efektivitas implementasi pembelajaran model … · (studi pembelajaran biologi materi sistem gerak...
Post on 11-Apr-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODELPROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIINTEGRASIKAN
DENGAN PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN (POE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS
DAN KEMAMPUAN INFERENSI SISWA
(Studi Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat MagisterProgram Studi Magister Pendidikan Sains
DWI WAHYUNI NIM : S 831208027
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINSFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIINTEGRASIKAN
DENGAN PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN (POE) TERHADAP PRESTASI BELAJARS ISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS
DAN KEMAMPUAN INFERENSI SISWA
(Studi Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014)
TESIS
Disusun Oleh: DWI WAHYUNI S 831208027
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si. ....................... ......NIP. 19681124 199403 1 001
Sekretaris Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. ....................... ...........NIP. 19770125 200801 1 008
Anggota Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. ..................... ...........Penguji NIP. 19580723 198603 2 001
Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. ..................... ...........NIP. 19670430 199203 1 002
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada Tanggal ....................
Dekan Fakultas Keguruan Ketua Program Studi Magister dan Ilmu Pendidikan UNS Pendidikan Sains Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dr. M. Masykuri, M.Si.NIP. 19600727 198702 1 001 NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
S 831208027
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis dengan judul “ Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based
Learning (PBL) Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain (POE) Terhadap
Prestasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” yang telah
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bojonegoro, kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2013/ 2014
dapat diselesaikan dengan lancar.
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini disusun dalam rangka mendapatkan
legalitas formal untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Pendidikan Sains pada Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini disusun atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin dalam penelitian ini.
2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat Tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
3. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister
Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat Tesis ini.
4. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta dengan sabar memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun Tesis ini.
5. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, ide dan pemikiran yang berharga dalam
penyusunan Tesis ini.
6. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan
September 2012, yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis
dalam menyusun Tesis ini.
8. Drs. H. Puji Widodo, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Bojonegoro yang
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan mengambil data untuk
penyusunan Tesis.
9. Rekan-rekan guru serta karyawan SMA Negeri 1 Bojonegoro yang telah
memberikan motivasi dan bantuan pelayanan kepada penulis utamanya pada
saat pelaksanaan penelitian dan penyusunan Tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
10. Suamiku dan anakku, serta segenap keluarga yang selalu memberikan do’a,
kasih sayang, perhatian, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan Tesis
ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dalam menyelesaikan Tesis ini.
12. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan Tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan Tesis ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun bagi kesempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2014
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS dan PUBLIKASI ISI TESIS...................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
ABSTRAK .................................................................................................... .... xx
ABSTRACT.................................................................................................... .... xxi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 13
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 14
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 19
A. Kajian Teori................................................................................... 19
1. Hakikat Belajar Biologi............................................................ 19
2. Pembelajaran Biologi .............................................................. 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3. Teori Belajar ........................................................................... 21
4. Model Pembelajaran ................................................................ 28
a. Model Pembelajaran PBL .................................................. 28
b. Model Pembelajaran POE .................................................. 31
c. Integrasi Model PBL-POE ................................................. 33
5. Materi Sistem Gerak ................................................................ 35
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................ 47
a. Kreativitas ......................................................................... 48
b. Kemampuan Inferensi ....................................................... 51
7. Prestasi Belajar ....................................................................... 54
B. Kerangka Berpikir......................................................................... 57
C. Penelitian yang Relevan................................................................. 61
D. Hipotesis....................................................................................... 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 67
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 67
1. Tempat Penelitian ................................................................... 67
2. Waktu Penelitian ..................................................................... 67
B. Metode Penelitian .......................................................................... 68
C. Penetapan Populasi dan Sampel ................................................... 69
1. Penetapan Populasi ................................................................. 69
2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 69
D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 70
E. Variabel Penelitian ........................................................................ 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 73
1. Test Prestasi ............................................................................ 73
1) Uji Validitas ...................................................................... 73
2) Uji Reliabilitas ................................................................... 74
3) Analisis Butir Soal ............................................................ 75
2. Angket Kreativitas .................................................................. 75
3. Angket Kemampuan Inferensi ................................................. 76
4. Uji Homogenitas....................................................................... 76
5. Uji Hipotesis Anova ................................................................ 77
6. Uji Lanjut................................................................................. 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 78
A. Deskripsi Data .............................................................................. 78
1. Data Kemampuan Inferensi ............................................................ 78
2. Data Kreativitas ............................................................................. 79
3. Data Prestasi Belajar ...................................................................... 81
a. Data Prestasi Belajar Kognitif ........................................................ 81
1) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE .......................................... 82
2) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas ............ 83
3) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................ 84
b. Data Prestasi Belajar Afektif .......................................................... 87
1) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE ............................... 87
2) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas .............. 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................ 90
c. Data Prestasi Belajar Psikomotor ................................................... 92
1) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE ............................... 92
2) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas ....... 94
3) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................ 95
B. Pengujian Prasyarat ......................................................................... 97
1. Uji Normalitas ........................................................................ 97
2. Uji Homogenitas ..................................................................... 100
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 101
D. Pembahasan Hasil Analisa Data ................................................... 108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 118
A. Kesimpulan .................................................................................. 118
B. Implikasi ...................................................................................... 122
1. Implikasi Teoritis ................................................................... 122
2. Implikasi Praktis .................................................................... 123
C. Saran ............................................................................................ 123
1. Bagi Guru ............................................................................... 123
2. Bagi Siswa .............................................................................. 124
3. Bagi Peneliti Lain .................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 125
LAMPIRAN ................................................................................................... 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Biologi Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2013/2014................. 6
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pelaksanaan Model PBL ............................................ 30Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 67
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian .............................................................. 69
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............. 78
Tabel 4.2 Perbandingan Frekuensi Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ...................................................................................... 79
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kreativitas Tinggi dan Rendah ............................... 80
Tabel 4.4 Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah ................ 80
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ................................... 82
Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ............................................................................. 82
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .......................................................................... 84
Tabel 4.8 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi dan Rendah ......................................................................... 84
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .......................................................... 85
Tabel 4.10 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari
Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..................................... 86
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE .................................. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar AfektifDitinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ............................................................................. 88
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .......................................................................... 89
Tabel 4.14 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi dan Rendah ......................................................................... 89
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .......................................................... 90
Tabel 4.16 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari
Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..................................... 91
Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ................................... 92
Tabel 4.18 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PsikomotorDitinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ............................................................................. 93
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .......................................................................... 94
Tabel 4.20 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas
Tinggi dan Rendah ......................................................................... 94
Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .......................................................... 95
Tabel 4.22 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari
Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..................................... 96
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi .......................... 97
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi .......................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.25 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif .............. 101
Tabel 4.26 Hasil Uji Lanjut untuk Pengaruh Model Terhadap Prestasi Belajar Kognitif ................................................................... 103
Tabel 4.27 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Afektif ................ 104
Tabel 4.28 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor ......... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Bagian Depan Tubuh Manusia ..................................... 37
Gambar 2. 2 Kerangka Bagian Belakang Tubuh Manusia ................................ 38
Gambar 2. 3 Otot Lurik atau Rangka ................................................................ 41
Gambar 2. 4 Otot Polos ..................................................................................... 42
Gambar 2. 5 Otot Jantung ................................................................................. 43
Gambar 2. 6 Sendi ............................................................................................ 44
Gambar 2. 7 Komponen Sendi ......................................................................... 45
Gambar 2.8 Skema Kerangka Berpikir ........................................................... 60
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ...................................................................... 79
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Kreativitas Tinggi dan Rendah ........... 81
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model
PBL-POE .................................................................................... 83
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ............................. 85
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............ 86
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model
PBL-POE .................................................................................... 88
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ............................. 90Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............ 91
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model
PBL-POE .................................................................................... 93
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ............................. 95
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............ 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus PBL Materi Tulang ........................................................... 129
Lampiran 2. Silabus PBL Materi Sendi .............................................................. 131
Lampiran 3. Silabus PBL Materi Otot ............................................................... 133
Lampiran 4. Silabus POE Materi Tulang ........................................................... 135
Lampiran 5. Silabus POE Materi Sendi ............................................................. 137
Lampiran 6. Silabus POE Materi Otot ............................................................... 139
Lampiran 7. Silabus PBL-POE Materi Tulang .................................................. 141
Lampiran 8. Silabus PBL-POE Materi Sendi .................................................... 144
Lampiran 9. Silabus PBL-POE Materi Otot ...................................................... 147
Lampiran 10. RPP 1 PBL Materi Tulang .......................................................... 150
Lampiran 11. RPP 2 PBL Materi Tulang .......................................................... 162
Lampiran 12. RPP 3 PBL Materi Sendi ............................................................. 174
Lampiran 13. RPP 4 PBL Materi Sendi ............................................................. 187
Lampiran 14. RPP 5 PBL Materi Otot ............................................................... 199
Lampiran 15. RPP 6 PBL Materi Otot ............................................................... 212
Lampiran 16. RPP 1 POE Materi Tulang ........................................................... 224
Lampiran 17. RPP 2 POE Materi Tulang ........................................................... 233
Lampiran 18. RPP 3 POE Materi Sendi ............................................................. 245
Lampiran 19. RPP 4 POE Materi Sendi ............................................................ 254
Lampiran 20. RPP 5 POE Materi Otot .............................................................. 267
Lampiran 21. RPP 6 POE Materi Otot .............................................................. 277
Lampiran 22. RPP 1 PBL-POE Materi Tulang ................................................. 290
Lampiran 23. RPP 2 PBL-POE Materi Tulang .................................................. 303
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 24. RPP 3 PBL-POE Materi Sendi ............................................... ..... 315
Lampiran 25. RPP 4 PBL-POE Materi Sendi ............................................... ..... 327
Lampiran 26. RPP 5 PBL-POE Materi Otot ................................................. ..... 339
Lampiran 27. RPP 6 PBL-POE Materi Otot ...................................................... 350
Lampiran 28. Instrumen Aspek Kognitif ........................................................... 361
Lampiran 29. Instrumen Aspek Afektif ............................................................. 373
Lampiran 30. Instrumen Aspek Psikomotor ...................................................... 377
Lampiran 31. Instrumen Kreativitas ................................................................... 381
Lampiran 32. Instrumen Kemampuan Inferensi ................................................. 386
Lampiran 33. Uji Statistik ................................................................................... 393
Lampiran 34. Data Hasil Pengamatan ................................................................ 409
Lampiran 35. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 426
Lampiran 36. Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 429
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Dwi Wahyuni, S831208027. 2014. “Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain(POE) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I: Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd.; Pembimbing II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar ditinjau dari kreativitas dan kemampuan inferensi siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3x2x2. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling Tahun Pelajaran 2013/2014 terdiri dari tiga kelas. Kelas eksperimen I menggunakan model PBL terdiri dari 32 siswa, kelas eksperimen II menggunakan model POE terdiri dari 32 siswa dan kelas eksperimen III menggunakan integrasi model PBL-POE terdiri dari 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar kognitif, angket untuk hasil belajar afektif, psikomotor, kreativitas dan kemampuan inferensi. Uji hipotesis penelitian menggunakan anova tiga jalan sel tidak sama dengan bantuan software SPSS 18.
Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) ada pengaruh integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar baik aspek kognitif, afektif, psikomotor; (2) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa; (3) tidak ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa; (4) tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa; (6) ada pengaruh interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan kreativitas siswa dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa.
Kata kunci : PBL, POE, integrasi model PBL-POE, kreativitas, kemampuan inferensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Dwi Wahyuni. S831208027. 2014. “The Effectiveness Implementation Model of Problem Based Learning (PBL) Integrated with Predict-Observe-Explain (POE) towards Students’ Achievement overviewed from Students’ Creativities and Students’ Inference Abilities”. THESIS. Magister Program of Science Education,Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, Surakarta. AdvisorI: Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., Advisor II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of PBL model, POE model and integrated PBL-POE towards students’ achievement, overviewed from students’creativities and students’ inference abilities.
This research achievement used students’ creativities and students’ inference abilities method with factorial design 3x2x2. The research population is grade XI science class student SMA Negeri 1 Bojonegoro. Sample research is decided randomly with cluster random sampling technics. In 2013/ 2014 academic year, it consisted of three classes. Experiment class I was given PBL model treatment consist of 32 students, experiment class II was given POE model treatment consists of 32 studentsand experiment class III was given integrated PBL-POE treatment and consists of 32 students. Data accumulation used technic test for cognitive study result, questionnaire for affective study result, psycomotor, creativity and inferency ability. Hyphothesis research test uses anova which three ways cell is not equel with help of software SPSS 18.
The research result: 1) There is influence from integrated PBL-POE towards students’ achievement in cognitive, affective, psychomotor; 2) There is creativity influence towards students’ achievement; 3) There is no influence for students’ inferency abilities towards students’ achievement; 4) There is no learning model interaction with creativity low and high category influence towards students’achievement; 5) There is learning model interaction with students’ inference abilitieslow and high category influence towards students’ achievement; 6) There is influence from interaction between creativity and students’ inferency abilities toward students’ achievement; 7) There is no influence from interaction between PBL model with students’ creativity and students’ inference abilities towards students’ achievement.
Key word: PBL, POE, integrated PBL-POE, students’ creativity, students’ inference ability, students’ achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban dewasa ini, menuntut
perubahan di segala bidang kehidupan. Peranan sumber daya manusia sangat
mendominasi, terutama pada era global saat ini. Walau memiliki sumber daya
alam yang melimpah, jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang kuat
maka negara akan kalah dalam bersaing. Indonesia negara yang memiliki sumber
daya alam melimpah, tetapi tidak didukung dengan sumber daya manusia yang
handal, memaksa Indonesia menempati lini belakang. Sumber daya manusia pada
era global dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut mampu untuk
memecahkan masalah dan meramalkan kemungkinan – kemungkinan yang terjadi
di masa yang akan datang, agar mampu mengantisipasi dengan mencari solusi
yang tepat terhadap permasalahan yang ada (Kompas, 3 Maret 2012).
Pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana
kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered
learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan
dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-
kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan komunikasi. Semua kecakapan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan
rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah (Bahri, 2009).
Seiring berubahnya sistem pendekatan pembelajaran dan bergesernya
tujuan pendidikan, menurut Davies dan Ellison (dalam Rudy, 2011) memasuki
abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki pengaruh dalam proses
pembelajaran. Pada abad ini diperlukan individu-individu yang menguasai
keterampilan-keterampilan, yang meliputi: cerdas intelektual, cerdas vocational,
cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual. Oleh karena itu, tantangan
pendidik adalah menjadikan peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu
cerdas yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan di abad 21,
sehingga inovasi dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Inovasi tersebut
dapat diawali dengan mengubah paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke
arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada kualitas pendidik sebagai
pemeran utama. Pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental
dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Sains merupakan ilmu yang sistematis, metodis dan logis yang diperoleh
melalui penelitian. Penelitian ini merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia
dalam taraf keilmuan. Penelitian memegang peranan dalam: 1) Membantu
manusia memperoleh pengetahuan; 2) Memperoleh jawaban suatu pertanyaan; 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Memberikan pemecahan atas suatu masalah. Hal tersebut dapat kita simpulkan
bahwa ilmu pengetahuan itu mendorong munculnya teknologi, dengan teknologi
mendorong adanya penelitian, dari penelitian tersebut menghasilkan ilmu
pengetahuan baru yang kemudian memunculkan teknologi baru.
Sains merupakan ilmu pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi
produk, proses dan sikap. Hal ini juga termaktup dalam hakikat sains menurut
Carin dan Sund (dalam Wenno, 2008) meliputi scientific product, scientific
processes, dan scientific attitudes. Oleh karena itu, biologi sebagai bagian dari
sains harus mengacu pada tiga aspek yaitu produk, proses, dan sikap. Proses sains
meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan
yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah. Produk sains
meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Sikap meliputi bagaimana cara
bersikap dalam ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran
yang memunculkan hakikat sains yang terdiri dari tiga aspek yaitu : produk,
proses dan sikap, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara
utuh. Oleh karena itu pembelajaran sains seharusnya dapat dikaitkan dengan
pengalaman sehari-hari dari siswa. Siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat,
dibiasakan untuk menemukan masalah dalam lingkungan lokal maupun secara
global, dan merumuskan solusi ilmiah yang mengaitkan dengan konsep sains yang
sedang dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat berekspansi keluar dari sekedar
mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan pengetahuan dan ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri
dan kehidupan siswa, pembelajaran sains akan menjadi menarik dan lebih
diminati oleh siswa untuk dipelajari.
Peran sains menurut Toharudin (2011) adalah meningkatkan kompetensi
yang dibutuhkan peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
berbagai situasi. Kompetensi tersebut meliputi: 1) kompetensi belajar sepanjang
hayat, termasuk membekali peserta didik untuk belajar di sekolah dengan lebih
lanjut; 2) kompetensi dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan
sains dan teknologi.
Seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan
menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai
dengan jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta
dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif
dalam membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga para peserta didik
mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat setempat
(Poedjiadi dalam Toharudin, 2011).
Berdasarkan pandangan di atas, maka guru harus mengajarkan materi
sesuai hakikatnya yaitu pembelajaran harus mengacu pada kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memungkinkan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir (minds on),
ketrampilan (hands on), dan sikap ilmiah sebagaimana para ilmuwan bekerja
(hearts on) (Suciati, 2011).
Secara umum kemampuan di bidang sains siswa Indonesia tergolong
masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan pencapaian prestasi bidang Sains
dalam kompetisi tingkat nasional maupun tingkat Internasional. Berdasarkan data
Programme for International Student Assesment/ PISA (Purwadi, B. 2006)
menunjukkan bahwa 61,6% pelajar Indonesia memiliki pengetahuan sains yang
sangat terbatas, sedangkan yang mampu melakukan penelitian sederhana baru
sebanyak 27,5%. Pelajar yang mampu mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah
hanya 9,5%, sedangkan yang mampu memanfaatkan sains dalam kehidupan
sehari-hari hanya 1,4%. Pada tahun 2012 di bidang Matematika, Indonesia
mendapatkan peringkat ke 64 dari 65 negara, di bidang IPA/ Sains peringkat ke 64
dari 65 negara, dan bidang membaca pada peringka 61 dari 65 negara
(Organization for Economic Co-operation and Development/ OECD, 2012).
Kondisi rendahnya penguasaan Sains khususnya Biologi juga terjadi di
SMA Negeri 1 Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa yang belum
optimal khususnya pada materi Sistem Gerak. Hanya 40,3 % siswa yang tuntas,
sedangkan sisanya 50,7% belum tuntas masih di bawah KKM yang ditetapkan
sekolah yaitu 78. Secara rinci data tersebut disajikan dalam Tabel 1.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Biologi Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
Materi Nilai Ulangan Harian Materi Sistem Gerak Rata-rata XI XI XI XI XI XI
IPA 1 IPA 2 IPA 3 IPA 4 IPA 5 IPA 6Sistem 81 79 80 77 75 74 77Gerak
Sumber : Leger SMA Negeri 1 Bojonegoro Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013
Rendahnya hasil belajar menjadi indikator kurang berhasilnya kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis menjelaskan bahwa kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah masih rendah, khususnya pada materi Sistem Gerak.
Siswa cenderung mengalami kesulitan ketika diberi pertanyaan-pertanyaan yang
berbentuk pemecahan masalah. Hanya 20% siswa yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah dengan benar. Kemampuan siswa
dalam memprediksi rendah, sekitar 60% siswa kurang mampu meramalkan ketika
diberikan permasalahan yang terkait dengan praktikum Sistem Gerak. Hasil
observasi pembelajaran di SMA Negeri 1 Bojonegoro, guru mengajar cenderung
tekstual, verbal, dan hanya transfer pengetahuan kepada siswa, akibatnya siswa
pasif hanya menerima konsep dari guru.
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang sedang
belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: fasilitas
belajar, metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin
sekolah, waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor internal siswa, yaitu faktor yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dalam diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran diantaranya: kecerdasan siswa, kreativitas, kemampuan inferensi,
motivasi belajar, dan lain-lain (Ewintri, 2008).
Kreativitas dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri
berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada (Satiadarma, 2003). Hubungan antara
kreativitas siswa dengan prestasi belajar, siswa yang kreatif lebih mudah
mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Sementara kreativitas yang dimiliki oleh siswa sangat bervariasi, dengan demikian
kondisi kreativitas yang bervariasi perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi
prestasi belajar.
Kemampuan inferensi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah,
melalui diskusi dengan teman, memikirkan alternatif (differential diagnosis) dan
pada akhirnya dapat membuat kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah
(Facione, 2011). Hal ini relevan dengan Dewey (2003) bahwa kemampuan
inferensi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu mempertanyakan klaim,
memikirkan alternatif (differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan
masalah, mengambil keputusan. Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada
kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim
kedua, dari klaim kedua kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme.
Hubungan antara kemampuan inferensi dengan hasil belajar siswa, siswa
yang memiliki kemampuan inferensi tinggi diharapkan dapat memecahkan
masalah dalam proses pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui
proses berpikir positif, akan menghasilkan suatu keputusan yang baik (Sumadi,
2005). Kemampuan inferensi siswa juga bervariasi, tetapi belum diperhatikan oleh
guru. Adanya kemampuan inferensi yang bervariasi tersebut maka akan dapat
memberikan dampak terhadap prestasi belajar siswa.
Menurut Undang Undang Guru dan Dosen (2005), guru dituntut memiliki
4 kompetensi, meliputi: 1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar; 2) Kompetensi kepribadian yaitu
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia; 3) Kompetensi sosial
yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien; 4) Kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru harus mampu
mengelola pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mendorong siswa mampu memecahkan masalah dan memprediksi. Hal ini relevan
dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Kompetensi mata pelajaran
Biologi maka pembelajaran Biologi hendaknya melibatkan siswa secara aktif,
melatih siswa menyelesaikan suatu masalah dan memilih metode yang sesuai
dengan karakter materi mata pelajaran (Permendiknas No. 23 Tahun 2006).
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan
keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata
tidak akan dapat melatih siswa berpikir kritis dengan cara inferensi.
PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Sintaks dalam pembelajaran model PBL, menurut Nur (2008): 1) Mengorientasi
siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok; 4) Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya serta memamerkannya; 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Model PBL memiliki kelebihan yang berbeda dengan model
pembelajaran lain, diantaranya mendorong siswa mampu memecahkan masalah
dengan mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat menjawab
permasalahannya dan mendukung ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini
didukung oleh penelitian Peterson (2004) dan Tan (2009) bahwa model PBL
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Model PBL akan efektif jika diintegrasikan dengan model-model
konstruktivisme lain seperti POE, karena mendukung pelaksanaan PBL. Melalui
model POE siswa terlatih untuk memprediksi jawaban dari masalah-masalah
yang dihadapi. Model ini dipilih karena memacu kemampuan berpikir kreatif
siswa, untuk mengemukan prediksi terhadap suatu permasalahan yang muncul di
masyarakat dan memacu siswa untuk membuktikan prediksinya dengan upaya
penyelidikannya. Hal ini didukung oleh penelitian Suspriyati (2012), bahwa
pembelajaran model POE dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Suparno (2007) bahwa pembelajaran dengan model POE lebih
difokuskan dalam menemukan gejala yang diprediksi, diobservasi, dan dijelaskan
kesesuaian antara prediksi dengan hasil observasi. Berdasarkan penemuan dari
penelitian yang telah dilakukan memiliki implikasi untuk pengembangan
kurikulum, strategi belajar, pengembangan guru dan penilaian pemahaman siswa
serta tingkat prestasi belajar siswa. Sintaks pembelajaran model POE menurut
Suparno (2007), yaitu: 1) Prediction; 2) Observation; 3) Explanation. Keunggulan
menggunakan model POE karena memiliki beberapa metode saintifik, yaitu
membuat hipotesis (prediction), melakukan pengamatan (observation), dan
menganalisis (explanation).
Model POE memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran
lain, kelebihannya yaitu siswa mampu berpikir kreatif untuk mengemukakan
prediksi terhadap suatu permasalahan yang muncul di masyarakat dan memacu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
siswa untuk membuktikan prediksinya dengan upaya penyelidikannya, sehingga
dapat menjawab permasalahannya dan mendukung ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya. Hal ini didukung oleh penelitian McNay (1993), bahwa
pembelajaran model POE dapat meningkatkan kemampuan memprediksi.
Integrasi model PBL-POE diawali dengan masalah, dengan sintaks: 1)
Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3)
Prediction; 4) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5)
Observation; 6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta
memamerkannya;7) Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah (Nur, 2008 dan Suparno, 2007).
Penggunaan integrasi model PBL-POE diharapkan dapat digunakan oleh
guru untuk pembelajaran di kelas. Tujuan dari perpaduan dua model pembelajaran
tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan aspek
kognitif, psikomotor dan afektif. Siswa mampu untuk memecahkan masalah,
memprediksi dan mengkomunikasikan prestasi belajar, sehingga siswa dapat
mengalami proses pembelajaran yang utuh.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu penelitian dengan judul
“Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)
Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain (POE) Terhadap Prestasi
Belajar Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” Studi
Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014, diharapkan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran masih sebatas pada pencapaian penguasaan konsep,
tanpa mengkaitkannya dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
nyata, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor kurang diperhatikan.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah rendah, yaitu ketika diberi
pertanyaan yang berbentuk pemecahan masalah masih rendah, hal ini
dibuktikan hanya 20% siswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
pemecahan masalah dengan benar.
3. Kemampuan siswa dalam memprediksi terhadap suatu fenomena alam masih
rendah, hal ini dibuktikan sekitar 60% siswa kurang mampu meramalkan
ketika diberikan permasalahan yang terkait dengan praktikum Sistem Gerak,
akibatnya siswa mengalami hambatan dalam menemukan pola untuk
memperkirakan suatu peristiwa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
4. Kreativitas siswa yang bervariasi, hal ini masih belum diperhatikan oleh guru.
5. Kemampuan inferensi siswa yang bervariasi, hal ini masih belum
diperhatikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Cakupan materi Sistem Gerak sangat kompleks dan perananya sangat nyata
dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pada materi Sistem Gerak Tahun
Pelajaran 2012-2013 dengan KKM 78, siswa yang memiliki nilai di bawah
KKM sekitar 50,7% siswa untuk tiap kelasnya, sehingga perlu kreativitas
guru dalam pemanfaatan media, model dan pendekatan pembelajaran yang
sesuai dan menyenangkan.
C. Pembatasan Masalah
Adanya banyak masalah yang muncul, maka peneliti perlu membatasi
masalah-masalah yang ada. Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah
a. Model PBL yang digunakan meliputi pembelajaran dengan sintaks: 1)
Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk
belajar; 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; 5)
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2008).
b. Model POE dengan sintaks: 1) Prediction; 2) Observation; 3) Explanation
(Suparno, 2007).
c. Integrasi model PBL-POE, dengan sintaks: 1) Mengorientasi siswa pada
masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Prediction; 4)
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5) Observation;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; 7)
Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, (Modifikasi Nur, 2008 dan Suparno, 2007).
2. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi pada aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotor.
3. Kreativitas siswa yang meliputi: kelancaran dalam berpikir (fluency), berpikir
luwes (flexibility), orisinalitas (originality), keterampilan memperinci
(elaboration), perumusan kembali (redefinition) (Satiadarma, 2003).
Kreativitas dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
4. Kemampuan inferensi siswa yang meliputi: mempertanyakan klaim,
memikirkan alternatif, membuat kesimpulan, memecahkan masalah,
mengambil keputusan (Facione, 2011). Kemampuan inferensi dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah.
5. Materi yang digunakan adalah KD 3.1 Kelas XI IPA Semester 1 Sistem
Gerak pada manusia.
D. Rumusan Masalah
Agar penelitian menjadi jelas dan terarah perlu ditetapkan terlebih dahulu
perumusan masalahnya sebelum penelitian tersebut dilakukan. Adapun perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan
integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Adakah pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa?
3. Adakah pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa?
4. Adakah interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan
integrasi model PBL-POE dengan kreativitas kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan
integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi kategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap
prestasi belajar siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL, model
POE dan integrasi model PBL-POE dengan kreativitas dan kemampuan
inferensi terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi
model PBL-POE terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh kreativitas terhadap presatasi belajar siswa.
3. Pengaruh kemampuan inferensi terhadap presatasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4. Interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi
model PBL-POE dengan kreativitas kategori tinggi rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
5. Interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi
model PBL-POE dengan kemampuan inferensi kategori tinggi rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar
siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan
integrasi model PBL-POE dengan kreativitas dan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberi gambaran yang jelas untuk
menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi
berbagai pihak. Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Bahan kajian bagi Kepala Sekolah mengenai pengembangan teknologi
pembelajaran yang terkait dengan desain instruksional (pembelajaran di SMA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Memberikan bahan kajian bagi guru di SMA akan pentingnya memahami
karakteristik siswa dalam proses pembelajaran di SMA khususnya memotivasi
siswa untuk berprestasi.
c. Memberikan wawasan untuk mengembangkan metode pembelajaran Biologi
agar lebih bervariatif.
d. Pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut, khususnya dalam mendesain pendekatan, model, dan
metode pembelajaran di SMA.
e. Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi
penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan.
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
1) Mampu memberikan masukan kepada guru-guru perlunya perancangan model
pembelajaran inovatif dan efektif, khususnya pembelajaran mata pelajaran
Biologi di SMA dalam rangka pengembangan kreativitas dan kemampuan
inferensi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat menjadikan siswa
mendapatkan pengalaman belajar melalui berbagai aktivitas intelektual
sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar maupun prestasi sekolah.
b. Guru
1) Mampu mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang inovatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dengan menyesuaikan karakteristik materi atau bahan ajar dan
memperhatikan latar belakang siswa.
1) Mampu memberikan gambaran implementasi pembelajaran Biologi dengan
model PBL, POE dan integrasi model PBL-POE.
c. Siswa
1) Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat membangun dan
membentuk pengetahuannya sendiri, terlibat aktif serta dapat berinteraksi
dalam pembelajaran Biologi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2) Memperoleh proses pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar
nyata melalui berbagai aktivitas yang melibatkan aktivitas kognitif,
psikomotor dan afektif, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar Biologi
dengan mengembangkan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa dalam
pembelajaran Biologi dengan model PBL, model POE, dan integrasi model
PBL-POE.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Belajar Biologi
Belajar merupakan proses perubahan menuju keadaan yang lebih baik,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu melalui pengalaman, latihan, interaksi
dengan lingkungan. Menurut Arsyad (2007), mengemukakan pendapatnya bahwa:
“ Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya ”. Berpijak dari pendapat di atas maka belajar
bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik di lingkungan formal maupun
non formal.
Biologi menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara terhadap
lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran Biologi berkaitan dengan cara mencari
tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sumaji, 2003).
2. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan, pengaruh dan pengalaman
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan,
ketrampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris dan Ormorod, 2000).
Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru dan
siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi yang dimaksud tidak sekedar hubungan
komunikasi antara guru dan siswa, tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak
hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga penanaman sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar (Sumaji, 2003).
Rustaman (2004) mengemukakan bahwa untuk memahami makna proses
belajar mengajar perlu dipahami beberapa pengertian yang membentuk proses
tersebut. Pertama dari segi siswa yang mempunyai peran dan tugas dalam proses
belajar. Kedua dari segi guru yang memiliki tugas dan peran mengajar. Ketiga
dari segi proses yang memungkinkan kedua komponen yang terlibat tersebut
saling berinteraksi, melalui materi pelajaran yang perlu dikuasai guru dengan
memperhatikan kesiapan dan karakteristik siswa.
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada
keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan,
prediksi, dan proyeksi yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator.
Pembelajaran Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung, karena itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses supaya siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh
indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan
selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara
beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji
gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Jadi pada dasarnya,
pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan
tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk
memahami alam sekitar secara mendalam (Sumaji, 2003).
3. Teori Belajar
Penjelasan tentang sesuatu yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan cara orang dan hewan belajar,
sehingga membantu dalam memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pembahasan tentang proses belajar terus berkembang, dari pandangan yang
menganggap siswa hanya berperan sebagai penerima dan bersikap pasif dalam
proses belajar, sampai pandangan yang beranggapan bahwa siswa dapat
membangun pengetahuannya dengan ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Pandangan-pandangan tentang belajar memunculkan berbagai teori
belajar. Sejalan dengan perkembangan pola pikir dan pengalaman manusia, aliran
teori belajar mengalami perkembangan sehingga paradigma belajar ini mengalami
pergeseran sudut pandang dari teori belajar yang satu ke teori belajar yang
selanjutnya.
a. Teori Belajar Piaget
Piaget menemukan teori konstruktivisme psikologis personal. Piaget
(dalam Suparno, 2007) mengemukakan bahwa seorang anak membangun
pengetahuan kognitifnya, seorang anak secara pelan-pelan membentuk
pengetahuannya sendiri, membentuk skema, mengembangkan skema dan
mengubah skema. Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan adalah
bentukan atau konstruksi sendiri yang sedang menekuninya. Bila yang sedang
menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri.
Belajar pengetahuan menurut Piaget (dalam Dimyati, 2002) ada tiga fase
antara lain : 1) fase eksplorasi di mana siswa mempelajari gejala dengan
bimbingan; 2) fase pengenalan konsep dimana siswa mengenal konsep yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
hubungannya dengan gejala; 3) fase aplikasi konsep dimana siswa menggunakan
konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut.
Piaget (dalam Surya, 2004), mengemukakan bahwa perkembangan
kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari bayi hingga dewasa, yang
berlangsung melalui empat peringkat yaitu : 1) sensory motor usia 1 tahun sampai
dengan 1,5 tahun, pada peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan
lingkungan dengan melalui alat indera dan pergerakannya; 2) peringkat
preoperasional usia 1,5 tahun sampai dengan 6 tahun, pada peringkat ini anak
sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda
dan simbul; 3) cocrete operasional usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun, pada
peringkat ini adak sudah memberikan kecakapan yang berkesnaan dengan konsep-
konsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas; 4) formal operasional usia 12 tahun
ke atas, pada peringkat ini anak sudah bisa berpikir secara hipotesis dan berbeda
dengan fakta, memahami konsep abstrak.
Berdasarkan peringkat perkembangan kognitif individu di atas, siswa
SMA kelas XI rata-rata berusia 15 sampai 16 tahun sehingga termasuk dalam
peringkat operasional formal, yang telah memiliki kemampuan berpikir abstrak,
yang dapat digunakannya untuk memecahkan permasalahan. Penerapan model
PBL sangat tepat diterapkan pada siswa SMA karena siswa telah memiliki
kemampuan berpikir abstrak, yang dapat digunakannya untuk memecahkan
masalah. Demikian juga dengan penerapan model POE dapat digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pembelajaran dengan kegiatan memprediksi, eksperimentasi dan eksplanasi
(Piaget dalam Dimyati, 2002).
b. Teori Belajar Vygotsky
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky (dalam Suparno, 2007) lebih
menekankan pentingnya aspek sosial belajar dan interaksi sosial dengan orang
lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural
telah berkembang dengan baik, serta dialog dan komunikasi verbal dengan orang
dewasa, anak ditantang untuk lebih mengerti tentang pengertian ilmiah dan
mengembangkan pengertian spontan mereka.
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini bertolak pada
pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan
lebih baik yaitu siswa yang belajar dalam kelompok kecil dapat
mengkonstruksikan gagasan-gagasan dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Para siswa tahap ini diharapkan dapat bertukar pendapat atau pemikiran
selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan diperolah solusi yang
tepat dalam meyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Hal ini relevan dengan pendapat Slavin (2008) bahwa penerapan
pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil memiliki kelebihan tersendiri,
yaitu siswa dapat saling membantu sama lainnya dalam memahami materi
pelajaran, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi, menutup kesenjangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dalam pemahaman masing-masing. Hal ini tentunya dapat memotivasi siswa
untuk lebih giat belajar.
Penerapan model PBL dalam penelitian ini adalah siswa bekerja
memecahkan masalah dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini sesuai dengan fase
ke-2 PBL yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, dengan membentuk
kelompok siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain untuk memecahkan masalah
sampai menemukan konsep. Konsep yang telah ditemukan tersebut dapat
dipamerkan dalam bentuk hasil karya, hal ini sesuai dengan fase ke-4 PBL
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan memamerkannya (Nur, 2008).
Penerapan model POE dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk
memprediksi terhadap permasalahan yang dihadapi dengan berinteraksi dengan
siswa lain, hal ini sesuai dengan fase pertama POE yaitu prediction.
c. Teori Belajar Ausubel
Belajar menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989) diklasifikasikan ke dalam
dua dimensi, yaitu dimensi pertama yang berkaitan dengan cara informasi atau
materi pelajaran diberikan pada siswa dan dimensi kedua yang berkaitan dengan
cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa belajar
bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Padahal
kegiatan belajar dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep yang telah
dipelajari oleh siswa, dapat disebut sebagai belajar bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Belajar bermakna menurut Ausubel memiliki tiga kelebihan, penjelasan
mengenai kelebihan dari belajar bermakna adalah sebagai berikut: 1) informasi
yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat; 2) memudahkan proses
belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan 3) memudahkan belajar
hal-hal yang mirip meskipun telah terjadi “lupa”.
Penerapan teori belajar Ausubel dalam penelitian ini berdasarkan pada
klasifikasi Ausubel mengenai belajar ke dalam dua dimensi, yaitu: siswa dapat
mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada dan menjelaskan
hubungan antara konsep-konsep dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Para
siswa dalam penelitian ini diharapkan dapat mengalami belajar bermakna melalui
pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian
siswa dapat menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dengan cara mengaitkan informasi yang diperoleh melalui
pengamatan dan referensi pada struktur kognitif yang sudah ada, dan menjelaskan
hubungan antara konsep-konsep dari materi yang telah dipelajari (Dahar, 1989).
Penerapan model PBL adalah siswa dapat menyusun suatu hipotesis
tentang fenomena alam dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan
melalui serangkaian kegiatan ilmiah melalui kegiatan observasi maupun
eksperimen, sehingga diperoleh konsep baru yang harus dikaitkan dengan konsep-
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan fase-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
fase model PBL, mengoganisasikan siswa pada masalah, menyusun hipotesis,
melakukan observasi atau eksperimen akhirnya menemukan konsep sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
Penerapan model POE adalah kegiatan observasi setelah melakukan
prediksi akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami konsep atau materi
pelajaran karena dialami sendiri melalui pengalaman belajar nyata sehingga
pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna.
d. Teori Belajar Bruner
Belajar menurut Bruner adalah penemuan. Menurut Bruner (dalam Dahar,
1989), belajar penemuan sesuai dengan pengetahuan secara aktif oleh manusia
dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Siswa berusaha sendiri
mencari pemecahan masalah untuk menghasilkan pengetahuan yang bermakna.
Belajar penemuan terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan
proses mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan siswa
menemukan konsep atau prinsip tersebut.
Implementasi pandangan Bruner dengan PBL dalam pembelajaran sains
adalah siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif untuk mendapatkan
pengalaman yang memungkinkan siswa menemukan pengetahuan sendiri. Melalui
pengalaman yang dimiliki, siswa mencoba untuk memecahkan masalah tersebut
dan menemukan pengetahuan yang baru. Guru bertugas memberikan masalah
kepada siswa yang dapat mendorongnya untuk melakukan penemuan. Penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
model PBL dengan teori Bruner adalah siswa dapat menemukan pengetahuan
untuk memecahkan masalah dengan melalui eksperimen atau observasi yang
dilakukan secara langsung, hal ini sesuai dengan fase ke-3 PBL. Penerapan model
POE dengan teori Bruner adalah siswa dapat menemukan sendiri konsep melalui
observasi secara langsung, hal ini sesuai dengan fase ke-2 POE yaitu observation.
4. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
Salah satu model yang menunjang pendekatan pembelajaran berorientasi
pada siswa (student center approach) adalah pembelajaran berbasis masalah PBL.
Menurut Tan (2003), PBL memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan
pemberian masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara
berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan
masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sedangkan pendidik lebih banyak
memfasilitasi. Dengan demikian siswa menjadi pembelaqjar mandiri,
mendorongsiswa untuk belajar dalam kelompok, berinteraksi soaial, dan saling
mengajarkan (peer teaching). Pada pembelajaran Sains khususnya Biologi
sangatlah penting menerapkan pembelajaran berbasis masalah, karena strategi ini
selain inovatif juga mendorong siswa bersikap memproyeksikan diri sendiri ke
masa depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Ibrahim (dalam Wenno, 2008) prinsip yang mendasari
pembelajaran berbasis masalah adalah: 1) pemahaman dibangun melalui
pengalaman; 2) arti atau makna diciptakan dari usaha untuk menjawab pertanyaan
dan masalah kita sendiri; 3) instink alami siswa untuk melakukan penyelidikan
dan kreasi seharusnya dikembangkan; 4) strategi yang berpusat pada siswa
mampu membangun ketrampilan berpikir kritis dan bernalar, dan dalam
perkembangan lebih lanjut akan mengembangkan kreativitas dan kemandirian.
Ciri khas pembelajaran berdasarkan masalah (Nur, 2008) adalah : 1)
Mengajukan pertanyaan atau masalah. Proses belajar mengajar menekankan pada
mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah-
masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.
Pelajaran diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban
sederhana, dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetitif
beserta argumentasinya; 2) Berfokus pada interdisiplin. Meskipun suatu pelajaran
berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata
sehari-hari dan otentik itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa
melibatkan banyak mata pelajaran; 3) Penyelidikan otentik. Pembelajaran
berdasarkan masalah menghendaki siswa menggeluti penyelidikan otentik dan
berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan nyata terhadap masalah-masalah
nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah itu,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, menumpulkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat
inferensi, dan membuat simpulan. Selain itu siswa dapat menggunakan metode
penyelidikan khusus bergantung pada sifat masalah yang sedang diselisiki; 4)
Menghasilkan karya nyata dan memamerkan. Pembelajaran berdasarkan masalah
menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan
memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka. Produk ini dapat
berupa laporan, model fisik, rekaman video, atau program komputer. Karya nyata
dan pameran dirancang siswa untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait apa yang telah mereka pelajari. Karya nyata dan pameran ini merupakan
salah satu ciri inovatif pembelajaran berbasis masalah; 5) Kolaborasi. Seperti
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa
yang bekerja sama dengan siswa lain, seringkali dalam pasangan-pasangan atau
kelompok kecil.
Tahap-tahap pelaksanaan Model PBL menurut Nur (2008), disajikan
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahap-tahap Pelaksanaan Model PBL
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 1:Mengorientasikan siswa pada masalah
Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibatdalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Fase 2:Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3:Membimbing penyelidikan indivi-dual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
Guru membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang layak sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka bekerjasama dengan teman lain.
Fase 5:Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Nur, 2008)
b. Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
POE merupakan model pembelajaran yang memiliki urutan proses
mengkonstruksi pengetahuan dengan melakukan pendugaan terhadap suatu
permasalahan (prediction), melakukan observasi maupun eksperimen untuk
membuktikan dugaan (observation), dan menjelaskan hasil observasi atau
eksperimen tersebut (explanation).
Menurut Suparno (2007) pembelajaran model POE menggunakan tiga
langkah utama, yaitu : prediction, membuat prediksi; observation, melakukan
penelitian atau pengamatan apa yang terjadi, dan explanation, memberikan
penjelasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Langkah pelaksanaan model POE dalam pembelajaran adalah:
a. Membuat prediksi, langkahnya: 1) Guru menyajikan permasalahan tentang
kejadian alam; 2) Siswa diminta membuat dugaan disertai alasan mengapa
membuat dugaan demikian.
b. Melakukan observasi, langkahnya: 1) Siswa melakukan observasi baik
melalui pengamatan obyek maupun dengan percobaan; 2) Siswa mengamati
yang terjadi, kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
keterampilan proses sains.
c. Melakukan penjelasan, langkahnya: 1) Apabila dugaan sesuai dengan hasil
observasi, maka guru dapat langsung memberikan penguatan; 2) Apabila
dugaan tidak sesuai dengan hasil observasi, maka guru membantu siswa
mencari penjelasan mengapa demikian, atau dengan membenarkan dugaan
yang belum benar.
Pembelajaran model POE, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memunculkan gagasan dalam membuat dugaan, karena menurut Wenno (2008)
semakin banyak dugaan yang dikonstruksikan oleh siswa, guru dapat mengerti
bagaimana konsep dan pengertian sains tentang persoalan yang diajukan. Melalui
prndugaan yang disertai alasannya tersebut dapat membantu guru untuk
mengetahui sejauh mana konsep awal yang dimiliki siswa, membantu guru
mengetahui kemungkinan terjadi kesalahan konsep, sehingga guru dapat
memperbaiki kesalaha konsep tersebut agar siswa memiliki konsep yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah
sebagai berikut: 1) Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang
memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; 2) Prediksi
harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak; 3)
Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas
masalah; 4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi (Suparno, 2007).
c. Integrasi Model PBL-POE
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), Integrasi adalah
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Mengintegrasikan
model PBL dan POE artinya pembauran dua model pembelajaran menjadi satu
kesatuan yang bulat dan utuh yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Penggunaan integrasi model PBL-POE diharapkan dapat digunakan oleh guru
untuk pembelajaran di kelas. Tujuan dari perpaduan dua model pembelajaran
tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan aspek
kognitif, psikomotor dan afektif. Siswa mampu untuk memecahkan masalah,
memprediksi dan mengkomunikasikan prestasi belajar, sehingga siswa dapat
mengalami proses pembelajaran yang utuh.
Model PBL dapat mendukung fase yang tidak dimiliki oleh model POE,
demikian pula sebaliknya dengan model POE dapat mendukung fase yang tidak
dimiliki oleh model PBL. Misalnya: pada fase ke-2 PBL mengorganisasikan siswa
untuk belajar dan fase ke-4 PBL mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pada model POE fase ini tidak ada. Hal ini bisa diintegrasikan fasenya sehingga
pada model POE dapat diterapkan mulai fase pertama sampai fase terakhir, siswa
dapat membentuk kelompok untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
memamerkan hasil karya yang telah dibuat dengan kelompoknya. Model PBL
tidak memiliki fase ke-1 POE yaitu prediction, siswa dapat memprediksi terhadap
hipotesis yang ada pada model PBL untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran.
Model PBL memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran
lain, diantaranya mendorong siswa mampu memecahkan masalah dengan mandiri
maupun bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat menjawab permasalahan
dan mendukung pengetahuan yang dipelajarinya. Kelemahan model PBL yaitu
tidak mudah dalam pembentukan tim atau kelompok kecil dalam memecahkan
masalah dalam proses pembelajaran, harus memperhatikan faktor-faktor lain
seperti perbedaan jenis kelamin, prestasi akademik, dll (Peterson, 2003).
Model POE memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran
lain, kelebihannya yaitu: 1) siswa mampu berpikir kreatif yang mendorong siswa
untuk mengeksplorasi ide-ide dan gagasan untuk memprediksi guna pemecahan
masalah; 2) mengurangi verbalitas dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi menarik karena siswa beraktivitas secara nyata melalui kegiatan
observasi; 3) dapat membantu siswa memahami materi pelajaran secara lebih
bermakna dan mendalam; 4) memberikan informasi bagi guru untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
cara berpikir siswa; 5) mampu menemukan adanya miskonsepsi dalam
perkembangan pengetahuan yang dimiliki siswa; 6) melatih siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi (Wenno, 2008). Kelemahan model POE yaitu
kecenderungan terjadi kesalahan konsep pada siswa lebih besar, maka guru harus
dapat memperbaiki kesalahan konsep tersebut agar siswa memiliki konsep yang
benar.
Integrasi model PBL-POE diawali dengan masalah, dengan sintaks: 1)
Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3)
Prediction; 4) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5)
Observation; 6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta
memamerkannya;7) Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah (Nur, 2008 dan Suparno, 2007).
5. Materi Sistem Gerak
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Kita sebagai makhluk
hidup setiap saat bergerak, bahkan ketika tidur sekalipun. Manusia bergerak untuk
melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia membutuhkan
rangka dan otot untuk dapat bergerak. Rangka tidak dapat bergerak sendiri apabila
tidak digerakkan oleh otot. Oleh sebab itu, rangka merupakan alat gerak pasif,
sebaliknya otot dapat berkontraksi sehingga otot disebut alat gerak aktif. Gerak
tubuh manusia dihasilkan karena adanya kerja sama antara rangka dan otot
(Aryulina, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Tulang atau Rangka
Rangka tubuh manusia tersusun dari 206 tulang dengan berbagai bentuk
dan ukuran, namun tulang-tulang tersebut saling berhubungan. Rangka pada
manusia maupun vertebrata memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Formasi
bentuk tubuh; 2) Formasi sendi-sendi; 3) Pelekatan otot-otot; 4) Bekerja sebagai
pengungkit; 5) Penyokong berat badan serta daya tahan untuk menghadapi
pengaruh tekanan; 6) Proteksi; 7) Homopoesis; 8) Fungsi Imunologis; 9)
Penyimpanan Kalsium (Aryulina, 2007).
Secara garis besar, rangka tubuh manusia digolongkan menjadi dua
kelompok tulang, yaitu tulang aksial dan tulang apendikular. Tulang aksial
merupakan rangka yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang
dada (sternum), dan tulang rusuk (tulang iga).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.1 Kerangka Bagian Depan Tubuh Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.2 Kerangka Bagian Belakang Tubuh Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pembentukan tulang manusia sangat ditentukan oleh osifikasi (proses
pembentukan tulang). Tulang manusia sudah mulai dibentuk pada akhir bulan
kedua stadium embrio, tetapi masih dalam bentuk tulang rawan (kartilago). Sel-sel
tulang akan dibentuk dari bagian dalam dan terus berlanjut ke bagian luar
sehingga proses pembentukan tulang menjadi konsentris. Setiap sel tulang
melingkari pebuluh darah dan saraf yang akan membentuk suatu saluran disebut
saluran Havers. Pembuluh darah dari saluran Havers bercabang-cabang menuju
matriks menuju ke matriks untuk mengangkut fosfor dan kalsium. Adanya
senyawa fosfor dan kalsium menyebabkan matriks tulang menjadi keras
(Aryulina, 2007).
Di sekitar saluran Havers terdapat lamela konsentrik berupa matriks
berbentuk cincin yang mengandung kalsium. Di antara lamela konsentrik terdapat
zona kosong yang disebut kanalikuli berupa saluran kecil berisi cairan
ekstraseluler. Kanalikuli menghubungkan lakuna satu dan lainnya dengan saluran
Havers. Lakuna merupakan ruang tempat terdapatnya osteosit. Apabila matriks
tulang tersusun padat dan rapat, akan terbentuk tulang kompak. Sebaliknya,
apabila susunan matriks tulang membentuk rongga, akan terbentuk tulang spons.
Bagian tulang spons yang bercabang-cabang seperti jala-jala disebut trabekula.
Tulang yang sedang berkembang dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut
periosteum (Aryulina, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Otot
Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu
mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan
memungkinkan sel-sel untuk memendek. Sel-sel tersebut sering disebut serabut-
serabut otot. Serabut-serabut otot disatukan oleh jaringan ikat.Untuk
menghasilkan suatu gerak, otot bekerja berpasangan dengan otot lain. Saat suatu
otot berkontraksi, otot yang bersangkutan akan menggerakkan tulang yang
dilekatinya ke suatu arah. Sebaliknya, otot lain yang merupakan pasangannya
akan menggerakkan tulang ke arah sebaliknya (berlawanan). Gerak kedua otot
tersebut merupakan gerak antagonis. Misalnya, otot bisep dan otot trisep. Selain
pasangan otot antagonis, ada juga beberapa jenis otot yang berbeda, namun
kerjanya saling menunjang. Otot ini disebut otot sinergis. Misalnya, otot-otot di
antara tulang rusuk yang bekerjasama saat terjadi pengambilan dan
penghembusan napas (Aryulina, 2007).
Secara umum otot manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Otot Lurik (Otot Rangka)
Otot lurik merupakan otot yang melekat dan menggerakkan tulang rangka.
Otot mampu menggerakkan tulang karena otot dapat memanjang (relaksasi) dan
memendek (kontraksi). Hasil pergerakan otot menyebabkan tulang-tulang yang
menjadi tempat perlekatan otot dapat bergerak. Gerak apapun yang dapat
dilakukan oleh tubuh dikarenakan kedua ujung otot melekat pada tulang-tulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sejati maupun tulang rawan. Kedua ujung otot merekat pada dua tulang yang
berbeda. Kedua tulang tersebut dihubungkan oleh sendi.
Otot rangka jika dilihat dengan menggunkan mikroskop terlihat berupa
sel-sel otot berbentuk serabut.-serabut halus panjang (miofibril). Otot rangka
mengandung banyak inti sel (multinuklei) dan tampak garis-garis terang diselingi
garis-garis gelap yang melintang. Oleh karena itu, otot rangka disebut juga otot
lurik atau otot serat lintang.
Otot lurik dapat digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan
mioglobin pigmen otot penyusunnya, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah
memiliki lebih banyak mioglobin daripada otot putih. Mioglobin merupakan
senyawa protein yang berfungsi mengikat molekul-molekul oksigen. Oksigen
yang diikat oleh mioglobin berperan penting untuk respirasi sel-sel otot rangka.
Respirasi sel-sel otot rangka akan menghasilkan energi yang penting untuk
melakukan aktivitas gerak.
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.3 Otot Lurik atau Rangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Otot polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot yang berbentuk gelendong dengan satu
inti sel yang terletak di tengah. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop
menunjukkan bahwa otot polos tidak memiliki garis-garis melintang seperti otot
rangka (otot lurik).
Otot polos tidak melekat pada tulang rangka tubuh. Aktivitasnya lambat,
namun geraknya beruntun. Otot polos mampu berkontraksi dalam waktu lama dan
tidak cepat mengalami kelelahan. Gerak otot polos tidak menurut kehendak kita
karena dikontrol oleh saraf tak sadar (saraf otonom), sehingga disebut otot tidak
sadar. Otot polos dapat dijumpai pada dinding penyusun organ-organ tubuh
bagian dalam. Misalnya: saluran pencernaan, pembuluh darah, dll.
Sumber: Champbell (2002) Gambar. 2.4 Otot Polos
b. Otot Jantung
Otot jantung (miokardium) hanya dijumpai pada dinding jantung dan vena
kava yang memasuki jantung. Sayatan dinding otot jantung menunjukkan sel-sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
otot jantung menyerupai otot rangka dengan satu inti sel setiap satu sel otot
jantung yang membentuk anyaman dengan percabangan. Pada setiap percabangan
sel otot jantung terdapat jaringan ikat yang disebut diskus interkalaris. Otot
jantung mampu berkontraksi secara ritmis dan terus-menerus sebagai akibat dari
aktivitas sel otot jantung yang berpautan.
Gerak otot jantung dikendalikan oleh saraf tak sadar (otonom). Kontraksi
dan relaksasi otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit dan
melebar secara berirama yang menimbulkan denyut jantung. Dengan adanya
kontraksi dan relaksasi, darah kita dapat dipompa ke dalam pembuluh-pembuluh
darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam keadaan normal jantung akan
berkontraksi sekitar 72 kali setiap menit.
Sumber: Champbell (2002)Gambar. 2.5 Otot Jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c.) Sendi
Menurut Aryulina, 2007 sendi merupakan hubungan antar-tulang sehingga
tulang mampu digerakkan. Hubungan antara dua tulang atau lebih disebut
persendian atau artikulasi. Untuk memperkuat sendi dan memudahkan pergerakan
dibutuhkan komponen penunjang seperti berikut: (1) Ligamen merupakan jaringan
ikat yang berfungsi mengikat bagian luar ujung tulang yang membentuk
persendian dan mencegah berubahnya posisi tulang (dislokasi); (2) Kapsul sendi
merupakan lapisan serabut yang berfungsi melapisi sendi dan menghubungkan
dua tulang yang membentuk persendian. Di bagian persendian yang memiliki
kapsul sendi terdapat rongga; (3) Cairan sinovial merupakan cairan pelumas pada
ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi; (4) Tulang rawan
hialin merupakan jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang
membentuk persendian. Perlindungan ini penting menjaga benturan yang keras.
Sumber: Champbell (2002)Gambar. 2.6 Sendi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sumber: Champbell (2002)Gambar. 2.7 Komponen Sendi
Menurut Pratiwi (2007), komponen penunjang sendi terdiri dari:
1. Ligamen yaitu jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.
2. Kapsul Sendi yaitu lapisan serabut yang melapisi sendi dan menghubungkan dua
tulang yang membentuk persendian.
3. Cairan Sinovial yaitu cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada
bagian kapsul sendi.
4. Tulang Rawan Hialin: jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang
membentuk persendian berguna untuk menjaga persendian dari benturan keras.
Menurut Pratiwi (2007), persendian memiliki bermacam-macam tipe, yang
dapat dikelompokkan berdasarkan besar dan kecilnya gerakan yang terjadi. Tipe
persendian tersebut adalah sebagai berikut: (1) Diartrosis; (2) Sendi Peluru; (3)
Sendi Putar; (4) Sendi Pelana; (5) Sendi Engsel; (6) Sendi Luncur; (7) Sinartrosis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Sinartrosis atau Sendi mati yaitu persendian yang tdk dpt digerakkan,
misalnya hubungan antar tulang kepala:
a. Amfiartrosis: Persendian yang menggerakkan dengan gerakan yang sangat
terbatas. Contoh: Hubungan antar tulang rusuk dan tulang belakang.
b. Diartrosis/Sendi Gerak: Persendian yang paling bebas gerakannya.
Menurut Aryulina (2007) macam-macam sendi gerak :1) Sendi peluru; 2)
Sendi engsel; 3) Sendi putar; 4) Sendi pelana; 5) Sendi luncur. Adanya persendian
memungkinkan gerakan yang bervariasi. Berbagai gerak dengan adanya
persendian dikontrol juga oleh adanya kontaksi otot. Gerak yang muncul akibat
adanya persendian adalah sebagai berikut: 1) Fleksi – Ekstensi; 2) Adduksi –
Abduksi; 3) Elevasi – Depresi; 4) Supinasi – Pronasi; 5) Inversi – Eversi.
Gangguan atau kelainan pada sistem gerak manusia dapat terjadi pada
tulang, otot dan sendi. Menurut Aryulina (2007), gangguan atau kelainan tersebut
dapat terjadi akibat aktivitas atau beban gerak yang berlebihan, pengaruh vitamin,
atau terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
1) Gangguan pada sistem rangka/ tulang
Misalnya: gangguan fisik ( fraktura sederhana, fraktura kompleks, greenstick,
comminuted) gangguan fisiologis ( rakhitis, micro-sefalus, osteoporosis,
kelainan akibat suatu penyakit).
2) Gangguan pada sistem otot
Misalnya: atrofi, hipertrofi, hernia abdominalis, tetanus, distrofi otot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3) Gangguan pada sendi
Misalnya: dislokasi, terkilir, ankilosis, artritis.
4) Gangguan tulang belakang
Misalnya: skoliosis, kifosis, lordosis, subluksasi.
5) Gangguan pada sistem rangka/ tulang
Misalnya: gangguan fisik (fraktura sederhana, fraktura kompleks, greenstick,
comminuted) gangguan fisiologis (rakhitis, micro-sefalus, osteoporosis,
kelainan akibat suatu penyakit).
6) Gangguan pada sistem otot
Misalnya: atrofi, hipertrofi, hernia abdominalis, tetanus, distrofi otot,
miastenia grafis.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang sedang
belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: fasilitas
belajar, penggunaan model pembelajaran untuk mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor internal
siswa, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: kecerdasan siswa, kreativitas,
kemampuan inferensi, motivasi belajar, dan lain-lain (Ewintri, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
a. Kreativitas
Kreativitas didefinisikan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri berpikir
kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan
hal-hal yang sudah ada (Satiadarma, 2003).
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa sikap kreatif merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional.
Namun, kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya selalu
menjadi wilayah yang paling sering terabaikan. Kreativitas sangat bermakna dan
perlu dikembangkan dalam diri anak didik. Munandar (2009) mengemukakan
beberapa alasannya, pertama dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasi
dirinya. Sebagaimana dikemukakan Maslow bahwa aktualisasi diri merupakan
kebutuhan pokok tertinggi dalam hidup manusia. Kedua sebagai kemampuan
untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Pembelajaran yang
terjadi saat ini lebih menekankan pada penerimaan pengetahuan, ingatan dan
penalaran (berpikir logis). Ketiga bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat bagi pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberi kepuasan kepada
individu. Keempat memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Kesejahteraan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide
baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Bertolak dari pendapat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
atas, maka sekolah sebagai lembaga formal pembelajaran wajib untuk
mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Siswa yang kreatif mempunyai kemampuan luar biasa untuk
menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan keterampilannya, ia mampu
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai yang mereka inginkan. Ciri-ciri
kepribadian yang kreatif adalah: 1) individu yang kreatif memiliki energi fisik
yang besar yang memungkinkan bekerja berjam-jam; 2) individu yang kreatif
cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga bisa seperti anak-
anak. Ia mampu berpikir secara konvergen dan divergen; 3) individu yang kreatif
memiliki kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan
kerja, keuletan ketekunan untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi
masalah yang sering dihadapi; 4) individuyang kreatif dapat memiliki salah satu
alternatif antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk
memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa
menghilangkan sentuhan masa lalu; 5) individu yang kreatif menunjukkan
kecenderungan yang berbeda dalam merengkaikan hal-hal yang bersifat introversi
maupun ekstroversi. Sebagian besar diantara individu cenderung untuk menjadi
salah satu ciri di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan
kedua cirri tersebut pada saat yang sama; 6) individu yang kreatif dapat bersikap
rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama; 7) individu yang
kreatif menunjukkan kecenderungan andragoni, yaitu mereka dapat melepaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
diri dari stereotip gender maskulin-feminin; 8) individu yang kreatif cenderung
mandiri, suka menentang; 9) kebanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan
pekerjaan mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karyanya; 10) sikap
terbuka dan sensitif pada individu kreatif sering membuat menderita dan jengkel
jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namum juga dapat
menjadikan suatu kegembiraan baginya.
Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Munandar (2009) adalah rasa ingin
tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan
banyak gagasanatau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan
pendapatnya, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu
bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang,
mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai rasa imajinasi, dan orisinal dalam
ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pribadi
yang kreatif mempunyai ciri-ciri menonjol, antara lain: 1) imajinatif; 2) inisiatif;
3) rasa ingin tahu; 4) mandiri; 5) penuh energi dan bersibuk diri; 6) berani
mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri-ciri tersebut merupakan
modal yang dimiliki siswa yang kreatif yang sangat dibutuhkan dan diharapkan
untuk pengembangan pembelajaran demi keberhasilan proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki kreativitas mempunyai 4 faktor penting, yaitu: 1)
Kelancaran berpikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; 2) Fleksibilitas (keluwesan)
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam
mengatasi persoalan; 3) Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk
mencetuskan gagasan asli; 4) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci 5) Perumusan kembali
(Redefinition) (Satiadarma, 2003).
Pada penelitian ini, tes kreativitas yang digunakan perpaduan antara
berbagai jenis tes kreativitas yang disebutkan di atas, disusun dalam bentuk tes
kreativitas belajar Biologi yang indikatornya disesuaikan dengan kondisi siswa di
SMA Negeri 1 Bojonegoro antara lain sebagai berikut: 1) Kelancaran berpikir
(fluency of thinking); 2) Fleksibilitas (keluwesan); 3) Orisinalitas (keaslian); 4)
Elaborasi (Elaboration); 5) Perumusan kembali (Redefinition).
b. Kemampuan Inferensi
Facione (2011) mengungkapkan enam kemampuan berpikir utama yang
terlibat di dalam proses berpikir kritis, yaitu: 1)Interpretasi; 2) Analisis; 3)
Evaluasi; 4) Inferensi; 5) Eksplanasi; 6) Regulasi diri. Penelitian ini menggunakan
kemampuan inferensi siswa.
Menurut Facione (2011) untuk mengevaluasi inferensi dilakukan dengan
dua cara yaitu: 1) Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif
dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan
hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kedua tersebut, kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme. Contoh:
Semua A adalah B; C adalah bagian dari A; Kesimpulan: C adalah B; 2) Asumsi
dan argumen-argumen lain yang relevan juga merupakan kriteria evaluasi
inferensi.
Kemampuan inferensi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah,
melalui diskusi dengan teman, memikirkan alternatif (defferential diagnosis) dan
pada akhirnya dapat membuat kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah
(Facione, 2011).
Hubungan antara kemampuan inferensi dengan hasil belajar siswa, siswa
yang memiliki kemampuan inferensi tinggi diharapkan dapat memecahkan
masalah dalam proses pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui
proses berpikir positif, akan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Keputusan
tersebut merupakan hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru
berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada (Sumadi, 2005).
Dewey (2003) kemampuan inferensi dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (differential diagnosis),
menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mengambil keputusan. Evaluasi
inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi
sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim kedua kita dapat menarik
sebuah kesimpulan melalui silogisme.
Keputusan untuk memecahkan masalah merupakan hasil perbuatan akal
untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Pembentukaan pendapat berarti meletakkan hubungan antara dua pengertian atau
lebih. Pendapat dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga jenis pendapat tersebut
dijelaskan oleh Sumadi (2005) sebagai berikut: 1) pendapat afirmatif atau positif,
yaitu pendapat yang secrara tegas menyatakan dalam kedaaan sesuatu; 2)
pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tentang tidak
adanya sesuatu hal; dan 3) pendapat modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
Pemecahan masalah melalui proses berpikir akan menghasilokan suatu
keputusan. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil perbuatan akal untuk
membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Keputusan menurut Sumadi (2005) terdiri atas tiga macam sebagaimana berikut
ini: 1) keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat
khusus menuju ke satu pendapat umum; 2) keputusan deduktif ditarik dari hal
yang umum ke hal yang khusus; dan 3) keputusan analogis, yaitu keputusan yang
diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-
pendapat khusus yang telah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kemampuan inferensi merupakan faktor internal yang masing-masing
siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu
diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
Namun belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran
memperhatikan faktor internal kemampuan inferensi.
7. Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian, prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan atau aktifitas tertentu
(Purwodarminto, 1991). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu
semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu
belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu, setiap individu
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan, prestasi
adalahkemampuan. Kemampuan disini berarti yang dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
Belajar dapat membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi
lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada
hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Poerwodarminto (1991), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oeh seseorang yang diperoleh dengan ketelitiaan kerja serta perjuangan
yang membutuhkan pikiran.
Sistem Pendidikan Nasional mencantumkan rumusan tujuan Pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1)
pengetahuan atau ingatan; 2) pemahaman; 3) aplikasi; 4) analisis; 5) sintesis; dan
6) evaluasi. Dua aspek yang pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat
aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan
sikap yang terdiri daari lima aspek, yakni: 1) penerimaan; 2) jawaban atau reaksi;
3) penilaian; 4) organisasi; dan 5) internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek
ranah psikomotor, yakni: 1) gerakan refleks; 2) keterampilan gerakan dasar; 3)
kemampuan perseptual; 4) keharmonisan atau ketetapan; 5) gerakan keterampilan
kompleks; dan 6) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak hanya ditentukan oleh proses
pembelajaran, melainkan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal,
berasal dari dalam diri siswa sendiri dan faktor eksternal, berasal dari luar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
atau faktor lingkungan. Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan faktor
internal yang datang dari diri siswa. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap
pencapaian hasil belajar. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa,
Sudjana (1990) mengemukakan ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis. Pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab
hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan
disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil
belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif
tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
Pengukuran hasil belajar bisa diketahui melalui kegiatan evaluasi. Menurut
Cross (dalam Sukardi, 2010) bahwa: “evaluation is a process which determine the
extend to which objectives have been achieved“. Pendapat tersebut menyatakan
bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara evaluasi dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Guru dalam perannya sebagai evaluator harus mampu
mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik. Guru bertugas mengukur apakah
siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atas bimbingan guru sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan. Tes digunakan untuk menentukan prestasi belajar
yang dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah
kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan. Prestasi belajar ditunjukkan dengan
menggunakan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil, atau dapat
mencapai ketuntasan dalam belajar. Dengan demikian, prestasi belajar dapat
dijadikan indikator atau petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1
Bojonegoro melalui pembelajaran model PBL, model POE, dan integrasi model
PBL-POE, ditinjau dari kreativitas dan kemampuan inferensi siswa. Tinggi
rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal siswa. Model pembelajaran merupakan faktor eksternal
yang bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa, sedangkan kemampuan inferensi
dan kreativitas merupakan faktor internal yang dimiliki oleh siswa dan dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Adanya permasalahan di sekolah tempat
penelitian ini dilaksanakan, maka kerangka berpikir ini bermanfaat sebagai acuan
dalam memecahkan masalah yang ada. Adapun kerangka berpikir dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model PBL yaitu model pembelajaran berbasis masalah,
memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah yang ada dengan
cara mengamati sistem gerak dan permasalahan melalui media yang telah
disediakan oleh guru, sehingga siswa menjadi pembelajar yang aktif dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melakukan penyelidikan dengan mengidentifikasi masalah, menentukan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menguji hipotesis sampai
mengambil kesimpulan yang disertai LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
menemukan konsep tentang Sistem Gerak, sehingga siswa dapat menemukan
sendiri pengetahuan baru yang lebih kompleks. Model POE menuntut siswa
untuk lebih teliti dalam mengemukakan prediksi. Karena dalam menentukan
prediksi, siswa dituntut untuk menyertakan alasannya, sehingga pada akhirnya
nanti siswa mampu membuktikan apakah prediksinya sesuai dengan bukti yang
ditemukan dalam penyelidikan siswa. Siswa yang kurang konsentrasi dalam
memperhatikan proses mendapatkan data, maka siswa tersebut tidak akan bisa
memperoleh hasil penemuan yang maksimal. Walaupun model pembelajaran
berbasis masalah dan model pembelajaran POE sama-sama berpusat pada
siswa, namun kedua model pembelajaran tersebut sama-sama membutuhkan
kreativitas dan kemampuan inferensi yang tinggi, sehingga permasalahan yang
dimunculkan bisa terselesaikan dengan baik.
2. Kreativitas merupakan potensi dalam diri siswa untuk senantiasa berkreasi, dan
suka mengkombinasi hal-hal baru. Kreativitas merupakan suatu proses yang
terdiri dari: pengidentifikasian masalah, hipotesis, penyelidikan, penyelesaian
masalah dalam acuan tertentu, serta pelaporan hasil. Faktor yang berpengaruh
terhadap kreativitas adalah kemampuan yang unik, dan kesungguhan dalam diri
seseorang. Walaupun permasalahan yang disebabkan pada Sistem Gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam upaya untuk
menanggulangi penyakit atau gangguan pada Sistem Gerak membutuhkan
kreativitas dalam mengembangkan kiat-kiat usaha preventif untuk
mengatasinya. Kreativitas siswa terlihat pada saat melakukan penyelidikan
untuk mendapatkan data hingga mempresentasikan hasil temuannya.
3. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, sama-sama membutuhkan
kreativitas yang tinggi, sehingga diharapkan siswa yang kreativitasnya tinggi
mempunyai prestasi yang lebih tinggi pula.
4. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, sama-sama membutuhkan
kemampuan inferensi yang tinggi, sehingga diharapkan siswa yang mempunyai
kemampuan inferensi yang tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi pula.
5. Siswa yang memiliki kemampuan inferensi yang tinggi, dimungkinkan juga
akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar, sehingga siswa yang kreativitas tinggi dan kemampuan inferensi
yang tinggi, diharapkan ada interaksi positif terhadap prestasi belajar.
6. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, membutuhkan kreativitas
tinggi dan kemampuan inferensi yang tinggi, karena keduanya mempunyai
peran yang sama dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Skema Kerangka Berpikir
PEMBELAJARAN IDEAL meliputi: FAKTA dalam PEMBELAJARAN : Bersifat Student Centre (SC), guru
berperan sebagai fasilitator Memunculkan ketiga aspek Sains yaitu:o Kognitif: Berpikir Kritis seperti Problem
Solvingo Psikomotorik : Ketrampilan Proses Sains
(KPS), seperti : kemampuan memecahkan masalah, memprediksi
o Afektif : Sikap, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh
Siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi(higher order thinking skills).
Memperhatikan faktor internal siswa Problem solving siswa tinggi Kemampuan siswa dapat memecahkan
masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran
Bersifat Teacher Centre (TC), guru sebagai satu –satunya sumber belajar
Siswa hanya mempelajari Sains sebagai aspek Kognitif saja, tanpa memperhatikan aspek Psikomotor yaitu Ketrampilan Proses Sains (KPS) dan aspek Afektif (Sikap)
Kemampuan siswa memecahkan masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran kurang
Problem solving siswa rendah Hasil tes yang kurang dari KKM tentang
Sistem Gerak tiap kelas berjumlah banyak(50,7 %)
Guru kurang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
Guru kurang memperhatikan faktor internal siswa seperti kreativitas dan kemampuan inferensi
Solusinya menggunakan model pembelajaran yang dapat mendorong Problem Solving dan Keterampilan Proses Sains (KPS)
Teori Belajar: Teori Belajar:Konstruktivisme Konstruktivisme(Piaget, Ausubel & Bruner) (Vygotsky)
Perpaduan Model Problem BasedLearning (PBL) dengan
Model Predict-Observe-Explain(POE)
KEMAMPUAN KREATIVITASINFERENSI
KOGNITIF PSIKOMOTORIK AFEKTIF
Gambar 2.8 Skema Kerangka Berpikir
Model PBL
Model POE
HASIL BELAJAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
C. Penelitian yang Relevan
1. Ninik Suspriyati, 2012. Pembelajaran Biologi dengan Science,
Environment, Technology, and Society (SETS) menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dan model Predict, Observe, Explain
and Write (POEW) ditinjau dari kreativitas dan motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi berpengaruh secara signifikan daripada siswa yang mempunyai
kreativitas rendah terhadap motivasi belajar. Relevansi dengan penelitian
ini adalah penggunaan kreativitas sebagai faktor internal siswa dan
penggunaan model PBL dalam pembelajaran. Perbedaannya adalah
kreativitas sebagai faktor internal siswa, sedangkan pada penelitian ini
faktor internal selain kreativitas juga kemampuan inferensi. Perbedaan
model POEW, sedangkan pada penelitian ini hanya POE tanpa
menggunakan write , PBL dan integerasi PBL dengan POE.
2. Veronika Sri Suharni, 2013. Pembelajaran Biologi model Problem Based
Learning (PBL) menggunakan metode Buzz Group Discussion dan
Whole Group Discussion ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan verbal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpikir
kritis dapat meningkatkan hasil belajar dengan model PBL. Relevansi
dengan penelitian ini adalah penggunaan model PBL terhadap faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
internal berpikir kritis, dalam penelitian ini menggunakan kemampuan
inferensi yang merupakan bagian dari berpikir kritis.
3. Sawitri Epi Wahyuni, 2013. Pembelajaran Biologi model POE
(Prediction, Observation, Explanation) melalui laboratoriun riil dan
laboratorium virtuil ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan
berpikir abstrak. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan pengaruh
penerapan model pembelajaran POE melalui laboratorium riil daripada
laboratorium virtual. Relevansi dengan penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran POE terhadap prestasi belajar siswa.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Heppy Samosir dengan judul Model
Predict, Observe, Explain and Write untuk meningkatkan penguasaan
konsep kalor dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Pada
penelitian ini terdapat kesamaan variabel dengan penelitian yang peneliti
lakukan, yaitu menggunakan model pembelajaran POE tetapi tanpa
menggunakan write.pada penelitian diperoleh hasil bahwa peningkatan
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa yang
mendapatkan model pembelajaran POE secara signifikan lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
5. Margaret McNay, Kathleen W. Melville.1993. Children’s skill in Making
Predictions and Their Understanding or What Predicting Means. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
memprediksi menunjukkan peningkatan yang stabil di kelas 6. Keinginan
penggunaan prediksi siswa di sekolah dan di rumah dan juga meningkat
saat kelas 1 sampai dengan kelas 6. Relevansi hasil penelitian adalah
adanya peningkatan kemampuan prediksi siswa seiring dengan
pertambahan usia dan perkembangan kognitif siswa. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah kemampuan prediksi dalam penelitian McNay dan
Melville digunakan sebagai hasil yang ingin dicapai, sedangkan dalam
penelitian ini kemampuan prediksi digunakan sebagai variabel bebas
untuk mengukur kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.
6. Tim O. Peterson (Oklahoma State University), Journal Of Management
Education, Vol. 28 No. 5, October 2004, 630-647. Penelitian ini
menunjukkan bahwa PBL lebih efektif daripada paradigma pengajaran
tradisional. Ada 3 faktor penentu keberhasilan PBL yaitu
mengorientasikan siswa pada strategi pengajaran yang baru, memilih
masalah dalam pembelajaran, membentuk tim atau kelompok. Relevansi
dengan penelitian ini adalah agar pembelajaran model PBL berhasil harus
memperhatikan tiga faktor strategi pengajaran, masalah dalam
pembelajaran dan membentuk tim atau kelompok.
7. Yusra, L Visser Page 11 2002/04/05Total Medical College Admission
Test skor yang lebih tinggi pada nilai rata-rata dari siswa yang masuk
kurikulum berbasis masalah. Cariaga-Lo et al (1996), juga ditemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
bahwa siswa yang memasuki kurikulum pembelajaran berbasis masalah
lebih mandiri dan lebih memungkinkan untuk melakukannya dengan baik
dalam pengaturan individu.
8. Penelitian Oon-Seng Tan, Stefanic Chye, dan Chua-Tee Teo (2009)
melakukan penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-
2008) untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan
kreativitas siswa. Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi
bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek
positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya dipertanyakan.
Perhatian seharusnya kemudian dilatihkan dalam memproklamasikan
PBL sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan dalam
memelihara kreativitas siswa, dapat disimpulkan bahwa perlu penelitian
lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan, sebagai tindak lanjut penelitian
ini, akan dikembangkan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu integrasi
antara model pembelajaran PBL dengan POE.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Arsoy dan Ozad (2004) menyimpulkan
bahwa model siklus belajar yang telah diterapkan pada siswa tata letak
dan desain grafis fakultas komunikasi dan studi media meningkatkan
kreativitas dan strategi pemecahan masalah.
10. Thomas (2000), menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
11. Bilqin (2009), menyatakan pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan inferensi siswa sehingga penguasaan materi
dapat tercapai dengan baik.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pembelajaran Biologi dengan integrasi model PBL-POE
terhadap prestasi belajar.
2. Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah terhadap prestasi belajar
Biologi.
3. Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan
inferensi yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan inferensi
yang rendah terhadap prestasi belajar.
4. Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui integrasi model
PBL-POE dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
5. Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL
diintegrasikan dengan model POE dengan kemampuan inferensi siswa
terhadap prestasi belajar Biologi.
6. Terdapat interaksi antara kreativitas siswa dengan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
7. Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL
diintegrasikan dengan model POE dengan kreativitas siswa dengan
kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan pertimbangan bahwa sekolah
tersebut tempat peneliti bekerja, sehingga peneliti telah memahami permasalahan
pembelajaran yang dialami. Tempat pelaksanaan uji coba instrumen penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bojonegoro.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Mei
2014 Tahun Pelajaran 2013/2014 yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian______________________________________________________________
No. Kegiatan Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei1. Pengajuan
Judul V
2. Penyusunan Proposal
V V
3. Perizinan V4. Penyusunan
InstrumenPembelajaran
V V
5. Penyusunan InstrumenTes
V V
6. ValidasiInstrumen
V
7. Uji CobaInstrumen
V
8. Analisis UjiCoba
V
9. Proses Pembe-lajaran Me-
V
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
nggunakan Model PBL
10. Proses Pembe-lajaran Me-nggunakan Model POE
V
11. Proses Pembe-lajaran Me-nggunakan Model PBL diintegrasikandengan ModelPOE
V
12. Pengambilan Data
V
13. Analisis Data V14. Penyusunan
TesisV
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut Arikunto (2006), eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor
lain yang mengganggu. Oleh karenanya penelitian eksperimen dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan penelitian.
Penelitian ini mengambil tiga kelompok eksperimen, yaitu eksperimen I,
eksperimen II dan eksperimen III. Ketiga kelompok tersebut dianggap sama
dalam segala hal yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan.
Kelompok eksperimen I diberi pembelajaran model PBL, kelompok eksperimen II
diberi pembelajaran model POE, sedangkan kelompok eskperimen III diberi
pembelajaran integrasi model PBL-POE. Masing-masing kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
juga memperhatikan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa dengan kategori
tinggi dan rendah.
Pada akhir eksperimen ketiga kelompok diuji dengan alat ukur yang sama
dan hasilnya merupakan data eksperimen. Data eksperimen yang diperoleh
kemudian diolah menggunakan uji statistik analisis variansi Anova tiga jalan
dengan desain faktorial 3 x 2 x 2.
Tabel 3.2. Desain Faktorial Penelitian
Model Pembelajaran (A)PBL (A1) POE (A2) PBL-POE
(A3)
Kemampuan Inferensi Tinggi (B1)
Kreativitas Tinggi (C1)
A1B1C1 A2B1C1 A3B1C1
Kreativitas Rendah
(C2)A1B1C2 A2B1C2 A3B1C2
KemampuanInferensi Rendah (B2)
Kreativitas Tinggi
(C1)A1B2C1 A2B2C1 A3B2C1
Kreativitas Rendah
(C2)A1B2C2 A2B2C2 A3B2C2
C. Penetapan Populasi dan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random sampling)
terhadap seluruh jumlah kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Bojonegoro. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
ditentukan tiga kelas untuk eksperimen, maka kelas eksperimen I adalah XI IPA-4
diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL dan kelas eksperimen II adalah
kelas XI IPA-5 diberi perlakuan dengan menggunakan model POE, sedangkan
kelas eksperimen III adalah kelas XI IPA-6 diberi perlakuan dengan
menggunakan integrasi model PBL-POE.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu instrumen
pelaksanaan pembelajaran (perlakuan) dan instrumen untuk pengambilan data.
Instrumen pelaksanaan pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) Biologi dengan model PBL, model POE dan integrasi model
PBL-POE, lembar kerja siswa pada pembelajaran dengan model PBL, lembar
kerja siswa pada pembelajaran dengan model POE, dan lembar kerja siswa
integrasi model PBL-POE.
Instrumen pengambilan data meliputi 1) Angket kreativitas siswa,
digunakan untuk mendapatkan data tentang kreativitas siswa yang dikategorikan
dalam tinggi rendah; 2) Angket kemampuan inferensi siswa, untuk mendapatkan
data tentang kemampuan inferensi siswa yang dikategorikan dalam tinggi rendah;
3) Soal - soal tes prestasi belajar Biologi materi Sistem Gerak untuk mendapatkan
data tentang prestasi belajar aspek kognitif; 4) LO (Lembar Observasi) untuk
memperoleh data prestasi belajar aspek afektif dan psikomotor. Masing-masing
instrumen pengambilan data ini dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
diujicobakan agar diperoleh validitas dan reliabilitasnya. Adapun tempat uji coba
instrumen adalah SMA Negeri 2 Bojonegoro.
Instrumen desain pembelajaran Biologi pada materi Sistem Gerak disusun
berdasarkan kurikulum Biologi SMA (KTSP, 2006). Pada kelas eksperimen I
untuk kelas XI IPA-4, instrumen desain pembelajaran mengacu pada penggunaan
model PBL. Kelas eksperimen II untuk kelas XI IPA-5, instrumen desain
pembelajaran mengacu pada penggunaan model POE. kelas eksperimen III untuk
kelas XI IPA-6, instrumen desain pembelajaran mengacu pada integrasi model
PBL-POE.
Pengukuran prestasi belajar Biologi dilakukan menggunakan instrumen
berupa soal-soal tes prestasi belajar materi Sistem Gerak. Instrumen ini digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa dari aspek kognitif. Penyusunan instrumen
berupa soal-soal tes prestasi belajar mengacu pada rambu-rambu Taksonomi
Bloom, sedangkan untuk prestasi belajar aspek afektif dan aspek psikomotorik
digunakan lembar observasi.
Instrumen lain yang digunakan adalah angket kreativitas, angket ini berguna
untuk mendapatkan informasi tentang kreativitas siswa. Bentuk angket yang
dipakai adalah angket langsung tertutup, yang terdiri dari dua bentuk yaitu
pernyataan positif dan negatif. Penyusunan angket berdasarkan pada ciri dan
indikator kreativitas (Lampiran 1). Skala pengukuran angket kreativitas
menggunakan Skala Likert.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Kreativitas siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu siswa yang
memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori tersebut
berdasarkan hasil angket kreativitas. Siswa yang memiliki skor kreativitas di atas
atau sama dengan rerata skor kreativitas digolongkan siswa yang memiliki
kreativitas tinggi, sedangkan siswa yang memiliki skor kreativitas di bawah rerata
skor kreativitas maka digolongkan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Pengukuran kemampuan inferensi pada siswa dilakukan menggunakan
instrumen berupa angket kemampuan inferensi siswa. Penyusunan angket
berdasarkan pada aspek inferensi dan indikator kemampuan inferensi (Lampiran
2). Skala pengukuran angket kemampuan inferensi menggunakan Skala Likert.
Kemampuan inferensi siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan inferensi rendah. Pengelompokan kategori tersebut berdasarkan hasil
angka kemampuan inferensi siswa. Siswa yang memiliki skor kemampuan
inferensi di atas atau sama dengan skor kemampuan inferensi digolongkan siswa
yang memiliki kemampuan inferensi tinggi, sedangkan siswa yang memiliki skor
kemampuan inferensi di bawah rerata skor kemampuan inferensi maka
digolongkan pada siswa yang memiliki kemampuan inferensi rendah.
E. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel yang digunakan meliputi variabel
bebas,variabel moderator dan variabel terikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE dalam pembelajaran Biologi.
2. Variabel moderator pada penelitian ini adalah kreativitas dan kemampuan
inferensi siswa, keduanya dikategorikan dalam tinggi dan rendah.
3. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa, didefinisikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah
kognitif mata pelajaran Biologi materi Sistem Gerak yang disampaikan dengan
menerapkan pembelajaran Biologi dengan menggunakan model PBL, model
POE dan integrasi model PBL-POE.
F. Uji Coba Instrumen
1. Test Prestasi
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diuji coba
terlebih dahulu pada kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Bojonegoro. Uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk
tes prestasi belajar perlu diuji taraf kesukaran, daya pembeda, uji reliabilitas, dan
uji validitas.
a. Analisis Butir Soal, Uji Validitas, dan Uji Reliabilitas
1) Uji Validitas
Uji validitas instrumen mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
soal agar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas
konstruksi (construct validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi yang diberikan.
Sama halnya dengan validitas isi, validitas konstruk dapat diketahui dengan
memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam tujuan
khusus atau indikator (Arikunto, 2006). Oleh sebab itu, materi yang diajarkan
harus sesuai dengan kurikulum. Soal-soal dikatakan valid, jika mempunyai tingkat
kesesuaian yang tinggi antara tujuan dan isi materi pembelajaran.
Validitas soal tes digunakan teknik correlation product moment yang telah
dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
N∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) R xy = -----------------------------------------------------------
√ ⌠N ∑X2 – ( ∑X2 )⌡⌠ N ∑Y2 – (∑ Y)2⌡(Arikunto, 2006)
Keterangan:R xy = koefisien korelasi skor tiap itemX = skor tiap itemY = skor totalN = jumlah siswa
Suatu tes dikatakan valid jika r xy > r tabel. Korelasi skor butir soal terhadap
skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan adalah konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang apabila digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2009). Suatu tes dapat dikatakan taraf reliabilitasnya
baik jika skor hasil yang diperoleh tidak menunjukkan penyimpangan yang terlalu
besar. Uji reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus Alpha:
n ∑ �12
r 11 = ( _______ ) ( 1 - _______ )n – 1 �1
2
Keterangan:r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhann = banyaknya item∑ �1
2 = jumlah varians skor tia-tiap item�1
2 = varians total (Arikunto, 2006)
3) Analisis Butir Soal
Langkah pertama setelah uji coba adalah melakukan analisis butir soal.
Analisis tersebut dimaksudkan untuk menentukan butir-butir soal didasarkan pada
dua hal, yaitu tingkat kesulitan soal dan daya pembeda.
a) Tingkat kesulitan soal dipertimbangkan dengan persamaan:
TK = Rerata nilai pada setiap nomor soal Skor maksimal tiap nomor soal
b) Rumus yang digunakan untuk menentukan adanya pembeda adalah
sebagai berikut:
DP = Rerata KA – Rerata KBSkor maksimal
2. Angket Kreativitas
Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kreativitas sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi. Suatu tes
dikatakan valid jika r xy > r tabel korelasi skor butir soal tes kreativitas terhadap
skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18.
3. Angket Kemampuan Inferensi
Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas
kemampuan inferensi siswa sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi.
Suatu tes dikatakan valid jika r xy > r tabel. Korelasi skor butir soal tes kemampuan
inferensi terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18.
4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi
dari sejumlah populasi sama atau tidak. Pengujian yang dilakukan antara lain
homogenitas model yang diuji vs prestasi belajar, homogenitas kreativitas vs
prestasi belajar dan homogenitas kemampuan inferensi vs prestasi belajar dengan
F - Test dan Levene’s Tes.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak
homogen, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
homogen.
2) Menentukan Keputusan Uji
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
nol jika p-value > 0,05.
5. Uji Hipotesis Anova
Setelah terpenuhinya prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas,
maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau
diterima. Menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus Anova tiga jalan
dengan desain faktorial 3 x 2 x 2.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis Nol (H0)
2. Menentukan Hipotesis Alternatif (H1)
3. Menetapkan Uji Statistik
4. Menentukan Taraf Signifikan �
5. Menetapkan Keputusan Uji
6. Uji Lanjut
Jika dalam pengujian diperoleh hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti
hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
Tujuan uji lanjut Anova adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata
setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel, sehingga diketahui pada bagian
mana saja terdapat rerata yang berbeda. Uji lanjut dilakukan dengan Analysis of
Mean (ANOM) yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data kemampuan
inferensi, kreativitas, dan prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari kelas
XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran menggunakan
model PBL, kelas XI IPA-5 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran
menggunakan model POE dan kelas XI IPA-6 sebagai kelas eksperimen 3 yang
diberi pembelajaran integrasi model PBL-POE. Deskripsi data penelitian dapat
dilihat pada sajian berikut.
1. Data Kemampuan Inferensi
Data kemampuan inferensi diperoleh melalui angket kemampuan inferensi
yang terdiri dari 40 soal. Kemampuan inferensi pada penelitian ini dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi
data kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Inferensi Tinggi dan RendahStatistik Kemampuan Inferensi
Rendah TinggiRata-rata 78.76 80.06Nilai Tengah 78.40 81.20Nilai sering muncul 78.40 82.40a
Std. Deviasi 5.62 6.36Varian 31.64 40.52Nilai Minimum 64.80 63.20Nilai Maksimum 88.80 89.20
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata kemampuan inferensi tinggi sebesar
80,06 dan kemampuan inferensi rendah sebesar 78,76. Perbandingan frekuensi
kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbandingan Frekuensi Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
Interval Kemampuan Inferensi
Rendah Tinggi
63-66 1 267-70 2 171-74 8 675-78 13 1379-82 9 883-86 9 1287-90 4 8
Perbandingan frekuensi kemampuan inferensi tinggi dan rendah agar lebih
jelas disajikan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
2. Data Kreativitas
Data kreativitas diperoleh melalui angket kreativitas yang terdiri dari 40
0
2
4
6
8
10
12
14
63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
KemampuanInferensi Rendah
KemampuanInferensi Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
soal. Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data kreativitas tinggi dan rendah
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kreativitas Tinggi dan RendahStatistik Kreativitas
Rendah TinggiRata-rata 79.12 79.74Nilai Tengah 79.20 79.20Nilai sering muncul 78.40 82.40a
Std. Deviasi 6.09 6.00Varian 37.11 36.11Nilai Minimum 63.20 64.00Nilai Maksimum 89.20 89.20
Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata kreativitas tinggi sebesar 79,74 dan
kreativitas rendah sebesar 79,12. Perbandingan kreativitas tinggi dan rendah
disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah
Interval Kreativitas
Rendah Tinggi
63-66 2 167-70 2 171-74 5 975-78 13 1379-82 11 683-86 8 1387-90 6 6
Perbandingan frekuensi kreativitas tinggi dan rendah agar lebih jelas
disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah
3. Data Prestasi Belajar
a. Data Prestasi Belajar Kognitif
Data prestasi belajar kognitif diperoleh dari rata-rata tes evaluasi pada tiap
pertemuan serta tes evaluasi akhir hasil belajar setelah satu kompetensi dasar
selesai. Penskoran tes evaluasi tiap pertemuan adalah skor jawaban benar dikali
dengan skor yang telah ditetapkan oleh guru. Penskoran tes evaluasi akhir hasil
belajar setelah satu kompetesi dasar selesai adalah jumlah skor jawaban benar
dibagi jumlah keseluruhan item soal (40 item soal kognitif) dikali 100.
Nilai akhir belajar kognitif meupakan hasil penjumlahan dari rata-rata tes
evaluasi pada tisap pertemuan dengan bobot 40% ditambah hasil tes evaluasi
akhir setelah satu kompetensi dasar selesai dengan bobot 60%.
0
2
4
6
8
10
12
14
63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Data prestasi belajar kognitif diperoleh melalui tes kognitif yang terdiri
dari 40 soal. Data deskripsi hasil belajar kognitif ditinjau dari model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Ditinjau dari Kognitif Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Statistik MODELPBL POE PBL-POE
Rata-rata 81.26 76.22 81.01Nilai Tengah 82.40 75.20 82.00Nilai sering muncul 86.40 74.40 78.40Std. Deviasi 4.84 6.12 5.84Varian 23.44 37.49 34.09Nilai Minimum 71.20 63.20 64.80Nilai Maksimum 88.80 89.20 88.80
Tabel 4.5 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar kognitif integrasi
model PBL-POE sebesar 81,01, model PBL sebesar 81,26, dan model POE
sebesar 76,22. Prestasi belajar kognitif pada integrasi model PBL-POE dan model
POE memiliki rata-rata yag lebih tinggi dibandingkan model PBL. Perbandingan
distribusi frekuensi prestasi belajar integrasi model PBL-POE, model POE, dan
model PBL disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
IntervalMODEL
PBL POE PBL-POE
63-65 0 2 066-68 0 2 069-71 1 0 072-74 1 10 075-77 6 10 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Interval
MODEL
PBL POE PBL-POE
78-80 5 2 881-83 6 2 684-86 9 3 487-89 3 2 7
Perbandingan fekuensi prestasi belajar kognitif ditinjau dari model PBL,
model POE, dan integrasi model PBL-POE, agar lebih jelas disajikan dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
2) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas
Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar kognitif ditinjau
dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.7.
0
2
4
6
8
10
12
63-65 66-68 69-71 72-74 75-77 78-80 81-83 84-86 87-89
Model PBL
Model POE
Model PBL-POE
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
Statistik KreativitasRendah Tinggi
Rata-rata 79.12 79.74Nilai Tengah 79.20 79.20Nilai sering muncul 78.40 82.40a
Std. Deviasi 6.09 6.00Varian 37.11 36.11Nilai Minimum 63.20 64.00Nilai Maksimum 89.20 89.20
Perbandingan prestasi belajar kognitif pada model PBL, model POE, dan
integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan
pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
IntervalKreativitas
Rendah Tinggi
63-66 2 167-70 2 171-74 5 975-78 13 1379-82 11 683-86 8 1387-90 6 6
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada model PBL , model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah
agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
3) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi
Kemampuan inferensi siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data
prestasi belajar kognitif ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah
disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
Statistik Kemampuan InferensiRendah Tinggi
Rata-rata 78.76 80.06Nilai Tengah 78.40 81.20Nilai sering muncul 78.40 82.40a
Std. Deviasi 5.62 6.36Varian 31.64 40.52Nilai Minimum 64.80 63.20Nilai Maksimum 88.80 89.20
0
2
4
6
8
10
12
14
63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada model PBL , model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi
dan rendah disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
IntervalKemampuan Inferensi
Rendah Tinggi
63-66 1 267-70 2 171-74 8 675-78 13 1379-82 9 883-86 9 1287-90 4 8
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada integrasi model
PBL-POE, model POE, dan model PBL ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi
dan rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
02468
101214
63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kemampuan InferensiRendah
Kemampuan InferensiTinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Data Prestasi Belajar Afektif
Data prestasi belajar afektif diperoleh dari pengamatan langsung pada tiap
proses pembelajaran melalui lembar observasi siswa serta angket afektif di akhir
petemuan. Nilai akhir hasil belajar afektif didapatkan dari hasil penjumlahan rata-
rata nilai lembar observasi dengan bobot 40% ditambah nilai hasil angket afektif
dengan bobot 60%.
1) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Data prestasi belajar afektif diperoleh melalui angket afektif yang terdiri
dari 20 soal. Data deskripsi prestasi belajar afektif ditinjau dari model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Dekripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Statistik MODELPBL POE PBL-POE
Rata-rata 84.82 82.34 82.59Nilai Tengah 86.10 82.30 81.20Nilai sering muncul 86.10 82.30 76.10Std. Deviasi 4.81 6.08 6.74Varian 23.12 36.96 45.39Nilai Minimum 74.00 71.90 65.30Nilai Maksimum 91.80 95.50 95.50
Tabel 4.11 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar afektif integrasi
model PBL-POE sebesar 82,59, model PBL sebesar 84,82, dan model POE
sebesar 82,34. Prestasi belajar afektif pada model POE memiliki rata-rata yang
paling tinggi kemudian disusul integrasi model PBL-POE dan model PBL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Perbandingan frekuensi distribusi prestasi belajar afektif model PBL, model POE,
dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
IntervalMODEL
PBL POE PBL-POE
70-73 0 2 074-77 2 5 878-81 7 7 982-85 6 9 586-89 9 6 690-93 7 4 394-97 0 0 2
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif ditinjau dari model PBL,
model POE, dan integrasi model PBL-POE agar lebih jelas disajikan dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjaudari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
0123456789
10
70-73 74-77 78-81 82-85 86-89 90-93 94-97
Model PBL
Model POE
Model PBL-POE
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas
Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar afektif ditinjau
dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
Statistik KreativitasRendah Tinggi
Rata-rata 82.59 83.96Nilai Tengah 82.30 84.10Nilai sering muncul 76.10a 88.80Std. Deviasi 6.64 5.24Varian 44.12 27.47Nilai Minimum 65.30 73.10Nilai Maksimum 95.50 92.50
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah
disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
IntervalKreativitas
Rendah Tinggi
65-68 0 069-72 1 073-76 1 677-80 12 581-84 11 1485-88 5 1189-92 8 1393-96 3 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah
agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
3) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi
Kemampuan inferensi siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data
prestasi belajar afektif ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah
disajikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan RendahStatistik Kemampuan Inferensi
Rendah TinggiRata-rata 82.16 84.34Nilai Tengah 81.25 83.80Nilai sering muncul 79.80 82.30a
Std. Deviasi 5.99 5.82Varian 35.97 33.90Nilai Minimum 65.30 73.10Nilai Maksimum 92.50 95.50
02468
10121416
65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model
POE, dan model integrasi PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi
dan rendah disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
IntervalKemampuan Inferensi
Rendah Tinggi
65-68 1 069-72 1 073-76 6 777-80 13 481-84 9 1685-88 6 989-92 10 1193-96 0 3
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi
dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
0
5
10
15
20
65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Kemampuan InferensiRendah
Kemampuan InferensiTinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c. Data Prestasi Belajar Psikomotor
Data prestasi belajar psikomotor diperoleh dari pengamatan langsung pada
tiap proses pembelajaran melalui lembar observasi siswa serta angket psikomotor
di akhir petemuan. Nilai akhir hasil belajar psikomotor didapatkan dari hasil
penjumlahan rata-rata nilai lembar observasi dengan bobot 40% ditambah nilai
hasil angket psikomotor dengan bobot 60%.
1) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Data prestasi belajar psikomotor diperoleh melalui angket psikomotor yang
terdiri dari 20 soal. Data deskripsi hasil belajar psikomotor ditinjau dari model
PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Dekripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL,Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Statistik MODELPBL POE PBL-POE
Rata-rata 83.11 87.82 82.59Nilai Tengah 83.40 88.55 81.45Nilai sering muncul 82.30 75.00 79.80Std. Deviasi 6.26 7.58 6.31Varian 39.24 57.55 39.84Nilai Minimum 72.00 67.80 71.80Nilai Maksimum 94.70 100.70 94.80
Tabel 4.17 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar psikomotor integrasi
model PBL-POE sebesar 82,59, model PBL sebesar 83,11, dan model POE
sebesar 87,82. Prestasi belajar pskomotor pada integrasi model PBL memiliki
rata-rata yang paling tinggi kemudian disusul model POE dan integrasi model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
PBL-POE. Perbandingan frekuensi distribusi prestasi belajar psikomotor model
PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
Interval
MODEL
PBL POE PBL-POE
67-70 0 1 071-74 4 0 375-78 5 3 679-82 4 3 983-86 10 7 487-90 4 7 691-94 4 5 395-98 0 7 1
Perbandingan frekuensi prestasi belajar pskomotor ditinjau dari model
PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE agar lebih jelas disajikan dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
0
2
4
6
8
10
12
67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 95-98
Model PBL
Model POE
Model PBL-POE
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2) Data Prestasi Belajar Psikomotor ditinjau dari Kreativitas
Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar psikomotor
ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
Statistik KreativitasRendah Tinggi
Rata-rata 83.59 85.47Nilai Tengah 83.80 85.80Nilai sering muncul 91.80 79.80a
Std. Deviasi 7.15 6.90Varian 51.18 47.72Nilai Minimum 71.80 67.80Nilai Maksimum 99.90 100.00
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL,
model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan
rendah disajikan pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
Interval Kreativitas
Rendah Tinggi
67-70 6 171-74 7 175-78 8 679-82 9 783-86 7 1287-90 7 1091-94 3 498-98 0 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL,
model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan
rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah
3) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi
Kemampuan inferensi penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar
Psikomotor ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada
Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
Statistik Kemampuan Inferensi Rendah Tinggi
Rata-rata 83.25 85.74Nilai Tengah 83.00 85.65Nilai sering muncul 72.80a 85.30a
Std. Deviasi 6.97 6.98Varian 48.62 48.84
0
2
4
6
8
10
12
14
67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Statistik Kemampuan InferensiTinggi Rendah
Nilai Minimum 67.80 72.00Nilai Maksimum 97.20 100
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL,
model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi
tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
IntervalKemampuan Inferensi
Rendah Tinggi
67-70 1 071-74 4 375-78 7 779-82 10 683-86 10 1187-90 6 1191-94 5 698-98 3 6
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor model PBL, model
POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi
dan rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
B. Pengujian Prasyarat1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor,
kreativitas dan kemampuan inferensi disajikan pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi
MODEL
Sig.
Simpulan
Kognitif PBL .067 H0 diterimaPOE .055 H0 diterimaPBL-POE .057 H0 diterima
Afektif PBL .569 H0 diterimaPOE .053 H0 diterimaPBL-POE .057 H0 diterima
Psikomotor PBL .229 H0 diterimaPOE .672 H0 diterimaPBL-POE .077 H0 diterima
Kreativitas PBL .065 H0 diterimaPOE .183 H0 diterimaPBL-POE .462 H0 diterima
Inferensi PBL .161 H0 diterimaPOE .057 H0 diterimaPBL-POE .729 H0 diterima
0
2
4
6
8
10
12
67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Kemampuan InferensiRendah
Kemampuan Inferensi Tinggi
Nilai
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif untuk kelas PBL diperoleh
hasil signifikansi sebesar 0,067 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data prestasi belajar kognitif kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas prestasi belajar kognitif untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,055 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi
belajar kognitif kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi
belajar kognitif untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,057 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi
belajar kognitif kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas prestasi belajar afektif untuk kelas PBL diperoleh
hasil signifikansi sebesar 0,569 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data prestasi belajar afektif kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas prestasi belajar afektif untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,053 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi
belajar afektif kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar
afektif untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar
0,057 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar
afektif kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas PBL diperoleh
hasil signifikansi sebesar 0,229 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data prestasi belajar psikomotor kelas PBL terdistribusi normal. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
uji normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas POE diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,672 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
data prestasi belajar psikomotor kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas integrasi model PBL-POE
diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,077 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data prestasi belajar psikomotor kelas integrasi model PBL-POE
terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas kreativitas siswa untuk kelas PBL diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,065 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
data kreativitas siswa kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji normalitas
kreativitas siswa untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,183 yang
lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreatifitas siswa kelas POE
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kreatifitas siswa untuk kelas integrasi
model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,462 yang lebih besar dari
0,05, maka dapat disimpulkan data kreativitas siswa kelas integrasi model PBL-
POE terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas PBL
diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,161 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data kemampuan inferensi siswa kelas PBL terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas POE diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,055 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
data kemampuan inferensi siswa kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji
normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas integrasi model PBL-POE
diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,729 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data kemampuan inferensi siswa kelas integrasi model PBL-POE
terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor,
kreativitas dan kemampuan inferensi disajikan pada tabel 4.24.
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi
Sumber Sig. Simpulan
Kognitif Berdasarkan rata-rata .192 H0 diterimaAfektif Berdasarkan rata-rata .989 H0 diterimaPsikomotor Berdasarkan rata-rata .211 H0 diterimaKreativitas Berdasarkan rata-rata .322 H0 diterimaInferensi Berdasarkan rata-rata .490 H0 diterima
Hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,192 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi
belajar kognitif homogen. Hasil uji homogenitas prestasi belajar afektif diperoleh
hasil signifikansi sebesar 0,989 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan data prestasi belajar afektif homogen. Hasil uji homogenitas prestasi
belajar psikomotor diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,211 yang lebih besar dari
0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar psikomotor homogen. Hasil uji
homogenitas kreativitas diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,322 yang lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreativitas homogen. Hasil uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
homogenitas kemampuan inferensi diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,490 yang
lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kemampuan inferensi
homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas dan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
Sumber Sig. SimpulanModel .020 H1 diterimaKreativitasInferensi
.000 H1 diterimaH1 ditolak.071
Model * Kreativitas .687 H1 ditolakModel * Inferensi .509 H1 ditolakKreativitas * Inferensi .831 H1 ditolakModel * Kreativitas * Inferensi .601 H1 ditolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,02 yang lebih kecil dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model terhadap prestasi belajar
kognitif.
Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar kognitif.
Pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif
menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,071 yang lebih besar dari 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
belajar kognitif walaupun tidak signifikan karena taraf signifikansi masih dekat
dengan 0,05.
Pengaruh integrasi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,687 yang lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh integrasi
model pembelajaran degan kreatifitas terhadap prestasi belajar kognitif.
Pengaruh integrasi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,509
yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
integrasi model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi
belajar kognitif.
Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap
prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,831 yang lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi
kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif.
Pengaruh integrasi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan
inferensi terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar
0,601 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh integrasi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan inferensi
terhadap prestasi belajar kognitif. Hasil uji lanjut untuk pengaruh model terhadap
prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 4.26 Hasil Uji Lanjut untuk Pengaruh Model Terhadap Prestasi Belajar Kognitif(I) MODEL (J) MODEL
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig.
Scheffe PBL dan POE POE 13.38* 1.463 .000PBL 3.00 1.463 .128
POE PBL dan POE -13.38* 1.463 .000PBL -10.38* 1.463 .000
PBL PBL dan POE -3.00 1.463 .128POE 10.38* 1.463 .000
1. Ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan model POE terhadap prestasi
belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar
yaitu integrasi model PBL-POE karena (I-J) hasilnya positif, maka integrasi
model PBL-POE lebih berpengaruh dibandingkan model POE.
Tidak ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan model PBL terhadap
prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.128>0.05),
2. Ada pengaruh model POE dengan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi
belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar
yaitu integrasi model PBL-POE karena (I-J) hasilnya negatif maka integrasi
model PBL-POE lebih berpengaruh dibandingkan model POE. Ada pengaruh
model POE dan PBL terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan
0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu model PBL karena (I-J)
hasilnya negatif maka model PBL lebih berpengaruh dibandingkan model
POE.
3. Tidak ada pengaruh model PBL dengan integrasi model PBL-POE terhadap
prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.128>0.05). Ada pengaruh model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
PBL dengan model POE terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan
0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu model PBL karena (I-J)
hasilnya positif maka model PBL lebih berpengaruh dibandingkan model
POE.
Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas, dan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar afektif disajikan pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas, dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar AfektifSumber Sig. Simpulan
Model .198 H1 dtolakKreativitas .000 H1 dterimaInferensi .080 H1 dtolakModel * Kreativitas .182 H1 dtolakModel * Inferensi .396 H1 dtolakKreativitas * Inferensi .277 H1 dtolakModel * Kreativitas * Inferensi .615 H1 dtolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,198 yang lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh model terhadap prestasi
belajar afektif.
Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif.
Pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif
menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,080 yang lebih besar dari 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
belajar afektif walaupun tidak signifikan karena taraf signifikansi masih dekat
dengan 0.05.
Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,182 yang lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi
model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif.
Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,396
yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
interaksi model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi
belajar afektif.
Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap
prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,277 yang lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi
kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif.
Pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan
inferensi terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar
0,615 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan inferensi
terhadap prestasi belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas, dan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar psikomotor disajikan pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas, dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor
Sumber Sig. SimpulanModel .992 H1 dtolakKreativitas .192 H1 dtolakInferensi .151 H1 dtolakModel * Kreativitas .029 H1 diterimaModel * Inferensi .037 H1 diterimaKreativitas * Inferensi .510 H1 dtolakModel * Kreativitas * Inferensi .785 H1 dtolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,992 yang lebih besar dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh model terhadap hasil
belajar psikomotor.
Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan
taraf signifikansi sebesar 0,192 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar
psikomotor.
Pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor
menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,151 yang lebih besar dari 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap
prestasi belajar psikomotor.
Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,029 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi
model pembelajaran degan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Uji
lanjut menunjukkan urutan pengaruh interaksi model pembelajaran dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor sebagai berikut. Integrasi model
PBL-POE dengan kreativitas tinggi paling berpengaruh terhadap prestasi belajar
psikomotor. Kemudian disusul integrasi model PBL-POE dengan kreativitas
rendah, model POE dengan kreativitas tinggi, model POE dengan kreativitas
rendah, model PBL dengan kreativitas tinggi dan model PBL dengan kreativitas
rendah.
Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,037
yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi
model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar
psikomotor. Uji lanjut menunjukkan urutan pengaruh interaksi model
pembelajaran dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor
sebagai berikut. Integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi tinggi
paling berpengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor. Kemudian disusul
integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi rendah, model POE
dengan kemampuan inferensi tinggi, model POE dengan kemampuan inferensi
rendah, model PBL dengan kemampuan inferensi tinggi dan model PBL dengan
kemampuan inferensi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap
prestasi belajar psikomotoor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,510 yang
lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi
kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor.
Pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan
inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi
sebesar 0,785 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan
inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi
belajar kognitif. Kehadiran model dengan sintaks tertentu menuntut siswa untuk
aktif melakukan proses pembelajaran sehingga berdampak langsung dalam
pembentukan konsep materi pembelajaran.
Model PBL lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif
dibandingkan model POE. Integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh terhadap
prestasi belajar kognitif dibandingkan model PBL. Integrasi model PBL-POE
lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model POE.
Integrasi model PBL-POE merupakan model dengan penggabungan keunggulan-
keunggulan sintaks model PBL dan POE. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
integrasi model PBL-POE paling berpengaruh dalam meningkatkan prestasi
belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel tentang belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep. Pada dasar-dasar biologi, belajar bermakna menyangkut perubahan-
perubahan dalam jumlah atau ciri-ciri yang berpartisipasi dalam belajar bermakna.
Hal ini didukung pula oleh penelitian Peterson (2004) dan Tan (2009) bahwa
model PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan
penelitian McNay (1993), bahwa pembelajaran model POE dapat meningkatkan
kemampuan memprediksi. Oleh karena itu, integrasi model PBL-POE dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran karena peserta didik lebih aktif, kreatif,
terampil, obyektif dan dapat menemukan konsep. Model pembelajaran hadir
beserta sintaks, menurut teori Bruner salah satu model kognitif yang sangat
berpengaruh adalah model yang dikenal dengan penemuan. Siswa mencari
pemecahan masalah untuk menghasilkan pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh model pembelajaran
terhadap prestasi belajar afektif. Kehadiran model dengan sintak tertentu belum
tentu bisa membuat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, tanggung jawab, disiplin, dan lebih aktif. Hasil penelitian menunjukkan
tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor.
Hasil eksperimen bertentangan dengan hipotesis yang dirumuskan. Hal tersebut
disebabkan karena faktor internal dan eksternal siswa, faktor internal siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
diantaranya kreativitas dan kemampuan inferensi siswa, sedangkan faktor
eksternal siswa diantaranya adalah waktu sekolah jam pelajaran sampai sore yaitu
jam ke 9-10, sehingga siswa sudah lelah, model pembelajaran yang digunakan,
dan lain-lain. Oleh karena itu, prestasi belajar afektif dan psikomotor siswa tidak
meningkat pada pembelajaran dengan pemberian integrasi model PBL-POE. Oleh
karena itu, pemberiaan integrasi model PBL-POE tidak mempengaruhi prestasi
belajar afektif dan psikomotor.
Menurut Thomas (2000) dalam bukunya tentang review hasil penelitian
pembelajaran berbasis masalah menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, memiliki nilai untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa dalam bidang materi pelajaran. Proses
pembelajaran yang ada dalam PBL membuat kemampuan siswa meningkat dalam
menganalisis dan menyelesaikan masalah, sehingga penguasaan materi dapat
tercapai dengan baik.
2. Pengaruh Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi
belajar afektif. Siswa yang mempunyai kreativitas baik cenderung memiliki rasa
ingin tahu yang besar dan cenderung bersungguh-sungguh serta tanggung jawab
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hasil menunjukkan tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar
psikomotor. Siswa dengan kreativitas tinggi belum tentu memiliki prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
psikomotor baik juga. Siswa dengan kreativitas rendah belum tentu memiliki
prestasi belajar psikomotor rendah. Siswa dengan kreativitas rendah bisa memiliki
prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Proses pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran
tertentu. Oleh karena itu, kreativitas tidak mempengaruhi prestasi belajar
psikomotor.
Sardiman (2007) menyatakan bahwa kreativitas dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi kreativitas tumbuh dari dalam diri seseorang. Penggerak
dalam diri siswa menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Oleh karena itu, kreativitas
mempengaruhi hasil dari tujuan pembelajaran yaitu ketercapaian prestasi belajar
yang baik. Menurut Arsoy dan Ozad (2004), model siklus belajar dapat
meningkatkan kreativitas dan strategi pemecahan masalah. Borich dan Ong (2006)
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai keuntungan
diantaranya adalah meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar, sehingga
penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. Liu (2005) menyimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa untuk belajar lebih kreatif
sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. Hal ini didukung pula
oleh penelitian Tan (2009), menyatakan bahwa efektivitas PBL dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar.
3. Pengaruh Kemampuan Inferensi terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar kognitif walaupun tidak signifikan karena taraf
signifikansi masih dekat dengan 0.05. Siswa dengan kemampuan inferensi baik
belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa dengan
kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif
rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi
belajar kognitif baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses
pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran tertentu. Oleh
karena itu, kemampuan inferensi tidak mempengaruhi prestasi belajar kognitif.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar afektif. Adanya kemampuan inferensi yang baik,
menuntut siswa menjadi lebih bertanggung jawab, saling berkomunikasi dengan
baik, dan saling menghargai. Oleh karena itu, ada pengaruh kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar afektif.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa dengan kemampuan inferensi baik
belum tentu memiliki hasil belajar psikomotor baik juga. Siswa dengan
kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi
belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Proses pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran tertentu.
Oleh karena itu, kemampuan inferensi tidak mempengaruhi prestasi belajar
psikomotor.
Pelaksanaan model pembelajaran PBL selain untuk meningkatkan
keterampilan siswa juga dapat meningkatkan kemampuan inferensi siswa. Siswa
akan mengalami proses dimana siswa akan mengolah informasinya sendiri.
Kemudian memecahkan masalah yang diperoleh selama pembelajaran secara
mandiri melalui kegitan penyususnan rencana dan laporan kegiatan yang
dilakukan. Adanya peningkatan kemampuan inferensi berdampak pada
penguasaan materi sehingga materi dapat tercapai dengan baik. Hal ini didukung
oleh pernyataan Bilqin (2009), yang menyatakan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan
inferensi siswa sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik.
4. Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran dengan Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas
dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi
karena ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalu
menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil
akan menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
pembelajaran didapatkan ketika model pembelajaran hadir beserta sintaksnya
yang merupakan proses atau langkah-langkah untuk membentuk konsep.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kreativitas dengan
model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena
ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalau
menunjukkan prestasi belajar afektif baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kreativitas dengan
model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kreativitas baik
serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi lebih aktif,
saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara
berkelompok.
5. Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran dengan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi
karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik
tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja
yang tampil akan menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar
kognitif.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
karena ketika model hadir dengan disertai kemampuan inferensi yang baik tidak
selalau menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi dengan
model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kemampuan
inferensi baik serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi
lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara
berkelompok.
Kreativitas dengan adanya model yang sesuai lebih berpengaruh daripada
adanya kemampuan inferensi dengan adanya model yang sesuai terhadap prestasi
belajar psikomotor secara signifikan. Hal ini terjadi karena pada siswa yang
memiliki kemampuan inferensi baik dan kreativitas baik akan cenderung aktif.
Oleh karena itu, ranah psikomotor lebih terberdayakan ketika kemampuan
inferensi muncul beseta model yang sesuai serta ketika kreativitas muncul beserta
model yang sesuai.
6. Pengaruh Interaksi antara Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif. Hal tersebut terjadi karena
ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik
tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Prestasi belajar
kognitif baik ketika siswa melalui proses pembelajaran yang baik dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
model pembelajaran. Oleh karena itu, tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan keterampian berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena
ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik
tidak selalu menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik. Oleh karena itu, tidak
ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
afektif.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Hal tersebut terjadi
karena ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang
baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar psikomotor yang baik.
7. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar
Hasil penelitian untuk pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas
dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf
signifikansi sebesar 0,116 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuan inferensi
terhadap prestasi belajar psikomotor.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi,
dan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal tersebut terjadi
karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
atau kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang
baik. Ketika model saja yang tampil menunjukkan pengaruh yang nyata pada
prestasi belajar kognitif.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh keterampian berpikir
kritis, kemampuan inferensi, dan model pembelajaran terhadap prestasi belajar
afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung
kemampuan inferensi yang baik dan atau kreativitas yang baik tidak selalu
menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisis data yang telah
dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif,
kehadiran model dengan sintaks-sintaksnya menuntut siswa untuk aktif
melakukan proses pembelajaran sehingga berdampak langsung dalam
pembentukan konsep materi pembelajaran. Model PBL lebih berpengaruh
terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model POE, sedangkan
integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar
kognitif dibandingkan model PBL dan model POE. Integrasi model PBL-
POE merupakan model dengan penggabungan keunggulan-keunggulan dalam
sintaks model PBL dan POE. Oleh karena itu, integrasi model PBL-POE
paling berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa.
Tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif dan
psikomotor. Kehadiran model dengan sintaks tertentu belum tentu bisa
membuat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, tanggung jawab, disiplin, dan lebih aktif. faktor internal dan
eksternal siswa.
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
2. Ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif. Siswa dengan
kreativitas baik cenderung memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa
yang kreatif cenderung berpikir lebih dalam untuk menemukan konsep-
konsep materi pelajaran. Ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar
afektif. Siswa yang mempunyai kreativitas baik, memiliki rasa ingin tahu
yang besar dan bersungguh sungguh serta tanggung jawab dalam mngikuti
pelajaran. Tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar
psikomotor. Siswa dengan kreativitas tinggi belum tentu memiliki prestasi
belajar psikomotor baik juga. Siswa dengan kreativitas rendah belum tentu
memiliki prestasi belajar psikomotor rendah. Siswa dengan kreativitas rendah
bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
3. Ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif
walaupun tidak signifikan. Siswa dengan kemampuan inferensi baik belum
tentu memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa dengan kemampuan
inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif rendah juga.
Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar
kognitif baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Ada
pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Adanya
kemampuan inferensi yang baik, menuntut siswa menjadi lebih bertanggung
jawab, saling berkomunikasi dengan baik, dan saling menghargai. Tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa
dengan kemampuan inferensi baik belum tentu memiliki hasil belajar
psikomotor baik juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah belum
tentu memiliki prestasi belajar psikomotor rendah juga. Siswa dengan
kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik
ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
4. Tidak ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi
belajar kognitif. Proses pembelajaran didapatkan ketika model pembelajaran
hadir beserta sintaksnya yang merupakan proses atau langkah-langkah untuk
membentuk konsep. Tidak ada pengaruh kreativitas dengan model
pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena
ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalau
menunjukkan prestasi belajar afektif baik. Ada pengaruh kreativitas dengan
model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kreativitas
yang baik dan didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi
lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja
secara berkelompok.
5. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran
terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi karena ketika model hadir
dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan
prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Tidak ada
pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi
belajar afektif. Ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model
pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kemampuan
inferensi baik serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa
menjadi lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk
bekerja secara berkelompok.
6. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar kognitif. Prestasi belajar kognitif baik ketika siswa melalui
proses pembelajaran yang baik dengan adanya model pembelajaran. Tidak
ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika kreativitas baik hadir dengan
didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi
belajar afektif yang baik. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor.
7. Tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan
kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotor terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut terjadi
karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik
dan atau kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar yang
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah:
1. Implikasi Teoritis
a. Penggunaan integrasi model PBL-POE lebih memberikan pengaruh secara
tidak signifikan terhadap prestasi belajar kognitif daripada prestasi belajar
afektif dan psikomotor. Pemberian integrasi model PBL-POE meningkatkan
prestasi kognitif tetapi tidak signifikan. Pemberian integrasi model PBL-POE
dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai alternatif pada proses
pembelajaran.
b. Kreativitas dan kemampuan inferensi merupakan faktor internal siswa yang
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar. Guru hendaknya
memperhatikan siswa yang memiliki kreativitas dan kemampuan inferensi
yang bervariasi. Kreativitas pada penelitian ini memberikan pengaruh yang
tidak signifikan pada prestasi belajar afektif, sedangkan kemampuan inferensi
memberikan pengaruh yang tidak signifikan pada prestasi belajar psikomotor.
Guru dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa.
c. Penggunaan model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE
memberikan dampak positif kepada siswa, yaitu siswa mampu memecahkan
masalah dan memprediksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
2. Implikasi Praktis
a. Integrasi model PBL-POE dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
Biologi karena siawa lebih aktif, kreatif, terampil, obyektif dan memiliki
kemampuan inferensi dengan menemukan konsep.
b. Kreativitas dan kemampuan inferensi yang merupakan faktor internal siswa
dapat dikembangkan untuk menunjang tercapainya prestasi belajar yang lebih
baik. Siswa yang mempunyai kreativitas baik menunjukkan prestasi belajar
afektif yang lebih baik, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan
inferensi baik menunjukkan prestasi belajar psikomotor yang lebih baik.
C. Saran
Berdasar kesimpulan dan implikasi yang diperoleh, maka peneliti
mengajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Integrasi model PBL-POE hendaknya dilakukan dengan persiapan yang
matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai
rencana.
b. Integrasi model PBL-POE dapat diterapkan oleh guru lain, tetapi perlu
diperhatikan hambatannya yaitu: pembentukan kelompok kecil dalam
sintaks pembelajaran, perlu diperhatikan perbedaan jenis kelamin dan
prestasi belajar, waktu jam mengajar, dan sarana yang dimiliki sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
c. Perlu dilakukan pengukuran kreativitas dan kemampuan inferensi yang
merupakan faktor internal siswa.
2. Bagi Siswa
a. Setiap siswa mempunyai kreativitas dan kemampuan inferensi yang
bervariasi.
b. Setiap siswa mampu memecahkan masalah dan memprediksi, hal ini
terkadang tidak disadari oleh siswa.
c. Sebaiknya siswa selalu memahami tujuan yang hendak dicapai setiap
proses pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Hasil penelitian ini hanya pada siswa di SMA Negeri 1 Bojonegoro,
sehingga perlu dilakukan penelitian di sekolah lain untuk memperoleh
temuan yang lebih bervariasi.
b. Validasi instrumen sangat perlu dilakukan dengan cermat dan teliti untuk
memperoleh data hasil penelitian yang lebih signifikan, sehingga
dihasilkan kesimpulan yang sahih.
c. Peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambah atau
mengubah variabel-varuabel penelitiannya.
d. Penelitin baru dapat dilakukan dari model pembelajaran pada penelitian ini
atau dari tinjauan yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsoy, Aysu dan Ozad, Bahire Efe. 2004. PBL in Science Education. Journal of Turkish Science Education, 6 (1): 26-36
Arsyad, Azhar.2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Aryulina, Dyah. 2007. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : Esis.
Bahri, Alim. 2009. Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan “Project Based Learning” (PBL) (Online).
Bilqin, I. 2009. The Effect of Guided Inquiry Instruction in Corporating a Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4(10): 1038-1040
Campbell, Neil A. Reece, Jean B. Mitchell, lawrence G. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Dewey, Jhon. 2003. Democracy and Education. New York: Free Press.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ewintri. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Lampung: Universitas Lampung.
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Facione. 2011. Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for Purposes of Educational Assessment and Instruction. Fullerton: California State University.
Illeris dan Ormorod. 2000. From Vocational Training to Workplace Learning. Center for Research in Lifelong Learning.
-------------. 3 Maret 2012. Kemajuan IPTEK Era Global. Jakarta: Kompas.
Liu, M. 2005. Motivating Students Through Problem – Based - Learning. AustinUniversity of Texas.
Margaret McNay, Kathleen W. Melville. 1993. Children’s Skill in Making Predictions and Their Understanding or What Predicting Means. Journal of Research in Science Teaching. 561-577.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan dan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Ninik Suspriyati. 2012. Pembelajaran Biologi dengan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dan Model Predict, Observe, Explain, and Write (POEW) Ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta.
Nur, Mochmamad. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya.
Ong, A.C., & Borich, D. G. 2006. Teaching Strategies That Promete Thingking. Singapore : Mcgraw-Hill Education.
Peterson, T. O., & Van Fleet, D. D. 2003. Critical Managerial Leadership Behavior. Oklahoma State University.
Peterson, T. O. 2004. So You’re Thinking of Trying Problem Based Learning? Three Critical Success Factor for Implementation. Journal of Management Education. 28 (5): 630-647
Poerwodarminto, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pratiwi, A., dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Purwadi, B. 2006. PISA dan TIMSS 2003. Gambaran Umum Metode
Penelitian. Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Rudy. 2011. Peran Guru Abad XXI. Surabaya: Unesa (Online). http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/02/peran-guru-abad-xxi.html (15 September 2012).
Rustaman, Nuryani, Y. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Satiadarma, M.P. dan Wawuru, F.E. 2003. Mendidik Kecerdasan. Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Mendidik Anak Cerdas. Jakarta: Pustaka Populer.
Sawitri Epi Wahyuni. 2013. Pembelajaran biologi Model POE (Prediction, Observation, Explanation) Melalui laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta.
Slavin, Robert, E. 2008. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Suciati. 2011. Tugas Rumah Berbasis Home Science Process Skill (HSPS) pada Pembelajaran Biologi untuk Mengembangkan Literasi SainsSiswa. Proceeding Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi FKIP UNSSurakarta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Siswa.
Sumaji. 2003. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tan, Oon-Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation. Singapore: Cengange Learning Asia Pte, Ltd.
Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains. Bandung: Humaniora.
Thomas, J. W. 2000. A Review Of Research on Project – Based - Learning. California: The Autodesk Foundation.
Veronika Sri Suharni. 2013. Pembelajaran Biologi Model Problem Based Learning (PBL) Menggunakan Metode Buzz Group Discussion dan Whole Group Discussion Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta.
Wenno, I. H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related