efek pada rm pada reject transplantasi

Post on 17-Dec-2015

18 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

1. Efek pada Rm pada reject transplantasiStomatitis Aphtosa Rekuren (SAR)Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang disebakan oleh gangguan sistem imunadalah Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR). Faktor gangguan sistem imun dipercayamerupakan salah satu faktor predisposisi dari timbulnya SAR. Pada SAR terdapathubungan antara igA, total protein dan aliran saliva. Beberapa penelitian jugamembuktikan bahwa perubahan respon imun berpengaruh terhadap patogenesisdari SAR.Mekanisme yang menyebabkan SAR ada dua yaitu humoral dan seluler. Pada sistemimunhumoral yangberperan adalah sistem antibodi speri IgA,IgM,IgG. Sedangkanpadasistem imun seluler yang banyak berperan adalah sl T, sel NK, selTNF, dan sitokin.SAR bisa juga disebabkan oleh adanya reaksi silang antibodi dengan antigen kuman yangada pada rongga mulut atau dengan sel epitel membran mukosa rongga mulut. Bisa jugaterjadi akibat adanya respon antibodi terhadap jaringan antigen jaringan yang berasal dariulserasi kronis. Gambaran klinis SAR biasanya berupa ulser putih yang tunggal ataupunlebih dari satu. SAR dpat mengenai palatum, lidah, bukal, dan bibir bagian dalam.Oral Lichen Planus (OLP)Selain SAR, Oral Lichen Planus atauOLP juga merupakan merupakan penyakit autoimunyang bermanifetasi di rongga mulut. OLP melibatkan mukosa rongga mulut dimanaterjadi inflamasi kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa. Pada OLP sel basalmenjadi rusak, rusaknya sel basal ini dikaitkan dengan dengan latar belakang kondisiimunologis yang penyebabnya pastinya pun masih belum jelas. Namun OLP mungkinmerupakan keadaan abnormal dari respon imun sel T pada epitelium basal yang didugasebagai benda asing, hal ini yang menyebakan terjadinya autoimunitas sehinggamenyebabkan perubahan pada permukaan sel. Penyakit ini memiliki beberapa bentukmanifestasi klinis di rongga mulut, antara lain bentukan plak, retikular, papula, atropik,erosif dan bula. Lesi biasanya ditemukan pada gingiva, bibir, lidah, mukosa bukal,mukobukal fold. Tipe retikular merupakan bentuk umum dari OLP. Biasanya munculdengan gambaran anyaman anyaman putih( Wickhams striae )dengan batas tepi yangeritema.

Penyakit autoimun pada sistem sirkulasia.Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA)Autoimmune Hemolytic Anemia adalah suatu penyakit autoimun yang terjadipadaseldarahmerah.Biasanyadicirikanolehadanyaautoantibodiyangmenyerangantigen pada membrane sel darah merah sehingga terjadi penurunan kelangsunganhidup sel darah merah. Penyebab AIHA ini masih idiopatik. Manifestai oral daripenyakit ini antaralain deposisidari pigmen seldarah merahpada enameldan dentinpadagigiyangsedangberkembangyangberakibatpadadiskolorisasiwarnahijau,coklat atau birupada enamel dan dentin. Noda iniintrinsic dan tidakmempengaruhiukuran dari gigi.b.Immune Trombocytopenic Purpura (ITP)Merupakan suatu penyakit autoimun yang dikarakteristikan oleh adanya jumlahplateletyangrendahdanpendarahanmukokutan.Manifestasioraldaripenyakitini antara lain perdarahan gingival, perdarahan mukokutan dan perdaran di dalamjaringan. Tindakanbedah padarongga mulutdan pencabutanbiasanya dihindari padapenderita oleh karena bias menimbulkan pendarahan berlebih.Penyakit autoimun pada sistem gastrointestinala.Pernicious anemiaPernicious anemia salah satunya disebabkan oleh karena penurunan dari vitamin B12padatubuh.PenurunandarikadarvitaminB12dalamtubuhinibianyadisebabkanoleh karena terjadi peradangan kronis pada gastrointestinal. Manifestasi oral daripenyakit iniantara lainyaitu glositis. Lidah Nampaklembut dan bengkak meraholehkarena atrophic glossitis. Peradangan ini juga mengakibatkan atrophy pada papilla-papila lidah.Penyakit Autoimun pada dermatologic diseasea.Pemphigus VulgarisPemphigus Vulgaris merupakan salah satu penyakit autoimun mukokutan yangmembahayakan jiwa yang dicirikan oleh adanya epitel yang melepuh pada lapisancutaneous dan mukosa. Lesi yang timbul pada rongga mulut bersifat kronis olehkarena melepuh, erosi dan ulser. Bentukan erosi dan ulser-ulser merupakanmanifestasi utama yang sering muncul pada mukosa bukal, palatum dan bibir. Padasaat proses penyembuhan, ulser tidak akan menimbulkan scar.b.Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit yang berhubungan eratdengan genetic. Biasanya ditemukan perubahan pada pertumbuhan dan diferensiasiepidermis. Selain itu terdapat juga ketidaknormalan pada sistem imun dan peredarandarah. Manifestasi oral pada penyakit psoriasis ini biasanya ditemukan pada bibir,mukosa bukal, palatum, gingival dan bagian dasar rongga mulut. Berikut ada 4 typedari lesi yang ditimbulkan psoriasis pada rongga mulut. (1) berbatas jelas, abu-abuhingga putih kekuning-kuningan, kecil, bulat sampai oval (2) berenda, lesi putihmenonjol pada mukosa rongga mulut (3) kemerahan pada mukosa oral dan lidah (4)geographic tongue yang sering timbul pada penderita psoriasis.4.Penyakit Autoimun yang berefek pada sistemika.Systemic Lupus Erythematous (SLE)Systemic Lupus Erythematous (SLE) Pada sebagian pasien terkadang mengeluhkanxerostomia, stomatodynia, candidiasis dan penyakit periodontal..Syndrome Sjogren (SS)Syndrome Sjogren (SS) merupakan penyakit kronis yang bercirikan keluhan mata danmulut kering .Kira- kira hamper 70% penderita terdapat indeks karies yang tinggi dan 85%diantaranya juga terdapat candidiasis. Pasien juga mengalami kesulitan untukmembedakan antara rasa pahit dan manis. Kondisi lidah kering, kemerahan danterdapat fissure.Daftar PustakaSriedevi P. Munisekhar MS. Harika CH. Rama Krishna A. Oral manifestations ofAutoimmune diseases. International Journal of Oral and MaxillofacialPathology.2012;3(4);27-23

2. Definisi dan efek sistemik dan oral PFICPFIC adalah Progressive Familial Intrahepatic Cholestasis(PFIC)

Cholestasis adalah kondisi yang terjadi akibat terhambatnya aliran empedu dari saluran empedu ke intestinal.Kolestasis terjadi bila ada hambatan aliran empedu dan bahan-bahan yang harus diekskresi hati.Pada intrahepatic cholestasis terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi akibat: infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary cirrhosis primer, virus hepatitis, lymphoma, cholangitis sclerosing primer, infeksi tbc atau sepsis, obat-obatan yang menginduksi cholestasis.

Perubahanfungsi hati pada kolestasisPada kolestasisyangberkepanjangan terjadi kerusakan fungsional dan struktural:1.Proses transpor hatiProses sekresi dari kanalikuli terganggu, terjadi inversi pada fungsi polaritas dari hepatosit sehingga elminasi bahan seperti bilirubin terkonyugasi, asam empedu, dan lemak kedalam empedu melalui plasma membran permukaan sinusoid terganggu.2.Transformasi dan konyugasi dari obat dan zat toksikPada kolestasis berkepanjangan efek detergen dari asam empedu akan menyebabkan gangguan sitokrom P-450. Fungsi oksidasi, glukoronidasi, sulfasi dan konyugasi akan terganggu.3.Sintesis proteinSintesis protein seperti alkali fosfatase dan GGT, akan meningkat sedang produksi serum protein albumin-globulin akan menurun.4.Metabolisme asam empedu dan kolesterolKadar asam empedu intraseluler meningkat beberapa kali, sintesis asam empedu dan kolesterol akan terhambat karena asam empedu yang tinggi menghambat HMG-CoA reduktase dan 7 alfa-hydroxylase menyebabkan penurunan asam empedu primer sehingga menurunkan rasio trihidroksi/dihidroksi bile acid sehingga aktifitas hidropopik dan detergenik akan meningkat. Kadar kolesterol darah tinggi tetapi produksi di hati menurun karena degradasi dan eliminasi di usus menurun.

Kolestasis juga berhubungan dengan defisit nutrisi tertentu. Samonte dkk.menjelaskan seorang pasien yang menjalani transplantasi hati dengan komplikasi akibatpenyakit ginjalstadium akhirdan gagalhati.Diamengalami sariawanyang dibingungkanapakah akibat toksisitas siklosporin, termasuk keluhan kulit akibat vaskulitis dan nyeritulang yang dianggap berkaitan dengan osteodistrofi ginjal ataucorticosteroid-inducedosteoporosis. Akhirnya diketahui bahwa komplikasi penyakit itu disebabkan olehkekurangan vitamin C akibat intake makanan yang tidak adekuat pada penyakit hatiEtiologi malnutrisi pada kolestasis adalah rendahnya Intake oral, yang dipengaruhioleh berbagai faktor. Sebagian pasien dengan penyakit hati kronik kehilangan sensasirasa/pengecapan, yang berhubungan dengan defisiensi vitamin A dan atauzinc. Anorexiajugaseringdijumpaipadapenyakithatilanjutdandikaitkandenganorganomegaliatauascites. Rasa kenyang juga bisa diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi leptin serumakibat penyakit hati yang lanjut. Pembatasan diet seperti natrium, protein, dan cairan dapatmempengaruhi asupan oral. Keadaan lemah dan ensefalopati dapat mengakibatkanpenurunan asupan oral.

3. Akibat psot transplantasi hati

Setelah hati ditransplantasikan, tubuh sering memperlakukan sebagai jaringan asing dan mount reaksi kekebalan ke arah itu. Hal ini, dalam ekstrim, disebut penolakan graft dan dapat menyebabkan organ yang baru ditransplantasikan harus benar-benar rusak dan hancur. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa obat yang disebut imunosupresan. Seorang pasien transplantasi hati perlu mengambil obat-obatan seumur hidup untuk mencegah penolakan terhadap hati baru mereka. Selain itu ada juga peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung koroner setelah transplantasi. Diet sehat dan olahraga teratur dapat membantu menormalkan kehidupan.4. Penatalaksanaan pasien PVIC dan transplantasi hatiPenatalaksanaa PVIC1. Sedapat mungkin mengadakan perbaikan terhadap adanya gangguan aliran empedu2. Mengobati komplikasi yang telah terjadi akibat adanya kolestasis3. Memantau sedapat mungkin untuk mencegah kemungkinan terjadinya keadaan fatal yang dapat mengganggu proses regenerasi hepar4. Sedapat mungkin menghindari segala bahan/keadaan yang dapat mengganggu/merusak heparDalam hal ini pengobatan dibagidalam2 golongan besar, yaitu:1. Tindakan medisPerbaikan aliran empedu: pemberian fenobarbital dan kolestiramin, ursodioxy cholic acid (UDCA).Aspek gizi: lemak sebaiknya diberikan dalam bentuk MCT (medium chain triglyceride) karena malabsorbsi lemak.Diberikan tambahan vitamin larut lemak (A, D, E, dan K)2. Tindakan bedahTujuannya untuk mengadakan perbaikan langsung terhadap kelainan saluran empedu yang ada.Operasi Kasai(hepatoportoenterostomy procedure)diperlukan untuk mengalirkan empedu keluar dari hati, dengan menyambungkan usus halus langsung dari hati untuk menggantikan saluran empedu (lihat gambar di bawah).Untuk mencegah terjadinya komplikasicirrhosis, prosedur ini dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin, diupayakan sebelum anak berumur 90 hari. Perlu diketahui bahwa operasi Kasai bukanlah tatalaksana definitif dari atresia biliaris, namun setidaknya tindakan ini dapat memperbaiki prognosis anak dan memperlambat perjalanan menuju kerusakan hati (Nezer, 2010)Penatalaksanaa post transplantasiTindakan pencegahan infeksi: Mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah merawat pasien adalah cara efektif untuk menurunkan organisme di lingkungan resipien. Membersihkan kateter dan perineum sekitar meatus uretra dengan sabun dan air setiap 8 jam menurunkan infeksi traktus urinarius. Mengganti selang intravena setiap hari demikian halnya bila terkontaminasi juga akan menurunkan resiko sepsis Mengganti balutan yang basah dengan sering akan menyingkirkan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organism.Evaluasi Pasien Transplantasi:Evaluasi pasien transplantasi mengenali factor-faktor yang mempengaruhi transplantasi yaitu: factor resipien (penerima), imunologi (kecocokan genetika darah) dan factor persiapan sebelum dan sesudah transplantasi Dari factor-faktor diatas adalah menjelaskan tentang hal-hal yang wajib dipahami resipien antara lain informasi menyeluruh mengenai transplantasi ginjal dan masalah-masalah yang terkait seperrti menfaat dan resiko dan komplikasi. Selain itu juga mengetahui informasi terkini mengenai reaksi rejeksi (penolakan) jika hal tersebut terjadi. Pada akhir proses edukasi sebaiknya resipien juga mendapatkan pemahaman mengenai perubahan kesehatan pada masa yang akan datang guna mendapatkan pengertian dan kenyamanan pasca transplantasi ginjal. Aspek lain seperti aspek medis yang relevan terhadap perawatan pasca operasi dan evaluasi imunologi akan dibicarakan kemudian.Evaluasi rutin dan persiapan meliputi : Penggolongan ABO Typing ( pencocokan ) Jaringan Riwayat transfuse Tes kulit untuk Tuberkulosis Screaning Hepatitis Screaning HIV Pemeriksaan fungsi Hepar Hitung leukosit dan trombosit 3 X Pemberian vaksin Pneumovak bila pasien tidak pernah menerimanya Foto thoraks Evaluasi gigi untuk meyingkirkan adanya infeksi Pemeriksaan Ginekologi Riwayat social, review motifasi pasien, dan kemampuan untuk mengikuti regimen pasca operasi, kemungkinan evaluasi Psikologika

Pemberian terapi imunnosupresi Hati yang ditransplasikan merupakan antigen asing yang ditanam pada resipien. Akhirnya, tubuh resipien akan mengenali ginjal sebagai antigan asing dan menggerakan system perlawanan untuk mencoba membebaskan diri dari benda asing ini. Oleh karenanya terapi imunosupresi diperlukan untuk menekan respon imun sehingga memungkinkan penerimaan organ yang ditanam, paling sering dengan tipe jaringn yang sedikit berbeda sebagian dari yang dimiliki resipien kesulitan dari terapi ini adalah dalam pemberian supresi yang cukup untuk mencegah penolakan tanpa menyebabkan resipien sangat rentan terhadap infeksi oportunistik. Biasanya obat yang diberikan untuk mengontrol respon imun antara lain Metil Prednisolon, Prednison, Azatioprin, siklosporin dll.

top related