deskriptif statistik pendidikan madrasah · akreditasi ternyata, sebagian besar berakreditasi b...
Post on 29-Apr-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
Deskriptif Statistik
Pendidikan Madrasah
A. Lembaga
Jenis Lembaga yang didata antara
lain RA, MI, MTs, MA dan Pengawas
Madrasah. Jumlah lembaga yang
terdata sebanyak 19.762 RA, 21.529
MI, 13.292 MTs, dan 5.648 MA yang
tersebar di 33 propinsi di Indonesia.
Tahun ini jumlah lembaga negeri
mengalami peningkatan diakibatkan
adanya beberapa jumlah lembaga
swasta yang dinegerikan. Sekarang
jumlah MIN menjadi 1.662, MTsN
sebanyak 1.384, dan MAN sebanyak
735. Jumlah tersebut belum seluruhnya
karena masih menunggu SK Menag,
tentang lembaga penegerian baru yang
belum terbit sampai tulisan ini
diturunkan.
Grafik 1.1. Jumlah RA, MI, MTs, MA, dan
Pengawas
Sementara jika dilihat dari status
lembaga baik negeri maupun swasta,
memang secara rerata diatas 85%
merupakan lembaga swasta, apalagi
untuk tingkat RA, belum ada lembaga
RA yang dinegerikan.
MIN; 1.662
MIS; 19.867
MTsN; 1384
MTsS; 11908
MAN; 735
MAS; 4913
Jumlah MI, MTs, MA Berdasarkan Status
Grafik 1.2. Jumlah MI, MTs, dan MA Berdasarkan
Status
Sementara untuk RA, ternyata
sebanyak 102 atau 0,5% berstatus
Pembina, 2.620 atau 13,3% berstatus
Inti, 7.151 atau 36,2% berstatus
Reguler. Sementara sebanyak 9.889
atau 50,0% berstatus lainya. Hanya
memang perlu pengkajian lebih lanjut
tentang status lainnya tersebut,
mengingat keterbatasan formulir yang
disebarkan, status tersebut perlu
diuraikan lebih terinci.
RA; 19.762 MI; 21.529
MTs; 13.292
MA; 5.648 Pengaw as; 5.653
Jumlah RA, MI, MTs, MA dan Pengawas
Halaman : 1
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
Grafik 1.3.
Jumlah RA Berdasarkan Status
Jumlah lembaga MI berdasarkan
akreditasi ternyata, sebagian besar
berakreditasi B yaitu sebanyak 9.342
atau 43,4%, kemudian disusul lembaga
dengan akreditasi C sebanyak 6.242
atau 28,9%, sementara hanya sebanyak
1.873 atau 8,7% yang terakreditasi A.
Sementara hanya 4.072 atau 18,9%
lembaga yang belum terakreditasi.
Grafik 1.4. Jumlah MI Berdasarkan Akreditasi
Jumlah MTs Berdasarkan
akreditasi, juga nampak demikian
seperti MI. Jumlah Lembaga yang
terakreditasi B sebanyak 5.232 atau
39,4%, kemudian jumlah lembaga yang
terakreditasi C sebanyak 3.536 atau
26,6%, sementara yang berakreditasi A
hanya sebanyak 1.219 atau 9,2%.
Sementara jumlah lembaga yang belum
terakreditasi baik A, B, maupun C
sebanyak 3.305 atau 24,8%.
Grafik 1.5. Jumlah MTs Berdasarkan Akreditasi
Kondisi yang mirip juga nampak
pada data akreditasi MA, sebanyak
1.794 atau 31,8% terakreditasi B,
selanjutnya sebanyak 1.540 atau 27,2%
terakreditasi C, sementara yang
terakreditasi A hanya sebanyak 429
atau 7,6% saja. Sementara yang belum
terakreditasi sebanyak 1.885 atau
33,3%.
Berdasarkan paparan diatas
ternyata masih banyak pekerjaan yang
harus lebih ditingkatkan dari Direktorat
madrasah berkaitan dengan akreditasi.
Ternyata secara rerata madrasah di
Indonesia yang memiliki akreditasi A
dibawah 10%. Ini tentunya
Jumlah RA Berdasarkan Status
Lainny a; 9.889 ; 50,0%
Reguler; 7.151 ; 36,2%
Inti; 2.620 ; 12,3%
Pembina ; 102; 0,5%
Jumlah MTs Berdasarkan Akreditasi
Belum; 3.305; 24,9%
C; 3.536 ; 26,6%
A; 1.219 ; 9,2%
B; 5.232 ; 39,4%
Jumlah MI Berdasarkan Akreditasi
Belum; 4.072; 18,9%
C; 6.242 ; 29,0%
A; 1.873 ; 8,7%
B; 9.342 ; 43,4%
Halaman : 2
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
membutuhkan manajemen tata kelola
yang baik sehingga nantinya akan lebih
banyak madrasah yang memiliki
akreditasi A, sehingga dengan
sendirinya akan membentuk citra
madrasah itu sendiri di masyarakat.
Grafik 1.6. Jumlah MA Berdasarkan Akreditasi
B. Peserta Didik (Siswa)
B.1. Jumlah Siswa Total
Jumlah total Siswa Tahun
Pelajaran 2008/2009 sebanyak
7.073.370 orang yang tersebar mulai
dari RA sampai dengan MA. Dari
jumlah tersebut, jumlah siswa RA
sebanyak 824.047 atau 11,6%,
kemudian sebanyak 2.916.227 atau
41,2% siswa MI, 2.437.262 atau 34,5%
siswa MTs, sementara jumlah siswa
MA sebanyak 895.834 atau 12,7%.
Komposisi siswa untuk Madrasah
berdasarkan status, sebanyak 361.491
atau 12,4% merupakan siswa MIN, dan
Siswa MIS sebanyak 2.554.736 atau
87,6%. Sementara untuk jenjang MTs
sebanyak 591.761 atau 24,3% siswa
MTsN, dan sebanyak 1.845.501 atau
75,7% merupakan siswa MTsS. Untuk
jenjang MA, sebanyak 319.011 atau
35,6% siswa MAN, sementara
sebanyak 576.823 atau 64,4% siswa
MAS. Jumlah MA Berdasarkan Akreditasi
Belum; 1.885; 33,4%
C; 1.540 ; 27,3%
A; 429 ; 7,6%
B; 1.794 ; 31,8%
MIN; 361.491
MIS; 2.554.736
MTsN; 591.761
MTsS; 1.845.501
MAN; 319.011 MAS; 576.823
Jumlah Siswa MI, MTs, MA
Grafik 1.7. Jumlah Siswa MI, MTs, MA
Dari paparan diatas nampaklah
bahwa jumlah siswa madrasah swasta
berbanding lurus dengan jumlah
lembaga yang berstatus swasta. Hal ini
menyatakan bahwa kontribusi lembaga
swasta sangat berarti di dunia
pendidikan agama dan keagamaan
islam. Ini perlu dicermati agar kualitas
atau mutu lembaga tersebut dapat terus
termonitor.
B.2. Jenis Kelamin Siswa
Komposisi siswa berdasarkan
jenis kelamin adalah sebagai berikut:
untuk jenjang RA sebanyak 415.571
orang atau 50,4% merupakan siswa
laki-laki, dan sebanyak 408.476 orang
Halaman : 3
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
atau 49,6% siswa perempuan. Untuk
jenjang MI, sebanyak 1.501.863 orang
atau 51,5% berjenis kelamin laki-laki,
dan sebanyak 1.414.364 orang atau
48,5% merupakan siswa perempuan.
Jenjang MTs komposisi siswa laki-laki
dan perempuan juga hampir berimbang,
sebanyak 1.198.562 orang atau 49,2%
merupakan siswa laki-laki dan sebanyak
1.238.700 orang atau 50,8% merupakan
siswa perempuan. Sementara untuk
jenjang MA, sebanyak 409.801 orang
atau 45,7% merupakan siswa laki-laki,
dan sebanyak 486.033 orang atau
54,3% siswa perempuan. Secara
keseluruhan komposisi siswa
berdasarkan jenis kelamin untuk
jenjang RA sampai dengan MTs hampir
berimbang, kondisi yang agak berbeda
terdapat pada jenjang MA, dimana
jumlah siswa perempuan lebih banyak
dibanding jumlah siswa laki-laki. Hal
ini diperlukan penelusuran dan analisis
lebih lanjut agar didapatkan jawaban
yang tepat, mengapa pada jenjang MA,
siswa perempuan lebih banyak
dibanding siswa laki-laki.
415.571 408.476
1.501.863 1.414.364
1.198.562 1.238.700
409.801486.033
LK Pr LK Pr LK Pr LK Pr
RA MI MTs MA
Jumlah Siswa Berdasarkan Gender
Grafik 1.8. Jumlah Siswa Berdasarkan Gender
B.3. Rombel, dan APK
Jumlah rombel untuk jenjang RA
adalah sebanyak 49.107 dengan jumlah
siswa sebanyak 824.047 orang,
sehingga diketahui rasio rombel:siswa
sebanyak 1:17. Jumlah rombel untuk
jenjang MI sebanyak 133.676 dengan
jumlah siswa sebanyak 2.916.227
orang, sehingga rasio rombel:siswa
sebanyak 1:22. Untuk jenjang MTs,
jumlah rombel sebanyak 71.531 dengan
jumlah siswa sebanyak 2.437.262
orang, rasio rombel:siswa adalah 1:34.
Sementara untuk jenjang MA, jumlah
rombel sebanyak 13.909 dengan jumlah
siswa sebanyak 895.834 orang, sehingga
rasio rombel:siswa adalah 1:64.
Sementara komposisi rasio
rombel:siswa berdasarkan status
madrasah negeri maupun swasta adalah
sebagai berikut: untuk MIN sebesar
1:28; MIS sebesar 1:21; MTsN sebesar
Halaman : 4
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
1:38; MTsS sebesar 1:33; MAN
sebesar 1:35; dan MAS sebesar 1:117.
Paparan diatas ternyata terdapat
hal yang cukup menarik, bahwa rasio
rombel:siswa untuk tingkat MAS
memiliki perbandingan sebesar 1:117,
dan jika dilihat lebih mikro lagi atau
sebaran per propinsi, perbandingan
yang memiliki nilai diatas 100 antara
lain propinsi Aceh, Sumut, Lampung,
DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim,
Banten, NTB, Kalbar, dan Kalsel. Hal
ini perlu didalami atau cross check ulang
terhadap data yang di suplai dari
propinsi tersebut.
Nilai APK untuk RA sebesar
6,81, sementara untuk MI sebesar
11,00, MTs sebesar 18,70 dan MA
sebesar 6,87. Dari nilai APK tersebut
nampak bahwa minat masyarakat
terhadap madrasah semakin besar dari
jenjang RA sampai dengan MTs, akan
tetapi pada jenjang MA terlihat turun
sangat drastis. Hal ini perlu dicari
terobosan-terobosan yang lebih inovatif
agar nilai jual MA menjadi semakin
baik, sehingga pandangan masyarakat
terhadap MA menjadi semakin baik
dan masyarakat tertarik menyekolahkan
anaknya di tingkat MA. Namun hal ini
perlu penelurusan dan pendalaman
lebih lanjut.
Grafik 1.9. Nilai APK MI, MTs, MA
B.4. Pengulang
Peningkatan kualitas peserta didik
secara gender perlu mendapat perhatian
khusus, berdasarkan data yang ada
dapat dipaparkan bahwa secara rata-
rata siswa pengulang untuk jenis
kelamin perempuan lebih kecil di
banding dengan siswa laki-laki. Hal ini
terjadi di tingkat MI, MTs maupun MA
baik itu di madrasah negeri maupun
swasta (lihat tabel 1.06.1 sampai
dengan tabel 1.06.3). Secara persentase
nilai pengulang siswa perempuan
untuk MIN sebesar 5.778 orang atau
1,6%, sementara untuk pengulang
siswa laki-laki sebesar 7.150 atau
2,0%. Jenjang MIS memiliki siswa
pengulang perempuan sebanyak 28.644
orang atau 1,1%, sementara siswa laki-
laki sebanyak 36.715 orang atau 1,4%.
Jumlah siswa pengulang untuk
jenjang MTsN sebesar 6.031 atau 1,0%
dari jumlah siswa total sebanyak
591.761 orang. Jumlah tersebut
APK
MTs; 18,70
MI; 11,00
RA; 6,81
MA; 6,87
Halaman : 5
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
sebanyak 3.534 orang adalah siswa
laki-laki, sementara sebanyak 2.497
orang pengulang adalah siswa
perempuan. Untuk tingkat MTsS
sebanyak 27.317 orang atau 1,5% dari
total siswa sebanyak 1.845.501
merupakan siswa pengulang. Dari
sebanyak 27.317 orang ternyata
sebagian besar adalah siswa laki-laki
sebagai pengulang dengan volume
sebanyak 16.130 orang. Sisanya dengan
jumlah sebanyak 11.187 orang
nerupakan siswa perempuan sebagai
pengulang.
Untuk jenjang MAN jumlah siswa
pengulang sebanyak 759 orang atau
0,2% dari jumlah siswa total sebanyak
319.011 orang. Dari jumlah tesebut
sebanyak 486 orang merupakan siswa
pengulang laki-laki, sementara
sebanyak 273 orang merupakan siswa
pengulang perempuan. Sementara
untuk jenjang MAS sebanyak 1.857
orang atau 0,3% dari total siswa siswa
merupakan siswa pengulang. Dari
jumlah tersebut sebanyak 1.206 orang
merupakan siswa pengulang laki-laki,
sisanya sebanyak 651 orang merupakan
siswa pengulang perempuan.
43.865 34.422
19.66413.684
1.692 924
LK Pr LK Pr LK Pr
MI MTs MA
Jumlah Siswa Pengulang Berdasarkan Gender
Grafik 1.10. Siswa Pengulang Berdasarkan Gender
Berdasarkan data pengulang yang
dipaparkan diatas ternyata sebagian
besar siswa pengulang adalah siswa
laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa
kualitas siswa laki-laki perlu mendapat
perhatian lebih khusus lagi, sehinga
jumlah pengulangnya bisa lebih
diperkecil. Secara keseluruhan kualitas
siswa madrasah sudah lebih baik
mengingat secara rata-rata jumlah siswa
pengulang maksimal hanya 3,6% dari
jumlah siswa total.
Siswa pengulang jenjang MI perlu
perhatian ekstra dimana secara
persentase jumlah mereka lebih besar
dibanding jenjang MTs, maupun MA.
Perlu kajian mendalam apakah metode
yang digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar di tingkat MI sudah tepat,
atau perlu inovasi baru agar para siswa
mampu menyerap apa yang diajarkan
oleh para guru.
Halaman : 6
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
B.5. Drop Out (DO)
Jumlah siswa drop out untuk
tingkat MI sebanyak 12.161 orang.
Dari jumlah tersebut sebanyak 983 atau
0,3% dari total siswa 361.491 orang
merupakan siswa drop out di jenjang
MIN. Dari jumlah tersebut untuk
jenjang MIN ternyata sebanyak 569
orang merupakan siswa drop out laki-
laki, sementara sebanyak 414 orang
siswa drop out perempuan. Sementara
untuk jenjang MIS sebanyak 11.178
orang atau 0,4% dari jumlah siswa total
siswa MIS merupakan siswa drop out.
Dari jumlah siswa drop out di tingkat
MIS ternyata sebanyak 6.881 orang
merupakan siswa drop out laki-laki,
sisanya sebanyak 4.297 orang
merupakan siswa drop out perempuan.
Secara umum siswa laki-laki di jenjang
MI baik untuk status negeri maupun
swasta lebih mendominasi tingkat drop
out siswa dibandingkan dengan siswa
perempuan.
Sementara untuk jenjang MTs
total jumlah siswa yang terkena drop out
sebanyak 18.723 orang. Dari jumlah
tersebut sebanyak 4.783 orang atau
0,8% dari jumlah total sebanyak
591.761 orang merupakan siswa drop
out untuk MTsN. Dari jumlah tersebut
sebanyak 3.499 orang merupakan
siswa laki-laki, dan sebanyak 1.284
orang merupakan siswa perempuan.
Untuk tingkat MTsS sebanyak 13.940
orang atau 0,8% dari jumlah total siswa
sebanyak 1.845.501 orang adalah siswa
drop out. Jumlah tersebut di tingkat
MTsS sebanyak 8.935 orang merupakan
siswa laki-laki yang terkena drop out,
sementara sebanyak 5.005 orang
merupakan siswa perempuan drop out.
Data diatas untuk jenjang MTs baik
untuk negeri maupun swasta ternyata
jumlah siswa drop out lebih didominasi
oleh siswa laki-laki dibandingkan
dengan siswa perempuan.
Untuk jenjang MA total siswa
yang terkena putus sekolah atau drop out
sebanyak 4.290 orang. Jumlah siswa
putus sekolah di tingkat MAN sebanyak
948 orang atau 0.3% dari total siswa
MAN sebanyak 319.011 orang.
Jumlah siswa putus sekolah di tingkat
MAN ternyata didominasi oleh siswa
laki-laki, yaitu sebanyak 566 orang dan
siswa perempuan sebanyak 382 orang.
Sementara untuk MAS jumah siswa
putus sekolah sebanyak 3.342 orang
atau 0,6% dari jumlah siswa sebanyak
576.823 orang. Dari jumlah jumlah
tersebut ternyata siswa laki-laki lebih
banyak terkena drop out yaitu sebanyak
1.883 orang dan siswa perempuan
sebanyak 1.459 orang.
Berdasarkan data drop out yang
dipaparkan diatas ternyata sebagian
besar siswa drop out adalah siswa laki-
laki. Hal ini menunjukan bahwa
Halaman : 7
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
kualitas siswa laki-laki perlu mendapat
perhatian lebih khusus lagi, sehingga
jumlah pengulangnya bisa lebih
diperkecil. Kemungkinan yang lain
adalah perubahan-perubahan nilai-nilai
dan cara pandang masyarakat itu
sendiri bahwa anak perempuan juga
memerlukan pendidikan sampai dengan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
sehingga sangat berguna untuk bekal
anak tersebut dimasa mendatang yang
penuh dengan tantangan-tantangan
kehidupan.
Grafik 1.11. Siswa DO Berdasarkan Gender
Berdasarkan diagram atau grafik
1.10. diatas, ternyata terdapat
fenomena yang menarik dimana jumlah
siswa putus sekolah atau drop out
cenderung tinggi di tingkat MTs,
terutama MTsN. Hal ini dimungkinkan
karena faktor ekonomi orangtua yang
sudah tidak dapat mendukung untuk
pembiayaan pendidikan siswa yang
bersangkutan. Ini baru dugaan penulis,
perlu diteliti lebih mendalam lagi,
faktor-faktor pemicu timbulnya siswa
putus sekolah di tingkat MTs.
B.6. Siswa Tamat Belajar
Siswa RA yang telah
menyelesaikan masa pendidikannya
ternyata sebanyak 51,5% lulusannya
melanjutkan ke jenjang SD, sementara
yang melanjutkan ke jenjang MI
sebanyak 39,8%. Ternyata dari data
tersebut orangtua siswa lebih cenderung
memilih SD sebagai pendidikan
lanjutan dibandingkan dengan MI. Hal
ini perlu mendapat perhatian agar
kualitas MI lebih ditingkatkan dan
perlunya sosialisasi tentang MI di
khalayak luas agar masyarakat
mendapat informasi yang jelas tentang
MI baik dari segi kualitas kurikulum
pendidikan maupun SDM Tenaga
Pengajarnya. Sosialisasi ini diharapkan
dapat menarik minat masyarakat luas
untuk menyekolahkan anaknya di
jenjang MI.
7.450 4.711
12.434
6.289
2.449 1.841
LK Pr LK Pr LK Pr
MI MTs MA
Jumlah Siswa DO Berdasarkan Gender
Saat ini Ditjen Pendidikan Islam
sedang gencar mengadakan pencitraan
terhadap Madrasah di berbagai media,
salah satunya di salah satu stasiun
televisi swasta nasional. Kegiatan ini
bertujuan seperti yang penulis paparkan
diatas. Semoga apa yang sudah
dilaksanakan oleh Ditjen Pendidikan
Islam berdaya dan berhasil guna.
Halaman : 8
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
Grafik 1.12. Keberadaan Lulusan Siswa RA
Sementara untuk kondisi tamatan
belajar tingkat MI, MTs, dan MA
dinilai berdasarkan jumlah siswa yang
lulus Ujian Nasional (UN). Secara
rerata berdasarkan data yang masuk ke
Bagian Perencanaan dan Data, jumlah
siswa yang lulus UN diatas 95% dari
total peserta UN yang ada di semua
level, baik MI, MTs, maupun MA.
Secara persentase jumlah siswa
yang lulus UN/UASBN berdasarkan
gender siswa laki-laki sedikit lebih besar
di banding siswa perempuan untuk level
MI dan MTs. Sementara untuk level
MA tingkat kelulusan siswa perempuan
sedikit lebih besar di banding siswa laki-
laki. Hal ini perlu penelitian lebih
mendalam, mengapa untuk level MI,
dan MTs siswa laki-laki lebih besar
tingkat kelulusannya dibanding siswa
perempuan, sementara untuk level MA
justru kondisi sebaliknya yang terjadi.
Ini mungkin faktor psikis yang menjadi
kendala, berdasarkan penelitian yang
pernah di lakukan, manakala siswa
perempuan semakin tinggi level
belajarnya, maka akan semakin tinggi
pula minat untuk belajar secara tekun,
serta lebih berkonsentrasi dan lebih
bertanggungjawab dalam membagi
waktu untuk kehidupannya.
Keberadaan Lulusan Siswa RA
Tdk Diketahui;
24.883 ; 7,7%
MI; 128.267 ; 39,8%
SD; 165.965; 51,5%
Mengutip pernyataan Dra Rose
Mini AP MPsi, seorang Psikolog dari
UI, prestasi itu sebenarnya ditentukan
oleh banyak hal, diantaranya nature,
nurture, budaya. Jadi faktor prestasi itu
ditentukan oleh faktor yang kompleks.
Berdasarkan pernyataan diatas maka
menjadi suatu penelitian yang menarik
berdasarkan paparan data diatas.
Persentase Kelulusan Siswa MI, MTs, MA Berdasarkan Hasil UN/UASBN
Persentse Kelulusan 95,4% 95,5% 96,4% 96,8% 97,3% 97,1%
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
MI MTs MA
Grafik 1.13. Kelulusan Siswa MI, MTs, MA
C. Personal Lembaga Pendidikan.
C.1. Kepala Lembaga Pendidikan.
Jumlah Kepala RA sebanyak
19.762 orang memimpin RA sebanyak
19.762 lembaga. Dari jumlah tersebut
bila dilihat dari latar belakang
pendidikan atau kualifikasi pendidikan
Halaman : 9
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
sebanyak 73,9% atau 14.613 orang
memiliki jenjang pendidikan belum S1,
sebanyak 25,6% atau 5.065 orang
berpendidikan S1, dan sisanya sebanyak
84 orang atau 0,4% berpendidikan S2.
Grafik 1.14. Latar Belakang Pendidikan Kepala RA
Dari Grafik diatas terlihat bahwa
masih banyak sekali Kepala RA yang
berlatar belakang pendidikan belum S1,
hal ini perlu perhatian dan dorongan
dari pemerintah agar para Kepala RA
tersebut minimal memiliki pendidikan
minimal S1, dikarenakan hal ini
berkaitan dengan skill individu tersebut
untuk manajemen tata kelola lembaga
agar lebih baik.
Latar Belakang Pendidikan
Kepala MIN sebanyak 367 orang atau
22,1% berpendidikan kurang dari S1,
dan sebanyak 85 orang atau 5,1%
berpendidikan S2. Sementara sebagian
besar Kepala MIN berpendidikan S1,
yaitu sebanyak 1.210 orang atau
72,8%. Sementara untuk Kepala MIS
sebagian besar berpendidikan kurang
dari S1, yaitu sebanyak 11.270 orang
atau 56,7%, sebanyak 8.363 orang atau
42,1% berpendidikan S1, dan sisanya
sebanyak 234 orang atau 1,2%
berpendidikan minimal S2.
Grafik 1.15. Latar Belakang Pendidikan Kepala MI
Dari Grafik diatas ternyata
terdapat kondisi atau fenomena yang
menarik. Kondisi tersebut adalah bila
pada MIN, latar belakang pendidikan
Kepala MIN yang belum S1 memiliki
jumlah yang jauh lebih kecil
dibandingkan dengan yang memiliki
latar belakang pendidikan minimal S1.
Kondisi sebaliknya terjadi di MIS,
bahwa Kepala MIS yang memiliki latar
belakang minimal S1 jauh lebih kecil
dibandingkan dengan yang berlatar
pendidikan kurang dari S1. Ini berarti
bahwa pemerintah harus lebih
memperhatikan sektor swasta, karena
hal ini berkaitan dengan sumber daya di
MI sektor swasta jauh lebih besar
daripada MIN, dalam kata lain
pemerintah tidak boleh
Latar Belakang Pendidikan Kepala RA
< S1; 14.613 ; 73,9%
5.065 ;S1; 25,6%
S2; 84 ; 0,4%
Kualifikasi Kepala MI
Series1 367 1.295 11.270 8.597
< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1
MIN MIS
Halaman : 10
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
“menganaktirikan” sektor swasta,
karena kontribusinya yang begitu besar
di dunia pendidikan islam.
Untuk jenjang MTsN, sebanyak
74 orang atau 5,3% Kepala MTsN
masih berlatar belakang kurang dari S1,
sedangkan sebagian besar sudah
berkualifikasi S1 sebanyak 1.021 orang
atau 73,8%, sedangkan sebanyak 289
orang atau 20,9% berkualifikasi S2.
Sementara untuk MTsS, sebanyak
3.268 orang atau 27,4% berkualifikasi
kurang dari S1, 8.136 orang atau
68,3% berkualifikasi S1, dan selebihnya
sebanyak 504 orang atau 4,3%
berkualifikasi minimal S2.
Grafik 1.16. Latar Belakang Pendidikan Kepala MTs
Berdasarkan Grafik diatas, perlu
adanya dorongan dari pemerintah agar
para Kepala MTs yang belum
berpendidikan minimal S1, agar segera
meningkatkan kualifikasinya mengingat
tantangan dunia pendidikan ke depan
jauh lebih besar, sehingga harus
dipimpin oleh seorang individu yang
mumpuni secara skill.
Untuk jenjang MAN, sebanyak 21
orang atau 2,9% Kepala MAN
berkualifikasi kurang dari S1, 494
orang atau 67,2% berkualifikasi S1, dan
sebanyak 220 orang atau 29,9%
berkualifikasi minimal S2. Sementara
untuk MAS sebanyak 669 orang atau
13,6% berkualifikasi kurang dari S1,
3.799 orang atau 77,3% berkualifikasi
S1, dan sisanya sebanyak 445 orang
atau 9,1% berkualifikasi minimal S2.
Terdapat data yang menarik untuk
disimak, bahwa untuk MAS ternyata
memiliki Kepala Madrasah yang
berpendidikan S3, sementara MAN
tidak satupun Kepala MAN yang
berpendidikan S3. Hal ini perlu
perhatian dari pemerintah agar
Kualifikasi Kepala MAN tidak kalah
dari Kepala MAS.
Kualifikasi Kepala MTs
Series1 74 1.310 3.268 8.640
< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1
MTsN MTsS
Kualifikasi Kepala MA
Series1 21 714 669 4.244
< S1 ≥ S1 < S1 ≥ S1
MAN MAS
Grafik 1.17. Latar Belakang Pendidikan Kepala MA
Halaman : 11
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
Berdasarkan Grafik diatas, kondisi
ini hampir mirip dengan kondisi di level
MTs, jadi sekiranya menurut penulis
apa yang mesti dilakukan adalah hal
yang sama seperti perlakuan pada para
Kepala MTs.
C.2. Pendidik (Guru).
Jumlah Pendidik di jenjang RA
sebanyak 86.859 orang dengan
komposisi berdasarkan kualifikasi
pendidikan, sebanyak 71.174 atau
81,9% berkualifikasi kurang dari S1,
dan sisanya 15.685 orang atau 18,1%
berkualifikasi minimal S1. Sementara
jika dilihat dari Status Kepegawaian,
mayoritas sebanyak 81.009 atau 93,3%
berstatus Non PNS. Sementara hanya
sebagain kecil saja yang berpredikat
PNS, yakni sebanyak 5.850 atau 6,7%.
Jika ditinjau dari Kategori gender, maka
sebanyak 80.700 atau 92,9% berjenis
kelamin perempuan, sementara 6.159
atau 7,1% berjenis kelamin laki-laki.
Hal ini sudah lumrah karena secara
psikologis perempuan lebih dekat
dengan dunia anak-anak usia dini.
Berdasarkan data diatas
nampaknya, Pemerintah melalui Ditjen
Pendis memiliki banyak pekerjaan
antara lain sebisa mungkin
mengkondisikan agar para Pendidk
(Guru) di RA, paling tidak memliki
pendidikan minimal S1. Hal ini
berkaitan dengan pemberian tunjangan
profesi, dimana syarat untuk
mendapatkan tunjangan profesi adalah
pendidikan Pendidik (Guru) minimal
adalah S1 atau D4 dan mengikuti
pendidikan profesi agar mendapatkan
sertifikat pendidikan (Undang-undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pasal 9)
Data Pendidik RA
Series1 5.850 81.009 71.174 15.685 6.159 80.700
PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr
Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender
Grafik 1.18. Data Pendidik RA
Untuk Jenjang MI, jumlah
Pendidik (Guru) sebanyak 38.872
orang atau 16,9% berstatus PNS,
sementara sebagian besar berstatus Non
PNS sebanyak 191.113 atau 83,1%.
Jika dilihat berdasarkan kualifikasi
pendidikan, maka sebanyak 161.867
orang atau 70,4% berkualifikasi kurang
dari S1, sisanya sebanyak 68.118 orang
atau 29,6% berkualifikasi minimal S1.
Sementara berdasarkan gender, maka
sebanyak 114.284 atau 49,7% berjenis
kelamin Laki-laki, selebihnya
sebanyak 115.701 atau 50,3% berjenis
kelamin perempuan. Secara gender
Halaman : 12
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
untuk level MI, jumlah guru hampir
sama, sehingga disini terlihat juga
kesetaraan atau tidak ada diskrimnasi
gender untuk menjabat sebagai Guru
MI.
Grafik 1.19.
Data Pendidik MI
Grafik diatas menampakkan
bahwa kondisi yang sama persis seperti
di level RA terjadi di level MI, maka
Ditjen Pendidikan Islam dituntut untuk
bekerja lebih keras lagi.
Pendidik (Guru) jenjang MTs
berjumlah 245.699 orang dengan
40.535 orang atau 16,5% berstatus
PNS, sementara sebanyak 205.164
orang atau 83,5% berstatus Non PNS.
Jika dilihat dari sisi kualifikasi
pendidikan, sebanyak 96.496 orang
atau 39,3% berkualifikasi kurang dari
S1, dan sebanyak 149.203 orang atau
60,7% berkualifikasi pendidikan
minimal S1. Secara gender untuk level
MTs, jumlah Pendidik berjenis kelamin
Laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan Pendidik Perempuan, yakni
sebanyak 132.780 atau 54,0% Laki-laki,
dan sebanyak 112.919 atau 46,0%
Perempuan.
Data Pendidik MTs
Series1 40.535 205.164 96.496 149.203 132.780 112.919
PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr
Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender
Data Pendidik MI
Series1 38.872 191.113 161.867 68.118 114.284 115.701
PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr
Status Kepegaw aian Pendidikan Formal GenderGrafik 1.20.
Data Pendidik MTs
Grafik diatas melukiskan, bahwa
walaupun secara fakta Pendidik (Guru)
MTs yang berpendidikan minimal S1
lebih banyak dibanding dengan yang
belum S1, namun program untuk
peningkatan kualifikasi Pendidik terus
ditingkatkan agar apa yang
diamanatkan di dalam Undang-undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen tercapai dengan baik.
Total Jumlah Pendidik (Guru)
untuk jenjang MA sebanyak 112.793
orang dengan 21.400 orang atau 19,0%
berstatus PNS, sementara selebihnya
sebanyak 91.393 orang atau 81,0%
berstatus Non PNS. Kualifikasi
pendidikan Pendidik (Guru) untuk
tingkat MA sebagian besar sudah
berpendidikan minimal S1 yakni
sebanyak 83.411 orang atau 74,0%,
sementara sisanya berpendidikan
kurang dari S1 sebanyak 29.382 orang
Halaman : 13
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
atau 26,0%. Secara gender kondisi Guru
di level MA mirip dengan level MTs,
bahwa Pendidik Laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan Pendidik
Perempuan.
Grafik 1.21. Data Pendidik MA
Grafik diatas melukiskan, bahwa
walaupun secara fakta Pendidik (Guru)
MTs yang berpendidikan minimal S1
lebih banyak dibanding dengan yang
belum S1, namun program untuk
peningkatan kualifikasi Pendidik terus
ditingkatkan agar apa yang
diamanatkan di dalam Undang-undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen tercapai dengan baik.
Secara keseluruhan masih banyak
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
Ditjen Pendidikan Islam, mengingat
Program Sertifikasi tersebut seperti
yang diamanatkan di dalam Undang-
undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Berdasarkan data
yang ada, jumlah Pendidik yang sudah
lulus sertifikat sebanyak 30.510.
Kondisi ini menunjukkan bahwa
jumlah tersebut masih jauh dari
harapan, mengingat jumlah Pendidik
yang berpendidikan minimal S1
sebanyak 316.417 orang, apalagi jika
dibandingkan dengan jumlah Pendidik
secara total, meminjam istilah “masih
jauh panggang dari api”.
Data Pendidik MA
C.3. Pengawas Madrasah
Peningkatan mutu pendidikan
telah menjadi komitmen pemerintahan
masa sekarang. Komitmen dan
profesionalisme para tenaga
kependidikan inilah yang akan
menentukan terjadinya perubahan dan
peningkatan mutu pendidikan nasional.
Untuk mendukung kebijakan tersebut
maka salah satu posisi Tenaga
Kependidikan yang strategis adalah
Pengawas Madrasah. Tugas Pengawas
Madrasah adalah mengawasi kinerja
Madrasah.
Series1 21.400 91.393 29.382 83.411 62.105 50.688
PNS Non PNS < S1 ≥ S1 Lk Pr
Status Kepegaw aian Pendidikan Formal Gender
Berdasarkan data yang masuk ke
Bagian Perencanaan dan Data, jumlah
Pengawas Madrasah Tahun Pendidikan
2008/2009 adalah sebanyak 5.653
orang. Komposisi tersebut berdasarkan
gender sebanyak 4.318 atau 76,4%
adalah Laki-laki, sementara sisanya
sebanyak 1.335 atau 23,6%
Perempuan. Sementara data yang
menarik adalah jika dilihat komposisi
berdasarkan usia dan pendidikan
Halaman : 14
Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009
Halaman : 15
formal. Secara usia ternyata sebanyak
2.315 atau 41,0% berada pada usia
diatas 55 Tahun, dimana di usia ini
sebenarnya sudah memasuki usia
menjelang paripurna tugas sebagai
PNS. Jumlah ini ditengarai adalah
mantan pejabat struktural yang ingin
memperpanjang usia pensiun dengan
cara berganti profesi menjadi pengawas
madrasah. Barangkali tidak sepenuhnya
salah manakala memang sebelumnya
menjabat struktural di bidang yang
berkompeten, akan tetapi akan lebih
baik jika sebaiknya secara profesional,
seorang Pengawas Madarasah bukan
berasal dari ”pengalihan” status profesi.
Sementara jika dilihat berdasarkan
jenjang pendidikan ternyata masih ada
pengawas yang berpendidikan belum
S1, yakni sebanyak 1.060 atau 18,8%.
Hal ini memang menjadi pekerjaan
yang tidak boleh termarjinalkan oleh
Ditjen Pendidikan Islam.
Sementara jika dilihat berdasarkan
rasio atau perbandingan jumlah
Pengawas Madrasah dengan jumlah
lembaga yang dibinanya, maka angka
secara nasional memiliki rata-rata
sebanyak 11. Ini artinya adalah setiap
Pengawas mengampu sebanyak 11
Lembaga Pendidikan Agama Islam.
Data cukup menarik berdasarakn
propinsi maka secara rata-rata propinsi
setiap Pengawas mengampu Lembaga
Pendidikan Agama islam berada pada
selanga antara 2 sampai dengan 18.
Rentang terkecil berada pada Propinsi
Bengkulu, yakni sebanyak 290
Lembaga Pendidikan Agama Islam
dengan jumlah Pengawas sebanyak 134
orang. Sementara rasio terbesar berada
di Propinsi Jawa Tengah dengan
jumlah Lembaga Pendidikan Agama
Islam yang tercatat sebanyak 9.759
dengan jumlah Pengawas sebanyak 531
orang.
Data Pengawas Madrasah
Series1 1.575 1.763 2.315 1.060 4.593 4.318 1.335
≤ 50 51 - 54 ≥ 55 < S1 ≥ S1 Lk Pr
Usia Pendidikan Formal Gender
Grafik 1.22 Data Pengawas Madrasah
top related