efektivitas pupuk organik dan etilen pada...
Post on 02-Feb-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK DAN ETILEN
PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI STROBERI (Fragaria sp)
ANNA MARLIANA ARISKA SINAGA
G 111 08 278
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
-
2
EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK DAN ETILEN
PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI STROBERI (Fragaria sp)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
ANNA MARLIANA ARISKA SINAGA
G 111 08 278
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
-
3
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK DAN ETILEN
PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI STROBERI (Fragariasp)
ANNA MARLIANA ARISKA SINAGA
G 111 08 278
Makassar, Maret 2012
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Ir. H.M.AminIshak, M.Sc) (TiginDariati, SP, MSc)
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian
Prof. Dr. Ir. ElkawakibSyam’un, MS
NIP. 19560318 198503 1 001
-
4
RINGKASAN
Anna Marliana Ariska Sinaga (G 111 08 278) Efektivitas Pupuk Organik dan
Etilen Pada Pertumbuhan dan Produksi Stroberi (Fragariasp). Dibimbing oleh
Amin Ishak dan TiginDariati.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lannying, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dalam
bentuk Rancangan Acak Kelompok dalam bentuk Faktorial Dua Faktor. Perlakuan yang diberikan adalah pupuk organik cair dengan konsentrasi 0 ml-1, 2 ml-1,
4 ml-1, 6 ml-1 dan etilen dengan konsentrasi 0 ml-1, 0,5 ml-1, 1 ml-1, 1,5 ml-1 Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali ulangan dengan 4 unit tanaman tiap perlakuan, sehingga digunakan 144 tanaman stroberi yang
berasal dari anakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pupuk organik cair dengan konsentrasi 4 mL L-1 dan etilen konsentrasi 1,5 mL
L-1 memberikan pengaruh terbaik hingga sangat baik pada jumlah bunga dan jumlah buah. Pupuk organik cair konsentrasi 6mL L-1 memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga dan umur berbuah tercepat,
namun pada bobot buah dan diameter buah memberikan hasil yang baik pada konsentrasi 4 mL L-1. Etilen dengan konsentrasi 1,5 mL L-1 memberikan hasil
yang baik pada umur berbunga dan umur berbuah tercepat.
Kata Kunci :Stroberi, Pupuk Organik Cair, Zat Pengatur Tumbuh, Dosis.
-
5
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya serta salam penulis curahkan kepada junjungan
nabi besar Muhammad SAW, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Skripsi ini diselesaikan atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari segi materil maupun moril. Untuk itu, pada kesempatan
ini secara khusus dan penuh kerendahan hati penulis menghaturkan banyak
terima kasih kepada Ir. H. Amin Ishak, M.Sc dan Tigin Dariati, SP, MSc,
selaku pembimbing yang dengan sabar telah mencurahkan tenaga, waktu dan
pikiran dalam mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan berkah dan
hidayah-Nya kepada beliau.
-
6
Tak lupa pula penulis menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Yunus Musa, M.Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin merangkap penasehat akademik yang telah
memberikan bantuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof.Dr.Ir.Elkawakib Syam`un, MS selaku Ketua Program Studi
Agronomi beserta seluruh dosen dan staf Fakultas Pertanian.
3. Penghargaan dan terimakasih yang tak terhingga kupersembahkan kepada
harta terindah dalam hidupku atas cinta kasihnya teruntuk Ayahanda
Drs. J. Sinaga, MBA, MM, Ibunda Sri Susilowati, Nenek tercinta
ST.Syahriah, Om Pujo Prastono, dan beserta saudaraku Krisman Sinaga,
Lis Mariana Rezky Sinaga dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan
kasih sayang, perhatian, pengorbanan, doa dan motivasi yang kuat dengan
segala jerih payahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.
4. Bapak Ansar beserta Ibu yang telah memberikan bantuan selama penelitian di
Desa Lannying. Semoga Allah SWT memberikan amal jariyah bagi ilmu
yang diberikan.
5. Teruntuk Arham dan teman-temanku tersayang Fadlia, Nhana, Adhe, Fatma.
Terimakasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini.
6. Rekan-rekan yang telah membantu Khairul Ikhwan, SP, Nurul Azizah
Azzahra, Hery Pasaribu, fadhilah achmad, SP, Nurwanti serta kanda
Muh. Shaipullah Sasmono, SP, MP dan Nurlailah Mappanganro, SP,MP.
-
7
7. Serta rekan-rekan seperjuangan di “Rejuvinasi” angkatan 2008, Selpiana, SP,
Elyana, Melinda Idris, Harlindah Harun dan seluruh angkatan 2008 yang
tidak dapat tersebutkan satu persatu serta seluruh warga KMBP Faperta
Unhas. Terima kasih atas persahabatan, bantuan, doa serta kerjasamanya
selama penulis menempuh pendidikan di FakultasPertanian.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, kekurangan dan keterbatasan pada
dasarnya ada pada setiap sesuatu yang tercipta di alam ini, tidak terkecuali penulis
dalam menyusun skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan syukur dan doa
semoga Allah SWT rahmat-Nya atas amalan kita di dunia dan akhirat. Amin
yarabbalalamin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Mei 2012
-
8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Hipotesis ......................................................................................... 6
1.3. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Stroberi ........................................................................... 7
2.2. SyaratTumbuh ............................................................................... 9
2.2.1. Iklim dan Curah Hujan ...................................................... 9
2.2.2. Tanah ................................................................................ 11
2.2.3. Ketinggian Tempat ............................................................ 11
2.3. Penanaman stroberi dalam karung ................................................ 11
2.4. Zat Pengatur Tumbuh Etilen ......................................................... 12
2.4.1 Peranan etilen dalam fisiologi tanaman............................. 14
2.5. Pupuk Organik............................................................................... 15
2.5.1 Pupuk Cair Chitosan ..................................................................... 16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 20
3.2. Bahan dan Alat .............................................................................. 20
3.3. Metode Penelitian.......................................................................... 21
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengisian Karung................................................................ 22
3.4.2. Penanaman .......................................................................... 22
3.4.3. Pemeliharaan ..................................................................... 23
-
9
3.4.4. Pemupukan dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ........... 23
3.4.5. Panen .................................................................................. 24
3.4.6. Pengamatan ......................................................................... 24
3.4.6.1 Waktu Pengamatan ............................................... 24
3.4.6.2. Parameter Pengamatan ......................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pertambahan Tinggi Tanaman ............................................ 26
4.1.2. Pertambahan Jumlah Daun ................................................. 27
4.1.3 Umur Berbunga .................................................................. 28
4.1.4. Umur Berbuah .................................................................... 29
4.1.5. Pertambahan Jumlah Bunga ............................................... 30
4.1.6. Pertambahan Jumlah Buah ................................................. 33
4.1.7. Bobot Buah ......................................................................... 36
4.1.8. Diameter Buah.................................................................... 37
4.1.9. Kadar Gula Buah ................................................................ 38
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pupuk Organik Cair ........................................................... 39
4.2.2. Zat Pengatur Tumbuh Etilen ............................................. 41
4.2.3. Interaksi pupuk organik cair dan zat pengatur tumbuh ..... 42
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 44
5.2. Saran ............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46
LAMPIRAN ................................................................................................... 49
-
10
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Pertambahan Tinggi Tanaman ........................................................... 26
2. Pertambahan Jumlah Daun ................................................................. 27
3. Umur Berbunga .................................................................................. 28
4. Umur Berbuah .................................................................................... 29
5. Pertambahan Jumlah Bunga ............................................................... 30
6. Pertambahan Jumlah Buah ................................................................. 33
7. Bobot Buah......................................................................................... 36
8. Diameter Buah.................................................................................... 37
Lampiran
1a. Tinggi tanaman (cm) stroberi........................................................ 49
1b. Sidik ragam tinggi tanaman stroberi ........................................... 49
2a. Jumlah daun (helai) tanaman stroberi ........................................... 50
2b. Sidik ragam jumlah daun tanamanstroberi ................................... 50
3a. Umurberbunga (hari) tanaman stroberi......................................... 51
3b. Sidik ragam umur berbunga tanaman stroberi .............................. 51
4a. Umur berbuah (hari) tanaman stroberi.......................................... 52
4b. Sidik ragam umur berbuah tanaman stroberi ................................ 52
5a. Jumlah bunga (kuntum) tanaman stroberi..................................... 53
5b. Sidik ragam jumlah bunga tanaman stroberi ................................ 53
6a. Jumlah buah (buah) tanaman stroberi ........................................... 54
6b. Sidik ragam jumlah buah tanaman stroberi .................................. 54
7a. Bobotbuah (g) tanaman stroberi.................................................... 55
7b. Sidik ragam bobot buah tanaman stroberi .................................... 55
8a. Diameter buah (cm) tanaman stroberi........................................... 56
8b. Sidik Ragam Diameter buah tanaman stroberi ............................. 56
9a. Kadar gula buah tanaman stroberi ................................................ 57
9b. Sidik ragam kadar gula buah tanaman stroberi ............................. 57
ix
-
11
DAFTAR GAMBAR
No. teks Halaman
1. Interaksi antara jumlah bunga (kuntum) dengan konsentrasi
pupuk cair ..............................................................................
31
2. Interaksi antara jumlah bunga (kuntum) dengan konsentrasi Etilen......................................................................................
32
3. Interaksi antara jumlah buah (buah) dengan konsentrasi pupuk cair ..............................................................................
34
4. Interaksi antara jumlah buah (buah) dengan konsentrasi Etilen......................................................................................
35
5. Kadar gula buah (% SSC) tanaman stroberi .......................... 38
Lampiran
1. Denah Percobaan di Lapangan .............................................. 58
2. Tanaman Stroberi di Lapangan Setelah Tanam..................... 59
3. Tanaman Stroberi Sesuai Perlakuan Pada Saat Berbuah....... 60
4. Penimbangan Berat Buah Stroberi Setelah Panen ................. 61
5. Pengukuran Diameter Buah Stroberi Setelah Panen ............. 62
6. Pengujian Kadar Gula Stroberi.............................................. 63
-
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan komoditi buah-buahan di Indonesia berjalan cukup pesat
seiring dengan introduksi buah-buahan subtropis dari luar negeri yang ternyata
tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia.
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang penting di dunia,
terutama untuk negara-negara beriklim subtropis. Permintaan dunia akan buah
stroberi, cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Daya serap pasar
(konsumen) yang semakin tinggi berarti agribisnis stroberi mempunyai
prospek cerah (Soemadi, 1997).
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama
kali di Chili dan Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya
spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya.
Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Buah stroberi merupakan satu–satunya buah yang mempunyai biji
dikulitnya. Buahnya yang berwarna merah menandakan bahwa buah ini kaya akan
pigmen warna antosianin dan mengandung antioksidan yang tinggi, sehingga
stroberi mempunyai khasiat yang sangat banyak dalam bidang kesehatan. Stroberi
dipercaya bisa memutihkan gigi, dapat mencegah penyakit kanker payudara dan
-
13
leher rahim, dengan kandungan vitamin C sebanyak 60 mg per gram, mengurangi
resiko serangan jantung. Beberapa fitokimia dalam stroberi mampu menurunkan
tekanan darah, serta menurunkan resiko diabetes (Padmiarso, 2008).
Stroberi sangat kaya akan gizi nutrisi. Pada setiap 100 g stroberi
mengandung : protein 0,8 g, lemak 0,5 g, karbohidrat 8,3 g, energi : 37 kal,
kalsium : 28mg, fosfor : 27 mg, zat besi : 0,8 mg, magnesium : 10mg, potaksium :
27 mg, selenium 0,7 mg, Vitamin A : 60 mg, Vitamin B1 : 0,33 mg, vitamin B2 :
0,07 mg, vitamin C : 60 mg, air : 89,9 g, dan asam folat 17,7 mg (Wijoyo, 2008).
Negara penghasil stroberi yang utama di dunia adalah Amerika Serikat,
tingkat produksinya sekitar 324.000 ton tahun-1 . Usaha stroberi di Indonesia
masih tergolong pada skala sangat kecil. Skala usaha budidaya stroberi di
Indonesia hanya antara 50 - 70 hektar. Budidaya stroberi telah dicoba di beberapa
daerah antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur serta Bali. Dengan populasi 50.000-
60.000 hektar-1 dapat diperoleh hasil 100 – 120 ton. Petani masih menggunakan
pola tanam yang sifatnya konvensional. Kelemahan atas pengelolaan lahan yang
tidak terpadu bisa menimbulkan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit
serta dapat mengurangi kuantitas dan kualitas produksi (Gunawan, 1996).
Permintaan terhadap buah stroberi di Indonesia cukup tinggi termasuk
Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya permintaan buah stroberi.
Permintaan pasar terhadap buah stroberi di Sulawesi Selatan mencapai 700 –
1.000 kg per hari. Produksi buah yang sampai sekarang belum dapat memenuhi
permintaan pasar ini memiliki harga jual yang tinggi.
-
14
Masalah yang dihadapi dalam budidaya tanaman stroberi adalah mas ih
rendahnya produksi buah sedangkan permintaan pasar yang terus meningkat.
Untuk itu berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan hasil antara lain melalui
perbaikan budidaya baik dari segi komposisi hara ataupun metode yang
digunakan, serta pemilihan varietas.
Penanaman stroberi pada umumnya dilahan terbuka didalam wadah
karung dimaksudkan agar buah stroberi bisa menggantung tidak bersentuhan
langsung dengan tanah yang dapat membuat buah menjadi busuk. Karena
ditanam pada lahan terbuka maka intensitas cahaya matahari yang diterima
tanaman lebih besar sehingga proses fotosintesis yang terjadi lebih maksimal.
Stroberi yang ditanam didalam karung, unsur hara dalam tanahnya terbatas
karena akar tanaman akan terus menyerap unsur hara tanah yang ada dalam
karung. Hal ini akan mengakibatkan tanaman menjadi kurang optimal
pertumbuhannya kurang maksimal. Salah satu usaha agar tanaman stroberi dalam
karung dapat tumbuh baik adalah dengan pemberian nutrisi yang tepat melalui
pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh agar memacu pertumbuhan vegetatif
dan generatif dengan merangsang proses pembungaan dan membuat tanaman
intensif berbuah.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Chitosan
merupakan pupuk organik yang berbentuk cair yang terbuat dari cangkang
-
15
kepiting dan kulit udang yang memiliki peranan memacu dan mempercepat
pertumbuhan akar, anakan dan daun (masa vegetatif), memacu dan mempercepat
pembungaan, pembuahan dan pengumbian (masa generatif), memacu germinasi,
mempercepat masa panen, meningkatkan hasil dan kualitas pertanian. Dengan
pemberian chitosan suplai hara bisa terjamin. Tanaman stroberi memiliki skala
pemetikannya yang cukup cepat dan cukup sering sehingga diperlukan suplemen
untuk menjamin ketersediaan hara dan hasil produksi tanaman.
Penelitian tanaman cabai yang dilakukan oleh Jekline (2011), konsentrasi
pupuk cair chitosan 2,5mL L-1 memberikan hasil yang terbaik pada semua
komponen pengamatan (tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah
buah, berat buah per tanaman, dan panjang buah)
Selain pemberian pupuk organik, pemberian hormon atau zat pengatur
tumbuh untuk tanaman juga sangat penting dalam menunjang produksi. Zat
pengatur tumbuh atau dikenal ZPT adalah senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan vegetatif dan generatif. ZPT sangat berperan penting pada masa
tanaman dalam proses produksi sehingga banyak digunakan masyarakat untuk
pembentukan buah dan umbi pada tanaman. ZPT ini juga dapat berbentuk padat
dan juga berbentuk cair.
Salah satu ZPT yang ada dipasaran saat ini adalah Cepha. Cepha berbahan
aktif etilen. Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil
metabolisme normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan
pembungaan. Etilen disebut juga ethene senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan
dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan
-
16
mudah menguap. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang
secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan
normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali.
Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada
suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam
fase klimaterik. Keunggulan zat pengatur tumbuh yang berbahan aktif etilen ini
dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh lain, karena peranannya untuk
mendukung proses pembungaan dan mendukung pematangan buah, harganya
yang cukup relatif murah sehingga bisa terjangkau bagi para petani.
Pada percobaan yang dilakukan oleh Wardiana (2008) pada buah mangga
dengan menggunakan etilen dengan konsentrasi 500 ppm, 700 ppm, dan 900 ppm,
hasil menunjukkan etilen dengan konsentrasi 900 ppm dapat cepat memacu proses
pemasakan bauah.
Pemberian pupuk organik cair chitosan dan zat pengatur tumbuh etilen
cepha diharapkan dapat mempercepat proses pematangan buah dan bisa
menyuplai hara bagi tanaman stroberi yang hasil produksi buahnya bisa sampai
beberapa kali panen dalam sebulan.
-
17
1.2 Hipotesis
Hipotesis yang ingin diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh interaksi antara konsentrasi etilen dan konsentrasi
pupuk organik cair yang memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
produksi tanaman stroberi.
2. Terdapat salah satu konsentrasi pupuk organik cair yang memberikan hasil
terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman stroberi.
3. Terdapat salah satu konsentrasi etilen yang memberikan hasil terbaik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman stroberi.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pupuk organik cair chitosan dan zat pengatur tumbuh cepha terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman stroberi.
Kegunaan penelitian ini diharapkan pemberian pupuk organik dan etilen
dapat memberikan hasil yang nyata sehingga dapat menjadi bahan informasi serta
pertimbangan masyarakat dan seluruh pembaca mengenai konsentrasi penggunaan
pupuk dan etilen yang sesuai dan baik digunakan dalam penanaman stroberi.
-
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Stroberi
Tanaman stroberi merupakan salah satu tanaman buah yang bernilai
ekonomi tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna buah yang merah mencolok
dan rasanya manis segar. Stroberi termasuk regnum plantae, divisi Spermatophyta
(tumbuhan berbiji), subdivisi Angiospermae (biji tertutup), kelas Dicotledonae
(biji berkeping dua), ordo Rosaies, family Rosaceae, genus Fragaria, spesies
Fragaria sp (Rukmana, 1998).
Tanaman stroberi merupakan tanaman buah yang sangat digemari
masyarakat luas. Oleh karena itu, perbanyakan dan peningkatan tanaman stroberi
harus digalakkan untuk mengimbangi permintaan pasar yang sangat pesat dengan
tetap memperhatikan kualitas buah yang baik (Setiani, 2007).
Akar tanaman stroberi terdiri atas (collum), batang akar (corpus), ujung
akar (apex), bulu akar (pilus radicalis), serta tudung akar (calyptras). Tanaman
stroberi berakar tunggang (radix primaria) terus tumbuh memanjang dan
berukuran besar. Panjang akar mencapai 100 cm. Akan tetapi biasanya akar
tanaman stroberi tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15 – 45
cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya. Akar tanaman menyebar kesemua
arah. Akar – akar primer tanaman dapat bertahan sampai satu tahun atau lebih.
Tanaman akan kering dan mati, selanjutnya digantikan oleh akar–akar primer
baru yang tumbuh pada ruas paling dekat dengan akar primer yang telah
kering tersebut (Rukmana, 1998).
-
19
Tanaman stroberi bersifat herbaceous (batang basah). Tanaman stroberi
berbatang pendek sekali seolah-olah tidak berbatang bersifat menyerap dan dapat
hidup sampai bertahun-tahun. Daun-daun terbentuk disetiap buku. Batang utama
dan daun yang tersusun rapat tersebut disebut crown. Ukuran crown berbeda –
beda, tergantung dari umur, tingkat perkembangan tanaman, kultivar, dan
kondisi lingkungan pertumbuhan (Budiman dan Sraswati, 2005).
Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak
panjang. Tangkai daun tanaman berbentuk bulat serta seluruh permukaannya
ditumbuhi oleh bulu – bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate), bagian tepi
daun bergerigi, berwarna hijau, berstruktur tipis, daun dapat bertahan hidup
selama 1 – 3 bulan, dan kemudian daun akan kering dan mati ( Rukmana, 1998 ).
Bunga tanaman stroberi mempunyai lima kelopak (sepal), lima daun
mahkota (petal), 20 – 35 benang sari (stamen) dan ratusan putik (pistil) yang
menempel dengan pola melingkar di dasar bunga (reseptakel). Bunga terletak di
ujung tangkai utama dan tangkai cabang. Bunga yang terletak di ujung tangkai
utama disebut bunga primer yang sangat dominan dan merupakan bunga terbesar.
Penyerbukan dapat terjadi dengan hembusan angin, atau bantuan
serangga (Kurnia, 2005).
Diantara aneka jenis stroberi yang tumbuh di dunia, hanya terdapat empat
jenis stroberi yang umum dibudidayakan. Keempat jenis stroberi budidaya
tersebut yaitu Alpine strawberry atau wil European strawberry (F. vesca L),
Hautbois strawberry (F. elatior), Chilean strawberry (F. chiloensis L. duchesne),
Virginia strawberry (F. Virginia duchesne). Keempat jenis atau spesies stroberi
-
20
tersebut, kemudian dikembangkan menjadi ratusan varietas atau kultivar stroberi
komersial sehingga dalam pengembangan pemuliaan tanaman dari tahun ke tahun
selalu terdapat penambahan varietas atau kultivar stroberi baru (Rukmana, 1998)
Buah stroberi adalah buah semu yang sebenarnya merupakan receptakel
yang membesar yang berwarna merah. Buah sejati yang berasal dari ovul yang
telah diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah
yang keras ini disebut achene. Buah sejati ini berukuran kecil dan menempel pada
receptakel yang membesar. Ukuran stroberi ditentukan oleh jumlah achene yang
terbentuk yang juga dipengaruhi oleh keefektifan penyerbukan dan
jumlah pistil (Budiman dan Saraswati, 2005).
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar
ataupun olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak
dikenal misalnya stroberi, jus, pudding, dan sebagainya bahan obat-obatan, serta
kosmetik. Buah stroberi dapat dikonsumsi secara langsung. Rasanya manis,
asam, dan segar (Setiani, 2007).
2.2 Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim dan Curah Hujan
Secara umum tanaman stroberi menyukai daerah dataran tinggi, suhu
udara relatif dingin dengan sinar matahari yang tidak terlalu terik. Tempat yang
cocok untuk bertanam stroberi pada lahan yang berpasir mengandung tanah liat di
lereng gunung. Stroberi pun membutuhkan pengairan dan sirkulasi udara yang
baik untuk pertumbuhannya (Setiani, 2007).
-
21
Tanaman stroberi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah-
daerah yang memiliki suhu udara optimum antara 17°C-20°C dan suhu udara
minimum antara 4°C – 5°C, kelembaban udara (RH) 80%-90%, penyinaran
matahari 8-10 jam per hari. Suhu udara juga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman stroberi. Di dataran rendah yang mempunyai suhu udara
lebih dari 22°C dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan pembungaan
tanaman stroberi. Sebaliknya, daerah dataran tinggi yang mempunyai suhu sangat
dingin (kurang dari 4°C) dapat menyebabkan kuncup bunga stroberi rusak dan
gagalnya pembuahan (Rukmana, 1998).
Tanaman stroberi dapat tumbuh baik di daerah curah hujan 600 – 700 mm
tahun-1. Kondisi ini sangat ideal karena stroberi peka terhadap kelembaban tinggi.
Pembungaan pada stroberi dipengaruhi oleh panjang penyinaran sinar matahari
(fotoperiodisme), karena tanaman ini termasuk tanaman hari pendek. Artinya
untuk dapat berbunga, stroberi membutuhkan panjang penyinaran 8 sampai 11
jam. Stroberi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan derajat keasaman
atau pH yang ideal yaitu 5,8 – 6,5. Tanaman ini kurang cocok jika ditanam pada
tanah yang mempunyai kadar liat tinggi atau tanah yang terlalu banyak
mengandung pasir. Tanah dengan kadar liat tinggi mempunyai warna coklat
kemerahan, keputih-putihan atau kebiruan. Tanah liat sedikit mengandung bahan
organik tetapi, kaya akan unsur hara, mengikat air, dan sulit ditembus akar
tanaman. Sebaliknya tanah pasir tidak dapat menahan air cukup lama dan
-
22
mengandung sedikit unsur hara. Stroberi sangat peka terhadap penggenangan dan
drainase yang buruk. Hal tersebut mengakibatkan sistem perakarannya rusak atau
busuk serta munculnya penyakit (Budiman dan Saraswati, 2005).
2.2.2 Tanah
Tanaman stroberi biasanya di tanam langsung pada tanah atau
bedengan – bedengan serta dapat pula pada pot. Syarat – syarat keadaan tanah
yang baik untuk ditanami tanaman stroberi untuk tanah kebun (lapangan), tanah
yang paling baik adalah tanah liat berpasir. Di daerah – daerah dataran tinggi
Indonesia biasanya terdapat tanah jenis andosol dan latosol. Keadaan tanahnya
subur dan gembur serta banyak mengandung bahan organik, beraerasi dan
berdrainase dengan baik. Reaksi tanah (pH) antara 5,4 – 7,0 serta tidak
mengandung sumber penyakit tular tanah (soil borne). Air tanahnya dangkal
antara 50 cm – 100 cm dari permukaan tanah (Rukmana, 1998).
2.2.3 Ketinggian Tempat
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi tropis. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut
adalah 1000-1500 m dpl (Budiman dan Sraswati, 2005).
2.3 Penanaman Stroberi didalam wadah karung
Sistem penanaman didalam karung sangat cocok untuk lokasi yang tidak
memilki lahan yang cukup luas. Penanaman ini cukup mudah karena tempat
tumbuh tanaman digunakan dalam karung plastik. Penanaman dengan karung juga
-
23
dapat mencegah pembusukan atau kerusakan buah yang langsung bersentuhan
dengan permukaan tanah. Karung yang digunakan berupa karung beras
plastik bekas (Budiman dan Saraswati, 2005).
2.4 Zat Pengatur Tumbuh Etilen
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman
yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan
mengadakan modifikasi secara kualitatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Heddy, 1996).
Zat pengatur tumbuh bukan merupakan sumber nutrisi tanaman. Dewasa
ini secara luas diakui bahwa zat pengatur tumbuh (ZPT) memiliki peran
pengendalian yang sangat penting dalam dunia tumbuhan. Kini zat pengatur
tumbuh digunakan secara luas di dunia pertanian untuk berbagai tujuan,
diantaranya penundaan atau percepatan pematangan buah, perangsangan
perakaran, peningkatan daun dan bunga/buah, pengendalian perkembangan buah
pemberantasan gulma, pengendalian ukuran organ,dan lain – lain ( Harjadi, 2009).
Pada umumnya dikenal lima kelompok zat pengatur tumbuh, yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, etilen, dan inhibitor. Setiap jenis ZPT tersebut memiliki cara
kerja dan pengaruh yang berlainan. Satu hal yang penting adalah bahwa ZPT
diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dan keberadaannya dapat mendukung,
menghambat atau mengubah proses fisiologi tanaman ( Harjadi, 2009).
Cepha merupakan merek dagang yang berbahan aktif etilen
(Ethylene Realising Agent). Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang
pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman
-
24
hidup, pada waktu-waktu tertentu senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil
pertanian (Winarno, 1992).
Peranan etilen pada tanaman umumnya dominan untuk menstimulasi
pembungaan dan pembentukan buah. Aplikasi etilen telah dilakukan pada
beberapa tanaman. Percepatan kemasakan ini terjadi karena zat pengatur tumbuh
mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo,1984).
Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula merupakan proses
pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur
buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda
kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang
sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase
bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik
klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti
porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan
mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat
mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah
disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut.
Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi
rasa manis (Fantastico, 1986).
-
25
2.4.1 Peranan etilen dalam fisiologi tanaman
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting dalam
fisiologi tanaman yakni : (1) mendukung respirasi klimaterik dan pematangan
buah, (2) mendukung epinasti (3) Menghambat perpanjangan batang
(elengation growth) dan akar pada beberapa spesies tanaman walaupun etilen ini
dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesoco tyle pada
tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi, (4) Menstimulasi
perkecambahan, (5) Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal, (6) Mendukung
terbentuknya bulu-bulu akar, (7) Mendukung terjadinya abscission pada daun, (8)
Mendukung proses pembungaan pada nanas, (9) Mendukung adanya flower
fading dalam persarian anggrek (10) Menghambat transportasi auxin secara
basipetal dan lateral, (11) Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya
auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etilen.
Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam
jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini
menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan,
sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan
mengkatalisasi sintesis etilen dan precursor (Wereing dan Phillips, 1970).
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan
konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding
sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel
sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi
-
26
oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antar sel buah. Gas tersebut
juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh
satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu
lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung
plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi (Anonim, 2010).
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik
ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan
mengalirkan gas etilen. Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan
akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang
selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen.
Dengan teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan
untuk dijual pada musim panas berikutnya (Anonim, 2008).
2.5 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari pelapukan bahan – bahan
organik berupa sisa-sisa tanaman, fosil manusia dan, kotoran hewan dan batu-
batuan organik yang terbentuk dari tumpukan kotoran hewan selama ratusan
tahun. Pupuk organik juga dapat bersal dari limbah industri yang telah diolah
sehingga tidak lagi menggandung bahan beracun (Agromedia, 2007).
Secara umum, fungsi pupuk organik adalah (1) meskipun dalam jumlah
jauh lebih kecil, pupuk organik mampu menyediakan unsur hara makro dan
mikro, (2) memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat
meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyimpan air; (3) mengandung asam humat (humus)
-
27
yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah ; (4) penambahan pupuk
organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah ; (5) pada tanah
masam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan ph tanah ;
dan (6) penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan
polusi air (Novizan, 2005).
2.5.1 Pupuk Cair Chitosan
Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di
dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun
daun juga punya kemampuan menyerap hara (Anonim, 2012).
Pupuk organik cair chitosan adalah pupuk organik cair berbahan aktif
chitosan (cangkang kepiting, kulit udang, dan cumi-cumi yang bebas dari polusi
dan pencemaran) yang berkualitas tinggi hasil penerapan bioteknologi modern
berstandar international (Anonim, 2011).
Pupuk organik cair chitosan memiliki keunggulan yang tidak terdapat
dalam pupuk organik cair lainnya, seperti: (1) Mampu menekan biaya produksi
dan memperkecil penggunaan pupuk kimia, (2) Berfungsi sebagai Biopestisida
alami melindungi tanaman dari serangan jamur dan bakteri, (3)
Meningkatkan daya tahan simpan produk pertanian setelah panen (4)
Meningkatkan kualitas dan kesehatan tanah, (5) Aplikasi praktis dan ramah
lingkungan, (6) Dapat diaplikasikan bersama dengan produk pestisida,
herbisida dan fungisida, (7) Memacu dan mempercepat pertumbuhan akar,
anakan dan daun (masa vegetatif) (Anonime, 2011).
-
28
Chitosan memiliki banyak manfaat yakni antara lain : (1) Memacu dan
mempercepat pembungaan, pembuahan dan pengumbian (masa generatif), (2)
Memacu germinasi, (3) Mempercepat masa panen, (4) Meningkatkan hasil dan
kualitas pertanian, (5) Meningkatkan kesehatan tanaman dan daya tahan terhadap
cekaman (stress), (Anonime, 2011).
Komposisi pupuk organik chitosan yaitu pH 4,1, c-organik 6,90 %,
organik 0,71 %, NH4 1,13 % NO3 0,05%, P2O5 0,34%, K2O 0,43 %, Fe 56 ppm,
Mn 6 ppm,Cu 1 ppm, Zn 7 ppm, B 8 ppm, Cd 0,2 ppm, Pb td, Co 0,1 ppm, As td,
Mo td, Hg td, bahkan tidak larut 0,22%. Chitosan juga mengandung
8,4% nitrogen (Anonime, 2011).
Unsur hara khususnya nitrogen yang dibutuhkan dalam jumlah relatif
besar untuk pertumbuhan vegetatif tanaman dimana peranannya sangat besar
yaitu menambah tinggi tanaman, merangsang timbulnya anakan, nitrogen
digunakan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil daun, protein dan
berbagai senyawa lainnya yang esensial untuk pembentukan dan
pembelahan sel (Setyamidjaja, 1986).
Nitrogen memang dapat tersedia dalam bentuk ammonium (NH4+) tetapi
bentuk ini segera teroksidasi membentuk nitrat oleh bakteri di dalam tanah. Oleh
sebab itu sebagian besar tanaman (kecuali leguminosa) akan membutuhkan
pemupukan nitrogen untuk memacu pertumbuhannya (Lakitan,2008).
Besi merupakan unsur hara esensial karena merupakan bagian dari enzim-
enzim tertentu dan merupakan bagian dari protein yang berfungsi sebagai
pembawa electron pada fase terang fotosintesis dan respirasi. Mangan berfunsi
-
29
sebagai activator dari berbagai enzim. Selain itu, sebagaiman juga klor, mangan
juga berperan dalam menstimulasi pemecahan molekul air pada fase terang
fotosintesis. Mangan juga merupakan komponen structural dari system membran
kloroplas. Seng berpartisipasi dalam pembentukan klorofil dan pencegahan
kerusakan molekul klorofil. Beberapa enzim juga hanya dapat berfungsi jika
terdapat unsur seng yang terikat kuat pada molekul enzim tersebut. Tembaga
terdapat dalam kloroplas sebagai penyusun plastosianin dan stabilisator klorofil
sehingga berhubungan juga dengan proses fotosintesis (Lakitan, 2008)
Konsentrasi pupuk adalah kebutuhan pupuk untuk setiap luasan (ha) pada
satu musim tanam. Efesiensi pemupukan yang optimal dapat dicapai apbila
diberikan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman, tidak terlalu banyak dan
tidak terlalu sedikit. Bila unsur hara yang diberikan terlalu sedikit maka pengaruh
pemupukan pada tanaman mungkin tidak akan nampak dan sebaliknya bila
pemberian unsur hara terlalu banyak, maka larutan tanah akan terlalu pekat
sehingga mengakibatkan keracunan pada tanaman. Untuk mendapatkan hasil
pemupukan yang optimal maka pemberian pupuk harus dalam
konsentrasi yang tepat (Setyamidjaja, 1998).
Kandungan unsur dalam pupuk dengan konsentrasi yang lebih optimal
yang diberikan menyebabkan tanaman lebih aktif memacu pertumbuhannya baik
vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah sulur) maupun generatif
(jumlah buah, berat buah, diameter buah). Tanaman secara umum
membutuhkan hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk tumbuh
normal (Purwowidodo, 1992).
-
30
Pemberian pupuk yang tepat dengan konsentrasi yang tepat merupakan
faktor penting dalam pemupukan. Kemampuan tanaman menyerap hara akan
menambah kekuatan tumbuh bagi tanaman dan apabila unsur-unsur tersebut
bekerja secara optimal maka pertumbuhan tanaman akan menjadi
lebih baik (Harjadi, 1991).
Pemberian konsentrasi yang terlalu tinggi menyebabkan keracunan pada
tanaman dan pemberian konsentrasi yang rendah akan memperlihatkan pengaruh
yang tidak tampak, sedangkan pemberian konsentrasi yang sesuai akan
memberikan pertumbuhan optimal (Sarief, 1986).
Hasil analisis kontras orthogonal juga menunjukkan bahwa pada
konsentrasi yang lebih rendah belum cukup untuk mendorong pertumbuhan
tanaman stroberi secara optimal sehingga pertumbuhan/produksi juga tidak
diperoleh secara optimal. jika ketersediaan unsur hara esensial kurang dari
jumlah yang dibutuhkan tanaman, maka proses metabolisme tanaman akan
terganggu dan secara visual dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan
pada pertumbuhannya (Lingga, 1995).
-
31
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lannying, Kecamatan Ulu Ere,
Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Terletak pada ketinggian 1500 m
dpl, dengan tekstur tanah liat, serta mempunyai suhu 19-24oC, curah hujan 1500
mm tahun-1. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Februari 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman stroberi varietas California
yang berasal dari anakan, zat pengatur tumbuh etilen cepha, dan pupuk organik
cair chitosan, karung, tanah dan pupuk kandang ayam.
Alat-alat yang digunakan adalah mistar, ember, gunting, parang, cangkul,
selang, pipet tetes, tabung reaksi, gelas ukur, refraktometer, kaliper, kertas label,
kemasan plastik, timbangan, hand sprayer, gelas ukur dan alat tulis menulis dan
kamera digital.
-
32
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dilaksanakan dalam bentuk percobaan
faktorial dua faktor dalam rancangan acak kelompok (RAK). Terdiri dari dua
faktor dan tiga ulangan.
Faktor pertama adalah pupuk organik cair chitosan (C) dengan empat taraf, yaitu :
C0 = Kontrol
C1 = 2 mL L-1
C2 = 4 mL L-1
C3 = 6 mL L-1
Faktor kedua zat pengatur tumbuh etilen cepha (E) dengan empat taraf, yaitu
E0 = Kontrol
E1 = 0,5 mL L-1
E2 = 1 mL L-1
E3 = 1,5 mL L-1
Kombinasi perlakuan sebagai berikut :
C0E0 C1E0 C2E0 C3E0
C0E1 C1E1 C2E1 C3E1
C0E2 C1E2 C2E2 C3E2
C0E3 C1E3 C2E3 C3E3
-
33
Dengan demikian terdapat 16 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari
tiga ulangan sehingga banyaknya unit percobaan adalah 48 percobaan, dan set iap
unit percobaan terdapat 4 tanaman sehingga jumlah tanaman sebanyak 144 unit
tanaman. Denah penelitian dapat dilihat pada gambar lampiran satu.
3.4 Pelaksanaan Peneitian
3.4.1 Pengisian Wadah Karung
Wadah yang digunakan adalah karung plastik beras yang berukuran
panjang 45 cm x lebar 5 mm x tinggi 75 cm, sebelum karung diisi terlebih dahulu
media tanah digongseng kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1. Setiap karung diisi dengan media hingga kurang lebih 5 cm
dari tepi atas karung. Banyaknya karung yang diisi yaitu 48 karung, kemudian
dipindahkan ke lahan pertanaman stroberi dengan posisi antara karung 20 cm x 60
cm. Ulangan sebanyak tiga kali, setiap ulangan terdapat enam belas karung dan
dalam setiap karung terdapat 4 tanaman stroberi.
3.4.2 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada setiap karung.
Setiap karung dibuat lubang tanam yang masing – masing berjarak 5 cm dari tepi
karung. Tanaman stroberi yang digunakan adalah varietas California dari anakan
tanaman induk yang sehat dan kemudian ditanam di wadah yang telah disediakan.
-
34
3.4.3 Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan
selang. Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 07.00 dan pada sore hari
dilakukan pada pukul 16.00.
Penyulaman dilakukan seawal mungkin sekitar satu minggu setelah tanam
dengan cara mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang tumbuh tidak
normal.
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar
pertanaman stroberi. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma. Jika
pertumbuhan gulma sangat banyak penyiangan dilakukan setiap pagi sebelum
penyiraman.
Pemangkasan dilakukan dengan membuang stolon dan anakan karena
dapat menghambat pertumbuhan. Pemangkasan stolon dan anakan biasanya mulai
dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam.
3.4.4 Pemupukan dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
Aplikasi pemberian pupuk organik cair chitosan dilakukan dengan
menyemprotkan setengah liter larutan pupuk sesuai perlakuan pada setiap unit
percobaan, ke daun 25% dan tanah 75% dengan cara 3 kali pengaplikasian yaitu
pada saat tanaman berumur 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam.
-
35
Pemberian etilen dilakukan dengan menyemprotkan setengah liter larutan
etilen sesuai perlakuan pada permukaan bunga setiap unit percobaan pada masa
generatif tanaman atau menjelang panen saat tanaman berumur 2 bulan setelah
tanam dan dilakukan 2 kali pengaplikasian dengan selang waktu 1 minggu.
Pengaplikasian dilakukan pada sore hari.
3.4.5 Panen
Panen dilakukan dengan memetik buah yang telah besar dan berwarna
merah. Cara panen dengan menggunting tangkai buah yang telah masak. Panen
dilakukan pada minggu ke 8, 9, 10 dan 11 setelah tanam, dilakukan pada pagi
hari.
3.4.6 Waktu Pengamatan
3.4.6.1 Pengamatan
Pengamatan mulai dilakukan setelah tanaman stroberi yang berasal dari
anakan berumur 2 minggu setelah tanam dan pengukuran dilakukan 2 minggu
sekali sebanyak 5 kali pengukuran.
3.4.6.2 Parameter pengamatan
Parameter pertumbuhan tanaman stroberi yang diukur, dihitung atau
diamati yaitu :
1. Pertambahan tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai titik
tumbuh daun tertinggi setiap dua minggu sekali.
-
36
2. Pertambahan jumlah daun (helai), dihitung dari jumlah daun yang telah
terbentuk sempurna pada setiap 2 minggu setelah tanam.
3. Umur berbunga (hari), dihitung hari yang dibutuhkan untuk bunga pertama
muncul.
4. Umur berbuah (hari), dihitung hari yang dibutuhkan untuk bunga pertama
muncul.
5. Jumlah bunga (bunga), dihitung dari jumlah bunga yang muncul pada
setiap minggu setelah tanam.
6. Jumlah buah (buah), dihitung dari jumlah buah yang muncul pada setiap
minggu setelah tanam.
7. Bobot buah (gram), dihitung dengan cara menimbang berat masing-
masing buah per karung.
8. Diameter buah (cm), diukur dengan cara mengukur bagian terlebar buah.
9. Kadar gula buah di ukur dengan menggunakan alat refraktometer.
-
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Pertambahan Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 1a dan 1b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi konsentrasi etilen dan
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman tanaman stroberi (cm)
POC
(mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP
BNT0.05 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 7,61 9,28 6,99 8,75 8,16a 0,9156
2 (c1) 8,47 7,29 8,07 7,86 7,92ab
4 (c2) 7,36 8,58 5,92 6,30 7,04b
6 (c3) 8,42 8,74 8,46 8,46 8,52a
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05
Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 6 mL L-1 (c3)
menghasilkan rata-rata tanaman tertinggi (8,52 cm) tetapi tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi 0 mL L-1 (c0) dan 2 mL L-1 (c1) dan sangat berbeda nyata
dengan konsentrasi lainnya.
-
38
4.1.2 Pertambahan Jumlah Daun
Jumlah daun tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 2a dan 2b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi konsentrasi etilen
dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Tabel 2. Rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman stroberi (helai)
POC
(mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP
BNT0.01 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 4,58 4,75 4,25 4,00 4,40b 0,9746
2 (c1) 4,25 4,15 4,83 4,92 4,54b
4 (c2) 4,33 5,55 3,83 5,18 4,73b
6 (c3) 5,75 6,92 6,23 6,15 6,26a
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,01
Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 6 mL L-1 (c3)
menghasilkan rata-rata jumlah daun terbanyak (6,26 helai) dan sangat berbeda
nyata dengan konsentrasi lainnya.
-
39
4.1.3 Umur Berbunga
Umur berbunga tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 3a dan 3b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair dan etilen berpengaruh nyata terhadap umur berbunga sedangkan interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.
Tabel 3. Rata – rata umur berbunga tanaman stroberi (hari)
POC (mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP BNT0.05 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 48,33 47,58 48,58 45,92 47,60a
3,0755
2 (c1) 42,58 50,33 49,25 40,92 45,77ab
4 (c2) 45,00 45,92 49,42 48,53 47,22a
6 (c3) 45,08 43,75 44,67 39,67 43,29b
Rata-rata 45,25ab 46,90a 47,98a 43,76b
NP BNT0.05 3,0755
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan
kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,01
Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 6 mL L-1 (c3)
menghasilkan rata-rata umur berbunga tercepat (43,29 hari) tetapi tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 2 mL L-1 (c1) dan sangat berbeda nyata dengan
konsentrasi lainnya.
Konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (e3) menghasilkan rata-rata umur berbunga
tercepat (43,76 hari) tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 0 mL L-1 (e0)
dan sangat berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya.
-
40
4.1.4 Umur Berbuah
Umur berbuah tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 4a dan 4b Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair berpengaruh sangat nyata, dan konsentrasi etilen berpengaruh nyata,
sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbuah.
Tabel 4. Rata-rata umur berbuah tanaman stroberi.
POC (mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP BNT0.01 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 61,08 60,42 62,75 60,08 61,08a 4,0316
2 (c1) 57,42 61,58 62,17 52,08 58,31a
4 (c2) 57,17 56,75 61,75 59,50 58,79a
6 (c3) 52,33 50,08 50,92 46,42 49,94b
Rata-rata 57,00ab 57,21a 59,40a 54,52b
NP BNT0.05 2,9940
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama padabaris dan kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji
BNT=0,05/0,01
Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 6 mL L-1 (c3)
menghasilkan rata- rata umur berbuah tercepat (49,94 hari) dan sangat berbeda
nyata dengan konsentrasi lainnya.
Konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (e3) menghasilkan rata-rata umur berbuah
tercepat (54,52 hari) tetapi sangat berbeda nyata dengan konsentrasi 0 mL L-1 (e0)
dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya.
-
41
4.1.5 Jumlah Bunga
Jumlah bunga tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 5a dan 5b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
berpengaruh sangat nyata, konsentrasi etilen dan interaksi keduanya berpengaruh
nyata terhadap jumlah bunga.
Tabel 5. Rata-rata jumlah bunga
POC
(mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) NP
BNT0.05 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 11,67𝑎𝑤
13,33𝑎𝑥
15,00𝑎𝑏𝑦
14,50𝑏𝑦
2,0706
2 (c1) 15,58𝑎𝑤
14,08𝑎𝑤
8,50𝑎𝑏𝑤
16,83𝑏𝑤
4 (c2) 20,83𝑎𝑤
15,83𝑎𝑥
18,92𝑎𝑏𝑥
21,67𝑏𝑦
6 (c3) 8,75𝑎𝑤
14,33𝑎𝑤
14,17𝑎𝑏𝑥
13,00𝑏𝑥
NP BNT0.05 2,0706 Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris
(a,b, c) dan kolom (w, x, y) yang sama berarti tidak berbeda nyata
pada taraf uji BNT=0,05
Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 pada
konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c2e3) menghasilkan rata-rata jumlah bunga
terbanyak (21,67 bunga) tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi etilen 1,0
mL L-1 pada konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 (c2e2) dan berbeda nyata
dengan konsentrasi etilen lainnya pada konsentrasi pupuk organik cair yang sama
dan sangat berbeda nyata dengan semua level konsentrasi pupuk organik cair pada
konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c1e3 dan c3e3) kecuali pada konsentrasi pupuk
organik cair 0 mL L-1 pada konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c3e3).
-
42
.
Hasil analisis polynomial ortogonal menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi pupuk cair organik bersifat kuadratik yang persamaannya adalah
y = -1,289x2 + 8.090x + 38,21 R = 0,658 Hal ini berarti bahwa pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi pupuk cair yang sesuai akan menghasilkan jumlah
buah yang optimal.
Gambar 1. Interaksi antara jumlah bunga (kuntum) dengan konsentrasi pupuk cair
y = 38,21 + 8,090x - 1,289x2
R = 0,034
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0 1 2 3 4 5 6 7
Jum
lah
bu
nga
(ku
ntu
m)
Konsentrasi Pupuk Organik (Ml-1)
-
43
Hasil analisis polynomial ortogonal menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi Etilen bersifat kuadratik yang persamaannya adalah
y = 6,5x2 + 5,775x + 43,08 R = 0,937 Hal ini berarti bahwa pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi etilen yang tinggi akan menghasilkan jumlah buah
yang optimal.
Gambar 2. Interaksi antara jumlah buah (buah) dengan konsentrasi Etilen
y = 43.08 + 5.775x - 6.5x2
R = 0.937
41.00
42.00
43.00
44.00
45.00
46.00
47.00
48.00
49.00
50.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Jum
lah
bu
nga
(ku
ntu
m)
Konsentrasi Etilen (ml-1)
-
44
4.1.6 Jumlah buah
Jumlah buah tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada
Tabel Lampiran 6a dan 6b. Sidik ragamnya menunjukkan bahwa konsentrasi
pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata dan konsentrasi etilen berpengaruh
nyata sedangkan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
buah.
Tabel 6. Rata – rata jumlah buah tanaman stroberi
POC (mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) NP BNT0.01 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 8,83𝑎𝑤
11,00𝑎𝑥
12,67𝑎𝑏𝑥
11,83𝑏𝑥
1,6366
2 (c1) 12,17𝑎𝑤
10,83𝑎𝑤
5,50𝑎𝑏𝑤
13,83𝑏 𝑤
4 (c2) 18,00𝑎𝑤
12,83𝑎𝑤
16,00𝑎𝑥𝑦
18,83𝑏𝑦
6 (c3) 11,83𝑎𝑤
11,67𝑎𝑥
11,17𝑎𝑥
10,00𝑎𝑦
NP BNT0.01 1,6366
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b, c) dan kolom (w, x, y) yang sama berarti tidak berbeda nyata
pada taraf uji BNT=0,01
Tabel 6 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 pada
konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c2e3) menghasilkan rata-rata jumlah buah terbanyak
(18,83 bunga) dan sangat berbeda nyata dengan semua level konsentrasi etilen
pada konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 (c2e0, c2e1 dan c2e2) dan sangat
berbeda nyata dengan semua level konsentrasi pupuk organik cair pada
konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c1e3 dan c2e3) kecuali pada konsentrasi pupuk
organik cair 6 mL L-1 pada konsentrasi etilen 1,5 mL L-1 (c3e3).
-
45
Hasil analisis polynomial ortogonal menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi pupuk cair organik bersifat kuadratik yang persamaannya adalah
y = -0,890x2 + 6,256x + 30,63 R = 0,330 Hal ini berarti bahwa pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi pupuk cair yang sesuai akan menghasilkan jumlah
buah yang optimal.
Gambar 3. Interaksi antara jumlah buah (buah) dengan konsentrasi pupuk cair
y = 30.63 + 6.256x - 0.890x2 R = 36.0939
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0 1 2 3 4 5 6 7
jum
lah
bu
ah (
bu
ah)
Konsentrasi Pupuk Organik (Ml l-1)
-
46
Hasil analisis polynomial ortogonal menunjukkan bahwa pemberian
konsentrasi Etilen bersifat kuadratik yang persamaannya adalah
y = 6,5x2 + 5,775x + 43,08 R = 0,978 Hal ini berarti bahwa pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi etilen yang tinggi akan menghasilkan jumlah buah
yang optimal.
Gambar 4. Interaksi antara jumlah buah (buah) dengan konsentrasi Etilen
y = 43.08 + 5.775x - 6.5x2
R = 6.605
41.00
42.00
43.00
44.00
45.00
46.00
47.00
48.00
49.00
50.00
0 0.5 1 1.5 2
Jum
lah
bu
ah (
bu
ah)
Konsentrasi Etilen (Ml-1)
-
47
4.1.7 Bobot buah
Bobot buah tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 7a dan 7b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair berpengaruh nyata sedangkan konsentrasi etilen dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot buah.
Tabel 7. Rata-rata bobot buah tanaman stroberi (g)
POC
(mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP
BNT0,05 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 8,33 10,28 9,79 10,96 9,84b 2,0114
2 (c1) 10,41 11,89 11,14 11,66 11,27b
4 (c2) 13,12 13,62 13,04 13,42 13,30a
6 (c3) 11,10 10,75 10,35 10,85 10,76b
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan
kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05
Tabel 7 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 (c2)
menghasilkan rata-rata buah terberat (13,30 g) dan sangat berbeda nyata dengan
konsentrasi lainnya.
-
48
4.1.8 Diameter buah
Diameter buah tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel
Lampiran 8a dan 8b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair berpengaruh sangat nyata sedangkan konsentrasi etilen dan interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah.
Tabel 8. Rata-rata diameter buah tanaman stroberi (mm)
POC
(mL L-1)
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) (mL L-1) Rata-rata
NP
BNT0.01 0 (e0) 0,5 (e1) 1,0 (e2) 1,5 (e3)
0 (c0) 24,21 24,51 23,56 21,90 23,54c 2,5728
2 (c1) 27,43 25,90 26,07 26,07 26,36ab
4 (c2) 30,11 28,78 28,55 27,82 28,81a
6 (c3) 26,54 26,51 25,80 25,73 26,14b
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan
kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,01
Tabel 8 menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 (c2)
menghasilkan rata-rata diameter buah terlebar (28,81 mm) tetapi tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 2 mL L-1 (c1) dan sangat berbeda nyata dengan
konsentrasi lainnya.
-
49
4.1.9 Kadar gula buah
Kadar gula buah tanaman stroberi dan sidik ragamnya disajikan pada tabel
lampiran 9a dan 9b. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik
cair dan konsentrasi etilen serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
Gambar 5. Rata-rata kadar gula buah tanaman stroberi (% SSC)
Gambar 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan chitosan dengan
konsentrasi 4 mL L-1 dan tanpa pemberian etilen menghasilkan kadar gula
tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
9.8310.29
12.05
10.7310.9810.11
11.03
9.11
12.58
8.078.76
9.46
10.819.58
8.489.42
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
Has
il K
adar
Gu
la
Kombinasi Perlakuan
-
50
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pupuk Organik Cair Chitosan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pupuk organik cair chitosan
konsentrasi 6 mL L-1 memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan vegetatif
tanaman stroberi. Konsentrasi ini merupakan konsentrasi tertinggi dalam
penelitian ini. Pupuk organik cair chitosan mengandung cukup banyak unsur hara
mikro Fe, Cu, Ze dan makro N dalam bentuk NH4 dan NO3. Nitrogen sangat
berperan penting dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman, karena Nitrogen
merupakan bagian dari protein, bagian penting konstituen dari protoplasma,
enzim, agen katalis biologis yang mempercepat proses kehidupan. Kandungan
unsur nitrogen dalam pupuk chitosan mempunyai persentase yang terbesar
dibandingkan kandungan unsur lainnya, Sehingga pemberian chitosan dengan
konsentrasi 6 mL L-1 tentunya memperlihatkan pertumbuhan vegetatif terbaik
dalam penelitian ini. Menurut Lakitan (2008) yang menyatakan nitrogen memang
dapat tersedia dalam bentuk ammonium (NH4+) tetapi bentuk ini segera
teroksidasi membentuk nitrat oleh bakteri di dalam tanah. Oleh sebab itu sebagian
besar tanaman (kecuali leguminosa) akan membutuhkan pemupukan nitrogen
untuk memacu pertumbuhannya dengan demikian pemberian chitosan dapat
mensubtitusi N yang hilang atau tercuci. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setyamidjaja (1986) yang menyatakan bahwa unsur hara khususnya nitrogen
dibutuhkan dalam jumlah relatif besar untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
dimana peranannya sangat besar yaitu menambah tinggi tanaman, merangsang
timbulnya anakan. Nitrogen digunakan untuk membentuk senyawa penting seperti
-
51
klorofil daun, protein dan berbagai senyawa lainnya yang esensial untuk
pembentukan dan pembelahan sel. Kandungan unsur-unsur hara dalam pupuk
yang diberikan dengan dosis yang sesuai kebutuhan tanaman akan memungkinkan
tanaman dapat menghasilkan produksi yang lebih baik.
Sementara itu konsentrasi 4 mL L-1 memperlihatkan hasil yang baik pada
pertumbuhan generatif tanaman stroberi, hal ini disebabkan karena pada fase
generatif, tanaman hanya memerlukan sedikit unsur nitrogen. Jika kandungan
unsur nitrogen berlebih akan menyebabkan menyebabkan produksi tanaman
menurun (jumlah bunga dan jumlah buah) dan akan menyebabkan keracunan pada
tanaman. Karena itu untuk parameter pertumbuhan generatif pemberian pupuk
organik cair chitosan dengan konsentrasi 4 mL L-1 memberikan hasil yang
terbaik. Hal di atas menunjukkan bahwa konsentrasi yang sesuai dibutuhkan
untuk memacu pertumbuhan tanaman yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purwowidodo (1992) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara
dalam pupuk dengan konsentrasi yang lebih optimal yang diberikan menyebabkan
tanaman lebih aktif memacu pertumbuhannya baik vegetatif maupun generatif.
Selanjutnya Sarief (1986), menambahkan bahwa pemberian konsentrasi yang
terlalu tinggi menyebabkan keracunan pada tanaman dan pemberian dosis yang
rendah akan memperlihatkan pengaruh yang tidak tampak, sedangkan pemberian
dosis yang sesuai akan memberikan pertumbuhan optimal.
-
52
4.2.2 Zat Pengatur Tumbuh Etilen
Pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata dan memberikan hasil
terbaik pada konsentrasi 1.5 mL L-1. Hal ini dapat terlihat pada parameter jumlah
bunga, umur berbuah dan jumlah buah. Hal ini menunjukkan bahwa zat pengatur
tumbuh cepha yang berbahan aktif etilen efektif digunakan untuk pertumbuhan
tanaman dan mempercepat proses pembentukan dan pematangan buah.
Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein dan
protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan
meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kusumo (1990) yang menyatakan kecepatan pemasakan buah
terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula.
Selanjutnya Fantastico (1986) juga menyatakan bahwa proses pemecahan tepung
dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai
dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau
terjadinya pemasakan buah. Tanda kematangan pertama pada kebanyakan buah
adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak
lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas
terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah
klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida
yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna.
-
53
4.2.3 Interaksi Pupuk Organik Cair Chitosan dan Etilen
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya interaksi antara pupuk
organik cair dengan zat pengatur tumbuh. Interaksi antara pupuk cair dan zat
pengatur tumbuh berpengaruh nyata pada parameter jumlah bunga dan jumlah
buah dan tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lainnya. Terlihat pada perlakuan
tunggal pupuk cair, dengan konsentrasi 4 mL L-1 memberikan hasil yang baik
yaitu 20,83 kuntum bunga, namun setelah diinteraksikan dengan zat pengatur
tumbuh dengan konsentrasi 1,5 ml memberikan hasil jauh lebih baik dari
perlakuan tunggal yaitu 21,67 kuntum bunga. Begitu pula dengan jumlah buah,
perlakuan tunggal pupuk cair dengan konsentrasi 4 mL L-1 memberikan hasil yang
baik yaitu 18,00 buah, namun setelah diinteraksikan dengan zat pengatur tumbuh
dengan konsentrasi 1,5 mL L-1 memberikan hasil jauh lebih baik dari perlakuan
tunggal yaitu 18,83 buah. Hal ini menunjukkan selain pemberian pupuk organik
chitosan yang memiliki kandungan unsur hara nitrogen yang berperan dalam
pertumbuhan vegetatif tanaman, pemberian hormon atau zat pengatur tumbuh
untuk tanaman juga sangat penting dalam menunjang produksi tanaman. Etilen
mempengaruhi proses percepatan masak buah dimana etilen mempengaruhi
permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Harjadi (2009), yang menyatakan ZPT memiliki peran
pengendalian yang sangat penting dalam dunia tumbuhan. Kini zat pengatur
tanaman digunakan secara luas di dunia pertanian untuk berbagai tujuan,
diantaranya percepatan pematangan buah, perangsangan perakaran, peningkatan
-
54
daun dan bunga/buah. Sejalan dengan pendapat Wereing dan Phillips (1970) yang
menyatakan bahwa didalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting
dalam fisiologi tanaman yakni mendukung respirasi klimaterik dan pematangan
buah.
-
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat interaksi antara pupuk organik cair chitosan dan zat pengatur
tumbuh cepha pada konsentrasi pupuk organik cair 4 mL L-1 dan
konsentrasi ZPT 1,5 mL L-1, pada jumlah bunga (21,67 bunga) dan jumlah
buah (18,83 buah).
2. Pupuk organik cair konsentrasi 6 mL L-1 memberikan hasil terbaik pada
tinggi tanaman (8,52 cm), jumlah daun (6,26 helai), umur berbunga
tercepat (43,29 hari), umur berbuah tercepat (49, 94 hari), namun pada
bobot buah dan diameter buah memberikan hasil yang baik pada
konsentrasi 4 mL L-1.
3. Zat pengatur tumbuh cepha konsentrasi 1,5 mL L-1 memberikan hasil
yang baik pada umur berbunga tercepat (43,76 hari), umur berbuah
tercepat (49,94 hari).
-
56
5.5.2 Saran
Sebaiknya pemberian pupuk organik cair chitosan diteliti lebih lanjut
mengenai waktu pemberiannya yang lebih sesuai, untuk memenuhi kebutuhan
hara bagi pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi. Namun untuk mendapatkan
hasil yang optimal sebaiknya konsentrasi yang digunakan yaitu 4 mL L-1 .
Demikian juga zat pengatur tumbuh sebaiknya diaplikasikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman untuk stimulasi pembungaan dan pembuahan tanaman stroberi
Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal sebaiknya konsentrasi yang
digunakan yaitu 1,5 mL L-1.
-
57
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung
Anonim, 2008. Peranan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (http://mybioma.wordpress.com2008/06/04/
bioremediasi-kembalinya -era-udang windu/).Diakseskan pada tanggal 15 November 2011.
Anonim, 2010. Etilen (http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon
ethylen.html) Diakseskan pada tanggal 15 November 2011.
Anonim, 2011. Pupuk Chitosan (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/19488/4/ Chapter%20II.pdf).Diakseskan pada tanggal 16 November 2011.
Anonim, 2012. (http://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/pengolahan-limbah-menjadi-pupuk-cair.html). Diakseskan pada tanggal 16 November.
Budiman, S. dan D. Saraswati. 2005. Berkebun Stroberi Secara Komersial Penebar Swadaya. Jakarta.
Davies, P. J. 1995. The plant hormone : their nature occurrence and functions. p 1-
38. In: Davies, P. J. Plant Hormone (ed). Kluwer Acad Publish. Netherlands.
Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gunawan, L.W. 1996. Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Handayani, T. 2004. Pengaruh Habitat Hidup Udang dan Urutan Tahapan Proses Ekstraksi Terhadap Kualitas Chitin dan Chitosan dari Kulit Udang serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Koogulasi Pada Sari buah Tomat. Skripsi program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Harjadi, S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Harjadi, S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Radja Graindo Persada, Jakarta.
http://mybioma.wordpress.com2008/06/04/%20bioremediasi-kembalinya%20-era-udang%20windu/http://mybioma.wordpress.com2008/06/04/%20bioremediasi-kembalinya%20-era-udang%20windu/http://mybioma.wordpress.com2008/06/04/%20bioremediasi-kembalinya%20-era-udang%20windu/http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon%20ethylen.htmlhttp://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon%20ethylen.htmlhttp://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon%20ethylen.htmlhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/%20123456789/19488/4/%20Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/%20123456789/19488/4/%20Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/%20123456789/19488/4/%20Chapter%20II.pdfhttp://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/pengolahan-limbah-menjadi-pupuk-cair.htmlhttp://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/pengolahan-limbah-menjadi-pupuk-cair.html
-
58
Jekline, I. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Pada berbagai Jenis
Pupuk Organik. (Tesis tidak diterbitkan). Program Strata I. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Kurnia, A, 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna. Jakarta.
Lakitan, B. 2008. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lingga.P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Padmiarso.W.M. 2005. Rahasia Budi Daya dan Ekonomi Stroberi. Agromedia
Pustaka.
Padmiarso, W. M. 2008. Rahasia budidaya dan ekonomi stroberi. Bee Media Indonesia, Jakarta.
Prihandarini, R. 2004. Manajemen Sampah, Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Organik. Penerbit PerPod. Jakarta.
Purwowidodo, M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Redaksi agromedia, 2007. Petunjuk pemupukan, kiat mengatasi permasalah praktis. PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Rukmana, R., 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Setiani, A. W., 2007. Budidaya dan Analisis Usaha Stroberi. CV. Sinar Cemerlang Abadi, Jakarta.
Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung.
Setiani, A. 2007. Budidaya dan Analisis Usaha Stroberi. Jakarta : CV Sinar
Cemerlang Abadi
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan pemupukan. Simplex. Jakarta.
Soemadi, W. 1997. Budidaya stroberi di pot dan kebun. Puri Media. Solo
-
59
Wardiana, A. M. 2008. Pemasakan Buah .Laporan Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Jendral
Soedirman Fakultas Biologi Purwekerto.
Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation
in Plants. Pergamon Press, New York.
Winarno, F.G. 1992. Kimia pangan dan gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
-
60
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1a. Pertambahan tinggi tanaman (cm) stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-
rata I II III
c0e0 8.25 8.525 6.05 22.83 7.61
c0e1 9.525 9.025 9.3 27.85 9.28
c0e2 7 7.25 6.725 20.98 6.99
c0e3 7.725 11.175 7.35 26.25 8.75
c1e0 9.55 8.35 7.5 25.40 8.47
c1e1 7.425 8.325 6.105 21.86 7.29
c1e2 9.275 6.8 8.125 24.20 8.07
c1e3 8.7 8.9 5.975 23.58 7.86
c2e0 8.105 6.6 7.375 22.08 7.36
c2e1 8.725 7.45 9.55 25.73 8.58
c2e2 6.75 5.925 5.075 17.75 5.92
c2e3 5.825 7.55 5.525 18.90 6.30
c3e0 7.725 10.125 7.4 25.25 8.42
c3e1 9.525 8.4 8.3 26.23 8.74
c3e2 6.675 9.9 8.8 25.38 8.46
c3e3 9.375 8.65 7.35 25.38 8.46
Total 130.16 132.95 116.51 379.61 7.91
Tabel Lampiran 1b. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman stroberi.
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 9.6785948 4.8392974 4.01 * 3.32 5.39 Citozan (C) 3 14.3142104 4.7714035 3.96 * 2.92 4.51
Cepa (E) 3 7.5215854 2.5071951 2.08 tn 2.92 4.51 Interaksi (CE) 9 17.5049688 1.9449965 1.61 tn 2.21 3.07
Galat 30 36.1799385 1.2059980 Total 47 85.1992979
KK = 13.89% FK = 3002.161502
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata ** = sangat nyata
-
61
Tabel Lampiran 2a. Pertambahan jumlah daun (helai) tanaman stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 5.75 4.25 3.75 13.75 4.58
c0e1 5.75 5 3.5 14.25 4.75
c0e2 4 4.25 4.5 12.75 4.25
c0e3 4.5 3.75 3.75 12.00 4.00
c1e0 6 4.5 2.25 12.75 4.25
c1e1 4.95 4.5 3 12.45 4.15
c1e2 5.75 5.5 3.25 14.50 4.83
c1e3 5.5 4.5 4.75 14.75 4.92
c2e0 6.5 4.5 2 13.00 4.33
c2e1 6.15 4.5 6 16.65 5.55
c2e2 4.5 4 3 11.50 3.83
c2e3 4.3 6.25 5 15.55 5.18
c3e0 6 5.75 5.5 17.25 5.75
c3e1 6.5 7.75 6.5 20.75 6.92
c3e2 5.95 7 5.75 18.70 6.23
c3e3 6.75 6 5.7 18.45 6.15
Total 88.85 82.00 68.20 239.05 4.98
Tabel Lampiran 2b. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman stroberi.
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 13.8288542 6.9144271 9.17 ** 3.32 5.39
Citozan (C) 3 26.9626563 8.9875521 11.93 ** 2.92 4.51
Cepa (E) 3 2.8509896 0.9503299 1.26 tn 2.92 4.51
Interaksi (CE) 9 7.1867187 0.7985243 1.06 tn 2.21 3.07
Galat 30 22.6094792 0.7536493
Total 47 73.4386979
KK = 17.43% FK = 1190.518802
Keterangan :
tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata
-
62
Tabel Lampiran 3a. Umur berbunga (hari) tanaman stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 43.50 47.50 54.00 145.00 48.33
c0e1 44.25 54.25 44.25 142.75 47.58
c0e2 42.50 52.00 51.25 145.75 48.58
c0e3 43.75 42.00 52.00 137.75 45.92
c1e0 39.00 41.25 47.50 127.75 42.58
c1e1 49.00 50.25 51.75 151.00 50.33
c1e2 53.25 43.50 51.00 147.75 49.25
c1e3 39.00 38.75 45.00 122.75 40.92
c2e0 39.00 47.75 48.25 135.00 45.00
c2e1 44.00 45.75 48.00 137.75 45.92
c2e2 46.00 54.50 47.75 148.25 49.42
c2e3 48.35 50.25 47.00 145.60 48.53
c3e0 44.50 42.25 48.50 135.25 45.08
c3e1 39.50 49.00 42.75 131.25 43.75
c3e2 45.00 46.25 42.75 134.00 44.67
c3e3 38.75 40.75 39.50 119.00 39.67
Total 699.35 746.00 761.25 2206.60 45.97
Tabel Lampiran 3b. Sidik ragam umur berbunga tanaman stroberi .
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 130.0082292 65.0041146 4.78 * 3.32 5.39
Citozan (C) 3 137.2537500 45.7512500 3.36 * 2.92 4.51
Cepa (E) 3 123.6454167 41.2151389 3.03 * 2.92 4.51
Interaksi (CE) 9 184.1883333 20.4653704 1.50 tn 2.21 3.07
Galat 30 408.1984375 13.6066146 Total 47 983.2941667
KK = 8.02%
FK = 101439.2408
Keterangan :
tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata
-
63
Tabel Lampiran 4a. Umur berbuah (hari) tanaman stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 55.00 63.25 65.00 183.25 61.08
c0e1 58.75 68.25 54.25 181.25 60.42
c0e2 56.50 66.25 65.50 188.25 62.75
c0e3 57.75 56.25 66.25 180.25 60.08
c1e0 52.25 62.25 57.75 172.25 57.42
c1e1 60.75 64.25 59.75 184.75 61.58
c1e2 63.75 57.50 65.25 186.50 62.17
c1e3 49.75 50.25 56.25 156.25 52.08
c2e0 52.75 58.75 60.00 171.50 57.17
c2e1 54.25 55.75 60.25 170.25 56.75
c2e2 60.75 64.75 59.75 185.25 61.75
c2e3 58.50 62.25 57.75 178.50 59.50
c3e0 50.75 52.25 54.00 157.00 52.33
c3e1 46.25 54.25 49.75 150.25 50.08
c3e2 50.25 53.75 48.75 152.75 50.92
c3e3 46.50 47.75 45.00 139.25 46.42
Total 874.50 937.75 925.25 2737.50 57.03
Tabel Lampiran 4b. Sidik ragam umur berbuah tanaman stroberi.
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 140.2578125 70.1289063 5.44 ** 3.32 5.39
Citozan (C) 3 857.7760417 285.9253472 22.17 ** 2.92 4.51
Cepa (E) 3 143.1093750 47.7031250 3.70 * 2.92 4.51
Interaksi (CE) 9 170.5677083 18.9519676 1.47 tn 2.21 3.07
Galat 30 386.8671875 12.8955729 Total 47 1698.5781250
KK = 6.30%
FK = 156123.0469
Keterangan :
tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata
-
64
Tabel Lampiran 5a. Jumlah bunga (kuntum) tanaman stroberi
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 12 11 12 35.00 11.67
c0e1 12.25 14.25 13.5 40.00 13.33
c0e2 13.5 14.5 17 45.00 15.00
c0e3 13.25 15 15.25 43.50 14.50
c1e0 14.5 15 17.25 46.75 15.58
c1e1 15.75 12.25 14.25 42.25 14.08
c1e2 7.5 9.75 8.25 25.50 8.50
c1e3 17.25 14.5 18.75 50.50 16.83
c2e0 20 20.5 22 62.50 20.83
c2e1 18 14.75 14.75 47.50 15.83
c2e2 15.5 23.25 18 56.75 18.92
c2e3 21 20.75 23.25 65.00 21.67
c3e0 7.25 8.25 10.75 26.25 8.75
c3e1 12.5 15 15.5 43.00 14.33
c3e2 14.25 10.75 17.5 42.50 14.17
c3e3 12.75 10.25 16 39.00 13.00
Total 227.25 229.75 254.00 711.00 14.81
Tabel Lampiran 5b. Sidik ragam jumlah bunga tanaman stroberi.
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 27.2890625 13.6445313 4.01 * 3.32 5.39
Citozan (C) 3 334.2187500 111.4062500 32.75 ** 2.92 4.51
Cepa (E) 3 45.9687500 15.3229167 4.50 * 2.92 4.51 Interaksi
(CE) 9 217.0416667 24.1157407 7.09 ** 2.21 3.07
Galat 30 102.0442708 3.4014757 Total 47 726.5625000
KK = 12.45% FK = 10531.6875
Keterangan : tn = tidak nyata
* = nyata ** = sangat nyata
-
65
Tabel Lampiran 6a. Jumlah buah (buah) tanaman stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 9 8.25 9.25 26.50 8.83
c0e1 9.25 11.25 12.5 33.00 11.00
c0e2 11.5 10.5 16 38.00 12.67
c0e3 10.75 12 12.75 35.50 11.83
c1e0 11.5 11.75 13.25 36.50 12.17
c1e1 12 9.25 11.25 32.50 10.83
c1e2 4.5 6.75 5.25 16.50 5.50
c1e3 14.25 11.5 15.75 41.50 13.83
c2e0 17.5 17.5 19 54.00 18.00
c2e1 15 11.75 11.75 38.50 12.83
c2e2 12.5 20 15.5 48.00 16.00
c2e3 18.5 17.75 20.25 56.50 18.83
c3e0 9.25 10.5 15.75 35.50 11.83
c3e1 9.25 13.25 12.5 35.00 11.67
c3e2 11.25 7.5 14.75 33.50 11.17
c3e3 9.75 7.25 13 30.00 10.00
Total 185.75 186.75 218.50 591.00 12.31
Tabel Lampiran 6b. Sidik ragam jumlah buah tanaman stroberi
SK DB JK KT FHit FTabel
0.05 0.01
Kelompok 2 43.3671875 21.6835938 5.63 ** 3.32 5.39
Citozan (C) 3 271.8958333 90.6319444 23.52 ** 2.92 4.51
Cepa (E) 3 40.4375000 13.4791667 3.50 * 2.92 4.51
Interaksi (CE) 9 171.1458333 19.0162037 4.94 ** 2.21 3.07
Galat 30 115.5911458 3.8530382
Total 47 642.4375000
KK = 15.94% FK = 7276.6875
Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata
-
66
Tabel Lampiran 7a. Bobot buah (g) tanaman stroberi.
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
c0e0 8.89 9.03 7.07 24.98 8.33
c0e1 10.20 10.00 10.64 30.84 10.28
c0e2 10.77 9.72 8.88 29.36 9.79
c0e3 12.31 9.50 11.07 32.88 10.96
c1e0 11.53 12.98
top related