chapter i_2
Post on 10-Mar-2016
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam
memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun
bukan komersial. Asuransi dapat memberikan proteksi terhadap kesehatan,
pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian. Salah satu kebutuhan hidup
yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa asuransi.
Hal inilah yang mendorongberkembang pesatnya perusahaan asuransi.
Banyaknya penduduk yang khawatir akan jaminan keselamatan hidupnya.
Berdasarkan kenyataan tersebut banyak bermunculan perusahaan-perusahaan
asuransi yang menawarkan berbagai jenis polis, salah satunya pada saat sekarang
ini yaitu Sunlife Financial.
Seorang manusia di dalam suatu masyarakat sering menderita suatu
kerugian karena akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya
mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut atau di udara. Kalau
kerugian ini hanya kecil sehingga dapat ditutup dengan uang simpanan, maka
kerugian itu tidak begitu terasa. Lain halnya apabila uang simpanan tidak
mencukupi untuk kerugian itu, maka orang akan betul-betul menderita. Untuk
itulah, jaminan-jaminan perlindungan terhadap keadaan-keadaan tersebut di atas
sangat diperlukan oleh setiap masyarakat yang ingin mengantisipasi apabila
keadaan di luar dugaan yaitu risiko yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Risiko tidak lain adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu
peristiwa di luar kesalahannya, misalkan : rumah seseorang terbakar sehingga
pemiliknya mengalami kerugian. Inilah resiko yang harus ditanggung pemiliknya.
Risiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti (uncertainty of financial
loss); di dalamnya terdapat dua unsur, yaitu ketidakpastian dan kerugian. Karena
besarnya resiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa di
luar kesalahan pemiliknya, resiko ini dapat dialihkan pada perusahaan asuransi
kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan resiko ini
diimbangi dalam bentuk pembayaran premi pada perusahaan asuransi kerugian
(penanggung) setiap bulan atau tahun., bergantung pada perjanjian yang tertuang
dalam polis. Manfaat peralihan resiko inilah yang diperoleh konsumen
(tertanggung).1
Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala
bidang yang membawa dampak cukup besar bagi perkembangan perekonomian
Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan
globalisasi di segala bidang yang diiringi pula oleh tingginya tingkat mobilitas
penduduk, lalu lintas uang dan barang dalam arus perdagangan serta semakin
pesatnya pertarungan bisnis. Di sisi lain beban tugas pemerintah semakin berat
karena semakin tingginya tuntutan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
1 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), Halaman 179.
Universitas Sumatera Utara
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2
Dalam industri jasa yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah
adalah yang bergerak di bidang sektor jasa keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat, seperti pada perbankan dan asuransi. Salah satu yang semakin
berkembang seiring dengan meningkatnya kemakmuran rakyat adalah
perkembangan industri asuransi . Dewasa ini industri asuransi telah menjadi suatu
bidang usaha atau bisnis yang menarik dan mempunyai peranan yang tidak kecil
dalam kehidupan ekonomi maupun dalam pembangunan ekonomi terutama dalam
bidang pendanaan . Perkembangan usaha asuransi tidak hanya memberi dampak
positif pada pemegang polis, perusahaan asuransi dan mereka yang terlibat
didalamnya, tetapi juga memberikan kenikmatan pada seluruh anggota
masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada dana yang dikumpulkan oleh perusahaan
asuransi melalui penarikan premi bagi pemegang polis yang oleh perusahaan
asuransi akan di investasikan lebih lanjut di bidang bidang bisnis yang produktif.
Investasi tersebut akan sangat berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Seiring
dengan perkembangan bisnis asuransi yang semakin cepat maka perusahaan pun
mulai meningkatkan layanannya dengan menciptakan layanan yang cepat, efisien
dan efektif.
2 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
Salah satu upaya untuk menciptakan efisiensi tersebut, perusahaan
asuransi menyiapkan draft-draft perjanjian dalam polis asuransinya, dalam bentuk
tercetak dan menjadikan kontrak atau perjanjian menjadi baku. Dalam situasi
kontrak yang diciptakan dalam keadaan tercetak dan diupayakan dalam bentuk
baku oleh perusahaan asuransi, sering terjadi pihak konsumen menjadi pihak yang
lemah.
Dewasa ini, banyak perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan
berbagai jenis polis asuransi yang dapat digunakan atau dimiliki oleh setiap
masyarakat, salah satunya seperti yang terdapat pada Sunlife Financial Indonesia.
Salah satu produk polis asuransi yang ditawarkan adalah Bancassurance.
Bancassurance merupakan suatu produk patungan atau kerjasama antara Bank
Penerbit kartu kredit atau rekening tabungan dengan suatu Perusahaan Asuransi.
Dalam hal ini, Bank bertugas untuk menjual dengan direct atau tele marketing dan
proses pembayaran untuk itu dapat dilakukan dengan autodebet credit card atau
rekening tabungan. Sedangkan perusahaan Asuransi, bertugas dalam segala hal
yang berhubungan dengan Polis Asuransi, dimulai dari penerbitan polis, claim
asuransi, perubahan polis, pemulihan polis, dan lain-lain. Berkembang pesatnya
usaha-usaha pertanggungan atau perasuransian di Indonesia, baik itu
pertanggungan kerugian atau pertanggungan jiwa yang diselenggarakan
pemerintah atau swasta menuntun masyarakat untuk mengerti akan tujuan dan
manfaat dari salah satu bentuk polis asuransi pada Sunlife Financial Indonesia
yaitu Bancassurance. Produk Bancassurance memiliki beberapa varian, mulai
dari asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kecelakaan,
sampai dengan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Bisnis Perasuransian di Indonesia hampir sama tuanya dengan bisnis
perbankan. Nama-nama perusahaan asuransi jiwa, seperti Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 tergolong perusahaan asuransi yang cukup dikenal masyarakat.
Nama-nama beken lainnya, seperti Dharmala Manulife, Lippo Life, New
Hampshire Agung, Asuransi Cigna Indonesia, Asuransi Astra Buana, Asuransi
Jiwa Buana Putra, Sewu New York Life, dan sebagainya, tak mau kalah dalam
persaingan bisnis ini. Sayangnya, jika dibandingkan dengan industri perbankan,
industri perasuransian kurang banyak mendapat perhatian konsumen. Sebagian
besar konsumen cenderung memisahkan sebagian penghasilannya untuk disimpan
di bank daripada digunakan untuk asuransi. Konsumen masih sering merasakan
bahwa asuransi tak melindungi aktivitasnya, bahkan cenderung merugikannya
meskipun kesan itu tak semuanya benar.3
Seperti gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka sering timbul
permasalahan yang berupa perilaku para pengusaha cenderung menyalah-
fungsikan ide efisiensi dan kecepatan pelayanan, yang melatarbelakangi
penyiapan draft-draft perjanjian asuransi dalam bentuk tercetak, menjadi kontrak-
kontrak yang secara situasional atau teknis diupayakan bersifat baku dengan
tujuan untuk melindungi kepentingan setiap pelaku usaha, termasuk untuk
melindungi pihak pengusaha dari potensi-potensi kerugian atau kewajiban-
kewajiban lain yang secara normal, sebenarnya masih merupakan konsekuensi
yang harus ditanggungnya.
Dalam penjelasan atas undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, disebutkan antara lain bahwa faktor utama yang menjadi
3 Yusuf Shofie, Ibid., Halaman 187.
Universitas Sumatera Utara
kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih
rendah. Konsumen cenderung belum memiliki pengetahuan tentang haknya. Hal
ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu,
Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum
yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan
dan pendidikan konsumen.4
Pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen disebabkan posisi tawar
konsumen yang lemah. Perlindungan hukum terhadap konsumen mensyaratkan
adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah (konsumen). Perlindungan
hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan
global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam
persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan konsumen
dalam posisi tawar yang lemah. Perlindungan hukum bagi konsumen dalam
bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara. 5
Di samping itu, penulis merasakan masih sedikit informasi yang penulis
ketahui tentang Perlindungan Hukum bagi pemegang Polis Bancassurance yang
terdapat pada Sunlife Financial Indonesia ini, oleh sebab itulah penulis memilih
asuransi jenis ini sebagai penambah pengetahuan tentang perlindungan konsumen
asuransi. Selain itu juga untuk memenuhi kewajiban menyelesaikan sebuah karya
tulis dalam bentuk skripsi yang dapat disumbangkan kepada almamater.
4 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen.
5 Abdul Hakim Barkatullah, Hak hak Konsumen, (Bandung : Nusa Media, 2010), Halaman. 23.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kemungkinan juga masih banyak masyarakat awam yang belum
mengetahui tentang Perlindungan Hukum bagi para pemegang polis asuransi jenis
Bancassurance, untuk itulah penulis merasa tertarik untuk memilih judul tersebut
sebagai bahan skripsi.
B. Perumusan Masalah
Suatu pengajuan permasalahan bertujuan untuk membatasi ruang lingkup
permasalahan agar tidak melebar sehingga akan mengaturkan tujuan pembahasan,
yang dapat dikatakan bahwa pembahasan dapat menjawab permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan tingkah laku dari pelaku usaha yang tersebut di atas,
dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu :
1. Bagaimanakah sistem perlindungan hukum yang diterapkan dan diberikan
oleh Sunlife Financial Indonesia terhadap pemegang polis Bancassurance?
2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang
diberikan oleh Sunlife Financial kepada pemegang polis Bancassurance
yang dirugikan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan dalam rangka penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yang
hendak dicapai, sehingga penulisan skripsi ini diharapkan akan lebih terarah serta
dapat mengenai sasarannya. Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini antara
lain adalah sebagai sarana untuk melengkapi tugas akhir dalam memenuhi syarat
akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penulisan ini,
maka tujuan yang lain yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Sunlife
Financial Indonesia terhadap para pemegang polis Bancassurance.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan terhadap penyelesaian klaim dan ganti
kerugian konsumen antara Sunlife Financial Medan dengan pemegang polis
Bancassurance serta bentuk pemberian ganti rugi yang diberikan kepada
pemegang polis Bancassurance yang dirugikan.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu hukum secara khususnya dan lebih
khususnya lagi mengenai perkembangan di bidang asuransi dan khususnya
perlindungan konsumen.
2. Secara praktis
Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi kalangan praktisi dan pengusaha
Perusahaan Asuransi terutama dalam pemberian perlindungan hukum agar setiap
konsumen pemegang polis dapat terhindar dari segala kerugian atau kewajiban
yang melebihi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara,
khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Aspek Perlindungan Hukum bagi
Universitas Sumatera Utara
Pemegang Polis Bancassurance (produk kerjasama antara Bank dan Perusahaan
Asuransi)“, belum pernah ada yang meneliti dan dijadikan sebagai objek
penulisan skripsi sebelumnya.
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
Penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing
Penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat
merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu, Penulis dapat bertanggung
jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “perlindungan” memiliki
arti : tempat berlindung; hal (perbuatan dan sebagainya) yang bertujuan untuk
memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung).6
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
6 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), Halaman. 595.
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian di atas,
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.7
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri
dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan
perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilnya, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.8
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah:
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas
mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam
rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.
b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi
masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.9
Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
7 Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan8 Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.9 Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.10
Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh
karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang
terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik
korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi.
Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami
ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada. Dalam rangka mengatasi
kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita
kenal sebagai asuransi.
Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan
resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak
(tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti
menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung
menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace
of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi
dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang
mungkin dideritanya.
Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian
yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan
tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian
10 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran
(premi) tertentu dari tertanggung.
Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh
karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian
perjanjian asuransi. Di samping itu karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap
pada pengertian dasar dari perjanjian.
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.11
Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang
menerima resiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut
kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap
istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tetanggung" kepada
"penanggung" untuk risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya
ditentukan oleh "penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya
administratif, dan keuntungan.
Menurut Kamus Hukum, Overeenkomst yakni perjanjian; persetujuan;
kontrak mempunyai arti sebagai “perbuatan hukum yang diadakan oleh dua orang
11 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
atau lebih, baik yang mengikat dari satu terhadap yang lain, maupun secara timbal
balik untuk melakukan prestasi oleh yang berwajib.”12 Dalam KUHPerdata,
Perjanjian (Overeenkomst) adalah sesuatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.13
Menurut para ahli hukum, ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata memiliki
beberapa kelemahan, antara lain : tidak jelas, karena setiap perbuatan tersebut
dapat disebut perjanjian; tidak tampak asas konsensualisme; dan bersifat
dualisme. Sehingga menurut teori baru setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.14
Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana
secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya.
Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan
dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana
sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut.
Definsi-definisi tersebut antara lain :
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang–undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal
dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi”
diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang
berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan
dengan asuransi ada 2 jenis yaitu :
12 L. Sumartini, Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Bahasa Indonesia, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1999), Halaman. 105.
13 Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.14 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2006), Halaman. 243.
Universitas Sumatera Utara
a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi (insurance
business). Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan
Asuransi (insurance company).15
b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang
usaha asuransi (complementary insurance business). Perusahaan yang
menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut Perusahaan Penunjang
Asuransi (complementary insurance company). 16
Dalam pengertian “perasuransian” selalu meliputi 2 jenis kegiatan usaha,
yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan
Perasuransian selalu meliputi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Penunjang
Asuransi. Perusahaan Asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha
asuransi. Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun
dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang (Pasal 2 huruf (a) Undang–Undang Nomor 2 Tahun
1992).17
Perusahaan Penunjang Asuransi adalah perusahaan yang menjalankan
usaha penunjang usaha asuransi. Dalam Pasal 2 huruf (b) Undang–Undang Nomor
2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa usaha penunjang usaha asuransi adalah usaha
yang menyelenggarakan : jasa keperantaraan, jasa penilaian kerugian asuransi,
dan jasa aktuaria.
15 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,2006), Halaman. 5.
16 Abdulkadir Muhammad, Ibid. , Halaman. 617 Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 6
Universitas Sumatera Utara
Defenisi Pertanggungan dan Penjaminan yang juga memiliki hubungan
dengan istilah perasuransian. Istilah aslinya dalam bahasa Belanda adalah
verzekering atau assurantie. Prof. R. Sukardono Guru Besar Hukum Dagang
menerjemahkannya dengan “pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umum
dipakai dalam literature hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di
Indonesia. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah assurantie (Belanda),
assurance (Inggris) banyak dipakai dalam praktik dunia usaha (business). Akan
tetapi, kenyataan sekarang kedua istilah pertanggungan dan asuransi dipakai, baik
dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum
sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut dipakai dalam undang–undang
perasuransian dan juga buku – buku hukum perasuransian.
Dalam verzekeringsrecht dikenal juga istilah verzekeraar dan verzekerde.
Prof. R. Soekardono menerjemahkan verzekeraar dengan penanggung yaitu pihak
yang menanggung resiko. Sementara verzekerde diterjemahkannya dengan
tertanggung, yaitu pihak yang mengalihkan risiko atas kekayaan atau jiwanya
kepada penanggung. Dalam hukum asuransi atau pertanggungan di Inggris,
asuransi atau pertanggungan disebut insurance, penanggung disebut the insurer,
dan tertanggung disebut the insured. Walaupun istilah asuransi dan pertanggungan
dipakai sebagai sinonim, istilah pengasuransi dan terasuransi tidak pernah dipakai,
yang dipakai adalah istilah penanggung dan tertanggung, baik dalam undang–
undang maupun dalam kontrak.
Berbeda dengan Prof. R. Soekardono, Prof. Wirjono Prodjodikoro Guru
Besar Hukum Perdata, mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari assurantie (Belanda), penjamin
Universitas Sumatera Utara
untuk penanggung, dan terjamin untuk tertanggung. Walaupun istilah yang
dimaksud itu mempunyai kesamaan pengertian, istilah penjamin dan terjamin
lebih tepat dipakai pada hukum perdata mengenai perjanjian penjaminan
(garantie, borgtocht, hoofdelijkheid). Oleh karena itu, perlu dibedakan antara
istilah hukum yang dipakai pada perjanjian khusus dalam lingkup hukum
perdata.18
J.E Kaihatu menjelaskan perbedaan penggunaan istilah insurance dan
assurance dalam praktik asuransi di Inggris. Beliau menyatakan bahwa istilah
insurance dipakai untuk asuransi kerugian, sedangkan istilah assurance dipakai
untuk asuransi jumlah.
Terjadinya perbedaan istilah dalam bahasa Indonesia adalah akibat
terjemahan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana di ketahui
bahwa hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian
besar berasal dari hukum Belanda yang ditulis dalam bahasa Belanda. Oleh karena
itu, untuk menciptakan istilah hukum dalam bahasa Indonesia yang lebih tepat,
sesuai dan tidak rancu dalam penggunaannya, sebaiknya berhati–hati dalam
menerjemahkan istilah hukum yang ditulis dalam bahasa Belanda ke dalam
bahasa Indonesia.19
Menurut Titik Triwulan, perjanjian adalah suatu persetujuan dimana dua
orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan.20 Dalam defenisi di atas, secara jelas terdapat konsensur
antara para pihak, yakni persetujuan antara para pihak satu dengan pihak lainnya.
18 Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 719 Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 720 Titik Triwulan Tutik, Ibid., Halaman. 243.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian di sini dapat dikatakan sebagai Undang-Undang yang
merupakan ketentuan di luar UUPK, sebab sesuai dengan ketentuan dalam
KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.21 Ketentuan ini
menganut asas kebebasan berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat
perjanjian apapun baik yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun
yang belum diatur dalam KUHPerdata atau peraturan lainnya. Hal ini berarti
bahwa masyarakat selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada
umumnya juga diperbolehkan untuk mengesampingkan atau untuk tidak
mengesampingkan peraturan-peraturan yang terdapat dalam bagian khusus buku
III KUHPerdata.
Pada setiap perjanjian yang dibuat para pihak (disebut pihak pertama dan
pihak kedua), tentu sudah ditetapkan berbagai ketentuan seperti hak dan
kewajiban masing-masing pihak serta ketentuan lain yang disepakati. Sesuai
dengan perjanjian yang berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur para pihak
inilah, yang mana perjanjian ini juga yang akan memberikan perlindungan bagi
para pihak apabila ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan
bersangkutan (wanprestasi) dan sebaliknya pihak lain berhak mendapatkan ganti
kerugian.
Subekti, memberikan pengertian perjanjian sebagai suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal.22 Sedangkan Sardjono, mengatakan bahwa yang
21 Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.22 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1978), Halaman. 1.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan dimana salah satu pihak
mengikatkan diri pada pihak lain untuk melakukan suatu perbuatan.
Setiap perjanjian pada dasarnya akan meliputi hal-hal tersebut di bawah
ini:
a. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum.
b. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan menurut
hukum.
c. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak yang satu
akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
d. Dalam setiap perjanjian, Kreditor berhak atas prestasi dari debitor, yang
dengan sukarela akan memenuhinya.
e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitor wajib dan bertanggung-jawab
melakukan prestasinya sesuai dengan isi perjanjian.
Kelima unsur termaksud di atas pada hakikatnya selalu terkandung pada
setiap jenis perjanjian termasuk perjanjian asuransi. Jadi, pada perjanjian asuransi
di samping harus mengandung kelima unsur pokok termaksud, mengandung pula
unsur-unsur lain yang menunjukkan ciri-ciri khusus dalam karakteristiknya. Ciri-
ciri dan karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti yang membedakannya
dengan jenis perjanjian pada umumnya dan perjanjian-perjanjian lain.23
Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
23 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: SinarGrafika, 1995), Halaman. 83.
Universitas Sumatera Utara
a. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu perjanjian
penggantian kerugian (shcadeverzekering atau indemniteits contract).
Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak
tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan
kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).
b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
Kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau
peristiwa yang tidak tertentu atas mana pertanggungan itu terjadi.
c. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
Kewajiban penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban
tertanggung membayar premi.
d. Kerugian yang diderita adalah akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas
mana diadakan pertanggungan.
Sesuai dengan ketentuan perjanjian dalam KUHPerdata, syarat sahnya
suatu perjanjian, yakni : 24
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Dengan diberlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian maka berarti
bahwa kedua belah pihak harusnya mempunyai kebebasan kehendak. Kedua belah
pihak harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan
kemauan itu harus dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan dengan tegas ataupun
24 Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
secara diam-diam.25 Perusahaan Perasuransian adalah terdiri dari Perusahaan
Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi,
Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian
Asuransi dan Perusahaan Konsultan Aktuaria.26
Asuransi dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara kedua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung, dan badan yang
menerima risiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut
kebijakan, yaitu sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi
yang dilindungi. Para pihak yang membuat perjanjian asuransi juga mempunyai
kebebasan untuk mengatur sendiri isi perjanjiannya (asas kebebasan berkontrak)
dengan berdasar pada Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu:
a. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
25 T. Darwini, Diktat Hukum Perdata, (Medan : 2007), Halaman. 84.26 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
b. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kedua belah pihak,
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk
itu.
c. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.
Arti penting dari perjanjian asuransi adalah bahwa asuransi merupakan
perjanjian yang memberikan proteksi. Oleh karena itu, perjanjian asuransi adalah
perjanjian yang menawarkan suatu kepastian dari suatu ketidakpastian mengenai
kerugian-kerugian yang bersifat ekonomis, yang mungkin timbul karena suatu
peristiwa yang belum pasti. Perjanjian Asuransi pada dasarnya merupakan
perjanjian penggantian kerugian, dimana penanggung mengikatkan diri untuk
mengganti kerugian yang diperkirakan akan terjadi dan akan diderita oleh
tertanggung, dimana penggantian kerugian tersebut seimbang jumlahnya dengan
kerugian sesungguhnya yang diderita oleh tertanggung.27
Dalam suatu perjanjian tanggung menanggung ditemui beberapa masalah,
di antaranya tuntutan pihak tertanggung kepada penanggung untuk memperoleh
ganti rugi apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, yang dalam istilah asuransi
disebut klaim. Dalam memperoleh ganti rugi biasanya tertanggung sering
menghadapi kendala, seperti penentuan diganti seluruhnya atau sebagian masalah
total ross. Apabila terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian kepada
tertanggung, maka tertanggung harus melaporkan atau memberitahukan kepada
penanggung dalam waktu 72 jam dengan membawa surat keterangan.28
27 Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1997), Halaman. 56.
28 Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar, w w w . bisni s .c o m , diakses pada tanggal 28Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam perjanjian tersebut harus dicantumkan beberapa faktor, di
antaranya tanggung jawab penanggung atas kerugian yang diderita tertanggung,
faktor-faktor apa saja yang menentukan jumlah pembayaran ganti rugi tersebut
dan bagaimana proses penggantian kerugian yang dibayarkan pihak penanggung.
Tanggung Jawab secara perdata tersebut Merupakan konsekuensi logis
yang memegang harus dilaksanakan oleh perusahaan asuransi selaku pihak
penanggung. Pelaksanaan tanggung jawab secara perdata tersebut yang berupa
penggantian kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung dapat dikatakan telah
selesai apabila kondisi barang yang dipertanggung-jawabkan telah kembali ke
bentuk semula.
Dalam hal ini, perusahaan asuransi perlu memberikan penjelasan yang
lengkap tentang peranan asuransi sebagai cara pengalihan risiko, dan disamping
itu perlu pula dukungan pemerintah untuk mengembangkan proteksi asuransi
melainkan pada masyarakat pada umumnya, mengingat masyarakat masih banyak
yang belum memahami dari manfaat asuransi serta pembaharuan dari Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Yang dimaksud dengan Polis adalah surat perjanjian yang memuat
perjanjian asuransi jiwa antara penanggung dengan pemilik polis. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemegang polis adalah orang/ badan yang mengadakan
perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung dan yang berhak atas polis.29
Ada pihak-pihak dan istilah yang terkait di dalam perlindungan konsumen,
yaitu :
29 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,(Bogor : Ghalia Indonesia, 2008), Halaman. 10.
Universitas Sumatera Utara
1. Konsumen
Menurut hukum positif masih sangat sedikit peraturan perundang-
undangan yang menyebutkan tentang konsumen. Hal ini disebabkan karena
ketidaktahuan atau keengganan konsumen untuk memanfaatkan waktunya. Di lain
pihak, masih banyak produsen yang bertindak semena-mena di balik
ketidakberdayaan dan ketidaktahuan konsumen tersebut.30
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau
consument/konsument (Belanda). Secara harafiah arti kata consumer adalah “(lawan
dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”, sedangkan menurut
Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, consumer adalah “pemakai atau konsumen”.
Sebelum lahirnya UUPK, batasan dan pengertian tentang konsumen masih
rancu. Istilah konsumen telah dimuat pertama kali dalam TAP MPR No.
II/MPR/119 Bab IV huruf f butir 4a tentang GBHN dan selanjutnya disinggung
sedikit dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Tidak satupun menjelaskan
pengertian konsumen. Untuk memperkecil lingkup pengertian konsumen, maka
pengertian konsumen dapat terdiri dari tiga bagian, yaitu :31
a. Konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
b. Konsumen antara adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang
dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang/jasa lain atau untuk
diproduksi (produsen) menjadi barang/ jasa atau untuk memperdagangkannya
(distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan
pelaku usaha.
30 Adrian Sutedi, Ibid, Halaman. 10.
Universitas Sumatera Utara
c. Konsumen akhir adalah pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang
dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau
rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.32
Setelah lahirnya UUPK, maka jenis konsumen yang dilindungi adalah
jenis konsumen akhir. Hal ini terlihat dari defenisi konsumen yang menjelaskan,
yaitu : konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”33 Selanjutnya pengertian
konsumen yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah konsumen akhir sesuai
dengan pengertian konsumen dalam UUPK.
F. Metode Penulisan
Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah ini agar tujuan dapat lebih terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus didukung dengan
fakta-fakta/dalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari penelitian, maka metode
penulisan yang digunakan antara lain :
1. Jenis Penelitian
Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan Metode Penelitian
Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah
penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder,
sedangkan bersifat deskriptif maksudnya adalah penelitian tersebut kadangkala
dilakukan dengan melakukan suatu survei ke lapangan untuk mendapatkan
informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada.
32 Adrian Sutedi, Ibid, Halaman. 10.33 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 angka 2.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara
dengan informan yang berasal dari pihak Sunlife Financial Medan dan pihak-
pihak yang terkait.
b. Data sekunder
Data sekunder meliputi :
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari :
a) Undang-Undang Dasar 1945;
b) Peraturan Perundang-undangan :
1)) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Konsumen;
2)) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian;
3)) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
4)) Peraturan Bank Indonesia No. 5 /8/PBI 2003
5)) Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/43/DPNP
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU),
hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum.
3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus (hukum) dan ensiklopedia.
Universitas Sumatera Utara
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder.
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain,
artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik,
dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data
lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan dan data yang
diperoleh itu disebut dengan data primer. Penelitian ini didukung dengan
wawancara (interview), yaitu situasi peran antar pribadi bertatap muka (face-
to-face), dimana seketika seseorang yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban
yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode
deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara
membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode
induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang
berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh
kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sitematis. Maka untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka
diperlukan adanya sistematis penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah :
Bab I : Bab ini menerangkan secara ringkas mengenai Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode dan Sistematika.
Bab II : Bab ini membahas tentang Perkembangan usaha perasuransian di
Indonesia yang meliputi tentang Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum
Perasuransian, Perkembangan Usaha Perasuransian yang ada di
Indonesia dan Perkembangan perbankan di Indonesia yang meliputi
Sejarah Perasuransian, Dasar Hukum Perbankan, Perkembangan
Perbankan yang ada di Indonesia serta Perkembangan Bancassurance
di Indonesia.
Bab III : Bab ini menguraikan tentang Sejarah Sunlife Financial dan Produk
Bancassurance, Sistem Perlindungan Hukum Indonesia terhadap
Pemegang Polis Bancassurance, Sistem Perlindungan Hukum yang
diterapkan dan diberikan Sunlife Financial terhadap Pemegang Polis
Bancassurance
Bab IV : Bab ini menguraikan dengan jelas tentang Kerugian dan Faktor yang
menyebabkan terjadinya Kerugian. Bab ini juga membahas tentang
Penyelesaian Klaim dan Ganti Rugi oleh Sunlife Financial yang
Universitas Sumatera Utara
meliputi Penyelesaian Ganti Kerugian menurut Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
Penyelesaian Ganti Kerugian yang diberikan oleh Sunlife Financial
Bab V : Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat dipergunakan
untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
top related