duka dalam kitab puisi perihal gendis karya sapardi …
Post on 04-Nov-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
122
DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS
KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (Kajian Semiotik)
Siti Suryani1, Soleh Ibrahim2
1,2Universitas Muhammadiyah Tangerang 1suryanisiti19@gmail.com, 2ibrahimasman87@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami rasa duka yang terdapat pada kitab puisi Perihal
Gendis karya Sapardi Djoko Damono yang diteliti menggunakan teori dari Charles Sanders
Peirce yaitu trikonimi tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam kitab
puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan bisa bermanfaat untuk dijadikan penelitian relevan terhadap analisis karya
sastra yang serupa. Jenis data yang dianalisis yaitu rasa duka yang diteliti menggunakan
trikonomi tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 12 puisi yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripsi dengan jenis metode
penelitian analisis isi. Hasil penelitian pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko
Damono terdapat 3 ikon yang meliputi Gadis, Tuan dan Potret, 19 indeks yang meliputi
hubungn sebab akibat tentang permasalahan yang dihadapi Gendis, dan 16 simbol yang
mengandung makna kesedihan. Rasa duka yang terdapat dalam kitab puisi Perihal Gendis
dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu kedukaan berkepanjangan (prolonged grief),
kedukaan tertunda (delayed grief), dan kedukaan tidak penuh (distorted grief). Kedukaan
berkepanjangan adalah kedukaan yang sangat dirasakan gendis, karena kepergian kedua
orang tuanya.
Kata Kunci: rasa duka, puisi, pendekatan semiotik
This study aims to understand the sorrow contained in the poetry book About Gendis by Sapardi
Djoko Damono, which was studied using the theory of Charles Sanders Peirce, namely trikonimi
signs in the form of icons, indexes, and symbols contained in the poetry book About Gendis by
Sapardi Djoko Damono. This research is expected to add insight and can be useful to be used as
relevant research on the analysis of similar literary works. The type of data analyzed is the grief
that is examined using the sign trichonomics namely icons, indexes, and symbols. The data
source used in this study is 12 poems contained in the book Poetry About Gendis by Sapardi
Djoko Damono. The approach used is a descriptive qualitative approach to the type of content
analysis research method. The results of research on the poetry book About Gendis by Sapardi
Djoko Damono, there are 3 icons which include Girls, Masters and Portraits, 19 indexes covering
the cause and effect relationships about the problems faced by Gendis, and 16 symbols that
contain the meaning of sadness. Grief contained in the poetry book About Gendis is grouped into
three groups, namely prolonged grief, delayed grief, and distorted grief. Prolonged grief is grief
that is felt by the gendis, because of the departure of his parents.
Keywords: sorrow, poetry, semiotic approach
123
A. PENDAHULUAN
Kitab puisi Perihal Gendis
merupakan salah satu karya sastra
terbaru yang diciptakan oleh Sapardi
Djoko Damono. Sapardi Djoko
Damono merupakan seorang
sastrawan yang sangat terkenal.
Kitab puisi Perihal Gendis merupakan
kumpulan puisi yang sederhana
namun penuh dengan makna
sehingga mempunyai daya tarik
tersendiri untuk dijadikan penelitian
yang ditinjau dari pendekatan
semiotik. Kitab puisi Perihal Gendis
diceritakan lewat sudut pandang
anak perempuan berusia 12 tahun
yang merasakan rasa duka karena
permasalahan yang terjadi dalam
kehidupnya. Gendis merasa
kesepian, ayah dan ibunya sudah
berpisah dan meninggalkan dirinya
seorang diri di rumahnya. Buku puisi
ini berisikan 15 puisi yang banyak
menampilkan dialog di dalamnya
dengan tema puisi yang beraneka
ragam sehingga sangat menarik
perhatian para penikmat sastra.
Penelitian sebuah puisi lebih
difokuskan pada analisis yang
mengarah pada suatu tanda, artinya
makna puisi dapat dipahami dari
bahasa atau lambang yang
digunakan dalam puisi. Tanda-tanda
yang ada dalam puisi dapat dipelajari
dalam suatu pendekatan yang
disebut semiotik. Semiotik
merupakan ilmu tentang tanda atau
pengkajian tentang karya sastra
berdasarkan tanda-tandanya.
Semiotik pada dasarnya merupakan
sebuah ilmu yang mengkaji tanda-
tanda atau lambang yang memiliki
makna. Semiotik sebagai ilmu tanda
dapat digunakan untuk memahami
makna puisi lebih dalam yang
disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca.
Analisis puisi bertujuan untuk
memahami makna yang terdapat
dalam puisi dengan menganalisis
simbol-simbonya. Salah satu
pendekatan yang mengkaji makna
puisi adalah semiotik. Komponen
dasar semiotik adalah tanda yang
didalamnya terdapat dua perinsip,
yaitu penanda dan petanda. Puisi
yang diteliti dalam pendekatan
semiotik merupakan puisi yang
mempunyai tiga jenis pokok bahasan
dalam semiotik, yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Analisis makna secara
semiotik mempermudah peneliti
serta pembaca karya sastra untuk
lebih memahami penafsitan tanda-
tanda yang ditunjukkan oleh
pengarang pada hasil karyanya.
Sehubungan dengan hal ini,
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap ikon, simbol, dan
indeks dalam puisi, khususnya dalam
kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono dengan
beberapa pertimbangan. Pertama,
pada kitab puisi ini terdapat 15 puisi
panjang yang menampilkan dialog
dalam penyajiannya. Kedua Sapardi
Djoko Damono merupakan seorang
sastrawan terkenal dan karya-
124
karyanya sangat banyak
mengandung makna sehingga cocok
dianalisis menggunakan pendekatan
semiotik. Ketiga kitab puisi Perihal
Gendis merupakan karya terbaru
Sapardi Djoko Damono yang terbit
pada bulan Oktober 2018 sehingga
belum banyak peneliti yang
menganalisisnya.
Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah
memahami rasa duka yang terdapat
pada kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono yang diteliti
menggunakan pendekatan semiotik.
Menurut Pradopo (2015), “Puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinatif pancaindra
dalam susunan yang berirama”. Jadi,
puisi adalah suatu karya sastra yang
mengungkapkan pikiran serta
perasaan penyair yang disusun
dengan kata-kata yang indah dan
berirama. Memahami suatu puisi
bisa memacu pancaindra kita untuk
melakukan proses berpikir untuk
mencari tahu makna yang
terkandung dalam puisi.
Kusmayadi (2010), menjelaskan
Struktur fisik puisi yaitu meliputi: 1)
diksi adalah pilihan kata, 2) kata
konkret adalah kata-kata yang
mewakili sesuatu, 3) citraan atau
pengimajian dalam puisi mampu
menimbulkan suasana khusus dan
menghidupkan gambaran dalam
pikiran pembaca, 4) majas dapat
menimbulkan suasana hidup dan
membeikan kejelasan dalam
pencitraan, dan 5) rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi.
Pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa struktur fisik
puisi meliputi diksi yaitu pilihan
kata, kata kongkret yaitu kata yang
memberikan gaya pada puisi, citraan
yaitu pengimajian dalam puisi, majas
yaitu gaya bahasa, dan rima yaitu
pengulangan bunyi. Sadikin (2011),
“Struktur batin adalah makna yang
tersirat dalam puisi. Struktur batin
terdiri dari: 1) tema, 2) perasaan, 3)
nada dan suasana, 4) amanat atau
pesan”. Pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa struktur batin
puisi terdiri dari tema, perasaan,
nada, dan amanat.
Menurut Sobur (2017), “Konsep
dasar semiotik mengikat bersama
seperangkat teori yang amat luas
berurusan dengan simbol, bahasa,
wacana, dan bentuk-bentuk
nonverbal, teori–teori yang
menjelaskan bagaimana tanda
berhubungan dengan maknanya dan
bagaimana tanda disusun”. Pendapat
tersebut dapat disimpulkan, bahwa
semiotik adalah ilmu yang terikat
dengan ilmu-ilmu lain yang
kajiannya membahas tentang simbol
dan hubungan tanda dengan makna.
Dalam semiotik dikenal adanya
trikotomi tanda yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Menurut Vera (2014),
“Ikon adalah tanda yang menyerupai
benda yang diwakilinya atau tanda
yang menggunakan kesamaan atau
125
ciri-ciri yang sama dengan apa yang
dimaksudnya” (h. 24). Pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa
ikon adalah tanda yang memiliki ciri-
ciri benda yang menyerupai dengan
benda yang ditujunya. Sedangkan
menurut Budiman (2011), “Indeks
adalah tanda yang memiliki
keterikatan fenomenal atau
eksistensial di antara representemen
dan objeknya. Maksud dari Budiman
indeks adalah tanda yang bisa di
indra oleh manusia berdasarkan
pada keberadaannya dan mewakili
objek yang menyerupainya. Lebih
lanjut menurut Vera (2014), “Indeks
adalah suatu tanda yang mempunyai
kaitan atau kedekatan dengan apa
yang diwakilinya” (h. 25). Pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa
indeks adalah suatu tanda berkaitan
dengan tanda yang diwakilinya. Vera
(2014) menjelaskan bahwa “Simbol
adalah suatu tanda, dimana
hubungan tanda dan denotasinya
ditentukan oleh suatu peraturan
yang berlaku umum atau ditentukan
oleh suatu kesepakatan bersama
(konvensi)”. Jadi, simbol adalah
tanda yang artinya ditentukan oleh
suatu kesepakatan bersama di
lingkungan masyarakat.
B. METODE PENELITIAN
Suatu penelitian membutuhkan
metode penelitian sebagai cara
untuk meneliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan semiotik
dengan jenis metode deskriptif
analisis. Menurut Ratna (2015),
“Metode kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah,
data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya”. Dari
pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa metode kualitatif
dalam pengambilan datanya bersifat
alamiah dan lebih cenderung
deskriptif. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah 12 puisi yang terdapat pada
kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono. Jumlah
halaman kitab puisi ini adalah 58
halaman dimana halaman 1 sampai
56 berisi puisi dan halaman 58 berisi
biografi penulis. Kitab puisi Perihal
Gendis diterbitkan oleh PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta tahun 2018.
Jenis data yang dianalisis adalah
kata, frasa, atau klausa yang terdapat
unsur semiotik trikonomi tanda
(ikon, indeks, dan simbol). Teknik
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu mencatat dan
mengumpulkan data-data temuan
berupa semiotik yang terkandung
dalam kitab puisi Perihal Gendis
karya Sapardi Djoko Damono yang
mengandung trikonomi tanda (ikon,
indeks, dan simbol). Peneliti juga
menggunakan data lain berupa buku
dan dokumen lain untuk menunjang
penelitian yang dilakukan. Dokumen
yang didapat dalam penelitian ini
berupa tulisan dan karya-karya yang
dihasilkan seseorang.
126
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan di atas, rasa
duka yang terdapat pada kitab puisi
Perihal Gendis karya Sapardi Djoko
Damono yang dianalisis
menggunakan trikonomi tanda yaitu
ikon, indeks, dan simbol diuraikan
sebagai berikut:
1. Puisi “Percakapan di Luar Riuh
Suara” terdapat trikonomi
tanda yaitu ikon, indeks, dan
simbol. Kutipan puisi yang
terdapat trikonomi tanda
yakni sebagai berikut:
a. Hei, lihat
mawar itu:
aku segera pulang ke sana
takut kalau kena jala
anak-anak
yang suka berlarian
ribut berburu
kupu-kupu
Bait puisi di atas
mengandung tanda indeks. Puisi
bagian pertama pada bait kedua
baris ketiga yang berbunyi aku
segera pulang ke sana merupakan
sebab, sedangkan akibatnya
berada pada baris keempat yang
berbunyi takut kalau kena jala,
baris kelima yang berbunyi anak-
anak, baris keenam yang berbunyi
yang suka berlarian, baris ketujuh
yang berbunyi rebut berburu, dan
baris kedelapan yang berbunyi
kupu-kupu. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
terdapat rasa duka yaitu rasa
takut. Takut merupakan respons
yang dirasakan seseorang bila
mengalami rasa sakit atau
keadaan yang membahayakan
dirinya.
b. Darah
Puisi bagian ketiga pada
bait kedua baris ketiga terdapat
kata darah. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
penyair menggambarkan seekor
burung betina yang dari
kepalanya menetes semerbak
darah, jika darah itu terus-
menerus mengalir, maka akan
berakibat fatal bagi kesehatan
burung tersebut. Hal ini bisa
diartikan dengan seseorang yang
mengalami masalah yang sangat
berat karena suatu persoalan
hidup. Jika permasalahan tersebut
tidak diselesaikan secara baik,
maka bisa berdampak buruk bagi
kehidupannya.
c. Bulu
Puisi bagian keempat pada
bait kedua baris ketujuh belas
terdapat kata bulu. Bulu
merupakan simbol anggota tubuh
pada burung atau unggas. Bulu
pada burung mempunyai banyak
kegunaan, yaitu bulu mampu
menangkap udara sehingga
menjaga tubuh burung tetap
hangat, bulu melindungi burung
dari sinar ultraviolet matahari,
dan bulu pada burung dapat
membantu burung untuk terbang.
Pada puisi “Percakapan di Luar
Riuh Suara” digambarkan bulu
127
seekor burung yang pada saatnya
nanti akan lepas satu demi satu,
hal ini berarti sesuatu yang kita
miliki hanyalah titipan, kita harus
siap menerima jika suatu hari
nanti akan ada yang mengambil
titipan itu dari kita dan kita harus
merelakannya.
d. Gadis
Puisi bagian keempat pada
bait keempat baris pertama
terdapak kata gadis. Gadis
merupakan ikon dari seorang
remaja perempuan. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
digambarkan seorang gadis yang
memiliki sayap. Gadis yang
memiliki sayap menandakan
semua orang memiliki kebebasan
dalam menentukan pilihan hidup
sesuai dengan apa yang
dikehendakinya, serta bebas
melakukan apapun dan tidak ada
yang bisa membatasi kebebasan
seseorang, selama kebebasan itu
tidak merugikan orang lain.
Rasa duka yang terdapat
dalam puisi yang berjudul
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
adalah kedukaan berkepanjangan
(prolonged grief). Hal ini bisa
dilihat dari bait-bait puisi yang
dianalisis menggunakan
pendekatan semiotika teori dari
Pierce yaitu trikonomi tanda
(ikon, indeks, dan simbol). Pada
puisi bagian pertama terdapat
tanda indeks, yaitu aku segera
pulang ke sana merupakan sebab
dan akibatnya berada pada baris
keempat yang berbunyi takut
kalau kena jala. Rasa takut
menjalani kehidupannya
merupakan tanda bahwa diri
seseorang mengalami kedukaan.
Selain indeks, pada puisi ini juga
terdapat simbol yang bermakna
duka, yaitu darah. Darah pada
puisi “Percakapan di Luar Riuh
Suara” digambarkan dengan rasa
sakit yang dirasakan seseorang,
sehingga mengharuskannya pergi
dari kehidupan orang yang
dicintainya dan membuat
pasangan hidupnya merasakan
rasa duka yang berkepanjangan.
2. Puisi “Pada Suatu Hari Sekitar
Jam 4 Sore,” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. 4 4 merupakan angka yang
menyimbolkan kematian. Secara sederhana angka digunakan sebagai media perhitungan. Namun tidak jarang pula orang suka mengotak-atik angka untuk mencari maknanya. Beberapa negara Timur yang masih memegang teguh kepercayaan seperti China, Jepeng, Korea, dan Taiwan memang mempunyai kepercayaan tersendiri mengenai angka 4. Menurut Rahayu (2014), “Pada pelafalan bahasa China, angka 4 dibaca shi yang jika diartikan bisa bermakna mati. Sedangkan dalam pelafalan
128
bahasa Jepang angka 4 bermakna kesedihan” (Hipwee, 23/6/2016). Oleh karena itu mereka tidak menggunakan angka 4 untuk bangunan rumah, hotel, dan lain sebagainya. Pada puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore,” pun angka 4 menggambarkan rasa duka yang sangat mendalam yang dirasakan seseorang, hal ini bisa dilihat dari bait demi bait puisi tersebut.
b. Baru kali ini langit tampak serupa
benar dengan mata,
meneteskan butir-butir air ke
udara yang penat yang gerah
yang sumpek.
Bait puisi tersebut
mengandung tanda indeks. Bait
pertama baris pertama yang
berbunyi Baru kali ini langit
tampak serupa benar dengan mata
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya berada pada bait
pertama baris kedua yang
berbunyi meneteskan butir-butir
air ke udara yang penat yang
gerah yang sumpek. Pada puisi
“Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4
Sore,” pengarang menyamakan
langit dengan mata yang
digambarkan dengan suasana
kesedihan yang sangat mendalam.
c. Menangis
Menangis merupakan
simbol yang menandakan
kesedihan. Menangis adalah
respons fisik akibat dari refleks
ataupun emosi yang dirasakan
oleh seseorang. Pada beberapa
kasus, menangis adalah sinyal
yang dikirimkan oleh seseorang
pada orang lain untuk
memberitahu bahwa seseorang
itu sedang bersedih atau
mengalami tekanan. Menangis
dalam puisi “Pada Suatu Hari
Sekitar Jam 4 Sore,” merupakan
luapan emosi pengarang yang
melambangkan kesedihan.
d. Langit tidak pernah mau
menjawab pertanyan serupa
itu, terus saja meneteskan butir
demi butir air yang kemudian
berserakan di rumputan.
Bait puisi tersebut
mengandung tanda indeks. Bait
ketiga baris pertama yang
berbunyi Langit tidak pernah mau
menjawab pertanyan serupa
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya berada pada bait ketiga
baris kedua yang berbunyi itu,
terus saja meneteskan butir demi
butir air yang kemudian dan bait
ketiga baris ketiga yang berbunyi
berserakan di rumputan. Pada
puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam
4 Sore,” penyair menunjukkan
kesedihan yang mendalam,
namun kesedihan itu hanya
dipendamnya sendiri dan tidak
mau diceritakan kepada orang
lain.
e. Mata
Mata merupakan simbol
dari anggota tubuh yang bisa
memancarkan ekspresi seseorang.
Mata merupakan panca indra
yang digunakan oleh makhluk
129
hidup untuk melihat kondisi
sekelilingnya. Pada puisi “Pada
Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore,”
terdapat larik yang berbunyi
“Apakah kau Si Mata yang suka
berkaca-kaca itu?” pada larik
tersebut terdapat kata Mata. Mata
pada puisi “Pada Suatu Hari
Sekitar Jam 4 Sore,”
menggambarkan rasa duka yang
menunjukan ekspresi
kesedihannya melalui tangisan.
f. Air mata
Air mata diartikan sebagai
cairan yang menetes dari mata
dikarenakan luapan emosi
khususnya kesedihan atau
kepedihan. Tetapi ada juga
seseorang yang mengeluarkan air
mata disaat merasa gembira. Pada
puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam
4 Sore,” air mata diartikan sebagai
ungkapan kesedihan, yaitu rasa
duka yang dirasakan oleh penyair,
karena mengalami suatu
permasalahan yang dialami di
kehidupannya sehingga
menyebabkan kesedihan.
Meluapkan emosi dengan cara
menangis sangat wajar, karena
dengan menangis seseorang yang
mengalami rasa duka akan
merasakan beban yang ada dalam
hati seolah berkurang dan
membuat hati dan perasaan
menjadi lebih tenang.
3. Puisi “Hening Gendis,” terdapat
trikonomi tanda berupa ikon,
indeks dan simbol. Kutipan
puisi yang terdapat trikonomi
tanda yakni sebagai berikut:
a. Hening adalah ketika pintu
menutup dengan suara
memekkakkan
hanya agar bisa terbuka
kembali dan membujukku
masuk ke rumah
Bait puisi di atas
mengandung tanda indeks. Puisi
bagian ketiga pada bait pertama
baris pertama yang berbunyi
Hening adalah ketika pintu, baris
kedua yang berbunyi Menutup
dengan suara, dan baris ketiga
yang berbunyi memekkakkan
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya berada pada baris
keempat yang berbunyi hanya
agar bisa terbuka, baris kelima
yang berbunyi kembali dan
membujukku, dan baris keenam
yang berbunyi masuk ke rumah.
Makna dari indeks di atas adalah
seeorang membujuk Gendis
dengan sangat kasar dan
memaksa Gendis untuk tetap
menjalani kehidupan yang tidak
diinginkan oleh Gendis.
b. Potret
Puisi bagian ketiga pada
bait pertama baris kesebelas
terdapat kata potret. Potret
merupakan ikon dari gambar
manusia. Pada puisi “Hening
Gendis” potret digambarkan
130
sebagai sebuah foto yang
terpajang didinding rumah yang
mengekspresikan ketidaksukaan
seseorang pada keberadaan
Gendis di rumah itu.
c. Biru
Puisi bagian kelima pada
bait pertama baris kedua terdapat
kata biru. Biru menjadi simbol
kekuatan. Menurut Salamadian
(2017), “Warna biru
melambangkan suatu hubungan
profesionalitas, kecerdasan,
kepercayaan diri, bahkan menjadi
simbol kekuatan” (Salamadian
14/1/2017). Dalam budaya Barat,
biru umumnya terkait dengan
perasaan melankolis, sehingga
memunculkan kata “Blues” ketika
ada seseorang yang terlihat sedih.
Pada puisi “Hening Gendis” warna
biru digambarkan dengan
kegelisahan yang dirasakan oleh
Gendis tentang kehidupannya
dimasa yang akan datang, tetapi
keadaan memaksanya untuk
menjadi pribadi yang kuat supaya
bisa melewati berbagai masalah
yang dihadapi dalam
kehidupannya.
d. Tuan
Puisi bagian kelima pada
bait ketiga baris pertama terdapat
kata Tuan. Tuan merupakan ikon
dari seorang laki-laki yang
memiliki harta berlimpah
sehingga bisa memperkerjakan
seseorang untuk memenuhi
seluruh kebutuhannya. Pada puisi
“Hening Gendis” sosok Tuan
digambarkan dengan sang
pencipta yang mengatur seluruh
kehidupan hambanya dan
hambanya hanya perlu menuruti
dan menyiapkan bekal sebelum
kembali kepada penciptanya.
e. Karena kau biru
tidurmu di satang manyar tak
akan diganggu
Bait puisi di atas
mengandung tanda indeks. Puisi
bagian kelima pada bait keenam
baris kedua yang berbunyi Karena
kau biru merupakan sebab,
sedangkan akibatnya berada pada
baris ketiga yang berbunyi
tidurmu di satang manyar dan
keempat yang berbunyi tak akan
diganggu. Makna kata biru pada
puisi “Hening Gendis”
menggambarkan kekuatan dan
sarang manyar adalah tempat
kembalinya manusia kepada sang
Pencipta yang penuh ketenangan.
Jadi seseorang harus senantiasa
kuat menjalani berbagai masalah,
karena masalah tersebut pasti
akan berlalu ketika kita sudah
tidak ada lagi di dunia ini, karena
sudah dijemput dan diantarkan ke
tempat yang nyaman penuh
dengan ketenangan.
f. Suara langkah-lahkan kaki itu,
Tuan
Puisi bagian kelima pada
bait kesepuluh baris pertama
terdapat kata Suara langkah-
langkah kaki yang merupakan
131
indeks dari kehadiran seseorang.
Pada puisi “Hening Gendis”
langkah kaki digambarkan dengan
kedatangan seseorang yang
berjanji akan menjemput Gendis
dan akan membawa Gendis
menuju tempat yang penuh
dengan ketenangan sehingga
gendis tidak akan merasakan
kesedihannya lagi.
4. Puisi “Duduk Di Teras
Belakang Waktu Bulan
Purnama” terdapat trikonomi
tanda berupa indeks dan
simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Kenapa kau begitu pucat, Bulan?
Bulan yang selamanya bisu
seperti menahan suara
yang cakrawala batasnya
tiba-tiba saja pecah
menjelma gerimis
Bait di atas mengandung
tanda indeks. Hal ini bisa dilihat
pada puisi bagian pertama bait
pertama baris kelima yang
berbunyi Bulan yang selamanya
bisu dan baris keenam yang
berbunyi seperti menahan suara
yang merupakan sebab,
sedangkan akibatnya berada pada
baris kedelapan yang berbunyi
tiba-tiba saja pecah dan baris
kesembilan yang berbunyi
menjelma gerimis. Pada puisi
“Duduk Di Teras Belakang Waktu
Bulan Purnama” digambarkan
bulan yang memendam rasa duka
yang sangat dalam tiba-tiba
meluapkan rasa duka itu dalam
bentuk gerimis seakan
menunjukkan kesedihan yang
sedang dialaminya kepada semua
orang.
b. Hati
Puisi bagian pertama pada
bait ketiga baris kedua terdapat
kata hati. Hati merupakan simbol
emosi manusia. Tingkah laku
manusia dikontrol oleh dua hal,
yaitu hati dan otak. Hati dan otak
manusia merupakan penentu
sikap manusia. Otak cenderung
memberikan respon yang sesuai
dengan logika sedangkan hati
lebih kepada ikatan emosi. Makna
hati pada puisi “Duduk Di Teras
Belakang Waktu Bulan Purnama”
berarti luapan emosi kesedihan
yang dirasakan seseorang. Dari
bait demi bait puisi “Duduk Di
Teras Belakang Waktu Bulan
Purnama” terlihat rasa duka yang
ditanggung oleh seseorang yang
sangat berat sehingga membuat
orang tersebut tidak berdaya.
c. Bulan Purnama
Puisi bagian ketiga pada
bait pertama baris pertama
terdapat kata bulan purnama.
Bulan purnama merupakan
bentuk dari penomena alam.
Bulan purnama merupakan simbol
keistimewaan. Bulan purnama
membawa kesan keindahan dan
keunikan yang khas sehingga
132
sangat dinantikan kehadirannya
oleh semua orang. Makna bulan
purnama pada puisi “Duduk Di
Teras Belakang Waktu Bulan
Purnama” adalah tidak ada lagi
keindahan dan keistimewaan yang
dia rasakan Gendis di dalam
hidupnya, karena dia telah
ditinggalkan oleh seseorang yang
sangat berarti dihidupnya.
d. Ayah pamit mau ke Selatan
Ibu diam-diam pergi ke Utara
Puisi di atas terdapat tanda
indeks. Hal ini bisa dilihat pada
puisi bagian ketiga bait ketiga
baris pertama yang berbunyi Ayah
pamit mau ke Selatan yang
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya berada pada baris
kedua yang berbunyi Ibu diam-
diam pergi ke Utara. Pada puisi
“Duduk Di Teras Belakang Waktu
Bulan Purnama” terdapat
perpecahan didalam rumah
tangga yang menyebabkan
perpisahan yang terjadi di
dalamnya. Ayah dan Ibu pergi
mencari kebahagiaannya sendiri
tanpa memperdulikan seseorang
disekitarnya.
5. Puisi “Apa Sebaiknya Aku Tak
Bermimpi Lagi” terdapat
trikonomi tanda berupa
simbol. Kutipan puisi yang
terdapat simbol yakni sebagai
berikut:
Mimpi
Puisi kelima pada bait
ketiga terdapat kata mimpi.
Mimpi diartikan sebagai angan-
angan. Dalam puisi Apa
Sebaiknya Aku Tak Bermimpi
Lagi, mimpi diartikan sebagai
angan-angan atau harapan
seseorang terhadap sesuatu yang
diinginkannya. Gendis memiliki
impian untuk memiliki keluarga
yang utuh supaya bisa merasakan
kebahagiaan yang dulu iya
rasakan. Namun perpisahan yang
telah terjadi dalam keluarganya
mengharuskan Gendis untuk
berhenti bermimpi memiliki
keluarga yang utuh, karena
mimpi itu susah untuk
diwujudkan.
6. Puisi “Siapa yang
Bersembunyi” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Hei, siapa yang bersembunyi
di antara mimpiku
dan mata pisau
yang berkarat didapur?
Puisi keenam terdapat
tanda indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait pertama baris kelima
terdapat kata mimpi yang
disamakan dengan kata mata
pisau yang terdapat pada baris
keenam. Mimpi merupakan
angan-angan, sedangkan mata
pisau merupakan bagian yang
133
tajam pada pisau. Pada puisi
“Siapa yang Bersembunyi” kata
mimpi disamakan dengan mata
pisau yang memiliki arti jika
seseorang mempunyai impian
atau angan-angan yang
diidamkan, maka harus siap
dengan tantangan dan hambatan
untuk bisa mencapai keinginan
tersebut.
b. Borgol
Puisi bagian keenam pada
bait pertama baris keempat belas
terdapat kata borgol. Borgol
merupakan simbol kebebesan
seseorang yang dibatasi, karena
terlibat tindak kejahatan. Borgol
biasa digunakan oleh orang-orang
yang melakukan kejahatan seperti
mencuri, membunuh, dan lain
sebagainya. Pada puisi “Siapa
yang Bersembunyi” kata borgol
menandakan ketidak bebasan
gendis dalam menjalani
kehidupannya. Keterbatasan yang
dialami gendis membuat Gendis
merasakan rasa duka karena
terkurung di rumah yang sunyi
tanpa kehadiran seorang pun.
c. Aku ingin pergi tamasya
ke Timur
ke Barat
ke Tenggara
ke Barat Laut
mencari jejak
bianglala ganda.
Puisi keenam terdapat
tanda indeks. Hal ini bisa dilihat
pada puisi bagian keenam bait
pertama baris ketujuh belas yang
berbunyi Aku ingin pergi tamasya
yang merupakan sebab,
sedangkan akibatnya terdapat
pada baris kedua puluh dua yang
berbunyi mencari jejak dan baris
kedua puluh empat yang berbunyi
bianglala ganda. Tamasya berarti
perjalanan yang dilakukan
seseorang untuk menikmati
pemandangan dan keindahan
alam, sedangkan bianglala
merupakan jenis permainan yang
biasanya terdapat pada tempat-
tempat hiburan, karena
permainan ini sangat disukai
banyak kalangan, baik anak-anak
maupun orang dewasa. Pada puisi
“Siapa yang Bersembunyi” Gendis
memiliki keinginan kuat untuk
mengembara mencari kehidupan
yang lebih baik dari kehidupannya
yang sekarang, karena kehidupan
yang dirasakannya saat ini penuh
dengan rasa duka. Dengan pergi
mengembara, Gendis berharap dia
bisa melupakan kesedihan dan
menemukan sumber kebahagiaan
yang tidak didapatkannya di
rumah.
7. Puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa
Kendali” terdapat trikonomi
tanda berupa indeks. Kutipan
puisi yang terdapat indeks
yakni sebagai berikut:
134
a. Aku ingin bergabung dengan anak-
anak yang bermain petak umpet
Puisi ketujuh terdapat
tanda indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait kelima baris pertama
yang berbunyi Aku ingin
bergabung dengan anak-anak
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya berada pada baris
kedua yang berbunyi bermain
petak umpet. Petak umpet umpet
merupakan permainan tradisional
Indonesia. Cara bermain dalam
permainan petak umpet adalah
satu orang pemain yang kalah
akan menutup mata pada tempat
yang dianggap benteng,
sementara pemain lain
bersembunyi. Setelah selesai
menghitung, maka mulailah
pemain yang menutup mata
mencari tiap pemain yang
bersembunyi, bila telah
menemukan orang yang
bersembunyi, pencari harus
segera berlari menuju benteng
sambil menyebut nama orang
yang diketahui
persembunyiannya. Pada puisi
“Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”
terdapat kata anak-anak dan
permainan petak umpet yang
memiliki arti bahwa Gendis ingin
sekali menghabiskan waktu
bersama orang-orang
disekitarnya supaya bisa
merasakan kebahagiaan bersama
dengan mereka.
b. Aku ingin sungai
tanpa kendali
terjun
ke danau
tumpah
ke kamar ini
agar aku bisa
mengayuh biduk
menyeberanginya
Puisi ketujuh terdapat
tanda indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait keenam baris pertama
yang berbunyi Aku ingin sungai
dan baris kedua yang berbunyi
tanpa kendali merupakan sebab,
sedangkan akibatnya berada pada
baris kedelapan yang berbunyi
agar aku bisa, baris kesembilan
yang berbunyi mengayuh biduk.
dan baris kesepuluh yang
berbunyi Menyeberanginya. Pada
puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa
Kendali” terdapat kata sungai
yang menjadi simbol kehidupan
dan biduk yang berarti perahu.
Arti Sungai pada puisi di atas
merupakan kehidupan yang
dijalaninnya saat ini. Gendis
menginginkan kehidupan yang
bebas diliputi dengan
kebahagiaan, sedangkan biduk
pada puisi di atas berarti alat yang
bisa digunakan untuk pergi
menuju kehidupan yang lebih baik
yang bisa didapatkannya dengan
cara meninggalkan kehidupan
yang dijalaninya saat ini. Mencari
kebebasan dan kebahagiaan
135
merupakan motivasi Gendis untuk
pergi ke tempat yang baru.
8. Puisi “Menjenguk Wajah di
Kolam” terdapat trikonomi
tanda berupa indeks dan
simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Wajah yang merasa
sia-sia, yang putih,
yang pasi
itu
Puisi kedelapan pada
bait pertama baris ketiga
terdapat kata wajah. Wajah
merupakan simbol ekspresi
seseorang. Wajah yang merasa
sia-sia, putih, pasi
menandakan ekspresi yang
tidak baik yang dirasakan
seseorang. Wajah yang pucat
biasanya terdapat pada orang-
orang yang mengalami rasa
sakit, hal ini bisa dilihat dari
ekspresi wajah yang lemah
dan putih pucat. Pada puisi
“Menjenguk Wajah di Kolam”
tidak diperbolehkannya
melihat wajah yang putih
pucat oleh Tuannya bertujuan
supaya Gendis melupakan
duka yang dialami dan tidak
larut dalam kesedihannya.
b. Jangan sekali-
kali membayangkan
wajahmu sebagai rembulan
Puisi kedelapan
terdapat tanda indeks. Hal ini
bisa dilihat pada bait kedua
baris ketiga terdapat kata
wajah yang disamakan dengan
kata rembulan yang terdapat
pada bait keempat. Wajah
merupakan simbol ekspresi
seseorang, sedangkan
rembulan melambangkan
gejolak perasaan seseorang
yang selalu berubah-ubah.
Pada puisi “Menjenguk Wajah
di Kolam” menyamakan wajah
dengan rembulan berarti
orang yang tidak bisa
mengontrol emosi, sehingga
emosi yang ada dalam dirinya
bisa berubah-ubah secara
drastis. Hal ini tidak baik,
karena sejatinya sebagai
manusia kita harus bisa
mengontrol emosi supaya
emosi kita tidak merugikan
diri sendiri dan orang lain.
9. Puisi “Konon” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Ia ingin menjadi buah apel
yang krowak
Tapi ada sebuah pisau
disebelahmu
Puisi kesembilan pada
bagian pertama terdapat tanda
indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait pertama baris ketiga
belas yang berbunyi Ia ingin
136
menjadi buah apel dan baris
keempat belas yang berbunyi
yang krowak merupakan
sebab, sedangkan akibatnya
terdapat pada bait kedua baris
pertama yang berbunyi Tapi
ada sebuah pisau dan baris
kedua yang berbunyi
disebelahmu. Apel krowak
merupakan logo dari
perusahaan Apple yang
terkenal diseluruh dunia dan
pisau merupakan alat yang
digunakan untuk mengiris
suatu benda. Pada puisi
“Konon” apel krowak berarti
sebuah kesuksesan yang diraih
seseorang yang tidaklah
mudah, karena ada pisau yang
menjadi penghambat
kesuksesan tersebut. Jika
seseorang memiliki tekad yang
sangat kuat pasti bisa meraih
kesuksesan meskipun banyak
halangan yang dihadapinya.
b. Tapi jeruk akan dibelah dua
untuk diperas kepotongan-
potongan papaya
ditaburi gula
Puisi kesembilan pada
bagian kedua terdapat tanda
indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait kedua baris pertama
yang berbunyi Tapi jeruk akan
dibelah dua merupakan sebab,
sedangkan akibatnya terdapat
pada bait kedua baris kedua
dan ketiga yang berbunyi
untuk diperas kepotongan-
potongan papaya. Pada puisi
“Konon” buah jeruk yang
dibelah dua untuk diperas
kepotongan-potongan papaya
berarti bahwa ada
pengorbanan yang dilakukan
seseorang untuk
membahagiakan orang lain,
meskipun kebahagiaan itu bisa
didapat dengan cara
mengorbankan dirinya sendiri
demi kebahagiaan orang lain.
c. Konon kasih sayang itu
laksana bola dunia
tak pernah bosan
mengitari matahari
tetapi pada suatu hari
ia mendadak berhenti
Puisi kesembilan pada
bagian ketiga terdapat tanda
indeks. Hal ini bisa dilihat
pada bait pertama baris
pertama yang berbunyi Konon
kasih sayang itu, baris kedua
yang berbunyi laksana bola
dunia, baris ketiga yang
berbunyi tak pernah bosan,
dan baris keempat yang
berbunyi mengitari matahari
yang merupakan sebab,
sedangkan akibatnya terdapat
pada baris kelima yang
berbunyi tetapi pada suatu
hari, dan baris keenam yang
berbunyi ia mendadak
berhenti. Pada puisi “Konon”
terdapat bola dunia yaitu bumi
yang mendadak berhenti
137
mengitari matahari. Jika bumi
berhenti mengitari matahari,
maka akan timbul kerusakan
alam yang akan menyebabkan
berakhirnya kehidupan yang
ada di dunia ini.
d. Putri Tidur
Puisi kesembilan pada
bagian ketiga bait pertama
baris kesembilan terdapat kata
Putri Tidur. Putri Tidur
merupakan simbol kesedihan.
Putri tidur merupakan
dongeng yang mengisahkan
seorang putri yang cantik yang
mengalami kutukan akan
meninggal pada usia 16 tahun
jika terkena jarum jahit, tetapi
kutukan itu bisa diringankan
oleh peri yang lain sehingga
sang putri hanya tertidur dan
bisa dibebaskan dari kutukan
dengan ciuman dari seorang
pangeran. Pada puisi “Konon”
Putri tidur memiliki arti
kesedihan yang dialami oleh
Gendis, sehingga Gendis
memilih untuk menunggu
seseorang yang akan hadir dan
membebaskannya dari
kesedihan serta membawa
kebahagiaan dalam
kehidupannya.
10. Puisi “Memutar Kunci Rumah”
terdapat trikonomi tanda
berupa indeks. Kutipan puisi
yang terdapat indeks yakni
sebagai berikut:
Gendis punya keinginan kuat
untuk menjadi bagian
dari Negeri Dongeng
yang menyejukkan hatinya selama ini
Puisi kesepuluh pada bagian
pertama terdapat tanda indeks. Hal
ini bisa dilihat pada bait ketiga baris
kelima yang berbunyi Gendis punya
keinginan kuat, baris keenam yang
berbunyi untuk menjadi bagian, dan
baris ketujuh yang berbunyi dari
Negeri Dongeng yang merupakan
sebab, sedangkan akibatnya berada
pada baris kedelapan yang berbunyi
Yang menyejukkan hatinya dan baris
kesembilan yang berbunyi selama
ini. Negeri Dongeng merupakan
negeri yang digambarkan penuh
dengan kebahagiaan, permainnan
dan lain sebagainya. Pada puisi
“Memutar Kunci Rumah” keinginan
Gendis untuk tinggal di Negeri
Dongeng semata-mata untuk
mencari teman dan kebahagiaan
yang tidak dia dapatkan
dikehidupannya yang sekarang.
11. Puisi “Langit-Langit” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Gempa bumi di Osaka memakan
korban lebih dari 200 orang
Puisi kesebelas pada
bagian pertama bait ketiga baris
pertama terdapat kata gempa
bumi. Gempa bumi merupakan
simbol bencana alam yang
138
menyebabkan duka cita. Pada
Puisi “Langit-Langit” terdapat
berita duka yaitu kejadian
bencana alam berupa gempa bumi
yang melanda Osaka Jepang dan
memakan korban jiwa 200 orang,
hal ini menyebabkan rasa duka
yang dirasakan oleh para korban
yang tertimpa musibah tersebut.
b. Tik-tok-tik-tok-mu
memekakkanku
biarkan aku tidur tanpa harus
menutup telinga
Puisi kesebelas pada
bagian kedua bait ketujuh baris
pertama yang berbunyi Tik-tok-
tik-tok-mu, dan baris kedua yang
berbunyi memekakkanku
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya terdapat pada baris
ketiga yang berbunyi biarkan aku
tidur tanpa, dan baris keempat
yang berbunyi harus menutup
telinga. Pada Puisi “Langit-Langit”
terdapat suara jam yang
diibaratkan masalah yang sangat
mengganggun ketenangan Gendis,
sehingga Gendis merasakan
kesedihan, karena terus-menerus
ditimpa masalah dan tidak bisa
hidup dengan tenang.
12. Puisi “Tak Perlu” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. Barangkali tak perlu mencari tahu
dan menjadi risau kenapa
Ayah ke Selatan
Ibu ke Utara
Puisi kedua belas pada bait
pertama baris pertama yang
berbunyi Barangkali tak perlu,
baris kedua yang berbunyi mencari
tahu, dan baris ketiga yang
berbunyi dan menjadi risau
merupakan sebab, sedangkan
akibatnya terdapat pada baris
keempat yang berbunyi Ayah ke
Selatan dan baris kelima yang
berbunyi Ibu ke Utara. Pada Puisi
“Tak Perlu” terlihat jelas
kesedihan yang dialami oleh
Gendis karna perpecahan
keluarga yang dialaminya,
sehingga Ayah dan Ibunya lebih
memilih berpisah dan
meninggalkan Gendis sendiri di
rumah.
b. Aku ingin ke Barat
sendiri saja
Puisi kedua belas pada bait
kedua baris kedua terdapat kata
sendiri. Sendiri merupakan tanda
kesedihan. Pada Puisi “Tak Perlu”
kata sendiri memiliki arti bahwa
Gendis merasakan kesepian, tanpa
ayah dan ibu. Hal ini
menyebabkan kesedihan yang
mendalam yang dialami Gendis.
Perpecahan ditengan keluarganya
mengharuskan Gendis untuk tegar
meskipun dia hanya sendiri dalam
menghadapi tantangan
kehidupannya yang akan datang.
139
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data yang dilakukan oleh
peneliti kitab puisi Perihal Gendis
karya Sapardi Djoko damono
merupakan kumpulan puisi yang
sederhana namun sajak-sajaknya
penuh dengan makna dan tak cukup
hanya sekali membaca untuk bisa
memahami maknanya, peneliti
membaca berulang-ulang supaya
bisa memahami isi yang terkandung
dalam kitab puisi Perihal Gendis,
sehingga mempunyai daya tarik
tersendiri untuk menjadikan kitab
puisi Perihal Gendis sebagai objek
penelitian yang ditinjau dari
pendekatan semiotik. Kitab puisi
Perihal Gendis diceritakan lewat
sudut pandang anak perempuan
berusia 12 tahun yang bernama
Gendis. Gendis dalam antologi puisi
ini bisa menggambarkan siapa saja
yang merasakan kesepian sehingga
membuat dia melakukan interaksi
dengan alam sekitar, seperti kupu-
kupu, mawar, ulat, burung, dan lain
sebagainya. Bitab puisi Perihal
Gendis berisi 15 puisi yang banyak
menampilkan dialog dalam
penyajiannya dan dengan tema puisi
yang beraneka ragam sehingga
sangat menarik perhatian para
penikmat sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. (2011). Semiotika
Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Damono, Sapardi Djoko. (2018). Perihal Gendis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kusmayadi, Ismail. (2010). Aku Adalah Puisi: Apresiasi dan Menulis Kreatif Puisi untuk Remaja. Bekasi: Adhi Aksara Abadi Indonesia.
Pradopo, Rachmat Djoko. (2015). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sadikin, Mustofa. (2011). Kumpulan Sastra Indonesia Edisi Terlengkap. Jakarta Timur: Gudang Ilmu.
Sobur, Alex. (2017). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ofset.
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
top related