efek penurunan glukosa darah dari ekstrak metanol … · darah diukur melalui vena lateralis ekor...
Post on 16-Oct-2019
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH DARI EKSTRAK METANOL
AKAR PASAK BUMI PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS
TERBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca
NIM : 148114039
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH DARI EKSTRAK METANOL
AKAR PASAK BUMI PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS
TERBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fransisca
NIM : 148114039
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
“Sometimes you don’t realize
your own strength until you
come face to face with your
greatest weakness.” —Susan
Gale
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
INTISARI ............................................................................................................1
ABSTRACT ..........................................................................................................2
PENDAHULUAN ...............................................................................................3
METODE PENELITIAN ....................................................................................4
BAHAN ...............................................................................................................4
ALAT ……………...………………………………………………………….. 5
JALANNYA PENELITIAN ………………………………………………….. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................7
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................14
LAMPIRAN .......................................................................................................18
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Rerata Nilai LDDK0-120 dari Tiap Kelompok
Halaman
Perlakuan ………………………………………………... 9
Tabel 2. Hasil Uji Post Hoc Tamhane LDDK0-120 Kadar Glukosa
Darah Mencit …………………………………................. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kurva Hubungan Antara Waktu dengan Rerata Kadar
Glukosa Darah …………………………………………... 9
Gambar 2. Akar Eurycoma longifolia Jack …………………………. 25
Gambar 3. Serbuk akar Eurycoma longifolia Jack ………………….. 25
Gambar 4. Hasil ekstrak metanol akar Eurycoma longifolia Jack …… 26
Gambar 5. Hewan uji (mencit jantan galur Swiss) …………………. 28
Gambar 6. Suspending agent CMC-Na 1% …………………………. 28
Gambar 7. Larutan glukosa p.a. 6% …………………………………. 29
Gambar 8. Ekstrak kental akar Pasak Bumi yang didispersikan dalam
CMC-Na 1% …………………………………………….. 29
Gambar 9. Pemberian secara oral …………………………………… 30
Gambar 10. Pengukuran kadar glukosa darah mencit melalui vena
lateralis ekor menggunakan glukometer ………………… 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM .. 18
Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi tanaman Eurycoma
longifolia Jack ………………………………………........ 19
Lampiran 3. Surat keterangan tanaman Eurycoma longifolia Jack dari
CV. Merapi Farma ………………………………………. 20
Lampiran 4. Surat keterangan penetapan kadar air serbuk akar
Eurycoma longifolia Jack dari LPTT UGM ……………... 21
Lampiran 5. Surat legalitas analisis data oleh Pusat Kajian CE&BU
Fakultas Kedokteran UGM ……………………………… 22
Lampiran 6. Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia;
Penetapan konsentrasi ekstrak metanol akar Pasak Bumi;
Penetapan konsentrasi larutan glukosa ………………….. 23
Lampiran 7. Akar Eurycoma longifolia Jack; serbuk akar Eurycoma
longifolia Jack; hasil ekstrak metanol akar Eurycoma
longifolia Jack …………………………………………… 25
Lampiran 8. Perhitungan persen rendemen ekstrak metanol akar Pasak
Bumi …………………………………………………….. 27
Lampiran 9. Bahan penelitian ………………………………………… 28
Lampiran 10. Pemberian larutan uji dan pengukuran kadar glukosa
darah pada ekor mencit galur Swiss menggunakan
Lampiran 11.
glukometer ……………………………………………….
Uji statistik data LDDK0-120 kadar glukosa darah pada tiap
30
kelompok perlakuan ……………………………………... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
INTISARI
Diabetes Melitus merupakan sindrom metabolik kompleks karena
defisiensi atau ketidakefisienan insulin absolut maupun relatif yang ditandai dengan
hiperglikemi. Akar Pasak Bumi adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan
untuk menurunkan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak metanol akar Pasak Bumi (EMAPB) dalam
menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani
glukosa. Efek penurunan glukosa darah dari EMAPB diuji dengan metode Uji
Toleransi Glukosa Oral (UTGO).
Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap
pola searah. Sebanyak 25 mencit jantan, usia 2-3 bulan, dibagi secara acak menjadi
lima kelompok. Kelompok I (kontrol glukosa) diberi larutan glukosa dosis 2
g/kgBB. Kelompok II (kontrol negatif) diberi aquadest dosis 25 mg/kgBB.
Kelompok III, IV, dan V diberi EMAPB dosis 105, 210, dan 420 mg/kgBB 30 menit
sebelum dibebani glukosa 2 g/kgBB. Semua pemberian secara oral. Kadar glukosa
darah diukur melalui vena lateralis ekor menggunakan glukometer pada menit ke-
0, 15, 30, 60, 90, dan 120 setelah pembebanan glukosa. Nilai kadar glukosa darah
di-plot-kan terhadap waktu sehingga diperoleh nilai LDDK0-120. Data LDDK0-120
diuji dengan Saphiro-Wilk, dilanjutkan uji One-Way ANOVA dan uji Tamhane
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
metanol akar pasak bumi (EMAPB) memiliki efek penurunan kadar glukosa darah
pada dosis 210 dan 420 mg/kgBB pada mencit jantan galur Swiss terbebani glukosa.
Kata kunci : akar, Eurycoma longifolia Jack, glukosa darah, metanol, UTGO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a complex metabolic disorder due to a relative or
absolute lack of insulin leading to hyperglycaemia. Pasak Bumi roots is one the
medicinal plants that can be used to lower blood glucose level. The aim of this
research is to investigate the effect of methanol extract of Pasak Bumi roots
(Eurycoma longifolia Jack) in lowering blood glucose in glucose-loaded male Swiss
mices. The effects of blood glucose-lowering were tested using Oral Glucose
Tolerance Test (OGTT) method.
This research was experimental study with one-way-complete-random
design. Twenty five mices were randomly divided into five groups. Group I
(glucose control) were given 2 g/kgBW glucose solution. Group II (negative
control) received 25 mg/kgBW dose of aquadest. Group III, IV, and V received 105;
210; and 420 mg/kgBW doses of methanol extract of Pasak Bumi roots 30 minutes
before administration of glucose. All were given orally. Blood glucose level was
measured via tail prick using glucometer at 0, 15, 30, 60, 90, and 120 minutes after
an oral glucose load. Blood glucose concentrations were plotted against time to
obtain AUC0-120. AUC0-120 values were analyzed using Saphiro- Wilk, continued
with One-Way ANOVA and Tamhane Test with 95% level of confidence. The
result shows that methanol extract of Pasak Bumi roots has blood glucose-lowering
effect at the doses of 210 and 420 mg/kgBW in glucose-loaded male Swiss mices.
Keywords : roots, Eurycoma longifolia Jack, blood glucose, methanol, OGTT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PENDAHULUAN
Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang muncul akibat kemunduran
fungsi sel tubuh. Penurunan fungsi tersebut berdampak pada penurunan sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, hingga
penurunan kemampuan muskuloskeletal (Smeltzer et al., 2010). Diabetes Melitus
(DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah sebagai akibat terganggunya produksi atau fungsi insulin (Depkes
RI, 2015). Diabetes Melitus merupakan sindrom metabolik kompleks dengan
defisiensi atau ketidakefisienan insulin yang absolut maupun relatif (Sachdev,
2008). Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang dikarakterisasi dengan
hiperglikemia karena defek pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.
Hiperglikemia kronis pada diabetes diasosiasikan dengan kerusakan, disfungsi dan
kegagalan jangka panjang pada beberapa organ, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2014).
Berdasarkan data World Health Organization (2016), dilaporkan jumlah
penderita diabetes meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 hingga 422 juta pada
tahun 2014. Prevalensi diabetes di dunia pada orang dewasa di atas 18 tahun
meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Tahun 2012,
sekitar 1,5 juta kematian diakibatkan karena diabetes dan 2,2 juta kematian lainnya
disebabkan karena glukosa darah yang tinggi. Hampir setengah dari kematian
karena glukosa darah yang tinggi terjadi sebelum umur 70 tahun. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan proporsi diabetes melitus di Indonesia
sebesar 6,9%, TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) sebesar 29,9%, dan GDP
(Glukosa Darah Puasa) terganggu sebesar 36,6% (Kemenkes RI, 2013).
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan
pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia. Dewasa ini
masyarakat mulai melirik pengobatan tradisional karena obat tradisional tidak
memerlukan biaya yang mahal dan dapat diramu sendiri, selain itu obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat-obat sintetik. Obat
herbal telah menjadi penting pada beberapa tahun terakhir karena keamanan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
efikasi, dan keefektifannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi tanaman
obat penurun kadar glukosa darah.
Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan tanaman yang
banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Penelitian Adikusuma dan
Bachri (2014) menunjukkan bahwa ekstrak air serbuk akar Pasak Bumi mempunyai
efek hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian
Hendra et al. (2017) juga melaporkan ekstrak metanol 95% akar Pasak Bumi
menunjukkan aktivitas sebagai antiinflamasi dan analgesik dengan dosis 105; 210;
dan 420 mg/kgBB pada mencit, serta antihiperlipidemia pada dosis 75 dan 150
mg/kgBB pada tikus. Berdasarkan penelitian Khanam et al. (2014), ekstrak metanol
akar Pasak Bumi mengandung senyawa asam fenolik, flavonoid, dan terpenoid.
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat pada tanaman,
memiliki efek antidiabetik dengan meningkatkan sekresi insulin, meregulasi
metabolisme glukosa di hepatosit, dan meningkatkan pengambilan glukosa pada
otot rangka dan jaringan adiposa (Lavle et al., 2016). Menurut Pinent et al. (2008),
flavonoid memiliki efek meningkatkan sekresi insulin. Adanya aktivitas dari
senyawa flavonoid pada akar Pasak Bumi tersebut memberikan peluang untuk
digunakan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengembangkan penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak metanol 95% akar Pasak Bumi dalam menurunkan
kadar glukosa darah pada mencit yang terbebani glukosa dan dosis ekstrak metanol
95% akar Pasak Bumi yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit
yang terbebani glukosa.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan galur
Swiss dengan berat badan 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang diperoleh dari
Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, serbuk akar
Pasak Bumi yang diperoleh dari CV Merapi Herbal Farma, Desa Hargobinangun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Yogyakarta, glukosa monihidrat p.a, metanol, CMC-Na, aquadest, dan strip tes
glukosa darah GlucoDr®.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik
(Mettler Toledo®), spuit injeksi oral dan syringe 1 cc Terumo®, glukometer
GlucoDr®, lanset, sendok, cawan porselin, alat-alat gelas (labu ukur, batang
pengaduk, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, corong, labu alas bulat, labu
erlenmeyer, cawan petri), mortir, stamper, ayakan dengan nomor mesh 40, ayakan
dengan nomor mesh 50, oven (Memmert), alat moisture balance, waterbath, kain
mori, kertas saring, termometer, heater, mesin penyerbuk (Retsch), shaker, vortex
(Genie Wilten®), rotary evaporator.
Jalannya Penelitian
2.1 Determinasi serbuk akar Pasak Bumi
Determinasi serbuk akar Pasak Bumi dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
2.2 Pembuatan ekstrak metanol 95% akar Pasak Bumi
Sebanyak 10 g serbuk kering akar Eurycoma longifolia Jack yang telah
diayak menggunakan ayakan nomor Mesh 40 dan 50, diekstraksi secara maserasi
dengan melarutkan serbuk dalam 100 mL pelarut metanol 95% pada suhu kamar
selama 48 jam. Maserasi dilakukan dengan bantuan shaker dengan kecepatan
pengadukan 140 rpm (Handayani and Hendra, 2013). Maserasi diulang sebanyak 2
kali. Hasil maserasi dan remaserasi disaring sehingga diperoleh ekstrak metanol
akar Eurycoma longifolia Jack. Proses penyaringan dilakukan menggunakan kain
mori dan kertas saring serta menggunakan bantuan corong Buchner dan pompa
vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Larutan hasil penyaringan
dievaporasi pada suhu 65oC untuk menguapkan metanol, kemudian ekstrak kental
yang didapat dituang ke dalam cawan dan diletakkan pada waterbath untuk
menguapkan sisa pelarut. Selanjutnya cawan berisi ekstrak dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 50oC selama ± hingga didapatkan bobot tetap atau perbedaan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dua penimbangan dengan selang 1 jam berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
Ekstrak kental kemudian didispersikan dalam CMC-Na 1%.
2.3 Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni
dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian telah mendapat persetujuan
dari The Medical and Research Ethic Comitte (MHREC) Faculty of Medicine
Gadjah Mada University dengan nomor referensi KE/FK/0794/EC/2017. Penelitian
ini menggunakan 25 ekor mencit yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Sebelum mendapat perlakuan,
masing-masing kelompok dipuasakan selama 16 jam namun tetap diberi minum.
Kelompok I (kontrol glukosa) diberi larutan glukosa dosis 2 g/kgBB. Kelompok II
(kontrol negatif) diberi aquadest dosis 25 mg/kgBB. Sampel darah diambil melalui
vena lateralis ekor dan kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer pada
menit ke-0 sebelum pembebanan glukosa dan pada menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120
setelah pembebanan glukosa 2 g/kgBB. Kelompok III-V diberi perlakuan tiga
peringkat dosis ekstrak metanol akar Pasak Bumi yaitu 105; 210; dan 420 mg/kgBB
secara oral. Ekstrak metanol akar Pasak Bumi diberikan 30 menit sebelum UTGO
(Uji Toleransi Glukosa Oral). Sampel darah diambil melalui vena lateralis ekor dan
kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer pada menit ke-0, 15, 30, 60,
90, dan 120 setelah dibebani glukosa 2 g/kgBB. Penetapan peringkat dosis
pemberian ekstrak metanol akar Pasak Bumi pada penelitian ini berdasarkan
penelitian Hendra et al. (2017).
2.4 Penetapan kadar glukosa darah
Penetapan kadar glukosa darah dilakukan menggunakan strip tes glukosa
yang dipasang pada glukometer. Pengambilan darah dilakukan melalui vena
lateralis ekor pada menit ke-0, 15, 30, 60, 90, dan 120 setelah pembebanan glukosa.
Setelah kadar glukosa darah diperoleh, dibuat kurva dengan mem-plot-kan nilai
kadar glukosa darah vs waktu menit ke-0 sampai menit ke-120 dengan metode
trapezoid (LDDK0-120) dan rumus yang digunakan sebagai berikut:
LDDK𝑡0 − 𝑡𝑛 = 𝑡1− 𝑡0
2 x (C0 + C1) +
𝑡2− 𝑡1
2 x (C1 + C2) +
𝑡𝑛− 𝑡𝑛−1
2 x (Cn-1 + Cn)
(Eseyin et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Keterangan:
t = waktu (menit)
C = konsentrasi glukosa dalam darah (mg/dL)
LDDK𝑡0 − 𝑡𝑛 = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n
2.5 Analisis Statistik
Data LDDK0-120 glukosa darah diuji dengan Saphiro-Wilk untuk
mengetahui distribusi data, kemudian jika data terdistribusi normal dilanjutkan
dengan analisis variasi pola searah (One-Way ANOVA) dan jika variansi tidak
homogen dilanjutkan Post Hoc uji Tamhane dengan taraf kepercayaan 95%.
Perbedaan bermakna antar kelompok ditandai dengan nilai p<0,05 dan perbedaan
tidak bermakna antar kelompok ditandai dengan nilai p>0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benar akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) (Lampiran
2). Hasil rata-rata kadar air serbuk akar Pasak Bumi yang digunakan sebesar 7,19
%. Syarat kadar air serbuk yang baik adalah ≤ 10% (Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI, 2014). Hal ini dapat disimpulkan bahwa serbuk yang digunakan
telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
Pada penelitian ini, ekstrak metanol akar pasak bumi (EMAPB) dibuat
menggunakan metode maserasi. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk
tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada
suhu kamar (Mukhriani, 2014). Dari proses maserasi, ekstrak dikeringkan hingga
diperoleh bobot tetap atau perbedaan dua penimbangan selang 1 jam berturut-turut
tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2008). Pada penelitian ini, bobot tetap ekstrak
tercapai setelah 96 jam. Dari penelitian ini juga didapatkan bobot ekstrak kental
sebesar 22,68 g dan diperoleh persen rendemen sebesar 1,89% (Lampiran 8).
Penelitian efek penurunan glukosa darah dari ekstrak metanol akar pasak
bumi (EMAPB) ini menggunakan metode uji toleransi glukosa oral (UTGO).
Prinsip dari metode UTGO adalah membebani hewan uji dengan glukosa sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
menjadi hiperglikemi secara sementara namun tidak merusak organ pankreas
hewan uji (Etuk, 2010). Dosis glukosa yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan penelitian Ikarashi et al. (2011) yaitu 2 g/kgBB.
Metode UTGO memberi gambaran kenaikan kadar glukosa darah dengan
cepat setelah diberikan glukosa atau keadaan hiperglikemik sesaat. Kelemahan dari
metode UTGO adalah hewan uji hanya dibebani glukosa tanpa merusak pankreas
dan hewan uji masih dalam keadaan sehat dan normal (sel β pankreas dan sekresi
insulin normal) sehingga dapat berpengaruh pada kadar glukosa darah yang terukur.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain seperti
metode induksi aloksan dan streptozotosin yang prinsip kerjanya dengan merusak
organ pankreas, mengakibatkan respon dan sekresi insulin terhadap adanya glukosa
berkurang sehingga lebih menggambarkan keadaan diabetes yang sesungguhnya.
Pada penelitian ini, digunakan 25 mencit yang dibagi secara acak lengkap
sama banyak menjadi 5 kelompok. Sebelum digunakan, hewan uji pada tiap
kelompok perlakuan dipuasakan terlebih dahulu (overnight fasting) yaitu selama 16
jam namun tetap diberi minum (Bowe et al., 2014).
Gambar 1. Kurva Hubungan Antara Waktu dengan Rerata Kadar Glukosa
Darah
Pada Gambar 1 dapat dilihat profil kadar glukosa darah setelah pemberian
glukosa kelompok kontrol glukosa. Kadar glukosa mencapai puncak pada menit ke-
300
250
200 Kontrol Glukosa
150 Kontrol Negatif Aquadest
100
50
0 20 40 60
EMAPB dosis 420
mg/kgBB
EMAPB dosis 210
mg/kgBB
EMAPB dosis 105
80 100 120 140 mg/kgBB
Waktu (menit)
Kad
ar G
lukosa
Dar
ah (
mg/d
L)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
15 dan menurun setelah menit ke-15. Dari kadar glukosa darah kemudian dihitung
nilai luas daerah di bawah kurva dari menit ke-0 hingga menit ke-120 (LDDK0-120)
dengan metode trapezoid.
Efek Penurunan Glukosa Darah dari EMAPB pada Mencit Jantan Galur
Swiss Terbebani Glukosa
Tabel 1. Data Rerata Nilai LDDK0-120 dari Tiap Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan Rerata nilai LDDK0-120
(mg.menit/dL) ± SE
Kontrol glukosa 22618,50 ± 906,69
Kontrol negatif aquadest 11317,50 ± 565,73
EMAPB dosis 105 mg/kgBB + glukosa 19221,00 ± 278,48
EMAPB dosis 210 mg/kgBB + glukosa 17202,00 ± 988,52
EMAPB dosis 420 mg/kgBB + glukosa 15274,50 ± 138,06
Data LDDK0-120 kemudian dianalisis menggunakan uji statistik (Lampiran
11). Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data, dilakukan uji
normalitas dengan uji Saphiro-Wilk. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa
data terdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Uji statistik kemudian dilanjutkan
Test of Homogenity of Variances. Hasil uji homogenitas data menunjukkan nilai
p=0,01 (p<0,05) yang berarti variansi data LDDK0-120 tidak homogen. Analisis
selanjutnya dilanjutkan One Way ANOVA yang menunjukkan nilai p=0,000
(p<0,005) yang kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc yang mengasumsikan
variansi kelompok tidak homogen yaitu uji Tamhane untuk mengetahui pasangan
kelompok yang berbeda secara signifikan seperti terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 2 . Hasil Uji Post Hoc Tamhane LDDK0-120 Kadar Glukosa Darah
Mencit
Kontrol
glukosa
Kontrol
negatif
EMAPB
dosis I
EMAPB
dosis II
EMAPB
dosis III
Kontrol glukosa - BB BTB BB BB
Kontrol negatif BB - BTB BTB BTB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
EMAPB dosis 105
mg/kgBB + glukosa
BTB BB - BTB BB
EMAPB dosis 210
mg/kgBB+ glukosa
BB BB BTB - BTB
EMAPB dosis 420
mg/kgBB + glukosa
BB BB BB BTB -
1. Kelompok kontrol aquadest
Kontrol aquadest bertindak sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini.
Tujuan dari kontrol negatif dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
glukosa darah ketika tanpa pemberian glukosa dan EMAPB serta untuk
menggambarkan keadaan normal hewan uji yang digunakan. Nilai LDDK0-120
glukosa darah pada kelompok kontrol aquadest adalah 11317,50 ± 565,73
mg.menit/dL.
2. Kelompok kontrol glukosa
Kontrol glukosa dalam penelitian ini adalah kelompok mencit yang
dibebani glukosa. Tujuan dari kontrol glukosa ini adalah untuk menggambarkan
keadaan hiperglikemi pada hewan uji yang digunakan. Nilai LDDK0-120 glukosa
darah mencit yang dibebani glukosa pada penelitian ini adalah 22618,50 ± 906,69
mg.menit/dL. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kelompok kontrol glukosa bila
dibandingkan dengan kontrol negatif memiliki perbedaan bermakna (p=0,000). Hal
ini menunjukkan bahwa kontrol glukosa pada penelitian ini dapat mewakili kondisi
hiperglikemi pada hewan uji.
3. Kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan bertujuan untuk melihat efek penurunan kadar
glukosa darah dari 3 peringkat dosis ekstrak metanol akar pasak bumi yaitu 105;
210; dan 420 mg/kgBB pada UTGO. Nilai LDDK0-120 pada kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kontrol glukosa dan aquadest untuk melihat efek penurunan
glukosa darah pada mencit jantan galur Swiss terbebani glukosa. Perbandingan
antarkelompok perlakuan juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan
efek menurunkan glukosa darah dari ketiga peringkat dosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Nilai LDDK0-120 glukosa darah dari kelompok EMAPB dosis 105
mg/kgBB adalah 19221,00 ± 278,48 mg.menit/dL. Hasil ini apabila dibandingkan
dengan kelompok kontrol glukosa menunjukkan perbedaan tidak bermakna
(p=0,160) secara statistik maka berarti pemberian EMAPB dosis 105 mg/kgBB
tidak mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan galur
Swiss terbebani glukosa.
Nilai LDDK0-120 glukosa darah pada mencit yang diberi EMAPB dosis 210
sebelum pembebanan glukosa adalah 17202,00 ± 988,52 mg.menit/dL. Dengan
membandingkan hasil ini dengan kelompok kontrol glukosa, terdapat perbedaan
yang bermakna (p=0,037). Bila dibandingkan dengan kontrol aquadest, secara
statistik juga berbeda bermakna (p=0,017). Berdasarkan uji statistik tersebut
menunjukkan bahwa pemberian EMAPB dosis 210 mg/kgBB mempunyai efek
menurunkan glukosa darah pada mencit jantan galur Swiss terbebani glukosa
namun penurunannya tidak sampai pada kadar normal.
Nilai LDDK0-120 glukosa darah pada mencit yang diberi EMAPB dosis 420
mg/kgBB sebelum pembebanan glukosa adalah 15274,50 ± 138,06 mg.menit/dL.
Nilai ini menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,011) apabila dibandingkan
dengan kelompok kontrol glukosa. Apabila dibandingkan dengan kontrol aquadest,
secara statistik juga berbeda bermakna (p=0,016). Hasil uji statistik ini
membuktikan bahwa pemberian EMAPB dosis 420 mg/kgBB mempunyai efek
menurunkan glukosa darah pada mencit jantan galur Swiss terbebani glukosa
namun penurunannya tidak sampai pada kadar normal.
Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antarkelompok perlakuan
untuk melihat ada tidaknya kesamaan efek dalam menurunkan glukosa darah. Hasil
penelitian menunjukkan nilai LDDK0-120 glukosa darah perlakuan dosis 210
mg/kgBB secara statistik berbeda tidak bermakna (p=0,731) dengan perlakuan
dosis 420 mg/kgBB. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian EMAPB dosis 210
mg/kgBB dan 420 mg/kgBB memiliki efek yang sama dalam menurunkan glukosa
darah pada mencit jantan galur Swiss terbebani glukosa.
Adanya efek penurunan glukosa darah pada EMAPB dosis 210 dan 420
mg/kgBB dikarenakan adanya kandungan senyawa flavonoid di mana berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penelitian Khanam et al. (2014), akar Pasak Bumi mengandung senyawa asam
fenolik, flavonoid, dan terpenoid. Menurut Lavle et al. (2016) flavonoid merupakan
senyawa polifenol yang banyak terdapat pada tanaman, memiliki efek antidiabetik
dengan meningkatkan sekresi insulin, meregulasi metabolisme glukosa di hepatosit,
dan meningkatkan pengambilan glukosa pada otot rangka dan jaringan adiposa.
Beberapa studi juga menunjukkan senyawa flavonoid meningkatkan sekresi insulin
pada sel β pankreas (Pinent et al., 2008). Penelitian Hong et al. (2013) melaporkan
bahwa senyawa flavonoid seperti rutin, isoquercetin, kaempferol-3-O-rutinoside,
dan astragalin memiliki efek menghambat α-glukosidase, enzim yang
menghidrolisis karbohidrat. Flavonoid dari beberapa tanaman juga terbukti
memiliki efek menghambat α-glukosidase dan menurunkan glukosa darah.
(Belmouhoub et al., 2016; Sulistiyani et al., 2016). Oleh karena itu, perlu dilakukan
purifikasi lebih lanjut atau isolasi senyawa untuk memastikan senyawa - senyawa
golongan flavonoid yang bertanggung jawab dalam memberikan efek penurunan
glukosa darah.
Kadar glukosa darah yang tinggi juga dapat menginduksi auto-oksidasi
glukosa dan membentuk radikal bebas (Bajaj and Khan, 2012). Komplikasi dari
hiperglikemi pada diabetes melitus tidak hanya menyebabkan peningkatan reactive
oxygen species (ROS) namun juga mengubah fungsi antioksidan melalui ikatan
dengan enzim antioksidan (Nicolle et al., 2011). Keberadaan ROS ini dapat
menginduksi kerusakan sel karena adanya elektron tidak berpasangan yang
menyebabkan oksidasi molekul dan komponen sel lain (Ullah et al., 2015).
Flavonoid sebagai antioksidan yang memiliki kemampuan untuk menangkap
radikal bebas, berpotensi memiliki efek sebagai antidiabetik (Oguntibeju, 2014).
Walaupun kandungan senyawa aktif yang terdapat pada EMAPB dosis 420
mg/kgBB lebih banyak dibandingkan dengan dosis 210 mg/kgBB, hasil penelitian
menunjukkan EMAPB dosis 210 dan 420 mg/kgBB memiliki efek yang sama
dalam menurunkan glukosa darah. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan
senyawa flavonoid yang berlebih pada dosis 420 mg/kgBB. Flavonoid tidak hanya
berperan sebagai antioksidan, namun pada kondisi tertentu flavonoid dapat
bertindak sebagai pro-oksidan, seperti pada dosis tinggi (Watjen et al., 2005;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Eghbaliferiz and Iranshahi, 2016). Karakteristik pro-oksidan dari flavonoid
tergantung konsentrasi. Pembentukan senyawa radikal superoxide anion dan
produk peroksidasi lipid meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
senyawa flavonoid (quercetin, naringenin, hesperetin dan morin). Senyawa ini
dapat menginduksi pemutusan rantai DNA (Prochazkova et al., 2011). Pro-oksidan
dapat menginduksi stres oksidatif melalui pembentukan ROS atau penghambatan
enzim antioksidan (Rahal et al., 2014). ROS terbukti merusak komponen sel,
termasuk sel islet pankreas (Rahman et al., 2012). Adanya sifat pro-oksidan ini lah
yang dapat menyebabkan efek EMAPB menjadi tidak maksimal dan mengurangi
efek penurunan glukosa darah dari EMAPB dosis 420 mg/kgBB.
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak metanol akar pasak bumi
memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah pada mencit terbebani glukosa.
Dosis yang mampu menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan adalah
210 dan 420 mg/kgBB.
II. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilakukan
pengembangan mengenai:
a. Penelitian efek ekstrak metanol akar pasak bumi dalam menurunkan kadar
glukosa darah dengan metode uji efek antidiabetes lainnya, misalnya metode
induksi aloksan dan streptozotosin yang merusak pankreas karena lebih
menggambarkan keadaan diabetes sesungguhnya.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa golongan flavonoid
pada akar pasak bumi yang bertanggung jawab dalam memberikan efek
penurunan kadar glukosa darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma, W., and Bachri, M.S., 2014. Efek Hepatoprotektif Serbuk Akar Pasak
Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Dilihat dari Aktivitas SGPT-SGOT
Tikus Jantan yang Terinduksi CCl4. Pharmaciana, 4 (2), 165-170.
American Diabetes Association, 2014. Standards of Medical Care in Diabetes.
Diabetes Care, 37 (January), 1.
Bajaj, S., and Khan, A., 2012. Antioxidant and diabetes. Indian Journal of
Endocrinology and Metabolism, 16 (2), S267-S217.
Belmouhoub, M., Bribi, N., and Iguer-ouada, M., 2016. Alpha-glucosidase
inhibition and antihyperglycemic activity of flavonoids rich fractions of
Rosmarinus officinalis in normal and streptozotocin diabetic mice. Orient
Pharm Exp Med, 17 (1), 29-39.
Bowe, J. E., Franklin, Z. J., Hauge-Evans, A.C., King., A.J., Persaud, S.J., and
Jones, P.M., 2014. Assessing glucose homeostasis in rodent models.
Society for Endocrinology, 222 (3), 13-25.
Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta:
Dirjen Binfar.
Depkes RI, 2008. Farmakope Herbal Indonesia, edisi 1. Jakarta: Dirjen Binfar.
Eghbaliferiz, S., and Iranshahi, M., 2016. Prooxidant Activity of Polyphenols,
Flavonoids, Anthocyanins and Carotenoids: Updated Review of
Mechanisms and Catalyzing Metals. Phytotherapy Research, 30 (9), 1379-
1391.
Eseyin O., Ebong, P., Eyong, E., Awofisayo, O., and Agboke, A., 2010. Effect of
Telfairia occidentalis on oral glucose tolerance in rats. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology, 4 (6), 368-372.
Etuk, E.U., 2010. Animals models for studying diabetes mellitus. Agriculture and
Biology Journal of North America, 1 (2), 130-134.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Handayani, M.T., and Hendra, P., 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol-Air
Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
pada Tikus yang Terbebani Glukosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas,
10 (1), 37-42.
Hendra, P., Fenty, Andreani, P.R., Pangestuti, B.M.E., and Julianus, J., 2017.
Evaluation of Antihyperlipidemic, Anti-Inflammatory, and Analgesic
Activities of Eurycoma longifolia in Animal Models. International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 9 (3), 166-169.
Hong, H.C., Li, S.L., Zhang, X.Q., Ye, W.C., and Zhang, Q.W., 2013. Flavonoids
with α-glucosidase inhibitory activities and their contents in the leaves of
Morus atropurpurea. Chinese Medicine, 8 (19), 1-7.
Ikarashi, N., Takeda, R., Ito, K., Ochiai, W., and Sugiyama, K., 2011. The Inhibition
of Lipase and Glucosidase Activities of Acacia Polyphenol. EBCAM
(Online),
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3096474/ accessed 15
July 2017.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Khanam, Z., Wen, C.S., and Bhat, I.U.H., 2014. Phytochemical screening and
antimicrobial activity of foot and stem extracts of wild Eurycoma longifolia
Jack (Tongkat Ali). Journal of King Saud University - Science, 27 (1), 23-
30.
Lavle, N., Shukla, P., and Panchal, A., 2016. Role of Flavonoids and Saponins in
the Treatment of Diabetes Mellitus. J Pharm Sci Bioscientific Res, 6 (4),
535-541.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan, 7 (2), 361-367.
Nicolle, E., Souard, F., Faure, P., and Boumendjel, A., 2011. Flavonoids as
Promising Lead Compounds in Type 2 Diabetes Mellitus: Molecul of
Interest and Structure-Activity Relationship. Current Medicinal
Chemistry, 18 (17), 2661-2672.
Oguntibeju, O., 2014. Antioxidant-Antidiabetic Agents and Human Health. In:
Ayepola, O. R., Brooks, N. L., and Oguntibeju, O. O., eds. Oxidative Stress
and Diabetic Complications: The Role of Antioxidant Vitamins and
Flavonoids. Croatia, Croatia : InTech, 34-36.
Pinent, M., Castell, A., Balges, I., Montagut, G., Arola, L., and Ardevol, A., 2008.
Bioactivity of Flavonoids on Insulin-Secreting Cells. Comprehensive
Reviews in Foods Science and Food Safety, 7 (4), 299-308.
Prochazkova, D., Bousova, I., and Wilhelmova, 2011. Antioxidant and prooxidant
properties of flavonoids. Fitoterapia, 82 (4), 513-523.
Rahal, A., Kumar, A., Singh, V., Yadav, B., Tiwari, R., Chakraborty, S., and
Dhama, K., 2014. Oxidative Stress, Prooxidants, and Antioxidants: The
Interplay. BMRI (Online),
https://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/761264/ accessed 11
September 2017.
Rahman, T., Hosen, I., Islam, M. M. T., and Shekhar, H. U., 2012. Oxidative Stress
and human health. Advances in Bioscience and Biotechnology, 3 (7), 997-
1019.
Sachdev, Y., 2008. Clinical Endocrinology and Diabetes Mellitus (A
Comprehensive Text). In: D. Saldanha and A.A. Pawar, eds.
Psychoendocrinology. New Delhi, New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publishers, 145.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., and Cheever, K.H., 2010. Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sulistiyani, Safithri, M., and Sari, Y.P., 2016. Inhibition of α-glucosidase activity
by ethanolic extract of Melia azedarach L. leaves. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 31 (1), 1-5.
Ullah, A., Khan, A., and Khan, I., 2016. Diabetes mellitus and oxidative stress-A
concise review. Saudi Pharmaceutical Journal, 24 (5), 547-553.
Watjen, W., Michels, G., Steffan, B., Niering, P., Chovolou, Y., Kampkotter, A.,
Tran-Thi, Q., Proksch, P., and Kahl, R., 2005. Low concentrations of
flavonoids are protective in rat H4IIE cells whereas high concentrations
cause DNA damage and apoptosis. The Journal of Nutrition, 135 (3), 525-
531.
World Health Organization, 2016. Global Report on Diabetes. Geneva: WHO
Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi tanaman Eurycoma longifolia
Jack
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 3. Surat keterangan tanaman Eurycoma longfolia Jack dari CV.
Merapi Farma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Surat keterangan penetapan kadar air serbuk akar Eurycoma
longifolia Jack dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 5. Surat legalitas analisis data oleh Pusat Kajian CE&BU Fakultas
Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 6. Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia; Penetapan
konsentrasi ekstrak metanol akar Pasak Bumi; Penetapan
konsentrasi larutan glukosa
1) Perhitungan konversi dosis ekstrak metanol akar Pasak Bumi dari mencit ke
manusia
Faktor konversi mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9
Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk mencit 20 g x nilai konversi
Sehingga dapat diketahui dosis EMAPB untuk manusia adalah sebagai berikut:
i) Dosis EMAPB 105 mg/kgBB
Dosis untuk mencit 20 g = 105 mg/kgBB = 2,1 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 2,1 mg x 387,9 = 11,64 mg/kgBB
Dosis untuk manusia = 814,59 mg/70 kgBB = 11,64 mg/kgBB
ii) Dosis EMAPB 210 mg/kgBB
Dosis untuk mencit 20 g = 210 mg/kgBB = 4,2 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 4,2 mg x 387,9 = 1.629,18 mg
Dosis untuk manusia = 1.629,18 mg/70 kgBB = 23,38 mg/kgBB
iii) Dosis EMAPB 420 mg/kgBB
Dosis untuk mencit 20 g = 420 mg/kgBB = 8,4 mg
Dosis untuk manusia 70 kg = 8,4 mg x 387,9 = 3.258,36 mg
Dosis untuk manusia = 3.258,36 mg/70 kgBB = 46,55 mg/kgBB
2) Penetapan konsentrasi ekstrak metanol akar Pasak Bumi
Penetapan konsentrasi ekstrak metanol akar Pasak Bumi didasarkan pada :
i) Berat badan mencit yang tertinggi adalah 30 gram
ii) Pemberian ekstrak metanol akar Pasak Bumi menggunakan volume
maksimal pemberian secara oral yaitu 1,0 mL
iii) Dosis tertinggi ekstrak metanol akar Pasak Bumi pada mencit adalah 420
mg/kgBB
Perhitungan konsentrasi EMAPB adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
D x BB = C x V
420 mg/kgBB x 30 g = C x 1,0 mL
420 𝑚𝑔/1000 𝑔𝐵𝐵 𝑥 30 𝑔 C =
1,0 𝑚𝐿
C = 1,26 mg/mL
3) Penetapan konsentrasi larutan glukosa
Perhitungan konsentrasi larutan glukosa adalah sebagai berikut :
D x BB = C x V
2 g/kgBB x 30 g = C x 1,0 mL
2 𝑔/1000 𝑔𝐵𝐵 𝑥 30 𝑔 C =
1,0 𝑚𝐿
C = 0,06 g/mL
C = 6 g/100 mL = 6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 7. Akar Eurycoma longifolia Jack; serbuk akar Eurycoma longifolia
Jack; hasil ekstrak metanol akar Eurycoma longifolia Jack
Gambar 2. Akar Eurycoma longifolia Jack
Gambar 3. Serbuk akar Eurycoma longifolia Jack
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 4. Hasil ekstrak metanol akar Eurycoma longifolia Jack
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 8. Perhitungan persen rendemen ekstrak metanol akar Pasak Bumi
Ekstrak kental akar Pasak Bumi yang diperoleh kemudian ditimbang dan
dibandingkan bobotnya dengan serbuk simplisia awal yang digunakan.
Perbandingan tersebut dinyatakan dalam persen.
% rendemen = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
x 100% 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
= 22,68 𝑔
x 100% = 1,89% 1200 𝑔
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 9. Bahan penelitian
Gambar 5. Hewan uji (mencit jantan galur Swiss)
Gambar 6. Suspending agent CMC-Na 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 7. Larutan glukosa p.a. 6%
Gambar 8. Ekstrak kental akar Pasak Bumi yang didispersikan dalam CMC-Na
1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 10. Pemberian larutan uji dan pengukuran kadar glukosa darah
pada ekor mencit galur Swiss menggunakan glukometer
Gambar 9. Pemberian secara oral
Gambar 10. Pengukuran kadar glukosa darah mencit melalui vena lateralis ekor
menggunakan glukometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 11. Uji statistik data LDDK0-120 kadar glukosa darah pada tiap
kelompok perlakuan
Case Processing Summary
VAR00002
Cases
Valid Missing To tal
N Percent N Percent N Percent
AUC Kontrol glukosa 5
5
5
5
5
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
0
0
0
0
0
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
5
5
5
5
5
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Kontrol aquadest
EMAPB dosis 105
mg/kgBB
EMAPB dosis 210
mg/kgBB
EMAPB dosis 420
mg/kgBB
Descriptives
VAR00002 Statistic Std. Error
AUC Kontrol glukosa Mean 22618.5000 906.69200
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean Upper Bound
20101.1194
25135.8806
5% Trimmed Mean 22592.0833
Median 21960.0000
Variance 4110451.875
Std. Deviation 2027.42494
Minimum 20670.00
Maximum 25042.50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Range 4372.50
Interquartile Range 3963.75
Skewness .415 .913
Kurtosis -2.865 2.000
Kontrol aquadest Mean 11317.5000 565.72575
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean Upper Bound
9746.7935
12888.2065
5% Trimmed Mean 11339.5833
Median 11887.5000
Variance 1600228.125
Std. Deviation 1265.00124
Minimum 9555.00
Maximum 12682.50
Range 3127.50
Interquartile Range 2302.50
Skewness -.624 .913
Kurtosis -1.229 2.000
EMAPB dosis
105 mg/kgBB
Mean 19221.0000 278.47531
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean Upper Bound
18447.8286
19994.1714
5% Trimmed Mean 19199.1667
Median 19035.0000
Variance 387742.500
Std. Deviation 622.68973
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Minimum 18660.00
Maximum 20175.00
Range 1515.00
Interquartile Range 1125.00
Skewness 1.034 .913
Kurtosis .170 2.000
EMAPB dosis
210 mg/kgBB
Mean 17202.0000 988.52049
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean Upper Bound
14457.4271
19946.5729
5% Trimmed Mean 17172.0833
Median 16717.5000
Variance 4885863.750
Std. Deviation 2210.39900
Minimum 14820.00
Maximum 20122.50
Range 5302.50
Interquartile Range 4248.75
Skewness .419 .913
Kurtosis -1.819 2.000
EMAPB dosis
420 mg/kgBB
Mean 15274.5000 138.06113
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean Upper Bound
14891.1809
15657.8191
5% Trimmed Mean 15275.0000
Median 15292.5000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Variance 95304.375
Std. Deviation 308.71407
Minimum 14887.50
Maximum 15652.50
Range 765.00
Interquartile Range 592.50
Skewness -.073 .913
Kurtosis -1.567 2.000
Tests of Normality
VAR00002
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Kontrol glukosa .227
.274
.217
.187
.156
5
5
5
5
5
.200*
.200*
.200*
.200*
.200*
.862
.927
.904
.944
.976
5
5
5
5
5
.235
.573
.434
.695
.909
Kontrol aquadest
EMAPB dosis 105
mg/kgBB
EMAPB dosis 210
mg/kgBB
EMAPB dosis 420
mg/kgBB
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
AUC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
N
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum
Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol
glukosa
5
5
5
5
5
25
22618.500
0
11317.500
0
19221.000
0
17202.000
0
15274.500
0
17126.700
0
2027.42494
1265.00124
622.68973
2210.39900
308.71407
4097.57936
906.6920
0
565.7257
5
278.4753
1
988.5204
9
138.0611
3
819.5158
7
20101.1194
9746.7935
18447.8286
14457.4271
14891.1809
15435.3024
25135.8806
12888.2065
19994.1714
19946.5729
15657.8191
18818.0976
20670.00
25042.50
Kontrol 9555.00
12682.50
negatif
EMAPB
18660.00
20175.00 dosis 105
mg/kgBB
EMAPB
14820.00
20122.50 dosis 210
mg/kgBB
EMAPB
14887.50
15652.50 dosis 420
mg/kgBB
Total 9555.00
25042.50
Test of Homogeneity of Variances
AUC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
7.470 4 20 .001
ANOVA
AUC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Between Groups 358645396.500 4 89661349.125 40.462 .000
Within Groups 44318362.500 20 2215918.125
Total 402963759.000 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: AUC
Tamhane
(I) (J)
Mean
Difference (I-
J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol
glukosa
Kontrol
aquadest
11301.00000*
3397.50000
5416.50000*
7344.00000*
1068.70763
948.49295
1341.36614
917.14298
.000
.160
.037
.011
6936.7862
-1255.5190
284.2735
2422.7159
15665.2138
EMAPB dosis
8050.5190 105
mg//kgBB
EMAPB dosis
10548.7265 210 mg/kgBB
EMAPB dosis
12265.2841 420 mg/kgBB
Kontrol
aquadest
Kontrol
glukosa
-
11301.00000*
-7903.50000*
-5884.50000*
1068.70763
630.55065
1138.95495
.000
.000
.017
-15665.2138
-10650.9758
-10642.6244
-6936.7862
EMAPB dosis
-5156.0242 105 mg/kgBB
EMAPB dosis
-1126.3756 210 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
EMAPB dosis
420 mg/kgBB
-3957.00000*
582.32852
.016
-6931.3098
-982.6902
EMAPB dosis
105 mg/kgBB
Kontrol
glukosa
-3397.50000
7903.50000*
2019.00000
3946.50000*
948.49295
630.55065
1026.99623
310.82049
.160
.000
.692
.000
-8050.5190
5156.0242
-3103.5761
2594.9046
1255.5190
Kontrol
10650.9758 aquadest
EMAPB dosis
7141.5761 210 mg/kgBB
EMAPB dosis
5298.0954 420 mg/kgBB
EMAPB dosis
210 mg/kgBB
Kontrol
glukosa
-5416.50000*
5884.50000*
-2019.00000
1927.50000
1341.36614
1138.95495
1026.99623
998.11504
.037
.017
.692
.731
-10548.7265
1126.3756
-7141.5761
-3457.5501
-284.2735
Kontrol
10642.6244 aquadest
EMAPB dosis
3103.5761 105 mg/kgBB
EMAPB dosis
7312.5501 420 mg/kgBB
EMAPB dosis
420 mg/kgBB
Kontrol
glukosa
-7344.00000*
3957.00000*
-3946.50000*
-1927.50000
917.14298
582.32852
310.82049
998.11504
.011
.016
.000
.731
-12265.2841
982.6902
-5298.0954
-7312.5501
-2422.7159
Kontrol
6931.3098 aquadest
EMAPB dosis
-2594.9046 105 mg/kgBB
EMAPB dosis
3457.5501 210 mg/kgBB
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Means Plots
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Efek Penurunan Glukosa
Darah dari Ekstrak Metanol Akar Pasak Bumi pada
Mencit Jantan Galur Swiss Terbebani Glukosa” dengan
nama lengkap Fransisca, lahir di Singkawang pada
tanggal 18 September 1996. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara pasangan Tjen Bui Min
dan Tjong Lie Shian. Pendidikan formal yang telah
ditempuh yakni TK Gembala Baik Pontianak (2001-
2002), SD Gembala Baik Pontianak (2002-2008), SMP
Gembala Baik Pontianak (2008-2010), SMP Pengabdi Singkawang (2010-2011),
SMA Santo Ignasius Singkawang (2011-2014). Pada tahun 2014, penulis kemudian
melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan
sebagai anggota Divisi Perlengkapan, Dekorasi dan Dokumentasi dalam kepanitian
Ekaristi Akhir Semester Genap TA 2014/2015, Divisi Sponsorship dalam acara
Seminar Nasional KMBK (2015), Divisi Perlengkapan, Dekorasi dan Dokumentasi
dalam kegiatan Perayaan Pekan Suci 2016, dan Divisi Perlengkapan dalam kegiatan
Kampanye Informasi Obat (2016). Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum yakni praktikum Farmakologi-Toksikologi (2016 dan 2017) dan Farmasi
Fisika (2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related