dewan perwakilan daerah republik indonesia ... file1 ii. jalannya sidang : pimpinan sidang : h....
Post on 25-Jul-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4
MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2015-2016
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
I. KETERANGAN
1. Hari : Jumat
2. Tanggal : 29 Januari 2016
3. Waktu : 09.54 WIB – 11.24 WIB
4. Tempat : R. Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Sidang :
1. H. Irman Gusman, SE., MBA (Ketua DPD RI)
2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)
3. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI)
6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal
DPD RI)
2. Zul Evi Astar, S.H. (Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI)
7. Panitera : Ir. Sefti Ramsiaty, MM. (Kepala Biro Persidangan I)
Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Kepala Biro Persidangan II)
8. Acara : Jawaban dan Penjelasan Pemerintah atasHak Bertanya
Anggota DPD RI terkait keputusan Pemerintah untuk
membangun kereta cepat antara Jakarta dan Bandung
sebagaimana di muat dalam Peraturan Presiden Nomor 107
Tahun 2015.
9. Hadir : 55 Orang
10. Tidak hadir : 76 Orang
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 1
II. JALANNYA SIDANG :
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Teman-teman sekalian para anggota dewan, saya mohon kita segara memulai.
Acaranya ini sesungguhnya jam 09.30. Jadi waktu telah berjalan 5 menit dan pemerintah
dalam hal ini diwakili oleh Menteri BUMN telah hadir sejak jam 09.20. Oleh karena itu
mohon mengambil tempat sesuai yang telah di tentukan.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ini pagi Jumat kok agak kurang semangat nih Pak Uda nih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ini pasti rapatnya sampai pagi tadi malam.
Salam sejahtera buat kita semua.
Om swastiastu.
Sebelum kita memulai Sidang Paripurna Luar Biasa DPD RI, dengan hormat kami
ingin mengundang semua yang hadir di dalam ruangan ini, khususnya para Anggota DPD
dan hadirin semua untuk berdiri, kita bersama-sama menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Kami persilakan berdiri.
PEMBICARA : PADUAN SUARA
Hiduplah Indonesia raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
SIDANG DIBUKA PUKUL 09.54 WIB
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 2
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Hadirin kami persilakan untuk duduk kembali.
Berdasarkan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekjen, sampai saat ini telah hadir
berangkali sudah mungkin bertambah ya tapi tadi 5 menit yang lalu sudah 31 orang Anggota
DPD yang telah menandatangani daftar hadir. Kemudian juga ada yang tugas 4 orang dan
izin 18 orang. Oleh karena itu karena kita tidak memerlukan sebuah keputusan dan kita
hanya mendengarkan, oleh karena itu dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim Sidang
Paripurna Luar Biasa ke-4 DPD ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Sidang dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara, sidang paripurna hari ini
mempunyai agenda tunggal yaitu jawaban dan penjelasan pemerintah atas hak bertanya
Anggota DPD RI terkait keputusan pemerintah membangun kereta api cepat antara Jakarta
dan Bandung. Sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Presiden No.107 Tahun 2015.
Pada tanggal 6 November 2015 kami telah menyampaikan surat No. HM.310/894/DPD/XI
2015 dan disusul dengan surat No. HM.310/1074/DPD/XII/2015 Kepada Presiden Republik
Indonesia sebagai tindak lanjut penggunaan hak bertanya Anggota Dewan Perwakilan
Daerah sesuai Pasal 286 Undang-Undang No.17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan
DPRD yang diinisiasi oleh Saudara Ir. H. Ayi Hambali yaitu Anggota DPD RI dari Jawa
Barat bersama Saudara A.M. Fatwa Anggota DPD RI dari Provinsi DKI Jakarta beserta 75
Anggota DPD RI yang mewakili seluruh provinsi.
Hak bertanya Anggota DPD ditujukan kepada Presiden terkait dengan keputusan
pemerintah untuk membangun kereta cepat antara Jakarta dan Bandung. Ingin kami
sampaikan pada kesempatan ini, hak bertanya ini merupakan hak Anggota DPD yang dijamin
oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan dimana hak bertanya dipergunakan untuk
mendapatkan jawaban atas kebijakan pemerintah yang memberikan dampak signifikan
terhadap kondisi sosial dan psikologis daripada masyarakatnya.
Selanjutnya, untuk memenuhi penyampaian hak bertanya Anggota DPD tersebut maka
melalui komunikasi antara Sekretariat Jenderal DPD RI dengan Sekretariat Negara dan
kemudian presiden menugaskan kepada Menteri BUMN Bu Rini Sumarno, berikan tepuk
tangan applause buat beliau untuk dapat memberikan penjelasan mengenai persoalan yang
dimaksud di hadapan sidang paripurna ini.
Pada pagi ini Bu Rini ya membawa tim yang cukup tangguh yaitu ada Sesmen Pak
Arianto Putra, Pak Staf Khusus Sahala Lumban Gaol dan para dirut yang tergabung dalam
konsorsium baik dari Wijaya Karya, Jasa Marga, Kereta Api Indonesia dan juga PTPN. Nah,
sehubungan dengan hal tersebut kami ingin mempersilakan kepada Ibu Menteri untuk
menyampaikan penjelasannya.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Interupsi Saudara Ketua.
Sepengetahuan kami yang kami dapatkan dari sekretariat jenderal bahwa sebenarnya
dua menteri yang ditugasi untuk memberikan jawaban pemerintah pada hari ini yaitu
termasuk Menteri Perhubungan. Sesungguhnya, lazimnya, yang ditugasi atau dikirim
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 3
presiden untuk memberikan jawaban atas nama presiden adalah menteri senior. Selama ini
adalah menko yang terkait dengan itu, baik di DPR maupun di DPD selama ini. Kita sudah 3
kali dengan ini, selalu menko. Tanpa mengurangi rasa hormat saya dan hubungan pribadi
yang baik selama ini sudah puluhan tahun dengan Ibu Rini, saya sangat menyesalkan kepada
pemerintah yang tidak bersikap serius di dalam menghadapi permasalahan ini. Padahal
pertanyaan ini, ini adalah pertanyaan rakyat, pertanyaan rakyat yang memang banyak
membingungkan masyarakat sekarang ini, karena itu sekali lagi tanpa mengurangi rasa
hormat saya kepada Menteri BUMN, saya mengusulkan kita ubah acara ini, langsung tanya
jawab karena kita memperhitungkan bahwa jawaban pemerintah itu adalah itu jawaban
normatif. Jawaban, maaf, kalau saya persilakan jawaban klise. Yang sekarang ini
berkembang di masyarakat itu yang perlu ditanggapi sekarang ini, yang perlu di tindaklanjuti
oleh wakil rakyat dan wakil daerah dan pemerintah harus sensitif dan penuh tanggung jawab
menghadapi perkembangan masyarakat sekarang ini di dalam menghadapi proyek-proyek
kereta api cepat Jakarta-Bandung.
Saya mohon Saudara Ketua mempersilakan saja langsung tanya jawab dari
perkembangan yang terjadi di masyarakat kalau mengenai penilaian masyarakat tentang
proyek kereta api cepat yang kebanyakan orang menganggap ini proyek ngebet, proyek abal-
abal. Jadi saya mohon kebijakan Saudara Ketua karena ini masyarakat sekarang ini
memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada DPD RI, begitu cepatnya mengajukan hak
bertanya meskipun pemerintah berbilang bulan baru memberikan jawaban. Jadi ini apresiasi
kepada DPD RI di bawah pimpinan Saudara Irman Gusman yang harus ditanggapi oleh
Saudara Ketua. Sekarang kita minta diubah situasi ini, jawaban pemerintah dikirim secara
tertulis, nanti kita perbanyak, tapi sekarang ini situasi yang berkembang di masyarakat
mengenai proyek kereta api cepat Bandung ini yang tidak sesuai dengan visi Indonesia yang
bukan visi Jakarta-Bandung, bukan visi Jawa, bukan jawasentris tetapi adalah visi nusantara.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Pak Fatwa.
Jadi terima kasih. Baik, terima kasih ya. Jadi poin pertama ya sesuai info dari
Sekretaris Negara memang hanya yang dikirimkan hanya Ibu Menteri BUMN ya. Jadi
sebagaimana lazimnya mari kita dengarkan dulu ya dari Ibu. Kami persilakan Ibu.
PEMBICARA : Ir. H. AYI HAMBALI, MM (JAWA BARAT)
Pak Ketua, saya mohon maaf, Pak Ketua. Saya mendukung apa yang disampaikan oleh
A.M Fatwa. Saya Ayi Hambali dari Jawa Barat saya mendukung Pak karena jawaban itu
adalah jawaban yang normatif dan klise. Saya pikir sesungguhnya pemerintah ini kan punya
panggung untuk menjelaskan Pak. Saya pikir lebih baik itu difotokopi saja, dibagikan kepada
kita semua, dibagikan juga kepada pers dan kemudian kita dialog. Barangkali ini kesempatan
dari pemerintah karena selama ini di dialog di tv, di radio, di koran yang off air, yang on air,
itu jarang sekali orang pemerintah yang ikut hadir. Jadi lebih banyak orang-orang yang justru
negatif terhadap proyek ini. Barangkali dengan penjelasan dengan dialog pada hari ini justru
masyarakat akan menganggap ini hal yang positif ya, karena saya sebagai orang Bandung
barangkali merasa bahwa ini adalah sesuatu yang negatif buat kami di Bandung Pak. Jadi
mungkin orang boleh bangga bahwa kotanya menjadi kota yang modern tetapi buat saya
bukan itu karena Indonesia belum waktunya untuk memperoleh ini. Jadi menurut saya, saya
mendukung apa disampaikan oleh Pak A.M. Fatwa barangkali kawan-kawan para anggota
juga setuju bahwa jawaban dari presiden ini kita fotokopi saja kita bagi ke semuanya dan
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 4
minta bagi juga kepada para wartawan sehingga kita punya banyak waktu, ini hari jum'at
waktunya pendek Pak.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, saya beserta Ibu juga sudah dengar. Mari kita kasih kesempatan buat Ibu untuk
memberikan jawaban. Silakan Bu Menteri.
PEMBICARA : M. SYUKUR, SH (JAMBI)
Pak Ketua, sedikit interupsi, Pak Ketua. Jambi, Pak Ketua.
Jadi begini Pak Ketua, kita menghormati apa yang menjadi keputusan Pak Ketua, tetapi
mohon Pak Ketua untuk bijak. Artinya seperti ini, Menteri BUMN diberi kesempatan untuk
menyampaikan tapi perlu dibatasi waktu sehingga ada waktu kita untuk diskusi Pak.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Silakan Bu. Kita dengar dulu, nanti biar beliau menjelaskan.
PEMBICARA : RINI SOEMARNO (MENTERI BUMN RI)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Bapak Ibu Pimpinan dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang saya hormati,
mungkin berikan kami kesempatan untuk menjelaskan mengenai kereta cepat Jakarta-
Bandung, dan saya akan terbuka untuk pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan
oleh para pimpinan atau para anggota dewan. Bisa dimulai?
Mungkin yang banyak pihak tidak betul-betul mengetahui latar belakang dari kita
memulai membicarakan mengenai kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebetulnya sudah ada juga
sebelumnya studi dari JAICA sehubungan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan
itu memang melalui trase kereta api dan waktu itu memang belum dilihat kemungkinannya
karena salah satu yang sangat minta oleh Jepang adalah jaminan pemerintah. Kemudian
Bapak Presiden pada saat itu berada di China dan kemudian membicarakan dengan Presiden
Xi Jinping dan melihat kemungkinan karena China sudah membangun sampai 15.000
kilometer kereta cepat, mau lihat kemungkinannya bagaimana melakukan konektivitas yang
lebih cepat di Indonesia ini dengan memanfaatkan kereta cepat. Nah kemudian kami diminta
untuk melihat keekonomiannya sehubungan dengan membangun kereta cepat Jakarta-
Bandung. Kemudian kami melihat bahwa potensi ini ada mengingat bahwa pada tahun 2009
itu Kementrian BUMN sudah mengeluarkan persetujuan kepada PTPN VIII untuk
membangun daerah perkebunan teh Walini menjadi daerah kota baru untuk usaha maupun
agrowisata dan waktu itu awal-awal juga sudah ada pembicaraan dengan Provinsi Jawa
Barat maupun juga Perguruan Tinggi ITB yang waktu itu memikirkan untuk memindahkan
kampusnya ke Walini, tapi proyek ini tidak berjalan karena memang melihat sedikit sulit
konektivitasnya mengingat melihat bahwa jalan tol Jakarta-Bandung sudah sangat padat.
Oleh karena itu kemudian dibentuknya tim untuk melakukan visibilities tadi sehubungan
dengan jalur Jakarta-Bandung untuk pembangunan kereta cepat, kami membuat jalurnya
melalui sebagian melalui jalur jalan tol dan sebagian besar melalui daerah Walini. Nah
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 5
setelah dilakukan studi, kemudian dimana, kemudian kami mempresentasikan ke Bapak
Presiden di rapat terbatas dengan menko dan para menteri yang terkait. Setelah dilihat,
dipresentasikan dan ini bisa dilakukan visible secara bisnis karena dari pihak China yaitu
perusahaan China Railway Internasional mau melakukan joint venture dengan BUMN dan
kami melihat kalau kami BUMN satu dengan itu tidak mungkin kuat kemudian kita membuat
konsorsium BUMN yaitu PT. Wijaya Karya, PT. Kereta Api Indonesia, PT. Jasa Marga dan
PT. Perkebunan Nusantara VIII yang memiliki lahan di Walini. Kemudian kami melakukan
persentasi di rapat terbatas dan diputuskan untuk kereta cepat Jakarta-Bandung bisa dibangun
tanpa jaminan pemerintah, tanpa dana dari APBN. Betul-betul harus purely business to
bussiness. Dan ini untuk juga dengan penekanan pembangunan kota baru Walini sehingga
dapat mengurangi kepadatan mungkin juga di daerah Jabodetabek dan membangun Bandung
Barat yang memang perekonomiannya masih kurang baik. Jadi itu penekanannya dan pada
tanggal 16 Oktober 2015 terbentuklah join venture antara PT. Pilar Sinergi BUMN Indonesia
yaitu perusahaan 4 perusahaan dari BUMN dan China Railways International dimana kami 4
konsorsium BUMN ini memiliki 60% dan China Railway mempunyai 40%. Jadi mungkin ini
hanya ilustrasi prosesnya sehingga kita membentuk join venture dan pada dasarnya kita
membuat program ini didasari oleh kepres yang penekanan kepres itu jelas sekali, tidak ada
pendanaan dari pemerintah, tidak ada jaminan pemerintah. Jadi betul- betul ini harus business
to business. Jadi waktu presentasipun pembayaran kembalinya itu didapati dari tiket, harga
karcis dan juga pengembangan stasiun-stasiun yang akan dilewati oleh kereta cepat ini, dan
setelah juga, setelah proses lanjutan selanjutnya, terakhir sebelum adanya mulai
pembangunan atau kami melakukan land clearing di PTPN VIII, kami juga Bapak Presiden
memanggil lagi rapat terbatas dengan Gubernur DKI dan Gubernur Jawa Barat dan Walikota
Bandung kemudian diputuskan juga bahwa kereta cepat ini harus bisa, lanjut, harus bisa
menghubungkan beberapa area yaitu bahwa kalau kereta cepat ini berhenti di Halim, harus
juga terhubungkan dengan kereta ringan yang dibangun di sekitar Jakarta dan Walikota
Bandung meminta supaya joint venture ini juga membangun kereta ringan yang
menghubungkan kereta cepat dari Tegal Alur karena kita akan berhentinya di Tegal Alur eh
maaf Tegal Luar ke kota Bandung, tapi kemudian Pak Gubernur juga meminta supaya jangan
hanya ke Kota Bandung tetapi Bandung Raya. Jadi Bandung dan sekitarnya supaya
dibangunkan kereta ringan. Nah ini nantinya kita akan melakukan visibilities tadi apakah ini
memungkinkan, tetapi kalau membangun kereta ringan sampai ke Kota Bandung sehingga
menghubungkan para penumpang kereta cepat yang sampai di Bandung masuk ke Kota
Bandung juga dengan transportasi publik, itu masih memungkinkan. Jadi mungkin kami
menunjukkan juga trasenya yang akan dilewati oleh kereta cepat ini, yaitu mulai sebetulnya
dari Halim, sebetulnya tadinya usulannya dari Gambir tetapi terlalu sulit, kami kemudian
mengusulkan dari Halim, kemudian berhenti di Karawang, berhenti di Walini dan terakhir di
Tegel Alur, dan proses ini akan melewati 8 kabupaten dan kota dan semua bupati dan
walikota juga sudah memberikan izinnya untuk kami dapat melalui jalur-jalur mereka, dan
skemanya adalah seperti yang.. Skemanya, skema bisnisnya adalah sebagai berikut dimana
China Railway Group yaitu Chaina Railway Internasional melakukan joint venture dengan 4
BUMN yang kita bentuk perusahaan namanya PT. Pilar Sinergi BUMN Indonesia dimana
PT. Sinergi BUMN Indonesia ini memiliki 60% dan 40% dimiliki oleh China Railway
Coorporation dan PT. Kereta Api Cepat Indonesia China ini adalah joint venture dimana 25%
pendanaannya dari modal dan 75% dari pinjaman. 75 persen pinjaman ini berasal dari China
Development Bank dengan bunga rendah dan jangka waktu 40 tahun dan 10 tahun grace
periode-nya 10 tahun. Jadi karena itu memang pembangunan kereta cepat ini betul-betul
tidak ada pemerintah dalam arti pendanaan maupun jaminan. Yang diminta dari pemerintah
adalah izin trase, izin konsesi yang sebagaimana biasa juga kalau kita melihat jalan tol itu
juga dalam pembangunan jalan tol, investor jalan tol diberi hak konsesi 45 tahun, ini kami
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 6
memohon lebih, sedikit dari 45 Tahun yaitu 50 tahun konsesinya sehingga kita mempunyai
cukup waktu untuk membayar kembali pinjaman ini dan ini menjadi cucu perusahaan dari
BUMN, karena itulah pada kesempatan ini Pak Pimpinan dan para Anggota Dewan saya
mengajak apa dirksi-direksi yang bertanggung secara langsung sehubungan dengan proyek
ini. Akan tetapi karena ini paripurna mungkin saya mengusulkan dengan kesempatan lain
mungkin dari pihak pimpinan maupun anggota ingin ada lebih penjelasannya detil bisa
dilakukan melalui RDP, mungkin usulan kami demikian.
Jadi memang proyek ini betul-betul dengan pembiayaan komersial sehingga skema
bisnisnya adalah sebagi berikut, dimana 25 persen equity itu dari joint venture China Railway
Corporation dan dari PT. Pilar Sinergi BUMN Indonesia dimana 75% dari pinjaman tadi saya
sudah jelaskan 60% yaitu dalam US Dollar dengan fix rate 2% per tahun dan 40% dalam ...
dengan fix rate 4,46% per tahun, dimana jangka waktu pengembalian 40 tahun termasuk
grace periode-nya 10 tahun, ini betul-betul tidak ada, tidak menggunakan dana APBN dan
tidak ada jaminan pemerintah dan juga tidak ada jaminan dari BUMN sehingga memang
jaminannya proyek itu sendiri. Apa yang diminta dari China Development Bank adalah
proyek itu sendiri dan proyek itu sendiri di bawah PT. Kereta Api Cepat Indonesia China
sehingga itu memang sudah pure business to business dan pengembaliannya itu dari dua sisi.
Pengembaliannya adalah dari penjualan tiket dan juga dari pengembangan yang dinamakan
TOD yaitu Transit Oriented Development yaitu stasiun-stasiun. Jadi stasiun-stasiun ini
nantinya juga dikembangkan secara komersial dimana biasanya ada pertokoannya, ada
apartemennya. Nah ini dari penjualan-penjualan atau penyewaan-penyewaan lahan ini juga
menjadi bagian dari pengembalian dari proyek ini. Kalau dilihat dari studi yang sudah
dilakukan yaitu dilakukan oleh LAPI ITB dimana kita membuat program studi Jakarta-
Bandung, kalau sebagian penumpang itu berhenti di Karawang, ada yang berhenti di Walini
dan sebagian ada di Bandung, minimal yang dibutuhkan kalau kita secara optimis di tahun
2019 yang ditargetkan untuk mulai beroperasi, itu kira-kira 50.000 penumpang, tapi kalau
kita lihat moderat tiap harinya orang naik dari Jakarta-Bandung langsung, tidak berhenti
dimana-mana, dibutuhkan penumpang kira-kira 28.800 orang. Itu dasar dari studi, visibility
study yang kita buat. Jadi kita membutuhkan kira-kira 28.000 orang yang akan pulang pergi
lah. Jadi mungkin 14.000 orang pergi ke Bandung, 14.000 orang ke Jakarta, itu akan visible
untuk kita melakukan proyek ini. Penciptaan lapangan kerja. Jadi kita juga sudah
menekankan kepada pihak partner kami bahwa semuanya mayoritas harus pekerja Indonesia
dan juga kita menekankan semaksimal mungkin adalah pekerja di area Walini dan sekitarnya
termasuk Karawang dan Purwakarta. Nah ini tenaga kerja yang akan kita manfaatkan selama
3 tahun pembangunan kira-kira 39.000 orang, yang akan dari China adalah expert-nya,
engineer dari kereta cepat yang memang kita belum mempunyai kemampuan di situ, dengan
harapan tentunya kita juga akan ada engineer-engineernya kita yang mendampingi mereka
sehingga engineer kita juga bisa belajar dari mereka untuk nanti ke depannya kita harapkan
kita juga bisa membangun kereta cepat dan untuk pembangunan stasiun-stasiunnya karena itu
ada Halim, ada Karawang, ada Walini dan Tegal Luar kira-kira dibutuhkan tenaga kerja
20.000 dan selama operasionalnya itu kita akan menyerap kira-kira 28.000 orang sehingga
memang ini proyek yang kita harapkan juga bisa memberikan kesejahteraan yang lebih
kepada masyarakat Jawa Barat terutama tapi seluruh Indonesia pada umumnya, dan salah
satu programnya kami juga dengan China bahwa dengan BUMN China kita juga ingin
membangun alumunium, lembaran alumunium, karena kita sekarang sudah punya BUMN
punya perusahaan di Sumatera Utara yaitu Alumunium Inggot tapi kita belum membuat
produk turunannya yang sekarang sangat-sangat dibutuhkan terutama kalau kita ingin
membangun lebih banyak lagi kereta ringan, yaitu lembaran alumunium. Jadi kami juga
sudah dalam pembicaraan final pembicaraan untuk kami membangun pabrik lembaran
alumunium sehingga alumunium itu kita bisa buat untuk membangun gerbong-gerbong
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 7
kereta ringan dan kita juga akan membuat, membentuk joint venture patungan dengan China
Railway untuk membangun gerbong-gerbong kereta api biasa maupun kereta ringan di
Indonesia terutama memang kereta ringan ini ke depan sangat dibutuhkan, sekarang kita juga
sudah membangun kereta ringan untuk jalur Cibubur-Jakarta, Bekasi-Jakarta yang itu akan
memanfaatkan gerbong-gerbong alumunium. Jadi kami harapkan ke depan kami tidak impor,
kami bisa membangun sendiri di Indonesia. Jadi mungkin itu pada dasarnya penjelasan kami
mengenai program kereta cepat ini.
Kepada Pimpinan, para Anggota kami persilakan bila ada pertanyaan.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Bapak Ibu sekalian, kita ucapkan terima kasih kepada Menteri BUMN yang telah
memberikan penjelasannya. Tentu setelah kita mendengarkan penjelasan tersebut ya kita
ingin membukakan kesempatan Ibu Menteri ya, bagi teman-teman yang ingin melakukan
pendalaman.
PEMBICARA : FAHIRA IDRIS, SE, MH (DKI JAKARTA)
Jakarta, Ketua.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
Jawa Timur.
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (SULSEL)
Ajiep, Sulsel.
PEMBICARA : Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (JATENG)
Jawa Tengah.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik teman-teman sekalian, kami perlu informasikan tadi Ibu Menteri menawarkan
karena beliau ini..
PEMBICARA : RINI SOEMARNO (MENTERI BUMN RI)
Jam 11.00 harus ke Yogyakarta.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
.. Jam 11 harus ke Yogyakarta, ada Sidang Kabinet di
PEMBICARA : RINI SOEMARNO (MENTERI BUMN RI)
di Borobudur.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 8
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
..di Yogyakarta. Jadi nanti lanjutnya kita akan bikin dengan bentuk RDP ya, untuk
lebih pendalaman materi yang diadakan. Oleh karena itu mohon pertanyaannya yang ini..
Silakan Sulut.
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (SULSEL)
Interupsi Pimpinan. Ajiep. Terima kasih Pak Ketua.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Sebentar ya. Sulut dulu, kemudian Jambi, wah banyak ini. Sulsel, NTB. Sebentar dulu.
Sudah dua sini dulu. Jawa Tengah. Pojok kiri, kanan? Oh gitu. Yang ini mengusulkan ya?
Pak Ayi. Kita kasih kesempatan dulu.
PEMBICARA : FAHIRA IDRIS, SE, MH (DKI JAKARTA)
Fahira pertama ya Pak.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Iya kan DKI.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Bukan DKI-1saja. Pokoknya saya yang terakhir nanti.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Nanti Pak Fatwa yang terakhir ya. Ibu Fahira beres. Baik, Sulut dulu, silakan.
PEMBICARA : M. SYUKUR, SH (JAMBI)
Sulut atau Jambi, Pak?
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Sulut dulu.
PEMBICARA : Ir. MARHANY VICTOR POLY PUA (SULUT)
Terima kasih Pak Ketua.
Baik, terima kasih Pak Ketua.
Pimpinan DPD RI yang saya hormati, Ibu Menteri BUMN Ibu Rini Suwandi
(*Soemarno, red) bersama para pejabat Kementrian BUMN yang hadir yang kami hormati.
Pertama kami sampaikan kegembiraan dan apresiasi tentunya kepada pemerintah atas
kesempatan boleh memberikan penjelasan terhadap pertanyaan dari Dewan Perwakilan
Daerah. Saya mau katakan bahwa dalam banyak hal saya memberikan apresiasi dan
kebanggaan atas strategi pembangunan infrastruktur dari Presiden Joko Widodo. Konsep
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 9
Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggir sebenarnya membawa harapan baru bagi
kami warga bangsa, ada angin perubahan menuju kemajuan bersama sebagai suatu bangsa,
tapi memang setelah gagasan kereta cepat Jakarta-Bandung ini digulirkan, Ibu Menteri,
sepertinya kita terjebak pada kondisi yang fait accompli, jangan-jangan Presiden terjebak dan
mengkhianati visi pembangunannya untuk infrastruktur Indonesia, jangan-jangan. Saya
berpendapat bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini agak sangat elitis, politis dan
bahkan terkesan untuk pencitraan pemerintahaan, sepertinya begitu. Kereta cepat Jakarta-
Bandung ini menurut saya bukan tidak diperlukan, dia diperlukan tetapi timing-nya saya kira
belum sekarang atau tidak sekarang. Saya berpendapat bahwa beberapa hal sebenarnya
masih menjadi persoalan dalam gagasan kereta cepat ini. Pertama, aspek aksesibilitas
Jakarta-Bandung itu tidak ada masalah sekarang, hampir ada 10 cara untuk kita bisa akses ke
Bandung, begitu juga Bandung ke Jakarta dan sangat lancar. Sekarang justru Bandung pada
kondisi belum ada kereta cepatpun sudah full kalau hari libur, tambah kereta cepat lebih
parah lagi sebenarnya Bandung..
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Mohon waktunya Pak Marhany. Mohon to the point.
PEMBICARA : Ir. MARHANY VICTOR POLY PUA (SULUT)
Iya. Lalu kemudian aspek lingkungan saya dengar ini juga belum tuntas Bu, bahkan
melewati hutan lindung sampai 57 hektar yang harus diselesaikan dan itu juga problem
lingkungan, belum lagi melewati daerah yang rawan gempa yang katanya belum tuntas
studinya. Aspek regulasi kemarin Menteri Perhubungan di DPR mengatakan bahwa izin
pembangunannya belum keluar Bu sehingga oke permulaan boleh tetapi pembangunan harus
menunggu izin. Nah ini bagaimana?
Lalu yang mau saya tanyakan aspek pendanaan ini. Kami hampir tidak percaya kalau
tidak pakai APBN dan kabar terakhir katanya ini cuma dalam tanda kutip Bu, ada berita di
online jangan-jangan kita diakali oleh China Railway Engeinering Coorporation ini, karena
proyek yang semacam ini di Iran itu jauh lebih hemat. Ini kabar kemarin ini. Untuk jarak
Indonesia 142 km, ini 5,5 miliar, ini 70 trilyun. Sementara untuk di Iran itu 400 km hanya
USD 2,7 milyar. Nah ini harus diklarifikasi apa betul, saya dengar wapres sudah panggil duta
besar Iran eh duta besar China untuk klarifikasi ini.
Dan terakhir Pak Ketua, saya mau sampaikan bahwa sebenarnya ada aspek
ketidakadilan dalam konteks infrastruktur Indonesia, keseimbangan kawasan, dan
konektivitas antar wilayah. Saya dapat kabar tadi malam ada ribuan penduduk kita di
Miangas sekarang sudah mengeluh karena kekurangan makanan Bu, karena tidak bisa akses
kapal ke sana dalam kondisi badai. Kenapa dana 70 trilyun ini tidak diberikan untuk
pembangunan-pembangunan yang bisa memperkuat interkonektifitas antar wilayah di
Indonesia, belum lagi keluhan Saudara-saudara kita di Papua, di Sulawesi dan sebagainya
sehingga saya berkesimpulan mungkin proyek ini dihentikan dulu, usul saya. Kemudian kita
kaji ulang perencanaan dan kelayakan proyek ini. Kita perlu minta klarifikasi ke China
railway Enginering Cooperation itu apakah memang ada “mark up” terhadap investasi
proyek ini, ini kan wajar untuk kita bertanya. Saya kira itu saja Pak Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, mohon waktunya ya biar semua kebagian. Silakan Pak Syukur dari Jambi.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 10
PEMBICARA : M. SYUKUR, SH (JAMBI)
Terima kasih Pak Ketua.
Ibu Menteri yang saya hormati, saya juga menuggu RDP di Komite II Bu .
Yang pertama, pertanyaan saya, Apa sih urgensinya harus dibangun ini segera Bu? Apa
yang disampaikan oleh Pak Marhany tadi, akses jalan ke Bandung semua sudah dilalui ,
kenapa harus, urgensinya ini harus Bandung dan Jakarta ini harus dilakukan? Dan saya
melihat selisih harga yang disampaikan Pak Marhany antara Teheran itu hampir 71 trilyun
dengan kontraktor yang sama, dengan semua yang sama, dengan jarak yang lebih pendek.
Yang ketiga, ini juga membuka akses menggunakan jalan hutan lindung. Saya ingat di
Jambi dulu, ada paska gempa itu pemerintah tidak memberi ruang sedikitpun untuk buka
jalan untuk hutan lindung, tetapi ini untuk kereta cepat yang urgensinya saya tidak jelas
tetapi ini pemerintah memberi ruang itu, sehingga kami merasa yang di daerah-daerah ini
merasa diperlakukan tidak adil dari pemerintah. Nah sehingga ini apa yang disampaikan oleh
Pak Marhany tadi, Sumatera, timur dan segala macam, kita kereta biasa saja belum ada Bu,
kereta angkat jalan biasa saja tidak ada. Ini Bandung sudah ada semua, ini menjadi
pertanyaan semua daerah, apalagi DPD ini sebagai perwakilan daerah. Maka kesimpulan
dengan waktu sangat pendek ini, saya berharap pemerintah untuk kaji ulang melalui Menteri
BUMN sehingga tidak melukai teman-teman di daerah. Kita setuju kereta cepat ini bukan
saatnya, Indonesia harus kejar itu cepat tetapi bukan ini saatnya. Semangat Pak Jokowi
adalah untuk membangun dari pinggir-pinggir kota, dari pinggir perbatasan dan segala
semacam itu, ini jauh tertinggal dibandingkan dengan apa yang menjadi misi Ibu ini.
Mungkin singkat itu saja, urgensinya apa sebenarnya ini harus segera dibangun kereta ini Bu.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, silakan Kepri. Mohon waktunya.
PEMBICARA : HARIPINTO TANUWIDJAJA (KEPRI)
Terima kasih Pak Ketua.
Rekan-rekan Senator yang saya hormati, Ibu Menteri.
Saya ingin berpendapat sedikit berbeda. Menurut saya ini sangat baik proyek kereta
cepat Jakarta-Bandung. Tiga puluh yang lalu saya warga kelahiran Jakarta, Pak Fatwa yang
saya hormati. Jadi saya ingat 30 tahun yang lalu kita berpikiran, berwacana membangun
MRT tapi tidak jadi-jadi. Akibatnya kemacetan seperti ini sekarang. Menurut saya memang
mungkin kita masih bisa Jakarta-Bandung sekarang 3,5 jam tapi 10 tahun lagi mungkin 5
jam, seperti itu. Jadi menurut saya itu sangat penting tapi tentu kita semua mengharapkan
mohon maaf mengharapkan bahwa pembangunan Indonesia secara keseluruhan tidak
dikurangi porsinya. Tadi sudah diyakinkan bahwa kita tidak sama sekali tidak memakai
APBN, seperti itu. Tentu kami harapkan pemerintah meyakinkan kepada kita semua bahwa
memang masalah-masalah lingkungan, perizinan, pendanaan, APBN dan lain sebagainya
diyakinkan lebih jauh dalam rapat yang mungkin lebih detail, tapi di lain pihak pada saat ini
sebagai perwakilan dari Kepri, saya juga mengharapkan kepada pemerintah untuk
memperhatikan juga daerah kepulauan seperti Kepulauan Riau yang sangat membutuhkan
pelabuhan yang besar untuk transitment, begitu. Tentu ini kami harapkan pola-pola seperti
ini sangat bisa dilakukan tidak perlu memakai APBN karena keterbatasan kita.
Demikian. Terima kasih
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 11
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Pak Ajiep, mohon yang singkat.
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (SULSEL)
Terima kasih Bapak Ketua.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan Sidang yang saya hormati, Ibu Menteri BUMN yang saya hormati, beserta
seluruh jajaran, para peserta sidang paripurna yang sama kami hormati.
Yang pertama, saya ingin menyatakan rasa salut saya kepada Ibu Rini, Ibu Menteri
BUMN yang berani tampil terdepan mewakili pemerintah, bukan hanya di forum ini tapi di
berbagai tempat berbicara tentang hal ini, dan itulah yang membuat pertanyaan kemudian
mengapa Ibu Menteri BUMN yang kelihatan lebih agresif dibandingkan dengan Menteri
Perhubungan dan atau Menteri Ekonomi, Menteri Koordinator Perekonomian, Menko
Perekonomian yang ditugaskan menurut Perpres No. 107 untuk mengkoordinasikan semua
hal ini.
Kedua, seandainya saja tidak ada Perpres No. 107 Tahun 2015 Tanggal 6 Oktober 2015
maka sesungguhnya proyek ini tidak menjadi seheboh seperti yang digambarkan. Andaikata
hanya sebagai investasi biasa, kerjasama antara BUMN Indonesia dengan perusahaan asing
maka dia tidak menjadi seperti luar biasa, tapi karena adanya Perpres No. 107 Tahun 2015
dan yang terakhir lebih menarik lagi adalah adanya Perpres No. 3 Tahun 2016 tanggal 8
Januari 2016 yang ini melalui Ibu Menteri, saya tidak ingin menyudutkan Ibu Menteri
dengan tanda kutip seperti “mengadili” di forum ini karena menurut Perpres No. 107
tugasnya Ibu hanya melakukan pembinaan dan pengawasan serta mengkoordinasikan BUMN
yang ditunjuk yaitu yang empat itu untuk kerjasama dengan BUMN China. Oleh karena itu,
melalui Ibu Menteri saya berharap Perpres No. 3 Tahun 2016 tanggal 8 Januari 2016
disempurnakan. Saya tidak ingin mengatakan melanggar atau tidak sesuai dengan aturan
karena ini harus dikaji dari aspek hukum tapi saya termasuk tidak ingin agar pemerintah
terutama Presiden keliru atau tidak tepat dalam mengeluarkan 2 perpres bahkan bisa jadi 3
perpres yang berkait dengan kereta api cepat ini.
Kesimpulannya adalah, saya tidak persoalkan teknis pembangunan Jakarta-Bandung,
Bandung-Jakarta. Bagi saya yang penting percepat juga pembangunan kereta api Sulawesi,
khususnya Sulawesi Selatan ya, dengan cara apa, apakah menggunakan APBN atau tidak
menggunakan APBN itu urusan pemerintah karena sekalipun tidak menggunakan dana
APBN Pasal 4 di dalam Perpres No. 107 itu memberikan justru keluarbiasaan kepada empat
BUMN untuk bisa meminjam uang kemanapun termasuk melakukan obligasi kepada
masyarakat, itu lebih hebat daripada menggunakan APBN.
Terakhir Bapak Ketua, saya ingin justru DPD berpendapat agar mengingatkan
pemerintah untuk tidak salah jalan dalam melihat terjadinya permasalahan antar kementerian
hanya karena proyek ini, antara pemerintah pusat dan daerah karena proyek ini. Jadi saya
justru ingin meminta DPD, kita yang concern melihat hubungan pusat dan daerah,
mengingatkan pemerintah agar kebijakan yang dikeluarkan betul-betul berpihak kepada
daerah, kepada masyarakat di daerah.
Sekian, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 12
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Silakan Bu Fahira, pendek saja, menambahkan.
PEMBICARA : FAHIRA IDRIS, SE, MH (DKI JAKARTA)
Bissmillahirrahmaninirahim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih Pak Ketua.
Yang terhormat Ibu Menteri dan hadirin yang berbahagia, tadi Ibu Menteri menyatakan
bahwa pemerintah sama sekali sama sekali tidak menggunakan dana pemerintah tapi
walaupun dari sisi keuangan memang tidak menggunakan APBN tapi kan BUMN ini milik
negara. Jadi BUMN ikut membiayai. Jadi negara artinya ikut membiayai dan menanggung
bebannya dan rasanya hampir tidak mungkin suatu negara berinvestasi yang sangat besar
tanpa adanya jaminan dari Indonesia, dan saya baru bicara dengan Pak Fatwa bahwa kami
juga mendapatkan laporan-laporan bahwa China ternyata akan meminta juga jaminan negara.
Saya minta penjelasannya.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Jawa Timur, pendek saja. Untuk NTB siap-siap.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
Terima kasih Pimpinan, mohon waktunya agak sedikit panjang.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Mohon waktunya terbatas, nanti kita di RDP, Rapat Dengar Pendapat.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
...karena ini harus tuntas Pimpinan, tidak bisa dibatasi, ini paripurna. Mohon maaf ini
paripurna luar biasa harus selesai.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya sangat mengapresiasi apa yang disampaikan Ibu Menteri yang mewakili
pemerintah untuk menjelaskan kepada DPD RI tentang proyek pembangunan kereta cepat.
Rencana pembangunan kereta cepat Bandung dimaksudkan sebagai upaya dari pembangunan
infrastruktur untuk mempercepat pengembangan perekonomian antara Jakarta-Bandung
seperti seperti disampaikan oleh Ibu Menteri yang mewakili pemerintah. Namun
pertanyaannya, apakah sudah tepat sasaran dan akan efektif dalam mendorong pembangunan
ekonomi terutama di Indonesia, pertama.
Kedua, jika dibandingkan dengan kondisi kereta cepat di Tiongkok dengan rencana
pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, tentu saja tidak seimbang. Di Tiongkok kereta
cepat rutenya ialah Shanghay-Beijing yang berjarak 1.463 kilometer atau 1.262 kilometer
jalan raya. Kedua kota ini merupakan kota besar di Tiongkok, penduduknya masing-masing
sekitar 30 juta, dengan kata lain kereta cepat di Tiongkok layak karena kombinasi antara
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 13
potensi ekonomi kedua kota yang dihubungkan dan jaraknya yang cukup jauh sehingga
kecepatan kereta bisa di-geber secara ideal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Rute-rute
yang dilalui oleh kereta api cepat melewati jalur yang mempunyai potensi ekonomi yang
besar. Sebagai perbandingan, kereta cepat di Jepang misalnya terbentang melalui kota-kota
industri. Shinkansen terutama di negeri itu rute Tokyo-Osaka Jepang sepanjang 400
kilometer dapat ditempuh dengan tempo 2 jam, berarti rata-rata kecepatan hanya 200
kilometer per jam. Meski kereta bisa dikebut sampai 300 kilometer perjam, kota-kota yang
disinggahi kalau di Jepang, Yokohama kota pelabuhan terbesar Jepang, Nagoya kota dimana
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Mohon Pak Nawardi, waktunya, Pak Nawardi.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
...Toyota berpusat dan Kyoto kota kebudayaan terbaik di Jepang. Contoh-contoh dan di
Jepang dan Tiongkok itu menunjukkan bahwa kondisi berbeda dengan rute Jakarta-Bandung
yang jaraknya hanya 142 kilometer. Kereta cepat tidak cukup tepat untuk rute ini, rute
Jakarta-Bandung hanya melalui kota-kota kecil seperti Karawang, Walini yang disebutkan
Ibu Menteri, Halim dan Tegal. Kota-kota kecil, padahal dalam pengembalian tadi disebutkan
26% berasal dari pengembangan kota-kota tersebut, kota-kota kecil.
Ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati, Presiden Jokowi berharap agar kereta cepat
menciptakan kota-kota satelit atau pusat-pusat pertumbuhan baru di sepanjang jalur yang
dilewati. Masalahnya, apakah masih penting membuat pusat pertumbuhan baru di sekitar
wilayah tersebut, padahal di luar Jawa masih butuh pertumbuhan-pertumbuhan yang lebih
cepat pertumbuhan ekonomi. Kalau tadi disampaikan oleh Ibu Menteri salah satu alasan
rasional adalah bahwa di kota-kota yang dilalui itu masih pertumbuhannya masih kecil,
masih kurang baik, apakah di daerah lain selain di Jawa ini masih kurang, apakah sudah baik
pertumbuhan ekonominya.
Ibu Menteri yang saya hormati..
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Mohon waktunya Pak Nawardi, masih banyak.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
Masalah lainnya adalah kosekuensi finansial yang timbul dari proyek ini yang tidak
dibebankan pada APBN seperti yang disampaikan oleh Ibu. Secara formal beban diberikan
kepada operator patungan kereta api, PT Kereta Api Cepat Indonesia-China. Namun jika
perusahaan ini di kemudian hari ternyata tidak menguntungkan, BUMN-BUMN yang terlibat
di dalamnya bisa saja mengalami kekurangan modal sehingga perlu penyertaan modal negara
atau PMN. Jika ini terjadi mau tidak mau pasti harus meminta injeksi dari dana APBN. Jadi
sesungguhnya proyek kereta cepat ini tidaklah benar-benar steril dari APBN. Dalam kondisi
tertentu secara tidak langsung APBN tetap akan berpotensi digunakan.
PEMBICARA : BAIQ DIYAH RATU GANEFI, SH (NTB)
Interupsi Pimpinan. Mungkin dipersingkat saja karena kita banyak juga yang akan
bertanya. Jadi kalau itu merupakan laporan jadi nanti diserahkan saja kepada Ibu Menteri.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 14
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Nanti kita ada rapat lebih dalam lagi.
PEMBICARA : H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR)
Terima kasih Bu.
Bapak Pimpinan yang saya hormati, persoalan-persoalan yang lain yang disampaikan
tadi bahwa kereta cepat ini hutangnya sekitar 70 trilyun akan dikembalikan dalam waktu 40
tahun, 26% dari pengembangan dan 74% dari tiket. Kalau kita itu hitung kalau tiket 200.000
satu kali jalan dengan angka 20.000 per hari maka dalam setahun akan ditemukan 1,4 trilyun
atau dalam 40 tahun hanya akan ditemukan sekitar, kalau hitungan-hitungan saya sekitar 57,6
trilyun. Coba dihitung kembali. Apakah dalam waktu 40 tahun bisa kembali dana APBN atau
balik modal? Saya kira apa yang disampaikan Ibu Menteri tersebut adalah angin surga,
apalagi dengan pengembangan-pengembangan di daerah Kota Karawang, Walini dan Tegal
apakah itu bukan angin surga dari pengembang-pengembang perumahan yang sekarang
kabarnya sudah membeli tanah-tanah di daerah sana.
Terima kasih, itu saja.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, NTB. Silakan, mohon to the point biar yang dua lagi dan bisa dujawab.
PEMBICARA : Drs. H. LALU SUHAIMI ISMY (NTB)
Terima kasih Pimpinan.
Bapak Ibu yang saya hormati, Ibu Menteri beserta rombongan yang saya hormati.
Pertama, saya mengajak kita semua untuk mempergunakan hati nurani dan kejujuran
atas diri kita sendiri sebagai wujud kecintaan kita kepada Republik Indonesia yang kita cintai
ini. Untuk itu maka sekali lagi mari kita melihat segala sesuatu dengan kejujuran dan hati
nurani, itu yang pertama.
Yang kedua, bahwa kereta api cepat dari Jakarta-Bandung ini sesungguhnya tidak akan
menjadi kereta cepat Pak karena jarak Bandung yang hanya 142 atau 145 itu sedangkan
kereta ini 240 kilo baru dia mengalami kecepatan. Oleh karena itu, ini tidak akan pernah
menjadi cepat. Oleh karena itu perlu dipikir ulang.\
Kemudian yang berikutnya, Ibu Menteri yang ingin saya sampaikan bahwa kemarin
ketika kita RDP dengan Menteri Perhubungan, hampir semua teman dari berbagai daerah
mengeluhkan infrastruktur jalan. Di daerah kalau dapat diaspal saja jalannya Pak itu dia riang
gembira kemudian pesta pora mensyukuri pengaspalan jalan. Itu kondisinya, sementara di
daerah-daerah di luar Jawa ini infrastruktur jalan itu menjadi prioritas yang sangat
didambakan oleh masyarakat kita. Untuk itu ketika kita berbicara tentang pemerataan
sesungguhnya haruslah menjadi pemikiran yang sangat serius kebutuhan masyarakat kita
yang ada di luar Jawa.
Nah kemudian yang keberikutnya Ibu Menteri yang saya hormati, hutang negeri ini
semakin besar dan semakin besar Bu dan saya setuju dengan apa yang disampaikan Jawa
Timur tadi bahwa apapun pernyataan kita sekarang tetapi ini akan berlangsung 40 tahun yang
akan datang, yakinkan kita bahwa negara tidak akan pernah dibebani sampai dengan 40 tahun
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 15
yang akan datang terutama ketika BUMN ini tidak mengalami keuntungan seperti yang
diharapkan? Ini perlu dipikir ulang.
Kemudian yang keberikutnya adalah, kami menuntut Bu, bahwa kenapa kita tidak juga
berpikir atau menepati atau menghargai, memenuhi janji Presiden ketika beliau berkunjung
ke daerah menjanjikan sesuatu yang kemudian di tepukgembirakan oleh masyarakat kita
saking syukurnya. Satu diantaranya adalah ketika Ibu Menteri juga ikut. Ketika Pak Presiden
berkunjung ke Mandalike Resort yang akan kita kembangkan menjadi KIK, itu beliau sudah
bahkan menyebut nominasi Bu 1,8 trilyun untuk pengembangan KIK Mandalike. Kemudian
juga ketika beliau mengunjungi Bandara Internasional Lombok, beliau juga langsung spontan
menjanjikan untuk perpanjangan runway bandara internasional Lombok tetapi kemudian
kalau kajian runway belumlah memungkinkan untuk diperpanjang, saya kira apapun
wujudnya tetapi janji Presiden itu saya kira harus diwujudkan.
Nah janji Bu, jadi bukan perencanaan lagi. Kalau sudah Presiden yang berjanji kepada
siapa lagi kita harus percaya di negeri ini, begitu. Nah oleh karena itu kenapa ini tidak
menjadi prioritas dibandingkan dengan ke Bandung yang semua teman, semua masyarakat
tahu transportasi apapun yang kita mau pakai ke Bandung semuanya sudah tersedia. Mau
pakai pesawat ada, mau pakai kereta bisa, mau santai-santai lewat Pusok bisa eh lewat
Puncak ya, mohon maaf ingat Pusoknya Lombok, Puncak juga bisa kemudian ada jalan tol
dan lain sebagainya. Saya kira sangat memenuhi persyaratan untuk kebutuhan hubungan
antara Jakarta dan Bandung. Untuk itu kesimpulannya Ibu Menteri, pertama kami mohon
untuk realisasi apa yang sudah dijanjikan Bapak Presiden itu sebagai rasa hormat kita dalam
menjunjung tinggi harkat martabat dan kewibawaan beliau harus dipenuhi.
Kemudian yang kedua, perlu dipikir ulang, perlu dipikir matang untuk kelanjutan
kereta api cepat Bandung-Jakarta ini karena sungguh Bu, sungguh sekali lagi empat puluh
tahun yang akan datang kita belum tahu apa yang akan terjadi, tetapi kita sudah memprediksi
bahwa masyarakat akan sangat-sangat dirugikan ketika nanti kemudian kereta api ini tidak
membawa keuntungan seperti yang kita harapkan.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, Jawa Tengah, Pak Muqowam.
PEMBICARA : Drs. H. AKHMAD MUQUWAM (JAWA TENGAH)
Terima kasih, Ketua.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama, saya setuju dengan apa yang disampaikan Pak Reynald Kasali didalam
berbagai media bahwa Jakarta-Bandung ini pertama mengejutkan sekali begitu cepat
Presiden memutuskan, karena banyak sekali gagal kita didalam rangka misalnya membangun
light train kemudian MRT Jakarta. MRT misalnya Bu Rini, itu adalah masih rapat terus tapi
ini soal Jakarta-Bandung begitu cepat sebagimana semangat Bandung.
Lalu yang kedua adalah soal Jepang. Begitu lama Jepang mengincar, mengkalkulasi
dan lain-lain tapi kemudian bahwa kemudian Jepang gagal. Di dalam best practice
international Bu, soal kereta api saya kira China itu baru kemarin sore ada kereta cepat.
Bandingkan misalnya dengan Jepang, bandingkan dengan Prancis, bandingkan dengan
Jerman, bandingkan dengan kereta antar benua dari London ke Rusia, yang saya kira China
itu baru kemarin sore pengalaman di dalam melahirkan, memproduksi yang namanya serta
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 16
mengoperasikan kereta cepat. Ada apa di situ kok begitu cepat pemerintah mengambil China
sebagai partner.
Lalu yang ketiga adalah ini melibatkan uang negara. Bagaimana tidak? Jadi satu kali
Pak Direktur empat perusahaan ini baik dari Wijaya Karya Mas Bintang, kemudian Jasa
Marga Mas Adit, kemudian PT Kereta Api dan kemudian Perkebunan Nusantara III (*VIII,
red) Saya kira BUMN mempunyai rule of come sendiri didalam konteks kaitannya dengan
publik. Kalau kemudian kita kaitkan bahwa Jasa Marga 12%, kemudian Wijaya Karya 38%
sebagai lead-nya, kemudian kereta api 25% dan PTPN VIII 22%. Saya tanya secara bodoh
ini Pak. Apakah Bapak-bapak ini sudah mengadakan misalnya adalah izin kepada publik di
dalam IPO di dalam rangka RUPS. Sudahkah Bapak-bapak ini kemudian mengadakan hal
untuk itu? Saya kira ini penting.
Bu Rini, di dalam negara itu ada dua, hubungan regulator dengan operator itu.
Sepanjang negara eh masyarakat belum mampu maka semua diserahkan kepada pemerintah.
Adanya PT. Kereta Api, adanya Damri, adanya PPD, adanya Pelni adalah untuk semua,
tetapi yang kemudian adalah ketika swasta sudah mampu, serahkan melalui model P3, bukan
PPP yang repot ini, bukan, tapi adalah yang Private Public Partnership itu. Nah karena itu
kalau menggunakan tolak ukur ini maka Jawa itu sudah serahkanlah kepada swasta dan
BUMN, negara tidak perlu terlibat, serahkan kepada Wijaya Karya, kepada Kereta Api
kepada kemudian PTPN VIII, silakan mereka bisnisnya adalah... Ini Bu Rini ini sedang
mengkhianati namanya bussiness to bussiness itu. Kalau Bu Rini yang tanda tangan itu bukan
B to B tapi adalah G to B, atau G to G. Jadi karena itu, mohon di clear-kan apakah ini B to B
dalam pengertian BUMN-BUMN itu atau kemudian ini yang bertandatangan adalah Bu Rini
sebagai menteri ya, yang kemudian atau menggunakan indirect pengaruhnya kepada BUMN
ini. Saya suatu kali nanti saya tidak berharap bahwa 4 direksi BUMN itu menjadi pesakitan.
Ini problem didalam rangka mengelola BUMN. Jadi Pak Sesmen, saya kira ajaklah teman-
teman BUMN untuk berprilaku melakukan organisasi perusahaan secara bisnis sebagaimana
bisnis biasa saja, sebab tanpa Bu Rini saya kira ini tidak akan bisa. Serahkan kepada BUMN
biar mereka itu adalah biasa saja, begitu lho. Bukan kemudian ada pengaruh pemerintah
melalui kemudian, kalau soal Perpres saya kira bolehlah, tapi bahwa pengaruh pemerintah,
kekuatan Bu Rini ini adalah salah menurut saya didalam rangka menjadi lead empat
perusahaan ini. Nah karena itu terhadap hal ini, lalu yang ketiga, yang keempat adalah soal
proses begitu cepat. Lalu yang kelima adalah persaingan Jepang dan China. Nah BUMN saya
kira dalam hal ini Jasa Marga, bagaimana kabar Trans Jawa? Bagaimana Trans Sumatera?
Trans Sumatera dengan hanya 75 trilyun selesai dari Lampung sampai di Banda Aceh, tetapi
dengan 87 trilyun sekarang ini ya mohon maaf, Jakarta-Bandung itu mau melalui Grab apa
namanya, melalui Go-Jek pun bisa, begitu lho.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Mohon waktunya, Pak Muqowam.
PEMBICARA : Drs. H. AKHMAD MUQUWAM (JAWA TENGAH)
Jadi saya kira, kajian mengenai sari bisnis saya kira tidak layak ini. Saya khawatir nanti
suatu kali bahwa 40 tahun yang kemudian ada grass period 10 tahun itu adalah kemudian
memberati BUMN. Lalu yang kedua adalah sisi politik. Lalu yang ketiga adalah dari sisi
kedaerahan. Bu Rini, kapan Trans Kalimantan akan terwujud? Kereta api? Kapan tol
Sumatera terwujud? Kapan Trans Sulawesi terwujud kalau kita hanya berpihak kepada Jawa.
Saya mohon maaf ini. Jadi karena itu, kalau kita lihat di Sulawesi, di Papua apalagi
nasibnya kayak apa, yang namanya trasnportasi darat itu, kenapa Ibu masih berpikir Jawa,
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 17
Jawa, dan Jawa saja itu? Jadi hindarilah Jawa dulu itu, serahkan pada Jasa Marga, serahkan
kepada yang lain, yang swasta itu biar mereka itu adalah P3 as usually saja, tidak perlu pakai
peran pemerintah. Itu baru namanya berkelas memimpin republik ini.
Lalu yang ketiga, yang terakhir adalah, ini mohon maaf ini Pak Ketua, karena ini saya
bukan Komisi II tapi Komite I maka saya ingin mohon pemerintah menunda, bukan, itu
terlalu haluslah, membatalkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung karena ini pada ujungnya
adalah sangat memberatkan masyarakat kita.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Pak Ayi, tolong waktunya karena Ibunya mau berangkat ke Yogya.
PEMBICARA : Ir. H. AYI HAMBALI, MM (JAWA BARAT)
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bapak dan Ibu Pimpinan Bapak, para Anggota dewan yang terhormat, Ibu Rini yang
terhormat, barangkali sebetulnya sudah banyak pertanyaan yang disampaikan oleh kawan-
kawan dan kira-kira arahnya hampir sama. Yang belum barangkali adalah dari segi RT/RW
Bu. RT/RW saya, bukan saya, konstituen saya di Jawa Barat itu sering mengeluh tentang alih
fungsi lahan Bu, alih fungsi lahan di utara itu lahan sudah berubah sebagai lumbung pangan
nasional sudah berubah menjadi pabrik dan properti. Kemudian di selatan , itu sudah berubah
menjadi tempat pertambangan pasir besi. Nah, mereka mengeluh dan mereka bertanya
tentang perubahan alih fungsi ini, ini sesuai enggak dengan Undang-Undang Tata Ruang,
dengan Perda Tata Ruang atau tidak? Nah saya, seharusnya pemerintah pusat barangkali
memberikan contoh kepada pemerintah daerah karena kerusakan yang terjadi karena adanya
perubahan alih fungsi lahan ini bukan hanya dari sisi ekonomi tapi juga dari sisi lingkungan.
Percuma kita punya Undang-Undang RUTR tapi kemudian Undang-Undang itu sama sekali
tidak dihormati, hanya diubah dengan seketika hanya karena hal-hal yang sifatnya saya tidak
tahu apakah ini masalah pribadi atau bukan tapi itu perubahan-perubahan itu sangat sensitif.
Mohon maaf, Bapak Pimpinan, kami sudah berkunjung ke satu negara negara kecil
barangkali di Vietnam, itu untuk mengubah 4x6 sawah untuk dijadikan rumah itu harus izin
perdana menteri, itu mereka taat sekali terhadap peraturan itu, sehingga kita lihat Vietnam
yang dulu kita bantu dengan beras 300.000 ton sekarang kita sudah mengimpor beras dari
sana. Jadi dengan demikian, masalah RT/RW ini, masalah alih fungsi ini harus benar-benar
menjadi perhatian. Kalau ada pernyataan yang saya kagumi dari Pak Emil Walikota
Bandung yang barangkali kalau beliau ini mencalonkan jadi Gubernur Jawa Barat saya akan
mendukung kecuali kalau DKI. Beliau mengatakan bahwa areal luar ini adalah areal yang
tidak produktif, itu justru saya bertanya kepada direksi PTPN VIII, apakah benar di Jawa ini
ada tanah yang tidak produktif? Saya ini kebetulan Alumni Pertanian UNPAD Pak. Jadi saya
tahu sedikit tentang bagaimana produktivitas tanah di Jawa. Jadi kalau mengatakan bahwa
areal Walini itu adalah areal yang tidak produktif, itu justru saya bertanya kepada Direksi PT
PN VIII ya karena dari zaman Belanda dulu di sana sudah ada kebun teh, sudah ada kebun
karet, kebut kina yang semuanya merupakan penghasil devisa buat negara. Barangkali itu
yang terlewatkan oleh kawan-kawan yang harus menjadi perhatian.
Jadi saya setuju, saya sepakat dengan Pak Muqowam bahwa sebaiknya proyek ini
dibatalkan.
Terima kasih.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 18
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Yang terakhir Pak Fatwa.
Saya ingin menyampaikan sebagaimana tadi di awal, Ibu Rini jam 12 akan berangkat
ke Yogyakarta karena ada Sidang Kabinet jam 3, nanti Ibu bisa jawab dengan singkat dan
selebihnya tertulis akan disampaikan. Kemudian nanti dilanjutkan dengan RDP apakah nanti
gabungan Komite II dan Komite IV. Silahkan Pak Fatwa yang terakhir sebagai inisiator.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Terima kasih, Saudara Ketua.
Yang pertama, apresiasi saya kepada Saudara Menteri BUMN Ibu Rini yang saya
hormati, benar-benar anda adalah wanita jantan yang mewakili kabinet kerja, membuka
kesempatan yang luas kepada kami untuk tanya jawab, sementara rekan anda Menko Sofyan
Djalil tempo hari datang membacakan jawaban pemerintah di sini tertulis terus ngacir pulang
Itu sahabat kental saya sebenarnya itu Pak Sofyan Djalil ya tapi saya berkecil hati dia
katanya, “Saya cuma diutus untuk membaca.” Anda Menteri Rini pasang badan mewakili
Presiden Jokowi yang merakyat ya. Saya ingin bicara sedikit dari segi atau aspek politis,
sosial, kultural di dalam hubungan ini. Ini kenapa sebenarnya pemerintah tiba-tiba
memindahkan proyek ini dari Jepang ke Tiongkok atau China? Sementara Jepang kita tahu
sudah 2 tahun melakukan studi kelayakan untuk ini. Jepang dalam hubungan, sedangkan
China itu sebenarnya kita tahu hubungan kita dengan, kita tahu semua China itu sebenarnya
atau maaf keturunan Tionghoa di Indonesia itu sudah merupakan, sudah merupakan
penguasa ekonomi, penguasa ekonomi di Indonesia ini dan saya maafkan mengatakan bahwa
seorang tokoh politik dari partai pendukung pemerintah, pendukung utama pemerintah
mengatakan bahwa meskipun kami ini menang pemilu tetapi yang berkuasa itu bukan
Jokowi tetapi yang berkuasa adalah para Taipan dan ini sebenarnaya, ini sebenarnya di
dalam proyek properti ini ini penuh dengan isu masalah Taipan bahwa sebenarnya ini adalah
bukan proyek kereta api cepat tapi kata para pengamat ini adalah proyek properti, tadi sudah
dikatakan pertumbuhan baru kota-kota yang dilewati itu, itu untuk properti. Nah jadi, saya
ingin mengatakan bahwa kenapa kita mengorbankan hubungan baik dengan China yang
begitu besar sumbangan pembangunan untuk Indonesia terutama masa orde baru. Luar biasa .
Jepang memang perlu menjajah kita 3,5 tahun tetapi dengan jujur dia membayar rampasan
Jepang. Jembatan Ampera yang terkenal di Palembang Sungai Musi itu Jepang bahkan
pencetakan Qur'an di Indonesia itu dicetak atas biaya pampasan Jepang. China ini kita pernah
putus hubungan diplomatik dan saya adalah pimpinan parlemen yang pertama memimpin
kunjungan muhibah ke Tiongkok dalam rangka rehabilitasi hubungan Indonesia dengan
Tiongkok tetapi saya amat sangat bersedih hati bahwa pemerintah Indonesia mengecewakan
Jepang, dan hubungan kita dengan Tiongkok sebenarnya yang sudah berabad-abad, sudah
cukup begitu dekat, keturunan Tionghoa di Indonesia begitu banyak. Saya bukan rasis, sama
sekali tidak rasis karena buktinya maaf isteri saya yang kedua adalah orang Chinese. Jadi ini
tidak perlu diragukan dan saya terbuka, tidak sembunyi-sembunyi, saya sampaikan kepada
presiden SBY tempo hari itu.
Jadi ini maafkan untuk saya ucapkan bahwa keturunan-keturunan orang Tionghoa itu
kebanyakan mau hanya mengawini Indonesia, mengawini Indonesia tapi tidak mau dikawini.
Padahal nenek moyang kita, nenek moyang saya saweri gading, pergi ke Tiongkok
mempersunting gadis China dan raja-raja di Jawa ini, itu kebanyakan istri-istrinya adalah dari
China tapi orang China-China Indonesia kebanyakan hanya mau mengawini kita, ya ini
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 19
penting, ini sosio-kultural, ini penting dikemukakan, ada hubungannya dengan politik. Jadi
sebenarnya tanpa proyek kereta api ini hubungan kita dengan China sudah sangat erat sehari-
hari kita di Indonesia. Saya siang malam Bu hubungannya. Terima kasih, ini untuk intermezo
sedikit supaya jangan tegang ini omongannya.
Saya tegaskan kesimpulan saya, meskipun diselingi intermezo, saya sangat amat sangat
mendukung Senator Muqowam yang meminta supaya Presiden Jokowi mencabut kembali
perpresnya dan membatalkan proyek ini, membatalkan proyek ini.
Di zaman Presiden Megawati ada beberapa perpres yang ditandatangani untuk proyek-
proyek infrastruktur yang terpaksa dibatalkan. Jadi Presiden Jokowi yang sekarang ini kita
buktikan itu memang presiden kecintaan rakyat, jangan sampai rakyat menjadi berbalik non
simpati kepada Presiden Jokowi hanya karena proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung ini,
dan Ibu Rini adalah seorang yang paling di depan di dalam persoalan meyakinkan Presiden
Jokowi yang semula sebenarnya tidak, enggan untuk menyetujui proyek kereta api cepat ini
tapi karena Ibu Rini ini yang meyakinkan Presiden Jokowi, maka ini terpaksa juga
ditandatangani perpresnya, itu yang sudah menjadi pengetahuan umum, tidak perlu kita
sembunyi-sembunyikan.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih semuanya.
Ini jawaban singkat Bu Menteri dan selebihnya tertulis akan disampaikan semua
pertanyaan. Silakan Ibu Menteri sebelum kita akan tutup.
Terima kasih.
PEMBICARA : RINI SOEMARNO (MENTERI BUMN RI)
Terima kasih Bapak Ketua.
Mungkin pertama-tama yang perlu saya tekankan dari sejak awal saya mengatakan
bahwa ini adalah proyek bussiness to bussiness. Sejak awal BUMN-BUMN secara langsung
yang menegosiasi dengan China Railway Coorporation, karena itu direksinya sebetulnya
hadir di sini. Tadi juga sebetulnya mungkin sebetulnya saya hanya menjelaskan sebagian saja
sebagai pembina dan pengawas dari BUMN permulaan dari program kereta cepat ini, dan
memang sejak awal mengatakan tolong lihat kereta cepat Jakarta Bandung di lihat dari
bussiness to bussiness. Pak Jokowi memang pergi di China naik kereta cepat dari Beijing ke
Tianjin. Beijing-Tianjin itu 140 kilometer dan waktu itu Tianjin itu keadaan ekonominya
tidak begitu baik, dihubungkan lebih baik dengan kereta cepat, biarpun sudah ada jalan tol,
sudah ada kereta api, bisa naik pesawat, dihubungkan dengan kereta cepat menjadi lebih
bagus, karena itu beliau waktu itu tolong coba dilihat kemungkinan di lihat dari bussiness to
bussiness tapi kita juga tolong dilihat juga program yang sudah dilakukan oleh Jepang .
Jepang permasalahannya adalah selalu meminta jaminan pemerintah sehingga itu dan
menjadi proyek pemerintah sehingga harus menjadi bagian dari APBN, itu pertama sehingga
proyek ini betul-betul diminta tolong dievaluasi secara bussiness to bussiness, ya tentunya
BUMN yang diminta untuk melihat kemungkinan ini, dan mungkin juga sebagai informasi
sebelumnya kepada Bapak-bapak Ibu-ibu yang saya hormati dari daerah, kami BUMN
selama satu tahun ini membangun berbagai mana, berbagai-bagai tempat di daerah-daerah.
Di NTB targetnya tahun ini Bapak, kami akan mulai membangun Mandalika, karena tidak
ada PMN (Penyertaan Modal Negara). BUMN-BUMN dari karya-karya yang akan
melakukan pembangunan di sana. Tadinya memang ada kemungkinan untuk mendapatkan
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 20
PMN di tahun 2016 sudah dimasukan tetapi karena PMNnya dibatalkan di DPR, jadi kami
tetap akan membangun karena itu sudah komitmen dari pemerintah, BUMN langsung akan
membangun dengan dana yang dimiliki oleh BUMN. Jadi tidak lagi menggunakan APBN,
untuk yang di Mandalika. Jadi secara menyeluruh, sejak awal proyek ini sudah bussiness to
bussiness, saya tidak ikut bernegoisasi, saya tidak memproses perizinan, semua perizinan
dilakukan oleh joint venture company. Jadi itu mungkin yang perlu ditekankan. Cuma
mungkin, tidak tahu kenapa ya Pak, dalam arti kayaknya saya terus yang dilihat, mungkin
kelihatan saya. Pada dasarnya, kenapa memang saya mengajak direksi di sini dan saya juga
tadi mengatakan kepada Bapak Pimpinan, tolong kalau nanti setelah saya selesai pertanyaan
detil bisa dengan mereka, karena sebetulnya proses mengenai visibility study, proses
negosiasi dengan perbankan, itu adalah mereka. Kami sebagai pembina dan pengawas
BUMN, di sana ada juga koresponden menterinya yaitu yang melakukan pengawasan
pembiayaan dengan BUMN, menteri di sana minta komitmen BUMN di sini itu bagus atau
tidak. Saya juga minta komitmen dari pemerintah di sana, eh BUMN yang akan melakukan
aktivitas ini bagus atau tidak? Karena terus terang kita selama ini juga mendapatkan banyak
pengalaman bekerjasama dengan perusahaan China yang kualitasnya sangat jelek, sehingga
ini kita jaga betul, bahwa ini betul BUMN-BUMN yang mendapatkan support sepenuhnya
dari pemerintah, karena mereka memang BUMN yang bagus yang sudah bekerja di negara-
negara di dunia, dimana-mana. Nah inilah fungsi saya sebetulnya sebagai pengawas dan
pembina dari BUMN tapi bussiness to bussiness dilakukan sendiri oleh para direksi, dan
mungkin saya mohon para Pimpinan dan Para Anggota DPD untuk berkomunikasi dan
menanyakan langsung kepada direksi, itu satu.
China sudah membangun 17.000 kilometer kereta cepat. Tidak ada negara di dunia
yang sudah membangun begitu banyak, dan mereka membangun bukan hanya di daerah
dingin, di daerah subtropis tapi juga di daerah tropis karena mereka punya punya pulau
namanya Pulau Hainan yang keadaannya cuacanya itu sama seperti di Indonesia, itu juga
yang kita lihat, dari pihak tim sudah melakukan laporan kepada saya mereka sudah melihat
itu semua. Jadi itu semua dilakukan dengan hati-hati, pertama.
Kedua, memang yang dilihat adalah pembangunan di daerah harus didahului, harus
dipercepat dan kepres itu bukan dikeluarkan untuk ini saja. Kita mengelurkan kepres untuk
kereta ringan, LRT Bekasi, karena itu untuk percepatan. Dalam percepatan urusan
pembebasan lahan, percepatan untuk perizinan, dan yang lain-lain, itu juga dikeluarkan
Dikeluarkan Perpres mengenai pembangunan jalan Tol Sumatera, Trans Sumatera,
Kalimantan. Yang sekarang BUNM itu, 4 BUMN itu ingin mempercepat pembangunan
Bakahuni sampai Palembang yang hampir 400 km. Nah itu kita kejar-kejaran dengan
pembebasan lahan, itu BUMN, pendanaan BUMN. Nah perlu saya tekankan, BUMN ini pada
dasarnya Badan Umum eh Badan Usaha Milik Negara, ya kita dimiliki negara, kita
mendapatkan modal awal dari negara. Total modal awal yang mungkin didapat dari negara
mungkin kita sedang perkiraan kira-kira 400 trilyun dari negara, tetapi sekarang aset BUMN
itu 5.500 trilyun. 5.500 trilyun itu didapat dari mana? Dari aktivitas selama ini sehingga kita
mendapatkan laba ditahan yang cukup besar, biarpun kita tiap tahun memberikan deviden
kepada negara maupun membayar pajak maupun PNBP, tetapi kita juga memberikan
deviden. Sebagian kita tahan sehingga kita bisa mengembangkan usaha lebih lanjut, bisa
melakukan pembangunan di daerah-daerah. Jadi besarnya Badan Usaha Milik Negara ini
bukan hanya dari modal pemerintah, juga dari aktivitas-aktivitas para direksi yang sudah
begitu sukses, termasuk komisaris-komisarisnya sehingga BUMN-BUMN berkembang
sekarang sudah mencapai 5.500 trilyun. Nah salah satu memang proyek kereta cepat ini
seperti saya katakan sejak awal tidak terlepas dari pemikiran pembangunan Kota Walini
yang sebelumnya sudah didiskusikan cukup banyak dengan Provinsi Jawa Barat maupun
juga dengan Kabupaten Bandung Barat ini semua kita bicarakan juga dengan dengan
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 21
beberapa pihak seperti perguruan tinggi ITB yang menginginkan untuk mengembangkan
kampusnya ke sana, itu dilakukan di 2009, 2010 yang dengan melihat kepadatan dari jalur
Jakarta-Bandung ini melihat sedikit sulit bagaimana aksesnya. Nah terhubungnya satu daerah
itu juga tidak terlepas berapa cepat kita bisa mencapai di daerah itu. Nilai keekonomian tidak
terlepas berapa lama kita ada di jalan. Kalau kita mau lebih produktif, kalau kita mencapai ke
tempat kerja kita, kalau bisa kita lakukan di 30 menit dibandingkan 2 jam ya 30 menit ,
karena itu akan memberikan produktivitas yang lebih ini kepada kita. Ini sebetulnya dasar-
dasar dari program dari kereta cepat Jakarta-Bandung itu. Jadi betul-betul dilihat dari sisi
bisnisnya, dilihat dari sisi visibility secara menyeluruh dan proyek 40 tahun ini tadi dikatakan
tahun pertama kita pakai 28.000 orang. Manusia bertambah terus. Sekarang saja Jabodetabek
kira-kira 28 juta, saya tanya ke Pak Gubernur Bandung Raya kira-kira berapa juta, 8 juta.
Kita membicarakan mengenai 36 juta manusia yang mungkin lalu lalang, yang sehingga
pentingnya mereka mendapatkan alternatif-alternatif transportasi untuk mereka bisa lebih
efisien, lebih ekonomis dalam mereka melakukan aktivitasnya, dan kita sekarang adalah
dalam era ekonomi ASEAN, ekonomi terbuka ASEAN, dimana kita harus lebih bisa
berkompetitif, berkompetisi lebih baik sehingga konektivitas itu menjadi penting. Oleh
karena itu programnya, sebetulnya tadi juga ada, mungkin nanti saya bisa berikan kepada
Bapak-Ibu sekalian para pimpinan, presentasi kami juga sebetulnya mengenai BUMN yaitu
apa yang sudah kami lakukan selama satu tahun dalam program kami sebagai agen
pembangunan membangun daerah-daerah. Mungkin belum semuanya terjangkau, tapi
program kami adalah betul membangun ke daerah-daerah. Trans Jawa, kita mempunyai
komitmen untuk menghubungkan langsung betul-betul dari Merak sampai ke Surabaya, tapi
Bapak-bapak harus ketahui, permasalahan diantara itu, izin-izin sudah keluar ke para investor
yang bukan BUMN, yang sampai 26 tahun tidak dibangun sekarang kita mengatakan
Kementerian PU, tolong kalau kita mau kita sambungkan semua bolehkah BUMN yang
membangun? Tapi tidak semudah itu secara hukum. Jadi mungkin ini juga kami
membutuhkan dukungan dari para anggota dewan, karena kalau kita ingin menyambung
semua, itu komitmen dari semua pihak harus harus ada, karena masalah perizinan,
pembebasan lahan, itu memang memakan waktu tapi targetnya Bapak Presiden membangun
Indonesia Centris bukan Jawa Centris betul-betul ditekankan, karena itu proyek seperti ini
tidak menggunakan APBN. APBN akan dikonsentrasikan kepada daerah-daerah yang secara
secara bisnis masih belum valaible. Contoh, Trans Sumatera, jalan tol Trans Sumatera
ditenderkan ke swasta tidak ada yang mau, karena IRL-nya hanya 9%, tapi kami dari BUMN
kami mengatakan kami akan lakukan karena sebagian areanya itu melewati PTPN, PTPN VII
yang pembebasan lahannya menjadi lebih mudah dan area itu bisa dikembangkan untuk hal-
hal yang lain. Itu dasar-dasar sebetulnya dalam kita membuat program-program
pembangunan ini.
Jadi memang BUMN, pemerintah mempunyai dua tangan sebetulnya Bapak-bapak
sekalian, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, APBN dalam pembangunan ke seluruh
daerah di Indonesia dan Badan Usaha Milik Negara, tapi Badan Usaha Milik Negara, karena
ini badan usaha, kita tetap harus menghitung secara proporsional bahwa secara bisnis itu
menguntungkan, karena kalau tidak BUMN ini tidak sustain, tidak akan sustainable.
Menguntungkan tapi pada saat yang sama kita juga tetap membangun negara kita dan
memberikan kesejahteraan kepada rakyat Indonesia. Itu dasar-dasarnya sehingga saya
berharap tentunya Bapak-Ibu sekalian, terutama Bapak-Ibu Pimpinan betul-betul melihat
kembali mengenai kereta cepat ini karena ini betul-betul B to B, tidak ada aneh-aneh, kalau
boleh dipertanyakan. Harap kalau mau melakukan audit, silahkan BPKP silakan masuk, BPK
silakan masuk, biar secara terbuka secara transparan karena itulah sebetulnya yang harus kita
dasari bahwa dalam kita melakukan bisnis di Indonesia kita harus trasnparan, kita harus
hampir kompetitif.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA KE-4 DPD RI MS III TS 2015-2016
JUMAT, 29 JANUARI 2016 22
Jadi saya tekankan Bapak Ibu Pimpinan dan para anggota dewan, sekarang kita sudah
menghadapi ASEAN Community. Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asean, karena itu
kita harus kuat di negara kita sendiri dan makin kuat untuk kita tentunya ke negara-negara
lain bukan hanya di asean tapi negara-negara lain.
Mungkin itu dari kami Pak Pimpinan, Ibu Pimpinan dan para Anggota dewan yang
saya hormati. Tentunya kami terbuka kalau nantinya ada pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut,
tapi tentunya seperti tadi juga ditekankan oleh anggota dewan bahwa ini sudah bussiness to
bussiness, tentunya saya mengusulkan RDP-nya dapat langsung dengan perusahaan-
perusahaan yang memang selama ini berhubungan langsung dengan pihak joint venture
maupun regulator sehubungan dengan Menteri Perhubungan.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih.
Mari kita berikan tepuk tangan, applause, buat Ibu Menteri yang telah menjawab dan
nanti selanjutnya akan dijawab secara tertulis, dan selanjutnya nanti ditambah RDP Komite II
dan IV kita bikin rapat lebih pendalaman lagi. Oleh karena itu, dengan mengucapkan
alhamdulillah saya akhiri rapat ini.
Wabillahitaufiqwalhidayah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SIDANG DITUTUP PUKUL 11.24 WIB
top related