case letak lintang
Post on 26-Oct-2015
83 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UKRIDA – RS MARDI RAHAYU KUDUS
Pembimbing : dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
STATUS MAHASISWA
Nama Mahasiswa : Simeon Sebastian
NIM : 11-2011-037
I. IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn. S
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Berugenjang RT 02/ RW 02,
Undaan, Kudus
Alamat : Berugenjang RT 02/ RW 02,
Undaan, Kudus
II. ANAMNESIS
Anamnesis
Diambil secara autoanamnesis pada tanggal 13 November 2012
Keluhan Utama : periksa atas rujukan bidan dengan hamil aterm dan letak lintang
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik RSMR untuk memeriksakan kandungannya atas rujukan dari
bidan dengan hamil aterm dan letak lintang. Keluhan mual, muntah, dan keluar darah dari
jalan lahir disangkal oleh os.
Os saat ini sedang hamil anak ke-2. Os mengatakan HPHT-nya tanggal 09 Februari 2012,
dan taksiran partus 16 November 2012.
Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
DM (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi (-)
Riwayat Haid :
o Menarche : 14 tahun
o Siklus Haid : 28 hari
o Lama Haid : 7 hari
o HPHT : 09 Februari 2012
o HPL : 16 November 2012
Riwayat Perkawinan :
Menikah 1 kali, umur 24 tahun dengan suami sekarang selama 9 tahun.
Riwayat Obstetri :
Anak
ke-
Tahun
persalinan
Jenis
kelamin
Umur
kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Hidup
/ mati
Riwayat
nifas
ASI
1 2004 ♂ 40 minggu VE Dokter Hidup Baik -
2 Hamil ini
Riwayat KB :
Riwayat pemakain KB suntik tiap 3 bulan sejak kelahiran anak pertama selama ± 6 tahun.
III. STATUS GENERALIS
- Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 92 kali/menit
- Suhu : 36.8 0 C
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Berat badan : 66 kg
- Tinggi badan : 154 cm
- Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Baik
- Kelenjar getah bening
Leher : Tidak teraba membesar
Aksila : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
- Kepala
Mata : CA -/-, SI -/-
THT : Tidak ada kelainan
- Leher
Thyroid : Tidak teraba membesar, mengikuti gerakan dan simetris
Trakea : Terletak di tengah
- Dada
Paru- Inspeksi : Tidak ada bagian yang tertinggal saat bernapas- Palpasi : Fremitus paru simetris- Perkusi : Sonor- Auskultasi : Suara napas vesikuler, Rh -/- , Wh -/-
Jantung- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat- Palpasi : Ictus cordis teraba- Perkusi : Tidak dilakukan- Auskultasi : BJ I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)
- Mammae
Simetris, tidak tampak ataupun teraba benjolan.
Kedua areolla mammae tampak hiperpigmentasi.
Puting susu tampak menonjol, ASI -/-.
- Abdomen : lihat status obstetri
- Extremitas :
Akral : hangat
Edema : edema pada kedua kaki -/-
IV. STATUS OBSTETRIK
Abdomen
Inspeksi : bentuk membesar melintang, linea nigra (+), strie gravidarum (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Leopold I : tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat, bagian atas teraba bagian kecil
dari janin
Leopold II : teraba kepala di sebelah kanan, dan bokong di sebelah kiri
Leopold III : bagian bawah teraba punggung
Lepold IV : bagian terendah belum masuk PAP
Auskultasi : BU (+) normal, denyut jantung janin (+) frekuensi 144 kali/menit (12-12-12)
His : (+) 2x10 menit/ 20”
TBJ : tidak dapat dinilai
Genitalis
Inspeksi : vulva dan vagina tidak ada kelainan
Palpasi : nyeri tekan (-)
PPV : (-)
VT : pembukaan (-), portio tebal, KK (+)
bagian bawah janin punggung
VII. LAB
Darah rutin (13/11/2012)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 13.2 g/dL 11.7-15
Leukosit 13.00 Ribu 3.6-11.0
Eosinofil% 1.7 % 1-3
Basofil% 0.1 % 0-1
Neutrofil Segmen% 81.1 % 50-70
Limfosit% 12.5 % 25-40
Monosit% 4.6 % 2-8
Luc% 0 % 1-4
MCV 86.5 mikro m3 80-100
MCH 29.2 Pg 26-34
MCHC 33.8 g/dL 32-36
Hematokrit 39.1 % 30-43
Trombosit 250 Ribu 150-440
Eritrosit 4.52 Juta 3.8-5.2
RDW 15.5 % 11.5-14.5
PDW 13.0 fL 10-18
MPV 10.2 mikro m3 6.8-10
LED 35/50 mm/jam 0-20
Golongan Darah/Rh O/+
Waktu Perdarahan/BT 4.30 menit 1-3
Waktu pembekuan/CT 4.30 menit 2-6
VIII. RESUME
Seorang wanita 33 tahun, hamil 39 minggu datang ke poliklinik RSMR untuk
memeriksakan kandungannya atas rujukan dari bidan dengan hamil aterm dan letak lintang.
Os saat ini sedang hamil anak ke-2. Os mengatakan HPHT-nya tanggal 09 Februari 2012,
dan taksiran partus 16 November 2012.
VII. DIAGNOSIS
GIIPI A0, 33 tahun, hamil 39 minggu
Anak I hidup intra uterine
Presentasi punggung
Belum inpartu
Letak lintang
VIII. SIKAP
IVFD RL 20 tpm
Akhiri persalinan persiapan SC
XII. PROGNOSIS
Vitam : dubia ad bonam
Fungtionam : dubia ad bonam
Sanationam : dubia ad bonam
Tanggal 13 November 2012 pukul 21:50
Pasien di operasi di kamar operasi
Dilakukan anestesi spinal
Operasi SCTP
Bayi : Perempuan, BB : 2800 gram, PB : 45 cm
Diagnosa post Op: PIIA0, 33 tahun, post SC a/i letak lintang
Hematologi (post op)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 10.7 g/dL 11.7-15
Terapi post operasi :
IVFD RL 20 tpm
Inj. Tradyl 2 x 1 amp
Inj. Amoxan 3 x 1 amp
Inj. Alinamin F 2 x 1 amp
Inj. Vit C 1 x 1 amp
Follow Up Post Operasi
14/11/2012
S : Nyeri pada bekas operasi
O : Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36.60C
TFU : 2 jari di bawah pusat, BU (+)
His (+), PPV (+) darah
A : PII A0, 33 tahun
Post SC a/i letak lintang hari I
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Tradyl 2 x 1 amp
Inj. Amoxan 3 x 1 amp
Inj. Alinamin F 2 x 1 amp
Inj. Vit C 1 x 1 amp
15/11/2012
S : Nyeri pada bekas operasi berkurang
O : Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 37.20C
TFU : 2 jari di bawah pusat, BU (+)
His (+), PPV (+) darah
A : PII A0, 33 tahun
Post SC a/i letak lintang hari II
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Tradyl 2 x 1 amp
Inj. Amoxan 3 x 1 amp
Inj. Alinamin F 2 x 1 amp
Inj. Vit C 1 x 1 amp
16/11/2012
S : keluhan (-)
O : Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.80C
TFU : 2 jari di bawah pusat, BU (+)
His (+), PPV (+) flek darah
A : PII A0, 33 tahun
Post SC a/i letak lintang hari III
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Amoxan 3 x 1 g
Inj. Vit. C 1 x 1 amp
Rencana pulang
LETAK LINTANG
Definisi
Letak lintang adalah suatu kelainan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu
atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).1
Insiden
Letak lintang terjadi pada satu dari 322 kelahiran tunggal (0,3 persen) baik di Mayo
Clinic maupun di University of Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973; Johnson, 1964).
Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama
lebih dari 4 tahun. 2
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain :
RSUP Dr. Pringadi, Medan 0,6 %; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9 %; RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % ari 12.827 persalinan. 1
Etiologi
Penyebab utama letak lintang adalah :
1. Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi.
2. Janin prematur
3. Plasenta previa
4. Uterus abnormal
5. Cairan amnion berlebih
6. Panggul sempit2
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan
perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan kembar, janin
sering dijumpai dalam letak lintang. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya
kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul,
dan plasenta previa dapat juga mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikian
pula kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus, juga
merupakan penyebab terjadinya letak lintang. 1
Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Pada
palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong,
kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar
umbilicus.
Apabila bahu sudah masuk ke dalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu
dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan letak dimana
krpala janin berada. Kalau ketiak menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya
kalau ketiak menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya scapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya
klavikula. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung. 1
A. Leopold I
Fundus uteri tidak ditemukan bagian janin
B. Leopold II
Teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang
lain
C. Leopold III dan IV
Tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat persalinan berlangsung dengan baik
dapat teraba bahu di salam rongga panggul.
Mekanisme persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan ruptur uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. 1
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen
bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin
tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang
kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi
rupture uteri, sehingga janin yang meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan
masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan
dan infeksi, dan sering kali meninggal pula. 1
Presentasi bahu kasep terbentuk cincin retraksi patologis
Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat
berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir (konduplikasio
korpore) atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara Denman atau Douglas.
1. Cara Denman
Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang,
badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian
disusul badan bagian atas dan kepala. 1
2. Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki,
sehingga bahu, bokong, dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang,
akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin. 1
Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau
plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin
mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan
menggunakan korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi
peubahan letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan
persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang menjadi presentasi kepala asalkan
pembukaan masih urang dari4 sentimeter dan ketuban belum pecah. 1
Pada seorang primigravida, bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang
primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap.
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uterine pada waktu
his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna
dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
3. Pada primigravida, versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor.
Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan
panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan
serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus
diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau mengejan.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus
segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan
versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini, persalinan
dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung
dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar,
apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada
letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptura uteri, sehingga bila janin
masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang
sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi. 1,2
Versi
Versi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah presentasi janin secara
artifisial, baik melalui penggantian kutub yang satu dengan lainnya pada letak longitudinal,
atau konversi letak oblik atau letak lintang menjadi letak longitudinal.
Tergantung pada bagian presentasi janin (kepala atau bokong), dapat dilakukan versi
sefalik atau podalik. Jenis versi ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi
luar merupakan tindakan manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen ; sementara pada
versi dalam, seluruh tangan operator dimasukkan ke dalam kavum uteri. 1,3
A. Versi Sefalik Luar
Tujuan prosedur ini adalah untuk mengubah presentasi yang kurang menguntungkan menjadi
presentasi verteks atau presentasi belakang kepala.1,3
Indikasi
Jika presentasi bokong atau bahu (letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu
terakhir kehamilan, pengubahannya menjadi presentasi verteks dapat dicoba lewat manuver
luar asalkan tidak terdapat disproporsi nyata antara besar janin dan ukuran panggul. Versi
sefalik dianggap oleh sebagian dokter kebidanan sebagai teknik yang sering berhasil baik
dengan morbiditas yang kecil, sehingga harus dicoba untuk menghindari peningkatan angka
mortalitas yang menyertai persalinan sungsang. Jika letak janin melintang, perubahan
presentasi tersebut merupakan satu-satunya alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali
bila janin itu berukuran sangat kecil dan biasanya belum viabel.
Menurut Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil jika : (1) bagian presentasi belum turun ke dalam panggul; (2) cairan ketuban masih
terdapat dalam jumlah yang normal; (3) posisi punggung bayi tidak menghadap ke belakang;
(4) pasien tidak gemuk. Denyut jantung janin harus dimonitor terus-menerus, sehingga dokter
bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan tindakan. Kalau ada, alat
sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena akan mengakibatkan
pemakaian tenaga yang tidak semestinya.
Dalam stadium awal persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama.
Indikasi tersebut kemudian bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya
masih bisa berubah secara spontan menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan
berlangsung. Akan tetapi versi sefalik luar jarang berhasil kalau serviks sudah mengadakan
dilatasi penuh atau kalau ketuban sudah pecah. 1,3
Versi sefalik luar
B. Versi Podalik Dalam
Perasat ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang memasukkan
tangannya ke dalam rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki janin, dan
menariknya keluar lewat serviks, sementara bagian atas badan janin didorong ke arah yang
berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian diikuti oleh ekstraksi bokong. 1,3
Indikasi
Kecuali pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada beberapa
indikasi untuk dilakukannya versi podalik dalam. Terkadang prosedur ini bisa dibenarkan
kalau serviks sudah berdilatasi penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada dalam letak
lintang berukuran kecil dan atau sudah mati. Kemungkinan trauma yang serius pada janin dan
ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu presentasi kepala. 1,3
Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan
yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul, dan
plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak
lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya
letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung, serta
trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu merupakan
tindakan yang sering dilakukan, tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya
trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti misalnya terjadi ruptur uteri dan robekan
jalan lahir lainnya. 1,2
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknosastro H. Preeklampsia. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachmihadhi T,
dalam Ilmu Kandungan edisi ketiga, cetakan keempat, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007.
2. Cunningham FG (editorial) : Breech Presentation and Delivery in “William
Obstetrics” 22nd ed p 565 - 586, Mc GrawHill Companies, 2005
3. Rustam, Mochtar. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi edisi ke 2
Jakarta: EGC. 1998
4. Martohoesodo S, Hariadi: Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin dalam
ILMU KEBIDANAN (ed), 3rd ed Jakarta, YBP-SP,1997
top related