efektivitas model pembelajaran kooperatif …digilib.unila.ac.id/25784/3/skripsi tanpa bab...
Post on 05-Feb-2018
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1
Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh:
Ni Kadek Suriani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
-
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1
Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Ni Kadek Suriani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih
Mataram tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 180 siswa yang terdistribusi dalam
lima kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang
dipilih dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan
pretest-posttest control group design. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran koorperatif tipe TPS tidak
efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
Kata kunci: efektivitas, pembelajaran kooperatif tipe TPS, penalaran matematis
-
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1
Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Ni Kadek Suriani
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Darma Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabu-
paten Lampung Tengah pada tanggal 21 Januari 1995. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak I Wayan Darmita dan Ibu Ni Ketut
Setuti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Darma Agung pada
tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Mataram pada
tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Mataram
pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada
tahun 2012 melalui jalur mandiri (UM) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa pesanguan, Kecamatan
Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa.
-
MOTTO
Keberhasilan di peroleh dari keberanian yang lebih besar daripada ketakutan
(Anonim)
-
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkankarya ini untuk orang-orang yang berharga
dalam hidupku
Bapak dan Ibuku tercinta: I Wayan Darmita dan Ni Ketut Setuti, yang telah bekerja keras,memberikan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan
sehingga anak mu ini yakin bahwa Tuhan selalumemberikan yang terbaik untuk Umat-Nya.
Adikku I Komang Sucandra serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungandan doanya kepadaku.
Kadek Sukanadi, yang senantiasa mendukung dan menasehatiku dengan penuh kesabaran.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat terbaik yang begitu menyayangiku dan menerima segalakekuranganku, dari kalian aku belajar banyak hal tentang hidup dan memahami kebersaman
didalam perbedaan.
Almamater universitas lampung tercinta.
-
ii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Ditinjau Dari Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa (Studi Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2016/ 2017).
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada:
1. Bapak (I Wayan Darmita) dan Ibu (Ni Ketut Setuti) tercinta, adikku
(I Komang Sucandra), serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan,
memberikan motivasi, semangat, dan dukungan baik secara moril dan materil
kepadaku.
2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, Dosen
Pembimbing Akademik, dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran
yang membangun kepada penulis selama menempuh pendidikan di perguruan
tinggi dan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
-
iii
3. Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan
PMIPA yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi
perhatian, memotivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi
ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta nasehat
kepada penulis.
6. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak I Ketut Tompel, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Mataram
yang telah memberikan izin penelitian.
8. Bapak Wayan Sukra, B.Sc., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
9. Sahabat-sahabatku tercinta: Wayan, Okta, Diza, Deslita, Mega, Putu, Imur,
Didi, Deby, Ana dan Siska yang sangat kusayangi, yang selalu memberikan
doa, semangat, nasehat, dan menciptakan rasa bahagia dalam kebersamaan.
10. Kadek Sukanadi, yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman karibku tersayang: Septi Nurlaili dan Nikita Yunika Sari.
Terima kasih atas segala nasehat dan bantuan yang kalian berikan.
-
iv
12. Siswa/siswi kelas VIII B dan VIII C SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun
Pelajaran 2016/2017 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
13. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika
yang selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan serta kebersamaan
yang penuh kenangan.
14. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013,
2014, 2015 terimakasih atas kebersamaannya.
15. Sahabat-sahabat KKN di Desa Pesanguan, Kecamatan Pematang Sawa,
Kabupaten Tanggamus dan PPL di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa:
Ani, Tika, Rohim, Lukman, Ni Luh Eka D.Y, Netika,Winda, Fara, dan Vany
atas kebersamaannya selama kurang lebih dua bulan penuh makna dan
kenangan.
16. Pak Mariman dan Pak Liyanto, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan
dan perhatiannya selama ini.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, Februari 2017Penulis
Ni Kadek Suriani
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori..................................................... ....................................... 9
1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ........................................... 9
2. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 11
3. Pembelajaran Kooperatif..................................................................... 12
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ...................... 16
5. Pembelajaran Konvensional................................................................ 17
B. Penelitian Relevan................................................................................... 19
C. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 19
D. Anggapan Dasar ...................................................................................... 21
-
E. Hipotesis Penelitian................................................................................. 22
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi dan Sampel ................................................................................ 23
B.DesainPenelitian....................................................................................... 24
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 24
D. Data penelitian ........................................................................................ 25
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 25
F Instrumen Penelitian ................................................................................ 26
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...................................... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 38
1. Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............................. 38
2. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 41
3. Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis .................. 42
B. Pembahasan............................................................................................. 44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 50
B. Saran ...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 SeputihMataram .......................................................................................... 4
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) ............................ 17
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram............ 23
Tabel 3.2 Presstest-Posttest Control Group Desaign ..................................... 24
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabiitis ........................................................... 29
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda................................................... 30
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ............................................ 31
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas data Gain Kemampuan PenalaranMatematis Siswa .............................................................................. 31
Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ............................................................................ 34
Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Penalaran Matematis Siswa................ 38
Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............... 39
Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ..................... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa................................................................................. 41
Tabel 4.5 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.... 42
Tabel 4.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ........ 43
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus ............................................................................................. 59
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS .............................. 63
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kovensional ................ 100
A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ...................................................... 121
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Soal ................................................................................... 157
B.2 Soal Pretest - Posttest...................................................................... 158
B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 159
B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest Posttest ........................................... 160
B.5 Form Penilaian Validitas Isi............................................ ............... 165
C. ANALISIS DATA
C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen ......................................................... 168
C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal ........... 169
C.3 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa KelasKontrol .............................................................................................. 170
C.4 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa KelasEksperimen........................................................................................ 178
C.5 Analisi Peningkatan Skor Pretest - Posttest .................................... 186
-
C.6 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis KelasKontrol .............................................................................................. 190
C.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis KelasEksperimen........................................................................................ 193
C.8 Hasil Uji Homogenitas........................................................................ 196
C. 9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan Kemampuan PenalaranMatematis Siswa ................................................................................. 197
C.10 Uji Proporsi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Eksperimen . 200
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah faktor penting dalam kehidupan umat manusia, melalui
pendidikan tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung secara
berkesinambungan dari generasi ke generasi, menuju peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Inilah yang mendorong negara-negara di dunia berlomba untuk
meningkatkan mutu pendidikan agar dihasilkan sumber daya manusia yang dapat
membangun diri, bangsa, dan negaranya.
Melalui pendidikan berbagai aspek kehidupan dikembangkan dengan proses
belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, program pendidikan di Indonesia
berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,
berpikir kritis, dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Hal ini dikarenakan
orang yang memiliki pendidikan akan merubah orang yang tidak tahu menjadi
tahu dan yang sudah tahu menjadi paham, serta dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada negara. Akan tetapi, yang perlu diingat bahwa pendidikan
akan berhasil dengan maksimal manakala setiap elemen dari pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi senantiasa berorientasi pada tujuan pendidikan nasional.
-
2
Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 3
adalah:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bang-sa, bertujan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran di
sekolah melalui mata pelajaran yang diberikan. Salah satu pembelajaran yang
diberikan di sekolah adalah pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dengan
memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006). Matematika tumbuh dan
berkembang sebagai aktivitas manusia yang membentuk pola pikir dalam bidang-
bidang tertentu, terlatih bernalar, berfikir kritis, logis, dan sistematis. Oleh karena
itu penguasaan materi matematika harus ditanamkan sejak dini, sehingga siswa
mempunyai dasar ilmu untuk dikembangkan dalam menghadapi perkembangan
zaman dan teknologi saat ini dan masa yang akan datang.
Dalam pembelajaran matematika terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pembelajaran matematika diberikan
kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: 1) memahami
konsep matematika menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan
masalah: 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
-
3
pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh ; 4) mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5) memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM, 2000: 67) terdiri dari lima standar kemampuan matematika
yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan
kemampuan representasi.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam
belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh
dengan bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran
matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan
melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Menurut Keraf (1985: 5) penalaran merupakan suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu
kesimpulan. Penalaran dalam matematika diperlukan pada proses penentuan
suatu argumen matematika benar atau salah dan digunakan untuk membangun
suatu argumen matematika.
-
4
Kemampuan penalaran matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah.
Hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS, 2011) yang menunjukkan bahwa per-
sentase kelulusan kemampuan matematis siswa di Indonesia untuk penalaran
sebesar 17%. Persentase jauh dibawah rata-rata presentase kelulusan interna-
sional yaitu penalaran 30%. Presentase ini menunjukan bahwa penalaran
matematis siswa di indonesia masih rendah. Hal ini karena siswa di Indonesia
kurang terbiasa menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal
pada TIMSS, yang subtansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan
kreativitas dalam penyelesaian (Wardhani dkk, 2011: 1). Siswa yang terbiasa
mengerjakan soal-soal rutin dan meniru cara guru dalam menyelesaikan masalah
akan mengalami kesulitan ketika mendapat soal-soal tidak rutin.
Hasil survei tersebut sejalan dengan hasil wawancara kepada guru mitra di SMP
Negeri 1 Seputih Mataram yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran
matematis di SMP tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya
siswa yang mampu mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika,
memberikan alasan atas jawabannya, dan menarik kesimpulan dari suatu masalah
matematika yang diberikan. Selain itu, dapat lihat dari hasil ulangan harian yang
soal-soalnya adalah soal pemahaman konsep.
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 SeputihMataram
No Kelas Rata-rata Nilai1. VIIIA 65,542. VIIIB 62,053. VIIIC 61,424. VIIID 59,565. VIIIE 58,12
-
5
Nilai ini masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72.
Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa menyebabkan rendahnya matematis
siswa.
Pembelajaran yang selama ini diterapkan di SMP Negeri 1 Seputih Mataram yaitu
dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan latihan, dan
pemberian PR. Dalam kegiatan tersebut guru merupakan sumber informasi utama
dalam pembelajaran sehingga terlihat komunikasi berpusat pada guru, meskipun
guru telah menerapkan belajar secara diskusi yang terjadi hanya melibatkan siswa
tertentu saja. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecen-
derungan siswa lebih banyak menuggu sajian guru dari pada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan, siswa hanya mencontoh dan
mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal setelah dikerjakan oleh gurunya,
jika mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka mulai
bingung. Para siswa jarang bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau
kurang di pahami dan siswa juga kurang memiliki keyakinan untuk megerjakan
soal kedepan kelas.
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa adalah
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas kurang melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dan siswa
dengan guru. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, mene-
mukan sifat-sifat, mengajukan konjektur dan hanya menerima apa yang disajikan
oleh guru.
-
6
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan penalaran matematis diperlukan model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga pada proses pembelajaran tidak hanya menerima sajian dari guru. Selain
dituntut aktif dalam berpikir, siswa juga dilatih untuk menganalisis suatu
permasalahan, mendiskusikan dan mengutaran ide-ide yang mereka miliki. TPS
memungkinkan untuk menciptakan situasi tersebut, sehingga TPS diduga dapat
mengembangkan kemampuan penalaran siswa.
Pembelajaran Kooperatif TPS dicetuskan oleh Frank Lyman 1985 yang bertujuan
untuk mengajarkan peserta didik agar lebih mandiri dalam menyelesaikan soal-
soal yang dapat mengembangkan kemampuan matematis siswa. Menurut lie
(2008: 57) keunggulan TPS adalah optimalisasi partisipasi peserta didik.
Pembelajaran TPS memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan peserta didik lainya. Selain itu, peserta didik dapat
mengembangkan ide-ide yang mereka miliki dalam mengukapkan suatu argumen.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian yang berjudul Efektivitas
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran
matematis siswa?
-
7
Mengacu pada pengertian efektivitas pembelajaran, rumusan masalah di atas
dapat dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran TPS lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional?
2. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang
dikategorikan baik dengan KKM yaitu 72 pada kelas yang menggunakan
pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas pembelajaran TPS terhadap kemampuan penalaran
matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pembelajaran matematika, terkait pembelajaran TPS serta
hubungannya dengan kemampuan penalaran matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
guru dan peneliti lain.
-
8
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitan
lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini membahas materi relasi dan fungsi dengan menerapkan
pembelajaran TPS ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa kelas
VIII.
-
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan
penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika
merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa
yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dapat
dievaluasi.
Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan
penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika (Depdiknas, 2002:6).
Brodie(2010:7) menyatakan bahwa, Mathematical reasoning is reasoning about
and with the object of mathematics. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
penalaran matematis adalah penalaran mengenai dan dengan objek matematika.
Kemudian Suriasumantri (2007:42) mengatakan bahwa penalaran merupakan
suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Selain itu, Shadiq (2004:2) menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir
yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.
-
10
Menurut Wardani (2008:12) ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara
induktif dan deduktif, sehingga dikenal dengan istilah penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Adapun pengertian dari penalaran induktif dan penalaran
deduktif yaitu:
a. Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan
fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b. Penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang
hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah
dibuktikan (diasumsikan) kebenaranya.
Menurut Suriasumantri (1999 : 43) sebagai suatu kegiatan berpikir maka
penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran merupakan
suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan
berpikir menurut suatu pola tertentu. Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat
analitik dari proses berpikirnya.
Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11
November 2004 ( Wardani, 2005:1) tentang penilaian perkembangan anak didik
SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran matematika adalah
a. Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar
b. Mengajukan dugaan
c. Melakukan manupilasi matematika
d. Menarik kesimpulan
-
11
Menurut Saragih (2007:4) pembelajaran yang lebih menekankan pada penalaran
dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai oleh
siswa. Dengan kata lain, untuk memperoleh prestasi siswa yang tinggi dalam
pembelajaran matematika, proses pembelajaran ditekankan pada penggalian
kemampuan penalaran siswa.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan penalaran matematis adalah suatu aktivitas
atau proses penarikan kesimpulan yang ditandai adanya langkah-langkah dalam
proses berpikir
2. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris effective yang berarti berhasil atau tepat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas adalah sesuatu yang
memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Efektivitas menekankan pada hasil
yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai
hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya
(Siagian, 2001: 24). Dalam lingkup pembelajaran, lebih lanjut menurut Hamalik
(2004:171) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-
aktivitas belajar. Adapun hasil dari pembelajaran yang efektif adalah siswa
mendapat pemahaman, pengetahuan, dan wawasan.
Depdiknas (2008:4) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran salah
satunya ialah peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes
-
12
sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata
60%. Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang
mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator. Pernyatan tersebut
sejalan dengan BSNP (2006;12) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara kriteria ideal untuk
masing-masing indikator adalah dengan kriteria ketuntasan minimal ditentukan
masing-masing lembaga pendidikan. Untuk mata pelajaran matematika kemam-
puan yang diukur dalam pencapaian ketuntasan belajar terdiri dari kemampuan
rendah hingga kemampuan tingkat tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tercapai tidaknya
ukuran atau tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran dan mampu
melatih kemampuan penalaran setelah melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Pada
penelitian ini keefektifan pembelajaran yang diukur hanya dari kemampuan
penalaran matematis sehingga kriteria masing-masing indikator yang digunakan
adalah dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sesuai dengan yang
ditetapkan sekolah yaitu 72 serta diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM
lebih dari 60% dari jumlah siswa dalam satu kelas.
3. Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh
siswa dgalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan . Menurut Slavin (2008: 103) pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok
kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan
-
13
terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Selanjutnya menurut Agus Suprijono
(2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan ( reward),
jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan.
Model pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi
yang bersifat langsung dan terbuka diantara anggota kelompok sangat membantu
siswa dalam memperoleh keberhasilan proses belajarnya. Hal ini disebabkan
mereka melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pengalaman, pemaha-
man dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar
(Suprayekti, 2006: 89).
Menurut Isjoni (2009: 17) ada beberapa ciri-ciri dari cooperative learning,
diantaranya adalah sebagai berikut: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya,
(d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Roger dan Davin Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa
tidak semua belajar kelompok bisa semua belajar kelompok bisa dianggap
-
14
pembelajaran koopeatif. Untuk mencapi hasil maksimal, lima unsur dalam
pembelajaran kooperaif harus diterapkan, yaitu:
1) Positive interdependence ( saling ketergantungan) unsur ini menunjukan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok.
Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individual mempelajari bahan yang
ditugaskan tersebut.
2) Personal responsbiity (tanggung jawab perseorangan) Pertanggung jawaban
ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan
pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi
pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin
semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
3) Face to face promotive interaction (Interaksi promotif) unsur ini penting
karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi
promotif adalah (a) saling membantu secara efektif dan efesien; (b) saling
memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (c) memproses informasi bersama
secara lebih efektif dan efesien; (d) saling mengingatkan; (e) saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan
kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. (f) saling percaya; (g)
saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) Untuk mengkoordinasikan
kegiatan peserta didik dalam pencapian tujuan peserta didik dalam pencapaian
peserta didik harus: (a) saling megenal dan mempercayai; (b) mampu
-
15
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima dan
mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara konsttuktif.
5) Group processing (pemrosesan kelompok) melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan
siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan
efektifitas anggota dalam memberikan konstibusi terhadap kegiatan kolaboratif
untuk mencapai tujuan kelompok.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif: 1) guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi belajar kepada
peserta didik; 2) Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik, baik de-
ngan peragaan atau teks; 3) Peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompok-
kelompok belajar; 3) Bimbingan kelompok-kelompok belajar pada saat peserta
didik bekerja sama mengerjakan tugas yang diberikan; 4) Setiap akhir pembelaja-
ran guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran
oleh peserta didik; dan 5) Menyampaikan hasil evaluasi kepada peserta didik.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajarai materi pelajaran agar belajar semua
anggota maksimal.
-
16
4. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelaja-
ran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model
TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif pertama kali dikembang-
kan oleh Frank Lyman di Maryland University. Menurut Huda (2011: 132) dalam
pembelajaran TPS, pertama-tama setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-
sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian
mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya untuk
memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka
berdua.
Asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam
TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu (Trianto, 2007:61). Guru memperkirakan hanya melengkapi
penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda
tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa
yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
Menurut Ibrahim (2000: 26-27 ) ada tiga tahapan dalam pembelajaran Tipe TPS.
Untuk masing-masing tahapnya disajikan dalam tabel berikut:
-
17
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Fase PembelajaranTipe TPS
Tingkah Laku Guru
1. Berpikir (think) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yangberhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswadiminta untuk memikirkan pertanyaan atau isutersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2. Berpasangan (pair) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lainuntuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannyapada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggotapada kelompok membandingkan jawaban atau hasilpemikiran mereka dengan mendefinisikan jawabanyang dianggap paling benar, paling meyakinkan, ataupaling unik.Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untukberpasangan
3. Berbagi( share) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasanganuntuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yangtelah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalamseluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjukpasangan yang secara sukarela bersedia melaporkanhasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangandemi pasangan hingga sekitar seperempat pasangantelah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran Tipe TPS adalah
pembelajaran yang dilakukan siswa dengan cara berpasangan dengan cara tersebut
siswa mampu berpikir dan merespon apa yang diperoleh serta membagi informasi
yang didapat dari siswa lainya.
5. Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan
oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Menurut Djamarah (1996),
metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
-
18
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam
proses belajar dan pembelajaran. Menurut Freire (1999), memberikan istilah
terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber
gaya bank penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas
pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan
dihafal. Menurut Sanjaya (2006: 259) pada pembelajaran konvensional siswa
ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi
secara pasif.
Menurut Sanjaya (2009:177), pembelajaran konvensional adalah model
pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seo-
rang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi secara optimal. Pembelajaran konvensional ini lebih banyak guru bercera-
mah di kelas. Peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal menyam-
paikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan men-
catat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.
Secara umum, Menurut Djamarah (1996) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran
konvensional sebagai berikut: 1) Peserta didik adalah penerima informasi secara
pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan
diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai
standar; 2) Belajar secara individual; 3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis;
4) Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan; 5) Kebenaran bersifat absolut dan
pengetahuan bersifat final; 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran;
7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; 8) Interaksi di antara peserta
-
19
didik kurang; 9) Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran konvensiaonal adalah
pembelajaran dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian
tugas dan latihan.
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini :
1. Juniza (2014) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada
pembelajaran konvensional pada siswa kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu.
2. Nataliasari (2013) menyatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model kooperatif
tipe TPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Kerangka pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tipe TPS
terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Pembelajaran tipe TPS dalam
penelitian ini diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol dijadikan sebagai variabel bebas. Kemampuan penalaran
matematis siswa sebagai variabel terikat.
Pembelajaran tipe TPS merupakan pembelajaran yang menekankan agar siswa
dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tipe TPS siswa tidak hanya
dituntut agar dapat memecahkan masalah dalam kelompok, namun siswa juga
-
20
diberi waktu untuk dapat menyelesaikan masalah secara individu. Tahapan dalam
model pembelajaran tipe TPS dimulai dengan pendahuluan, berpikir secara
mandiri ( Think), kemudian dilanjutkan berpasangan ( Pair), selanjutnya yaitu
berbai (Share).
Tahap pertama yaitu pendahuluan, pada tahap ini guru memberikan penjelasan
mengenai tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan selama
proses pembelajaran. Guru memberikan motivasi kepada siswa, dan meng-
kondisikan siswa dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan
masalah sehari-hari. Pada tahap ini siswa diajak memahami pertanyaan atau
pernyataan yang diberikan tersebut, kemudian siswa mengubah pernyataan yang
diberikan guru ke dalam bahasa matematika. Pada tahap ini, rasa ingin tahu siswa
akan muncul. Dengan demikian, siswa akan lebih semangat dalam proses pem-
belajaran serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyajikan pernyataan
matematis secara tertulis dan gambar.
Tahap kedua yaitu berpikir (Think). Memasuki tahap ini, guru membagikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa. Pada tahap ini siswa dituntut
mengoptimalkan kemampuan individu siswa dalam menyajikan pertanyaan atau
pernyataan matematika secara tertulis atau gambar, serta mengajukan suatu
dugaan dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kemampuan penalaran
matematis siswa dapat ditingkatkan.
Tahap ketiga yaitu berpasangan (Pair). Pada tahap ini guru membagi siswa
kedalam kelompok heterogen beranggota dua orang. Dalam aktivitas diskusi,
siswa dituntut dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan pada tahap kedua.
-
21
Menyusun suatu jawaban yang diduskusikan memerlukan suatu manipulasi
matematis. Selain itu dengan berpasangan, siswa diharapkan mampu
mengembangkan ide-ide, mengungkapkan alasan dari suatu jawaban dan
menambah atau merinci secara detail jawaban dari masing-masing siswa dalam
kelompok, sehingga mereka memperoleh ragam jawaban dari hasil diskusi
tersebut. Serta siswa dapat membuat suatu kesimpualan dari jawaban yang
dianggap paling benar. Dengan demikian kemampuan penalaran matematis siswa
dapat ditingkatkan.
Tahap selanjutnya yaitu berbagi (Share). Pada tahap ini, masing-masing pasangan
berbagi dengan pasangan lainya. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi
hasil diskusi, serta bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang
telah dilakukan. Pada tahap ini siswa dapat merinci suatu jawaban dari kelompok
lainnya. Selain itu siswa akan lebih lancar dalam menggunakan konsep ma-
tematika, karena dengan berbagi siswa dapat mengetahui berbagai macam
jawaban yang mungkin benar dan berbeda dengan yang mereka hasilkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran TPS memberikan kesempatan bagi
siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis .
D. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Seputih Mataram
memperoleh materi pelajaran matematika dan sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
-
22
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan penalaran matematis siswa
selain model pembelajaran tipe TPS dan model pembelajaran konvensional
dianggap memiliki pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
2. Hipotesis Khusus
a. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran TPS lebih tinggi dari pada kemampuan penalaran matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang dikategorikan baik setelah
pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa.
-
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017 di
SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang terletak di Jln. AMD Wirata Agung,
Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram
yang berjumlah 180 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas.
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram
Dari kelima kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random
sampling. Terpilihlah kelas VIIIB dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIIIC dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol.
Kelima kelas tersebut diajar oleh guru yang sama, dan menggunakan model
pembelajaran konvensional yang diterapkan sehingga tingkat kemampuan kedua
kelas relatif sama.
No Kelas Rata-rata Nilai1. VIIIA 65,542. VIIIB 62,053. VIIIC 61,424. VIIID 59,565. VIIIE 58,12
-
24
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan
the pretestposttest control group design. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1.
berikut:
Tabel 3.2. Pretest Posttest Control Group Design
KelompokPerlakuan
Pretest Pembelajaran PosttestEksperimen A1 X A2
Kontrol B1 - B2Menurut Sugiyono (2009:112)
Keterangan:A1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas eksperimenA2 : posttest yang dilaksanakan pada kelas eksperimenX : perlakuan yang diberikan dikelompok eksperimen yaitu model
pembelajaran TPSB1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas kontrolB2 : posttest yang dilaksanaka pada kelas kontrol
dan kelas kontrol
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes
yang dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Tes
yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran matematis siswa yang
berbentuk uraian. Pemberian tes berguna untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran TPS dan kelas yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
-
25
D. Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan penalaran
matematis siswa yang diinterpretasikan dengan skor pretest-posttest dan data skor
peningkatan (gain). Data ini berupa data kuantitatif.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahapan. Urutan pelaksanaan
penelitian yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi untuk melihat karekteristik populasi yang ada.
b. Menentukan sampel penelitian
c. Menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian
d. Menyusun proposal penelitian
e. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol
f. Mengonsultasikan bahan ajar dan instrumen dengan dosen pembimbing dan
guru bidang studi matematika
g. Melakukan ujicoba instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen sebelum mendapatkan
perlakuan.
.
-
26
b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
koorperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol
c. Memberikan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah
mendapat perlakuan.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data dari sampel terkait hasil tes kemampuan pretest dan
posttest penalaran matematis siswa.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari masing-masing
kelas serta membuat kesimpulan.
c. Menyusun laporan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen tes untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis siswa. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal
uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan penalaran matematis
siswa. Tes yang diberikan pada setiap kelas yaitu soal-soal pretest dan posttest.
Materi yang diujikan adalah pokok bahasan Relasi dan Fungsi. Penyusunan
perangkat tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan pembatasan materi yang diujikan
2) Menentukan tipe soal
3) Menentukan jumlah butir soal
-
27
4) Menentukan waktu mengerjakan soal dan menuliskan petunjuk mengerjakan
soal
5) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin
dicapai
6) Menuliskan butir soal
7) Menuliskan kunci jawaban, dan pedoman penskoran
8) Menganalisis validitas isi
9) Mengujicobakan instrumen
10) Menganalisis reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
11) Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah
dilakukan
Berdasarkan indikator penalaran metematis siswa, pedoman penskoran
kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat pada ( Lampiran B.3) .
a. Validitas Isi
Validitas isi tes kemampuan penalaran matematis diketahui dengan cara menilai
kesesuaian isi yang terkandung dalam tes penalaran matematis dengan indikator
kemampuan penalaran matematis siswa yang telah ditentukan.
Pengujian validitas instrumen tes dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mata
pelajaran matematika kelas VIII dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri Seputih Mataram Lampung Tengah
mengetahui dengan benar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk
tingkat SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru
mata pelajaran matematika. Instrumen Tes yang dikateorikan valid adalah yang
-
28
butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator pembelajaran yang diukur.
Penilaian terhadap kesesuain isi instrumen tes terhadap kesesuaian isi tes dengan
kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang
digunakan dalam tes dengan kemampuan penalaran siswa dilakukan dengan
menggunakan daftar checklist oleh guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru
menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan
penalaran masalah matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5).
Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut
diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel yaitu kelas IXA. Data yang diperoleh
dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software
Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks
kesukaran butir soal.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil dari data yang diperoleh, yang
artinya data tidak berubah-ubah dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahannya
dapat dikatakan tidak berarti. Perhitungan reliabilitas instrumen tes dalam
penelitian ini menggunakan reliabilitas total dari semua butir soal. Perhitungan
ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011 : 208-209) yang menyatakan bahwa
untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha, yaitu :
2
2
11 11i
i
n
nr
-
29
Keterangan:
11r : koefisien reliabilitas instrumen tes
n : banyaknya item
2i : jumlah varians dari tiap-tiap item tes2
i : varians total.
Menurut Sudijono (2011:209) koefisien reliabilitas11r yang diperoleh
diinterpretasikan ke dalam kriteria koefisien reliabilitas sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien reliabilitas Kriteria0,00 - 0,20 Sangat Rendah0,21 - 0,40 Rendah0,41 - 0,60 Sedang0,61 - 0,80 Tinggi0,81 - 1,00 Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai
koefisien reliabilitas tes adalah 0,93 dapat dilihat pada ( Lampiran C.1) Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas yang
sangat tinggi.
c. Indeks Daya Pembeda
Daya pembeda tiap butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab benar
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar
(berkemampuan rendah). Menurut Suherman (2003:159) mengungkapkan bahwa
Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan kemampuan butir soal
tersebut untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa
-
30
yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan indeks daya pembeda digunakan
rumus sebagai berikut (Suherman, 2003) :
= Keterangan :
DP : indeks daya pembeda butir soal tertentu
: Rata-rata skor siswa kelompok atas
: Rata-rata skor siswa kelompok bawah
: skor maksimal ideal
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Nilai Interpretasi-1,00 0,09 Sangat Buruk0,10 0,19 Buruk0,20 0,29 cukup baik0,30 0,49 Baik0,50 1,00 Sangat Baik
Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki interpretasi
cukup baik, baik, atau sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda
butir soal instrumen pada uji coba diperoleh daya pembeda tes yang baik .Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal instrumen sesuai
dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen dapat digunakan dalam
penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
-
31
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba mengerjakan kembali karena di luar jangkauannya.
Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran soal,
digunakan rumus sebagai berikut.=Keterangan:
TK : indeks tingkat kesukaran suatu butir soal
JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut :
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi0.00 0.15 Sangat Sukar0.16 0.30 Sukar0.31 0.70 Sedang0.71 0.85 Mudah0.86 1.00 Sangat MudahSoal yang akan diambil dalam penelitian ini adalah soal yang termasuk dalam
kriteria mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan hasil perhitungan data uji coba
instrumen tes, semua butir soal memiliki tingkat kesukaran yang sedang.
Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.2.
-
32
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis untuk mengetahui
besarnya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan
rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:
= Hasil perhitungan skor gain kemampuan penalaran matematis siswa selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan C.4.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data gain skor kemampuan
Penalaran matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatif
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk
mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi
normal dan memiliki varians yang homogen.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan
penalaran kedua sampel penelitian, yaitu data kelas eksperimen dan kelas kontrol,
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dilakukan dengan uji Chi Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273),
yaitu
a. Hipotesis
Ho: data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
-
33
H1 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
b. Taraf signifikan : = 0,05
c. Statistik uji
Rumus uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:= ( )Keterangan:
= frekuensi pengamatan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya pengamatan
d. Kriteria Uji
Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < dengan = ( )( )Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan matematis disajikan pada Tabel
3.5. perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan Lampiran C.7
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan PenalaranMatematis
Pembelajaran X2hitung X2
kritis Keputusan H0TPS 6,724 9,49 diterima
konvensional 7,623 9,49 diterima
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain kemampuan
penalaran matematis pada siswa yang mengikuti pembelajaran TPS dan
konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam kedua
kelompok data gain memiliki varians yang sama atau tidak .
-
34
Menurut Sudjana (2005: 249), untuk menguji homogenitas dapat dilakukan
dengan ketentuan berikut:
a. Hipotesis
Ho: = (kedua kelompok data gain memiliki varians yang sama)H1: (kedua kelompok gain memiliki varians yang tidak sama)
b. Taraf signifikan : = 0,05
c. Statistik Uji=Keterangan:s = varians terbesars = varians terkecil
d. Kriteria Uji
Terima H0 jika < dengan ( , ) didapatdari daftar distribusi F dengan = 0,05 Untuk 1 adalah dk pembilang(varians terbesar) dan 1 adalah dk penyebut (varians terkecil). Hasilperhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan PenalaranMatematis Siswa
Kelas Varians Keputusan Uji
Eksperimen 0,0082,25 0,51 ditolak
Kontrol 0,018
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians data kemapuan penalaran
matematis siswa yang mengikuti Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan siswa
-
35
yang mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh > . Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi tidak sama. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis.
Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata untuk hipotesis 1
dan uji proporsi untuk hipotesis 2. Adapun penjelasan dari masing-masing uji
hipotesis sebagai berikut.
a. Uji kesamaan dua rata-rata
Pada uji normalitas dan homogenitas, kedua data gain berdistribusi normal dan
kedua kelompok data gain tidak memiliki varians yang sama. Uji hipotesis
yang digunakan adalah uji-t. Hipotesis uji data kemampuan penalaran
matematis sebagai berikut.
a) Hipotesis
: 1 = 2 (tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti TPS
dengan rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
: 1 > 2 (rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis
siswa yang mengikuti TPS lebih tinggi daripada rata-rata skor
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional)
-
36
b) Taraf signifikan: = 0,05
c) Uji Statistik
Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana ( 2005: 243) adalah:
= +Keterangan: = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kela
eksperimen = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kelaskontrol
= banyaknya subyek kelas eksperimen= banyaknya subyek kelas kontrol= varians yang mengikuti kelas eksperimen= varians yang mengikuti kelas kontrol
d) Kriteria pengujian adalah terima H0 jika < , dan sebaliknyadengantkritis=
= ; =
1 = (1 ),( 1 1)2 = (1 ),( 2 1)
b. Uji Proporsi
Untuk mengetahui besarnya proporsi siswa yang memiliki kemampuan
penalaran matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti TPS,
dilakukan uji proporsi satu pihak. Uji proporsi menurut Sudjana (2005: 235)
adalah sebagai berikut.
-
37
a) Hipotesis
H0 : = 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis
terkateori baik sama dengan 60%)
H1 : > 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis
terkategori lebih dari 60%)
b) Taraf signifikan: = 0,05
c) Uji Statistik.
Menurut Sudjana (2005: 234) rumus uji proporsi yang digunakan yaitu:= ,, ( , )Keterangan:
x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pembelajaran TPSn = jumlah sampel
d) Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika < , dengan= . Diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5).
-
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih
Mataram Tahun ajaran 2016/2017 dan pembahasan, dapat dilihat bahwa
peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan pembelajaran TPS
lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan
pembelajaran konvensional, tetapi presentase siswa yang memiliki kemampuan
penalaran yang terkategori baik kurang dari 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran TPS. Oleh karena itu, dapat dikesimpulan bahwa model
pembelajaran TPS tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis
siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis
siswa, dapat menerapkan pembelajaran TPS sebagai salah satu alternatif
diantara banyak pilihan model pembelajaran matematika, dengan pertimbangan
bahwa guru telah memahami tahap-tahap pada TPS. Khususnya ketika kegiatan
diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas seefektif mungkin agar
suasana belajar kondusif.
-
51
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang TPS disarankan
membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang sehingga
pembelajaran terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana. Melakukan
penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar subjek penelitian terbiasa
dengan pembelajaran TPS dan memperhatikan efisiensi waktu agar proses
pembelajaran berjalan secara optimal.
-
52
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta: PT Grasindo
Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aunurrahman. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-4.Bandung:Alfabeta
Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan TerampilMengajar. Bandung: Alfabeta.
Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary SchoolClassroom. New York: Springer.
BSNP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2002 . Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga KependidikanAbad Ke-21. Jakarta: Depdiknas.
. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafik.
. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:Depdiknas.
. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dikdasmen.
Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Freire, Paulo. 1999. Politik pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
-
53
Hake, Richard R. 1998. Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Diakses dighttp://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. Pada 20 November 2015.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Juniza. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share TerhadapHasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu.Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Pasir Pengaraian. [online]. Diakses di
http://ejournal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/268/273 pada 26maret 2016.
Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.
Nataliasari, Ike. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran DanPemecahan Masalah Matematis Siswa MTS.Tasikmalaya: Program Pascasarjana Universitas Terbuka. .[online].Diakses di http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article/download/4/4 Pada 21 januari 2016
NCTM. 2000. Principles and Standards For School Mathematics. Reston, VA:NCTM.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Penada MediaGroup.
. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Kencana Prenada MediaGroup.
Saragih,S.2007.Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan KomunikasiMatematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui PendekatanMatematika Realistik. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.[online] Diakses di http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1474 pada3 januari 2016
Shadiq.2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:Makalah Penataran Guru PPPG.
Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
-
54
.2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Efektifitas Pelayanan. Bandung:Primako Akademika.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CvAlfabeta.
Suherman, Erman.2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: Jica Jurusan Pendidikan Matematika FIMIPA UniversitasPendidikan Indonesia.
.2003. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: UPI [online]. Diakses dihttp://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d0151_060071_chapter3.pdfpada 21 januari 2016
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor.
. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sondang P, Siagian . 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media.
Suprayekti. 2006. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Dalam JurnalPendidikan Penabur, No.7, Th 5, Desember 2006. [Online]. Diakses di :http:// www.bpkpenabur.or.id/id/jurnal?page=2. pada 17 Desember 2016
Tjokrodihardjo.2003. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share.Jakarta: Rosdakarya.
Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Trihendradi, Cornelius .2005. Step by step SPSS (Analisis Data Statistik).Yogyakarta: Penerbit Andi.
TIMSS.2011. Internasional Results in Mathematics.[online].Diakses dihttp://timssand pirls.bc.edu. pada 22 januari 2016
Wardani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP.Yogyakarta : PPPG Matematika
. . 2008..Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTsuntuk Optimalisasi Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: DapartemenPendidikan Nasional.
-
55
Wardani dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar MatematikaSMP:Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta PPPPTK. [Online] Diaksesdi http://p4-tkmatematika.org/ pada 23 januari 2016.
1. Coper depan.pdf2. ABSTRAK.pdf3. cover dalam.pdfUntitled-Scanned-12.pdfUntitled-Scanned-13.pdfUntitled-Scanned-14.pdf7. Riwayat hidup.pdf8. Motto.pdf9. Persembahan.pdf10. Sanwacana.pdf11.Daftar isi.pdfbab i.pdfbab ii.pdfbab iii.pdfbab V.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf
top related