file · web viewpembangunan nasional semesta berencana (pnsb) makalah ini disusun guna...
Post on 01-Feb-2018
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA
(PNSB)
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu:
Sukidjo, M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok I
1. Erma Elliana Hayati (08404241002)
2. Heru Miftakhudin (08404241010)
3. Chandra Widyadewa (08404241012)
4. Arning Tyas Erma Y. (08404241015)
5. Mayna Rery Fandani (08404241030)
6. Rani Rahmawati (08404241032)
7. Ratih Ardha Puspita (08404241039)
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI (R)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pidato Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1959 secara garis besar telah
disinggung beberapa hal mengenai DEPERNAS. Bung Karno lebih dahulu memperingatkan
kepada orang-orang yang datang dalam pidato tanggal 17 Agustus 1945 tentang apa yang
sudah beliau ucapkan mengenai DEPERNAS. Waktu itu beliau mengatakan: “saudara-
saudara adalah berasal dari seluruh tanah air, dan tugas pokok saudara-saudara ialah
merancang pola masyarakat yang adil dan makmur, makmur dan adil sebagai dimaksudkan
oleh Mukadimah UUD 1945”.
Pola yang disusun akan disampaikan kepada MPR untuk disahkan dan kemudian
dikerjakan oleh seluruh masyarakat. Ada dua hal yang harus diperhitungkan dalam pekerjaan
DEPERNAS :
1. Semangat dan jiwa UUD 1945
2. Program Kabinet Kerja
Bung Karno mengatakan bahwa jiwa UUD 1945 adalah tegas, tepat, dan tidak ragu-
ragu. Pekerjaan hendaklah tegas dan tidak samar-samar. Garis-garis yang akan digariskan,
gariskanlah dengan tegas. DEPERNAS harus menggariskan gambarnya dengan jiwa pelukis
yang tegas, kuat, terang. Gambarkan sesuatu dengan garis-garis yang fors, sehingga gambar
itu berkata kepada bangsa Indonesia. Gambar itu harus mengandung harapan bagi bangsa
Indonesia, sebagai UUD 1945 juga memberi harapan kepada kita semua. Gambar itu harus
dapat mengajak bangsa Indonesia untuk mengerjakan pola yang dimaksud.
Bung Karno juga mengatakan bahwa UUD kita adalah tepat bagi bangsa Indonesia.
Pola yang diciptakan harus sesuai dengan irama, rasa, kepribadian dan tinjauan hidup bangsa
Indonesia. UUD 1945 kita mengandung sifat cepat. DEPERNAS jangan bertele-tele dalam
pekerjaannya. Prosedur-prosedur yang berlangsung di Konstituante di waktu yang lampau
harus menjadi cermin bagi kita semua. Masyarakat menginginkan tindakan yang cepat.
Jika apa yang diungkapkan Bung Karno di atas dapat dipahami dan dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan DEPERNAS telah dapat menangkap jiwa UUD 1945 dan Insya Allah akan
dapat memenuhi keinginan nusa dan bangsa. Kemudian beliau mengharapkan supaya
Program Kabinet Kerja mendapat perhatian pula dari DEPERNAS. Tindakan apa yang harus
diadakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di lapangan sandang pangan, dan bagaimana
akhirnya tindakan itu untuk menguasai persoalan ini seluruhnya. Di bawah ini akan diuraikan
garis-garis besar pembangunan yang harus mendapat perhatian DEPERNAS.
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar dan Tujuan Pembangunan Semesta dan Berencana
Dalam pergolakan Revolusi kemerdekaan sejak hari Proklamasi 1945 maka rakyat
Indonesia telah berhasil membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang bebas dan
berkedaulatan rakyat dari Sabang sampai Merauke. Negara Kesatuan itu ialah Negara
Kebangsaan. Setelah 14 tahun berjuang dalam kancah Revolusi Indonesia, maka datanglah
kini waktunya, karena keamanan dalam negeri telah membuka keinginan untuk itu, supaya
melanjutkan pembangunan semesta dan berencana dengan bertekad bulat hendak menuju
masyarakat adil dan makmur. Pembangunan berencana dengan pengerahan rakyat Indonesia
adalah jalan utama untuk mencapai tujuan membentuk masyarakat sosialis ala Indonesia,
seraya menghabiskan dan membinasakan segala penghalang sebagai sisa-sisa imperialisme,
kolonialisme, dan feodalisme yang masih bercokol dalam masyarakat kita.
Rencana pembangunan semesta atau overall seperti yang akan selesai
diselenggarakan oleh Dewan Perancang Nasional di tahun depan itu, adalah pembangunandi
zaman peralihan. Zaman transisi ini bermula sejak waktu sudah terbentuknya NKRI
berdasarkan Pancasila dengan meliputi masyarakat Indonesia yang adil dan makmur yang
juga berdasarkan ajaran Pancasila. Berapa lamanya zaman peralihan itu, adalah tergantung
kepada jayanya dan lekas putar rodanya Revolusi Kemerdekaan Indonesia di hari depan dan
lekas terbentuknya masyarakat adil dan makmur itu. Banyak yang harus berlaku dalam
perjuangan kemerdekaan: menghilangkan pengaruh Hollands denken dalam cara kita berfikir
dan dalam dunia perundang-undangan serta dalam tingkah laku orang Indonesia, yang
dipikulkan oleh penjajahan Belanda selama 350 tahun kepada pundak kita. Likuidasi
masyarakat kolonial adalah syarat mutlak untuk merintis jalan menuju pembentukan
masyarakat yang mengenal ekonomi nasional.
Sukar sekali dapat meramalkan berapa lamanya zaman peralihan itu. Mudah-mudahan
setelah beberapa kali pembangunan semesta berencana berjalan, misalnya sesudah lima atau
enam kali, maka hendaknya telah memasuki atau minimal telah mendekati masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila yang diidam-idamkan perjuangan rakyat Indonesia. Jadi
tujuan dan maksud pembangunan semesta ialah membangun masyarakat yang adil dan
makmur, adil dan makmur yaitu menurut tinjauan ajaran Pancasila, yang telah dikenal dengan
sempurna oleh para Anggota Dewan Perancang Nasional sebelum dan sesudah mengangkat
sumpah menjadi Anggota Dewan Perancang Nasional.
Mengenal dasar-dasar pembangunan dan merenungkan pelbagai faktor sekeliling
perencanaan pembangunan ialah adalah pula sumbangan berisi jaminan kepada hasil
pekerjaan Dewan Perancang Nasional yang diharapkan oleh Undang-Undang dan Peraturan
Pembangunan. Terutama sekali maka sebelum Dewan Perancang Nasional mulai memutar
rodanya untuk bekerja dengan pemandangan yang jelas dan kegiatan yang tangkas, haruslah
para anggota yang terhormat lebih dahulu merenungkan sedalam-dalamnya hubungan
Pembangunan Semesta Berencana dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945, dengan UUD 1945, dan dengan program Pemerintah Kabinet Kerja serta pidato Bung
Karno pada hari Proklamasi yang menjadi pokok asasi lanjutan Revolusi Kemerdekaan.
Hubungannya itu terletak pada tenaga rakyat dalam kesanggupan memberi isi dan tujuan
kepada Proklamasi yang luhur dan megah. Atau lebih tegas lagi diungkapkan oleh Bung
Karno yang memakai perkataan lain yaitu:
Kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu
mengandung pesanan luhur supaya diisi dengan pembangunan. Membangun mempunyai arti
yang sangat luas, yaitu membangun dalam bidang ekonomi, dalam bidang politik dan sosial,
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dan yang tidak kurang pentingnya dalam bidang
spiritual, guna mencapai penghidupan yang berbahagia bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh
karenanya, menjadilah kewajiban bagi setiap warga negara tanpa perkecualian, karena
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu adalah manifestasi daripada
perjuangan seluruh bangsa Indonesia yang penuh dengan pengorbanan.
Dalam Revolusi Kemerdekaan yang belum selesai itu, rakyat Indonesia telah berhasil
memberi isi politik kepada Proklamasi dengan membentuk negara kesatuan Republik
Indonesia sebagai penjelmaan ajaran Pancasila. Organisasi negara kita telah diabadikan resmi
dalam tiga UUD yang berturut-turut berlaku sejak tahun 1945 sampai kini. Konstituante
Bandung tidak berhasil menyusun Konstitusi yang keempat, yang akan menuliskan dalam
buku kodifikasi dengan jari para wakil pilihan rakyat bersama-sama dengan Pemerintah
Republik Indonesia. Kini sesudah 14 tahun berjuang maka UUD 1945 telah berlaku lagi.
Dewan Perancang Nasional akan memberi isi kepada Proklamasi dengan bertujuan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dengan mempertimbangkan faktor-faktor di
bawah ini.
A. Artinya ada suatu perencanaan overall
Oleh karena soal pembangunan adalah soal yang tidak berdiri sendiri, yang tidak
lepas dari hubungannya dengan bidang-bidang lain kehidupan negara dan masyarakat,
maka dalam melaksanakan pembangunan semesta, perlu adanya suatu perencanaan,
suatu perencanaan semesta, yang didasarkan kepada kebutuhan dan kepribadian rakyat
Indonesia, tanpa mengabaikan contoh pengalaman-pengalaman dalam pembangunan di
luar negeri dengan perpaduan pengalaman dan keadaan yang konkret di dalam negeri.
Perlunya kira mengambil perbandingan daripada pengalaman pembangunan yang
dilaksanakan oleh beberapa negara-negara yang kita ambil sebagai bahan-bahan
perbandingan, kesemuanya menuju ke pembangunan sosialisme. Tidaklah saja kemajuan
pembangunan di luar negeri kita harus diperhatikan, tetapi juga bidang-bidang
pembangunan yang menemui kegagalan di luar negeri karena bersifat individualisme
harus diperhatikan. Dengan berpokok kepada kebutuhan dan kepribadian bangsa
Indonesia, maka contoh pembangunan di luar negeri yang sesuai atau sejajar dengan
kebutuhan dan kepribadian nasional itu dapat dipertimbangkan untuk diteladani.
Berlainan dengan beberapa negara di benua Asia, maka Republik Rakyat Tiongkok,
mendasarkan pembangunannya kepada kolektivisme dan pengalaman-pengalaman
pembangunan di luar negeri yang disesuaikan dengan keadaan serta pengalaman yang
konkret di Tiongkok sendiri. Pembangunan R.T.T, India dan Yugoslavia ini tenyata telah
berhasil dengan memuaskan dengan rencana-rencana lima tahunnya. Hal itu ternyata
dalam masa proses pembangunan selama 8 tahun belakangan ini. Dan suatu kenyataan
yang tidak dipungkiri ialah, bahwa pembangunan di R.R.T tersebut, adalah
pembangunan dengan rencana keseluruhannya di bawah pimpinan kebijaksanaan
daripada Demokrasi Baru atau Demokrasi Rakyat, yaitu suatu bentuk ketatanegaraan
yang sesuai dengan kepribadian bangsa Tionghoa, seperti Demokrasi Terpimpin di tanah
Indonesia yang akan kita laksanakan dewasa ini untuk menggantikan Demokrasi Liberal
yang telah usang dan tidak memenuhi tuntutan zaman. Terutama hasrat rakyat yang
dikerahkan tenaganya untuk ikut membangun dengan melihatkan tendens untuk
berhemat pembiayaan, waktu, tenaga, hendaklah diperhatikan benar-benar, supaya
ditimbulkan pula pada rakyat membangu : berhemat biaya, waktu dan bahan. Untuk itu,
perlu adanya rencana overall yang konkret berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia
yang pada hakikatnya bukanlah barang baru bagi kita, yang telah dirumuskan dengan
kata-kata yang bersahaja, yaitu gotong royong dan dilengkapi dengan pengalaman-
pengalaman pembangunan yang baik di luar negeri.
B. Hubungan Pembangunan dengan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin
Oleh karena tidak ada suatu persoalan dalam kehidupan negara dan bangsa yang
berdiri sendiri, terpisah antara satu sama lain, maka hal ini pun perlu mendapat perhatian
dari Dewan Perancang Nasional, apabila kita tidak mau gagal dalam pekerjaan kita.
Ekonomi sebagai sendi daripada kehidupan dan kesejahteraan nasional, haruslah dapat
dilaksanakan sebagai dasar daripada pembangunan keseluruhannya. Sistem ekonomi itu
adalah Ekonomi Terpimpin dan untuk melaksanakan ekonomi terpimpin ini diperlukan
suatu kebijakan dalam sistem pemerintahan, yang memungkinkan stabilisasi politik.
Bentuk ketatanegraan kita pada waktu sekarang memungkinkan dan membuka pintu
seluas-luasnya bagi pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Dasar Demokrasi Terpimpin
telah dijamin dan tersusun pada garis-garis besarnya dalam UUD 1945 yang kini berlaku
lagi.
Atas alasan-alasan di atas, maka dalam merencanakan pembangunan, hendaklah
diperhatikan benar-benar :
Pedoman Dasar Ekonomi Terpimpin
1. Supaya sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 menegaskan, bahwa
tujuan daripada segala usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan ialah
mewujudkan keadilan, melenyapkan penjajahan dalam bentuk apapun,
memberantas penindasan dan perbudakan, yang memandang manusia hanya
sebagai alat untuk kepentingan sendiri atau golongan sendiri.
2. Supaya mengarahkan segala usaha dalam lapangan ekonomi dan keuangan ke
suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, dan yang sesuai
dengan kepribadian dan kebutuhan bangsa Indonesia. Kepribadian bangsa
Indonesia mengenai sifat gotomg royong dan asas kekeluargaan. Hal ini perlu
dipertimbangkan dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuangan.
3. Supaya pembangunan mewujudkan dengan tegas apa yang ditentukan oleh pasal
33 UUD.
4. Supaya pembangunan menyempurnakan ekonomi terpimpin sejalan dengan cita-
cita demokrasi terpimpin, untuk melenyapkan sisa-sisa ekonomi kolonial, bahaya-
bahaya paham kapitalisme dan free fight liberalism, baik dari luar negeri maupun
dari dalam negeri.
5. Supaya dalam menyusun pola pembangunan harus dipikirkan DEPERNAS
konsentrasi produksi, distribusi dan pembangunan untuk memenuhi hajat hidup
rakyat terbanyak dikuasai negara.
6. Supaya juga dalam lapangan ekonomi dan keuangan memegang teguh pada
politik bebas dan aktif terhadap luar negeri, terutama dalam menjalankan ekspor,
impor, dan kredit.
Dalam melaksanakan rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Semesta,
hendaklah Dewan Perancang Nasional berpegang teguh kepada pedoman pelaksanaan
pembangunan sebagai berikut:
a. Produksi
1) Untuk mencapai kedudukan self suffiency di lapangan sandang pangan, bahan
makanan, dan pakaian dan obat-obatan, dilakukan intensifikasi pertanian untuk
menaikkan produksi dalam negeri, berupa hasil-hasil bahan makanan dan bahan
pakaian, supaya dalam waktu yang pendek produksi sandang pangan menjadi self
supporting.
2) Untuk memperkokoh alat-alat pembayaran luar negeri, harus di-intensiveer
menaikkan produksi bahan-bahan ekspor.
3) ~ Inventarisasi dan penggunaan industri-industri yang sudah ada secara efisien.
~ Mendahulukan pendirian industri pengolahan bahan-bahan mentah hasil
Indonesia menjadi barang-barang yang siap untuk dipakai.
~ Memperluas/mengusahakan industri-industri besar/kecil dan sedang untuk
menghasilkan barang-barang kebutuhan konsumsi rakyat sehari-hari.
~ Mempergiat dan memperluas pertambangan bahan-bahan galian dan bahan-
bahan tenaga nuklir.
~ Memulai research yang berencana dan usaha-usaha ke arah pendirian industri-
industri berat.
4) Supaya diadakan pembangunan yang akan berakibat adanya perubahan yang
radikal dalam peraturan hak agraria, sebagai syarat untuk meninggikan taraf
hidup dan daya beli rakyat, sehingga memberikan kemungkinan peninggian
pendapatan nasional, dan menghidupkan pasar industri dalam negeri.
5) Supaya pembangunan Semesta meninjau dalam rangka industrialisasi dan
mekanisasi masalah penduduk, transmigrasi besar-besaran teristimewa.
b. Distibusi sebagai Akibat Pembangunan Semesta
1) Konsentrasi impor dan ekspor di tangan pemerintah.
2) Distribusi pemerintah disalurkan melalui alat-alat perdagangan yang dimiliki oleh
Warga Negara Indonesia.
3) Menganjurkan koperasi dalam menjalankan distribusi.
4) Menguasai alat-alat komunikasi yang vital dan mengawasi komunikasi partikelir.
c. Keuangan sebagai Akibat Pembangunan Semesta
1) Pemecahan anggaran belanja menjadi anggaran belanja untuk rutin dan anggaran
belanja untuk pembangunan.
2) Melakukan deficit financing untuk pembangunan produktif.
3) Pajak
- Pajak langsung diutamakan
- Penyempurnaan pelaksanaan pajak progresif
- Penyempurnaan aparat dan sistem penarikan pajak
4) Mendirikan bank pembangunan dan konsentrasi dari bank-bank di tangan
pemerintah.
5) Pinjaman dari dalam dan luar negeri, dimana perlu dengan memperhitungkan
pinjaman dan kesanggupan pembayaran kembali.
d. Aparatur sebagai Akibat Pembangunan Semesta
1) Kerja, Organisasi, dan Pimpinan:
- Mengefektifkan pekerjaan-pekerjaan menurut ketentuan jam kerja 40 jam
seminggu dengan maksimum 7 jam sehari, disertai perbaikan-perbaikan nasib
buruh.
- Memperluas kesempatan kerja dengan menjalankan ploeg system.
- Memperhebat pendidikan dalam lapangan kerja dan pemimpin, dengan jalan
antara lain aplikasi kursus.
- Menghargai serta mengunakan kecakapan bebrdasarkan prestasi kerja.
- Mempercepat Indonesianisasi, industrialilsasi, dan mekanisasi.
2) Mengenai koperasi:
Menyempurnakan bimbingan dan mengawasi perkoperasian rakyat di bidang
produksi, distribusi dan industri.
C. Faktor-Faktor Penghambat Pembangunan Sejak Tahun 1950
Pembangunan semesta d an Berencana baru dapat berjalan setelah kembali ke UUD
1945 yanng memungkinkan demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin. Sebelum tahun
1959, pembangunan terbentur pada berbagai macam faktor yang menjadi penghambat
bagi terlaksananya pembangunan tersebut.
1. Faktor Politis
Pelaksanaan pembangunan berlangsung atas stabilisasi di bidang politik, sehingga
pelaksanaannya ini terbentur pada seringkali diadakannya pergantian program
pemerintah yang mungkin sekali berlainan dengan program semula, bahkan
mungkin bertentangan dengan yang telah dilaksanakan.
2. Faktor Psikologis
Tekanan ekonomi, keguncangan politik, pertentangan idiologi dan akibat-akibat
revolusi bersenjata masih sangat berkesan pada kaum buruh, tani, dan pemuda
serta potensi nasional lainnya ditambah pula dengan politik adu domba
imperilialisme yang dengan sadar atau tidak telah dilaksanakan justru oleh
gelombang-gelombang politik, mengakibatkan rakyat diam dalam seribu bahasa
dsalam perjuangan menyelesaikan Revolusi. Mereka bersikap menanti, atau apatis
dalam menghadapi pekerjaan pembangunan. Faktor psikologis ini akan dapat
dihidupkan kembali dengan melaksanakan pembangunan semesta.
3. Faktor Pendidikan
Sistem pendidikan yang sebagian besar menurut dasarnya masih mempergunakan
sistem lama, yaitu sistem pendidikan kolonial sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan nasional. Pendidikan yang diberikan secara umum itu memang
memberikan pengetahuan kepada seseorang tentanng berbagai macam ilmu, akan
tetapi sangat terbatas, sehingga sukar untuk menuju kepada deferensiasi,dimana
tiap-tiap bidang ilmu pengetahuan ada ahli-ahlinya. Tidak adanya literatur yang
bernilai tinggi bagi para pemuda kita, telah menyebabkan unsur-unsur yang baik
dan tenaga kreatif dalam kebudayaan kita itu menjadi samar-samar.
4. Faktor Administrasi Negara
Dalam pembanngunan raksasa, maka organisasi dan adminstrasi pun menentukan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan dari sesuatu planning. Walaupun planning itu
telah disusun dengan sebaik-baiknya, semuluk-muluknya, akan tetapi dengan
organisasi dan adminstrasi yang tidak teratur dan tepat, maka rencana itu mungkin
akan merupakan suatu impian belaka. Oleh karenanya faktor ini harus
dilaksanakan dengan baik di semua instansi dan atau lembaga yang mengatur
kebijaksanaan politik, ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Birokrasi yang
berlebihan yang merajalela di intansi Pemerintah, mengakibatkan pekerjaan yang
seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu sehari, menjadi berbulan-bulan.
Mismanajemen dan korupsi pun merupakan suatu kebobrokan atau faktor
penghalang dalam suatu masyarakat yang disebabkan kurangnya ahli-ahli
terutama dalam bidang adminstrasi kenegaraan. Penempatan tenaga ahli pada
Dewan Perencanaan Nasional dan pelaksanaan perencanaan pembanguan harus
dipertimbangkan dari sudut bakat, kecakapan, dan keahlian yanng dibutuhkan.
5. Menghidupkan Potensi Rakyat
Pembangunan semesta dan berencana baru terjamin akan berhasil baik, apabila
pembanguan itu tidak saja mempunyai tujuan untuk membentuk masyarakat
yanng adil dan makmur. Akan tetapi, juga harus didukung oleh rakyat sendiri
yang diikut sertakan dalam menyusun, mengesahkan, menilai, mengawasi, dan
melaksanakan pembangunan itu. sangatlah penting faktor potensi rakyat, yang
harus dihidupkan untuk menjamin terlaksananya overall planning dengan berhasil
baik. Dalam hal pengerahan tenaga benda, harus terlebih dahulu dikerahkan yang
ada di tanah air kita, dan sesudah itu apabila tidak cukup baru dipikirkan
pencarian tenaga-benda dari luar negeri. Begitu pula untuk menaikan potensi
rakyat, supaya dapat berhemat tenaga dan berhemat waktu dalam melaksanakan
pembangunan, maka haruslah Dewan Perencana Nasional meninjau sedalam-
dalamnya dan menunjukan jalan secara konkrit, bagaimana pada hari depan
tenaga kerja dapat dikerahkan untuk pelaksanaan pembangunan yang harus
berhasil baik itu.
6. Faktor Campur Tangan Negara Asing
Sesudah selesainya perang dunia kedua maka, maka timbullah dua macam
stabilisasi di dunia ini, yaitu stabilisasi kapitalisme dan stabilisasi sosialisme.
Ketenangan yang ditimbulkan oleh stabilisasi ini hanya untuk sementara saja,
karena kedua belah pihak selalu bertentangan antara satu sama lain. Kalau
stabilisasi kapitalisme yang ditunjukkan kepentingan finans-kapitalis mengandung
pertentangan di antara sesama negara-negara imperialisme dengan rakyat-rakyat
jajahan, maka stabilisasi sosialisme mengandung konsolidasi ke dalam dan
keluar. Untuk mengimbangi stabilisasi sosialisme ini, maka negara-negara
imperialis dengan berbagai jalan telah mengusahakan mempengaruhi negara-
negara setengah jajahan dan yang baru mendapatkan mendapatkan jajahannya,
terutama dengan menanamkan modal monopolinya dan mengikatkannya dengan
fakta-fakta milliter yang tidak mengandung kerugian besar di pihak negara
setengah jajahan atau yang baru menerima kemerdekaannya.
D. Faktor-Faktor Pelancar Pembangunan
1. Stabilisasi Harga
Untuk pembangunan perlu adanya stabilisasi harga, dengan konsentrasi
perdagangan (yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara- UUD
1945 pasal 33). Hal-hal yang diuraikan di bawah ini akan dapat mencapai stabilisasi
harga tersebut malahan menekan harga itu.
Laporan keuangan dan perusahaan
a. National Saving
Menaikan National saving biasanya dengan :
1) Penghemat sektor-sektor Pemerintah maupun partikelir.
2) Intensifikasi sumber-sumber yang sudah ada dan menggali sumber-
sumber yang belum ada.
b. Deficit Financing
1) Menyalurkan usaha-usaha produktif.
2) Menarik “hot money” diantaranya dengan menjual obligasi.
c. Sistem pajak mungkin akan ditinjau kembali
1) Langsung.
2) Progresif.
3) Penyempurnaan aparat.
4) Mencari objek-objek baru, contoh mobil yang lebih mahal satu lebih
berat pajaknya.
d. Bank
Bank-bank dan badan-badan kredit di Indonesia ini perlu di atur dan
dikonsentrir oleh pemerintah. Bank indonesia baik di pusat maupun di
daerah hanya bekerja sebagai bank sentral. Bank-bank negara lain diberi
fungsi yang teratur sesuai dengan rencana pembangunan semesta, diantara
mana harus ada yang bekerja aktif sehingga pelopor pembangunan, dan
lainnya mengerjakan onderhoud dan spesialisasi.
Bank-bank Negara ialah:
Bank Industri
Bank Negara
Bank Rakyat
Bank Tani Nelayan
Bank-bank nasional partikelir mengadakan gabungan-gabangunan
sehingga merupakan bank-bank besar yang mudah diawasi oleh
Pemerintah. Sesuai dengan politik pada sektor usaha nasional partikelir
masih dibolehkan untuk bekerja yang lambat laun akan menyesuaikan diri
dengan rencana pemerintah sesuai dengan berkembangnya masyarakat
yang adil dan makmur. Sesuai dengan tujuan pokok, maka seharusnya
bank-bank itu bekerja menuju ke masyarakat yang adil dan makmur.
Sesuai dengan tujuan, maka pembiayaan hendaknya ditunjukan kepada:
1) Usaha-usaha masyarakat desa.
2) Usaha negara (industri berat, pertanian, perkebunan, perhubungan, dan
sebagainya).
3) Sehubungan usaha nasional pertikelir, dapat dibantu oleh negara dalam
bidang-bidang yang sifatnya membantu usaha-usaha satu dan dua
dengan diberi keuntungan tertentu.
Dalam rencana pembiayaan perlu dijaga:
1) Penafsiran modal
2) Penentu produksi
3) Jumlah modal pembanguna jangka panjang
4) Faktor tempo
5) Penggunaan tenaga
6) Penggunaan transport
e. Inventarisasi dan mobilisasi alat-alat produksi baik kepunyaan pemerintah
ataupun partikelir
1) Yang hancur akibat perang kolonial dipulihkan dan diproduksi
kembali.
2) Yang masih ada, dikerahkan produksinya.
3) Segala peralatan, mesin-mesin dan sebagainya yang dapat digunakan
oleh negara untuk pembangunan. Baru kalau ada kekurangan-
kekurangan, dapat mengimpor dari luar negeri.
4) Perusahan-perusahan Belanda yang dinasionalisasi dengan umumnya
dijadikan perusahaan-perusahaan negara yang keuntungannya
digunakan untuk pembangunan (perusahaan-perusahaan, bank-bank,
asuransi, dan lain-lain).
5) Perusahaan-perusahaan Negara perlu di intensifer dan dipimpin
sebaik-baiknya dan keuntungannya dipakai untuk pembangunan.
Contoh: perusahaan-perusahaaan, bank-bank, dan lain-lain perusahaan
negara.
6) Nutsbedrijven yang hanya bersifat sosial saja dan merugikan negara
perlu ditinjau lebih dalam dan diatur secara komersil biasa yang harus
menguntungkan bagi negara dengan tidak meninggalkan sifat-sifat
sosialnya. Contoh: air, telepon listrik
2. Kegiatan Ekonomi berhubung dengan Luar Negeri
1) Pimpinan impor ekspor ke luar negeri
2) Foreign aid dan lain-lainnya
3) Pampasan
4) Produksi bahan ekspor
5) Penghematan devisen
6) Impor
7) Ekspor
8) Distribusi
3. Standar Kebutuhan
Untuk rakyat dibuat standar kebutuhan, dan sebaliknya dikenakan pembayaran
mahal. Hal ini menjadi inti sari dari ekonomi terpimpin in a nut shell.
4. Kecepatan
Sedangkan rencana-rencana harus secepat-cepatnya dilaksanakan.
5. Cara Gotong-Royong
Mengikutsertakan rakyat. Bekerja bekerja dengan mendapatkan upah. Memupuk
kepribadian kita yang ada(gotong royong) terutama di desa-desa.
Pokok-Pokok Perencanaan
Sudah berulang-ulang dikatakan oleh Bung Karno, bahwa sukses pembangunan di
lapangan tergantung pada tenaga manusia dan alat-alat. Pokok utama ialah tenaga manusia
yang berwatak pembangun, berani mengambil inisiatif, tidak lekas putus asa, ulet dan gigih
untuk mencapai tujuan. Pokok dari pembangunan ialah pendidikan kader yang dapat dan
sanggup melaksanakan proyek-proyek pembangunan.
Dalam masa peralihan, harus diperlengkapkan dan dipersiapkan aparatur negara, yang
akan memegang peranan penting dalam pembangunan di segala lapangan. Antara lapangan –
lapangan pembangunan, yang urgent harus segera dilaksanakan, ialah lapangan
pembangunan dalam bidang industri, keuangan, perekonomian dan di bidang mental.
A. Kader Pembangunan
Untuk mendidik kader-kader itu secara biasa, sebagai di negeri-negeri yang telah
maju. Tidak mungkin. Dalam hal ini sambil melaksanakan pembangunan harus ditempuh
jalan-jalan:
1) Mempergunakan tenaga-tenaga ahli dan kejuruan dari negara-negara yang tidak
memusuhi Republik Indonesia untuk memberi didikan kepada pemuda-pemuda
kita dan calon-calon tenaga ahli pembangunan kita.
2) Mengadakan sistem pendidikan: bekerja sambil belajar. Pelajar-pelajar kejuruan,
dalam tingkat kelas atas, diwajibkan berpraktik di lapangan-lapangan pekerjaan
bermacam-macam menurut kejuruan yang diambilnya. Misalnya di pabrik-pabrik,
di perkebunan, di laboratorium dan sebagainya sehabis lulus diharuskan bekerja
pada negara untuk waktu yang ditentukan bekerja itu dengan menerima upah.
Di tempat-tempat pekerjaan terutama yang vital, bagi buruh-buruh diberi kesempatan
untuk menambah pengetahuannya, di tempat itu. Jadi, misalnya, di suatu pabrik diadakan
tempat dan waktu bagi pekerja-pekerjanya untuk mengikuti pelajaran yang mempermahir
mereka menjalankan tugasnya. Bagi mereka yang telah lulus yang baik, diharuskan
mendidik kader-kader lain di bawahnya.
Dengan cara ini, maka tenaga-tenaga kejuruan akan bertambah, dan biaya akan lebih
murah. Dalam sistem pengajaran dari P.P & K selekas mungkin diadakan bidang
pendidikan yang baru atau sistem pendidikan yang sudah ada disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan. Sekolah-sekolah kejuruan harus lebih diperbanyak, melebihi
dari sekolah umum. Bagi mereka yang telah lulus dari sekolah kejuruan tingkat bawah,
diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah tingkat menengah. Seterusnya yang dari
tingkat menengah, diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tingkat tinggi. Mengenai
kesukaran-kesukaran atau kekurangan-kekurangan para siswa itu dalam beberapaa mata
pelajaran yang bersifat umum, hendaknya diadakan schakel khas, kelas perantara
(penghubung) dimana pelajar-pelajar itu diberi kesempatan untuk mengejar
kekurangannya, sehingga mutu pelajarannya, mengenai vak umum, tidak kalah dengan
mereka yang dari sekolah umum. Sebagai contoh, misalnya adanya sekolah pertanian
tingkat rendah (dari SR), tingkat menengah (dari SMP) dan tingkat atas (dari SMA). Jika
kejuruan-kejuruan ini diadakan secara banyak mulai dari tingkat bawah maka
kesempatan untuk anak-anak petani dari buruh lebih banyak untuk memasuki sekolah-
sekolah kejuruan. Dan anak-anak petani buruh akan lebih baik hasilnya dalam lapangan
pertanian dan industri daripada anak-anak yang selamanya tak pernah berhubungan
dengan pengolahan tanah atau industri. Bagitu juga dalam lapangan teknik dan
sebagainya. Cara-cara ini bisa mengatasi adanya birokrasi yang tidak sehat dalam
beberapa lapangan usaha.
Pendidikan secara masal, mengenai sistem masyarakat ala Indonesia, haruslah sudah
ditanamkan mulai sekarang. Ini bisa dimasukkan dalam pelajaran-pelajaran di sekolah-
sekolah, mulai dari sekolah rendah sampai sekolah tinggi. Juga dimasukkan melalui
kursus-kursus, penerangan-penerangan, baik lewat surat kabar, majalah maupun lewat
RRI, seminar-seminar dan sebagainya. Recana masyarakat sosialis ala Indonesia tidak
akan jadi, bila masyarakat tidak berkesadaran sosialisme.
Disamping itu, perlu diinsafi, bahwa pelaksana ke arah itu, membutuhkan kecakapan,
pengalaman dan ketabahan. Soal yang penting, ingat adanya pelaksana-pelaksana yang
cakap, ahli, bersemangat, suka bekerja dan selalu mempergunakan rasionya dalam
bertindak.
B. Pengusaha-Pengusaha Nasional
Dalam masa peralihan ini, pengusaha-pengusaha nasional masih dihidupkan. Mereka
ini bisa mendorong kegiatan dan kegembiraan bekerja, mendorong adanya penemuan-
penemuan baru di lapangan pengusahaan, mendorong cara-cara bekerja yang zakelijk.
Lain daripada itu, di masa peralihan, di mana aparatur negara masih belum mencukupi
dalam arti jumlah dan nilainya, maka mungkin akan timbul birokrasi-birokrasi yang
hebat dan tidak sehah, yang dalam hakikatnya menghambat pembangunan dan
menghambat lancarnya lau-lintas perusahaan. Maka, adanya pengusaha-pengusaha
nasional, adalah menjadi salah satu saluran untuk membentuk ekonomi nasional dengan
mencegah timbulnya birokrasi yang tidak sehat.
Pola Proyek Pembangunan
A. Umum
Dalam rancangan dasar Undang-Undang Pembangunan buatan DEPERNAS termuat,
sebagai telah ditegaskan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tentang
DEPERNAS, penyusunan tiga buah pola. Maka blue-print pertama dari tiga pola tersebut
adalah penyusunan pola yang berisi proyek atau objek pembangunan semesta.
Perkisaran Indonesia dari sifat agraris waktu ini juga akan mendapat industri pada hari
depan, hendaklan menjadi tinjuan DEPERNAS dalam menyusun pola berisi proyek
pembangunan. pembangunan industrialisasi mengupayakan pembangunan itu pada hari
depan berakibat memperluas pasar dalam negeri dengan meninggikan daya beli rakyat
dan berakibat pula supaya Indonesia cukup mempunyai bahan mentah yang digali dalam
bumi Indonesia.
Amanat yang tercurah dalam pembangunan industri pertanian dan agraris:
1. Meninggikan daya beli
2. Menyediakan bahan mentah hasil pertanian, perairan, pertambangan dan peternakan
3. Mencukupkan suplai bahan primer untuk kota dan industri
4. Meninggikan ekspor pertanian untuk membeli barang modal
Tujuan diatas dapat tercapai dengan:
1. Menaikkan produksi
2. Distribusi tenaga dan tanah dan oeningkatan produktivitas tenaga dan modal
3. Kelancaran distribusi
4. Menimbulkan kegembiraan bekerja
5. Menghemat keuangan dan tenaga
Kenaikan produksi
Dapat dicapai dengan 2 jalan:
1) Perluasan areal tanaman
2) Intensifikasi penanaman, penaikkan produktivitas areal dengan perbaikan cara kerja,
pemupukan, perbaikan bibit, mekanisasi, dan lain-lain.
Peningkatan produktivitas tenaga dan antusias bekerja dapat dicapai dengan jelan
memberikan masa depan yang baik kepada para petani:
1. Penentuan batas pemilikan tanah
2. Perlindungan terhadap buruh tani, bantuan berupa kredit dan lain-lain.
Kelancaran distribusi dan perdagangan dapat tercapai dengan:
1. Pengawasan yang efektif oleh negara
2. Pengawasan produksi bahan-bahan penting serta peredarannya oleh negara.
Keamanan
Syarat untuk dapat melakukan pembangunan sudah barang tentu factor keamanan
merupakan yang utama. Tujuan pemerintah dan angkatan bersenjata hendaknya lekas
mengatasi keadaan serta untuk mengamankan daerah-daerah potensi untuk dilakukan
pembangunan.
Potensi Sendiri
Sebagai negara yang dikatakan underdeveloped, maka hendaknya janganlah kita terlalu
silau kepada pembangunan di negara-negara yang telah maju. Seharusnya kita tetap
kepada kepribadian kita sendiri, tidak perlu menunggu-nunggu bantuan dari mereka,
sedangkan di dalam negeri sendiri masih banyak bahan-bahan yang dapat kita pakai
sebagai modal pembangunan.
Struktur Anggaran Negara
Anggaran belanja dipecah menjadi dua, yakni:
1. Anggaran Belanja untuk rutin,
2. Anggaran Belanja untuk pembangunan.
B. Rencana Bertahun
Untuk pelaksanaan usaha seperti di atas, dibutuhkan adanya rencana yang
dilaksanakan dengan konsekuen (rencana 5-7 tahun). Rencana tersebut harus memenuhi:
1. Sesuai dengan ketentuan diatas maka uasaha-usaha penanaman dapat di tentukan
intensifikasi atau ekstensifikasi dimana letak daerah daerah tersebut dan bagaimana
pelaksanaannya.
2. Penggunaan cara yang baik, tentang pilot project, proefstation-proefstation dan usaha-
usaha lain sejenis, terurama mengenai pemberantasan hama dan penambahan hasil,
mencari varietas-varietas dan klimatiseren jenis-jenis baru.
3. Penyusunan dan perbaikan teknis pengairan.
4. Memberikan stimulans dan penghargaan secara wajar kepa para petani.
C. Titik Berat dan Susunan Utama Pembangunan
Sesuai dengan tujuan pokok, bahwa pembangunan harus memberi kemakmuran kepada
95% dari rakyat, maka seharusnya titik berat pembiayaan di arahkan ke situ.
1. Masyarakat Desa
Pertama yang perlu di perhatikan adalah masyarakat desa. Masyarakat desa masih
hidup dengan zaman pre-kapitalisme. Produksi hanya ditujukan kepeda mencukupi
kebutuhan sendiri, motif ekonomi tidak dikenal, berpikir secara tradisional serta
pemebentukan modal tidak mungkin. Kondisi tersebut menciptakan taraf hidup
masyarakat desa yang tetap rendah.
Berlawanan dengan hal itu, perusahaan-perusahaan besar asing yang sifatnya kapitalis
yang tidak memberi kesempatan desa untuk tumbuh.keadaaan tersebut telah berubah,
namun hanya sedikit dan tetap taraf hidup masayarakat desa masih rendah.
Dengan adanya desa yang masih melarat dengan daya beli yang masih rendah tidak
mungkin pembangunan berjalan lancar. Itulah sebabnya maka kemakmuran harus
ditujukan kepada masyarakat desa. Perlu koperasi-koperasi dibangun, misal:
a. Koperasi penggarap tanah.
b. Koperasi pembelian alat-alat pertanian.
c. Koperasi pembelian rabuk.
d. Koperasi transport.
e. Koperasi kebutuhan sehari-hari.
f. Koperasi kredit, lumbung.
2. Usaha Negara
Kalau masyarakat desa sebagai landasan masyarakat Indonesia perlu pembangunan
secepat-cepatnya, maka untuk mengimbangi itu perlu untuk kepentingan rakyat
dipergiat guna mempercepat proses kemakmuran rakyat yang semesta.
Industri:
Industri berat perlu mendapat perhatian dalam rencana jangka panjang, sebab industri
berat merupakan landasan bagi industrialisasi Indonesia di masa depan. Industri
sedang dan kecil yang tak membutuhkan permodalan banyak harus dimobilisir dengan
pertimbangan:
a. Menampung tenaga buruh sebanyak-banyaknya (pasal 36 Undang-Undang Dasar
Sementara),
b. Mengganti kekurangan-kekurangan tenaga kita sementara (modal, teknisi, dan
lain-lain) sambil menunggu modernasasi yang memakan waktu.
Intensifikasi/ekstensifikasi terhadap:
a. Perusahaan-perusahaan yang tidak berjalan
b. Perusahaan-perusahaan/pabrik-pabrik yang belum bekerja dengan full capacity
c. Mendirikan pabrik-pabrik komplementer di samping pabrik-pabrik yang sudah
ada (pabrik tebu, pabrik beras, dan lain-lain)
Di samping cara-cara mekanis untuk sementara perlu cara sederhana asal mencukupi
kebutuhan rakyat banyak. Juga kualitas yang cukup untuk kebutuhan rakyat misalnya
tekstil.
Mekanisasi tanpa pembangunan industri hanya akan menambah impor belaka dan
memperberat devisen negara. Industri memperkuat dasar atau sendi-sendi sektor
pertanian, pertambangan, transpor, dan pula Angkatan Perang kita. Industrialisasi
akan membebaskan negara kita dari terus-menerus menguntungkan diri pada impor
dari luar negeri. Kemajuan sektor agraria diimbangi dengan kemajuan sektor industri
akan menjadikan Indonesia satu negara yang betul-betul kuat dan sentosa.
3. Usaha Partikelir
Di dalam sidang MUNAP 1957, pernah ditegaskan bahwa banyak dalam angkatan
muda Indonesia ada inisiatif yang sehat, tetapi kekurangan modal. Pengusaha-
pengusaha partikelir yang tidak cukup modal, tetapi banyak inisiatif dapat disalurkan
ke perusahaan-perusahaan negara untuk mengabdikan pada kepentingan umum
menurut syarat UUDS Pasal 28.
D. Pimpinan Manajemen
Di dalam pelaksanaannya, perlu pimpinan yang tegas, tanpa pimpinan tegas
pembangunan tak akan lancar, malahan dapat menggagalkan rencana yang teratur rapi.
Kejujuran dan sifat patriotik perlu dimilki oleh mereka yang diserahi tugas serta
tanggung jawab pelaksanaan rencana. Pimpinan dalam segala lapangan harus diadakan
secara terbuka, agarkesempatan menyalahgunakan jabatan dicegah. Fungsi demikian
selayaknya diatur dengan peraturan yang tegas. Dalam manajemen harus ada
desentralisasi dan demokrasi sering dalam kontrol. Di samping faktor manajemen untuk
efisisensi kerja perlu faktor penggunaan tenaga dan faktor tempo mendapat perhatian. Di
dalam perusahaan-perusahaan negara cara-cara organisasi perusahaan pertikelir dapat
ditiru dengan memberikan sebagian keuntungan/tantieme kepada pimpinan dari staf,
serta gratifikasi kepada pegawai-pegawainya. Untuk proyek-proyek penting misalnya,
dapat diadakan perjanjian tentang lamanya jam kerja, sistem kerja yang menyimpang
dari syarat-syarat kerja biasa. Perlu pula faktor-faktor:
1. Komposisi kerja
2. Hubungan kerja
3. Jaminan sosial sebaik-baiknya mendapat perhatian
Di dalam masa pembangunan di samping pendidikan umum melalui sistem
pendidikan biasa, perlu diperhebat pembentukan kader-kader pembangunan. Rencana
pendidikan harus seimbang dengan rencana pembangunan semesta. Pendidikan technical
and managerial skill dapat diperhebat dengan jalan mengadakan kursus-kursus aplikasi,
korespondensi, dan lain-lain. Sistem perpaduan sekolah dan kerja (teori dan praktik)
dapat mengerahkan pembentukan kader-kader pembangunan. Dengan jalan demikian,
kekurangan tenaga ahli akan segera dapat diatasi guna modal pembangunan semesta.
Jangan dilupakan mendidik kader-kader koperasi, oleh karena koperasi adalah salah satu
landasan yang sangat penting untuk pembangunan masyarakat Indonesia seperti yang
kita cita-citakan.
E. Pokok-Pokok Keselarasan
Di lapangan ekonomi Indonesia kelihatan berjalan dua soal yang seolah-seolah sangat
bertentangan, yaitu: kekayaan Indonesia di lapangan tenaga manusia dan tenaga bahan
dalam negeri, serta kekurangan sumber pertukaran (foreign exchange funds) di luar
negeri. Kekayaan dalam negeri itu terletak di bidang tenaga manusia Indonesia sebagai
pekerja yang hampir tak ada batasnya: kemungkinan ekspor yang besar (timah, karet,
kopra, kayu, teh, tembakau, gula, hasil hutan, dan lain-lain): bidang ekonomi yang belum
intensif dieksplotir: perikanan, pertanian, dan pertambangan.
Untuk pembangunan pada hari yang akan datang, Indonesia membutuhkan: deviden
yang besar, pinjaman uang di luar negeri, bantuan teknik, dan bahan industri dan untuk
sementara juga bahan makanan, terutama yang sangat urgent, ialah: bantuan teknik dan
pinjaman uang dari negara manapun, dengan syarat supaya jangan mengikat Indonesia.
Pembangunan berencana yang kedua, buatan dan susunan DEPERNAS, akan mulai
berjalan pada tahun 1961 depan, untuk itu dalam tahun 1959 ini harus sudah ada
kepastian Indonesia menghidupkan potensial nasional dan akan mendapat bantuan
pinjaman uang dan bentuan teknik di segala lapangan. Politik luar negeri yang aktif dan
bebas itu pada tahun 1959 harus sudah diarahkan ke arah supaya mendapat bantuan
teknik dan pinjaman uang untuk membangun dengan tak mengikat.
Tahun ini dan dalam waktu depan politik luar negeri Indonesia akan mendapat warna
ekonomi untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Itu pun
dengan mendahulukan sumbangan tenaga uang nasional, pinjaman rakyat Indonesia
sendiri, yang masuk bidang kehidupan potensi nasional.
BAB III
PENUTUP
Tidak akan terjadi suatu kegagalan dalam perencanaan pembangunan jika
perencanaan tersebut telah disusun dan dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya tanpa
bertele-tele. Dewan Perancang Nasional harus bekerja menyelesaikan tugasnya menurut
rancangan waktu, supaya terjamin mendapat pola pembangunan yang berisi, padat dan
tertentu.
Sejak Proklamasi 1945 kebutuhan rakyat Indonesia bertambah meningkat, dan
keinginan bekerja mendapat upah dalam suasana kemerdekaan nasional menjadi meningkat,
dan keinginan bekerja mendapat upah dalam suasana kemerdekaan nasional menjadi
meningkat, sehingga living-standard terjamin, maka akan diperhitungkan supaya membangun
dengan berencana itu:
1. Trend naiknya upah perseorangan dan naiknya tenaga pembeli.
2. Memperbaiki organisasi buruh dan perusahaan nasional.
3. Menjamin perkembangan industri.
4. Produksi hulpbronnen lebih diintensifkan: pertanian, perikanan, ekspor,
pertambangan, dan persekolahan.
5. Mencari sumber hidup yang baru dengan research.
6. Mengerahkan tenaga rakyat dengan memberi upah.
Supaya ada jaminan kesejahteraan rakyat Indonesia, maka pentinglah adanya
perimbangan antara nafkah perseorangan individual living standar dengan naiknya kekayaan
nasional (national income). Dan jaminan itu baru dapat terlaksana apabila perusahaan-
perusahaan negara dan perusahaan-perusahaan partilekir dimajukan dalam rangka ekonomi
terpimpin, artinya dipimpin oleh Pemerintah Republik Indonesia. Ekonomi terpimpin sudah
mungkin dan harus dijalankan dengan perjuangan sehingga antara pemerintah yang
memimpin dan rakyat yang dipimpin adalah hubungan persatuan yang erat dan
menguntungkan negara.
Harapan rakyat mengenai DEPERNAS seharusnya:
1. DEPERNAS bekerja berpedoman pada tercapainya masyarakat Indonesia adil dan
makmur Sosialisme ala Indonesia dalam rangka demokrasi ala Indonesia.
2. DEPERNAS menggariskan dengan tegas pola pembnagunan semesta dan
berencana mencapai masyarakat adil dan makmur.
3. DEPERNAS berusaha dalam waktu yang sesingkat mungkin menciptakan pola
tersebut.
top related