dampak aktivitas pertambangan emas tanpa izin (peti
Post on 04-May-2022
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)
TERHADAP KESEJAHTERAAN GURANDIL DI DESA CILEUKSA,
KAB. BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Alfiani Rizqoh
NIM : 11140840000042
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
DAMPAK AKTIVITAS PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN
TERHADAP KESEJAHTERAAN GURANDIL DI DESA CILEUKSA,
KAB. BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Alfiani Rizqoh
NIM: 11140840000042
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Najwa Khairina, SE, MA Roosita MD, M.Si
NIP. 198711132018012001 NIDN. 031058004
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 11 Juli 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Alfiani Rizqoh
2. NIM : 11140840000042
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin
Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa,
Kabupaten Bogor
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 11 Juli 2018
1. Arief Fitrijanto, M.Si ( )
NIP : 19711118 200501 1 003
2. Fahmi Wibawa, S.E., MBA ( )
NIP :
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Senin, 29 April 2019, telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Alfiani Rizqoh
2. NIM : 11140840000042
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin
Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa,
Kabupaten Bogor
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap berikutnya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2019
1. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( )
NIP. 19760430 201101 1 002 Ketua
2. Najwa Khairina, SE, MA ( )
NIP. 19871113 201801 2 001 Pembimbing I
3. Roosita MD, M.Si ( )
NIDN. 031058004 Pembimbing II
4. Dr. Lukman, M.Si ( )
NIP. 19570617 198503 1 002 Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Alfiani Rizqoh
2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 21 Desember 1993
3. Alamat : Jl. Jayadiningrat Rt.02 Rw.06 No.30
Lontar Baru, Serang, Banten
4. Telepon : 081295236812
5. Email : arizqoh@gmail.com
6. Anak Ke Dari : 3 dari 6 bersaudara
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Aisyiyah Serang Tahun 1999-2000
2. SD Muhammadiyah Serang Tahun 2000-2006
3. SMPN 4 Serang Tahun 2006-2009
4. SMAN 3 Serang Tahun 2009-2012
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2019
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2008 Anggota Karya Ilmiah Remaja Kota Serang
2. 2011 Ketua Majalah Dinding SMAN 3 Serang
3. 2017 Volunteer Pers WikiDPR.org Batch 10
IV. PENGALAMAN LAINNYA
1. 2018 Internship PT. Bank Muamalat Indonesia
2. 2018 Internship Program BHUN Kementerian BUMN –
PT.Telkom Indonesia
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Rafei
2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 11 Maret 1964
3. Ibu : Ismawati
4. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 5 Mei 1969
7. Alamat : Jl. Jayadiningrat Rt.02 Rw.06 No.30
Lontar Baru, Serang, Banten
8. Telepon : 085920173846
vi
ABSTRACT
This study aimed to analyze the relationship between the factors which is
simulated the emergence gurandil with activities undertaken by gurandil in doing
illegal gold mining and its relationship with the welfare of households by using
Spearman Rank correlation test. This research was conducted using quantitative
research approach, namely the use of instruments such as questionnaires, and
qualitative data supported by in-depth interviews, participant observation and
document tracking. Result of this study explain that the factors stimulates the
emergence gurandil associated with the level of activity in the gold mining without
permission. Factors that influence the intensity of gurandil’s activity is economic
factors because the low level of earned income to meet family needs. Another factor
that affects the activity of gurandil is legal factor and social factors. Gurandil
activity levels are categorized according to the characteristics, namely gurandil
shallow, regular gurandil and gurandil barrel. Gurandil activity in gold mining
without permission is gurandil shallow highest. Based on obtained relationship
gurandil activity by household welfare level gurandil seen from the education level,
income level, the level of expenditure, the level of health, and physical condition of
residential buildings
Keywords: driving factors, gurandil’s activity, the level of welfare
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antar faktor-faktor
pendorong munculnya gurandil dengan aktivitas pertambangan emas tanpa izin
(PETI) yang dilakukan oleh gurandil dan hubungannya dengan kesejahteraan
gurandil dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Penelitian ini
dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan penggunaan
instrument berupa kuesioner, serta didukung data kualitatif dengan metode
wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen. Hasil penelitian ini
memaparkan bahwa faktor pendorong munculnya gurandil berhubungan dengan
tingkat aktivitas gurandil dalam melakukan penambangan emas tanpa izin. Faktor
yang sangat mempengaruhi tingginya aktivitas gurandil adalah faktor ekonomi dan
sisanya faktor hokum dan sosial. Tingkat aktivitas gurandil dikategorikan dalam
tiga tingkatan sesuai karakteristik gurandil yaitu, gurandil cetek (kecil), gurandil
biasa, dan gurandil tong. Berdasarkan tingkat aktivitas gurandil tersebut diperoleh
hubungan dengan tingkat kesejahteraan gurandil yang dilihat dari tingkat
pendidikan, besaran pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat kesehatan, dan
kondisi tempat tinggal.
Kata kunci : faktor-faktor pendorong, aktivitas gurandil, tingkat
kesejahteraan
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena
atas nikmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Dampak Aktivitas
Pertambangan Emas Tanpa Izin Terhadap Kesejahteraan Gurandil di Desa
Cileuksa, Kabupaten Bogor” ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang
ditentukan. Shalawat kerinduan dan salam penghormatan tak lupa penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi wa Salam, yang telah menuntun kita
dan memberi suri tauladan yang baik. Semoga kita termasuk umat yang kelak
mendapatkan syafa’at di akhir hari nanti. Aamin ya Rabbal’alamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan
hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik
melalui bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
diantaranya :
1. Kedua orangtua saya, Bapak Rafei dan Ibu Ismawati yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil. Kemudian kakak dan adik-adik saya
tercinta.
2. Bapak Dr. Amilin Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, semoga diberikan kesehatan selalu oleh Allah SWT
agar dapat mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik
3. Bapak Arief Fitriejanto, M. Si dan Bapak Sofyan Rizal, M. Si selaku ketua
dan sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
waktu, saran dan semangat kepada penulis
4. Ibu Najwa Khairina, M. Si dan Ibu Roosita. MD, M. Si selaku dosen
pembimbing I dan II yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, arahan
serta ilmu yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik
ix
5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan. Kemudian,
jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan
6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2014, khususnya Tiara,
Silvia, Anita, Islamiyah, Alida, Deby, Azka, Varrah, Choirunnisa, Nonik
dan yang lainnya yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
7. Teman-teman KKN Mafaza 146, khususnya Tiara dan Delfi yang senantiasa
membantu dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini
8. Teman-teman magang BHUN PT. Telkom Indonesia, khususnya Fini,
Zekha, Nada, Syifa dan Ucup yang bersedia meluangkan waktunya untuk
terus mengingatkan dan menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan
skripsi ini
9. Teman-teman volunteer wikiDPR batch 10 yang juga menginspirasi penulis
dalam pembuatan judul skripsi ini
10. Para responden dan warga Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk pengisian kuesioner
penelitian dan penggalian informasi lainnya demi kelancaran skripsi ini
11. Dan persembahan terakhir ini saya dedikasikan untuk yang selalu bertanya
“kapan skripsimu selesai?” Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu
bukan sebuah kejahatan. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran
seseorang hanya dari siapa yang paling cepat lulus. Bukankah sebaik-baik
skripsi adalah skripsi yang selesai? Baik itu selesai tepat waktu maupun
tidak tepat waktu.
Skripsi ini penulis susun berdasarkan survey yang peneliti lakukan
di Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor dengan responden masyarakat yang
bekerja sebagai gurandil. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar
sarjana yang telah ditetapkan oleh pihak akademik.
x
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya kritik
dan masukan yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 05 April 2019
Alfiani Rizqoh
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF …………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………............ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………............ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………............. v
ABSTRACT ………………………………………………………………….... vi
ABSTRAK …………………………………..…………………….................. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………….............. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xvi
DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..…. xviii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………...………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………........………. 8
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..… 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………....... 8
1. Manfaat Teoritis ……………………………………………......... 8
2. Manfaat Praktis ………………………………………………….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………........ 10
A. Landasan Teori …………………………………………………......... 10
1. Pertambangan ………………………………………………......... 10
2. Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) ……………………......... 11
3. Dampak Aktivitas Pertambangan ………………………………... 12
4. Dampak Aspek Sosial-Ekonomi …………………………............. 14
5. Kesejahteraan ……………………………….………………......... 15
B. Penelitian Terdahulu ………………….……………………………….. 16
xii
C. Kerangka Berpikir …………………………………………………….. 27
D. Hipotesis Penelitian ……………………………………………............ 30
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….. 31
A. Populasi dan Sampel …………………………………………………… 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 32
C. Sumber Data ………………………………………………….………… 32
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 32
1. Observasi …………………………………………………............... 32
2. Wawancara …..…………………………………….……................. 33
3. Kuesioner ……………...…………………………………………... 33
4. Dokumentasi …………………………..………………………….... 33
E. Teknik Pengolahan Data ……………………..…………….................... 34
F. Pengujian Instrumen Penelitian …..……………………………............. 35
1. Uji Kualitas Data …………………………………..………............. 35
2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang ……………………..……….. 36
3. Uji Korelasi Spearman Rank ……………………..………………... 37
G. Operasional Variabel …………………………………………………... 38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………..…………... 42
A. Gambaran Umum Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor ………….............. 42
B. Deskripsi Responden ……………………….……………….……….… 48
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……..………….. 48
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ………………..…………. 49
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………….. 50
4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ……..… 51
5. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ..……….............. 51
6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ..………………….. 52
C. Hasil Uji Data Penelitian ….………………………………………….... 54
1. Hasil Uji Kualitas Data …..………………………………………… 54
2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation) ………..……………… 57
3. Hasil Tabel Komparatif ………………….…..…………………..… 62
4. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank …………........………………... 64
xiii
BAB V PENUTUP …………………………...……………………………….. 66
1. Kesimpulan …………………………………………....………………. 66
2. Saran …………………………………………………………………... 66
DAFTAR PUSTAKA ………………………..………………….……............ 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………….……….. 70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………………. 4
Tabel 1.2 Area Eksplorasi PT. Antam Periode Maret 2017 …………………... 6
Tabel 1.3 Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa 2017 …………. 7
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………………………………….… 18
Tabel 3.1 Tingkat Hubungan Variabel …………………………………. ……. 38
Tabel 3.2 Operasional Variabel ……………………………………………….. 38
Tabel 4.1 Jumlah Kepala Keluarga dan Penduduk ……………………............. 44
Tabel 4.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Agama yang Dianut ………….......... 45
Tabel 4.3 Keadaan Sarana Pendidikan …………………………………............ 46
Tabel 4.4 Kondisi Sarana Keagamaan ………...……………………................. 47
Tabel 4.5 Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa ……................... 48
Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …..... 48
Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kategori Usia …..... 49
Tabel 4.8 Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………..… 50
Tabel 4.9 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ……… 51
Tabel 4.10 Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja ……………….. 52
Tabel 4.11 Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan …………. 52
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Tingkat Faktor Pendorong …………………..... 54
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Tingkat Aktivitas PETI ………………………. 55
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan ……………….………. 56
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan …………………….. 57
xv
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pendapatan dengan Kesejahteraan ………………. 57
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Aktivitas PETI ……………. 59
Tabel 4.18 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Aktivitas PETI ….. 60
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Pendidikan Terakhir dengan Faktor Pendorong …. 61
Tabel 4.20 Tabel Komparatif Jumlah dan Persentase Gurandil …….……….... 62
Tabel 4.21 Tabel Komparatif Persentase Pendidikan Terakhir Gurandil …....... 63
Tabel 4.22 Tabel Komparatif Persentase Pendapatan Perbulan Gurandil …..... 63
Tabel 4.23 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Antar Variabel ……..………… 64
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Umum …….…………………………………………. 29
Gambar 2.2 Kerangka Hubungan Antar Variabel ……………………………. 30
Gambar 4.1 Peta Desa Cileuksa ………………………………………………. 42
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Harga Emas dalam Kurun Waktu 2010-2019 ………………...…. 7
Diagram 4.1 Persentase Wilayah Menurut Pola Penggunaannya ……………… 43
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ……………………………………………… 71
Lampiran 2 Data Mentah Variabel …………………………………………….. 75
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas ………………………………………………… 79
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitias ……………………………………………... 82
Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation) ……………………… 83
Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank ……………………………….. 87
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian …………………………………………… 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
yang sama kaya nya, ibarat harta karun yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan begitu, sepatutnya Indonesia tidak memiliki kesulitan
untuk menggarap dan mengolah semua yang dimiliki dalam usaha
peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Diantara segala sumberdaya
alam yang dimiliki, salah satu sumberdaya alam yang paling potensial untuk
dikelola berada di sektor pertambangan, dimana kita hanya perlu
mengeksplorasi sumberdaya alam yang sudah ada dari dalam bumi,
menyerap begitu banyak tenaga kerja, menggairahkan begitu banyak sektor
pendukung, dan nilai jual produk yang di eksplor begitu bernilai harganya.
Sebagai negara yang kaya akan titik tambang, Indonesia memiliki
sumber tambang batu bara, tambang pasir, tambang minyak, gas alam,
mineral lainnya serta tambang emas yang tersebar di pulau Kalimantan,
kepulauan Bangka Belitung, Papua dan Jawa Barat. Sebagai bukti bahwa
kekayaan sumber tambang Indonesia membuat Negara ini diperhitungkan
dimata dunia adalah salah satunya menurut laporan CNN Indonesia tahun
2017 tentang geliat industri pertambangan global, Indonesia dengan sukses
menempatkan beberapa BUMN yakni PT. Antam dan PT. Freeport
Indonesia yang berada di sektor pertambangan sebagai salah satu
perusahaan yang kehandalannya diakui oleh dunia.
Sektor pertambangan khususnya emas menyerap begitu banyak
tenaga kerja dengan berbagai kualifikasi kemampuan, dari yang tertinggi
hingga yang terendah dalam setiap prosesnya. Suatu kegiatan pertambangan
membutuhkan begitu banyak tenaga untuk terlibat di lapangan dengan
berbagai keahlian terkait.
Sebagai salah satu sektor industri dalam tatanan ekonomi global,
industri pertambangan menempati salah satu posisi dominan dalam
2
pembangunan sosial ekonomi Negara maju dan berkembang, khusunya
Indonesia. Hadirnya sektor industri ini memberikan dampak positif maupun
negatif bagi masyarakat. Tanpa menampik adanya dampak positif, dampak
yang ditimbulkan dari adanya industri ini baik secara sosial, ekonomi,
lingkungan, politik dan budaya justru tidak main-main. Dampak negatif
tersebut nampaknya sangat terasa di Negara-negara berkembang seperti
Indonesia, yang cenderung belum memiliki kemampuan regulasi
pemerintah yang memadai serta tingginya gejolak sosial-politik.
Pembangunan yang dilakukan pemerintah seharusnya tidak hanya
semata-mata berorientasi pada pembangunan fisik saja melainkan juga
dengan mempertimbangkan pembangunan manusia menuju peningkatan
taraf hidup masyarakat Indonesia. Dengan berdasarkan pada pasal 33 ayat
3 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Pengelolaan dan penguasaan sumberdaya alam telah dibangun
melalui semangat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dengan tujuan utama untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Amanat ini merupakan landasan
dibentuknya kebijakan pertambangan yakni Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang pokok pertambangan mineral dan batu bara yang
kemudian diganti dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batu bara.
Menurut Saleng (2007), dibentuknya Undang-Undang nomor 4
Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara merupakan
konsekuensi dari lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang
perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 Tentang kewenangan
pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai daerah otonom.
Pemerintah disamping meningkatkan sektor pertanian dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga menggalakkan
industri baik industri kecil, menengah maupun besar, untuk menciptakan
3
lapangan kerja baik disektor formal maupun informal. Industri menempati
posisi sentral dalam ekonomi mayarakat saat ini dan merupakan motor
penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian
besar penduduk di dunia. Industri pertambangan menjadi sangat esensial
untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terus meningkat. Pembinaan masyarakat menjadi
masyarakat industri, hanya dimungkinkan oleh pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
tersebut. Namun lebih dari itu, industri membutuhkan kesiapan sosial
budaya dari masyarakat untuk menerima, mendukung serta melestarikan
keberadaan fisik suatu industri di tengah masyarakat, bahkan justru
kesiapan sosial budaya ini merupakan faktor penting dalam menunjang
lajunya proses industri dalam masyarakat khususnya industri pertambangan.
Industri pertambangan mineral dan migas dapat berkembang pesat
karena saat ini kebutuhan dan permintaannya terus meningkat bersamaan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesejahteraannya. Namun
dibalik peningkatan tersebut, terdapat dua permasalahan besar yang
dihadapi industri pertambangan yaitu pertama cadangan sumber daya alam
yang semakin menipis dan kedua resistensi masyarakat khususnya
masyarakat lokal semakin meningkat yang terungkap dari adanya konflik
antara korporasi dengan masyarakat lokal, baik diakibatkan karena aktivitas
pertambangan itu sendiri maupun konflik kepentingan. Oleh karena itu,
dibalik pesatnya perkembangan industri pertambangan, kedudukan
korporasi sangat rentan terhadap tekanan utamanya yaitu dari kalangan
masyarakat sipil dengan persepsi bahwa adanya praktik industri tersebut
justru lebih banyak memberikan dampak negatif daripada positifnya secara
fisik maupun sosial terhadap lingkungan sekitar.
Hadirnya industri pertambangan di daerah Bogor menimbulkan
daya tarik tersendiri bagi para pencari kerja baik dari dalam maupun dari
luar daerah pertambangan, sehingga akan menimbulkan masyarakat yang
majemuk. Dengan adanya masyarakat tersebut, berbagai macam budaya dan
4
perilaku akan berpengaruh pada kehidupan sosial dan ekonomi. Sebelum
adanya industri pertambangan, masyarakat pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani. Seiring dengan berkembangnya industri
pertambangan yang masuk ke perdesaan, perlahan-lahan membuat minat
bertani semakin luntur dan masyarakat lebih tertarik untuk bekerja di
industri pertambangan. Akan tetapi untuk masuk dalam ranah industri
pertambangan masyarakat juga masih harus bersaing satu sama lain agar
terserap industri. Hal tersebut didasari dengan adanya persaingan
keterampilan dan pengetahuan yang menjadi modal dasar dalam
pengambilan karyawan. Hal ini terjadi saat perusahaan lebih memilih untuk
menyerap tenaga kerja dari luar daerah yang memiliki skill memadai
daripada masyarakat asli lingkar tambang yang masih berpendidikan rendah
dan minim keterampilan.
Masyarakat yang tidak terserap oleh perusahaan pertambangan
besar akhirnya lebih memilih bekerja sebagai penambang liar. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat kajian sosial dan kebijakan
publik, FOSIL Bogor tahun 2016, diketahui bahwa pada studi kasus
pertambangan tanpa izin di Desa Cileuksa telah menyerap kurang lebih 400
orang tenaga kerja gurandil hingga saat ini. Dari data perkembangan jumlah
penduduk Desa Cileuksa tahun 2017, tidak ada yang menyebutkan secara
resmi atau tertulis tentang mata pencaharian sebagai penambang gurnadil.
Pekerjaan tersebut ditulis secara resmi sebagai wiraswasta, buruh dan lain-
lain (lihat tabel 1.1)
Tabel 1.1
Klasifikasi Penduduk Desa Cileuksa Menurut mata Pencahairan
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai negeri 9
2 Pensiunan/ Purnawirawan 4
3 Petani 1462
4 Pedagang 143
5 Jasa Industri 176
5
6 Wiraswasta, buruh dan lain-
lain*
469
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Keterangan * : termasuk kedalam pekerjaan gurandil
Pertambangan emas tanpa izin ini akhirnya muncul sebagai salah
satu tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat, karena dirasa dapat
menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pada sektor
pertanian. Munculnya para penambang liar, ilegal atau tanpa izin pada suatu
wilayah dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa faktor
pendorong seperti faktor sosial, ekonomi, hukum dan faktor-faktor lainnya.
Dikemukakan Ismono (2010), bahwa keberadaan perusahaan
pertambangan belum tentu memberikan dampak yang positif terhadap
masyarakat. Namun demikian adanya industri pertambangan illegal justru
memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan,
dampak tersebut meliputi dampak positif dengan terserapnya tenaga kerja
dan peningkatan pendapatan maupun negatif karena penambangan liar
menggunakan peralatan yang belum memadai sehingga rentan kecelakaan
kerja dan kerusakan lingkungan.
Desa Cileuksa merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan
Sukajaya, Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan provinsi
Banten dan kawasan taman nasional gunung halimun salak serta titik-titik
tambang perusahaan pertambangan baik nasional maupun swasta.
Contohnya adalah pertambangan emas milik PT. Antam yang terletak di
gunung Pongkor yang tidak lain adalah salah satu titik pertambangan yang
berbatasan langsung dengan Desa Cileuksa (lihat tabel 1.2). Karena kondisi
geografis tersebut, selain di bidang pertanian, masyarakat desa cileuksa
umumnya akhirnya memanfaatkan kesempatan dengan bekerja sebagai
penambang emas ilegal atau penambang emas tanpa izin dan lebih dikenal
dengan istilah gurandil dalam Bahasa setempat.
6
Tabel 1.2
Area Eksplorasi PT. Antam Periode Maret 2019
Area Komoditas
Pongkor
Cibaliung Emas
Pomalaa
Tapunopaka
Waylukum
Nikel
Tayan
Mempawah Bauksit
Sumber : Laporan Eksplorasi PT. Antam 2019
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wira Fuji Astuti tentang
dampak aktivitas pertambangan emas tanpa izin di gunung Pongkor dalam
jurnal sains komunikasi dan pengembangan masyarakat tahun 2015,
diketahui bahwa keberadaan PETI mulai banyak ditemui sejak fenomena
krisis 1998, hal ini juga berdampak sama pada wilayah tambang disekitar
atau perbatasannya. Sejak tahun 1980-an fenomena keberadaan gurandil
masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun setelahnya
tepatnya pada tahun 1998 dimana daya tarik harga emas saat itu sangat
menggiurkan disamping jumlah pengangguran yang melonjak sehingga
mendorong maraknya masyarakat setempat untuk berbondong-bondong
menjadi penambang emas tanpa izin. Sekitar 70% dari jumlah gurandil di
desa cileuksa ini adalah merupakan warga asli setempat dengan kategori
gurandil kecil dan gurandil besar atau pemilik modal yang didominasi oleh
warga pendatang. Dengan harga emas saat ini yang trennya cenderung
selalu naik memicu aktivitas masyarakat untuk melakukan penambangan
liar, seperti yang terlihat pada (lihat diagram 1.1), dikutip dalam laman
resmi www.goldprice.com, pergerakan harga emas khususnya di Indonesia
cenderung selalu mengalami kenaikan hingga pernah mencapai titik
tertingginya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir di angka 602.611.88
rupiah per gram pada awal tahun 2019
7
Diagram 1.1
Harga Emas Dalam Kurun Waktu 10 tahun terakhir (2010-2019)
Sumber : www.goldprice.org.id
Akan tetapi pekerjaan yang terlihat menjanjikan keuntungan berlipat
tersebut mungkin saja belum tentu dapat menjadikan masyarakat hidup
sejahtera. Hal ini diketahui berdasarkan data keluarga miskin atau pra-
sejahtera yang masih mendominasi di desa Cileuksa walaupun sebagian
warganya telah beralih profesi menjadi gurandil (lihat tabel 1.3).
Tabel 1.3
Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa tahun 2017
No RT/RW Pra
KS
KS 1 KS 2 KS 3 KS
+
Jumlah
1
Se-Desa Cileuksa
1328
481
225
156
32
2780
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat adalah perubahan
kondisi ekonomi masyarakat yang dapat diukur misalnya dengan tingkat
pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kesanggupan memenuhi
kebutuhanya. Desa cileuksa merupakan salah satu desa yang berbatasan
8
langsung dengan daerah pertambangan emas besar (PT.Antam). Akan tetapi
dalam kegiatannya, berdasarkan keterangan yang diperoleh melalui
wawancara perangkat desa, masyarakat lokal belum begitu terlibat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh faktor pendorong munculnya gurandil terhadap
tingkat kesejahteraan gurandil?
2. Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI)
terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis sejauhmana
dampak kegiatan pertambangan emas tanpa izin terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat gurandil di desa Cileuksa, kecamatan sukajaya,
kabupaten Bogor. Kemudian tujuan khususnya ialah menjawab pertanyaan
permasalahan, yakni :
1. Menganalisis hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil
terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.
2. Menganilisis hubungan antara aktivitas pertambangan emas tanpa izin
(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan sebagai sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan kesadaran
mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya pertambangan emas
ilegal baik itu positif maupun negatif
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai aktivitas
pertambangan emas tanpa izin serta dampak ekonomi yang
ditimbulkannya serta melatih kemampuan dalam menulis karya ilmiah
serta dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
b. Bagi masyarakat
Menambah wawasan dan meningkatkan kesadaran akan dampak
ekonomi yang ditimbulkan dari adanya aktivitas pertambangan emas
tanpa izin terhadap kehidupan sosial-ekonomi
c. Bagi perusahaan atau stakeholder
Memberikan informasi dan inspirasi bagi para pengusaha atau
stakeholder agar lebih aware terhadap dampak yang ditimbulkan dari
adanya aktivitas pertambangan emas tanpa izin bagi lingkungan dan
masyarakat
d. Bagi institusi pemerintah
Memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan regulasi yang tepat berkaitan dengan aktivitas
pertambangan emas baik resmi maupun liar serta pengaruhnya bagi
masyarakat lingkar tambang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertambangan
Pengertian pertambangan sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009 pasal 1
yaitu, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang
meliputi penyelidikan umuum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang.
Pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral
diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam
industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis
biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-
mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-
mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan
mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi
lingkungan. Industri pertambangan sebagai industry hulu yang menghasilkan
sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang
diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Noor dalam Sulto 2011).
Adapun jenis dan manfaat sumberdaya mineral bagi kehidupan manusia
modern semakin tinggi dan semakin meningkat sesuai dengan tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara (Noor dalam Sulto 2011).
Penambangan adalah bagian dari kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dana tau batu bara serta mineral ikutannya.
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian. Menurut UU No. 11 tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yakni: golongan A (bahan galian strategis), golongan B (bahan vital) dan
golongan C (bahan galian tidak strategis dan tidak vital). Bahan golongan A
11
merupakan barang yang penting bagi pertahanan, kemanan dan strategis untuk
menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk
dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak bumi, uranium dan
plutonium. Sementara bahan golongan B dapat menjamin hajat hidup orang
banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga. Bahan golongan C adalah
bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hajat hidup orang banyak
contohnya garam, pasir, marmer dan asbes.
Manan dan Saleng (2004) dalam Siregar (2009) menyatakan bagaimana
peran dari kegiatan pertambangan. Pertambangan memiliki peran yang strategis
dan kontribusi besar terhadap pembangunan daerah. Beroperasinya kegiatan
pertambangan di suatu daerah, maka akan terbetuk komunitas baru sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah beroperasinya pertambangan.
Komunitas baru tersebut akan memberikan pengaruh pada perekonomian
dearah setempat karena masyarakat pencari kerja akan terserap serta pelaku
ekonomi secara tidak langsung akan tertarik ke wilayah pertumbuhan ekonomi
yang baru dan menyebabkan jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pertambangan.
2. Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI)
Kegiatan PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan perorangan,
kelompok ataupun yayasan/ perusahaan yang dalam operasinya tidak memiliki
izin dari instansi pemerintah pusat atau daerah sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Menurut Ngadiran, Santoso dan Purwoko (2002)
persoalan-persoalan dalam PETI adalah sebagai berikut :
a. Keselamatan kerja kurang terjamin karena para pekerja dalam
pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia beracun seperti
sianida dan merkuri
b. Modal kerja yang minim karena hanya ditanggung oleh seorang pemilik
lubang atau pemilik mesin
c. Para penambang bekerja dengan teknik yang sederhana atau tradisional
sehingga sulit terjadi inovasi dan tanpa adanya perlengkapan
keselamatan yang memadai
12
Faktor pendorong kehadiran PETI dapat dikelompokkan menjadi :
1. Faktor sosial, kegiatan PETI dianggap sudah menjadi pekerjaan turun
temurun yang dilakukan oleh masyarakat setempat; terdapatnya
hubungan yang kurang harmonis antara pertambangan resmi dengan
masyarakat setempat dan terjadi penafsiran keliru tentang reformasi
yang diartikan sebagai kebebasan tanpa batas
2. Faktor hukum, yaitu ketidaktahuan masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang pertambangan, yang
diantaranya tercermin dalam kekurang berpihakkan kepada kepentingan
masyarakat luas dan tidak adanya teguran terhadap pertambangan resmi
yang tidak memanfaatkan wilayah usahanya (lahan tidur); serta
terjadinya kelemahan dalam penegakkan hukum dan pengawasan
3. Faktor ekonomi, yaitu disebabkan oleh keterbatasan lapangan pekerjaan
dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan tingkat keahlian dan
keterampilan masyarakat lingkar tambang; kemiskinan dalam berbagai
hal , yakni miskin secara ekonomi, pengetahuan dan keterampilan;
keberadaan pihak ketiga yang memanfaatkan kemiskinan untuk tujuan
tertentu , yaitu penyandang dana (cukong), beking (oknum aparat), dan
LSM; krisis ekonomi berkepanjangan yang melahirkan pengangguran
terutama dari kalangan masyarakat bawah
3. Dampak Aktivitas Pertambangan
Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu
perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas
tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut
didefinisikan dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan
antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang
diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang
dimaksud termasuk kegiatan penambangan batubara yang dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum. Dampak
penambangan berarti perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
eksploitasi baik perubahan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan maupun
13
kondisi alam. Dampak penambangan bisa positif bila perubahan yang
ditimbulkannya menguntungkan dan negatif jika merugikan, mencemari
dan merusak lingkungan hidup. Dampak yang diakibatkan oleh
penambangan menjadi penting bila terjadi perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar.
Menurut Salim (2007) setiap kegiatan pertambangan pasti akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari kegiatan
pembangunan di bidang pertambangan adalah :
1. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi
nasional
2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang
4. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang
5. Meningkatkan usaha mikro dan jasa lainnya bagi masyarakat lingkar
tambang
6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang
7. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang
Sedangkan dampak negatif dari kegiatan pembangunan di bidang
pertambangan adalah :
1. Degradasi lingkungan hidup
2. Penderitaan masyarakat adat
3. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal
4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan
Berdasarkan aspek sosial ekonomi, kegiatan PETI diharapkan dapat
memberikan manfaat tidak hanya terhadap pembangunan tetapi juga terhadap
masyarakat lokar yang berada di sekitar lokasi penambangan. Dalam skala
makro, PETI dianggap sebagai ancaman dan bahaya bagi investasi
pertambangan di Indonesia. Namun, dalam skala mikro kegiatan PETI dianggap
sebagai salah satu gerakan “ekonomi kreatif” oleh masyarakat kecil lingkar
tambang. Mereka berusaha menggali dan menemukan butiran emas demi
perbaikan kehidupan ekonominya (Willybrodus, dan Chang (2012)).
14
Selanjutnya, menurut (Willybrodus, dan Chang (2012)) terdapat beberapa
dilema dalam kegiatan PETI. Pertama adanya keterpaksaan hidup (desakan
kebutuhan ekonomi) dan perolehan izin pemerintah atas kegiatannya. Tidak
semua penambang emas berpenghasilan tinggi. Sebelum beroperasi penambang
lokal harus memiliki mesin dompeng (gelundungan) bermutu baik serta biaya
operasional yang mencapai jutaan rupiah. Modal tersebut tidak menjamin
dengan sendirinya segera kembali. Terkadang dalam sehari penghasilan mereka
bisa mencapai puluhan juta rupiah namun tidak jarang pula sulit mencapai target
yang diharapkan. Kedua, bukan mustahil bahwa seorang gurandil ditangkap dan
diproses secara hukum, walaupun mereka memiliki antena khusus untuk
mendeteksi adanya razia petugas keamanan. Walaupun ketenangan dan
kenyamanan kerja penambang masih belum terjamin, para penambang tetap
memilih untuk mengadu peruntungan ditengah ketidakpastian hidup, sosial dan
politik saat ini.
4. Dampak Aspek Sosial-Ekonomi
Dampak sosial ekonomi merupakan dampak aktivitas pertambangan pada
aspek sosial dan ekonomi yang dapat bersifat positif dan negatif. Dampak
positif adanya pertambangan adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), terciptanya lapangan pekerjaan, dan peningkatan ekonomi bagi
masyarakat yang bergerak di sekitar wilayah lingkar tambang. Sedangkan
dampak negative yang mungkin terjadi karena adanya usaha pertambangan
adalah penurunan pendapatan masyarakat yang bekerja di sector pertanian,
karena menurunnya kualitas lahan yang tersedia.
Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) bagi sebagian masyarakat dapat
menjadi tumpuan hidup, karena dapat menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi dibandingkan pada sector pertanian. Selain itu kegiatan PETI dapat
dilakukan oleh semua masyarakat dengan berbagai tingkat pendidikan, karena
kegiatan PETI tidak perlu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
karena untuk melakukan kegiatannya para penambang hanya cukup melihat dan
meniru kegiatan yang dilakukan rekannya di lapangan.
15
Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap
pergerakan penduduk, seperti halnya memicu terjadinya migrasi penduduk.
Dijelaskan oleh Rusli (2012) migrasi adalah suatu bentuk gerak penduduk
geografis, spasial atau territorial antara unit-unit geografis yang melibatkan
perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan. Seseorang
melakukan migrasi apabila ia melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah
tempat secara permanen atau relative permanen dalam menempuh jarak
minimal tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis lainnya. Banyak
factor melatarbelakangi seseorang melakukan migrasi seperti halnya adalah
memperoleh pekerjaan.
5. Kesejahteraan
Kesejahteraan merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mengukur
keadaaan seseorang pada kondisi tertentu pada wilayah tertentu. Persatuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi batasan kesejahteraan social
sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu
individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan
masyarakat. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu:
pertama, kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yakni terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial. Kedua, institusi, arena atau
bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai
profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan social dan
pelayanan social. Dan ketiga aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan atau usaha yang
terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Soeharto,2005)
Konsep kesejahteraan yang ideal dikemukakan oleh BPS (2005), bahwa
terdapat tujuh indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan antara lain: pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga,
fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, dan
kemudahan mendapat akses pendidikan.
1. Pendapatan adalah penghasilan tetap yang diperoleh dalam satu bulan
yang merupakan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
16
2. Konsumsi atau pengeluaran keluarga adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Fasilitas tempat tinggal yang dapat diukur dari luas lantai rumah,
penerangan, jenis alas/lantai rumah, kondisi MCK, kondisi bangunan,
atap, sumber air. Kondisi dan kualitas rumah yang ditempati dapat
menunjukkan keadaan social ekonomi rumah tangga
4. Kesehatan anggota keluarga merupakan indicator kebebasan dari
penyakit. Salah satu indicator yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan penduduk adalah dengan melihat kondisi keluhan
kesehatannya
5. Akses terhadap layanan kesehatan merupakan kemudahan responden
dalam menjangkau dan memperoleh fasilitas untuk kesehatan seperti
BPJS Kesehatan dan lain-lain
6. Akses terhadap pendidikan merupakan kemudahan responden dalam
menjangkau dan memperoleh jenjang pendidikan yang baik dan tinggi
7. Kepemilikan alat transportasi merupakan jenis alat transportasi yang
dimiliki responden untuk mempermudah akses ke berbagai tempat
B. Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan
penelitian terdahulu sebagai pendukung penelitian yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti tentang analisis dampak aktivitas
pertambangan emas illegal terhadap kesejahteraan gurandil di desa cileuksa,
kecamatan sukajaya, kabupaten Bogor.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Edi Farlan, Indra, Ahmad
Humam Hamid, (2016) disimpulkan bahwa keberadaan pertambangan emas
telah memberi dampak pada kondisi social masyarakat. Pertambangan emas
menjadi daya Tarik bagi para pendatang untuk bekerja di penambangan
sehingga terjadi arus perpindahan penduduk yang tidak biasa, sering
menimbulkan pertikaian, serta terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
setempat maupun pendatang. Keberadaan pertambangan emas di Gampong
Mersak telah memberi dampak terhadap aktivitas perekonomian masyarakat
17
yang terlihat dari pergeseran kegiatan mata pencaharian masyarakat dari sector
pertanian ke sector non pertanian, serta mampu mendongkrak penghasilan
masyarakat walaupun pekerjaan menambang itu sulit.
Penelitian yang dilakukan oleh Eriyati, Rita Yani Iyan (2011)
disimpulkan bahwa terdapat dampak ekonomi dan lingkungan yang diakibatkan
oleh aktivitas penambangan emas liar di Desa Lado Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan yaitu peningkatan penghasilan warga setempat yang
berprofesi sebagai penambang emas liar yang dapat mencapai Rp. 4.722.000
per bulan. Namun walaupun adanya peningkatan penghasilan yang lumayan,
ternyata menimbulkan efek yang cukup fatal yakni pencemaran air sungai
singingi sehingga tidak layak digunakan lagi untuk kegiatan konsumsi, mandi,
cuci, kakus (MCK) sehingga para penambang harus bersedia membayar biaya
pengganti untuk kerusakan lingkungan (willingness to pay) dengan besaran
yang telah ditentukan dari jarak sungai singingi yang telah tercemar ke
pemukiman warga terdampak.
Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina Natalia,
Marlinang Sitompul (2011) dikemukakan bahwa proses penambangan emas
tanpa izin di Desa Widodaren Kecamatan Sinunukan Kabupaten Mandailing
Natal, dilakukan secara manual dengan alat-alat mesin sederhana, kegiatan
tersebut memiliki dampak positif terhadap mereka yang berkecimpung didalam
usaha penambangan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka,
misalnya saja penghasilan yang didapat cukup tinggi yaitu mencapai Rp.
6.328.125 per bulan untuk pekerja, Rp. 27.337.500 per bulan untuk pemilik
dompeng dan Rp. 6.075.000 per bulan untuk pemilik lahan yang disewa.
Namun dibalik dampak positif yang ada, terdapat dampak negative yang
dihasilkan pula yaitu terjadinya kerusakan lingkungan akibat adanya buangan
limbah dan potensi terjadinya longsor akibat galian tambang.
Penelitian yang dilakukan U. Selvi Tuaputy, E. Intan Kumala Puti, Z.
Anna (2014) dijelaskan bahwa selain adanya dampak positif dari kegiatan
penambangan emas tanpa izin yakni meningkatnya pendapatan masyarakat
penambang, tapi juga menghasilkan eksternalitas negative yaitu dengan
merugikan pemerintah karena tidak adanya pajak yang masuk kedalam kas
18
daerah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis willingness to pay
(WTP) yang dibebankan pada penambang sebagai bagian dari perhitungan
dalam upaya mengembalikan kelestarian lingkungan. Kemudian biaya
transasksi penambangan sebagai nilai eksternalitas.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Trisnia Anjami (2017)
mendeskripsikan bahwa setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan
menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap masyarakat. Dampak
positif dari adanya penambangan emas tanpa izin di desa Sungai Sorik
Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi ini antara lain
membuka lapangan kerja bagi masyarakat lingkar tambang, meningkatnya
pendpatan masyarakat serta tumbuhnya usaha penunjang pertambangan seperti
: usaha warung makan, penjualan alat-alat pertambangan sederhana.
Pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menjadi penambang cenderung
meninkat drastis, dari sebelumnya yang sebesar dibawah Rp. 1.000.000
perbulan menjadi lebih dari Rp. 3.500.000 perbulan. Namun peneliti tidak
hanya melihat dari aspek ekonomi daja, namun juga membahas dari segi aspek
kesehatan masyarakat dimana air sungai yang biasa dimanfaatkan untuk
kegiatan konsumsi saat ini tidak dapat dipergunakan lagi karena pencemaran
berat.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO
PENELITI
DAN JUDUL
PENELITIAN
TUJUAN METODE HASIL
1 Nama : Edi
Farlan, Indra,
Ahmad
Humam Hamid
Tahun : 2016
Judul :
Dampak
- Untuk
mendapatkan
gambaran
tentang
dampak positif
dan negatif
yang terjadi
Metode
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif
(wawancara,
observasi dan
- Hasil
penelitian
mendeskrip-
sikan bahwa
keberadaan
tambang
emas di
19
Pertambangan
Emas
Tradisional
Terhadap
Perubahan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat di
Gampong
Mersak
Kecamatan
Kluet Tengah
Kabupaten
Aceh Selatan
(Jurnal Ilmiah
Mahasiswa
Pertanian
Vol.1 No. 1 :
Unsyiah)
dari
keberadaan
pertambangan
emas terhadap
kondisi social
maupun
perekonomian
masyarakat
studi
kepustakaan)
dengan teknik
analisis data
interaktif oleh
Milles and
Hubberman
berupa reduksi
data, penyajian
data dan
verifikasi
Gampong
Mersak
telah
memberi
dampak
pada kondisi
sosial dan
ekonomi
masyarakat
- Pertamba-
ngan emas
berdampak
negatif pada
aspek
perpindahan
penduduk
yang tidak
terkendali,
tingkat
kejadian
konflik
meningkat
dan
peralihan
mata
pencaharian
dari
pertanian ke
pertambang-
an
menjadikan
lahan
20
pertanian
tidak
berfungsi
optimal
- Pertambang-
an emas
berdampak
positif pada
aspek
terbukanya
lapangan
pekerjaan
dan
peningkatan
penghasilan
pada
masyarakat
2 Nama : Eriyati,
Rita Yani Iyan
Tahun : 2011
Judul :
Dampak
Ekonomi dan
Lingkungan
Penambangan
Emas Liar di
Desa Kebun
Lado
Kecamatan
Singingi
Kabupaten
- Untuk
mengetahui
besarnya
pendapatan
yang diperoleh
masyarakat
dari kegiatan
penambangan
emas liar di
Desa Kebun
Lado
Kecamatan
Singingi
Kabupaten
Metode yang
digunakan
adalah dengan
pengambilan
sampel
responden
sebanyak 45
orang untuk
seluruh PETI
dan 80 klaster
sampel untuk
perhitungan
WTP atau 20%
dari populasi
Hasil
penelitian ini
menunjukkan
bahwa rata-rata
keseluruhan
pendapatan
para pekerja
sebesar Rp.
2.881.045,33
perbulan serta
total WTP
masyarakat di
Desa Kebun
Lado sebesar
21
Kuantan
Singingi
(Jurnal
Ekonomi Vol.
19 No.3 :
Universitas
Riau)
Kuantan
Singingi
- Untuk
mengetahui
besarnya
kesediaan
membayar
(willingness to
pay)
masyarakat
Desa Kebun
Lado
Kecamatan
Singingi
Kabupaten
Kuantan
Singingi
Rp. 8.092.743
perbulan
3 Nama : Dina
Natalia,
Marlinang
Sitompul
Tahun : 2011
Judul :
Dampak
Penambangan
Emas
Terhadap
Lingkungan di
Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
- Untuk
mengetahui
proses
penambangan
emas di Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
Kabupaten
Mandailing
Natal
- Untuk
mengetahui
proses
perizinan
Metode
deskriptif
kualitatif
(wawancara,
observasi dan
studi
kepustakaan)
- Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
proses
penamba-
ngan emas
tanpa izin di
Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
Kabupaten
Mandailing
Natal,
22
Kabupaten
Mandailing
Natal (Jurnal
Ilmu Sosial :
Universitas
Negeri Medan)
penambangan
emas di Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
Kabupaten
Mandailing
Natal
- Dampak
penambangan
emas terhadap
lingkungan
social ekonomi
yang mencakup
(pendapatan) di
Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
Kabupaten
Mandailing
Natal
- Dampak
penambangan
emas terhadap
lingkungan
fisik ke
bentang lahan
di Desa
Widodaren
Kecamatan
Sinunukan
dilakukan
secara
manual
dengan alat-
alat mesin
sederhana
- kegiatan
tersebut
memiliki
dampak
positif
terhadap
mereka yang
berkecimpu
ng didalam
usaha
penamba-
ngan dalam
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
keluarga
mereka,
misalnya
saja
penghasilan
yang didapat
cukup tinggi
yaitu
mencapai
Rp.
6.328.125
23
Kabupaten
Mandailing
Natal
per bulan
untuk
pekerja, Rp.
27.337.500
per bulan
untuk
pemilik
dompeng
dan Rp.
6.075.000
per bulan
untuk
pemilik
lahan yang
disewa.
- Terdapat
dampak
negatif yang
dihasilkan
pula yaitu
terjadinya
kerusakan
lingkungan
akibat
adanya
buangan
limbah dan
potensi
terjadinya
longsor
4 Nama : U.
Selvi Tuaputy,
- Untuk
mengidentifika
Metode
pendekatan
- Hasil survei
dalam
24
E. Intan
Kumala Puti,
Z. Anna
Tahun : 2014
Judul :
Eksternalitas
Pertambangan
Emas Rakyat
di Kabupaten
Buru Maluku
(Jurnal
Ekonomi
Pertanian,
Sumberdaya
dan
Lingkungan)
-si dan
menghitung
biaya transaksi
dari
pertambangan
emas rakyat
- Mengidentifika
-si dan
menghitung
WTP biaya
transaksi dan
WTP perbaikan
kualitas
lingkungan
- Mengetahui
persepsi
masyarakat
terhadap
keberadaan
pertambangan
- Mengidentifika
-si nilai
eksternalitas
dari kegiatan
pertambangan
emas rakyat
analisis
stastistik,
analisis WTP
dengan CVM
Models dan
analisis
regresi
berganda
penelitian
ini dapat
disimpulkan
bahwa biaya
masuk yang
ada
merupakan
biaya
transaksi
politik
karena biaya
yang
dikeluarkan
penambang
merupakan
biaya
legalisasi
usaha secara
sepihak oleh
pemerintah
adat tanpa
izin resmi
dari
pemerintah
daerah
- Biaya yang
harus
dikeluarkan
oleh
penambang
khusus laki-
laki adalah
25
sebesar Rp.
750.000 per
orang untuk
tiga bulan
sementara
untuk
penambang
perempuan
sebesar Rp.
500.000 per
orang per
tiga bulan,
sedangkan
untuk buruh
pikul
sebesar Rp.
1.000.000
per orang
untuk tiga
bulan
- Surat izin
usaha sangat
mudah
diperoleh
hanya
dengan
biaya
masuk, foto
dan kartu
identitas
masyarakat
sudah
26
mendapat
kartu
penambang
illegal
5 Nama : Trisnia
Anjami
Tahun : 2017
Judul :
Dampak Sosial
Penambangan
Emas Tanpa
Izin (PETI) di
Desa Sungai
Sorik
Kecamatan
Kuantan Hilir
Kabupaten
Seberang
Kabupaten
Kuantan
Singingi
(Jurnal Ilmu
Sosial Vol. 4
No.2 :
Universitas
Riau)
- Untuk
mengetahui
siapa pelaku
penambangan
emas tanpa izin
(PETI) di Desa
Sungai Sorik
- Untuk
mengetahui
dampak social
yang terjadi
akibat
penambangan
emas tanpa izin
(PETI) di Desa
Sungai Sorik
- Untuk
mengetahui
hubungan
perubahan
mata
pencaharian
terhadap
mobilitas
social
Metode
deskriptif
kuantitatif
karena
penelitian ini
berbentuk
kasus
- Hasil dari
penelitian
ini diketahui
bahwa
dampak
sosial PETI
di Desa
Sungai
Sorik adalah
pelaku
penambang
yang
berubah
mata
pencaharian
demi
kepentingan
individu
maupun
kelompok
- Adanya
pelaku,
dampak
sosial dan
hubungan
perubahan
mata
pencaharian
27
terhadap
mobilitas
sehingga
memicu
terjadinya
dampak
sosial PETI
di Desa
Sungai
Sorik
C. Kerangka Berpikir
Berdirinya perusahaan pertambangan emas akan memberikan pengaruh,
baik itu positif maupun negatif (Ngadiran, Santoso, Purwoko (2002)). Terlihat
dari keberadaan perusahaan pertambangan resmi dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap tingkat pendapatan daerah, namun perusahaan
pertambangan besar atau perusahaan legal bisa jadi mendorong munculnya para
penambang liar atau penambang tanpa izin yang diakibatkan karena tidak
terserapnya tenaga kerja dari kalangan pribumi (FOSIL Institut, 2016).
Berbagai faktor pendorong seperti faktor sosial, faktor hukum, dan faktor
ekonomi (Wibisono, 2008). Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi tingkat
aktivitas masyarakat untuk melakukan pertambangan tanpa izin. Tingkat
aktivitas ini dapat dilihat dari lama bekerja, frekuensi bekerja, tingkat modal
kerja, dan tingkat keselamatan kerja.
Dari indikator tersebut dapat dilihat sejauh mana aktivitas masyarakat
penambangan liar dengan menggunakan teknik-teknik sederhana dan secara
tradisional. Dalam rangka analisis juga dijelaskan pembukaan pertambangan
mempengaruhi masyarakat untuk menjadi penambang liar yang juga
memberikan dampak positif dan negatif dalam bidang sosial maupun ekonomi.
Hal ini akhirnya sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat terutama
masyarakat lokal.
28
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan penambangan emas tanpa izin
atau ilegal khususnya terhadap kesejahteraan gurandil yang diukur
menggunakan indikator-indikator yang telah ditentukan. Untuk mempermudah
pelaksanaan penelitian dibuatlah alur berpikir yang dapat dilihat dari gambar
2.1 dan gambar 2.2
29
Gambar 2.1
Kerangka Umum
Dampak Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin Terhadap
Kesejahteraan Gurandil di Desa Cileuksa, Kab. Bogor
Variabel Penelitian
1. Tingkat Faktor
Pendorong (X1)
Faktor Sosial
Faktor Hukum
Faktor Ekonomi
3. Kesejahteraan (Y)
Tingkat pendapatan
Tingkat konsumsi
Fasilitas tempat
tinggal
Tingkat kesehatan
Tingkat pendidikan
Kepemilikan alat
transportasi
2. Tingkat Aktivitas
Pertambangan
Emas Tanpa Izin
(PETI) (X2)
Lama bekerja
Frekuensi bekerja
Tingkat modal kerja
Tingkat migrasi
Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana pengaruh faktor pendorong munculnya gurandil
terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?
2. Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan emas tanpa izin
(PETI) terhadap tingkat kesejahteraan gurandil?
Tujuan Penelitian :
1. Menganalisis hubungan antara faktor pendorong
munculnya gurandil terhadap tingkat kesejahteraan
gurandil.
2. Menganilisis hubungan antara aktivitas pertambangan
emas tanpa izin (PETI) dan tingkat kesejahteraan gurandil.
30
Gambar 2.2
Kerangka Hubungan Antar Variabel
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari suatu
penelitian. Maka berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka
hipotesis penelitian ini dapat disusun sebagai berikut :
a. H1 : Terdapat hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil
dengan tingkat kesejahteraan gurandil
H0 : Tidak terdapat hubungan antara faktor pendorong munculnya
gurandil dengan tingkat kesejahteraan gurandil
b. H1 : Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan tingkat
kesejahteraan gurandil
H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan
kesejahteraan gurandil
Kesejahteraan (Y)
Tingkat Faktor Pendorong (X1)
Tingkat Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa
Izin (PETI) (X2)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono 2012 Hal.80). Dalam hal ini peneliti telah membatasi ruang
lingkup penelitian tersebut. Dari aspek waktu, peneliti membatasi penelitian
dengan kondisi sampel dalam rentang waktu bulan Juli-Agustus 2018. Dari
aspek lokasi, peneliti hanya menjadikan desa Cileuksa Kecamatan Sukajaya
Kabupaten Bogor sebagai sebagai tempat dilakukannya penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bekerja
sebagai gurandil yang ada di Desa Cileuksa dengan unit analisis yaitu rumah
tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK)
yang berprofesi sebagai penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil di
Desa Cileuksa. Jumlah keseluruhan Kepala Keluarga sebanyak 469 KK
yang tersebar di 14 RW. Karena Jumlah populasi ini lebih dari 100 orang
maka dalam penelitian ini menggunakan sampel
Sampel memiliki arti suatu bagian dari keseluruhan serta
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2008 Hal.118).
Penelitian ini menggunakan sensus terhadap seluruh rumah tangga gurandil.
Selanjutnya ditentukan sampel atau responden untuk penelitian ini
menggunakan simple random sampling. Teknik simple random sampling
adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2001 Hal. 57). Syarat simple random sampling adalah sebagai
barikut :
1. Teknik ini digunakan jika elemen populasi bersifat homogen,
sehingga elemen manapun yang terpilih menjadi sampel dapat
mewakili populasi
32
2. Dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan
bersifat umum
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan antara bulan Juni sampai dengan Agustus tahun
2018. Tempat penelitian di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten
Bogor
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder serta didukung
dengan pendekatan kualitatif
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti (M.
Pabundu Tika 2005: 44). Data primer diperoleh dari kuesioner yang
disebar kepada penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil
2. Data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada
pengumpul data. Data sekunder dapat disajikan dalam bentuk data-data,
dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian. Data sekunder
didapatkan dari literatur terdahulu, internet dan instansi terkait dengan
obyek penelitian yaitu kantor desa cileuksa, kecamatan Sukajaya
Kabupaten Bogor
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada obyek penelitian (M. Pabundu Tika
(2005:44)). Metode ini digunakan peneliti dalam rangka untuk
mendapatkan data awal yang menyangkut daerah peneliti tentang
keadaan Desa Cileuksa dan masyarakatnya secara riil di daerah peneliti.
Pada metode observasi menggunakan checklist, yaitu suatu daftar berisi
33
nama obyek atau fenomena yang akan diteliti atau diamati. Peneliti
hanya perlu memberi tanda setiap pemunculan gejala yang akan diamati.
b. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab
yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan peneliti
(M. Pabundu Tika (2005:44)). Metode ini digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi social ekonomi masyarakat sebelum dan
sesudah menjadi penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Alat
yang digunakan pada wawancara ini adalah kuesioner dan daftar
pedoman pertanyaan yang telah ditentukan.
c. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Untuk mengetahui
data dari suatu variable, kemudian dijabarkan kedalam indicator-
indikator dan selanjutnya diwujudkan kedalam butir-butir pertanyaan
yang nantinya tertuang dalam angket. Penelitian ini menggunakan
metode angket untuk mengetahui kondisi social ekonomi masyarakat
Desa Cileuksa sebelum dan sesudah menjadi penambang emas tanpa
izin (PETI) atau gurandil. Alat yang digunakan kuesioner ini adalah
kuesioner dan daftar pedoman pertanyaan yang telah ditentukan.
Kusioner ini ditujukan kepada kepala keluarga yang bekerja sebagai
penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil. Dalam pengisian
angket, responden cukup memilih salah satu jawaban dengan memberi
tanda ceklis pada setiap kolom alternatif jawaban yang paling sesuai
dengan kondisinya.
Pada penelitian ini digunakan angket tertutup, dengan jawaban yang
tersedia untuk setiap butir pernyataan. Dalam penelitian ini bentuk
jawaban terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS)
dan Tidak Setuju (TS). Urutan pemberian bobot nilai untuk jawaban SS
= 4, S = 3, KS = 2 dan TS = 1 untuk pernyataan positif, sedangkan
pernyataan negatif sebaliknya.
d. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
34
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, patung, film dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara (Sugiyono, 2009:329). Teknik dokumentasi dilakukan untuk
memperoleh data sekunder yang berupa data-data yang berkaitan
dengan kesejahteraan gurandil. Data yang dikumpulkan juga berasal
dari Kantor desa Cileuksa tempat penelitian. Alat yang digunakan dalam
pengambilan data adalah flashdisk untuk penyimpanan data dalam
bentuk soft-file.
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara atau rumus-
rumus tertentu (Hasan, 2006). Adapun teknik pengolahan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan apliksai Microsoft Excel 2016
dan SPSS for Windows 23.0 untuk pengolahan data kuantitatif. pembuatan
tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat
data awal responden dari masing-masing variable secara tunggal
menggunakan Microsoft Excel 2016. Kemudian SPSS for Windows 23.0
digunakan untuk membantu dalam uji statistik dengan menggunakan
Spearman Rank. Uji korelasi Spearman Rank digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan
tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Spearman Rank
digunakan untuk uji korelasi yang menguhubungkan variabel faktor-faktor
pendorong, tingkat aktivitas PETI, serta adanya hubungan keduanya dengan
tingkat kesejahteraan gurandil.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu, reduksi data,
penyajian data dan verifikasi. Pertama ialah reduksi data dimulai dari
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi hingga transformasi data hasil
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Tujuan dengan
adanya reduksi data ini adalah untuk mempertajam, menggolongkan,
35
mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan. Kedua ialah
penyajian data, yang berupa menyusun segala informasi dan data yang
diperoleh menjadi rangkaian kalimat yang mudah dibaca ke dalam sebuah
laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram dan matriks. Kemudian
verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan
dari hasil data yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan
dengan mengonfirmasi hasil olahan data kepada responden, informan dan
dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian dalam laporan skripsi.
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
pengertian validitas menurut Suryabrata (2000:41) adalah derajat fungsi
pengukuran suatu tes, atau derajat kecermatan ukuran suatu tes.
Pengertian validitas menurut Kusaeri (2012:75) adalah ketepatan
(appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan kemanfaatan
(usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi
skor tes. Suatu instrumen yang valid memiliki validitas tinggi dan
sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut
kurang valid. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang hendak diukur atau diinginkan. Sebuah instrument
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti. Pengujian validitas ditujukan untuk melihat hubungan antar
masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan pada variabel bebas
dan variabel terikat. Untuk uji validitas pada penelitian ini digunakan
kuesioner yang disebar pada 40 orang responden.
Berdasarkan perhitungan SPSS, hasil uji validitas kuesioner yang akan
digunakan dalam penelitian ini sesuai tabel korelasi yang dianalisis.
Nilai r hitung harus lebih besar dari t tabel (taraf signifikan 0,05)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tes uji yang dapat dipercaya. Sebuah tes
dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut
36
memberikan data hasil yang tetap walaupun diberikan pada waktu yang
berbeda kepada responden yang sama. Hasil tes yang tetap seandainya
berubah maka perubahan itu tidak signifikan, maka tes tersebut
dikatakan reliabel. Oleh karena itu reliabilitas sering disebut dengan
keterpercayaan, kestabilan, konsistensi, keterandalan dan sebagainya.
Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan alat ukur. Ketepatan ini
dapat dinilai dengan analisa statistic untuk mengetahui kesalahan ukur.
Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek
kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrument dianggap
reliabel apabila instrument tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur
data penelitian (Fred. N Kerlinger, 1973)
Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa, reliabiltas merupakan keajegan (konsistensi) bila mana tes
tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes
yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil
korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan
koefisien reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika
koefisiennya semakin mendekati 1 maka semakin reliabel dan
sebaliknya. Pada umumnya para ahli memberikan standar minimal
koefisien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0,5.
3. Tabulasi Silang atau Crosstab
Tabulasi silang (Indriatno, dkk, 1998) merupakan metode analisis
kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta
kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk
menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai
yang berbeda dari dua variable dan menghitung harga-harga statistic
beserta ujinya. Kegunaan tabulasi silang :
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variable yang terjadi
b. Melihat bagaimana beberapa variable saling berhubungan
c. Untuk mengadakan control terhadap variable tertentu sehingga
dapat dianalisis ada atau tidaknya hubungan
37
4. Uji Korelasi Spearman Rank
Menurut Djarwanto (2009), metode Spearman Rank ini dikemukakan
oleh Carl Spearman pada tahun 1904. Metode ini diperlukan untuk
mengukur keeratan hubungan antara dua variable dimana dua variable
itu tidak mempunyai joint normal distribution dan covariance tidak
diketahui sama. Korelasi spearman rank digunakan apabila pengukuran
kuantitatif secara eksak sulit dilakukan.
Untuk menghitung korelasi spearman rank dilakukan langkah-langkah
berikut :
a. Nilai pengamatan dua variabel yang akan diukur hubungannya
diberi jenjang. Bila ada nilai pengamatan yang sama dihitung
jenjang rata-ratanya
b. Setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya
c. Perbedaan setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya
d. Nilai koefisien korelasi spearman rank
Rumus korelasi spearman rank
Keterangan :
rs : Koefisien spearman rank
d : Perbedaan ranking antara dua variable
n : Banyak pasangan data
untuk melihat seberapa jauh koefisien korelasi antar variable, maka
peneliti menggunakan kriteria korelasi untuk melihat besarnya
korelasi antar variable dalam penelitian ini (lihat tabel 3.1)
38
Tabel 3.1
Tingkat Hubungan Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2002)
G. Operasional Variabel
Menurut Azwar (2003) definisi operasional adalah suatu definisi
mengenai variable yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik
variable yang dapat dipahami. Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat
desa Cileuksa yang berprofesi sebagai gurandil. Dalam penelitian ini
terdapat dua variable bebas (independent variable), yaitu : tingkat faktor
pendorong dan tingkat aktivitas PETI kemudia satu variable terikat
(dependent variable) yaitu tingkat kesejahteraan gurandil
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Indikator Parameter Skala
Ukur Sumber
Tingkat
Faktor
Pendorong
(X1)
Faktor
Hukum
Pengetahuan
masyarakat
mengenai
hukum yang
berlaku Ordinal Wibisono,
2008 Lemahnya
regulasi hukum
dapat
memotivasi
39
masyarakat
untuk menjadi
gurandil
Faktor Sosial
Gurandil
sebagai budaya
turun temurun
Hubungan
antara
masyarakat
dengan
perusahaan
tambang resmi
Faktor
Ekonomi
Tingkat
kesejahteraan
masyarakat
yang rendah
Tingkat
pendidikan
masyarakat
yang rendah
Tingkat
Aktivitas
PETI (X2)
Lama bekerja
Waktu kerja di
area
pertambangan
dalam hitungan
tahun, dibagi
menjadi dua
kategori :
<10 tahun :
Baru
>10 tahun :
Lama
Ordinal Harrianto,
2010
40
Frekuensi
bekerja
Jumlah hari
kerja selama
seminggu,
yakni :
<5 hari :
normal
>5 hari : Tidak
normal
Menaker,
1997
Modal kerja
Kepemilikan
modal uang dan
mesin yang
digunakan oleh
gurandil
Eugene. F
Brigham,
Joel. F
Houston,
2006
Tingkat
migrasi
Jumlah
penduduk yang
masuk dan
menetap setelah
meluasnya
kegiatan PETI
Rusli, 2012
Kesejahteraan
(Y)
Tingkat
Pendapatan
Penghasilan
yang diperoleh
dalam satu
bulan untuk
pemenuhan
kebutuhan
Ordinal BPS, 2005
Tingkat
Konsumsi/
pengeluaran
Jumlah biaya
yang
dikeluarkan
untuk
kebutuhan
pangan dan
non-pangan,
41
serta jenis
perolehan
pangan
Fasilitas
Tempat
tinggal
Jenis dinding
dan lantai
rumah, kondisi
MCK, sumber
penerangan dan
lain-lain
Tingkat/
akses
kesehatan
Kondisi
kesehatan
keluarga,
kemudahan dan
kepemilikan
jaminan
kesehatan
Tingkat/
akses
pendidikan
Perolehan
pendidikan
formal
Akses
transportasi
Kepemilikan
kendaraan atau
jenis alat
transportasi
untuk
mempermudah
akses ke
berbagai tempat
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Lingkungan
Desa Cileuksa adalah salah satu Desa dari 11 (sebelas) Desa yang berada dibagian
Barat Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor berada pada ketinggian 600 M -925
M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 22 oC - 25 oC. Desa Cileuksa terdiri
dari 2 Dusun 14 RW dan 40 RT
Gambar 4.1
Peta Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor
Sumber : Google map, 2019
Adapun batas – batas wilayah Desa adalah :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pasirmadang
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Wirajaya
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Cisarua
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Lebak Prop.Banten
Jarak Kantor Desa Ke :
Ibu Kota Kecamatan : 17 Km
43
Ibu Kota Kabupaten : 73 Km
Ibu Kota Propinsi : 134 Km
Ibu Kota Negera : 120 Km
Desa Cileuksa mempunyai luas 2.475,60 Ha dari luas tersebut sebagaian
besar adalah lahan pertanian dan perkebunan dan Kehutanan jika dilihat dari
wilayah pembangunan berdasarkan Praperda Kabupaten Bogor dan Kecamatan
Sukajaya Desa Cileuksa termasuk dalam wilayah pembangunan wilayah Barat,
wilayah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan perkebunan
,agrowisata, pertanian, industri, kerajinan tangan dan peningkatan hasil usaha kecil
menengah dan pelestarian sumber daya air untuk lebih jelasnya mengenai
pembagian luas wilayah menurut penggunaannya dapat dilihat pada diagram 4.1
berikut ini
Diagram 4.1
Persentase Wilayah Menurut Pola Penggunaannya
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
4%
18%
20%44%
1%
13%
PERSENTASE WILAYAH MENURUT POLA PENGGUNAANNYA
Pemukiman dan Perkantoran Pertanian Perkebunan Kehutanan Industri Lain-lain
44
2. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan Desa Cileuksa sampai dengan bulan
Januari tahun 2017 diperoleh data jumlah pendudukan sebanyak 8033 Jiwa yang
terdiri dari pendudukan laki – laki 4036 Jiwa dan perempuan 3997 Jiwa, serta terdiri
dari 2463 Kepala Keluarga.
Tabel 4.1
Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Penduduk
No Jumlah KK Jumlah Penduduk
Jumlah Perempuan Laki-laki
1 2463 3997 4036 8033
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Kondisi Sosial Budaya
Mayoritas Penduduk Desa Cileuksa adalah masyarakat suku sunda dengan
bahasa sehari – hari adalah bahasa sunda, sebagai masyarakat yang terbuka
masyarakat Desa Cileuksa tidak pernah menolak kehadiran masyarakat dari luar
untuk hidup saling berdampingan dan saling menghormati, keterbukaan sikap
masyarakat tersebut akhirnya turut berpangaruh pada tingginya migrasi ke Desa dan
atau ke Kecamatan lain.
Tingginya tingkat migrasi tersebut menyebabkan semakin heterogennya
masyarakat Desa Cileuksa sehingga menimbulkan akulturasi pasitif dan turut
berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul, mandiri, kreatif
dan kompetitif pada sisi tingginya migrasi telah mengakibatkan tekanan penduduk
dan terpinggirkannya sebagai penduduk setempat yang tidak mempunyai keahlian,
kendati demikian dibandingkan masyarakat Desa Cileuksa masih dapat
mempertahankan stabilitas keamanannya serta mampu menjaga suasana yang
kondusif. Dilihat dari agama yang dianut terhadap Tuhan Yang Esa dapat diartikan
bahwa penduduk mayoritas beragama islam, untuk lebih jelasnya sebagaiman dapat
dilihat pada tabel 4.2
45
Tabel 4.2
Klasifikasi Penduduk menurut Agama yang dianut
No Agama Jumlah
1
2
3
4
5
6
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Budha
Hindu
Aliran Kepercayaan
8033
-
-
-
-
-
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Desa
Cileuksa dapat diklasifikasikan sebagai masyarakat yang agamis, serta warisan
budaya. Masyarakat Desa Cileuksa juga menyadari arti pentingnya prinsip dan
komitmen terhadap nilai-nilai kebijakan sebagaimana konsisten dan konsekuen
terhadap kebenaran serta penyesuian antara hati nurani dan rasionalisme.
Sebelum bertindak, sebelumnya ditetapkan dulu dalam hati dan fikiran
secara seksama, meskipun dikenal sebagai masyarakat agamis, namun disadari juga
bahwa perkembangan zaman, lingkungan serta pengaruh teknologi dan informasi
telah menyebkan terjadinya beberapa bagian masyarakat yang mempunyai perilaku
yang menyimpang yang kurang mengindahkan moral dan etika masyarakat, hal
tersebut terjadi sebagai proses akultulasi yang berlangsung sedemikian cepat
melalui keterbukaan dalam menerima sebagai media massa maupun media
elektronik.
Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah pekerjaan apa yang dilakukan oleh penduduk Desa
Cileuksa sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarganya. Dengan
adanya lahan pertanian yang cukup luas, masyarakat atau penduduk desa Cileuksa
memiliki peluang untuk bekerja di bidang pertanian. Akan tetapi dengan
berkembangnya berbagai jenis pekerjaan menjadikan penduduk desa bekerja
sebagai buruh atau pekerja harian lepas dan wiraswasta. Selain itu penduduk juga
46
sebagian kecil bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang keliling, petani, dan
PNS.
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sehingga pendidikan
merupakan sebuah investasi (modal) dimasa yang akan datang. Pada umumnya
tingkat pendidikan yang dienyam oleh masyarakat di Desa Cileuksa adalah hanya
sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini dikarenakan banyak faktor yang
melatarbelakanginya seperti tidak adanya biaya, jarak fasilitas pendidikan yang
sulit ditempuh dan lain sebagainya
Kondisi Sarana dan Prasarana
Desa Cileuksa memiliki sarana dan prasarana baik di bidang pendidikan,
keagamaan, maupun dalam bidang kemasyarakatan lainnya. Sarana dan prasarana
yang digunakan oleh keluarga gurandil antara lain PAUD, SD dan SMP karena
sebagian gurandil memiliki anak dan bersekolah di sekolah tersebut karena
lokasinya yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka.
Tabel 4.3
Keadaan Sarana Pendidikan
No J e n i s Jumlah
1
2
3
4
5
TK/PAUD
SD Negeri
SMP Negeri satu atap
Madrasah Ibtidaiyah
SMP Terbuka
1
5
1
2
1
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
47
Berdasarkan sarana peribadatan yang sering digunakan gurandil adalah majelis
taklim. Hal ini terlihat dari, selain bekerja memenuhi kebutuhan keluarga gurandil
juga tergolong dalam kelompok pengajian yang dilakukan satu minggu sekali.
Kegiatan tersebut dilakukan di majelis taklim setiap kampung.
Tabel 4.4
Kondisi Sarana Keagamaan
No J e n i s Jumlah
1
2
3
4
5
6
Mesjid
Mushola
Gereja
Kuil Vihara/Pura
Pondok Pesantren
Majlis Ta’lim
14
4
-
-
7
11
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Selain sarana dan prasarana diatas juga terdapat beberapa sarana dan
prasarana yang ada didesa seperti irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah
meskipun belum dapat dikatakan baik, jalan desa, jembatan, pos kamling, dan balai
desa. Dalam bidang pemasaran juga terdapat warung-warung yang menjual aneka
barang konsumsi. Fasilitas pasar belum tersedia di desa ini, hal ini menyebabkan
masyarakat desa masih kesulitan untuk memasarkan hasil pertaniannya. Guna
mempercepat proses pembangunan dan kelancaran pelaksanaan pemerintahan
daerah, di Desa Cileuksa terdapat beberapa lembaga pendukung lainnya antara lain
PKK, MUI, kelompok tani dan lembaga pendidikan lainnya.
Kondisi Kesejahteraan
Tantangan dalam pembangunan kesejahteraan social meliputi proses
globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang
berkepanjangan. Dampak yang dirasakan antara lain semakin berkembangnya
bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai masalah sosial. Keadaan ini bisa dilihat
dari data tabel 4.6 Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial
48
Tabel 4.5
Data Tahapan Keluarga Sejahtera di Desa Cileuksa tahun 2017
No RT/RW Pra
KS
KS 1 KS 2 KS 3 KS
3+
Jumlah
1
Se-Desa Cileuksa
1328
481
225
156
32
2780
Sumber : Data Profil Desa Cileuksa Tahun 2017
Data pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa terdapat 1328 keluarga yang
tergolong Pra keluarga sejahtera dan sisanya masuk dalam kategori keluarga
sejahtera tingkat 1 sampai dengan golongan keluarga sejahtera 3+. Data tahapan
keluarga sejahtera diklasifikasikan berdasarkan indikator-indikator yang
terkandung dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
3. Karakteristik responden
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 40 responden dapat diketahui
bahwa 75% atau 30 orang merupakan responden laki-laki dan sisanya sebesar 25%
atau 10 orang merupakan responden perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa
keterlibatan laki-laki dalam aktivitas pertambangan emas tanpa izin atau berprofesi
sebagai gurandil paling mendominasi dibandingkan perempuan karena profesi ini
adalah profesi yang cukup berat dan beresiko sehingga laki-laki dinilai lebih
mampu dalam melakukan kegiatan tersebut (tabel 4.6)
Tabel 4.6
Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan jenis kelamin di
Desa Cileuksa tahun 2018
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 30 75%
Perempuan 10 25%
49
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang kepala keluarga yang
bekerja sebagai gurandil di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Gurandil yang ada di desa Cileuksa dikategorikan dalam 3 karakteristik, yaitu
gurandil cetek (kecil), gurandil biasa dan gurandil tong (besar).
Tabel 4.7
Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Kategori Usia di
Desa Cileuksa Tahun 2017
Usia Frekuensi Persentase
17-22 tahun 5 12,5%
23-28 tahun 9 22,5%
29-34 tahun 9 22,5%
35-40 tahun 13 32,5%
41-47 tahun 3 7,5%
48-52 tahun 1 2,5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Kategori umur dalam penelitian ini didasarkan pada hasil jawaban responden
melalui kuesioner yang kemudian dihitung range-nya. Berdasarkan hasil penelitian,
umur responden berkisar antara 17 tahun sampai dengan 52 tahun. Dimana pada
rentang umur 35-40 tahun paling mendominasi dengan jumlah responden sebanyak
masing-masing 13 orang dengan persentase sebesar 32,5%. Selanjutnya pada
rentang umur 23-28 tahun dan 29-34 tahun memiliki jumlah responden yang sama
yaitu masing-masing terdapat 5 orang responden dengan persentase sebesar 22,5%.
Kemudian pada rentang umur 17-22 tahun terdapat 5 orang responden dengan
persentase sebesar 12,5%. Pada rentang umur 41-47 tahun terdapat 3 orang
responden dengan persentase 7,5%. Pada rentang umur 48-52 tahun terdapat 1
50
orang responden dengan persentase terkecil diantara rentang umur lainnya yaitu
sebesar 2,5%.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 40 responden dapat diketahui
bahwa 65% atau 26 responden yang mendominasi sebagai gurandil merupakan
lulusan SMP. Kemudian sisanya hanya dapat menyelesaikan pendidikan
terakhirnya pada tingkat SD dan SMA yang masing-masing memiliki persentase
dominasi yang sama yaitu sebesar 17,5% atau 7 orang responden. Hal ini
menunjukkan bahwa gurandil pada tingkat pendidikan terakhir SMP paling
mendominasi dari tingkat pendidikan lainnya, terutama pada tingkat SMA yang
persentasenya tidak sampai mencapai 20%. Beberapa responden yang tidak berhasil
menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA bahkan tingkat SMP mengaku
bahwa faktor ekonomi adalah kendala utama mereka dalam melanjutkan
pendidikan. Disamping itu jarak fasilitas pendidikan dari Desa Cileuksa tergolong
cukup jauh menjadi alasan lainnya (tabel 4.9)
Tabel 4.8
Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan pendidikan terakhir
di Desa Cileuksa tahun 2018
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 7 17,5%
SMP/ Sederajat 26 65%
SMA/ Sederajat 7 17,5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
51
d. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan sebelumnya
Tabel 4.9
Jumlah dan persentase responden gurandil berdasarkan
pekerjaan sebelumnya di Desa Cileuksa tahun 2018
Pekerjaan
Sebelumnya Frekuensi Persentase
Petani 27 67,5%
Pedagang 10 25%
Lainnya 3 7,5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang saat
ini beralih profesi menjadi gurandil adalah mereka yang dulu bekerja dibidang
pertanian atau sebagai petani, terlihat dari jumlah responden yang memiliki
pekerjaan sebelumnya sebagai petani yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase
67,5% lebih mendominasi dibandingkan dengan gurandil yang dulunya bekerja
dibidang non pertanian, seperti pedagang dan lainnya. Hal ini dikarenakan Desa
Cileuksa merupakan daerah dengan lahan pertanian yang cukup luas. Gurandil yang
memiliki profesi sebelumnya sebagai pedagang memiliki frekuensi sebesar 10
orang dengan persentase 25% dari keseluruhan total responden. Terakhir adalah
kategori profesi lainnya yang hanya sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar
7,5% merupakan gurandil yang dulunya memiliki profesi lainnya seperti dibidang
perbengkelan, jasa pijat dan lainnya.
e. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja sebagai gurandil
Berdasarkan tabel dibawah ini (tabel 4.11) dapat diketahui bahwa lama bekerja
responden sebagai gurandil didominasi pada rentang waktu 8-10 tahun dengan
persentase sebesar 40%. Dalam rentang waktu lama bekerja 8-10 tahun ini
didominasi oleh gurandil dengan rentang usia pertengahan 35-40 tahun dengan
jumlah responden terbanyak. Kemudian dominasi selanjutnya diisi pada rentang
waktu bekerja responden sebagai gurandil selama 11-13 tahun dengan banyaknya
52
responden 10 orang yang persentasenya mencapai 25%. Selanjutnya pada rentang
waktu lama bekerja 5-7 tahun terdapat 6 responden dengan persentase mencapai
15%. Pada rentang waktu lama bekerja 2-4 tahun terdapat 4 orang responden
dengan persentase mencapai 10%. Terakhir adalah rentang waktu 14-16 tahun dan
>17 tahun dengan jumlah responden 2 orang dan persentase masing-masing
mencapai 5% dari total keseluruhan.
Tabel 4.11
Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Lama
Bekerja di Desa Cileuksa Tahun 2018
Lama Bekerja Frekuensi Persentase
2-4 tahun 4 10%
5-7 tahun 6 15%
8-10 tahun 16 40%
11-13 tahun 10 25%
14-16 tahun 2 5%
>17 tahun 2 5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
f. Deskripsi responden berdasarkan pendapatan
Besarnya pendapatan dapat menentukan daya beli seseorang terhadap barang
dan jasa. Dalam mendeskripsikan pendapatan responden, berikut adalah hasil
penelitian lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti dan dijelaskan dalam tabel
4.12
Tabel 4.12
Jumlah dan Persentase Responden Gurandil Berdasarkan Tingkat
Pendapatan di Desa Cileuksa tahun 2018
Pendapatan rata-rata
Perbulan
Frekuensi Persentase
<Rp. 2.000.000 15 37,5%
53
Rp. 2.000.000 – Rp.
5.000.000
4 10%
Rp. 5.000.000 – Rp.
8.000.000
10 25%
Rp. 8.000.000 – Rp.
11.000.000
9 22,5%
>Rp. 11.000.000 2 5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Dari hasil penelitian melalui kuesioner yang disebar pada 40 responden
diketahui bahwa sebanyak 15 responden dengan persentase 37,5% yang
mendominasi memiliki rata-rata pendapatan sebesar <Rp. 2.000.000 per bulan dari
hasil aktivitas mereka sebagai gurandil, dari besarnya pendapatan yang dihasilkan
maka ke 15 orang responden tersebut masuk dalam kategori gurandil cetek (kecil).
Kemudian sebanyak 4 responden dengan persentase sebesar 10% memiliki rata-rata
pendapatan Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 dan merupakan responden dalam
kategori gurandil biasa (sedang). Dari hasil penelitian diketahui pula sebanyak 10
responden dengan persentase 25% memiliki rata-rata pendapatan sebesar diatas Rp.
5.000.000 – Rp. 8.000.000 per bulan, dari besarnya pendapatan tersebut maka
responden dalam kategori penghasilan ini masih merupakan gurandil biasa
(sedang). Kemudian sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 22,5%
memiliki rata-rata pendapatan Rp.8.000.000 – Rp. 11.000.000 dan merupakan
responden dalam kategori gurandil tong (besar). Dan sebanyak 2 responden dengan
persentase sebesar 5% memiliki rata-rata pendapatan >Rp. 11.000.000 perbulan dan
merupakan responden dalam kategori gurandil tong (besar). Besar kecilnya
pendapatan yang dihasilkan oleh gurandil dipengaruhi oleh besarnya modal utama
usaha dan frekuensi produksi sehingga dapat menghasilkan output yang tinggi pula.
54
g. Hasil Uji Data Penelitian
a. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk pengukuran suatu tes atau derajat
kecermatan ukuran dalam kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur atau variable yang
diteliti (Suryabrata, 2000:41). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan Pearson Correlation, dengan pedoman suatu model
dikatakan valid apabila signifikansinya dibawah 0,05 atau r hitung > r
tabel (n=40, r tabel= 0,311) maka butir pernyataan dikatakan valid.
Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variable yang
digunakan dalam penelitian ini. Tingkat faktor pendorong munculnya
gurandil (X1), Tingkat aktivitas PETI (X2) dan Tingkat kesejahteraan
gurandil (Y) dengan jumlah 40 responden
1) Uji validitas tingkat faktor pendorong munculnya gurandil (X1)
Tabel 4.13
Hasil uji validitas tingkat faktor pendorong munculnya gurandil (X1)
Nomor Bukti
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
X1.1 0,761 0,000 Valid
X1.2 0,792 0,000 Valid
X1.3 0,813 0,000 Valid
X1.4 0,877 0,000 Valid
X1.6 0,531 0,000 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variable untuk tingkat faktor
pendorong munculnya gurandil mempunyai kriteria valid untuk lima item
pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih
besar daripada r tabel yaitu sebesar 0,311 sedangkan satu item pernyataan
55
(x1.5) dikatakan tidak valid maka peneliti mereduksi agar menjaga
kestabilan data yang ada. Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
masing-masing pernyataan pada variable tingkat faktor pendorong
munculnya gurandil selain variable yang telah direduksi sah dan layak
diajukan sebagai penelitian.
2. Uji validitas tingkat aktivitas PETI (X2)
Tabel 4.14
Hasil uji validitas tingkat aktivitas PETI (X2)
Nomor Bukti
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
X2.1 0,659 0,000 Valid
X2.2 0,747 0,000 Valid
X2.3 0,837 0,000 Valid
X2.4 0,827 0,000 Valid
X2.5 0,764 0,000 Valid
X2.6 0,878 0,000 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel untuk tingkat aktivitas PETI
mempunyai kriteria valid untuk enam item pernyataan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel
yaitu sebesar 0,311 Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa masing-
masing pernyataan pada variable tingkat aktivitas PETI sah dan layak
diajukan sebagai penelitian.
56
3. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan (Y)
Tabel 4.15
Hasil uji validitas tingkat kesejahteraan gurandil (Y)
Nomor Bukti
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
Y1 0,792 0,000 Valid
Y2 0,775 0,000 Valid
Y3 0,825 0,000 Valid
Y4 0,859 0,000 Valid
Y5 0,732 0,000 Valid
Y6 0,667 0,000 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa variable untuk tingkat kesejahteraan
gurandil mempunyai kriteria valid untuk enam item pernyataan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel
yaitu sebesar 0,311. Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa masing-
masing pernyataan pada variable tingkat kesejahteraan gurandil sah dan
layak diajukan sebagai penelitian.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi data yang
memiliki hasil tetap walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada
responden yang sama. Hasil tes yang tetap seandainya berubah maka
perubahan itu tidak signifikan, maka tes tersebut dikatakan reliabel. Suatu
instrument dianggap reliabel apabila instrument tersebut dapat dipercaya
sebagai alat ukur data penelitian (Fred. N Kerlinger, 1973)
Hasil uji dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’ Alpha > nilai r
tabel. Berikut hasil uji reliabilitas untuk setiap variable dalam penelitian
(tabel 4.16)
57
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil
Variabel Cronbach’ Alpha Keterangan
Tingkat Faktor
Pendorong (X1) 0,820 Reliabel
Tingkat Aktivitas PETI
(X2) 0,877 Reliabel
Tingkat Kesejahteraan
Gurandil (Y) 0,877 Reliabel
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Pada tabel menunjukkan nilai Cronbach’ Alpha atas variable tingkat faktor
pendorong sebesar 0,820; tingkat aktivitas PETI sebesar 0,877; dan tingkat
kesejahteraan gurandil sebesar 0,877. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena memiliki nilai Cronbach’ Alpha >
nilai r tabel. Hal ini menunjukan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti jika pernyataan tersebut
diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban
sebelumnya.
b. Hasil Uji Tabulasi Silang (Cross tabulation)
1. Pendapatan rata-rata per bulan dengan tingkat kesejahteraan gurandil
Tabel 4.17
Tabulasi Silang Pendapatan dengan Kesejahteraan
Pendapatan rata-rata per
bulan
Tingkat Kesejahteraan
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
< Rp. 2.000.000 14 1 0 0 0 15
Rp. 2.000.000–Rp.
5.000.000 0 4 0 0 0 4
Rp. 5.000.000–Rp.
8.000.000 0 0 10 0 0 10
58
Rp. 8.000.000–Rp.
11.000.000 0 0 0 9 0 9
> Rp. 11.000.000 0 0 0 0 2 2
Total 14 5 10 9 2 40
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Dari hasil analisis tabulasi silang diatas diketahui bahwa semakin rendah
pendapatan rata-rata perbulan yang dihasilkan dari kegiatan penambangan maka
semakin rendah pula tingkat kesejahteraan yang didapatkan. Hal ini menunjukkan
bahwa besar kecilnya pendapatan menjadi salah satu faktor utama penentu
kesejahteraan gurandil disamping faktor-faktor penentu lainnya. Berdasarkan hasil
tabel diatas dari 40 orang gurandil yang peneliti jadikan sebagai responden, terdapat
14 orang responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil sangat
rendah dan 1 lainnya dalam kategori kesejahteraan gurandil rendah dengan besar
pendapatan rata-rata perbulan <Rp. 2.000.000. kemudian terdapat 4 orang
responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil rendah dengan
besar pendapatan rata-rata perbulan Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000. Terdapat 10
orang responden yang masuk kedalam kategori kesejahteraan gurandil sedang
dengan pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 5.000.000 – Rp. 8.000.000.
Terdapat 9 orang responden yang termasuk kedalam kategori kesejahteraan tinggi
dengan rata-rata pendapatan perbulan sebesar Rp. 8.000.000 – Rp. 11.000.000.
Kemudian terdapat 2 orang repspnden lainnya yang termasuk dalam kategori
kesejahteraan gurandil sangat tinggi dengan pendapatan rata-rata perbulan sebesar
>Rp. 11.000.000. Dalam kegiatan penambangan emas tanpa izin ini masyarakat
memang mengalami kenaikan pendapatan yang cukup signifikan dibandingkan
pendapatannya sebelum menjadi gurandil, namun demikian berdasarkan hasil
penelitian, walaupun telah beralih profesi sebagai gurandil tidak serta merta
menaikkan derajat kesejahteraan mereka. Hal ini terlihat dari jumlah gurandil
dengan kesejahteraan sangat rendah yang masih mendominasi.
59
2. Usia responden dengan tingkat aktivitas PETI
Tabel 4.18
Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Aktivitas PETI
Usia Responden
Tingkat Aktivitas PETI
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
17-22 tahun 2 0 3 0 5
23-28 tahun 4 0 4 1 9
29-34 tahun 1 2 1 5 9
35-40 tahun 2 3 2 6 13
41-47 tahun 2 1 0 0 3
48-52 tahun 0 0 1 0 1
Total 11 6 11 12 40
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara variable usia responden dengan
tingkat aktivitas PETI diketahui bahwa terdapat 5 orang responden pada rentang
usia 17-22 tahun berada pada tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah
dan sedang. Kemudian terdapat 9 orang responden pada rentang usia 23-28 tahun
berada pada tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, sedang dan
tinggi. Terdapat 9 orang responden pada rentang usia 29-34 tahun berada pada
tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.
terdapat 13 orang responden pada rentang usia 35-40 tahun berada pada tingkat
aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.
Selanjutnya terdapat 3 orang responden pada rentang usia 41-47 tahun berada pada
tingkat aktivitas PETI dengan kategori sangat rendah dan rendah. Terakhir terdapat
1 orang responden pada rentang usia 48-52 tahun berada pada tingkat aktivitas PETI
dengan kategori sedang. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden
atau gurandil tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat aktivitasnya sebagai
penambang emas tanpa izin. Tidak selalu bahwa semakin muda usia responden
maka semakin tinggi pula aktivitasnya sebagai gurandil. Pada rentang usia
responden 35-40 tahun justru paling mendominasi daripada rentang usia lainnya,
hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut biasanya pekerjaan sebagai gurandil
60
merupakan pekerjaan utamanya sehingga tingkat aktivitasnya pun cenderung lebih
tinggi. Kemudian pada rentang usia terendah yaitu 17-22 tahun cenderung memiliki
tingkat aktivitas PETI yang cukup rendah, hal ini karena pada tingkatan usia ini
mereka termasuk dalam pemain baru sebagai gurandil, alat dan modal yang
dimilikipun masih sangat terbatas sehingga aktivitas PETI yang dilakukan jadi lebih
rendah. Kemudian pada rentang usia 48-52 tahun adalah rentang usia paling tinggi
namun tingkat aktivitas PETI nya masuk dalam kategori sedang, ini dikarenakan
pada rentang usia tersebut biasanya responden merupakan pemain lama sebagai
gurandil, sehingga alat dan modal yang dimiliki sudah lebih cukup untuk
melakukan kegiatan PETI lebih banyak dibandingkan pada rentang usia termuda,
walaupun tidak melebihi aktivitas PETI dalam rentang usia pertengahan.
3. Jenis kelamin dengan tingkat aktivitas PETI
Tabel 4.19
Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Tingkat Aktivitas PETI
Jenis Kelamin
Tingkat Aktivitas PETI
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Laki-laki 3 4 11 12 30
Perempuan 8 2 0 0 10
Total 11 6 11 12 40
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara jenis kelamin dengan variable
aktivitas PETI diketahui bahwa keterlibatan laki-laki dalam kegiatan penambangan
ini lebih mendominasi daripada perempuan dengan tingkat aktivitas yang juga lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat aktivitas penambangan oleh perempuan. Hal
ini dikarenakan penambangan merupakan salah satu kegiatan yang cukup berat dan
riskan sehingga keterlibatan laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Responden
laki-laki dengan jumlah total 30 orang termsuk dalam gurandil dengan tingkat
aktivitas PETI yang tersebar dalam semua kategori. Adapun responden perempuan
sebanyak 10 orang dengan tingkat aktivitas PETI yang masuk dalam ketgori
aktivitas sangat rendah dan rendah yang memilih pekerjaan sebagai gurandil
61
notabenenya berperan sebagai kepala keluarga di rumahnya karena tidak adanya
pilihan pekerjaan lain yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
sehari-hari.
4. Tingkat pendidikan terakhir dengan faktor pendorong munculnya gurandil
Tabel 4.20
Tabulasi Silang Pendidikan Terakhir dengan Tingkat Faktor
Pendorong Munculnya Gurandil
Pendidikan Terakhir
Tingkat Faktor Pendorong
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
SD 0 0 0 0 7 7
SMP/ Sederajat 0 0 4 15 7 26
SMA/ Sederajat 0 0 5 2 0 7
Total 0 0 9 17 14 40
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan terakhir
dengan tingkat faktor pendorong munculnya gurandil diketahui bahwa keterlibatan
responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP/ Sederajat paling mendominasi
dibandingkan dengan tingkat pendidikan terakhir lainnya. Hal ini terlihat dari
keseluruhan jumlah responden yakni 40 orang, terdapat 26 orang diantaranya
merupakan lulusan SMP dengan pengaruhnya sebagai faktor pendorong munculnya
gurandil tersebar dalam kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi . Responden
dengan tingkat pendidikan terakhir SD dan SMA/ Sederajat memiliki jumlah
responden yang sama namun dengan pengaruh yang berbeda, pada responden
lulusan SD memiliki pengaruh yang sangat tinggi sebagai salah satu faktor
pendorong munculnya gurandil, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman terhadap hukum dan resiko kerja lainnya. Sedangkan responden
dengan tingkat pendidikan terakhir SMA memiliki pengaruh sebagai faktor
pendorong munculnya gurandil dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini
dikarenakan, sebagian dari mereka sudah memahami hukum dan resiko kerja
62
lainnya sebagai penambang emas tanpa izin. Adapun responden dengan kategori
pendidikan terakhir yang sama namun masih memiliki ketertarikan untuk
melakukan kegiatan PETI yang sangat tinggi ini bukan dikarenakan ketidaktahuan
hukum, namun lebih berorientasi pada keuntungan yang didapat.
c. Hasil Tabel Komparatif
Hasil tabel komparatif dibawah ini menunjukkan perbandingan antara
gurandil cetek (kecil), gurandil biasa (sedang) dan gurandil tong (besar)
1. Jumlah Gurandil dalam Penelitian
Berdasarkan penyebaran kuesioner yang telah dilakukan maka terpilih
40 orang gurandil sebagai objek penelitian ini dengan jumlah dan
persentase berbeda dari masing-masing kategori gurandil.
Tabel 4.21
Jumlah dan Persentase Gurandil
Keterangan Jumlah
Orang Persentase
Gurandil Cetek 28 70%
Gurandil Biasa 7 17,5%
Gurandil Tong 5 12,5%
Total 40 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
2. Pendidikan Terakhir Gurandil dalam Penelitian
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir
yang paling mendominasi gurandil adalah pada tingkat SMP dengan
persentase keterlibatan sebesar 50% yang berada pada kategori gurandil
cetek dan 10% lainnya berada pada kategori gurandil biasa. Sementara
sisanya pada tingkat pendidikan terakhir SD hanya diisi oleh gurandil
cetek dengan persentase keterlibatan sebesar 12,5% dan tingkat
pendidikan terakhir SMA diisi oleh gurandil kategori cetek sebesar
2,5%, gurandil biasa sebesar 7,5% dan gurandil tong sebesar 17,5%.
63
Tabel 4.22
Persentase Pendidikan Terakhir Gurandil
Pendidikan Gurandil Cetek Gurandil Biasa Gurandil Tong
SD 12,5% - -
SMP/ Sederajat 50% 10% -
SMA/ Sederajat 2,5% 7,5% 17,5%
Total 65% 17,5% 17,5%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
3. Pendapatan Rata-rata Perbulan Gurandil dalam Penelitian
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa pendapatan rata-rata perbulan
yang didapatkan oleh ke tiga kategori gurandil, gurandil cetek, gurandil
biasa dan gurandil tong memiliki besaran atau persentase yang berbeda.
Terdapat 37,5% gurandil cetek yang memiliki pendapatan rata-rata
perbulan sebesar <Rp. 2.000.000 dan sisanya dalam kategori gurandil
yang sama sebesar Rp. 2.000.000-Rp. 5.000.000 dengan persentase
10%. Kemudian terdapat 25% gurandil biasa yang memiliki pendapatan
rata-rata perbulan sebesar Rp. 5.000.000-Rp. 8.000.000, dan tidak
ditemukan besaran pendapatan selain angka tersebut dalam jawaban
responden gurandil biasa. Selanjutnya terdapat 22,5% gurandil tong
yang memiliki pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 8.000.000-
Rp.11.000.000 dan >Rp.11.000.000 dengan persentase 5%.
Tabel 4.23
Persentase Pendapatan Rata-rata Perbulan Gurandil
Pendapatan rata-rata
perbulan
Gurandil
Cetek
Gurandil
Biasa
Gurandil
Tong
<Rp. 2.000.000 37,5% - -
Rp.2.000.000-Rp. 5.000.000 10% - -
Rp.5.000.000-Rp. 8.000.000 - 25% -
Rp.8.000.000-Rp. 11.000.000 - - 22,5%
64
>Rp. 11.000.000 - - 5%
Total 47,5% 25% 27,5%
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
d. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank
Uji korelasi spearman rank dilakukan untuk mengetahui keterhubungan
antar variable penelitian dari data katgorik dan berskala ordinal.
Tabel 4.24
Hasil Uji Korealsi Spearman Rank Antar Variabel
Hubungan Koefisien Korelasi Kategori
Tingkat Faktor
Pendorong (X1) dengan
Kesejahteraan Gurandil
(Y)
0,887 Sangat Kuat
Tingkat Aktivitas PETI
(X2) dengan
Kesejahteraan Gurandil
(Y)
0,970 Sangat Kuat
Sumber : Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara tingkat faktor
pendorong munculnya gurandil (X1) dengan kesejahteraan gurandil (Y) memiliki
koefisien korelasi sebesar 0,887 yang menandakan adanya hubungan yang sangat
kuat antara dua variabel tersebut. Selanjutnya hubungan antara tingkat aktivitas
PETI (X2) dengan tingkat kesejahteraan gurandil (Y) menunjukkan koefisien
korelasi sebesar 0,970 yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat.
Berdasarkan hasil korelasi spearman rank antara tingkat faktor pendorong
munculnya gurandil dengan tingkat kesejahteraan gurandil menunjukkan hubungan
yang sangat kuat pula. Hal ini dikarenakan dengan adanya dorongan yang semakin
65
meningkat otomatis akan meningkatkan kegiatan penambangan yang kemudian
meningkatkan pula kesejahteraan gurandil.
Kemudian hubungan yang sangat kuat juga ditunjukkan oleh variabel
tingkat aktivitas PETI dengan kesejahteraan gurandil. Hal ini dikarenakan dengan
adanya peningkatan aktivitas PETI seperti misalnya jam kerja, peralatan, dan
penambahan modal akan meningkatkan pula produksi tambang yang akan
menaikkan pendapatan gurandil sehingga dapat memenuhi kebutuhannya demi
mencapai kesejahteraan. Seperti yang dikemukakan oleh Todaro (2003:235) yang
menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan keuangan atau pendapatan akan
meningkatkan kesejahteraan pula.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman rank yang telah dilakukan dapat
disimpulkan secara umum bahwa variable tingkat faktor pendorong, tingkat
aktivitas PETI dengan kesejahteraan gurandil memiliki hubungan yang sangat kuat
dan saling berkesinambungan. Dimana faktor ekonomi dan pendapatan masih
menjadi tolak ukur utama dalam menentukan kesejahteraan keluarga.
66
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang didapat dari penelitian,
diperoleh kesimpulan yang dapat diambil mengenai tingkat faktor pendorong
munculnya gurandil, tingkat aktivitas PETI dengan tingkat kesejahteraan gurandil
di Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut.
a. Diketahui hubungan antara tingkat faktor pendorong munculnya gurandil
(X1) dengan kesejahteraan gurandil (Y) memiliki koefisien korelasi sebesar
0,887 yang menandakan adanya hubungan yang sangat kuat antara dua
variabel tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya dorongan yang
semakin meningkat otomatis akan meningkatkan kegiatan penambangan
yang kemudian meningkatkan pula kesejahteraan gurandil.
b. Selanjutnya hubungan antara tingkat aktivitas PETI (X2) dengan tingkat
kesejahteraan gurandil (Y) menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,970
yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan
dengan adanya peningkatan aktivitas PETI seperti misalnya jam kerja,
peralatan, dan penambahan modal akan meningkatkan pula produksi
tambang yang akan menaikkan pendapatan gurandil sehingga dapat
memenuhi kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyadari masih
adanya kekurangan-kekurangan yang dapat disempurnakan oleh penelitian
selanjutnya di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis mengajukan saran teoritis
dan praktis untuk dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya serta
dijadikan bahan pertimbangan bagi stakeholder dalam pengambilan kebijakan.
67
1. Saran Teoritis
a. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah cakupan
objek penelitian agar dapat memperlihatkan hasil penelitian yang
beragam
b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat dan mewakili
populasi secara tepat
c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah item
pertanyaan atau pernyataan dalam setiap indicator sehingga dapat
mewakili dimensi dari tiap variable yang mungkin belum tercakup
dalam penelitian ini
2. Saran Praktis
a. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat faktor
pendorong munculnya gurandil yakni faktor ekonomi, sosial dan
hukum yang lemah berpengaruh sangat kuat terhadap tingkat
aktivitas masyarakat untuk melakukan penambangan emas tanpa
izin, maka dari itu, diharapkan pemerintah atau stakeholder dapat
membuat regulasi hukum atau kebijakan yang tepat untuk dapat
mengatasi permasalahan PETI ini dari akarnya tanpa merugikan
pihak manapun
b. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat lebih memilih
menjadi gurandil dan meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena
dianggap lebih menguntungkan. Namun demikian dengan adanya
aktivitas PETI, masyarakat diharapkan untuk dapat lebih peduli
terhadap keadaan lingkungan, tidak hanya berorientasi pada
keuntungan semata tetapi juga mempertimbangkan resiko-resiko
lainnya
68
DAFTAR PUSTAKA
Anjami, Trismia. 2017. Dampak Sosial Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di
Desa Sungai Sorik Kec. Kuantan Hilir Kab. Kuantan Singingi. Jurnal Ilmu
Sosial Vol. 4 No. 2 : Universitas Riau
Astuti, Wira Fuji. 2017. Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin
Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil. Jurnal SKPM Vol.1
No.3: Institut Pertanian Bogor
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Hlm 151-
198
Eriyati dan Yani Iyan, Rita. 2011. Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Penambangan Emas Liar di Desa Kebun Lado Kec. Singingi Kab. Kuantan
Singingi. Jurnal Ekonomi Vol. 19 No. 3 : Universitas Riau
Farlan, Edi. Indra dan Humam Hamid, Ahmad. 2016. Dampak Pertambangan Emas
Tradisional Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Gampong
Mersak Kec. Kluet Tengah Kab. Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian Vol. 1 No. 1 : Universitas Syiah Kuala
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta.
PT. Raja Grafindo Persada
https://goldprice.org/data/report/harga-emas-di-indonesia-dalam-kurun-waktu-10-
tahun-terakhir (Diakses 14 Februari 2019)
https://kecamatansukajaya.bogorkab.go.id/desa-cileuksa-profil (Diakses 20
Agustus 2018)
Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Kerlinger, Fred N. 1990. Asas-aasas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Kisdarto. 2002. Administrasi Pemerintah Desa dan Pembangunan. Jakarta: Ghalia
69
Indonesia
Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Natalia, Dina dan Sitompul, Marlinang. 2011. Dampak Penambangan Emas
Terhadap Lingkungan di Desa Widodaren Kec. Sinunukan Kab. Mandailing
Natal. Jurnal Ilmu Sosial : Universitasa Negeri Medan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 tentang Pengelolaan dan Penguasaan
Sumberdaya Alam
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara
Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Impilkasinya Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti Kec.
Empat Nagari Kab. Sijunjung. Artikel: Program Studi Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan Program Pascasarjana: Universitas Andalas
Riduwan. 2017. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Salim HS. 2006. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Tuaputy, U. Selvi. Puti, Intan Kumala dan Anna. Eksternalitas Pertambangan
Emas Rakyat di Kab. Buru Maluku. Jurnal Ekonomi Pertanian, Sumberdaya
dan Lingkungan
Willybrodus dan Chang, William. 2013. Dampak Ekononomis Penambangan Emas
Bagi Masyarakat Mandor, Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah Nasional
Terakreditasi Masyarakat Indonesia Edisi 38 No.1
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
No. Kuesioner
Hari, Tanggal observasi
Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian yang saya lakukan dengan judul “Dampak Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa
Izin Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Gurandil di Desa Cileuksa, Kabupaten
Bogor”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil dengan tingkat aktivitas PETI
2. Hubungan antara faktor pendorong munculnya gurandil dengan tingkat kesejahteraan
gurandil
3. Hubungan antara tingkat aktivitas PETI dengan tingkat kesejahteraan gurandil
Jawaban dan identitas responden akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk
disebarluaskan, serta semata-mata digunakan untuk penelitian akademik. Dalam kuesioner
ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apabila responden menemukan kesulitan
dalam proses pengisian kuesioner ini, responden dapat mengkomunikasikannya langsung
dengan peneliti. Mohon dipastikan semua pertanyaan sudah dijawab, sehingga kuesioner
bisa diolah lebih lanjut.
Atas partisipasi dan kesediaannya, saya mengucapkan banyak terima kasih, semoga
penelitian ini
bermanfaat.
Hormat Saya,
Alfiani Rizqoh
72
Isilah identitas anda dengan lengkap
BAGIAN I
DATA RESPONDEN
B. Identitas Responden
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
Usia : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : 1. SD
2. SMP/ Sederajat
3. SMA/ Sederajat
4. Lainnya
Pekerjaan Sebelum Menjadi Gurandil : 1. Petani
2. Pedagang
3. Buruh/ Karyawan swasta
4. Lainnya
Lama Bekerja Sebagai Gurandil : ……… tahun
Pendapatan Rata2 Per bulan : 1. < Rp. 2.000.000
2. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000
3. Rp. 5.000.000 – Rp. 8.000.000
4. Rp. 8.000.000 – Rp. 11.000.000
5. > Rp. 11.000.000
BAGIAN II
Kuesioner di bawah ini berisi sejumlah pilihan dan pertanyaan, sebelum anda
mengisi pertanyaan-pertanyaan tersebut, mohon dibaca dan dipahami dengan
seksama terlebih dahulu. Kemudian berikan tanda check list (√) pada satu kolom atau
pilihan sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
73
A. Pernyataan Faktor Pendorong (X1)
B. Pernyataan Aktivitas PETI (X2)
C. Pernyataan Kesejahteraan (Y)
NO PERNYATAAN SS S KS TS
1
Sebagai penambang emas merupakan pekerjaan
utama saya
2 Saya mengenyam bangku pendidikan (wajib belajar)
3
Kegiatan penambangan ini berdampak terhadap
kerusakan lingkungan
4
Kegiatan penambangan ini merupakan kegiatan yang
melanggar hokum
5
Pernah ada himbauan dari pemerintah tentang
kegiatan ini
6
Kegiatan penambangan ini pernah ditutup oleh
pemerintah
NO PERNYATAAN SS S KS TS
1 Lama bekerja sebagai gurandil lebih dari 10 tahun
2 Frekuensi bekerja kurang dari 5 hari per minggu
3 Memiliki mesin dompeng dan lahan milik sendiri
4
Tinggal secara permanen di wilayah desa
pertambangan
5 Memiliki alat keselamatan kerja yang memadai
6
Memiliki modal materi sendiri tanpa pinjaman untuk
menjalankan usaha
NO PERNYATAAN SS S KS TS
1
Setiap anggota keluarga memiliki jaminan kesehatan
(BPJS) atau asuransi
2
Memperhatikan kombinasi asupan makanan
(kombinasi protein, karbohidrat, sayur, buah dan
susu)
3
Seluruh anggota keluarga mengenyam bangku
pendidikan (wajib belajar)
4
Memiliki kendaraan bermotor yang dapat menunjang
pekerjaannya
74
5 Memiliki rumah berdinding permanen
6
Memiliki fasilitas MCK sendiri dengan kondisi layak
pakai
75
Lampiran 2 Data Mentah Hasil Kuesioner Penelitian
1. Variabel Faktor Pendorong (X1)
No Responden
1 2 3 4 5 6 Total
1 4 3 3 3 3 2 18
2 4 3 3 3 2 1 16
3 3 3 3 3 2 2 16
4 4 3 3 3 3 2 18
5 3 3 3 3 2 1 15
6 3 3 3 3 2 1 15
7 3 3 3 3 2 2 16
8 4 3 3 3 2 2 17
9 4 3 3 3 2 3 18
10 3 3 3 3 2 3 17
11 2 3 2 2 2 1 12
12 2 3 2 2 2 1 12
13 3 3 2 2 2 2 14
14 2 3 2 2 3 2 14
15 2 3 2 2 2 2 13
16 2 3 2 2 2 1 12
17 3 3 2 2 3 1 14
18 3 3 2 2 3 1 14
19 2 3 2 2 3 2 14
20 2 3 3 2 2 2 14
21 3 3 3 3 3 1 16
22 3 3 3 2 3 2 16
23 3 3 3 2 3 2 16
24 3 3 2 3 2 1 14
25 3 3 2 3 2 1 14
26 4 4 3 3 2 1 17
27 3 4 3 3 3 1 17
28 4 4 3 3 2 2 18
29 4 4 3 2 2 2 17
30 4 4 2 2 3 2 17
31 4 4 2 2 2 2 16
32 3 4 2 2 2 1 14
33 3 4 3 2 2 1 15
34 4 4 3 3 2 1 17
35 3 4 3 3 3 1 17
36 4 4 2 3 3 2 18
37 4 4 2 3 3 2 18
38 3 4 3 2 2 1 15
76
39 3 4 3 2 2 1 15
40 3 4 3 3 2 1 16
77
2. Variabel Tingkat Aktivitas PETI (X2)
No Responden 1 2 3 4 5 6 Total
1 4 4 3 3 4 3 21
2 4 3 3 3 3 4 20
3 4 3 3 3 4 4 21
4 3 4 2 3 4 4 20
5 4 4 3 4 4 3 22
6 4 4 3 4 3 3 21
7 4 3 4 3 3 4 21
8 3 4 4 3 4 4 22
9 3 3 3 2 4 3 18
10 3 4 3 4 4 3 21
11 3 2 2 2 3 2 14
12 3 2 2 2 3 2 14
13 3 3 2 3 3 3 17
14 4 3 3 3 2 3 18
15 4 3 3 2 2 2 16
16 3 3 3 2 3 3 17
17 3 2 3 3 3 3 17
18 3 2 2 3 2 3 15
19 4 3 3 3 2 2 17
20 4 3 4 2 3 2 18
21 3 2 3 2 3 2 15
22 3 2 3 3 3 3 17
23 3 2 2 3 2 3 15
24 4 2 3 3 2 3 17
25 4 2 3 3 2 2 16
26 3 2 1 1 2 1 10
27 3 2 1 1 2 1 10
28 3 2 1 2 2 1 11
29 2 2 1 2 1 1 9
30 3 1 2 2 1 2 11
31 3 1 2 1 2 2 11
32 2 3 2 1 2 1 11
33 2 3 1 1 2 1 10
34 3 3 1 2 2 2 13
35 3 2 1 1 2 2 11
36 3 2 2 1 3 2 13
37 3 2 1 1 3 1 11
38 3 2 1 2 2 1 11
39 3 2 2 2 2 1 12
40 3 2 2 2 2 1 12
78
3. Variabel Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)
No Responden 1 2 3 4 5 6 Total
1 3 3 3 4 4 3 20
2 3 2 3 3 4 3 18
3 3 3 2 4 4 2 18
4 2 3 3 3 3 3 17
5 2 3 3 3 3 3 17
6 2 3 2 4 4 2 17
7 3 2 2 4 4 2 17
8 3 2 3 4 3 3 18
9 3 4 3 4 4 3 21
10 2 3 3 3 4 3 18
11 2 2 2 2 2 3 13
12 3 3 2 3 2 2 15
13 2 2 2 2 2 3 13
14 2 2 3 3 2 3 15
15 2 2 3 3 2 3 15
16 3 2 3 2 1 4 15
17 3 2 2 2 1 3 13
18 3 3 2 3 2 3 16
19 2 3 2 3 3 3 16
20 2 3 3 3 3 3 17
21 2 2 2 3 3 2 14
22 2 2 2 3 2 2 13
23 2 2 2 3 2 3 14
24 2 3 2 2 2 3 14
25 3 3 2 2 2 3 15
26 1 1 1 2 2 2 9
27 2 1 2 2 1 2 10
28 2 1 2 2 2 2 11
29 1 2 1 1 2 2 9
30 1 2 1 2 2 1 9
31 1 2 1 2 2 1 9
32 2 2 1 2 1 2 10
33 2 1 1 1 2 2 9
34 1 1 1 1 2 2 8
35 1 1 2 1 2 2 9
36 1 2 2 1 2 2 10
37 1 2 2 2 2 1 10
38 1 2 1 2 1 2 9
39 1 2 1 2 2 2 10
40 1 1 1 2 2 1 8
79
Lampiran 3 Hasil Uji SPSS
1. Uji Validitas Tingkat Faktor Pendorong (X1)
80
2. Uji Validitas Tingkat Aktivitas PETI (X2)
81
3. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)
82
Lampiran 4 Hasil Uji SPSS
1. Uji Reliabilitas Tingkat Faktor Pendorong (X1)
2. Uji Reliabilitas Tingkat Aktivitas PETI (X2)
3. Uji Reliabilitas Tingkat Kesejahteraan Gurandil (Y)
83
Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)
5. Pendapatan perbulan dengan tingkat kesejahteraan gurandil
84
6. Usia responden dengan tingkat aktivitas PETI
85
7. Jenis kelamin dengan tingkat aktivitas PETI
86
8. Tingkat pendidikan terakhir dengan faktor pendorong munculnya gurandil
87
Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank
88
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Kondisi Tempat Tinggal Gurandil Cetek
Aktivitas Penambangan Emas Gurandil Cetek
Wawancara dan Pengisian Kuesioner oleh Responden Gurandil
top related