buku praktikum 1-6 rl new
Post on 01-Dec-2015
348 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
PRAKTIKUM 1
Karakteristik Transistor
A. Tujuan
1. Mahasiswa mengerti struktur dan simbol pada transistor
2. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari transistor
3. Mahasiswa mempelajari untuk menentukan kualitas dari transistor dengan
menggunakan instrumen
B. Dasar Teori
(1) Struktur dan karakteristik dari transistor
1. Struktur dari transistor
Sebuah transistor dapat dibedakan dalam 2 tipe utama – tipe PNP dan NPN .
Struktur diagramnya ditunjukkan pada gambar 5.1(a)(b). E(Emittor), B(Basis) dan
C(Colector) berturut – turut di gambarkan dalam tiga sambungan transistor.
Gambar 5.2 (a) (b) (c) (d) Metode Bias untuk Transistor NPN
Gambar 5.3 Metode Bias untuk Transistor PNP
2. Karakteristik dari transistor
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 1
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.2(a). Jika forward bias (P dan N terhubung
pada muatan kutub positif dan negatif) diaplikasikan pada jarak lintas sambungan dari E – B
jadi Vbe akan mencapai tegangan cut – in (0.6 v untuk silikon, dan 0.2v untuk germanium),
sebuah arus forward Ib akan dibangkitkan diantara E-B . Seperti ditunjukkan pada gambar
5.2(b), jika reverse bias (P dan N terhubung pada muatan kutub negatif dan positif )
diaplikasikan pada sambungan E-B , tidak ada arus yang akan mengalir melewati B – C
(sebuah kebocoran arus reverse sangat kecil jadi dapat diabaikan), dan arus Ic yang mengalir
melewati C tidak memiliki nilai . Jika 5.2(a)( b) digabungkan seperti gambar 5.2(c) atau (d) ,
meskipun keaslian reverse bias antara B – C (seperti ditunjukkan pada gambar 5.2(d), Vcb =
Vcc – Vbe , Vcc >> Vbe, Vcb juga merupakan bias pembalikan ), sebuah arus Ic yang
signifikan akan dibangkitkan yang disebabkan oleh konduksi forward dari Vbe. Persamaan Ic
= β Ib (β adalah faktor penguatan arus) menggambarkan hubungan antar Ic dan Ib .
Mengapa Ib memiliki nilai yang jauh lebih kecil dari Ic? Karena basis dari transistor sangat
sempit dan sangat rendah dari pembersihan muatan kotor . Vbe akan membawa elektron
pada E (tipe NPN) untuk memasuki B . B sangatlah sempit hanya bagian kecil dari elektron
mengkombinasi dengan lubang dan akan menuju ke arah B , sedangkan sebagian besar
elektron akan menuju kearah persilangan B-C. Ini merupakan fenomena pada dengan
tegangan yang lebih tinggi (Vbc atau Vcc) diaplikasikan dalam C yang akan membangkitkan
kwantitas yang signifikan dari Ic. Seperti pada gambar 5.2 (c) (d) , kita dapat melihat bahwa
Ie = Ib+Ic . Dengan cara sama , jika bias ditunjukkan pada gambar 5.3 yang diaplikasikan
pada PNP transistor , transistor ini akan berfungsi seperti transistor NPN . Hubungan antar Ie
, Ib dan Ic :
1. Ic = βIb , 2. Ie = Ib +Ic
Persimpangan Persimpangan
Emittor Kolektor
E C
Emittor Kolektor
B
Basis
(a)
E C
B
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 2
PNP
NPN
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Simbol dan Rangkaian Dasar Transistor
1) Simbol :
Gambar 5.4 Simbol dari Transistor
Gambar 5.4 menunjukkan simbol dari transistor yang memiliki beberapa arti :
1) Digunakan untuk membedakan antara NPN dan PNP , dimana anak panah yang
menunjukkan arah keluar menunjukkan bahwa transistor tipe NPN , dan anak
panah yang menuju kedalam menunjukkan bahwa transistor tipe PNP.
2) E memiliki panah , tetapi C tidak memiliki panah.
3) Panah digunakan untuk menunujukkan arah arus.
2) Rangkaian Dasar
Bias dasar dan arah arus dari tipe NPN dan PNP ditunjukkan pada gambar 5.5 (a)
dan (b).
Gambar 5.5
3) Kurva karakteristik V-I dari transistor
Transistor memiliki dua V –I kurva karakteristik:
1) Input kurva karakteristik : digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara
Vbe dan Ib
2) Output kurva karakteristik : digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara
Ib, Vce dan Ic.
- Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.6 , ketika Vbe melebihi 0.6v , Ib akan
menunjukkan kenaikan arus .
- Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.7,1. Ib = 0µA , Ic = 0
2. Ib = 10µA ,Ic = mA(Vce = 15v)
(a) Karakteristik Kurva input (b) Karakteristik Kurva Output
Gambar 5.6 Gambar 5.7
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 3
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
C. Peralatan
(1) KL – 200 Linear Circuit Lab.
(2) Module Percobaan: KL – 23002.
(3) Instrumen Percobaan : 1. Multimeter atau digital multimeter .
2. Oscilloscope.
3. Signal Generator.
(4) Alat : Basic hand tolls.
(5) Materi : KL – 23002.
D. Prosedur Percobaan
Percobaan Pertama (5-1): Percobaan untuk karakteristik dari transistor – pengukuran
Ie,Ib dan Ic.
5-1-1
5-1-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Pertama siapkan module KL – 23002 pada KL 200 Linear Circuit Lab , kemudian letakkan
pada blok bertanda 23001 – block a.
(2) a. Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-1(a) dan rangkaian
pendek jepitan atur seperti diagram 23002 – block a.1.
b. Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib , Ic dan Ie . Jika ammeter tidak cukup
tersedia , maka ammeter yang belum mengukur dapat dihubungkan pada rangkaian
pendek jepitan.
c. Atur VR3 (VR 10K) sampai Ic = 3mA dan Ic bernilai maksimum (Ic(sat)).
d. Lihat Ib , Ic dan Ie , kemudian catat hasilnya
5-1-1-2 Hasil Percobaan : Catat Pada Tabel 5 -1 .
Gambar 5 -1 (a) Gambar 23002-block a.1
Ic Ib Ie β = Ic/Ib
3mA
Ic(sat)
Tabel 5 -1
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 4
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan kedua(5-2) : Percobaan untuk karakteristik dari transistor NPN.
5-2-1 Pengukuran untuk Ie , Ib dan Ic
5-2-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-2 (a) dan diagram
rangkaian pendek jepitan 23002 – blok a.2.
(2) Ulangi percobaan pertama , langkah (2) b,c dan d.
5-2-2 Pengukuran dan pembuatan kurva karakteristik transistor
5-2-2-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-2 (b) dan diagram
rangkaian pendek jepitan 23002 – blok a.3
(2) Atur VR2 (VR10K) hingga Ib = 0µA
(3) Atur VR1(VR1K) hingga Vce bernilai 0.1 v -> 0.3 v -> 0.5v->0.7v->1.0v->2.0v ---- -------
>3.0>4.0->5.0 , dan akan secepatnya bernilai sama dengan Vcc. Catat setiap nilai dari IC
pada tabel 5-3 (b) (g) .
(4) Atur VR2 untuk hingga Ib memiliki nilai seperti pada Tabel 5-3(b) (g), kemudian ulangi
langkah (3) untuk mengukur Vce dan Ic . Catat hasil dari Tabel 5 – 3 (b) (g).
(5) Seperti kurva karakteristik output , menggunakan data yang ditunjukkan pada Tabel 5-3
buatlah kurva karakteristik pada gambar 5 -3.
Gambar 5 – 2(a) Gambar 23002 blok a.2.
Ic Ib Ie β =Ic/Ib3mA
Ic(sat)Tabel 5-2
Gambar 23002 – block a.3 Gambar 5-2(b)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 5
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
a) Ib = 0µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
b) Ib=10µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
c) Ib = 20µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
d) Ib = 30µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
e) Ib = 40µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
f) Ib = 50µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
g) Ib = 60µA
Vce(v) 0.1v 0.2v 0.3v 0.5v 0.7v 1.0v 3v 5v ----Ic(mA)
Tabel 5 -3
Gambar 5-3 Pembuatan Vce – Kurva Ic
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 6
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
PRAKTIKUM 2
Rangkaian Amplifier Pada Transistor
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dasar dari rangkaian amplifier (penguat)
2. Mahasiswa mampu memahami maksud dari tiga jenis yang digunakan pada transistor
3. Mahasiswa mampu memahami penggunaan transistor
B. Dasar teori
1. Istilah Baru :
a. Penguat CE : CE adalah singkatan dari common emitter. Rangkaiannya disebut
rangkaian penguat common-emitter.
b. Penguat CC : CC adalah singkatan dari common collector. Rangkaiannya disebut
rangkaian penguat common-collector.
c. Penguat CB : CB adalah singkatan dari common base. Rangkaiannya disebut
rangkaian penguat common-base.
d. Saturasi
Ketika arus input (Ib) dari transistor naik tetapi arus output tidak naik, CE pada
transistor menjadi mirip dengan rangkaian tertutup. Nilai dari Ic akan ditentukan oleh
Vcc dan hambatan rangkaian output.
e. Cutoff
Arus input pada transistor adalah nol, arus outputnya juga nol. Dengan kata lain, dua
terminal dari CE tidak bekerja, dan menjadi mirip dengan rangkaian terbuka.
f. Region Aktif
Penggunaan dari transistor bukan di daerah saturasi maupun daerah cutoff.
g. Bias DC
Tegangan atau arus DC dibutuhkan untuk transistor untuk operasi saturasi, cutoff,
dan daerah aktif.
h. hfe : Faktor penguat arus pada pengaturan CE (sinyal rendah)
i. hfb : Faktor penguat arus pada pengaturan CB (sinyal rendah)
j. hie : Impedansi pada CE
k. hib : Impedansi pada CB
l. hre : Rasio tegangan reverse pada CE
m. hrb : Rasio tegangan reverse pada CB
n. hoe : Alih-hantaran output pada CE
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 7
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
o. hob : Alih-hantaran output pada CB
2. Prinsip Dasar :
Tergantung pada status grounding, pada rangkaian penguatan dasar pada transistor
dapat dikelompokkan menjadi tiga konfigurasi berikut :
a) Penguat CE b) Penguat CC c) Penguat CB
Di antara ketiganya konfigurasi CE adalah yang paling sering digunakan dan akan
ditunjukkan berikut ini :
1) Penguat CE
Rangkaian dasar pada penguat CE ditampilkan pada gambar 6.1, dimana di gambar itu
sinyal input dan output memiliki E yang sama. Dengan kata lain, E digunakan sebagai titik
common yang biasanya disebut “ground”, dan diekspresikan sebagai or. E ini sebenarnya
digunakan sebagai common terminal pada rangkaian, dan berbeda dari “ground” pada
rangkaian listrik. Pada rangkaian sesungguhnya, keberadaan dari Vbb dan Vcc tidak
ekonomis dan tidak praktis. Satu power supply Vcc biasanya disediakan untuk Ib dan Ic.
Sebuah rangkaian khusus ditampilkan pada gambar 6.2.
Gambar 6.1 Susunan bias dari konfigurasi CE Gambar 6.2 Susunan bias konfigurasi CE
menggunakan Single Power Supply
1) Susunan bias pada penguatan CE :
1.1. Rangkaian bias tetap
1.2. Rangkaian Bias DC indepeden terhadap nilai β (juga disebut self-bias)
Untuk meningkatkan stabilitas pada rangkaian, rangkaian bias di atas telah
ditingkatkan menjadi : rangkaian bias fix dengan hambatan emitter; rangkaian bias
dan collector-feedback. Prinsip dasar untuk susunan bias pada umumnya
ditunjukkan sebagai berikut :
A. Rangkaian Bias Fix (Tetap)
a. Cari garis beban DC (bias DC). Seperti pada gambar 6.2, dimana β = 50, dan
(1) Ib = Vcc−Vbe
Rs = 10V – 0,6V100K
= 9,4V100K
= 100µA
(2) Ic = β Ib = 50 x 100 µA = 5000 µA = 5 mA
(3) Vvce = Vcc –IcRc = 10 V – 5 mA . 1K Ω = 5 V
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 8
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Hasil perhitungan di atas dapat ditampilkan dalam kurva karakte-ristik output seperti
berikut :
Garis yang terhubung antara koordinat (0,Vcc/Rc) dan (Vcc,0) disebut garis beban.
Gambar 6.3
(1) Q: adalah titik kerja
(2) Ketika transistor pada rangkaian ini mengalami saturasi, maka Ic = Vcc / Rc dan Vce = 0
(titik A). Ketika transistor pada kondisi cut-off maka Ic = 0 dan Vce = 12V = Vcc (titik B)
(3) Titik kerja pada rangkaian ini di-set pada Ic = 5,7 mA dan Vce = 6,3 V. Lalu, transistor
bekerja pada region aktif.
b. Keadaan kerja dengan sinyal input AC
1)Dari garis beban DC kita dapat mencari nilai maksimum Vo (= Vce) yaitu sama dengan Vcc
(= 12V), dan nilai minimum Vo adalah 0V, dengan variasi antara 0 – 12V. Dengan kata
lain, variasi dari Vo (ΔVo) ada di antara 0V dan 12V, terlepas dari variasi sinyal input.
2)Seperti pada gambar 6.2, Rc = 1KΩ, Rb = 100KΩ, β pada transistor = 50, lalu arus AC 50µA
dialirkan ke terminal input. Seperti pada gambar 6.3, setelah garis beban DC ditentukan,
kita dapat mengetahui bahwa Ib pada titik Q adalah 100µA. Variasi pada arus input ada
di antara 50µA dan 150µA.
Jika Ib = 50µA,
Ic = β x Ib = 50 x 50µA = 2,5mA
Vce = Vcc – Ic x Rc = 10V – 2,5mA x 1KΩ = 7,5V
Jika Ib = 150µA,
Ic = β x Ib = 50 x 150µA = 7,5mA
Vce = Vcc – Ic x Rc = 10V – 7,5mA x 1KΩ = 2,5V
Relasi antara Vo (Vce) dan Ic yang berhubungan dengan Ib ditampilkan pada gambar 6.4
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 9
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6.4 Relasi antara Vo (Vce) dan hubungan Ic dengan Ib
c. Efek bias DC (titik Q) pada rangkaian penguat
a) Rangkaian bias DC pada rangkaian transistor dirancang sesuai dengan kelas penguatan
(kelas A, B, AB, dan C) pada transistor. Letak titik Q pada tiap kelas penguatan secara
berurutan ditampilkan pada gambar 6.5
Gambar 6.5 (a) dan (b) Ciri Kurva Input dan operasi titik
Di antaranya,
Kelas A : Titik kerja terletak di bagian titik tengah garis lurus pada kurva karakteristik
Kelas B : Titik kerja terletak di titik cut-off dimana Vbe = 0
Kelas C : Titik kerja terletak di bawah titik cut-off, dan Vbe negatif
Kelas AB : Titik kerja terletak di antara Kelas A dan Kelas B
a) Letak dari titik kerja akan menentukan nilai maksimum tegangan output. Titik kerja
sebaiknya dirancang menyesuaikan dengan kekuatan sinyal input Ib, seperti pada
gambar 6.6. Pada gambar 6.6, ditampilkan :
(a) Untuk rangkaian dengan sinyal input lebih besar, titik kerja sebaiknya dirancang di
titik tengah pada garis beban (Vce = ½ Vcc) seperti pada gambar 6.6(a)
(b) Jika sinyal input lebih kecil, titik kerja dapat dirancang pada bagian atas seperti pada
gambar 6.6(b), atau bagian bawah seperti pada gambar 6.6(c).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 10
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(c) Jika titik kerja tidak dirancang pada titik tengah garis beban, gelombang output akan
membuat distorsi seperti yang terlihat pada gambar 6.7(a) atau (b) ketika sinyal input
lebih besar, dimana puncaknya akan terpotong saat distorsi ini.
(d) Walaupun titik kerja dirancang pada titik tengah garis beban, distorsi yang memotong
kedua puncak setengah-gelombang positif dan negatif akan terjadi seperti pada
gambar 6.8 ketika sinyal input sangat tinggi. Satu-satunya cara untuk menghi-langkan
distorsi dengan menaikkan Vcc, dapat dilihat pada gambar 6.8.
Maksimum Vop = 1/2 Vcc
(a) Kemungkinan Vo maksimum
Gambar 6.6
(a) Distorsi yang disebabkan oleh cut off (b) Distorsi yang disebabkan oleh saturasi
Gambar 6.7 Distorsi yang disebabkan oleh operating point yang tidak memadai
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 11
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6.8 Distorsi yang diakibatkan oleh input tegangan yang terlalu banyak
d. Kekurangan pada rangkaian bias tetap
Titik operasi ( Vce, Ic) dari rangkaian bias tetap akan tergantung pada besaran β ( Ic = βxIb,
Vce = Vcc-Ic.Rc). Besaran β akan bervariasi jika transistornya berbeda. Jika perbedaan
transistor digunakan (walaupun tipe nomer transistor mungkin sama dan di produksi oleh
pabrik yang sama juga, nilai β tiap transistor tidak mungkin sama), lokasi titik operasi
mungkin bervariasi disebabkan oleh perbedaan nilai β.
Status operasi rangkaian secara keseleruhan tidak akan sesuai dengan desain asli.
Selanjutnya, gelombang output akan di distorsi, dan arus yang diam akan lebih lebar, yang
mungkin transistor menjadi terbakar.
B. Rangkaian bias DC independen dari nilai β
Setelah desain rangkaian telah lengkap, daerah operasi akan tetap dan tidak akan bergeser
akibat perbedaan nilai β. Seperti rangkaian ini mempunyai karakteristik secara otomatis
mengunci titik operasi, rangkaian ini juga sering disebut “self-bias circuit”
Contoh : Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.9 menyelidiki Ic, Vce
Gambar 6.9
Solusi :
Rangkaian setara Gambar 6.9 ditunjukkan dalam Gambar 6.10
Gambar 6.10
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 12
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Menurut Teorema Thevenin,
Vbb=Vcc ×Rb2
Rb1+Rb2=12V ×
10K47K +10K
=2.1V
Menurut Teorema Thevenin,
Vbb=Vcc ×Rb2
Rb1+Rb2=12V ×
10K47K +10K
=2.1V
Rbb=Rb1 ∕ ∕ Rb2= Rb2× Rb2Rb1+Rb2
=47K ×10K47K +10K
=8.2K Ω
Dari Gambar 6.10, kita dapat memperoleh
Vbb = Ib x Rbb + Vbe + Ie x Re
= Ib x Rbb +Vbe+Ib(1 + β) Re
= Ib (Rbb + (1 + β) Re) + Vbe
∴ Ib= Vbb−VbeRbb+(1+β ) ℜ
= 2.1−0.68.2K +(1+100 )1K
=0.0138mA
Q Ic=β × Ib≒ Ie=200×0.013mA=1.38mAVce=Vcc−Ic ( Rc+ℜ )=12V−1.38mA (4.7K+1K )=12−7.9V=4.1V
Untuk penafsiran :
Ie= Veℜ= Vbb−0.6V
1K=2.1−0.6
1K=1.5mA
Ic≒ Ie=1.5mA
Vce=12V −1.5mA (4.7K +1K )=3.45V
Kita dapat mengambil perkiraan Ic = 1.5 mA ( nilai β belum dipertimbangkan). Ketika nilai β
dipertimbangkan, Ic = 1.38 mA ( jika β Re lebih luas, dua solusi diatas akan lebih diperiksa).
Rangkaian ini biasa disebut Rangkaian bias independen dari nilai β. Titik operasi rangkaian
bias tidak akan bisa diubah berkat perbedaan transistor.
C. Collector-Rangkaian bias umpan balik
Collector-Rangkaian bias umpan balik ditunjukkan pada gambar 6.11. kita kan
menganalisa rangkaian berikut :
Menurut hukum tegangan Kirchhoff, kita bisa mendapatkan
∵Vcc=( Ic+ Ib )× Rc+ Ib× Rb+Vbe=( β+1 ) Ib × Rc+ Ib × Rb+Vbe
∴ Ib= Vcc−Vbe(1+β ) Rc+Rb
If β≫1 ,Vcc ≫Vbe
Ib= VccβRc+Rb
Ic=βIb
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 13
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Vce=Vcc−( Ic+ Ib) Rc≒Vcc−Ic× Rc
Gambar 6.11 Collector-Rangkaian bias umpan balik
Contoh :
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.11, Vcc = 12, Rc = 10K, Rb = 500KΩ, β = 50,
temukan Ic, Vce
Solusi :
1. Ib= 12V50×10K +500K
=12V1M
=12μA
2. Ic=β × Ib=12μA ×50=0.6mA
3. Vce=Vcc−Ic× Rc=12V−0.6mA ×10K=12V−6V =6V
jika β=100,
1. Ib= 12VβRc+Rb
= 12V10K ×100+500K
= 121.5M
=8μA
2. Ic=β × Ib=8 μA ×100=0.8mA
3. Vce=Vcc−Ic× Rc=12V−0.8mA×10K=4V
jika β=50 , Ic=0.6mA ,Vce=6V
jika β=100 , Ic=0.8mA ,Vce=4V
Diantara perbedaan nilai β, lokasi titik operasi perbedaannya tidak jelas.
Membandingkan dengan rangkaian bias-fixed collector-rangkaian bias umpan balik
stabil secara signifikan. Jika β = 50, Ib=12µA;jika β = 100, Ib akan menurun hingga 8µA.
Seperti pada rangkaian ini akan berfungsi secara otomatis ketika di atur, Ic tidak akan
berganti secara signifikan berkat nilai β yang bervariasi.
2) Analisa rangkaian AC untuk penguat CE
Rangkain yang ditunjukkan pada gambar 6.12(a), dan itu setara dengan yang
ditunjukkan pada gambar 6.13(b)(c). Hitung Ai, Av, Zi dan Zo
Gambar 6.12
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 14
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Rangkaian Ekuivalen
Gambar.12(b)
Solusi :
1) Ai = Io/Ii
Dari gambar 6.12(b) kita dapat menemukan I2=100Ib dan hfe=Ic/Ib
Ib=Ii×2K
2K +15K=0.571 li
Io=I 2×3K
3K +1.5K=0.6671 I 2
Ai=Io / Ii
¿ IoI 2
×I 2Ii
= IoI 2
×IbIi
=0.667×100×0.571=38.1
2) Av=VoVi
=−hfeRL
hieRL=3K ∕ ∕ 1.5K=1K
¿−100 (1×103 )
1.5×103=−667
3) Zi=Rb2 ∕ ∕ hie=2K Ω ∕ ∕ 1.5K Ω=0.86KΩ
4) Zo∨Vi=0≒Rc=3K Ω
(2) Penguat CC
1) Pengetahuan dasar tentang penguat CC
Penguat CC ditunjukkan oleh gambar 6.13. Seperti Vcc dapat dilihat layaknya short-circuit
dengan mengenai sinyal AC ( dari konsep teori superimposition), C adalah common terminal
dari Vi dan Vo. Dengan kata lain, C dalah ground. Karena tegangan output terletak pada
emitter yang mengikuti tegangan input, rangkaian ini juga disebut emitter-follower.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 15
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6.13
2) Rancangan bias DC untuk penguat CC
a. Emitter-Rangkaian bias umpan balik
Emitter-Rangkaian bias umpan balik ditunjukkan oleh gambar 6.14
Daya tahan emitter Re dapat meningkat secara stabil
pada rangkaian, sehingga bisa dianalisa sebagai berikut :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 16
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
∵Vcc=Ib× Rb+Vbe+ Ie× ℜ
¿ Ib× Rb+Vbe+(1+β ) Ib Rb
∴ Ib= Vcc−VbeRb+(1+β ) IbRe
≡Vcc
Rb+βRe
Ie=ib+ Ic=(1+β ) Ib≒ βIb
Ve=Ie×ℜ= (1+β ) Ib ℜ≒ β Ib ℜ
Gambar 6.14
b. Rangkaian bias titik konstan
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.14, rangkain bias titik konstan adalah
rangkain bias independen dari nilai β
Vb=Vcc ×R2
R1+R2 ; Ve=Vb−Vbe
Ie=Ve/Re
Karena β tidak muncul di analisa akhir, maka susunan bias ini diutamakan untuk
signifikan secara stabil
3) Analisa AC untuk penguat CC
Rangkaian AC ekuivalen untuk rangkaian pada gambar 6.15(a) ditunjukkan pada
gambar 6.15(b). Gambar 6.15(b) sama dengan Re // RL
Karena Vi=Ib× Ri+ (Ib+hfleb )× Rac
¿ Ib× Ri+(1+hfe ) Ib× Rac=Ib×[Ri+(1+hfe ) Rac]
Dan Rin’ = Vi / Ib
Karena itu Ri n'=Ri=(1+hfe ) Rac
Impedansi input Rin=Rb /¿Rin '≒Rb/¿hfe . Rac≫Ri
Vo=( Ib+hfe × Ib ) × Rac=(1+hfe ) Ib × Rac
d. Av=VoVi
Zo=Rac /¿ Ri+Rs1+hfe
¿(1+hfe ) ib Rac
ib [Ri−(1+hfe ) Rac]¿
(1+hfe ) RacRi+(1+hfe ) Rac
Karena Ri << (1+hfe) Rac, maka dari itu Av = 1, bue lebih kecil dari pada 1.
e. Ai = (Ib + hfe Ib) / Ib = 1 + hfr
Dari analisa diatas kita dapat memahami bahwa CC amplifier memiliki karateristik sebagai
berikut :
a. Zi sangatlah besar
b. Av = 1
c. Ai dari CC amplifier sedikit lebih besar dari pada CE amplifier nya. Ai dari CC amplifier
sama dengan 1+hfe.
d. Zo sangatlah kecil.
e. Vo sama dengan Vi.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 17
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
CC amplifier tidak dapat dipakai pada tegangan amplifikasi, namun cocok untuk pencocokan
impedansi. CC amplifier adalah sesutau yang digunakan pada penerapan dari pada
penguatan arus.
Gambar 6.15
(3) CB Amplifier
Sikuit dasar dari CB amplifier ditunjukkan pada Gambar 6.16. Sebagai dasar dari terminal
pada lazimnya untuk kedua Vi dan Vo, sirkuit ini kemudian disebut common-base (CB)
amplifier.
Gambar 6.16
1) DC bias yang di desain untuk CB amplifier
Seperti yang ditunjukkan pada Fig 6.17 (a), CB Nampak sbegai sikuit pedek untuk AC.
Demikian nampaknya B di groundkan untuk Vi dan Vo.
Analisa dari DC bias adalah sebagai berikut :
Sirkuit dari gambar 6.17 (a) juga dapat diekspresikan sebagai konfigurasi seperti pada
gambar 6.17 9b) dibawah ini.
2) Anilisa AC untuk CB amplifier
Sirkuit pada Gambar 6.18 (a) dapat pula diwakili dengan sikuit yang sama dengan Gambar
6-14 (b). Coba hitung Av, Ai, Zi dan Zo.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 18
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6.18
Solusi :
Ai :
Io = 5KΩ x I2 / (5K + 20K) = 0.2 I2
I2 = hfb x Ie = hfb x Ii hib << 0.5K
Io = 0.2 I2 = 0.2 hfb ii hfb = I2 / Ii
Ai = Io / Ii = 0.2 hfb = 0.2 hfb 0.2 (-0.98) = -0.196
① Av = RL’ = Rc // RL = 50K/20K
Av=VoVi
=−hfbhie
R l'=−0.98x 4 x 103/20=196
② Zi : Zi= Re = hib = 20Ω
③Zo : Zo | Vi=0 , Rc = 5KΩ
Dari analisa diatas kita dapat menemukan beberapa karakteristik dari CB amplifier :
Zi (input impedansi) adalah sangat kecil.
Av (tegangan yang didapat) adalah sangat besar.
Ai (arus yang didapat) hamper mendekati 1, dan tidak ada penguatan arus. Saat output
sama dengan saat pada input.
(4) Perbandingan Karakteristik Diantara Konfigurasi CE, CC dan CB
Berdasarkan Percobaan yang telah didiskusikan pada Tabel (1), kita dapat menemukan
bahwa :
1) Konfigurasi CE : tegangan yang didapat, arus yang didapat dan tenaga yang didapat
seluruhnya bernilai tinggi; perbedaan keadaan antara input dan output dalah 180
derajat; dan konfigurasi ini digunakan pada kebanyakan penguat.
2) Konfigurasi CC : Konfigurasi ini memiliki input impedansi yang tinggi, output impedansi
yanbg rendah; arus yang didapat tinggi, namun tidak ada tegangan yang didapat;
konfigurasi ini hanya digunakan pada penyesuaian impedansi atau penguatan arus; dan
keadaan output sama dengan input.
3) Konfigurasi CB : Konfigurasi ini memiliki input impedansi yang rendah, output impedansi
yang tinggi; tegangan yang didapat tinggi, namun tidak ada arus yang didapat; keadaan
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 19
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
input sama dengan input; dan konfigurasi ini biasanya digunakan pada penghubung pada
sumber sinyal dengan ouput impedansi yang rendah sebagai penguat tegangan.
(5) Transistor sebagai Switch
Saata transistor digunakan sebagai switch, dia akan dioperasikan dalam dua mode :
1. Saturasi Vce (sat) = 0.2 V Ic=Vcc/Rc (CE dari transistor dalah arus pendek)
2. Cutoff Vce=Vcc Ic=0 (CE dari transistor adalah sirkuit terbuka)
Output karakteristik kurvanya ditunjukkan pada Fig 6-5 (b).
(6) Sirkuit Darlington
Karakteristik sirkuit Darlington adalah sebagai berikut :
1. Arus yang didapat sangatlah besar.
2. Input impedansinya sangatlah besar
Kita akan menganalisanya sebagai berikut :
1) Arus β yang didapatkan dari sirkuit darlington ditunjukkan pada Gambar 6.19
Ic2 = β2 Ib2 = β2 Ie1 = β2 (1+ β1)Ib1 = β2 β1
Dalam perhitungan diatas, Ic2/Ib1 = β1 β2=100x50 = 5000
Penguatan factor 5000 secara signifikan lebih besar dari pada nilai β dari single transistor.
2) Input impedansi Zin dari dari sirkuit darlington
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6-20, jika kita membutuhkan 1A untuk Ie, Zi = ?
Solusinya :
Penaksiran dari Zin :
Zin = Re x β1 x β2
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 20
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
= 10Ω x 50 x 100 = 50 KΩ
Dari analisa diatas kita dapat menemukan bahwa :
Arus yang didapat dan impedansi input dari surkuit darlington jauh lebih besar dari single
transistor. Konfigurasi darlington dapat dibangun dengan 4 jenis yang terdapat pada Tabel
6.1. Untuk mendapatkan konfigurasi darlington, kamu dapat mendapatkannya secara
komersial terdapat dalam “transistor darlington”, atau kamu dapat membangunnya dari
single transistor sesuai dengan Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Empat Konfigurasi dari Sirkuit Darlington
(7) Gunakan transistor untuk mengendarai perlatan induktiv sebagai penyampai pesan,
motor
Saat transistor digunakan untuk mengendarai peralatan induktiv, kamu harus
mempertimbangkan jika arus yang melewati C selama saturasi dari transisr menyesuaikan
diri pada kebutuhan tertentu, dan kamu seharunya juga mempertimbangkan jika tegangan
yang ada selama C mencapai cutoff dari transistor akan melebihi Vceo yang mana transistor
masih dapat menopangnya (Vceo : tegangan yang mana CE dapat menopang selama CE dari
transistor berstatus terbuka). Seperti yang ditunjukkan pada Fig 6.20, dikarenakan tenaga
dari reverse lectromotive akan dibangkitkan selama cutoff dari transistor dengan
pengkutuban yang diindikasi pada jumlah ini, CE adan menopang 2 kali dari Vcc.
Gambar 6.20
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 21
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Agar dapat menghilangkan arah gaya gerak listrik yang berlawanan yang dihasilkan oleh
perangkat induktif, dioda dapat dihubungkan secara paralel di dua terminal kumparan
ditampilkan dalam gambar 6.20. Sebagai rangkaian discharge untuk gaya gerak listrik
terbalik. Vceo sehingga dapat menurun dan mencapai fungsi untuk perlindungan dari
transistor.
(8)Pengganti bias dari transistor
(a) Rangkaian pengganti Ico (b) Rangkaian pengganti Vbe
(c) Rangkaian pengganti thermistor
Gambar 6.21 Rangkaian Pengganti Suhu
Penjelasan
a) Ico Pengganti
Diode dan transistor pada gambar 6.21 terbuat dari bahan yang sama dan Ico akan
berubah-ubah ketika suhunya berubah
- Ib = I – Io , Ic = β Ib + (1+ β) Ico
- Ic = βI – βIo + βIco, and β + 1 = β Io = Ico
Ic = βI, thus independent of Ico
b.) Rangkaian Compensation Vbe
- Ib = Vrb2+Vf −Vbe
R1 , Vbe akan berkurang 2.5 mV untuk tiap 1°C dari kenaikan
suhu.
Oleh karena itu, saat Vbe berkurang, Vf akan berkurang juga, dan Ib, Ic akan tetapi konstan.
c.) Rangkaian Thermistor Compesation
Selama suhu naik Ic akan bertambah, namun Rt akan berkurang.Seperti Vbe ↓, Ib ↓ dan Ic
↓, suhu juga akan berkurang pula.
C. Peralatan
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 22
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(1) KL-200 Linear Circuit Lab
(2) Module Percobaan : KL – 23003.
(3) Instrumen Percobaan : 1. Multimeter atau digital multimeter .
2. Oscilloscope.
(4) Alat : Basic hand tools.
(5) Materi : KL – 23003.
D. Prosedur percobaan
Percobaan pertama (6-1) : percobaan pada penguat CE
6-1-1 Percobaan untuk fixed bias
6-1-1-1 Prosedur Percobaan :
(3) Pertama siapkan modul KL– 23003 pada KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian letakkan
pada blok bertanda 23003 – block a.
(4) a. Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 6-22 (a) dan rangkaian
pendek jepitan atur seperti diagram 23003-block a.1 , hubungkan ke DC +12V tetapi
tidak menghubungkan ke masukan .
b. Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib, Ic .
c. Atur VR4 (1 MΩ) sehingga Ib = 0 A, kemudian catat nilai Ic .
Atur VR4 (1 MΩ) sehingga Ic mencapai nilai maksimal (Ic sat) , catat nilai Ib . Ketika Ic
saturasi , atur VR4 sehingga Ib akan naik, kemudian catat kenaikan Ic (sat)
d. Atur VR4 dan gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe Vce (out) sehingga Vce = ½ Vcc ,
kemudian catat Vbe dan Vce
e. Hubungkan signal generator pada terminal input (IN) dan hubungkan oscilloscope (posisi
AC) ke terminal output (OUT) , kemudian atur sinyal generator sehingga tidak terlihat
perubahan maksimum dari bentuk sinyal sinus 1KHz, dan buatlah catatan .
f. Saat maksimum tidak ada perubahan bentuk sinyal oleh keluaran , gunakan oscilloscope
untuk mengukur sinyal masukan, kemudian buat catatan
g. Sinyal input tidak ada perubahan dan atur VR4 ( 1 MΩ) kemudian catat perubahan bentuk
sinyal keluaran .
6-1-1-2 Hasil Percobaan :
Catat pada Tabel 6-1(a) , kemudian hitung : nilai Av = Vop-p / Vip-p dan nilai β = Ic / Ib.
Dasar DC
Ic Ib Β Vce Vbe
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 23
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Tabel 6-1(a)
Gambar 6-22 (a)
Gambar 23003-block a.1
6-1-2 Percobaan untuk bias Emitter
6-1-2-1 Prosedur Percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 24
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti gambar 6-22 (b) dan seperti diagram
23003-block a.2 , hubungkan ke DC +12V tetapi lepaskan masukkan .
(2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib, Ic.
(3) Atur VR1 (VR 1 KΩ) ke 0 Ω.
(4) a. Atur VR4 (1MΩ) sehingga Ib = 0A, kemudian catat nilai Ic .
b. Atur VR4 (1MΩ) sehingga mencapai Ic maksimum (Ic sat) , catat nilai Ib.
c. Ketika Ic saturasi, atur VR4 sehingga Ib akan naik, kemudian amati kenaikan pada Ic(sat) .
(5) Atur VR4 dan gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe dan Vce (out) sehingga Vc = ½
Vcc , kemudian catat Vbe dan Vce .
(6) Hubungkan signal generator pada terminal input (IN) dan hubungkan oscilloscope
(posisi AC) ke terminal output (OUT) , kemudian atur signal generator sehingga tidak
terlihat ada perubahan maksimum pada bentuk sinyal oscilloscope dari sinyal sinus 1
KHZ dan buat catatan .
(7) Saat tidak ada perubahan bentuk sinyal yang dihasilkan pada OUT , gunakan
oscilloscope untuk mengukur sinyal masukan, dan buat catatan .
(8) Tetap tidak berubah sinyal masukkan dan atur VR4 (VR 1MΩ) , amati perubahan bentuk
sinyal output .
(9) Atur VR1 (VR 1 KΩ) ke maksimum .
(10) Ulangi langkah (5) (6) (7) (8) .
6-1-2-2 Hasil Percobaan : catat pada Tabel 6-1 (b)
Gambar 6-22 (b)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 25
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 23003-block a.2
Ib = 0, Ic =
Ic(sat) = Ib=
Vc = ½ Vcc =
Vbe =
Tabel 6-1 (b)
6-1-3 Percobaan untuk bias independen dari nilai β
6-1-3-1 Langkah-langkah percobaan
1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-22 (c) dan aturan diagram
klip sambungan 23003-block a.3. sambungkan C2 ke DC +12V tetapi input terputus.
2. Sambungkan Ammeter untuk mengukur Ib,Ic.
3. Atur VR2(VR10K) sehingga Vc(out) = ½ Vcc, kemudian lihat nilai Ib dan Ic.
4. Ketika Vc=1/2 Vcc, gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe.
5. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke
terminal output (OUT), kemudian atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator
sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang halus.
6. Jangan ubah sinyal input dan atur VR2 (VR10K), kemudian lihat jika bentuk gelombang
output terdistorsi.
7. Lepaskan C2 (20µF), kemudian ulangi langkah (4) (5) (6).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 26
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
6-1-3-2 Hasil percobaan : tercatat pada tabel 6-1 (c)
Tabel 6-1 (c) Gambar 6-22 (c)
6-1-4 percobaan untuk collector-bias balik
6-1-4-1 Langkah-langkah percobaan
1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-22 (d) dan aturan diagram
klip sambungan 23003-block a.4.
2. Atur VR4(VR1MΩ) sehingga Vc(out) = ½ Vcc
3. Gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe.
4. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke
terminal output (OUT), kemudian atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator
sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang halus.
5. Jangan ubah sinyal input dan atur VR4(VR1MΩ), kemudian lihat jika bentuk
gelombang output terdistorsi.
6-1-4-2 Hasil percobaan
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 27
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Lihat setiap bentuk gelombang, kemudian catat pada tabel 6-1(d)
Vce=1/2 Vcc
Tabel 6-1 (d)
Gambar 23003-block a.4
(6-2) : Percobaan untuk CB amplifier
6-2-1
6-2-1-1 Langkah-langkah percobaan
1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-23 dan aturan diagram klip
sambungan 23003-block b, sambungkan C2 ke DC +12V tetapi input terputus.
2. Atur VR2(VR10K) sehingga Vc(out) = ½ Vcc, kemudian gunakan voltmeter untuk
mengukur Vc.
3. Sambungkan Ammeter untuk mengukur Ib, Ic
4. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke
terminal output (OUT).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 28
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5. Atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator dan naikkan amplitude secara
bertahap, sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang
halus, dan catatlah
6. Ic=Vc/Rc (arus AC bergerak melewati C)=?
7. Gunakan oskiloskop untuk mengukur Va,Vb (Ve) kemudian catat
8. Ie=(Va-Vb)/Rab=(Va-Vb)/R10=?
9. Atur VR2, kemudian lihat jika bentuk gelombang output terdistorsi
6-2-1-2 Hasil percobaan :
Lihat masing-masing hasil pengukuran, kemudian catat pada table 6-2 (a) (b) .
Tabel 6-2 (a)
DCVBE VC IE IC
ACIC IE VIN (VP-P) Ve (VP-P) VOUT (VP-P) Ai Av Zi Ap
Table 6-2 (b)
Ai(α) = Ie / Ic
Avs = Vout / Vin Vin : tegangan masuk pada amplifier.
Av = Vout / Ve Ve : tegangan masuk pada transistor.
Zi = 26mv / Ie or Ve / Ie : apakah kedua tegangan masuk diatas bernilai sama?
Gambar 6-23.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 29
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 23003-block b
Percobaan ketiga (6-3) : percobaan pada CC amplifier
6-3-1 Percobaan untuk uji statis
6-3-1-1 Prosedur percobaan :
1) Masukkan rangkaian pendek jepitan dari gambar 6-24 (a) dan diagram rangkaian
pendek jepitan 23003-block c.1 .
2) Gunakan voltmeter untuk mengukur Ve (OUT) dan Vb, kemudian atur VR2 (VR 10 KΩ)
untuk merubah Vb dan catat perubahan pada Ve .
6-3-1-2 Hasil percobaan : Catat pada table 6-3 (a)
Vb 2 V 3 V 4 V 5 V
Ve
Table 6-3 (a)
6-3-2 Percobaan untuk uji dinamis
6-3-2-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan rangkaian pendek jepitan dari gambar 6-24 (b) dan diagram rangkaian
pendek jepitan 23003-block c.2, hubungkan ke DC +12 Volt tetapi lepaskan masukan
(2) Atur VR2 (VR 10KΩ ) hingga Ve = ½ Vcc.
(3) Hubungkan sinyal generator pada sambungan masukan dan hubungkan oscilloscope ke
sambungan keluaran . Atur keluaran dari sinyal generator kesinyal sinus 1 KHz dan
naikkan sedikit demi sedikit amplitudo dari oscilloscope sehingga tidak terlihat
perubahan maksimum dari bentuk sinyal , dan buatlah gambar .
(4) Gunakan oscilloscope untuk mengukur Va, Vb berturut-turut, kemudian catatlah .
(5) Atur resistansi pada VR2, kemudian amati perubahan bentuk sinyal keluaran .
6-3-2-2 Hasil percobaan :
Lihat tiap hasil pengukuran , kemudian catat pada Tabel 6-3 (b), (c).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 30
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6-24 (a)
Gambar 23003-block c.1
Gambar 6-24 (b)
Gambar 23003-block c.2
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 31
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Table 6-3 (b)
Va (Vpp) Vb(Vpp) Vo(Vpp) Ie Ib
Av Ai Ap Zin
Tabel 6-3 (c)
Ie= VoRb
Ib=Va−VbRb
Av= VoRb
Ai= ieeb
Ap= Av x Ai Zin=Vbib
Percobaan 4 (6-4) : Percobaan rangkaian Switch
6-4-1 Percobaan Arus Transistor saat ON (Saturasi) dan OFF (Cutoff)
6-4-1-1 Langkah Percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 32
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(1) Masukkan short-circuit clip seperti pada gambar 6-25 (a) dan short-circuit clip seperti
pada diagram 23003-block c.3
(2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib dan Ic
(3) Sambungkan terminal input dengan tegangan 5V , kemudian catat nilai Ib, Ic dan Vce.
(4) Lepaskan tegangan dari terminal output, kemudian catat nilai Ib, Ic, dan Vce
6-4-1-2 Hasil percobaan :
Catatlah pada Tabel 6-4 (a) :
Vbe Ib Ic Vce
Q Saturasi 5 V
Q cutoff 0 V
Table 6-4 (a)
Hitung :
Jika Q saturasi : Ic = Vcc / R ? Vce=0 ?
Jika Q cutoff : Ic = 0? Vce = Vcc?
Gambar 6-25 (a)
Gambar 23003 - block c.3
6-4-2 Menggunakan Transistor mengaktifkan (drive) relay
6-4-2-1 Langkah Percobaan
(1) Rangkai short- circuit clip seperti pada gambar 6-25(b) dan diagram short- circuit clip
23003 block c.4.
(2) a. Berikan tegangan pada terminal input , kemudian amati , jika relay sudah ON
(maganetized) . Kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur Vc dan Vbe dari
Transistor untuk memastikan Vc = 0V.
b. Putuskan tegangan dari input terminal , kemudian pastikan relay sudah
kembali OFF dan Vc sudah kembali mendekati Vcc.
(3) Rangkai short- circuit clip seperti pada gambar 6-25(c) dan diagram short- circuit clip
23003-block c.4.
(4) a. Hubungkan input terminal ke ground , kemudian amati , jika relay ON (jika relay
tidak beroperasi, anda bisa menaikkan tegangan Vcc dan nyalakan relay). Kemudian
gunakan voltmeter untuk mengukur Ve dan Vbe.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 33
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
b. Biarkan input terminal terbuka , kemudian jika relay sudah OFF , maka ukur Ve ,
Vbe.
6-4-4-2 Hasil Percobaan :
Bandingkan Vbe dan Vce ketika keadaan relay ON maupun OFF , Seperti tabel
6 – 4(b).
Tabel 6-4(b)
(b) (c)
Gambar 6-25
Gambar 23003 – blok c.4.
Percobaan kelima (6-5) : Percobaan untuk darlington circuit
6-5-1 Percobaan karakteristik dasar
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 34
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
6-5-1-1 Prosedur Percobaan
(1) Rangkai short – circuit clip seperti pada gambar 6-26 (a) dan diagram short -circuit clip
23004- block a.1.
(2) Sambungkan ammeter untuk menghitung Ib , Ic
(3) Atur VR4 (VR1M Ohm) hingga mencapai maximum, kemudian lihat Ib , Ic dan catat
nilainya.
(4) Atur VR4 sehingga Ic akan mencapai arus maximum, kemudian lihat nilai dari Ic.
Kemudian atur VR4 hingga resistansinya semakin kecil , dan amati kenaikan arus Ic
(5) Atur VR4 hingga mencapai nilai maximum , kemudian gunakan ammeter untuk
mengukur Ib dan Vb, dan catat nilainya.
(6) Atur VR4 hingga mencapai nilai minimum , kemudian gunakan ammeter untuk
mengukur Ib dan Vb , kemudian catat nilainya .
6-5-1-2 Hasil Percobaan :
Amati setiap hasil pengukuran , kemudian catat pada tabel 6-5(a), kemudian hitung
nilai Ai.
Tabel 6-5(a)
Gambar 23004-block a.1 Gambar 6-26(a)
6-5-2 photoelectric control circuit
6-5-2-1 Prosedur Percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 35
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(1) Rangkai short – circuit clip seperti pada gambar 6-26(b) dan diagram short – circuit
23004 – block a.2
(2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ic.
(3) Ketika photoresistanse(CDS) diterangi , atur VR4 (VR1M ohm) hingga relay dalam
keadaan OFF (be not magnitized) . Ukur Vb , Vce dan Ic , dan catat nilainya
(4) Ketika photoresistanse(CDS) tidak diterangi , lihat nilai dari Ic dan ketika keadaan relay
ON (be magnitized) . Ukur Vb , Vc dan Ic dan catat nilainya .
`6-5-2-2 Hasil Percobaan : Catat Pada Tabel 6-5(b).
V1 Relay
CDSVb Vc Ic Relay State
illuminated
Not iluminated
Tabel 6-5(b)
Gambar 6-26(b)
Gambar 23004 – block a.2
6-5-3 Waktu Jeda Pada Rangkaian
6-5-3-1 Prosedur Percobaan :
(1) Rangkai short – circuit clip seperti pada gambar 6-26(c) dan diagram short – circuit clip
23004 – block a.3.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 36
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Hubungkan +12V power supply , kemudian amati kondisi relay , relay akan ON setelah
beberapa detik . Ukur tegangan pada two terminals dari capasitor (C1), kemudian lihat
berbagai kondisi dari Vc1 (jika relay tidak ON (magnitized) , Vcc dapat dinaikkan hingga
14V).
(3) Lepaskan +12V power supply , kemudian biarkan two terminal dari C1 mengalami
(discharge) selama beberapa saat . Atur VR4 (VR1M) hingga mencapai nilai tengahnya ,
kemudian lihat waktu jeda relay untuk relay kembali ON . Ukur tegangan pada two
terminals pada C1 , kemudian lihat berbagai macam kondisi dari Vc1.
(4) Ubah rangkaian relay pada collector dari transistor seperti pada gambar 6-26 (d) dan
gambar 23004 – block a.4 , kemudian ulangi langkah (2)(3)
6-5-3-2 Hasil Percobaan :
(1) Hasil dari catatan waktu jeda relay untuk dapat ON , jika waktu jeda berubah – ubah ,
maka itu dipengaruhi oleh nilai dari VR4 yang telah diubah (τ=RC )
(2) Perhatikan gambar dibawah ini , jika merubah rangkaian relay dari collector akan
mengakibatkan waktu jeda pada relay .
(c) (d)
Gambar 6-26
Gambar 23004-block a.3
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 37
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 23004- block a.4
PRAKTIKUM 3
Rangkaian Penguat Bertingkat
3.1 Tujuan :
- Memahami prinsip dari penguat dengan berbagai macam penghubung
- Memahami prinsip dari rangkaian penguat OTL
- Memahami prinsip dari rangkaian penguat OCL
- Memahami secara umum penggunaan dari IC penguat suara
3.2 Dasar Teori :
3.2.1. Istilah-istilah baru
1. OTL Amplifier : Merupakan singkatan dari Output Tansformer Less Ampl,Penguat di
manaoutput transformatordiambil darijalurkeluaran.
2. OCL Amplifier : Merupakan singkatan dari Output Capacitor Less Ampl,Penguat di
manaoutput capasitornyadiambil darijalurkeluaran.
3. Respon Frekuensi : Kemampuan penguat yang ditentukan oleh adanya perbedaan
frekuensi.Penguatan secara khusus mengalami penurunan di saat frekuensi tinggi
dan frekuensi rendah.
4. Thermal cycle damage : Aliran arus pada transistor (semiconduktor) akan terus
meningkat setara dengan meningkatnya suhu (temperatur).Meningkatnya arus
mengakibatkan naiknya temperature yang akan menghasilkan lingkaran panas dan
akan secepatnya membakar transistor.
5. Efesiensi : Perbandingan dari daya AC dari sebuah Ampl untuk pemakaina daya DC
oleh Ampl.
% efesiensi =
3.2.2. Prinsip Dasar
Ada 3 tiga pengubungan yang dipakai secara umum pada Ampl :
1. penghubung menggunakan RC.
2. penghubung menggunakan transformator.
3. penghubung secara langsung.
(1). Dengan RC
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 38
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
1) Pada gambar 9.1 (a) ditunjukkan bahwa tahap sebelumnya adalah resistansi Rc1 dan
kapasitor Cc digunakan untuk menghubungka sinyal output untuk menyelesaikan
tinngkat dari tahap sebelumnya.
2) Fungsi dari penghubung kapasitor Cc adalah untuk membuka rangkaian dengan
tegangan DC sehingga komponen DC akan ditahan(Karena Xc =1/2 πfc dan f = 0,Xc
mendekati nilai ∞ ).Nilai Cc diantara 2-50 uF. Saat sudah menjadi komponen DC
menggunakan kapasitor ini,rangkaian akan terbebas dari pengaruh dari yang lainnya.
3) Kelebihan :
Merupakan rangkaian penghubung yang sederhana,harganya murah,lebih mudah dan
secara umum digunakan dalam metode penghubung.
Respon frekuensi sangat baik.
Dengan noise yang rendah dan menurunkan sinyal AC dari induksi magnet.
Kekurangan :
Penguatan berubah di range frekuensi rendah akan dibatasi penghubung kapasitor
(saat Xc =1/2 πfc,Xc sangat besar saat f rendah akan menghasilkan penipisan sinyal
yang signifikan)
Resistansi akan digunakan pada daya DC yang besar,type dari penghubung ini akan
hanya sesuai untuk penguatan dengan daya rendah atau tegangan Ampl.
Tipe penghubung ini akan rusak saat efesiensi rendah karena tidak mensesuaikan
dengan impedansi dari transistor pada tahap sebelum dan tahap penyelesaiannya.
(2). Kopling Trafo
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9-3, trafo dapat digunakan untuk memisahkan bias
DC menjadi dua tahap, selama trafo ini , pada saat yang bersamaan juga dapat berfungsi
sebagai sinyal kopling dan pencocokan impedansi.
1) Karakteristik dasar transformator Tampil pada Gambar 1.
①Tahap nomor ini berbanding lurus untuk tegangan: V1/V2 = N1/N2
②Tahap nomor ini berbanding terbalik dengan arus: i2/i1 = N2/N1
③Rasio impedansi sama dengan kuadrat rasio tahapannya: Z1/Z2 = (N1/N2) 2
Gambar 1.
2) Keuntungan :
① Tipe pada kopling ini mudah untuk mencocokkan impedansi dan dapat berfungsi
sebagai tegangan naik dan tegangan jatuh .
② Tipe pada kopling ini mengutamakan tenaga dan efisisnesi yang tinggi .
③ Tipe pada kopling ini mudah untuk memisahkan interaksi dari tegangan DC dari
2 tahap berturut-turut .
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 39
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
3) Kekurangan :
① Karena penggunaan dari trafo output akan mengisi lebih banyak ruang daripada
kopling RC.
② Karena trafo output adalah sebuah alat induktif dan gulungan yang ada diantara
kapasitansi , respon frekuensinya lebih lemah .
③ lebih mahal daripada kopling RC.
(3). Kopling langsung
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 9-2 , output yang mendahului tahap kopling
secara langsung untuk terminal input dari tahap berurutan .
1) Kopling dari kopling langsung dapat menyesuaikan dengan mengikuti 2 prinsip :
① Bias DC dapat dicocokkan.
② Arah arus yang mendahului dan tahap berurutan dapat dibetulkan .
2) Tegangan pada power supply dapat distabilkan . Itu lebih baik memilih transistor silicon
selama transistor silicon digunakan untuk arus bocor dan stabilitas sempurna
Sebaliknya , reaksi rangkaian diantara aliran bertahap akan menghasilkan keburukan
terhadap rangkaian.
4) Keuntungan :
①Dapat mengurangi hilangnya rangkaian coupling
②Dapat mengurangi fase pergeseran yang disebabkan oleh perangkat L.
③Jenis coupling ini yang digunakan untuk respon frekuensi yang sangat lebar, dimana
frekuensi rendah hampir dapat menyampai 0 Hz tanpa akibat dari L (XL) dan C (XC).
Rangkaian ini menguatkan sinyal pada spektrum dengan frekuensi yang sangat rendah
yang mendekati DC.
Kekurangan:
①Aliran bertahap dalam amplifier dibatasi selama variasi Ib tertentu, jika itu terjadi,
terpicu pada variasi temperatur akan menghasilkan ketidakstabilan yang serius dalam
keseluruhan rangkaian.
②Karakteristik nilai dari bagian yang dipilih harusnya terakurasi sebisa mungkin,
sebaliknya kebisingan akan dengan mudah dibangkitkan dan tenaga akan dilemahkan.
AmplifierDanKeuntungan
(1). BlokDiagramSistemAmplifier
1)
1. Input sinyal transduser: mengubah sinyal fisik(voice. ..) menjadi sinyal listrik.
2. Kecil-sinyal Amplifier: menyediakan amplifikasi ragu cukup linier untuk sinyal
masukan, dan meningkatkan keuntungan.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 40
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
3. Penguat sinyal besar:Menyediakan penguatan daya untuk output dari Nilai-nilai
karakteristik dari bagianyang dipilih harus seakurat mungkin, jika suaraakan
mudah dihasilkan dan kekuatan akan semakin lemah.
4. Transduser sinyal output: mengubah sinyal dari penguat sinyal besar kesinyal yang
sesuai dengan impedansi perangkat output .
2) penguat sinyal besar juga disebut daya atau listrik atau penguat arus. Diskusi penguat
ini biasanya berfokus pada efisiensi daya, kapasitas daya maksimum operasi, dan
pencocokan impedansi output.
(2). Keuntungan dari penguat: Faktor Amplifikasi, radio sinyal output untuk sinyal masukan.
1) Av (gain Voltage): Rasio tegangan output untuk tegangan input.
Av = Vo / Vi.
2) Ai (gain Sekarang): Rasio arus keluaran untuk masukan saat ini.
Ai = Io / Ii.
3) Ap (memperoleh kekuasaan): rasio output daya keluaran tegangan masukan.
Ap = Po / Pi = Eo Io / Ii Ei = Av x ai.
(3). Decibel: Decibel digunakan untuk mengekspresikan kepekaan telinga dalam
menanggapi volume dengan ukuran logaritmik, dan denored sebagai db.
1) 0dB = sesuai dengan yang diterapkan adalah tegangan 0.77V sementara 1mW
kekuasaan dikonsumsi dalam 600Ω beban.
5) dbm: Nilai db dihitung ketika 600ohm resistensi digunakan sebagai acuan beban dan
1mW kekuasaan digunakan sebagai tingkat referensi.
(4). Keuntungan dan db sistem casscade
1) Secara keseluruhan keuntungan dari sistem kaskade
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 41
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
2) Jika nilai db adalah positif. Ini merupakan sirkuit yang berfungsi sebagai keuntungan
atau amplifikasi, jika nilai db negatif, ia menyatakan bahwa adalah sirkuit berfungsi
sebagai atenuasi.
Penguat respon frekuensi
(1) Sementara gain dari penguat biasanya digunakan rentang frekuensi menengah sebagai
referensi. nilai-nilai gain pada frekuensi rendah atau frekuensi tinggi akan berkurang.
Frekuensi rendah, misalnya kopling RC, akan terpengaruh oleh capasitor kopling
(karena) Xc = 1/2 fc, fXc), amplifikasi akan terpengaruh oleh kapasitansi masukan dan
distribusi kapasitansi dari transistor secara paralel dengan beban sehingga tha f, Xc dan
keuntungan akan menurun. respon frekuensi ini digambarkan dalam Gambar 3.
Gambar 3(2) Jika gain dari rentang frekuensi menengah ditetapkan sebagai 1 (0dB), dua poin (Fl Fh)
dengan 0,707 dari Av disebut setengah kekuatan poin.
Fl: dilambangkan sebagai cut-off frekuensi frekuensi rendah.
Fh: dilambangkan sebagai cut-off frekuensi frekuensi tinggi.
Bw (Bandwith).
Besar-penguat sinyal
(1) Klasifikasi dan distorsi sehubungan dengan pengoperasian amplifier
1) Tergantung pada status bias operasi power amplifier dapatdiklasifikasikan ke dalam
kelas A, kelas AB, kelas B dan kelas c. apalagi, dalam rangkauntuk meningkatkan
kemampuan mengatur, penguat push-pull telah desain. dengan ini kami
memberikan perbandingan antara keempat jenis amplifier sebagai berikut:
Klasifikasi penguat Lokasi titik diam Keuntungan Kelemahan Aplikasi
Class A1. Bias ditetapkan sebesar linier wilayah, dan sinyal input ayunan jugaterletak di linier
1.Pengerasan Bisa selesai dengan satu transistor
1. Efisiensi terendah (25%).2. Tidak bisa menghapuskanHarmonis distorsi
Amplifikasi untuk daya kecil
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 42
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
daerah.2. Titik diam terletak ditengah titik garis beban (output pengumpul arus ada selama Seluruh siklus)
2.Pengalaman Terendah distorsi
3. MengkonsumsiSangat besar daya selama diam kondisi4.Sulit untuk besarKekuasaan pengerasan
Klasifikasi amplifier
Titik Q point (quiscent/tidak bergerak )
Keuntungan Kelemahan Aplikasi
class B 1. Bias ditetapkan di persimpangan daerah linier dan daerah cutoff, dan setengah sinyal terletak didaerah linier dan setengah terletakdi daerah cutoff.2.Titik quiscent(Q point) terletak pada titik cutoff(output dari arus kolektor ada selama siklus positif)
1.tiap-tiap distorsi harmonik dapat dihilangkan.2.besar daya amplifikasi bisa kita dapatkan.3.efficiency lebih tinggi(78,5%)4.terdapat konsumsi daya pada kondisi quiscent .(Q point)
1. amplifikasi dapat kita dapatkan hanya dengan konfigurasi pelengkap.2.ada distorsi crossover.
Amplifikasi untuk daya yang besar.
Klasifikasi dari amplifier
Lokasi dari Q point
Kelebihan Kelemahan Aplikasi
Quiscent point(Q pint) terletak diantara cutoff point dan garis beban
bisa diganti kelas B sebagai push-pull amplifikasi dan bebas dari kelemahan distorsi crossover.
1. efisiensi sedikit lebih rendah dari kelas B (70%)2. arus yang kecil ada pada kondisi diam. (Q point)
Amplifikasi untuk daya besar
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 43
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Titikdiam ( Q point) terletak di bawah cut off point.
Efisiensi tertinggi (lebih dari 78,5%)
Distorsi tertinggi
LC-osilator pemancar. Harmonik produser.
2) Klasifikasidistorsi:
1. Distorsi dapat diklasifikasikan menjadinon-linear distorsi, distorsi frekuensi dan
delay(fase) distorsi. non-linier distorsi(juga disebut amplitudo distorsi):
titik operasi tidak diatur di daerah linier sehingga output tidak hanya mereproduksi
sinyal asli tapi juga menghasilkan komponen harmonik. Misalnya, sinyal asli 1kHz
dapat menghasilkan sinyal harmonik seperti 2kHz dan 3KHz. Distorsi ini juga
disebut sebagai distorsi harmonik seperti yang ditunjukkan pada Gambar4(a) (b).
2. Distorsi Frekuensi: Distorsi yang disebabkan oleh amplifier yang memiliki faktor
amplifikasi yang berbeda sesuai dengan frekuensi yang berbeda.
3. Delay distorsi (fase distorsi): distorsi yang disebabkan oleh amplifier yang memiliki
berbagai fase-pergeseran sudut sesuai dengan frekuensi yang berbeda.
(2). Push-pull amplifikasi
Jika daya output yang lebih besar diperlukan di sirkuit amplifier, dua transistor biasanya
digunakan dalam tahap output untuk mengoperasikan bersama sebagai penguat push-pull.
Push-pull amplifier diklasifikasikan lebih lanjut kedual-end push-pull amplifier dan single-end
push-pull amplifier yang masing-masing digambarkan sebagai berikut.
1) Dual-end push-pull amplifier
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, rangkaian dasar push-pull amplifier terdiri dari
masukan transformator, transformator output dan dua transistor. Komponen-komponen
funcions transformator masukan sebagai fase splitter, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6, untuk membagi sinyal input menjadi dua sinyal yang sama besarnya tetapi
terbalik dalam fase.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 44
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8 (a) dan 8 (b).
Siklus positif dari sinyal input diperkuat oleh Q1 push-pull amplifier, seperti ditunjukkan
pada gambar 5(a). Siklus negatif dari sinyal input diperkuat oleh Q2, seperti ditunjukkan
pada gambar 5(b). Ic1 dari Q1 dan Ic2 dari Q2 dikombinasikan dengan cara output trafo.
Meskipun dua siklus dari sinyal input yang masing-masing diperkuat oleh Q1 dan Q2,
pengumpan sinyal ke beban sinyal AC lengkap yang proporsional ke Vin. Gambar 7
menunjukkan bentuk gelombang output arus dan tegangan pada penguat push-pull. Kurva
transfer transistor ditunjukkan pada gambar 8(a). Jika bias tidak diterapkan untuk transistor
atau bias diterapkan begitu kecil sehingga Ic = 0, transistor akan beroperasi di wilayah
kelengkungan kurva transfer. Sebagai bias tidak diterapkan untuk kedua Q1 dan Q2 dual-
end push-pull amplifier ditunjukkan pada gambar 5, kurva komposit ditunjukkan pada
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 45
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
gambar 8(b). Ketika sinyal input feeder, distorsi
akan dihasilkan di persimpangan siklus positif dan
negatif dari gelombang keluaran, di mana distorsi ini
diarahkan untuk sebagai distorsi crossover.
Dalam rangka untuk menghilangkan distorsi
crossover, bias memadai diterapkan untuk Q1
Dan Q2 sehingga transistor ini akan beroperasi di wilayah seperti linear kurva transfer
ditunjukkan pada gambar 9.
(c) distorsi penyebrangan yang menghasilkan korespondensi dari Ic ke Vin
Gambar 8. Ilustrasi dari distorsi penyebrangan yang menghasilkan push-pull amplifier pada class B
(a)
b) gabungan transfer kurva yang menggunakan Q1 dan Q2 sebagai push-pull
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 46
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
b) Pada gambar ini tidak ada distorsi penyerbangan yang dihasilkan dari korespondensi Ic ke Vin
(keterangan : titik Q pada gambar adalah titik kerja)
Gambar 9. Ilustrasi dari class AB push-pull amplifier
a) bias yang dibutuhkan, dihasilkan oleh b) bias yang dibutuhkan, dihasilkan olehtegangan drop yang melewati 2 terminals tegangan drop yang melewati dioda
dari R2 (TH adalah inkorporasi)
Gambar 10. Push-pull amplifier
1. Pengaturan Bias untuk Dual-End Push-Pull Amplifier
Dua metode banyak digunakan untuk memberikan bias untuk transistor ditunjukkan
pada gambar 10. Sirkuit ditampilkan jika ara 10 (a) memanfaatkan penurunan tegangan dua
terminal R2 sebagai bias untuk transistor. Sebuah termistor dengan koefisien temperatur
negatif terpasang secara paralel dengan dua terminal R2 sebagai kompensasi suhu. Jika
suhu dari Q1 adn Q2 naik, Ic akan meningkat dengan suhu, yang akan menghasilkan dalam
pergeseran dari titik operasi. Saat ini nilai resitance dari termistor akan berkurang sehingga
bias maju dari Q1 dan Q2 akan menurun, dan diam saat transistor, yaitu dibatasi, tidak akan
meningkat dengan suhu. Sirkuit ditunjukkan pada gambar 10 (b) memanfaatkan penurunan
tegangan terminal derek dari dioda sebagai bias untuk transistor. Karena kesamaan antara
dioda yang terbuat dari PN junction, ketika suhu meningkat, Vd VBE Vc dan Ic tidak akan
meningkat. Yang umpan balik negatif dari fungsi saat ini di Re akan mencegah transistor dari
kerusakan akibat "siklus termal" yang disebabkan oleh kenaikan suhu dan sesuai
peningkatan Ic (panas panas).
2. Kelebihan dan kekurangan dari dual-end push-pull amplifier
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 47
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Sebagai dual-end push-pull amplifier menggunakan dua trafo, frekuensi respon miskin,
distorsi yang lebih tinggi, volume yang lebih besar, dan berat lebih berat. Namun, di
bawah power supply yang lebih kecil Vcc lebih mudah untuk mendapatkan daya output
tinggi. ini dual-end penguat push-pull karena itu banyak digunakan dalam megafon
diangkut.
2) Single-End Push-Pull Amplifier
Penggabungan transformator dalam mendorong dual-end - pull amplifier menghasilkan
respon frekuensi yang buruk. dalam rangka meningkatkan kekurangan dual-end push-
pull amplifier, single-end penguat push-pull karena itu dibuat. single-end push-pull
amplifier diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua jenis dijelaskan selanjutnya.
1. OTL amplifier : OTL (output Transformer Kurang) amplifier adalah amplifier tanpa
output tansformer. Namun, 1000 mF kapasitor akan dihubungkan secara seri antara
output terminal dan beban.
2. OCl penguat : OCl (output capasitor kurang) ampifier lanjut menghapus keluaran
capasitor dari sirkuit, dan ini adalah penguat tanpa capasitor. Keluaran terminal akan
langsung terhubung ke beban.
OTL sirkuit mirip dengan rangkaian OCL, tetapi dengan pengecualian sebagai berikut:
a) OTL hanya menggabungkan satu setpower supply, tapi Ocl menggabungkan positif
dan pasokan listrik negatif dengan magnitudo yang sama. pusat-titik tegangan OTL
adalah sama besarnya. pusat-titik tegangan OTL adalah sama dengan1/2Vcc, tetapi 0V
untukOCl.
b) Walaupun transformator output dihapus dari OTL, keluaran kapasitor masih tergabung
dalam OTL.
c) Ce amplfier yang typically incorporated dalam tahap input OTL, namun penguat
diferensial digunakan dalam Ocl karena kesamaan antara Ocl sirkuit dan sirkuit OTL,
hanya sirkuit OTL diperkenalkan disini.
Sirkuit OTL diklasifikasikan lebih lanjut keberikut dua jenis:
Penguat OTL yang menggunakan transformator sebagai fase splitter.
Melengkapi simetris OTL yang paling banyak digunakan. dengan ini kami
menggambarkan sirkuit ini sebagai berikut.
Karena NPN dan PNP transistor ditandai dengan melengkapi mereka dimana transistor
NPN akan dilakukan jika"positif" tegangan diterapkan kedasar dan transistor PNP akan
dilakukan jika"negatif" tegangan diterapkan ke dasarnya, positif dan negatif siklus dari
sinyal input dapat splitter dengan incarporating sepasang NPN dan PNP transistor dengan
karakteristik yang sama, bukan masukan transformator sebagai splitter fase. Rangkaian
dasar saling melengkapi simetris singleend mendorong tarik amplifier ditunjukkan pada
gambar11.
Ketika sinyal input tidak pengumpan, baik Q1 dan Q2 adalah cutoff, dan tidak ada arus
berikut melalui beban.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 48
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Selama setengah siklus positif dari sinyal input, Q1 bias maju dan dilakukan dengan jalan
saat ini ditunjukkan pada gambar11(a) di mana beban keuntungan setengah siklus
positif. Pada Q2 ini terputus.
Selama setengah siklus negatif dari Q2 sinyal input bias maju dan dilakukan dengan jalan
saat ini ditunjukkan pada gambar11(b) di mana keuntungan beban setengah siklus
negatif.Pada saat ini Q1 terputus.
Karena bias tidak diterapkan untukQ1atauQ2ara10, beroperasi sebagaipenguat kelas B
yang akan menghasilkan Crossover distartion seperti yang ditunjukkan pada gambar b.
Karena output terminal sirkuit ini dasar direcctly terhubung ke beban dan pasokan listrik
ganda yang insorporated, karena itu adalah sirkuit OCl
(a) selama setengah siklus positif dari sinyal input,Q1 bekerja dan Q2 cut off. Dan
beban bertambah pada setengah siklus positif.
(b) Selama setengah siklus negative dari sinyal input,Q2 bekerja dan Q1 cut off. Dan
beban bertambah pada setengah siklus negative.
Rangkaian pada gambar 11 dapat sedikit di modifikasi sebagai sirkuit seperti ditunjukkan
pada gambar 12 yang hanya membutuhkan 1 set power supply. Tapi membutuhkan
kapasitor besar yang menghubungkan antara terminal output dan beban. Rangkaian ini
adalah rangkaian dasar dari komplementer OTL yang majorlymemanfaatkan pengisian dan
pengosongan adalah sifat dari kapasitor jadi output AC dapat diberikan pada beban. Untuk
menghilangkan banyaknya distorsi,Vbe yang memadai akan diterapkan untuk transistor
dalam rangkaian sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar 13
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 49
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
dengan ini kami menggambarkan operasi dari gambar 13 sebagai berikut:
1. Sebelum memberikan sinyal input,sejak Q1 dan Q2 bernilai simetris dan sama-sama
bias,kedua transistor sama-sama bekerja jadi titik pusat tegangan = ½ Vcc
2. Selama setengah siklus positive dari sinyal input,Q1 akan bekerja forward dengan
arus ditunjukkan pada gambar 13(b) yang didalamnya Co terisi dan beban
bertambah pada setengah siklus positive
3. Selama setengah siklus negatve dari sinyal input,Q2 akan bekerja forward dengan
arus ditunjukkan pada gambar 13(c) yang didalamnya Co kosong dan beban
bertambah pada setengah siklus negative
3) Driving Stage
Karena output diambil emitter dari Q1 dan Q2 seperti ditunjukkan pada gambar 13, fungsi
rangkaian ini adalah sebagai pengikut emitter yang dikombinasikan untuk mendapatkan
tegangan tinggi dan mendapatkan tegangan rendah. Untuk mendapatkan penambahan
tegangan sebuah penguat CE dihubungkan sebelum Q1 dan Q2 seperti ditunjukkan gambar
14. Sejak tegangan output dari Q3 yang ditunjukkan gambar 14 yang memanfaatkan
pengaturan Q1 dan Q2, Q3 yang terhubung sehingga disebut Driving Stage.
Salah satu rangkaian pada gambar 15 dapat diadopsi sebagai circuit bias untuk memberikan
bias yang dibutuhkan Q1 dan Q2 seperti pada gambar 14. Dimana variable resistor akan
dihubungkan lalu di adjust bias untuk mengontrol arus diam .
(b)Selama setengah siklus positif dari sinyal input, Q1 terkonduksikan, Co
terbebankan dan muatan memperoleh setengah siklus positif
(c)Selama setengah siklus negatif dari sinyal input, Q2 terkonduksikan,
Cotidak terbeban,dan muatan memperoleh setengah siklus negatif
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 50
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 13 analisa untuk mencapai suatu tingkatan OTL AMP
Gambar 14 pelengkap amplifier simetris daya kecil
Gambar 15 sirkuit bias
4)Tahap output daya besar
Dalam hal untuk mendapatkan tenaga yang lebih besar, disamping untuk
memperoleh peningkatan atau penambahan tegangan, arus harus memperoleh tegangan
atau meningkat selama lebih besar dari pada I0 yang akan terlihat lebih besar dari P0, P0
berasal dari persamaan P0=Io2R. untuk memperoleh peningkatan arus, keluaran atau output
dapat diubah ke konfigurasi darlington. Gambar 16 menunjukkan full-symmetrical OTL
AMP,di mana pada Q4 dan Q5 adalah PNP dan NPN dengan daya transistor sama. Resistor
Re bertindak sebagai negatif feedback untuk mencegah daya transistor dari pembakaran
akibat kenaikan cyclic arus panas.contohnya, Vbe = Vb –Ve = Vb –Ie x Re ↔VB – Ic x Re)
ketike suhu ↑ Ic↑ , Vbe akan menurun dan Ib ↓ Ic↓(suhu kedepan tidak akan naik) , karena
peningkatan transistor bias, Vbe1 + Vbe4 + Vre4 + Vre5 + Vbe2 akan menjadi minimum 2.4 V
di basis Vbe = 0.6 V. Karena Rangkaian bias itu dimodifikasi sebagai rangkaian yang
ditunjukkan pada gambar 17 yang dapat memberikan fungsi bias serta kompensasi
temperatur.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 51
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5) Umpan Balik DC
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9-5, resistor umpan balik VR100K (R6) dari OTL
AMP terhubung ke titik tengah sehingga membentuk umpan balik negatif DC.Jika pusat-titik
tegangan bergeser, keadaan ini akan dikirim ke tengah-titik dan secara otomatis akan
memperbaiki tengah-titik tegangan ke ½ Vcc.Sebagai contoh AMP OTP ditunjukkan pada
Gambar 9-5, jika kenaikan tegangantengah-titik bertambah, Vc1 naik Vb2 naik Vc2 turun
Vb4 turun Ve4 turun, dan tengah-titik tegangan akan menurun.
7) Daya OutputMaksimum
Tegangan output maksimum dari OTL AMP tidak akan melebihi Vcc.
Oleh karena itu, Po max =( Vpp2
x1
√2)2
RL
=Vpp−p2
8 RL
=Vcc2
8 RL
. Hal tersebut, karena tegangan
drop akan ada di antara C dan E dari transistor, daya output maksimum akan kurang dari
nilai secara teori.
3.3 Peralatan Percobaan :
(1) KL-200 Linear Circuit Lab.
(2) Modul KL-23005.
(3) Multimeter.
(4) Oscilloscope.
(5) Signal Generator.
3.4 Prosedur Percobaan :
Item pertama (3-1): JFET CS Amplifier (self-bias)
3-1-1
3-1-1-1 Prosedur Percobaan:
(1) Pertama tempatkan modul KL-23005 pada KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian cari
23005-blok a.
(2) Masukkan klip seperti pada Gambar 3-1 (a) dan klip diagram susunan rangkaian
23005-blok a.
(3) Atur VR4 dan VR3 sehingga baik Vc1 Q1 collector dan Vc2 Q2 collector akan ½ Vcc.
(4) Hubungkan function generator dan oscilloscope di input terminal (IN) dan hubungkan
oscilloscope ke output terminal.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 52
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(5) Atur function generator sampai 1 KHz gelombang sinus dan secara bertahap
menambah tegangan output dari function generator sehingga output terminal (OUT1)
menampilkan gelombang maksimum non distorsi.
(6) Gunakan osiloscope untuk mengukur gelomabang dari Vb1, Vc1, Vb2 dan Vout1 dan
buat rangkumannya.
(7) Putus C3 (47 µ F), kemudian ulangi langkah (5) dan (6).
(8) Atur dengan acak VR4 (VR 1MΩ), kemudian lihat jika gelombang dari Vb1, Vc1, Vb2
dan Vout akan bervariasi.
3-1-1-2 Hasil Percobaan :
Tulis hasil dari percobaan di tabel 3-1, kemudian hitung nilai yang sesuai dengan data dari
tabel. (C3 harus terhubung)
Av1 = V01/Vi1 = Vc1/Vb1 =
Av2 = V02/Vi2 = Vc2/Vb2 =
Av = Vout/V1 =
Avs = Vout1/Vin =
Bandingkan perbedaan diantara nilai teori dan sebenarnya dengan mengacu pada rumus
Av.
Tabel 3.1
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 53
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 3.1 RC coupling amplification
Gambar 3.2 23005 blok a
Percobaan Dua (3-2): persamaan langsung.
3-2-1
3-2-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan clip penghubung ke rangkaian tertutup sesuai gambar 3-2(a) dan rangkaian
tertutup sesuai gambar diagram 23005 blok a.2.
(shortkan C3 lalu isiulangkan).
(2) Atur VR4(VR1MΩ) sehingga Vc1(Q1)=1/2 Vcc,lalu gunakan multimeter untuk
mengukur(skala DCV) Vb1e1 dan Vb2e2,dan catat hasilnya.
(3) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscop ke input terminal (IN) dan hubungkan
oscilloscope ke output terminal (OUT1).
(4) Atur sinyal generator 1KHz pada gelombang sinus dan secara berangsur-berangsur
menambah output tegangan dari sinyal generator sehingga oscilloscop dapat
menampilkan gelombang maksimum yang tidak terdistorsi.
(5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang dari Vb1,Vc1,Vb2,dan Vc2(Vout) dan
catat hasilnya.
(6) Lepaskan C3(47uF) kemudian ulangi langkah (5).
(7) Hubungkan C3(47uF) dan atur secara acak VR4(VR1MΩ) kemudian lihat jika gelombang
dari Vb1,Vc1,Vb2,dan Vc2(Vout) akan berbeda-beda.
(8) Atur VR4 ke range normal dan atur input sinyal frekuensi antara 0Hz ~ 20
KHz,kemudian lihat gelombang IN dan OUT,dan catat hubungan f dan Vout.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 54
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
3-2-1-2 Hasil Percoban :
Catat hasil percobaan pada table 3-2 (a) (b).
Tabel 3.2 (a)
Output power maksimum non-distorted = Vop-p2 / 8RL = Mw
Avo : Keadaan AV ketika V0 maksimum
Tabel 3-2(b)
Gambar 3-2(b)
Gambar 23005-blok b
3-3-1 Percobaan Penggabung Rangkaian Coupling
3-3-1-1 Prosedur percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 55
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(1) Tambahkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 9-3 dan klip short-circuit yang
disusun pada diagram 23005-blok b, lalu hubungkan power supply (+12V)
(2) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscope ke input terminal, dan hubungkan 8Ω
resistor (sudah ada dalam board, dan jangan dihubungkan) dan oscilloscope ke output
terminal.
(3) Atur sinyal generator ke gelombang sinus 500Hz dan naikkan perlahan tegangan output
sinyal generator agar oscilloscope dapat menampilkan gelombang maksimum yang
tidak terdistorsi.
(4) Atur frekuensi sinyal input dari 0Hz-20KHz, lalu amati gelombang Vin dan Vout, dan catat
hubungan antara Vout dan f.
(5) Hubungkan sinyal generator atau output (earphone) jack walkman ke input terminal lagi,
lalu amati suara yang dihasilkan output terminal
3-3-1-2 Hasil Percobaan:
Catat hasil percobaan ke dalam tabel 9-3 (b), dan hitung daya outputnya.
Daya output maksimum tidak terdistorsi = Vop-p2 / 8RL = _____ Mw
Avo: Av ketika Vo maksimum
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 56
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan ke empat (3-4) : Percobaan untuk penguatan dual-end dan push pull
3-4-1
3-4-1-1 Langkah Percobaan :
1) Masukkan clip penghubung sesuai dengan Fig 3-4 dan clip pengubung pada diagram
23005-blok c, selanjutnya hubungkan power supply +12V (A 8Ω/iW resistor seharusnya
dihubungkan ke OUT).
2) Hubungkan ammeter (A2) (clip penghubung bias digunakan pada A1 untuk
menggantikan ammeter saat ini) untuk menghitung arus yang diam. Jika arus disini >>
20 mA, transistor push-pull Q6 dan Q7 akan dengan mudah panas, dan pada keadaan
tersebut power supply harus dicabut dari surkuit. (VR1 terhubung)
3) Disamping mengecek kemungkinan salah koneksi, voltmeter bias digunakan, saat
power supply terhubung, untuk menghitung Vbe dan Vce dari tiap transistor. Keadaan
setiap transistor dapat ditentukan dari Vbe dan Vce sesuai dengan analisa dibawah ini :
a. Vbe > 0.7V Buka sirkuit antara B dan E dari transistor
b. Vbe ≤ 0.2V Arus pendek anatar C dan E dari transistor.
c. Vbe ≈ 0.6V Vce ≈ 0.2V Transistor dalam keadaan saturasi.
4) Jika keadaan a atau b, transistor harus diganti. Jika keadaannya adalah c, Vbe (Ib)
sharusnya diberikan nilai dengan menentukan VR1 (VR 1KΩ) sesuai dengan Fig 3-4.
5) Hubungkan ammeter ke A1 dan berikan niali R15 (SVR 20KΩ) sehingga Vc1 = ½ Vcc,
lalu lihat variasi yang terindikasi pada ammeter.
6) Berikan nilai VR1 (VR 1KΩ) sehingga nilai pada A2 (Ammeter) akan terindikasi sekitar
10mA.
7) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input, dan hubungkan osiloskop pada
output.
8) Berikan nilai pada signal generator sebesar 500Hz gelombang sinus dan secara
berangsur-angsur meningkatkan tegangan output dari signal generator shingga
osiloskop dapat menampilkan gelombang maksimum tak terdistorsi dari output
penguatan ini.
9) Gunakan osiloskop untuk menghitung tgangan dari Vb5, Vc5 dan Vb6.
10) Berikan nilai pada VR1 (VR 1KΩ) sebesar 0Ω, selanjutnya lihat distorsi crossover
terbentuk pada gelombang dari Vout.
11) Hubungkan TP8, TP9 ke speaker, dan secara acak tetapkan nilai dari output signal
generator yang diterapkan kepada input dari penguatan ini, selanjutnya lihat jika
kerasnya suara berubah dan jika Q6 dan Q7 memanas saat sinyal dengan frekuensi
tinggi atau amplitude yang tinggi diterapkan.
12) Saat singnal generator dilepaskan dan menggunakan jari intuk menyentuh input dari
penguat, deruman akan terdengar pada speaker. (Suara berisik akan meyelimuti input
dengan menyentuh terminal dengan jari)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 57
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
13) Hubungkan earphone output dari Walkman ke input dari penguat ini, lalu dengarkan
musiknya.
3-4-1-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan pada Tabel 3-4, dan hitung nilai maksimum output tak terdistorsi.
Uji Static
Arus diam (A2) Vb5e5 Vc5 Vb6e6 Vb7e7
Uji Dinamis
Gambar 3.4
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 58
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 23005-blok c3.5 : Percobaan untuk Penguat OTL
3-5-1
3-5-1-1 Prosedur Percobaan :
1) Pertama-tama atur modul KL-23006 ke dalam KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian
temukan 23006-blok b.
2) Tambahkan klip short-circuit berdasarkan pada gambar 3-5 dan klip short-circuit yang
disusun pada diagram 23006-blok b, lalu hubungkan A 8Ω/20W resistor sebagai
beban.
3) Hubungkan ammeter ke input power supply untuk mengukur arus diam, dengan
muatan yang terlihat pada gambar 3-5.
4) Atur power supply secara perlahan (V+) dari 3V ke 18V, lalu amati arus diamnya. Jika
arus diamnya melebihi 20mA, atur R8 (SVR500KΩ) maka arus diam dapat ditahan
disekitar 20mA. Jika pengaturan tidak berpengaruh, maka lanjut ke langkah 5.
5) Atur VR3 (VR100K) hingga tegangan pada poin A (tegangan middle-point) = ½ Vcc = 9V
(kemungkinan error ±2%).
6) Jika tegangan middle-point tidak dapat diatur ke ½ Vcc dan arus diam >> 20 mA
(transistor memanas), matikan power supply. Lalu, pertama-tama lakukan tes ohmic
yang sesuai dengan metode pengukuran transistor untuk mengecek jika terjadi short-
circuit pada transistor.
7) Hubungkan voltmeter (DCV) ke power supply untuk tes statis. Dengan tambahan pada
tegangan middle-point, Vbe dan Vce pada masing-masing transistor yang mungkin
terukur secara berurutan.
8) Setelah tegangan middle-point dan arus diam telah normal, hubungkan sinyal
generator dan oscilloscope ke dalam input terminal (IN) dan hubungkan oscilloscope
ke output terminal (OUT). Atur sinyal generator sebesar 1KHz gelombang sinus dan
naikkan secara berangsur tegangan output dari sinyal generator maka oscilloscope
dapat menampilkan gelombang maksimum yang tidak terdistorsi dari output
amplifier.
9) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang pada TP2, TP3, TP4, TP6, TP7, dan
TP11.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 59
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
10) Atur SVR500Ω(R8) ke minimal, kemudian lihat jika distorsi yang dihasilkan gelombang
dari Tp11 (OUT).
11) Atur SVR500Ω(R8) ke maksimal, kemudian lihat jika Q3 dan Q4 pada saat kelebihan
panas. Saat status Q3 dan Q4 normal harus sedikit lebih panas, sementara sinyal input
yang diterapkan pada penguat ini.
12) Ketika nilai tengah dari tegangan dan arus diam setelah mengatur secara normal,
ubah sambungannya ke speaker 8Ω/20W untuk terminal output dan ke sumber sinyal
lainnya seperti CD dan walkman dab lainnya. Untuk terminal input kemudian
mendengarkan musik.
13) Hilangkan sumber sinyal, kemudian gunakan jari untuk menyentuh terminal input dan
frekuensi kebisingan yang rendah untuk didengarkan dari speaker.
3-5-1-2 Hasil percobaan
Lihat gelombang dari setiap titik uji dan Vbe, Vce dari masing-masing transistor, kemudian
catat dari item berikut:
1. Titik tengan tegangan (Va)
2. Arus diam (Icc)
3. Vin
4. Gelombang output;
Kemudian hitung Po= V op−p2/8RL dan catat pada tabel 3-5.
Tabel 3-5
Gambar 3-5 ( Gambar 23006 blok b)
Percobaan untuk Penguat OCL
3-6-1
3-6-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Tambahkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 9-6 dan klip short-circuit yang
disusun pada diagram 23007-blok a, kemudian hubungkan A 8Ω/20W resistor sebagai
beban.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 60
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Hubungkan ammeter ke input terminal power supply untuk mengukur arus diam,
dengan muatan yang terlihat pada gambar 9-6.
(3) Hubungkan ±12V sebagai power supply, lalu atur R9 (SVR 100Ω) maka arus diam akan
mendekati 20mA, kemudian atur tegangan TP4 (tegangan middle-point) dalam kisaran 0V
±0.5V selama kondisi normal. Jika tegangan middle-pointmelebihi ±1V, amati jika arus diam
terlalu besar (selama pengaturan tidak diperlukan) dan transistor panas. Jika demikian,
matikan power supply untuk mengecek rangkaian. Sesuai dengan prinsip dasarnya,
pengecekan rangkaian berdasarkan langkah : Ohmic tes – cek jika ada short-circuitdi tiap
transistor. Tes statis – hubungkan power supply, lalu ukur nilai Vbe dan Vce di tiap
transistor, dimana nilainya harus sesuai status tiap transistor setelah power supply sudah
dihubungkan.
(4) Setelah tegangan middle-point dan arus diam normal, hubungkan sinyal generator dan
oscilloscope ke input terminal (IN) dan ke output terminal (OUT). Atur gelombang sinus
1KHz sinyal generator dan naikkan tegangan output sehingga oscilloscope dapat
menampilkan dengan maksimum gelombang tak terdistorsi atas output penguat tersebut.
(5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang di setiap titik, lalu amati
gelombangnya
(6) Atur R9 (SVR100Ω) ke minimum, lalu amati jika distorsi menyilang yang dibangkitkan
dalam gelombang TP1
(7) adjust R9(SVR100Ω) sampai maksimum.kemudian lihat daya Q5 dan Q6 yang panas.
Selama status normal Q5 dan Q6 akan sedikit panas ketika sinyal input diterapkan pada
amplifier
(8)ketika berada di titik tengah tegangan dan arus diam telah disesuaikan pada kondisi
normal ubah koneksi ke 8Ω/20W speaker untuk terminal output dan untuk sumber sinyal
lainnya seperti CD atau walkman dsb.untuk input terminal,kemudian untuk mendengarkan
music
(9)pindahkan sumber sinyal,kemudian gunakan jari untuk menekan input terminal dan
gangguan frekuensi rendah akan terdengar di speaker
3-6-1-2 Hasil percobaan
Perhatikan bentuk gelombang untuk setiap point dan Vbe,Vce untuk setiap
transistor,kemudian catat :
1. Titik tengah tegangan(Va).
2. Arus diam(Icc).
3. Vin.
4. Bentuk gelombang dari Vout
Kemudian hitung Po=Vop-p2/8RI,dan catat pada tabel 9-6
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 61
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan ketujuh (3-7) : Penguatan IC Audio OTL
3-7-1
3-7-1-1 Langkah percobaan
1) Hubungkan short-circuit mengacu pada gambar 3-7(a) dan short circuit berdasarkan
diagram 23006 block a,kemudian hubungkan A 8Ω/0,5W resistor(R16).
2) Hubungkan generator ke V2,,Kemudian hubungkan V2 ke terminal input(INPUT)( karena
Ic amplifier begitu besar,jadi sinyal input harus rendah).Hubungkan oscilloscope ke
terminal input(INPUT) dan terminal output(OUTA).adjust sinyal generator sampai 1 KHz
gelombang sinus dan secara bertahap menaikkan tegangan output dari sinyal
generator.oleh karena itu oscilooscope dapat diatur maksimum bentuk gelombang tidak
terdistorsi dari IC output.
3) Ubah koneksi ke 8Ω/0,5W speaker untuk output terminal dan untuk sumber sinyal
lainnya seperti output dari walkman untuk input terminal ,kemudian dengarkann efek
suaranya.
3-7-1-2 Hasil Percobaan :
Tabel 3-7(a)
Gambar 3-7 ( Gambar 23006-blok a)
PRAKTIKUM 4
NEGATIF FEEDBACK UNTUK TRANSISTOR
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 62
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
4.1 Tujuan Pembelajaran
1. Mengerti arti dari setiap rangkaian negatif feedback
2. Mengerti prinsip dari setiap rangkaian negatif feedback
3. Mengerti fungsi dari setiap rangkaian negatif feedback
4.2 Dasar Teori
10.2.1 Istilah baru:
1. Penguat Tegangan (Av):
1. Tegangan keluar adalah sama dengan tegangan input
2. Penguat tegangan ideal: Zi: = 0,Zo= 0, Av = Vo/Vs
2. Penguat Arus (Ai);
1. Arus keluar adalah sama dengan arus masuk
2. Penguat tegangan ideal: Zi: =0 ,Zo= 0, Av = Vo/Vs
3. Penguat Transkonduktansi (Gm)
1. Arus pada output digantikan dengan arus input
2. Penguat transkonduktansi ideal: Zi: =∞,Zo= ∞, Gm = Io/Vs
3. Penguat Transresistansi (Rm)
1. Tegangan pada output digantikan dengan tegangan input
2.Penguat transresistansi ideal: Zi: =0,Zo= 0, Gm = Io/Vs
10.2.2 Prinsip Dasar
(1) Penguat Feedback
1) Rangkaian Topology yang mana bagian atau semua sinyal output dari sebuah
penguat digunakan lagi ke input terminal melewati sebuah gelombang feedback yang
berkaitan seperti feedback. Jika fase dari sinyal feedback sama dengan sinyal input,
feedback ini biasa disebut positive feedback. Jika fase dari sinyal feedback berkebalikan dari
sinyal input dan sinyal feedback ini akan berkurang dari sinyal input untuk mengurangi
pemasukan. Maka sinyal feedback ini dapat disebut negative feedback.
2) Diagram blokpenguatdengan umpan balikditunjukkan pada Gambar10.
3) Untuk negative feedback ,
Untuk positif feedback ,
(2) Topologi sirkuit umpan balik negative
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 63
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Tergantung pada akuisis isinyal umpan balik dan metode input, umpan balik negatif,
sirkuit dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori berikut:
1) Tegangan-seri sampel-umpan balik negative pencampuran : Bagian dari tegangan
diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan ke terminal input jaringan seri.
2) Tegangan-sampel shunt-umpan balik negative pencampuran : Bagian dari tegangan
diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan ke terminal input meskipun
jaringan shunt.
3) Saat ini pengambilan sampel shunt-umpan balik negative pencampuran: Bagian dari
saat ini (alternatif, saatinidapat dikonversi ketegangan) diambil dari terminal output
dan kemudian diterapkan ke terminal input meskipun jaringan seri.
4) Saat sampel shunt-umpan balik negatif pencampuran: Bagian dari saat ini diambil dari
terminal output dan kemudian diterapkan pada jaringan shunt terminal input.
Dari gambar diatas kita dapat diketahui :
1 ) Tegangan dari rangkaian yang tersusun paralel untuk bagian nilai tegangan pada
rangkaian seri umpan balik negative dan juga nilai tegangan pada rangkaian paralel dari
umpan balik negative.
2 ) Arus dari rangkaaian yang tersusun seri untuk bagian nilai Arus pada rangkaian seri
umpan balik negative dan juga nilai Arus pada rangkaian parallel dari umpan balik negative.
3 ) Sinyal balikan yang dipakai untuk input rangkaian paralel untuk bagian bentuk tegangan
dan Arus pada rangkain paralel rangkaian umpan balik negative
4 ) Sinyal balikan yang dipakai untuk input rangkaian seri untuk bagian bentuk tegangan dan
Arus pada rangkaian seri rangkaian arus balik negative
Table 1 Menunjukkan variasi dari impedansi input rangkaian umpan balik negative
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 64
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Tegangan pada Rangkaian seri
Arus pada Rangkaian seri
Tegangan pada Rangkaian paralel
Arus pada Rangkaian paralel
Zif Meningkat Meningkat Menurun MenurunZof Menurun Meningkat Menurun Meningkat
Kita dapat mencari dari tabel (1):
1. Zif akan bertambah jika sinyal feedback yang diterapkan ke terminal input melalui
pengaturan seri, dimana input impedansi bertambah karena jaringan feedback
terhubung ke sirkuit input di dalam seri. Sebaliknya Zif akan berkurang untuk shunt
pencampuran feedback.
2. Zof akan berkurang jika sinyal feedback diambil oleh pengaturan shunt dimana input
impedansi bertambah karena jaringan feedback terhubung ke sirkuit input di dalam
shunt. Sebaliknya Zif akan bertambah jika sinyal feedback diambil oleh pengaturan seri.
3. Teganganh arus diambil oleh pengaturan shunt; arus harus diambil oleh pengaturan
seri.
Sifat dari negatif feedback:
1. Akan didapatkan berkurang.
2. Kestabilan rangkaian akan bertambah
3. Distorsi non linear akan berkurang.
4. Gangguan akan berkurang.
5. Bandwidht akan diperpanjang.
6. Zi dan Zo akan berganti dengan topologi feedback.
4.3 Peralatan Percobaan
1. KL-200 linear circuit lab.
2. Modul percobaan: KL-23007.
3. Bahan: sudah terdapat dalam KL-23007.
4. Alat percobaan: 1. Generator sinyal.
2. Oscilloscope.
3. multimeter.
5. alat:alatpegangan dasar
4.4 Prosedur Percobaan
Percobaan untuk voltage-sampling series-mixing pada rangkaian negative feedback
4-1-1-1 Langkah Percobaan
(1) Pertama pastikan menggunakan modul KL-23007 pada KL-200 Linear Circuit Lab,
kemudian tandai pada 23007 pada bagian block b
(2) Masukan short-circuit clip dengan mengacu pada Gambar 10-2 dan susunlah short-
circuit clip sesuai dengan 23007-block b.1. Lepaskan pada bagian negative feedback
(short-circuit clip tidak terhubung pada rangkaian C14 R31)
(3) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc10 dan Vc9 ( Q9.Q10 collector)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 65
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(4) Hubungkan signal generator dan oscilloscope pada terminal input (IN3), dan
hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT). Atur output dari signal generator
menjadi 1 KHz sinyal sinus dan naikkan berkala tegangan output sehingga oscilloscope
dapat menampilkan bentuk gelombang tidak terdistorsi pada terminal output. Lihat
dan gambarlah bentuk gelombang pada IN3 dan OUT
(5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang pada TP3 dan TP7, kemudian
catat hasilnya
(6) Hubungkan rangkaian negative feedback ( short-circuit clip dihubungkan dengan
rangkaian C14 R31)
(7) Ulangi langkah (3), (4) dan (5)
(8) Atur output dari signal generator pada 10 Hz ~ 20 KHz, kemudian lihat bentuk
gelombang pad Vin dan Vout pada kedua rangkaian dengan dan tanpa negative
feedback. Catatlah hasilnya, dan bandingkan respon frekuensi dari kedua rangkaian
tersebut. Grafik respon frekuensi dari Av pada f dicatat di Tabel 10-1 (b)(c).
4-1-1-2 Hasil Percobaan
Hasil percobaan harus di catat pada tabel 10-1 (a) (b) dan (c), kemudian bandingkan
perbedaan antara rangkaian dengan dan tanpa negative feedback.
Tabel 10-1 (a) (b) Respon frekuensi tanpa negative
feedback
(c) Respon frekuensi dengan negative feedback
Gambar 4 – 2
Arus-sampling Arus-sampling Tegangan-sampling Terputus shunt-
campuran Seri-campuran Seri-campuran pada langkah (2)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 66
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan 4 – 2 : Percobaan tegangan-sampling shunt-campuran rangkaian negatif
feedback
4-2-1
4-2-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 4-3 dan susun klip short-circuitsesuai
dengan diagram 23007-blok c. Negatif feedback tidak terhubung (klip short-circuittidak
terhubung ke R34 C16 pada rangkaian).
(2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc17 (tegangan pada colector transistor).
(3) Hubungkan signal generator dan oscilloscope pada terminal input (IN), dan hubungkan
oscilloscope ke terminal output. Aturlah output dari signal generator pada 1 KHz
gelombang sinus dan naikkan berkala tegangan output sehingga oscillscope dapat
menampilkan gambar gelombang maksimum yang tidak terdistorsi pada terminal output.
Lihat dan catat gambar gelombang pada IN dan OUT
4) Hubungkan rangkaian negative feedback (short-circuit clip terhubung pada rangkaian
R34 C16)
5) Ulangi langkah (2) dan (3)
6) Aturlah output dari signal generator pada 10 Hz ~ 20 KHz, kemudian perhatikan respon
frekuensi pada kedua rangkaian tanpa dan dengan negative feedback. Kurva respon
frekuensi dari Av yang berhubungan dengan f di gambar pada tabel 10-2 (b) (c)
4-2-1-2 Hasil Percobaan
Catatlah hasil percobaan pada tabel 10-2 (a) (b) (c), kemudian bandingkan perbedaan
antara rangkaian dengan dan tanpa negative feedback
Avo : Av saat Vo maksimum
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 67
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(b) Umpan balik frekuensi (c) Respon frekuensi dengan umpan balik negative
Percobaan 3 (4-3) : Percobaan untuk rangkaian sampling-arus pada penguat umpan balik
negative seri-campuran
4-3-1
4-3-1-1 Langkah Percobaan :
(1) Pasanglah connection clip seperti pada gambar 10-4 dan module KL-23007 block b.2
Hubungkan kapasitor C9 ke R25(1KΩ) seperti pada penjelasan alat dari rangkaian
penguat umpan balik negative seri-campuran . Impedansi AC pada kapasitor sangat
kecil atau lemah.
(2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur VC9 (Q9 collector)
(3) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscope pada input (IN2) , dan hubungkan
oscilloscope ke output (OUT) . Atur keluaran sinyal generator ke 1KHz gelombang sinus
dan secara perlahan sehingga pada tampilan oscilloscope terlihat gelombang maximum
non-distorted pada keluaran. Gambar dan catat hasil gelombang IN dan OUT .
(4) Lepaskan kapasitor C9 (lepas connection clip) sehingga rangkaian ini akan beroperasi
seperti topologi dari penguat umpan balik negative .
(5) Ulangi langkah (2) dan (3)
4-3-1-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan pada Table 10-3 , kemudian bandingkan antara rangkaian
dengan kapasitor dan tanpa umpan balik negative .
Table 10-3.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 68
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan 4 (4-4): percobaan rangkaian umpan balik current-sampling shunt-mixing
4-4-1
4-4-1-1 Langkah-langkah percobaan
(1) Pasang connection clip sesuai gambar 10-5 dan sesuia diagram 23007-blok b.3.
kapasitor C7(10 µ F) untuk umpan balik negative dilepas.
(2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc8 dan Vc9 (Q8 Q0 collector)
(3) Hubungkan function generator dan oscilloscope ke dalam terminal input (IN1), dan
hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT). Atur output dari function generator
sampai 1KHz gelombang sinus dan secara bertahap meningkatkan tegangan output
sehingga oscilloscope dapat menunjukkan gelombang maksimum non distorsi di
terminal output. Lihat dan gambar masing-masing gelombang IN dan OUT.
(4) Gunakan oscilloscope untuk mengukur Vc8 dan Vc9 (Q8 Q9 collector).
(5) Hubungkan C7 (10µF) sehingga rangkaian ini akan digunakan sebagai topologi saat
pengambilan sampel pencampuran umpan balik negatif.
(6) Ulangi langkah (2)(3)(4).
10-4-1-2 Experiment Result:
Hasil Percobaan harus ditulis pada Tabel 10-4, kemudian bandingkan perbedaan antara
rangkaian dengan dan tanpa negativ feedback (umpan balik begatif)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 69
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
PRAKTIKUM 5
Positif Feedback Transistor
5.1 Tujuan pembelajaran :
- Mengetahui hubungan antara positif feedback dengan oscillasi
- Memahami prinsip dari Oscillasi pergeseran fase RC
- Memahami prinsip dari Oscillasi Wien-bridge
- Memahami prinsip dari Oscillasi frekuensi tinggi
5.2 Dasar Teori :
5.2.1. Istilah baru
6. β : faktor feedback
7. OSC : singkatan dari osilasi
8. Resonansi seri :
Untuk gambar dari rangkaian ini, dimana XL = XC yang disebut dengan
resonansi. Z akan minimum selama resonansi.
Rangkaian akan resistif selama resonansi.
9. Resonansi pararel
Untuk gambar dari rangkaian ini,
dimana XL = XC yang disebut dengan resonansi. Z
akan maksimum selama resonansi.
Rangkaian akan resistif selama resonansi.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 70
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5.2.2. Prinsip Dasar
(1) Oscillator
1) Oscilator : Artinya bahwa rangkaian dapat mengubah energy listrik dari DC power
supply menjadi energy listrik AC dengan spesifikasi frekuensi, tanpa menggunakan
sinyal keluaran
2) Hubungan antara positif feedback dengan oscillation : Avf dari rangkaian feedback
adalah sama dengan A
1+ βA. Jika yang dimaksud adalah rangkaian feedback maka 1+βA
= 0(-β A=1), maka secara keseluruhan rangkaian akan mendapat nilai Avf yang
mendekati ∞ dan oscilation akan dihasilkan dalam rangkaian untuk kestabilan.
Selama kita berasumsi bahwa sinyal keluaran Vi=0 ,bagaimanapun,Vi tidak akan bernilai 0
jika noise tidak dihillangkan. Vi akan menghasilkan Vo = Av x Vi mengikuti amplifier,dan akan
didapat hasil dalam β Av=1 setelah feedback. Jika fase –β Avi tidak sama dengan Vi,input
sinyak akan bertambah,dan oscillation akan dihasilkan dengan sendirinya. Jika ini di
butuhkan untuk membuat -β Avi yang sama dengan fase Vi, -β A = 1 < 0o . Dengan kata lain
keseluruhan fase pada amplifier dan feedback akan sama dengan 0o atau 360o.
3) Kondisi oscillation :
- rangkaian positif feedback
- amplifier dengan sufficient didapat dari –β A ≥ 1.
4) Oscillator dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
1) Oscillator sinusoidal, dapat diklasifikasikan pada :
a. Oscillator frekuensi rendah
Oscillator ini sama dengan feedback RC. Sebagai contoh dari oscillator ini temasuk RC
phase-shift oscillator, Wien-Bridge oscillator, dll.
b. Oscillator frekuensi tinggi
Oscillator ini sama dengan feedback LC. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk Hartley
oscillator, colpitss oscillator, crystal oscillator, dll.
2) Oscillator non sinusoidal
a. Gelombang persegi oscillator. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk astable
multibibrator, dll.
b. Pulsa oscillator. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk intermittent oscillator, dll.
c. Triangular (saw-tooth) oscillator. Contoh dari oscillator ini termasuk UJT oscillator, dll.
(2) Pengertian untuk sinusoidal OSC :
1) RC phase-shift OSC
1) Karena tiap sector RC akan berimbas pada fase shift 60°, tiga sektor network dari RC
akan menghasilkan pada fase shift 180° (dasarkan pada rangkaian differensial dan
integrator yang dijelaskan pada chapter 4 untuk dasar fase shift). Fase shift 180° ini,
dihaslkan oleh hubungan feedback yang dijelaskan diatas. Selama dengan fase inversi
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 71
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
180° yang dihasilkan oleh amplifier akan berdampak pada 360° dari total fase shift –
βA, dimana dalam fase shift total 360° akan cocok dengan fase sinyal input yang
sama. Jika pertambahannya cukup, osilasi akan dihasilkan dan diteruskan.
2) Transistor RC phase sihft oscillator
a. Gambar 5.1 (a) menunjukkan phase-lag RC phase-shift oscillator. Gambar 5.1
menunjukkan hubungan antara I, Vi dan Vf pada rangkaian single-section RC. Fig 11.2
menunjukkan rangkaian tiga sesi RC, dengan beda fase antara Vf dan Vo 180°. Jika Fo
√62πRC
. Frekuensi sinus dari oscilasi oleh rangkaian Gambar 5.1 (a) Fo √62πRC
, dimana R=
4.7 K dan C= 0.01 µF. Karena β= Vf/Vo =-1/29 untuk rangkaian RC phase-shift ditunjukkan
pada gambar 5.2 dengan operasi frekuensi dari Fo, oscilasi dapat didukung jika amplifier
mempunyai amplifikasi minimum factor 29 mencukupi –βA = 1.
Gambar 5.1 Gambar 5.2
b. Gambar 5.3 menunjukkan phase-lead RC phase-shift OSC, dengan Fo =1
2π √ 6RC.
Kondisi tunggal RC phase-shift ditunjukkan pada Gambar 5.4(a) dan Gambar 5.4(b)
menunjukkan hubungan antara Vi, Vf dan I.
Gambar 5.3 Gambar 5.4
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 72
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.5 Wien-Bridge Oscillator
2) Wien-bridge OSC
a. Diagram rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 5.5, dimana dua jaringan umpan balik
ada : C1 R1 dan R2 C2 terdiri dari rangkaian umpan balik positif, dan R3 dan R4 terdiri
dari rangkaian umpan balik negatif. Rangkaian umpan balik negatif independen dari
frekuensi osilasi, tetapi jumlah umpan balik negatif tidak akan lebih besar dari jumlah
umpan balik positif sehingga β A tidak akan kurang dari 1.
b. Jika jumlah umpan balik positif lebih besar dari jumlah umpan balik negatif di sirkuit,
osilasi akan diproduksi dalam sirkuit ini dengan osilasi frekuensi = 1/2 π
√ R1R2C1C 2. Karena R1 = R2 dan C1 = C2, f = 1/2 π R1C1.
c. Mengubah jumlah umpan balik negatif, dengan menyesuaikan R3, akan menghasilkan
osilasi hasil ini.
3) Harley OSC
a. Rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar 5.6 :
a) jaringan umpan balik: jaringan ini dibentuk dengan menghubungkan L1 dan L2 dalam
seri, kemudian menghubungkan C secara paralel.
b) Tanah titik ini jaringan umpan balik: Titik ini terletak di tengah-tengah L1 dan L2, dan
terhubung ke tanah melalui kapasitor CC2 (ground AC).
c) Umpan balik tegangan diambil dari dua terminal L1.
d) Penguat dapat terdiri dari khas CE rangkaian penguat.
b. dimana M adalah L1 dan L2 yang saling
berinduktansi.
c. Kategori dari Hartley OSC :
a) Umpan paralel Hartley OSC : The Hartley OSC di mana DC tidak akan mengalir
melalui rangkaian penyimpanan energi LC disebut umpan paralel Hartley OSC.
b) Umpan seri Hartley OSC : The Hartley OSC di mana DC akan mengalir melalui sirkuit
penyimpanan energi LC disebut seri-pakan Hartley OSC, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.6 (a)
Gambar 5.6 (a) Umpan paralel Hartley OSC
4) Colpitts OSC
a. Rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 5.6 (b)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 73
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
a) Jaringan umpan balik dimasukkan oleh LC osilasi rangkaian tangki, di mana C = C1
terhubung ke C2 secara seri, tengah C1 dan C2 terhubung ke tanah, dan VC1 sinyal
umpan balik diterapkan ke terminal input.
b)
c) RFC (Radio Frequency Choke) biasanya dihubungkan secara seri untuk kolektor dalam
penyediaan rangkaian listrik untuk membelokkan sinyal RF diproduksi dalam osilasi
dari umpan ke power supply DC. Xl = 2 π fL f ↑ XL ↑
d) Penguat ini sama dengan penguat CE pada umumnya.
Gambar 5.6 (b) Colpitts OSC
5) Kristal OSC
a. Cara kerja dari dari kristal OSC memanfaatkan faktor Q tinggi dan efek piezoelektrik
sehingga sinyal osilasi dengan frekuensi tetap dapat dihasilkan.
b. Efek piezoelektrik pada kristal
(a) Jika sebuah tegangan diberikan pada kristal, akan terjadi sebuah beban mekanik pada
kristal ini untuk memproduksi getaran yang merupakan tipe getaran ekspansi dan
ekstraksi.
(b) Karena ekspansi dan ekstraksi disebabakan oleh getaran dari kristal, sebuah output
tegangan AC akan dihasilkan pada permukaan. Frekuensi dari tegangan AC akan
ditentukan oleh frekuensi getaran dari kristal ini.
c. Ciri-ciri osilasi pada kristal
Jika sebuah tegangan diberikan pada kristal, akan dihasilkan getaran dalam kristal untuk
memproduksi sebuah tegangan AC. Karena osilasi kristal akan mengkonsumsi energi
disebabkan pergeseran internal, osilasi ini akan melemah dan akhirnya berhenti. Akan
tetapi, jika energi diberikan secukupnya, osilasi kristal dapat diperlama.
d. Simbol elektrik, rangkaian setara dan kurva karakteristik kristal
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 74
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Dari rangkaian ekivalen dan kurva karakteristik pada gambar 5.7, kita dapat memahami
bahwa kristal quartz dapat digunakan pada osilator dengan resonansi seri atau paralel.
Gambar 5.3 menampilkan osilator kristal dengan resonansi paralel.
(3) Deskripsi OSC non-sinusoidal :
1. Multivibrator
Multivibrator dikelompokan menjadi :
1. Multivibrator astable;
2. Multivibrator monostable; dan
3. Multivibrator bistable.
Di antara beberapa multivibrator di atas, multivibrator monostable dan bistable hanya
dapat dioperasikan jika ia dipicu oleh sinyal kontrol eksternal, dimana multivibrator astable
dapat berosilasi, tanpa pemberian sinyal kontrol eksternal, cukup dengan
menghubungkannya ke power supply. Multivibrator berbeda dengan osilator sinusoidal
yang disebutkan sebelumnya dalam operasi berikut :
Transistor pada multivibrator bekerja pada daerah saturasi dan cutoff sebagai switch,
dimana transistor pada osilator sinusoidal bekerja pada daerah aktif sebagai penguat.
Kita akan menjelaskan secara singkat ketiga multivibrator ini seperti berikut :
a. Multivibrator astable pada umumnya
Gambar 5.8
Sebelum memulai penjelasan mengenai astable multivibrator, pertama kita harus mengerti
mengenai bahan dari RC Range. Ketika SW dipasang pada titik ‘1’ seperti gambar 5.8 (a)(b),
Vc akan mengalir hingga E1. Kemudian kita akan memasang SW pada titik ‘2’, dan Vc akan
meningkat dari E1 ke E2(karena berbedaan potensial antara E2 dan Vc selama interval, C
akan diisi oleh Ic hingga Vc= E2).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 75
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Tipe dari astable multivibrator seperti ditunjukkan pada gambar 5.9. Akan dijelaskan
lebih lanjut dibawah ini :
a) Ketika power supply dihubungkan, Q1 dan Q2 akan forward bias seperti transistor pada
Rb1 dan Rb2. Karena karakteristik Q1 dan Q2 tidak sama, satu dari transistor Q1 akan
dinonaktifkan terlebih dahulu.
b) Ketika Q1 diaktifkan, seperti pada gambar 5.10. Q1 diaktifkan, Vc2 (B2 terminal negatif)
berfungsi seperti Vbe dari Q2 jadi Q2 akan dinonaktifkan. Tegangan polaritas melewati
C1 dan C2 menandakan locasi pada level lebih tinggi pada kapasitor. Karena nilai dari
RC2 lebih kecil dari rangkaian charge dari RC2 C1 Q1 kepada C1, Vc1 akan di charge
pada Vcc pada interval yang relativ, dengan gelombang seperti gambar 5.12. C2 akan
diisi dari Vcc +0.6V setelah interval T2 = 0.7 Rb2 C2(kedua) jadi C2 akan aktif oleh
forward bias.
c) Ketika Q2 aktif, seperti gambar 5.11. Tegangan reverse Vcc akan mengisi C1 (dengan
polaritas seperti gambar 5.10) akan bekerja pada BE pada Q1 jadi Qi akan
dinonaktifkan. Seperti gambar 5.11, C1 dan C2 telah diisi dengan polaritas yang
ditandakan pada lokasi yang lebih rendah di capasitor, dimana pengisian dari rangkaian
dari C1 adalah Rb1 C1, pengisian untuk C2 adalah RC2 C2 Q2be, dan perubahan dari
gelombang telah ditunjukkan pada gambar 5.12. C1 akan diisi sebesar +0.6V setelah
interval T = 0.7 Rb1 C1 jadi Q1 akan aktif lagi. Dua transistor ini akan mengulang operasi
yang dijelaskan pada (b) dan (c) untuk osilasi. Gelombang kotak akan di generate dari
Vo1 dan Vo2 seperti gambar 5.12.
Gambar 5.9 Tipe astable multivibrator Gambar 5.10 Jalan Arus ketika Q1 aktif
Gambar 5.11 Jalan Arus Ketika Q2 Aktif
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 76
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.12 Gelombang Multivibrator Astable
d) ketika rangkaian simetris sempurna.ketika terbentuk satu gelombang kotak
T = 1.4 RbC
F = 1 / T = 1 / 1.4 RbC
b. Monostable multivibrator
Monostable multivibrator juga menunjukan sekali proses. kemudian akan dijelaskan
konsep dasarnya sebagai berikut :
Gambar 5.13
Keluaran dari monostable multivibrator tidak akan berubah sampai trigger. Hubungan
antara sinyal trigger dan keluaran ditunjukkan pada gambar (b) dan (c) berturut-turut.
Ada dua tipe keluaran :
1. Saat ON, delay OFF (level high menyatakan ON)
2. Saat OFF, delay ON (level low menyatakan OFF)
Ada dua macam trigger :
1. Trigger oleh Pulsa Positif
2. Trigger oleh Pulsa Negatif
Prinsip operasi monostable multivibrator dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 5.14 menunjukkan monostable multivibrator trigger oleh pulsa positif.
a) Sebelum sinyal trigger digunakan, Q2 dinyalakan pada forward bias. Jika Q1 nyala
pertama, Cb akan digantikan setelah jangka pendek Rb2 Cb (Q1ce kira-kira short-circuit)
dengan polaritas ditunjukkan diatas Cb, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.14 (b).
Ketika Cb diberi tegangan 0,6V, Q2 akan nyala pada forward bias, maka Vbe1 akan
diturunkan dan Q1 akan mati.
b) Ketika sinyal trigger digunakan ke sinyal input, sinyal akan dibedakan oleh C1 R2 maka
lalu melalui clipping D. Impulse positif akan
digunakan dasar Q1 untuk menyalakan forward bias Q1. Saat Q1 menyala (CE kira-kira
short-circuit), tegangan Cb (dengan polaritas pada lower Cb seperti yang terlihat pada
gambar 5.14 (b) ), melalui Rc1 Cb Qbe saat Q2 menyala, akan mematikan Q2. Sejak Q1
menyala, Cb akan mengisi arus pada Rb2 Cb Q1ce dengan polaritas diatas Cb seperti
yang ditunjukkan pada gambar 5.14 (b). Tegangan Cb akan diisi dari ke
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 77
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
0,6V, Q2 akan menyala. Waktu yang dibutuhkan Vcb untuk mengisi dari ke
disebut waktu delay (T).
c) Perbedaannya hanya diantara rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 5.5 (b) dan 5.14
(a) (gambar 5.5 (b)) yang merupakan gelombang kotak awal yang digunakan Vin yang
dirubah pulsa oleh tombol manual, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.15.
d) Gelombang terbentuk dalam trigger monostable multivibrator oleh positif impulse yang
ditunjukkan pada gambar 5.14 (d).
Gambar 5.14 (a) Monostable Multivibrator Gambar 5.14 (b) Charge Circuit Cb ketika
Cb discharged melewati TR1, Vcc dan Rb2 Q1 menyala
Gambar 5.14 (c) Charge Circuit Cb ketika Q2 Gambar 5.14 (d) Gelombang
menyala
c. Bistable Multivibrator
Bistable Multivibrator akan bekerja dengan cara sebagai berikut :
Ketika sinyal trigger digunakan ke terminal input, keadaan akan berubah dan keadaan ini
(keadaan kedua) akan ditahan. Jika trigger selanjutnya digunakan, keadaan kedua akan
berubah (dilanjutkan ke keadaan awal), seperti ditunjukkan pada gambar 5.15.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 78
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.15
Dari gambar tersebut, kita dapat mengerti dua fungsi bistable multivibrator.
a) RS Flip-flop
R : Reset – Terminal Q’ diset level low (≒ 0V).
S : Set – Terminal Q diset level high (≒ Vcc).
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.16, jika S1 (set) ditekan, Vbe1 = 0V maka Q1 akan
mati dan terminal Q akan mengantar output high-level. Q2 akan menyala selama bias diam
digunakan pada Vbe2, dan terminal Q’ akan mengantar output low-level. Jika S2 (set)
ditekan, Vbe2 = 0 maka Q2 akan mati dan terminal Q’ akan mengantar output high-level. Q1
akan menyala selama bias diam digunakan pada Vbe1, dan terminal Q akan mengantar
output low-level.
Gambar 5.16 Gambar 5.17 T Flip-flop
Flip-flop T adalah bistable multivibrator yang hanya menggabungkan satu terminal input T
(trigger). Ketika sinyal trigger di inputkan, tingkat output dari Q dan Q dapat berubah secara
bersama. Karena satu gelombang kotak dapat di tunjukkan pada rangkaian ini setelah dua
pemicu signal berturut-turut telah di masukkan ke input terminal ( seperti pada gambar
5.15). T flip-flop ini dapat berfungsi sebagai pembagi menjadi dua. kemudian akan di
jelaskan dasar T flip-flop seperti pada gambar 5.17.
1. Sebelum pemicu signal dipicu kita asumsikan bahwa Q1 menyala dan Q2 mati. Cb1
akan terisi terhadapat Vcc melewati dua terminalnya , dengan charge circuit pada
gambar 5.17 (a). Karena Ce1 sangat kecil selama Q1 menyala, Cb2 tidak dapat
dibebankan.
2. Input sinyal pertama akan dibedakan oleh Ct Rt untuk merubah menjadi ,
yang akan di potong menjadi (negative impulse) oleh D1 dan D2. Negatif inpulse
ini kemudian akan diteruskan ke basis dari transistor.
3. Ketika negative impulse ini diteruskan ke basis dari Q1 dan Q2, Q1 dan Q2 akan
menjadi off secara bersamaan. Ketika Q1 berubah dari ON ke OFF, Vce1 akan naik
sebesar Vcc yang akan mengisi Cb2. Arus pengisian akan menyalakan Q2 dan Vce2
sangat rendah ketika Q2 menyala. Q1 sebagai sustained ketika OFF , dan Cb tidak akan
terisi selama kapasistor siap untuk tersaturasi. Ketika Q1 OFF dan Q2 menyala, Cb2
akan terisi toward Vcc, dan tidak akan ada pengisian yang akan terakumulasi pada Cb2
selama Cb2 tidak terisi melalui Rb1.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 79
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
4. Ketika dorongan negatif kedua diterapkan pada basis Q1 dan Q2, Q1 dan Q2 akan
dimatikan secara bersamaan. Ketika Q2 berubah dari ON ke OFF, Vce2 akan naik ke Vcc
yang akan mengenakan Cb1. Muatan arus akan menghidupkan Q1, dan Vce1 sangat
rendah ketika Q1 dihidupkan. Oleh karena itu Q2 terus menerus dalam keadaan OFF,
dan Cb2 tidak akan dikenakan biaya karena kapasitor ini telah jenuh. Ketika Q1
dihidupkan dan Q2 dimatikan, CB1 akan dikenakan terhadap Vcc, dan Cb2 akan dibuang
melalui Rb1.
5. Ketika sinyal input diterapkan terus menerus, sirkuit akan ulangi langkah 3 dan 4 dan
akan mempertahankan operasinya, dengan output bentuk gelombang yang ditunjukkan
pada gambar 5.18.
Gambar 5.18 Gelombang T Flip-flop
d. Osilator Intermittent
Intermiten osilator adalah nama untuk ini osilator penginapan yang transistor hanya
sesekali dilakukan, di mana dalam transistor memiliki selang konduksi sangat pendek dan
selang cutoff sangat panjang.
Prinsip-prinsip dasarnya memanfaatkan konsep tegangan induksi induktansi,
e=−L∆ Ic∆ t
=−N∆ ф∆ T
, dan charge/discharge C. Rangkaian dasar ditunjukkan pada
gambar 5.19 (a), yang akan dianalisa sebagai berikut :
a) Bila catu daya tersambung, transistor akan bias maju oleh Ib = (Vcc - 0.6V). R. Oleh
karena itu, Ic = Ib β, dan ΔIc 0 Ic (sat). Tegangan induksi Lp juga menghasilkan
medan magnet sehingga tegangan induksi akan dihasilkan dalam Ls dengan terminal
atasnya sebagai polaritas positif dan terminal yang lebih rendah sebagai polaritas
negatif.
b) Tegangan induksi Ls, dalam hubungannya dengan Vcc, akan mengisi C melalui jalur
yang ditunjukkan pada gambar 11.19 (b). Arus pengisian ini akan meningkatkan arus
basis transistor sampai transistor di titik saturasi. Setelah transistor pada titik saturasi,
Ic tidak akan meningkat, yang akan membuat ∆ Ic = 0 dan e=L∆ Ic∆ t
=0 . Tegangan
induksi dari Ls dengan demikian akan menghilang, yang akan membuat Vb= -Vc + Vcc <
0 (Vc = VLS + Vcc ). Karena itu transistor akan mati karena reverse bias dari transistor
tersebut.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 80
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
c) Setelah transistor mati, kapasitor C akan dikosongkan melalui jalur yang ditunjukkan
pada gambar 11.19 (c), yang secara bertahap akan menurunkan reverse bias dari
transistor. Setelah reverse bias telah tidak ada, transistor akan melakukan lagi.
d) Ketika transistor kembali ke keadaan pada langkah (b), VLS + Vcc akan mengisi C untuk
menghasilkan Ib, yang dengan cepat akan membuat transistor pada titik saturasi dan
membuat ∆ Ic = 0 sehingga transistor akan cepat mati. Karena itu maka konduksi waktu
transistor sangat pendek.
e) Waktu cutoff transistor tergantung pada waktu pengosongan RC secara konstan.
Setelah pengosongan C telah selesai, transistor akan melanjutkan konduksinya.
f) Selama ON / OFF transistor, tegangan induksi Ls tidak berbentuk gelombang persegi
standar, sedangkan komponen frekuensi tinggi osilasi yang teredam digambarkan
dalam bentuk gelombang.
g) Jika diperlukan untuk menghilangkan osilasi yang teredam, dioda dapat dihubungkan
secara paralel untuk dua terminal L untuk meningkatkan fenomena seperti ini, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5.19 (d).
h) Bentuk gelombang dari poin yang terkait dengan sirkuit ini diperlihatkan pada gambar
5.19 (e).
Ketika transistor berubah dari ON ke OFF, kumparan akan menginduksi tegangan dengan
polaritas terbalik relatif terhadap tegangan aslinya
Gambar 5.19 Intermittent Oscillator
e. Schmitt trigger
Schmitt trigger juga disebut sebagai gelombang membentuk sirkuit, dengan hubungan
input-output yang ditunjukkan pada gambar 5.20 (a) dan simbol yang ditunjukkan pada
gambar 5.20 (b).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 81
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.20 Input dan Output gelombang Schmitt Trigger
a). Rangkaian dasar Schmitt triger ditunjukkan pada gambar 5.21 (a)
ketika Vi = 0, Q1 akan berubah dari Q2 dan akan dihidupkan. saat ini tegangan Re
adalah
ketika Vi-Ve2> 0,6 V baik Q1 dan Q2 akan dihidupkan. saat ini VC1 akan menurun dan
Vb2 akan menurun Sejalan , sehingga Vb2 <Ve dan Q2 akan berubah
dari karena membalikkan bias. oleh karena itu Vo = Vcc
karena Q1 ON, V’e2 akan berubah menjadi
Ketika Vi terus menerus naik, Vi-Ve "2 akan masih lebih besar dari 0,6 V yang akan
membuat Q1 tetap aktif. Q1 akan OFF jika Vi – V’e2 kurang dari 0,6 V.
kita dapat memahami item berikut dari uraian di atas:
a. Jika itu diperlukan untuk menyalakan Q1, Q2 mematikan dan membuat Vo = Vcc, Vi
harus lebih besar dari Ve2 + 0,6 V. Vi ini disebut ambang atas yang dinotasikan
sebagai Vu.
b. Jika diperlukan untuk menyalakan Q1, Q2 mematikan dan membuat Vo = 0V, Vi harus
kurang dari V’e2 + 0,6V.
c. Vh = Vu – VL disebut hysteresis voltage
b). Pengaplikasian Schmitt Trigger dengan bias.
Seperti ditunjukkan pada gambar 5.21, ketika sinya AC diaplikasikan pada terminal input,
Schmitt Trigger akan memberikan simetris gelombang non persegi. jika gelombang
persegi simetris diperlukan, suatu bias DC yang memadai harus diterapkan di terminal
masukan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.22 (a). bentuk gelombang yang sesuai
ditunjukkan pada Gambar 5.22 (b).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 82
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.22
F. Saw-tooth Oscillator
Konsep dasar dari bentuk gelombang ditunjukkan pada gambar 5.23.
Gambar 5.23
Keika SW di matikan, C akan diisi. Ketika SW di hidupkan, C akan dilepaskan. Bentuk
gelombang ditunjukkan pada gambar 5.23 (b) yang akan dihasilkan. Untuk membentuk
gelombang dengan linearitas yang sangat baik, kapasitor akan dibebankan menggunakan
arus yang tetap. Rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar 5.24 (a). Generator saw–tooth
dengan linearitas yang lebih baik ditunjukkan pada gambar 5.24 (b)
Gambar 5.24 Generator Saw-tooth
SW pada gambar 5.23 diganti dengan transistor yang ada pada rangkaian yang ditunjukkan
pada gambar 5.24 (a), dimana transistor yang hidup dan mati dikontrol oleh gelombang
kotak. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.24 (b). Rangkaian dengan arus yang konstan
untuk saw-tooth genarator dengan linearitas yang baik terdiri dari Q1, R1, R2 dan Zd dan
gelombang kotak dapat dilengkapi oleh pembangkit gelombang kotak (seperti astable
multivator)
5.3 Peralatan percobaan :
(1) KL-200 Linear Circuit Lab.
(2) Modul KL-23008.
(3) Bahan : Seperti yang tertera pada KL-23008
(4) Alat percobaan : 1. Multimeter
2. Ossciloscope
3. Sinyal Generator
(5) Perkakas peralatan tangan.
5.4 Prosedur percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 83
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan pertama (5.1) : percobaan untuk voltage-sampling seri-campuran rangkaian
umpan balik negatif
5-1-1 Fase RC – shift oscillator
5-1-1-1 Langkah-langkah percobaan :
1. Masukkan klip rangkaian pendek seperti pada Gambar 5-25 dan klip rangkaian pendek
diagram susunan rangkaian 23008-blok a.
2. Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang ke dalam terminal output, lalu
acak nilai VR2 (VR10K). Jadi, terminal output akan menjadi output sinusoidal dan catat.
3. Gunakan osciloscope untuk mengukur gelombang dari Vb1, Vb2, dan Vd.
5-1-1-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan pada tabel 5-1 (a), kemudian bandingkan relasi fase antara tegangan
masing-masing
Tabel 5-1 (a) Tabel 5-1 (b)
Gambar 5.25 (Gambar
KL-23008 blok a)
5-1-2 Wien-bridge Oscillator
5-1-2-1 Prosedur Percobaan :
1. Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-26 dan susun sirkuit
pendek klip sesuai diagram 23008-blok b.
2. Gunakan osiloskop untuk mengukur gelombang di output terminal, kemudian
menyesuaikan VR2 (VR 10K) sehingga output terminal akan memberikan output
sinusoida dan catat.
3. Gunakan osiloskop untuk mengukur bentuk gelombang dari TP1, TP2 dan TP3 masing-
masing. Lihat fasenya, dan catat.
5-1-2-2 Hasil Percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 84
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Hasil percobaan dicatat dalam tabel 5-1 (b), maka pengantar hubungan fase antara
tegangan masing-masing.
Gambar 5.26 (Gambar 23008 blok a)
Percobaan kedua (5-2): Osilator sinusoida frekuensi tinggi
5-2-1 Hartley oscillator
5-2-1-1 Prosedur percobaan :
1. Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-27 dan susun sirkuit
pendek klip sesuai diagram 23.008-blok c. Hubungkan C17 (1000p) sebagai emitor
memotong Capasitor.
2. Hubungkan catu daya, kemudian sesuaikan tegangan 3V-18V (18V harus disesuaikan
terlebih dahulu).
3. Gunakan osiloskop untuk mengukur TP1 TP2 dan masing-masing, kemudian sesuaikan
VR2 (10KΩ) sehingga hasilnya sinusoida dapat dihasilkan dari osilator ini.
4. Ubah emitor memotong kapasitor terhadap C18 (50P)
5. Ulangi langkah (3).
6. Perlahan-lahan turunkan tegangan, kemudian lihat tegangan nilai power supply,
kemudian lihat volt nilai tegangan listrik dimana osilasi akan berhenti.
5-2-1-2 Hasil percobaan :
Catat hasil penelitian pada Tabel 5-2.
Tabel 5.2
Gambar 5.27 (Gambar 23008 blok c)
5-2-2 Colpitts oscillator
5-2-2-1 Prosedur percobaan
(1) Masukkan rangkaian short menurut pada gambar 5-28 dan rangkaian short pada
diagram pengaturan klip 23009-block a.1.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 85
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang pada sisi output pada oscillator
5-2-2 Hasil Percobaan
Vout(p-p) = ? F = ?
Nilai ini didapatkan dari perkiraan nilai teori
Gambar 5.28 (gambar 23009 blok a)
Percobaan Tiga (5-30) : Crystal Oscillator
5-3-1
5-3-1 Prosedur Percobaan
(1) Masukkan klip rangkaian short menurut gambar 5-29 dan klip diagram susunan
rangkaian short 23009-block a.2
(2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang input dari oscillator
5-3-1-2 Hasil Percobaan
Vout(p-p) = ?
F = ?
Gambar 5.29 (gambar 23009 blok a)
Percobaan Empat (5-4) : Astable Multivibrator
5-4-1-1 Generator Gelombang Kotak
5-4-1-1 Prosedur Percobaan
(1) Masukkan rangkaian short menurut gambar 5-30 (a) dan klip diagram susunan
rangkaian short 23008-block d.1.
(2) Gunakan voltmeter(DCV) untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6, Vce6
dan catat hasilnya
(3) Gunakan oscilloscope(dua jalur) untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6,
Vce6 dan catat hasilnya
(4) Jika tidak ada pembangkit gelombang kotak pada Vce5 dan Vce6. Silahkan hapus C11
dan C13 (0,1µ) dan ulangi langkah-langkah (2). Lalu lihat jika Vce5 dan Vce6 bernilai
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 86
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
kira-kira 0.2 V dan jika Vbe5 dan Vbe6 kira-kira 0.6 V. Jika tidak, anda harus mengecek
jika ada kesalahan sambungan pada rangkaian ini.
5-4-1-2 Hasil Percobaan
Catat hasil percobaan pada tabel 5-3(a)
Gambar 5.30 (a)
Bandingkan hubungan antara gelombang dan nilai DCV dari setiap gelombang
Gambar 23008 blok d.1
5-4-2 Frekuensi-adjustable square wave generator
5-4-2-1 Prosedur Percobaan:
(1) Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-30 (b) dan klip pendek-
sirkuit diagram pengaturan 23.008-blok d.2.
(2) Gunakan osiloskop untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6 dan Vce6.
(3) Adjust VR3 (VR100KΩ), kemudian lihat apakah gelombang frekuensi berubah.
Jika VR3 = 0 Ω, f =?
Jika VR3 = 100 KΩ, f =?
5-4-2-2 Hasil Percobaan :
Jika VR3 = 0 Ω, f = _______Hz.
Jika VR3 = 100 KΩ, f = _____ Hz.
Gambar 5.30 (b)
Gambar
23008 blok d.2
5-4-3 Flashlight
5-4-3-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan klip pendek-sirkuit dengan
mengacu pada Gambar 5.30 (c) dan klip pendek-sirkuit diagram pengaturan 23.008-blok
d.3. Hubungkan 47 µF ke C11 dan C12.
(2) Lihat jika LED berkedip.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 87
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(3) Ubah C11 dan C12 menjadi 0,1 µF, kemudian lihat jika LED masih berkedip. Jika tidak,
jelaskan alasannya. Gunakan osiloskop untuk mengukur masing-masing Vce5 dan Vce6,
kemudian lihat f dan periksa apakah f ini lebih tinggi dari langkah (2).
Gambar 5-30 (c) Gambar 23008 – block d.3
5-4-4 Buzzer Elektronik
5-4-4-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukan short-circuit clip dengan mengacu pada Gambar 5-30 (d) dan tatalah short-
circuit clip seperti pada diagram 23008-block d.4 Hubungkan speaker 0.5 W/8Ω
(2) Atur VR3 (VR100KΩ) kemudian telitilah jika tone terdengar dari speaker akan berubah.
Kemudian gunakan oskiloskop untuk mengukur OUT2 (VCE 6 ) untuk melihat jika siklus
sinyal akan berubah dengan VR3, kemudian catat hasilnya.
5-4-4-2 Hasil Percobaan :
Hasil percobaan harus di catat pada Tabel 5-3 (b)
Tabel 5-3 (b) Gambar 5-30 (d)
Gambar 23008 block d.4
Percobaan lima (5-5): Monostable multivibrator
5-5-1 Monostable multivibrator dipicu oleh dorongan positif
5-5-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(a) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok b1.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 88
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe2, Vbe3 dan Vce3, dan catat hasilnya.
(3) Hubungkan function generator dan oscilloscope ke input (IN), dan hubungkan
oscilloscope ke output. Atur output function generator ke 500Hz dan tambahkan secara
perlahan tegangan output, kemudian lihat gelombang pada osciloscope dan catat
hasilnya.
(4) Atur sinyal output function generator ke frekunsi yang lebih tinggi kemudian lihat jika
gelombang Vout berubah.
5-5-1-2 Hasil Percobaan :
Hasil percobaan harus ditulis di tabel 5-4(a) dan lihat jika waktu delay T dari
monostabel multivibrator adalah hampir sama dengan 0,7 Rb2 Cb.
Gambar 5.31 (a)
Tabel 5.4 (a)
Gambar 23009-blok b.1
5-5-2 Timer
5-5-2-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(b) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok b2.
(2) Tekan tompul push kemudian lihat waktu periode yang LED tidak menyala (terang).
(3) Atur VR3 dan tekan tombol push lagi, kemudian periksa jika periode waktu LED
menyala (terang) akan berubah.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 89
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.31 (b) Gambar 23009-blok b.2
Percobaan enam (5-6): Bistable multivibrator
5-6-1 RS flip-flop
5-6-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan clip seperti gambar 5-32(a) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok c1.
(2) Tekan S2, kemudian gunkan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe4, Vce4 dan Vce5
dari Q4 dan Q5 dan catat hasilnya.
(3) Tekan S3, kemudian gunkan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe4, Vce4 dan Vce5
dari Q4 dan Q5 dan catat hasilnya.
5-6-1-2 Hasil Percobaan
Hasil eksperimen harus dicatat di tabel 5-5 (a).
Tekan S2 Tekan S3
VBE4 VBE4
VCE4 VCE4
VBE5 VBE5
VCE5 VCE5
Tabel 5-5 (a)
Gambar 5-32 (a)
Gambar 23009 blok c.1
5-6-2 T flip flop (dibagi menjadi 2)
5-6-2-1 Prosedur percobaan :
(1) Masukkan klip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 5-32 (b) dan susunlah klip
circuit pendek diagram 23009-block c.2
(2) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscope ke terminal masukkan (IN), dan
hubungkan oscilloscope ke terminal keluaran (OUT). Adjust output dari sinyal generator
ke 1KHz dan dan perlahan naikkan amplitude sampai OUT1 mengirim gelombang kotak.
Lihat bentuk gelombang dari IN dan OUT1, kemudian hitung f.
(3) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang dari OUT2, kemudian hitung
f.
(4) Adjust sinyal generator to 3KHz, kemudian ukur OUT1 dan OUT2 lagi, dan lihat
hubungan f diantara IN, OUT1 dan OUT2.
5-6-2-2 Hasil Percobaan
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 90
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Hasil Percobaan harus dicatat di tabel 5-6 (b), dan lihat jika frekuensi dari OUT adalah 12
dari frekuensi IN
IN f=1KHz IN f=3KHz
OUT1 f= OUT1 f=
OUT2 f= OUT2 f=
Tabel 5-5(b)
Gambar 5-32 (b) Gambar 23009-blok c.2
Percobaan tujuh (1-7) : Intermittent OSC
5-7-1 Basic Circuit
5-7-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan klip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 5-33 (a) dan susun klip
sirkuit pendek seperti diagram 23009-blok d.1.
(2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang yang melewati Vce, Vbe,
dan VLS (coil) respectively, kemudian buat catatan
(3) Gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe dan Vce berturut-turut, kemudian
buat catatan
(4) Lepaskan C13 (0.1 µ) dan ulangi langkah (3), kemudian lihat jika osilasi
membangkitkan sirkuit ini (gunakan oscilloscope untuk mengukur Vce).
5-7-1-2 Hasil Percobaan :
Hasil percobaan harus dicatat di tabel 5-6 (a) (b), kemudian bandingkan perbedaan
antara langkah (3) dan (4)
Tabel 5.6 (a) Tabel 5.6 (b)
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 91
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 5.33 (a) Gambar 23009 block d.1
5-7-2 Electronic Bird
5-7-2-1 Langkah Percobaan :
1) Masukkan klip sambungan dengan mengacu pada gambar 5-33 (b) dan diagram
pengaturan klip sambungan 23009-block d.2.
2) Hubungkan speaker (0.5W/8Ω) dan periksa jika menghasilkan suara burung.
3) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sisi sekunder dari output trafo.
4) Hubungkan C10 (100 µF) dan C11 (220 µF) secara parallel, kemudian periksa jika suara
burung berubah.
5-7-2-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan pada tabel berikut
Gambar 23009 blok d.2
Gambar 5.33 (b)
Percobaan delapan (18) : Trigger Schmitt
5-8-1 Rangkaian Dasar
5-8-1-1 Langkah Percobaan
1) Masukkan klip sambungan dengan mengacu pada gambar 5-34 (a) dan diagram
pengaturan klip sambungan 230010-block a.1.
2) Atur VR2 (VR10K) ke 0Ω, kemudian gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur data
berikut dari rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 5-34 (a).
3) Gunakan Votlmeter untuk mengukur Vout (Vc2) dan secara perlahan atur VR2 (VR10K)
untuk perlahan-lahan menaikan Vi hingga Vout terdistorsi.Kemudian gunakan
voltmeter untuk mengukur jika Vi = Vu.
4) Ukur kembali Q1 = Vbe1, Vce1, Vc1 Q2 = Vbe2, Vce2, Vc2
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 92
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5) Gunakan voltmeter untuk mengukur Vout (Vc2), kemudian lanjutkan mengatur VR2(VR
10K) jadi kemudian Vi akan berlanjut bertambah, kemudian lihat jika Vout akan
berubah dengan respon untuk mengingkatkan Vi.
(6) Atur VR2 untuk mengurangi Vi hingga Vout tiba-tiba turun, kemudian gunakan
voltmeter (DCV) untuk mengukur Vi yang VL. Juga mengukur Vbe1 dari Q1.
5-8-1-2 Hasil Percobaan
1. Catat hasil percobaan akan pada tabel 5-7(a).
2. Hitung Vh = VU-VL
Vh (tegangan histeresis)
= VU – VL
Tabel 5-7 (a)
Gambar 5.34 (a)
Tabel 5-7 (b)
5-8-2 Generator gelombang kotak 60 Hz
5-8-2-1 Prosedur Percobaan
(1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(b) dan clip pendek sesuai modul 23010 blok a2.
(2)Hubungkan function generator dan oscilloscope ke input (IN), dan hubungkan
oscilloscope (DC) ke output. Atur output sinyal function generator sampai 60Hz Vp-p
gelombang sinus. Jika tidak, atur VR2 (VR10K) sehingga gelombang akan simetris dan
catat hasil gelombang IN dan OUT.
(3) Matikan function generator, kemudian gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vb
dari Q1, dan catat hasilnya.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 93
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(4)Nyalakan function generator, kemudian atur VR2 untuk menambah Vb dari Q1 sehingga
gelombang kotak tidak simetris. Ukur Vin dan Vout, kemudian catat hasilnya.
(5) Putar balik VR2 untuk mengurangi Vb dari Q1 dan periksa perbedaan dari gelombang
kotak. Ukur Vin dan Vout dan catat hasilnya.
5-8-2-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan pada tabel 5-7 (b).
Gambar 5.34 (b)
Percobaan Sembilan (1-9) : Pembangkit gigi-gergaji
5-9-1 Sirkuit dasar dari pembangkit gigi-gergaji
5-9-1-1 Langkah Percobaan :
1) Pasangkan sirkuit sesuai dengan gambar 5-35(a) dan penataan clip penghubung sesuai
diagram 230010-blok b.1.
2) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN), dan hubungkan osiloskop
pada ouput (OUT). Atur output dari sinyal generator sebesar 1KHz 5Vp-p gelombang
kotak, lalu amati gelombang pada IN dan OUT.
5-9-1-2 Hasil Percobaan :
Catat bentuk gelombang dari IN dan OUT pada tabel yang telah disediakan.
Gambar 5.35 (a)
5-9-2 Pembangkit saw-tooth linier
5-9-2-1 Langkah Percobaan :
1) Masukkan clip penghubung sesuai dengan Gambar 5-35 (b) dan clip penghubung sesuai
diagram 230010-blok b.2.
2) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN), dan hubungkan osiloskop
pada outoput (OUT). Tetapkan nilai keluaran signal generator 1KHz 5Vp-p gelombang
kotak, selanjutnya amati bentuk gelombang pada IN dan OUT. (!KHz 5Vp-p gelombang
kotak juga bias dibentuk oleh astable multivibrator).
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 94
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5-9-2-2 Hasil Percobaan :
Catat bentuk gelombang IN dan OUT pada tabel yang telah disediakan.
Gambar 5-35 (b)
Gambar 23010 blok b.2
PRAKTIKUM 6
DASAR PENGUAT OP-AMP
Tujuan :
- Mahasiswa Mengerti karakteristik dasar rangkaian Op-Amp
- Mahasiswa Mengerti prinsi dasar rangkaian Op-Amp
Dasar Teori :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 95
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
- Rangkaian Virtual ground(Virtual pendek)
Rangkaian pendek normal berarti bahwa tegangan yang ada di dua terminal adalah
sama dan arus yang mengalir melalui dua terminal adalah besar(maximum). Walaupun V-
dan V + dari terminal input + dan - dari OPA adalah sama, Namun tidak ada arus yang
mengalir melalui + dan -. Hal ini yang disebut hubungan singkat virtual dan juga disebut
virtual tanah sebagai + terminal biasanya dihubungkan ke tanah pada amplifier.Negative
feedback disebabkan oleh Zi = ~ Av= ~ dan Av dari OPA. karena Zi = ~ tidak ada arus akan
mengalir ke input terminal. Av = ~ tegangan keluaran signifikan akan diperoleh jika
diabaikan tegangan Vi atau dikatakan Vi sangatlah kecil, V-dan V + demikian memilike
kesamaan.
- The Open loop gain
Tambahan Siklus terbuka adalah nilai yang sangat besar dan ideal
- The Close loop gain
Konfigurasi OPA tidak cocok untuk penguat karena siklus terbuka terlalu
besar.Penyebabnya adalah keuntungan yang berlebihan akan mudah menyebabkan output
dari penguat menglami saturasi.Jika OPA digunakan sebagai penguat, umpan balik negatif
harus ditambahkan sehingga keuntungan akan dapat dikendalikan.
15.2.2 Basic Prinsip:
Berbagai sirkuit yang rumit dapat dibangun oleh OP AMP. Ini Sirkuit, tidak peduli
seberapa rumit mungkin, secara fundamental terdiri dari sirkuit dasar. Kami akan
memperkenalkan rangkaian dasar AMP OP digunakan sebagai amplifier.
(1) rangkaian penguat Pembalikan.
(2) rangkaian penguat noninverting.
Beberapa sirkuit aplikasi sederhana yang dikembangkan sesuai dengan di atas dua
circuita, seperti yang ditunjukkan dalam daftar berikut:
1). pengikut tegangan
2). Subtracter
3). adder
4). Clipper Circuit (Limiter sirkuit)
5). Sirkuit tegangan konstan
6). rangkaian diferensial
8). integrator Circuit
15-1 Pembalikan rangkaian penguat
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 96
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Pembalik rangkaian penguat ditunjukkan pada gambar 15.1 (a), dan rangkaian
ekuivalen ditunjukkan pada Gambar 15.1 (b).
Menurut konsep tanah virtual, kita dapat memahami bahwa tidak ada arus akan
mengalir ke input pembalik terminal OPA. Namun, karena V (-) = V (+) = 0V =-lf Rf dan Vi = l1
R1 dan l1 – Jika
Vo adalah dalam fase terbalik dengan Vi
Ketika V2 diterapkan ke terminal input, V1 terhubung ke ground, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar15.4(c).
Vo’= V2(R4 /(R3 +R1+R2/R1)
Vo =Vo'+ Vo"= V1(-R2/R1) +V2(R4 /(R3 +R4)) ((R1 +R2) /R1)
jika R1=R3 dan R2=R4, kita akan mendapatkan
Vo =V1(-R2/R1) +V2(R2 /(R1 +R2)) ((R1 +R2) /R1
=V1(- R2/R1) +V2(R2/R1) =(V2-V1) R2/R1
Rangkaian adder, ditunjukkan pada Gambar 15.5(a), dapat menggabungkan berbagai
terminal input. Menurut teorema superimposisi, kita akan menganalisis sirkuit ini sebagai
berikut:
1. Ketika V1 diterapkan ke terminal input, V2 terhubung ke ground. Karena V(-) adalah
potensi yang sama denganV(+), tidak ada arus akan mengalir melalui R2, dan rangkaian akan
beroperasi sebagai penguat pembalik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.5(b).
Vo '= V1(-Rf/R1)
2. Ketika V2 diterapkan ke terminal input, V1 terhubung ke ground. Prinsipnya adalah sama
dengan 1, ditunjukkan pada Gambar 15.5(c).
Vo’ = V2(-Rf/R2)
Vo = Vo’ + Vo” = V1 (-Rf/R1) + V2(-Rf/R2)
If R1 = R2, Vo = -Rf/R1(V1 + V2)
If Rf = R1, maka Vo = - (V1 + V2)
15 – Sirkuit Clipper (Sirkuit Limiter)
Gambar 15.6 Sirkuit Clipper
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 97
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Dua sirkuit clipper yang berbeda ditampilkan masing - masing di gambar (a) dan (b).
Kami menjelaskan secara singkat prinsip sebagai berikut :
Sirkuit Clipper ditampilkan di gambar 15.6 (a)
Jika
(4) Jika gelombang sinus di terapkan ke terminal input, output dari gelombang akan
diperkirakan gelombang kotak . R2 di gambar digunakan untuk membatasi arus
Sirkuit Clipper ditampilkan di gambar 15.6 (b)
Jika akan di aktifkan, maka Vo akan dipertahankan pada Vzd
Constant
15 – 7 Rangkaian tegangan konstan
Tegangan tetap pada gambar rangkaian 15.7 (a) sebenarnya kombinasi dari
rangkaian pada gambar 15.7 (b) berbalik amplifier. Fungsi rangkaian terlihat pada gambar
15.7 (b), membuat tegangan tetap pada rangkaian , akan naik setelah berbalik amplifier
dikarenakan :
1. Vo =Vz (1+Rf/R1), besarnya ditentukan oleh Rf/R1
2. Efek selanjutnya tidak dapat terhindarkan.karena berbalik amplifier merupakan
karakteristik oleh Zi yang sangat besar dan Zo yang sangat kecil , fungsi itu yang
dihasilkan.
3. Besarnya arus output bisa memperoleh gambar sinyal arus output dari OPA
15-8 rangkaian arus tetap
Rangkaian arus tetap terlihat pada gambar 15.8 didalamnya tedapat 3 pokok :
1. Sebuah sumber tegangan , dengan ketetapan R1 ,Zd dan VR10K
2. Sebuah operasi OPA sebagai pengikuut teganagan dan
3. Arus output pada rangkaian terdapat R1 , sebuah transistor dan Re,dimana arus
terus mengalir hingga R1 tersedia oleh transistor,dan control sebuah ic pada
rangkaian dikeluarkan oleh besarnya Ib, dan dengan menunggu Vref tetap pada
rangkaian,ic juga akan pada keadaan konstan jika R1 dipilih, dan dengan operasi
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 98
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
transistor di region aktif (Ic = β Ib), nilai pada ic akan bergantung Ib dan akan
bergantung pada besarnya R1
15-9 Rangkaian Differensial
Rangkaian diferensial, yang ditunjukkan pada Gambar15.9(a), pada dasarnya adalah
aplikasi dari rangkaian diferensial RC. Ic dalam rangkaian ini dapat dihitung sebagai berikut:
RC diferensial sirkuit
Jika Vi adalah gelombang persegi, Vo akan menjadi gelombang impuls.. Jika Vi
adalah gelombang segitiga, Vo akan menjadi gelombang persegi. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar 15.9(b), resistor Rs terhubung dalam rangkaian praktis untuk menghindari
kebisingan frekuensi tinggi ditingkatkan dan ketidakstabilan yang dihasilkan dari sirkuit
karena XCS terlalu kecil dan faktor amplifikasi terlalu besardalam frekuensi tinggi. Ri
digunakan sebagai resistor keseimbangan pada terminal input.
Sirkuit integrator, ditunjukkan pada gambar 6.10 (a), pada dasarnya adalah aplikasi
dari RC integrator sirkuit. Ic di dalam sirkuit ini dapat dihitung sebagai berikut.
Gambar 6.10 (b) menunjukkan sirkuit practical integrator. R2 di dalam sirkuit ini
dapat menghindari output saturasi dari amplifier dan kerusakan integrator karena Xc
berlebihan dalam frekuensi rendah.
15.3 Peralatan Percobaan
1) Modul KL-200
2) Modul KL-23013
3) Bahan : seperti dalam KL 23013
4) Peralatan tambahan : Voltmeter, oscilloscope, function generator.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 99
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5) Alat tangan dasar
15.4 Prosedur Percobaan
Bahan pertama (15-1): Percobaan untuk sirkuit penguat pembalik 15-1-1
15-1-1-1 Prosedur percobaan
1) Masukan klip sesuai gambar 15-11(a)
2) Hubungkan function generator ke input (IN1), kemudian atur output dari function
generator ke 1KHz gelombang sinus. Perlahan-lahan tambahkan amplitudo sehingga
gelombang maksimum tidak terdistorsi di output dapat ditampilkan (gunakan
osciloscope untuk mengukur).
3) Tulis gelombang Vin1 dan Vout.
4) lepaskan output dari generator sinyal dengan menghapus klip pendek-sirkuit klip,
kemudian menghubungkan terminal masukan ke ground. menggunakan skala DVC dari
multimeter (atau oscilosscope) untuk mengukur tingkat DC pada terminal output,
kemudian catat
5) menyisipkan klip sircuit singkat dengan mengacu pada 15-11 (b), di mana penguat
pembalik dengan offset terhubung, dan hubung singkat klip pengaturan diagram 23013
blok b 1
6) ulangi langkah (2) dan (3)
7) menyesuaikan acak VR100K (VR3), kemudian melihat apakah bentuk gelombang
keluaran akan berubah
8) Lepaskan output dari generator sinyal dengan melepaskan klip hubung singkat,
kemudian menghubungkan terminal masukan ke ground. menggunakan skala DCV dari
multimeter atau osciloscope untuk mengukur tingkat DC pada terminal output. jika
tingkat DC tidak 0 V, silahkan sesuaikan VR100K (VR3) sehingga tingkat ini akan menjadi
0V
9) ulangi langkah (2) dan (3)
10) Bandingkan tingkat ouput DC dan bentuk gelombang antara sirkuit dengan offset dan
tanpa diimbangi
15-1-12
Hasil Percobaan
Catat hasil percobaan pada tabel 15-1
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 100
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan dua (15-2) : Percobaan untuk sirkuit penguatan tidak berkebalikan 15-2-1
15-2-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan clip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 15-12 dan clip sirkuit
pendek sesuai susunan diagram 23012-blok b.3
(2) Hubungkan signal generator ke terminal masukan (IN2), kemudian adjust keluaran dari
signal generator ke 1KHz gelombang sinus.
(3) Hubungkan oscilloscope ke terminal keluaran, kemudian secara perlahan tambahkan
output amplitude dari signal generator sampai maksimal tidak terdistorsi dan bentuk
gelombang akan tampil pada oscilloscope. Catat bentuk gelombang dari Vin2 dan Vout.
15-2-1-2 Hasil Percobaan :
Bentuk Gelombang dari Vin2 dan Vout harus dicatat pada tabel 15-2
Av=VoutVin
=¿¿
Tabel 15-2 . gambar 15.2
Percobaan ketiga (15-3) : percobaan voltage follower
15-3-1
15-3-1-1 prosedur percobaan :
(1) Masukkan short circuit clip seperti pada gambar 15-3 dan short circuit clip pada 23013 blok b.4
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 101
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
(2) Hubungkan sinyal generator dan osccilloscope ke terminal input (IN 2), adjust output pada sinyal generator hingga menjadi gelombang sinus 1 KHz
(3) Hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT) , secara perlahan naikkan amplitudo pada sinyal generator sampai sinyal pada oscilloscope not-distorted . catat gelombang output IN2 dan OUT
(4) Adjust secara acak amplitudo output pada sinyal generator , kemudian lihat jika Vout sama dengan Vin
15-3-1-2 Hasil percobaan :
Sinyal pada IN2 dan OUT catat pada tabel 15-3
Av=VoutVin
=¿¿
Tabel 15-3
Percobaan 4 (15-4) : Percobaan untuk membut subtraktor
15-4-1
15-4-1-1 Langkah Percobaan :
1) Masukkan klip sambungan dengan memperhatikan gambar 15-14 dan diagram aturan
sambungan 23013-block b.5.
2) Secara berturut-turut atur R1 dan R10 menjadi 500Ω VR, sehingga tegangan pada V1
dan V2 akan septi yang terindikasi pada tabel 15-4. (Langsung ukur nilai R1 sendiri
untuk mengetahui tegangan V2).
3) Hubungkan dengan nilai yang terindikasi pada tabel 15-4, gunakan multimeter atau
oscilloscope (DCV) untuk mengukur tegangan pada output terminal (OUT), kemudian
catat pada tabel 15-4.
VOUT = (V2-V1) R12/R4, dimana nilai dari R4 dan R12 ditunjukkan pada gambar 15-4.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 102
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Percobaan 5 (15-5) : percobaan untuk membuat adder
15-5-1
15-5-1-1
1) Masukkan klip sambungan dengan memperhatikan gambar 15-15 dan diagram aturan
sambungan 23013-block b.6.
2) Secara berurut atur VR500Ω (R1) dan VR3 (100KΩ), sehingga tegangan dari V1 dan V2
akan bernilai seperti yang terindikasi pada tabel 15-5.
3) Gunakan voltmeter atau oscilloscope (DCV) untuk mengukur tegangan pada terminal
output (OUT) bandingkan dengan V1 dan V2.
4) Gunakan persamaan berikut : V0 = - R12R3
(V1+V2)
Untuk menghitung nilai dari Vo.
15-5-1-2 Hasil Percobaan :
Percobaan enam (15-6) : Percobaan untuk sirkuit clipper
15-6-1
15-6-1-1 Langkah Percobaan
1. Masukkan clip penghubung sesuai dengan Fig 15-16 (a) dan penataan clip penghubung
diagram 23013-blok a.1. hubungkan power supply dengan ±12V, lalu lepaskan CR3 dan
CR4.
2. Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN3), lalu tetapkan keluaran signal
generator adalah 1KHz gelombang sinus, dan perlahan naikkan output amplitudonya
sehinggan Vout pada rangkaian akan lebih besar dari pada 14Vp-p.
3. Hubungkan CR3 dan CR4 (Zd: 6.2V x 2), lalu amati variasi tegangan pada output, dan
catat pada Tabel 15-6.
4. Hubungkan clip penghubung sesuai dengan Fig 15-16 (b) dan penataan diagram clip
23013 blok a.2.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 103
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
5. Tetapkan sinyal input ke 1KHz gelombang sinus, lalu secara perlahan naikkan amplitude
dari sinyal input, dan amati variasi dari Vout. Aapakah nilai maksimum output adalah
+6.2V?
15-6-1-2 Hasil Percobaan:
Gambar 23013-block a.1 Gambar 15-16 (b)
Gambar 23013-block a.2
Percobaan ketujuh (15-7) : Percobaan pada rangkaian tegangan konstan
15-7-1
15-7-1-1 Prosedur Percobaan
(1) Masukkan short-circuit clip mengacu pada gambar 15-17 dan aturlah sesuai dengan
diagram 23013-block a.3 pada 6.2 V pada Vin 4
(2) Gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur tegangan terminal output (OUT) pada
tegangan konstan ( 9V )
15-7-1-2 HasilPercobaan
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 104
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 15-17 Gambar 23013 – blok a.3
15-8-1 :
15-8-1-1 Langkah Percobaan :
(1) Masukkan klip short-circuit berdasarkan gambar 15-18 dan susun klip short-circuit sesuai
diagram 23013-blok a.4. Hubungkan 1KΩ (R27) sebagai R1.
(2) Atur tegangan (Vref) ke 1V, lalu hubungkan ammeter ke nilai ukuran l1. Kemudian
gunakan voltmeter untuk mengukur tegangan output (TP5) dari OPA, dan catat.
(3) Ganti R1 ke 2.2KΩ (R26), ulangi langkah (2)
(4) Ganti R1 ke 150Ω (R28), ulangi langkah (2)
15-8-1-2 Hasil Percobaan :
Catat hasil percobaan, kemudian periksa jika nilai l1 tetap konstan
Praktikum sembilan (15-9): percobaan untuk sirkuit yang berbeda
15-9-1
15-9-1-1 langkah-langkah percobaan:
1. Masukkan connection clip seperti pada gambar 15-19 dan letakkan connection clip
seperti pada diagram 23013-blok a.5.
2. Hubungkan sinyal input ke terminal inpunt (IN2), kemudian atur output dari
pembangkit sinyal menjadi 1Vp-p gelombang segitiga dengan frekuensi f<
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 105
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
. Bandwidth dapat dilihat dari spesifikasi manual, dan nilai dari R1 dan
C terlihat pada gambar 15-19.
3. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyat Vout.
4. Atur R20 (50K) ke titik dimana Vout akan maksimum dan tidak akan terdistorsi,
kemudian cek nilainya ( KΩ). Dari R pada titik ini.
5. Catat gelombang dari Vin2 dan Vout.
6. Ubah frekuensi dari Vin2, kemudian ulangi langkah 4 dan 5.
15-9-1-2 hasil percobaan:
Gambar 15-19 Gambar diagram 23013 blok a.5
Praktikum sepuluh (15-10): percobaan untuk sirkuit integrator
15-10-1
15-10-1-1 langkah-langkah percobaan:
1. Masukkan connection clip seperti pada gambar 15-20 dan letakkan connection clip
seperti pada diagram 23013-blok a.6.
2. Hubungkan pembangkit sinyaldan oscilloscope ke terminal input (IN1), kemudian atur
output dari pembangkit sinyal menjadi 0,1Vp-p gelombang kotak dengan frekuensi f≥
. Nilai dari R2dan C terlihat pada gambar 15-20.
3. Hubungkan oscilloscope ke terminal output, kemudian atur magnitude dari R sehingga
sinyal segitiga dengan linearitasyang sangat baikakan diperoleh pada Vout.
4. Lihat gelombangnya dari Vin1 dan Vout, kemudian catat hasilnya.
15-10-1-2 hasil percobaan:
Gambar 15-20 Gambar diagram 23013 blok a.6
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 106
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
PRAKTIKUM 7
PRAKTIKUM UNTUK RANGKAIAN OSILASI MENGGUNAKAN OP AMP
(RANGKAIAN UMPAN BALIK POSITIF)
7.1. TUJUAN PEMBELAJARAN :
- Mengerti aplikasi OP AMP dalam positive feedback
- Memahami karakteristik dari menggabungkan comparator OP AMP
- Memahami aplikasi dari OP AMP pada multivibrator
- Memahami aplikasi dari OP AMP dalam osilasi sinusoida
7.2. DASAR TEORI
7.2.1.Istilah baru :
(1) Duty : seperti pada gambar a :
(2) OSC : OSC adalah singkatan dari Oscillator
(3) Multivibrator :
Oscillator dapat menghasilkan sinyal square (pulse) yang mana pengaruhnya , pada
superimposisi dari sinyal multiple harmonik . Pada Oscillator yang menghasilkan sinyal
keluaran square wave dapat dikatakan multivibrator.
7.2.2. Prinsip Dasar
Pada OP AMP , selain digunakan penerapan pada negatif feedback yang telah dibahas pada
bab sebelumnya , juga digunakan penerapan pada positif feedback . Bab ini akan tersedia
sistematika pengenalan untuk beberapa rangkaian yang digunakan.
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 107
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
Gambar 7.13 sinyal dengan titik ysng berhubungan pada
monostable multivibrator
7-6 Osilasi Sinusoidal (frekuensi rendah)
Kondisi dari osilasi sinusoida yaitu :
(1) Positive feedback,
(2) – β A = 1, dimana β sebagai faktor feedback dan A sebagai faktor penguatan .
Hal tersebut Dikenal sebagai kriteria Barkhausen
(1) Shift fasa Osilasi RC
Gambar 7.14 Phase lead RC phase-shift oscillator
Seperti ditunjukkan pada gambar 7.14, Fasa-shift Oscillator RC menggunakan Fase 180⁰
perbedaan dari ketiga fase jaringan R dan C dalam frekuensi spesifik, dalam konjungsi
dengan pembalikan sinyal output dari OP AMP, dimana akan disebabkan dari semua
perbedaan fase menjadi 0. Hubungan fase dari gelombang a, b, dan c pada gambar 7.14
yang ditandai pada gambar. Dalam kondisi ini, oscilasi dapat dibangkitkan jika penguatan
terlalu besar pada –β A = 1.
−β=VfVo
= 1
1−5a2− j(6a−a3) -- 7-6.1
Vf : tegangan feedback Dimana α = 1
w RC
Vo : tegangan output
Jika perbedaan fase yang dibutuhkan 0, bilangan imajiner dari persamaan 7-6.1 seharusnya
bernilai 0, dimana dibutuhkan a2= 6. Frekuensi oscillasi dapat ditunjukkan sebagai berikut :
fo = 1
2ԥ√RC
-β = 1
1−5 x6=−129
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 108
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
-βA = 1
A = -29 = - RfR1
RfR1
= 29
Gambar 7.15 Fase-lag Fase-shift Oscilator RC
(2) Wien-bridge OSC
Seperti ditunjukkan pada gambar 7.16, oscillator yang seimbang sebagai jaringan feedback
negatif yang disebut Wien-bridge OSC. Membandingkan dengan yang dinyatakan
sebelumnya fase-shift OSC ini, Wien-bridge OSC yang menunjukkan respon gelombang
sinusoida. Seperti terlihat pada gambar, rangkaian ini termasuk dua jaringan feedback,
dimana :
1) Jaringan feedback positif dibangun oleh Z1 dan Z2, nomor yang menentukan frekuensi
oscillasi;
2) Jaringan feedback negatif dibangun oleh R1 dan R2, nomor yang menentukan amplitudo
oscilator.
β=−VfVo
= −Z 2Z1+Z2
A=1+ R1R2
−βA= α
3α− j (1−α 2 )¿
x(1+ R1R2 )…7−6.2¿
Dimana α = w RC
Menurut Barkhausen criterion, feedback positif harus ada dalam rangkaian, dimana
disebabkan ke fase shift 0 dan melawan feedback dengan sendirinya. Bilangan imajiner
dengan persamaan 7-6.2 harusnya 0, yang memerlukan
1 - α2 = 0 α = 1
Α = wRC = 1
2 ԥ foRC = 1
fo = 1
2 RCԥ , agar mempertahankan oscilasi, -βA harus mendekati 0.
Ketika α = 1,
−βA=13 (1+ R1
R2 )=1−β=1
3A=1+ R1
R2=3
Gambar 7.16
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 109
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
7.3. PERALATAN PERCOBAAN
(1) KL – 200 Linear Circuit Lab.
(2) Module Percobaan: KL – 23016.
(3) Materi : KL – 23016.
(4) Instrumen Percobaan : 1. Voltmeter .
2. Oscilloscope.
3. Signal Generator.
(4) Alat : Basic hand tolls.
7.4. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan keenam (7-6) : percobaan dari osilasi sinusoida
7-6-1 SQUARE WAVE GENERATOR
7-6-1-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan short circuit clip yang berhubungan untuk gambar 7-22 (a) dan short
circuit clip disusun seperti pada gambar 23017 blok b.1
(2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal pada TP1, TP4 (OUT) dan TP5, lalu
catat hasil sinyalnya dan bandingkan dengan sinyal lainnya .
7-6-1-2 Hasil Percobaan :
Perbedaan fase antara Vtp1 dan Vtp4 adalah ________
Perbedaan fase antara Vtp4 dan Vtp5 adalah ________
Perbedaan fase antara Vtp4 dan Vtp5 adalah ________
Perbedaan fase antara Vtp1 dan Vtp5 adalah ________
Gambar (4)
Gambar 7-22 (a) Gambar 23017 blok b.1
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 110
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7
7-6-2 Wien Bridge OSC
7-6-2-1 Prosedur Percobaan :
(1) Masukkan connection clip yang berhubungan dengan gambar 7-22 (b) dan short
circuit clip disusun seperti pada gambar 23017 blok b.2
(2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal pada Vo (TP 4) dan catat hasilnya .
7-6-2-2 Hasil Percobaan :
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 111
top related