran
Technology
Architecture
List of the temple in Indonesia
Borobudur Stupa
Java architecture is a form of typical buildings designed by the Javanese for
various functions. Among them are the home of Java or Joglo very unique shape.
Java building form is strongly influenced by Hinduism, Buddhism and Islam. Java
architecture also adapt the shape of the building of Chinese, Dutch and Arabic.
Since ancient Javanese people already versed in making architecture it is proved
by the discovery of a number of monumental temples in Java such as Borobudur
and Prambanan. Even the Central Java-Yogyakarta and East Java in Indonesia
was recorded as the highest region has temples with more than 50 temples. In
Java, there are also many mosques which are the Hindu and Islamic acculturation
as the Great Mosque of Demak.
Terracotta Majapahit
Majapahit is terracotta clay craft Majapahit era. Terracotta art is a cultural
character during the Majapahit is very well known and widely found. Results of
this art in the form of statues, tubs, urns, vases, ornaments roofs, tile, wall wells
(prostitute), jugs, or piggy bank. In the Majapahit era of knowledge about the
manufacture of goods of baked clay with the principle of making the shape or
model of clay, drying in the sun, and burn it in the fire.
Jung ship
Ship Jung
Jung ship
Results of other Java technology culture is ship Jung is a traditional sailing ship
used by the ancient Javanese royal era. In the reliefs of Borobudur there are
depictions of the ship Jung. Jung hull formed by connecting the boards on the
keel. Then connected on wooden pegs without using a frame, bolts, or iron nails.
The tip of the bow and stern of the ship-shaped taper. This ship is equipped with
two steering rods resembling oars, and rectangular screen. Jung ship called the
Borobudur ship have played a big role in all affairs of the Javanese in the field of
shipping, for hundreds of hundred years before the 13th century. By the early 8th
century, the role of the Borobudur ship shifted by ships of the larger Java, with
three or four screens as Jung. Portuguese sailors call Juncos, Italian sailors call
zonchi. The term was first used jung in Odrico Abbot travel records, Jonhan de
Marignolli, and Ibn Battuta [20] which sailed to the archipelago, the beginning of
the 14th century they praised the greatness of Java giant ship as the ruler of the
Southeast Asian sea. Jung-making technology is not much different from the
Borobudur ship construction; the entire hull was built without using nails.
Education
Education occupies a very important meaning for the Javanese. Even the father of
education in Indonesia, namely Ki Hadjar Dewantara is Javanese and he was a
pioneer of education in Indonesia. Stovia or STOVIA first medical school in
Indonesia is the first modern education for the people of Indonesia including Java.
In the modern era of education still occupies an important role for the Javanese.
Even in ranking universities in Indonesia according to Webometrics recorded 30
universities of Central Java-Yogyakarta and East Java, including the 50 best
universities in Indonesia. Even in the National Science Olympiad is a science
competition for students in elementary, junior high, and high school in Indonesia
was won by only two provinces, namely Jakarta 4 times in 2004, 2005, 2009,
2010 and Central Java 8 times in the year 2002, 2003, 2006, 2007, 2008, 2011,
2012, 2013.
Calendar
Java Calendar
The symbol of the market cycle in the calendar of Java
Javanese calendar is a calendar that is a blend of Islamic culture, Hindu-Buddhist
Javanese culture and European culture. In the Javanese calendar system, the cycle
used is twofold: weekly cycle consisting of seven days as we know it today, and
pancawara week cycle consisting of 5 days the market. In 1625 AD, Sultan Agung
who strive to spread Islam in Java within the framework of Mataram issued a
decree to change the Saka calendar. Since that time the Java version of Mataram
calendar using lunar or lunar calendar system, but do not use numbers from the
Hegira (when the year 1035 H). Saka year figures are retained and passed on. This
is done for the sake of the principle of sustainability. So at the time that was in
1547 Saka, 1547 passed into Java. Sultan Agung decree applies in all regions of
the kingdom of Mataram II on the entire island of Java and Madura except
Bantam, Batavia and Banyuwangi (Blambangan).
art
Traditional art Java
Bambangan Cakil
Barongan ( sudden peacock )
Traditional Javanese art is artwork created and originated from Java , Indonesia .
Some examples of traditional arts of Java include dance gambyong . Traditional
arts of Java, there are various kinds , but in general in the cultural roots of
Javanese art there are three major groups namely Banyumasan ( Ebeg ) , Central
Java and East Java ( Ludruk and reog ) .
Dance
• Dance Angguk of Yogyakarta
• Bambangan Cakil Dance of Central Java
• Dance Ebeg of Banyumas
• Dance Emprak of Central Java
• Dance Gandrung of Banyuwangi
• Dance Golek Menak of Yogyakarta
• Dance Kridhajati from Jepara
• Dance Kuda Lumping of Central Java
• Dance reog of East Java
• Remo dance from East Java
• Dance Sintren of Central Java
Music
The main article for this section are: Java Langgam
Java style is a form of adaptation keroncong into Javanese traditional music,
especially the gamelan. This musical luminaries among Andjar Any, Gesang, Ki
Narto Sabdo and Waljinah.
Silat
Family emblem National Silat Indonesia Shield
• There is a martial college named Kali Majapahit from the Philippines with
members from Asia and the Americas. Silat Kali Majapahit's claim is rooted in the
ancient Majapahit kingdom called mastering the Philippines, Singapore, Malaysia
and Thailand [24]. Another Javanese Silat Shield founded by the late RM
Soebandiman Dirdjoatmodjo, son of a nobleman palace Paku Alam. Shield silat
techniques contains elements of martial arts stream 156 from various regions in
Indonesia coupled with the flow of Shaolin (Siauw Liem) of the country of China.
Faithful SilatPersaudaraan heart terataiyang founded by Ki Hajar Harjo Utomo
and begins formed by Ki Ngabehi Surodiwirjo fraternity whose family members
called "Single Sedulur Ketjer", while the game Pencak silat formerly called
"Djojo Gendilo", Merpati Putih and martial Holy Footprint Son Muhammadiyah
also created by the Javanese. Fourth this martial art has spread to America and
Europe.
• Coat Faithful Heart Lotus Brotherhood
Cuisine
Cuisine of Java
Rice rawon empal lattice, Banyuwangi, East Java
Cultural farmers in Central Java and East Java is known as the largest rice
producer in Indonesia. East Java and Central Java, Indonesia's largest rice
contributor: East Java 31.27%, 23.79%, Central Java, West Java, 15.19%, 10.10%
South Sulawesi and West Nusa Tenggara 4.6%. [25] Onion production Java
reached 68% of Indonesia's production. [26] In addition to being the largest
producer of rice and onions Central and East Java also produces a variety of
cuisines. Java cuisine is typical dishes originating from the island of Java, except
West Java that has a special distinctiveness as Sundanese cuisine. Java cuisine is
available at Warung Tegal. Java cuisine tempeh into international cuisine and
became the only Indonesian cuisine that is not affected by Chinese cuisine, Indian
cuisine, or Arabic cuisine.
Gudeg
Lumpia
Bakpia
Nopia
Opor Ayam
Soto Bangkong
Soto Sokaraja
Soto Jepara
Soto Kudus
Soto Kediri
Soto Lamongan
Soto Ayam Ambengan
Wedang jahe
Tengkleng
Tongseng
Nasi Pecel
Nasi Liwet
Nasi krawu
Nasi Kucing
Nasi Langgi
Nasi lengko
Nasi Bogana
Nasi Megono
Nasi Gandul
Nasi pindang
Sayur Lodeh
Tumpeng
Mie Rebus
Mie ongklok
Mie kopyok
Horok-Horok
Garang Asem
Sate Ambal
Sate tegal
Sate Ponorogo
Bandeng presto
Lentog
Jenang Kudus
Getuk trio
Getuk goreng
Getuk pisang
dawet ayu
Dawet Ireng
timlo Solo
Krecek
teh poci
Tahu gimbal
Tahu campur
Nasi Grombyang
Rujak Petis
Rambak petis
Onde-onde
Lontong Balap
Kupang Lontong
Bothok
Gado Gado
Wingko babat
Rujak Sot
Tahu Tek
Tahu campur lamongan
Tempe Penyet
Mendoan
Pindang Serani
Pecak lele
Mangut lele
Urap
Rawon
Pecel
Rujak cingur
top related