buletin infrastruktur daerah - setjen.pu.go.id edisi 4 tahun 2016.pdf · memperhatikan kondisi...
Post on 01-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JEN DERAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Buletin
INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 04/Tahun I/2016
Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur
Tahun Anggaran 2017 dalam APBDTahun Anggaran 2017 dalam APBDTahun Anggaran 2017 dalam APBD
PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA ROAD ROID ROAD ROID ROAD ROID UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN JALAN DAERAHJALAN DAERAHJALAN DAERAH
HAL. 7HAL. 7HAL. 7
FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH
HAL. 10 HAL. 10 HAL. 10
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
4 Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD
Pemanfaatan Data Road Roid untuk Pemrograman Jalan Daerah 7
10 Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
18
Mekanisme Pengalokasian dan Penyaluran DAK Tahun Anggaran 2017
13 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Program Nawacita
Edisi 04 Tahun I 2016 Daftar isi
2
15
Artikel utama
informasi
Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016
1 2
3 4
1. FGD di Arion Siwss Bel-Hotel Kemang
2. Konreg OP PSDA 2016
3. Mekanisme Pengalokasian DAK
4. Bimtek TA. 2016
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Redaksi menerima tulisan/artikel/opini/foto/saran maupun tanggapan terkait bidang Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah ke email
bpkln.pu@gmail.co.id. Redaksi berhak menyunting naskah/artikel yang masuk sesuai tema penerbitan dan ketersediaan jumlah halaman/
rubik.
Pelindung
Annita Firmanti
Penanggung Jawab
Widiarto
Dewan Redaksi
Riono Suprapto Andie Pramudita Fajar Eko Antono
Pemimpin Redaksi
Irma Rahmawati
Penyunting Redaksi
Tingka Adiati
Bagian Produksi
Zamzuli, Agus Soegiono, Asep Sultoni, Dewi Udiarti,
Yunaedah
Bagian Distribusi
Dodi Herdiawan, Agung Tego
Kontributor
Fajar Eko Antono, Andie Pramudita ,Indah
Indriasputri, Rully Dermawati, Leviana Okvianty,
Taufik Perdana, Hasiholan Manihuruk, Dedy
Gunawan, Hendra Charisma Putra, Dary Achmad
Budi, Satrio Arditama, Juan Napitupulu
Desain
Annisa Maulina
Alamat Redaksi
Gedung Menteri PUPR Lt.5
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru Jakarta
Selatan, 12110,
Telp 021-7229463
bpkln.pu@gmail.com
Editorial Buletin
INFRASTRUKTUR DAERAH
3
Pembaca yang budiman,
Selamat berjumpa kembali dalam edisi ke-4 Buletin Infrastruktur Daerah.
Dalam edisi ini kami menyajikan tema terkait Penyelenggaraan Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 sebagai salah satu
instrumen pendanaan pembangunan infrastruktur daerah. Kebijakan utama
terkait pengalokasian DAK Tahun Anggaran 2017 antara lain mempertajam
fokus bidang/sub bidang DAK untuk mendukung pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) melalui DAK Reguler, mendukung sasaran
pembangunan nasional melalui DAK Penugasan, dan mendukung kebijakan
afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi
melalui DAK Afirmasi.
Untuk pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2017 juga dilakukan
percepatan penetapan petunjuk teknis pelaksanaan DAK melalui penetapan
Permen PUPR No. 33/PRT/M/2016 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Tujuan
penetapan tersebut yaitu untuk memberikan kepastian bagi Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan DAK, mempercepat pelaksanaan DAK di daerah
dengan penetapan juknis yang tepat waktu, dan memperkuat landasan
hukum pelaksanaan DAK. Permen PUPR No. 33/PRT/M/2016 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur
ini disusun oleh Kementerian PUPR sebagai bahan masukan untuk Peraturan
Presiden terkait payung hukum Petunjuk Teknis DAK untuk seluruh bidang
yang saat ini sedang dalam proses penetapan. Permen PUPR No. 33/PRT/
M/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur telah disosialisasikan pada acara Sosialisasi Petunjuk
Teknis dan Konsultasi Program Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun
Anggaran 2017 di 3 lokasi yaitu Mataram, Balikpapan, dan Batam pada
Bulan November 2016.
Pada edisi ke-4 ini kami juga mengulas mengenai berbagai topik
diantaranya adalah: Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD, Mekanisme Pengalokasian
dan Penyaluran DAK Tahun Anggaran 2017, Pemanfaatan Data Road Roid
untuk Pemrograman Jalan Daerah, Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah
Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016, Operasi dan Pemeliharaan
Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Program Nawacita, dan FGD
Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah.
Selamat membaca
Tim Redaksi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD
4
Artikel utama
A nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
selanjutnya disingkat APBD merupakan
suatu rencana keuangan tahunan
Pemerintah Daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai
dengan amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah
dalam satu tahun anggaran, serta rencana pelaksanaan
semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun
anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan
Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang
ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua
pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan
dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan,
dan pengawasan keuangan daerah.
Proses perencanaan dan penganggaran APBD Tahun
Anggaran 2017 diawali dengan penyusunan Rencana
Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD) yang mengacu
pada dokumen perencanaan RPJMD di masing-masing
daerah. Kemudian masuk di dalam Kebijakan Umum
Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara
(KUA & PPAS) sebagai dasar bagi penyusunan Rencana
Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA SKPD). Selanjutnya Pemerintah Daerah menyusun
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(RAPBD), dievaluasi oleh Mendagri, dan dibahas di
DPRD untuk mendapat persetujuan menjadi Perubahan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (P-APBD).
Adapun bagan alir proses perencanaan dan
penganggaran APBD Tahun Anggaran 2017, serta
jadwal penyusunan dan penetapan RAPBD dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Tabel I.
GAMBAR 1. PROSES PERENCANAAN & PENGANGGARAN APBD TA 2017
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
5
Di dalam struktur APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK)
merupakan salah satu komponen pendapatan daerah
yang berasal dari dana perimbangan. Alokasi DAK
daerah provinsi, kabupaten, dan kota TA 2017
diinformasikan secara resmi oleh Kementerian
Keuangan melalui Rancangan Undang-Undang (RUU)
tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Tahun Anggaran 2017 yang disetujui bersama antara
Pemerintah dan DPR-RI. Selanjutnya Pemda harus
menyesuaikan alokasi DAK dimaksud dengan
melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
(Perkada) tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran
2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk ditampung dalam Perda tentang P-APBD TA
2017 atau dicantumkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) bagi Pemda yang tidak melakukan
P-APBD Tahun Anggaran 2017.
Teknis penganggaran DAK di dalam APBD dilakukan
dimulai dengan mencantumkan lokasi dan sumber
pendanaan kegiatan untuk kelompok belanja
langsung di kolom penjelasan pada perkada tentang
penjabaran APBD/P-APBD. Selain itu, untuk
penganggaran kegiatan tahun jamak agar
dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai
nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD
dalam kolom penjelasan pada Perkada tentang
penjabaran APBD TA. 2017. Tabel II merupakan
contoh perkada penjabaran APBD yang wajib diisi
oleh daerah dalam proses penganggaran DAK.
TABEL I. JADWAL PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPD
Perencanaan dan penganggaran APBD TA. 2017
diawali dengan penyusunan RKPD yang mengacu
pada dokumen perencanaan RPJMD Daerah.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 6
Informasi Artikel utama
Dalam kondisi tertentu dimana dibutuhkan percepatan
pelaksanaan DAK disebabkan karena keterlambatan
pagu maupun juknis, pelaksanaan kegiatan yang
didanai oleh DAK dapat mendahului penetapan Perda
P-APBD mengingat peruntukannya yang sudah jelas,
sebagaimana diatur di dalam Permendagri No. 31/2016
Lampiran V.13. Langkah percepatan dilakukan dengan
cara menetapkan Perkada tentang Perubahan
Penjabaran APBD dan memberitahukan kepada
Pimpinan DPRD. Kemudian menyusun RKA-SKPD dan
mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan. Lebih lanjut, ditampung dalam peraturan
daerah tentang Perubahan APBD, atau dicantumkan
dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah
menetapkan P-APBD atau tidak melakukan P-APBD.
TABEL II. CONTOH PERATURAN KEPALA DAERAH PENJABARAN APBD
Oleh:
Kasi Fasilitasi DAK Wilayah II, Direktorat Fasilitasi Dana
Perimbangan dan Pinjaman Daerah, Ditjen Bina Keuangan
Daerah, Kemendagri. Pada acara Sosialisasi Petunjuk Teknis dan
Konsultasi Program Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur TA.
2017 dan ditulis ulang oleh Andie Pramudita.
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Mirring Kec. Minuang
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Informasi
R ay, Toole (2013) telah melakukan
identifikasi beberapa faktor yang
mempengaruhi kondisi jalan daerah yaitu:
(i) kurangnya alokasi pendanaan baik APBD
maupun dana bantuan Pemerintah melalui APBN, (ii)
pengalokasian anggaran yang salah dan tidak efisisen,
(iii) kurangnya keterpaduan perencanaan jaringan, (iv)
rendahnya kualitas konstruksi, (v) kurangnya
pembinaan, pengawasan, dan kontrol dari Pemerintah
Pusat, (vi) lemahnya sistem pemrograman dan
penganggaran yang tidak berdasarkan pada data yang
akurat, (vii) kurangnya kapasitas sumber daya manusia
dan peralatan, (viii) terbatasnya pengawasan publik/
masyarakat, dan (ix) keterlambatan penanganan
melalui pemeliharana rutin/periodik.
Merespon temuan di atas dan untuk meningkatkan
efesiensi dan efektifitas penanganan jalan daerah
dengan sumber pendanaan terbatas, maka upaya
untuk meningkatkan kemantapan jalan daerah adalah
salah satunya dengan penyediaan tool system untuk
membantu pemrograman jalan daerah, khususnya
Jalan Kabupaten/Kota. Hal ini sangat penting segera
dilakukan karena sebagian besar Instansi yang
bertanggungjawab dalam penanganan jalan (Dinas PU
Bina Marga) di Pemerintah Daerah belum
melaksanakan optimaliasi perencanaan pemrograman
jalan daerah yang baik. Saat ini kondisi yang ada
diantaranya adalah:
a. Data subjektif dan belum akurat.
b. Belum ada sistem pemrograman yang murah,
akurat dan cepat yang dipakai oleh Pemerintah
Daerah.
c. Sejak era otonomi daerah, SK no. 77/KPTS/
Db/1990 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penyusunan Program jalan Kabupaten kurang
applicable dan hanya berbasis pendekatan ekonomi,
sementara volume lalu lintas jalan daerah masih
rendah.
d. Penanganan jalan daerah masih banyak yang
dipengaruhi oleh kepentingan politik semata,
meskipun ada mekanisme musrenbang dari tingkat
desa sampai dengan kabupaten.
Kondisi ini mengakibatkan inefesiensi pengalokasian
anggaran dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat
mencapai target kemantapan jalan yang diinginkan.
Untuk itu diperlukan suatu alat/aplikasi teknik
pemrograman yang dapat mengakomodasi data teknis
dan non teknis/kondisi/kearifan lokal yang diharapkan
dapat memenuhi bebagai kepentingan stakeholder
namun tetap mempertimbangkan target kemantapan
jalan dan sumber dana yang tersedia. Aplikasi tersebut
dinamakan Road Budget dengan memanfaatkan data
hasil survei aplikasi Road Roid yang berbasis Web-Link.
Road Budget merupakan aplikasi bagi teknik
pemrograman penanganan jalan daerah berbasis data
kondisi jalan dari hasil survei aplikasi Road Roid
dengan memperhatikan kondisi kearifan lokal seperti
aspek fungsi jalan, konektivitas, aksesibilitas,
”
7
Road Budget diperlukan oleh Pemda khususnya Dinas Bina Marga atau Bappeda dalam rangka menyusun rencana strategis lima tahunan dan
prioritisasi penanganan jalan secara tahunan.
“
PEMANFAATAN DATA ROAD ROID UNTUK PEMROGRAMAN JALAN DAERAH
Oleh: Dedy Gunawan, ST, MSc
Hendra Charisma Putra, ST Dary Achmad Budi, ST Satrio Arditama, ST
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
keselamatan, dan lingkungan. Dalam
pengembangannya dimungkinkan untuk menambah
aspek-aspek lainnya sesuai kebutuhan masing-masing
daerah.
Aplikasi ini sangat penting diperlukan oleh Pemerintah
Daerah khususnya Dinas Bina Marga atau Bappeda
dalam rangka menyusun rencana strategis lima
tahunan dan prioritisasi penanganan jalan secara
tahunan. Hal ini diperlukan agar Pemerintah Daerah
mempunyai acuan yang jelas dan dapat
mengalokasikan dana secara efisien serta dapat
mengurangi tekanan politik dari DPRD. Penerapan
aplikasi Road Budget dapat meningkatkan efesiensi,
transparansi, dan efektivitas pengalokasian anggaran
penanganan jalan dengan memperhatikan target
Asumsi pendekatan yang digunakan dalam aplikasi ini
antara lain:
a. Penentuan jenis penanganan berdasarkan kategori
kondisi jalan (IRI) mengikuti kaidah yang diterapkan
untuk penanganan jalan nasional dan
memperhatikan kondisi perkerasan eksisting (tanah,
macadam, aspal, beton).
b. Deteriorasi model berdasarkan asumsi penurunan IRI
secara sederhana seperti pada Gambar 2.
c. Penanganan road safety didasarkan pada nilai
kelandaian (grade) jalan. Apabila grade lebih besar
dari 12% maka perlu dilakukan perbaikan alinyemen
vertikal (pemangkasan) atau dengan melakukan
perbaikan alinyemen horisontal (pemindahan
alinyemen).
Sumber : Analisa
8
kemantapan jalan dan alokasi sumber pendanaan yang
tersedia.
Aplikasi Road Budget selain memanfaatkan hasil survei
data Road Roid juga memanfaatkan open source
berbasis web yaitu Amilna.com yang menyediakan peta
jaringan jalan dan open code bagi pemrograman,
sehingga dapat mempercepat dan mempermudah
pembuatan aplikasi Road Budget. Road Roid merupakan
aplikasi berbasis web bagi pendataan jalan dengan
output data yaitu koordinat (GPS), kecepatan, dan
kondisi kekasaran permukaan jalan (IRI-International
Roughness Index). Perolehan data survei dengan
aplikasi Road roid sangat mudah dan murah. Pola pikir
aplikasi Road Budget selengkapnya disajikan dalam
bagan alir pada Gambar 1.
d. Penentuan harga satuan penanganan didasarkan
pada rata-rata penaganan per km untuk lebar jalan
sekitar 4.5 m mengingat mayoritas lebar jalan
kabupaten/kota mempunyai lebar anatar 3.5-7
meter.
e. Pemilihan prioritas penanganan berdasarkan faktor
kondisi jalan serta aspek lainnya yaitu Fungsi jalan,
Konektivitas, Aksesibilitas, Lalu Lintas. Hal ini
mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR Nomor
47/PRT/M/2015 Tentang Petunjuk teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur.
f. Untuk Kategori volume lalu lintas, mengacu kepada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari
1997.
GAMBAR 1. POLA PIKIR APLIKASI ROAD
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 9
Untuk penerapan Full Model Aplikasi Road Budget sebagai contoh diambil Kota Surakarta. Berdasarkan data primer dan
sekunder serta diskusi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta, jumlah ruas yang sudah tersurvai dengan alat Road Roid
adalah sekitar 243 ruas jalan Kota.
Dari hasil skenario Constraint untuk penanganan Jalan Kota Surakarta diperoleh hasil bahwa tingkat kemantapan rata-rata
diatas 98% setiap tahunnya dengan alokasi dana sekitar Rp 65-75 Milyar per tahun. Sebagai perbandingan pada tahun
anggaran 2015 dialokasikan sekitar Rp 60 Milyar, dan tingkat kemantapan jalan mencapai sekitar 95%. Berdasarkan hasil ini
menunjukkan bahwa penggunakan Aplikasi Road Roid dan Road Budget dapat membantu DPU Kota Surakarta untuk
melakukan pemrograman penanganan jalan.
Aplikasi Road Budget ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut oleh Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah,
Direktorat Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan, dan Fasilitasi Jalan Daerah, Direktorat Jenderal Bina Marga. Diharapkan dengan
aplikasi Road Budget berbasis web dapat membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun pemrogaman/
penganggaran jalan untuk 5-6 tahun ke depan.
GAMBAR 3. TAMPILAN SUB MENU OUTPUT DAFTAR ROAD BUDGET
Sumber : Roadbudget.com
GAMBAR 2. ASUMSI PENURUNAN IRI Keluaran dari aplikasi Road Budget adalah jenis
penanganan berdasarkan prioritas, skenario
penanganan serta indikasi kebutuhan pendanaan dan
kemantapan jalan untuk 6 tahun ke depan. Seluruh
output tersebut disajikan dalam tampilan yang
mudah dipahami semua orang dalam berupa peta
serta skenario pendanaan dan penanganan dalam
bentuk tabel dan grafik seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Peristiwa
10
Focus Group Discussion Pembinaan
Pembangunan Infrastruktur Daerah
D alam menghadapi pembangunan
infrastruktur daerah pada masa yang akan
datang, daerah sebagai ujung tombak
pembangunan harus bisa meningkatkan
kinerja pembangunan pada daerahnya sendiri untuk
mendukung kesuksesan pembangunan nasional secara
keseluruhan. Kementerian PUPR dalam hal ini memiliki
kewenangan dalam menyusun konsep pembinaan
pembangunan infrastruktur di daerah sehingga
perencanaan pembangunan infrastruktur di daerah
bidang PUPR untuk masa yang akan datang bisa terarah
dengan baik. Oleh karena itu pada tanggal 29
September 2016 Bagian Fasilitasi Pendanaan
Infrastruktur Daerah, Biro Perencanaan Anggaran dan
Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat mengadakan Focus Group
Discussion (FGD) mengenai penyusunan Modul
Daerah memerlukan pembinaan
penyelenggaraan Infrastruktur
yang terkait dengan manajemen
program dan manajemen proyek.
Forum Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah di
Arion Swiss Bel Hotel Kemang.
Acara FGD tersebut dihadiri oleh beberapa Dinas PUPR
dan Bappeda dari berberapa daerah di Provinsi Jawa
Barat dan Banten. Acara tersebut bertujuan untuk
memperoleh gambaran praktik perencanaan
infrastruktur daerah bidang PUPR dan memperoleh
masukan terhadap konsep dan pendekatan pembinaan
penyelenggaraan infrastruktur daerah yang dapat
dilaksanakan oleh Kementerian PUPR ke depan.
Focus Group Discussion tersebut dibagi ke dalam dua
sesi, sesi pertama adalah paparan oleh Bagian Fasilitasi
Pendanaan Infrastruktur Daerah Biro Perencanaan
Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat. Aspek
perencanaan dalam penyelenggaraan infrastruktur
daerah merupakan hal yang penting dalam
pembangunan infrastruktur daaerah. Definisi Sistem
perencanaan pembangunan nasional adalah Satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang diselenggarakan
oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat
di tingkat pusat dan daerah (UU 25/2004). Keluaran
dari dokumen perencanaan pembangunan daerah
anrara lain adalah RPJPD; RPJMD; Renstra SKPD; RKPD;
Renja SKPD; RAPB/APBD; LAKIP Daerah; berbagai
rencana aksi; dan lain sebagainya. Siklus perencanaan
dari dokumen perencanaan pembangunan daerah
dapat dilihat pada Gambar 1.
Sasaran pelaksanaan program adalah menghasilkan
manfaat/outcome yang merupakan kombinasi dari
berbagai keluaran/output yang tepat dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran program baik dalam
jangka pendek, menengah maupun panjang (doing the
right project). Perencanaan pembangunan sebagai
praktik manajemen program juga harus bisa
membedakan sistem managemen program dan
manajemen proyek (doing the project right). Dalam
perencanaan, secara legal dan administratif dokumen
perencanaan dan proses menyusunnya haruslah
bersifat formal seringkali hal ini lebih beriorientasi
pada pemenuhan persyaratan administratif untuk
menyusun dokumen perencanaan alih-alih sebagai alat
perencanaan (planning tool).
11
GAMBAR 1. SIKLUS PERENCANAAN
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Informasi
12
Beberapa permasalahan yang masih menjadi hambatan
dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang
ideal khususnya pada bidang PUPR antara lain; Aspek
perencanaan pembangunan yang dianggap sebagai
formal administratif; Kurang tepatnya penetapan
sasaran; Kesulitan dalam melaksanakan proyeksi karena
tidak adanya panduan atau ketentuan yang
mengharuskan melaksanakan proyeksi; Rujukan/
dokumen yang harus diacu; dan mekanisme yang
mengharuskan menyeleksi proyek yang belum optimal.
Sesi selanjutnya adalah sesi diskusi terkait kendala-
kendala yang terjadi di daerah yang berhubungan
dengan aspek perencanaan pembangunan infrastruktur
daerah, Peserta FGD dari Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air, Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa
sering terjadi kendala dalam hal penetapan lokasi
perencanaan proyek. Hal ini seharusnya sudah disusun
dalam dokumen perencanaan, sehingga dalam
pelaksanaan fisiknya sinkron dengan lokasi di dalam
dokumen perencanaan. Permasalahan dalam hal
penetapan lokasi perencanaan proyek juga dialami
oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota
Tangerang Selatan. Pembangunan perumahan berupa
cluster-cluster kecil yang dilakukan oleh pengembang
di Kota Tangerang selatan sering kali dilakukan di
lokasi-lokasi yang tidak didukung akses yang kurang
memadai.
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa
Barat menyatakan bahwa masih terjadi kesenjangan
antara infrastruktur sumber daya air di Provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Hal tersebut juga disimpulkan
melalui kajian mereka mengenai potensi sumber daya
air di Provinsi Jawa Barat yang belum tersentuh dan
hingga sampai saat ini prosesnya masih sampai detail
engineering design tahap 2 di beberapa area
pengembangan sumber daya air di Jawa Barat namun
masih terkendala penganggaran yang terbatas.
Kendala yang terjadi di Dinas Bina Marga, Kabupaten
Sumedang diantaranya adalah masih minimnya
pembinaan-pembinaan terhadap penyelenggaraan
infrastruktur daerah khususnya di bidang Bina Marga.
Pemerintah Kabupaten banyak dituntut dalam
mendukung penyelenggaraan infrastruktur skala
nasional yaitu waduk jati gede dan jalan tol padahal
dalam pelaksanaannya masih terdapat keterbatasan
anggaran di daerah.
Untuk menjawab kendala-kendala tersebut, Bagian
FPID, Biro perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar
Negeri, Kementerian PUPR menjelaskan bahwa
permasalahan terkait keterbatasan anggaran dalam
perencanaan penyelenggaraan infrastruktur memang
menjadi fenomena disemua tempat pada umumnya,
namun dalam perencanaan dengan keterbatasan
anggaran tersebut harus dimaksimalkan output-nya
sehingga tidak menghasilkan produk perencanaan
yang ‘asal’. Selain itu masih banyak juga ditemukan
kebutuhan program yang masih belum masuk kedalam
dokumen perencanaan program. Hal ini diakibatkan
oleh lemahnya database untuk menentukan
perencanaan program.
Hasil akhir dari FGD tersebut menyimpulkan bahwa
daerah memerlukan pembinaan penyelenggaraan
Infrastruktur yang terkait dengan manajemen program
dan manajeman proyek. Peserta FGD juga
menyarankan untuk forum seperti ini harusnya dibuat
rutin sebagai penyelesaian penyelenggaraan
infrastruktur PUPR di daerah. (Juan Napitupulu)
Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
T arget Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP)
pada tahun 2016 untuk membangun 0,3 juta
ha, merehabilitasi 0,7 juta ha serta indikatif
membangun 29 waduk, maka Pemerintah
saat ini melalui Ditjen Sumber Daya Air dalam RPJMN
2015-2019 mengemban tugas besar terkait irigasi,
yakni untuk membangun 1 juta ha irigasi baru,
merehabilitasi 3 juta ha irigasi dan membangun 49
waduk baru, di samping target lain yang tidak kalah
pentingnya.
Dalam mencapai target tersebut maka Kementerian
PUPR perlu meningkatkan kinerja Operasi dan
Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air demi mendukung
ketahanan pangan, ketahanan air dan pengendalian
daya rusak air meliputi strategi struktural dan
nonstruktural. Untuk strategi strutural misalnya,
dilakukan dengan melakukan cetak sawah baru dan
melakukan rehabilitasi pada jaringan irigasi yang tidak
berfungsi dengan optimal, pembangunan waduk,
rehabilitasi atau OP sungai. Sedangkan strategi non
struktural dapat dilakukan dengan pengaktifan komisi
irigasi, unit pengelola bendungan dan komunitas
peduli sungai.
Permasalahan yang saat ini dihadapi seperti
Meningkatnya kebutuhan air seiring pertambahan
penduduk, Meningkatnya jumlah Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kritis, Kekeringan, Bencana Alam, Perubahan
Iklim, dan seterusnya. Sehingga diperlukan rapat
Konsultasi dan OP Prasarana Sumber Daya Air Tahun
2016 Sebagai Wadah Konsultasi dan Koordinasi untuk
Memberikan Masukan kepada Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
penyusunan pembiayaan OP prasarana pemerintah
SDA, Kelembagaan/SDM serta pengelolaan DAK
bidang Sumber Daya Air dalam mendukung ketahanan
Air dan kedaulatan pangan nasional.
Rapat konsultasi terselenggara sebagai upaya
membangun komitmen Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah serta stakeholders lainnya dalam
pelaksaan OP Prasarana Sumber Daya Air dan untuk
merumuskan langkah-langkah strategis sebagai upaya
mendukung terwujudnya pengelolaan sumber daya air
yang berdaya guna secara berkelanjutan; Mengevaluasi
Pelaksanaan OP Tahun 2016 sesuai dengan ketetapan
sistem pelaporan, perbaikan materi pertemuan dan
rencana pertemuan OP PSDA tahun berikutnya. Maka
rapat Konsultasi dan Operasi dan Pemeliharaan (OP)
diselenggarakan di Palembang, Sumatera Selatan pada
tanggal 29-30 September 2016 di Hotel Novotel
Sumatera Selatan dengan peserta dari unsur Dinas
Provinsi & Kabupaten/Kota Di Wilayah I dan sebagian
Wilayah II & III Indonesia Tahun 2016, Bappeda, Dinas
PU Pengairan/SDA, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan
& Holtikultura, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan &
Kelautan, GP3A/P3A, Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS/BWS), DPRD dan BPDAS.
Informasi
13
Operasi dan Operasi dan Operasi dan
Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan
Prasarana Sumber Prasarana Sumber Prasarana Sumber
Daya Air Untuk Daya Air Untuk Daya Air Untuk
Mendukung Mendukung Mendukung
Program NawacitaProgram NawacitaProgram Nawacita
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
Pembangunan bendungan/waduk, embung/kolam
sebagai penampung air menjadi salah satu alternatif
meningkatkan ketahanan air walaupun kita menyadari
tidaklah selalu dapat menjadi solusi permasalahan ini
karena pembangunan waduk dan embung harus
memperhatikan banyak aspek, baik aspek teknis,
ekonomi, sosial budaya, lingkungan, maupun aspek
politik dan keamanan. Selama periode kurun waktu
2015-2016, telah dibangun 5 (lima) buah waduk baru
dan 24 (dua puluh empat) buah waduk dalam tahap
on going, yang kegunaannya tidak hanya untuk
melayani kebutuhan air baku untuk pertanian, tetapi
juga untuk air minum dan kebutuhan lainnya. Selain
itu dalam periode yang sama, telah dibangun 183
buah embung pada kawasan yang potensial
mengalami krisis air.
Dengan adanya bendungan/waduk/embung, saat ini,
baru sekitar 800 ribu hektar (11%) Daerah Irigasi teknis
yang airnya tersedia sepanjang tahun. Dengan
selesainya waduk on going pada tahun 2019 akan
memberikan tambahan volume sebesar 2,3 milyar m3,
sehingga total tampungan menjadi 14,4 milyar m3 dan
luas irigasi yang dilayani waduk menjadi 930.000 ha.
Hasil pembangunan perlu ditindaklanjuti dengan
upaya pemanfaatan secara keberlanjutan yang
diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan. Kegiatan OP dalam bidang
sumber daya air dilakukan untuk mengembalikan
fungsi layanan infrastruktur SDA, agar infrastruktur
SDA yang telah terbangun tetap berfungsi sesuai
dengan umur rencana layanan infrastruktur tersebut.
Cakupan kegiatan OP SDA mencakup seluruh
infrastruktur bidang SDA, seperti prasarana irigasi,
bendungan, situ, embung, pengendali sedimen.
14
“
”
Kementerian PUPR perlu
meningkatkan kinerja Operasi
dan Pemeliharaan (OP) Sumber
Daya Air demi mendukung
ketahanan pangan, ketahanan
air dan pengendalian daya rusak
air
Informasi
Pembukaan Konreg OP PSDA 2016
Oleh:
Kasubdit Fasilitasi Jaringan SDA Daerah
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
D ana Alokasi Khusus merupakan dana yang
bersumber dari Pendapatan APBN, yang
dialokasikan kepada daerah tertentu
untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Berdasarkan perkembangan
Pagu DAK Fisik dari tahun 2012 hingga tahun 2016,
alokasi DAK mengalami kenaikan dengan rata-rata
sebesar 39%. Namun, pada tahun 2017 terdapat
penurunan alokasi DAK sebesar 35% menjadi Rp
58,342 Triliun.
Kebijakan kebijakan utama terkait pengalokasian DAK
Tahun Anggaran 2017 antara lain:
1) Mempertajam fokus bidang/sub bidang DAK
untuk mendukung pencapaian prioritas dan sasaran
pembangunan nasional.
2) Mengalokasikan DAK berdasarkan usulan daerah
(proposal based) dan prioritas nasional dengan
memperhatikan perubahan kewenangan dari
kabupaten/kota ke provinsi.
3) Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi.
4) Melakukan sinkronisasi pengalokasian DAK,
yaitu: antar bidang/subbidang DAK
antarkabupaten/kota dan antara kabupaten/kota
dengan provinsi antara DAK dengan pendanaan
lainnya selain DAK, dan dengan mengoptimalkan
peran Provinsi dalam pelaksanaan sinkronisasi
tersebut.
5) Mempercepat penetapan petunjuk teknis/petunjuk
pelaksanaan DAK dengan penetapan Perpres
tentang Petunjuk Teknis DAK.
Jenis DAK Fisik Tahun Anggaran 2017 terdiri dari DAK
Reguler, DAK Penugasan dan DAK Afirmasi. Namun
proporsi DAK Tahun Anggaran 2017 lebih besar
difokuskan kepada DAK Penugasan, yaitu sebesar
61,5%, yang dialokasikan untuk mendanai kegiatan
khusus dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas
Nasional dengan menu kegiatan terbatas dan lokus
yang ditentukan oleh Bappenas.
Perkembangan mekanisme pengalokasian DAK Tahun
Anggaran 2017 dibanding dari tahun sebelumnya, yaitu
tahapan pengalokasian diawali dengan penetapan
bidang/subbidang/menu kegiatan dan format usulan
Sinkronisasi dan Harmonisasi RK DAK Fisik TA 2017
15
Informasi
MEKANISME PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN DAK TAHUN ANGGARAN
2017
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
16
DAK melalui forum Trilateral Meeting DAK yang
diselenggarakan oleh Bappenas dan diikuti oleh
Kementerian Keuangan, dan K/L Teknis terkait. Dalam
Trilateral Meeting dibahas antara lain konsep kebijakan
DAK yang terdiri dari arah kebijakan, target dan
sasaran, ruang lingkup/menu kegiatan, lokasi prioritas,
kriteria teknis, kebutuhan pendanaan, dan
kelembagaan. Hasil Kesepakatan Trilateral Meeting
kemudian ditetapkan ke dalam RKP Tahun Anggaran
2017. Selanjutnya, penyusunan Format Usulan DAK
dibahas dalam forum rapat koordinasi yang
diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan
berdasarkan masukan dari K/L Teknis terkait.
Setelah disepakati format usulan DAK, Kementerian
Keuangan mengundang Pemerintah Daerah (Biro
Keuangan daerah, Bappeda dan SKPD terkait baik dari
provinsi maupun kabupaten/kota) untuk
mensosialisasikan Tata Cara Penyusunan, Penyampaian
dan Penilaian Usulan proposal DAK Fisik Tahun
Anggaran 2017 pada Bulan Mei 2016. Pemerintah
daerah diwajibkan untuk menyusun dan
menyampaikan Usulan Proposal DAK Tahun Anggaran
2017 kepada Kementerian Keuangan, Bappenas, dan
Kementerian Teknis terkait (dalam hal ini Kementerian
PUPR) hingga batas waktu tanggal 10 Juni 2016.
Kementerian PUPR melakukan penerimaan usulan
proposal melalui Biro Perencanaan Anggaran dan KLN,
yang terdiri atas Usulan Kegiatan dan Data Teknis,
untuk selanjutnya dilakukan verifikasi dan penilaian.
Kementerian PUPR melakukan verifikasi data teknis
DAK antara lain melakukan verifikasi data pendukung/
data teknis (contoh: data panjang jalan yang
ditetapkan melalui SK Kepala Daerah, data APBD, dll),
menilai kelayakan data pendukung tersebut, menyusun
dan mengolah data teknis dengan menggunakan
formula indeks teknis.
Setelah melalui tahapan verifikasi dan penilaian
proposal DAK, maka hasil penilaian usulan DAK
tersebut dibahas bersama dengan Bappenas,
Kementerian/Lembaga dan Kementerian Keuangan
dengan materi pembahasan terkait daftar kegiatan
yang layak dan daftar kegiatan per bidang yang perlu
disinkronisasikan baik antar-bidang, antar-daerah, dan
antar kegiatan-kegiatan yang didanai DAK dengan
rencana kegiatan vertikal dan TP K/L di daerah. Hasil
dari kesepakatan di tingkat pusat tersebut akan
dijadikan sebagai bahan pembahasan dengan
masing-masing daerah dalam forum Rapat Koordinasi
Sinkronisasi dan Harmonisasi kegiatan DAK di Daerah
yang diselenggarakan di 21 (dua puluh satu) Provinsi.
Forum Sinkronisasi dan Harmonisasi di Provinsi
membahas antara lain mengenai kesiapan pelaksanaan
masing-masing kegiatan (readiness criteria) per daerah,
sinkronisasi data teknis per bidang antara K/L dengan
seluruh SKPD, dan sinkronisasi data keterkaitan
kegiatan antar bidang dan antar daerah. Hasil dari
forum tersebut digunakan untuk penghitungan alokasi
sementara DAK/bidang/daerah, penghitungan pagu
DAK per jenis dan per bidang sebagai bahan
pembahasan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
dengan DPR RI.
Tahapan selanjutnya adalah penentuan pagu per
bidang, perhitungan alokasi DAK Sementara, dan rapat
panjang dengan DPR RI. Perhitungan alokasi DAK
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 17
Sementara dilakukan oleh Kementerian Keuangan
dengan menggunakan Indeks Teknis yang telah
disampaikan Kementerian Teknis dan Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK) Tahun Anggaran 2016.
Setelah didapatkan alokasi DAK Sementara, selanjutnya
dilakukan Rapat pembahasan Dana Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (termasuk DAK) oleh Kementerian
Keuangan dengan DPR RI. Berdasarkan hasil Rapat
dengan DPR tersebut maka ditetapkan alokasi DAK per
daerah dan per bidang yang kemudian akan ditetapkan
secara resmi melalui Peraturan Presiden tentang
Rincian APBN Tahun Anggaran 2017.
Terkait dengan pelaksanaan DAK Tahun Anggaran
2017, sesuai dengan PP No. 55 Tahun 2005 maka
Kementerian/Lembaga Teknis terkait harus segera
menetapkan Petunjuk Teknis masing-masing Bidang
paling lambat 7 hari setelah alokasi DAK
ditetapkan. Namun, berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, petunjuk teknis untuk pelaksanaan DAK
Tahun Anggaran 2017 akan ditetapkan dengan Pera-
turan Presiden. Tujuan penetapan tersebut yaitu untuk
memberikan kepastian bagi pemerintah daerah dalam
melaksanakan DAK, mempercepat pelaksanaan DAK di
daerah dengan penetapan juknis yang tepat waktu,
dan memperkuat landasan hukum pelaksanaan DAK.
Adapun penetapan Perpres tentang Juknis DAK
tersebut ditetapkan paling lambat 1 bulan sejak
Perpres Rincian APBN 2017 ditetapkan, dan berlaku
selama 3 tahun untuk memberikan panduan yang
bersifat jangka menengah bagi Pemerintah Daerah. Jika
terdapat perubahan atas ketentuan Perpres tersebut,
maka akan diakomodir dengan Peraturan Menteri
terkait. Saat ini Kementerian PUPR telah menyusun
Permen PUPR No. 33 PRT/M/2016 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur sebagai bahan masukan untuk
Peraturan Presiden tentang Petunjuk Teknis DAK yang
saat ini sedang disusun.
Kemudian terkait dengan penyaluran DAK, sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 48/
MK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah
dan Dana Desa, kebijakan penyaluran DAK pada tahun
2016 dan 2017 didasarkan pada kinerja pelaksanaan
DAK (performance based) yaitu dengan ketentuan
sebagai berikut: 1) Tahap penyaluran Triwulan I,
jumlah penyaluran DAK sebesar 30% dengan syarat
menyampaikan peraturan daerah mengenai APBD
tahun anggaran berjalan; dan laporan realisasi
penyerapan dan capaian output kegiatan DAK tahun
sebelumnya (paling lambat minggu ke- 3 Bulan
Maret), 2) Pada Triwulan II dan III, disalurkan sebesar
25% dengan syarat: menyampaikan laporan realisasi
penyerapan dan capaian output Triwulan I paling
lambat minggu ke-2 Bulan Juni untuk penyaluran
Triwulan II serta capaian output Triwulan II paling
lambat minggu ke-2 Bulan September untuk
penyaluran Triwulan III, dengan minimal penyerapan
75% yang diterima Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD). Sedangkan pada Triwulan IV disalurkan
sebesar 20%, dengan syarat menyampaikan laporan
realisasi penyerapan dan capaian output Triwulan III
paling lambat minggu ke-2 Bulan Desember dengan
minimal penyerapan 90% yang diterima RKUD.
“ ”
Jenis DAK Tahun Anggaran
2017 terdiri dari DAK Reguler,
DAK Penugasan, dan DAK
Afirmasi.
Oleh:
Kasubdit DAK Fisik II, Direktorat Dana Perimbangan, Ditjen
Perimbangan Keuangan, Kemendagri. Pada Acara Sosialiasi
Petunjuk Teknis dan Konsultasi Program Penggunaan DAK
Bidang Infrastruktur TA. 2017 dan ditulis ulang oleh Irma
Rahmawati.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 18
Bimtek di Hotel The Sahid Rich (Yogyakarta)
S ehubungan dengan tugas dan fungsi
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat sebagai pembina teknis
penyelenggaraan Urusan Pekerjaan Umum,
dan Urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman
maka Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan
Anggaran dan KLN menyelenggarakan Bimbingan
Teknis (Bintek) Proyek Pemerintah Daerah dan
Desentralisasi (P2D2) TA. 2016. Forum pembinaan
kepada daerah dalam bentuk bimbingan teknis ini
bertujuan meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah
(Pemda) peserta P2D2 dalam melaksanakan proyek-
proyek yang didanai melalui DAK bidang Infrastruktur,
khususnya untuk sub-bidang: irigasi, jalan, air minum,
dan sanitasi.
Bimtek ini merupakan pelaksanaan komponen 2 Loan
Agreement P2D2 yaitu berupa penguatan kelembagaan
pemda oleh pemerintah pusat, dalam hal ini menjadi
tusi Kementerian PUPR, Acara ini diselanggarakan di
dua wilayah yaitu: (i) Wilayah Timur di Grand Inna Kuta
Bali pada tanggal 7 Oktober 2016 dengan peserta
terdiri dari Bappeda dan Dinas peserta P2D2 di Pulau
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku
serta seluruh Bappeda dan Dinas PU Kab/Kota di Prov
Bali; dan (ii) Wilayah Barat di The Sahid Rich Yogyakarta
pada tanggal 14 Oktober 2016 dengan peserta terdiri
dari Bappeda dan Dinas peserta P2D2 di Pulau
Sumatera, Kalimantan dan Jawa serta seluruh Bappeda
dan Dinas PU Kab/Kota di Prov DI. Yogyakarta.
Proyek P2D2 atau Local Government and
Decentralization Project merupakan pinjaman program
dari Bank Dunia dalam rangka budget support untuk
mengatasi sebagian defisit APBN. Pelaksanaan Proyek
P2D2 telah ditandatangani antara Pemerintah
Indonesia dan Bank Dunia sebagaimana tertuang
dalam Loan Agreement Nomor 7194-ID tanggal 23 Juni
2010.
Sedangkan tujuan utama dari pelaksanaan proyek ini
adalah untuk meningkatkan akuntabilitas dan
pelaporan atas pelaksanaan DAK di daerah, khususnya
di bidang infrastruktur jalan, irigasi, air minum, dan
sanitasi di daerah percontohan yang nantinya akan
mencakup seluruh provinsi di Indonesia pada tahun
2017. Adapun pemerintah prov/kab/kota yang
bergabung menjadi daerah-daerah yang menjadi
peserta P2D2 merupakan Pemda yang telah
Bimbingan Teknis Proyek Bimbingan Teknis Proyek Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016 Desentralisasi (P2D2) TA. 2016 Desentralisasi (P2D2) TA. 2016
Informasi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
menyampaikan surat pernyataan kesediaan
(commitment letter) untuk menjadi daerah percontohan
P2D2 kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan.
Pada TA. 2015, terdapat 199 Pemda pada 14 provinsi
yang menjadi peserta P2D2. Pada acara bimtek dibahas
potret kinerja pelaksanaan DAK P2D2 tahun anggaran
2015 oleh Kepala Bagian Fasilitasi Infratsruktur Daerah,
dan metode verifikasi output DAK bidang infrastruktur
yang disampaikan oleh Direktur Pengawasan
Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II, BPKP,
serta Kebijakan Penyelenggaraan P2D2 Tahun
Anggaran 2017 yang disampaikan oleh perwakilan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kemenkeu. Disamping itu, disampaikan juga arahan
teknis pelaksanaan kegiatan DAK bidang infrastruktur
untuk masing-masing sub-bidang (sanitasi, air minum,
irigasi, dan jalan) yang disampaikan oleh perwakilan
dari masing-masing Ditjen.
Dari hasil pembahasan dan diskusi, secara umum
disimpulkan bahwa pelaksanaan P2D2 telah
memberikan dampak yang positif diantaranya:
peningkatan pelaporan, adanya dana insentif untuk
Pemda yang lolos verifikasi BPKP, penekanan peran
Pemerintah Pusat dalam melakukan peningkatan
kapasitas kepada Pemda, dan lain sebagainya.
Khususnya bagi Kementerian PUPR, selaku Pembina
teknis, melalui pelaksanaan P2D2 didapatkan dampak
positif berupa data dan informasi profil kualitas
penyelenggaraan DAK di setiap daerah yang
didapatkan dari analisis terhadap laporan hasil
verifikasi BPKP. Melalui data tersebut, diantaranya
diketahui bahwa efektivitas pelaksanaan DAK masih
perlu untuk ditingkatkan dikarenakan masih ada
daerah-daerah yang gagal untuk lolos verifikasi BPKP
(pada TA 2015, tingkat insentif hanya 52%). Hal ini
mengindikasikan bahwa meskipun secara umum
pelaksanaan proyek telah mencapai target fisik dan
keuangan yang ditetapkan (pada TA 2015, penyerapan
keuangan mencapai 93%), masih terdapat paket-paket
pekerjaan yang dalam proses pelaksanaannya belum
memenuhi NSPK sehingga gagal lolos verifikasi BPKP
dan tidak mendapatkan dana insentif P2D2.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan
verifikasi diantaranya meliputi: kesalahan dalam
pengadaan barang dan jasa, kesalahan dalam proses
pengadaan lahan, kualitas hasil pekerjaan yang tidak
memadai, kesalahan penentuan lokasi, dan lain
sebagainya. Di masa mendatang, tentunya diperlukan
upaya pembinaan yang lebih sistematis kepada
Pemerintah Daerah supaya dapat menyelenggarakan
proyek-proyek DAK dengan lebih baik lagi. Selain itu
diharapkan Pemerintah Daerah untuk tertib terhadap
jadwal reimbursement pinjaman program dan
pelaksanaan verifikasi yang sudah ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan dan BPKP. Untuk jadwal
reimbursement pinjaman program dan pelaksanaan
verifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Proyek P2D2 atau Local Government and
Decentralization Project merupakan pinjaman
program dari Bank Dunia dalam rangka budget
support untuk mengatasi sebagian defisit APBN.
“
” Bimtek di Hotel Grand Inna (Kuta, Bali)
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 20
Tekait dengan proyek P2D2 sendiri yang akan diakhiri
pada tahun 2018, perlu dilakukan penelaahan ter-
hadap dampak-dampak positif yang telah dihasilkan
serta bagaimana kita dapat melembagakan dan mem-
buat dampak-dampak positif itu dapat berkelanjutan
dalam penyelenggaraan DAK. Untuk itu, pihak-pihak
terkait khususnya yang tergabung dalam PIU P2D2
perlu untuk berdiskusi dan melakukan kajian bersama
untuk menyusun strategi penyelenggaraan DAK pasca
P2D2.
Akhirnya, dengan terselenggaranya acara bimtek ini
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
kegiatan pembinaan teknis kepada daerah perlu untuk
terus ditingkatkan, diperlukan pengkategorian daerah
berdasarkan kinerjanya sehingga dapat disusun menu
pembinaan yang customized, dan diperlukan pola
insentif dan disinsentif dalam penyelenggaraan DAK
untuk meningkatkan kinerja daerah. (Fajar Eko
Antono)
Bimbingan Teknis P2D2 di
Yogyakarta dan Bali
GAMBAR 1. JADWAL REIMBURSEMENT PINJAMAN PROGRAM DAN PELAKSANAAN VERIFIKASI
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016
AGENDA PENTING FPID
Bimbingan Teknis P2D2 di
Yogyakarta dan Bali
Periode Bulan Agustus – November 2016
Focus Group Discussion
Penyusunan Modul
Pembinaan Pembangunan
Infrastruktur Daerah
Sosialisasi
Petunjuk
Teknis dan
Konsultasi
Program
Penyelenggaraan
DAK Bidang
Infrastruktur TA.
2017
top related