ca kandung kemih
Post on 04-Jan-2016
501 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MATA KULIAH SISTEM PERKEMIHAN
MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN CA KANDUNG KEMIH
Oleh :
FARRAH DILA N.I NIM 2010 03 0261
BAGUS SETIAWAN NIM
FENDI ADI NIM
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2012/201
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpah rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ‘’MAKALAH CA kandung kemi”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah SISTEM PERKEMIHAN yang
diberikan oleh dosen pembimbing program studi S1 keperawatan STIKES HUSADA
JOMBANG.
Makalah ini kami harapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
pembaca mengenai Laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan tentang penyakit
Anemia Megaloblastik. untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membagun demi kelancaran tugas dan kemajuan pengetahuan kami ke depan.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik teman sekelompok ataupun teman- teman kami yang ikut mebantu menyelesaikan
makalah ini.
Kami harapkan mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
sendiri dan umumnya bagi semua mahasiswa STIKes Husada Jombang.
Jombang 06 September 2012
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................. 2
Etiologi dan Faktor resiko......................................................... 2
2.2 Jenis histologi............................................................................ 4
2.3 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.4 Manifestasi klinisi..................................................................... 5
2.5 Komplikasi................................................................................. 5
2.6 Pemeriksaan penunjang............................................................ 5
2.7 Penatalaksanaan Medis............................................................. 6
2.8 Konsep Asuhan keperawatan.................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan perbandingan
2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada umumnya belum
disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi. Merupakan tumor maligna kedua
pada system genitourinary.
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari
semua kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa
membawa kerusakan yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Hematuria
merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal.
Setiap orang yang mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi
yang lengkap, karena lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih.
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian ca saluran kemih
Etiologi
Jenis histologi
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Pengkajian askep
Diagnosa keperawatan
Perencanaan/ intervensi
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian ca saluran kemih
Untuk mengetahui etiologi, tanda dan gejala
Untuk mengetahui patofisiologi dan manifestasi klinis
4
Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan
Untuk mempermudah pembuatan askep ca saluran kemih
BAB II
5
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Ca Kandung Kemih
2.1 Pengertian
Ca kandung kemih merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan
kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali
lebih sering menyerang pria daripada wanita. Dan angka kejadiannya meningkat pada
daerah industri.
Tumor ganas kandung kemih adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah
ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus.
Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat
kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat
deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel
transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat
distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam maslah ini adalah sel basal, sel
intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung
pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko
Keganasan buli-buli ini terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat
disekitar kita. Beberapa factor resiko yang yang mempengaruhi seseorang menderita
karsinoma kandung kemih adalah :
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek
api,tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar
oleh bahn karsinogen berupa senyawa amin aromatik ( 2-naftilamin, bensidin, 4-
aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih
besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen
berupa amin aromatik dan nitrosamin.
6
3. Infeksi saluran kencing
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenastin, opium dan obat antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan resiko timbulnya karsinoma kandung kemih.
2.3 Jenis histology
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %), sedangkan
jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (4-6 %), adenoma
(<2%), undifferentiated carcinoma dan sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor
karsinoid, karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma,
hemangioma, sarcoma osteogenik dan miosarkoma. IV. Patofisiologi. Sel tumor
transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot
sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara
hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe
regional, paru, tulang dan hati.
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program
pengobatan. Klasifikasiny adalah ssebagai berikut :
Ta :_tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina,
dinding pelvis dan dinding abdomen.
7
2.4 PATHWAY
Replikasi DNA >>
Produksi gen regulatorik hilang
Pengaktifan oonkogen pendorong
pertumbuhan
Perubahan gen yg mengendalikan pertumbuhan
Peng-non-aktifan gen supresor kanker
Mutasi pd genom sel somatik
Perbaikan DNA
Usia
Imunitas
Rentan terpapar radikal bebeas
Lifestyle (rokok) & Bahan Karsinogenik (pabrik jaket
kulit bag.pewarnaan)
Bersirkulasi dalam darah
Radikal bebas bergabung dg urin sec.terus-menerus
Masuk ke ginjal
Terfiltrasi di glomerulus
Masuk ke kand.kemih
Stagnasi radikal bebas
Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional
Kerusakan DNASel normal
Berhasil
Gagal
Vit. B12, As.Folat dipakai poliferasi DNA abnormal
Nutrisi
Tek. Kand. Kemih
Reflux ureter & ginjal
Retensi urin di ginjal
Disfungsi ginjal
Eritopoetin Tek. Hidrostatik glomerulus > Tek. Kapsula Bowman
GFR
BUN
Reflex miksi
Frequency
Gg. Pola Eliminasi
Mitomicin
Detox di hati
Hati bekerja extra keras
Hepatomegali
Penggunaan energi terfokus
pd mitosis sel Ca
Penambahan massa bladder
Invasi ke jaringan sekitar
Ez. Telomerase Ca Bladder
Menghasilkan Ez. Protease
Replikasi DNA >>
RBC
Hb
Anemia
Konjungtiva pucat
Risiko Gg. Nutrisi < kebutuhan 8
Invasi ke jaringan sekitar
Ke pem. darah sekitar
LimfogenMerusak reseptor regang sensori
Impuls tidak dihantar ke saraf 2-4
Tidak ada rasa miksi
Inkontinensia
Ruptur pem. darah
Hematuria
Terbawa aliran limfa
Ke nodus limfa daerah pelvis
Sel kanker replikasi terus-menerus
Pembersaran Limfa (Limfadenopati)
Penekanan ujung saraf nyeri daerah pelvis
Nyeri Pelvis
Gg. Rasa nyaman : Nyeri
9
2.5 Manifestasi klinis
Keluhan yang paling utama adalah hematuri (85-90%) baik mikroskopis maupun
makroskopis tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada masa sebagian kecil pasien
10
dapat dijumpai keluhan iritasi buli seperti frekuensi, urgensi dan disuria. Keluhan
obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna leher
kandung kemih. Keluhan lanjut adalah nyeri tulang bila terjadi metastase ke tulang atau
sakit pinggang bila metastasi retroperitoneal atau obstruksi ureter juga
dapat_ditemukan.Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan
dinding kandung kemih atau terabanya massa tumor baru diodapatkan dengam perabaan
bimanual.
2.6 Komplikasi :
Komplikasi pembedahan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat
menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan
daerah metastase penyakit
2.7 Pemeriksaan penunjang dan hasil.
1. Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biasanya tidak ditemukan selain hematuri. Anemia bila ada perdarahan kronis atau
pendesakan sel metastasi ke sumsum tulang, sedangkan uremia dapat dijumpai bila
tumor menyumbat muara ureter baik karena obstruksi ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiology.
Dilakukan foto polos abdomen, IVP dan foto thoraks.
3. Sistoskopi dan biopsy.
Pada persangkaan tumor kandung kemih maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak
dilakukan, bila perlu dilakukan CT-scan.
2.8 Penatalaksanaan Medis.
Pada pasien dengan tumor superficial hanya menjalani dengan pengobatan TUR
(disertai atau tidak disetai kemoterapi intravesika), control sistoskopi berkala mutlak
dilakukan. Sedangkan pasien yang menjalani pengobatan dengan sistektomi radikal
dilakukan foto thoraks berkala.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian.
1. Hematuri : adanya darah dalam urine yang dapat dilihat di sertai nyeri atau
disuria.
11
2. Gangguan pola BAK : frekuensi kurang dari 2 jam dan urgensi dengan atau
tanpa inkontinensia.
3. Nyeri : panggul nyeri karena obstruksi ureter atau metastase retroperitoneal,
nyeri tulang kronis karena metastase tulang.
4. Limfadenopati : pemebsaran kelenjar limfe pelvis.
5. Massa abdomen : hepatomegali.
Diagnosa keperawatan
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
Tujuan :
- Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan
Tindakan :
a. Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya
b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu pasien mempersiapkan
diri dalam pengobatan
e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan
dll
f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
h. Pertahankan kontak dengan pasien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional:
a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses
penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek
sampingnya.
12
e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan
solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar
ditolong.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf.
Tujuan :
a. Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
b. Melaporkan nyeri yang dialaminya
c. Mengikuti program pengobatan
d. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri
melalui aktivitas yang mungkin
Tindakan :
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b. Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien
dan keluarga tentang cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau nonton TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Kolaboratif
a. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan pasien
b. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Rasional:
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
13
b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
menyebabkan komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa
nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan
ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai
sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien
akan obat-obatan anti nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker.
Tujuan :
a. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
b. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
c. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tindakan :
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai dengan
kebutuhannya
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis
d. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake
cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan
yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
14
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman
atau keluarga
g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami pasien
Kolaboratif
a. Amati study laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
b. Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan
B6, antacida
Rasional:
a. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan
tepat sesuai kebutuhan.
15
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
a. Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada
tingkatan siap
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan
d. Bekerjasama dengan pemberi informasi
Tindakan :
a. Review pengertian pasien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan
akibatnya
b. Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada
pasien tentang pengalaman pasien lain yang menderita kanker
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang tidak diperlukan
d. Berikan bimbingan kepada pasien/keluarga sebelum mengikuti prosedur
pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada pasien.
e. Anjurkan pasien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya
f. Review pasien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal
g. Anjurkan pasien untuk mengkaji membran mukosa mulut secara rutin,
perhatikan adanya eritema, ulcerasi
h. Anjurkan pasien memelihara kebersihan kulit dan rambut
Rasional:
a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
16
b. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan
konsepsi serta kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai
penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake
makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek
samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi
Tujuan :
a. Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan
ulcerasi
b. Pasien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal
c. Pasien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan
rongga mulut
Tindakan :
a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan pasien dan secara
periodic
b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda
terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah
c. Diskusikan dengan pasien tentang metode pemeliharan oral hygine
d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam,
hindarkan makanan yang keras
e. Amati dan jelaskan pada pasien tentang tanda superinfeksi oral
17
Kolaboratif
a. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi
b. Berikan obat sesuai indikasi
Anagetik, topikal lidocaine, antimikrobial mouthwash preparation.
Rasional:
a. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.
b. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan
minuman.
c. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
d. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
e. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
g. Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam
rongga mulut/infeksi sistemik.
h. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang
tepat.
6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran
mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Tindakan :
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis,
diare, drainse luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b. Timbang berat badan jika diperlukan
18
c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refill
d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada
pasien
e. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu
f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa,
luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie
g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah
Kolaboratif
a. Berikan cairan IV bila diperlukan
b. Berikan therapy antiemetic
c. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif
Tujuan :
a. Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan
infeksi
b. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung
normal
Tindakan :
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama
b. Jaga personal hygine pasien secara baik
c. Monitor temperature
d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
Kolaboratif
a. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
b. Berikan antibiotik bila diindikasikan
19
Rasional:
a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan
cairan.
c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi
dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya
hipovolemia.
e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g. Mencegah terjadinya perdarahan.
h. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i. Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j. Mengetahui perubahan yang terjadi
2. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit
pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan,
penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
a. Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi
terhadap seksualitas
b. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
Tindakan :
a. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi
serta hubungannya dengan penyakitnya
b. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitas
c. Berikan privacy kepada pasien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.
Rasional:
20
a. Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara
klien dengan pasangannya.
b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
c. Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan
perasaan dan keinginan secara wajar.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi
spesifik
b. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
Tindakan :
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati
penyembuhan luka.
b. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal
c. Ubah posisi pasien secara teratur
d. Berikan advise pada pasien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak,
bedak tanpa rekomendasi dokter
Rasional:
a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan
identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.
21
Daftar Pustaka
.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.
22
top related