curahan waktu kerja dan pendapatan rumah …repository.ub.ac.id/7433/1/alexia octafia abdi.pdf5. ibu...
Post on 21-Jan-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN PANCING DI DESA WURING KECAMATAN ALOK BARAT
KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
ALEXIA OCTAFIA ABDI NIM. 135080407113009
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN PANCING DI DESA WURING KECAMATAN ALOK BARAT
KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ALEXIA OCTAFIA ABDI NIM. 135080407113009
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang say tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan diterbitkan dalam daftar pustaka.
Malang, Oktober 2017
Alexia Octafia Abdi
135080407113009
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN Jalan Veteran Malang – 65145, Indonesia
Telp. +62-0341-553512, Fax. +62-0341-557837
E-mail : faperik@ub.ac.id http://www.fpik.ub.ac.id
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alexia Octafia Abdi
NIM : 135080407113009
Tempat / Tgl Lahir : Maumere / 29 Desember 1995
No. Tes Masuk P.T. : 6131102241
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan SumberdayaPerikanan dan Kelautan
/ Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan *)
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)
Agama : Katolik
Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)
Alamat : Jalan Anyelir II No. 59 RT/006 RW/002, Kelurahan Madawat, Kecamatan Alok,
Kabupaten Sikka, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 SD 2001 2007
2 SMP 2007 2010
3 SMA 2010 2013
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan saya sanggup menanggung segala akibatnya.
Malang, 2 Oktober 2017
Hormat kami
(Alexia Octafia Abdi)
*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080407113009
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkati dan memberikan,
kekuatan, kesehatan, kelancaran kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP selaku dosen pembimbing I skripsi saya
yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan dalam
penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.
3. Ibu Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM selaku dosen pembimbing II skripsi
saya yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan dalam
penelitan hingga tersusunya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku dosen penguji I skripsi saya
yang telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hingga
tersusunnya skripsi ini.
5. Ibu Wahyu Handayani, S.Pi, M.BA, MM selaku dosen penguji II skripsi
saya yang telah memberikan kritik serta saran dalam penelitian hhingga
tersusunnya skripsi ini.
6. Rumah Tangga Nelayan Pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang telah berkenaan
meluangkan waktu untuk di wawancara oleh peneliti., demi terselesainya
skripsi ini.
7. Orang Tua tercinta Alm. Bapak Mane da Lopez dan Mama Tati da Lopez
yang selalu memberikan dukungan materi dan moril dengan semangat
serta doa bagi penulis selama menempuh jenjang perkuliahan di Kota
Malang ini.
8. Kaka Sandro da Lopez, Ardyanto Max, Steny da Lopez, Dezzy da Lopez
dan Heny Conterius yang selalu memberikan materi semangatan
dukungan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sepupu-sepupu tersayang Nona Tesa Ray, Ade Alvano da Lopez, kaka
Gherald Ray, dan Hendra Dakal yang sudah banyak membantu,
memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dalam
penyelesian skripsi ini.
10. Sahabat tersayang Ria Belen, Val Dey, Vella Otu, Litry Seran, Iin Tri Putri,
kaka Indah Hedwig, kaka Astry Key, Nell Lisdiana, Della Da Cunha, Sofi
Bariroh, Titis Nastiti, Atni Rachmawati, Amel Hudayana yang selalu
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
11. Penyemangat kaka Siprianus Frence yang selalu memberikan semangat
dan Motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Teman-teman seangkatan Agrobisnis Perikanan Universitas Brwijaya
Kediri
Malang, Oktober 2017
Penulis
CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN PANCING DI DESA WURING KECAMATAN ALOK BARAT KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA
TIMUR
( Alexia Octafia Abdi, Pudji Purwanti, Tiwi Nurjannati Utami)
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
E-mail : alexialopez02@yahoo.co.id
Abstrak
Tuuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku kegiatan produksi rumah tangga nelayan pancing dan curahan waktu kerja, perilaku kegiaran produksi non perikanan rumah tangga nelayan pancing dan curahan waktu kerja, pendapatan rumah tangga nelayan pancing, faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kegiatan produksi rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, yaitu menggunakan kapal yang dilengkapi dengan mesin penggerak berukuran 26PK dan 30PK dengan jenis mesin candum dan tiangli, alat tangkap yang digunakan adalah pancing ulur yang beroperasi pada malam hari dengan menggunakan umpan alami seperti ikan dan umpan buatan seperti sendok atau almunium, curahan waktu kerja nelayan pada musim puncak sebanyak 8 jam/trip dan pada musim sedang 7jam/trip. Kegiatan produksi non perikanan rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, dilakukan oleh nelayan sebagai pedagang, peternak, sopir dan ojek dengan curahan waktu 2jam/harinya dan istri nelayan bekerja sebagai pedagang, petani dan guru dengan curahan waktu kerjanya 3jam/hari. Pendapatan rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, diperoleh dari pendapatan perikanan dan pendapatan non perikanan rumah tangga nelayan pancing rata-rata sebesar Rp.26.357.002,-/tahunnya.. Dari regresi diperoleh model sebagai berikut Y = 22.851.824 + 180.018 X1
+ 1.510X2 + 39.184X3 – 205.387 X4 - 342.212 X5 – 545.173 X6 -1.230.010+ e. Variabel curahan waktu kerja laki-laki, curahan waktu kera perempuan, umur laki-laki, umur perempuan, jumlah naggota keluarga, umur laki-laki, umur perempuan berpengaruh siginifikan secara bersama-sama terhadap variabel pendapatan. Secara parsial, variabel independen berberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, yaitu curahan waktu kerja produktif laki-laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, dan umur perempuan. Kata kunci : Curahan Waktu Kerja, Pendapatan, Perikanan, Rumah Tangga. WORK TIME RESULTS AND FISHERMAN'S INCOME IN THE WURING VILLAGE WEST
ALOK DISTRICT SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR
Abstract
The purpose of this research are to know the behavior of the production activities of the fisherman's household and the work time, the non-fishery production behavior of the fishery fisherman and the work time, the fisherman's fishing income, the factors that influence the fisherman's fishing household in Wuring Village, Subdistrict Alok Barat, Sikka District, East Nusa Tenggara. This research method use descriptive qualitative and quantitative. The sampling technique use purposive sampling. The result of the research show that the behavior of the production of fishing household in Wuring Village use ship equipped with 26PK and 30PK engine with candum and tiangli machine type, fishing gear use a fishing pole that operates at night using natural baits such as fish and artificial baits such as spoons or almunium, outpour fishing time in the peak season of 8 hours / trip and 7 hr / trip. The non fishery production activities of fishermen's fishing household in Wuring Village are done by fishermen as traders, ranchers, drivers and motorcycle taxis by the time of 2 hours / day and the fisherman's wife works as a trader, farmer and teacher by their working time of 3 hours / day. The income of fisherman's fishing household in Wuring Village is obtained from fishery income and non-fishery income of fisherman's fishery fishermen on average Rp.26.357.002, - / year .. From the regression obtained the following model Y = 22.851.824 + 180.018 X1 + 1.510X2 + 39.184X3 - 205.387 X4 - 342.212 X5 - 545,173 X6 -1.230.010+ e. The variables of male labor time, female time,
female age, female age, family naggota, age of man, age of woman have significant effect on income variable. Partially, independent variables have significant effect on the dependent variable, ie productive work productivity, productive work time, and age of women.
Keywords: Working Time, Income, Fisheries, Household
vi
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahannya sehingga saya dapat menyajikan skripsi ini yang berjudul
CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA
NELAYAN PANCING DI WURING, KECAMATAN ALOK BARAT,
KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR. Dalam tulisan ini disajikan
pokok-pokok bahasan yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian,
karakteristik responden, kondisi umum perikanan, pekerjaan responden non
perikanan, perilaku kegiatan produksi nelayan pancing dan curahan waktu kerja,
perilaku kegiatan non perikanan rumah tangga nelayan pancing dan curahan
waktu kerja, pendapatan rumah tangga nelayan pancing, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan rumah tangga nelayan pancing.
Saya sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Malang, Oktober 2017
Penulis
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................
RINGKASAN .................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
1. PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
‘
2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga .............................................................
2.2 Curahan Waktu Kerja ...........................................................................
2.3 Produksi ................................................................................................
2.4 Pendapatan ..........................................................................................
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ...................................
2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................................
2.7 Kerangka Penelitian ..............................................................................
3. METODE PENELITIAN .......................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .........................................
3.2 Objek Penelitian ....................................................................................
3.3 Jenis Penelitian .....................................................................................
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................
3.4.1 Populasi ....................................................................................
3.4.2 Sampel ......................................................................................
3.5 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................
i
ii
iv
vi
vii
ix
x
1
1
4
5
5
7
7
8
10
11
13
14
16
18
18
18
18
19
19
19
20
DAFTAR ISI
3.6 Jenis dan Sumber Data ........................................................................
3.6.1 Data Primer ...............................................................................
3.6.2 Data Sekunder ..........................................................................
3.7 Analisis Data .........................................................................................
3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif .......................................................
3.7.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif .....................................................
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................
4.1 Letak Geografis dan Topografis ...........................................................
4.2 Keadaan Penduduk ..............................................................................
4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Sikka ......................................
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
5.1 Karakteristik Responden .......................................................................
5.2 Pekerjaan RTN Pancing Di Bidang Non Perikanan ..............................
5.3 Perilaku Kegiatan Produksi Nelayan Pancing dan Curahan Waktu
Kerja .....................................................................................................
5.4 Perilaku Kegiatan Produksi Non Perikanan Nelayan Pancing dan
CWK .....................................................................................................
5.5 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pancing ....................................
5.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan RTN Pancing ............
5.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................
5.6.2 Uji Asumsi Klasik .......................................................................
5.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................
5.6.4 Uji Statistika ..............................................................................
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................
6.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
21
21
23
24
24
25
35
35
36
40
43
43
46
48
57
59
63
63
68
73
78
84
84
85
86
90
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Jumlah Penduduk Wuring ....................................................
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ....................................
Mata Pencaharian Penduduk Wuring ....................................
Tingkat Pendidikan Penduduk Wuring ..................................
Data Produksi Perikanan Kabupaten Sikka ...........................
Jenis Alata Tangkap Nelayan Kabupaten Sikka .....................
Umur Responden Laki-laki ...................................................
Umur Responden Perempuan ..............................................
Tingkata Pendidikkan Responden Laki-laki ............................
Tingkat Pendidikan Responden Perempuan ...........................
Pekerjaan Responden laki-laki di Bidang Non Perikanan .......
Perkerjaan Responden Perempuan di Bidang Non Perikanan
...........................................................................
Modal Tetap Rumah Tangga Nelayan Pancing........................
Modal Lancar Rumah Tangga Nelayan Pancing......................
Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga
Nelayan Pancing ................................................................
Pendapatan Total Rumah Tangga Nelayan Pancing ...............
Distribusi Frekuensi Variabel CWK produktif laki-laki per
tahun .................................................................................
Distribusi Frekuensi Variabel CWK Produktif Perempuan Per
tahun ..................................................................................
Distribusi Frekuensi Variabel Umur Laki-laki ...........................
Distribusi Frekuensi Variabel Umur Perempuan ......................
Distribusi Frekuensi Variabel Jumlah Anggota Keluarga .........
Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Laki-laki .....
Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan
Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Keluarga ..............
Hasil Uji Multikorenalitas ..........................................................
Hasil Regresi Linear Berganda .............................................
36
37
38
39
40
41
43
44
45
46
47
48
53
56
60
62
64
64
65
65
66
66
67
68
70
73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Kerangka Pemikiran Penelitian ...............................................
Peta Kabupaten Sikka
Grafik Scatterplot .....................................................................
Grafik Diagram Histogram ......................................................
Grafik Normal P-P Plot ............................................................
17
36
69
69
72
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya perikanan Indonesia yang melimpah belum diimbangi oleh
kualitas sumberdaya manusia pesisir dan sarana penunjang pesisir lainnya. Hal
ini mengakibatkan masyarakat nelayan masih menjadi masyarakat golongan
ekonomi lemah. Pada tahun 2011 tercatat masyarakat golongan ekonomi lemah
di pesisir jumlahnya mencapai 7,87 juta jiwa yang bermukian di 10.000 Desa
Pesisir. Padahal jika dilihat dari sumberdaya perikanan memiliki peran yang
penting dalam perekonomian indonesia berkaitan dengan peningkatan
pendapatan masyarakat, peningkatan devisa melalui kegiatan ekspor serta
pemenuhan kebutuhan pangan, dan jika dilihat dari potensi sumberdaya
perikanan dan kelautan Indonesia tahun 2014 dapat mencapai 6.520 juta
ton/tahun.(KKP,2014).
Menurut Kuswadi (2002), kemiskinan dan keterbelakangan merupakan
masalah pokok yang sering dihadapi oleh masyarakat pedesaan atau
masyarakat nelayan. Alasan penting perlunya sumber pendapatan di luar usaha
penangkapan antara lain adanya kecenderungan hasil tangkapan yang tidak
menentu, keadaan cuaca yang tidak memungkinkan untuk melaut. Tingkat
pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga nelayan untuk
bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, nelayan dapat mengalihkan atau menambah curahan jam kerja di
luar usaha melaut atau usaha penangkapan.
Menurut Hakim Sakila (2015), Rumah tangga nelayan sering diidentikkan
dengan penggunaan wilayah pesisir dan laut sebagi faktor produksi dan jam
kerja harus mengikuti kondisi melaut yang hanya rata-rata dilakukan selama 20
hari dalam satu bulan, dan sisanya nelayan relatif menganggur. Demikian pula
pekerjaan menangkap ikan dengan menggunakan pancing merupakan pekerjaan
2
dengan penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh kaum
laki-laki. Hal ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa pekerjaan ini hanya
dapat dikerjakan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan tidak dapat membantu
secara penuh dalam peningkatan pendapatan rumah tangga, hal ini
mengakibatkan rumah tangga nelayan sering diidentikkan dengan masyarakat
miskin.
Pendapatan nelayan sering tidak menentu karena nelayan sangat
bergantung pada cuaca dan musim. Nelayan juga memiliki peran dan tanggung
jawab yang besar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari
seperti makan, tempat tinggal, pendidikan anak-anak, dan kebutuhan lainnya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan, selain
faktor cuaca dan musim, terdapat juga faktor modal, pengetahuan terhadap
perkembangan teknologi penangkapan, tingkat pengalaman serta curahan waktu
kerja oleh nelayan. Seorang nelayan akan dihadapkan pada dua pilihan, dalam
mengalokasikan waktu, yaitu bekerja atau tidak bekerja untuk dapat menikmati
waktu luang yang ada. Pendapatan akan meningkat dan dapat dimanfaatkan
untuk membeli barang-barang konsumsi sehingga dapat menghasilkan
kepuasaan jika bekerja. Dalam segi memperoleh kepuasaan, pilihan nelayan
untuk bekerja guna memperoleh pendapatan untuk mengkonsumsi barang, dan
menikmati waktu luang adalah sama. Pendapatan preference waktu luang dan
tenaga kerja ditentukan oleh anggapan tenaga kerja terhadap nilai waktu luang
tersebut Purwanti (2010) dalam Yarna Hasiani, dkk (2013).
Kabupaten Sikka merupakan salah satu Kabupaten pesisir di Indonesia
yang terletak di ujung timur Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan
luas 7.553,24 km2, memiliki luas lautan 5.821,33 km2 dengan panjang garis
pantai 444,50 km2. Sebanyak 21 Kecamatan di Sikka terdiri dari 160
desa/kelurahan, terdapat 66 desa pesisir dengan rumah tangga yang
3
menggantungkan hidup pada perikanan atau nelayan sekitar 4.535. Salah satu
desa pesisir yang rumah tangganya menggantungkan hidup pada perikanan
adalah daerah Pesisir Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka
yang berprofesi sebagai nelayan. Oleh karena itu, penduduk Desa Wuring
menggantungkan hidup pada kegiatan melaut. Wilayah laut di Pesisir Desa
Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tengara Timur memiliki
dua musim ikan yang terjadi pada bulan Agustus sampai November (musim
Puncak) dan pada bulan Desember-Maret (Musim Sedang), sehingga dapat
mempengaruhi pendapatan dari rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.(Dion D.B.Putra,
2008).
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur sampai saat ini
masih sangat dominan oleh usaha perikanan, masyarakat yang umumnya
memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana,
jangkauan penangkapan yang terbatas dan produktivitas yang rendah.
Sumberdaya perikanan dikatakan dominan dengan milihat data hasil produksi
perikanan Kabupaten Sikka pada tahun 2011 produksi penangkapan sebesar
11.938 ton, sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 15.371
ton atau tingkat kenaikannya sebesar 0,46% (DKP, Kab. Sikka, 2013).
Rendahnya produktivitas nelayan umumnya diakibatkan oleh kurangnya
keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan yang
sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor
produksi lainnya belum optimal. Salah satu contoh nelayan skala kecil yang
beroperasi di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur adalah nelayan Pancing yang daerah tangkapnya terbatas dan
masih menggunakan teknologi yang sederhana. Alat tangkap yang sederhana
4
sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang dapat diterima oleh masyarakat
nelayan pesisir Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur.
Curahan waktu kerja yang di alokasikan oleh masyarakat nelayan, baik
dalam bidang perikanan maupun non perikanan, merupakan hal yang harus
dipertimbangkan oleh masyarakat nelayan untuk meningkatkan pendapatan.
Peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh curahan waktu kerja
produktif laki-laki dan perempuan pada pendapatan rumah tangga nelayan
Pancing dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
nelayan pancing di Wuring, Kabupaten Sikka, Kecamatan Alok Barat, Nusa
Tenggara Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka
rumusan maslah yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku kegiatan produksi rumah tangga nelayan pancing
dan curahan waktu kerja di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur ?
2. Bagaimana perilaku kegiatan produksi non perikanan rumah tangga
nelayan pancing dan curahan waktu kerja di Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ?
3. Bagaimana Pendapatan rumah tanggga nelayan pancing di Desa
Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan maslah di atas maka dapat diketahui bahwa
tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perilaku kegiatan produksi rumah tangga nelayan
pancing dan curahan waktu kerja di Desa Wuring, Kecamatan Alok
Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
2. Mendeskripsikan perilaku kegiatan produksi non perikanan rumah
tangga nelayan pancing dan curahan waktu kerja di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
3. Mendeskripsikan pendapatan rumah tangga nelayan pancing di Desa
Wuring, Kecamatan Alok barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur.
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah
tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Perguruan tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide dan gagasan
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
curahan waktu kerja dan pendapatan rumah tangga nelayan
pancing.
2. Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan
pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai kesempatan bagi
mahasiswa untuk menuangkan teori-teori yang telah diperoleh
6
selama di bangku kuliah dan dapat di tuangkan dalam proses
penyusunan skripsi ini.
3. Masyarakat Nelayan Pancing
Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi terkait
pendapatan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan rumah tangga nelayan Pancing.
4. Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Ekonomi Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sebuah keluarga yang merupakan suatu unit
pengambilan keputusan kerja menyusun strategi untuk dapat memaksimumkan
tingkat kepuasaan keluarga secara keseluruhan. Kesempatan yang terbuka
tercermin dalam bentuk tersedianya lowongan kerja, kesempatan pendidikan,
dan latihan. Rumah tangga sebagai unit pengambilan keputusan mempunyai
peranan penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non
ekonomi. Alokasi waktu rumah tangga terhadap suatu pekerjaan akan berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. (Diana Zalmi, 2008).
Rumah tangga perikanan adalah rumah tangga yang secara aktif
mengelola atau melakukan kegiatan penangkapan, budidaya di bidang perikanan
dan sejenisnya dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual
sebagai pendapatan mereka. Sedangkan tenaga kerja pada sektor perikanan
atau pada rumah tangga perikanan adalah mereka sebagai pemilik rumah
tangga perikanan itu sendiri maupun mereka yang dipekerjakan pada rumah
tangga perikanan (Hayadi. S, 2015).
Model ekonomi mikro dalam pengambilan keputusan rumah tangga,
dimana bentuk keputusan yang dilakukan oleh rumah tangga dibagi dalam enam
kelompok diantaranya keputusan berproduksi, keputusan konsumsi, marketed
surplus, penggunaan tenaga kerja, keputusan investasi dan keputusan finansial.
Bagi (1974) dalam Priyanti (2007).
Menurut Becker (1965) dalam Purwanti (2010), rumah tangga dipandang
sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta
hubungan alokasi waktu dan pendapatan rumah tangga yang di analisis secara
simultan. Formulasi ini menyatakan bahwa terdapat dua proses dalam perilaku
8
rumah tangga, yakni proses produksi rumah tangga yang digambarkan oleh
fungsi produksi dan proses konsumsi rumah tangga yang merupakan preferensi
atau pemilihan terhadap barang yang dikonsumsi, dalam analisisnya lebih
ditekankan lagi pada aloksai waktu rumah tangga yang dibagi dalam waktu
bekerja produktif dan waktu santai.
2.2 Curahan Waktu Kerja
Menurut Handayani dan Iwang, G (2012), curahan waktu kerja adalah
proporsi waktu untuk bekerja yang di curahkan pada kegiatan-kegiatan tertentu
baik disektor peternakan, pertanian maupun perikanan terhadap total waktu kerja
angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang
dilakukan. Ada jenis –jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang
banyak dan kontinu, tetapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan yang
memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas.
Wanita mempunyai peran yang baik sebagai ibu rumah tangga maupun
sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin
dalam curahan waktu kerja wanita. Menurut putri, R.D (2008), curahan waktu
kerja wanita secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: curahan waktu kerja
untuk kegiatan ekonomi dalam mencari nafkah dan kegiatan non ekonomi seperti
kegiatan dasar, kegiatan sosial dan kegiatan rumah tangga pada umumnya.
Menurut Pudjiwati (1993), curahan waktu kerja diartikan sebagai jumlah
jam kerja yang dicurahkan oleh anggota rumah tangga nelayan baik dalam
usaha perikanan maupun usaha di luar sektor perikanan. Tiap anggota rumah
tangga dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan dipengaruhi
oleh faktor-faktor dari dalam dan luar keluarganya. Faktor dari dalam keluarga
meliputi usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja, pengetahuan,
keterampilan, pendapatan kepala keluarga, lahan dan aset lainnya, serta jenis
9
kelamin, sedangkan faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga barang-
barang, jenis pekerjaan serta struktur sosial.
Hasil penelitian Nalinda (2006) dalam Husin, S (2011), bahwa faktor yang
mempengaruhi curahan waktu kerja suami dan istri adalah luas penguasaan
lahan, umur suami, umur istri, pendidikan suami, pendidikan istri, pendapatan
rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, curahan kerja rumah tangga, jumlah
anggota keluarga yang di tanggung dan jumlah anggota keluarga yang mencari
nafkah.
Menurut Soekartawi et.al (1986), menyatakan bahwa pada umunya
ukuran jam kerja dianggap telah dapat memenuhi kebutuhan tanpa
memperhatikan kebiasaan kerja yaitu selama delapan jam kerja dalam satu hari
kerja. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja laki-
laki dengan penggunaan faktor konveksi sebagai berikut:
1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP
2. 8 jam kerja tenag kerja wanita dewasa = 0,8 HKP
3. 8 jam kerja anak-anak = 0,5 HKP
Menurut Purwanti (2008) dalam Bernanto. N, (2015) menyatakan bahwa
curahan waktu kerja merupakan jumlah hari kerja yang digunakan oleh suatu
rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan baik melalui aktivitas melaut,
diluar melaut ataupun non perikanan. Curahan waktu kerja akan dipengaruhi
oleh keuntungan melaut, nilai aset kapal tangkap dan alat tangkap yang
digunakan dalam melaut serta pendapatan total rumah tangga nelayan. Setelah
itu sistem produksi melaut dan kegiatan produktif diluar kegiatan melaut akan
membentuk struktur pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
lainnya diluar melaut secara spesifik akan dipengaruhi oleh curahan kerja istri,
curahan kerja non melaut suami, tingkat pendidikan istri dan total hari kerja
suami.
10
2.3 Produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga
nilai barang tersebut bertambah. Pengertian produksi terus berkembang pada
akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan
menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu
barang (Darwis. S, 2011)
Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal, tenaga
kerja dan keterampilan (Skill)atau pengelolaan. Dalam beberapa literatur,
sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi yaitu tanah, modal
dan tenaga kerja (Soekartawi, 2003)
Menurut Arik Sulandari, (2011), beberapa faktor produksi atau input yg
digunakan dalam menghasilkan output. Jumlah input juga dipengaruhi oleh
teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah pengguna input dengan
jumlah pengguna output yang dihasilkan dengan teknologi tertentu disebut fungsi
produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang
menunjukkan hubungan antara tingkat penggunaan input dan tingkat output per
satuan waktu. Pada model ini, hubungan antara input dan output disusun dalam
fungsi produksi yang berbentuk : Q= f (K,L,M.....), dimana q mewakili output
barang-barang tertentu selama satu periode, K mewakili mesin (yaitu modal)
yang digunakan selama periode tertentu, L mewakili input jam tenaga kerja, M
mewakili bahan mentah yang digunakan. Bentuk dari notasi ini adalah
menunjukkan adanya kemungkinana variabel-variabel lain yang mempengrauhi
proses produksi Nicholson (2002) dalam Atien Priyanti dkk (2007)
Secara umum faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu faktor biologi dan sumberdaya alam serta faktor sosial-
ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat
11
pendapatan, kelembagaan, tersedinaya kredit dan sebagainya (Soekartawi,
1990) dalam(Purwanti,2010).
Kegiatan produktif rumah tangga dibutuhkan adanya keterlibatan anggota
rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak yang dilakukan berdasarkan
keputusan bersama untuk mencukupi kebutuhan pangan dari proses hasil
produksi sendiri maupun kemampuan membeli pangan (Purwanti, 2010 dalam
Furqon,2015).
2.4 Pendapatan
Pendapatan dapat disebut juga dengan income yaitu imbalan yang dapat
diterima oleh seluruh rumah tangga pada lapisan masyarakat dalam suatu
daerah, mulai dari penyerahan faktor-faktor produksi atau setelah melakukan
kegiatan perekonomian. Pendapatan digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dan sisanya merupakan tabungan untuk
memenuhi setiap harinya. Dengan kata lain, pendapatan secara lebih fokus
terarah pada hasil pengurangan antara jumlah penerimaan dengan biaya yang di
keluarkan, pendapatan total merupakan penjumlahan dari seluruh pendapatan
yang diperolah dari hasil usaha yang dilakukan. (Tito,2011)
Pendapatan nelayan berasal dari dua sumber, yaitu: pendapatan dari
usaha penangkapan ikan dan pendapatan dari luar usaha penangkapan ikan.
Sumber pendapatan utama bagi nelayan yaitu berasal dari usaha penangkapan
ikan sedangkan pendapatan dari luar penangkapan ikan, biasanya lebih rendah.
(Menurut Sajogya, 1996 dalam khairisun, M, 2014)
Menurut Muyarto (1994) dalam putri, R.D (2008), berdasarkan jenis
sumber pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan utama dan
pendapatan tambahan. Pendapatan utama adalah sumber penghasilan utama
rumah tangga yang paling banyak menunjang kebutuhan keluarga atau dengan
12
kata lain yang paling banyak memberikan penghasilan terbesar. Sedangkan
pendapatan tambahan didefenisikan sebagai penghasilan yang diperoleh rumah
tangga dengan mengusahakan kegiatan lain di luar kegiatan utama dari
pendapatan itu sendri.
Sumber pendapatan rumah tangga nelayan pancing berasal dari
keuntungan penangkapan ikan, dimana pendapatan di peroleh dari penjumlahan
penangkapan ikan (perikanan) dan pendapatan non perikanan. Pendapatan
penangkapan ikan dapat diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi dengan biaya
total produksi penangkapan ikan dengan pancing.
Persamaan pendapatan rumah tangga dapat digambarkan sebagai berikut :
YRT = YP + YNP
Dimana :
YRT = Pendapatan rumah tangga
YP = Pendapatan perikanan
YNP = Pendapatan non perikanan
Persamaan pendapatan perikanan yaitu :
YP = TR – TC atau π = TR – TC
Dimana :
YP = Pendapatan perikanan
Π = Keuntungan
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
Total revenue (TR) atau penerimaan merupakan pendapatan kotor usaha
yang didefenisikan sebagai nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu.
Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q
13
Dimana:
TR = Total Revenue (penerimaan)
P = Price (harga produk)
Q = Quantity (Jumlah Output yang di hasilkan)
Keuntungan merupakan pendapatan bersih yang diperoleh dari
penerimaan (TR) dikurangi dengan biaya total (TC). Biaya total adalah jumlah
biaya yang dikeluarkan seluruhnya dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya
variabel. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan atau yang tetap di
bayar oleh seorang produsen berapapun tingkat outputnya, misalnya
penyusutan, PBB, sewa gedung, dan lain-lain. Biaya variabel adalah sejumlah
biaya – biaya yang jumlahnya berubah-ubah menurut tinggi rendahnya output
yang di produksi, misalnya upah tenaga kerja, dan lain-lain.
Persamaan biaya total adalah sebagai berikut :
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Total Cost (biaya total)
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya tidak tetap) (Febriyanti, 2015 )
2.5 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Menurut Hardiyani (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
nelayan dari usaha penangkapan adalah sebagai berikut: modal kerja, jam kerja
melaut, harga ikan dan teknologi, berpengaruh positif terhadap pendapatan
nelayan, selain itu jumlah anggota keluarga yang bekerja juga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga nelayan.
14
Menurut Sukirno (2004), terdapat empat faktor-faktor yang paling
dominan mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan,
diantaranya sebagi berikut:
1. Peranan Pemerintah memiliki upaya yang serius dari pihak pemerintah
dalam memberikan perhatian atau intervensi dari pemerintah melihat
kondisi masyarakat nelayan yang masih tergolong pada lapisan
masyarakat yang rendah.
2. Pengetahuan dan keterampilan merupakan modal yang harus dimiliki
oleh setiap masyarakat nelayan dalam pelaksanaan program. Dengan
adanya pengetahuan dan keterampilan maka masyarakat nelayan dapat
mengembangkan serta memiliki keahlian yang dapat merubah kehidupan
yang lebih baik.
3. Konsep dan Tujuan yang merupakan program pemerintah yang harus
sejalan dengan konsep dan tujuan dari pembangunan sosial yaitu
menciptakan kesejahtraan masyarakat nelayan menjadi kehidupan yang
lebih baik.
4. Partisipasi masyarakat nelayan dalam melihat kondisi realita kehidupan
sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat nelayan sehingga dapat
membantu suatu perubahan mendasar dari dalam diri masyarakat
nelayan itu sendiri.
2.6 Penelitian Terdahulu
Menurut Febrianty (2015), dalam penelitiannya menggunakan analisis
data deskriptif kualitatif, harvard analisys method, dan deskriptif kuantitatif,
diketahui curahan waktu kerja produktif laki- laki rata-rata dalam satu bulannya
180 jam dan curahan waktu kerja reproduktif laki-laki rata-rata dalam satu
bulannya 120 jam, sedangkan curahan waktu kerja produktif perempuan dalam
15
satu bulannya rata-rata 120 jam dan curahan waktu kerja reproduktif perempuan
rata-rata dalam satu bulannya 190 jam. Pendapatan rumah tangga
pembudidaya di dapat dari dua sektor, yaitu sektor perikanan dan sektor non
perikanan. Hasil pendapatan daripekerjaan di bidang perikanan selama sebulan
rata-rata sebesar 2.538.499 sedangkan hasil pendapatan yang diperoleh dari
hasil di luar bidang perikanan selama sebulan dengan rata-rata sebesar
2.189.429. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS, faktor yang
mempengaruhi pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan koi pranggang koi
fram yaitu curahan waktu kerja produktif perempuan dengan taraf signifikan
0.027, umur laki-laki dengan taraf signifikan 0.015, jumlah anggota keluarga
dengan taraf signifikan 0.000 dan lama kerja dengan taraf signifikan 0.000
dengan menggunakan selang kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 0.05%.
Menurut Ginantoko (2014), dalam penelitiannya menggunakan analisis
SPSS menyimpulkan bahwa curahan kerja nelayan di Pesisir Damas untuk
pekerja di bidang perikanan rata-rata adalah sebesar 94 HOK dan untuk non
perikanan rata-rata adalah 99 HOK. Dan fakta yang mempengaruhi curahan
waktu kerja nelayan di pesisir Damas baik nelayan jaring tarik maupun buruh
jaring tarikadalah umur, pendididkan dan pengalaman.
Menurut Roma (2012), dalam penelitiannya menggunakan analisis data
uji statistik yaitu korelasi Rank Sperman dan regresi linear berganda
menyimpulkan bahwa dengan adanyafaktor-faktor sosial ekonomi yang
mempunyai pengaruh terhadap peranan wanita keluarga nelayan dalam kegiatan
ekonomi adalah faktor pendapatan suami, curahan waktu kerja, jumlah anggota
keluarga nelayan. Sedangkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan wanita nelayan jaring insang adalah curahan waktu kerja,
sedangkan pendapatan nelayan, umur, jumlah tanggungan keluarga, dan
pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan.
16
Menurut Palabiran (2015), dalam penelitiannya menggunakan analisis
data koefisien korelasi menyimpulkan bahwa tenaga kerja keluarga yang paling
banyak berperan pada usaha ternak sapi potongdi Desa Samangki yaitu suami
dengan rata-rata 5 jam/orang kemudian istri dengan rata-rata2,09 jam/orang dan
anak dengan rata-rata 2,07 jam/orang. Curahan waktu kerja mempunyai
hubungan yang positif dengan pendapatan peternak usaha sapi potong. Hal ini
menunjukkan jika curahan waktu kerja semakin banyak maka pendapatan yang
diperoleh semakin tinggi.
2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian
Menurut Sugiyono (2015), kerangka berpikir merupakan model secara
konseptual mengenai teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Rumah Tangga Nelayan Pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
dengan melihat pembagian pekerjaan dari kegiatan perikanan oleh laki-laki
(suami) dan non perikanan oleh laki-laki (suami) dan perempuan (istri), curahan
waktu kerja laki-laki dan perempuan, produksi nelayan pancing, dan melihat
pendapatan rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok
Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Kecamatan Alok Barat yang terletak di Kabupaten Sikka merupakan
suatu daerah yang memiliki potensi, salah satu potensinya yaitu di sektor
perikanan. Pada sektor perikanan di daerah ini khusunya di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, merupakan
daerah yang sangat potensi untuk berbagai macam kegiatan baik dari sektor
perikanan maupun dari sektor non perikanan. Kegiatan perikanan seperti
penangkapan ikan sedangkan non perikanan seperti berdagang. Semua
17
kegiatan tersebut dapat memberikan peluang usaha dalam menyumbangkan
sebagian besar pendapatan rumah tangga keluarga yang tidak dapat terlepas
dari bagaimana kontribusi antara suami dan istri dalam menentukan pendapatan
rumah tangga keluarga. Secara sistematis kerangka pemikiran dalam Curahan
Waktu Kerja Dan Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dapat
diilustrasikan seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Rumah Tangga Nelayan Pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur
Laki-laki Perempuan
Pembagian pekerjaan
Umur laki-laki
Umur perempuan
Jumlah anggota keluarga
Tingkat pendidikan laki-laki
Tingkat pendidikan
perempuan
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
Pancing di Wuring
Produksi
Curahan Waktu Kerja
Perikanan
Non Perikanan
18
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Curahan Waktu Kerja dan Pendapatan Rumah
Tangga Nelayan Pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur” dilaksanakan pada bulan Maret – April 2017.
Lokasi penelitian yaitu di Rumah Tangga Nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan
lokasi ini didasarkan pada potensi perikanan tangkap dengan pancing sebagai
daerah yang sangat berpotensi dan cocok untuk mengetahui rumah tangga
nelayan terhadap curahan waktu kerja dan pendapatan nelayan pancing.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah anggota keluarga rumah tangga nelayan
pancing yaitu suami dan istri rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Adapun
sasaran dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kegiatan produksi
nelayan pancing dan curahan waktu kerjanya, perilaku kegiatan produksi non
perikanan dan curahan waktu kerjanya, pendapatan rumah tangga nelayan
pancing serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
rumah tangga nelayan pancing.
3.3 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
deskriptif. Menurut Sari (2006), menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif
adalah sebuah metode yang berusah mendeskripsikan dan meginterpretasikan
sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapatan yang
19
berkembang, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau
tentang kecenderungan yang sedang berlangsung khususnya dalam
masyarakat. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, situasi, gejala, atau hal-hal
khusus dalam masyarakat nelayan pancing. Metode yang dipakai untuk jenis
penelitian ini yaitu melalui wawancara, observasi, dan studi literatur.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau
obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Populasi dapat dibedakan menjadi 2
yaitu populasi sampling dan populasi sasaran. Sebagai contoh, apabila rumah
tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanya anggota rumah tangga
yang bekerja sebagai pedagang, maka seluruh wilayah rumah tangga dalam
penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh pedagang dalam
wilayah penelitian disebut populasi sasaran. (Singarimbun dan Effendi,2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan pancing, di
Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
yang terdiri dari suami dan istri yang aktif bekerja sebagai nelayan pancing,
populasi berjumlah 60 rumah tangga nelayan pancing yang aktif bekerja.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Apabila populasi besar dan peneliti
tidak mengambil semua untuk penelitian karena terbatasnya dana, tenaga, dan
20
waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Oleh karena itu, sampel yang diambiil dari populasi harus betul-betul
mewakili dan harus valid.(Wiratna, 2014).
Menurut Arikunto, S (2010), sampel adalah sebagian atau perwakilan dari
populasi yang diteliti. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010), sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Dalam
penelitian ini jumlah populasi yanng ditentukan sebanyak 60 orang rumah tangga
yang bekerja aktif dalam penggunaan pancing yang akan diambil sebagai
sampel sebanyak 35 orang rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Dalam
penelitian digunakan sampel karena jumlah populasi yang terlalu besar sehingga
tidak digunakan seluruh populasi karena keterbatasan dana, tenaga, waktu,
sehingga kesimpulan dari sampel dapat diberlakukan sebagai populasi.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian pada dasarnya ada dua
macam yaitu, pengambilan sampel secara acak (random) atau disebut dengan
random sampling dan probability sampling, sedangkan pengambilan sampel
yang bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu sebagai contohnya yaitu purposive sampling dan quota
sampling (Singarimbun dan Effendi, 2006).
Menurut Sugiyono (2006) dalam Wiratna (2014), teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Diantaranya yaitu, probability sampling dan non probability sampling. Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel,
21
sedangkan non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Non probability sampling memiliki berbagai macam teknik pengambilan
sampel, salah satu diantaranya yaitu purposive sampling. Purposive sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria serta tujuan teretentu. Tujuan penelitian
dengan kriteria pengambilan purposive sampling adalah sebagai berikut:
Penduduk tetap atau asli di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat yang telah
tercatat di kantor kelurahan.
Rumah tangga nelayan pancing yang terdiri dari suami dan istri
Nelayan pancing
3.6 Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Data Primer
Data primer biasanya bersifat up to date, yang merupakan data asli atau
data baru yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari
sumber data di lapangan. Untuk memperoleh data di lapangan peneliti harus
melakukan secara langsung dari sumber data yang terpercaya. Teknik yang
dapat digunakan untuk pengambilan data primer meliputi wawancara, observasi
dan kusioner (Hasan M Iqbal,2002).
Cara untuk mendapatkan data primer yaitu melalui beberapa metode sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses kegiatan atau interaksi yang
dilakukan untuk mendapatkan sebuah informasi secara langsung dengan
22
mengajukan beberapa pertanyaan antara pewawancara dengan responden
(Bungin,2006).
Menurut kartono dalam Sulistyo, Basuki (2006), wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses
tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.
Menurut Sugiyono (2014), wawancara sigunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden
sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun menggunakan telepon.
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan wawancara
terstruktur (kusioner) dan wawancara tidak terstruktur (bebas) untuk
mengumpulkan data primer. Kusioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada para responden untuk dijawab. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan data. Wawancara tidak terstruktur dalam penelitian ini contohnya
seperti wawancara langsung kepada nelayan atau istri nelayan tentang
bagaimana curahan waktu kerja atau alokasi waktu yang digunakan oleh
anggota keluarga nelayan pancing. Wawancara terstruktur atau kuisioner dalam
penelitian ini yaitu dengan membagikan kuisioner kepada keluarga nelayan
pancing dengan isi kusioner tentang nama, umur, alamat, pekerjaan utama,
pekerjaan sampingan, pendidikan, jumlah biaya tetap,dan biaya variabel.
23
b. Observasi
Menurut Arikunto (2006), observasi adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan
secara langsung ketempat yang akan dijadikan penelitian.
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan atau dan
mengikuti,dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku
yang dituju. Menurut Catwrigh (2008) yang dikutip dalam Haris mendefenisikan
sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati, serta merekam perilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Defenisi lain dari observasi adalah
suatu kegiatan dalam mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti dari observasi ialah adanya perilaku yang
tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Observasi yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
mengamati secara langsung atau mencatat seluruh rangkaian kegiatan rumah
tangga nelayan pancing antara suami dan istri baik kegiatan perikanan maupun
kegiatan non perikanan rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan, buku,
majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan,laporan pemerintahan,
artikel, buku-buku sebagai teori, majalah dan lain sebagainya. Data yang
diperoleh dari data sekunder tidak perlu diolah kembali.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kantor
Dinas Kelautan dan Perikanan, kantor Kecamatan Alok Barat, kantor Kelurahan
Wuring, Perpustakaan serta beberapa referensi lainnya yang berkaitan dengan
letak geografis, dan topografis lokasi, keadaan penduduk, serta kondisi
24
perikanan di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur khususnya nelayan pancing.
3.7 Analisis Data
Menurut Wiratna (2014), analisis data diartikan sebagai upaya data yang
sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Dengan demikian, teknik analisis
data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan
tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan masalah.
Analisis data adalah proses menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit ,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono,2009).
Analisis data dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif, pada penelitian ini digunakan analisis deskriptif
kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif karena jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif.
3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Rahmat dan Jumae’di, (2005), penelitian kualitatif disebut juga
penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena tidak menggunakan alat-alat
pengukur dan sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif. Disebut
naturalistik karena dilihat pada situasi lapangan penelitian bersifat natural atau
wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi. Penelitian kualitatif
berpendirian bahwa tidak hanya satu kebenaran yang mutlak, kebenaran itu
sangat kompleks dan tidak ada satu teori yang dapat menangkapnya. Pada
25
penelitian ini, peneliti sendiri harus memasuki lapangan untuk mengumpulkan
data melalui observasi dan wawancara.
Pada penelitian ini analisis deskriptif kualitatif yang digunakan adalah
mengidentifikasi perilaku kegiatan produksi nelayan pancing dan curahan waktu
kerja di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur, dan mengindentifikasi perilaku kegiatan produksi non perikanan nelayan
pancing dan curahan waktu kerja di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
3.7.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif
Menurut Hasan M Iqbal, (2002), analisis deskriptif kuantitatif adalah
analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif. Alat analisis yang
bersifat kuantitatif adalah alat analisis yamg menggunakan model-model, seperti
model matematika, model statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan
dalam suatu uraian.
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent. Pada penelitian ini, analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
3.7.1.1 Spesifikasi Model
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dipenuhi dalam menyusun regresi berganda,
tujuan asumsi klasik yaitu agar hasil tidak bias. Oleh karena itu perlu dilakukan
beberapa tes atau uji memungkinkan pendeteksian pelanggaran asusmsi
tersebut. Tes atau uji tersebut antara lain :
26
Uji Normalitas
Menurut ghozali (2011)dalam Firdaus.M dkk (2014), uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Dengan kata lain, uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian yang berfungsi untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji
sebaran data yang dianalisis. Ada beberapa cara yag dapat digunakan untuk
melihat normalitas data dalam penelitian, yaitu dengan menggunakan tiga alat
uji, yaitu:
1). Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal
2). Histogram yaitu pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa data
normal berbentuk lonceng (Bell Shaped). Data yang baik adalah data yang
memiliki pola distribusi normal.jika data menceng ke kanan atau menceng ke kiri
berarti data tidak berdistribusi secara normal.
3). Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah: jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi memenuhi asumsi norrmalitas, namun jika data menyebar jauh dari
diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Menurut Nugroho (2009), uji normalitas adalah pengujian dengan
mendistribusikan data secara normal. Normal probability plot dapat menunjukkan
model regresi yang baik atau tidak, dengan cara membandingkan distribusi data
yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Selain itu
dapat dilihat dari tampilan grafik histogram, apabila pengamatan tersebut sesuai
27
dengan ketentuan maka model regresi berhasil memenuhi asumsi normalitas
yang artinyalayak pakai jika histogram berbentuk lonceng dan titik variance
semuanya mengikuti arah garis diagonal.
Uji Multikorenalitas
Menurut Risti (2008), istilah multikolinearitas (kolinearitas ganda) pertama
kali ditemukan oleh Ragnar Frisch, yang berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel penjelas (bebas)
dari model regresi ganda. Selanjutnya istilah multikolinearitas digunakan dalam
arti yang lebih luas, untuk terjadinya korelasi linear yang tinggi di antara variabel-
variabel penjelas. (x1,x2,...,xp)
Beberapa teknik untuk mengenali multikolinearitas adalah
a) Variabel bebas secara bersama-sama pengaruhnya nyata, atau uji F-nya
nyata, namun ternyata setiap variabel bebasnya secara parsial
pengaruhnya tidak nyata, (Uji t-nya tidak nyata).
b) Nilai koefiisiean determinasi R2 sangat besar, namun ternyata variabel
bebasnya berpengaruh tidak nyata (uji t-nya tidak nyata).
c) Nilai koefisien korelasi parsial ada yang lebih besar dari koefisien
determinasinya.
Menurut Husin (2011), Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas. Model regresi yang mengandung multikolinearitas berakibat
pada kesalahan standar estimasi yang akan cenderung meningkat dengan
bertambahnya variabel independen, tingkat signifikansi yang digunakan untuk
menolak hipotesisi nol akan semakin besar dan probabilitas dalam menerima
hipotesis yang salah akan semakin besar.
28
Menurut Imam Ghozali (2009) dalam Hayadi (2015), untuk mendeteksi
ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antara variabel independen dapat
diteksi dengan cara melihat nilai tolerancedan variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance)
Uji Heteroskedastisitas
Menurut ghozali (2013), uji heteroskedastisitas yaitu untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Jika p value > 0,05 tidak
signifikan berarti tidak terjadi heteroskedastisitas artinya model regresi lolos uji
heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik
scatterplot, yaitu titik yang menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Pengujian yang lebih valid dapat dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute residual dengan variabel independennya atau
disebut uji glejser. Jika tingkat signifikannya > 5% maka data terbebas dari
heterokedastisitas.
Menurut Purwanto (2008), dampak jika terjadi heteroskedastisitas antara
lain (a) walaupun terjadi heteroskedastisitas, koefisien penduga (b1 dan b2) tetap
efisien, namun variannya atau kesalahan baku penduganya menjadi lebar atau
tidak efisien, (b) interval keyakinan untuk koefisien regresi menjadi semakin lebar
dan uji signifikan kurang kuat, (c) apabila menggunakan OLS, maka uji t dan uji f
tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan perubahan-
perubahan. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah :
29
1. Metode grafik, menghubungkan antara Y dan e2, dimana apabila hubungan Y
dan e2tidak sistematis seperti semakin membesar atau mengecil seiring
bertambahnya Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji korelasi rank spearman, digunakan untuk menguji heteroskedastisitas
apabila nilai korelasi rank spearman lebih besar dari nilai t-tabel.
Jika terjadi heteroskedastisitas maka cara mengatasinya adalah (a)
melakukan metode kuadrat terkecil tertimbang, nila tertimbang dapat dilakukan
berdasarkan apriori atau observasi dan (b) melakukan transformasi log, yaitu
data diubah dalam bentuk log atau data ditransformasikanke bentuk lainnya
seperti 1/x atau yang lainnya.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozalli (2005)dalam Cahyani, M. Y (2015), uji autokorelasi
dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Pengujian ini menggunakan uji Durbin- Watson, jika nilai Du < d <
4- Du maka dapat dikatakan data terbebas dari autokorelasi.
Menurut ghozali (2009) dalamFitry (2015), uji autokorelasi merupakan
pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi
dengan dirinya sendri. Maksud korelasi dengan diri sendri adalah bahwa nilai
dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik
nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya.
Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah (a)
metode grafik yang menghubungkan antara error atau e/residu dengan waktu,
apabila terdapat hubungan yang sistematis, baik meningkat maupun menurun
maka menunjukkan adanya autokorelasi (b) uji Durbin –Watson dimana rumus
30
untuk di uji DW adalah ∑( et-e(t-1))2/ ∑e2.. Apabila nila DW berkisar antara du
dan 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi. Namun pada kenyataan setiap
program regresi sudah mempersiapkan uji DW untuk mengecek apakah terjadi
autokorelasi atau tidak.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Setiawan dan Dewi, E.K (2010), analisis regresi linear beganda
adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen
(X1,X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berhubungan
positif atau negatif untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang diinginkan
biasanya berskala interval atau rasio. Bentuk persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana :
Y = Pendapatn rumah tangga
a = Konstanta atau intersep
b1 = koefisien regresi untuk X1
b2 = koefisien regresi untuk X2
b3 = koefisien regresi untuk X3
b4 = koefisien regresi untuk X4
b5 = koefisien regresi untuk X5
b6 =koefisien regresi untuk X6
b7 = koefisien regresi untuk X7
X1 = Curahan waktu kerja produktif laki-laki
X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e
31
X3 = Umur laki-laki
X4 = Umur perempuan
X5 = Jumlah anggota keluarga
X6 = Tingkat pendidikan laki-laki
X7 = Tingkat pendidikan perempuan
e = error atau nilai residu
c. Batasan Operasional
Batasan operasional pada analisis pendapatan ini digunakan untuk
menghindari adanya perbedaan dalam variabel penelitian. Berikut penjelasan
batasan operasional dalam penelitian ini :
1. Pendapatan keluarga (Y)
Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima dari hasil kerja
rumah tangga baik suami maupun istri dari usaha perikanan maupun non
perikanan (pertanian, dagang, jasa, pengrajin, dan lain sebagainya) serta
pendapatan dari sumber lain yang telah diterima rumah tangga (keluarga) yang
dihitung dalam satuan rupiah.
2. Curahan waktu kerja produktif laki-laki (X1)
Curahan waktu kerja produktif laki-laki merupakan jumlah jam kerja yang
dialokasikan oleh suami guna memperoleh pendapatan atau penghasilan rumah
tangga yang dihitung dalam satuan jam kerja.
3. Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)
Curahan waktu kerja produktif perempuan merupakan jumlah jam kerja
yang dialokasikan oleh istri nelayan guna memperoleh pendapatan atau
pengahasilan rumah tangga yang dihitung dalam satuan jam kerja.
4. Umur laki-laki (X3)
Umur laki-laki merupakan satuan waktu atau usia yang dapat mengukur
waktu keberadaan hidup seseorang yang terhitung mulai lahir hinggaa saat ini,
32
dan untuk mengetahui kecepatan produktifitas dalam bekerja, yaitu waktu
keberadaan seorang suami yang dihitung dari lahir hingga saat ini dalam setiap
tahunnya.
5. Umur perempuan (X4)
Umur perempuan merupakan satuan waktu atau usia yang dapat mengukur
waktu keberadaan hidup seseorang yang terrhitung mulai dari lahir hingga saat
ini, dan untuk mengetahui kecepatan produktifitas dalam bekerja, yaitu waktu
keberadaan seorang istri yang dihitung mulai lagir hingga saat ini dalam setiap
tahunnya.
6. Jumlah anggota keluarga (X5)
Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota atau individu dalam
suatu keluarga yang menjadi tanggung jawab rumah tangga nelayan jaring
insang yang dihitung dalam jiwa. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga maka
semakin tinggi tingkat kebutuhan dan pengeluarannya.
7. Tingkat pendidikan laki-laki (X6)
Tingkat pendidikan laki-laki merupakan suatu tingkatan atau jenjang
pendidikan yang dimiliki oleh seorang suami melalui pendidikan formal. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seorang suami makan semakin tinggi pula pengetahuan
yang dimiliki dan di hitung dalam satuan tahun atau lama waktu menempuh
pendidikan formal.
8. Tingkat pendidikan perempuan (X7)
Tingkat pendidikan perempuan merupakan suatu tingkatan atau jenjang
pendidikan yang di miliki oleh seorang istri melalui pendidikan formal. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seorang istri maka semakin tingggi pula pengetahuan
yang dimiliki dan dihitung dalam satuan tahun atau lama waktu menempuh
penddidkan formal.
33
3.7.1.2 Estimasi Model
d. Uji Statistika
Uji statistika digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat, antara lain:
Koefisien Determinasi (R2)
Menurut kuncoro (2009), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antar 0 sampai 1 (0<
R2<1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yanag
mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutukan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Menurut Lind (2002) dalam Suharyadi dan Purwanto (2008), nilai R2
dikatakan baik atau kuat yaitu bahwa nilai R2 lebih besar dari 0,5 menunjukkan
variabel bebas dapat menjelaskan variabel terkait dengan baik atau kuat, sama
dengan 0,5 dikatakan sedang dan kurang dari 0,5 relatif kurang baik variabel.
Penyebab nilai R2 kurang dari 0,5 yaitu spesifikasi model yang salah (pemilihan
variabel yang kurang tepat), pengukuran yang tidak akurat.
Uji Signifikan Serentak atau Simultan (Uji F)
Menurut suharyadi dan Purwanto (2008) dalam Fitry (2015), uji signifikan
serentak atau simultan (Uji F) adalah uji yang dimaksud untuk melihat
kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu X1, X2, X3 ......X8, untuk
dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terkait (Y).
Rumus Uji F adalah sebagai berikut:
34
Dimana :
R2= koefisien Determinasi
K = banyaknya variabel
n = banyaknya sampel
Apabila nilai F hitung > F tabel maka variabel bebas secara simultan
berpengaruh nyata terhadap variabel terkaitnya. Apabila F hitung < F tabel maka
variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terkaitnya.
Uji Siginifikan Individual atau Parsial (Uji t)
Menurut Nurmala. D, (2012), uji signifikan individual atau parsial (Uji t)
adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas secara parsial berpengaruh
terhadap variabel terikat. Rumus untuk uji t adalah sebagai berikut :
Dimana :
b = koefisien regresi
B = parameter populasi
Sb = kesalahan baku penduga (Standard error estimation)
35
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Topografis
Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur merupakan salah satu Desa dari 21 Kecamatan di Wilayah Kabupaten
Sikka yang terletak pada jarak 10 Km ke Barat dari Pusat Kota Maumere (Ibu
Kota Maumere) dan berada pada wilayah Barat perbukitan Nangahure. Luas
Wilayah Kabupaten Sikka adalah 1.731,92 km2 atau 173.192 Ha dan posisi
Koordinat Kabupaten Sikka yaitu terletak antara 121˚55’40’’ sampai dengan
122˚41’30” Bujur Timur (BT) dan 8˚22’ sampai dengan 8˚50’ Lintang Selatan
(LS). Luas wilayah Desa Wuring adalah 1.600 Ha/m2 yang yang terbagi menjadi
wilayah pemukiman bukit seluas 465.37 Ha/m2 , wilayah pemukiman lembah
seluas 325,75 Ha/m2 , perkebunan seluas 225,21 Ha/m2 , pekarangan seluas
207,20 Ha/m2 , kuburan seluas 2,03 Ha/m2 , perkantoran seluas 1,281 Ha/m2 .
Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat memiliki batas-batas administratif sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Timur : Kelurahan Hewuli
Sebelah Selatan : Kecamatan Nita Desa Lewolufit
Sebelah Barat : Kecamatan Magepanda Desa Kolisia
Kecamatan Alok Barat terbagi menjadi 4 wilayah Desa yang terdiri dari
Desa Wolomarang, Desa Wailiti, Desa Wuring dan Desa Hewuli. Wilayah Desa
Wuring terbagi menjadi 10 Rukun Warga (RW) dan 45 Rukun Tetangga (RT),
diantaranya adalah wilayah lembah terdiri atas 3 RW dan 10 RT, wilayah bukit
terdiri atas 4 RW dan 17 RT, wilayah patisomba terdiri atas 3 RW dan 18 RT.
(Data Kependudukan Desa Wuring, 2017).
36
Berdasarkan keadaan topografisnya, Desa Wuring, Kecamatan Alok
Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, berada pada ketinggian 0 – 45m
diatas permukaan laut dengan suhu rata - rata 27- 32˚C dengan curah hujan
rata-rata 1.329 mm, 71 hh/tahun dan memiliki bentangan wilayah berupa wilayah
perbukitan, dan wilayah lembah. (BPS Kabupaten Sikka, 2017)
Gambar 2. Peta Kabupaten Sikka
4.2 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data kependudukan yang ada di data base Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada tahun
2017, jumlah penduduk Desa wuring sebanyak 4.717 jiwa yang terdiri dari jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 2.296 jiwa atau 48,6% dari jumlah penduduk
keseluruhan dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.421 jiwa atau 51,3 %
dari jumlah penduduk keseluruhan yang tergabung dalam 1073 KK. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Wuring
Sumber : Kantor Desa Wuring, 2017
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
1 Laki – Laki 2.296 48,7
2 Perempuan 2.421 51,3
Total 4.717 100
37
Sedangkan untuk jumlah penduduk Desa wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur berdasarkan usia dapat diketahui pada
uraian Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Wuring Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 0 bulan – 5 tahun 681 14,44
2 6 tahun – 10 tahun 609 12,92
3 11 tahun 15 tahun 567 12,02
4 16 tahun – 20 tahun 451 9,56
5 21 tahun – 25 tahun 411 8,72
6 26 tahun – 30 tahun 324 6,86
7 31 tahun – 35 tahun 304 6,44
8 36 tahun – 40 tahun 307 6,50
9 41 tahun – 45 tahun 294 6,24
10 46 tahun – 50 tahun 245 5,20
11 51 tahun – 55 tahun 181 3,83
12 56 tahun keatas 343 7,27
Total 4.717 100
Sumber: Kantor Desa Wuring, 2017
Dari data tersebut, maka dapat diketahui penduduk Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur yang tergolong
usia produktif dapat mencapai kurang kebih 35%. Berdasarkan umurnya,
penduduk yang berusia 0-14 tahun merupakan penduduk yang belum produktif,
penduduk yang berusia 15-64 tahun merupakan penduduk dengan usia
produktif, sedangkan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas merupakan
penduduk dengan usia kurang produktif (Kusomowidho, 2000).
Dari tabel 2 dapat memperlihatkan usia penduduk Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur yang tergolong
dalam usia produktif dapat mencapai 35% dari total keseluruhan jumlah
penduduk Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur. Penduduk Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur yang tergolong dalam usia produktif pada usia 21-
25 tahun sebanyak 411 orang (8,72%) merupakan penduduk dengan kelompok
38
umur terbanyak, pada umur tersebut sudah memiliki banyak pengalaman yang
telah dimiliki dan masih dalam umur produktif untuk bekerja, sedangkan
penduduk dengan usia produktif paling sedkit pada usia 46- 50 tahun sebanyak
245 orang ( 5,20%).
Data penduduk Desa Wuring, Kecamatan Alok barat, Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur, berdasarkan mata pencahrian dapat diketahui pada Tabel
3.
Tabel 3 . Mata Pencaharian Penduduk Desa Wuring
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Belum Bekerja 1.160 24,59
2 Pelajar 1.165 24,69
3 Petani 1.456 30,86
4 Nelayan 559 11,85
5 Wiraswasta 141 2,98
6 Tukang 51 1,07
7 Buruh 78 1,64
8 Ojek 48 1,01
9 Sopir 53 1,11
10 PNS 106 2,21
Total 4.717 100
Sumber : Kantor Desa Wuing, 2017
Berdasarkan data mata pencaharian penduduk Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dapat diketahui bahwa
sebagian mata pencahrian yang paling banyak adalah petani, hal ini dapat dilihat
dari hasil prosentase yaitu sebesar 30,86% atau sebanyak 1.456 orang, selain
sebagai petani sebagian besar penduduk Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menggantungkan hidup pada bidang
perikanan yaitu sebagai nelayan. Nelayan penduduk Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dilihat dari hasil prosentase
dapat mencapai 11,85% atau sebanyak 559 orang, dengan ini menunjukkan
bahwa Wilayah Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur merupakan Wilayah yang strategis untuk usaha pertanian
39
maupun perikanan dimana luas wilayahnya adalah perbukitan yang dijadikan
masyarakat untuk persawahan dan laut yang dijadikan masyarakat untuk
penangkapan ikan.
Berdasarkan data monografi 2017 jumlah penduduk Desa Wuring,
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada uraian Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Wuring
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Tidak Sekolah/ Buta Huruf 98 2,8
2 Tamat SD Sederajat 2.201 62,4
3 Tamat SLTP Sederajat 597 16,9
4 Tamat SLTA Sederajat 521 14,8
5 Tamat Perguruan Tinggi 108 3,7
Total 3.525
Sumber: Kantor Desa Wuring, 2017
Berdasarkan data tingkat pendidikan penduduk Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur diatas dapat diketahui
bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh paling tinggi adalah jenjang Perguruan
tinggi sebanyak 108 orang atau 3,06% tetapi tingkat pendidikan yang ditempuh
paling banyak adalah tamat SD/Sederajat sebanyak 2.201 orang atau 62,4%, hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Wuring masih
rendah. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan dapat disebabkan oleh beberapa
alasan, seperti mereka lebih menyukai melakukan penangkapan ikan
dibandingkan dengan melanjutkan sekolah, dan karena dipengaruhi oleh
lingkungan dan lain sebagainya (Daniel, Halim, 2013). Sedangkan tingkat
pendidikan penduduk Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur, masih tergolong rendah disebabkan oleh pendapatan
nelayan yang tergantung musim sehingga takut untuk menyekolahkan anak
karena kekurangan biaya, selain faktor pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan juga kehidupan orang tua mereka yang sebelumnya melakukan
40
kegiatan penangkapan ikan, dan disebakan oleh kebiasaan anak-anak yang
mengikuti orang tua berangkat melaut.
4.3 Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Sikka
Kabupaten Sikka dengan luas 7.553,24 km2, memiliki luas lautan
5.821,33 km2 dengan panjang garis pantai 444,50 km2, dengan kondisi fisik
wilayah seperti ini maka sumberdaya kelautan merupakan salah satu tumpuan
harapan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sikka karena di dalam wilayah
laut dan pesisir tersebut terkandung berbagai potensi pembangunan yang besar
dan beragam baik untuk perikanan penangkapan maupun perikanan budidaya.
Potensi perikanan di Kabupaten Sikka di tunjukan dengan aktivitas perikanan
yang ada. Aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sikka di dukung oleh
adanya tempat penitipan ikan (TPI).
Usaha perikanan tangkap di Kabupaten Sikka dari tahun 2011 sampai
tahun 2016 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 produksi
penangkapan sebanyak 11.938 ton mengalami peningkataan pada tahun 2016
menjadi 15.371 ton. Seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Produksi Perikanan Kabupaten Sikka
No Tahun Produksi
Penangkapan (ton) Tingkat Kenaikan (%)
1 2011 11.938 -
2 2012 11.946 0,06
3 2013 12.002 0,46
4 2014 13.799 0,87
5 2015 15.300 10,87
6 2016 15.371 0,46
Sumber : Kantor DPK Kabupaten Sikka, 2017
Produksi perikanan tangkap oleh nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada umumnya
jenis ikan pelagis. Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan pancing yaitu seperti ikan
tongkol, ikan cakalang, dan ikan tuna. Menurut para nelayan jika pada musim
41
dan cuaca yang baik atau pada musim puncak hasil produksi ikan banyak yaitu
dapat mencapai rata-rata 1.294kg, dengan pembagian ikan cakalang total
produksi mencapai 401 kg, ikan tongkol 413 kg, dan ikan tuna 479 kg, namun
pada saat musim dan cuaca yang kurang menentu atau pada saat musim
sedang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yang menjadi tidak menentu
tingkaat produksinya.
Kabupaten Sikka juga memiliki Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang
terdiri dari rumah tangga perikanan tangkap dan rumah tangga perikanan
budidaya. Rumah tangga perikanan tangkap Kabupaten Sikka tahun 2016
sebanyak 5.085 yang terdiri dari nelayan penuh sebanyak 1895 (RTP), nelayan
sambilan utama sebanyak 892 (RTP), nelayan sambilan tambahan sebanyak 406
(RTP), dan buruh nelayan sebanyak 1802 (RTP).
Sedangkan untuk jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di
Kabupaten Sikka seperti terlampir pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis Alat Tangkapn Nelayan di Kabupaten Sikka
No Jenis Alat Tangkap Unit
2015 2016
1 Pukat Cincin 60 574
2 Pukat Cincin/ Purse Seine 93 115
3 Jaring Insang Tetao 2.320 340
4 Jaring Insang Hanyut 1.975 930
5 Bagan 114 145
6 Longline 2 3
7 Rawai Dasar 216 78
8 Huhate/ Pole and Line 102 75
9 Pancing/ Hand Line 3.510 8.923
10 Bubu 562 179
11 Panah 779 913
12 Jala Tebar 40 60
Jumlah 9.753 12.335
Sumber : Kantor DPK Kabupaten Sikka, 2017
Berdasarkan data jenis alat tangkap nelayan di Kabupaten Sikka dapat di
lihat bahwa alat tangkap pancing memiliki peningkatan pada tahun 2016
42
sebanyak 8.923, sehingga menjadi dominan pada nelayan di Kabupaten Sikka
khususnya pada nelayan di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur, pada umumnya rumah tangga nelayan perikanan
tangkap Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur, menggunakan alat tangkap pancing. Selain alat tangkap nelayan juga di
dukung dengan armada perikanan. Armada yang digunakan oleh nelayan
pancing di Desa wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur, yaitu kapal kayu, kapal kelong dan jukung.
43
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
latar belakang responden dan dijadikan sebagai bahan analisis tentang
responden nelayan pancing dari hasil penyebaran kusioner. Karakteristik
responden meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, serta lama jam kerja
produktif responden.
a. Jenis kelamin responden
Pada hasil penelitian ini jenis kelamin responden nelayan pancing sesuai
dengan sampel penelitian yaitu terdiri dari responden laki-laki dan responden
perempuan, perbedaan analisis antara responden laki-laki dan responden
perempuan digunakan untuk mengetahui pembagian kerja dan curhan waktu
kerja kegiatan produksi dengan jumlah responden sebanyak 35 laki-laki dan 35
perempuan dan responden merupakan nelayan pancing yang sudah berumah
tangga.
b. Umur responden
Pada hasil penelitian ini, berdasarkan umur responden laki-laki nelayan
pancing mayoritas memiliki umur 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 12 orang atau
34,3%, sedangkan umur 21 – 30 tahun ada sebanyak 5 orang atau 14,3%, umur
31 – 40 tahun ada sebanyak 10 orang atau 28,6%, umur 51 – 60 tahun ada
sebanyak 8 orang atau 22,8%. Deskripsi umur responden laki – laki rumah
tangga nelayan pancing dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Umur Responden Laki-laki
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 < 20 0 0
2 21 – 30 5 14,3
3 31 – 40 10 28,6
44
Lanjutan Tabel 7
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
4 41 – 50 12 34,3
5 51 – 60 8 22,8
6 >60 0 0
Total 35 100
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 7 diperoleh hasil umur responden laki-laki yaitu umur
41-50 tahun, ini merupakan umur yang produktif, umur produktif yaitu berkisar
antara umur 15-64 tahun, hal ini berkaitan erat dengan curahan waktu kerja
produktif laki-laki sehingga dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga
nelayan pancing. Semakin banyak laki-laki yang umurnya termasuk umur
produktif maka peluang untuk usaha penangkapan ikan akan semakin besar
Umur responden perempuan (istri nelayan pancing) mayoritas berusia 31
– 40 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 37,1%. Untuk umur 21 – 30 tahun ada
sebanyak 9 orang atau 25,8%, umur 41 – 5- tahun ada sebanyak 12 orang atau
34,3%, dan umur 51 – 60 tahun ada sebanyak 1 orang atau 2,8%. Mayoritas
umur responden perempuan juga merupakan umur yang produktif, hal ini yang
berkaitan dengan curahan waktu kerja produktif perempuan.
Posisi perempuan pada rumah tangga nelayan pancing juga sangat
penting walaupun hanya sekedar membantu dalam waktu yang tidak terlalu
lama, karena curahan waktu kerja produktif perempuan dapat berpengaruh
terhadap pendapatan rumah tangga nelayan pancing. Umur responden
perempuan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Umur Responden Perempuan
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 < 20 0 0
2 21- 30 9 25,8
3 31 – 40 13 37,1
4 41 – 50 12 34,3
5 51 – 60 1 2,8
6 >60 0 0
Total 35 100
45
Sumber: Data Primer diolah, 2017
c. Tingkat pendidikan responden
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat pendidikan tertinggi responden laki-
laki mayoritas yang ditempuh yaitu lulus SD/ Sederajat ada sebanyak 25 orang
atau 71,4%. Untuk responden laki-laki yang tingkat pendidikannya
SMP/Sederajat ada sebanyak 6 orang atau 17,2%, lulus SMA sebanyak 4 orang
atau 11,4%. Tingkat pendidikan responden laki-laki rumah tangga nelayan
pancing secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Tingkat Pendidkan Responden Laki-laki
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 Lulus SD/ Sederajat 25 71,4
3 Lulus SMP/ Sederajat 6 17,2
4 Lulus SMA/ Sederajat 4 11,4
5 Sarjana 0 0
Total 35 100
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 9 bahwa tingkat pendidikan responden laki-laki dapat
berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga, hal ini terjadi karena tingkat
pendidikan seseorang dapat mempengaruhi cara pandang, pola pikir dan cara
bertindak seseorang yang modern dalam mengambil sebuah keputusan atau
pengambilan keputusan khususnya dalam usaha penangkapan ikan . (Fadhilah
Rahmawati, dkk, 2004)
Tingkat pendidikan responden perempuan yang paling banyak ditempuh
adalah pada tingkat SD/ Sederajat yaitu sebanyak 23 orang atau 65,8%. Untuk
pendidikan SMP/Sederajat ada sebanyak 6 orang atau 17,1%, tingkat pendidikan
SMA sebanyak 5 orang atau 14,3%, dan tingkat pendidikan tertinggi ada
sebanyak 1 orang atau 2,8%. Secara lebih rinci tingkat pendidikan responden
perempuan dapat dilihat pada Tabel 10
46
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden Perempuan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 Lulus SD/ Sederajat 23 65,8
3 Lulus SMP/ Sederajat 6 17,1
4 Lulus SMA/ Sederajat 5 14,3
5 Sarjana 1 2,8
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah responden
perempuan yang lulus SD/Sederajat jumlahnya lebih sedikit dibandingkan degan
responden laki-laki. Hal ini terlihat bahwa kaum perempuan masih memiliki
peluang atau kesempatan yang rendah dalam menempuh pendidikan sehingga
dapat mempengaruhi pola pikir dan cara pandang dan juga akan mempengaruhi
pendapatan rumah tangga nelayan yang diterima. Karena semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan semakin tinggi pula tingkat kualitas sumberdaya manusia
tersebut salah satunya dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
usaha penangkapan ikan yang dikerjakan oleh responden laki-laki (suami) dari
responden perempuan.
Namun hal ini tidak menjadi salah satu acuan karena jumlah sarjana
responden perempuan juga lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-
laki, hal ini berarti bahwa kaum perempuan sudah cukup maju dan sudah
memiliki kesempatan yang sama dengan responden laki-laki dalam menempuh
pendidikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian responden memang masih
belum memiliki kesempatan yang sama namun ada beberapa responden
perempuan yang sudah memiliki kesempatan yang sama dengan responden laki-
laki dalam menempuh pendidikan di tingkat yang tinggi.
47
5.2 Pekerjaan Rumah Tangga Nelayan Pancing Dibidang Non Perikanan.
Pekerjaan responden dibidang non perikanan merupakan suatu
pekerjaan sampingan atau dikerjakan di sela waktu kegiatan penangkapan
misalnya pada saat tidak musim ikan, untuk menambah pendapatan guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Rumah tangga nelayan pancing ini
cukup memiiki perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan,
walaupun tidak semua keluarga namun kebanyakan bahwa laki-laki adalah
pemimpin keluarga yang harus bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga dan
perempuan tidak bekerja hanya bertugas sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Berdasarkan pembagian kusioner yang dilakukan pada anggota rumah
tangga nelayan pancing ini bahwa hasilnya mayoritas responden laki-laki (suami)
yaitu tidak memiliki pekerjaan non perikanan sebanyak 27 orang atau 77,1%. Hal
ini dikarenakan dalam usaha penangkapan lebih banyak membutuhkan tenaga
laki-laki dibandingkan dengan tenaga wanita. Sedangkan pekerjaan dibidang non
perikanan sebagai ojek sebanyak 3 orang atau 8,6%, sebagai pedagang dan
sopir sebanyak 2 orang atau 5,7 %, dan pekerjaan non perikanan yang paling
sedikit adalah peternak yaitu sebanyak 1 orang atau 2,9%. Untuk lebih jelasnya
pekerjaan responden laki-laki dibidang non perikanan dapat dilihat pada Tabel
11.
Tabel. 11 Pekerjaan Responden Laki-laki dibidang Non Perikanan
No Pekerjaan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Ojek 3 8,6
2 Pedagang 2 5,7
3 Peternak 1 2,9
4 Sopir 2 5,7
5 Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 27 77,1
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2017
48
Berdasarkan tabel 11 bahwa pekerjaan responden laki-laki (suami)
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sebagai tambahan pendapatan
karena disini laki-laki merupakan seseorang bertanggung jawab penuh dan
utama atas kebutuhan ekonomi keluarga.
Berdasarkan pembagian kusioner kepada perempuan (istri nelayan
pancing) diperoleh hasil mayoritas adalah perempuan tidak memiliki pekerjaan
non perikanan yaitu ada sebanyak 17 orang atau 48,5%. Hal ini dikarenakan
perempuan tidak bertanggung jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
tetapi kebanyakan hanya sebagai ibu rumah tangga yang bertugas penuh
mengurus anak, rumah, dan terkadang hanya membantu pekerjaan suami
menyiapkan perlengkapan untuk melaut. Rata-rata pekerjaan responden
perempuan dibidang non perikanan yaitu sebagai pedagang sebanyak 15 orang
atau 42,9%, dan petani sebanyak 2 orang atau 5,7% sedangkan yang paling
sedikit adalah sebagai guru yaitu hanya 1 orang atau 2,9%. Secara lebih rinci
pekerjaan responden perempuan dibidang non perikanan dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Pekerjaan Responden Perempuan dibidang Non Perikanan
No Pekerjaan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Guru 1 2,9
2 Pedagang 15 42,9
3 Petani 2 5,7
4 Tidak memiliki pekerjaan non perikanan 17 48.5
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2017
5.3 Perilaku Kegiatan Produksi Nelayan Pancing dan Curahan Waktu Kerja Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Seluruh kapal responden nelayan di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, telah dilengkapi dengan mesin
49
penggerak perahu. Jenis kapal yang digunakan oleh nelayan pancing pada
umumnya menggunakan kapal kayu, kapal kelong, dan jukung dengan ukuran
kapal paling kecil dengan panjang 6 meter dan lebar 2 meter, dengan mesin
penggerak antara 26 – 30 PK. Mesin penggerak yang digunakan biasanya jenis
candum 26 PK, jeandong 26 PK, tiangli 26 PK dan tiangli 30 PK.
Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan skala kecil di Desa
Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada
umumnya adalah pancing ulur. Pancing ulur (hand line) adalah alat penangkapan
ikan jenis pancing yang paling sederhana termasuk dalam klasifikasi alat tangkap
hook dan line (DKP, 2008). Usaha alat tangkap pancing ulur oleh nelayan
pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur menggunakan jenis kapal kelong, kayu dan jukun yang telah
dilengkapi dengan mesin penggerak kapal dengan ukuran 26-30 PK, dengan
jenis mesin yang digunakan yaitu candum, jeandong dan tiangli. Nelayan
pancing ulur melakukan operasi penangkapan pada dua musim yaitu pada
musim puncak dan pada musim sedang. Pada musim puncak nelayan mulai
beroperasi pada bulan Agustus sampai November sedangkan pada musim
sedang nelayan mulai beroperasi pada bulan Desember sampai bulan Maret
dengan sasaran tangkap jenis ikan pelagis seperti ikan cakalang, ikan tongkol,
dan ikan tuna.
Konstruksi alat tangkap pancing ulur secara keseluruhan terdiri atas
penggulung, tali pancing, kili-kili, mata pancing, pemberat dan pelampung.
1. Penggulung.
Penggulung pancing yang digunakan terbuat dari bahan plastik yang
dapat berfungsi sebagai tempat untuk melilitkan tali pancing agar rapi dan
tidak kusut.
50
2. Tali pancing.
Tali Pancing yang digunakan pada alat tangkap pancing ulur yaitu dengan
memakaii tali sintetis, agar tidak mudah terlihat oleh ikan dan menghindar
adanya pantulan cahaya dari pancing. Panjang tali pancing biasanya di
sesuaikan oleh nelayan tergantung pada pengoperasian di perairan,
3. Mata pancing
Mata pancing Hook yang digunakan pada alat tangkap pancing ulur di
Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur, adalah terbuat dari besi dengan menggunakan mata pancing no.1
4. Pemberat
Pemberta berfungsi sebagai pemberi daya. Pemberat yang digunakan
oleh nelayan pancing berupa bahan yang terbuat dari timah. Berat timah
tergantung pada arus.
5. Pelampung
Pelampung yang digunakan oleh nelayan pancing di Desa Wuring
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur,
merupakan pelampung yang bahannya terbuat dari plastik yang berfungsi
sebagai penanda.
Pengoperasian alat tangkap dilakukan dengan mengaitkan umpan berupa
umpan hidup atau alami atau umpan mati atau buatan pada mata pancing , mata
pancing dan umpan dimasukkan kedalam air hingga kedalaman tertentu. Tali
pancing ditarik perlahan-lahan agar umpan terlihat bergerak dan dapat menarik
perhatian dari ikan. Ketika ikan menangkap umpan dan terkait pada mata
pancing, tali ditarik hingga tangkapan dapat terangkat dari air (Rahmat,2007).
Dalam pengoperasian alat tangkap pancing ulur dilakukan pada malam
hari, sebelumnya nelayan telah menyiapkan terlebih dahulu umpan yang akan
digunakan, biasanya nelaya pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
51
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menggunakan umpan berupa cacahan
ikan segar dan umpan buatan seperti umpan yang terbuat dari sendok.
Pengoperasian alat tangkap pancing ulur ini dengan cara menyiapkan
terlebih dahulu umpan baik umpan berupa ikan segar maupun umpan buatan.
Kemudian baru setelah itu diturunkan pemberat yang dapat berfungsi sebagai
pemberi daya tenggelam. Pemberat yang dipasang pada alat tangkap pancing
ulur ini terbuat dari bahan timah, untuk berat yang dipakai tergantung arus. Apa
bila arus kuat nelayan biasanya menggunakan timah dengan berat 1- 2 Kg,
sedangkan jika arus lemah nelayan biasanya menggunakan timah dengan berat
0,5 Kg.
Selain perahu dan mesin, hampir seluruh nelayan di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur melengkapi
peralatan penangkapan dengan menggunakan cold box untuk menyimpan hasil
tangkapan ikan. Namun banyak juga nelayan yang menggunakan es balok untuk
menjaga kesegaran ikan agar tetap terjamin. Pada umumnya nelayan yang
menjual ikan langsung kepada para pengepul biasanya tidak meggunakan cold
box namun nelayan langsung menggunakan ember. Perilaku pasca tangkap ini
akan berpengaruh tehadap mutu dan kesegaran hasil tangkapan ikan, dan pada
akhirnya juga berpengaruh pada harga jual dari ikan. Ikan yang masih segar
memiliki harga jual yang tinggi sekitar 25.000 – 35.000 per ekornya sedangkan
ikan dengan tingkat kesegarannya rendah di jual dengan harga 15.000 – 20.000.
Total produksi nelayan responden di Desa Wuring, Kecamatan Alok
Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, memiliki perbedaan pada saat
musim puncak, dan musim sedang, Pada saat musim puncak yang terjadi sekitar
bulan Agustus - November total produksi dapat mencapai 1.294 Kg, pada saat
musim sedang terjadi pada bulan Desember – Maret total produksi yang
diperoleh oleh nelayan di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka,
52
Nusa Tenggara Timur, dapat mencapai 528 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
tangkapan ikan di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur, tidak menentu tergantung musim dan cuaca.
Modal tetap rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat. Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur diperoleh dari pembelian
kapal, mesin penggerak, pancing, kail pancing, pelampung, tali pancing,
pemberat, jangkar, jurigen dan senter. Tidak semua nelayan pancing di Desa
Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
mempunyai kapal milik sendiri, namun ada beberapa nelayan yang tidak
mempunyai kapal dan hanya menyewa kapal. Biasanya nelayan menyewa kapal
pada sanak saudara sendiri, sehingga harga sewa kapal sekali trip biasanya di
patok dengan harga 150.000/ trip atau dengan harga 1.800.000/ tahunnya,
sedangkan nelayan yang mempunyai kapal sendiri biasanya biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian kapal dengan harga Rp.15.000.000 – Rp.
40.000.000 tergantung jenis kapal. Untuk pembelian jenis kapal kayu biaya yang
dikeluarkan sekitar Rp.15.000.000 – Rp. 20.000.000, untuk pembelian jenis kapal
kelong dengan harga Rp. 25.000.000 – Rp. 30.000.000, sedangkan untuk
pembelian kapal dengan jenis jukun dengan harga Rp.35.000,000 – Rp.
40.000.000.
Dari 35 responden nelayan pancing diambil 2 contoh responden nelayan
pancing. Responden pertama atas nama Bapak Tayudi memiliki kapal sendiri
dengan jenis kapal kayu dengan modal tetap yang di miliki Bapak Tayudi
sebesar Rp. 36.047.000, sedangkan untuk responden nelayan pancing yang ke
dua atas nama Bapak Nasri, memiliki kapal dengan jenis
53
kelong yang memiliki modal tetap sebesar Rp. 38.271.000. Rata-rata modal tetap dari 35 responden nelayan pancing di
Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur adalah sebesar Rp. 31.215.371. contoh modal tetap
rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Modal Tetap Rumah Tangga Nelayan Pancing Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur.
No Modal Tetap (Bapak Tayudi)
Jumlah Harga Total harga No Modal Tetap (Bapak Nasri)
Jumlah Harga Total harga
1 Kapal 1 25.000.000 25.000.000 1 Kapal 1 30.000.000 30.000.000
2 Mesin Penggerak 1 10.000.000 10.000.000 2 Mesin Penggerak 1 7.500.000 7.500.000
3 Pancing 2 125.000 250.000 3 Pancing 2 125.000 250.000
4 Kail Pancing 2 40.000 80.000 4 Kail Pancing 2 23.000 46.000
5 Pelampung 4 13.000 52.000 5 Pelampung 6 20.000 120.000
6 Tali pancing 4 35.000 140.000 6 Tali pancing 4 25.000 100.000
7 Pemberat 3 25.000 75.000 7 Pemberat 2 20.000 40.000
8 Jangkar 1 250.000 250.000 8 Jangkar 1 150.000 150.000
9 Jurigen 6 25.000 150.000 9 Jurigen 3 5.000 15.000
10 Senter 1 50.000 50.000 10 Senter 1 50.000 50.000
Total 36.047.000 Total 38.271.000
Modal lancar rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur terdiri dari dua musim yaitu pada saat musim puncak dan pada saat musim sedang. Modal lancar dari Bapak Nasri terdiri dari
54
pembelian es balok pada saat musim puncak sebanyak 239 balok dengann harga Rp.358.500, pada saat musim sedang sebanyak
192
55
balok dengan harga Rp. 273,000, pembelian BM/Solar pada saat musim puncak
sebanyak 220 liter dengan harga Rp. 1.320.000, pada saat musim sedang
sebanyak 129 liter dengan harga Rp. 774.000, pembayaran tenaga kerja pada
saat musim puncak dan musim sedang untuk dua orang tenaga kerja sebanyak
Rp. 300.000 dengan masing-masing tenaga kerja diberi upah sebanyak Rp.
150.000/orangnya, pembelian perbekalan nelayan seperti rokok, beras, dan
bahan lauk-pauk lainnya pada saat musim puncak maupun musim sedang
dengan harga Rp. 300.000, pembelian stereofoam/keranjang pada saat musim
puncak sebanyak 3 unitt dengan harga satuan Rp. 70.000 dengan total harga
pembelian sebesar Rp. 310.000, pada saat musim sedang pembelian
stereofoam sebanyak 2 unit dengan total harga sebesar Rp. 140.000 dan
pembelian umpan pada saat musm puncak dan musim sedang sebesar Rp.
80.000. umpan yang digunakan oleh nelayan biasanya berupa umpan alami dan
umpan buatan, umpan alami berupa ikan cacahan dan umpan buatan biasanya
terbuat dari sendok. Total keseluruhan dari musim puncak dan musim sedang
untuk Bapak Nasri sebesar Rp. 4.435.500. sedangkan modal lancar dari Bapak
Tayudi diperoleh pada saat musim puncak dan musim sedang dengan pembelian
es balok pada saat musim puncak sebanyak 270 balok dengan harga Rp.
270.000, pada saat musim sedang sebakyak 145 balok dengan harga Rp.
145.000, pembelian BBM/ Solar pada saat musim puncak sebanyak 119 liter
dengan harga Rp.714.000, pada saat musim sedang sebanyak 100 liter dengan
harga Rp.600.000, pembayaran tenaga kerja pada saat musim puncak dan
musim sedang untuk masing-masing orang diberi upah sebesar Rp.
155.000/orangnya, pembelian perbekalan untuk dua musim yaitu dengan
masing-masing musim sebesar Rp. 220.000, pembelian stereofoam pada saat
musim puncak sebanyak 2 unit dengan harga Rp. 300,000, sedangkan pada saat
musim sedang sebanyak 1 unit
56
dengan harga Rp, 150.000, dan untuk pembelian umpan dengan harga R.
80.0000. Total keseluruhan modal lancar Bapak Tayudi pada saat musim puncak
dan musim sedang sebesar Rp. 3.379.000. Dua contoh responden yang diambil
dari 35 responden rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, diperoleh rata-rata modal
lancar nelayan pancing musim puncak sebesar Rp.2.474.300,- , pada saat
musim sedang sebesar Rp. Rp.1.859.357, dan total rata-rata keseluruhan musim
puncak dan musim sedang oleh rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, sebesar Rp.
4.333,657,-
57
Tabel 14. Modal Lancar Rumah Tangga Nelayan Pancing Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur
No Modal Lancar Bapak Nasri
(Musim Puncak )
Satuan Harga per unit (Rp)
Total harga (Rp)
1 Es Balok 239 Balok 1.500 358.500
2 BBM/ Solar 220 Liter 6.000 1.320.000
3 Tenaga Kerja 2 Oranng 150.000 300.000
4 Perbekalan 2 paket 150.000 300.000
5 Streofroam/Keranjang 3 Unit 70.000 210.000
6 Umpan 2 Paket 40.000 80.000
Total 2.568.500
No Modal Lancar (Musim Sedang)
Satuan Harga per unit (Rp)
Total harga (Rp)
1 Es Balok 182 Balok 1500 273.000
2 BBM/ Solar 129 Liter 6.000 774.000
3 Tenaga Kerja 2 Oranng 150.000 300.000
4 Perbekalan 2 Paket 150.000 300.000
5 Streofroam/Keranjang 2Unit 70.000 140.000
6 Umpan 2 Paket 40.000 80.000
Total 1.867.000
Total Keseluruhan 4.435.500
No Modal Lancar Bapak Tayudi
(Musim Puncak )
Satuan Harga per unit
(Rp)
Total harga (Rp)
1 Es Balok 270 Balok 1.000 270.000
2 BBM/ Solar 119 Liter 6.000 714.000
3 Tenaga Kerja 2 Oranng 155.000 310.000
4 Perbekalan 2 paket 110.000 220.000
5 Streofroam/Keranjang
2 Unit 150.000 300.000
6 Umpan 2 Paket 35.000 70.000
Total 1.884.000
No Modal Lancar (Musim Sedang)
Satuan Harga per unit
(Rp)
Total harga (Rp)
1 Es Balok 145 Balok 1.000 145.000
2 BBM/ Solar 100 Liter 6.000 600.000
3 Tenaga Kerja 2 Oranng 155.000 310.000
4 Perbekalan 2 Paket 110.000 220.000
5 Streofroam/Keranjang
1 Unit 150.000 150.000
6 Umpan 2 Paket 35.000 70.000
Total 1.495.000
Total Keseluruhan 3.379.000
58
Biaya melaut terdiri dari biaya pembelian BBM dan bekal melaut dan lain-
lain. Rata-rata total biaya produksi di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, sebesar Rp.4.339.600/tahun.
Sedangkan penerimaan yang dapat diperoleh oleh nelayan dari hasil penjualan
ikan rata-rata sebesar Rp.39.319.857/tahunnya, dengan keuntungan melaut rata-
rata yang diperoleh sebesar Rp. 24.146431/ tahunnya.
Satuan hitungan yang digunakan dalam curahan waktu kerja agar sama
adalah menggunakan satuan jam, satuan jam yang digunakan oleh nelayan
dihitung dalam satuan per tahun. Dalam satu tahun sebagian besar waktu
nelayan dihabiskan untuk kegiatan penangkapan ikan di laut. Nelayan di Desa
Wuring, Kecmatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
mencurahkan waktu kerja melaut pada saat musim puncak rata-rata 8 jam/trip,
pada musim sedang rata-rata 7 jam/trip, sedangkan curahan waktu kerja nelayan
pada saat musim puncak rata-rata 31 jam/tahunnya, pada saat musim sedang
rata-rata 27 jam/tahun.
Curahan waktu kerja laki-laki banyak digunakan dalam kegiatan produktif,
hal ini terjadi karena laki-laki memegang peranan penting dan harus bertanggung
jawab penuh untuk memenuhii kebutuhan ekonomi rumah tangga nelayan.
5.4 Perilaku Kegiatan Produksi Non Perikanan Nelayan Pancing dan Curahan Waktu Kerja Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan produksi non perikanan nelayan pancing di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dilakukan oleh
nelayan dan istri nelayan. Sebagaian besar nelayan pancing biasanya
melakukan pekerjaan non perikanan pada saat tidak musim ikan, sedangkan
nelayan yang tidak mempunyai pekerjaan di luar non perikanan biasanya hanya
menghabiskan waktunya untuk menyiapkan kembali peralatan melaut atau
59
sekedar menyempatkan waktu untuk bersama keluarga. Nelayan yang bekerja
di bidang non perikanan seperti berdagang, beternak, ojek maupun sopir. Istri
nelayan yang bekerja di bidang non perikanan tidak tergantung musim.
pekerjaan yang dilakukan yaitu sebagai guru, pedagang, dan petani, namun ada
juga istri nelayan yang hanya memilih bekerja sebagai ibu rumah tangga untuk
mengurus rumah, suami, anak dan kadang-kadang hanya ikut membantu suami
menyiapkan peralatan dan perbekalan untuk melaut yang dibutuhkan oleh
nelayan.
Kegiatan produksi non perikanan istri nelayan pancing disini dimaksudkan
yaitu hasil produksi dari pekerjaan selain sebagai pedagang dan guru yaitu
pekerjaan sebagai petani, pekerjaan responden sebagai petani diantaranya
adalah petani padi. Hasil produksi sebagai petani padi biasanya dipanen 2
sampai 3 kali dalam setahun. Diketahui bahwa istri nelayan yang bekerja sebagai
petani menghasilkan produksi padi rata-rata setiap tahunnya sebanyak 620 kg.
Hasil produksi ini di jual dengan harga pasar dan digunakan sebagai tambahan
pendapatan rumah tangga demi memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga
nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa
Tenggara Timur.
Curahan waktu kerja produktif non perikanan agar sama maka digunakan
satuan hitung dengan menggunakan satuan jam, satuan jam digunakan oleh
nelayan dan istri nelayan dihitung dalam satuan per tahun. Curahan waktu kerja
yang digunakan oleh nelayan dan istri nelayan adalah curahan waktu kerja
produktif laki-laki dan curahan waktu kerja produktif perempuan.
Kegiatan produktif non perikanan yang dilakukan oleh istri nelayan lebih
banyak curahan waktu kerjanya melakukan kegiatan seperti berdagang,
mengajar, dan bertani. Sedangkan kegiatan produktif dalam menyiapkan alat-alat
tangkap curahan waktu kerja istri nelayan hanya sedikit karena istri nelayan
60
kebanyakan hanya menyiapkan untuk perbekalan suami untuk melaut. Setelah
membantu menyiapkan perbekalan biasanya istri nelayan yang mempunyai
pekerjaan non perikanan langsung bersiap-siap untuk melakukan aktivitas untuk
berdagang, mengajar dan bertani, sedangkan istri nelayan yang tidak mempunya
pekerjaan non perikanan biasanya setelah membantu suami menyiapkan
perbekalan langsung mengsurus rumah dan anak-anak. Rata-rata curahan waktu
kerja istri nelayan 3 jam/harinya dan rata-rata curahan waktu kerja produktif istri
nelayan dalam satu yahun adalah 1063 jam/tahunnya.
Curahan waktu kerja nelayan dalam bidang non perikanan yang bekerja
sebagai pedagang, peternak sopir, dan ojek pada saat tidak musim ikan rata –
rata bekerja selama 2jam/harinya atau rata-rata bekerja selama 5jam/tahunnya.
5.5 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pancing Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Pendapatan rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, ini terdiri dari dua sumber
pendapatan yaitu pendapatan perikanan dan pendapatan non perikanan.
Pendapatan perikanan diperoleh dari hasil kerja suami (laki-laki) dalam kegiatan
perikanan tangkap pada dua musim yaitu pendapatan pada musim puncak, dan
pendapatan pada musim sedang, sedangkan pendapatan non perikanan rumah
tangga nelayan pancing diperoleh dari hasil kerja suami (laki-laki) seperti dari
hasil berdagang, beternak, ojek, dan sopir yang bekerja pada saat tidak musim
ikan, serta dari hasil kerja istri nelayan pancing (perempuan) seperti dari bertani,
berdagang, dan mengajar di sekolah. Pendapatan
61
pekerjaan non perikanan rumah tangga nelayan pancing dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Pendapatan Pekerjaan Non Perikanan Rumah Tangga Nelayan Pancing Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
No Nama Suami Pekerjaan Non
Perikanan
Pendapatan pekerjaan non
perikanan (Rp/thn)
Nama Istri Pekerjaan Non
Perikanan
Pendapatan Pekerjaan Non
Perikanan (Rp/thn) Total (Rp/thn)
1 Engga Diaz Sopir 3.000.000 Elisabet Guru 5.500.000 8.500.000
2 Abdula Ojek 2.100.000 Siti A Pedagang 3.000.000 5.100.000
3 Narsir Ojek 2.750.000 Wati - 0 2.750.000
4 Hj. Usman - 0 Anwati Pedagang 3.600.000 3.600.000
5 Muh. Fauzi Sopir 3.300.000 Siti N Pedagang 2.400.000 5.700.000
6 Samani - 0 Rohani - 0 0
7 Najwa - 0 Nurmala Petani 6.000.000 6.000.000
8 Ganeza - 0 Hasnawati - 0 0
9 Tazri - 0 Ratna - 0 0
10 Hardiayansa Ojek 2.800.000 Winarti Pedagang 1.800.000 4.600.000
11 Haswir Pedagang 3.000.000 Ruspa Pedagang 3.600.000 6.600.000
12 Nur. Ahmad - 0 Widya Pedagang 2.400.000 2.400.000
13 Ali Sahe Peternak 2.000.000 Herlin - 0 2.000.000
14 Alman - 0 Nuryati Pedagang 4.200.000 4.200.000
15 Asling mbotu - 0 Rosdiana - 0 0
16 Tamir - 0 Megawati Pedagang 1.800.000 1.800.000
17 Endaling - 0 Mariana - 0 0
18 Karim - 0 Armiyati - 0 0
Lanjutan Tabel 13
19 Yusran - 0 Waode Pedagang 3.600.000 3.600.000
62
20 Bakri - 0 Napoambo Pedagang 3.000.000 3.000.000
22 Idris Daeng - 0 Jamila K - 0 0
23 Logose - 0 Nurhidayati Pedagang 2.400.000 2.400.000
24 Ahmad I - 0 Wulan - 0 0
25 Ibrahim - 0 Mayana - 0 0
26 Adi Sumardi - 0 Fatima - 0 0
27 Nasira A - 0 Dermila - 0 0
28 Tanjong - 0 Rahmatia Pedagang 3.180.000 3.180.000
29 Zulani - 0 Maping Pedagang 2.100.000 2.100.000
30 Singar - 0 Ina - 0 0
31 Tayudi - 0 Tati - 0 0
32 Unyil - 0 Ice - 0 0
33 Amar Sumpo - 0 Nuryana Pedagang 2.640.000 2.640.00
34 Sinar Loi - 0 Ramaisa - 0 0
35 Lupdeh - 0 Ramaya Pedagang 1.800.000 .1.800.000
Sumber: Data Primer diolah, 2017
63
Tabel 16. Pendapatan Total Rumah Tangga Nelayan Pancing Di Desa Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
No Nama
Pendapatan Perikanan/tahun
(Rp/thn)
Pendpatan Non Perikanan /tahun
(Rp/thn) Pendapatan
Total (Rp/thn)
1 Engga Diaz 24.504.812 8.500.000 33.044.812
2 Abdula 16.726.668 5.100.000 21.826.668
3 Narsir 18.670.000 2.750.000 21.420.000
4 Hj. Usman 26.827.672 3.600.000 30.427.672
5 Muh. Fauzi 25.882.668 5.700.000 31.582.668
6 Samani 22.457.000 0 22.457.000
7 Najwa 29.259.000 6.000.000 35.259.000
8 Ganeza 22.983.734 0 22.983.734
9 Tazri 18.900.000 0 18.900.000
10 Hardiaynsa 24.396.334 4.600.000 28.996.334
11 Haswir 22.444.544 6.600.000 29.044.544
12 Nur. Ahmad 29.999.000 2.400.000 32.399.000
13 Ali Sahe 24.088.334 2.000.000 26.088.334
14 Alman 20.583.000 4.200.000 24.783.000
15 Asling mbotu 26.853.918 0 26.853.918
16 Tamir 29.892.500 1.800.000 31.692.500
17 Endaling 16.393.250 0 16.393.250
18 Karim 28.720.750 0 28.720.750
19 Yusran 20.524.000 3.600.000 24.124.000
20 Bakri 24.525.00 3.000.000 27.252.000
21 Syamsir 26.265.168 8.500.000 31.665.168
22 Idris Daeng 29.427.500 5.100.000 29.427.500
23 Logose 20.369.250 2.750.000 22.769.250
24 Ahmad I 22.630.750 3.600.000 22.630.750
25 Ibrahim 23.030.728 5.700.000 23.030.728
26 Adi Sumardi 26.075.336 0 26.075.336
27 Nasira A 25.711.874 6.000.000 25.711.874
28 Tanjong 24.137.336 0 27.317.336
29 Zulani 20.996.834 0 23.096.834
30 Singar 21.287.852 4.600.000 21.287.852
31 Tayudi 26.274.216 6.600.000 26.274.216
32 Unyil 28.170.716 2.400.000 28.170.716
33 AmarSumpo 20.964.002 2.000.000 23.604.002
34 Sinar Loi 27.781.668 4.200.000 27.781.668
35 Lupdeh 27.642.668. 0 29.442.668
Sumber : data primer diolah , 2017
64
Berdasarkan tabel 15 dan 16 dapat diketahui bahwa rata-rata
pendapatan rumah tangga nelayan pancing dari pendapatan perikanan yang
ditotal dari pendapatan dua musim yaitu pendapatan musim puncak dan
pendapatan musim sedang, dengan rata-rata sebesar Rp. 24.146.431/tahunnya
dan pendapatan non perikanan yang diperoleh dari istri nelayan dan nelayan
yang meluangkan waktu untuk bekerja pada saat tidak musim ikan, dengan rata-
rata yang diperoleh sebesar Rp. 2.210.571/tahunnya, sehingga diperoleh rata-
rata pendapatan total dari pendapatan perikanan dan pendapatan non perikanan
adalah sebesar Rp.26.357.002,-/tahunnya. Pendapatan yang diperoleh rumah
tangga nelayan pancing mayoritas di hasilkan oleh pihak laki-laki (nelayan), hal
ini terjadi sesuai dengan teori ekonomi rumah tangga bahwa laki-laki (nelayan)
merupakan penanggung jawab penuh atas ekonomi keluarga atau mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
5.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga
Nelayan Pancing
5.6.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan.
Analisis deksriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran
umum responden dan distribusi jawaban responden.
a. Variabel Curahan Waktu Kerja Produktif Pertahun Laki laki (X1)
Variabel Curahan Waktu Kerja Produktif Pertahun Laki laki (X1) memiliki tiga
indikator pernyataan yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban
responden dapat dilihat pada Tabel 17
65
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Variabel Curahan Waktu Kerja Produktif Pertahun Laki laki (X1)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 50 - 60 Jam 20 57,1%
2 61 – 70 Jam 8 22,9%
3 71 – 80 Jam 7 20
Total 35 100
. Variabel Waktu Kerja Produktif Pertahun Laki laki (X1) bekerja selama tiga
musim yait musim puncak,musim sedang dan tidak musim ikan mempunyai
indikator waktu kerja pertahun 50 – 60 jam sebanyak 20 orang responden
(57,15%), 61 – 70 jam sebanyak 8 orang responden (22,85%),71 – 80 jam
sebanyak 7 orang responden (20%). Frekuensi terbanyak adalah waktu kerja
pertahun 50 – 60 jam setahun. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden
laki-laki mencurahkan waktunya untuk kerja produktif selama setahun.
b. Variabel Waktu Kerja Produktif Pertahun Perempuan (X2)
Variabel Curahan Waktu Kerja Produktif Pertahun Perempuan (X2) memiliki
tiga indikator pernyataan yang diberikan kepada responden untuk dijawab.
Jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Variabel Waktu Kerja Produktif Pertahun Perempuan (X2)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 0 – 1000 Jam 17 48,6%
2 1001 – 2000 Jam 7 20
3 2001 – 3000 Jam 11 31,4
Total 35 100
Variabel Waktu Kerja Produktif Pertahun Perempuan (X2) mempunyai
indikator waktu kerja pertahun 0 – 1000 jam sebanyak 17 orang responden
(48,6%), 1001 – 2000 jam sebanyak 7 orang responden (20%), 2001 – 3000 jam
sebanyak 11 orang responden (31,42%). Frekuensi terbanyak adalah waktu
kerja pertahun 0 – 1000 jam setahun. Dapat diartikan bahwa sebagian besar
responden perempuan tidak sepenuhnya mencurahkan waktunya untuk kerja
produktif selama setahun.
66
c. Variabel Umur Laki-laki (X3)
Variabel Umur Laki-laki (X3) memiliki tiga indikator pernyataan yang
diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat
pada Tabel 19
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Variabel Umur Laki-laki (X3)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 20 – 30 Tahun 5 14,3%
2 31 – 40 Tahun 10 28,6%
3 41 – 50 Tahun keatas 20 57,1%
Total 35 100
Variabel umur laki - laki (X3) mempunyai indikator yaitu umur 20 – 30 tahun
sebanyak 5 orang responden (14,3%), 31 – 40 tahun sebanyak 10 orang
responden (28,6%), dan umur 41 – 50 tahun keatas sebanyak 20 responden
(57,1%). Frekuensi terbanyak adalah umur 41 – 50 tahun keatas. Dapat diartikan
bahwa sebagian besar responden sudah berusia lanjut yang masih tetap bekerja
untuk menambah penghasilan.
d. Variabel Umur Perempuan (X4)
Variabel Umur Perempuan (X4) memiliki tiga indikator pernyataan yang
diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat dilihat
pada Tabel 20.
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Variabel Umur Perempuan (X4)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 20 – 30 Tahun 9 25,8%
2 31 – 40 Tahun 13 37,1%
3 41 – 50 Tahun keatas 13 37,1%
Total 35 100
Variabel umur perempuan (X4) mempunyai indikator yaitu umur 20 – 30
tahun sebanyak 9 orang responden (25,8%), 31 – 40 tahun sebanyak 13 orang
responden (37,1%), dan umur 41 – 50 tahun keatas sebanyak 13 responden
(37,1%). Frekuensi terbanyak adalah 31 – 40 tahun dan umur 41 – 50 tahun
keatas. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden perempuan sudah
67
berusia hampir tidak produktif yang masih tetap bekerja untuk membantu
menambah penghasilan suami.
e. Variabel Jumlah Anggota Keluarga (X5)
Variabel Jumlah Anggota Keluarga (X5) memiliki tiga indikator pernyataan
yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat
dilihat pada Tabel 21
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Variabel Jumlah Anggota Keluarga (X5)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 1 s/d 2 1 2,8%
2 3 s/d 4 13 37,1%
3 5 keatas 21 60,1%
Total 35 100
Variabel Jumlah Anggota Keluarga (X5) mempunyai indikator yaitu 1 s/d 2
sebanyak 1 orang responden (2,8%), 3 s/d 4 sebanyak 13 orang responden
(37,1%), dan 5 keatas sebanyak 21 responden (60,1%). Frekuensi terbanyak
adalah 5 keatas. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden mempunyai
jumlah keluarga yang banyak sehingga banyak curahan waktu ke pekerjaan
untuk memenuhi penghasilan.
f. Variabel Tingkat Pendidikan Laki-laki (X6)
Variabel Tingkat Pendidikan Laki-laki (X6) memiliki lima indikator pernyataan
yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden dapat
dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Laki-laki (X6)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 Tidak Sekolah 0 0%
2 SD 25 71,5%
3 SMP 6 17,1%
4 SMA / SMK 4 11,4%
5 DIPLOMA 0 0%
Total 35 100
Variabel Tingkat Pendidikan Laki-laki (X6) mempunyai indikator yaitu tidak
sekolah sebanyak 0 orang responden (0%), SD sebanyak 25 orang responden
68
(71,5%), SMP sebanyak 6 responden (17,1%), SMA / SMK sebanyak 4
responden (11,4%), dan Sarjana sebanyak 0 responden (0%). Frekuensi
terbanyak adalah SD. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden bekerja
menggunakan banyak tenaga dan waktu daripada sumber daya manusianya.
g. Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan (X7)
Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan (X7) memiliki lima indikator
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban
responden dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan (X7)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 Tidak Sekolah 0 0%
2 SD 23 65,8%
3 SMP 6 17,1%
4 SMA / SMK 5 14,3%
5 DIPLOMA 1 2,8%
Total 35 100
Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan (X7) mempunyai indikator yaitu
tidak sekolah sebanyak 0 orang responden (0%), SD sebanyak 23 orang
responden (65,8%), SMP sebanyak 6 responden (17,1%), SMA/SMK sebanyak 5
responden (14,3%), dan Sarjana sebanyak 1 responden (2,8%). Frekuensi
terbanyak adalah SD. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden bekerja
menggunakan banyak tenaga dan waktu daripada sumber daya manusianya.
h. Variabel Pendapatan Keluarga (Y)
Variabel Tingkat Pendidikan Perempuan (X7) memiliki lima indikator
pernyataan yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Jawaban
responden dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Keluarga (Y)
No. Indikator Frekuensi Prosentase
1 15– 20 Juta 2 5,4%
2 21 – 30 Juta 27 77,3%
3 31 – 40 Juta keatas 6 17,3%
Total 35 100
69
Variabel Pendapatan Keluarga (Y) mempunyai indikator yaitu 15 – 20 juta
sebanyak 2 orang responden (5,4%), 21 – 30 juta sebanyak 27 orang responden
(77,3%), dan 31 – 40 juta keatas sebanyak 6 responden (17,3%). Frekuensi
terbanyak adalah 21 – 30 juta. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden
mempunyai penghasilan rata-rata cukup dengan di barter curahan waktu kerja
yang sangat banyak dan tenaga yang banyak juga.
5.6.2. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai residu
(perbedaan yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal.
Nilai residu yang terdistribusi secara normal, ketentuannya adalah pada
histogram, akan membentuk suatu kurva yang kalau digambarkan akan
berbentuk seperti lonceng, pada diagram P-P Plot of Regression Standardized
Residual, keberadaan titik-titik berada disekitar garis (Wibowo, A, 2012)
Uji normalitas bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang
digunakan dalam penelitian. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan
analisis grafik melalui Diagram Histogram dan Grafik Normal P-P Plot dapat
dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
70
Gambar 3. Diagram Histogram
Sumber: Data Diolah dari Lampiran, 2017.
Gambar 4. Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Data Diolah dari Lampiran, 2017.
Model regresi yang baik merupakan model regresi yang memiliki sebaran
data variabel yang normal atau bila digambarkan dalam Diagram Histogram akan
berbentuk seperti lonceng, tidak condong ke kanan atau kiri dan Grafik Normal P-
P Plot membentuk garis lurus diagonal. Semakin pola sebaran menyerupai garis
diagonal maka semakin bagus model regresi untuk dilakukan pengujian.
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa Diagram Histogram, kurva berbentuk
71
seperti lonceng, pada diagram Normal P-P Plot Of Regression Standardized
Residual pada Gambar 4 terlihat bahwa titik-titik berada disekitar garis diagonal
dan menghimpit garis diagonal. Kedua gambar tersebut menunjukkan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikorenalitas
Menurut Wibowo, A (2012), dalam persamaan regresi tidak boleh terjadi
multikorenalitas artinya dalam persamaan regresi tidak boleh ada korelasi atau
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas yang
membentuk persamaan tersebut. Gejala multikorenalitas dapat dilihat dengan
dua cara yaitu dengan melihat nilai T (Tolerence) dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor). Ketentuan adalah jika nilai T > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dalam
persamaan regresi tersebut dinyatakan lolos uji multikorenalitas atau tidak
mengalami multikorenalitas.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menemukan korelasi antar variabel
independen dan menghindari bias dalam menguji pengaruh pada uji parsial
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian
multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan perhitungan Nilai Tolerance
dan Nilai VIF. Hasil pengujian mulitkolinearitas dapat dilihat pada Tabel 24
Tabel 24 Uji Multikolinieritas
Variabel Independen Tolerance VIF Keterangan
Curahan Waktu Laki-laki 0,655 1,526 Tidak terjadi Multikolinieritas
Curahan Waktu Wanita 0,771 1,297 Tidak terjadi Multikolinieritas
Umur Laki-laki 0,330 3,034 Tidak terjadi Multikolinieritas
Umur Wanita 0,350 2,855 Tidak terjadi Multikolinieritas
Jumlah Keluarga 0,849 1,177 Tidak terjadi Multikolinieritas
Tingkat Pendidikan Laki-laki 0,692 1,446 Tidak terjadi Multikolinieritas
Tingkat Pendidikan Wanita 0,474 2,111 Tidak terjadi Multikolinieritas
72
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil nilai T untuk variabel
independen yaitu curahan waktu kerja produktif laki-laki sebesar 0,655 curahan
waktu kerja produktif perempuan sebesar 0,771, umur laki-laki sebesar 0,330,
umur perempuan sebesar 0,350, jumlah anggota keluarga sebesar 0,849, tingkat
pendidikan laki-laki sebesar 0,692, dan tingkat pendidikan perempuan sebesar
0,474, dan hasil nilai T dapat disimpulkan bahwa model telah lolos uji
multikorenalitas atau tidak mengalami multikorenalitas karena nilai T variabel
independen > 0,10.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil nilai VIF untuk variabel
independen yaitu curahan waktu kerja laki-laki sebesar 1,526, curahan waktu
kerja produktif perempuan sebesar 1,297, umur laki-laki sebesar 3,034, umur
perempuan sebesar 2,855, jumlah anggota keluarga sebesar 1,177, tingkat
pendidikan laki-laki sebesar 1,446, dan tingkat pendidikan perempuan sebesar
2,111, dari hasil nilai VIF dapat disimpulkan bahwa model lolos uji
multikorenalitas atau tidak mengalami multikorenalitas karena nilai VIF variabel
independen < 10
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas, merupakan model yang dikatakan memiliki
masalah heterokedastisitas artinya terdapat varian variabel dalam model yang
tidak sama. Gejala ini dapat diartikan pula bahwa dalam model terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan model regresi tersebut,.
(Wibowo, A, 2012)
74
residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model.
Metode yang digunakan adalah metode Durbin-Watson. Jika probabilitas nilai
Durbin-Watson > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa metode tidak terjadi gejala
autokorelasi atau lolos uji autokorelasi ( Wibowo, A.2012)
Berdasarkan analisis data dapat diperoleh hasil yaitu nilai Durbin-Watson
hitung sebesar 2.283 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model telah lolos
uji autokorelasi atau model tidak mengalami autokorelasi.
5.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga nelayan
pancing telah disebutkan dalam metode penelitian pada bab sebelumnya yaitu
curahan waktu kerja produktif laki-laki, curahan waktu kerja produktif perempuan,
umur laki-laki, umur perempuan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan
laki-laki, dan tingkat pendidikan perempuan. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan persamaan regresi linier berganda berikut ini.
Tabel 26. Hasil Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coefficients
T Sig.
Keterangan
B Std. Error
(Constant) 22851824,490 6591478,246 3,467 ,002
X1 180018,852 83610,958 2,153 ,040 Signifikan
X2 1510,465 630,686 2,395 ,024 Signifikan
X3 39184,963 108817,882 ,360 ,722 Tidak Signifikan
X4 -205387,729 126001,806 -1,630 ,115 Signifikan
X5 -342212,959 521209,460 -,657 ,517 Tidak Signifikan
X6 545173,591 1044201,130 ,522 ,606 Tidak Signifikan
X7 -1230010,582 1028371,491 -1,196 ,242 Tidak Signifikan
Variabel Dependen : Y (Pendapatan Keluarga)
Fhitung : 3.335
Signifikansi Fhitung : 0.011
ttabel : 1.68957
Ftabel : 2.29
75
Berdasarkan perhitungan regresi linier berganda dari aplikasi spss diatas
dapat diperoleh hasil persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Y = 22.851.824 + (180.018) X1 + (1.510) X2 + (39.184) X3 + (-205.387) X4 + (-
342.212) X5 + (545.173) X6 + (-1.230.010) X7 + e
Y = 22.851.824 + 180.018 X1 + 1.510X2 + 39.184X3 – 205.387 X4 - 342.212 X5 –
545.173 X6 -1.230.010+ e
Dimana: Y = Pendapatan rumah tangga
a = Konstanta atau intersep
X1 = Curahan waktu kerja produktif laki-laki
X2 = Curahan waktu kerja produktif perempuan
X3 = Umur laki-laki
X4 = Umur perempuan
X5 = Jumlah anggota keluarga
X6 = Tingkat pendidikan laki-laki
X7 = Tingkat pendidikan perempuan
e = error atau nilai residu
Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dijelaskan bahwa nilai
constanta sebesar 22.851.824 artinya bahwa jika X1 (Curahan Waktu kerja
produktif laki-laki), X2 (curahan waktu kerja produktif perempuan), X3 (umur laki-
laki), X4 (umur perempuan), X5 (jumlah anggota keluarga), X6 (tingkat pendidikan
laki-laki), dan X7 (tingkat pendidikan perempuan) nilainya adalah nol, maka Y
(pendapatan keluarga) memiliki nilai sebesar 22.851.824
Untuk koefisien regresi curahan waktu kerja produktif laki-laki (X1)
sebesar 180.018 artinya bahwa curahan waktu kerja produktif laki-laki (X1) makin
banyak waktu kerja produktif laki-laki maka makin meningkat pendapatan
keluarga (Y) jika variabel independen lainnya tidak berubah, maka setiap
76
kenaikan satu point maka variabel curahan waktu kerja produktif laki-laki (X1)
akan meningkatkan pendapatan keluarga sebesar 180.018 dan sebaliknya.
Karena laki-laki memegang peranan penting dan harus bertanggung jawab
penuh untuk memenuhii kebutuhan ekonomi rumah tangga nelayan, sehingga
semakin banyak curahan waktu kerja laki-laki maka semakin meningkatkan
pendapatan.
Variabel curahan waktu kerja produktif perempuan (X2) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 1.510 artinya bahwa curahan waktu kerja produktif
perempuan (X2) makin banyak waktu kerja produktif perempuan maka makin
meningkat pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independent lainnya tidak
berubah, maka setiap kenaikan satu point maka variabel curahan waktu kerja
produktif perempuan akan meningkatkan pendapatan keluarga sebesar 1.510
dan sebaliknya, karena istri nelayan mempunyai peran penting dalam membantu
suami untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan sebagian besar istri
nelayan melakukan kegiatan produktif seperti berdagang, bertani dan guru
sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan dengan curahan waktu yang
cukup besar. Ikut sertanya istri nelayan dalam kegiatan produktif maka akan
meningkatkan pendapatan keluarga terlebih pada saat tidak musim ikan,
sehingga masih mempunyai pendapatan, oleh karena itu, semakin banyak
curahan waktu kerja perempuan akan meningkatkan pendapatan keluarga.
Variabel umur laki-laki (X3) memiliki koefisien regresi sebesar 39.184
artinya bahwa umur laki-laki (X3) setiap pertambahan umur Laki-laki akan
menurunkan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lain nilainya
tidak berubah, maka setiap kenaikan satu point maka variabel umur laki-laki akan
menurunkan pendapatan keluarga (Y) 39.1184 dan sebaliknya, karena usia
produktif angkatan kerja pada umur 15-64 tahun, sedangkan pada nelayan
pancing umur yang paling mayoritas berumur 41-50 tahun yang masih
77
merupakan umur produktif, namun pada umur ini rentang mengalami kecapaian
dan tidak mampu untuk melakukan kegiatan yang cukup berat dan lama,
sedangkan pada usaha penangkapan sangat di butuhkan skil, kemampuan, dan
stamina yang kuat sehingga semakin bertambahnya umur nelayan maka akan
menuruni pendapatan keluarga, karena pada umur ini nelayan tidak mampu
untuk bekerja terlalu lama dalam penangkapan ikan (Ratna Puspita, 2012)
Variabel umur perempuan (X4) memiliki nilai koefisien regresi sebesar --
205.387 artinya setiap pertambahan umur perempuan maka akan meningkatkan
pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lain nilainya tidak
berubah, maka setiap kenaikan satu point maka variabel umur perempuan (X4)
akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) sebesar -205.387 dan sebaliknya,.
Makin bertambahnya umur seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan yang akan dicapainya. Semakin dewasa seseorang maka
keterampilan dalam bidang tertentu pada umunya akan semakin meningkat,
kekuatan fisik juga meningkat sehingga akan meningkatkan pendapatan yang
diterimanya. Pekerja disektor informal yang banyak mengandalkan kemampuan
fisik akan sangat terpengaruh oleh variabel umur. Hal ini menunjukkan bahwa
usia berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga (Simanjuntak, 2001).
Sehingga umur sangat berpengaruh terhadap pendapatan karena semakin tua
umur perempuan atau istri nelayan, maka produktifitasnya semakin menurun dan
kondisi fisiknya semakin lemah sehingga tidak mampu menyumbangkan
pendapatan dalam keluarga
Variabel jumlah anggota keluarga (X5) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -342.212 artinya bahwa setiap pertambahan jumlah anggota keluarga
(X5) maka akan menurunkan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel
independen lain nilainya tidak berubah, maka setiap kenaikan satu point variabel
jumlah anggota keluarga (X5) akan mengurangi pendapatan keluarga (Y)
78
sebesar 343.212 dan sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena jumlah keluarga
yang banyak dapat disebabkan oleh beberapa penyebab antara lain, banyak
anak, ada anggota keluarga yang tidak produktif (usia lanjut atau alasan lainnya),
dan kesulitan memperoleh pekerja bagi anggota keluarga yang sebenarnya
sudah mencapai usia produktif. (Rifani, 2003). Sehingga semakin banyak jumlah
anggota keluarga akan menurunkan pendapatan keluarga.
Variabel tingkat pendidikan laki-laki (X6) memiliki nilai koefisien sebesar -
545.173 artinya bahwa semakin tinggi pendidikan laki-laki (X6) maka akan
menurunkan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel independen lain nilainya
tidak berubah, maka setiap kenaikan satu point maka variabel tingkat pendidikan
laki-laki akan menurunkan pendapatan keluarga (Y) dan sebaliknya. Karena
tingkat pendidikan responden laki-laki sudah cukup tinggi dan yang menempuh
pendidikan lulusan SMA cukup banyak namun pekerjaan nelayan merupakan
pekerjaan penangkapan di laut yang membutuhkan lebih banyak tenaga, stamina
serta pengalaman melaut dari nelayan, untuk itu nelayan lebih banyak berpikir
untuk tidak melanjutkan pendidikan karena biaya pendidikan yg tinggi, dan selain
itu nelayan merasa tidak memerlukan pendidikan tinggi karena sebagia besar
waktunya lebih banyak dihabiskan di laut. Sehingga semakin tinggi pendidikan
nelayan malah semakin menurunkan pendapatan.
Variabel tingkat pendidikan perempuan (X7) memilki nilai koefisien regresi
sebesar -1.230.010 artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan
(X7) maka akan meningkatkan pendapatan keluarga (Y) yaitu jika variabel
independen lain nilainya tidak berubah, maka setiap kenaikan satu point maka
variabel tingkat pendidikan perempuan akan meningkatkan pendapatan
keluarga (Y) sebesar - 1.230.010 dan sebaliknya, karena tingkat pendidikan
responden perempuan sudah cukup tinggi dan yang menempuh hingga lulus
SMA dan Sarjana cukup banyak jumlahnya namun yang memiliki pekerjaan
79
justru jumlahnya sedikit dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan atau
istri lebih banyak menjadi ibu rumah tangga atau tidak secara langsung
menghasilkan uang sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka
pendapatan keluarga justru akan menurun.
5.6.4 . Uji Statistika
Koefisien Determinasi (Uji R Squera / R2)
Uji atau analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
jumlah sumbangan pengaruh variabel bebas (X) dalam model regresi baik secara
serentak atau bersama-sama memberikan pengaruh terhadap variabel terkait
(Y). Jadi koefisien angka yang ditunjukkan dapat memperlihatkan sejauh mana
mdel yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya (Wibowo, A.
2012)
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil, sebesar nilai R Squera yaitu
0,464 artinya bahwa variabel dependen (Y atau pendapatan keluarga)
dipengaruhi variabel independen (X atau curahan waktu kerja laki-laki, curahan
waktu kerja perempuan, umur laki-laki, umur perempuan, jumlah anggota
keluarga, tingkat pendidikan laki-laki, dan tingkat pendiidkan perempuan)
sebesar 46,4% sedangkan sisanya sebesar 53.6% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian, seperti pengalaman kerja
nelayan, alat tangkap yang digunakan nelayan dan lain-lain.
Uji Signifikan Simultan atau Serentak (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahuinya bisa digunakan dua
cara yaitu dengan melihat nilai sig dan melihat nilai F. Jika nilai sig yang
dihasilkan < 0,05 atau nilai sig < alfa maka varaibel independen secara bersama-
80
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dan
sebaliknya. Selain itu dengan melihat nilai F, jika nilai F hitung atau yang ada
pada hasil SPSS > F tabel maka variabel independen secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya. (
Wibowo, A,2012).
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil nilai sig 0.011 artinya bahwa nilai
sig < alfa atau 0.011 < 0.05 atau dengan melihat hasil nilai F hitung yaitu nilai F
hitung sebesar 3.335 dan nilai F tabel sebesar 2,29 jadi nilai F hitung > nilai F
tabel , maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen (curahan
waktu kerja produktif laki-laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, umur
laki-laki, umur perempuan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan laki-laki,
dan tingkat pendidikan perempuan) secara simultan berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen (pendapatan keluarga).
Uji Signifikan Parsial atau Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual (parsial) berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y). Untuk
mengetahuinya bisa digunakan dengan dua cara yaitu dengan melihat nilai
signifikan (probability) dan melihat nilai t. Jika hasil yang diperoleh nilai sig
mendekat atau sama dengan 0.000 maka variabel tersebut merupakan variabel
pemberi nilai yang paling berarti dalam model regresi yang dibangun, dengan
kata lain variabel tersebut merupakan varaibel yang paling dominan.
Berdasarkan analisis dapat diperoleh hasil adalah sebagai berikut :
1. Curahan waktu kerja produktif laki-laki (X1)
Hasil analisis diperoleh hasil Curahan waktu laki-laki memiliki nilai
signifikan dari variabel curahan waktu kerja produktif laki-laki adalah sebesar
0,040 artinya bahwa variabel curahan waktu kerja produktif laki-laki secara
parsial signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Pendapatan) pada
81
selang kepercayaan 95% (0,05) dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan. Hal ini dapat terjadi karena laki-laki atau nelayan memiliki peran yang
sangat penting dalam mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga, oleh
karena itu semakin banyak curahan waktu kerja laki-laki akan berpengaruh nyata
terhadap pendapatan.
2. Curahan waktu kerja produktif perempuan (X2)
Hasil analisis diperoleh hasil curahan waktu kerja produktif perempuan
memiliki nilai signifikan 0.024 artinya bahwa variabel independen curahan waktu
kerja produktif perempuan secara parsial berpengaruh secara nyata atau
signifikan terhadap variabel dependent (pendapatan keluarga) pada selang
kepercayaan 95% (alfa=0,05) dengan asumsi variabel independent lainnya
konstan. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan keluarga tidak hanya
dipengaruhi oleh curahan waktu kerja produktif laki-laki saja, namun juga
ditentukan oleh curahan waktu kerja produktif perempuan, karena kegiatan
produktif perempuan juga bisa menghasilkan uang, karena selain mengurus
rumah tangga perempuan juga dapat mengisi waktu luang dengan bekerja
membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Istri nelayan dapat ikut serta dalam
usaha perikanan maupun non perikanan dengan berbagai motivasi. Sebagian
besar istri nelayan melakukan kegiatan produksi untuk memberikan tambahan
nafkah dengan curahan waktu yang cukup besar. Ikut sertanya istri nelayan
dalam kegiatan ekonomi akan menyebabkan perubahan pendapatan keluarga
dengan bertambahnya jumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. (Hendra Wawansyah, 2012).
3. Umur laki-laki (X3)
Hasil analisis diperoleh hasil umur laki-laki memiliki nilai signigikan dari
variabel umur laki-laki adalah sebesar 0,722 artinya bahwa variabel independen
umur laki-laki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
82
(pendapatan keluarga) pada selang kepercayan 95% (alfa=0,05) dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan
sebagai seorang nelayan tidak pernah dibatasi oleh faktor umur, selama
nelayan mampu untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu
pekerjaan sebagai seorang nelayan lebih membutuhkan skil, kemampuan dan
pengalaman melaut yang dapat mempengaruhi pendapatan keluarga. Umur
laki-laki di rumah tangga nelayan pancing ini rata-rata merupakan umur yang
masih produktif, sehingga umur laki-laki tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan pendapatan keluarga.
4. Umur perempuan (X4)
Hasil analisis diperoleh hasil umur perempuan memiliki nilai signifikan dari
variabel umur perempuan adalah sebesar 0.155 artinya bahwa variabel
independen (umur perempuan) berpengaruh secara signifikan atau nyata
terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga) pada selang kepercayaan
95% (alfa=0.05) dengan asusmsi variabel independen lainnya konstan. Hal ini
terjadi karena umur perempuan pada istri nelayan pancing mayoritas berusia
31-40 tahun, dimana pada usia ini merupakan usia yang produktif sehingga,
pada usia ini sebagian besar istri nelayan memiliih untuk melakukan kegiatan
yang dapat menghasilkan uang sehingga semakin bertambahnya umur
perempuan berpengaruh nyata terhadap pendapatan.
5. Jumlah anggota keluarga (X5)
Hasil analisis diperoleh hasil jumlah anggota keluarga memiliki nilai
signifikan dari variabel jumlah anggota keluarga adalah sebesar 0,517 artinya
bahwa variabel independen (jumlah anggota keluarga) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga) pada
selang kepercayaan 95% (alfa= 0,05) dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga
83
nelayan pancing tidak semuanya menjadi tanggungan keluarga, karena dalam
anggota keluarga nelayan terdapat anggota keluarga yang sudah memliki
rumah tangga sendiri namun masih tetap memilih untuk tinnggal bersama
orangtua, sehingga semakin banyak anggota keluarga dalam rumah tangga
tidak berpengaruh terhadap pendapatan keluarga.
6. Tingkat pendidikan laki-laki (X6)
Hasil analisis diperoleh hasil tingkat pendidikan laki-laki memiliki nilai
signifikan dari variabel tingkat pendidikan laki-laki adalah sebesar 0,606 artinya
bahwa variabel independen (tingkat pendidikan laki-laki) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga) pada
selang kepercayaan 95% (alfa=0,05) dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan. Hal ini terjadi karena tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan
nelayan tidak berpengaruh terhadap produktifitas penangkapan ikan, walaupun
pendidikan rendah sekalipun jika nelayan sudah mempunyai pengalaman
bertahun-tahun untuk kegiatan penangkapan ikan maka tidak dapat menutupi
kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi dengan tingkat
pendidikan yang rendah sekalipun, tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara
signifikan karena kegiatan penangkapan ikan tidak memerlukan tingkat
pendidikan yang tinggi karena yang lebih diutamakan adalah skill, kemampuan
dan pengalaman melaut dari nelayan. Oleh karena itu tingkat pendidikan laki-
laki tidak mempengaruhi pendapatan keluarga secara signifikan.
7. Tingkat pendidikan perempuan (X7)
Hasil analisis diperoleh hasil tingkat pendidikan perempuan memiliki nilai
signifikan dari variabel tingkat pendidikan perempuan adalah sebesar 0,242,
artinya bahwa variabel independen (tingkat pendidikan perempuan) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan keluarga) pada
selang kepercayaan 95% (alfa=0,05) dengan asumsi variabel independen
84
lainnya konstan. Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan yang dicapai
akan mempengaruhi dan membentuk pola pikir, pemahaman dan kepribadian
seseorang. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan diharapkan
mampu untuk memberikan perubahan individu maupun rumah tangga sehingga
mampu untuk meningkatkan pendapatan (Rahmawati, 2009). Tingkat pendidikan
tertinggi perempuan atau istri nelayan pancing sebagian besar menempuh
pendidikan lulusan SMA dan bahkan sampe lulusan Diploma. Karena jika
pendidikan perempuan semakin tinggi maka akan mempengaruhi cara dan pola
pikir istri nelayan dalam melakukan kegiatan atau usaha untuk dapat membantu
memenuhi pendapatan keluarga, hal ini karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka akan semakin meningkatkan pendapatan istri nelayan.
85
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku kegiatan produksi nelayan pancing meliputi perlengkapan kapal
dengan mesin penggerak ukuran 26-30 PK, dengan curahan waktu kerja
yang dibutuhkan oleh nelayan pada saat musim puncak bekerja rata-rata 8
jam/trip, dengan 31 jam/tahunnya, pada saat musim sedang bekerja
dengan rata-rata 7 jam/trip dengan 27 jam/tahunnya.
2. Perilaku kegiatan produksi non perikanan nelayan pancing di Desa
Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
yang meliputi kegiatan produktif rumah tangga nelayan yang dapat
dikerjakan oleh suami dan istri, dengan curahan waktu kerja produktif
perempuan rata-rata 3 jam/harinya atau selama 1063 jam/thn sedangkan
kegiatan produksi non perikanan rumah tangga nelayan pancing yang
dilakukan oleh nelayan pada saat tidak musim ikan dengan curahan waktu
kerjanya sekitar rata-rata 2 jam/hari.
3. Pendapatan rumah tangga nelayan pancing bersumber dari dua
pendapatan yaitu pendapatan pada bidang perikanan (Penangkapan) dan
bidang non perikanan. Pendapatan perikanan diperoleh dari kerja nelayan
pada musim puncak dan musim sedang, sedangkan pada bidang non
perikanan di peroleh dari nelayan dan istri nelayan, dimana nelayan yang
bekerja pada non perikanan di kerjakan pada saat tidak musim ikan.
Pendapatan perikanan rata-rata sebesar Rp. 24.146431/thn, rata-rata
pendapatan non perikanan Rp. 2.210.571/thn, sehingga di peroleh rata-
rata total pendapatan sebesar Rp. 26.357.002.
86
4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga
nelayan pancing berdasarkan analisis curahan waktu kerja produktif laki-
laki, curahan waktu kerja produktif perempuan, umur perempuan
sedangkan variabel umur laki-laki, jumlah anggota keluarga, tingkat
pendidikan laki-laki, tingkat pendidikan perempuan tidak mempengaruhi
pendapatan keluarga secara signifikan.
6.2 Saran
1) Bagi rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring, Kecamatan Alok
Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur diharapkan nelayan dapat
mengikuti pelatihan-pelatihan sehingga dapat meningkatkan penguasaan
teknologi yang lebih modern.
2) Bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian di Desa Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dapat
melakukan penelitian mengenai pengeluaran nelayan.
3) Bagi pemerintah sebaiknya memberikan bantuan berupa kapal dan alat
tangkap yang lebih modern untuk rumah tangga nelayan pancing secara
merata sehingga semua rumah tangga nelayan pancing di Desa Wuring
dapat menikmati kapal dan alat tangkap dari pemerintah, dan tidak terjadi
selisih paham antar nelayan yang satu dengan lainnya, karena cenderung
bantuan dari pemerintah tidak langsung di terima oleh nelayan lainnya,
atau bahkan nelayan yang sudah pernah mendapatkan bantuan
cenderung mendapatkan terus. Selain memberikan bantuan pemerintah
juga disarankan untuk melakukan pelatihan kepada nelayan maupun istri
nelayan dalam mengolah usaha perikanan sehingga pada saat tidak
musim ikan, nelayan dan istri nelayan dapat melakukan pekerjaan
pengolahan ikan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekataan praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta
. Arik, Sulandaris. 2011. Strategi Peningkatan Produksi Pada Nelayan Pancing
Tonda Di Perairan Teluk Prigi (Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Magiser Ilmu Kelautan. Universitas Indonesia
Atien Priyanti, dkk. 2007. Model Ekonomi Rumah Tangga Petani Pada Sistem Integrasi Tanaman-Ternak: Konsepsi Dan Studi Empiris. Jurnal Wartazoa. Vol. 17. No. 2
Bernanto, N. 2015. Curahan Waktu Kerja Dan Pendapatan Rumah Tangga
Nelayan Di Pesisir Damas. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang
Cahyani, M.Y. 2015. Curahan Waktu Dan Pendapatan Rumah Tangga Pembenih
Ikan Lele Anggota Kelompok Tani Mulyorejo Ditinjau Dari Aspek Gender Di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Keluatan. Universitas Brawijaya. Malang.
Darwis, S dkk. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Nelayan Dalam
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Di Pantai Utara Provinsi. Daniel,Hakim. 2013. Faktr-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat
Nelayan Pantai Di Kabupaten Bantul Tahun 2012. Jurnal Modus. Vol. 25. No. 2. Hal. 171-187.
Diana, zalmi. 2008. Analisis Pendapatan Dan Pola Pengeluaran Rumah Tangga
Nelayan Di Wilayah Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka. 2013. Program Pengembangan
Desa Pesisir Tangguh Kelurahan Wuring Kabupaten Sikka. Dion, D.B. 2008. Perikanan Potensi Besar Di Sikka. Fadhilah Rahmawati, dkk, 2004. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan,
Pengalaman Kerja,Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. . Semarang.
Febriyanti, Fitry. 2015. Analisis Curahan Waktu dan Pendapatan Rumah Tangga
Anggota Pembudidaya Ikan Koi Pranggang Koi Fram Ditinjau dari Aspek Gender Di Desa Pranggang Kecamatan Plosokklaten Kabupaten Kediri Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Firdaus, M dan Rahadian, R. 2015. Peran Istri Nelayan Dalam Meningkatkan
Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus Di Desa Penjajab, Kecamatan
Pamangkat Kabupaten Sambas). Jurnal Sosek KP. Vol. 10. No.2. Hal. 241-249
Furqon. 2014. Peran Konstruk Gender Dalam Ekonomi Rumah Tangga
Pengarajin Kerupuk Ikan Di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya Malang. Malang.
Ginantoko, B. 2014. Curahan Waktu dan Pendapatan Mayarakat Nelayan Di
Pesisir Damas Desa Karanggandu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.FPIK Universitas Brawijaya. Malang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Yogyakarta: Badan Penerbit BPFE Hakim, Sakila. 2015. Kesetaraan Gender Dalam Rumah Tangga nelayan (Studi
Kasus Di Desa Pasalae Kecamatan Gentuma Raya Kabupaten Gorontalo Utara). Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo.
Handayani dan Iwang, G. 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan
Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Vol. 3. No. 3. Hal : 95-106.
Hasan, M. Igbal. 2002. Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup. Hayadi, S. 2015. Pengaruh Luas Lahan Rumah Tangga Perikanan Benih
Terhadap Hasil Produksi Perikanan Kolam Air Tenang di Kabupaten karanganyar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hardiyani. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja
Dalam Usaha Ternak Sapi Potong Di Sesa Barabatu Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Hendra, Wawansyah. 2012. Kontribusi Ekonomi Produktif Wanita Nelayan
Terhadap Pendapatan Keluarga Nelayan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No.3. Hal. 95-106
Husin, Sari. 2011. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Karet Di Prabumulih
Dalam Alokasi Tenaga Kerja Produksi dan Konsumsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Kuncoro. 2009. Karakteristik dan Peran Istri Nelayan Dalam Pendapatan
Keluarga Nelayan Di Kota Pekalongan. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi
Kuswadi. 2002. Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalam Upaya Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Di Desa Tasikagung Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lind. 2002. Peran Wanita Dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga Nelayan Di
Desa Tasikagung Kecamatan Rembanga Kabupaten Rembanga Jawa Tengah. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Mimit Primyastantoo,dkk.2013. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan
Dan Pengeluaran Nelayan Payang Jurung DI Selat Madura, Wacana. Vol. 16. No. 1
Nugroho, Y dkk. 2009. Penggunaan Software SPSS Untuk Analisis Faktor Daya
Beli Listrik Pada Sektor Rumah Tangga Dengan Metode Linear Berganda (Studi Kasus Kota Salatiga). Fakultas Komunikasi Dan Informatika. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Nurmala, D. 2012. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Di Kabupaten
Banyuwangi ( Kasus Di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi). Faperta. UNMUH. Jember.
Palabiran. 2014. Hubungann Antara Curahan Waktu Kerja Keluarga dan
Pendapatan Pada Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa SamangkiKecamatan Simbang Kabupaten Maros. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Priyanti. 2007. Peran Dan Potensi Wanita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Eknomi
Keluarga Nelayan. Pendidikan IPS. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Putri, R.D. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani
Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur . Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Boogor. Bogor
Purwanti, P. 2010. Model Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil. UB
Press : Malang Rahmat, jumae’di. 2005. Peran Wanita Dalam Meningkatkan Pendapatan
Keluarga Nelayan Di Kelurahan Ujungbatu Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahmawati, Tuti. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan
Pendapatan Rumah Tangga. Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Jakarta.
Ratna, Puspita. 2012. Analisis Pendapatan Istri Nelayan Dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Serangan. E-Jurnal. EP Unud. Vol.5. No.7. Hal. 846-860
Rifani, A. 2003. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Pada
Masyarakat Nelayan Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kertanegara. Tesis Magister Ilmu Ekonomi. Unhas. Makasar.
Risti. 2008. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumah Tangga Petani
Wortel Di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabuapten Cianjur. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Roma, Y. Hutapea. 2012. Peran Wanita Nelayan (Istri Nelayan) Jaring Insang
Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Bejalen Perairan Rawa Pening Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Fakultas Pertanian. Semarang
Sari, M. 2006. Ekonomi Rumah Tangga Nelayan dan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan di Jawa Timur : Suatu Analisis Simulasi Kebijakan Disertai Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanaian. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Setiawan dan Dewi, E.K. 2010. Ekonometrika. Penerbit C.V Andi : Yogyakarta Singarimbun, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Prasada: Jakarta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta Suharyadi dan Purwanto. 2008. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Sujaweni. 2014. Analisis Curahan Jam Kerja Dan Sumbangan Pendapatan
Tenaga Kerja Wanita Pada Usaha Penetasan Telur Itik. Sukirno. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat
Nelayan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Maritim Raja Aji Ali.
Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia Tito, B. 2011. Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi
Masyarakat di Desa Tihu Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango.
. Wiratna. 2014. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. FPTK IKIP.
Semarang.Vol.XX.No.1
Yarna, Hasiani dkk. 2013. Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Laut Menggunakan Alat Tangkap Gill Net Di Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.
top related