candidiasis oral pada pengidap hiv
Post on 20-Jul-2015
198 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/17/2018 Candidiasis Oral Pada Pengidap HIV - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/candidiasis-oral-pada-pengidap-hiv 1/4
1 | P E M I C U 3 M O D U L I N F E K S I D A N I M U N O L O G I
Kandidosis Oral pada Pengidap HIV
Oleh
Riva Ambardina Pradita
Jakarta, 18 April 2012
I. Definisi
Kandidosis oral (juga dikenal sebagai "thrush") adalah infeksi jamur ragi Candida genus pada
selaput lendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh Candida albicans, atau kurang umum
oleh Candida glabrata atau tropicalis Candida.
II. EtiologiC. albicans adalah organisme penyebab kandidosis yang paling dominan. Spesies lain,
termasuk krusei Candida, telah muncul pada orang yang mengalami immunocompromised.
Candida glabrata merupakan penyebab munculnya kandidosis orofaringeal pada pasien yang
menerima radiasi untuk kepala dan leher. Pada pasien dengan infeksi HIV, spesies baru,
seperti dubliniensis Candida dan inconspicua Candida, telah ditemukan. C. albicansmerupakan organisme komensal yang tidak berbahaya yang mendiami mulut hampir 50%
dari populasi (pembawa); sel persister secara klinis relevan, dan pada terapi antimikroba
memilih untuk strain tinggi persister di vivo. Dalam keadaan tertentu, C. albicans dapat
menjadi patogen oportunistik. Seperti keadaan yang cocok untuk itu untuk menjadi oportunis
mungkin gangguan di flora lisan atau penurunan pertahanan kekebalan.
III. Gejala Klinis
Kandidosis orofaringeal (OPC) adalah salah satu manifestasi awal HIV karena defisensi imun
dan biasanya mempengaruhi pasien HIV stadium berat yang tidak diobati. Ini baru tampak
dalam waktu bulan atau tahun sebelum terjadinyanya penyakit oportunistik yang lebih berat.
OPC adalah suatu tanda penting yang menunjukkan keberadaan atau perkembangan lanjut
penyakit HIV. Meskipun biasanya tidak berhubungan dengan morbiditas berat, OPC dapat
secara klinis signifikan. OPC yang parah dapat mengganggu administrasi obat dan asupan
gizi yang memadai, dan bisa menyebar ke kerongkongan.
Klasifikasi kelainan mukosa type orofaringeal pada pasien yang terinfeksi HIV dapat
berbentuk:
a) Kandidosis pseudomembran akut (thrush)
Thrush dapat diamati pada neonatus sehat atau orang yang menggunakan antibiotik,
kortikosteroid, atau pada kasus xerostomia yang mengganggu mikroflora oral. Orofaringeal
thrush kadang-kadang dapat merumitkan penggunaan inhaler kortikosteroid. Kelainan
kekebalan, khususnya infeksi HIV, pengobatan imunosupresif, leukemia, limfoma, kanker,dan diabetes, dapat meningkatkan risiko. Thrush dikarakteristikan dengan pseudomembran
yang tampak putih yanh terdiri dari deskuamasi sel epitel, fibrin, dan hifa. Bercak putih ini
muncul pada permukaan mukosa labia dan buccal, palatum, lidah, jaringan periodontal, dan
orofaring.
b) Kandidosis Akut atrofi
Pada kejadian akut atrofi, disertai gejala rasa terbakar di mulut dan lidah. Lidah tampak
kemerahan seperti pada pasien dengan defisiensi B12, folat, dan feritin.
c) Kandidosis kronik hiperplastik
Ditandai dengan adanya lesi homogen putih pada mukosa buccal atau lateral dari lidah.
Kejadian ini juga berasosiasi dengan merokok. Dapat menjadi sebuah keganasan yaitu
candidal leukoplakia.
5/17/2018 Candidiasis Oral Pada Pengidap HIV - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/candidiasis-oral-pada-pengidap-hiv 2/4
2 | P E M I C U 3 M O D U L I N F E K S I D A N I M U N O L O G I
d) Kandidosis kronik atrofi
Dikenal sebagai denture stomatitis. Ditandai dengan adanya lesi kemerahan lokal pada
palatum dan rahang atas.
e) Median rhomboid glossitis
Merupakan lesi simetris pada anterior lidah yang terdiri dari papila filiform yang atrofi.
Biasanya terkait dengan penggunaan inhaler steroid.f) Chelitis angular
Merupakan fisura pada kedua sisi mulut yang dikaitkan dengan infeksi kandida intraoral.
IV. Respon Imun Terhadap Candida
Secara umum, percobaan pada tikus memberi kesan bahwa imunitas selular dan humoral
mempunyai peranan mayor dan minor dalam sistem pertahanan terhadap
infeksi Candida. Sistem kekebalan yang berperan terhadap Candida adalah sistem kekebalan
selular, limfosit T bertindak selaku regulator utama. Sel CD4+ dan CD8+ mempunyai
peranan dalam respons pejamu terhadap infeksiCandida dan merupakan komponen sentral
dalam pertahanan pejamu yang memproduksi sitokin.
Dalam dinding sel Candida terdapat bahan polidispersi yang mempunyai berat molekultinggi yang menginduksi proliferasi limfosit, produksi IL-2 dan IFN-γ, serta membangkitkan
perlawanan sitotoksik sel NK.
Fungsi limfosit T dalam kekebalan terhadap Candida adalah memproduksi sitokin yang
merangsang dan meningkatkan aktivitas kandidisidal sel efektor seperti sel MN dan PMN.
Sistem imun selular nonspesifik seperti yang diperankan oleh makrofag, PMN, dan sel-sel
NK lebih dominan pada infeksi sistemik dibandingkan infeksi superfisial dan mukosal.
Secara in vitro maupun in vivo diketahui bahwa sel CD4+ adalah sel T yang terlibat
dalam membangkitkan imunitas selular terhadap Candida. Sel CD8+ juga mempunyai efek
bagi pertahanan tubuh terhadap Candida, hanya lebih kecil dan tertutup oleh CD4. Efek yang
dibutuhkan dari CD4 adalah kemampuan memproduksi sitokin, misalnya TNF-α, yang
meningkatkan aktivitas sel-sel fagositik.
Stimulasi sel mononuklear darah perifer manusia oleh Candida atau antigennya
mengakibatkan diproduksinya beberapa sitokin yang berbeda. Sel mononuklear wanita sehat
akan memproduksi TNF dan IL-1.
IL-1 merupakan sitokin yang memicu produksi IL-2 oleh Th1. IL-2 akan merangsang
replikasi Th1. Selain itu, Th1 memproduksi IFN-γ yang dapat menginhibisi pembentukan
germ tube.
Peranan CD8+ dalam patogenesis dan resolusi infeksi pada kandidosis mungkin membantu
melisis PMN yang terinfeksi, memproduksi sitokin untuk mengaktivasi sel fagosit, dan
memodulasi aktivitas efektor sel-sel CD4+. Sitokin tidak hanya penting sebagai penghubung
antara limfosit T dan sel fagosit, namun juga penting untuk koordinasi sel T.
V. Patologi Kandidosis pada Pasien Imunocompromis
Candida albicans umumnya menyebabkan infeksi superfisial kronik pada mukosa host
dengan defek sistem imun terutama pada pasien dengan infeksi HIV. Infeksi candida ini yang
sering didapatkan yaitu kandidosis oropharing. Pada infeksi jenis ini sering ditemukan
molekul perlekatan dan invasi jaringan yang disebut SAP (secreted aspartic proteinase) yang
paling tidak ada 9 turunannya. Mekanisme pertahanan pada permukaan mukosa host terhadap
C.albicans diperantarai oleh CMI oleh sel T CD4+. Mekanisme imun ini melibatkan sitokin
dari TH1, dimana yang rentan infeksi candida adalah respon dari TH2. Selain itu sekresi
sistem imun terutama IgA juga memainkan peranan. Fungsi dari IgA menghambat perlekatan
dari C.albicans pada sell epitel buccal
5/17/2018 Candidiasis Oral Pada Pengidap HIV - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/candidiasis-oral-pada-pengidap-hiv 3/4
3 | P E M I C U 3 M O D U L I N F E K S I D A N I M U N O L O G I
Imunitas protektif terhadap candida melibatkan baik sel-sel alami atau adaptif dan respon
imun humoral. Data saat ini memperlihatkan proteksi terhadap penyakit sistemik di mediasi
secara primer oleh imunitas alami melalui mekanisme mula-mula (neutrofil) dan imunitas
humoral yang biasanya tidak sesuai pada pasien yang menerima obat-obatan imunosupresif
dan atau terapi sitotoksik. Sebalikya proteksi terhadap penyakit kandidosis mucocutan
dipercayakan terhadap CMI dan sel T yang biasanya terganggu pada pasien dengan defisiensiimunitas berat. Data saat ini menunjukan bahwa paien CMC memiliki susunan produksi
sitokin yang berubah sebagai respon terhadap antigen candida yaitu dengan turunnya /
rendahnya produksi IL-2, peningkatan produksi IL-6 dan titer yang tinggi dari IgG dan IgA
spesifik candida jumlahnya tetap dengan jumlah produksi sitokin dari Th1 yang rendah dan
Th2 yang tinggi.
VI. Manifestasi Klinis Oral Lainnya pada Pengidap HIV
Kaposi’s Sarcoma Kaposi’s Sarcoma disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi
sekarang bernama Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual dan
dapat melalui ibu kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makulaberwarna merah-keunguan pada mukosa mulut dan tidak menimbulkan rasa sakit, serta tidak
memucat saat dipalpasi. Lesi ini dapat berkembang menjadi nodul dan membingungkan
antara kelainan pada mulut yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti hemangioma,
hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada gingiva). Lesi ini muncul
pada mukosa rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV,
lesi ini lebih sering ditemukan pada pria. Kaposi’s Sarcoma ditemukan pada penderita HIV
yang akan memasuki kategori C (outright AIDS). Diagnosis lainnya yang ditemukan pada KS
meliputi pyogenic granuloma, hemangioma, atypical hyperpigmentation, sarcoidosis,
bacillary angiomatosis, angiosarcoma, pigmented nevi, dan cat-scratch disease pada kulit.
Bacillary (Epitheloid) Angiomatosis BA mrepakan infeksi yang menyerang pembuluh darah yang secara klinis dan
histologi mirip dengan KS. BA disebabkan oleh organisme rickettsia, Bartonellaciae henselia,
quintana, dll. Lesi kulit (cat-scratch disease) terjadi seperti pada KS. Gingiva pada BA
tampak merah, ungu, biru dan bengkak. Lesi jaringan ini juga menyababkan kerusakan pada
ligamen periodontal dan tulang alveolar. Kondisi ini biasa terjadi pada penderita HIV yang
mengalami penurunan sel CD4. Perbedaan antara KS dan BA, pada penelitian mikroskopik
BA tampak sel epiteloid berproliferasi disertai dengan inflamasi akut dan terjadi infiltrasi.
Hal ini disebabkan karena spesimen organisme ini bereaksi dengan Warthen-Starry silver
stain.
Oral Hyperpigmentation Peningkatan insiden hyperpigmentasi oral berhubungan dengan penderita HIV. Area
mulut pada mukosa pipi, palatal, gingiva, atau lidah tampak adanya bercak (spot). Pigmentasi
akan berlangsung lama pada pemakaian obat-obatan seperti zidovudine, ketoconazole,
clofazimine. Adanya pigmentasi pada mulut mungkin disebabkan karena kekurangan
adrenokortikoid pada penderita HIV dengan penggunaan ketoconazole dalam jangka panjang
atau karena infeksi virus Pneumocystis carinii, cytomagalovirus, dll
Atypical Ulcers and Delayed Healing Ulserasi mulut nonspesifik penderita HIV dapat disebabkan karena neoplasma.
Neoplasma mencakup lymphoma, KS, dan karsinoma sel skuamosa. HIV berhubungandengan neutropenia yang juga menyebabkan ulser pada mulut. Pada penderita HIV sering
5/17/2018 Candidiasis Oral Pada Pengidap HIV - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/candidiasis-oral-pada-pengidap-hiv 4/4
4 | P E M I C U 3 M O D U L I N F E K S I D A N I M U N O L O G I
dijumpai adanya lesi herpes rekuren dan stomatitis aphtosa. Kira-kira 10% penderita HIV
juga terinfeksi virus herpes dan biasanya terus berlanjut. Aphtosa dan lesi aphtosa juga biasa
djumpai karena terjadi imunosupresi pada seluruh tubuh.
Pada individu yang sehat, ulser herpes simpleks dan lesi aphtosa cenderung sembuh
sendiri (self-limiting) dalam periode yang singkat dan mudah didiagnosa (misalnya herpes
pada mukosa berkeratin, dan aphtosa pada permukaan nonkeratin). Pada penderita HIV,herpes terletak pada semua permukaan mukosa dan memanjang sampai kulit yang
berlangsung lama. Pada penderita AIDS herpes pada kulit terjadi lebih dari 1 bulan.
Ulser mulut juga berkorelasi dengan organisme enterobakterial seperti Klebseilla
pneumoniae, Enterobacter cloacae, dan Escherechia coli. Infeksi dari bakteri ini berhubungan
dengan penyakit sistemik.
Herpes Simplex Virus (HSV), varicella-zoster virus (VZV), cytomegalovirus (CMV),
Epstein-Barr virus (EBV) merupakan etiologi yang sering terjadi pada oral ulser nonspesifik.
Atypical ulcers (ulser yang tidak teratur) ditemukan pada HSV, CMV, EBV,CMV. Ulser ini
biasa ditemukan pada penderita neutropenia yang juga penderita infeksi HIV. Neutropenia
juga disebabkan karena obat-obatan seperti zidovodine, trimetoprim-sulfamethoxazole, dan
gancyclovir. Atypical ulcers akan semakin parah dan persisten pada individu yangmempunyai jumlah sel CD4 yang rendah.
Stomatitis aphtosa rekuren (RAS) dapat tejadi pada penderita HIV. RAS bisa menjadi
initial akut pada pemeriksaan serokonversi HIV. RAS dapat meningkat pada orofaring,
esofagus, dan area traktus gastrointestinal.
Daftar Pustaka
1. R.A. Cawson. Oral Patology and Oral Medicine. In: Immunodeficiencies and HIV
disease. Churchill Livingstone. 2008; 350-507.
2. Tzung TY, Yang CY, Chao SC, Lee JY. Cutaneous manifestations of human
immunodeficiency virus infection in Taiwan. Kaohsiung J Med Sci. May
2004;20(5):216-24.
3. Mathes LE, Hayes KA, Kociba G. Evidence that high-dosage zidovudine at time of
retrovirus exposure reduces antiviral efficacy. Antimicrob Agents Chemother . Sep
1996;40(9):2183-6.
top related