deskripsi pertunjukan musik blues di medan di …mendominasi di kota medan adalah musik rock dan...
Post on 12-Feb-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI DALAM
KOMUNITAS MEDAN BLUES SOCIETY
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : ALBERT HFE SIAHAAN
NIM : 130707080
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2018
DESKRIPSI PERTUNJUKAN MUSIK BLUES DI MEDAN DI DALAM
KOMUNITAS MEDAN BLUES SOCIETY
OLEH:
NAMA : ALBERT HFE SIAHAAN
NIM : 130707080
DosenPembimbing I, DosenPembimbing II,
Drs. Irwansyah, M.A. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si.
NIP.196212211997031001 NIP.195804021987031003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2018
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk
melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin
Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada Tanggal : 18 JULI 2018
Hari : SENIN
Dr. Budi Agustono, M.S.
NIP. 196008051987031001
Panitia Ujian : TandaTangan
1. Drs. Irwansyah, M.A. ( )
2. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si. ( )
3. Drs. BebasSembiring M. Si ( )
4. Drs. KumaloTarigan, M.A. ( )
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
ArifniNetrirosa, SST., M.A.
NIP 196502191994032002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 23 APRIL 2018
ALBERT HFE SIAHAAN
130707080
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan keberadaan
musik Blues di kota Medan. Dan sebagai referensi tentang musik Blues. Metode
dalam penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dimana data
tersebut di teliti melalui wawancara, pengumpulan data, dalam bentuk buku, karya
tulis ilmiah maupun elektronik yang bahan materinya berdasarkan topik dari
penelitian. Penelitian ini memilih lokasi di Kafe Kaleng Jl. Jamin Ginting gang
Senina Padang Bulan No. 11 Medan. Dalam melancarkan penelitian penulis
menggunakan teori wighted scale. Diharapkan penelitian ini nantinya dapat
membantu komunitas-komunitas musik Blues di kota medan agar lebh
berkembang dan mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Populasi yang di
ambil dalam penelitian ini adalah pelaku musik dan penikmat dalam komunitas
Medan Blues Society serta informan yang berhubungan untuk menjadi kajian
dalam penelitian ini. Setelah dilihat, ditemukan hasil bahwa perkembangan musik
Blues di kota medan di mulai dari tahun 2000an dikarenakan musik yang sangat
mendominasi di kota Medan adalah musik Rock dan keberadaan musik Blues
dalam komunitas Medan Blues Society di kota Medan benar-benar ada dan masih
aktif sampai saat ini, walaupun sudah berganti nama dan kepengurusannya,
komunitas ini selalu mengadakan berbagai acara rutin sebulan sekali. Dalam hal
ini ketua dari komunitas diambil sebagai sampel penelitian untuk skripsi ini di
karenakan beliau adalah orang yang paling senior dan berpengaruh pada musik
Blues di kota Medan.
Kata kunci: Blues, Medan Blues Society, Pentatonic Blues, Medan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat
dan anugerahnya yang begitu besar yang telah memberi petunjuk dan menyertai
hidup penulis, serta memberi kekuatan dan pengertian dalam penyelesaian skripsi
ini.
Skripsi ini berjudul “Deskripsi Pertunjukan Musik Blues Di Dalam
Komunitas Medan Blues Society”, skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan atau penyusunan skripsi ini. Dan juga tidak luput dari kebosanan dan
jenuh yang penulis rasakan. Namun dengan adanya dorongan dari orang – orang
sekitar penulis maka penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasihyang tak terhingga
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, sebagai rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A., selaku ketua Program Studi
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
iii
4. Bapak Drs, Bebas Sembiring, M.Si, selaku sekretaris Program Studi
Etnomusikologi, Fakutas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan nasehat kepada penulis dalam masa perkuliahan,
sangat banyak nasehat dan pengalaman hidup yang penulis peroleh dari
beliau semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan kesehatan.
6. Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan arahan kepada penulis, dan saran – saran yang
sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,
Ph.D., Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Ibu Dra. Frida Deliana,
M.Si, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A.
Ph.D., Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, Bapak Drs. Setia
Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs Fadlin, M.A. yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis setelah bertahun – tahun
mengikuti perkuliahan. Semoga doa dari Bapak dan Ibu Dosen menyertai
Penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang di terima ke tengah –
tengah masyarakat nantinya.
8. Secara khusus, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya buat kedua orang tua yang penulis
hormati dan sayangi yaitu Bapak Ariondo Siahaan dan Ibu Elfi Zahara.
Terima kasih atas segala doa, ketabahan, kasih sayang, kerja keras,
semangat, dukungan moral dan material yang diberikan kepada penulis
iv
selama ini sampai penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Fakultas
Ilmu Budaya jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara. Terima
kasih semoga selalu diberi kesehatan dan murah rezeki oleh Tuhan yang
Maha Esa.
9. Terima kasih penulis ucapkan kepada kakak Nirwana Tampubolon buat
segala motivasi, bantuan, dorongan, serta doa yang kakak berikan,
sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan ini.
10. Terima kasih kepada abang Beng Handoko dan semua anggota Medan
Blues Society selaku informan penulis. Terima kasih buat segala informasi
yang sudah penulis terima sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
11. Teman – teman dari studio Musik B-three. Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa berkenan memberikan balasan yang setimpal bagi mereka
semua. Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di era globalisasi ini,
dan menjadi suatu bahan penelitian selanjutnya yang relevan.
Medan, 2018
Penulis
Albert H F E Siahaan
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ......................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
1.4 Konsep dan Kerangka Teori.............................................................. 5
1.4.1 Konsep .................................................................................... 5
1.4.2 Kerangka Teori ....................................................................... 8
1.5 Metode Penelitian.............................................................................. 12
1.5.1 Studi Kepustakaan .................................................................. 14
1.5.2 Studi Lapangan ....................................................................... 14
1.5.2.1 Observasi....................................................................... 15
1.5.2.2 Wawancara .................................................................... 16
1.5.2.3 Perekaman ..................................................................... 16
1.5.3 Kerja laboratorium .................................................................. 16
1.6 Lokasi Penelitian ............................................................................... 17
BAB II GENRE BLUES
2.1 Sejarah Awal Musik Blues ................................................................ 18
2.2 Asal Musik Blues dan Gambaran Umum Musik Blues .................... 20
2.2.1 Asal Musik Blues ................................................................... 20
2.2.2 Gambaran Umum Musik Blues ............................................. 22
2.3 Masuknya Musik Blues ke Medan Dalam Konteks Indonesia ......... 24
2.3.1 Masuknya Musik Blues Ke Indonesia………………………. 24
2.3.2 Masuknya Musik Blues Ke Medan………………………….. 26
BAB III MUSIK BLUES DI MEDAN DAN KEBERADAAN KOMUNITAS
MUSIK BLUES DI KOTA MEDAN 3.1 Musik Blues Di Medan ..................................................................... 28
3.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ............................................... 29
3.1.2 Keberadaan Musik Blues Di Medan ....................................... 30
3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Musik Blues Di Medan ............ 31
3.1.3.1 Teknologi dan Media Masa .......................................... 32
3.1.3.2 Remaja………………………………………………… 33
3.1.3.3 Studio Musik………………………………………….. 33
3.1.3.4 Pertunjukan Musik……………………………………. 34
3.2 Keberadaan Komunitas Musik Blues di Kota Medan ....................... 36
3.2.1 Lahirnya Komunitas Musik Blues Kota Medan ..................... 36
3.2.2 Perkembangan Komunitas Musik Blues di Medan ................. 38
vi
BAB IV KARAKTERISTIK MUSIK BLUES DI DALAM KOMUNITAS
MEDAN BLUES SOCIETY
4.1 Karakteristik Musik Blues................................................................. 44
4.1.1 Birama ..................................................................................... 44
4.1.2 Tangga Nada Blues (Scale Pentatonic Blues) ......................... 47
4.2 Instrumentasi dalam musik Blues ..................................................... 48
4.3 Instrumentasi musik Blues dalam komunitas MBS .......................... 49
4.4 Metode pembelajaran musik Blues ................................................... 50
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 61
5.2 Saran .................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 63
DAFTAR INFORMAN……………………………………………… 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan Musik Blues di Medan tidaklah begitu marak jika
dibandingkan dengan aliran-aliran musik lain. Daerah Medan sendiri masih sangat
melekat dengan jenis musik etnis, pop, metal, underground, dan dangdut
sehubungan karena pengaruh aliran musik tersebut sangatlah universal. Beda
halnya dengan aliran musik Blues.
Berdasarkan hal tersebut, jika berbicara tentang perkembangan Musik
Blues di kota Medan, erat hubungannya dengan komunitas musik Blues yaitu
Medan Blues Society atau yang dikenal dengan singkatan MBS. Sebelum MBS
pernah juga hadir Blues Brother Community (BBC) tetapi tidak berjalan dengan
lama. Bluesman pada BBC kemudian sepakat kembali untuk membentuk
komunitas baru yaitu MBS.
Medan Blues Society (MBS) adalah satu-satunya komunitas musik yang
beraliran Blues di Medan, Sumatera Utara, ditengah-tengah maraknya komunitas
musik beraliran lain.
Sejarah terbentuknya MBS berawal dari grup facebook, dimana Zul Fahmi
Pasaribu adalah pendiri utama yang juga merangkap sebagai Sekretaris MBS pada
periode tahun jabatan 2011 - 2015. Dedikasi Zul Fahmi terhadap dunia musik
selain kecintaannya terhadap Musik Blues, ia juga menumpahkannya dengan
menjadi Gitaris Band “Rockin Harmonic”, beraliran Rock Classic. Dengan
dipelopori oleh Beliau, Warung Nenek Ringroad, Medan menjadi tempat
2
pertemuan pertama yang dihadiri para musisi dari berbagai daerah untuk
menyepakati acara launcing berdirinya komunitas MBS. Hasil dari rapat para
musisi tersebut maka pada tanggal 08 Juli 2011, bertempat di Pitu Café, Medan
adalah hari lahirnya Medan Blues Society.
Visi dan Misi MBS berlandaskan charity yaitu komunitas non provit,
terbukti dengan aktivitas komunitas ini sejak tahun 2011 sampai sekarang sering
mengadakan event yang bertujuan hanya untuk menambah pengetahuan antar
musisi Medan tentang musik Blues dimana para peserta event tidak dipungut
biaya apapun. Kebersamaan para anggota dan wadah sejiwa yang berpedoman
pada kesederhanaan menjadikan MBS setiap tahunnya aktif mengadakan event
musik Blues. Pada tahun 2011 – 2013, MBS merupakan satu – satunya homeband
di Pitu Café Medan, aktivitas mereka konsisten mengadakan “Blues Night” setiap
bulan. Tahun 2014 MBS pun melebarkan sayapnya dengan perform di berbagai
café di Medan. Tidak berhenti di daerah Medan Kota saja, pada tahun 2015, MBS
pun menyemarakkan Musik Blues ke berbagai daerah di Sumatera Utara,
diantaranya perform di Roys Pub – Kabupaten Samosir, tahun 2016 di Bukit
Lawang, Binjai-Sumatera Utara. Antusias MBS tetap bertahan sampai saat ini
dengan menjadi homeband di Rock Café dimana aktivitas terakhir mereka pada
tanggal 16 - 17 Agustus 2017 guna menyambut Hut Kemerdekaan Ri Ke – 72,
mereka pun mengadakan acara Blues Night yang sukses dihadiri banyak musisi
Medan maupun Luar Daerah.
Sistem keanggotaan MBS tidak terstruktur secara formal, untuk hal – hal
yang berhubungan dengan event biasanya hanya diwakilkan oleh Ketua komunitas
sebagai “front liner” sehubungan karena seluruh anggota komunitas ini secara
3
sukarela bertanggung jawab bersama dalam setiap aktivitas atau event yang
diadakan MBS.
Aliran Blues di MBS diwarnai jenis musik White Blues dan Black Blues.
Hal ini dikarenakan musisi Blues atau Bluesman di MBS terdiri dari remaja dan
orangtua yaitu dengan range usia 19 tahun – 50 tahun. Bluesman MBS sendiri
banyak terinspirasi oleh musisi – musisi handal Indonesia maupun Dunia. Sebut
saja nama nama seperti Gugun Blues, John Mayer dari White Blues dan BB King,
Eric Clapton, Jimmy Hendrix (Black Blues).
Sampai saat ini MBS masih tetap exsist dan mendapatkan respon positif
dari kalangan musisi pada khususnya, MBS berpedoman akan selalu mengenalkan
musik Blues bagi kalangan masyarakat Medan, pada umumnya.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka pokok
permasalahan yang menjadi kajian tulisan ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan musik Blues di kota Medan.
2. Bagaimana keberadaan komunitas Medan Blues Society di kota Medan.
3. Bagaimana pertunjukan musik Blues di komunitas Medan Blues Society
4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mantle Hood dalam musik, the unknown mengatakan bahwa salah satu
tujuan studi Etnomusikologi adalah “ mempelajari musik semua bangsa-bangsa
non-Eropa dan meliputi musik-musik suku bangsa, musik rakyat, dan musik
popular dari dunia Barat, dan hasil cangkokan dari musik-musik tersebut “
(1963:217).
Berdasarkan alasan diatas, penelitian yang penulis lakukan merupakan
salah satu bagian dari kajian dalam bidang Etnomusikologi. Adapun tujuan yang
ingin dicapai penulis dalam tulisan ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan musik Blues dari segi musikal dan pertunjukannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan grup musik beraliran Blues di
kota Medan.
3. Untuk mengetahui teknik permainan Blues
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi di jurusan
Etnomusikologi, tentang salah satu musik populer yang berkembang di
kota Medan.
5
2. Dapat dijadikan data untuk bahan penulisan selanjutnya tentang musik
Blues.
3. Melalui hasil penelitian ini penulis dan pembaca akan mengetahui apa itu
musik Blues dan bagaimana perkembangan grup musik Blues di kota
Medan.
1.4 Konsep dan Kerangka Teori
1.4.1 Konsep
Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah system
pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu
masyarakat, masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam musik yang
berbeda dengan suku lain.
Deskriptif, menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah
menggambarkan apaadanya. Kata “deskriptif” berasal dari bahasa Inggris yaitu
“deskriptive” yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan
gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan,
penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara
tulisan maupun lisan dengan sedetail-detailnya. Berdasarkan kedua kutipan
diatas, deskriptif yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bersifat menyatakan dan
menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara jelas
mengenai musik, kegiatan dan penampilan komunitas musik blues di kota Medan.
Seni pertinjukan Indonesia memiliki ciri yang istimewa. Ia adalah sosok
seni pertunjukan yang bersifat sangat lentur. Ia memiliki sifat yang demikian
6
karena lingkungan masyarakatnya selalu berada pada suatu kurun waktu tertentu,
mapan, dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu tradisi
(Umar Kayam, 2003:3).
Menurut Sal Murgiyanto (1996:156), pertunjukan adalah sebuah
komunikasi yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa
tanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah
tradisi seperti yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku
yang khas. Komunikasi akan terjadi jika pengirim pesan (pelaku pertunjukan)
benar-benar mempunyai maksud (intention) dan penonton memiliki perhatian
(attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan
harus ada pemain (performer) penonton (audience), pesan yang dikirim dan cara
penyampaian yang khas. Melihat konsep di atas, berbagai pertunjukan Coconut
Head dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan dimana dalam pertunjukannya
ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian pesan yang
khas.
Pada situs http//id.wikipedia/org.wiki/komunitas dituliskan komunitas
berasal dari bahasa latin yaitu ”communitas” yang berarti ”kesamaan” kemudian
dapat diturukan dari communis yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua
atau banyak”. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam
komunitas manusia individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, preperensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi
lain yang serupa.
7
Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan
kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan
norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam
bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas,
baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) musik adalah ilmu
atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan
dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyi itu).
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwasanya musik dapat juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya
orang mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian
atau suara. Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung
bagaimana orang memainkannya serta menikmatinya.
Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang
dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara)
adalah elemen musik paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi
dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan
suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan
karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama
8
akan menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara
irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni.
“Blues” adalah musik yang berasal dari masyarakat Afrika-Amerika di
Deep South Amerika Serikat pada akhir abad ke 19 dari lagu rohani, lagu kerja,
teriakan lapangan (field hollers), dan narasi sederhana berirama balada. Pada
tulisan ini, maksud dari pada Blues adalah merupakan suatu aliran musik yang
berasal dan berkembang di Afrika – Amerika dan aliran musik blues tersebut juga
berkembang pesat di berbagai Negara.
1.4.2 Kerangka Teori
Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang
merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas,
peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi,
baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat
teoritis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa dalam teori didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi,
hubungan logis diantara konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi
yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi.
Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis
dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan
untuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai
produksi dari tingkah laku manusia (the product of behaviour). Hal ini seperti
yang dikatakan oleh Merriam (1964) di dalam bukunya The Antropology of Music
mengatakan bahwa “ The ultimate interest of man is man himself, and music part
9
of what he does and part of what he studies about”. “perhatian manusia yang
utama adalah manusia itu sendiri, dan musik yang termasuk di dalamnya adalah
merupakan bagian yang dikerjakan sebagai dirinya sendiri”.
Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu
aspek yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana
musik blues merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam
berkarya dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan
musik adalah dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata
tingkah laku yang sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni
masyarakatnya.
Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang
bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-
penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan
sesuai dengan tuntutan zaman.
Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian
ini antara lain dalam hal:
-Teori perkembangan musik populer
Untuk membahas bahwa musik blues sebagai salah satu musik populer
yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman,
Nettl mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel,
1998:2) bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang
diorientasikan kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang
10
menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik
seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas
melalui media massa, radio dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser
musik blues dalam hal ini sebagai salah satu sub genre dari musik rock yang
sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar dan media massa
yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
musik blues.
Dalam mendeskripsikan musik blues ini, penulis mengacu pada teori
perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat
sejauh mana perkembangan musik blues sebagai salah satu musik popular yang
berkembang di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures:
Traditional dan Change (1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan,
yaitu modernisasi dan westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses
pengadaptasian yang menonjolkan tampilan dari Barat dengan tujuan untuk
memperluas, dengan tidak menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi
adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya
tempatan atau asli yang menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli
tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik blues di Medan, kedua pola
proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh pemusik dan penikmat
musik blues di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari pola pikir mereka
yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata bukan berasal
dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan prilaku
sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru.
11
Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar
Etnomusikologi (2000:19-20) mengemukakan tentang pluralisme musik yang
hidup berdampingan (pluralistic coexistence of music) dimana pluralisme
kebudayaan biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya
bi- (dua) atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut,
pertama, saling mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru
dan kedua, masing-masing hidup secara berdampingan.
Untuk memperkuat teori bahwa musik blues berkembang di kota-kota
besar dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent
Directions in Ethnomusicology (1992:380,384) mengemukakan tentang fenomena
Ethnomusicology Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum
minoritas dan musik para imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa
gejala urbanisasi memunculkan istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat
bagaimana telah terjadi transformasi kota dalam konteks budaya individu yang
melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan
sejarah awal musik blues yang berasal dari musik Amerika - Afrika, hal inilah
yang terjadi hingga akhirnya musik blues dan perkembangannya terus
berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera
Utara.
Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik
populer menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik
blues, Manuel (1988:3) mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik
hiburan sekuler/duniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan
secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang
12
khusus atau memiliki satu “sistem bintang”, dimana media mempromosikan
pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para
musisi, fashion atau kehidupan pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan
penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa
ingin tahu yang berlebihan dari penggemar terhadap musisi idolanya itu.
Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar
secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour dalam berita-berita
terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan
selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.
1.5 Metode Penelitian
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
perkerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki melalui cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang di tentukan (Moeliono, 2005:649).
Sedangkan penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum (Moeliono, 2005:732).
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif yang bersifat kualitatif. Sesuai dengan apa yang di tawarkan oleh
Bogdan dan Taylor (1975:5), yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
13
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penulis juga menggunakan
metode pengukuran alat-alat, misalnya dengan membuat angket, teknik sampling,
table atau wawancara berstruktur (Tan 1990:251). Angket adalah teknik
pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan
untuk diisi sendiri oleh responden (Soehartono 1995:65). Daftar pertanyaan yang
penulis buat ada yang bersifat pertanyaan bebas (jawaban terbuka) dan
pertanyaan tertutup (jawaban tersedia/pilihan).
Deksriptif menyangkut data yang dikumpulan adalah berupa kata-kata
dan gambar-gambar. Data tersebut antara lain berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, video, dan dokumen lainnya.
Untuk mendukung pada pengumpulan data dalam mengambil segala
permasalahan serta untuk mengaplikasikan metode yang bersifat kualitatif,
penulis akan berpedoman pada disiplin ilmu Etnomusikologi seperti apa yang
telah di ungkapkan oleh Nettl (1964:63), bahwa ada 2 cara kerja Etnomusikologi
yaitu kerja lapangan dan kerja laboratorium. Demikian juga yang dikatakan
Merriam, dimana data dikumpulkan dari lapangan, oleh penyidik pada akhirnya
di analisis di laboratorium hasil dari kedua metode akan dipusatkan kedalam
suatu studi akhir (1964:39).
14
1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan
dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian penulis terlebih
dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literatu atau sumber
bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.
Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari penelitian luar maupun
peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau
Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain
penulis juga menggunakan artikel-artikel yang penulis dapat dari beberapa situs
internet dan buku-buku yang dianggap cukup relevan dengan topik permasalahan
dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut pada analisis deskriptif musikal
dan kebudayaan. Buku-buku tersebut antara lain adalah, Musik Populer, terbitan
Lembaga Pendidikan Musik Nusantara (LPSN) yang di tulis oleh Mauly Purba
dan Ben M Pasaribu, 2006; The Anthropology Of Music, tulisan Alan P Merriam,
1964; pokok-pokok Anthropologi budaya, karya T.O Ihromi, 1987; serta buku-
buku lain yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.
1.5.2 Studi Lapangan
Curt Sachs (1962:16) membagi penelitian etnomusikologis menjadi dua
macam pekerjaan, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja meja (desk work).
Kerja lapangan mengacu pada kegiatan mengumpulkan rekaman-rekaman dan
memperoleh pengalaman tentang kehidupan musikal dari tangan pertama dalam
kebudayaan tertentu.
15
Penelitian lapangan tidak hanya mengumpulkan data berupa rekaman-
rekaman dan catatan. Namun, penelitian lapangan juga merupakan pembentukan
hubungan personal antara peneliti dan masyarakat yang musiknya akan direkam.
Penulis melakukan observasi dan wawancara, dilakukan pula perekaman
terhadap informasi utama, seperti perekaman terhadap pertunjukan musik Blues
dan wawancara terhadap pemusik dan penonton yang didalamnya banyak
menggunakan istilah-istilah atau terminologi setempat dengan menggunakan
teknik pendekatan elisitasi (bertanya langsung ke informan).
1.5.2.1 Observasi
Observasi atau pengamatan dapat berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran dengan menggunakan indra penglihatan yang juga berarti
tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono 1995:69). Untuk
melakukan pengamatan terlibat, penulis berusaha untuk selalu ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang di teliti.
Penulis melakukan penelitian selama empat bulan lebih, dari bulan
februari sampai bulan mei. Selain ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan, penulis juga mengunjungi beberapa event musik Blues yang di gelar
yang menjadi tempat tampilnya grup-grup musik Blues di kota Medan. Dan
kebetulan pula penulis juga terlibat sebagai anggota dari komunitas Blues di kota
Medan. Hal ini sangat membantu penulis dalam mengumpulkan data yang berupa
rekaman pertunjukan dan wawancara terhadap musisi dan audiensnya. Serta
wawancara terhadap pengamat-pengamat musik yang kebetulan juga hadir dalam
kegiatan-kegiatan tersebut.
16
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara menurut Soeharto (1995:67) adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara
(pengumpul data) kepada responden (informan) dan jawaban-jawaban responden
akan dicatat atau direkam dengan alat perekam. Wawancara adalah satu-satunya
teknik yang digunakan untuk memperoleh data tentang kejadian yang tidak dapat
diamati secara langsung. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah
wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview).
1.5.2.3 Perekaman
Merriam (1954: 6) menekankan pentingnya menggunakan perekaman
yang mudah dioperasikan dan dipasang untuk kerja lapangan. Perekaman dapat
memudahkan penulis dalam proses transkripsi dan analisis. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan kamera digital dengan spesifikasi Canon EOS 500D
1.5.3 Kerja Laboratorium
Etnomusikologi bukan hanya sebuah disiplin lapangan, tetapi juga
merupakan disiplin laboratorium. Dalam kerja laboratorium, semua data yang
dikumpulkan oleh penulis akhirnya akan dianalisis dalam laboratorium. Data hasil
wawancara dengan penulis dicatat kembali dan menguraikannya sesuai kebutuhan
tulisan ini.
17
Selanjutnya, data audio-visual yang direkam dalam kerja lapangan
diputar secara berulang-ulang dan ditranskripsikan kemudian dianalisis oleh
penulis yang dibagi berdasarkan kajian dalam tulisan ini yaitu analisis tekstual dan
musikal. Pada dasarnya, kerja laboratorium merupakan proses transkripsi, analisis,
dan penarikan kesimpulan.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Cafe Rockkoffie Jl Amal, No 17
Medan Sunggal No Medan. Pemilihan lokasi ini dikarenakan Komunitas Medan
Blues Society yang akan diteliti yaitu di Cafe Rockkoffie, merupakan tempat
berlangsungnya acara rutin “ Blues Nite “ yang mereka adakan sebulan sekali. Di
dalam melakukan penelitian ini, penulis berinteraksi dan ikut bergabung secara
langsung dengan narasumber untuk memperoleh data secara akurat.
18
BAB II
GENRE BLUES
2.1 Sejarah Awal Musik Blues
Berbicara tentang asal usul musik Blues tidak lepas kaitannya dengan
zaman perbudakaan Eropa. Pada tahun 1800 ada suatu pertunjukan drama di
Eropa bertujuan untuk menyindir oknum – oknum penguasa, termasuk raja,
penguasa daerah, dan lembaga – lembaga yang terkait dengan sistem
pemerintahaan kala itu. Pertunjukan drama itu dinamakan Blue Devils. Blue
Devils yang berarti melankolis dan kesedihan. Istilah “Blues” yang kita kenal saat
ini mengacu kepada pertunjukan tersebut. Penggunaan awal istilah dalam
pengertian ini ditemukan pada George Colman.
Selain itu, ada pula beberapa sumber yang menerangkan bahwa asal usul
musik Blues berawal dari aktivitas para pekerja tambang yang setiap hari
menggunakan kereta tambang (sarana lokomotif yang cara jalannya harus di
pompa). Dari sinilah rhytm/tempo dan ketukan blues itu didapatkan, karena yang
biasa mereka dengar itu suara kereta yang bunyinya, jek, jek jek, jek jek, jek jek.
Pola dan tempo yang teratur itu secara tak sadar menjadi pondasi dari rhytm
Blues, makanya basic pattern untuk Blues kayak bunyi kereta.
Selanjutnya berkembang ketika perbudakan mulai dilarang, kulit hitam
masih diburu, digantung, disiksa. Waktu itu adalah masa yang sangat buram dan
menyedihkan. Sehingga banyak budak-budak yang menyanyikan lagu secara asal
dan terdengar murung, sedih (feel dari Blues) dengan suara yang mengayun sendu
menggunakan satu vocal sebagai ratapan dan hiburan bagi mereka. Blues semakin
19
berkembang menjadi musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas
mantan budak-budak tersebut di AS.
Musik Blues dimulai sebagai “call and response”, bentuk musik yang
dinyanyikan oleh para budak saat bekerja di sawah, blues berkembang menjadi
suatu bentuk di mana “call” adalah gitar dan “response” adalah penyanyi. Secara
tradisional, musik Blues dimainkan dalam 4/4 tempo yang terdiri atas 12 bar,
dengan lirik yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Permainan gitar pada musik
Blues, populer pada abad ke–20. Sebelumnya para musisi Blues sering memakai
banjo selama bertahun – tahun.
Pada awal dekade 60-an Perkembangan instrument musik Blues
melahirkan warna baru seperti Electric Blues, Electric Harmonica Blues, Modern
Acoustic Blues dan Modern Electric Blues. Modern Electic Blues adalah subgenre
Blues yang paling populer hingga saat ini. Dari genre ini lahir puluhan tokoh
musik Blues seperti B.B King, Budy Guy, John Lee Hocker, Johnny Winter, Koko
Taylor, Robert Cray, Taj Mahal, Dave Hole, Tinsley Ellis, Freddie King, Stevie
Ray Vaughan, Kenny Wayne Stepherd, Jeff Back dan Uriah Heep.
Sebelumnya di Negara Amerika lahir warna musik Blues yang berbeda
seperti Chicago Blues (Willie Dixon, Muddy Waters, Koko Tayor), Deta Blues
(Robert Lockwood jr, Robert Johnson), East Cost Blues (John Jackson) dan Texas
Blues (Mike Morgan & The Crawl).
20
2.2 Asal Musik Blues dan Gambaran Umum Musik Blues
2.2.1 Asal Musik Blues
Blues adalah nama yang diberikan untuk kedua bentuk musik dan genre
musik yang diciptakan terutama dalam Masyarakat Afrika-Amerika di Deep South
Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dari lagu rohani , lagu kerja , hollers
lapangan , teriakan, dan narasi sederhana berirama balada.
Akhir abad ke–19, musik Blues mulai mendominasi daerah pinggiran di
bagian Selatan Amerika. Pada tahun 1910 terciptalah istilah “Blues”, kemudian
dilanjutkan pada tahun 1912 Blues pertama kali direkam oleh Hart Wand (Dallas
Blues), lalu diikuti oleh Bo Carter, Blind Lemon Jefferson, Lonnie Johnson,
Tampa Red, Blind Blake. Seiring berkembangnya zaman hingga sekarang, Blues
merupakan sumber awal atau pengaruh besar dari berbagai macam aliran musik
seperti Jazz, Rock, Rock n Roll, Funk, R&B maupun aliran lain yang marak
ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Berdasarkan penelitian Sylviane Diouf (Schomburg Center for Reasearch
in Black Culture, Newyork) Blues memiliki relasi dengan tradisi masyarakat
Muslim di Afrika Barat. Keterkaitan antara Blues Amerika dengan tradisi kaum
Muslim, Diouf memutar 2 (dua) rekaman, yaitu :
1. Rekaman yang berisi lantunan Adzan/panggilan umat Islam untuk
melaksanakan Shalat.
2. Rekaman yang berisi lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di
Delta Mississippi sekitar 100 tahun yang lalu dikenal denagan nama
Levee Camp Holler.
21
Levee Camp Holler bukanlah lagu Blues yang biasa. Lagu itu diciptakan oleh
komunitas kulit hitam Muslim asal Afrika barat yang bekerja di Amerika pasca
perang sipil. Lirik lagu tersebut berisi panggilan Adzan tentang keagungan Allah.
Menurut Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Camp Holler
sangat mirip dengan Adzan, hal ini Diouf menyatakan bahwa kedua hal tersebut
berhubungan satu sama lain.
Disamping berdasarkan penelitian Sylviane Diouf, adapula pendapat yang
memperkuat bahwasanya musik Blues berasal dari kaum Muslim yaitu menurut
para sejarawan sekitar 30% budak dari Afrika barat yang dipekerjakan secara
paksa di Amerika adalah kaum Muslim. Jonathan Curiel menyatakan pengaruh
lain yang diberikan komunitas kulit hitam yang beragama Muslim di Amerika
terhadap musik Blues adalah alat-alat musiknya. Penggunaan alat-alat musik kala
itu dilarang menabuh drum maka budak muslim tersebut menggunakan alat musik
gesek yang dianggap mirip Biola.
Prof Gehard Kubik (Guru besar Etnomusikologi dari Universitas Mainz,
Jerman) menulis sebuah buku tentang relasi musik Blues dengan peradaban Islam
di Afrika Barat dalam bukunya Africa and The Blues (University Press of
Mississippi, 1999), menerangkan gaya vokal kebanyakan penyanyi Blues
menggunakan Melisma, intonasi bergelombang. Gaya vokal seperti itu merupakan
peninggalan masyarakat Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia
Islam sejak abad ke-7 dan 8. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku
kata, sedangkan intonasi bergelombang merupakan rentetan yang beralih dari
Mayor ke skala Minor. Hal itu sangat umum digunakan saat kaum Muslim
melantunkan Adzan dan membaca Alquran. Berkaitan dengan fakta tersebut, Prof
22
Gehard Kubik menegaskan bahwa Blues berakar dari tradisi Islam yang
berkembang di Afrika Barat.
Danielian, Jersey City, New Jersey berpendapat sama dengan para peneliti
diatas bahwasanya musik Blues erat hubungannya dengan para budak Muslim
kulit hitam. Hal ini dinyatakan oleh Danielian dalam pendapatnya yaitu suara
lantunan Adzan dan ayat-ayat Alquran yang biasa dilantunkan para Muslim kulit
hitam di Amerika mengadung musikalitas, yang mengandung unsur genre musik
Blues di dalamnya.
2.2.2 Gambaran Umum Musik Blues
Blues adalah nama bentuk dan genre musik yang berasal dari masyarakat
Afrika-Amerika di Deep South Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 yang
berasal dari lagu rohani, lagu kerja, teriakan lapangan (field hollers), dan narasi
sederhana berirama balada. Ciri-ciri umum musik Blues dapat dilihat dari kord
progresif tertentu dengan 8,12 dan 16 bar akord, menggunakan salah satu skala
melodi dan skema sajak, dinyanyikan atau di tampilkan dengan ataupun tanpa alat
musik, lantunan melodi sebagai komponen utamanya. Komposisi dasar 12 bar
Akord merefleksikan sebuah perkembangan standart harmoni progresif 12 bar
dalam tempo 4/4. Adapula komposisi permainan Blues yang disebut Harmonic
Seventh (internal 7 kord harmoni) yang lebih populer disebut Blues Seven.
Ciri khas lain dari musik Blues dapat dilihat pada alunan Bass dan
Instrumentasi yang digunakan. Syair lagu Blues juga terbilang unik, dimana lagu-
lagu bass klasik menggunakan satu baris lirik yang di ulang sebanyak empat kali
23
sesuai alunan musik. Adapula yang menggunakan struktur AAB di bagian ritme
akhir lirik. Blues juga memiliki sejumlah subgenre, yang populer adalah Delta
Blues, Country Blues, Chicago Blues. Delta Blues adalah gaya permainan Blues
berasal dari daerah Mississipi dan berkembang di Tennesse, Vickburg dan ke
Yazoo River. Alat musik yang dominan biasa digunakan pada genre ini adalah
gitar, harmonika, dan Cigar Box Guitar. Chicago Blues adalah gaya permainan
Blues yang berkembang di Chicago, Illinois. Menggunakan alat musik akustik
gitar dan harmonika. Chicago Blues lahir dari unsur Delta Blues.
Musik Blues sendiri baru benar-benar populer diseluruh dunia setelah
Perang Dunia II, terutama setelah berkembangnya aliran Blues dan Blues. Musik
Blues banyak dipadukan dengan aliran musik lain, misalnya Blues Jazz atau R&B
(Rhytm and Blues) yang merupakan aliran musik pengembangan Blues.
Musik Blues biasanya menggunakan chord pentatonic atau pentatonic
scale. Chord pentatonic atau biasa kita kenal dengan lima nada berasal dari tangga
nada Mayor yang mana tangga nada tersebut mengalami pengurangan nada atau
menghilangkan beberapa nada sehingga nada yang tersisa menjadi pentatonic
(tinggal lima nada). Selain itu ciri khas musik Blues lainnya adalah menggunakan
Blue Note. Blue Note tercipta dari adaptasi tradisi musik Afrika yang pentatonic
terhadap musik diatonis dari Eropa. Blue Note terdiri dari 2 kata yaitu Blue dan
Note kalau di artikan secara harafiah, Blue memiliki artian sedih/murung
sedangkan Note adalah nada, penulis mengambil kesimpulan Blue Note ada warna
melodi yang memiliki unsur kesedihan tingkatan intervalnya 1-1-1/2-1-1/2 dengan
nada ketiga dan keempat menjadi patokan atau nada utama, Bending Note atau
24
nada yang berliuk-liuk menandakan adaptasi pada musik Blues. Musik Blues
terkesan sedih dan melankolis.
2.3 Masuknya musik Blues di Medan dalam konteks Indonesia
2.3.1 Masuknya Musik Blues ke Indonesia
Titik awal masuknya musik Blues di Indonesia di percaya di awali oleh
pahlawan nasional sekaligus komposer besar Indonesia, Ismail Marzuki. Hal ini
disebabkan oleh pada era 30-an lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki mengandung
lantunan Blues. salah satu lagu ciptaan nya adalah “lagu juwita malam” yang
kemudian dinyanyikan ulang oleh grup band slank dengan alunan Blues yang
sangat kental. Diikuti pula oleh seniman legendaris Benyamin sub yang populer
dengan gambang kromong serta pop jenakah beraliran Blues dengan hampir satu
album rekaman Benyamin sub yaitu di era 70-an. Selain Benyamin sub Harry
Rusly juga turut serta mengawali perkembangan musik Blues di Indonesia.
Adapun sejarah musik Blues di Indonesia berbanding lurus dengan lahirnya
komunitas-komunitas yang beraliran Blues seperti Indonesia Blues Assosiation
(INA Blues). INA Blues merupakan pelopor perkembangan Blues baik sebagai
konten maupun komersil di Indonesia. Sejumlah tokoh yang bergabung di INA
Blues diantaranya adalah Kiboud Maulana, Frans Sunito, Tammi Daud, Oding
Nasution, Bambang Wuryanto, Edwin Chaseiro Hoediro.
Seiring perkembangan zaman lahir pula lah komunitas musisi Blues yang
mewakili berbagai daerah di Indonesia seperti Bandung Blues Society (BBS),
Jogja Blues Forum (JBF), Semarang Blues Community (SBC), dan Medan Blues
25
Society (MBS), Bali Blues Island (BBI), dan grup-grup independen seperti Blues
Trio (Gugun Blues Shelter), Rama Satria dan The Electric Mojo’s, Blues Duo
(Endah&raisa), Blues Solo (Adrian Adioetomo).
Musik Blues di Indonesia selalu berkembang dari tahun ke tahun hal ini
dapat dilihat dari aktivitas komunitas-komunitas Blues dan Grup Band independen
kerap kali mengadakan festival Blues baik secara Nasional maupun Internasional.
Pada tahun 2010 Jakarta dengan di gawangi Indonesia Blues Asosiattion
melaksanakan festival musik Blues berskala International dengan di hadiri lebih
dari seratus musisi Blues baik dari dalam maupun luar negeri (Istora Senayan,
Jakarta). Pada tanggal 16 November 2013 masih dengan komunitas yang sama
yaitu Indonesia Blues Asosiattion menggelar festival Blues terbesar di Asia
Tenggara (Istora Senayan, Jakarta). 2014 di adakan Jakarta Blues festival yang
tidak kalah meriahnya dibanding dengan festival pada tahun sebelumnya tetap
menduduki peringkat pertama di kawasan Asia Tenggara. Dengan diadakan
festival demi festival tersebut menjadikan barometer perkembangan musik Blues
di Indonesia di perhitungkan di kawasan Asia Tenggara. Masih di tahun yang
sama, festival musik Blues di Beale Street, Memphis, Tennessee di adakan
kompetisi tahunan musik Blues International ke 30 menjadi ajang pertemuan
musisi-musisi Blues di Dunia, adapun Negara-negara yang bergabung di dalam
nya adalah Amerika, Eropa, Afrika bahkan Asia dan salah satunya adalah Negara
Indonesia. Pada tanggal 26 – 27 Mei 2017 di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Bali
diadakan Bali Blues festival yang merupakan acara tahunan wajib bagi musisi
Blues tanah air. Berdasarkan konsistensi pengadaan festival musik Blues setiap
tahun oleh komunitas Blues tanah air menjadikan benang merah bahwasanya
26
dewasa ini animo masyarakat Indonesia terhadap musik Blues semakin
berkembang pesat.
2.3.2 Masuknya Musik Blues Ke Medan
Pada era 90-an awal Rock menjadi awal masuknya genre musik Blues di
kota Medan. Band yang mengusung genre Blues pada saat itu diantaranya adalah
Sunset dan Summer Blues. Pada tangal 10 Maret tahun 2002 genre musik Blues
berkembang dengan terbentuknya komunitas musik Blues Medan yaitu Blues
Brother Community (BBC). Blues Brother Community (BBC) tidak bertahan lama
hal ini disebabkan tidak adanya wadah untuk mengembangkan musik Blues,
mengingat pada saat itu pengaruh media atau sarana yang mendukung kemajuan
komunitas BBC masih minim. Belajar dari kegagalan komunitas BBC lahirlah
sebuah komunitas baru yaitu Medan Blues Society (MBS) pada tanggal 8 Juli
2011 dimana visi dan misinya tertata lebih apik dari pada komunitas yang
sebelumnya.
Perkembangan musik Blues di Medan erat hubungannya dengan Medan
Blues Society. Sehubungan karena MBS merupakan satu-satunya komunitas
musik bergenre Blues di kota Medan. Seiring berjalannya waktu musisi-musisi
Medan banyak bergabung dengan MBS dan kerap kali mengadakan festival-
festival Blues seperti pada tanggal 8 Juli 2011 launching sekaligus festival Blues
diadakan oleh MBS sangat menarik antusias masyarakat yang diadakan di Pitu
Café Medan.
27
Beng Handoko, ketua komunitas Medan Blues Society menyatakan pecinta
musik Blues Medan banyak di dominasi oleh anak muda. Hal ini dikarenakan
pengaruh Gugun Blues Shelter sangat kental dikalangan anak muda Medan. Sejak
lahirnya MBS kota Medan pun diwarnai aliran musik Blues dimana MBS
memiliki agenda rutin bulanan yang dinamakan Blues Night, selain itu adapula
event lepas “Blues Session” di berbagai tempat hampir diseluruh daerah kota
Medan baik Café, On The Street, kampus, maupun tempat lain yang bertujuan
untuk mengenalkan dan mengembangkan musik Blues dikalangan masyarakat
Medan yang tetap konsisten hingga saat ini.
28
BAB III
MUSIK BLUES DI MEDAN DAN KEBERADAAN KOMUNITAS MUSIK
BLUES DI KOTA MEDAN
3.1 Musik Blues di Medan
3.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
Menurut Biro Statistika, kota ialah wilayah yang jumlah penduduknya
lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu criteria penelitian terhadap suatu kota
adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainya, terutama dari segi
ekonomi serta menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan
pusat pemerintahan dari provinsi Sumatera Utara.
Dari keterangan diatas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat
Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa
yang berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat bersama
yaitu masyarakat Medan. Pada masa sekarang ini, kota Medan menjadi salah satu
kota yang berkembang di Indonesia, karena telah melakukan banyak
pembangunan, baik dibidang fisik maupun nonfisik. Selain itu, kota Medan juga
menjadi kota nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Surabaya, sehingga
menjadikan Medan sebagai salah satu kota yang penuh dengan berbagai macam
kegiatan.
Penduduk asli kota Medan adalah suku Melayu yang menurut riwayat kota
Medan ini pada mulanya disebut kampong Medan didirikan oleh guru Patimpus,
yaitu nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Suku Piring, yang merupakan
nenek dari empat Kepala Suku Kesultanan Deli. Disamping itu, Medan juga
29
merupakan daerah perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis dengan latar
belakang budaya yang berbeda pula.
Karena menjadi pusat kegiatan di provinsi Sumatera Utara, maka Medan
menjadi kota yang sangat sibuk, sehingga hampir sepanjang waktu kota ini selalu
ramai dengan orang beserta kegiatannya. Hal ini dimungkinkan karena Medan
memiliki dua terminal besar, yaitu terminal amplas yang menghubungkan kota
Medan dengan provinsi lainnya, dan terminal tepadu Pinang Baris yang
menghubungkan kota Medan dengan kota – kota yang ada di provinsi Sumatera
Utara. Seain itu Medan juga memiliki satu stasiun kereta api yang
menghubungkan beberapa kota di Sumatera Utara. Dan juga Bandar udara, yang
menghubungkan Medan dengan provinsi – provinsi diluar Sumatera Utara dan
diluar Indonesia.
Letak geografis kota Medan terletak dibagian timur provinsi Sumatera
Utara dan berada pada garis koordinat diantara 2º 29‟30-2º 47‟30 LU dan
98º35‟30-98º 44‟30 BT, dan luas area kota Medan mencapai 26.510Ha. secara
administrative, kota Medan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan selat Malaka.
- Sebelah Selatan dengan kecamatan Deli Tua dan kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
- Sebelah Barat dengan kecamatan Sunggal kabupaten Deli
Serdang.
30
- Sebelah Timur dengan kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung
Morawa kabupaten Deli Serdang.
Dalam tulisan ini masyarakat kota Medan yang dijadikan objek penelitian,
tetapi bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan
orang, melainkan masyarakat atau komunitas tertentu yang ada di wilayah kota
Medan yang menjadi pecinta dan penikmat musik Blues.
3.1.2 Keberadaan Musik Blues di Medan
Pada tahun 1950 sampai 1965, Medan – Sumatera Utara masih di
dominasi musik Melayu seperti terdapat pada seni tari, lagu, atau kebudayaan
masyarakat Medan pada umumnya. Terkait hal tersebut, masuknya aliran musik
lain di luar dari aliran musik tradisional (Melayu) tidak lepas dari pengaruh genre
musik yang ada di mancanegara terutama pengaruh genre musik dari barat
maupun negara-negara Asia lainnya, seperti Blues, Rock, Pop, K – pop, Clasic,
Funk, Gospel, Metalcore, Hardcore, Electronic/Techno, Ska, Reggae, Dub, Hip
Hop. Dalam hal ini, penulis akan membahas bagaimana keberadaan musik Blues
di Medan dibandingkan dengan aliran musik yang tersebut di atas, dimana animo
masyarakat Medan terhadap musik Blues tidak terlalu ter-explore dengan baik jika
disejajarkan dengan musik lain, walaupun sebenarnya banyak musisi-musisi
Medan sudah berusaha untuk memajukan atau melestarikan dengan membentuk
komunitas – komunitas musik bergenre Blues di Medan. Upaya untuk memajukan
musik Blues di Medan dapat dilihat banyaknya terselenggara festival Blues di
31
kalangan masyarakat Medan tetapi musisi pelaksananya masih dari komunitas
yang sama.
Aliran musik Blues biasa identik dengan aliran musik yang diminati oleh
orangtua dan terkesan khusus untuk orang tertentu saja yang memiliki selera
musik yang berbeda dari biasanya, tetapi beda halnya di daerah Medan-Sumatera
Utara musik Blues di dominasi oleh anak muda, terlihat dari peserta festival Blues
di Medan digandrungi oleh musisi muda.
(Doc : musisi Blues di MBS didominasi oleh anak muda, 16 September 2013, lokasi : Pitu Café – Medan).
32
3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Musik Blues di Medan
3.1.3.1 Teknologi dan Media Masa
Di era digital seperti sekarang ini kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat. Kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan tersebut secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi banyak aspek
dalam kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan
teknologi adalah aspek seni dan budaya. Lebih spesifiknya lagi adalah musik.
Teknologi dan musik saat ini merupakan hal yang dapat dikaitkan satu sama lain.
Seperti, di era teknoogi ini sosial media muncul dan berperan sebagai media yang
mempermudah kita untuk mengakses musik yang kita inginkan, seperti musik
Blues.
Dulu, manusia biasanya mendengarkan musik secara langsung seperti
melalui acara-acara kebudayaan, pesta adat maupun acara-acara kemasyarakatan
lainnya. Seiring berkembangnya zaman banyak beredar sarana untuk
mendengarkan musik seperti rekaman dalam bentuk CD (Compact Disc), Mp3
atau Mpeg (Moving Picture Expert Grup). Saat ini, tidak hanya melalui sarana
yang tersebut diatas mendengarkan musik dapat diakses melalui jejaring sosial
contoh media sosial yang paling banyak dipergunakan yaitu Facebook, Twitter,
Youtube, Instagram, Google, ataupun situs web dan aplikasi yang dapat
digunakan untuk membentuk sebuah forum. Begitu pulalah terkait faktor yang
mempengaruhi perkembangan musik Blues di Medan, banyak musisi Blues
menjadikan sarana media sosial menjadi wadah untuk mengembangkan,
mengeluarkan inspirasi, melestarikan atau untuk berbagi pengetahuan tentang
33
musik Blues antar sesama Bluesman ataupun masyarakat umum yang pada
akhirnya menyukai musik Blues di Medan. Bahkan, media sosial menjadi sarana
utama terciptanya komunitas Blues di Medan.
3.1.3.2 Remaja
Penelitian membuktikan bahwa musik sangat mempengaruhi
perkembangan kehidupan remaja, baik pembentukan jiwa maupun karakter
remaja. Dikatakan remaja memiliki faktor yang mempengaruhi perkembangan
musik Blues di Medan dapat dilihat dari mayoritas penonton maupun musisi
dalam sebuah konser atau festival musik Blues di Medan adalah remaja. Survei
membuktikan lebih dari seribu penonton konser musik Blues berumur 11 sampai
18 tahun (remaja).
3.1.3.3 Studio Musik
Studio musik dibagi menjadi 2 bagian yaitu studio latihan dan studio
rekaman. Secara umum banyak sekali terdapat studio-studio musik di Medan,
tetapi sebagian besar berfungsi sebagai studio latihan bermusik. Dewasa ini,
pengaruh studio latihan bermusik tidaklah semarak sebelum adanya komunitas-
komunitas musik di Medan. Sama halnya dengan studio rekaman juga mengalami
penurunan fungsi seiring semakin pesatnya jejaring sosial sebagai sarana
mempromosikan musik dengan cepat dan mudah untuk di akses. Sebanding lurus
dengan perkembangan musik Blues itu sendiri.
34
3.1.3.4 Pertunjukan Musik
Salah satu ciri khas musik Blues di Medan adalah disajikan dalam bentuk
pertunjukan live (konser, event, festival) oleh Bluesman Medan. Dalam hal ini
banyak generasi – generasi atau musisi Blues muda lahir yang awalnya sebagai
penonton pertunjukan musik berkembang menjadi pemain musik Blues atau
dikenal Bluesman. Animo masyarakat terkait pertunjukan musik sangatlah besar
karena selain dapat memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat juga memiliki
tujuan unutk kepentingan popularitas musisi dan komunitas yang mengadakannya.
Di Medan, lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat penyelenggaraan
pertunjukan musik Blues secara langsung adalah Rock koffie, Kopi Baba’s Café,
Pitu Café, PRSU, Cambridge, Roys pub, Grand Antares, dan diberbagai kawasan
Medan sekitarnya seperti Binjai, dan Deli Serdang. Untuk melestarikan dan
mengembangkan musik Blues di Medan, tidak hanya melalui pertunjukan dan
event juga melalui publikasi di berbagai media, baik media sosial maupun media
elektronik (radio).
(Doc : Blues Session oleh MBS, 27 September 2013, lokasi : Kopi Baba’s – Medan).
35
(Doc : Blues Session oleh MBS, 27 September 2013, lokasi : Kopi Baba’s – Medan).
(Doc : Blues Night oleh MBS, 07 November 2013, lokasi : Pitu Café – Medan).
(Doc : MBS ON AIR di STAR FM Medan, 22 November 2013, lokasi : Radio STAR FM – Medan).
36
3.2 Keberadaan Komunitas Musik Blues di Kota Medan
3.2.1 Lahirnya Komunitas Musik Blues di Medan
Terbentuknya suatu komunitas tentu memiliki latar belakang tersendiri
yang dimiliki masing – masing anggotanya. Di Medan sendiri, banyak terdapat
komunitas – komunitas musik yang memiliki genre atau aliran musik yang
berbeda, seperti komunitas musik Rock, Metal, Punk, Jazz, dan komunitas Blues.
Dalam hal ini penulis akan membahas lahirnya komunitas musik Blues di Medan.
Pada tanggal 10 Maret 2002 lahirlah komunitas musik Blues pertama di Medan
yaitu Blues Brother Community (BBC), tetapi tidak konsisten hingga saat ini. Hal
ini disebabkan wadah untuk mengembangkan atau melestarikan musik Blues pada
saat itu masih minim, sehingga BBC hanya bisa bertahan dalam periode 1 (satu)
tahun. Eksistansi komunitas musik Blues sempat vakum selama 7 (tujuh) tahun,
setelah BBC bubar. Berlandaskan atas kerinduan Bluesman akan wadah inspirasi
atau tempat mengembangkan kecintaan akan musik Blues, pada tanggal 8 Juli
2011 lahirlah Medan Blues Society (MBS) yang merupakan satu – satunya
komunitas musik Blues di Medan.
Pendiri Medan Blues Society (MBS) adalah Zul Fahmi Pasaribu (usia : 35
tahun), seorang gitaris dari grup band Rockin Harmonic. Berawal dari
kecintaannya terhadap musik Blues, Zul fahmi pun mengundang keikutsertaan
beberapa musisi – musisi di Medan untuk turut mendirikan komunitas musik
spesifik genre Blues. Zul Fahmi memilih media sosial (Facebook dan BBM)
sebagai sarana untuk mensosialisasikan tujuannya dalam pembentukan komunitas
Blues di Medan. Visi dan misi Zul Fahmi diterima para musisi Medan dengan
37
baik, dapat dilihat dari kurang lebih 20 (dua puluh) musisi Medan memberikan
respon positif yaitu sepakat berkumpul di Warung Nenek pada tanggal 30 Juni
2011 untuk membentuk sebuah komunitas Blues yang dinamakan Medan Blues
Society (MBS). Hasil pertemuan di Warung Nenek ditentukanlah pertemuan
lanjutan yang bertempat di Pitu Café-Medan pada tanggal 8 Juli 2011, untuk
membahas kepengurusan dan aktivitas MBS. Pada pertemuan itu anggota
komunitas MBS melakukan voting untuk menentukan ketua dan sekretaris MBS.
Berdasarkan hasil voting, maka :
1. Ketua : Beng Handoko alias Bengbeng
2. Sekretaris : Zul Fahmi Pasaribu
Aktivitas Medan Blues Society (MBS), antara lain :
1. Diadakan Bluesman Discussion setiap hari senin, Sekip - Medan
2. Diadakan event Blues Night setiap hari kamis, Pitu Café – Medan
3. Setiap bulan diadakan live event yang bertempat di Café secara random di
kawasan Medan dan sekitarnya.
38
(Doc : Zul Fahmi, Beng Handoko dan anggota MBS pertama, 8 Juli 2011, lokasi : Pitu Café – Medan).
3.2.2 Perkembangan Komunitas Musik Blues di Medan
Berbicara tentang perkembangan erat hubungannya terhadap serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan komunitas
musik Blues di Medan signifikan dengan banyaknya jumlah komunitas maupun
penikmat musik Blues sejak musik Blues ada di Medan. Demikian pula jika kita
berbicara komunitas maka kita berbicara tentang sekelompok orang yang saling
peduli satu sama lain, memiliki visi dan misi yang sama, dimana didalam sebuah
komunitas terjadi relasi pribadi yang erat dikarenakan adanya kesamaan interest
atau values (minat atau menyenangkan).
39
Perkembangan komunitas musik Blues di Medan berawal pada tahun 1997,
pada saat itu genre musik Blues diawali munculnya band pengusung perdana yang
bernama Sunset Bluesbite, tetapi masih dalam ruang lingkup yang sempit dimana
Sunset Bluesbite hanyalah merupakan sekelompok musisi Blues atau yang kita
kenal dengan sebutan Bluesman bergabung dalam sebuah band bukan merupakan
satu kesatuan komunitas. Seiring perkembangan minat antar Bluesman dalam hal
ini personil Sunset Bluesbite diikuti dengan adanya kesatuan ide, visi dan misi
untuk mengenalkan, mengembangkan, melestarikan genre musik Blues maka
Sunset Bluesbite pun sepakat untuk membentuk satu komunitas musik Blues di
Medan.
Pada tanggal 10 Maret 2002, terbentuklah Blues Brother Community
(BBC) yang diprovokatorin oleh Beng Handoko dan personil Sunset Bluesbite
yang lain. Berlokasi di Jalan Kapten Muslim “Studio Bintang (Gedung Ungu)”
dihadiri lebih dari 50 orang Bluesman merupakan rapat pertama komunitas Blues
Brother Community. Pada saat itu, antusias Bluesman yang sangat tinggi tidak
sebanding dengan kokohnya pondasi komunitas Blues Brother Community, karena
BBC tidak bertahan lama disebabkan oleh satu dan lain hal seperti tidak adanya
tempat atau sarana yang mendukung mereka untuk melakukan event maupun
sekedar perkumpulan antar Bluesman.
Pada tanggal 8 Juli 2011 lahirlah Medan Blues Society (MBS), masih di
pelopori oleh Beng Handoko dan personil Sunset BluesBite. Berdasarkan
narasumber Penulis, Medan Blues Society adalah merupakan reinkarnasi BBC.
Belajar dari pengalaman penyebab bubarnya BBC maka MBS pun melakukan
improvisasi dalam komunitasnya, diantaranya :
40
1. MBS memiliki basecamp di Pitu Café, Medan Sunggal
2. MBS mengadakan rapat komunitas setiap minggu
3. MBS merancang schedule komunitas untuk mengadakan event Blues
diantaranya “Blues On The Streets” pada titik – titik tertentu seperti
kampus, tempat keramaian maupun tempat nongkrong di Medan
4. MBS melakukan aktivitas promosi seperti menyebarkan selebaran pada
moment “Launching Medan Blues Society” dimeriahkan seperangkat alat
– alat musik yaitu Gitar, Harmonika, beserta mini sound dan banner MBS
5. MBS mengadakan acara “Blues Night” rutin setiap bulan
Berlandaskan kekuatan pondasi antar Bluesman dikomunitas MBS diikuti
dengan semakin jelasnya struktur organisasi, aktivitas, dan pergerakkan
komunitas ini maka antusiasme musisi yang sebelumnya tidak pernah terpikir
untuk bergabung dengan komunitas MBS berubah haluan untuk turut serta
menyemarakkan, mengembangkan genre musik Blues dikalangan masyarakat
pada umumnya, antar musisi Blues di MBS pada khususnya.
Dampak positif dari perkembangan komunitas ini, berawal hanya 1 (satu)
band saja yaitu Sunset Bluesbite, bergabunglah band – band yang termasuk ber-
genre Blues lain, diantarnya adalah :
41
Nama
Band
Personil
Genre/Ali
ran
Referensi
Range
Usia
Lagu
Ciptaan
Sunsite
Bluesbite
(1997-
2018)
Vocal,
Gitar,
Drum, Bass
dan
Saxophone
Black
Blues
Led Zeppelin,
Aerosmith, Billy
Cobham, BB King,
The Police, CCR,
Black Brothers, The
Mercy‟s, Muddy
Waters, dan Chuck
Berry.
20 – 40
tahun
Blues is
Good For
You, Bisa
Boogie,
Scooter
Rockin
Harmonic
(2010 –
2018)
Vocal,
Gitar,
Drum, Bass
dan
Keyboard
Rockabilly,
Rock n
Roll
Led Zeppelin, Elvis
Presley, CCR dan
Chuck Berry
30 – 35
tahun
Mesin
1964,
This is
True
Babe I
Miss You
Billy
Backpack
(2014 –
2018)
Vocal,
Gitar, Bass
dan Drum
Black
Blues
Eric Clapton, Robert
Johnson, BB King, dan
Sony Boy Wiliam Son
25 – 30
tahun -
Linimasa
(2014 –
2018)
Vocal,
Gitar, Bass
dan Drum
Blues Rock
& Roll
CCR, Led Zeppelin,
Freddie King, Deep
Purple, dan Pink Floyd
23 – 26
tahun
Beauty
dan
Orang
Pinggiran
Aksen
(2014 –
2018)
Vocal,
Gitar, Bass
dan Drum
Slow Rock,
Blues Rock
& Roll
CCR, Led Zeppelin,
Deep Purple, Steve
Ray Vaughan, dan
Gugun Blues Shelter
23 – 27
tahun -
42
(Doc : Sunset Buesbite, 03 Desember 2015, lokasi : Medan).
(Doc : Rockin Harmonic, 08 Juli 2012, lokasi : Medan).
43
(Doc : Billy Backpack, 02 November 2014, lokasi : Medan).
MBS yang merupakan satu – satunya komunitas Blues di Medan
menerapkan sistem yang terbuka untuk umum dimana tidak hanya anggota dari
komunitas ini saja yang boleh berperan melainkan membebaskan musisi dari
genre lain untuk melakukan jamming di setiap Blues sessions, seperti beberapa
komunitas musik lain yaitu Youth Jazz Community (YJC), Medan Guitar Family
(MGF), Medan Guitar Jam (MGJ), dan tidak menutup kemungkinan akan lahir
komunitas lain yang turut berperan dalam perkembangan musik Blues di Medan
pada khususnya, dan aliran musik lain pada umumnya, selaras dengan visi dan
misi terbentuknya komunitas MBS.
44
BAB IV
KARAKTERISTIK MUSIK BLUES DI DALAM KOMUNITAS MEDAN
BLUES SOCIETY
4.1 Karakteristik Musik Blues
4.1.1 Birama
Birama adalah bagian atau segmen dari suatu garis melodi yang
menunjukan beberapa ketukan dalam bagian tersebut. Seperti halnya birama pada
aliran musik lain yang mengacu pada jenis – jenis ketukan musik yang dibatasi
oleh garis birama demikian pula pada musik Blues, dimana acuan dalam hal ini
bergerak terhadap karakteristik musik Blues di dalam komunitas MBS,
diantaranya adalah :
1. Birama 8 Bar Blues
Dalam musik Blues birama 8 bar disebut Stright Eight yang merupakan
Rhythm Blues paling mendasar dan sangat umum digunakan. Pola Rhythm
nya menggunakan skala Mayor dengan menggunakan nada ke I – IV – V
sehingga mendapatkan progresi chord tonik (I), sub dominant (IV) dan
dominant (V) tetapi dapat pula digunakan dominant ke nada VII. Dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
45
Penjelesan :
Untuk Root (kolom berwarna hijau) Do = C maka Rhtyhm berada di chord
C – F – G/G7. Sedangkan bila Root Do = A maka Rhythm berada di chord
A – D – E/E7.
Contoh lagu: Sweet Little Miss (Sunset Bluesbite)
2. Birama 12 Bar Blues
Birama 12 bar Blues juga merupakan birama paling umum digunakan.
Dasar 12 bar Blues yaitu : I – IV, I – I, IV – IV, I – I, V – IV, I – V.
Contoh :
Nada dasar C menjadi = C7 – F7, C7 – C7, F7 – F7, C7 – C7, G7 –
F7, C7 – G7.
Nada dasar A menjadi = A7 – D7, A7 – A7, D7 – D7, A7 – A7, E7
– D7, A7 – E7, demikianlah pola birama 12 bar Blues dapat
digunakan dengan nada dasar lain.
Dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah ini :
Contoh lagu: Little Wing (Jimi Hendrix)
46
3. Birama 16 Bar Blues
Birama 16 bar Blues adalah merupakan variasi dari birama standart Blues
yaitu 8 bar Blues atau 12 bar Blues. Birama ini sering digunakan pada
music ragtime (ragtime adalah genre musik asli Amerika yang populer
pada tahun 1897 – 1918, jenis musik ini muncul pada zaman perbudakkan
di Amerika Serikat yang sering digunakan oleh masyarakat kulit hitam).
Variasi pada bar ini biasanya dilakukan dengan pengulangan 2 kali pada
birama 8 bar Blues.
Contoh lagu: The Ballad of John and Yoko (The Beatles)
4. Call and Response
Musik Blues memiliki pola call and response diyakini masyarakat
Amerika Serikat di popularkan oleh “Bapak Blues” – WC Handy (1873 –
1958). Pengertian pola call and response adalah dua kalimat
diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dimana kalimat
keduanya diilustrasikan sebagai “jawaban” pada kalimat pertama.
47
4.1.2 Tangga Nada Blues (Scale Pentatonic Blues)
Pentatonic berasal dari kata penta dan tonic yaitu penta berarti 5 tonic
berarti nada. Pentatonic Scale adalah susunan dari 5 buah nada yang
membentuk suatu tangga nada. Pada musik Blues terdapat 2 tangga nada
yaitu skala Blues Mayor dan skala Blues Minor.
1. Tangga Nada Blues Mayor
Interval (jarak) antar nada dari tangga nada Blues Mayor adalah,
1 – 1 - ½ - ½ - 1 - ½ - 1 - ½ - 1.
Contoh : C = Do maka tangga nada Blues Mayor adalah,
C – D – DIS – E –Fis – G – A – Bes – C
E = Do maka tangga nada Blues Mayor adalah,
E – Fis – G – Gis – Bes – B – Cis – D – E
2. Tangga Nada Blues Minor
Interval (jarak) antar nada dari tangga nada Blues Minor adalah,
1 – 1 – ½ - 1 – ½ - ½ - 1½ - 1
Contoh : C = Do maka tangga nada Blues Minor adalah,
C – D – Dis – F – Fis – G – Bes – C
E = Do maka tangga nada Blues Minor adalah,
E – Fis – G – A – Bes – B – D – E
48
4.2. Instrumentasi Dalam Musik Blues
Pada dasarnya 3 (tiga) instrumen terkuat dari musik Blues adalah gitar,
harmonika dan vocal, tetapi variasi instrumen lainnya dapat menggunakan
terompet, saxophone, trombone, banjo, piano, bass dan drum. Seiring
perkembangan zaman musik Blues berkembang menjadi musik Blues modern
yang menggunakan alat musik electrik dan alat musik yang dihasilkan oleh
teknologi seperti komputer.
Penggunaan alat musik Blues berdasarkan jumlah pemain, sebagai berikut :
1 orang pemain : biasanya dapat menggunakan gitar maupun piano.
2 orang pemain : biasanya 1 orang pada gitar, yang lainnya pada bass,
harmonika, bisa juga diharmonisasikan pada piano.
3 orang pemain : kombinasi dengan drum
4 orang pemain : kombinasi dari semua alat musik diatas ditambah
terompet/saxophone, biola maupun banjo.
5 orang pemain : sering pula divariasikan dengan alat musik electrik.
Contoh band Blues mendunia yaitu Muddy Waters yang di bentuk di
Chichago pada awal tahun 1950 merupakan band Blues yang memiliki formasi 5
orang pemain dengan menggunakan instrumen gitar, bass, piano, drum, dan
harmonika. Lain halnya dengan band Blues B.B King yang memvariasikan
permainan musik Blues dengan terompet.
49
4.3 Instrumentasi Dalam Musik Blues Di Dalam Komunitas Medan Blues
Society (MBS)
Komunitas Medan Blues Society terdiri dari perkumpulan musisi – musisi
Blues yang memiliki keahlian memainkan alat musik yang beragam. Dalam
setiap pertunjukan atau event yang dilaksanakan MBS kerap kali menampilkan
penampilan band Blues dengan konsep yang bervariasi seperti Blues estetika
akustika dan Blues estetika sound teknologi.
1 Blues estetika akustika di dalam komunitas MBS
Range usia : 30 sampai 45 tahun
Jenis kelamin : mayoritas pria
Intrument : diperankan oleh 1 orang atau 2 orang musisi dengan
menggunakan gitar dan harmonika.
Band : biasanya spontan dimainkan oleh anggota komunitas saat
jamming atau event.
2 Blues estetika sound teknologi di dalam komunitas MBS
Range usia : 20 sampai 45 tahun
Jenis kelamin : Pria dan Wanita
Intrumen : diperankan oleh 4 orang atau 5 orang musisi dengan
menggunakan full instrumen, sering pula dikombinasikan
dengan minus one atau backing track.
Band : Sunset Bluesbite (1997 – 2018), Rockin Harmonic (2010 -
2018), Billy Backpack (2014 – 2018), Linimasa (2014 –
2018) Aksen (2014 – 2018).
Pertunjukan : Reguler, Event dan Charity Show
Karakter Sound : Efek overdrive, Equalizer Midle Low
Jika dilihat dari pemaparan komposisi konsep instrumen di komunitas MBS
didominasi Blues estetika sound teknologi, hal ini disebabkan oleh MBS terbentuk
pada tahun 2011 dizaman teknologi dimana anggota komunitas “kaula muda”
MBS terinspirasi dengan jenis musik elektrik Blues.
50
4.4. Metode Pembelajaran Musik Blues
Penerapan metode lesson study yang sudah berlangsung kurang lebih selama
15 tahun di Indonesia dilakukan awalnya hanya pada mata pelajaran Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Kedua bidang studi tersebut sudah mengalami perkembangan
yang cukup signifikan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang terus
meningkat. Lesson Study merupakan sebuah proses pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Dengan tuntutan terjadinya
proses maka tidak mungkin lesson study hanya dilakukan satu kali, melainkan
akan menjadi rutinitas. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menemukan sim
biomutualis antara pengajaran musik jika menggunakan pola lesson study dengan
pengajaran musik yang telah ada saat ini, yang biasanya dilakukan oleh para
pengajar/guru sebagai mediator ilmu, khususnya bagi anak-anak usia dini. Salah
satu hubungan yang nampak jelas dalam pembelajaran ini adalah adanya
kolaboratif. Dengan mengelaborasikan lesson study ke dalam pembelajaran ini
diharapkan serangkaian pencapaian keberhasilan pembelajarannya dapat
terlaksana dengan baik untuk dapat lebih cepat memahami bermain musik.
Pentingnya belajar musik di usia dini adalah karena pada fase inilah Anak
memiliki kekayaan imajinasi, namun bila tidak tepat dalam pengajarannya justru
membahayakan diri dan lingkungannya. Musik Blues, merupakan salah satu seni
musik yang tergolong klasik dan mempelajarinya pun nggak cukup susah. Hampir
semua gaya bermusik Blues cukup sulit dimainkan, salah satunya adalah bermain
gitar gaya blues. Gitar blues merupakan gaya gitar yang sangat populer, dan jika
ingin mempelajari gitar blues haruslah diperlukan waktu yang lama dan
51
memerlukan disiplin diri baik. Berikut adalah metode pembelajaran musik Blues:
1. Belajar Dasar
Setiap individu yang ingin belajar bermain musik Blues pertama-tama
perlu untuk mendapatkan penguasaan dasar-dasar gitar yang umum untuk
semua gaya. Setelah Anda mendapatkan pegangan tersebut, maka Anda
akan siap untuk mempelajari teknik-teknik gitar Blues secara khusus.
Pertama yang perlu dipahami adalah: Bagaimana untuk string dan tune
gitar dengan menggunakan tuning standar (EADGBE). Postur tubuh yang
benar dan posisi tangan, ganti tangan kiri dan tangan kanan. Bagaimana
membentuk akord sederhana. Cara memegang gitar, memetik, dan
memainkan pola strumming sederhana. Cara bermain not individu dan
lagu yang mudah. Bagaimana membaca tab gitar (dan notasi musik lebih
sederhana juga, meskipun hal ini tidak penting) Setelah Anda dapat
melakukan semua ini, Anda dapat mulai belajar bermain gitar Blues.
2. Bermain Ritme Blues
Seperti jenis gendre musik gitar lainnya, ketika belajar gitar Blues yang
terbaik untuk mulai dengan mempelajari teknik gitar, dan kemudian lulus
untuk bermain lead. Bermain ritme Blues yang mencakup belajar akord
dan pola ritmik atau karakter yang paling khas dari musik blues. Ke-12 bar
Blues itu pola yang paling umum, dan ini adalah pola yang harus Anda
pelajari dulu. Blues bar 12 hanya terdiri dari tiga baris, masing-masing
dengan empat bar. Akord I, IV dan V (dan variasi mereka seperti sevenths)
52
sehingga misalnya, 12 bar Blues yang mudah pola di kunci E akan terlihat
seperti:
E / E / E / E / A / A7 / E / E / B7 / A7 / E / E
Blues 12 bar bisa dimainkan dalam kunci apapun, meskipun kunci A E
sangat populer. Pola blues lainnya termasuk blues 8 bar, 16 bar dan 24 bar.
Cara mudah untuk memulai dengan berlatih urutan ini menggunakan satu
akord memetik, kemudian menggabungkan irama berkarakteristik lagu-
lagu Blues, seperti pola shuffle dan ritme Blues yang lambat.
3. Bermain Lead
Usai Anda memahami bermain ritme gitar Blues, saatnya untuk
mempelajari beberapa skala Blues dan lulus untuk bermain solo. Gitar
Blues solo didasarkan pada skala lima not pentatonik baik skala besar dan
kecil dapat digunakan, walaupun skala kecil adalah yang paling
karakteristik dari suara Blues. Gitar Blues juga memanfaatkan „not Blues‟,
yang biasanya (dipipihkan) berkurang kelima, meskipun pertiga berkurang
dan berkurang sevenths juga dapat digunakan. Not Blues ini membantu
memberikan ekspresi yang lebih besar untuk musik. Dengan bermain
melalui setiap tahap ini,
Perlu diketahui bahwa dalam mempelajari musik Blues, tidak lepas dari hal
paling dasar sampai tahapan lebih lanjut. Pada pembahasan ini penulis akan
mengambil sample instrument pada gitar untuk membahas metode dasar dalam
mempelajari musik Blues, berikut adalah tahapan-tahapan dasar belajar gitar
Blues:
53
1. Mengenal Gitar dan Bagian-bagiannya
Dalam memilih gitar bukanlah hal yang mudah karena salah dalam
memilih kita akan mendapatkan gitar yang sumbang dan pelan suaranya.
Untuk itu perlu diketahui persyaratan-persyaratan gitar yang baik.
- Badan gitar setebal mungkin
- Lebar kepala batang gitar sekitar 5cm
- Senar gitar sedekat mungkin dengan lidi logam (frets)
- Lidi logam (frets) jangan terlalu menonjol agar tidak terlalu
sakit pada jari ketika dimainkan
- Papan tekan (fingerboard) harus lurus
- Lubang suara jangan terlalu besar
- Tumpuan senar (bridge) sedekat mungkin dengan lubang suara
- Setem dengan teliti dan coba dengan nada-nada baku jangan
sampai ada satu nada pun yang sumbang.
54
2. Kolom Pada Gitar
6 5 4 3 2 1
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8
Kolom 9
Kolom 10
Kolom 11
Kolom 12
Kolom 13
Kolom 14
Kolom 15
Kolom 16
Kolom 17
Kolom 18
Kolom 19
55
3. Menyetem Gitar
Sebelum kita bermain gitar hendaklah distem dahulu, sebab suara gitar yang
belum distem akan terdengar sumbang karena nada senar satu dengan yang lain
tidak sesuai. Berikut adalah beberapa cara menyetem gitar yaitu:
- Dengan tuts piano
- Dengan garpu tala
- Dengan feeling ( Pendengaran)
- Dengan peluit tala
4. Nada-nada yang Terdapat Pada Gitar
- Senar 6 pada gitar akan menghasilkan nada E
- Senar 5 pada gitar akan menghasilkan nada A
- Senar 4 pada gitar akan menghasilkan nada D
- Senar 3 pada gitar akan menghasilkan nada G
- Senar 2 pada gitar akan menghasilkan nada B
- Senar 1 pada gitar akan menghasilkan nada E
Senar 6 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 F
Kolom 2 Fis/Ges
Kolom 3 G
Kolom 4 Gis/As
56
Kolom 5 A
Kolom 6 Ais/Bes
Kolom 7 B
Kolom 8 C
Kolom 9 Cis/Des
Kolom 10 D
Senar 5 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 Ais/Bes
Kolom 2 B
Kolom 3 C
Kolom 4 Cis/Des
Kolom 5 D
Kolom 6 Dis/Es
Kolom 7 E
Kolom 8 F
Kolom 9 Fis/Ges
Kolom 10 G
Senar 4 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 Dis/Es
Kolom 2 E
57
Kolom 3 F
Kolom 4 Fis/Ges
Kolom 5 G
Kolom 6 Gis/As
Kolom 7 A
Kolom 8 Ais/Bes
Kolom 9 B
Kolom 10 C
Senar 3 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 Gis/As
Kolom 2 A
Kolom 3 Ais/Bes
Kolom 4 B
Kolom 5 C
Kolom 6 Cis/Des
Kolom 7 D
Kolom 8 Dis/Es
Kolom 9 E
Kolom 10 F
58
Senar 2 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 C
Kolom 2 Cis/Des
Kolom 3 D
Kolom 4 Dis/Es
Kolom 5 E
Kolom 6 F
Kolom 7 Fis/Ges
Kolom 8 G
Kolom 9 Gis/As
Kolom 10 A
Senar 1 Nada yang dihasilkan
Kolom 1 F
Kolom 2 Fis/Ges
Kolom 3 G
Kolom 4 Gis/As
Kolom 5 A
Kolom 6 Ais/Bes
Kolom 7 B
Kolom 8 C
Kolom 9 Cis/Des
59
Kolom 10 D
5. Latihan Melodi Dengan Berbagai Nada Dasar
Melodi sangat penting sekali dalam bermain gitar karena melodi
merupakan variasi dalam mengiringi sebuah lagu serta sering digunakan sebagai
pembuka lagu/intro. Untuk itu diperlukan latihan-latihan melodi dengan berbagai
nada dasar. Untuk dapat menggunakan dan membuat melodi yang bervariasi
diperlukan wawasan yang luas dalam mengeksplore nada, dan menguasai setiap
nada dasar yang akan dijadikan patokan nada. Perlunya belajar fingering untuk
melatih tangan agar tidak kaku saat memainkan melodi.
Berikut penjelasan yang dikemukakan oleh Setyaningsih (2007:19-20):
a. Teknik Fingering adalah teknik penempatan posisi jari yang benar pada alat
musik khusus bagi pemula teknik ini penting sekaligus sebagai tahap awal
penguasaan tangga nada serta cadence.
b. Teknik Touching bertujuan untuk memahami interpretasi dalam bermain musik
khususnya pada alat musik yang berjenis akustik seperti halnya gitar.
Pengertiannya, bermain alat musik tidak hanya sekedar bermain musik namun
musik sendiri yang harus keluar dari „rasa‟. Dengan teknik Touching maka
akan tahu kapan harus bermain cepat atau lambat, keras atau lembut, putus atau
sambung, dengan tekanan atau tanpa tekanan, pada intinya harus ada
keseimbangan dinamika, feeling, serta ekspresi.
c. Teknik Rhythm dan tempo adalah teknik penyesuaian nada-nada dengan alat
musik lain seperti gitar, bass, drum, percussion, dan alat musik pendukung
60
lainnya. Intinya pada teknik ini harus mengetahui not dan ketukan (rhythm
pattern) sehingga ada groove atau soul dalam bermain musik. Jika rhythm dan
tempo telah dikuasai maka hanya ada satu “nyawa” dalam satu band yang
terdiri dari beragam alat musik.
d. Teknik Harmony mencakup chord progression dan voicingand accompaniment,
bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dalam mengembangkan chord yang
digunakan pada sebuah lagu. Selain itu teknik ini sekaligus untuk
mengembangkan bunyi dari hasil permainan chord. Intinya jika terjadi
harmonisasi yang baik maka akan tercipta satu komposisi musik yang
harmonis.
e. Teknik Reading ini ditujukan kepada yang ingin belajar alat musik tapi belum
begitu menguasai not balok dan juga combo partitur. Dengan teknik ini
diharapkan kita bisa membaca partitur not balok (combo part), sekaligus
mengenal kunci G (treble clef) serta kunci F (bass clef).
6. Improvisasi
Improvisasi adalah sebuah penyimpangan nada yang sifatnya membuat
atau menambah nuansa dari lagu atau melodi yang dimainkan, dengan menambah
improvisasi pemain berharap akan mendapatkan suasana yang lebih menarik dan
membuat pendengar tidak jenuh dengan nada-nada yang terus diulang. Gitar
sebagai salah satu pembawa melodi pada sebuah komposisi grup musik/band
memiliki peran yang besar dalam menambahkan dan memberikan variasi-variasi
improvisasi yang baik tanpa mengurangi rasa dari lagu yang dimainkan.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai Deskripsi Pertunjukan Musik Blues Di
Dalam Komunitas Medan Blues Society dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perkembangan musik Blues dikota Medan erat hubungannya dengan rekam
jejak terbentuknya Medan Blues Society dimana komunitas ini merupakan
satu-satunya komunitas beraliran Blues.
2. Perkembangan musik Blues dikota Medan dimulai sejak tahun 2000an.
3. Keberadaan komunitas Medan Blues Society diterima dengan baik oleh
masyarakat Medan, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya anggota komunitas
dari tahun ke tahun hingga saat ini.
4. Pertunjukan musik Blues di Medan diadakan rutin setiap bulan, berlokasi di
berbagai café, event outdoor, charity show baik di Medan maupun luar daerah.
5. Jenis musik Blues di kota Medan didominasi elektrik Blues.
6. Range usia penikmat maupun musisi Blues di Medan Blues Society antara 20 –
45 tahun.
62
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari latar belakang masalah penulisan
skripsi ini, maka penulis memberikan saran diantaranya adalah :
1. Untuk musisi di kota Medan khususnya agar bersama-sama memberikan
kontribusi dalam hal mengembangkan dan melestarikan musik Blues sehingga
dapat berkembang sampai tingkat Nasional maupun Internasional.
2. Untuk komunitas Medan Blues Society agar selalu eksis, lebih terkordinir,
memperbanyak pertunjukan menyeluruh di kota Medan maupun luar daerah.
3. Agar musisi Blues di kota Medan secara umum maupun anggota komunitas
Medan Blues Society khususnya dikemudian hari mampu mengorbitkan lagu
ciptaan sendiri bergenre Blues dan dipublikasikan menyeluruh ke masyarakat
Indonesia.
4. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan skripsi dikemudian hari.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arifah,Ema Nur, (2010) didalam http://www.detikbandung.com/dekatkan-
musikblues-ke-anak-muda.htm/. Diakses 10-12-2017
Bog, R dan Taylor S.J. 1975. Introduction to Qualitative Research Methode.
Newyork
Echols, M John. 2004. Kamus Inggris Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta
Hood, Mantle. 1963. Music, The Unknown. Englewood Cliffs. Prentice Hall
Koentjaraningrat. 1973. Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Jakarta
Merriam, Alan P. 1964. The Antropology of Music. Eraston III. North Western
University Press
Nettl, Bruno. 1978. Eight Urban Musical Cultures. Traditional dan Change.
University of Illinois Press
Nakagawa, Shin. 2000. Musik dan Kosmos. Sebuah Pengantar Etnomusikologi
Nettl, Bruno. 1998. Popular Music of the non. Western World
Purba, Mauly dan Ben M Pasaribu. 2006. Musik Populer. Pendidikan Seni
Nusantara (PSN). Jakarta
Soekarto, M. 1992. Kamus Musik. Gramedia. Jakarta
Suhartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Remaja Roselak. Bandung
Sipangkar, Roventus. 2012. Eksistensi Grup Musik Roris Band Sebagai
Entertainer di Kota Medan. Medan. Skripsi. Universitas Negeri Medan
Tan, Melly G. 1990. Metode Penelitian Ilmiah Dalam Metode-Metode Pendidikan
Masyarakat. Gramedia. Jakarta
Tambunan, Esmita Samaria Dewi. 2013. Keberadaan Komunitas Musik Coconut
Head di Medan. Skripsi. Universitas Negeri Medan
Tampubolon, Agus. 2016. Grup Musik Session Band di Medan: Deskripsi
Pengelolaan dan Pertunjukkan. Medan. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara
64
Sumber Internet :
http://ardyan1593.blogspot.co.id/2012/09/makalah-seni-musik.html
http://dompet-inspirasi.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-genre-musik-dan-
pengertianya.html
http://daniyjutek.blogspot.co.id/2013/06/makalah-musik-populer_27.html
https://dramaticbandindonesia.wordpress.com/2014/12/13/music/
http://fransphysics.blogspot.com/2012/04/sejarah-blues.html
http://guitarnetwork.wordpress.com/category/referensi/kilas-musik/
http://guitaristroom.blogspot.com/2011/03/scale-progres-akord-blues-12-bar.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Genre_musik#Pop
http://literatursejarah.blogspot.com/2010/01/sejarah-musik-blues.html
http://randaka-musik.blogspot.com/2011/11/sejarah-musik-blues.html
http://solarmusik.blogspot.com/2010/11/sejarah-blues.html
http://www.majalahpraise.com/asal-usul-blues-590.html
http://yupazq.blogspot.com/2010/08/blues.html
65
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Bambang Prio Handoko
Alamat : Jalan Jamin Ginting, gg senina Padang bulan Medan
Umur : 40 Tahun
Pengalaman seni : Ketua komunitas MBS
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Nama : Ade Gurusinga
Alamat : Jalan bunga rampe Simalingkar B Medan
Umur : 27 Tahun
Pengalaman seni : Anggota komunitas MBS
Pekerjaan : Karyawan Swasta
3. Nama : Albert Siahaan
Alamat : Pasar II Setiabudi Tanjung Sari
Umur : 23 Tahun
Pengalaman seni : Anggota MBS
Pekerjaan : Mahasiswa
4. Nama : Arif Anwar
Alamat : Jln Arias No. 4 Komplek DOLOG Helvetia Timur
Umur : 24 Tahun
Pengalaman seni : Anggota MBS
Pekerjaan : Mahasiswa
5. Nama : Tisa Lim
Alamat : Asrama Brimob Blok C-1 Medan
Umur : 21 Tahun
Pengalaman seni : Sekretaris MBS
Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Nama : Ridho
Alamat : Jl 2 Lingkungan 5 nomor b12 pulo brayan bengkel
Umur : 25 Tahun
Pengalaman seni : Anggota MBS
Pekerjaan : Wiraswasta
7. Nama : Zul Fahmi
Alamat : Pasar I Setia Budi
Umur : 32 Tahun
Pengalaman seni : Anggota MBS
Pekerjaan : Karyawan Swasta
top related