Cara Bermain Forex - Coba demo AKUN GRATIS : http://www.foreximf.com/goto/demo Belajar Bisnis, Berita Forex, Berita Forex Hari Ini, Cara Bermain Forex Valas, Forex Factory, Valas, Dapatkan analisa PREMIUM harian forex sebagi pembanding entry point Anda secara GRATIS di : http://www.foreximf.com/goto/subscribe-analisa Artikel ini diambil dari : http://carabermainforexvalas.blogspot.com/
TRANSCRIPT
Perlu Anda ketahui bahwa indikator teknikal bukanlah alat yang bisa menjadikan Anda
seperti cenayang
Indikator teknikal hanya membantu Anda untuk mengenali potensi pergerakan harga.
Kali ini Anda akan mempelajari indikator teknikal yang bernama Moving Average
Moving average (selanjutnya akan kita sebut sebagai MA) merupakan salah satu indikator
tren yang cukup populer
Indikator ini “memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda dipermudah untuk mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum
Mari kita lihat gambar berikut ini.
Gambar di atas adalah grafik 1 jam-an AUD/USD
Garis berwarna merah yang terlihat grafik tersebut adalah salah satu contoh indikator
moving average yang memiliki periode 50 (MA 50)
Artinya, indikator tersebut mengambil data harga dari 50 candlestick terakhir, lalu menggambarkannya
sebagai garis yang Anda lihat itu
Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close), namun ada beberapa metode
yang menggunakan harga open, high, atau low
Namun kita tidak akan membahas hal tersebut kali ini.
Kembali ke gambar di atas, Anda bisa melihat bahwa MA bisa memperlihatkan kepada Anda
tren yang sedang berlangsung
Jika harga pada umumnya berada di bawah MA, maka tren saat itu adalah downtrend.
Sebaliknya, jika harga secara umum bergerak di atas MA, maka tren saat itu adalah uptrend
Dari contoh di atas terlihat bahwa trend untuk AUD/USD pada grafik 1 jam-an (hourly) adalah
turun (downtrend)
Semakin curam kemiringan MA tersebut, maka itu artinya tren yang terjadi semakin kuat
Dengan demikian, Anda bisa lebih mudah memperkirakan potensi arah pergerakan
selanjutnya.
MA juga bisa berfungsi sebagai support dan resistance
Istilahnya adalah support dan resistance dinamis (dynamic support and resistance)
Dinamakan demikian karena ia bergerak sesuai dengan pergerakan harga.
Pada saat uptrend, MA berfungsi sebagai support
Sebaliknya pada saat downtrend, MA berfungsi sebagai resistance.
Oke, mungkin Anda sudah tidak sabar ingin segera mencicipi resep trading menggunakan
MA ini
Sabar"¦ bahkan Utut Adianto juga belajar dasar-dasar catur dulu kok sebelum menjadi
Grand Master
Baiklah, kita akan segera melangkah lebih jauh lagi.
Dalam pembelajaran mengenai MA ini, Anda hanya akan membahas dua jenis MA yang
populer saja, yaitu:
1. Simple Moving Average (SMA)
2. Exponential Moving Average ( EMA)
Anda akan mempelajari dasar-dasarnya dulu, baru nanti Anda akan pelajari strateginya
Oke, ini dia
Simple Moving Average (SMA)
Simple Moving Average (SMA) ini merupakan MA yang paling sederhana
Ya, sesuai dengan namanya: simple
Tapi jangan remehkan kemampuan si SMA yang sederhana ini, karena dengan penggunaan yang tepat ia pun bisa menuntun Anda untuk mengenali pergerakan harga.
Jika Anda menggunakan SMA 50 di grafik 1 jam-an, maka SMA 50 yang Anda lihat adalah hasil dari penjumlahan 50 harga penutupan terakhir, lalu hasil penjumlahan itu dibagi lagi
dengan 50
Dari perhitungan itulah Anda bisa memperoleh nilai rata-rata dari harga penutupan dalam 50
jam terakhir.
Sudah dapat gambarannya kan? Oke, kita lanjutkan.
Seperti yang pernah disampaikan, pada prakteknya Anda tidak perlu susah-susah lagi menghitung SMA ini, platform
trading yang Anda gunakan sudah menyediakan alatnya
Lho, lalu mengapa repot-repot mempelajari perhitungannya? Tujuannya hanya agar Anda
memiliki gambaan mengenai apa sebenarnya SMA ini
Juga agar Anda memiliki dasar jika nanti Anda ingin memodifikasi SMA ini sesuai dengan
strategi Anda nantinya.
Seperti yang telah disampaikan di awal tadi: MA “memperhalus”pergerakan harga
Semakin besar periode yang digunakan maka semakin “halus” pula MA yang dihasilkan�
Semakin halus MA yang dihasilkan maka akan semakin lambat ia bereaksi terhadap
pergerakan harga.
Mari kita lihat perbandingan antara SMA 20 dengan SMA 50 berikut ini.
Nah, kelihatan kan? SMA 20 yang berwarna biru memiliki liukan-liukan yang lebih agresif
dibandingkan dengan SMA 50 yang berwarna merah
Ini menunjukkan bahwa SMA 20 yang memiliki periode lebih pendek lebih cepat bereaksi terhadap pergerakan harga,
sedangkan SMA 50 cenderung lebih lambat daripada SMA 20
SMA 50 terlihat lebih "kalem", �tidak se-"liar" SMA 20.�
Dengan mengamati kedua SMA di atas Anda bisa melihat bahwa pasar tengah dalam
keadaan trending
Kedua SMA yang Anda lihat pada grafik di atas menggambarkan arah tren secara umum, yaitu
downtrend.
Pada topik yang lebih lanjut Anda akan mempelajari strategi penggunaan SMA ini, kelemahannya serta
cara mengantisipasi kelemahan SMA tersebut.
Exponential Moving Average (EMA)
Perhitungan EMA tidaklah sesederhana SMA
EMA memberikan bobot yang lebih dalam perhitungan harga rata-rata dalam rentang
waktu tertentu
Efeknya adalah EMA cenderung lebih sensitif terhadap pergerakan harga , sehingga EMA bergerak sedikit lebih agresif daripada SMA.
EMA & SMA Sample
Gambar di atas memperlihatkan SMA dan EMA yang diplot pada grafik yang sama
Periode yang digunakan juga sama-sama 50 namun metode perhitungannya berbeda
MA yang berwarna biru adalah EMA, sedangkan MA yang berwarna merah adalah
SMA
Anda bisa melihat bahwa EMA 50 selalu lebih dekat kepada SMA 50
Ini artinya EMA lebih merepresentasikan pergerakan harga (price action) daripada SMA
Dengan kata lain, EMA lebih menggambarkan apa yang terjadi di pasar saat ini.
SMA atau EMA?
Mungkin sekarang Anda akan berteriak, "Jadi yang mana yang harus saya pakai? SMA atau
EMA?" Hehe"¦ jangan bingung ya�
EMA maupun SMA memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri
Kita bahas satu per satu.
Kalau Anda adalah trader yang agresif dan ingin menggunakan MA yang bereaksi cepat terhadap
pergerakan harga, maka EMA merupakan pilihan yang tepat
EMA bisa membantu Anda menangkap peluang lebih cepat dibandingkan SMA
Dengan demikian profit yang bisa Anda dapatkan tentunya akan lebih besar pula
Namun kekurangannya adalah Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang
diberikan oleh EMA.
Nah, SMA sendiri adalah kebalikan dari EMA
SMA bereaksi lebih lamban pada pergerakan harga daripada EMA
Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat muncul
Artinya, profit yang dihasilkan pun akan lebih kecil
Namun kemungkinan terjebak oleh fake signal lebih kecil.
Jadi pilih yang mana? Terserah Anda
Ya, benar-benar terserah Anda
Anda sudah tahu kekurangan dan kelebihan masing-masing MA
Pilih yang sesuai dengan karakter Anda.
Penggunaan Moving Average
Ingat selalu kalimat ini:
"JIKA HARGA SECARA UMUM BERGERAK DI ATAS MA, MAKA TREN YANG BERLANGSUNG
ADALAH UPTREND
SEBALIKNYA JIKA HARGA SECARA UMUM BERGERAK DI BAWAH MA, MAKA TREN YANG
BERLANGSUNG ADALAH DOWNTREND." �
Mudah kan? Inilah prinsip dasar penggunaan MA
Dengan demikian, berhati-hatilah jika harga bergerak menembus MA (terjadi breakout), karena hal tersebut
merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa tren akan berubah arah.
Ingat juga bahwa pada saat uptrend strategi yang terbaik adalah Buy
Sebaliknya, pada saat downtrend strategi yang terbaik adalah Sell.
Pada saat uptrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk buy
Sebaliknya, pada saat downtrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk
melakukan sell
Strategi yang biasanya diterapkan adalah bounce trading.
Mari kita cermati gambar berikut ini:
Dalam gambar di atas terlihat indikator SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an
Terlihat bahwa harga terkoreksi dan mendekati SMA 50 dan memantul
Dengan demikian Anda memperoleh konfirmasi bahwa terjadi pantulan
Level stop loss yang terlihat di gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat
Level target yang diambil adalah resistance yang terdekat
Perlu diingat bahwa jika Anda akan melakukan buy menggunakan MA, maka pastikan bahwa
garis MA sedang menanjak (naik).
Kita lihat apa yang terjadi kemudian.
Ternyata bounce yang terjadi valid dan target Anda tercapai.
Pada strategi sell, yang dilakukan sebenarnya hanya kebalikan dari strategi buy
Ketika harga mengalami pullback ke area MA, yang Anda lakukan adalah menunggu
konfirmasi bounce untuk melakukan sell
Perhatikan gambar di bawah ini.
Contoh di atas juga mempergunakan SMA 50
Yang pertama kali harus Anda perhatikan adalah apakah garis SMA tersebut sedang
turun
Ketika harga mengalami pullback ke area SMA, pastikan bahwa kemiringannya SMA tetap ke
bawah (turun)
Dalam gambar di atas, kita melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA
Memang ada false break, namun segera harga bergerak turun dan bergerak di bawah SMA
Keadaan ini menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar daripada bullish
Pada saat ini Anda boleh langsung mengambil posisi sell dengan target di support terdekat dan
stop loss di resistance terdekat.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Ya"¦ ya"¦ sederhana memang, tapi ingat: tidak selamanya skenarionya seperti ini
Terkadang bounce yang terjadi gagal dan harga malah berbalik dan menembus MA dengan
sadisnya
Itulah sebabnya Anda perlu menempatkan stop loss
Nantinya, dengan strategi ditambah manajemen resiko yang baik (akan dipelajari nanti pada level yang lebih tinggi),
strategi yang sederhana pun bisa menghasilkan profit yang konsisten.
Nah, ada pengembangan dari penggunaan MA sebagai entry point
Salah satu pengembangan yang populer adalah mengkombinasikan dua buah MA di dalam satu
grafik
Kombinasi yang cukup populer adalah kombinasi SMA 20 dan SMA 50
Strategi ini kita sebut sebagai "double MA".�
Idenya adalah memanfaatkan celah yang merupakan area di antara dua MA (apakah nanti Anda akan
menggunakan SMA ataupun SMA, sama saja
Hanya saja dalam contoh ini kami menggunakan SMA)
Dari gambar di atas Anda bisa melihat bahwa sell dilakukan ketika harga masuk ke dalam area
yang dimaksud.
Kalau Anda akan melakukan transaksi dengan strategi double MA maka minimal dua kondisi
berikut harus terpenuhi:
1. Kedua MA harus memiliki arah kemiringan yang sama
Jika akan BUY, maka kemiringan kedua MA harus ke atas (naik)
Sebaliknya, jika akan SELL, maka kemiringan kedua MA harus ke bawah (turun).
2. Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA.
Contoh di bawah ini adalah menggunakan strategi double MA untuk melakukan Buy.
Oke, Anda sudah tahu bahwa celah MA tersebut bisa Anda manfaatkan untuk entry
Pertanyaannya kemudian adalah: kapan persisnya Anda bisa buy atau sell?
Untuk sementara, Anda gunakan saja dulu area tersebut
Jadi ketika harga masuk dan candlestick ditutup di area tersebut, maka pada saat itulah Anda
melakukan transaksi
Nantinya, akan ada alat bantu tambahan yang bisa membantu Anda untuk menentukan
timing kapan harus melakukan aksi
Itu akan dipelajari di tingkat yang lebih lanjut
Stay tune!
Double MA Crossover
Perpotongan antara dua MA bisa Anda jadikan sinyal atau indikasi awal bahwa tren akan
berubah arah
Hal tersebut juga bisa Anda pergunakan sebagai sinyal untuk entry.
Gambar di atas memperlihatkan SMA yang diplot di grafik 1 jam-an untuk currency pair
GBP/USD
Pergerakan dari tanggal 27 Mei 2011 hingga lebih kurang 31 Mei 2011 adalah naik
Sekitar tanggal 1 Juni 2011, terjadi crossover (perpotongan) antara SMA 20 dan SMA 50
Setelah terjadi pullback sedikit, terlihat GBP/USD meluncur turun mulai tanggal 1 Juni
2011 hingga 2 Juni 2011.
Jika Anda melakukan sell ketika kedua SMA itu berpotongan, maka pada tanggal 2 Juni Anda
sudah memperoleh setidaknya 100 pips
Yummy!
Kalau buy bagaimana? Sederhana saja, perpotongan dari bawah ke atas merupakan
sinyalnya.
Perpotongan dua MA tersebut juga bisa Anda manfaatkan sebagai exit point jika Anda seandainya telah melakukan
Buy berdasarkan strategi double MA sebelumnya
Jadi, selain sebagai entry point, perpotongan dua MA juga bisa digunakan sebagai exit point.