efek antioksidan ekstrak daun alpukat (persea americana
Post on 16-Oct-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Efek Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill) secara In Vitro dan In Vivo pada Tikus Putih Galur Wistar
Ni Gusti Made Anggreni Nur Hadi, Fatmawaty
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2. Departemen Kimia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Email: nigustimade_anggreni@yahoo.com
ABSTRAK
Aktivitas oksidan dan radikal bebas di dalam tubuh yang tidak diimbangi oleh antioksidan dapat menimbulkan penyakit kronik dan degeneratif. Oksidan dan radikal bebas adalah molekul yang reaktif dan tidak stabil karena adanya elektron tidak berpasangan, sedangkan antioksidan adalah senyawa pemberi elektron yang dapat menetralisir oksidan dan radikal bebas. Antioksidan dapat diklasifikasikan menjadi endogen dan eksogen, serta antioksidan eksogen buatan dan alami. Salah satu sumber antioksidan alami yang belum diteliti adalah daun alpukat. Untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan di dalam ekstrak daun alpukat, dilakukan uji secara In Vitro dengan DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil) sebagai radikal buatan yang larut di dalam pelarut polar dan pengukuran nilai IC50. Untuk mengetahui dosis efektif dari aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat, dilakukan uji secara In Vivo dengan lima kelompok uji tikus putih galur Wistar dan pengukuran kadar MDA (Malondialdehid) plasma sebagai hasil peroksidasi lipid pada sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian vitamin C pada kelompok tikus kontrol positif, air pada kelompok tikus kontrol negatif, ekstrak daun alpukat sebanyak 4 mg/200 gram BB, 8 mg/200 gram BB, dan 16 mg/200 gram BB pada kelompok uji tikus pertama, kedua, dan ketiga, serta aktivitas fisik berupa berenang selama 15 menit untuk meningkatkan peroksidasi lipid yang terjadi di dalam tubuh tikus. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun alpukat yang dilarutkan di dalam air dan etanol memiliki nilai IC50 yang dikategorikan sebagai aktivitas antioksidan sangat kuat, dan dosis yang dapat menurunkan kadar MDA paling baik adalah sekitar 8 mg per 200 gram BB, walaupun nilai penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik. Kata kunci: DPPH; Ekstrak daun alpukat; IC50; MDA
The Antioxidant Effect of the Avocado Leaves (Persea americana Mill) Extract through In Vitro and In Vivo Methods in Wistar Albino Rats
ABSTRACT
The inequality of the activity of oxidants and free radicals in body with the activity of antioxidants can result in degenerative and chronic diseases. Oxidants and free radicals are reactive molecules with one or more unpaired electrons, meanwhile antioxidants are molecules that can give electrons to make the oxidants and free radicals stable. Antioxidants can be classified into endogenous and exogenous, and also the synthetic and natural of exogenous antioxidants. One of the sources of natural exogenous antioxidants is the avocado leaves. In Vitro test with DPPH as the polar-soluble synthetic radical and the measurement of IC50 was done to know the activity of antioxidants in avocado leaves extract. Effective dose of antioxidant activity in avocado leaves extract was known through the In Vivo test using five groups of Wistar albino rats and the measurement of MDA plasm as the result of lipid peroxidation in before and after experiments. The first group of Wistar albino rats was given vitamin C as positive control, the second one was given water as negative control, the third one was given 4 mg per 200 gram weight of Avocado leaves extract, the fourth one was given 8 mg per 200 gram weight of Avocado leaves extract, and the fifth one was given 16 mg per 200 gram weight of Avocado leaves extract, and in the last day of experiments, all of rats had to swim in 15 minutes to increase the lipid peroxidation in their bodies. The result shows that Avocado leaves extracts in water and ethanol have the highest IC50. The best dose of Avocado leaves extract in reducing the MDA plasm is approximately 8 mg per 200 gram weight, though the reduced value is not statistically significant.
Keywords: DPPH; Extract of Avocado leaves; IC50; MDA
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia sedang mengalami transisi epidemiologi di dalam masalah kesehatan. Penyakit
degeneratif dan kronik, seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes telah menyebabkan
angka kematian yang lebih tinggi daripada penyakit infeksi, baik di Indonesia maupun di
dunia. Berdasarkan pernyataan WHO pada tahun 2008, berbagai penyakit degeneratif dan
kronik telah menimbulkan lebih dari setengah angka kematian di dunia (kira-kira mencapai
angka 63%) dan memunculkan ancaman yang lebih besar daripada penyakit menular. Angka
ini dapat diturunkan dengan pencegahan dan upaya untuk mengurangi faktor resiko, seperti
rokok, minuman keras, minimalnya aktivitas fisik, dan obesitas. Penyakit degeneratif yang
juga dikenal sebagai penyakit pengiring usia, karena memang lebih sering terjadi pada usia
lebih dari 40 tahun, sulit terdeteksi dan disebabkan oleh kumpulan kerusakan sel di dalam
tubuh manusia. Penyakit yang menjadi ancaman bagi berbagai negara di dunia ini juga
ditandai dengan adanya kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang jelas, dari keadaan dan
fungsi yang normal menjadi keadaan dan fungsi yang lebih buruk.1,2
Salah satu penyebab penyakit degeneratif dan kronik adalah meningkatnya angka
kerusakan sel di dalam tubuh dan menumpuknya sisa metabolisme serta sel-sel rusak tersebut
di dalam tubuh. Aktivitas oksidan, radikal bebas, dan Reactive Oxygen Species (ROS) yang
dapat merusak berbagai sel dan jaringan tubuh, seperti DNA, protein, dan lipid, yang tidak
diimbangi oleh aktivitas antioksidan. Antioksidan endogen adalah antioksidan yang
dihasilkan oleh sel atau jaringan tubuh itu sendiri, sedangkan antioksidan eksogen adalah
antioksidan alami dan buatan yang ditambahkan untuk membantu aktivitas antioksidan
endogen. Salah satu penyebab tingginya stres oksidatif yang meningkatkan angka kerusakan
sel dan sisa metabolisme adalah sel atau jaringan yang sudah rusak juga dapat menghasilkan
oksidan, radikal bebas, dan ROS yang dapat memperluas stres oksidatif serta kerusakan sel
atau jaringan yang terjadi.3,4
Banyak penelitian dan uji coba yang dilakukan untuk mencari antioksidan buatan dan
alami yang dapat diberikan ke dalam tubuh sebagai antioksidan eksogen.3-7 Beberapa
penelitian membuktikan bahwa antioksidan buatan dapat memberikan dampak negatif bagi
tubuh5, sehingga penelitian semakin beralih ke pencarian antioksidan alami yang dapat
dikonsumsi. Antioksidan alami dapat ditemukan pada kandungan berbagai daun tanaman
dalam bentuk antosianin, prostanidin, epikatein, polifenol, flavonoid, luteolin, rutin, quersetin,
dan apigenin.6-12 Penelitian tentang penggunaan daun alpukat sebagai antilipidemia
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
memperkuat dugaan adanya kandungan antioksidan yang dapat mengurangi aktivitas
peroksidasi lipid.10 Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari aktivitas
antioksidan di dalam daun tanaman alpukat sehingga dapat ditemukan sumber baru bagi
antioksidan alami yang dapat dikonsumsi.
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ekstrak daun tanaman alpukat (Persea americana Mill) mengandung antioksidan
yang dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah aktivitas peroksidasi lipid di
dalam tubuh?
2. Berapakah dosis ekstrak daun tanaman alpukat (Persea americana Mill) yang dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk mengurangi atau mencegah aktivitas peroksidasi
lipid?
Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah menemukan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun
tanaman alpukat (Persea americana Mill) yang dapat menurunkan MDA sebagai hasil
aktivitas peroksidasi lipid, sehingga ekstrak daun tanaman alpukat (Persea americana Mill)
tersebut dapat digunakan sebagai antioksidan eksogen. Tujuan khusus dari penelitian ini
adalah:
1. Membuktikan secara In Vitro bahwa ekstrak daun alpukat mengandung antioksidan.
2. Mencari dosis ekstrak daun alpukat yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi MDA
sebagai hasil aktivitas peroksidasi lipid secara In Vivo di dalam tubuh tikus putih galur
Wistar.
TINJAUAN TEORITIS
Persea Americana Mill adalah tanaman yang aslinya berasal dari Amerika dan tumbuh
di daerah Chili, Meksiko, kepulauan Karibean, dan hingga saat ini daerah pertumbuhannya
semakin menyebar di Filipina, New Zealand, Australia, Afrika Selatan, Kenya, Israel,
Moroko, Spanyol, dan Kepulauan Kanari. Tanaman yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan ini dapat tumbuh baik di tanah yang strukturnya tidak terlalu padat
dengan sistem pengairan yang baik, sedikit asam, dan banyak mengandung zat organik.
Persea Americana Mill dapat dikatakan sebagai spesies yang polimorfik dengan variasi
bentuk, kualitas, warna, dan daya tahan terhadap dingin, dengan 3 spesies yang paling
terkenal adalah Mexican, Guatemaleen, dan West Indian. Spesies yang paling terkenal di
Amerika Serikat adalah Hass dengan kulit buah yang berwarna coklat kehitaman.13,14
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Di Indonesia, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik karena iklimnya tropis dan
subtropis, terutama di daerah dengan ketinggian 80 kaki ini dapat dikategorikan sebagai
tanaman komersial dengan kandungan dan kualitas nutrisi yang baik.13 Buah alpukat yang
memiliki kulit berwarna hijau zaitun dengan pulp yang berwarna kuning tebal pucat dapat
dikonsumsi oleh manusia dan digunakan sebagai terapi pengobatan.15 Kandungan kalori pada
buah alpukat sama dengan kandungan kalori pada pisang, kandungan lemak buahnya yang
bisa mencapai 5-35% dengan kandungan utama MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) asam
oleat sebagai asam lemak esensial, dan biji tanamannya mengandung tanin dalam kadar yang
tinggi.13,16,17 Selain itu, buah alpukat banyak mengandung asam linolenat, asam palmitat,
asam stearat, asam linoleat, asam kaprat, asam miristat, vitamin E, vitamin B2, vitamin B6,
asam pantotenat, kalium, dan serat, serta biji dan tunas yang mengandung antioksidan.7,15
Oleh karena kandungan nutrisinya dan berbagai keuntungan dari segi kesehatan, buah alpukat
adalah buah ke-14 terbanyak dikonsumsi di Amerika Serikat.17
Beberapa penggunaan tanaman alpukat sebagai pencegahan dan terapi atau pengobatan
penyakit tertentu di dalam dunia medis adalah daun alpukat sebagai antihipertensi dan
vasorelaksasor cincin aorta11,18, ekstrak biji dan daun tanaman alpukat untuk menurunkan
kolesterol, LDL (Low-Density Lipoprotein), dan triasilgliserol dengan kandungan β-sitosterol
dan antioksidannya yang dapat mencegah atau menurunkan peroksidasi lipid,10,14,17 esktrak
biji dan tunas sebagai antioksidan dan antibakteri karena adanya kandungan terpenoid,
flavonoid, steroid, dan polifenol,5,7,9,16 daun alpukat sebagai obat diuretik, anti-inflamasi, anti-
hipoglikemia, diare, radang tenggorokan, dan perdarahan,anti-litiasis pada nefrolitiasis karena
adanya kandungan flavonoid yang dapat mencegah adhesi kristal kalsium oksalat.9 Selain itu,
kandungan karotenoid, tanin, dan tokoferol pada buah alpukat terbukti secara in vitro dapat
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker prostat dan kandungan persin pada daun alpukat
bersifat anti-jamur dan dapat membunuh beberapa spesies cacing.16
Penelitian in vivo pada tubuh mencit membuktikan bahwa ekstrak buah alpukat dapat
mempengaruhi proliferasi limfosit.16 Tanin pada ekstrak biji alpukat dapat digunakan untuk
terapi diare non-spesifik, inflamasi pada mulut, tenggorokan, dan kulit yang terluka, sebagai
anti-parasit dan anti-mikroba, sebagai anti-iritasi, dan sebagai anti-sekretolitik.16 Buah alpukat
juga dapat bersifat sebagai hepatoproteksi, terutama terhadap hepatotoksisitas yang diindukti
oleh parasetamol.10,11 Sebagai pencegah kanker, beberapa penelitian membuktikan ekstrak
fitokimia buah alpukat yang dapat menginhibisi pertumbuhan, menghentikan siklus sel, dan
menginduksi apoptosis. Ekstrak alpukat dalam metanol dapat membantu proliferasi sel-sel
limfosit manusia dan menurunkan aberasi kromosom yang diinduksi oleh siklofosfamid.19
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Radikal bebas dan oksidan adalah molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tak
berpasangan pada orbital terluar dan menjadi sangat reaktif. Selain dihasilkan di proses
metabolisme normal tubuh, radikal bebas dan oksidan juga dihasilkan saat tubuh sedang
melakukan aktivitas fisik yang berat, terpapar sinar matahari dan X-Ray, terpapar rokok dan
polusi lingkungan. ROS adalah molekul yang mengandung O2 dan bersifat sangat reaktif,
seperti radikal hidroksil, radikal anion superoksida, singlet oksigen, hidrogen peroksida,
radikal nitrit oksida, dan variasi peroksida lipid.23
Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron atau reduktan yang dapat menghambat
reaksi oksidasi dengan mengikat oksidan dan radikal bebas. Tubuh secara alami dapat
mengatasi peningkatan radikal bebas dan oksidan, tetapi pada keadaan tertentu, seperti pada
aktivitas fisik yang berat, antioksidan endogen di dalam tubuh membutuhkan bantuan
antioksidan eksogen. Contoh komponen antioksidan endogen di dalam tubuh yang
menghilangkan oksidan dan radikal bebas secara enzimatik adalah SuperOksida Dismutase
(SOD), Glutation Peroksidase (GPX), dan katalase.21 Antioksidan eksogen dapat
diklasifikasikan menjadi alami dan buatan yang terus menarik perhatian peneliti-peneliti di
dunia, karena manfaatnya yang dapat menurunkan angka kejadian penyakit kronik, seperti
kanker dan aterosklerosis.23,24 Secara umum, tiga cara yang digunakan oleh antioksidan untuk
mengurangi aktivitas oksidan dan radikal bebas adalah23:
a. Mengikat/scavenging
b. Menghambat/inhibisi
c. Proteksi
Selain diklasifikasikan menjadi antioksidan alami dan buatan, antioksidan juga
dapatdiklasifikasikan menjadi antioksidan preventif yang mengurangi laju inisiasi reaksi
berantai dan antioksidan pemutus rantai yang mengganggu propagasi reaksi berantai. Contoh
antioksidan preventif adalah katalase dan peroksidase, selenium, EDTA (etilen-
diamintetraasetat) dan DTPA (dietilentriaminpentaasetat). Antioksidan pemutus rantai yang
utama adalah superoksida dismutase yang bekerja secara efektif di dalam fase cair dan
vitamin E.24
Peroksidasi lipid adalah aktivitas radikal bebas oksigen yang merusak lemak tidak jenuh
rantai panjang pada membran lipid. Komponen membran lipid yang sering diserang oleh
oksidan dan radikal bebas, terutama hidroksil, adalah fosfolipid dan glikolipid. Peroksidasi
lipid ini akan memicu terjadi peroksidasi-peroksidasi berikutnya melalui reaksi berantai yang
terus menghasilkan radikal bebas. Gangguan fisiologis yang ditimbulkan adalah inaktivasi
enzim membran sel, peningkatan permeabilitas ion menembus membran, peningkatan
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
agregasi platelet pada pembuluh darah, peningkatan penyakit degeneratif, dan penurunan
efektivitas sistem imun. Produk peroksidasi lipid bersifat toksik bagi sel, seperti macam-
macam aldehida dan MDA, yang dapat diukur pada uji In Vivo adalah MDA plasma. MDA
plasma tersebut direaksikan dengan asam Tiobarbiturat (TBA), di mana reaksi secara
molekulnya terjadi di antara satu molekul MDA dengan dua molekul TBA pada keadaan
asam, yang menghasilkan warna merah muda dan dapat dibaca pada panjang gelombang 532
nm.21
Gambar 1. Reaksi di antara MDA dengan TBA21
Potensi antioksidan alami yang dimiliki oleh ekstrak tanaman tertentu diuji dengan
perbandingan terhadap aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh vitamin E atau vitamin C. Zat
radikal yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas antioksidan adalah DPPH (2,2-difenil-1-
pikril hidrazil) sebagai zat oksidator yang dapat dijadikan radikal bebas pada pengujian
aktivitas antioksidan dan radikal buatan yang larut di dalam pelarut polar, seperti metanol dan
etanol. Antioksidan akan mereduksi radikal DPPH dan intensitasnya dapat diukur pada
panjang gelombang 515 nm. Penurunan absorbansi DPPH sebagai tanda penurunan
konsentrasi DPPH dapat dijadikan sebagai indikator aktivitas antioksidan. Parameter yang
digunakan untuk uji aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH adalah IC50, yaitu
konsentrasi senyawa ekstrak uji yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal DPPH sebesar
50%. Semakin kecil nilai IC50, semakin efektif fungsi ekstrak uji tersebut sebagai
antioksidan.21 Kategori kekuatan aktivitas antioksidan menurut Jung et al dapat dilihat pada
tabel berikut ini.21
Tabel 1. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan secara In Vitro terhadap DPPH21
Intensitas Nilai IC50 (µg/mL) Sangat aktif <50
Aktif 50-100 Sedang 101-250 Lemah 250-500
Tidak Aktif >500
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Aktivitas antioksidan pada ekstrak yang diuji bereaksi dengan DPPH melalui pemberian
elektron dan reaksi ini akan mengubah warna ungu pada DPPH menjadi warna kuning
pucat.21,23,25
Gambar 2. Reaksi di Antara DPPH dengan Antioksidan yang Ditandai dengan Perubahan Warna Ungu Menjadi
Warna Kuning Pucat25
Peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Ketika peningkatan tersebut
sudah melebihi kapasitas fisiologis dan pertahanan antioksidan tubuh, radikal bebas yang
dihasilkan dapat menimbulkan stres oksidatif yang ditandai dengan produksi MDA. Vittala et
al (2004) menyatakan bahwa latihan fisik dengan intensitas sedang dan berat dapat
meningkatkan produksi radikal bebas oksigen di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat
merusak membran lipid, protein, DNA, dan beberapa komponen sel lainnya.21 Aktivitas
peroksidasi lipid sebagai aktivitas perusakan lemak tidak jenuh rantai panjang pada membran
lipid oleh radikal bebas oksigen adalah bukti yang sering digunakan untuk melihat peran
reaksi radikal bebas di dalam menimbulkan penyakit dan indikator yang dapat diukur pada
aktivitas tersebut adalah MDA. Beberapa uji coba antioksidan, seperti pulp buah alpukat dan
buah merah (Pandanus conoideus) memperlihatkan penurunan jumlah MDA, dan antioksidan
ini nantinya dapat digunakan untuk mengurangi efek negatif yang disebabkan oleh latihan
fisik dan mengurangi resiko terjadinya penyakit degeneratif.17,21
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah studi eksperimental di laboratorium dengan tikus putih
galur Wistar sebagai hewan coba. Penelitian ini dilakukan secara In Vitro menggunakan
DPPH dalam etanol dan ekstrak daun alpukat pada berbagai konsentrasi (µg/ml) dan secara In
Vivo menggunakan lima kelompok uji tikus putih galur Wistar. Penelitian ini dilaksanakan di
Departemen Kimia dan Departemen Gizi Kampus Fakultas Kedokteran Universitas
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Indonesia, Jln. Salemba Raya no. 4, Salemba, Jakarta Pusat. Waktu penelitian dimulai sejak
pertengahan bulan Desember 2015 hingga pertengahan bulan Mei 2016.
Penelitian ini dilakukan pada lima kelompok tikus dengan satu kelompok kontrol
negatif, satu kelompok kontrol positif, dan tiga kelompok perlakuan. Besar sampel penelitian
ini dihitung dengan rumus Federer, yaitu:
(t-1)(n-1) ≥ 15
Keterangan:
n : Jumlah sampel tiap kelompok perlakuan
t : Jumlah kelompok perlakuan
Dengan demikian, besar sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:
(5-1)(n-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
4n - 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 5
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Ferderer tersebut, jumlah sampel minimal yang
diperlukan di dalam penelitian ini adalah lima untuk setiap kelompok kontrol dan perlakuan.
Subyek penelitian adalah tikus putih galur Wistar yang diambil dari Laboratorium Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hewan Coba Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang
ditentukan secara consecutive sampling, mengikuti 10 hari perlakuan di dalam kandang
(dengan suhu dan makanan tertentu), dan mengikuti uji aktivitas fisik berupa berenang di hari
ke-10. Sampel daun alpukat yang akan diekstrak diambil dari Balai Tanaman Obat dan
Aromatika (Balitro Bogor). Variabel bebas di dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan
atau fisik pada kandang tikus, seperti paparan sinar UV dan suhu. Variabel kontrol di dalam
penelitian ini adalah cara membuat ekstrak daun alpukat, pemberian ekstrak daun alpukat
dengan dosis 4 mg per 200 gram BB pada kelompok uji pertama, 8 mg per 200 gram BB pada
kelompok uji kedua, dan 16 mg per 200 gram BB pada kelompok uji ketiga, pemberian air
pada kelompok kontrol negatif, pemberian vitamin C pada kelompok kontrol positif, dan
pemberian aktivitas fisik berupa berenang selama 15 menit di hari kesepuluh pada seluruh
kelompok uji. Variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kadar MDA pada plasma tikus
sebagai hasil aktivitas peroksidasi lipid. Variabel perancu di dalam penelitian ini adalah genus
dan spesies serta keadaan lingkungan dan fisik tempat tanaman alpukat tumbuh.
Penelitian dimulai dengan pengambilan daun alpukat berdasarkan bentuk dan warna di
Balitro, Bogor. Penelitian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak daun alpukat dengan pelarut
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
etanol 70% dan teknik maserasi. Pembuatan ekstrak daun alpukat dimulai dengan
memasukkan 100 gram serbuk daun ke dalam sebuah botol bermulut lebar yang kemudian
dicampur dengan 70% etanol sebanyak 500 ml. Setelah 3 hari perendaman dengan
pengadukan secara berkala, larutan disaring dan ampas yang diperoleh direndam berkali-kali
hingga filtratnya tidak berwarna. Hasil larutan kemudian difraksinasi dan dipekatkan pada alat
rotary evaporator pada suhu 500 C dengan kecepatan 50 rpm. Ekstrak dikeringkan pada suhu
400C hingga diperoleh bobot berat yang tetap. Ekstrak dapat disimpan pada kulkas dengan
suhu 40C hingga digunakan kemudian.
Uji In Vitro dilakukan dengan mereaksikan 0,5 ml DPPH 1 mM dengan 10-200 µg
ekstrak daun alpukat dalam 2 ml etanol 70% di dalam tabung reaksi. 10-200 µg ekstrak daun
alpukat dalam 2 ml etanol 70% tersebut kemudian dilarutkan di air, dan direaksikan dengan
0,5 ml DPPH 1 mM di dalam tabung reaksi Larutan ekstrak daun alpukat dalam etanol dan air
kemudian dilarutkan dengan etil asetat, dan direaksikan dengan 0,5 ml DPPH 1 mM di dalam
tabung reaksi. 10-200 µg ekstrak daun alpukat dalam 2 ml etanol 70% tersebut dilarutkan juga
dengan pelarut n-heksan, kemudian direaksikan dengan 0,5 ml DPPH 1 mM di dalam tabung
reaksi. Sebagai kontrol positif, 0,5 ml DPPH 1 mM dilarutkan dengan 10-200 µg vitamin C di
dalam tabung reaksi. Pada akhir reaksi, didapatkan 5 tabung yang terdiri dari tabung ekstrak
daun alpukat di dalam etanol, tabung ekstrak daun alpukat di dalam fraksi air, tabung ekstrak
daun alpukat di dalam fraksi etil asetat, tabung ekstrak daun alpukat di dalam fraksi heksan,
dan tabung vitamin C sebagai kontrol positif. Seluruh tabung direaksikan dengan 0,5 ml
DPPH 1 mM. Seluruh larutan dievaporasi dengan rotary evaporator dan dicampur dengan
vortex. Larutan kemudian didiamkan selama 30 menit. Absorbansi larutan dibaca dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 515 nm. Nilai absorbansi DPPH yang diperoleh
pada ekstrak daun alpukat dengan berbagai konsentrasi dan fraksi dibandingkan dengan nilai
absorbansi DPPH pada vitamin C. Nilai tersebut menggambarkan aktivitas antioksidan pada
ekstrak daun alpukat dan vitamin C di dalam menginhibisi DPPH dan dilambangkan dengan
nilai IC50.
Uji In Vivo dimulai dengan persiapan hewan coba berupa tikus putih galur Wistar.
Persiapan pemeliharaan hewan coba terdiri dari persiapan kandang, anyaman kawat, sekam,
botol minum, alat semprot, tempat makan, dan pakan untuk seluruh tikus selama 10 hari.
Sebelum percobaan dilaksanakan, berat badan seluruh tikus harus ditimbang dan dicatat,
sampel darah sebanyak 2 ml diambil dari seluruh subyek penelitian. Sampel darah kemudian
disentrifugasi untuk mendapatkan plasma, kadar MDA pada plasma kemudian diukur dan
dicatat.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Peneliti kemudian memberikan perlakuan pada masing-masing kelompok subyek
penelitian selama 10 hari, berupa pemberian vitamin C pada kelompok kontrol positif, air
pada kelompok kontrol negatif, ekstrak daun alpukat sebanyak 4 mg pada kelompok uji
pertama, ekstrak daun alpukat sebanyak 8 mg pada kelompok uji kedua, dan ekstrak daun
alpukat sebanyak 16 mg pada kelompok uji ketiga. Pada hari kesepuluh, peneliti memberikan
aktivitas fisik maksimal, yaitu berenang hingga muncul tanda kelelahan berupa hampir
tenggelam (biasanya membutuhkan waktu selama 15 menit) pada seluruh kelompok
perlakuan. Sampel darah kemudian diambil segera setelah subyek penelitian melakukan
aktivitas fisik, untuk kemudian disentrifugasi. Setelah mendapatkan plasma, peneliti
kemudian mengukur dan mencatat kadar MDA pada plasma darah.
Pengukuran kadar MDA pada plasma darah dilakukan dengan mereaksikan 250 µl
plasma darah dengan 100 µl SDS 8,1%, 750 µl HCl 0,5 M, 750 µl TBA 20M, dan 125 µl
aquabidest. Seluruh zat yang telah direaksikan tersebut kemudian divortex. Larutan kemudian
dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit, kemudian didinginkan selama 10 menit. 500 µl
aquabidest dan 2,5 ml n Butanol pir ditambahkan pada larutan, kemudian divortex dan
disentrifugasi 3000x selama 15 menit. Absorbansi supernatan dibaca pada fluorometer 520
nm dan emisi 550 nm. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS 21. Uji t
berpasangan dilakukan untuk membandingkan kadar MDA sebelum dan setelah perlakukan
pada seluruh kelompok uji. Uji one-way ANNOVA dengan p<0,05 dilakukan untuk melihat
perbedaan kadar MDA pada seluruh kelompok subyek penelitian dan untuk melihat
perbedaan aktivitas antioksidan pada ekstrak daun alpukat dengan aktivitas antioksidan pada
vitamin C.
HASIL PENELITIAN
Aktivitas antioksidan ekstrak di dalam mengurangi radikal DPPH diukur dengan
metode Yen & Chen (1995) dan absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 515 nm.
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat secara In Vitro dapat dilihat pada Tabel 2,
3, 4, 5, dan 6 serta Gambar 3, 4, 5, 6, dan 7.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C sebagai Kontrol Positif pada Uji In Vitro
Konsentrasi (µg/mL) % Inhibisi IC50 (µg/mL)
2.5 20.4
7.032 5 42.5
10 78.6
20 98.8
Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C sebagai Kontrol Positif pada Uji In Vitro
Tabel 3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi Air pada Uji In Vitro
Konsentrasi (µg/mL) % Inhibisi IC50 (µg/mL)
10 23.3
29.7 50 91
100 91.6 200 191.7
Gambar 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi Air pada Uji In Vitro
20.442.5
78.698.8
y=4.3002x+19.761R²=0.891810
50
100
150
0 5 10 15 20 25
Inhibisi(%)
Konsentrasi(µg/mL)
Ak8vitasAn8oksidanVitaminCsecaraInVitro
23.3
91 91.6
191.7
y=0.8168x+25.89R²=0.93312
050100150200250
0 50 100 150 200 250
Inhibisi(%)
Konsentrasi(µg/mL)
Ak8vitasAn8oksidanEkstrakDaunAlpukatFraksiAirsecaraInVitro
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Ekstrak Etanol pada Uji In Vitro
Konsentrasi (µg/mL) % Inhibisi IC50 (µg/mL)
10 0.2
35.9 50 66.7 100 157.8
200 191.3
Gambar 5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Ekstrak Etanol pada Uji In Vitro
Tabel 5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi Hx pada Uji In Vitro
Konsentrasi (µg/mL) % Inhibisi IC50 (µg/mL) 10 0.1
440.8 50 8
100 12.3 200 22.4
0.2
66.7
157.8191.3
y=0.987x+15.172R²=0.86756
0
50
100
150
200
250
0 50 100 150 200 250
Inhibisi(%)
Konsentrasi(µg/mL)
Ak8vitasAn8oksidanEkstrakDaunAlpukatEkstrakEtanolsecaraInVitro
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Gambar 6. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi Hx pada Uji In Vitro
Tabel 6. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi EA pada Uji In Vitro
Konsentrasi (µg/mL) % Inhibisi IC50 (µg/mL) 10 3.7
157.3 50 28.9
100 36.7 200 51.2
Gambar 7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Alpukat Fraksi EA pada Uji In Vitro
Aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat secara In Vivo dilakukan dengan
membandingkan kadar MDA plasma pada sampel darah tikus sebelum perlakuan dengan
setelah perlakuan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 8 sebagai
hasil uji t berpasangan pada SPSS.
0.1
812.3
22.4
y=0.1118x+0.6351R²=0.975020
510152025
0 100 200 300
Inhbisi(%)
Konsentrasi(µg/mL)
Ak8vitasAn8oksidanEkstrakDaunAlpukatFraksiHxsecara
InVitro
3.7
28.936.7
51.2
y=0.2251x+9.8661R²=0.862160
20
40
60
0 50 100 150 200 250
Inhibisi(%)
Konsentrasi(µg/mL)
Ak8vitasAn8oksidanEkstrakDaunAlpukatFraksiEAsecaraInVitro
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Tabel 7. Rerata Kadar MDA Plasma pada Sampel Darah Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan
Rerata dan Selisih Kadar MDA
No. Kelompok Uji
Kadar MDA sebelum
Perlakuan (nmol/mL)
Kadar MDA setelah
Perlakuan (nmol/mL)
Selisih Kadar MDA
(nmol/mL) p*
1. Kelompok Kontrol Positif 0.29 ± 0.18 0.19 ± 0.05 -0.10 ± 0.06
0.09
2. Kelompok Kontrol Negatif 0.33 ± 0.02 0.41 ± 0.25 0.07 ± 0.04
0.13
3. Konsentrasi Ekstrak 4 mg 0.34 ± 0.13 0.37 ± 0.17 0.03 ± 0.12
0.67
4. Konsentrasi Ekstrak 8 mg 0.30 ± 0.05 0.27 ± 0.32 -0.03 ± 0.02
0.23
5. Konsentrasi Ekstrak 16 mg 0.36 ± 0.03 0.39 ± 0.09 0.03 ± 0.12
0.56
*nilai p didapat dari hasil uji t berpasangan untuk membandingkan kadar MDA plasma pada
sebelum dengan setelah perlakuan, nilai p yang lebih besar dari 0.05 menandakan perbedaan
atau selisih kadar MDA yang tidak bermakna secara statistik
Gambar 8. Selisih Kadar MDA Plasma pada Sampel Darah Tikus Sebelum dengan Setelah Perlakuan
Untuk mengetahui dosis ekstrak daun alpukat yang memiliki aktivitas antioksidan paling
tinggi, digunakan uji one-way ANNOVA.
0 0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45
Kel
ompo
k K
ontro
l Po
sitif
Kel
ompo
k K
ontro
l N
egat
if
Kon
sent
rasi
Eks
trak
4 m
g
Kon
sent
rasi
Eks
trak
8 m
g
Kon
sent
rasi
Eks
trak
16 m
g
1 2 3 4 5
Kadar MDA sebelum Perlakuan (nmol/mL)
Kadar MDA setelah Perlakuan (nmol/mL)
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
Tabel 8. Hasil Uji Analisis One-Way ANNOVA terhadap Selisih MDA di Setiap Kelompok
Kelompok Uji Jumlah Subjek Rata-rata ± Simpang
Baku p
Kontrol Positif 5 0.018 ± 0.056 0.724 Kontrol Negatif 5 0.029 ± 0.035
Konsentrasi Ekstrak 4 mg
5 0.025 ± 0.117
Konsentrasi Ekstrak 8 mg
5 -0.025 ± 0.039
Konsentrasi Ekstrak 16 mg
5 0.031 ± 0.081
PEMBAHASAN
Potensi antioksidan alami pada ekstrak daun tanaman alpukat diuji dengan
perbandingan terhadap aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh vitamin C. Parameter
yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH adalah IC50, yaitu
konsentrasi senyawa ekstrak uji yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal DPPH
sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50, semakin efektif fungsi ekstrak uji tersebut
sebagai antioksidan.21
Gambar 4.1 sebagai grafik hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C sebagai
kontrol positif secara In Vitro memperlihatkan persamaan y = 4.3002x + 19.761 dan R2
= 0.892. Nilai y pada persamaan adalah inhibisi DPPH (%) dan nilai x pada persamaan
adalah konsentrasi vitamin C dalam satuan µg/mL. Grafik dan persamaan tersebut
diperoleh dengan memasukkan nilai konsentrasi pada sumbu x dan inhibisi DPPH pada
sumbu y berdasarkan nilai yang didapatkan pada uji In Vitro sebagaimana tercatat pada
tabel 4.1. Nilai R2 sebesar 0.892 menjelaskan persamaan yang adekuat untuk
menghubungkan konsentrasi vitamin C dengan inhibisi DPPH. Untuk mendapatkan nilai
IC50, masukkan 50 pada nilai y dan dapatkan nilai x yang sesuai. Berdasarkan
persamaan tersebut, nilai IC50 vitamin C adalah 7.032 µg/mL.
Gambar 4.2 sebagai grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat
fraksi air secara In Vitro memperlihatkan persamaan y = 0.8168x + 25.89 dan R2 =
0.933. Grafik dan persamaan tersebut diperoleh dengan memasukkan nilai konsentrasi
pada sumbu x dan inhibisi DPPH pada sumbu y berdasarkan nilai yang didapatkan pada
uji In Vitro sebagaimana tercatat pada tabel 4.2. Nilai R2 sebesar 0.933 menjelaskan
persamaan yang adekuat untuk menghubungkan konsentrasi ekstrak daun alpukat fraksi
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
air dengan inhibisi DPPH. Berdasarkan persamaan tersebut, nilai IC50 ekstrak daun
alpukat fraksi air adalah 29.7 µg/mL.
Gambar 4.3 sebagai grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat
ekstrak etanol secara In Vitro memperlihatkan persamaan y = 0.987x + 15.172 dan R2 =
0.868. Grafik dan persamaan tersebut diperoleh dengan memasukkan nilai konsentrasi
pada sumbu x dan inhibisi DPPH pada sumbu y berdasarkan nilai yang didapatkan pada
uji In Vitro sebagaimana tercatat pada tabel 4.3. Nilai R2 sebesar 0.868 menjelaskan
persamaan yang adekuat untuk menghubungkan konsentrasi ekstrak daun alpukat
ekstrak etanol dengan inhibisi DPPH. Berdasarkan persamaan tersebut, nilai IC50
ekstrak daun alpukat ekstrak etanol adalah 35.9 µg/mL.
Gambar 4.4 sebagai grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat
fraksi heksan secara In Vitro memperlihatkan persamaan y =0.112x + 0.635 dan R2 =
0.975. Grafik dan persamaan tersebut diperoleh dengan memasukkan nilai konsentrasi
pada sumbu x dan inhibisi DPPH pada sumbu y berdasarkan nilai yang didapatkan pada
uji In Vitro sebagaimana tercatat pada tabel 4.4. Nilai R2 sebesar 0.975 menjelaskan
persamaan yang adekuat untuk menghubungkan konsentrasi ekstrak daun alpukat fraksi
heksan dengan inhibisi DPPH. Berdasarkan persamaan tersebut, nilai IC50 ekstrak daun
alpukat fraksi heksan adalah 440.8 µg/mL.
Gambar 4.5 sebagai grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat
fraksi etilasetat secara In Vitro memperlihatkan persamaan y = 0.2251x + 9.8661 dan R2
= 0.862. Grafik dan persamaan tersebut diperoleh dengan memasukkan nilai konsentrasi
pada sumbu x dan inhibisi DPPH pada sumbu y berdasarkan nilai yang didapatkan pada
uji In Vitro sebagaimana tercatat pada tabel 4.5. Nilai R2 sebesar 0.862 menjelaskan
persamaan yang adekuat untuk menghubungkan konsentrasi ekstrak daun alpukat fraksi
etilasetat dengan inhibisi DPPH. Berdasarkan persamaan tersebut, nilai IC50 ekstrak
daun alpukat fraksi etilasetat adalah 157.3 µg/mL.
Berdasarkan penjelasan di atas dan kriteria Jung et al, vitamin C sebagai kontrol
positif dengan nilai IC50 sebesar 7.032 µg/mL memiliki aktivitas antioksidan yang
terbaik dan sangat aktif. Berdasarkan nilai IC50 ekstrak daun alpukat yang dilarutkan di
dalam air yakni sebesar 29.7 µg/mL dan nilai IC50 ekstrak daun alpukat fraksi etanol
yakni sebesar 35.9 µg/mL, ekstrak daun alpukat pada fraksi air dan ekstrak etanol
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat aktif. Ekstrak daun alpukat fraksi etilasetat
dengan nilai IC50 sebesar 157.3 µg/mL memiliki aktivitas antioksidan yang sedang,
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
sedangkan ekstrak daun alpukat fraksi heksan dengan nilai IC50 sebesar 440.8 µg/mL
memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.
Berdasarkan gambar 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5 sebagai grafik persamaan linier,
aktivitas antioksidan pada ekstrak daun alpukat ekstrak etanol, fraksi air, fraksi
etilasetat, dan fraksi heksan dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi
ekstrak tersebut semakin kuat pula aktivitas antioksidannya. Perbedaan nilai IC50 ekstrak
daun alpukat pada ekstrak etanol, fraksi air, fraksi etilasetat, dan fraksi heksan
disebabkan oleh kepolaran zat pelarut yang digunakan. Air dan etanol adalah pelarut
polar, etilasetat adalah pelarut semi polar, dan heksan adalah pelarut nonpolar.25,26
Aktivitas antioksidan pada ekstrak daun alpukat ekstrak etanol dan fraksi air
menjelaskan adanya donor elektron dari zat-zat alami pada ekstrak daun alpukat, seperti
–OH, -Cl, dan –CH3, ke DPPH dan mengubah bentuk radikal DPPH menjadi 1,1-
difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning pucat.25 Hasil ini memperkuat dugaan
adanya flavonoid pada ekstrak daun alpukat yang pada penelitian sebelumnya
dibuktikan memiliki aktivitas antiinflamasi dan diduga dapat berfungsi sebagai proteksi
tubuh dari oksidan dan radikal bebas.9
MDA plasma sebagai hasil peroksidasi lipid pada lemak tidak jenuh rantai
panjang di membran lipid adalah salah satu indikator yang dapat diukur untuk melihat
aktivitas antioksidan secara In Vivo. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji t berpasangan untuk membandingkan kadar MDA plasma pada sebelum
dengan setelah perlakuan. Nilai p yang kurang dari 0,05 menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan bermakna di antara kadar MDA plasma pada sebelum dengan setelah
perlakuan. Pada tabel 4.6, dapat dilihat nilai p pada uji t kelompok kontrol positif
sebesar 0.09 yang menjelaskan penurunan kadar MDA plasma sebelum dengan setelah
perlakuan pada kelompok kontrol positif tidak berbeda bermakna secara statistik. Hal
yang sama terjadi pada penurunan kadar MDA plasma kelompok kontrol negatif dengan
nilai p sebesar 0.13 dan peningkatan kadar MDA plasma pada kelompok tikus yang
mendapatkan 4 mg ekstrak alpukat dengan nilai p sebesar 0.67. Penurunan kadar MDA
plasma pada kelompok tikus yang mendapatkan 8 mg ekstrak daun alpukat dengan nilai
p sebesar 0.23 tidak bermakna secara statistik. Peningkatan kadar MDA plasma pada
kelompok tikus yang mendapatkan 16 mg ekstrak daun alpukat dengan nilai p sebesar
0.56 juga tidak bermakna secara statistik.
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada penurunan kadar MDA plasma sebesar
0.10 pada kelompok kontrol positif, peningkatan kadar MDA plasma sebesar 0.07 pada
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
kelompok kontrol negatif, peningkatan kadar MDA plasma sebesar 0.03 pada kelompok
tikus yang mendapatkan ekstrak daun alpukat sebanyak 4 mg, penurunan kadar MDA
plasma sebesar 0.03 pada kelompok tikus yang mendapatkan ekstrak daun alpukat
sebanyak 8 mg, dan peningkatan MDA plasma sebanyak 0.03 pada kelompok tikus yang
mendapatkan ekstrak daun alpukat sebanyak 16 mg. Peningkatan kadar MDA plasma
yang tinggi pada kelompok kontrol negatif memperlihatkan peningkatan radikal bebas
setelah aktivitas fisik berupa berenang selama 15 menit. Peningkatan ini juga
memperlihatkan peningkatan aktivitas peroksidasi lipid pada lemak tidak jenuh rantai
panjang disebabkan karena ketidakseimbangan di antara jumlah radikal bebas dengan
jumlah antioksidan endogen. Peningkatan kadar MDA yang tidak setinggi dengan
peningkatan MDA pada kelompok kontrol negatif dan penurunan MDA memperlihatkan
aktivitas antioksidan endogen yang lebih baik di dalam menetralisir MDA sebagai
radikal bebas hasil peroksidasi lipid karena adanya bantuan dari antioksidan eksogen.
Secara grafik dapat dilihat bahwa penurunan kadar MDA plasma terbaik terjadi
pada kelompok tikus yang mendapatkan 8 mg ekstrak daun alpukat. Peningkatan kadar
MDA plasma pada kelompok tikus yang mendapatkan 4 mg dan 16 mg ekstrak daun
alpukat tidak setinggi peningkatan kadar MDA plasma pada kelompok kontrol negatif.
Hal ini memperlihatkan bahwa ekstrak daun tanaman alpukat memiliki aktivitas
antioksidan yang dapat membantu antioksidan endogen di dalam tubuh tikus untuk
menetralisir MDA sebagai hasil peroksidasi lipid, walaupun aktivitas tersebut tidak
sebaik aktivitas antioksidan pada dosis 8 mg. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
dosis efektif ekstrak daun alpukat sebagai antioksidan adalah sekitar 8-14 mg per 200
gram BB. Berdasarkan uji statistik one-way ANNOVA untuk melihat perbedaan
bermakna antaraselisih kadar MDA plasma pada seluruh kelompok uji, nilai p sebesar
0,724 menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antarselisih kadar MDA
plasma pada seluruh kelompok uji.
MDA plasma adalah salah satu zat yang sulit diukur, dibutuhkan kecepatan dan
ketepatan pengambilan dan uji plasma. Kurangnya pengalaman peneliti dan tidak hati-
hatinya peneliti di dalam mengambil sampel darah tikus, sentrifugasi darah untuk
mengambil plasma, waktu pemindahan sampel darah dari Laboratorium Gizi ke
Laboratorium Kimia FKUI, dan mereaksiakan reagen dapat memunculkan nilai kadar
MDA plasma yang salah. Keterbatasan peneliti inilah yang dapat memunculkan nilai
kadar MDA plasma pada sebelum dengan setelah perlakuan yang tidak bermakna secara
statistik.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
KESIMPULAN
Berdasarkan uji In Vitro sebagai uji kualitatif, ditemukan aktivitas antioksidan pada
ekstrak daun alpukat. Nilai IC50 terbaik ditemukan pada ekstrak daun alpukat yang dilarutkan
di dalam air dan fraksi etanol yang menjelaskan sangat aktifnya aktivitas antioksidan ekstrak
daun alpukat di dalam pelarut polar. Berdasarkan uji In Vivo sebagai uji kuantitatif, aktivitas
antioksidan terbaik ditemukan pada kelompok tikus yang mendapatkan 8 mg ekstrak daun
alpukat per 200 gram BB yang ditandai dengan penurunan kadar MDA plasma sebesar 0,025.
Dosis efektif untuk aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat adalah sekitar 8-14 mg per 200
gram BB.
SARAN
Uji Aktivitas Antioksidan secara In Vitro
1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari dan menentukan zat antioksidan yang
ada di dalam ekstrak daun alpukat.
Uji Aktivitas Antioksidan secara In Vivo
1. MDA plasma harus diukur dengan hati-hati dan sesuai dengan prosedur. Jarak waktu di
antara pengambilan sampel darah dengan sentrifugasi untuk mendapatkan plasma
sebaiknya dipersingkat.
2. Pengambilan sampel plasma pun harus dilakukan dengan hati-hati agar MDA pada
hemolisat darah dengan MDA pada plasma tidak tercampur. Kedua hal tersebut dilakukan
untuk meminimalkan angka kesalahan MDA plasma.
3. Dosis efektif untuk aktivitas antioksidan pada ekstrak daun alpukat adalah di sekitar 8-14
mg per 200 gram BB. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari dan menentukan
angka dosis efektif yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caldwell, John C. Population Health in Transition. Bull World Health Organization. 2001
January. 79 (2): 159-160.
2. Popkin, Barry M. Global Nutrition Dynamics: The World is Shifting Rapidly Toward A
Diet Linked With Noncommunicable Diseases. Am J Clin Nutr. 2006 August. 84 (2): 289-
98.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
3. Salah, N. Et al. Polyphenolics Flavanols as Scavengers of Aqueous Phase Radicals and As
Chain-Breaking Antioxidants. Biochemistry and Biphysics. 1995; 322: 339-46.
4. Heim, Kelly E. Tagliaferro, Anthony R. Bobilya, Dennis J. Flavonoid Antioxidants:
Chemistry, Metabolism, and Structure-Activity Relationships. The Journal of Nutritional
Biochemistry. 2002; 13: 572-84.
5. Nagaraj, M. Et al. Antioxidant and Antibacterial Activity of Avocado (Persea gratissima
Gaertner) Seed Extract. World Applied Sciences Journal 9. 2010; 6: 695-8.
6. Hasan, Md Shihab. Et al. Antioxidant, Antinociceptive Activity and General Toxicity
Study of Dendrophtoe falcata and Isolation of Quercitrin as the Major Component.
Oriental Pharmacy and Experimental Medicine. 2006; 4: 355-60.
7. Terasawa, Naoko. Sakakibara, Miki. Murata, Masatsune. Antioxidative Activity of
Avocado Epicarp Hot Water Extract. Food Science Technology Research. 2006; 12 (1):
55-8.
8. Staffford, Helen A. Lester, Hope H. Procyanidins (Condensed Tannins) in Green Cell
Suspension Cultures of Douglas Fir Compared with Those in Strawberry and Avocado
Leaves by Means of C18-Reversed-Phase Chromatography. Plant Physiology. 1980; 66:
1085-90.
9. Wientarsih, Ietje. Et al. Anti Lithiasis Activity of Avocado (Persia Americana Mill)
Leaves Extract in White Male Rats. Hayati Journal of Biosciences. 2012; 19: 49-52.
10. Kolawole, O.T. et al. Methanol Leaf Extract of Persea Americana Protects Rats Against
Cholesterol-Induced Hyperlipidemia. British Journal of Medicine&Medical Research.
2012; 2(2): 235-42.
11. Owolabi, M.A. Coker, H.A.B. Jaja, S.I. Bioactiviy of the Phytoconstituents of the Leaves
of Persea Americana. Journal of Medicinal Plants Research. 2010; 4(12): 1130-35.
12. Bertling, I. Tesfay, S.Z. Bower, J.P. Antioxidants in Hass Avocado. South African
Avocado Growers Association Yearbook. 2007; 30: 17-20.
13. Ospina, J.A. Persea Americana Mill. Lauraceae (Laurel Family). 1956; 2:605-8.
14. Imafidon, K.E. Amaechina, F.C. Effects of Aqueous Seed Extract of Persea Americana
Mill. (Avocado) on Blood Pressure and Lipid Profile in Hypertensive Rats. Advances in
Biological Research 4. 2010; 2: 116-121.
15. Eduardo Padillas-Camberos. Et al. Acute Toxicity and Genotoxic Activity of Avocado
Seed Extract (Persea Americana Mill., c.v.Hass). The Scientific World Journal. 2013; 5:
24-8.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
16. Idris, S. Ndukwe, G.I. Gimba, C.E. Preliminary Phytochemical Screening and
Antimicrobial Activity of Seed Extracts of Persea Americana (Avocado Pear). Bayero
Journal of Pure and Applied Sciences. 2009; 2(1): 173-6.
17. Al-Dosari, Mohammed S. Hypolipidemic and Antioxidant Activities of Avocado Fruit
Pulp on High Cholesterol Fed Diet in Rats. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology. 2011; 5(12): 1475-83.
18. Jalha, Jawaid. Priyanka, Maddeshiya. Akanksha, Awasthi. Hypertension and Herbal
Plants. International Research Journal of Pharmacy. 2011; 8: 26-30.
19. Paul, Rakjumar. Ganesh, Ranayanan. Avocado Fruit (Persia americana) Exhibits Chemo-
protective Potentiality Against Cyclophosphamide Induced Genotoxicity in Human
Lymphocyte Culture. Journal of Experimental Therapeutics and Oncology. 2011; 9: 221-
30.
20. Heim, Kelly E. Tagliaferro, Anthony R. Bobilya, Dennis J. Flavonoid Antioxidants:
Chemistry, Metabolism, and Structure-Activity Relationships. The Journal of Nutritional
Biochemistry. 2002; 13: 572-84.
21. Sandhiutami, Ni Made Dwi. Ngatidjan. Kristin, Erna. Uji Aktivitas Antioksidan Minyak
Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Secara In Vitro dan In Vivo pada Mencit yang
Diberi Beban Aktivitas Fisik Maksimal. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 2010; 15(1):
18-28.
22. Ames, B.N. Shigenaga, M.K. Hagen, M.T. Oxidants, Antioxidants, and The Degenerative
Diseases of Aging. [internet]. No date. [cited 2015 June 27]. Available from:
http://www.pnas.org/content/90/17/7915.short
23. Trifena. Analisis Uji In Vivo dan In Vitro Ekstrak Kombinasi Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) dan Pegagan (Centella asiatica L) sebagai Krim Antioksidan. Tesis
Universitas Indonesia. 2012.
24. Atun, Sri. Hubungan Struktur dan Aktivitas Antioksidan Beberapa Senyawa Resveratrol
dan Turunannya. Universitas Negeri Yogyakarta.
25. Rajesh, Patel. Natvar, Patel. In Vitro Antioxidant Activity of Coumarin Compounds by
DPPH, Super Oxide and Nitrit Oxide Free Radical Scavenging Methods. Journal of
Advanced Pharmacy Education and Research. 2011 (1): 52-68.
26. Garcia, Eugenio Jose. Et al. Antioxidant Activity by DPPH Assay of Potential Solutions
to be Applied on Bleached Teeth. Braz Dent Journal. 2012 (1): 23-7.
Efek antioksidan ..., Ni Gusti Made Anggreni, FKG UI, 2016
top related