dispersi padat teofilin
Post on 24-Jul-2015
531 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat banyak diberikan dalam suatu aturan dosis ganda untuk
memperpanjang aktivitas teraupetiknya. Frekuensi pemberian obat yang
sering tidak dipatuhi oleh pasien dengan berbagai sebab memudahkan
terjadinya fluktuasi dan akumulasi obat yang berlebihan.Sediaan lepas
lambat dengan konsentrasi obat dalam plasma yang konstan dapat
dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal, sehingga frekuensi pemakaian
obat dapat diturunkan dan mengurangi adanya kelupaan pemakaian obat.
Tujuan utama dari sediaan lepas lambat adalah untuk
mempertahankan kadar terapetik obat dalam darah atau jaringan selama
waktu yang diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan
kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit
dosis. Teofilin merupakan salah satu bahan aktif obat yang sering digunakan
dalam terapi asma. Teofilin digunakan sebagai obat asma sebagai sediaan
lepas lambat teofilin. Teofilin memiliki waktu paruh yang relatif pendek sekitar
5-7 jam dan indeks terapetik yang sempit yaitu 5-15 μg/ml. Pada penderita
asma diperlukan kadar terapi sedikitnya 5-8 μg/ml dan efek toksik teofilin
mulai terlihat pada kadar diatas 15 μg/ml terutama apabila diberikan dalam
bronkodilator lain.
Dalam pembuatan tablet lepas lambat sistem matriks merupakan
sistem yang paling sederhana dan sering digunakan. Penambahan matriks
hidrofilik dilakukan untuk memperlambat pelepasan zat aktifnya.
Dalam hal ini matriks hidrofilik akan mengembang (swelling) dan
mengalami erosi. Kedua proses ini akan mengontrol pelepasan. Matriks yang
ditambahkan yaitu natrium karboksimetil selulosa (NaCMC).Natrium
karboksimetil selulosa (NaCMC) merupakan suatu polimer hidrofilik yang
mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal dan sistem ini
mampu mengembang diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat
terdisolusi dalam media air. Jika kontak dengan air, maka akan terbentuk
lapisan matriks terhidrasi. Lapisan ini bagian luarnya akan mengalami erosi
sehingga menjadi terlarut. NaCMC mempunyai fluiditas yang jelek karena
bentuk dan ukuran partikelnya sangat halus dan kecil, sehingga kontak antar
partikel besar yang menyebabkan gaya kohesi antar partikel besar.
BAB II
ISI
I. Uraian Teofilin
Teofilin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C7H8N4O2, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Berupa serbuk hablur,
putih; tidak berbau, rasa pahit; stabil di udara. Sukar larut dalam air, tetapi
lebih mudah larut dalam air panas; mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter. Secara teoritis panjang gelombang
maksimum toefilin adalah sebesar 272 nm.
Bentuk sediaan lepas lambat (modified-release) teofilin dapat
memberikan konsentrasi plasma yang cukup ketika diberikan selama 12 jam.
Secara umum konsentrasi terapetik dalam serum adalah 10 – 20 μg/ml.
Teofilin dimetabolisme dalam liver menjadi 1,3 dimethyluric acid, 1-
methyluric, dan 3-methylxanthin. T1/2 teofilin untuk orang dewasa sehat
adalah 6 – 12 jam, anak–anak sekitar 1– 5 jam, perokok 4 – 5 jam, bayi 10 –
45 jam. Teofilin dikenal baik dan merupakan obat yang paling efektif untuk
perawatan asma akut dan kronik. Disamping untuk mendapatkan keuntungan
terapi maksimum, dengan sedikit resiko dari efek samping yang tinggi,
konsentrasi serum harus berada diantara range 10-20 mg/l.
Teofilin digunakan sebagai bronkodilator dalam pengobatan obstruksi
saluran napas yang reversibel seperti asma. Teofilin biasanya diberikan
dalam bentuk anhidrat atau hidrat. Dosis teofilin biasanya dinyatakan sebagai
bentuk anhidrat. Untuk sediaan tablet konvensional secara umum diberikan
setiap 6 – 8 jam. Namun, bentuk sediaan modified-release umumnya
ditujukan untuk mengurangi frekuensi pemberian, khususnya untuk pasien
dengan clearance yang cepat dan juga untuk mengontrol nocturnal asthma.
Biasanya dosis bentuk modified-release adalah 175 – 500 mg untuk 12 jam
Teofilin mempunyai efek yang menguntungkan dalam terapi asma,
tetapi mempunyai kerugian pada frekwensi pemberian. Efek yang tidak
diinginkan pada penggunaan teofilin biasanya dihubungkan dengan
konsentrasi plasma dan kenaikan plasma yang melebihi 20 mg/l. efek
samping yang sering terjadi antara lain sakit kepala, mual, muntah, tidak
nyaman pada abdominal dan lemas. Beberapa efek samping yang lain pada
penggunaan teofilin terjadi pada susunan saraf pusat, sekresi asam lambung,
diuretik dan aritemia. Efek samping tersebut dapat digunakan sebagai
penanda akibat penurunan konsentrasi plasma.(1)
II. Uraian Dispersi padat
Laju disolusi atau kecepatan melarut obat-obat yang relatif tidak larut
dalam air telah lama menjadi masalah dalam industri farmasi. Obat-obat
tersebut umumnya mengalami proses disolusi yang lambat demikian pula laju
absorpsinya. Dalam hal ini partikel obat terlarut akan diabsorpsi pada laju
rendah atau bahkan tidak diabsorpsi seluruhnya. Dengan demikian absorpsi
obat tersebut menjadi tidak sempurna. (2)
Bahan obat yang relatif tidak larut air memiliki kecepatan disolusi dan
ketersediaan hayati yang rendah. Berbagai upaya untuk meningkatkan
ketersediaan hayati bahan obat yang sukar larut air pada pemberian oral
telah banyak dilakukan dalam bentuk dispersi padat. Teknik dispersi padat
pertama kali diperkenalkan oleh Sekiguchi dan Obi pada tahun 1961 dengan
tujuan untuk memperkecil ukuran partikel, meningkatkan laju disolusi dan
absorpsi obat yang tidak larut dalam air. Pada tahun 1965, konsep tersebut
dikembangkan Tachibana dan Nakamura dengan menggunakan
polivinilpirolidon (PVP) sebagai pembawa dan dispersi dibuat melalui metode
pelarutan (Leuner and Dressman 2000,Sirajuddin 1999). Salah satu polimer
yang umum digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah
polietilenglikol (PEG). PEG disebut juga makrogol, merupakan polimer
sintetik dari oksietilen. PEG umumnya memiliki bobot molekul antara 200-
300000. Konsistensinya sangant dipengaruhi oleh bobot molekul. Umumnya
PEG dengan bobot molekul antara 1500-20000 yang digunakan untuk
pembuatan dispersi padat. Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut,
titik lelek dan toksisitasnya rendah. Kebanyakan PEG yang igunakan memiliki
bobot molekul antara 4000-20000,khususnya PEG 4000 dan PEG 6000.
Proses pembuatan dispersi padat dengan PEG 4000 umumnya
mengguanakan metode peleburan karena lebih mudah dan murah. (Leuner n
Dressman 2000). Disolusi sistem dispersi padat dengan obat hidrofobik dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan obat dalam pembawa. Dalam
hal ini, penambahan surfaktan dapat meningkatakan laju disolusi obat yang
sukar larut dalam air. Salah satu surfaktan yang biasa digunakan dalam
dispersi padat adalah natrium lauril sulfat.(2)
Pengertian
Dispersi padat merupakan dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam
pembawa inert atau matriks pada keadaan padat.(3)
Teknik pembuatan
Pembuatan dispersi padat dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain : (3)
1. Metode peleburan (melting method)
Metode peleburan merupakan metode pembentukan dispersi padat
berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu
kamar. Keunggulan dari metode ini adalah : tidak membutuhkan bahan
pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya
berlangsung cepat serta bersih
2. Metode pelarutan (solvent method)
3. Metode campuran (melting-solvent method)
Berikut kriteria yang harus dipertimbangkan selama pemilihan
pembawa:
a) Kelarutan air yang tinggi, meningkatkan keterbasahan dan
meningkatkan disolusi
b) titik transisi yang tinggi, meningkatkan stabilitas
c) air minimal serapan (mengurangi Tg)
d) larut dalam pelarut yang sama dengan obat-
penguapanpelarut
e) titik leleh relatif rendah (titik-leleh proses)
f) Mampu membentuk padat solusi dengan parameter
kelarutan obat sama
Metode Dispersi padat
Dispersi padat merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
meningkatkan kecepatan disolusi.
Dispersi padat kombinasi acetaminophen dan teofilin dengan metode
evaporasi sederhana dengan menggunakan etil selulosa sebagai pembawa
air-larut. Perangkat oral dibuat untuk ditahan di perut untuk waktu yang lama
dan memastikan pengiriman lepas lambat diabsorpsi dengan baik, dapat
meningkat dan lebih direproduksi obat bioavailabilitas.
Selama dekade terakhir, teknik berkelanjutan telah banyak digunakan
untuk memperoleh pelepasan terkontrol bentuk air baik obat larut dan larut
hemat menggunakan hidrofobik dan polimer hydrophillic, masing-masing.
Keterbatasan dalam pengembangan dispersi padat terutama disebabkan fisik
ketidakstabilan sistem ini. Selama waktu ini fase pemisahan komponen dapat
terjadi.
Selanjutnya, bahan polimer tidak dalam termodinamika kesetimbangan
di bawah temperatur transisi (Tg), sehingga polimer padat pendekatan yang
lebih stabil (energi yang lebih rendah). Jika ini makromolekul penyusunan
ulang terjadi selama percobaan, variasi sifat mekanik dan perembesan dari
materi dapat diamati. Proses ini dikenal sebagai 'Fisik penuaan'. (5)
Alasan penggunaan bahan
Etil selulosa merupakan polimer hidrofobik inert dan sifat seperti
kurangnya toksisitas, stabilitas selama penyimpanan dan kompresibilitas
yang baik membuatnya cocok untuk merancang berkelanjutan pelepasan
matriks (Dubernet et al 1990,Upadrashta et al, 1993).. Etilselulosa secara
luas digunakan untuk mengontrol kecepatan melarut obat dari berkelanjutan
release persiapan (Porter, 1989; Narisawa et al, 1994.). Ini juga telah
digunakan sebagai matrik dalam penyusunan kedua watersoluble dan hemat
obat larut dalam air dengan menggunakan teknik dispersi padat (Syaikh et al,
1987.).(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Nafsiah.Formulasi Sediaan Lepas Lambat Tablet Teofilin dengan
Matriks Natrium Carboxymetil Cellulose dan Avicel Ph 102 dengan
MetodeGranulasi basah. .[Internet]. 2009. [dikutip 30 November 2010];
Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/3365/1/K100040183.pdf
2. Erizal dan Salman. KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU
DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA
POLIETILENGLIKOL 6000.[serial on the internet].[Diakses tanggal 27
November 2010]. Available from
http://docs.google.com/viewer:repository.unand.ac.id/4022/2/ARTIKEL
_ILMIAH_DM_07.doc
3. Alatas. F. Et al. Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi
ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-PEG 4000. .[serial
on the internet].[Diakses tanggal 27 November 2010]. Available from
http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/1._17-2-2007-FIKRI.pdf
4. Sutriyo. Et al. Pengaruh Polivinil Pirolidon Terhadap Laju Disolusi
Furosemid Dalam Sistem Dispersi Padat. .[serial on the internet].
[Diakses tanggal 27 November 2010]. Available from
http://staff.ui.ac.id/internal/132161160/material/Sutriyo020104.pdf
5. Ruchi Tiwari, Gaurav Tiwari, Birendra Srivastava2 and Awani K.
Rai.Solid Dispersions: An Overview To Modify Bioavailability Of Poorly
Water Soluble Drugs. Pranveer Singh Institute of Technology,
Dept. of Pharmaceutics, Kalpi Road, Bhauti,Kanpur-208020, Uttar
Pradesh,India Jaipur National University, Jagatpura, Jaipur, Rajasthan,
India .[Internet]. 2009. [dikutip 28 Desember 2010]; Available from:
http:// www. pharmtech res.pdf
6. Mohiuddin abdul quadir, eva chanda, syed shabbir haider,Md. Selim
reza and biddyut kanti datta. Evaluation of ethylcellulose as matrices
For controled release drug delivery. Department of pharmaceutical
technology, faculty of pharmacy university of dhaka,Dhaka 1000,
bangladesh. .[Internet]. 2005. [dikutip 28 Desember 2010]; Available
from:http://www.pakistan-journal-of-pharmaceutical/sciences.pdf
DISPERSI PADAT“TEOFILIN”
OLEH:KELOMPOK 1
IDA FITRIANI NIRWANA SARI
OLEH:
KELOMPOK 1
IDA FITRIANI
NIRWANA SARI
DOSEN :Dr. Hj. LATIFAH RAHMAN, DESS, Apt
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2010
top related